BAB 2 LANDAS AN TEORI 2.1
Teori Umum 2.1.1
Pengertian Sistem M enurut M cleod (2004, p9), sistem adalah himpunan dari unsurunsur yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh dan terpadu serta terorganisasi. M enurut O’Brien (2005, p8), sistem merupakan sekumpulan komponen yang berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan dengan menerima masukan dan menghasilkan keluaran melalui proses transformasi yang terorganisasi. Berdasarkan hal diatas, sistem merupakan kumpulan komponen yang terorganisasi dan saling berhubungan serta bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu keluaran.
2.1.2
Pengertian Informasi Pengertian informasi menurut M cLeod (2004. P12) adalah data yang sudah di proses dan mempunyai arti bagi manusia. M enurut Turban (2001, p15), informasi adalah sekumpulan data yang diorganisasikan ke dalam bentuk yang berguna. M enurut O’Brien (2005, p13), informasi adalah data yang telah diproses atau data yang telah memiliki arti dan berguna untuk pengguna akhir tertentu.
10
11
2.1.3
Pengertian Sistem Informasi Sistem informasi secara teknis dapat didefinisikan sebagai entiti atau kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumberdaya fisik maupun logikal (Prahasta, 2005, p40). M enurut penggabungan
O’Brien dari
(2005, p6),
manusia,
hardware,
sistem
informasi
software,
dan
adalah jaringan
komunikasi serta sumber daya data yang mampu mengumpulkan, mengubah, dan membagikan informasi dalam sebuah organisasi. Dengan demikian sistem informasi merupakan suatu sistem secara terpadu yang menggabungkan manusia dan mesin untuk menyajikan informasi. 2.1.4
Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia diatas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari bahasa yunani yaitu ge (bumi) dan graphien (menulis atau menjelaskan), maka geografi dapat diartikan pula sebagai ilmu yang menjelaskan tentang bumi.
2.1.5
Sistem Informasi Geografi 2.1.5.1 Pengertian Sistem Informasi Geografi Definisi SIG (Sistem Informasi Geografi) selalu berkembang, bertambah dan bervariasi. Hal ini terlihat dari banyaknya definisi SIG yang telah beredar. Selain itu SIG juga merupakan bidang kajian ilmu
12
dan teknologi yang relatif baru, digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dan berkembang dengan cepat. Sistem informasi geografi adalah sistem yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data, manusia, organisasi, dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisa, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di permukaan bumi (Prahasta, 2005, p55; Chrisman, 1997). M enurut Paryono (1994, p1) sistem informasi geografi adalah sistem
berbasis
computer
yang
digunakan
untuk
menyimpan,
memanipulasi, dan menganalisis informasi geografis. Secara garis besar, dapat kami simpulkan bahwa sistem informasi geografi
membahas
tentang
masalah
pengelolaan,
penyimpanan,
pemrosesan (manipulasi), analisis, dan penayangan informasi atau data mengenai muka bumi dengan cara otomatis melalui komputer secara akurat. 2.1.5.2 Subsistem Sistem Informasi Geografi Jika definisi-definisi diatas diperhatikan maka, SIG dapat diuraikan menjadi beberapa subsistem berikut: 1. Data input Subistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan
13
format-format
data-data aslinya kedalam format
yang dapat
digunakan oleh SIG. 2. Data output Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy seperti: tabel, grafik, peta, dan lain-lain. 3. Data management Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut kedalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update, dan di-edit. 4. Data manipulation dan analysis Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. 2.1.5.3 Komponen S istem Informasi Geografi Sistem informasi geografis merupakan sistem yang kompleks yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem-sistem komputer yang lain. Sistem informasi geografi terdiri dari beberapa komponen berikut (Prahasta, 2005, p58; Gistut, 1994): 1. Perangkat Keras Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras mulai dar PC dekstop, workstations, hingga multiuser host yang dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan
