FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EQUITY RISK PREMIUM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh: AGUNG KURNIAWAN NPM :0711031002 Tlpn :081957387675 Email :
[email protected] Pembimbing I : Hi Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si. Pembimbing II : Yenni Agustina, S.E., M.Sc., Akt.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi equity risk premium pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan 125 data sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan 5 tahun periode pengamatan dari tahun 2007-2011 , yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling.Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, return on equity dan debt to equity ratio. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganada, yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh antara ukuran perusahaan, return on equity dan debt to equity ratio dengan equity risk premium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistic variabel independen ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan sebesar 4.227, return on eqity berpengaruh negatif dan signifikan sebesar 0.339. Sementara itu secara statistis variabel debt to equity rasio berpengaruh positif dan signifikan sebesar 0.145 terhadap equity risk premium. Kata kunci: Equity risk premium, Ukuran Perusahaan, Return on equity, Debt to equity ratio
2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pasar modal saat ini memiliki peran yang penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara. Dilihat dari fungsi pasar modal sebagai sumber pembiayaan dan investasi, maka dua pelaku utama dalam pasar modal adalah emiten dan investor. Emiten ialah perusahaan yang memperoleh dana dari pasar modal, sedangkan investor ialah perusahaan atau seseorang yang memberikan dana kepada perusahaan dengan membeli saham atau obligasi. High risk, high return merupakan prinsip dalam berinvestasi. Prinsip tersebut bermakna bahwa investor bersedia menanggung resiko yang tinggi asalkan diberikan mendapatkan pendapatan (return) yang tinggi pula. Sesuai dengan prinsip tersebut investor yang beinvestasi di perusahaan yang memiliki resiko yang tinggi tentu tidak ingin mendapatkan tingkat return yang sama dengan return bebas resiko seperti berinvestasi pada obligasi pemerintah. Oleh karena itu investor mengajukan premi terhadap kesediannya dalam menanggung resiko pada suatu investasi. Tambahan retun yang didapatkan oleh kesedian investor dalam menanggung resiko atas investasinya disebut dengan premi resiko ekuitas atau equity risk premium. Annin dan Falaschetti (1998) mendefinisikan equity risk pemium sebagai ekstra return yang didapatkan investor sebagai imbalan dari kebersediaannya dalam menanggung resiko atas suatu investasi saham di atas resiko rata-rata.
3
Informasi yang jelas mengenai suatu perusahaan akan memudahkan investor untuk menilai kelayakan perusahaan tersebut dalam mengelola dana yang ditanamkannya. Perusahaan besar biasanya menyediakan informasi yang lebih baik sehingga menyebabkan resiko informasi perusahaan menjadi semakin rendah, sedangkan perusahaan kecil cendeerung menyediakan informasi yang terbatas mengenai kondisi perusahaan baik internal maupun eksternal sehingga kemungkinan resiko yang disebabkan oleh minimnya informasi ini semakin besar. Penelitian Levingshon (2001) mengemukakan bahwa perusahaan yang memberikan informasi bisnis dan keuangan secara sukarela memberi tingkat informasi yang lebih tinggi, memudahkan investor memahami kondisi peruahaan dengan lebih baik. Perusahaan yang tidak memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan secara baik dipandang investor sebagai perusahaan yang memiliki resiko informasi yang tinggi, sehingga investor cenderung untuk tidak melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Menurut Gebhardt, Lee, dan Swaminathan (2001) menjelaskan adanya informasi lebih yang tersedia dan semakin likuid saham pada perusahaan-perusahaan besar menyebabkan risiko informasi perusahaan menjadi semakin rendah, sehingga menyebabkan equity risk premium semakin rendah. Hasil mereka menunjukkan bahwa ukuran perusahaan secara umum memiliki pengaruh negatif pada equity risk premium tapi tidak signifikan. Selain dari ukuran perusahaan yang dianggap dapat memberikan informasi yang jelas mengenai kondisi perusahaan, investor secara detail akan menganalisa rasiorasio keuangan perusahaan. Diharapkan dari menganalisa rasio keuangan tersebut
4
investor akan mengetahui seberapa besar perusahaan tersebut dapat memberikan keuntungan terhadap investasinya dan seberapa besar hutang yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi dipandang investor sebagai perusahaan yang memiliki kinerja yang baik, sedangkan perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi memiliki nilai negatif dimata investor. Rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan ini sering disebut faktor fundamental. Return on equity merupakan rasio yang umun dipakai investor untuk menilai kinerja. Return on equity merupakan perbandingan antara laba dengan ekuitas sehingga dalam return on equity tersebut investor dapat melihat kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri. Return on equity yang tinggi mencerminkan tingginya tingkat efisiensi perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba. Rohaeni (2009) menemukan hubungan yang negatif dan signifikan antara laba dengan resiko. Artinya semakin tinggi tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola dananya maka akan semakin rendah resiko yang ada, hal ini menyebabkan equity risk premium semakin rendah. Selain itu yang diperhatikan investor adalah tinggi rendahnya tingkat hutang suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan rasio hutang dapat mempengaruhi tingkat return yang akan investor dapatkan. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan investor untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Debt to equity ratio yang tinggi menunjukan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Tingkat hutang perusahaan yang tinggi akan meningkatkan tingginya tingkat kebangkrutan perusahaan. Hal ini dipandang
