BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tugas Akhir atau Program Sebelumnya Perkembangan teknologi yang semakin maju telah berkontribusi pada tayangan film-film di televisi yang jenisnya kian beragam, termasuk film dokumenter. Banyaknya film dokumenter yang sudah ditayangkan mengantarkan penulis untuk menyajikan perbandingan singkat antara film-film dokumenter yang sudah tayang di televisi dengan film dokumenter yang menjadi tugas akhir penulis.
Tabel 2.1 Perbandingan film dokumenter penulis dengan yang pernah tayang di media televisi PERBEDAAN DENGAN NO
1
2
NAMA PROGRAM
ISI PROGRAM
TAYANGAN YANG AKAN DIBUAT
Behind The Scenes Membahas dan
“Creativithink”
Iron Man (Robert
menampilkan teknik
menampilkan Stock Shout
Downey, 2010)
pengambilan gambar serta
gambar dan video yang
instalasi alat pada saat
bervariasi, yang dapat
proses Shooting film ini
mempengaruhi daya
berlangsung.
menonton audiens.
VICE Living On
Film dokumenter yang
“Creativithink” membahas
The Edge (The
membahas tentang
sebuah kehidupan
Life of Japanese
kehidupan kumpulan para
seseorang yang dapat
Motorcycle Gang)
pengendara motor yang
mengispirasi masyarakat.
(Vice Japan,
bersifat anarkis di Negara
September 2015)
Jepang.
3
Kulitku Kasar,
Film dokumenter yang
“Creativithink”
Hatiku Lembut
menceritakan tentang
menceritakan ide-ide yang
(Komunitas
kehidupan para anak punk
dapat menginspirasi mulai
Taring Babi)
di sekitar pinggiran
dari hal yang diangkat
(Dimawati Maya,
Jakarta.
dari sisi jatuh bangunnya sebuah usaha hingga
January 2014)
mencapai hasil yang maksimal. 4
G30S PKI
Menceritakan tentang
“Creativithink”
(Arifin C. Noer,
sejarah pemberontakan
menjelaskan tentang
1981)
PKI di Indonesia
industry kreatif baru yang sukses dan fenomenal di Indonesia
5
The Dark Side of
Menceritakan tentang
“Creativithink”
Chocolate
perbudakan yang terjadi
memberikan ruang untuk
Modern Slavery
hingga sekarang di pabrik-
audience dapat
(Mistrati, Miki &
pabrik Cokelat.
mengambil sisi positif
Robert, U.
dari suatu pengalaman
Romano,
yang ada.
November 2014)
2.2 Media Televisi 2.2.1 Definisi Media Televisi Media televisi merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang disiarkan secara cepat, berurutan dan diiringi unsur audio. Televisi berasal dari kata “tele” yang berarti jarak dalam bahasa yunani, dan kata “visi” yang berarti citra atau gambaran dalam bahasa latin. Jadi televisi adalah suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang jaraknya jauh. Televisi ( TV) adalah media massa yang menggunakan alat-alat elektronik dengan memadukan radio ( broadcast ) dan film ( moving picture ). Para penonton di rumah-rumah tak mungkin menangakap siaran televise, kalau tidak ada unsur-unsur radio. Dan tak mungkin dapat melihat-lihat gambar yang
bergerak pada layar pesawat televisi, jika tidak ada unsur-unsur film ( Effendy, 2000 ). Dalam kamus besar Indonesia, televisi adalah Sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasadengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelobang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi dapat di dengar ( Moeliono, 2001 ).
2.2.2 Karakteristik Televisi Peran media massa penyiaran amat menonjol hal ini karena media massa penyiaran, khususnya media massa televisi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Darwanto, 2007 ). 1. Keserempakan Yang dimaksud dengan keserempakan (simultaneusness) adalah dalam waktu yang relative sama, khalayak di mana pun berada dapat menerima informasi dari media yang bersangkutan. Untuk ini hanya berlaku bagi media massa elektronik, sedangakan media cetak, masalah teknis, keserempakan tidak dapat terjadi. Salah satu cirri media massa adalah kemampuan menyampaikan informasi sedini mungkin kepada khalayak. Itulah salah satu penyebab mengapa radio dan televisi sejak ditemukan pertama kali, dapat dengan cepat siarannya berkembang. 2. Mampu meliput daerah yang tidak terbatas Media massa elektronik dapat meliput dan mampu menembus belahan bumi manapun tanpa gangguan yang berarti.
