BAB 2 Kajian Pustaka
2.1.
State of the art Bagian ini akan membahas mengenai penyusunan penelitian sebelumnya mengenai komunikasi interpersonal yang telah dibuat terlebih dahulu oleh peneliti sebelumnya. Tujuan disajikannya beberapa penelitian sebelumnya ini adalah sebagai materi pembanding, materi tambahan dan juga sebagai tolak ukur penelitian dalam skripsi ini. Penelitian sebelumnya ini disajikan dalam bentuk tabel seperti berikut:
No.
1.
Nama
Lokasi
Tahun
Peneliti
Penelitian
Penelitian
Metode Penelitian
Judul Penelitian
Oladipupo
Osun State, 2014
Metode penelitian
The Use Of Non –
Abdullahi.
Nigeria
kualitatif dan
Verbal
kuantitatif, survei
Communication In
Penelitian desain
The Teaching Of
dan fokus diskusi
English Language
Akinola
kelompok 2.
Zulhamri
University
Abdullah,
Putra
Ph.D and
Malaysia,
Claina
Malaysia
2012
Kuantitatif dengan Perception Of random sampling
Internal Communication
Antonette
Of A Leading
Antony,
Five Star Hotel
M.Sc.
3.
Employees On
In Malaysia
Ieva
Vidzemes
Kukule
2012
Metodologi
Internal
University,
penelitian
Communication
Latvia
gabungan,
Crisis and its
wawancara
impact on
11
12
4.
2013
mendalam dan
organization’s
survey
performance
Dian Fitri
Universitas
Penelitiankualitatif Studi Indigenous
Utami,
Negeri
Work Conflict
R.A
Semarang
pada Karyawan
Fadhalah,
Bersuku
dan Siti
Jawa
Nuzulia
5.
Fransisca
Universitas
Cindy / Ninik Sri
2013
Studi kasus
Proses
Atma Jaya,
dengan teknik
Komunikasi
Yogyakarta
pengumpulan data
Akomodasi
wawancara
Antarbudaya Etnis
mendalam.
Cina dan Etnis
Rejeki
Jawa di Perusahaan Karangturi Group Purwokerto Tabel 2.1.State of The Art
Berdasarkan jurnal yang telah dijabarkan dalam tabel, dapat dilihat bahwa penelitian yang dilakukan (Akinola, 2014) lebih mengarah pada penelitan mengenai komunikasi nonverbal isyarat yang relevan dengan pengajaran bahasa. Penelitian ini membahas bahwa semua guru bahasa Inggris menyadari penggunaan dan relevansi dari komunikasi nonverbal dalam pengajaran bahasa Inggris dimana komunikasi nonverbal dalam pengajaran bahasa Inggris memiliki pengaruh signifikan pada kinerja akademis mereka. Isyarat nonverbal memberikan kontribusi positif untuk segala bentuk kegiatan akademik.
13
Mengenai jurnal kedua (Ph.D. & Antony, 2012) penelitian ini lebih menekankan pada pengukuran efektifitas komunikasi internal yang terdapat didalam hotel bintang lima dimana para peneliti menyimpulkan komunikasi merupakan upaya dasar keberhasilan di hotel bintang lima terkemuka ini. Selanjutnya jurnal (Kukule, 2012) lebih membahas mengenai krisis organisasi yang hasil penelitian menunjukkan adanya krisis organisasi tidak hanya dikarenakan kondisi eksternal tetapi juga faktor internal yang berhubungan erat dengan masalah komunikasi dalam organisasi. (Utami, Fadhalah, & Nuzulia, 2013) membuat jurnal mengenai sebuah perbedaan
budaya
tentang
work
conflict
sebuah
studi
indigenous
padakaryawan bersuku Jawa untuk mengetahui perspektif, faktor yang mempengaruhi, bentuk, prosesterjadinya, cara mengatasinya, serta dampak yang dirasakan dari sebuah konflik kerja yang dialami oleh pekerja yang memiliki latar belakang suku yang berbeda. Dan penelitian yang terakhir merupakan jurnal dari (Cindy & Rejeki, 2013) menjelaskan didalam jurnal mengenai teori akomodasi yang berkaitan dengan pemahaman mengenai interaksi antar manusia dari kelompok etnis yang berbeda, dengan menilai bahasa perilaku non-verbal , dan paralanguage yang digunakan setiap individu. Etnis yang dibahas dalam jurnal ini adalah etnis Cina dan Jawa di Perusahaan Karangturi Group Purwokerto. Dari
keseluruhan
jurnal
yang
dijabarkan,
peneliti
ingin
mengembangkan dan menggabungkan seluruh penelitian yang sudah ada yaitu penelitian ini akan berfokus membahas mengenai bagaimana cara perusahaan dapat mencapai visi perusahaan dengan adanya karyawan yang banyak dan memiliki beragam latar belakang dan pemikiran yang akan dibahas menggunakan pendekatan teori akomodasi yang dibantu dengan adanya peran dari komunikasi verbal dan nonverbal.
