BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1
Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan meliputi bagian dari proses laporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas/laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ek uitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba-rugi memperlihatkan hasil- hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. Sedangkan
menurut
Harahap
(2009:105),
laporan
keuangan
menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada 6
7
saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca, laporan laba-rugi atau hasil usaha, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, laporan posisi keuangan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan untuk perusahaan terdiri dari laporan- laporan yang melaporkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang dilaporkan dalam neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, dimana neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas perusahaan. Laporan laba-rugi menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tertentu. Sedangkan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. 2. Tujuan Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:3), tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan menurut Fahmi (2011:28), tujuan utama dari laporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan dari unsur-unsur laporan
keuangan
yang
ditujukan
kepada
pihak-pihak
lain
yang
berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan di samping pihak
manajemen perusahaan. Para pemakai laporan akan
menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak
8
keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya. Informasi mengenai dampak keuangan yang timbul tadi sangat berguna bagi pemakai untuk meramalkan, membandingkan dan menilai keuangan. Seandainya nilai uang tidak stabil, maka hal ini akan dijelaskan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan akan lebih bermanfaat apabila yang dilaporkan tidak saja aspek-aspek kuantitatif, tetapi mencakup penjelasan-penjelasan lainnya yang dirasakan perlu. Dan informasi ini harus faktual dan dapat diukur secara objektif. Beberapa tujuan laporan keuangan dari berbagai sumber di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : a.
Informasi posisi laporan keuangan yang dihasilkan dari kinerja dan aset perusahaan sangat dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan, sebagai bahan evaluasi dan perbandingan untuk melihat dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.
b.
Informasi keuangan perusahaan diperlukan juga untuk menilai dan meramalkan apakah perusahaan di masa sekarang dan di masa yang akan datang sehingga akan menghasilkan keuntungan yang sama atau lebih menguntungkan.
c.
Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Selain untuk menilai kemampuan perusahaan, laporan keuangan
juga
bertujuan
sebagai bahan
pengambilan keputusan investasi.
pertimbangan
dalam
9
3. Jenis Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2), laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan neraca dan laporan laba-rugi. a. Neraca Menurut Harahap (2009:107), neraca atau daftar neraca disebut juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas pada saat tertentu. Neraca atau balance sheet adalah laporan yang menyajikan sumber-sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau aset kewajiban-kewajibannya atau utang, dan hak para pemilik perusahaan yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau ekuitas pemilik suatu saat tertentu. Neraca harus disusun secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu neraca tepatnya dinamakan statements of financial position. Karena neraca merupakan potret atau gambaran keadaan pada suatu saat tertentu maka neraca merupakan status report bukan merupakan flow report. Menurut Riyanto (2010:19), aset dapat dibagi atas dua kelompok besar, yaitu aset lancar adalah aset yang habis dalam satu kali perputaran dalam proses produksi dan proses berputarnya adalah dalam waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun). Dalam perputarannya yang satu kali ini, elemen-elemen dari aset lancar tidak sama cepatnya ataupun tingkat perputarannya, misalnya piutang menjadinya kas adalah lebih cepat daripada
10
inventory (apabila penjualan dilakukan secara kredit), karena piutang menjadi kas hanya membutuhkan satu langkah saja, sedangkan inventory melalui piutang dahulu barulah menjadi kas. Dengan kata lain, aset lancar ialah aset yang dapat diuangkan dalam waktu yang pendek. Sedangkan aset tetap adalah aset yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi. Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai aset tetap selain aset itu dimiliki perusahaan, juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat permanen (aset tersebut mempunyai umum kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan). Menurut Munawir (2010:18), hutang adalah semua kewajiban-kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur. Hutang atau kewajiban-kewajiban perusahaan dapat dibebankan ke dalam kewajiban lancar (kewajiban jangka pendek) dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban jangka pendek atau kewajiban lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki perusahaan, sedangkan kewajiban jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayaran (jatuh temponya) jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca). Menurut Riyanto (2010:240), modal sendiri merupakan ekuitas yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam di dalam perusahaan untuk
