BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan umumnya dianggap sangat penting dalam sebuah bisnis. Tidak hanya untuk internal perusahaan, laporan keuangan ini dipakai oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Misalnya laporan keuangan dibutuhkan oleh pemegang saham untuk mengetahui kinerja perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Laporan keuangan ini bisa juga digunakan oleh pihak kreditur untuk membuat keputusan mengenai keputusan memberikan kredit atau tidak pada sebuah perusahaan. Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. (Fahmi, 2014: 2) Menurut Hanafi (2013:27) laporan keuangan perusahaan bertujuan meringkaskan kegiatan dan hasil dari kegiatan tersebut untuk jangka waktu tertentu. Artinya laporan keuangan biasanya berisi mengenai informasi tentang kegiatan apa saja yang sudah dilakukan oleh perusahaan khususnya dalam keuangan perusahaan. Sehingga laporan keuangan seringkali digunakan sebagai dasar
informasi
untuk
pengambilan
keputusan
bagi
pihak-pihak
yang
berkepentingan. Baik oleh pihak internal perusahaan (manajemen) maupun pihak eksternal perusahaan. Bagi pihak intern perusahaan informasi mengenai posisi
11
12
keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk kegiatan evaluasi atas kinerja manajemen dalam meningkatkan laba dan pengembangan perusahaan. Informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensi ekonomi yang dapat dikendalikan di masa yang akan datang. Pada umumnya informasi perubahan posisi keuangan dimanfaatkan untuk menilai aktivitas pendanaan, investasi dan operasional yang dilakukan dalam periode tertentu. Selain untuk tujuan evaluasi, laporan keuangan biasanya digunakan untuk menilai efektivitas manajemen dalam penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut. Dengan demikian laporan keuangan juga dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban pihak manajemen terhadap para pemilik modal atas sumber daya yang telah dipercayakan pada perusahaan tersebut. Harahap (2015:4) menjelaskan bahwa laporan keuangan berisi hal-hal sebagai berikut : 1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi harta, utang dan mdal pada tanggal tertentu. 2. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. laba rugi menggambarkan hasil yang diterima perusahaan selama suatu periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tersebut serta labanya.
13
3. Laporan dan sumber penggunaan dana. Disini dimuat sumber dana dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. Dana bias diartikan kas bias juga modal kerja. 4. Laporan arus kas. Laporan ini merupakan ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar yang dalam format laporannya dibagi dalam kelompok-kelompok kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiatan pembiayaan. Secara umum laporan keuangan ini sangat dibutuhkan pihak-pihak pemakai dan yang berkepentingan ini dibagi menjadi dua, yaitu pihak intern dan pihak ekstern perusahaan. Pihak intern adalah pihak yang terdapat pada lingkungan manajemen dan perusahaan itu sendiri, contohnya antara lain para manajer, dewan direksi, dan karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut. Sedangkan pihak ekstern adalah pihak yang berkepentingan tetapi diluar lingkup perusahaan tersebut, contohnya meliputi antara lain investor, kreditur, instansi pemerintah, dan pemakai lainnya misalnya para pengamat dan pihak sekuritas. Menurut Kasmir (2015:18) pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut antara lain : 1. Pemilik Pemilik pada saat ini adalah mereka yang memiliki usaha tersebut. Hal ini tercermin dari kepemilikan saham yang dimilikinya. Kepentingan bagi para pemegang saham yang merupakan pemilik perusahaan terhadap hasil laporan keuangan yang telah dibuat antara lain untuk melihat kondisi perusahaan, untuk melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan serta untuk menilai kinerja manajemen atas target yang telah ditetapkan. Laporan keuangan juga
14
dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai besar kecilnya deviden yang akan diterima tiap periode. 2. Manajemen Kepentingan pihak manajemen perusahaan terhadap laporan keuangan perusahaan yang mereka buat juga memiliki arti tertentu. Bagi pihak manajemen laporan keuangan yang dibuat merupakan cermin kinerja mereka dalam suatu periode tertentu. Nilai penting laporan keuangan bagi manajemen antara lain sebagai evaluasi kinerja, digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan serta sebagai dasar informasi untuk pengambilan keputusan keuangan. 3. Kreditur Kreditur adalah pihak penyandang dana bagi perusahaan. Artinya pemberi dana seperti bank atau lembaga keuangan lainnya. Kepentingan pihak kreditur terhadap laporan keuangan perusahaan ada 2 hal, yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam hal memberi pinajamn atau dasar pengambilan kebijakan mengenai pinjaman yang telah berjalan sebelumnya. Bagi pihak kreditur, prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan dana (pinjaman) kepada berbagai perusahaan sangat diperlukan sehingga laporan keuangan tersebut dianggap sebagai tolak ukur bagi kreditur dalam menilai keadaan perusahaan. 4. Pemerintah Pemerintah juga memiliki nilai penting atas laporan keuangan yang dibuat perusahaan. Bahkan pemerintah melalui Departemen Keuangan mewajibkan
15
kepada setiap perusahaan untuk menyusun dan melaporkan keuangan perusahaan secara periodik. 5. Investor Investor adalah pihak yang hendak menanamkan dana di suatu perusahaan. Jika suatu perusahaan memerlukan dana untuk memperluas usaha atau kapasitas usahanya disamping memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan seperti bank, dapat pula diperoleh dari para investor melalui penjualan saham. Dasar pertimbangan investor adalah dari laporan keuangan yang disajikan perusahaan yang akan ditanamnya. Dalam hal ini, investor akan melihat prospek usaha ini sekarang dan masa yang akan datang. Prospek yang dimaksud adalah keuntungan yang diperoleh (dividen) serta perkembangan nilai saham ke depan. Meskipun pihak-pihak tersebut memiliki kepentingan mereka sendiri dan sifatnya berbeda-beda, akan tetapi secara umum mereka mempunyai kesamaan, yaitu mereka yang berkepentingan atas informasi tentang apa yang akan terjadi terhadap suatu perusahaan di masa yang akan datang. Informasi penting yang menjadi fokus perhatian adalah informasi mengenai laba perusahaan. Laporan keuangan menjadi lebih bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi apabila isinya dapat digunakan sebagai bahan prediksi yang akan terjadi di masa mendatang. Dengan mengolah laporan keuangan secara lanjut melalui proses pembandingan, evaluasi dan analisis trend maka akan diperoleh prediksi yang mungkin akan terjadi di masa mendatang. Hasil dari analisis laporan keuangan akan
memudahkan
pihak
yang
berkepentingan
untuk
memahami
dan
16
menginterpretasikan berbagai informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut. 2.1.2 Analisis Laporan Keuangan Ada banyak metode dan teknik yang digunakan untuk mengalisa laporan keuangan agar lebih mudah dalam memahami isi dari laporan keuangan tersebut. Secara umum metode analisis laporan keuangan diklasifikasikan menjadi : 1. Metode Analisis Horizontal (Dinamis) Metode ini adalah metode yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Metode ini sering dipakai untuk menganalisis pengaruh dari perubahan beberapa variabel terhadap variabel lainnya. Sehingga nantinya akan diketahui apakah perubahan tersebut saling berpengaruh satu sama lain. Disebut metode analisis horizontal karena metode ini bergerak dari tahun ke tahun. Ada banyak teknik yang terdapat pada metode horizontal ini, tetapi yang banyak digunakan adalah untuk menganalisistrend
perusahaan tersebut. Sehingga nantinya akan diketahui
sejauh mana pengaruh yang terjadi terhadap perubahan variabel yang dimaksud. Teknik yang dipakai dalam metode ini adalah analisi perbandingan, analisis trend, analisis sumber dan penggunaan dana dan analisis perubahan laba kotor. 2. Metode Analisis Vertikal (Statis) Metode analisis yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada periode tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu
17
dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk satu tahun. Metode analisis ini sering dipakai untuk menganalisis perbedaan yang terjadi antar perusahaan yang memiliki bidang yang sama. Karena hanya menganalisis laporan keuangan pada satu periode, metode ini tidak dapat digunakan untuk melihat kecenderungan pengaruh yang terjadi atas perubahan variabel. Disebut metode statis karena metode ini hanya membandingkan antara pos-pos laporan keuangan pada tahun yang sama. Teknik analisis yang termasuk dalam metode ini antara lain teknik analisis presentase perkomponen (Common Size), analisis rasio, dan analisis impas. Analisis terhadap laporan keuangan tersebut akan menghasilkan dua informasi penting, yaitu informasi mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Informasi yang diperoleh dari hasil analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi para pemakai laporan keuangan (baik intern maupun ekstern) dalam pengambilan keputusan ekonomi yang menyangkut perusahaan yang dianalisis. Sehingga dalam menganalisis laporan keuangan akan dipilih metode yang mudah untuk dibaca dan dipahami sehingga para pemangku kepentingan tidak mengalami kesulitan dalam menginterpretasikan hasil perhitungan dari laporan keuangan tersebyut. Dari kedua metode diatas , teknik yang paling umum digunakan adalah analisis rasio keuangan. 2.1.3
Analisis Rasio Keuangan Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan
dalam satu periode. Aktivitas-aktivitas tersebut dituangkan dalam angka-angka.
18
Angka yang ada di laporan keuangan ini biasanya merupakan mata uang rupiah. Angka-angka ini yang kemudian akan diolah menjadi rasio keuangan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti), (Harahap, 2015:297) Misalnya perbandingan antara utang dan modal pemilik, perbandingan antara kas dan total aset, atau antara harga pokok produksi dengan total penjualan. Rasio keuangan ini sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan dapat dikatakan sebagai penyederhanaan informasi yang menggambarkan hubungan antar pos dalam laporan keuangan. Analisis rasio keuangan ini adalah teknik analisis laporan keuangan yang paling umum digunakan dalam dunia bisnis karena dianggap paling mudah dibaca dan ditafsirkan. Dengan menggunakan analisis rasio keuangan akan lebih mudah dalam melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Melalui analisis laporan keuangan akan lebih mudah daam melihat posisi perusahaan ditengah industri. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi antara angka satu dengan angka lainnya. Perbandingan ini dilakukan antara satu komponen dengan komponen lainnya dalam suatu laporan keuangan. Kemudian angka-angka tersebut dijadikan dalam bentuk prosentasi agar lebih mudah dipahami. Hasil rasio keuangan ini yang nantinya akan digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan ataukah sebaliknya. Analisis
19
rasio keuangan ini juga yang nantinya akan digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pihak manajemen dalam memberdayakan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan tepat sasaran. Dengan kata lain hasil analisis rasio keuangan ini dijadikan dasar informasi bagi manajemen dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam perusahaan. 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat besarnya aktiva lancar relatif terhadap hutang lancarnya. Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka pendeknya menggunakan aktiva lancarnya (Hanafi, 2013:37). Yang dimaksud utang jangka pendek adalah utang perusahaan yang jatuh tempo kurang dari satu tahun. Dalam hal ini, rasio likuiditas yang tinggi dianggap baik karena perusahaan dianggap mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya tanpa melakukan penjualan aset. Tetapi untuk pemilik modal rasio likuiditas yang tinggi dianggap tidak baik. Karena aktiva lancar umumnya memiliki return atau tingkat keuntungan yang lebih rendah dibandingkan aktiva tetap. Rasio likuiditas yang umum digunakan ada dua macam yaitu ; a.
Current Ratio Current Ratio atau rasio lancar menggambarkan sejauh mana aktiva lancar
dapat menutupi kewajiban-kewajiban lancar (Harahap, 2015:301). Current Ratio ini di hitung dengan cara membagi aset lancar yang dimiliki dengan kewajiban jangka pendek perusahaan tersebut.