2.2.
Landasan Teori Dalam
penelitian
ini
diperlukan
landasan
konseptual
untuk
menguatkan dan mendukung penelitian ini. Berikut merupakan landasan yang digunakan dalam penelitian ini:
14
2.2.1. Teori Akomodasi Giles claimed that“when two people from different ethnic or cultural groups interact, they tend to accommodate ach other in the way they speak in order to gain the other’s approval” (West &Turner, 2009). Howard Giles mengatakan bahwa ketika dua orang dari etnik yang berbeda atau dari budaya yang berbeda sedang berinterasksi, mereka cenderung untuk mengakomodasi satu sama lain dengan bahasa, tindakan dan kecepatan berbicara yang sama, sebaliknya juga kita akan berbalik merespon lawan bicara kita dengan cara yang sama. Orientasi awal adalah kecenderungan seseorang fokus pada identitas individu atau kelompok. Definisi akomodasi adalah kemampuan untuk menyesuaikan, memodifikasi atau mengatur perilaku seseorang dalam respon orang tersebut terhadap orang lain. Inti dari teori akomodasi ini adalah menyesuaikan komunikasi dengan orang lain. Terdapat beberapa asumsi dalam teori ini menurut (West & Turner, 2009) yaitu: -
Adanya persamaan dan perbedaan dalam berbicara dan berperilaku
di
dalam
semua
percakapan.Asusmsi
ini
menunjukkan adanya keberpihakan pada keyakinan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan diantara orang yang saling berkomunikasi. -
Cara kita mempersepsikan tutur kata dan perilaku orang lain akan menentukan bagaimana cara mengevaluasi sebuah percakapan.
Asumsi ke dua ini lebih menekankan pada
persepsi maupun evaluasi. Teori akomodasi adalah teori yang mementingkan
bagaimana
orang
mempersepsikan
dan
mengevaluasi apa yang terjadi di dalam sebuah percakapan. Motivasi merupakan kunci utama dari proses persepsi dan evaluasi di dalam teori akomodasi komunikasi. Artinya, kita kemungkinan akan mempersepsikan tuturan dan perilaku seseorang, tetapi kita tidak selalu mengevaluasinya.
15
-
Bahasa
dan
perilaku
menunjukkan
adanya
pemberian
informasi mengenai status sosial dan keanggotaan kelompok. Asumsi ke tiga berkaitan dengan dampak yang dimiliki bahasa terhadap orang lain. Bahasa memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan status dan keanggotaan kelompok di antara orang yang saling melakukan percakapan. -
Akomodasi bervariasi dalam hal tingkat kesesuaian dan norma mengarahkan proses akomodasi. Asumsi terakhir ini berfokus pada norma dan isu mengenai kepantasan sosial dimana sebuah peraturan dan kebiasaan dianggap penting dan harus untuk diperhatikan. Di dalam teori akomodasi komunikasi ini menyatakan bahwa
dalam sebuah percakapan orang memiliki pilihan. Mereka bisa memilih untuk menciptakan komunitas percakapan yang melibatkan penggunaan bahasa atau sistem nonverbal yang sama. Mereka juga dapat membedakan diri mereka dari orang lain, atau mereka akan berusaha terlalu keras untuk beradaptasi. Pilihan-pilihan ini diberi label konvergensi, divergensi dan akomodasi berlebihan. 1.