5
investor sebagai resiko perusahaan sehingga akan meningkatkan nilai equity risk premium. Penelitian-penelitian di bidang pasar modal telah banyak dilakukan diantaranya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi equity risk premium. Dari penelitian yang telah dilakukan terdapat perbedaan tentang variabel-variabel yang dipilih dan menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Diantara penelitian terdahulu yang memberikan kesimpulan berbeda antara lain.Penelitian yang dilakukan oleh Gebhardt, Lee, dan Swaminathan (2001) menyimpuklan bahwa bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif pada equity risk premium tapi tidak signifikan. Boone,et al (2008) menyatakan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap equity risk premium, sedangkan penelitian yang dilakukan Saiful & Erlina (2010) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap equity risk premium.Penelitian Francis, at al. (2004) tentang biaya ekuitas dan atribut laba menemukan bahwa semakin tinggi kualitas laba perusahaan, maka semakin rendah equity risk premium perusahaan tersebut.Penelitian Frensday dan Styama (2007) dimana hasil yang diperoleh pada penelitian tersebut adalah risiko berpengaruh positif signifikan terhadap return on equity dan didukung juga oleh penelitian Wijaya Oka (2000) hasil dari penelitiannya menemukan bahwa risiko berpengaruh positif signifikan terhadap return on equity. Sehingga semakin tinggi return on equity maka semakin tinggi resiko yang diterima, hal ini akan menaikan nilai equity risk premium. Sedangkan penelitian Rohaeni (2009) menemukan hubungan yang negatif dan signifikan antara return on equity dengan resiko. Sehingga semakin tinggi return on equity maka semakin rendah yang diterima, hal ini akan
6
menurunkan nilai equity risk premium.Penelitian oleh Boone,et al (2008) yang menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap equity risk premium. Boone,et al memandang bahwa hutang merupakan resiko bagi perusahaan yang harus dihindari karena dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan. Hasil penelitian Brigham dan Houston (2006) menjelaskan bahwa perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi targer struktur modal normal. Hal ini bermakna bahwa perusahaan dengan prospek baik cenderung memiliki hutang yang tinggi. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Saiful & Erlina (2010) yang berjudul “ Equity risk premium perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia dan factor-faktor yang mempengaruhinya”. Perbedaan dalam variabel independen yang digunakan yaitu peneliti menambahkan return on equity serta berbeda dalam periode penelitian. Berdasarkan latar belakang di atas serta terjadi kontra diktif hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengeruhi equity risk premium , maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Equity Risk Premium Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
7
LANDASAN TEORI
A. Capital Asset Pricing Model Capital asset pricing model diperkenalkan oleh Sharpe (1964) dan Linter (1965) yang digunakan untuk menentukan return suatu asset pada saat kondisi equilibrium. Capital asset princing model merupakan sebuah model yang menggambarkan hubungan antara resiko dan return yang diharapkan, model ini sering digunakan dalam penilaian harga suatu saham. Bodie et al (2005) menjelaskan bahwa capital asset pricing model (CAPM) merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan modern. Capital asset pricing model (CAPM) memberikan prediksi yang tepat antara hubungan risiko sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian (expected return). Capital asset pricing model sudah luas digunakan karena capital asset pricing model memiliki akurasi yang cukup baik pada aplikasi penting. Berdasarkan rumus CAPM dijabarkan hubungan antara tingakat return dengan resiko sebagai berikut : Rate of Return = Risk Free Rate + Risk Premium Risk premium = Beta ( Expected Return on Market Portofolio – Risk Free Rate). Dimana (expected return on market portofolio – risk free rate) disebut juga premi resiko karena mencerminkan kompensasi atas kesanggupan investor dalam menanggung diatas tingkat suku bunga bebas resiko.
Equity risk premium merupakan salah satu faktor dalam capital asset pricing model. Anin dan Falascheti (1998) mendefinisikan equity risk premium sebagai
8
imbalan yang diinginkan investor untuk mendapatkan pendapatan tidak tetap sehubungan dengan ekuitas miliknya. Sementara itu Martin dan Lillo (2003) berpendapat bahwa equity risk premium merupakan perbedaan antara return saham biasa dengan return dari sekuritas pemerintah.
