BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Sebelumnya Dalam melakukan penelitan baru, peneliti harus mengkaji beberapa teori dan
temuan sebelumnya untuk dijadikan data pendukung. Penelitian sebelumnya dicari sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Fokus masalah penelitian ini adalah mengenai produksi talkshow. Beberapa penelitian sebelumnya dalam jurnal menjadi dasar peneliti untuk membuat penelitian yang berbeda. Jurnal pertama berjudul “Oprah Winfrey: Talk Show Host and Friend” dari penulis Jennifer Hollet yang ingin mencari tahu bagaiamana Oprah dapat mengolah sisi kedekatan dengan narasumber. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, jurnal ini membahas konsep host, konsep talkshow dan para-social interaction. Hasil penelitian jurnal ini adalah Oprah Winfrey menggunakan teknik kedekatan dengan bintang tamu dalam setiap wawancara di Oprah Winfrey Show. Kedekatan terhadap tamu tak hanya ditampilkan dengan verbal namun juga bisa dengan nonverbal seperti pemberian surprise. Sehingga tercipta suasana santai dan juga tetap berarti. Apalagi ditambah dengan reaksi Oprah seperti tertawa hingga menangis disaat yang bersamaan. Setiap informasi yang disajikan pastinya akan membuat konstruksi pemikiran masyarakat tentang bintang atau politisi yang tampil pada talkshow ini. Hal ini dikarenakan adanya kebiasaan wanita untuk berbincang dalam norma dan kehidupan sosialnya. Persamaan jurnal ini dengan penelitian peneliti adalah sama sama membahas tentang bagaimana host dapat memiliki kedekatan dengan narasumber seakan akan mereka adalah sahabat sendiri. Jurnal kedua merupakan hasil karya Stephen Winzenburg pada tahun 2014 dengan judul “The Late Night Revelution: How Jimmy Fallon Is Redefining The Talkshow”. Masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Jimmy Fallon dapat bertahan dalam persaingan beberapa late night talkshow di Amerika. Dengan menggunakan metode kuantitatif, penelitian ini menggunakan konsep talkshow dan konsep rating. Hasil dari penelitian ini adalah Perpindahan Fallon menjadi host “Tonight Show” di tahun 2014 membuat rating meningkat karena ia mengubah tatanan talkshow malam hari yang biasanya kaku dan 60% diisi dengan berbincang menjadi 21% monolog, 23% sketsa komedi, dan 14% musik. Walaupun 7
8 menghadirkan sosok politikus yang menjadi narasumber, namun Fallon berhasil tidak membuat pertanyaan yang membosankan. Hal ini juga menyebabkan munculnya penonton setia dari kalangan anak muda yang tertarik dengan energi sang pembawa acara dan mereka lebih memilih menganggap program ini sebagai genre baru yaitu “Talkedy” (Talk Comedy). Kesamaan jurnal ini dengan penelitian peneliti adalah adanya objek penelitian yang merupakan talkshow di malam hari. Jurnal ketiga terbit pada tahun 2006 dengan judul “The Oprah Effect: How Soft News Helps Inattentive Citizens Vote Consistently” karya Mathhew Baum. Dengan menggunakan metode kuatitatif, jurnal ini membahas bagaimana Oprah dapat mempengaruhi masyarakat untuk mengambil keputusan memilih kandidat dalam pemilihan umum Amerika. Teori yang digunakan adalah konsep soft news, voting behavior, political behavior dan penentuan keputusan seseorang. Hasil dari penelitian ini adalah masyarakat dapat memilih secara konsisten karena tergantung dari informasi yang mereka konsumsi. Masyarakat mencari dan mengkonsumsi soft news yang berkualitas sehingga menyebabkan penentuan pemilihan kandidat politik mereka. Adanya Oprah membuat masyarakat mampu berekspresi dengan pilihan mereka, hal ini karena masyarakat dapat mengetahui lebih dekat tentang personality kandidat yang ada. Dengan begitu masyarakat dapat lebih tertarik dengan visi misi kandidat dan berbagai berita politik yang dibawakan secara santai dan terus memberikan kepeduliannya kepada kandidat tersebut. Persamaan jurnal ini dengan peneliti adalah dalam bagaimana mengemas unsur hard news lebih menjadi light entertainment. Jurnal keempat merupakan karya dalam negeri dari Nur Rahmat Candra yang berjudul “Produksi Program Televisi: Sebuah proses kreatif menuju industri kreatif”. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses produksi televisi untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif. Penelitian ini menggunakan teori kualitatif deskriptif dengan membahas teori televisi sebagai media massa dan program siaran televisi. Hasil dari penelitian ini adalah Tantangan dalam menjalankan bisnis pertelevisian adalah harus tanggap dengan segala perubahan-perubahan terus menerus. Televisi dengan kapasitasnya sebagai media penyampai informasi kepada khalayak harus memerhatikan perencanaan dan persiapan penayangan programprogramnya. Program-program televisi pada umumnya secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan audiensnya. Agar segalanya tetap dapat dikatakan berkualitas solusinya tidak
9 memaksa perhatian audien tetapi dengan menyediakan stimulus interaksi melalui kreativitas dan variasi dengan menciptakan program-program inovatif, mencari ideide orisinil dan mengumpulkan imajinasi–imajinasi kreatif. Persamaan jurnal ini dengan penelitain peneliti adalah mengenai produksi televisi. Jurnal kelima adalah “Proses Produksi Program Talkshow “Redaksi 8” Pada Televisi Lokal Tepian TV Samarinda” yang dibuat oleh Dina Febriyana pada tahun 2013. Penelitian ini menceritakan bagaimana proses produksi talkshow dan cara pengemasannya. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini menggunakan teori The Mathematical Theory of Communication or Shannon and Weaver Model, jenis program talkshow dan syarat pengemasannya serta proses produksi program talkshow di televisi. Hasil dari penelitian ini adalah proses produksi program talkshow Redaksi 8 sudah sesuai dengan SOP proses program acara televisi. Terdapat faktor penghambat dari proses produksi talkshow Redaksi 8 yaitu kurangnya koordinasi dan informasi mengenai pengangkatan tema dan narasumber, perubahan tema, adanya noise saat narasumber maupun presenter berbicara yang disebabkan karena penempatan clip on yang tidak benar, dan faktor penghambat terakhir adalah permasalahan di switcher. Kesamaan jurnal ini dengan penelitian peneliti adalah membahas bagaimana cara memproduksi sebuah program talkshow dan kemasannya.
