BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1. Tugas Karya Akhir, Program atau Literatur Sebelumnya Sinetron telah terjadi perkembangan di pertelevisian Indonesia, di dalam tata laksana produksi dan konsepnya. Produksi yang dilakukan tidak hanya menggunakan setting indoor atau outdoor saja, keduanya menjadi satu bagian penting. menjadi sangat berbeda di bandingkan dengan drama televisi yang seperti drama panggung. Hanya saja drama televisi disiarakan kepada masyarakat luas secara langsung atau tapping. Sinetron, kependekan dari sinema elektronik istilah yang digunakan secara luas di Indonesia ini pertama kali di cetuskan oleh Soemardjono, salah satu pendiri dan mantan pengajar Institut Kesenian Jakarta. seperti scenario dalam film layar lebar. Bedanya pada film ada pada alat penyajian videonya, lalu pengambilan gambar dan jalur cerita yang diberikan juga tidak ber-seri, kelanjutan cerita tidak banyak (Fred Wibowo, 2009). Dalam pengerjaan tugas karya akhir ini penulis dan rekan melakukan pembuatan progra drama serial atau biasa disebut sinetron. Drama serial merupakan tayangan yang masih menyedot penonton terbanyak di Indonesia. Namun tema drama serial sekarang ini monoton, hanya berkutat di romansa dan kisah dendam seseorang. Beda sekali dengan drama serial luar yang memiliki tema yang beragam. Drama yang ditampilkan di drama serial luar jauh lebih bagus dan menarik banyak penonton hingga di luar negaranya. Karena hal tersebut penulis dan rekan mencoba untuk membuat sebuah terobosan baru dalam drama serial di Indonesia. Kami tidak mengambil tema yang biasa, kami mencoba membuat drama serial dengan genre drama psikologis. Program seperti ini belum pernah dibuat di Indonesia, namun di Hollywood pernah dibuatnya. Oleh karena itu penulis melakukan perbandingan akan program yang sudah pernah di tayangkan di stasiun tv Indonesia berbayar dengan program yang penulis buat.
15
16
Perbedaan & NO
Nama Program
Isi Program
Persamaan dengan Program yang akan dibuat
1.
Monk ABC Channel
Monk bercerita tentang
Program ini merupakan
Andrian Monk detektif
komedi yang dibalut
yang memiliki penyakit
dengan kisah krimnal.
kejiwaan OCD, (obsessive
Hal ini berbeda sekali
compulsive disorder).
dengan program yang
OCD merupakan kondisi
akan kami buat, dimana
dimana individu tidak
program yang kami
mampu mengontrol dari
buat tidak memasukkan
pikiran-pikirannya yang
unsur komedi. Durasi
menjadi obsesi yang tidak
yang kami miliki juga
diharapkannya dan
hanya 20 menit
mengulang beberapa kali
dikarenakan menurut
perbuatan tertentu untuk
kami durasi tersebut
menurunkan tingkat
sudah cukup untuk
kecemaannya. Kondisi ini menjelas cerita dalam sering sekali membuat
satu episodenya.
Monk kesulitan dalam melakukan penyelidikan kasus. Namun memang hal tersebut yang membuat drama serial ini menjadi komedi. Monk berudrasi 47 menit. 2.
DEXTER Fox Channel
Dexter bercerita tentang
Karakter utama kami
Dexter Morgan seorang
dengan Dexter memiliki
detektif bagian forensik
kesamaan yaitu,
yang memiliki alter ego
memiliki alter ego
sebagai pembunuh
sebagai pembunuh.
17
berantai. Cerita Dexter
Namun untuk tokoh
lebih berkutat tentang
kami di cerita memiliki
kontradiksi dirinya
pekerjaan sebagai
sebagai polisi dan
psikolog. Karakter kami
pembunuh berantai.
memanfaatkan
Dexter berdurasi 55 menit. kliennya untuk membunuh orang yang ia ingin bunuh. Durasi program kami 20 menit. Tabel 2.1 (Program Sebelumnya)
2.2. Teori atau Konsep yang Berkaitan dengan Proses Pembuatan Tugas Karya Akhir Dalam penulisan tugas karya akhir ini, penulis menggunakan beberapa teori diantaranya, yaitu : 2.2.1. Tahapan Proses Produksi Program Televisi atau Film Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di televisi yang lazim disebut standart operation procedure (SOP), seperti berikut (Fred Wibowo, 2007:39) : a) Pra-Produksi (Perencanaan dan Persiapan) Tahap pra-produksi sangat penting sebab tahap ini adalah tahap awal dalam melaksanakan sebuah produksi program televisi yang dibagi menjadi tiga bagian : 1.
Penemuan ide Menemukan ide atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau mengembangkan gagasan menjadi naskah sebuah riset.
2.
Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir, bila rencana tersebut telah ditetapkan, maka rencana harus di implementasikan (Morissan, 2008). Dan hal apa saja yang menjadi rincian segala keperluan untuk rencana sebelum shooting, berikut adalah penjelasan yang di katakan oleh Heru Effendy, 2014 dalam bukunya Mari Membuat Film.
18
Pertama : Pembuatan skenario yang menjadi tulang punggung sebuah film. semua informasi tentang suara (audio) dan gambar (visual) yang di tampilkan. Ruang, waktu, peran, dan aksi, semua di bungkus di dalam skenario dan menjadi bentuk siap pakai untuk produksi film. Kedua
: Jadwal Syuting (Shooting Schedule) yang berfungsi untuk
pedoman kerja semua pihak yang terlibat. Untuk merancang jadwal shooting,
di
perlukan
untuk
merincikan
script
dan
melakukan
pengelompokan seperti di bawah ini: -
Mengumpulkan adegan dengan lokasi yang sama.
-
Untuk lokasi yang sama, dipisahkan dengan adegan yang berlangsung di luar ruangan, di dalam ruangan, dan adegan yang berlangsung siang hari dan malam hari.
-
Mendahulukan pengambilan adegan yang berlangsung siang hari dan di luar ruangan.
-
Jika diperlukan lebih dulu untuk mengambil di dalam ruangan dahulukan untuk mengambil adegan pada siang hari.
-
Jika memiliki adegan yang melibatkan banyak pemeran dan crowd dahulukan set up kamera yang melibatkan banyak pemeran dan crowd. Semakin sedikit jumlah pemeran yang terlibat, maka set up tersebut sebaiknya di ambil paling akhir.
Ketiga
: Pemilihan Lokasi dan membentuk tim, mencari tempat yang
sesuai dengan cerita dan mendapatkan perizian tempat tersebut. Dalam membentuk tim sudah jelas bahwa untuk membuat film membutuhkan kerjasama banyak orang. Pada umumnya ini adalah tim kerja yang terlibat dalam produksi film terbagi dalam departemen-departemen seperti, Departemen Produksi, departemen penyutradaraan, departemen kamera, departemen artistik, departemen suara, dan departemen editing. Keempat : Estimasi biaya serta penyediaan biaya, agar dapat memproduksi film maka harus mengetahui apa saja yang dibutuhkan, apakah perlu membangun tempat atau set, haruskah suatu alat di beli atau dapat di sewakan. Anggaran dapat disusun dengan mengacu pada informasi yang ada pada script atau naskah yang ada. Untuk menentukan
19
kebutuhan produksi diperlukan untuk melakukan riset sebelumnya, agar dapat membantu masing-masing departemen untuk menentukan apa yang terbaik untuk filmnya. Kelima
: Pemilihan Artis (Casting), tidak semua orang bisa menjadi
tokoh dalam cerita dan diperlukan untuk melakukan pencarian. Harus dapat memilih siapa pemeran yang mampu untuk membawakan karakter tokoh dengan tepat dalam cerita. 3. Persiapan Pembuatan dokumen-dokumen yang berisi semua kontrak, perizinan dan surat menyurat. Latihan artis atau reading, tahap untuk mengarahkan para pemeran sesuai dengan skenario dan pencapaian kreatif sang sutradara. dari hal tersebut maka akan dapat di ketahui durasi dialog dalam sebuah adegan, sehingga durasi adegan tersebut dapat diperkirakan. Selain itu melakukan setting tempat, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan menurut jangka waktu kerja. Ketika semua keperluan sebelum shooting telah terpenuhi maka saatnya melakukan latihan secara simulasi. Hasil dari latihan tersebut maka dapat mengetahui Tata gerak (blocking) untuk penata fotografi merancang gerakan kamera dan sudut kamera terbaik tiap adegan. Kemudian mimik, dan bahasa tubuh pemeran yang disesuaikan dengan keinginan sutradara atau produser, termasuk juga dapat membangun kepercayaan diri dan mood pemeran. Dengan demikian pada saat shooting semuanya bisa berjalan dengan lancer (Heru Effendy, 2014). b) Produksi Semua pengawasan ini dikerjakan untuk mengadakan peningkatkan pada masa yang akan datang. Pelaksanaan produksi di mulai dengan kerja sama dengan seluruh tim untuk mencoba mewujudkan apa yang telah di rencanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi gambar serta susunan gambar yang dapat bercerita (Fred Wibowo, 2007:40).