11
waktu yang tidak tertentu lamanya. Ekuitas dari sumber ini merupakan dana yang berasal dari pemilik perusahaan atau dapat pula bersumber dari pendapatan atau laba yang ditahan. b. Laporan Laba-Rugi (Income Statement) Menurut Munawir (2010:26), laporan laba-rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, beban, laba-rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba-rugi bagi tiap-tiap perusahaan, namun prinsipprinsip yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut: 1. Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor. 2. Bagian kedua menunjukkan beban-beban operasional yang terdiri dari beban penjualan dan beban umum/administrasi (operating expenses). 3. Bagian ketiga menunjukkan hasil- hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan beban-beban yang
terjadi
di
luar
usaha
pokok
perusahaan
(non
operating/financial income dan expenses). 4. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
12
Menurut Darsono dan Ashari (2005:20) mendefinisikan “laporan laba rugi (atau untuk lembaga non profit disebut laporan sisa hasil usaha) merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu, misalnya bulanan atau tahunan”. Beberapa komponen laporan laba rugi adalah : 1. Pendapatan/penjualan (dari usaha utama) : Pendapatan atau penjualan adalah hasil penjualan produk atau jasa utama yang dihasilkan perusahaan kepada pelanggan. 2. Harga pokok penjualan : Harga
pokok
penjualan
merupakan
biaya
produksi
sesungguhnya dari produk atau jasa yang dijual pada periode tersebut. 3. Biaya pemasaran : Biaya
pemasaran
adalah
biaya
yang
dikeluarkan
untuk
memasarkan produk dan jasa yang dihasilkan pada periode tersebut. Misalnya biaya iklan, biaya gaji salesman, dan biaya promosi. 4. Biaya administrasi dan umum : Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan administrasi dan umum perusahaan. Contohnya adalah biaya gaji direksi, biaya penyusutan, biaya perlengkapan kantor dan biaya telepon.
13
5. Pendapatan luar usaha (non operasional) : Pendapatan luar usaha atau non operasional adalah pendapatan yang diperoleh bukan dari bisnis utama perusahaan, misalnya keuntungan penjualan aktiva tetap, bunga bank bagi perusahaan non bank dan lain- lain. 6. Biaya luar usaha (non operasional) : Biaya luar usaha adalah biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas yang bukan dari bisnis utama. Contoh biaya ini adalah biaya bunya bank dan biaya sumbangan. 4. Pemakai Laporan Keuangan Para pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Pemakai laporan keuangan dibedakan menjadi dua klasifikasi utama, yaitu : a. Pemakai internal, yaitu pengambil keputusan yang secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan internal perusahaan. b. Pemakai eksternal, pengambil keputusan yang berkaitan dengan hubungan mereka dengan perusahaan. (Stice,2004:10) Menurut Harahap (2007:120) Pengguna Laporan Keuangan sebagai berikut : Para pengguna laporan keuangan sebagai berikut: Pemegang saham, Investor, Analis pasar modal, Manajer, Karyawan dan serikat pekerja, Instansi pajak, Pemberi dana (kreditur), Supplier, Pemerintah atau lembaga pengatur resmi, Langganan atau lembaga konsumen, Lembaga swadaya masyarakat, peneliti/Akademis/Lembaga peringkat.
14
Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa para pemakai laporan keuangan memiliki kepentingannya masing- masing terhadap laporan keuangan suatu perusahaan. Pada umumnya laporan keuangan digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut selama periode yang bersangkutan sehingga para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan terhadap rencana selanjutnya. 5. Karakteristik Laporan Keuangan Informasi akuntansi harus mempunyai karakteristik tertentu, agar dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan. Karakteristik Laporan Keuangan menurut Soemarso (2005:362) : ”Karakteristik yang harus melekat dalam informasi akuntansi sebagai berikut Dapat: dipahami, Relevan, Keandalan, dapat dibandingkan”. Menurut Harahap (2007:145) : ”Karakteristik laporan keuangan sebagai berikut : Relevan, Dapat dimengerti, Daya uji, Netral, Tepat waktu, Daya banding, Lengkap”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna. Setiap perusahaan dituntut untuk memberikan kinerja yang baik sehingga dapat bertahan dalam persaingan bisnis. Kinerja mencerminkan prestasi perusahaan berdasarkan kegiatan operasional sehari-hari perusahaan. Melalui pengukuran kinerja, dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam mengelola sumber daya dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
15
6. Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Munawir (2010:9), keterbatasan laporan keuangan antara lain: a. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. b. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. c. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut menurun, dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah
belum tentu
menunjukkan
atau
mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan harga- harga. d. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktorfaktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan suatu uang.