Terdapat dua cara umum untuk mencari equity risk premium, pertama menggunakan data historis dan yang lain menggunakan perkiraan atau proyeksi pasar. Dengan menggunakan data historis, asumsinya adalah bahwa apa yang terjadi di masa lalu menggambarkan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Dengan menggunakan proyeksi pasar, asumsinya adalah bahwa untuk memproyeksikan equity risk premium dapat dilakukan melalui survey atau beberapa model proyeksi lain. Kebanyakan model equity risk premium menggunakan data historis dan mengasumsikan bahwa beberapa periode masa lalu menyediakan indikasi terbaik dari apa yang akan terjadi di masa depan.
Anin dan Falaschetti (1998) menggunakan CAPM dalam menghitung ERP. Mereka menyatakan bahwa return yang diharapkan terdiri dari dua komponen utama, yaitu, tingkat return bebas risiko dan premi risiko yang dapat dirumuskan sebagai berikut: E(Ri) = Rf + β RPm Keterangan:
E(Ri) = tingkat return sekuritas i yang diharapkan β
= beta saham i
Rf
= tingkat return aset bebas risiko
RPm
= premi resiko ekuitas pasar secara keseluruhan
9
Rf adalah tingkat suku bunga untuk instrument-instrumen yang dianggap tidak memiliki kemungkinan gagal bayar.
RPm adalah selisih antara tingkat bunga investasi bebas resiko dengan tingkat return investasi pasar modal. Penentuan equity market risk premium dengan memasukan premi resiko spesifik suatu negara (country-specific risk premiums) seperti volatilitas harga saham untuk menghasilkan base equity market risk premium. Dengan mengikutsertakan risiko-risiko ini, dihasilkan tingkat diskonto yang mengakomodasi perubahan-perubahan sentimen jangka pendek di sekuritas pada pasar negara berkembang (emerging market). Beta (β) adalah faktor untuk meliput risiko sistematis dari suatu ekuitas. Beta akan dikalikan dengan base equity market risk premium untuk mendapatkan equity risk premium. B. Ukuran Perusahaan Tujuan utama ukuran perusahaan dapat didefinisikan sebagai upaya penilaian besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Ukuran perusahaan akan sangat penting bagi investor dan kreditor karena akan berhubungan dengan resiko investasi yang dilakukan. Ukuran perusahaan (firm size) dalam perusahaan dapat ditentukan
berdasarkan total asset, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total asset, penjualan, dan kapitalisasi pasar, semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar asset maka akan semakin besar modal yang ditanam, semakin besar penjualan, maka semakin besar perputaran uang, dan semakin besar kapitalisasi, maka semakin besar dikenal oleh masyarakat (Riyanto, 2001).
10
Diantara ketiganya, total asset dinilai lebih stabil dibandingkan dengan penjualan dan kapitalisasi pasar. Sujoko dan Soebiantoro (2007), ukuran perusahaan merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total asset perusahaan pada neraca akhir tahun. Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki total asset besar dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama. Boone,et al (2008) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
secara signifikan berpengaruh negatif terhadap equity risk premium. Gebhardt, et al. (2001) menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak informasi-informasi publik tentang perusahaan yang lebih besar dan saham-saham mereka yang lebih likuid. Semakin banyak informasi tersedia tentang perusahaan dan lebih likuid saham, semakin rendah resiko yang dirasakan dalam perusahaan, maka semakin rendah equity risk premium yang terealisasi Dalam penelitian ini, perusahaan di kelompokkan sebagai perusahaan besar dan menengah atau kecil. Ukuran perusahaan yang didasarkan pada total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan diatur dengan ketentuan BAPEPAM No. 11/PM/1997, yang menyatakan bahwa : “Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekeyaan (total aktiva) tidak lebih dari seratus milyar rupiah. Sedangkan perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total asset ) diatas seratus milyar” Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total asset yang dimiliki perusahaan. Dikarenakan total asset bernilai miliyaran rupiah maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikan kedalam logaritma natural, sehingga ukuran perusahaan dapat dihitung dengan : Size = Ln Ta
11
C. Retur on Equity Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama investasi yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan. Monteiro (2006) menyatakan bahwa ROE adalah suatu rasio yang penting yang harus dipertimbangkan oleh investor. Dalam perhitungannya, secara umum return on equity (ROE) dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir.
Rohaeni (2008) menemukan hubungnan yang negatif dan signifikan antara laba dengan resiko.. Return on equity (ROE) yang tinggi merupakan cerminan dari effesiensi perusahaan dalam menggunakan dananya, maka hal ini akan meminimalkan resiko yang ada pada perusahaan sehingga equity risk premium menjadi semakin rendah. Dalam manajerial effeciency theory of profit, perusahaan yang dikelola secara efisien akan memperoleh laba diatas rata-rata laba normal. Return on equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan.