20
Semua keperluan yang mendasari proses syuting perlu benar-benar di perhatikan. Diperlukan pengecekan setiap barang-barang yang di bawa hingga di turunkan sebelum dan setelah proses syuting. Penyiapan setiap alat dilakukan sebelum proses adegan di mulai. Beberapa kamera serta pencahayan yang telah di butuhkan segera di tempatkan sesuai dengan posisinya masing-masing. Kualitas gambar, cahaya dan audio juga di sesuaikan terlebih dahulu, demi keamanan saat proses syuting nanti dilakukan (Herbert Zettle, 2009) c) Pasca-Produksi Sebuah tahapan terakhir dalam proses produksi pada program televisi. Dalam hal ini terdapat beberapa tahapan saat sebelum menjadi sebuah tayangan yang layak untuk di tayangkan. Ada dua tahapan tersebut yaitu: proses editing dan evaluasi. Proses editing pada masa lalu sangat berbeda dengan masa kini. Pada masa kini proses editing menjadi lebih mudah dan efesien karena menggunakan teknologi digital. Berbeda pada masa lalu dengan sistem editing analog yang lebih rumit. Tahap ini juga dimana producer, assistant producer, director, camera person, dan editor melakukan evaluasi untuk menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Pasca-produksi juga menjadi tuntutan kerja bagi seorang editor untuk melakukan penyatuan pada gambar dan audio. Proses editing memiliki tiga tahapan pertama melalui proses yang dinamakan editing offline (dengan teknik digital) melakukan penyatuan pada gambar serta pemotongan gambar pada adegan yang tidak sesuai dan tanpa memberikan efek apapun pada gambar. editing online (dengan teknik digital), mixing (pencampuran gambar dengan suara) (Fred Wibowo, 2009).
2.2.3. Peran Editor Proses editing tidak selalu siap untuk melakukan pekerjaanya pada tahap pasca produksi, maka seluruh keperluan untuk prosesnya harus di rancang dan di persiapkan semenjak tahap pra-produksi. Perancangan dan persiapan proses editing bisa dilakukan melalui diskusi antara editor dengan sutradara.
21
Editor kemudian merancang tahapan editing untuk kemudian di serahkan kepada produser dan sutradara. Di diskusikan sekali lagi untuk mencari kemungkinan terbaik demi filmnya. Dalam pra-produksi editing, ada sejumlah hal yang perlu di perhatikan, yaitu sebagai berikut : a)
Menentukan Urutan Editing Setiap format film atau video membutuhkan perlakuan yang berbeda, termasuk pada proses editing. Begitu keputusan soal format sudah disepakati, maka mulai memesan tempat editing sesuai dengan format yang telah di pilih. Pemasanan untuk tempat juga bergantung nanti pada tempat penanyang film tersebut.
b) Memilih Tempat Editing Editor sangat di haruskan untuk mengenal berbagai tempat editing (studio editing) masing-masing dengan teknologi dan suasana yang berbeda. Mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang fasilitas yang bisa di sediakan oleh beberapa tempat editing c) Mengumpulkan Report Semasa shooting, ada sejumlah laporan yang bisa membantu kerja editor seperti script continuity report, camera report, dan sound sheet report. tidak lupa untuk mengumpulkan semua laporan tersebut untuk dapat memudahkan kerja editor (Heru Effendy, 2014).
2.2.2.1. Non-Linear Editing Definisi pada proses editing, yaitu linear editing dan nonlinear editing. pada keduanya di dasarkan pada kebebasan menentukan frame video yang di ambil dari pita rekaman sumber. Hanya saja jika kebebasan itu sedikit terbatas pada satu atau dua pita rekaman, maka proses editing itu dinamakan linear editing seperti online editing. sebaliknya jika tidak ada batasan pada kebebasan menentukan frame video maka disebut sebagai nonlinear editing. Dalam proses editing juga ada namanya metode editing dasar, yaitu online editing dan offline editing. Jika editing dilakukan langsung dari tape to tape (menggunakan dua mesin rekam) antara original tape (master tape / rekaman utuhnya) dengan tape materi program yang akan di editkan, maka
22
proses editing itu disebut sebagai online editing. Apabila editing dilakukan dengan membuat pita kerja (working tape) yang pada jamannya menggunakan kaset dan menandai titik-titik saat proses editing berjalan (entry dan out editing point), maka prosesnya disebut dengan offline editing (Hidajanto Djamal, 2014). Penulis melakukan proses nonlinear editing untuk tugas karya akhir. Dilakukan dengan komputer berkapasitas tinggi juga berkecepatan tinggi. Dilengkapi dengan video capture card, small audio dan 2 speaker untuk suara stereo yang di dengarkan. Dalam proses editing nonlinear ada 2 tahapan yang harus dilakukan : 1. Editing Offline Editing Offline yaitu Urutan penyusunan tidak harus seperti editing analog karena komputer bisa mulai dari mana saja, dari tengah, akhir, maupun awal. Memberikan resolusi yang rendah untuk memudahkan pergantian pada beberapa gambar yang ada di scene 2.