16
2.1.2
Analisis Laporan Keuangan
1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menurut Munawir (2010;35), analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Harahap (2009:190), analisis laporan keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian (2001:37), analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang
17
berkepentingan dan juga dalam melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio-rasio laporan keuangan, dengan melakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan akan dapat menentukan suatu keputusan yang akan diambil. 2. Tujuan dan Kegunaan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Secara lengkap Harahap (2006:195) mengungkapkan bahwa tujuan dari analisis laporan keuangan ini sebagai berikut: a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa. b. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit). c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. d. Dapat membongkar hal- hal yang tidak bersifat konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. e. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya data melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi dan peningkatan (rating).
18
f.
Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain: 1. Dapat menilai prestasi perusahaan. 2. Dapat memproyeksi keuangan perusahaan. 3. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu : a. Posisi keuangan (aset, neraca, dan modal) b. Hasil usaha perusahaan (hasil dan biaya) c. Likuiditas d. Solvabilitas e. Aktivitas f. Rentabilitas atau profitabilitas g. Indikator pasar moda 4. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu 5. Melihat komposisi struktur keuangan dan arus dana 6. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. 7. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
19
8. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya. 9. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang. Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, analis keuangan dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap kesehatan perusahaan. Analisis laporan keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis dan investasi (Astuti, 2004: 29) Sedangkan pengertian analisis laporan keuangan menurut Harahap (2006: 190) adalah sebagai berikut: “Analisis laporan keuangan yaitu menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang sangat tepat”. 3. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Dalam menganalisis laporan keuangan digunakan beberapa metode dan teknik yang akan dijadikan dasar penganalisisan. Menurut Munawir dalam
20
bukunya ”Analisa Laporan Keuangan” (2004:36) ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan, yaitu: a. Analisa horizontal, yaitu analisa dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. b. Analisa vertikal, yaitu apabila apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Menurut Munawir (2010:36-37), teknik analisis laporan keuangan terdiri dari: a. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan: 1. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah. 2. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah. 3. Kenaikan atau penurunan dalam persentase. 4. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio. 5. Persentase dalam total. Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahanperubahan yang terjadi dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
21
b. Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. c. Laporan dengan persentase per komponen (Common Size Statement), adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing- masing aset terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. d. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. e. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. f.
Analisis Rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari akun-akun tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
g. Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari suatu periode ke periode yang lain atau perubahan laba
22
kotor dari suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. h. Analisis Break Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Menurut Harahap (2006:216) mengemukakan teknik dalam analisis laporan keuangan sebagai berikut: 1. Metode Komparatif. Melakukan perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya yang relevan dan bermakna untuk mengetahui perbedaan, besaran, maupun hubungannya (Intra perusahaan, Inter perusahaan, Industrial Norm, Budget). 2. Trend Analysis-horizontal a. Indeks b. Numbers
23
3. Membuat Laporan Keuangan dalam bentuk Common Size Financial Statement, ataubentuk sederhana (awam). Biasanya dibuat secara vertikal. 4.