Konvergensi Proses ini merupakan proses pertama dalam teori akomodasi. Giles berpendapat bahwa konvergensi merupakan strategi dimana individu beradaptasi dengan orang lain melalui cara verbal atau nonverbal yang didasari oleh atraksi seperti kesukaan, kharisma dan kredibilitas. Selain itu orang juga akan beradaptasi terhadap kecepatan bicara, jeda, senyuman, tatapan mata, dan perilaku verbal dan nonverbal lainnya. Konvergensi merupakan proses yang selektif; kita tidak selalu memilih untuk menggunakan strategi konvergensi dengan orang lain. Ketika orang melakukan konvergensi, mereka bergantung pada persepsi mereka mengenai tuturan atau perilaku orang lainnya. Memiliki keyakinan yang sama, kepribadian yang sama, atau prilaku yang sama akan menyebabkan orang
16
tertarik dengan orang lain dan sangat mungkin untuk mendorong terjadinya konvergensi. 2.
Divergensi Divergensi merupakan sebuah usaha untuk menunjukkan kesamaan antar para pembicara. Strategi ini dimaksudkan untuk
berbicara
dengan
yang
lainnya
tanpa
adanya
kekhawatiran mengenai akomodasi satu sama lain. Ketika tahap ini dilakukan maka pembicara telah memutuskan untuk mendisosialisasikan diri mereka dari percakapan tersebut. Divergensi ini bukan merupakan usaha yang dilakukan untuk menentang lawan bicara. Biasanya divergensi ini dilakukan karena mereka ingin mempertahankan identitas sosial, atau adanya perbedaan peranan yang jelas dalam percakapan. Contohnya ketika seseorang secara sengaja
menggunakan
bahasa khusus daerahnya demi mempertahankan identitas, kebanggaan budaya dan keunikan mereka. 3.
Akomodasi Berlebihan Akomodasi berlebihan dipandang sebagai “label” yang diberikan kepada pembicara yang dianggap pendengar terlalu berlebihan. Akomodasi berlebihan ini biasanya menyebabkan pendegar untuk mempersepsikan diri mereka tidak setara. Dampak dari hal ini adalah hilangnya motivasi untuk mempelajari
bahasa
lebih
jauh,
berusaha menghindari
percakapan, dan membentuk sikap negatif kepada pembicara dan
juga
masyarakat.
Akomodasi
dianggap
sebagai
penghalang utama untuk mencapai makna. Maka dari itu perlu diadakan rapat atau briefing pra pelaksanaan acara.
Selain teori akomodasi, komunikasi interpersonal juga penting terkait dengan pembahasan yang mengacu pada komunikasi antar karyawan.
17
2.3
Landasan Konseptual 2.3.1. Persepsi Dalam menyikapi sebuah permasalahan, setiap individu pasti memiliki pandangannya sendiri dan cara menyikapinya. Hal tersebut tergantung dari latar belakang yang dimilikinya. Persepi adalah proses aktif dari menciptakan arti dengan cara menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasikan orang, objek, event, situasi dan fenomenafenomena lainnya.(Kurniawati, 2014) Beberapa latar belakang yang mempengaruhi persepsi (Kurniawati, 2014), antara lain: 1.
Fisiologi Fisiologi yang dimaksud adalah bagaimana seseorang memandang sesuatu berdasarkan kemampuan sensorik dan fisiologi. Hal ini dilihat dari kenyataan bahwa seseorang yang dalam keadaan lelah atau stress cenderung melihat hal-hal lebih negatif daripada biasanya. Hal tersebut bisa terlihat contohnya pada saat rekan kerja bercanda dan kita merasa hal itu berupa hinaan.
2.
Umur Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang.Semakin tua kita, prespektif kita lebih kaya untuk mengamati orang-orang dan kehidupan sekitar. Ketika seseorang tumbuh berkembang dengan pengalaman yang banyak, secara otomatis sudut pandang kita pun bisa lebih berkembang.
3.
Budaya Budaya ini terdiri dari nilai-nilai, keyakinan, pemahaman, praktek, dan cara menafsirkan pengalaman yang dimiliki oleh sejumlah orang. Kebudayaan membentuk pola kehiduan kita dan memandu bagaimana cara kita berpikir, merasa, dan berkomunikasi.
18
4.
Peran Sosial Peran sosial berfungsi untuk memenuhi peran dan tuntutan sosial akan mempengaruhi apa yang kita perhatikan dan bagaimana cara seseorang menafsirkan dan mengevaluasi.
5.
Kemampuan Kognitif Hal terakhir yang mempengaruhi persepsi orang adalah kemampuan kognitifnya dimana cara seseorang berpikir tentang
situasi
dan
orang-orang
melalui
pengetahuan
pribadinya. Berawal dari pengetahuan pribadinya, seseorang dapat memilih, mengatur, dan menafsirkan orang dan situasi.