Editing Online Tahap ini merupakan kelanjutan editing offline yang dilakukan editor dengan program komputer, yaitu menyempurnakan hasil editing offline. lanjut memberikan suatu jembatan perpindahan (transition) pada shot atau scene dan beberapa efek yang digunakan untuk memperindah gambar serta membersihkan gangguan suara dalam cerita (Herbert Zettl, 2009) Proses editing yang dilakukan penulis menggunakan editing era komputerisasi. Dengan berkembangnya teknologi software dan komputer, maka peralatan yang digunakan beserta unit editing controller-nya, dapat dilakukan dengan bantuan komputer dengan software. Penulis menggunakan ‘Adobe Premier’ untuk melakukan kegiatan seputar editing-nya. Proses insert editing maupun assamble editing dapat dilakukan dengan mudahnya (Hidajanto Djamal, 2014)
23
2.2.2.2. Meminimalisir Resiko Editing. Dalam proses editing, seorang editor bukan untuk membuat kesalahan yang ada hilang dengan begitu saja. Tetapi ada cara yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara memberikan pengambilan gambar wide shot dan di izinkan untuk cutaways. jika shot yang diberikan tetap tidak dapat digunakan atau dapat digunakan namun tidak begitu baik, tetap saja hal ini dapat menyelamatkan hasil dari pengambilan gambar pada shot ke shot. Untuk melakukan penyesuaian terhadap gambar dan suara perlu di perhatikan dengan baik. Ada beberapa hal perlu di ketahui saat melakukan editing: 1. Pemotongan pada gambar Secara umum editor memang dapat memotong dari satu shot ke shot yang lainnya selama salah salah satu dari shot ada perbedaan. Perbedaan yang ada bukan dari subjek yang memang berbeda atau subjek yang memang sama, tetapi ukuran dari pengambilan gambar atau sudut pengambilan gambar dari shot yang berbeda. 2. Penyingkatan aksi Editing memang terlihat seperti melakukan penyingkatan pada aksi tertentu dan membuat waktu terjadi begitu saja dari kejadian sebenarnya. Memiliki ukuran dan sudut pada gambar yang bebeda yang terlihat tidak seperiti pada aksi kenyataannya. 3. Pemberian makna Ketika seorang editor melakukan editing, maka kita perlu memikirkan pemberian makna atau tanda pada penontonnya bahwa adegan yang akan terjadi seperti ini. Warna dalam cerita maka akan terbentuk, membangun rasa pada penonton untuk membuatnya berpikir “apa yang sedang terjadi”. 4. Mengedit Perpecahan. Pemotongan pada gambar yang membuat untuk kesamaan gambar pada suara yang ikut ditentukan. Memikirkan untuk tidak melakukan hal yang biasa saja, seorang editor memiliki rasa untuk kapan gambar dan suara dapat di pecah namun tetap berkesinambungan. Contohnya : gambar pada si pengirim pesan ditampilkan sedikit lalu masukan juga gambar si penerima pesan. Maka film akan terlihat hidup di layar kaca.
24
5. Pemotongan Pada Musik Menggunakan musik bisa memberikan hal yang berbada pada film, seperti akan membuat suasana hati dan nuansa yang ada terasa nyata. Tetapi perlu di perhatikan untuk tidak melakukan kesalahan gambar yang ada karena musik yang tidak sesuai. Musik seperti menambahkan elemen pada film, kenyataan elemen tersebut bisa berdampak buruk atau tidak tergantung pada kesesuain gambar 6. Membuat kecocokan Membangun cerita pada film seperti memainkan suasana hati, memiliki waktu yang berbeda-beda. Penonton dapat merasakan sedih, marah, senang, serius, dan itu semua tegantung pada seorang editor. Kapan harus memberikan elemen tertentu dan jenis transisi seperti apa dan lain sebagainya untuk membuat suatu kecocokan (Colin Hart, 2013).