Metode Index Time Series
adalah analisa rasio perusahaan untuk
beberapa periode. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang pada perusahaan yang sama. Analisa trend dapat melihat apakah prestasi perusahaan itu meningkat atau menurun selama periode tertentu,
mengestimasi
kemungkinan
penurunan pada kondisi keuangan tertentu 5. Analisis Rasio: a. Likuiditas b. Profitabilitas/Rentabilitas c. Solvabilitas/Leverage d. Aktivitas e. Market Based Ratio 6. Teknik analisis lain seperti: a. Analisis sumber dan penggunaan dana b. Analisis Break Even c. Analisis Gross Profit d. Dupont Analisis 7. Analytical Review/Transactional Analysis
terjadi
peningkatan
atau
24
8. Model Analisis: a. Bond rating b. Bankruptcy model c. Net cash flow prediction model d. Take over model 4. Kelemahan Analisis Laporan Keuangan Menurut Harahap (2009:203) kelemahan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut : a. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah. b. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya angka-angka laporan keuangan. Kita juga harus melihat aspek-aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan dan budaya masyarakat. c. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan. 2.1.3
Analisis Rasio Keuangan
1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan Menurut Harahap (2009:297), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keua ngan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.
25
Menurut Simamora (2002:357), analisis rasio merupakan cara penting untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna diantara komponenkomponen dari laporan- laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio yang akan menjelaskan atau menggambarkan kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan. Menurut Riyanto (2010:329), dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu : 1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara pembanding ini akan dapat diketahui perubahanperubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Kalau diketahui perubahan dari angka rasio tersebut maka dapatlah diambil kesimpulan mengenai tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan serta hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. 2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio standar) untuk waktu yang sama. Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek
26
keuangan tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak dibawah rata-rata industri. Menurut Riyanto (2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu : 1. Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya. 2. Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang. 3. Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya. 4. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan aspek rasio likuiditas, solvabilitas/ leverage, profitabilitas dan aktivitas untuk kinerja perusahaan PT. Sampoerna Agro Tbk. 1. Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Untuk dapat memenuhi
kewajibannya
maka
yang
sewaktu-waktu
ini,
perusahaan
harus
mempunyai alat-alat untuk membayar yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada kewajiban-kewajiban yang harus
segera
dibayar
(Harahap,2009:301).
berupa
kewajiban-kewajiban
lancar
27
Mengenai rasio-rasio likuiditas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 332), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut : a. Rasio Lancar (Current Ratio) Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan
merupakan ukuran yang paling umum
digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya.
Current
ratio
menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi ke wajibankewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban
lancar,
semakin
tinggi kemampuan
perusahaan
menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio yang rendah biasanya dianggap
menunjukkan terjadinya
masalah dalam
likuidasi, sebaliknya Current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10). Rumus : Current Ratio = Aktiva Lancar x 100 % Hutang Lancar b. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan
aktiva
lancar
dengan
persediaan.
Hal
ini
28
dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Rumus : Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan x 100% Hutang Lancar
2. Rasio Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang- hutang nya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable. Syafri (2008:303) menyatakan bahwa Rasio Solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi. Mengenai rasio-
29
rasio solvabilitas sebagaimana yang diutarakan, dapat dilihat pada uraian sebagai berikut : a. Rasio hutang modal (Debt to Equity Ratio) Rasio hutang modal menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang- hutang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang. Rasio ini disebut juga rasio leverage. Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Struktur permodalan merupakan pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Wahyono, 2002:12). Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal maka semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan modal yang menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
kewajibannya dengan menggunakan modal yang ada. Rumus : Debt to Equity Ratio = Total Hutang x 100% Total Modal
memenuhi
30
b. Rasio Hutang Terhadap Total Aktiva (Debt Total Asset Ratio) Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi
antara kewajiban yang dimiliki
dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi. Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga akan semakin
kecil
dan
ini
berarti
risiko
financial
perusahaan
mengembalikan pinjaman juga semakin kecil. Rumus :
Debt Total Asset Ratio =
Total Hutang x 100% Total Aktiva
3. Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304). Mengenai rasio-rasio profitabilitas sebagaimana yang diutarakan, dapat dilihat pada uraian sebagai berikut :
31
a. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio mengukur laba kotor terhadap penjualan. Semakin besar Gross Profit Margin maka semakin baik keadaan operasi perusahaan, ha l ini menunjukan bahwa Harga Pokok Penjualan relative lebih rendah di bandingkan dengan penjualan (Syamsuddin, 2009:61).