2.3.2. Komunikasi Interpersonal “Interpersonal communication is the process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of person, with some effect and some immediate feedback” (DeVito, 2013). Dalam bukunya “The Interpersonal Communicationt Book”, DeVito menjelaskan komunikasi interpersonal sebagai: “Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik secara seketika”. Komunikasi interpersonal ini merupakan sebuah kegiatan komunikasi langsung yang dilakukan seseorang dengan orang lain yang memiliki kesamaan pemahaman dan makna pribadi. Biasanya sebuah komunikasi interpersonal terjadi pada orang-orang dari latar belakang yang beragam. Pengertian komunikasi interpersonal yang lain adalah komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat maupun organisasi (bisnis dan non-bisnis), dengan menggunakan media komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah dipahami (informal) untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Djoko Purwanto, 2006).
19
Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat 4 hal penting yang perlu diperhatikan yaitu: a.
Komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih.
b.
Menggunakan media tertentu, misalnya telepon, telepon seluler, atau bertatap muka (face-to-face).
c.
Bahasa yang digunakan bersifat informal (tidak baku), dapat menggunakan bahasa daerah, bahasa pergaulan, atau bahasa campuran.
d.
Tujuan yang ingin dicapai dapat bersifat personal/pribadi bila komunikasi terjadi dalam suatu masyarakat dan untuk pelaksanaan tugas pekerjaan bila komunikasi terjadi dalam suatu organisasi.
Selain penting untuk diperhatikan, peneliti juga perlu mengetahui lebih mendalam mengenai iklim komunikasi interpersonal yang biasanya terbentuk.
2.3.2.1. Iklim Komunikasi Interpersonal Dalam sebuah komunikasi terdapat iklim komunikasi yang menjadi penentu berlangsungnya komunikasi. Menurut (Kurniawati, 2014) terdapat empat macam iklim yang mempengaruhi yaitu: a.
Lingkungan Fisik Lingkungan
ini
menunjukkan
bahwa
proses
komunikasi hanya dapat terjadi bila tidak ditemukan rintangan fisik, misalnya lingkungan geografis. b.
Lingkungan Sosial Budaya Lingkungan ini menunjukkan faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi. Contohnya adalah bahasa, percakapan, adat istiadat dan status sosial.
c.
Dimensi Psikologi
20
Dimensi ini menunjukkan adanya pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam berkomunikasi misalnya, menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain. d.
Dimensi Waktu Dimensi ini menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan komunikasi. Contoh pertimbangannya adalah musim atau cuaca.
2.3.2.2. Level Dalam Komunikasi Interpersonal Hubungan antar pribadi dari tahun ketahun akan selalu berubah oleh karena itu perlu adanya antisipasi yang baik dan efektif. Mengutip dari Martin Buber menjelaskan bahwa ada 3 level dalam hubungan komunikasi (Kurniawati, 2014) yaitu: i.
Komunikasi I-It We do not acknowledge the humanity of other people, we may not even affirm their existence. Dalam komunikasi ini kita tidak mengakui kemanusiaan orang lain. Kita bahkan tidak boleh menegaskan keberadaan mereka. Contohnya menganggap orang lain hanyalah instrumen yang hanya kita anggap jika diperlukan, selebihnya kita akan menganggap mereka tidak ada.
ii.
Komunikasi I-You People acknowledgeone other as more than objects but they don’t fully engage each other as unique individual. Komunikasi ini menunjukkan bahwa orang mengakui satu sama lain seperti lebih dari objek, tetapi mereka tidak sepenuhnya terlibat satu sama lain sebagai individu yang unik.
21
iii.
Komunikasi I-Thou Each person affirm the other as cherished or unique. Jenis hubungan ini melibatkan komunikasi yang paling langka dimana komunikasi ini merupakan bentuk tertinggi
dialog
manusia
karena
setiap
orang
menegaskan orang yang dimaksud sebagai orang yang dihargai dan unik. Ketika berinteraksi dalam tingkat ini, kita membuka diri sepenuhnya, percaya pada orang lain yang menerima kita apa adanya, baik itu baik maupun buruk, harapan, ketakutan, kelemahan dan kekuatan.
Dari level yang sudah dijabarkan perlu juga adanya penjelasan mengenai apa tujuan dari komunikasi interpersonal agar orang dapat lebih mengerti mengapa mereka perlu menjalin komunikasi interpersonal yang baik.