Current Ratio =
Aktiva Lancar Utang Lancar
20
Yang dimaksud aktiva lancar adalah aktiva atau harta yang dimiliki perusahaan dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk diuangkan. Secara teori semakin besar rasio lancar akan semakin baik untuk perusahaan karena perusahaan dianggap mampu untuk melunasi kewajibannya tanpa harus melakukan penjualan aset. Tetapi bagi pemegang saham atau pemilik modal hal ini dianggap tidak efektif karena manajemen dianggap tidak mampu mengefisiensikan modal yang telah ditanamkan pada perusahaan tersebut. b.
Quick Ratio Quick Ratio atau rasio lancar adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar (Harahap, 2015:302). Rasio lancar ini mngeluarkan persediaan dalam perhitungan aktiva lancarnya.
Quick Ratio =
Aktiva Lancar - Persediaan Utang Lancar
Rasio ini juga sering disebut dengan Acid Ratio. Aktiva lancar dalam perhitungan diatas adalah kas, surat berharga dan piutang. Alasan mengapa persediaan tidak diikutkan dalam perhitungan karena persediaan dianggap aktiva yang kurang likuid sehingga dalam perhitungan rasio lancar tidak diikutsertakan. 2. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan menggunakan sumber daya yang dimilikinya demi mencapai tujuan. Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinyabaik dalam kehiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya (Harahap, 2015:308). Rasio aktivitas juga sering digunakan
21
untuk mengukur seberapa besar efisiensi penggunaan aset oleh perusahaan. Oleh sebab itu rasio ini sering dianggap sebagai parameter untuk melihat seberapa baik manajemen yang ada di sebuah perusahaan dalam memanfaatkan aset yang ada diperusahaan sehingga dapat meningkatkan laba. a.
Invetory Turn Over Rasio ini menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus
produksi norma (Harahap, 2015:308)l. Rasio invtory turn over ini melihat sejauh mana tingkat perputaran pesediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
Inventory Turn Over =
Harga Pokok Penjualan Rata-rata persediaan
Kondisi perusahaan yang baik adalah dimana kepemilikan persediaan dan perputarannya adalah selalu berada dalam kondisi seimbang. Artinya jika perputaran persediaan kecil maka akan terjadi penumpukan barang digudang, namun jika perputarannya terlalu tinggi tetapi jumlah barang yang tersedia kecil apabila terjadi hal-hal yang diluar kendali seperti bencana alam atau gagal produksi maka akan terjadi kelangkaan di pasar sehingga merugikan perusahaan. b.
Total Asset Turn Over Total asset turn over atau rasio perputaran total aset merupakan rasio yang
melihat sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan terjadi perputaran secara efektif (Azizah, 2015:7). Rasio ini diukur dari total aktiva yang dimiliki dengan volume penjualan. Dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva dalam menciptakan penjualan.
Total Asset Turn Over =
Penjualan Total Aktiva
22
Semakin tinggi rasio ini akan dianggap semakin baik, terutama pada sektor industri yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang tinggi. c.
Receivable Turn Over Rasio perputaran piutang ini biasanya digunakan dalam hubungannya
dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberikan ukuran kasar tentang seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas. (Prastowo, 2015:76)
Receivable Turn Over =
Penjualan Kredit Rata-rata Piutang
Semakin tinggi rasio ini dianggap semakin baik karena menunjukkan berapa cepat penagihan piutang karena piutang merupakan aktiva perusahaan yang kurang likuid dibandingkan dengan kas dan surat berharga. 3. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Menurut Hanafi (2013:41) perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang jumlah utangnya lebih besar dibandingkan dengan total asetnya. Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Dengan kata lain rasio solvabilitas digunaka untuk menilai seberapa besar perusahaan dibiyai dengan hutang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan berbahaya bagi sebuah perusahaan. Sehingga perusahaan harus pandai dalam memilih hutang mana yang layak diambil dan bagaimana cara melunasinya. a.
Debt to Asset Ratio Rasio ini menunjukkan sejauh mana utang dapat ditutupi menggunakan
aktiva (Harahap, 2015:304). Rasio ini diperoleh dari perbandingan utang
23
perusahaan dengan total aset yang dimilik. Semakin besar rasio yang di dapat dianggap semakin aman bagi perusahaan.
Debt to Asset Ratio =
Total Utang Total Aktiva
Debt to asset ratio biasa digunakan untuk membaca porsi utang dengan porsi aktiva. Sehingga porsi hutang harus lebih kecil daripada porsi aktiva yang dimiliki. b.
Debt to Equity Ratio Rasio ini digunakan untuk menggambarkan sampai sejauh mana modal
pemiliki dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar (Harahap, 2015:303). Rasio ini biasa disebut dengan rasio leverage.
Debt to Equity Ratio =
Total Utang Modal
Bagi pihak ekstern perusahaan semakin besar modal yang dimiliki akan semakin baik, karena mengurangi resiko gagal bayar terhadap utang yang dimiliki perusahaan tersebut. Sebaliknya, bagi pemegang saham dan manajemen rasio ini sebaiknya besar. 4. Rasio Profitabilitas Fahmi (2014:135) menjelaskan bahwa rasio ini mengukur efektivitas manajemen dalam menghasilkan return atau keuntungan bagi perusahaan melalui kegiatan penjualan maupun investasi yang dilakukan. Dengan kata lain, rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kegiatan operasional dan penjualan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Seperti kegiatan penjualan, penggunaan uang kas,
24
penambahan modal,jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas. a.
Return On Asset Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan
(Harahap, 2015:305). Rasio ini juga dikenal dengan return on investmen atau pengembalian imvestasi. Maksudnya adalah rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telag ditanamkan mampu memberikan pengembalian atau keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Investasi dalam hal ini sama dengan aset perusahaan yang ditanamkan di tempat lain.
Return On Asset =
Penjualan Bersih Total Aktiva
Semakin besar rasio ini akan semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva perusahaan telah di gunakan secara efektif sehingga dapat lebih cepat berputar dan memperoleh laba. b.
Return On Equity Return on equity disebut juga laba atas modal. Rasio ini menunjukkan
berapa persen diperoleh laba bersih diukur dari modal pemilik (Harahap, 2015:305).
Rasio
ini
akan
mengkaji
sejauh
mana
suatu
perusahaan
mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan laba bagi pemilik modal. Laba yang dimaksudkan adalah laba bersih setelah pajak dan pengembalian dividen untuk para pemegang saham istimewa (bila ada). ROE digunakan sebagai gambaran besarnya laba yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham biasa.
25
Return On Equity =
Laba Bersih Modal
Semakin besar rasio ini semakin baik karena menunjukkan kinerja manajemen yang baik dalam menghasilkan laba atas modal yang sudah dipercayakan terhadap perusahaan tersebut. 2.1.4
Analisis Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan Current Ratio terhadap Return On Equity Current ratio (CR) adalah ukuran yang umum digunakan dalam solvensi jangka pendek, kemampuam suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jauh tempo (Fahmi, 2014:121). Secara teori semakin tinggi nilai CR maka perusahaan dianggap mampu untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya terhadap pihak kreditur. Tetapi bagi pemilik modal CR yang tinggi dianggap kurang baik, karena tingkat pengembalian dari aset lancar relatif lebih kecil disbanding aset tetap. CR yang tinggi juga menunjukkan kinerja manajemen yang tidak efektif dalam memanfaatkan kekayaan perusahaan untuk memperoleh laba maksimal. Sehingga CR yang tinggi akan mengurangi laba yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Dengan demikian semakin tinggi nilai CR pada sebuah perusahaan akan berdampak pada profitabilitas yang diperoleh perusahaan tersebut. Apabila profit yang diterima perusahaan mengalami penurunan maka tingkat ROE juga semakin rendah. Hal ini menyebabkan semakin besar dampak yang dialami akibat tingginya nilai CR akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nilai ROE periode yang sama. H1
: Current Ratio berpengaruh terhadap Return On Equity
26
2. Hubungan Total Asset Turn Over terhadap Return On Equity Total Asset Turn Over (TATO) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva (Kasmir, 2015: 185). TATO menunjukkan bagaimana sebuah manajemen mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya untuk menghasilkan nilai penjualan yang setinggitingginya. Dengan kata lain, perputaran aset yang tinggi akan meningkatkan volume penjualan. Semakin banyak penjualan yang dilakukan perusahaan semakin besar kesempatan mendapatkan laba yang maksimal. Semakin cepat perputaran aset yang dialami perusahaan semakin cepat peningkatan laba yang dihasilkan. Dengan demikian makatingkat ROE juga ikut meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah laba yang diperoleh perusahaan. H2
:Total Asset Turn Over berpengaruh terhadap Return On Equity 3. Hubungan Debt To Equity Ratio terhadap Return On Equity Debt to equity ratio (DER)adalah perbandingan antara seluruh kewajiban
jangka panjang yang dimiliki perusahaan dengan modal yang berasal dari intern perusahaan (pemilik modal). DER ini juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perushaaan, sehingga dapat dilihat risiko tak tertagihnya (Prastowo, 2015:79). Semakin tinggi nilai DER menandakan bahwa semakin banyak utang perusahaan yang harus dibayar kepada kreditur. Tingginya tingkat utang perusahaan akan membuat laba menurun. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat utang, beban perusahaan akan semakin besar dan mengurangi laba
27
yang diperoleh dari hasil penjualan. Perusahaan akan mengambil sebagian laba yang diterima untuk melunasi kewajibannya terhadap kreditu. Sehingga besar kecilnya nilai DER berpengaruh terhadap ROE. H3
: Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Return On Equity
2.1.5
Penelitian Terdahulu
1. Rizki Adriani, Moch. Dzulkirom dan Muhammad Saifi (2015) Meneliti tentang “ Pengarih Current Ratio, Total Asset Turn Over dan Debt to Equity Ratio Terhadap Return On Equity (Studi pada perusahaan perusahaan sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI periode 20112014)”. Populasi yang digunakan yaitu perusahaan sub sektor Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI selama periode 2011-2014 dengan jumlah sebesar 45 perusahaan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknin non probabilitysampling yang berupa purposive sampling.Purposive sampling merupakan penentuan sampel berdasarkan atas kriteria-kriteria yang ditetapkan. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti maka diperoleh 35 perusahaan sub sektor Property dan Real Estate. Dari penelitian yang dilakukan tersebut dilakukan secara parsial melalui uji t hasil yang di dapat adalah bahwa CR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variable terikatnya yaitu ROE, TATO memilki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya yaitu ROE dan DER memliki pegaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya yaitu ROE. Pengujian dengan menggunakan uji t selain untuk menjelaskan dan memberikan gambaran besarnya hubungan variabel-variabel independen yaitu
28
CR, TATO, dan DER terhadap variabel dependennya yaitu ROE juga menunjukkan variabel independen TATO adalah variabel yang paling dominan karena memiliki nilai koefisien beta dan t hitung yang paling besar dibandingkan dengan variabel independen yang lain. 2. Umi Azizah ( 2015) Dengan judul penelitian “ Analisis Pengaruh Current Ratio, Total Asset Turn Over, Debt to Equity Ratio dan Firm Size terhadap Return On Equity pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang telah terdaftar di BEI periode tahun 2010-2013 yaitu sebanyak 37 perusahan. Sedangkan sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 25 perusahaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah library research (studi kepustakaan) dan file research (studi lapangan). Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa dari hasil uji t variabel independen secara parsial di dapatkan bahwa CR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE, TATO tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE, DER tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE dan ukuran perusahaan juga tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE. Berdasarkan nilai signifikasi uji F yang dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa secara simultan CR, TATO, DER dan ukuran perusahaan
29
berpengaruh signiikan terhadap ROE sebesar 22,5% yang berarti perubahan variasi variabel terikat dapat dijelaskan oleh keempat variabel tersebut, sedangkan sisanya dipengaruhi faktor lain. 3.