14
komputer yang luas,
berkemampuan
tinggi,
memiliki ruang
penyimpanan (harddisk) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM ) yang besar. Walaupun demikian, fungsionalitas SIG tidak terikat secara ketat terhadap karakteristik-karakteristik fisik perangkat keras ini sehingga keterbatasan memori pada PC-pun dapat diatasi. Perangkat keras dalam SIG terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: a. Alat masukan (input) sebagai alat untuk memasukkan data ke dalam jaringan komputer. Contoh: Scanner, digitizer, dan CD-ROM . b. Alat pemrosesan, merupakan sistem dalam komputer yang berfungsi mengolah, menganalisis, dan menyimpan data yang masuk sesuai kebutuhan. Contoh: CPU, tape drive, dan disk drive. c. Alat keluaran (ouput) yang berfungsi menayangkan informasi geografi sebagai data dalam proses SIG. Contoh: VDU, plotter, printer. Berikut ini adalah skema perangkat keras (hardware) pada sistem informasi geografi :
15
Unit Masukkan (Input) Unit Penyimpanan Digitizer Scanner
CPU
Disk Drive
Unit Keluaran (Output)
VDU
Printer Ploter Gambar 2.1 Skema perangkat keras Data dasar geografi melalui unit masukan (digitizer, scanner, CDROM ) dimasukkan ke komputer. Data yang telah masuk akan diolah melalui CPU (pusat pemrosesan data), dan CPU ini dihubungkan dengan: a. Unit penyimpanan (disk drive, tape drive) untuk disimpan dalam disket. b. Unit keluaran (printer, plotter) untuk dicetak menjadi data dalam bentuk peta. c. VDU (layar monitor) untuk ditayangkan agar dapat dikontrol oleh para pemakai dan programmer (pembuat program). d. Scanner : alat untuk membaca tulisan pada sebuah kertas atau gambar. e. CD-ROM : alat untuk menyimpan program. f. Digitizer : alat pengubah data asli (gambar) menjadi data digital (angka). g. Plotter : alat yang mencetak peta dalam ukuran relatif besar.
16
h. Printer : alat yang mencetak data maupun peta dalam ukuran relatif kecil. i. CPU : (Central Processing Unit) pusat pemrosesan data digital. j. VDU : (Visual Display Unit) layar monitor untuk menayangkan hasil pemrosesan. k. Disk drive : bagian CPU untuk menghidupkan program. l. Tape drive : bagian CPU untuk menyimpan program. 2. Perangkat Lunak Perangkat lunak merupakan sistem modul yang berfungsi untuk memasukkan, menyimpan, dan mengeluarkan data yang di perlukan. Bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sistem perangkat luak yang tersusun secara modular dimana basis data memegang peranan
kunci.
Setiap
subsistem
diimplementasikan
dengan
menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul, hingga tidak mengherankan jika ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan modul program (*.exe) yang masing-masing dapat dieksekusi sendiri. Berikut ini skema perangkat lunak :
17
Input Data (M asukan Data)
Input (masukan) tambahan
Database (dasar) Geografi
Penayangan dan Pelaporan
Transformasi (Pengubahan)
Gambar 2.2 Skema perangat lunak Data hasil penginderaan jauh dan tambahan seperti data lapangan dan peta dijadikan satu menjadi data dasar geografi. Data dasar tersebut dimasukkan ke dalam komputer melalui unit masukan untuk disimpan dalam hard disk. Bila diperlukan data yang telah disimpan tersebut dapat ditayangkan melalui layar monitor atau dicetak untuk laporan (dalam bentuk peta/ gambar). Data ini juga dapat diubah untuk menjaga agar data tetap sesuai dengan keadaan sebenarnya. 3. Data dan Informasi Geografi SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara meng-import-nya dari perangkat-perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung dengan cara mendigitasi data spasialnya dari peta dan memasukkan data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan keyboard.