10 Tabel 2.1 State of The Art Judul Penelitian Nadya,
Ayu. Bagaimana
Aztari
(2015).
Masalah
Produksi
Strategi strategi
Metode Kualitatif
Edutainment
Strategi
Satu
Indonesia
untuk
menyajikan
mencari sisi lain dari narasumber dan terus berinovasi dalam memberikan gimmick atau surprise
Menyajikan menyajikan tayangan
Edutainment
Hasil Penelitian
edutainment adalah melakukan riset lebih dalam,
Satu
Produksi Satu Indonesia Indonesia dapat dalam
Teori
kepada narasumber
edutainment Hollet, Jennifer. (2009). Bagaimana cara
• Host
Oprah
• Para-Social
dengan verbal namun juga bisa dengan nonverbal
Interaction
seperti pemberian suprise. Sehingga tercipta suasana
Winfrey:
Talk Oprah mengolah
Show Host and Friend. sisi Collections Canada
kedekatan
dengan
Kualitatif
Kedekatan terhadap tamu tak hanya ditampilkan
santai dan juga tetap berarti.
• Talkshow
narasumber dalam talkshownya Winzenburg,
Stephen. Bagaimana
(2014). The Late Night Fallon
• Talkshow dapat • Rating
Kuantitatif
Perpindahan Fallon menjadi host “Tonight Show” di tahun 2014 membuat rating meningkat karena ia
Revolution: How Jimmy bertahan dalam
mengubah tatanan talkshow malam hari yang
Fallon Is Redefining The persaingan
biasanya kaku dan 60% diisi dengan berbincang
Talkshow
beberapa
Late
Night Talkshow
menjadi 21% monolog, 23% sketsa komedi, dan 14% musik.
11 Judul Penelitian Jstore Baum, (2006).
Masalah
Teori
Metode
Hasil Penelitian
Kuantitatif
Oprah membuat masyarakat mampu berekspresi
di Amerika A.
Matthew. Bagaimana
The
Oprah Oprah
• Soft News dapat • Voting Behavior
dengan pilihan mereka, hal ini karena masyarakat
Effect: How Soft News mempengaruhi
• Political Behavior
dapat mengetahui lebih dekat tentang personality
Helps
• Penentuan
kandidat yang ada. Dengan begitu masyarakat dapat
Keputusan
lebih tertarik dengan visi misi kandidat dan berbagai
Citizens
Inattentive masyarakat Vote untuk
Consistently
mengambil
berita politik yang dibawakan secara santai dan terus
keputusan
memberikan
memilih
tersebut.
kepeduliannya
kepada
kandidat
kandidat dalam pemilihan umum pAmerika Candra, Nur Rahmat. Bagaimana (2009). Program
“Produksi proses produksi
• Televisi Sebagai Kualitatif Media Massa
Televisi: televisi menjadi • Program
Sebuah proses kreatif sebuah menuju industri kreatif.
kreatif
proses
Televisi
Siaran
Agar segalanya tetap dapat dikatakan berkualitas solusinya tidak memeaksa perhatian audien tetapi dengan menyediakan stimulus interaksi melalui kreativitas dan variasi dengan menciptakan program – program inovatif, mencari ide – ide orisinil dan mengumpulkan imajinasi – imajinasi kreatif.
Capture Vol I
12 Judul Penelitian
Masalah
Teori
Metode
• The Mathematical Kualitatif
Febriyana, Dina. (2013). Bagaimana
Hasil Penelitian Proses Produksi program talkshow Redaksi 8 sudah
Proses
Produksi proses produksi
Theory of
sesuai dengan SOP proses program acara televisi.
Program
Talkshow talkshow
Communication
Terdapat faktor penghambat dari proses produksi talk
or Shannon and
show Redaksi 8 yaitu kurangnya koordinasi dan
Weaver Model
informasi
“Redaksi
8”
dan
Pada cara
Televisi Lokal Tepian pengemasannya TV Samarinda.