D. Debt to Equity Ratio Debt to equity ratio (DER) merupakan kelompok dalam rasio solvabilitas. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang)
12
terhadap total modal yang dimiliki perusahaan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Debt to equity ratio adalah perbandingan antara total utang dengan total modal. Westerfield dan Randolph (2002) menyatakan debt to equity ratio merupakan suatu proksi untuk mengestimasikan hutang dalam suatu perusahaan. Debt to equity ratio (DER) dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Debt to equity ratio (DER) juga menunjukkan tingkat hutang perusahaan, perusahaan dengan hutang yang besar mempunyai biaya hutang yang besar. Seperti apa yang disebutkan dalam teori trade-off penggunaan hutang yang terlampau besar akan menimbulkan biaya kebangkrutan yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan hutang dipandang menjadi beban bagi perusahaan yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan investor. Boone,et al (2008) yang menunjukkan bahwa Debt to equity ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap equity risk premium. Para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki debt to equity ratio (DER) yang tinggi. Ketika terdapat penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan berdampak dengan menurunnya nilai return perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). F. Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, kajian teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu digambarkan rerangka pemikiran di bawah ini :
13
Gambar 1 Rerangka Pemikiran Ukuran Perusahaan
Return on Equity
Equity Risk Premium
Debt to equity Ratio
G. Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan berdasarkan kerangka pemikiran maka hipotesis dari penelitian ini : H. Ukuran perusahaan terhadap equity risk premium Fama dan French (1995) berpendapat bahwa perusahaan yang mempunyai nilai skala kecil cenderung kurang menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan yang berskala besar. Perusahaan kecil hanya memiliki faktor-faktor pendukung untuk memproduksi barang dengan jumlah terbatas. Oleh karena itu, perusahaan yang berskala kecil mempunyai risiko yang lebih besar daripada perusahaan besar. Perusahaan yang mempunyai risiko yang besar biasanya menawarkan return yang besar untuk menarik investor.
Miswanto dan Husnan (1999) dalam penelitiannya mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada risiko bisnis menemukan bahwa besar kecilnya perusahaan mempengaruhi risiko bisnis. Dari penelitiannya diperoleh bukti empiris bahwa perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang lebih tinggi dibanding perusahaan besar.
14
Levinsohn (2001) menemukan bahwa perusahaan yang memberikan informasi bisnis dan keuangan secara jelas dapat membantu investor dalam memahami perusahaan dengan lebih baik. Perusahaan yang tidak memberikan informasi keuangan yang memadai dipandang oleh investor sebagai perusahaan yang memiliki resiko informasi yang tinggi, sehingga membuat investor tidak memahami kondisi lingkungan bisnis, strategi dan lingkungan persaingan dari perusahaan tersebut. Gebhardt, et al. (2001) menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak informasi- informasi publik tentang perusahaan yang lebih besar dan sahamsaham mereka yang lebih likuid. Semakin banyak informasi tersedia tentang perusahaan dan lebih likuid saham, semakin rendah resiko yang dirasakan dalam perusahaan, maka semakin rendah equity risk premium yang terealisasi. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Boone,et al (2008) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan berpengaruh negatif terhadap equity risk premium Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan besar cenderung memberikan informasi secara luas kepada investor mengenai kondisi perusahaannya, sehingga resiko akan informasi perusahaan semakin kecil. Sedangkan pada perusahaan kecil resiko yang disebabkan oleh sedikitnya informasi yang diterima investor cenderung lebih tinggi. Oleh karena itu, variabel ini diperkirakan memiliki tanda negatif. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis pertama yang diajukan adalah: H1: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap equity risk premium.
15
I. Pengaruh return on equity terhadap equity risk premium Return on equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Return on equity (ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefektivitasan perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi pemegang saham. Perusahaan yang semakin efektif dalam menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan harapan naiknya return sahamnya (Widodo, 2007). Rohaeni (2009) menemukan hubungan yang negatif dan signifikan antara return on equity dengan resiko. Sehingga semakin tinggi return on equity maka semakin rendahi resiko yang diterima, hal ini akan menurunkan nilai equity risk premium. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan semakin efisen perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba maka akan semakin rendah resiko yang dirasakan oleh investor, maka akan semakin tinggi efisiensi perusahaan yang tercermin dari return on equity maka equity risk premium yang akan terealisasi akan semakin rendah. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis kedua yamg diajukan adalah: H2 : return on equity berpengaruh negatif terhadap equity risk premium.