Rumus : Gross Profit Margin = Penjualan – Harga Pokok Penjualan x 100% Penjualan b. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
Rumus : Net Profit Margin = Pendapatan Bersih x 100% Penjualan c. Tingkat Pengembalian Aktiva (Return On Asset) Return on asset merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63). Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on asset merupakan rasio yang
32
menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63).
Rumus : Return On Asset
=
Laba Bersih x 100% Total Aktiva
d. Tingkat Pengembalian Modal (Return on equity) Rasio ini merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305). Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20).
Rumus : Return on equit y
=
Laba Bersih x 100% Modal Saham (Ekuitas)
4. Rasio Aktivitas merupakan rasio yang mengukur seberapa efektif (hasil guna) perusahaan menggunakan sumber dayanya (Raharjaputra, 2009: 199). Menurut Harahap (2006: 308) rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya, baik dalam
33
kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Mengenai rasio-rasio aktivitas sebagaimana yang diutarakan, dapat dilihat pada uraian sebagai berikut : a. Perputaran Total Aktiva Tetap (Fixed Aset Turnover) Rasio ini menunjukkan berapa kali nilai aktiva berputar bila diukur dari volume penjualan
Rumus : Fixed Asset Turnover =
Penjualan Aktiva Tetap
b. Perputaran Total Aktiva (Total Aset Turnover) Rasio ini merupakan Rasio untuk menilai kinerja aktiva dalam menghasilkan pendapatan dengan cara membagi hasil penjualan netto dengan total aktiva.
Rumus : Total Asset Turn Over = Penjualan Netto Total Aktiva
2.1.4
Kinerja Keuangan 1. Kinerja Keuangan Perusahaan Menurut Munawir (2010:30), kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan
34
perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Menurut Sawir (2003:144), dalam menilai kinerja keuangan yang menggunakan analisis rasio keuangan perlu diketahui standar rasio keuangan tersebut. Menurut Yuwono, Sukarno, dan Ichsan (2003:31), dengan adanya standar rasio keuangan, perusahaan dapat menentukan apakah kinerja keuangannya baik atau tidak. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan rasio keuangan yang diperoleh dengan standar rasio keuangan yang ada. Pada umumnya, kinerja keuangan perusahaan dikategorikan baik jika besarnya rasio keuangan perusahaan bernilai sama dengan atau di atas standar rasio keuangan. Menurut Munawir (2010:67),
selain
membandingkan rasio
keuangan dengan standar rasio, kinerja keuangan juga dapat dinilai dengan membandingkan rasio keuangan tahun yang dinilai dengan rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan membandingkan rasio keuangan pada beberapa tahun penilaian dapat dilihat bagaimana kemajuan ataupun kemunduran kinerja keuangan sesuai dengan kegunaan masing- masing rasio tersebut. Menurut Munawir (2010:31), pengukuran kinerja keuangan perusahaan mempunyai beberapa tujuan diantaranya :
35
a. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi pada saat ditagih. b. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. c. Untuk mengetahui tingkat profitabilitas dan rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu yang dibandingkan dengan penggunaan aset atau ekuitas secara produktif. d. Untuk
mengetahui tingkat aktivitas
usaha,
yaitu kemampuan
perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, yang diukur dari kemampuan perusahaan dalam membayar pokok utang dan beban bunga tepat waktu, serta pembayaran dividen secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami kesulitan atau krisis keuangan. 2. Pengertian Penilaian Kinerja Dalam
mengelola
sebuah
perusahaan,
manajemen
biasanya
menetapkan sasaran yang akan dicapai di masa yang akan datang dalam proses
yang
disebut
perencanan.