• Jenis Program Talkshow dan
e-Journal Komunikasi
Ilmu
Syarat Pengemasannya • Proses Produksi Program Talkshow di Televisi
narasumber
mengenai
pengangkatan
tema
dan
13 2.2
Landasan Konseptual
2.2.1 Teori Umum 2.2.1.1 Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa (Ardianto, 2007). Ahli komunikasi lainnya, Joseph A. DeVito merumuskan bahwa komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang media yang menggunakannya. Ia mengemukakan definisinya dalam dua item, yaitu a. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi, tetapi ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya sukar untuk didefinisikan. b. Komunikasi massa yang adalah komunikasi yang salurkan oleh pemancar – pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa lebih mudah dan lebih logis jika didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, siaran, surat kabar, majalah dan film (Nurudin, 2011).
Sementara itu menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) yang dikutip oleh Nurudin (2011) disebutkan komunikasi massa adalah sebuah proses di mana pesan – pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen. Luas di sini berarti lebih luas dari sekedar kumpulan orang yang berdekatan secara fisik, sedangkan anonim berarti bahwa individu yang menerima pesan cenderung menjadi asing satu sama lain atau tidak saling mengenal satu sama lain, dan heterogen berarti bahwa pesan yang dikirim kepada yang berkepentingan yakni kepada orang – orang dari berbagai macam atribut, status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen. Menurut Alexis Tan, dalam komunikasi massa itu komunikatornya adalah organisasi sosial yang mampu memproduksi pesan dan mengirimkannya secara serempak ke sejumlah orang banyak yang terpisah. Komunikator dalam komunikasi
14 massa biasanya media massa (surat kabar, majalah, atau penerbit buku, stasiun atau jaringan TV). Media massa diatas merupakan “organisasi sosial”, sebab individu di dalamnya mempunyai tanggung jawab yang sudah dirumuskan seperti dalam sebuah organisasi (Nurudin, 2011). Menurut Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble (Nurudin 2011) sesuatu bisa didefinisikan menjadi komunikasi massa jika memiliki hal hal seperti berikut: a. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula. b. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan–pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi massa yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain. c. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang. Karena itu, diartikan milik publik. d. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain komunikatornya tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasanya berorientasi pada keuntungan, bukan organisasi suka rela atau nirlaba. e. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi). Artinya pesan – pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. Beberapa individu dalam komunikasi massa itu ikut berperan dalam membatasi, memperluas pesan yang disiarkan. f. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam henis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung.
Berdasarkan definisi-definisi komunikasi massa tersebut, maka dapat disusun karakteristik komunikasi massa. Melalui definisi itu pula kita dapat mengetahui karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut (Ardianto, 2007):
15 a. Komunikasi terlembagakan Ciri komunikasi yang pertama adalah komunikatornya. Komunikasi massa menggunakan media yang berbentuk lembaga bukan perorangan, seperti institusi media cetak maupun institusi media elektronik. b. Pesan Bersifat Umum Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa, opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. c. Komunikannya Anonim dan Heterogen Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikannya (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai jenis lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan komunikasi lainnya dalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapai relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. e. Komunikasi Mengutamakan isi ketimbang Hubungan Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus, dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. f. Komunikasi Massa Bersifat satu Arah Secara
singkat
komunikasi
massa
itu
adalah
komunikasi
dengan
menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka
16 komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.
Dengan
demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah. g. Stimulus Alat Indera Terbatas Ciri komunikasi massa lainnya yang dianggap salah satu kelemahannya adalah stimulasi alat indera yang “terbatas”.
Dalam komunikasi massa,
stimulus indera bergantung pada jenis media massa. Dalam media massa televisi, kita menggunakan indera penglihatan dan indera pendengaran. h. Umpan Balik Tertunda (Delayed) Komponen umpan balik atau yang lebih popular dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam membentuk komunikasi apapun. Efektifitas komunikasi sering kali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh kominikan.
Umpan balik dalam komunikasi massa tidak dapat secara
langsung menerima reaksi atau tanggapan dari komunikan
Dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah pesan yang disampaikan melalui sebuah lembaga media kepada orang banyak dengan cepat serta serempak namun tidak diketahui siapa saja audiensnya yang heterogen. Komunikasi ini bersifat satu arah sehingga adanya keterlambatan dalam mendapatkan umpan balik. Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat (Ardianto, 2007) adalah a. Pengawasan -
Pengawasan peringatan. Terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan meletusnya gunung berapi, kondisi yang memperhatikan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini serta merta dapat menjadi sebuah ancaman
-
Pengawasan instrumental Penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari hari.
b. Penafsiran Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga membeberkan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Penafsiran tidak terbatas pada
17 tajuk rencana. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antarpesona atau komunikasi kelompok. c. Pertalian Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membetuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. d. Penyebaran Nilai-Nilai Fungsi ini juga dapat disebut dengan sosialisasi. Sosilaisasi mengacui kepada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar dan dibaca. e. Hiburan Televisi adalah media massa yang mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan Menurut Alexis S. Tan dalam buku Pengantar Komunikasi Massa (Nurudin, 2011) fungsi komunikasi massa adalah Tabel 2.2 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S. Tan No. 1.