2.2.2.3. Fungsi Dasar Editing Menurut Herbert Zettl, 2009. Hasil pada editing harus memiliki beberapa alasan. Dibutuhkan suatu alasan mengapa dan bagaimana cerita itu semestinya, bagi pekerja seorang editor memberikan potongan, gabungan, koreksi dan membangun cerita pada film. Dibawah adalah beberapa contoh alasan dari 4 fungsi dasar editing. 1. Menggabungkan (combine) Pada dasarnya, editing mempunyai persoalan tentang menggabungkan dari beberapa gambar, sehingga tercapai suatu cerita yang logis dan selaras dari bahan yang di ambil. Proses penggabungan untuk memperoleh kesinambungan pada gambar merupakan suatu kreativitas seni tersendiri, faktor pengalaman, dasar acuan, isi pesan yang di sampaikan akan mempengaruhi nilai kreativitas pada proses penggabungan gambar. 2. Memotong (shorten) Shorten atau memotong merupakan salah satu dari pekerjaan editor dalam memotong bahan yang ada untuk membuat video tape akhir sesuai
25
penempatan waktu yang tepat atau meng-cut off beberapa gambar yang dianggap tidak logis. 3. Pengoreksian (correct) Editing harus memiliki waktu untuk mengkoreksi beberapa kesalahan yang ada. Tidak selamanya pada porsi scene tertentu, warna dan kualitas suara yang sudah digantikan dengan lainnya memiliki kesinambungan. Hal ini memberikan jalan kemudahan bagi editing untuk mengingatkan kelanjutan proses yang harus sama dengan yang lainnya. 4. Merancang (build) Merancang sebuah cerita merupakan hal yang paling sulit. Seorang editor harus merancang sebuah cerita dari shot to shot dengan baik. Dalam merancang sebuah cerita, editor tidak boleh asal memilih beberapa shot serta menggabungkannya dalam sequence, tetapi harus mengambil beberapa shot dan transisi yang efektif untuk merancang atau membuat cerita menjadi cerita yang utuh.
2.2.2.3.1. Pencahayaan Serta Warna Dalam Kontinuitas. Perlu di perhatikan pada kualitas cahaya pada gambar, pagi, siang dan malam memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Fokuskan pada kesesuaian gambar pada cerita, gelap dan terangnya gambar dapat memberikan kesan yang berbeda. Dalam dan luar ruangan memiliki atau tidaknya kesengajaan pada bayangan tiap peran dalam film. peran sutradara harus dapat memberikan pengarahan untuk memudahkan seorang editor untuk menentukan keseimbangan pada cahaya dan warnya (Herbert Zettl, 2009).
2.2.2.3.2. Kontinuitas Pada Suara. Ketika proses editing pada dialog atau komentar, berikan perhatian lebih pada kejelasan irama dan perkataan yang di ucapkan. Mencoba untuk melihat kembali pada shot yang sama dengan dialog dan di cocokan dengan gerakan mulut para pemain film. untuk mengganti gambar pada saat komunikasi berlangsung harus sangat hati-hati, karena demi
26
memberikan kesan perpindahan yang lembut. Menjaga untuk kesan nyata pembicaraan seperti pada tempatnya, masukan dan naikan sedikit suara suasana tempat, jangan sama seimbangnya dengan dialog suara demi menjaga kualitas dengar pada dialog (Herbert Zettl, 2009).
2.2.2.4. Jenis Transisi dalam Editing Ada beberapa jenis transisi yang dapat digunakan untuk video editing (Herbert Zettl, 2009) : 1.
Cut Sebagai proses transisi yang sering digunakan dan tidak begitu terlihat,
Cut paling sering digunakan dalam penyambungan shot ke shot. Segala pemotongan pada gambar perlu di perhatikan dan di sesuaikan dengan strutuk yang telah di buat. Proses ini menjadi hal utama dalam dasar memainkan irama setiap shot ke shot. 2.
Dissolve Dissolve digunakan untuk jembatan penghubung dari shot action atau
tanda perpindahan waktu yang telah berlalu. Lama atau tidaknya transisi yang digunakan untuk shot ke shot memberikan kesan yang berbeda. 3. Fade Fading adalah proses yang biasanya digunakan untuk awal dan akhir suatu adegan atau sebuah program acara. - Fade in: suatu shot dengan secara perlahan muncul dari keadaan gelap, kemudian redup makin lama akan menjadi terang sepenuhnya dan gambar terlihat jelas. - Fade out: suatu shot dengan secara perlahan akan hilang dan menjadi gelap total. - Fade from black: memunculkan dari layar hitam untuk menunjukan permulaan suatu adegan. - Fade to Black : layar berpindah pada kegelapan yang menunjukan bahwa adegan selesai. 4.
Wipe Wipe adalah proses shot yang di geser oleh shot lain sehingga shot yang
pertama terlihat seperti terdorong keluar dari layar kaca. Sama seperti
27
dengan fade, wipe juga digunakan sebagai permulaan pada perpindah gambar. Kecuali itu ada bermacam-macam konfigurasi efek wipe yang bisa digunakan untuk menampilkan kesan tertentu seperti : - Vertical wipe Antara horizontal dan vertical prosesnya terlihat sepeti kasar pada perpindahan shot ke shot. Mirip seperti ketika orang memindahkan channel tv lain ketika menonton. - Circle wipe Proses transisi yang diberikan dengan gaya yang lucu frame berpindah dengan berputar. Hal seperti ini cocok untuk konsep cerita yang lucu, tidak untuk program acara yang serius seperti documenter. Terlebih lagi tidak semua shot ke shot cocok seperti itu, digunakan hanya di beberapa tempat atau kejadian tertentu saja. - Sawtooth wipe Banyak sebutan lain untuk proses wipe yang satu ini, dia memiliki efek pada pemotongan gambarnya. Bentuk yang di berikan memiliki banyak arti untuk shot ke shot berikutnya, tergantung pada transisi shot ke shot digunakan sebelumnya.