16
J. Pengaruh debt to equity ratio terhadap equity risk premium
Menurut penelitian yang Boone,et al (2008) yang menunjukkan bahwa Debt to equity ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap equity risk premium. Boone,et al memandang bahwa hutang merupakan resiko bagi perusahaan yang harus dihindari karena dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan . Debt to equity ratio yang tinggi akan mengakibatkan risiko finansial perusahaan yang semakin tinggi. Dengan penggunaan hutang yang semakin besar akan mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar hutang. Namun menurut Sembiring (2005) debt to equity ratio mencerminkan tingkat resiko keuangan suatu perusahaan, semakin besar tingkat risiko maka semakin besar keuntungan yang diisyaratkan. Selain itu, Gebhardt, et al. (2001) menyatakan bahwa tingkat yang lebih tinggi dari leverage keuangan diperkirakan dapat meningkatkan risiko yang dirasakan dan meningkatkan equity risk premium perusahaan.
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan semakin tinggi hutang perusahaan akan semakin rendah tinggi resiko kebangkrutan yang akan dialami oleh perusahaan. Semakin tinggi debt to equity ratio perusahaan maka equity risk premium yang akan terealisasi akan semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H3 : debt to equity berpengaruh positif terhadap equity risk premium.
17
METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, digunakan tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, return on equity, dan debt to equity ratio. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah equity risk premium. B. Variabel Dependen Variabel dependen yakni variabel yang dipengaruhi atau tertanggung oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah equity risk premium. Equity risk premium dapat dicari dengan pendekatan data historis dan pendekatan proyeksi pasar. Pada penelitian ini, equity risk premium diukur menggunakan pendekatan data historikal .Anin dan Falaschetti (1998) menggunakan CAPM dalam menghitung ERP. Mereka menyatakan bahwa return yang diharapkan terdiri dari dua komponen utama, yaitu, tingkat return bebas risiko dan premi risiko yang dapat dirumuskan sebagai berikut: E(Ri) = Rf + β RPm Keterangan:
E(Ri) = tingkat return sekuritas i yang diharapkan β
= beta saham i
Rf
= tingkat return aset bebas risiko
RPm
= premi resiko ekuitas pasar secara keseluruhan
Rf adalah tingkat suku bunga untuk instrument-instrumen yang dianggap tidak memiliki kemungkinan gagal bayar.
18
RPm adalah selisih antara tingkat bunga investasi bebas resiko dengan tingkat return investasi pasar modal. Penentuan equity market risk premium dengan memasukan premi resiko spesifik suatu negara (country-specific risk premiums) seperti volatilitas harga saham untuk menghasilkan base equity market risk premium. Dengan mengikutsertakan risiko-risiko ini, dihasilkan tingkat diskonto yang mengakomodasi perubahan-perubahan sentimen jangka pendek di sekuritas pada pasar negara berkembang (emerging market). Untuk penilaian base equity market risk premium menggunakan tingkat premi risiko berdasarkan hasil riset Aswath Damodaran (Stern Business School, New York University). Tabel 1 Equity risk premium U.S Market US Market risk Premium 6.04% 5.20% 4.36% 6.43% 4.37%
Year 2011 2010 2009 2008 2007
Social science researech network : http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/ Tabel 2 Peringkat obligasi jangka panjang Years
Country
Region
Long-Term Rating
2011
Indonesia
Asia
Bb2
Country Risk Premium 4,13 %
2010
Indonesia
Asia
Bb2
4,50%
2009
Indonesia
Asia
Bb3
7,88%
2008
Indonesia
Asia
Bb3
4,50%
2007
Indonesia
Asia
B1
5,25%,
from Moody's: www.moodys.com
19
Menurut moodys.com obligasi dengan katagori B1, B2, B3 adalah obligasi yang dianggap spekulatif dan dapat berisiko tinggi. Beta (β) adalah faktor untuk meliput risiko sistematis dari suatu ekuitas. Beta akan dikalikan dengan base equity market risk premium untuk mendapatkan equity risk premium. C. Variabel Independen a. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan ukuran perusahaan (firm size) dalam perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Berdasarkan penelitan Rachmawati dan Triatmoko, (2007) ukuran perusahaan dapat diukur dengan log total asset . b..Return on Equity Return on Equity diukur dengan membagi laba setelah pajak dengan total ekuitas perusahaan :
c. Debt EquityRatio Debt to equity ratio (DER) adalah tingkat penggunaan hutang terhadap total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Debt to equity ratio (DER) dapat dihitung dengan rumus (Westerfield dan Randolph, 2002)
D. Populasi dan Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) untuk tahun 2007-2011. Sedangkan pemilihan sampel
20
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Adapun kriteria sampel yang akan digunakan adalah sebagai berikut: 1. Penelitian menggunakan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang diterbitkan pada tanggal 31 Desember selama periode 2007 sampai dengan tahun 2011 2. Perusahaan yang diteliti memiliki nilai laba bersih dan ekuitas yang positif. 3. Beta perusahaan tahun 2007 – 2011 bernilai positif.
