7
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Corporate Social Responsibility 1. Definisi Corporate Social Responsibility Konsep tentang corporate social responsibility
(CSR) muncul ketika
kesadaran akan sustainability jangka panjang perusahaan muncul dibandingkan profitability (Muid, 2011:106). Konsep CSR menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga terhadap para stakeholders yang terkait dan/atau terkena dampak dari keberadaan perusahaan (Hariyati, 2014:70) . Kenyataan bahwa keberadaan perusahan di lingkungan masyarakat hampir pasti membawa dampak negatif, walaupun memiliki kesejahteraan dan pembangunan. Meskipun demikian, CSR cederung tidak mendapatkan apresiasi yang tepat dalam pelaksanaannya. Sebagai salah satu trend yang semakin ramai diperbincangkan, CSR masih belum memilki kesatuan bahasa. Banyak lembaga, ahli, praktisi, dan peneliti memerikan definisinya masing-masing. Hadi (2011:48) mendefinisikan
CSR
sebagai : “...satu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yag diarahkan untuk meningkatkan ekonomi , yang dibarengi dengan peningkatan kualitas hidup bagi karyawan berikut keluarganya,serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan masyarakat secara lebih luas.”
7
8
Sedangkan Azheri (2012:20-21) memberikan beberapa gambaran mengenai CSR diantaranya sebagai berikut : 1. The World Business Council for Sustainable (WBCSD) WBCSD merupakan CSR sebagai “The continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large to improve their quality of life”. 2. World Bank Lembaga keuangan global ini merumuskan CSR sebagai “The commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employes and representatives, the local community anda society at large to improve quality ‘of life, in ways that are both good for business and good for development”. 3. Business for Social Responsbility Merumuskan CSR sebagai “Operating a business in a manner that meets or exceeds the ethical, legal, commercial and public expectations that society has of business. Social responsibility is a guiding principle for every decision made and in every area of a business”. Azheri (2011:22) juga mengungkapkan bahwa perundang-undanganpun memiliki beberapa definisi berbeda atas CSR. Dalam Pasal 15 huruf b UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) menjelaskan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk menciptakan hubungan yang
9
serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan,nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perusahaan Terbatas (UUPT) menegaskan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perusahaan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perusahaan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Meskipun memiliki perbedaaan dalam mendefinisikannya, hal yang paling penting adalah bagaimana CSR mampu berkelanjutan dan bukan hanya menjadi kegiatan jangka pendek atau sekedar berbagi kedermawanan. Selain itu dalam implementasinya CSR dilandasi beberapa produk hukum. Diantaranya dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Pasal 74 (Untung, 2008:15) sebagai berikut : -
Ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan sengan segala sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
-
Ayat 2 berbunyi tanggung jawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan terbatas yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran.
10
-
Ayat 3 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan, bahwa perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana Pasal 1 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
-
Ayat 4 Undang-Undang Perseroan Terbatas meyatakan, bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah. Tuntutan dalam implementasi CSR juga tetuang dalam Pasal 33 ayat (3) dan
dalam Pasal 5 ayat (1) UULH yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat (Untung, 2008:20).
2. Prinsip-Prinsip Corporate Social Responsibility Ranah tanggung jawab sosial mengandung dimensi yang begitu luas dan kompleks dengan interpretasi yang berbeda pada tiap kepentingan. Untuk membentuk suatu kesepahaman banyak ahli mencoba menggarisbawahi prinsip yang terkandung dalam CSR. David (dalam Hadi, 2011:59) mengurai prinsipprinsip tanggung jawab sosial dalam 3 lini yakni : a. Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan aktivitas (action) tetap memperhitungkan keberlanjutan sumber daya di masa depan. b. Accountability, merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggung-jawab atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan, ketika aktivitas perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan eksternal.