2.2.3. Film Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka (1990 : 242), film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tampat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yag akan dimainkan dibioskop), lakon (cerita) gambar hidup. Menurut Denis McQuail dalam teori komunikasi massa, film juga hampir media massa
yang sesungguhnya dalam artian bahwa film mampu
menjangkau populasi dalam jumlah besar dan cepat, sebagai media massa film merupakan bagian dari respons terhadapan ruang dan waktu. Jenis-jenis film menurut Heru Effendy dalam bukunya Mari Membuat Film (2014), yaitu :
28
1.Film
Dokumenter
adalah
sebutan
untuk
penggambaran
yang
penyajian realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. 2. Film Pendek adalah durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. 3. Film Cerita Panjang adalah durasi film lebih dari 60 menit lazimnya berdurai 90-100 menit. Film yang diputar dibioskop termasuk dalam kelompok ini. 4. Profil Perusahaan adalah film yang dibuat untuk institusi tertentu berkaitan dengan kegiatan yang mereka lakukan. 5. Iklan televisi adalah film yang di produksi untuk kepentingan
tertentu
untuk kepentingan penyebaran informasi, baik tentang produk maupun layanan masyarakat (PSA). 6. Program Televisi adalah program yang di produksi untuk pemirsa televisi. Secara umum program ini dibagi menjadi 2 yaitu, cerita dan non cerita. Jenis cerita terbagi menjadi dua jenis yaitu, fiksi dan non fiksi. 7. Video Clip adalah sarana bagi produser musik untuk memasarkan produknya lewat medium televisi.
2.2.4. Drama Menurut Morissan, (2008) Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani dan yang berarti bertindak atau berbuat (action). Program drama adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang di perankan oleh pemain (artis) yang melibatkan emosi. Sedangkan sinetron di negara lain disebut dengan opera sabun (soap opera atau daytime serial) namun di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan sinetron. Menurut Esta de fossard john riber, Writting and producing for television and film (2005). terdapat jenis drama yaitu biasanya berjenis tertentu dari tiga bentuk drama yang ada: the stand-alone drama (drama berdiri sendiri); the drama series (drama seri atau drama bersambung); the drama serial (serial drama).
29
2.2.4.1. Stand-alone Drama Drama jenis ini selesai dalam satu kali pertunjukkan. Seperti ratarata film lainnya, the stand-alone drama (drama yang berdiri sendiri) biasanya berdurasi 60-90 menit dan berisi satu plot utama.
2.2.4.2. Drama Series (Drama bersambung) Drama berjenis ini adalah salah satu kategori drama pendek (biasanya setiap drama seri berdurasi 20 atau 30 menit) dan di siarkan secara mingguan. Karakter utama yang sama muncul dalam setiap program seri, tetapi mereka terlibat dalam plot (cerita) yang terpisah dan utuh setiap minggunya. Drama seri dapat di bandingkan dengan strip komik pada koran umumnya: dengan karakter yang sama. Drama serial terlibat dalam aktivitas yang berbeda setiap kali mereka muncul. (Desain Sampel Dokumen yang di berikan dalam Lampiran B dibuat untuk drama seri) Drama jenis ini adalah suatu cerita bersambung yang dibagi menjadi episode-episode (seperti bab dalam sebuah novel) yang ditampilkan secara rutin: dari hari ke hari atau minggu ke minggu selama enam bulan, satu tahun atau bahkan lebih. Pada akhir setiap episodenya, cerita yang tersisa tidak lengkap atau utuh, diakhiri dengan pertanyaan atau catatan tentang suatu ketengangan tertentu, sehingga penonton akan menonton kembali episode lanjutannya untuk mengetahui cerita selanjutnya. Biasanya, drama Hiburan-Edukatif ditampilkan satu episode per minggu dalam 6-12 bulan. Dalam beberapa kasus, drama di perpanjang dan menjadi bagian dari hiburan reguler untuk pemirsa. Misalnya, peraih penghargaan seri Afrika Selatan “Soul City” telah terkenal dan di tayangkan sejak tahun 1994 dengan serial TV mingguan. Dalam beberapa tahun terakhir upaya perubahan sosial dari seri ini di tingkatkan atau di promosikan oleh drama radio yang di tayangkan setiap hari, dan penambahan televisi dan radio seri anak-anak, Soul Buddyz. Setiap drama dengan format seperti ini- the stand-alone drama (drama berdiri sendiri, drama seri atau drama serial bisa bersifat humor,
30