2.3.2.3. Tujuan Komunikasi Interpersonal Menurut Joseph ada 5 tujuan umum orang melakukan komunikasi interpersonal (DeVito, 2013) yaitu: 1.
To Learn Belajar komunikasi bermanfaat untuk mempelajari dan memahami dunia luar, peristiwa dan orang-orang yang ada disekitar kita.Selain itu komunikasi interpersonal membantu kita belajar untuk lebih memahami diri kita sendiri.
2.
To Relate Komunikasi
interpersonal
membantu
kita
untuk
menjalin hubungan. Hubungan yang tercipta seperti hubungan
percintaan,
persahabatan
dan
lainnya.
22
Komunikator dan komunikan dapat saling merespon dan menciptakan suasana lewat komunikasi. 3.
To Influence Komunikasi interpersonal ini memiliki tujuan untuk mempengaruhi. Mempengaruhi disini dikaitkan dengan mempengaruhi sikap dan prilaku orang lain dalam berkomunikasi dengan komunikator.
4.
To Play Untuk bermain disini dikaitkan dengan berbagai hiburan yang ada seperti berbagi cerita yang lucu dengan tujuan untuk mengistirahatkan pikiran kita dari kejenuhan.
5.
To Help Untuk membantu orang lain baik dalam hal menghibur atau membantu memberikan pendapat, pengetahuan dan keterampilan yang anda miliki. Setelah
mengetahui
tujuan
dari
komunikasi
interpersonal, selanjutnya pembahasan mengenai apa faktor efektifitas komunikasi interpersonal yang umum.
2.3.2.4. Faktor Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dalam
menggunakan
komunikasi
interpersonal,
Efektivitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu (DeVito, 2013) yaitu: a.
Keterbukaan (openess) Keterbukaan seseorang dapat terlihat dari cara orang tersebut terbuka dengan lawan bicaranya. Orang tersebut juga harus berkomunikasi secara jujur dan orang tersebut mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dirasakan memang berasal dari dalam diri orang tersebut.
23
b.
Empati (empathy) Empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain. Ini menunjukkan bahwa orang tersebut ikut merasakan apa yang dirasakan orang tersebut. Hal ini bisa dilakukan baik secara verbal maupun nonverbal.
c.
Dukungan (supportiveness) Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan yang terbuka dan saling mendukung.
d.
Perasaan positif (positivness) Perasaan ini terbentuk dengan adanya niatan dasar dari seseorang untuk membentuk komunikasi tersebut menjadi hal yang positif. Hal yang paling baik adalah dapat berkomunikasi dengan orang yang menikmati interaksi dan situasi tersebut.
e.
Kesamaan (equality) Dalam setiap situasi, tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Sedangkan komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya mendukung. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak sama-sama memiliki sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
2.3.2.5. Karakteristik Komunikasi Interpersonal Menurut Kurniawati mengutip dari Judy C. Pearson, komunikasi interpersonal memiliki karakteristik (Kurniawati, 2014) sebagai berikut: 1.
Komunikasi interpersonal dimulai dengan diri pribadi. Komunikasi di pengaruhi oleh pengalaman dan pengamatan diri seseorang tersebut.
24
2.
Komunikasi
interpersonal
bersifat
transaksional.
Anggapan ini mengacu pada pihak yang berkomunikasi secara
serempak
dan
bersifat
sejajar
dalam
menyampaikan dan menerima pesan. 3.
Komunikasi mencakup aspek isi pesan dan hubungan antar pribadi. Artinya isi pesan dipengaruhi oleh hubungan antar pihak yang berkomunikasi.
4.
Komunikasi interpersonal mensyaratkan kedekatan fisik antar pihak yang berkomunikasi.
5.
Komunikasi antar pribadi melibatkan pihak yang saling bergantung satu sama lain.
6.
Komunikasi interpersonal tidak dapat diubah maupun diulang. Ketika kita salah dalam berbicara, mungkin lawan bicara kita bisa memaafkan tetapi belum tentu bisa melupakan. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam berbicara. Setelah penjabaran mengenai karakteristik komunikasi
interpersonal, terdapat 3 model komunikasi yang penting.
2.3.2.6. Model Komunikasi Interpersonal Model merupakan upaya dalam mewakili suatu hal dan bagaimana cara kerjanya. 3 Model awal komunikasi menurut (Kurniawati, 2014) yaitu: a.