11
c. Transparancy, merupakan prinsip penting bagi pihak eksternal. Transparansi bersinggungan dengan pelaporan aktivitas perusahaan berikut dampak terhadap pihak eksternal. Sedangkan menurut ISO 26000 (Azheri, 2012:51-52) terdapat tujuh prinsip yang dapat dijadikan standar perusahaan dalam pelaksanaa CSR yakni sebagai berikut : a. Akuntanbilitas; hal ini terlhat dari perilaku organisasi yang berkaitan dengan masyarakat dan lingkungan. b. Transparasi; hal ini terlihat dari pengambilan keputusan dan aktivitas yang berdampak terhadap pihak lain (stakeholders). c. Perilaku etis; hal ini berkaitan dengan perilaku etis perusahaan sepanjang waktu. d. Stakeholders; hal ini berkaitan dengan penghargaan dan mempertimbangkan kepentingan stakeholders-nya. e. Aturan hukum; berkaitan dengan penghormatan dan kepatuhan terhadap ketentuan perundangan-undangan yang berlaku. f.
Norma internasional;
terutama berkaitan dengan penghormatan dan
penghargaan terhadap norma internasional,terutama berkaitan dengan norma yang lebih mendukung pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat. g. Hak asasi manusia; berkaitan dengan pemahaman mengenai arti penting Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai konsep universal.
12
Mengingat begitu beragamnya prinsip-prinsip CSR yang dinyatakan baik oleh pakar maupun lembaga internasional, dalam penerapan biasanya akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi perusahaan yang bersangkutan.
3. Teori Corporate Social Responsibility Teori yang mendukung adanya praktik Corporate Social Responsibility adalah sebagai berikut : a. Teori legitimasi (Legitimacy Theory) Hadi (2011:87) berpendapat bahwa legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitarnya baik fisik maupun nonfisik. Legitimasi mengalami pergeseran sejalan dengan pergeseran masyarakat dan lingkungan, maka perusahaan harus mampu menyesuaikan dengan perusbahan tersebut. Karena ketika pergeseran terjadi, maka saat itu legitimasi perusahaan juga terancam. b. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Hadi (2011:93-94) menyatakan stakeholder dapat didefinisikan sebagai pihak internal maupun eksternal, seperti: pemerintah, perusahaan, pesaing, masyarakat sekitar, lingkungan internasional, lembaga diluar perusahaan (LSM dan sejenisnya), lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan, kaum minoritas dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan. Tanggung jawab perusahaan yang semula hanya diukur berdasarkan motif ekonomi belaka, kini harus bergerak maju pada faktor sosial terhadap stakeholder.
13
c. Teori Kontrak Sosial (Social Contract Theory) Social contract dibangun dan dikembangkan, salah satunya untuk menjelaskan hubungan antara perusahaan terhadap masyarakat (society) (Hadi, 2011:96). Rawl (dalam Hadi, 2011:97) berperspektif dalam manajemen kontemporer bahwa social contract theory menjelaskan tentang hak kebebasan individu dan kelompok termasuk society, yang dibentuk berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang saling menguntungkan bagi anggotanya.
4. Manfaat Corporate Social Responsibility Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang akan diperoleh dari aktivitas CSR. Susanto (2009:14) mengungkapkan enam manfaat dari aktivtas CSR, yaitu : a. Mengurangi risiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. b. Sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. c. Keterlibatan dan kebanggan karyawan. d. CSR yang dilaksanakan secara konsisten akan mampu memperbaiki dan mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholder-nya. e. Meningkatnya penjualan f.
Insentif-insentif lainnya seperti insentif pajak dan berbagai perlakuan khusus lainnya.