tragis, misterius, petualang atau dapat menggabungkan dua atau lebih emosi tersebut. Drama serial, yang biasanya berisi tiga atau lebih plot terpisah, dapat menggambarkan sejumlah emosi, misalnya, tragis dalam satu plot, lucu di bagian lain (yang mungkin juga mengandung kisah cinta) dan unsur menakutkan di penghujung plot ketiga. Dengan demikian, plot yang terpisah ini dapat di rancang sedemikian rupa untuk menarik audience dari kalangan yang berbeda (remaja, pekerja di pedesaan, penduduk kota), tetapi dengan pencampuran plot yang halus, sehingga dapat memberikan pesan yang universal. Oleh karena itu, drama adalah media yang kuat dan akan digunakan untuk menunjukkan perubahan sosial yang positif kepada audience dan mendorong penonton agar memperbaiki kehidupan mereka dengan melakukan perubahan pada dirinya sendiri. Harus di pahami, bagaimanapun bahwa drama yang mengubah perilaku (atau drama Hiburan-Edukatif) dan berbeda dari cara pembuatan dengan drama yang di rancang murni untuk hiburan. Perbedaan utama adalah adanya integrasi atau kombinasi pesan pendidikan yang jelas ke dalam cerita yang menghibur dan supaya ini berhasil, maka harus ada perencanaan yang matang sejak awal proyek atau rencana. Menurut Fred Wibowo (2009 : 239) di dalam seni drama konvensional terdapat sekurang – kurangnya empat unsur yang terlibat di dalam suatu pementasan sebagai berikut : a) Lakon atau cerita yang di tampilkan berwujud sebuah naskah b) Pemain adalah orang yang membawakan lakon itu c) Panggung tempat para pemain yang membawakan lakon itu melakukan tindakan – tindakan seperti yang tertulis dalam lakon. d) Penonton adalah sekelompok orang yang memeriahkan sebagaian dari kemerdekaanya untuk menjadi bagian dari took yang dalam suatu lakon dan menikmatinya
31
2.2.4.3. Konflik Salah satu elemen yang paling penting dalam keberhasilan program adalah konflik, yaitu adanya benturan kepentingan atau benturan karakter di antara tokoh-tokoh yang terlibat. Tanpa adanya konflik maka kecil kemungkinan program itu akan mampu menahan perhatian audience.
2.3. Teori atau konsep yang menjadi kaitan antara tugas kahir dengan penontonya 2.3.1. Psikologi Menurut Tristiadi Ardi Ardani, Noor Rochman Hadjam dalam Psikologi Abnormal, Ganguan kepribadian adalah ketika kepribadian tersebut tidak lentur
(fleksibel)
dan
sulit
untuk
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungannya/maladaptif, sehingga mengakibatkan kesulitan dalam menjalani fungsi sosial di rumah, di sekolah, di tempat kerja di masyarakat, yang bersangkutan akan mengalami penderitaan subjektif bagi dirinya sendiri. Gangguan kepribadian salah satunya adalah psikopat merupakan individu dengan kepribadian anti sosial biasanya terus menerus melakukan tingkah laku kriminal, menekankan ketidakmampuan individu untuk mengikuti normanorma sosial yang ada. Gangguan kepribadian Skizotipal yaitu pola kepribadian yang di dominasi oleh rasa tidak nyaman dalam berhubungan dengan orang lain, penyimpangan pola pikir (cognitive) atau persepsi dan perilaku yang ekstrensik (aneh). Individu yang mengalami dengan gangguan seperti ini memiliki dantasi yang aneh karena mengalami masalah dalam berpikir dan berkomunikasi, sensitif terhadap perasaan atau reaksi orang lain terhadap dirinya.
2.3.2. Komunikasi Organisasi Morissan
mengatakan
dalam
Manajemen
media
penyiaran,
Pengorganisasian adalah merupakan sesbuah proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang di miliki dan lingkungan yang melingkupinya.
32
Dua aspek utama proses penyusunan organisasi ; 1.
Departementalisasi
2.
Pembagian kerja Komunikasi merupakan bagian yang penting dalam segala bidang
kehidupan manusia. Bentuk komunikasi itu sendiri ada banyak dan salah satunya adalah bentuk komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana tiap anggota dari organisasi berinteraksi dan memberikan makna atas apa yang sedang terjadi. Komunikasi organisasi juga berbicara seputar arah aliran informasi yang berpindah dari satu posisi ke posisi lainnya di dalam sebuah struktur organisasi. Aliran informasi di dalam suatu struktur organisasi dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas. (R. Wayne Pace, Don F. Faules, 2010:33) Dalam komunikasi organisasi terjadi dua jalur komunikasi yaitu ke bawah dan ke atas. Untuk komunikasi ke bawah informasi yang mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada jabatan yang lebih rendah. Menurut Katz dan Kahn (1996) terdapat lima jenis informasi yang biasa di komunikasikan dari atasan ke bawahan menurun, yaitu : a. Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan b. Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan c. Informasi mengenai kebijakan dan praktik – praktik organisasi d. Informasi mengenai kinerja pegawai e. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas Sedangkan untuk komunikasi ke atas ialah mengalirnya informasi dari jabatan yang rendah kepada jabatan yang lebih tinggi. Aliran komunikasi ke atas akan memberikan informasi penting di dalam pembuatan keputusan oleh seseorang yang memiliki kedudukan yang tinggi dalam suatu organisasi (R. Wayne Pace dan Don F. Faules, 2010:183).