Pelaksanaan
memerlukan pengendalian agar efktif dalam
rencana
mencapai
tersebut sasaran
yang telah ditetapkan. Pengendalian yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dapat berupa penilaian kinerja atau prestasi seorang manajer,
36
dengan cara menilai dan membandingkan data keuangan perusahaan selama periode berjalan. Dalam hal ini penilaian kinerja seorang manajer dapat diukur berdasarkan hasil laporan keuangan yang disajikan dalam laporan
pertanggungjawabannya.
Syahrul
dan
Nijar
(2004:628)
mendefinisikan penilaian kinerja adalah pertimbangan kumulatif tentang faktor- faktor (yang bersifat subyektif dan obyektif) untuk me nentukan indikator representatif atau penilaian tentang aktivitas individu atau badan usaha yang berkaitan dengan sejumlah batasan (standar) selama beberapa periode.
2.1.5 Go Public 1. Pengertian Perusahaan Go Public Go public artinya perusahaan tersebut telah memutuskan untuk menjual sahamnya kepada publik dan siap untuk dinilai oleh publik secara terbuka. Dalam proses go public perusahaan membutuhkan peran lembaga menunjang pasar modal, yang akan membantu perusahaan mulai dari penyediaan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran ke bapepam sampai pendaftaran sahamnya ke bursa efek. 2. Proses Go Public BEI pada tahun 2008 ini menargetkan sekitar 30 emiten saham yang akan mencatatkan saham di BEI. Kendati target yang dipatok jumlahnya cukup banyak, bukan berarti untuk tercatat di BEI menjadi gampangan. Proses go public tetap menggunakan prosedur yang berlaku, sesuai dengan standar dan
37
aturan yang berlaku, tanpa sedikit pun manajemen BEI terlibat di dalamnya. Karena memang dalam proses go public ini, pintu pertama yang harus dilakukan adalah Badan Pengawas Pasar Modal- Lembaga Keuangan (Bapepam- LK). Proses go public, secara sederhana dikatakan sebagai kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual saham atau Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya. Tahapan Proses Go-public, dibagi menjadi 4 tahap, yaitu: 1. Tahap Persiapan Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam rangka mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses go public. Pada tahap persiapan ini yang paling utama yang harus dilakukan sebuah perusahaan yang akan go public adalah melakukan Rapat Umum Pemegang Saham terlebih dulu (RUPS). RUPS bagi sebuah perusahaan merupakan hak penting dan merupakan kaidah yang diatur dari UU Perseroan Terbatas. Go public harus disetujui terlebih dulu oleh pemegang saham. Karena go public akan melibatkan modal baru di luar pemegang saham yang ada maka perlu diputuskan apakah kehadiran modal baru itu nantinya akan mengubah masingmasing kepemilikan para pemegang saham lama. Setelah
itu
perusahaan
mulai
mempersiapkan
penjamin
emisi
(underwriter) dari perusahaan itu. Underwriter adalah perusahaan efek yang nantinya akan menjembatani perusahaan efek tersebut ke pasar modal.