14
Manfaat lain yang tidak dijabarkan diatas, diulas oleh Untung (2008:6-7) sebagai berikut : a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan b. Mendapatkan lisesnsi untuk beroperasi secara sosial c. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha d. Peluang mendapatkan penghargaan e. Memperbaiki hubungan dengan regulator
5. Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada saat ini kesadaran akan lingkungan yang bersih dan aman sudah meningkat. Sebagian besar dari konsumen saat ini lebih selektif dalam memilih produk yang akan digunakan, apakah produk tersebut berasal dari perusahaan yang memiliki tanggung jawab terhadap stakeholders ataupun tidak. Disinilah pentingnya pengungkapan CSR perusahaan. Banyak pakar dan lembaga yang mencetuskan standar pengungkapan CSR, salah satunya oleh Global Reporting Initiative (GRI). Konsep pelaporan CSR yang digagas oleh GRI adalah konsep sustainability report yang muncul sebagai akibat adanya sustainability development (Cheng dan Christiawan, 2011:26). GRI melewati beberapa tahap hinga akhirnya sampai pada pedoman pengungkapan terbaru GRI G4. G4 dirancang agar dapat diterapkan secara universal pada semua lini organisasi. Dalam G4 pengungkapan dibagi menjadi dua yakni pengungkapan standar umum dan standar khusus. Pengungkapan standar umum dibagi menjadi tujuh bagian yaitu Strategi dan Analisis, Profit
15
Organisasi, Aspek Material dan Boundary Teridentifikasi, Hubungan dengan Pemangku Kepentingan, Profit Laporan, Tata Kelola, serta Etika dan Integritas. Sedangkan Pengungkapan Standar Khusus yang digunakan sebagai tolak ukur pengungkapan corporate social responsbility dalam penelitian ini dibagi dalam tiga kategori yakni Ekonomi, Lingkungan, dan Sosial. Kategori Sosial lebih lanjut dibagi dalam empat sub bab yaitu Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja,
Hak
Asasi
Manusia,
dan
Tanggung
Jawab
atas
Produk
(www.globalreporting.org).
2.1.2 Return Saham 1. Definisi Pasar Modal Pasar modal di negara maju merupakan lembaga yang diperhitungkan karena berpengaruh terhadap penguatan ketahan ekonomi negara tersebut. Secara teoritis Untung (2011:7) mendefinisikan pasar modal sebagai perdagangan instrumen keuangan sekuritas jangka panjang, baik dalam bentuk modal sendiri (stocks) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah (public authorities) maupun oleh perusahaan swasta (private sectors). Pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan, yang didalamnya para investor dengan kepemilikan dana berlebih dapat menyediakan fasilitas bagi perusahaan lain untuk memperoleh sumber pemberdayaan usahanya. Rokhmatussa’dyah dan Suratman (2011:167) juga memaparkan pengertian mengenai pasar modal dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
16
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga, dan profesi yang berkaitan dengan efek. Dengan adanya pasar modal, masyarakat diberi kesempatan untuk memiliki dan menikmati keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan cara membeli saham. Maka dapat dikatakan bahwa pasar modal dapat meningkatkan pendapatan dalam masyarakat.
2. Fungsi Pasar Modal Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang membuat lembaga ini memiliki daya tarik tidak hanya bagi yang meminjamkan dana dan memerlukan dana bahkan bagi pemerintah. Untung (2011:10-15) menjelaskan empat peranan strategis pasar modal sebagai berikut : a. Sebagai sumber penghimpun dana Saat ini pasar modal menjadi lembaga alternatif dalam menghimpun dana setelah perbankan. Perusahaan yang ingin melakukan perluasan usaha cenderung memilih bank untuk mendapatkan kredit. Tapi disisi lain perusahaan juga memiliki batas untuk menggunakan dana pinjaman. Terutama jika perbandingan antara utang dan modal sendiri telah mencapai batas toleransi. Dalam keadaan seperti ini, perusahaan harus menahan diri untuk melakukan ekspansi terkecuali dapat memperoleh dana alternatif dalam bentuk modal sendiri. Dengan memanfaatkan sumber dana dari pasar modal tersebut, perusahaan mampu terhindar dari kondisi tersebut.