Tujuan Komunikator Memberi Informasi
Tujuan Komunikan Mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan.
2.
Mendidik
Memperoleh pengetahuan dan keteramoilan yang berguna memfungsikan dirinya secara selektif dalam masyarakatnya, mempelajari nilai, tingkah laku
yang
cocok
agar
diterima
dalam
masyarakatnya. 3.
Mempersuasi
Memberikan keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.
4.
Menyenangkan, memuaskan komunikan
Menggembirakan,
kebutuhan menghibur,
mengendorkan
urat
saraf,
dan mengalihkan perhatian dari
masalah yang dihadapi.
18 Dari kedua sumber di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa memiliki beberapa fungsi dalam masyarakat. Terumata dalam memberikan hiburan dan pendidikan melalui penyebaran nilai-nilai. 2.2.1.2 Media Massa Menurut Nurudin (2011), media massa adalah alat-alat dalam komunikasi untuk menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa adalah mampu mengatasi hambatan ruang dan waktu. Media massa dapat menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. Menurut Dennis McQuail (2011), arti penting media massa adalah berdasarkan pada beberapa asumsi pokok tersebut: a. Media merupakan industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan industri lain yang terkait. Media juga merupakan industri tersendiri yang memiliki peraturan dan norma-norma yang menghubungkan institusi tersebut dengan masyarakat dan institusi sosial lainnya. b. Media massa merupakan sumber kekuatan-alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatanvatau sumber daya lainnya. c. Media merupakan lokasi atau norma yang semakin berperan, untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional. d. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup, dan norma-norma. e. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normatif yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.
19 Peran media massa dalam kehidupan sosial, terutama dalam masyarakat modern tidak ada yang menyangkal, menurut McQuail (2011) ada enam perspektif dalam hal melihat peran media: a. Melihat media massa sebagai window on event and experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi di luar sana. Atau media merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa. b. Media juga sering dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola media sering merasa tidak “bersalah” jika isi media penuh dengan kekerasan, konflik, pornografi dan berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal sesungguhnya, angle, arah dan framing dari isi yang dianggap sebagai cermin realitas tersebut diputuskan oleh para profesional media, dan khalayak tidak sepenuhnya bebas untuk mengetahui apa yang mereka inginkan. c. Memandang media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih issue, informasi atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Di sini khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian . d. Media massa acapkali pula dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternatif yang beragam. e. Melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan umpan balik. f. Media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif.
20 Dari kedua sumber di atas dapat disimpulkan bahwa media massa adalah sebuah alat komunikasi kepada khalayak secara cepat dan luas. Media massa sangat berperan sebagai penuntun hidup khalayak dalam pengembangan norma. Media massa terbagi menjadi dua yaitu media massa cetak dan media massa elektronik (Vera, 2008). Media cetak adalah suatu media statis yang mengutamakan fungsinya sebagai media penyampaian informasi, maka media cetak terdiri dari lembaran dengan sejumlah kata, gambar, atau dalam tata warna dan halaman putih, dengan fungsi utama untuk memberikan informasi atau menghibur. Sedangkan media elektronik meruapakan media komunikasi atau media massa yang menggunakan alat-alat elektronik (mekanis), media elektronik masa kini seperti radio, film, televisi dan internet. Media massa seperti disebutkan di atas memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain ciri massif (massive) atau massa (massal), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang relatif banyak. Secara umum media massa adalah alat yang di gunakan dalam proses penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi, baik cetak maupun elektronik.
2.2.1.3 Televisi Menurut Mila Day dalam buku Buku Pinter Televisi yang dikutip oleh Morissan (2008), siaran televisi di Indonesia dimulai tahun 1962 ketika TVRI menayangkan secara langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran ini masih terhitung sebagai siaran percobaan. Lalu, TVRI secara resmi melakukan siaran pada tanggal 24 Agustus 1962 pukul 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games-4 dari Stadion Utama Gelora Bung Karno. Media televisi di Indonesia kini tidak lagi sebagai barang mewah. Media layar kaca telah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat untuk mendapatkan informasi. Informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualisasi diri. Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya, yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana dari beberapa penelitan yang telah dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi UNPAD, yang menyatakan
21 bahwa umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi (Ardianto, 2007). Karakteristik televisi menurut Ardianto (2007) adalah 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan untuk dapat dilihat dan juga didengar, disebut juga audiovisual. 2. Berpikir dalam gambar Audiens dapat menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan dalam gambar secara individual dan merangkai gambar-gambar tersebut sedemikian rupa, sehingga mengandung sebuah makna tertentu. 3. Pengoperasian lebih kompleks Peralatan yang digunakan pada televisi lebih banyak dan dalam pengoperasiannya lebih rumit sehingga harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada tayangan televisi adalah pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian (Ardianto, 2004). 1. Pemirsa : Komunikator harus menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya sehingga faktor pemirsa perlu mendapat perhatian yang lebih. Dalam hal ini komunikator dituntut untuk dapat memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua. Hal ini bertujuan pada setiap acara yang ditayangkan benar-benar berdasarkan kebutuhan pemirsa. 2. Waktu : Faktor waktu adalah bahan pertimbangan, supaya acara dapat ditayangkan proporsional sehingga bisa diterima oleh khalayak sasaran atau khalayak yang dituju. Pukul 19.30 sampai pukul 21.00 WIB dianggap sebagai waktu utama (primetime), yaitu waktu yang dianggap paling baik untuk menayangkan acara pilihan, karena pada waktu tersebut seluruh anggota keluarga berkumpul dan memiliki waktu untuk menonton televisi. 3. Durasi : Jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Sebuah program tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat atau terlalu lama. 4. Metode penyajian : Melalui pesan informatif, selain acara siaran berita, dapat dikemas dalam bentuk wawancara, panel diskusi, reportase, obrolan, dan sejenisnya, bahkan dalam bentuk sandiwara sekalipun.