Model Linier Model linier ini merupakan model pertama dari komunikasi interpersonal menuru Lasswell pada tahun 1948 dengan gambaran beberapa pertanyaan yaitu siapa, mengatakan apa, dalam saluran apa, kepada siapa, dan dengan efek apa.
b.
Model Interaktif Model ini merupakan tanggapan terhadap pesan menurut Weiner pada tahun 1967 dimana model ini
25
merupak model interaktif yang memberikan umpan balik baik secara lisan, nonverbal, atau keduanya. Model ini bisa disengaja maupun tidak disengaja. c.
Model Transaksi Model ini meliputi kekuatan model sebelumnya dan mengatasi kelemahan dari model yang sudah ada. Model ini mengakui bahwa adanya kebisingan yang hadir diseluruh komunikasi intepersonal. Model ini juga
mengingatkan
kita
bahwa
adanya
variasi
komunikasi dari waktu ke waktu. 2.3.3. Saluran Komunikasi Saluran komunikasi “the medium through which messages pass”(DeVito, 2013). Dimana maksud dari pengertian tersebut adalah pesan melalui media mana yang dapat lulus.Ini semacam adanya jembatan yang menghubungkan sumber dan penerima pesan. Saluran komunikasi yang dapat digunakan seperti telepon, e-mail, twitter, facebook, SMS, radio, televisi, fax dan media lainnya.
2.3.4. Keterampilan Komunikasi Keterampilan komunikasi interpersonal “the more accurately you perceive another person, the more effectively you’ll be able to adapt your own messages”(DeVito, 2013). Keterampilan komunikasi interpersonal menunjukkan jika seseorang dapat menganggap orang lain, maka orang tersebut semakin mampu beradaptasi dengan pesannya sendiri secara efektif. Ini lebih menekankan pada bagaimana anda menunjukkan rasa menghargai terhadap apa yang disampaikan orang lain. a.
Menunjukkan pertimbangan Menunjukkan pertimbangan ini berguna untuk mennunjukkan rasa hormat kita terhadap lawan bicara. Contohnya seperti bertanya sebelum melakukan komunikasi.
26
b.
Mengakui perasaan orang lain sebagai hal yang sah Hal ini menunjukkan hal-hal yang merespon lawan bicara kita seperti “kau benar”, “aku bisa mengerti apa yang kau rasakan”.Ini
menunjukkan
bahwa
orang
tesebut
ikut
mendengarkan dan berpartisipasi untuk membantu lawan bicara. c.
Mengakui orang lain Mengakui orang lain sangatlah penting karena berarti kita menganggap dan menyadari bahwa orang lain penting. Contohnya seperti meminta saran pada orang lain.
d.
Fokus terhadap pesan yang diberikan Pesan yang disampaikan sebaiknya menggunakan pertanyaan yang terbuka untuk melibatkan orang lain dalam percakapan. Gunakan mata yang fokus dan ekspresi wajah yang tepat seperti tersenyum.
e.
Memberikan izin Memberikan izin ini dimaksudkan agar orang lain dapat mengetahui bahwa hal tersebut disetujui untuk memberikan respon positif terutama berbicara tentang perasaan.
Setelah
membahas
mengenai
komunikasi
interpersonal,
selanjutnya akan membahas mengenai komunikasi verbal dan nonverbal dimana hal ini berguna untuk membedakan komunikasi yang biasa digunakan.
2.3.5. Komunikasi Verbal dan Nonverbal 2.3.5.1. Komunikasi Verbal Komunikasi verbal adalah sebuah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak digunakan dalam hubungan antar
manusia.
Melalui
kata-kata,
seseorang
dapat
mengungkapkan perasaan, emosi, pemikiran, gagasan atau
27
maksud, menyampaikan fakta, data, dan informasi serta menjelaskan, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat, bertengkar (Hardjana, 2003). Dalam menggunakan komunikasi verbal, bahasa merupakan hal yang memiliki peranan penting. Bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan orang berbagi makna. Pada awalnya sebuah bahasa berasal dari lambang nonverbal seperti raut wajah, atau gerak-gerik tubuh (Hardjana, 2003), tetapi seiring berjalannya waktu dan perkembangan hidup hal tersebut sudah dianggap tidak memadai. Banyak gagasan, pemikiran perasaan, atau sikap yang tidak dapat lagi diungkapkan dengan bahasa nonverbal. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan bisa berupa lisan, tulisan, ataupun elektronik. Salah satu bagian dari lambang yang terkecil adalah kata. Kata adalah lambang yang mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan (Hardjana, 2003). Jadi, hubungan antara kata dan hal hanya ada pada pikiran orang, tetapi pikiran orang sendiri dapat berbeda-beda karena adanya perbedaan
latar
belakang
budaya,
pendidikan,
dan
pengalaman.