4. Perusahaan telah menerbitkan dan mempublikasikan laporan keuangan auditan berturut-turut dan memiliki data yang diperlukan selama berlangsungnya penelitian.
E. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin diterbitkan setiap tahunnya. Sumber data yang digunakan ini diperoleh melalui penelusuran dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), Annual Report perusahaan, website www.idx.co.id, Jakarta Stock Exchange (JSX), http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/ dan dari media internet dan website.
G. Metode Analisis data 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan profil data sample yang meliputi antara lain mean, median, maksimum, minimum, dan deviasi standar.
21
Data yang diteliti dikelompokkan menjadi empat yaitu equity risk premium, ukuran perusahaan, return on equity, debt to equity ratio.
2. Analisis Regresi Linear Berganda Model yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel secara spesifik terhadap nilai perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dalam persamaan regresi : Y = α - β1 SIZE - β2 ROE + β3 DER + e Keterangan: Y
: Equity Risk Premium
α
: Konstanta
b1, b2, b3,
: Koefisien regresi
SIZE
: Ukuran Perusahaan
ROE
: Return on Equity
DER
: Debt to Equity Ratio
e
: Error
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Tabel 3 Sampel Penelitian Kriteria Jumlah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar berturut-turut
104
di BEI selama tahun 2007-2011. Perusahaan yang mengalami ekuitas dan laba yang bernilai negatif.
(30)
22
Beta negative
(46)
Data yang Outlier
(3)
Total sampel
25
B. Pengujian Hipotesis 1. Statistik Deskriptif Tabel 4 Deskriptif Variabel Penelitian Descriptive Statistics
N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
ERP
125
.01
32.57
8.0666
7.66416
SIZE
125
11.34
13.67
12.2709
.55678
ROE
125
.01
32.63
14.4148
7.77636
DER
125
.19
8.44
1.4346
1.13116
Valid N (listwise)
125
Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Tabel 5 Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
1(Constant)
11.481
5.703
LN_size
-4.227
2.286
LN_roe
-.339
LN_der
.145
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
1.398
.046
-.159
-1.849
.037
.941
1.062
.075
- .387
-4.158
.000
.945
1.058
.127
.098
1.143
.025
.944
1.059
Atas dasar hasil analisis regresi dengan menggunakan sebesar 5% berdasarkan Tabel 4.3 diperoleh persamaan : Ln_ERP = 11.481 – 4.227 Ln_Size – 0.339 Ln_Roe + 0.145 Ln_Der
23
Dari persamaan diatas, nilai konstanta bernilai positif, artinya bahwa jika diasumsikan variable independen yakni ukuran perusahaan, return on equity, dan debt to equity ratio konstan, maka akan meningkatkan nilai equity risk premium. Hasil Uji Koefisien Determinasi Tabel 6 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
1
.390a
.152
.131
Std. Error of the Estimate 1 11463
Lampiran E Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012
Dari tabel 4.8 diketahui bahwa nilai adjusted R square sebesar 0.131. Hal ini berarti bahwa 13,1% equity risk premium dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu ukuran perusahaan, return on equity, dan debt to equity ratio sisanya sebesar 86,9% (100% - 13,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Uji Hipotesis Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis
Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
Sig.
1(Constant)
11.481
5.703
.046
LN_size
-4.227
2.286
.037
LN_roe
-.339
.075
.000
LN_der
.145
.127
.025
Berdasarkan dari hasil analisis data pada tabel 4.10 diperoleh hasil :
24
1.
Pengaruh ukuran perusahaan (X1) terhadap Equity risk premium (Y)
Hasil pengujian menunjukkan nilai variabel ukuran perusahaan (X1) sebesar 4.227 dengan signifikansi sebesar 0.037 dan < 0.05 yang berarti bahwa model regresi tersebut signifikan. Dengan demikian secara parsial ukuran perusahaan (X1) berpengaruh terhadap equity risk premium (Y) atau dengan kata lain H1 yang menyatakan terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap equity risk premium diterima. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yakni hasil penelitian Gebhadrt et el (2001) yang menemukan bahwa semakin banyak informasi publik yang tersedia pada perusahaan besar akan semakin rendah resiko yang dirasakan dalam perusahaan, maka equity risk premium akan semakin rendah. Penelitian ini sejalan dengan penelitan Boone et el (2008) yang meyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap equity risk premium.
2.
Pengaruh return on equity (X2) terhadap equity risk premium (Y).