22 Berdasarkan sumber di atas dapat disimpulkan bahwa televisi kini bukan menjadi barang mewah lagi bagi audiens dan memiliki unsur hiburan yang sangat tinggi. Namun dalam televisi, komunikator harus bisa mengetahui minat dari audiens terlebih dahulu sehingga bisa mendapat perhatian dari mereka. Hal ini disesuikan kembali dengan waktu tayangan dan mempertimbangkan kembali segi durasi serta metode penyajian yang digunakan. 2.2.1.4 Program Program acara televisi terdiri dari kata “program” yang berasal dari bahasa Inggris proggrame atau yang berarti acara atau rencana. Kata program lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia daripada kata siaran untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya (Morissan, 2008). Menurut Naratama (2000), format acara televisi adalah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan jadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa. Format acara televisi menurut Naratama yang dikutip oleh Mabruri (2013) adalah: a. Program Acara Televisi Berita / News dan Olahraga Berita dan olahraga adalah sebuah format acara televisi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari – hari. Format ini memerlukan nilai-nilai faktual dan aktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independent. Ciri-ciri: Factual dan actual time concern. Bentuknya adalah Feature, Sport dan News. b. Program Acara Televisi Drama Fiksi (drama) adalah sebuah format acara televisi berdasarkan melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan adalah penggambaran kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan (scene). Adegan-adegan tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasi/khalayan para kreatornya. Ciriciri: timeless dan imajinatif. Bentuknya adalah: tragedi, aksi, komedi, cinta, legenda dan horror.
23 c. Program Acara Televisi Nondrama Non Fiksi adalah sebuah format acara televisi yang melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasi ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan. Non drama adalah pertunjukan kreatif dengan mengutakaman sisi hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya dan musik. Dalam bidang nondrama ada tujuh subkategori yang bisa dijadikan rumus baku yang berlaku di dunia broadcast, yaitu; talkshow, magazine show, game show, quiz, concert music, repackaging video dan variety show. Dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa program dalam televisi adalah acara yang disajikan kepada audiens melalui beberapa format yang dilandasi atas adanya kreativitas dari tim yang dilakukan pada proses produksi. 2.2.1.5 Jenis Program Talkshow atau perbincangan adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (Morissan, 2008). Program talkshow tampil dalam bentuk sajian yang mengetengahkan pembicaraan seseorang atau lebih mengenai sesuatu yang menarik, sedang hangat dibicarakan mastarakat atau adanya kuis (Wibowo, 2009). Berdasarkan kedua sumber tersebut dapat di simpulkan bahwa talkshow merupakan acara yang memiliki sisi perbincangan untuk membahas sebuah topik yang menarik dan dipandu oleh seorang host. Dalam talkshow program, terdapat dua macam wawancara. Yaitu wawancara di dalam studio dan wawancara di luar studio. Dalam sebuah acara talkshow, bicara menjadi menu primer. Adapun tata panggung, dekorasi, kostum dll menjadi menu sekunder. Kunci menyutradarai talkshow ada tiga hal. Pertama, arahkanlah pembicaraan ke dalam situasi yang selalu berlawanan. Kedua arahkanlah presenter atau pembawa acara untuk menguasai topik yang dibicarakan. Ketiga adalah shoot the people who talk dibantu oleh camera angle dan camera movement dapat membantu pengambilan pesan nonverbal yang diberikan (Naratama, 2004). Memproduksi program talkshow wawancara yang baik di televisi merupakan suatu kerja keras, karena program itu memerlukan persiapan-persiapan yang cukup
24 banyak. Tanpa persiapan yang sungguh sungguh program ini hanya menjadi program yang membosankan dan ditinggal para penonton. Jika program ini disajikan dengan baik, penonton akan memperoleh sesuatu yang sungguh-sungguh berguna, bermakna dan bukan sekedar program untuk membuang waktu luang. Beberapa hal yang menurut Naratama (Mabruri, 2013) strategi kreatif dalam produksi acara adalah: a. Bahasan Naskah Naskah merupakan penjabaran ide dalam huruf-huruf atau bahan-bahan berita yang siap untuk di set. b. Punching Line Punching Line adalah kejutan-kejutan dalam dialog naskah yang dimainkan oleh para pemain dan sengaja dituliskan untuk menghentak perhatian penonton yang mulai jenuh dan bosan. Kejutan dalam naskah bisa berupa komedi, celetukan, pertanyaan, tangisan, dan ungkapan peribahasa. c. Gimmick dan Funfare Gimmick adalah trik-trik yang digunakan untuk mendapatkan perhatian penonton dalam bentuk sound effect, musik ilustrasi, adegan suspense (tegang), mimik, ekspresi dan akting pemain, jokes (kelucuan), teknik editing dan penggerakan kamera. Sedangkan Funfare adalah puncak acara yang dimeriahkan dengan kegembiraan, kemewahan, keindahan, dan kebersamaan. d. Clip hanger Adalah sebuah scene atau shot yang diambangkan karena adegan terpaksa dihentikan oleh iklan komersial. e. Tune dan Bumper Tune dan bumper harus dibuat dengan menarik mungkin agar tidak cepat membuat kejenuhan dari penonton karena akan selalu diputar ulang dan penonton akan hafal setiap bentuk desain keduanya f. Penataan Artistik Penataan artistik atau sering disebut tata panggung pada suatu program juga menjadi identitas program. Tata artistik untuk setiap program tidak sama, tata artistik disesuaikan pada referensi acara yang diproduksi. Selain itu penataan artistik dapat menjadi panduan bagi kameramen dalam menentukan blocking pengambilan gambar.