38
Sebagai penjamin maka perusahaan efek itu akan menyiapkan dokumen dan bersama dengan perusahaan menunjuk pihak-pihak seperti akuntan publik, konsultan hukum, notaris, perusahaan penilai (appraisal), dan faktor- faktor lain yang sifatnya adminsitrasi. Appraisal atau perusahaan penilai bertugas untuk menilai aset perusahaan khususnya dari sisi nilai. Dengan adanya appraisal ini berarti bisa diketahui nilai perusahaan, nilai modal sehingga nantinya bersama dengan komponenkomponen lainnya, kinerja keuangan dan operasional bisa dikeluarkan nilai dan harga saham yang layak bila perusahaan itu akan go public. Selanjutnya melakukan pengolahan data-data perusahaan, tidak lagi manajemen atau direksi, apalagi pemegang saham pendiri yang banyak terlibat, tapi sudah orang-orang di luar perusahaan ikut terlibat. Pihak-pihak luar seperti underwriter, konsultan hukum, akuntan, appraisal dan notaris. Mereka itu merupakan pihak-pihak yang sudah memahami tugas dan fungsinya bagi perusahaan. Karena itu guna kelancaran proses go public sebuah perusahaan disarankan menggunakan profesi penunjang pasar modal yang memperoleh izin dari Bapepam- LK. 2. Tahap Pengajuan Pernyataan Pendaftaran Dalam tahap ini, perusahaan bersama underwriter membawa dokumen yang terangkum dalam prospektus ringkas perusahaan ke Bapepam-LK. Prospektus ringkas merupakan keterangan ringkas mengenai perusahaan dalam minimal dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Untuk itu prospektus harus secara ringkas dan padat memuat berbagai informasi terkait dengan
39
perusahaan, mulai dari company profile, kinerja operasional perusahaan seperti, neraca rugi laba, proyeksi kinerja perusahaan serta untuk kepentingan apa dana masyarakat itu dibutuhkan 3. Tahap Penjualan Saham Dipastikan kurang dari 38 hari Bapepam- LK sudah memberikan jawaban atas pernyataan pengajuan pendaftaran perusahaan yang akan go public ini. Kalau setelah melakukan pendaftaran dan tidak ada koreksi maka pada periode waktu tersebut, pernyataan tersebut otomatis menjadi efektif. Apabila perusahaan itu sudah dinyatakan efektif, berarti saham dari perusahaan itu sudah bisa dijual. Penjualan dilakukan melalui penawaran umum (initial public offering/IPO). Dalam konteks pasar modal penjualan saham melalui mekanisme IPO ini disebut dengan penjualan saham di pasar perdana, atau biasa juga disebut dengan pasar perdana. Oleh Bapepam-LK bagi perusahaan yang akan tercatat di BEI penjualan saham dalam IPO ini waktunya relatif terbatas, dua atau tiga hari saja. Tapi bagi perusahaan yang setelah menjual saha mnya tidak mencatatkan di BEI maka penjualan sahamnya bisa lebih lama lagi. Hingga tahap IPO ini, perusahaan sudah bisa dinyatakan sebagai perusahaan publik. Gelar di belakang perusahaan menjadi Tbk (kependekan dari Terbuka). Sebagaimana diungkap sebelumnya, perusahaan bisa langsung mencatatkan sahamnya di BEI setelah IPO bisa juga tidak. Jadi setelah menjadi perusahaan public sama sekali tidak ada keharusan bagi saham sebuah perusahaan untuk langsung tercatat (listed).
40
4. Tahap Pencatatan di BEI Setelah melakukan penawaran umum, perusahaan yang sudah menjadi emiten itu akan langsung mencatatkan sahamnya maka yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah apakah perusahaan yang melakukan IPO tersebut memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku di BEI (listing requirement). Kalau memenuhi persyaratan, maka perlu ditentukan papan perdagangan yang menjadi papan pencatatan emiten itu. Papan utama merupakan papan perdagangan bagi emiten yang volume sahamnya cukup besar dengan kapitalisasi pasar yang besar, sedangkan papan pengembangan adalah khusus bagi pencatatan saham-saham yang tengah berkembang. Kendati terdapat dua papan pencatatan namun perdagangan sahamnya antara papan utama dan papan pengembangan sama sekali tidak berbeda, sama-sama dalam satu pasar. Jadi perbedaaan papan perdagangan ini hanya membedakan ukuran perusahaan saja. Papan Utama ditujukan untuk emiten atau emiten yang mempunyai ukuran (size) besar dan lamanya menjalankan usaha utama sekurang-kurangnya 36 bulan berturut-turut. Sementara Papan Pengembangan dimaksudkan untuk perusahaan-perusahaan yang belum dapat memenuhi persyaratan pencatatan di Papan Utama, termasuk perusahaan yang prospektif namun belum menghasilkan keuntungan.
41
2.1.6
Penelitian Terdahulu
Tabel 1 NO.
JUDUL PENELITIAN
NAMA PENELITI
HASIL PENELITIAN
METODE PENELITIAN
1.