Hasil pengujian menunjukkan nilai variabel return on equity (X1) sebesar -0.339 dengan signifikansi sebesar 0.000 dan < 0.05 yang berarti bahwa model regresi tersebut signifikan. Dengan demikian secara parsial return on equity (X1) berpengaruh terhadap equity risk premium (Y) atau dengan kata lain H1 yang menyatakan terdapat pengaruh antara return on equity terhadap equity risk premium diterima. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa return on equity memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap equity risk premium . Hasil penelitian ini
25
konsisten dengan penelitian sebelumnya yakni hasil penelitian Francis at el (2004) yang meneliti biaya ekuitas dan atribut laba menemukan bahwa semakin tinggi laba maka semakin rendah equity risk premium perusahaan tersebut. 3.
Pengaruh debt to equity ratio (X3) terhadap equity risk premium (Y).
Hasil pengujian menunjukkan nilai variabel debt to equity ratio (X3) sebesar 0.145 dengan signifikansi sebesar 0.025 dan < 0.05 yang berarti bahwa model regresi tersebut signifikan. Dengan demikian secara parsial debt to equity ratio (X3) berpengaruh terhadap equity risk premium (Y) atau dengan kata lain H1 yang menyatakan terdapat pengaruh antara debt to equity ratio terhadap equity risk premium diterima Hasil penelitian ini menunjukan bahwa debt to equity ratio memiliki pengaruh positifdan signifikan terhadap equity risk premium. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yakni hasil penelitian Gebhadrt et el (2001) yang berpendapat bahwa tingkat yang lebih tinggi dari hutang diperkirakan akan meningkatkan resiko yang dirasakan dan hal ini akan meningkatkan equity risk premium perusahaan. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitan Boone et el (2008) dan Saiful & Erlina (2010) yang meyatakan bahwa hutang berpengaruh positif terhadap equity risk premium. .PENUTUP A. Simpulan Penelitian ini menguji pengaruh ukuran perusahaan, return on equity dan debt to equity ratio terhadap equity risk premium. Dalam penelitan ini terdapat tiga
26
hipotesis yang diajukan dan ketiga hipotesis tersebut diterima secara statistik. Berikut adalah simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini:
1. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara statistik ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap equity risk premium. Hasil pengujian menunjukan nilai sebesar - 4.227 yang berarti setiap kenaikan 1 kali ukuran perusahaan akan menurunkan equity risk premium sebesar 4.227 kali dengan asumsi variabel lain konstan. 2. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara statistik return on equity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap equity risk premium. Hasil pengujian menunjukkan nilai sebesar -0.339 yang berarti bahwa setiap kenaikan 1 kali return on equity, akan menurunkan equity risk premium sebesar 0.339 kali dengan mengasumsikan variabel yang lain konstan. 3. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara statistic debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap equity risk premium. Hasil pengujian menunjukkan nilai sebesar 0.145 yang berarti bahwa setiap kenaikan 1 kali debt to equity ratio akan menaikkan equity risk premium sebesar 0.145 kali dengan mengasumsikan variabel yang lain konstan. B. Saran
1.
Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel sehingga diperlukan kehati-hatian dalam melakukan generalisasi. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel pada jenis industri lain
27
diluar manufaktur atau mengelompokan perusahaan manufaktur berdasarkan subsector manufaktur. 2.
Berdasarkan hasil regresi, besarnya nilai adjusted R square sebesar 0.131. Hal ini berarti bahwa 13,1 % equity risk premium dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu ukuran perusahaan, return on equity, debt to equity ratio. Sedangkan sisanya sebesar 86.9% merupakan pengaruh dari variabel bebas lainnya yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah atau mengganti dengan variabel bebas lainnya yang diduga berpengaruh terhadap equity risk premium seperti pertumbuhan perusahaan, resiko bencana, nilai perusahaan.
3.
Investor seharusnya dapat melihat peluang tambahan return yang akan didapat jika berani menanamkan modalnya di perusahaan yang memiliki resiko tinggi. Resiko tidak selalu dikaitkan dengan sesuatu yang buruk. Di bidang keuangan, resiko memilik arti yang berbeda dan lebih luas. Resiko lebih berkaitan dengan kemungkinan mendapatkan return yang tidak sesuai dengan apa yang investor inginkan. Ketika anda mendapatkan return yang lebih kecil atau sebaliknya itulah yang dinamakan resiko (Damodaran,2001)
DAFTAR PUSTAKA Agus Wahyudin. 2004. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Fakultas Ekonomi. Universitas Widyatama : Bandung Andri Rachmawati dan Hanung Triatmoko. 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi X Makassar, 26-28 Juli. Annin, Michael and Dominic, Falaschetti. 1998.” Equity Risk Premium Article.” IL: Ibbotson Associates.