25 g. Ritme dan Birama Acara Dalam naskah drama maupun nondrama, setiap ketuk birama dan ritme acara dari awal hingga akhir harus sudah diperhitungkan, hal ini untuk menghindari kejenuhan penonton. h. Program Interaktif Yaitu suatu percakapan atau interaksi timbal balik dengan pemirsa di rumah. Hal ini untuk mengetahui minat pemirsa dan untuk pengembangan ide kreatif acara selanjutnya. Dengan adanya interaktif dengan pemirsa, pemirsa akan merasa dilibatkan dan semakin tertarik pada program bersangkutan.
Jane M Shattuc (2001) membedakan talkshow ke dalam dua jenis, yaitu light entertainment dan serious discussion. a. Light Entertainment adalah jenis talkshow yang mewawancarai selebriti, seperti bintang film atau politisi. Acara ini memiliki atmosfer positif, nyaman, ceria dan disiarkan pada malam hari. Pertunjukan light entertainment menitikberatkan pada unsur sensasi atau drama. Mereka menampilkan orang-orang yang tidak dikenal sebagai tamu dengan permasalahan mereka yang kontroversial. b. Serious Discussion adalah jenis talkshow yang isinya berkonsentrasi pada topik khusus dibidang politik atau sosial, atau pada seseorang yang sedang menjadi incaran berita pada waktu itu.
Pemilihan
narasumber
merupakan
salah
satu
faktor
yang
dapat
mempengaruhi atmosfer perbincangan dalam sebuah program talkshow. Selain kredibilitas dan sikap interaktif yang menjadi standar pemilihan narasumber, ketertarikan audiens juga harus diperhatikan. Peter Pringle dalam Morissan (2008) mengatakan audiens umumnya lebih tertarik pada hiburan. Sehingga jika program yang ditayang bersifat non hiburan, maka harus ada sesuatu yang dapat menarik perhatian pemirsa. Likability adalah kondisi saat pemirsa akan melekatkan pandangan pada sosok yang disukai, dilihat dari fisik yang menarik, perilaku yang baik, berkarakter ataupun familiar seperti public figure (Vane & Gross, 2005). Standar pemilihan narasumber juga bisa dilihat dari latar belakangnya yang tidak sama, menurut Morissan (2008) digolongkan dalam 4 kelompok besar dilihat dari kepentingan yang mereka wakili:
26 a. Pemerintah atau penguasa b. Kelompok ahli atau pakar dan pengamat c. Orang terkenal (selebriti) d. Masyarakat biasa (man in the street)
2.2.2 Teori Khusus 2.2.2.1 Strategi Definisi strategi pertama yang dikemukakan oleh Chandler menyebutkan bahwa strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut (Rangkuti, 2006). 1. Distinctive competence : tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih dibandingkan dengan pesaingannya. 2. Competitive advantage : kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (Planning) dan manajemen (Management) untuk mencapai suatu tujuan. Demikian dengan pula strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan (Effendy, 2004). Dari kedua sumber di atas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah sebuah langkah yang dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan agar bisa lebih unggul daripada pesaingnya. 2.2.2.2 SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan
dan
peluang,
namun
secara
bersamaan
dapat
meminimalkan kelemahan dan ancaman. Analisis SWOT sendiri merupakan singkatan dari Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang),
27 Threat (ancaman) (Rangkuti, 2006). Menurut Nadine Pahl dan Anne Ritcher (2007), Pengertian dari keempat elemen SWOT tersebut adalah: 1. Strength (kekuatan) Kemampuan yang dapat dilakukan oleh perusahaan atau organisasi dari hasil kinerja yang baik. 2. Weakness (kelemahan) Sesuatu yang menghalangi perusahaan atau unit dikarenakan kinerja yang kurang baik. Hal ini menjadi faktor yang perlu ditangani oleh perusahaan atau organisasi. 3. Opportunities (peluang) Tren, gaya, peristiwa dan gagasan yang tercipta dari kemampuan perusahaan atau organisasi itu sendiri. 4. Threat (ancaman) Adalah suatu peristiwa atau kekuatan atau diluar kendali perusahaan membutuhkan perencanaan serta keputusan yang tepat untuk menguranginya.