18
4. M anajemen Suatu proyek SIG akan berhasil jika di manage dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan. 2.1.5.4 Manfaat Sistem Informasi Geografi Adapun manfaat dari sistem informasi geografi dapat berbedabeda disesuaikan dengan fungsi dan bidang pekerjaan yang menggunakan SIG sebagai acuan. Beberapa manfaat dari sistem informasi geografi yang dapat diterapkan disegala bidang : 1. SIG memudahkan pengguna dalam melihat fenomena di muka bumi dengan perspektif yang lebih baik. 2. SIG
mampu
mengakomodasi penyimpanan,
pemrosesan,
dan
penayangan data spasial digital bahkan integrasi data yang beragam, mulai dari citra satelit, foto udara, peta, dan data statistik. 3. SIG akan mampu memproses data dengan cepat dan akurat. 4. SIG juga mengakomodasi dinamika data, serta penyediannya secara tepat waktu. 5. Informasi yang dihasilkan SIG merupakan informasi keruangan dan kewilayahan, maka informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk inventarisasi data keruangan yang berkaitan dengan sumber daya alam.
19
6. SIG dapat menghemat waktu dalam produksi peta, proses update peta, dan ruang penyimpanan data. 7. SIG dapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan hingga menghasilkan perencanaan yang lebih baik pada suatu organisasi. 2.1.6
Pemetaan 2.1.6.1 Pengertian Peta Peta adalah suatu alat peraga untuk menyampaikan suatu ide berupa suatu gambar mengenai tinggi rendahnya suatu daerah, penyebaran penduduk, jaringan jalan, dan hal lainya yang berhubungan dengan kedudukan dalam ruang. Peta dilukiskan dengan skala tertentu dengan tulisan atau simbol sebagai keterangan yang dapat dilihat dari atas. Peta dapat meliputi wilayah yang luas, dapat juga hanya mencakup wilayah yang sempit. M enurut Burrough (1986, p13) peta adalah sekumpulan titik, garis, area yang digunakan untuk mendefinisikan lokasi dan tempat yang mengacu pada sistem koordinat, dan peta biasanya direprentasikan dalam dua dimensi tapi tidak menutup kemungkinan untuk dapat dipresentasikan dalam bentuk tiga dimensi.
20
2.1.6.2 Jenis Peta M enurut kegunaannya peta terdiri dari : 1. General Reference Map (Peta Referensi Umum) Peta ini digunakan untuk mengidentifikasikan dan verifikasi macam-macam bentuk geografi seperti fitur tanah, perkotaan, jalan, dan sebagainya. 2. Mobility Map (Peta M obilitas) Peta ini bermanfaat bagi masyarakat dalam menentukan jalur dari satu tempat ke tempat lainnya, digunakan untuk perjalanan darat, laut, dan udara. 3. Thematic Map (Peta Tematik) Peta ini digunakan untuk menunjukkan penyebaran dari objek tertentu seperti korban flu burung. 4. Inventory Map (Peta Inventori) Peta ini menunjukkan lokasi dari fitur khusus seperti posisi semua rumah sakit dan puskesmas. M enurut isinya peta terdiri dari : 1. Peta Umum M elukiskan semua kenampakan pada suatu wilayah secara umum. Kenampakan adalah keadaan alam atau daerah dengan berbagai bentuk permukaan bumi. Contoh : Peta Indonesia, Peta Dunia.
21
2. Peta Tematik atau Peta Khusus M elukiskan kemampuan tertentu atau menonjolkan satu macam data saja pada wilayah yang dipetakan. M enurut skalanya peta terdiri dari : 1.
Peta kadaster
: skala antara 1:100 – 1:5.000
2.
Peta skala besar
: skala antara 1:5.000 – 1:250.000
3.
Peta skala sedang : skala antara 1:250.000 – 1:500.000
4.
Peta skala kecil
: skala antara 1:500.000 – 1:1.000.000
5.
Peta geografi
: skala > 1:1.000.000
M enurut keadaan objeknya peta terdiri dari : 1.
Peta Stasioner M enggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan tetap atau stabil. Contoh : rumah sakit, pasar, dan jalan.