17
b. Sebagai alternatif investasi para pemodal Investasi di pasar modal lebih fleksibel. Setiap pemodal dapat melakukan pemindahan dananya dari satu perusahaan ke perusahaan lain, atau dari satu indusri ke industri lain sesuai dengan perkiraan akan keuntungan yang diharapkan seperti dividen atau capital gain dan preferensi mereka atau risiko saham-saham tersebut. c. Penghimpun dana modal pasar modal realatif rendah Dalam melakukan penghimpunan dana, perusahaan membutuhkan biaya yang relatif lebih kecil jika diperoleh melalui penjualan saham daripada meminjam ke bank. d. Pasar modal akan mendorong perkembangan investasi Setiap perusahaan, apalagi yang berskala besar dan bersifat strategis, pasti berkeinginan untuk meningkatkan kapasitas usahanya agar dapat menaikkan volume penjualan dan pendapatan. Perluasan usaha ini membutuhkan modal yang besar yang mungkin kalau diperoleh melalui pinjaman bank pada kondisi tingkat bunga yang tinggi akan menyulitkan perusahaan dalam mengembalikan pinjaman. Oleh karena itu, jika kondisi suatu perusahaan dalam keadaan sehat, maka dapat diproses untuk listing (pendaftaran) di bursa efek. Kinerja perusahaan yang baik ditambah dengan rendahnya transaction cost (biaya transaksi) di bursa serta adanya jaminan transparasi, investor akan semakin banyak berminat untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
18
3. Macam Pasar Modal Penjualan saham atau jenis sekuritas lain yang diperjualbelikan kepada masyarakat dilakukan sesuai dengan jenis pasar modal dimana sekuritas itu berada. Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2011:12-14) adalah sebagai berikut : a. Pasar Perdana (Primary Market) Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham terebut diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public. b. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pasar perdana. Harga saham ditentukan oleh permintaan dan penawaran ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perusahaan. Faktor internal meliputi kebijakan internal dan kinerja yang telah dicapai, sedangkan faktor eksternal merupakan hal diluar kendali perusahaan misalnya gejolak politik. c. Pasar Ketiga (Third Market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar bursa.
19
d. Pasar Keempat (Fourth Market) Pasar keempat merupakan bentuk perdaganagan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek.
4. Saham di Pasar Modal Investasi adalah komitmen saat ini atas uang atau sumber daya lain dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa depan (Bodie et al., 2014:1). Salah satu bentuk alternatif investasi adalah saham. Melalui pasar modal, perusahaan dapat memperoleh dana jangka
panjang dalam bentuk pinjaman
ataupun modal. Sebagai konsekuensinya perusahaan akan memberikan deviden pada investor. Untung (2011:7) membagi jenis saham dalam dua jenis yaitu cara peralihan dan segi manfaat. Saham ditinjau dari menurut cara peralihannya adalah : a.
Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks) Saham
ini
tidak
ditulis
nama
pemiliknya
agar
mudah
untuk
dipindahtangankan. b.
Saham Atas Nama (Registered Stocks) Saham ini ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dan jika ingin dialihkan harus melewati prosedur terkait. Apabila digolongkan dalam segi manfaatnya, saham dibedakan menjadi
saham biasa dan preferen. Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta
20
kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidas (Untung, 2011:141). Menurut Sunariyah (2011:128) pemegang saham biasa mempunyai hak untuk melihat atau mengetahui hasil rapat umum pemegang saham dan daftar para pemegang saham suatu perusahaan. Pemegang saham biasa juga mempunyai akses tidak terbatas atau bebas sepenuhnya untuk akses pembukuan keuangan, kecuali kalau dibatasi oleh suatu keadaan tertentu (Sunariyah, 2011:128). Saham preferen didefinisikan sebagai gabungan antara obligasi dan saham biasa (Untung, 2011:141). Disebut preferensi karena pemegang saham preferensi mempunyai hak keistimewaan diatas pemegang saham biasa, untuk hal-hal tertentu yang diperjanjikan saat emisi saham (Sunariyah, 2011:128). Beberapa hak pemegang saham preferensi menurut Sunariyah (2011:131-1312) adalah sebagai berikut : a. Mempunyai dividen yang ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu pemegang saham dan manajemen. b. Mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa dibayarkan. c. Pada kasus likuidasi, pemegang saham preferensi mempunyai hak klaim terlebih dahulu sebelum pemegang saham biasa.