28
Aswath, Damodaran, 2001, Corporate Finance: Theory and Practice, International Edition, Willey, New York. Banz, Rolf W.1981.” The Relationship between Return and Market Value of Common Stock.” Journal of Financial Economics. Vol. 9. Baroto,Arjo (2008), Valuasi Bisnis Unit Perusahaan dengan menggunakan option analisis: option to abandon: studi kasus pada PT CI.Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Basu, S. 1977.” Investment performance of Common Stocks in Relation to Their Price- Earning Ratios: A Test of the Efficient Market Hypotesis”. Journal of Finance, 12 Boone, Jeff P., Khurana, Inder K. and Raman, K. K. 2008.” Audit Firm Tenure and the Equity Risk Premium, Journal of Accounting Auditing and Finance, Forthcoming”. www.ssrn. Com Damodaran, Aswath. 2 008.” Estimating The Equity Risk Premium, Journal of Accounting and Economics.” http://www.stern.nyu.edu/fin/workpapers/ papers99/wpa99021.pdf Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F., (2006), Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Alih Bahasa: Yulianto, Akbar, Ali, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
Fatony M,Gadhavai (2010), Analisis kelayakan Investasi Bioethanol di Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Easton, P. 2004. “ PE Ratios, PEG Ratios, and Estimating the Implied Expected Rate of Return on Equity Capital”. The Accounting Review 79 (1). pp 73-95. Erb, Claude, Campbell R. Harvey and Tadas Viskanta, 1995, Country risk and global equity selection, Journal of Portfolio Management, 21, Winter, 74-83. Francis, J, LaFond, R, Olsson, PM & Schipper, K 2004, ‘Costs of Equity and Earnings Attributes’, The Accounting Review, Vol. 79, No. 4, pp. 967-1011. Gebhardt, W., Lee, C., dan Swaminathan, B. 2000. “ Toward and Implied Cost of Capital”.Journal of Accounting Research 39 (1): 135-176
29
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Hartono. 2009.” Pertimbangan Return dan Risiko dalam Keputusan Investasi”. Rohaeni,Heni .2009.” Analsis dana pihak ketiga dan kredit bermasalah terhadap laba ( study kasus PT Bank X).Skripsi. Jurusan Manajemen. IPB Husnan,Saud.2001.Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, Edisi Ketiga, Penerbit : Gajah Mada. Yogyakarta. Jogiyanto. 2003. “ Teori Potofolio dan Analisis Investasi”. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE UGM. Leuz, C. and Verrechhia., R. 2005. “Firms’ Capital Allocation Choices, Information Quality,and The Cost of Capital”. Working Paper, University of Pennsylvania. Levingsohn,A (2001, Maret), ” FABS weigh the value of voluntary disclosure”, Strategic Finance (NAA), Vol 82.(9) Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, 2000, Analisis Laporan Keuangan, cetakan kedua, Yogyakarta: UPP AMP YKPN Martin, J. Rudrigo, Fuentes, San and Lilo, Salvador, Zurita. (2003). The Equity Risk Premium in Emerging Market: The Case of Chile. Mas’ud Machfoedz (1994), Financial Ratio Analysis and The Predictions of Earnings Changes in Indonesia, 114 -137. Miswanto dan Suad Husnan. 1999. The Effect of Operating Leverage, Cyclicality, and Firm Size on Business Risk. Gadjah Mada International Journal of Business. Vol 1 No 1 (Mei) : 29-43. Monteiro,A (2006), A quick guide to financial ratio the citizen, Moneyweb Business Insert,6. Natarsyah, Syahib, 2000, Analisis Pengaruh beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham, Journal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 15, No. 3. Saiful dan Erlina. 2010.” Equity Risk Premium Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya” Simposium Nasional Akuntansi XIII
30
Sujoko dan Subiantoro .2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage,Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empirik Pada Perusahaan Manufaktur dan Non-Manufaktur di Bursa Efek Jakarta).Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 9, No.1, hal 41-48. Availaible from: http://www.petra.ac.idpulit/journals/dir.php?DepartementID=MAN Sembiring, E. R. 2005. "Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta". Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo Ross, A Stephen. Westerfield, W. Randolph & Jordan, D. Branford. 2002.Essentials of Corporate Finance, 3rd ed., McGraw-Hill Irwin. Tandelilin, Eduardus. 2001.”Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”. Edisi Pertama.Yogyakarta: BPFE. Widodo,Saniman.2007. “Analisis pengaruh rasio aktivitas, rasio Profitabilitas, dan rasio pasar terhadap return saham syariah dalam Kelompok jakarta islamic index (jii) tahun 2003 – 2005”.Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro