57
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan seperti tabel dibawah ini : Tabel 3.1 Jenis-jenis Penelitian menurut Tujuan, Metode, Tingkat Eksplanasi dan Analisis dan Jenis Data
58
Menurut Tujuannya, penelitian ini termasuk dalam penelitian terapan yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. (Uma Sekaran, 1994) Menurut Metodenya, jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian Ex. Post facto. Penelitian Ex. Post Facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merenut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. (Sugiyono, 2002) Menurut Tingkat Eksplanasinya, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Asosiatif. Penelitian Asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. (Sugiyono, 2002) Sedangkan menurut Jenis Data dan Analisisnya, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan bentuk data, kalimat, skema dan gambar dalam pembuktiannya. (Sugiyono, 2002) Berikut adalah gambar metodologi penelitian yang menjelaskan tentang penelitian yang dilaksanakan dalam PT. Koperindo Rekamandiri.
59
Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah
60
3.2
Penjelasan Metodologi Pemecahan Masalah
3.2.1 Observasi Lapangan Pada tahap awal ini yang dilakukan adalah pengamatan langsung pada perusahaan untuk mengetahui keadaan perusahaan dan juga gambaran dari permasalahan yang dihadapi perusahaan. Observasi lapangan ini merupakan studi pendahuluan dengan pengamatan pada seluruh bagian, mencakup seluruh proses produksi yang terjadi didalam perusahaan mulai dari tahap pencampuran bahan baku, produksi dan packaging.
3.2.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi yang dilakukan oleh PT. Koperindo Rekamandiri dapat diketahui bahwa perusahaan memiliki kekurangan pada sektor pengendalian kualitas khususnya produk pintu toilet. Sebelumnya, pihak perusahaan telah memberitahukan pintu toilet yang paling besar jumlah cacatnya dalam arti memiliki kualitas yang cukup rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor penting yang menjadi penyebab utama timbulnya jumlah cacat yang besar. Dalam skripsi ini, penelitian dilakukan dengan mengambil objek penelitian berupa produk yang memiliki volume cacat yang paling besar yaitu pintu toilet.
61
3.2.3 Studi Pustaka Setelah melakukan observasi lapangan diperusahaan dan melakukan identifikasi dari permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan, maka penulis melakukan studi pustaka untuk mencari buku-buku referensi baik berupa buku-buku teks maupun sumber-sumber pustaka lainnya seperti melalui perpustakaan dan internet dijadikan pedoman pemecahan permasalahan. Pada tahap ini penulis mempelajari konsep 8 langkah QCC yang melibatkan seven tools dan metode FMEA (Failure Mode Effect Analysis) antara lain dengan membaca referensi dan literatur serta tugas akhir yang berhubungan dengan hal tersebut, yang akan digunakan dalam penelitian tersebut.
3.2.4 Pengumpulan Data Pengumpulan dilakukan agar permasalahan yang ada dalam penelitian ini dapat diolah dan dianalisa oleh penulis. Jenis pengumpulan data dalam penelitian ini : a) Data Primer Data primer berasal dari sumber yang asli dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan ketika melakukan observasi terhadap permasalahan yang akan dibahas. Data-data primer tersebut adalah data jumlah produksi, data cacat produksi, dan data jenis cacat pada produk pintu toilet periode bulan February dan Mei 2008. b) Data Sekunder
62
Data yang berasal dari studi yang dilakukan oleh pihak lain. Contoh data sekunder antara lain internet, buku, dokumen sumber (data-data umum perusahaan seperti gambaran umum perusahaan, produk yang dihasilkan, struktur organisasi dan lain-lain), terbitan jurnal dan lain sebagainya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini : Ada beberapa macam instrumen untuk pengumpulan data, diantaranya wawancara dan peralatan mekanik. Dalam melakukan penelitian ini dilakukan dalam beberapa bentuk pengumpulan data yang bertujuan untuk mendapatkan informasiinformasi yang dibutuhkan. a) Wawancara Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung atau lisan. Dalam wawancara ada beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi yaitu situasi wawancara, pewawancara, isi pertanyaan dan responden. Ke-empat faktor ini saling berpengaruh satu sama lain sehingga harus diatur sedemikian rupa agar ke-empat faktor tersebut dapat berinteraksi dengan sebaik-baiknya. Hal ini akan berpengaruh terhadap informasi yang diterima. Wawancara dilakukan dengan berbagai pihak unit kerja di lapangan, termasuk dengan manajer, supervisor pabrik dan karyawan. Hal ini dilakukan juga dengan teknik brainstorming (suatu metode untuk merumuskan masalah, tujuan, pendapat, pertanyaan atau kasus yang akan diketengahkan, dengan cara mengumpulkan ide-ide dari beberapa orang).
63
b) Peralatan Mekanik Peralatan mekanik atau software yang digunakan untuk melakukan pengolahan dan analisa data adalah Minitab 14.
3.2.5 Pengolahan Data Sutrisno hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Dalam metode pemecahan masalah ini, hal yang pertama kali dilakukan adalah pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data-data yang akan digunakan untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi selama observasi dilakukan dan untuk menyelesaikan permasalahan yang akan dibahas kemudian. Data yang dikumpulkan adalah data-data yang berhubungan dengan kualitas peningkatan kualitas, seperti data produksi, data cacat produk pintu toilet, dan data pendukung lainnya. Data awal yang dikumpulkan, yaitu data cacat pintu toilet akan diolah dengan menggunakan 8 langkah penyelesaian PDCA, dimana 8 langkah PDCA ini merupakan proses Quality Control Circle (QCC) yang dijalankan perusahaan untuk peningkatan kualitas. 8 langkah yang dimaksud adalah : 1. Menentukan pokok permasalahan Langkah pertama analisis dengan metode 8 langkah PDCA yaitu menentukan pokok permasalahan dari beberapa permasalahan yang ada.