5. Return Saham Return saham dapat diartikan sebagai tingkat keuntungan yang merupakan peningkatan dalam persentase kekayaan dengan memegang saham untuk sesuatu jangka waktu (Radani dan Yong, 2002:11). Tingkat
keuntungan ini dapat
21
dibedakan menjadi dua, yakni dividen yield dan capital gains yield. Keuntungan dari dividen saham disebut dividend yield dan keuntunan dari kenaikan harga saham disebut capital gains yield (Kodrat dan Indonanjaya, 2010:283). Jika investor tersebut bermaksud menyimpan saham selamanya, ia mengharapkan dividen saham. Jika investor bermaksud menjual saham dikemudian hari, ia mengharapkan dividen saham dan keuntungan akibat kenaikan harga saham (Kodrat dan Indonanjaya, 2010:283). Para investor yang tidak bersedia mengambil risiko tinggi tentu akan lebih memilih dividen daripada capital gain. Investor seperti ini biasanya investor jangka panjang dan sangat mempertimbangkan kemana dananya
akan
diinvestasikan (Suharli dan Oktorina, 2005:289). Hal ini disebabkan dividen saat ini lebih berharga daripada saldo laba dikarenakan kemungkinan saldo laba tidak akan menjadi dividen dimasa mendatang.
2.1.3 Profitabilitas Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan (Sjahrial, 2012:35). Rasio profitabilitas menyediakan evaluasi menyeluruh atas kinerja perusahaan dan manajemennya (Meythi et al., 2011:2678). Rasio profitabilitas memberikan jawaban akhir tentang keefektifan suatu perusahaan (Amalia et al., 2014:126). Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba adalah fokus utama perusahaan.
Hermi (dalam Kodrat dan Indonanjaya, 2010:290) menyatakan
22
bahwa laba diperoleh dari selisih harta yang masuk (pendapatan dan keuntungan) dan harta yang keluar (beban dan kerugian). Profitabilitas perusahaan bukan hanya sekedar alat ukur prestasi kenerja, tapi merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang (Susilowati dan Turyanto, 2011:22). Dikatakan juga oleh Bangun et al. (2012:718) bahwa profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi fleksibel untuk
melaksanakan
tanggung
jawab
sosial
kepada
stakeholders
dan
mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang saham. Sehingga semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Hackstone dan Milne, 1996 dalam Anggraini, 2006:10) Rasio profitabilitas juga akan menunjukkan bahwa rasio ini sangat peka terhadap business cycle (Kodrat dan Indonanjaya, 2010:247). Sedangkan menurut Harahap (dalam Amalia et al., 2014:126) rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada. Apabila rasio-rasio likuiditas, aktivitas, dan leverage memberikan gambaran tentang aspek tertentu dari kinerja keuangan perusahaan, maka rasio profitabilitas memberi jawaban akhir tentang efektivitas pengelolaan perusahaan (Kodrat dan Indonanjaya, 2010:239). Rasio profitabilitas dapat diukur dari beberapa segi aspek sebagai berikut :
23
1. Return On Asset (ROA) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu Laba bersih sesudah pajak Return On Asset (ROA) =
-
Total Aktiva
Return On Equity (ROE) Rasio
ini
mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
laba
berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Laba bersih sesudah pajak Return On Equity (ROE) = Modal Sendiri
2. Net Profit Margin NPM menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu, profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat penjualan yang tertentu atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Laba bersih sesudah pajak Net Profit Margin = Penjualan