3. Bisa dimengerti yang buta huruf Kelebihan lain dari media massa elektronik, bisa dimengerti oleh mereka yang buta huruf, mereka hanya dapat menggunakan daya fantasinya saja, karena itu mereka tidak mengalami kesulitan saat menonton program siarannya, sebab televisi di dalam susunan gambarnya telah mengubah bahasa verbal menjadi bahasa gambar.
4. Bisa diterima mereka yang cacat tubuh Media massa radio dan televisi saling mengisi kekurangan dan kelebihannya, sehingga
kekurangannya
masing-masing
dapat
diatasi,
sehingga
dapat
dimanfaatkan mereka yang cacat tubuh pendengaran maupun penglihatan.
2.2.3 Fungsi Televisi Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni member infomasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada televisi, pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi. Fungsi televisi dibagi menjadi 4, yaitu :
1. Menyampaikan informasi ( to inform ) Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar, atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak.
2. Mendidik ( to educate ) Karena media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak (mass education ), maka media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Caranya adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca yang diwujudkan dalam bentuk film, cerita, diskusi dan artikel.
3. Menghibur ( to entertaint ) Charles R. Wright yang dikutip oleh Nurdin dalam bukunya Sistem Komunikasi Indonesia, mengatakan bahwa fungsi hiburan (to entertaint) menunjuk pada tindakan-tindakan komunikatif yang terutama sekali dimasudkan untuk menghibur dengan tidak mengindahkan efek-efek instrumental yang dimilikinya. Fungsi menghibur dari komunikasi ini, semata-mata untuk melepaskan ketegangan pikiran khalayak umum setelah melihat berita-berita yang berat (hot news) dan artikel yang berbobot.
4. Mempengaruhi ( to influence ) Fungsi mempengaruhi
dari media massa secara implist terdapat pada
tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainaya yang ditayangkan televisi maupun surat kabar. Khalayak dapat tergantung oleh pesan-pesan dalam tulisan tersebut, sehingga tanpa disadari khalayak telah melakukan tindakan sesuai denagn yang diinginkan oleh media tersebut ( Ardianto Elvinaro dan Lukita, 2005 ).
Televisi dapat memberikan efek yang beragam terhadap pemirsanya. Dalam hal ini televisi dapat membawa pengaruh efek pesan, diantaranya : 1. Efek Kognitif yaitu kemampuan pemirs dalam menyerap dan memahami acara yang menayangkan pengetahuan kepada pemirsanya. Contohnya : Acara Kuis di televisi 2. Efek Afektif yaitu pemirsa dihadapkan pada trendy actual yang ditayangakan di televisi. Contohnya : Model rambut atau pakaian dari bintang televisi yang kemudian ditiru. 3. Efek Behavioral yaitu tentramnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang kemudian diterapkan dalam kehidupan seharihari pemirsa. Contohnya : Perilaku dri bintang televisi yang ditiru pemirsanya (Baskin, 2006 ).