Analisis SWOT dapat digunakan untuk menganalisis lingkungan eksternal yaitu untuk mengidentifikasi faktor – faktor peluang, dan ancaman, serta analisis lingkungan internal untuk mengetahui faktor kekuatan serta kelemahan.
2.2.2.3 Edutainment Edutainment adalah akronim dari kata education dan entertainment. Education artinya pendidikan dan entertaintment artinya hiburan. Menurut Setiawan (2010) edutainment adalah salah satu bentuk media pembelajaran yang dipenuhi nuansa menghibur dan menyenangkan Seserta mudah dicerna oleh penontonnya. Edutainment dirancang khusus untuk tujuan pendidikan yang penyajiannya diramu dengan unsur-unsur hiburan sesuai dengan materinya. Menurut Hamruni (2009), edutainment dari segi bahasa memiliki arti yaitu pendidikan yang menyenangkan. Sedangkan dari segi terminologi, edutainment as a form of entertainment that is designed to be educational. Jadi, edutainment bisa didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang didesain dengan memadukan antara muatan pendidikan dan hiburan secara harmonis sehingga aktivitas pembelajaran yang berlangsung menyenangkan. Belajar yang menyenangkan menurut edutainment bisa dilakukan dengan menyelipkan humor dan permainan ke dalam proses
28 pembelajaran tetapi bisa juga dengan cara lain misalnya dengan menggunakan metode bermain peran, demonstrasi dan multimedia. Tujuannya adalah agar pembelajar bisa mengikuti dan mengalami proses pembelajaran dalam suasana yang gembira, menyenangkan, menghibur dan mencerdaskan. Karakteristik edutainment menurut Hamruni (2009) adalah: 1. Konsep edutainment adalah suatu rangkaian pendekatan dalam pembelajaran untuk menjembatani jurang yang memisahkan antara proses mengajar dan belajar, sehingga diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pengetahuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. 2. Konsep edutainment berupaya agar pembelajaran yang terjadi berlangsung dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. Ada 3 asumsi yang menjadi landasannya, yakni: a. Perasaan gembira b. Mengembangkan emosi positif c. Optimalisasi potensi nalar d. Anak didik yang dimotivasi dengan tepat oleh edutainment (sesuai gaya dan keinginan mereka) akan mencapai hasil yang optimal 3. Konsep edutainment menempatkan anak sebagai pusat dari proses pembelajaran sekaligus subyek pendidikan. 4. Konsep edutainment, proses dan aktivitas pembelajaran tidak lagi tampil dalam wajah yang menakutkan tetapi dalam wujud yang humanis dan dalam interaksi edukatif yang terbuka dan menyenangkan.
Aspek edutainment menurut Sholeh Hamid dalam Metode Edutainment (2011) adalah 1.
Memberikan kemudahan dan suasana gembira
2.
Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
3.
Menarik minat
4.
Menyajikan materi yang relevan
5.
Melibatkan emosi positif dalam pembelajaran
6.
Melibatkan semua indra dan pikiran
7.
Memberikan pengalaman sukses
29 2.2.2.4 Produksi Program Menurut Wibowo (2009), tahap pembuatan talkshow adalah berikut: 1. Perencanaan Di awali dengan penentuan tamu yang akan diwawancara oleh seorang produser. Biasanya yang dipilih adalah seorang tokoh populer di masyarakat dalam bidangnya, atau seorang tokoh kontroversi, di mana masyarakat biasanya ingin tahu pandangan-pandangannya mengenai suatu peristiwa aktual. Setelah itu produser atau pewawancara mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai tokoh itu. Ada banyak kemungkinan untuk mengetahui tokoh itu. Dengan mencari referensi melalui buku, majalah, surat kabar serta artikel di internet yang pernah memuat tokoh tersebut. Tulisan-tulisan atau tanggapan sang tokoh dalam artikel tersebut dapat dipakai sebagai bahan untuk mengetahui pandangan- pandangannya sebagai bahan referensi. Produser atau pewawancara ada juga yang kenal teman dari tokoh tersebut dan mewawancarainya. Sehingga dapat menjelaskan beberapa hal menarik tentang tokoh itu, atau mengatakan tempat sebagai sumber informasi berharga mengenai tokoh itu. Berdasarkan hasil research tadi, produser atau pewawancara merencanakan sejumlah pertanyaan. Pribadi tokoh yang akan diwawancarai terkadang juga kurang dikenal masyarakat. Jika seperti itu, produser atau pewawancara harus memiliki alasan yang kuat mengapa tokoh itu diwawancarai. Berbagai alasan perlu ditulis untuk menolong pewawancara membuat sebuah daftar pertanyaan agar tokoh itu mampu memberikan jawaban secara tepat dan mengungkapkan hal-hal yang menarik karena menguasai bahan dan bidang yang ditanyakan. Kemungkinan tokoh lain itu dipilih adalah untuk memperoleh informasi, pendapat atau kesaksian mengenai suatu kejadian yang terjadi akhir-akhir ini. Dalam hal ini, produser atau pewawancara tak hanya harus mengenal hal kecil dari kejadian, namun juga mengenal banyak hal tentang pribadi tokoh terlebih dalam kaitannya dengan kejadian. Bagi produser dan pewawancara profesional semua hal tersebut merupakan bukan kesulitan karena kebiasaan mereka membaca buku, majalah dan surat kabar.