64
Dengan diagram parreto akan terlihat masalah apa yang paling dominan karena digambarkan berdasarkan besarnya tingkat cacat produk apa yang paling besar. Masalah yang paling dominan akan dijadikan prioritas permasalahan. Selain itu alat lain yang digunakan pada langkah pertama ini selain diagram pareto adalah check sheet, grafik dan histogram. 2. Mencari penyebab Langkah kedua, yaitu mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan metode Brainstorming terhadap masalah yang menjadi prioritas untuk diselesaikan. Setiap ide faktor-faktor penyebab yang didapatkan kemudian digambarkan dalam bentuk diagram sebab akibat. Jika faktor-faktor penyebab dari suatu masalah dapat diketahui pada saat masalah tersebut terjadi atau secara visual terlihat, maka rencana perbaikan dapat langsung dibuat dan dilaksanakan. 3. Menentukan penyebab yang dominan Langkah ketiga adalah menentukan penyebab yang dominan. Dari hasil langkah sebelumnya didapatkan masalah-masalah nantinya akan di pilih menjadi masalah yang paling dominan. Dari diagram sebab akibat dapat ditemukan masalah apa yang paling dominan karena permasalahannya didapatkan berdasarkan hasil survei dilapangan produksi selama penelitian. Caranya dibuatkan check sheet yang berisikan tentang masalah-masalah yang paling dominan terjadi selama proses produksi. Setelah itu dibuatkan juga diagram pareto untuk memperjelas tingkat permasalahannya.
65
4. Rencana perbaikan Langkah selanjutnya adalah rencana perbaikan. rencana perbaikan digunakan metode 5 W + 1 H, yang nantinya dibuatkan matriks yang berisikan tentang tujuan perbaikan, cara perbaikan, waktu pelaksanaan, area perbaikan dijalankan, dan sasaran/target yang ingin dicapai. 5. Pelaksanaan perbaikan Dilakukan pemantauan (monitoring) apakah perbaikan berjalan sesuai rencana
atau
tidak.
Tujuannya
adalah
untuk
mengumpulkan
dan
mengdokumentasikan data atau cacatan tentang pelaksanaan yang meliputi kondisi sebelum perbaikan, saat perbaikan dilakukan, dan setelah perbaikan dilakukan. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai data atau dasar dalam tahap evaluasi hasil perbaiakan. Pelaksanaan perbaikan ini nantinya akan ditemukan solusi dari masalah yang ada. Solusi-solusinya dapat berupa perbaikan dari alat-alat kerja lama yang selama ini tidak dapat meningkatkan hasil produksi secara baik. Selain itu juga dapat menciuptakan alat-alat kerja yang baru yang dapat memaksimalkan hasil produksi dengan kualitas yang baik. 6. Evaluasi hasil Proses evaluasi hasil perbaikan dilakukan untuk mengetahui berhasil tidaknya perbaikan yang telah diimplementasikan. Implementasi perbaikan dinyatakan berhasil/efektif apabila hasil evaluasi menyatakan bahwa kondisi sesudah perbaikan berdasarkan perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan.
66
Sebaliknya, jika hasil evaluasi menyatakan implementasi perbaikan tidak berhasil maka tim harus menganalisis kembali apa yang terjadi dalam proses dan proyek harus dirancang ulang. Proses evaluasi hasil perbaikan ini hanya menggunaka alat Bantu kerja check sheet, diagram Pareto dan Peta Kendali p. 7. Standarisasi Ada beberapa faktor yang dijadikan sebagai standarisasi dalam perbaikan ini yaitu faktor manusia atau tim kerja, faktor alat, faktor material, faktor cara dan faktor lingkungan. 8. Masalah berikut Langkah terakhir ini hanya berisikan tentang masalah yang akan dibahas oleh tim QCC selanjutnya. Jadi, rencana perbaikan dalam QCC ini tidak akan berhenti begitu saja. Masalah yang dihadapi setiap saat akan terus bermunculan dan ini menjadi tugas dan tanggung jawab dari tim QCC.
3.2.6 Analisis FMEA Data yang telah diolah kemudian dianalisis hasilnya untuk mendapatkan gambaran tentang hasil dari penelitian yang dilakukan. Analisis dilakukan juga dengan menggunakan metode FMEA ( Failure, Mode, Effects and Analysis ). Dengan menggunakan metode FMEA ini akan menghitung nilai RPN yang didapatkan dari hasil perkalian bobot Occurance, Severity, dan Detection. Metode FMEA ini disajikan dalam bentuk tabel yang berisikan CTQ, efek kegagalan, modus kegagalan potensial, penyebab potensial, nilai RPN dan rekomendasi. Dari hasil analisis akan
67
diketahui faktor-faktor dominan apa saja yang menjadi penyebab proses produksi tidak berjalan optimal dan banyak menghasilkan produk yang cacat.
3.2.7 Penarikan kesimpulan dan pemberian saran Setelah pengolahan data dianalisis kemudian ditarik suatu kesimpulan dan pemberian saran. Penarikan kesimpulan dan pemberian saran ini bertujuan untuk memberikan masukan kepada perusahaan yang nantinya dapat memperbaiki sistem kerja selama ini yang mereka jalankan. Tetapi di lain pihak juga ikut memberikan yang terbaik untuk perusahaan dengan tujuan mengoptimalkan keuntungan yang besar bagi perusahaan.