2.2.4 Program Televisi Ada beberapa jenis program acara televisi, yaitu: a) Program Drama Program siaran drama berisi cerita fiksi. Istilah ini juga disebut sinetron cerita. Untuk membedakannya dengan sinetron non-cerita adalah: format sinetron yang terdiri dari beberapa jenis, yaitu sinetron drama modern, sinetron drama legenda, sinetron drama komedi, sinetron drama saduran dan sinetron yang dikembangkan dari cerita atau buku novel, cerita pendek dan sejarah ( Soenarto, 2007 ). b) Program non Drama Program non-drama merupakan bentuk acara yang tidak diserati bumbu cerita. Acara non-drama diolah seperti apa adanya. Program jenis dokumenter termasuk program nondramatik ini bisa didapatkan pada
keadaan sebenarnya, bisa mengenai alam, budaya manusia, ilmu pengetahuan dan kesenian ( Soenarto, 2007 ). c) Dokumenter Genre berarti jenis atau ragam, merupakan istilah yang berasal dari bahasa Perancis. Kategorisasi ini terjadi dalam bidang seni-budaya seperti musik, film serta sastra. Genre dibentuk oleh konvensi yang berubah dari waktu ke waktu. Dalam kenyataanya bahwa setiap genre berfluktuasi dalam popularitasnya dan akan selalu terikat erat pada factor-faktor budaya. Penonton film bisa menikmati konvensi yang sama berulang-ulang, karena menurut cendekiawan film, bahwa genre merupakan drama ritual kehidupan manusia yang menyerupai perayaan hari besar atau upacara yang dapat memuaskan hasrat mereka karena unsur unsurnya dapat menegaskan kembali nilai-nilai budaya dengan sedikit variasi. Dalam film, terutama film cerita banyak sekali genre yang sudah dikenal oleh masyarakat seperti melodrama, western, gangster, horror, science fiction (sci-fi), komedi, action, perang, detektif dan sebagainaya. Namun dalam perjalanannya, genre-genre film tersebut sering dicampur satu sama lain (mix genre) seperti horror-komedi, horror-science, fiction dan sebagainya. Selain itu genre juga bisa bisa masuk ke dalam bagian dirinya yang lebih spesifik yang kemudian dikenal dengan sub-genre, contohnya dalam genre komedi dikenal sub-genre seperti screwball comedy, situation comedy (sit-com), black comedy atau komedi satir dan sebaginya. Film Doukumenter, mencuplik dari buku yang berjudul Dokumenter : Dari Ide Sampai Produksi, Gerzon R. Ayawaila membagi genre menjadi dua belas jenis. Akan tetapi menurut penulis beberapa jenis film dokumenter yang ada di dalam buku tersebut sebenarnya bisa dikelompokkan lagi. Ketika pembahasan menyentuh persoalan genre, maka kecenderungannya lebih dekat dengan permasalahan atau tema yang diangkat, sehingga lebih merujuk
pada
penceritaannya.
Sedangkan
tipe
film
lebih
cenderung
mengelompokkan dari pendekatan wujud yang terlihat secara kasat mata serta dapat dirasakan dampaknya oleh penonton, sehingga lebih dekat dengan gaya film seperti unsur scene, sinematografi, editing dan suara. Bill Nichols adalah orang yang mengklasifikasikan tipe-tipe film dokumenter, dikarenakan ada beberapa hal yang mirip atau sama dalam beberapa film dokumenter. Namun sebelum masuk ke dalam tipe-tipe film dokumenter,
Warren Buckland ( Film Studies, 1998) memberi catatan pada asumsi banyak orang tentang dokumenter.
2.3 Produksi Karya Jurnalistik Jurnalistik berasal dari kata “jurn” yang berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari. Dalam leksikon komunikasi dirumuskan, jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, menyuting dan menyebarkkan berita serta karangan untuk surat kabar dan media massa lainnya seperti radio dan televisi. Karya jurnalistik diproduksi dengan pendekatan jurnalistik yang menhutamakan kecepatan penyampaian, mengusung informasi dari sumber pendapat, realita dan peristiwa ( Basksin, 2006 ).
2.4 Produksi Karya Artistik Produksi karya artistic merupakan produksi acara televisi yang menekankan pada aspek artistic dan estetika, sehingga unsure keindahan menjadi keunggulan dan taya tarik acara ini. Proses produksi informasi berasal dari idea tau gagasan manusia untuk dijadikan informasi audio atau radio, dan audio visual gerak atau televisi, sesuai dengan criteria mata acara seperti, pendidikan atau agama (education program), seni dan budaya (feature), hiburan (entertainment), iklan (public service), ilmu pengettahuan dan teknologi, dan lain-lain. Biasanya karya artistik lebih dikerjakaan oleh mitra stasiun televisi seperti, para agency atau production house (PH) ( Baskin, 2006 ).