2.
Peta dinamis M enggambarkan keadaan atau objek yang dipetakan mudah berubah. Contoh : peta arah angin.
2.1.6.3 S yarat-S yarat Peta Peta yang ideal mempunyai luas, bentuk, arah, dan jarak yang benar. Peta yang baiak dan lengkap harus mencantumkan hal-hal sebagai berikut : 1. Judul Peta Judul suatu peta harus memuat jenis peta daerah yang dipetakan.
22
2. Tahun Pembuatan Tahun pembuatan diletakkan di kanan bawah atau kiri bawah. Pencantuman tahun pembuatan penting karena dapat dipakai untuk memastikan bahwa peta tersebut masih baik digunakan saat ini. 3. Skala Peta Skala
adalah
perbandingan
jarak
pada
peta
dengan
jarak
sesungguhnya di permukaan bumi. Ada tiga macam skala, yaitu : a. Skala angka adalah skala pada peta yang dinyatakan dalam angka/numerik. Contoh : 1:5000. Artinya, 1cm di peta = 5000 cm di permukaan bumi. b. Skala inci adalah skala yang peta yang dinyatakan dalam satuan inci. 1 inci = 2,539 cm. c. Skala garis adalah
skala pada peta berupa garis yang
menunjukkan jarak sesungguhnya pada permukaan bumi. 4. Petunjuk Arah (Orientasi) Orientasi atau mata angin digunakan sebagai petunjuk arah dari wilayah yang dipetakan. Pedoman pembuatan orientasi meliputi : a. Indonesia menggunakan orientasi utara. b. Petunjuk arah ditempatkan pada bagian kosong agar tidak mengganggu peta induk.
23
5. Legenda Peta memuat informasi yang padat, namun tidak mungkin semua data diberi keterangan rinci. Oleh karena itu, keterangan dibuat berupa simbol-simbol. Keterangan berupa simbol-simbol pada suatu peta disebut legenda. 6. Garis Astronomis Setiap peta harus mencantumkan garis astronomis, yaitu garis lintang dan garis bujur. Garis lintang adalah garis khayal yang melintangi permukaan
bumi.
Garis
bujur
adalah
garis
khayal
yang
menghubungkan kutub utara dan kutub selatan, serta digambarkan membujur. Garis-garis tersebut berfungsi membantu dalam membaca peta. 2.1.6.4 Raster dan Vektor Peta raster adalah peta yang diperoleh dari fotografi suatu area, foto satelit atau foto permukaan bumi yang diperoleh dari komputer. Salah satu contoh varian dari peta raster adalah peta hasil scanner. Saat proses scan berlangsung terjadi konversi raster digital yang dapat digunakan sebagai layer pada peta. Peta vektor merupakan peta yang terdiri dari titik, garis atau area polygon. Sebuah peta biasanya terdiri dari kombinasi antara data raster dan data vektor. Raster mewakili data grid continue, nilai yang digunakan berupa level merah, hijau, dan biru pada sel. Sedangkan dalam vektor terdapat tiga tipe data yaitu titik, garis, dan polygon.
24
Titik digunakan sebagai lokasi sebuah kota atau posisi rumah sakit. Garis digunakan untuk menunjukkan route suatu jalan atau boundary. Polygon digunakan untuk menggambarkan suatu daerah tertentu yang mempunyai luasan area, contohnya kelurahan dan kecamatan. Setiap bagian dari data vektor dapat mempunyai informasi-informasi yang berasosiasi satu dengan yang lain. 2.1.7
Basis Data 2.1.7.1 Pengertian Basis Data Pengertian basis data menurut Connolly (2002, p14) adalah kumpulan data yang saling berhubungan secara logikal dan keterangan mengenai data itu yang dibuat untuk menemukan informasi yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi. Basis data yang tunggal dapat digunakan oleh berbagai pengguna atau bagian dalam waktu yang bersamaan. M enurut Post (2005, p2), basis data adalah sebuah kumpulan data yang disimpan dalam suatu format yang sudah distandarisasi, yang dirancang agar dapat digunakan oleh multiple user. 2.1.7.2 Relational Database M enurut Connolly (2002, p74), relational database adalah kumpulan relasi atau hubungan yang ternormalisasi dimana masingmasing relasi memiliki nama sendiri.