“Analisis likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas untuk menilai kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public pada PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk di BEI”
SITI MAISARO (2013)
Menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan untuk semua rasio keuangan sebelum dan sesudah go public, kecuali untuk Quick Ratio, Cash Ratio, dan ROE menunjukan perbedaan signifikan. Hasil ini mengindikasikan bahwa sebelum dan sesudah go public tidak memberikan perbedaan/perbaikan yang signifikan pada kinerja keuangan dari perusahaan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistic dengan menggunakan Paired Sample TTest
2.
“Analisis kinerja keuangan Perusahaan sebelum dan sesudah Go Public pada PT. Jasa Marga Tbk.”
NUR INAYAH (2011)
Menunjukan bahwa laporan dari perusahaan sebelum dan sesudah go public mengalami dan mencoba suatu peningkatan penting, dari perbandingan kemampuan cenderung untuk mempunyai perluasan dari bukit yang rendah drastic sesudah go public, sedangkan liquiditas dan profitabilitas perbandingan cenderung meningkat setelah menjadi umum disbanding sebelum go public
Motede penelitian yang digunakan adalah penelitian studi deskriptif dengan pendekatan studi kasus (case study).
42
2.2 Rerangka Berfikir Studi Teori
Studi Empirik
Fakta Analisis Laporan Keuangan : Menurut Munawir (2010;35), Harahap (2009;190), Barlian (2001;37) dalam bukunya Intermediate Accounting Analisis Ratio : Menurut Harahap (2009;297), Simamora (2002;357) Jenis-jenis Rasio Keuangan : Menurut Harahap (2010;331) Rasio Liku iditas: Menurut Sawir (2009;10) Rasio So lvabilitas: Menurut Syafri (2008;303)
Untuk mengetahui kondisi Kinerja Keuangan sebelum dan sesudah melaku kan go public. Analisis Rasio Keuangan merupakan satu diantara dasar penelitian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Permasalahan Bagaimana Kinerja Keuangan pada PT. Sampoerna Agro Tbk sebelum dan sesudah go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan pada PT. Sampoerna Agro Tbk sebelum dan sesudah go public.
Rasio Profitabilitas: Menurut Syafri (2008;304) Rasio Aktiv itas: Menurut Harahap (2006;308) Kinerja Keuangan: Menurut Munawir (2010; 30)
Sit i Maisaro (2013) Analisis Rasio Likuiditas, So lvabilitas, dan Rentabilitas untuk men ilai kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public pada PT. Su mber Alfaria Trijaya Tbk di BEI.
-
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Current Ratio Quick Ratio Debt to Total Asset Ratio Debt to Equity Ratio Gross Profit M argin Net Profit M argin Return On Asset Return On Equity Total Asset Turnover Fixed Asset Turnover
Kinerja Keuangan
Nur Inayah (2011) Analisis kinerja keuangan Perusahaan sebelum dan sesudah go public pada PT. Jasa Marga Tbk.
Hipotesis Kinerja keuangan PT. Sampoerna Agro Tb k mengalami peningkatan sesudah melaku kan go public. Ada perbedaan yang signifikan kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public PT. Sampoerna Agro, Tbk. Uji Beda Berpasangan Skripsi
Gambar 1 Rerangka Pe mikiran
43
Laporan keuangan Neraca dan Laporan Laba rugi
Sebelum Go Public
Sesudah Go Public
Analisis Rasio 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Solvabilitas 3. Rasio Profitabilitas 4. Rasio Aktivitas
Analisis Rasio 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Solvabilitas 3. Rasio Profitabilitas 4. Rasio Aktivitas
Kinerja Keuangan Sebelum Go Public
Kinerja Keuangan Sesudah Go Public
Uji Beda Berpasangan
Kesimpulan
Gambar 2 Model Penelitian
44
2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis
merupakan
pernyataan
sementara
yang
masih
lemah
kebenarannya, maka diuji kebenarannya secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan permasalahan dan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : Kinerja keuangan PT. Sampoerna Agro Tbk mengalami peningkatan sesudah melakukan go public. H2 : Ada perbedaan yang signifikan kinerja keuangan sebelum dan sesudah go public PT. Sampoerna Agro, Tbk.