2.3.5.2. Komunikasi Nonverbal Komunikasi
nonverbal
adalah
komunikasi yang
pesannya dikemas dalam bentuk nonverbal, tanpa kata-kata (Hardjana, 2003). Dalam kehidupan nyata, komunikasi nonverbal
lebih
banyak
dipakai
daripada
komunikasi
nonverbal. Dalam berkomunikasi hampir setiap komunikasi nonverbal ikut terpakai. Komunikasi nonverbal lebih jujur dan bersifat spontan, tetapi terkadang komunikasi nonverbal lebih sulit untuk ditafsirkan karena bersifat kabur. Contohnya ketika orang tersenyum, bisa jadi orang tersebut benar-benar tersenyum, atau sedang menutupi sebuah masalah.
28
Bentuk dari komunikasi nonverbal dapat berupa bentuk bahasa tubuh, tanda (sign), perbuatan (action) atau objek (object). Bahasa tubuh ini mencakup raut wajah, gerakan kepala, gerak tangan, gerak-gerik, tubuh mampu mengungkapkan perasaan, isi hati, pikiran, kehendak, dan sikap orang. Tanda adalah sebagai pengganti kata-kata misalnya bendera, rambu-rambu, aba-aba dan sebagainya. Tindakan merupakan sebuah penghantar makna misalnya menggebrak meja saat melakukan pembicaraan. Hal terakhir adalah
objek
dimana
bentuk
ini
digunakan
untuk
menyampaikan arti tertentu misalnya kendaraan, pakaian, dandanan, dan sebagainya. Komunikasi memiliki beberapa fungsi (Hardjana, 2003) yaitu: 1)
Melengkapi komunikasi verbal Maksud dari melengkapi adalah ketika seseorang sedang berbicara kita mengikut sertakan peran kedua komunikasi tersebut. Contohnya ketika ada yang sedang terlihat sedih kita akan menepuk punggungnya dan berkata “apa yang sedang kau pikirkan?”
2)
Menekankan komunikasi verbal Hal ini untuk meyakinkan apa yang kita bicarakan. Contohnya seperti menggebrak meja sambil berkata ”saya tidak setuju”.
3)
Membesar-besarkan komunikasi verbal Hal ini digunakan untuk mendukung komunikasi seseorang ketika sedang bercerita. Misalnya ketika seseorang ingin mengatakan sebuah masalah besar maka ia akan berkata “ini masalah amat sangat luas dampaknya” sambil membentangkan tangan lebarlebar.
4)
Melawan komunikasi verbal Hal ini menunjukkan adanya sebuah hal yang ditunjukkan tidak sesuai fakta. Contohnya ketika
29
seseorang tidak setuju pada pendapat orang lain ia akan tetap berkata “saya setuju” tetapi raut wajahnya kecewa. 5)
Meniadakan komunikasi verbal Hal ini menunjukkan adanya paksaan yang tidak sesuai
fakta.Contohnya
memberikan
uang
“ini
uangnya” tetapi kemudian uang tersebut dimasukkan kembali.
Setelah membahas komunikasi verbal dan nonverbal ada baiknya pembahasan yang selanjutnya membahas mengenai lebih jelas mengenai konflik.
2.3.6. Konflik Konflik lebih sekedar memiliki perbedaan dimana konflik melibatkan ketegangan antara tujuan, preferensi, atau keputusan bahwa seseorang perlu untuk dapat didamaikan. Dengan kata lain konflik melibatkan dua persepsi yaitu presepsi bahwa keprihatinan yang bertentangan dengan orang lain dan bahwa orang lain harus mengatasi perbedaan kita. (Kurniawati, 2014). Dalam konflik terdapat prinsip-prinsip dasar (Kurniawati, 2014) yaitu: 1.