24
3. Basic Earning Power Basic
earning
power
menghitung
produktivitas
aktiva
dalam
menghasilkan laba bersih. EBIT Basic Earning Power = Total Aktiva
1.2 Rerangka Pemikiran Motivasi
para investor melakukan investasi adalah harapan untuk
memperoleh return yang sesuai (Muid, 2011:109). Maka sebelum berinvestasi, para investor melakukan analisis keuangan untuk memprediksi harga saham di masa yang akan datang agar nantinya memperoleh tingkat return dan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Profitabilitas menjadi salah satu tolak ukur investor. Salah satunya dengan melakukan pengukuran dengan menggunakan return on equity (ROE). Karena dengan mengetahui besarnya ROE, maka investor akan dapat menilai prospek suatu perusahaan tersebut kedepannya serta para investor dapat melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan tersebut. semakin tinggi ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham juga tinggi (Safitri et al., 2015). Dilain sisi pengmbilan keputusan investasi saat ini tidak hanya melihat kinerja keuangan entitas, karena kesimpulan baik atau buruknya kinerja entitas tidak cukup hanya dilihat dari besarnya laba yang dihasilkan (Cheng dan Christiawan, 2011:24). Salah satu faktor yang kini turut menjadi pertimbangan investor adalah penerapan
CSR
perusahaan.
Karena
penerapan
CSR
dipercaya
dapat
25
meningkatkan perusahaan
kinerja
maka
mengungkapkan
perusahaan.
akan aktivitas
semakin CSR-nya.
Semakin besar
tinggi
pula
Karena
tingkat
tanggung dengan
profitabilitas jawab
diumumkan
dalam atau
dipulikasikannya pengungkapan informasi tersebut kepada publik diperkirakan dapat mempengaruhi trading di bursa dan pada return saham. Berdasarkan landasan teori, tujuan penelitian, dan hasil penelitian sebelumnya, serta permasalahan yang telah diungkapkan, maka sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan rerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian pada gambar 2.1 sebagai berikut :
Gambar 1 Rerangka Pemikiran Keterangan : = Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Return Saham = Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Return Saham dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating.
26
2.3 Perumusaan Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut : 1.3.1 Pengaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap return saham Dalam menjalankan kegiatannya, perusahan membutuhkan sejumlah modal untuk melakukan kegiatannya yang bersumber dari penerbitan saham dan hutang (Amalia et al., 2014:124). Saham tersebut bersasal dari suntikan dana para investor yang sebelum memutuskan investasi akan menilai terlebih dahulu kinerja perusahaan. Karena tujuan investor menginvestasikan dananya untuk memperoleh return (tingkat pengembalian) yang tinggi, maka saham-saham perusahaan yang menunjukkan kinerja yang paling baik yang diminati oleh para investor (Arfan, 2006:3). Banyak aspek yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, salah satunya adalah pengungkapan aktivitas corporate social responsibility. CSR seharusnya tidak dipandang sebelah mata. Selain itu aktivitas CSR juga memberikan banyak keuntungan untuk perusahaan. Dengan menerapkan CSR, perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuntungannya dalam jangka panjang (Hariyanti, 2014:71).