33
2.3.2.1. Fungsi Komunikasi Organisasi Terdapat empat fungsi dari komunikasi organisasi menurut Burhan Bungin (2006), yaitu : • Fungsi Informative Suatu keadaan dimana organisasi di pandang sebagai suatu sistem informasi. Informasi yang di dapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya dengan lebih pasti. • Fungsi Regulatif Fungsi komunikasi organisasi ini berkaitan dengan peraturan – peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pesan – pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, setiap anggota membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang dapat di laksanakan. • Fungsi Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang di harapkan. Namun lewat persuasi memungkinkan anggota organisasi bekerja secara sukarela dan memiliki kepedulian yang lebih besar terhadap pekerjaan yang di kerjakan. • Fungsi Integratif Bagaimana jalinan komunikasi yang baik antar tiap anggotanya, baik komunikasi yang bersifat formal maupun informal. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi lebih besar dalam diri anggota terhadap organisasi.
2.3.3. Komunikasi Massa Menurut Denis McQuail, (2011) dalam teori komunikasi massa, film juga hampir media massa
yang sesungguhnya dalam artian bahwa film
mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar dan cepat, sebagai media massa film merupakan bagian dari respons terhadapan ruang dan waktu.
34
Media film dan lembaga : Ciri-ciri utama Aspek media 1.
Saluran penerimaan audio visual
2.
Pengalaman pribadi terhadap konten publik
3.
Daya tarik universal yang luas
4.
Memiliki format dan genre internasional
Aspek kelembagaan 1. Ketundukan pada kontrol sosial 2. Organisasi dan distribusi yang rumit 3. Biaya produksi yang tinggi 4. Bentuk distribusi yang beragam Berdasarkan Denis McQuail, (2011) dalam Teori komunikasi massa : Tujuan Media Sentris : 1.
Mengukur jangkauan nyata dan potensial untuk tujuan pembukuan dan iklan (penjualan dan rating).
2.
Mengatur prilaku pilihan khalayak.
3.
Mencari kesempatan pasar khalayak baru.
4.
Menguji
produk
dan
meningkatkan
efektivitas
dari
prespektif
pengirim. Konsep dan Model komunikasi massa Menurut Denis McQuail, (2011) Keyakinan terhadap kekuatan media massa awalnya berdasarkan penelitian atau jangkauan serta dampak media yang besar, terutama yang berkaitan dengan pers surat kabar (newspaper), Iklan (advertising), berita (news), propaganda (propaganda) dan hiburan (entertainment). Karena telah ada pandangan yang kuat bahwa publisitas massa sangat efektif dalam membentuk opini dan mempengaruhi perilaku.
35
Hal ini yang dapat menghubungkan penulis dengan tugas karya akhir pada kekuatan media massa yang dapat jangkauan serta dampak media yang cukup besar. Program hiburan yang telah menjadi pilihan untuk penulis dalam karyanya nanti. Memaksimalkan segala aspek dari teknik dan cerita hingga para tokoh di dalamnya yang di kemas menjadi suatu pesan. Bahwa karya sebuah film yang di tayangkan memiliki kekuatan yang sangat efektif dalam pembentukan opini yang terjadi dan hal yang dapat mempengaruhi perilakunya. Kondisi kekuatan media yang memang efektif secara umum termasuk pada kemampuan industry media nasional dalam menjangkau sebagian besar populasi, tingkat pemahaman dalam pesan yang disebarkan (ke manapun arahnya), dan penilaian atas kredibilitas dan kepercayan media oleh khalayak. Media massa merupakan kekuatan potensial bagi kohesi jenis baru yang mampu
menghubungkan
individu-individu
yang
tersebar
ke
dalam
pengalaman bersama di tingkat nasional, kota dan lokal. Hal yang terjadi mengenai dampak media kepada masyarakat, hanya bagaimana pengaruh media di tafsirkan. Tergantung pada sikap (attitude) pribadi si pengamat, serta tingkat optimisme atau pesimisme di dalam sudut pandang sosial mereka (McQuail, 2011)