Konflik adalah proses alami dalam semua hubungan Konflik merupakan sebuah bagaian normal yang tidak dapat terelakkan dari semua hubungan antar pribadi.Ketika orang disekitar kita
peduli satu
dengan
yang
lainnya
dan
mempengaruhi yang lainnya maka perselisihan tidak dapat dihindari dan ketika perbedaan ini terjadi makan kita harus mengatasinya dengan cara yang tidak merusak hubungan. Kehadiran konflik tidak menunjukkan bahwa hubungan tersebut tidak sehat, sebenarnya konflik menunjukkan bahwa adanya keterlibatan satu sama lain.
30
2.
Konflik mungkin berlebihan atau rahasia Ketika kata konflik muncul maka ada catatan bahwa ketidakpastian bisa
diungkapkan secara
terang-terangan
maupun secara diam-diam. Terdapat orang yang langsung menangani perbedaan mereka, intens melakukan debat tentang ide-ide, hingga terlibat pertandingan.
Dalam menangani konflik, terdapat 5 gaya untuk menangani konflik (Kurniawati, 2014): 1.
Aggressive Style Ciri dari gaya ini adalah keras, bossy, ambisius, mendominasi, mengintimidasi, melanggar hak orang lain, menggunakan kekuasaan, posisi dan bahasa serta mau menang sendiri. Gaya ini hanya menunjukkan bagaimana perasaan anda tanpa adanya memikirkan kepentingan orang lain dan cenderung untuk mengorbankan hak-hak orang lain.
2.
Withdrawing Style Gaya
ini
menunjukkan
seseorang
mengungkapkan
perasaannya,
keinginannya.Orang
yang
tidak
langsung
pikirannya
berkonflik
cenderung
dan untuk
menahan dalam hati dimana ia hanya merespon seperti mengerutkan kening, menangis, atau berbisik dalam hati. Orang yang berkonflik lebih banyak menahan diri demi keutuhan hubungan dimana orang tersebut lebih banyak mendengar dibandingkan memberikan pendapat. 3.
Accomodating Style Dengan
melakukan
akomodasi,
seseorang
menyisihkan
keinginan pribadinya karenan ingin menyenangkan lawan konflik atau orang lain. Selain itu adanya keinginan untuk menjaga perdamaian. Gaya ini lebih menekankan pada menjaga hubungan.
31
4.
Compromising Style Gaya kompromi ini menunjukkan bahwa seseorang yang berkonflik bersedia untuk mengorbankan beberapa tujuannya demi mempertahankan hubungan dan mengurangi perdebatan. Kelemahan dari gaya ini adalah hal ini dijadikan sebagai jalan keluar termudah dan mengurangi pilihan baru yang kreatif.
5.
Problem Solving Style Bagian ini menunjukkan pemecahan masalah secara bersamasama, memandang konflik sebagai sebuah hasil yang perlu diselesaikan dan harus mencari solusi yang kreatif dan mampu memuaskan banyak pihak. Dari seluruh pembahasan diatas, perlu adanya sebuah
gambaran kerangka pemikian mengenai keseluruhan penelitian ini.Berikut merupakan kerangka pemikiran dari penelitian ini.
2.4.
Kerangka Pemikiran
Tabel 2.2. Kerangka Pikir Peneliti
32
Dari kerangka pemikiran ini peneliti ingin menunjukkan bahwa hal penting yang ingin diteliti adalah mengenai penerapan teoriakomodasi antar karyawan divisi komunikasi untuk mewujudkan visi PT Traveloka Indonesia. Muncul dua fokus utama yaitu fokus terhadap teori akomodasi dan focus terhadap komunikasi interpersonal yang menimbulkan dua pertanyaan utama yaitu mengenai bagaimana perkembangan teori akomodasi yang diterapkan PT Traveloka Indonesia untuk menyatukan karyawan yang beragam dan mengenai bagaimana cara PT Traveloka Indonesia mengkondisikan karyawan untuk dapat berkomunikasi secara baik. beberapa pertanyaan yang muncul tersebut diharapakan dapat memberikan manfaat dimana penelitian ini dapat mengetahui bagaimana perkembangan teori akomodasi yang diterapkan PT Traveloka Indonesia khususnya divisi komunikasi yang berada didalam departemen marketing visual desain dan selanjutnya penelitian ini dimaksudkan sebagai pembelanjaran terhadap bagaimana cara mengkondisikan karyawan agar dapat berkomunikasi secara baik dalam perusahaan demi pencapaian visi perusahaan.