2.5 Teori atau Konsep Yang Berkaitan Dengan Proses Pembuatan Karya Tugas Akhir Dalam penulisan tugas karya akhir ini, penulis menggunakan beberapa teori diantaranya, yaitu :
2.5.1 Proses Produksi Program Televisi atau Film Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut standart operation procedure (SOP), seperti berikut ( Fred Wibowo, 2007 ):
1. Pra-Produksi (Perencanaan dan Persiapan) Tahap pra-produksi sangat penting sebab tahap ini adalah tahap awal dalam melaksanakan sebuah produksi program televisi yang dibagi menjadi tiga bagian: a)
Penemuan ide Menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau mengembangkan gagasan menjadi naskah sebuah riset.
b) Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses yag tidak berakhir, bila rencana tersebut telah ditetapkan, maka rencana harus diimplementasikan. Penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi, dan crew, estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi. Menurut Heru Effendy tahun 2014 dalam bukunya Mari Membuat Film, terdapat beberapa rincian yang penting sebelum melaksankan Shooting, yaitu Pertama : Pembuatan skenario yang menjadi tulang punggung sebuah film. semua informasi tentang suara (audio) dan gambar (visual) yang di tampilkan. Ruang, waktu, peran, dan aksi, semua di bungkus di dalam skenario dan menjadi bentuk siap pakai untuk produksi film. Kedua : Jadwal Syuting (Shooting Schedule) yang berfungsi untuk pedoman kerja semua pihak yang terlibat. Untuk merancang jadwal Shooting, diperlukan untuk merincikan script dan melakukan pengelompokan seperti di bawah ini: a) Mengumpulkan adegan dengan lokasi yang sama. b) Untuk lokasi yang sama, pisahkan dengan adegan yang berlangsung di luar ruangan, di dalam ruangan, dan adegan yang berlangsung siang hari dan malam hari. c) Mendahulukan pengambilan adegan yang berlangsung siang hari dan di luar ruangan. d) Jika diperlukan lebih dulu untuk mengambil di dalam ruangan dahulukan untuk mengambil adegan pada siang hari. e) Jika memiliki adegan yang melibatkan banyak pemeran dan crowd dahulukan set up kamera yang melibatkan banyak pemeran dan crowd. Semakin sedikit jumlah pemeran yang terlibat, maka set up tersebut sebaiknya diambil paling akhir. Ketiga : Pemilihan Lokasi dan membentuk tim, mencari tempat yang sesuai dengan cerita dan mendapatkan perizian tempat tersebut. Dalam membentuk
tim sudah jelas bahwa untuk membuat film membutuhkan kerjasama banyak orang. Pada umumnya ini adalah tim kerja yang terlibat dalam produksi film terbagi
dalam
departemen
departemen-departemen
penyutradaraan,
departemen
seperti,
Departemen
kamera,
departemen
Produksi, artistik,
departemen suara, dan departemen editing. Keempat : Estimasi biaya serta penyediaan biaya, agar dapat memproduksi film maka harus mengetahui apa saja yang dibutuhkan, apakah perlu membangun tempat atau set, haruskah suatu alat dibeli atau dapat disewakan. Anggaran dapat disusun dengan mengacu pada informasi yang ada pada script atau naskah yang ada. Untuk menentukan kebutuhan produksi diperlukan untuk melakukan riset sebelumnya, agar dapat membantu masing-masing departemen untuk menentukan apa yang terbaik untuk filmnya. Kelima : Pemilihan Artis (Casting), tidak semua orang bisa menjadi tokoh dalam cerita dan diperlukan untuk melakukan pencarian. Harus dapat memilih siapa pemeran yang mampu untuk membawakan karakter tokoh dengan tepat dalam cerita. c) Persiapan Pembuatan dokumen-dokumen yang berisi sesmua kontrak, perizinan dan surat menyurat. Latihan artis dan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan menurut jangka waktu kerja. d)
Produksi Semua pengawasan ini dikerjakan untuk mengadakan peningkatkan pada masa yang akan datang. Pelaksanaan produksi dimulai dengan kerja sama dengan seluruh tim untuk mencoba mewujudkan apa yang telah direncanakan dalam kertas dan tulisan (Shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita ( Fred Wibowo, 2007 ). Semua keperluan yang mendasari proses syuting perlu benar-benar di perhatikan. Diperlukan pengecekan setiap barang-barang yang di bawa hingga di turunkan sebelum dan setelah proses Shooting. Penyiapan setiap alat dilakukan sebelum proses adegan dimulai. Beberapa kamera serta pencahayan yang telah dibutuhkan segera di tempatkan sesuai dengan posisinya masing-masing. Kualitas gambar, cahaya dan audio juga di sesuaikan terlebih dahulu, demi keamanan saat proses syuting nanti dilakukan (Herbert Zettle, 2009)
4.
Pasca-Produksi Tahap dimana produser, assistant producer, repoter, camera person, editor melakukan evaluasi pada tahap produksi. Selain itu, pasca-produksi melalui proses editing offline ( dengan teknik digital ), editing online ( dengan teknik digital ), mixing (pencampuran gambar dengan suara) ( Fred Wibowo, 2007 ).
2.5.2 Peran Produser Menurut Freed Wibowo (2009) dalam buku berjudul Teknik Produksi Program Televisi, tugas produser professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus, yaitu:
1.
Materi Produksi Seorang produser professional dengan cepat mengetahui apakah materi atau bahan yang ada dihadapannya akan menjadi materi produksi yang baik dan buruk. Produser harus memiliki kepekaan kreatif dalam melihat materi produksi ini. Selain itu visi seorang produser akan banyak menentukan kesanggupannya menjadi materi produksi yang selektif dan kritis. Untuk membuat materi produksi yang berkualitas dibutuhkan riset yang lebih mendalam agar semua data yang bersangkutpaut dengan materi produksi itu lengkap.
2.
Sarana Produksi Sarana produksi adalah sarana yang menunjang terwujudnya ide yang konkret, yaitu hasil produksi. Untuk mendapatkan hasil yang bagus tentu saja diperlakukan kualitas alat standar yang mampu menghasilkan gambar dan suara yang bagus. Produser menujuk seseorang yang diserahi tanggung jawab tersedianya seluruh peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi, yaitu unit peralatan pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi,yaitu unit peralatan perekam gambar, perekam suara, dan pencahayaan. Kualitas standart dari ketiga unit peralatan ini menjadi pertimbangan utama seorang producer ketika ia mulai dalam perencanaan produksinya. Pertimbangan penggunaan peralatan ini menjadi pertimbangan utama seorang produser ketika ia mulai dalam perencanaan produksinya. Pertimbangan penggunaan peralalatan dan jumlahnya
bergantung
pada
program
yang
akan
diproduksi.
Dalam
perencanaannya, daftar kamera (quipment list) berikut ini sangat dibuat untuk
mengetahui jumlah dan macam peralatan yang dipakai. Sebab jumlah dan macam peralatan yang dipakai, sebab akan berpengaruh pada penentuan jumlah kerabat kerja (crew) dan perencanaan anggaran produksi (production budget)
3. Biaya Produksi (financial) Dalam hal ini, seorang produser dapat memikirkan sampai sejauh mana produksi itu kiranya akan memperoleh dukungan financial dari suatu pusat produksi atau stasiun televisi. Ada dua kemungkinan yaitu:
a) Financial Oriented Perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada kemungkinan keuangan yang ada. Misalnya tidak memakai artis kelas satu yang pembayarannya mahal, konsumsi yang tidak terlalu mewah, lokasi yang tidak jauh.
b) Quaity Oriented Perencanaan biaya produksi yang didasarkan atas tuntutan kualitas hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini, tidak ada masalah keuangan. Produksi dengan orientasi budget semacam ini biasanya produksi prestige. Produksi yang diharapkan mendatangkan keuntungan besar, baik dari segi naman maupun financial.