Zulfadli (2013) Peneliti ini menganalisis tentang “ Pengaruh Current Ratio, Debt Equity
Ratio, Debt Asset Ratio, Net Profit Margin, Gross Profit Margin terhadap Return On Equity pada Perusahaan Pertambangan Batu Bara dan Minyak Gas Bumi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan batu bara, minyak dan gas bumi yang terdaftar di BEI selama periode 2008-20011 yang berjumlah 15 perusahaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber yang digunakan adalah laporan perusahaan pertambangan batu bara, minyak dan gas bumi pada tahun 2008-2011 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara parsial variabel CR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE, DER berpengaruh signifikan terhadap ROE, DAR berpengaruh signifikan terhadap ROE, NPM berpengaruh signifikan
terhadap
ROE
dan
GPM
berpengaruh
signifikan
terhadap
ROE.Sedangkan berdasarkan hasil uji F dapat diambil kesimpulan bahwa CR, DER, DAR, NPM dan GPM secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap ROE. 4.
Ariwan Joko Nusbantoro (2009) Penelitian ini berjudul
“Analisis Rasio Keuangan Pada Perusahaan
Makanan Dan Minuman Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia”. Variabel bebas
30
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory Turn Over dan Total Asset Turn Over. Sedangkan variabel tak bebas yang digunakan adalah rasio profitabilitas yang berupa Return On Equity. Populasi penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang listed di Bursa Efek Indonesia selama enak periode yaitu 2003 sampai dengan tahun 2008. Sedangkan penentual sampel dalam metode ini dilakukan berdasarkan metode Purposive Sampling, yaitu proses penentuan sampel berdasarkan suatu kriteria. Kriteria dalam pemilihan sampel pada penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman periode 2003-2008 secara terus menerus melakukan audit eksternal terhadap kinerja keuangan dan dipublikasi di Bursa Efek Indonesia. Melalui hasil eliminasi maka ditentukan terdapat 15 perusahaan yang digunakan pada penelitian ini. Metode analisis yang digunakan menggunakan analisis regresi berganda. Sebelum penggunaan alat analisis regresi terlebih dahulu akan dilakukan beberapa uji asumsi baik uji asumsi dasar maupun uji penyimpangan hasil. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa Current Ratio dan
Debt to Equity Ratio
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Equity sedangkan Inventory Turn Over dan Total Asset Turn Over berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Equity. 5.
Retno Winarti H (2013) Dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Debt to Equity Ratio, Current
Ratio, dan Net Profit Margin Terhadap Return On Equity” peneliti mengambil perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
31
periode tahun 2007 sampai dengan 2009. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan 2 kriteria yaitu perusahaan yang terdaft di BEI periode 2007-2009 dan perusahaan yang menerima laba selama periode penelitian. Menggunakan teknik analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil simpulan bagwa berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa secara parsial variabel DER berpengaruh secara signifikan terhadap ROE , secara parsial variabel CR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel ROE dan secara parsial variabel NPM berpengaruh signifikan terhadap ROE. 2.2 Rerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan laporan keuangan perusahaan Property dan Reak Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2010 hingga tahun 2014.Maka konsep rerangka pemikiran penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut :
Current Ratio
H1
Total Asset Turn Over
H2
Return On Equity
H3 Debt to Equity Ratio
Gambar 1 Rerangka Konseptual
32
2.3 Hipotesis Penelitian Berdasarkan hasil tinjauan teoritis diatas maka dapat diambil kesimpulan sementara ( Hipotesis ) adalah sebagai berikut : H1
: Current Ratio berpengaruh terhadap Return On Equity pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012- 2015
H2
: Total Asset Turn Over berpengaruh terhadap Return On Equity pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012- 2015
H3
: Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Return On Equity pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012- 2015