25
M enurut Whitten (2004, p176), relational database adalah database yang mengimplementasikan data sebagai serangkaian table dua dimensi yang dihubungkan melalui foreign key. 2.1.7.3 Entity Relationship M enurut Connolly dan Begg (2002, p342), permodelan entity adalah sebuah pendekatan top-down untuk perancangan basis data yang dimulai dengan mengidentifikasi suatu data penting yang disebut entitientiti dan hubungan diantara suatu data yang harus dipresentasikan dalam suatu model. Ditambah dengan perincian-perincian lain seperti suatu informasi yang ingin diambil tentang suatu entiti-entiti dan hubungannya yang disebut atribut-atirbut dan batasan-batasan yang lain. Berikut ini adalah notasi Entity Relationship Modelling menurut Connolly dan Begg (2002, p346) :
Entity Name
B
A Relate
Relationship Name Gambar 2.3 Notasi Entity Relationship Modelling
26
Pengertian multiplicity adalah sejumlah kemungkinan kejadiankejadian dari sebuah tipe entiti di dalam sebuah hubungan n-nary ketika nilai-nilai yang lain (n-1) ditentukan. Jenis-jenis multiplicity sebagai berikut : 1. One to one (1:1) relationship Sebuah entiti di A hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu entiti di B dan sebaliknya. 2. One to many (1:*) relationship Sebuah entiti di A dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entiti di B, namun entiti di B hanya dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu entiti di A. 3. Many to one (*:1) relationship Sebuah entiti di A dapat diasosiasikan dengan paling banyak satu entiti di B, namun entiti di B dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entiti di A. 4. Many to many (*:*) relationship Sebuah entiti di A dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entiti di B, dan entiti di B dapat diasosiasikan dengan nol atau lebih entiti di A. 2.1.7.4 Entity Relationship Diagram Entity
relationship
diagram
adalah
model
data
yang
menggunakan beberapa notasi untuk menggambarkan data dalam konteks
27
entitas dan hubungan yang dideskripsikan oleh data tersebut (Whitten. 2004, p281). 2.1.7.5 Data Flow Diagram M enurut M cLeod (2004, p171) data flow diagram adalah suatu gambaran garis dari suatu sistem yang menggunakan sejumlah bentuk simbol untuk menggambarkan aliran data melalui suatu proses yang saling berkaitan. Simbol menggambarkan hubungan antar elemen, proses, aliran data, dan penyimpanan data. M enurut Whitten (2004, p326) data flow diagram adalah alat yang menggambarkan aliran data melalui sistem dan kerja atau pengolahan yang dilakukan oleh sistem tersebut. Terdapat tiga symbol dan satu koneksi pada DFD, yaitu 1. Lingkaran menyatakan proses atau bagaimana tugas dikerjakan.
Gambar 2.4 Proses DFD 2. Persegi panjang bersudut tumpul menyatakan agen eksternal – batasan sistem tersebut.
Gambar 2.5 Agen Eksternal DFD
28
3. Kotak dengan ujung terbuka menyatakan data store, terkadang disebut file atau database.
Gambar 2.6 Data Store DFD 4. Panah menyatakan aliran data atau masukkan dan keluaran ke dan dari proses tersebut.