Jika aktivitas CSR ini diungkapkan, maka perusahaan mampu
menggunakan informasi tersebut sebagai salah satu alat untuk meningkatkan keuntungan dan untuk mendapatkan respon positif dari stakeholder maupun para
27
pelaku pasar. Respon tersebut tercermin dari pergerakan harga saham maupun perubahan volume perdagangan (Hariyanti, 2014:71). Jika informasi ini diungkapkan kepada publik maka diprediksi mampu berpengaruh terhadap trading di bursa dan pada saham saham yang berkaitan. Para investor biasanya melakukan aktivitas trading di pasar modal sebagian didasarkan atas informasi terbaru yang masuk ke pasar yang diterima dari tiaptiap emiten yang sahamnya listing di bursa (Hariyanti, 2014:71). Namun jika perusahaan mengabaikan tanggung jawab sosial maka tinggi kemungkinan perusahaan akan memperoleh dampak negatif seperti citra buruk tidak hanya di mata stakeholder tapi juga para pemegang saham. Dampak tersebut dapat mengganggu kinerja keuangan perusahaan dan mengakibatkan turunnya harga saham, karena hilangnya kepercayaan investor akibat citra buruk yang ditimbulkan perusahaan (Sugiyanto, 2011:47). Hal ini harus menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk memperhatikan kepentingan lain diluar kepentingan stockholder. Pemikiran ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Jalal (dalam Sugiyanto, 2011:47) mengenai stakeholder theory yang menjelaskan bahwa perushaan tidak hanya bertanggung jawab pada stockholder tetapi juga pada stakeholder. Jika perusahaan berusaha memberikan respon baik terhadap kepentingan stakeholder hal ini juga akan berdampak pada apresiasi dari pemegang saham. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap return saham.
28
1.3.2 Pegaruh pengungkapan corporate social responsibility terhadap return saham dengan profitabilitas sebagai variabel moderating. Pusat perhatian pada akuntansi konvensional adalah stockholders dan bondholders, sedangkan pihak lain diabaikan. Hal ini tentu menimbulkan banyak kontroversi dan persinggungan dari berbagai pihak, baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal perusahaan seperti masyarakat sekitar yang menjadi korban dari kelalaian perusahaan dalam menjaga lingkungan hidup sekitarnya. Sule et al. (2008:91) mengungkapkan bahwa masalah internal perusahaan menyangkut dengan perhatian kesejahteraan, kesehatan, dan keselamatan kerja karyawan, sedangkan masalah eksternal menyangkut dengan masyrakat umum serta penanganan lingkungan di sekitar perusahaan. Karena itulah pelaksanan CSR makin gencar digalakkan bahkan diatur daam perundang-undangan baik undang-undang penanaman modal maupun undang-undang perseroan terbatas. Perusahaaan yang memiliki kondisi keuangan yang kuat, juga akan mendapatkan tekanan yang lebih dari pihak eksternal perusahaan untuk lebih mengungkapkan pertanggungjawaban sosialnya secara lebih luas (Kurnianingsih, 2013:95). Karena perusahaan dengan kondisi keuangan yang kuat tentu memiliki profitabilitas yang tinggi dengan aktivitas operasional yang besar serta dampak negatif yang tinggi pula pada lingkungan. Lingkungan sekitar perusahaan tentu erat sekali kaitannya dengan bagaimana perusahaan mampu meminimalisir masalah-masalah yang terjadi pada masyarakat akibat aktivitas yang dilakukannya (Mutia et al., 2011:188).
29
Selain digunakan sebagai landasan dalam pelaksanaan CSR profitabiliats juga merupakan hasil kinerja perusahaan yang digunakan sebagai tolak ukur investor dalam berinvestasi. Tujuan para investor atau pemegang saham berinvestasi pastinya yaitu untuk mendapatkan keuntungan, selain dividen investor juga mengharapkan return saham (Safitri et al., 2015). Dengan melihat tingkat profitabilitas, investor mampu melihat prospek pertumbuhan perusahaan dimasa mendatang. Selain itu investor juga menilai kondisi perusahaaan dari berbagai segi, salah satunya adalah citra perusahaan dimata masyarakat. Citra perusahaan menjadi positif apabila perusahaan mampu menjembatani kesenjangan yang ada dengan aktivitas CSR tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa saat profitabilitas perusahaan meningkat, maka kewajiban pengungkapan tanggung jawab sosialnya pun semakin besar. Kemudian pengungkapan tanggung jawab sosial nantinya mampu menjadi salah satu hal positif yang mampu meningkatkan citra positif perusahaan di mata para investor dan hal ini akan mempengaruhi keputusan investor untuk menanamkan modalnya serta mampu meningkatkan return saham yang ada. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2 : Pengungkapan corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap return saham ketika profitabilitas meningkat.