4.
Organisasi Pelaksanaan Produksi (manajerial) Satu organisasi pelaksanaan produksi yang tidak disusun dengan rapih akan menghambat jalannya produksi, kerugian waktu dan keuangan. Dalam hal ini, produser dapat dibantu oleh asisten produser atau sering disebut produser pelaksanaan atau production manager. Fungsi manajeman menurut Morrisan (2008) dalam buku berjudul Manajeman Media Penyiaran ialah : a) Perencanaan (planning) b) Pengorganisasian (organizing) c) Pengarah dan memberikan pengaruh (directing/influencing) d) Pengawasan (controlling) Department produksi dapat di organisir secara vertical dan horizontal :
a) Vertikal (hierakis) Pada sistem ini, komando produksi mengalir dri atas kebawah, misalnya produser kepada sutradara, dan selanjutnya kepada staff kreatif dan produksi. b) Horizontal (kooperatif) Setiap anggota tim produksi memiliki kewenangan yang sama dan keputusan yang dibuat bersama. 5. Tahapan Pelaksanaan Produksi Suatu program televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang dan biaya yang besar, selain memerlukan organisasi yang rapih juga perlu suatu tahapan pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut dengan standart operation producer (SOP), yaitu : a) Pra Produksi (ide, perencanaan, persiapan) b) Produksi (pelaksanaan) c) Pasca Produksi (penyelesaian dan penyangan)
Menurut Morissan (2008) Produser adalah orang yang bertanggung jawab mengubah ide / gagasan kreatif ke dalam konsep yang praktis dan dapat di jual. Produser harus memastikan adanya dukungan keuangan bagi terlaksananya produksi program TV serta mampu mengelola keseluruhan proses produksi termasuk melaksanakan penjadwalan. Produser merupakan pimpinan tertinggi yang bertanggung jawab atas semua aktifitas pembuatan program. Bertanggung jawab terhadap perencanaan suatu program siaran dan harus mempunyai kemampuan berpikir dan menuangkan ide dalam suatu tulisan atau proposal untuk suatu program acara secara baik dan sistematis, serta mempunyai kemampuan untuk memimpin dan bekerjasama dengan seluruh kerabat kerja dan unsur-unsur produksi terkait. Dalam susunan atau struktur organisasi disebuah produksi televisi, biasanya tidak hanya ada satu orang produser, terhadap beberapa tingkatan produser dari produser yang paling tinggi jabatannya hingga yang paling rendah. Masing-masing produser memegang pernah tersendiri yang amat penting dalam produser dalam proses berdasarkan jobdesck diambil dari buku berjudul Televisi Production Book yang biasanya ada di struktur produksi program televisi :
1. Excutive Producer, Memiliki tanggung jawab atas beberapa seri produksi program di skala besar. Mengatur keuangan dan berhubungan dengan client, menejemen stasiun televisi, agensi periklanan, financial supporterers, talent, agensi penulisan. 2. Producer, Bertanggung jawab untuk semua kru yang bertugas dan mengkoordinir semua elemen produksi, baik yang teknis maupun nonteknis. Tak jarang produser juga merupakan penulis naskah dan sutradara. 3. Associate Produser (AP), Mendampingi produser dalam segala permasalahan produksi. Sering kali mengerjakan koordinasi secara langsung, seperti menelfon talent dan mengkorfirmasi jadwal. 4. Line Producer, Mengawasi dan mengontorl produksi di lokasi. 5. Field Producer, Mendampingi produser dengan mengendalikan oprasi lapangan (jauh dari studio). Dalam stasiun televisi yang kecil, fungsi ini mungkin dijalani oleh produser (Zettl, 2011).