Gambar 2.7 Aliran Data DFD 2.1.7.6 State Transition Diagram State Transition Diagram adalah diagram yang terdiri dari lingkaran untuk menggambarkan node dan segmen garis lurus untuk representasi transisi antar node. Satu atau lebih aksi mengkin dapat berasosiasi dengan setiap transisi. M enurut Whitten (2004, p636) state transition diagram adalah alat yang digunakan untuk menggambarkan urutan dan variasi screen yang dapat muncul ketika pengguna sistem mengunjungi terminal. 2.1.8
Buffer Terminologi ‘buffer’sering kali digunakan dalam bidang - bidan g yang berkaitan dengan ‘regulasi’ lingkungan, dan karena sangat penting dan dapat dimodelkan secara spasial, konsep - konsepnya sejak lama telah diadopsi dan kemudian diimplementasikan oleh sejumlah (hampir semua) paket perangkat lunak SIG. Buffer biasanya dibangun dengan arah
29
keluar untuk melindungi elemen - elemen spasial(atau dimodelkan secara spasial) yang bersangkutan. Dengan membuat buffer, maka terbentuk suatu area, polygon, atau zona baru yang menutupi(atau melindungi) objek spasial (buffered object yang berupa objek-objek spasial titik, garis, atau area [polygon tertentu]) dengan jarak tertentu. Zona - zona buffer ini digunakan untuk mendefisikan fungsi kedekatan-kedekatan secara spasial suatu objek terhadap objek-objek lain yang berada disekitarnya. Data spasial zona dapat diperlakukan sebagaimana polygon biasa (theme didalam perangkat SIG ArcView atau coverage milik milik ArcInfo) yang dapat dikenakan beberapa operasi-operasi spasial dan atribut. 2.2
Teori - Teori Khusus Berhubungan Dengan Topik 2.2.1
Penyakit 2.2.1.1 Pengertian Penyakit Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan ketidaknyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya. 2.2.1.2 Penyakit Menular Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman yang menjangkit tubuh manusia. Kuman dapat berupa bakteri, virus, amuba, atau jamur. 2.2.1.3 Virus Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organism biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material
30
hidup dengan menginfasi dan mengendalikan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tatapi tidak kombinasi dari keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom birus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. 2.2.1.4 Flu Burung (Avian Infuenza) Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkit unggas dan mamalia. Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia. Virus influenza tipe A ini memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N). ada sembilan varian H dan empat belas varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi pada manusia selama satu sampai tiga hari, pada anak-anak bisa sampai dua puluh satu hari.
31
2.2.2
Surveilans Penyakit 2.2.2.1 Pengertian Surveilans Penyakit Surveilans penyakit adalah pengumpulan, analisis dan interpretasi data untuk mengetahui kecenderungan dan pola penyakit. Surveilans penyakit akan menyediakan informasi tentang : 1. Kejadian penyakit, morbiditas, mortalitas, dan kemajuan dicapai dalam pemberantasan penyakit. 2. Perubahan pola morbilitas dan mortalitas dalam grup umur yang berbeda, di area geografi yang berbeda dan diantara kelompok ekonomi, social, atau kelompok budaya yang berbeda. Surveilans
penyakit
sangat
penting
sebagai
alat
untuk
mengidentifikasi keberadaan penyakit menular dan untuk mengarahkan suatu tindakan pencegahan penyakit yang sedang mengancam kesehatan masyarakat. 2.2.2.2 Surveilans Pasif Proses deteksi dan pelaporan informasi penyakit dari pasien yang datang ke fasilitas kesehatan disebut sebagai survielans pasif. Surveilans pasif menyediakan data terbatas karena banyak orang sakit tidak mengunjungi fasilitas kesehatan, sedangkan kasus yang datang mungkin tidak terklasifikasi, tercatat, atau terlaporkan dengan benar.
32
2.2.2.3 Surveilans Aktif Suatu metode untuk mengatasi keterbatasan surveilans pasif dan gambaran yang lebih baik maka sering digunakan surveilans aktif dalam mengidentifikasi infromasi penyakit pada masyarakat. Surveilans aktif memerlukan biaya yang lebih mahal daripada surveilans pasif oleh karena itu surveilans aktif biasanya dilakukan hanya pada segmen tertentu pada populasi dan hanya dalam periode singkat. 2.2.2.4 Aktivitas S urveilans Aktivitas dalam surveilans ini meliputi : 1. M endeteksi Surveilans dimulai dari deteksi kasus. Untuk mendeteksi kasus dengan akurat petugas kesehatan perlu difinisi kasus dalam konteks lokal dan mereka perlu praktek dalam mengaplikasikannya terutama bila mereka jarang melihat suatu penyakit yang spesifik. 2. M elaporkan Dinas Kesehatan perlu laporan rutin tentang jumlah kasus penyakit yang terjadi dalam periode tertentu. Laporan rutin perlu menyebutkan jumlah kasus dari setiap macam penyakit pada periode tertentu 3. M enganalisis dan menginterpretasi Hasil laporan akan di analisis untuk mendapatkan penanganan yang tepat guna.
33
4. Presentasi M embentuk
tim,
melakukan
pembagian
tugas
dalam
penanganan penyakit-penyakit teesebut agar lebih terorganisir. 5. M erespon Terjun secara langsung atau tidak langsung ke masyarakat guna menanggulangi penyakit-penyakit tersebut. 2.2.3 Episenter Pandemi Influenza Episenter pandemi influenza adalah lokasi titik awal terdeteksinya sinyal epidemiologis dan sinyal virologis yang merupakan tanda terjadinya penularan influenza pandemi antarmanusia yang dapat menimbulkan terjadinya pandemi influenza. 2.2.3.1 Penanggulangan Episenter Pandemi Influenza Penanggulangan episenter pandemi Influenza adalah upaya yang ditujukan untuk memutuskan rantai penularan di lokasi episenter dan lokasi-lokasi yang beresiko lainnya atau membatasi penularan atau penyebaran penyakit ke daerah lain. 2.2.4
Sinyal Epidemiologi Sinyal epidemiologi merupakan sinyal yang paling sensitif dan dapat dipercaya untuk segera memulai tindakan penanggulangan sebelum diperoleh konfirmasi virologi.
34
2.2.5
Sinyal Virologi Sinyal virology merupakan pendeteksian melalui penguraian gen (genetic sequencing) dari isolate virus H5 yang berasal dari manusia atau hewan.
2.2.6 Visual Basic Visual basic selain disebut sebagai bahasa pemrograman, juga disebut sebagai sarana untuk menghasilkan program-program aplikasi berbasis windows (Subari, 2008, p1). Secara umum ada beberapa manfaat yang diperoleh dari pemakaian program visual basic, di antaranya : 1. Dipakai dalam membuat program aplikasi berbasis windows. 2. Dipakai dalam membuat objek-objek pembantu program, seperti fasilitas help, control active, aplikasi internet, dan sebagainya. 2.2.7 ArcView ArcView merupakan salah satu perangkat lunak desktop SIG dan pemetaan yang dikembangkan oleh ESRI (Enviroment System Research Institute, Inc). Dengan ArcView, anda dapat memiliki kemampuankemampuan untuk melakukan visualisasi, meng-explore, menjawab query (baik basis data spasial maupun non-spasial), menganalisis data secara geografis dan sebagainya(Prahasta, 2007, p23). 2.2.8
MapObjects MapObjects adalah perangkat lunak sekumpulan komponen pemetaan
yang
memungkinkan
pengguna
atau
programmer
35
menambahkan pemetaan dinamis dan kemampuan sistem informasi geografi (GIS) untuk windows yang sudah ada atau membangun aplikasi untuk solusi pemetaan dan GIS. Dengan MapObjects, user atau programmer memiliki fleksibilitas untuk membuat interface yang di sesuaikan dengan peta. Programmer dapat menggunakan salah satu dari beberapa standart industri pemrograman untuk menciptakan aplikasi dengan
memori kecil,
programmer
juga dapat
menggabungkan
MapObjecst dengan komponen perangkat lunak lain untuk mewujudkan sinergi antara hubungan peta dan informasi yang ingin ditampilkan untuk pengguna.