30 Produser atau pewawancara seharusnya bertanya kepada audiens atau masyarakat, apa yang ingin mereka ketahui dari tokoh itu. Dengan kata lain, produser atau pewawancara sebaiknya bertanya dengan pertanyaan–pertanyaan yang diinginkan oleh para penonton di rumah yang telah berpikir mengenai tokoh itu. Dengan kata lain, produser atau pewawancara membuat pertanyaan dengan mengandaikan jika ia sebagai penonton. Informasi apapun dapat sangat memberi bantuan kepada seorang produser atau pewawancara yang memiliki kesungguhan dalam ingin melayani penontonnya. Ia mencoba berpikir dari apa yang menarik bagi penonton televisi dan bukan bagi dirinya sendiri. Dengan kata lain, titik tolak berpikirnya pada pemikiran dari penonton programnya. Hal itu dilakukan ketika ia bekerja menyusun pertanyaan. 2. Persiapan Setelah produser memiliki data lengkap tentang tokoh yang diwawancarai dan kurang lebih mengetahui pada apa yang ingin diketahui oleh penonton atau masyarakat, serta permasalahan apa yang ingin dimintakan penjelasan ada sang tokoh, produser membuat daftar pertanyaan untuk program talkshow wawancara. Pertanyaan pertanyaan disusun mulai dari pertanyaan yang tidak terlalu berat. Setelah itu pewawancara masuk pada inti permasalahan yang menunjukkan jawaban spesifik atau opini dan pandangan sang tokoh mengenai permasalahan. Pertanyaan perlu disusun sangat krtits, meskipun jangan sampai memojokkan sang tokoh. Pertanyaan kontroversial kadangkadang sangat disukai oleh penonton, namun pertanyaan demikian sering membuat tamu kita kurang happy. Pewawancara perlu menjaga agar dalam wawancara tamu tokoh kita tidak tersinggung atau dipermalukan. Oleh karena itu beberapa pertanyaan tajam dicobakan terlebih dahulu kepada teman atau produser lain untuk melihat reaksinya. Jika dirasa susunan pertanyaan sudah baik, maka sampailah kita pada tahapan produksi. 3. Tahap Pelaksanaan Produksi Dalam memproduksi program wawancara setelah tokoh dipilih dan pertanyaan-pertanyaan disusun dari hasil riset terhadap tokoh, produser
31 atau pewawancara kemudian mengundang tokoh itu untuk melaksanakan taping. Dalam dua cara program talkshow wawancara, tokoh perlu diundang
untuk
familiarisasi
dengan
suasana
terlebih
dahulu.
Pewawancara harus berusaha membuat santai dengan sedikit humor atau mengajukan
beberapa
pertanyaan
informal
yang
membangkitkan
antusiasmenya,
Jika semua sudah siap, program dapat dimulai. Pertanyaan demi pertanyaan dapat diajukan dengan tenang atau disela sedikit dengan humor tanpa menyelewengkan permasalahan. Dalam hal ini, pewawancara tidak boleh memberi komentar atau arahan pada jawaban atau penjelasan tokoh. Pewawancara yang baik akan disiplin pada pertanyan-pertanyaan saja. Satu hal lagi yang perlu, pewawancara biasanya menyediakan pertanyaan surprise bagi sang tokoh. Menurut Wibowo (2009) suatu produksi televisi yang melibatkan banyak peralatan, orang dan dengan sendirinya biaya yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapi juga perlu suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Stiap tahap harus jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap sebelumnya. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian di telebisi yang lazim disebut standard operation procedure (SOP), seperti berikut: a. Pra Produksi (perencanaan dan persiapan) Pra-produksi adalah tahapan perencanaan dan persiapan. Tahap ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan dengan rinci dan baik, sebagian pekerjaan dari produksi direncanakan sudah beres. Tahapan pra-produksi meliputi tiga bagian, yaitu: a.
Penemuan ide : Merupakan tahapan awal, dimulai ketika seorang produser menemukan idea tau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset.
b.
Perencanaan : Tahapan ini meliputi penetapan jangka waktu kerja, penyempurnaan naskah, lokasi dan area. Selain estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu di buat hati-hati dan teliti. Pemilihan narasumber sangat penting terutama untuk program talkshow. Menampilkan wawancara menarik dengan orang-orang
32 tertentu pada program talk show, misalnya selebriti dan tokoh-tokoh yang bisa membuat penonton mengidentifikasikan diri padanya, atau pakar yang membantu memberi solusi dari suatu permasalahan (Luisa, 2006). Pemilihan narasumber merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi atmosfer perbincangan dalam sebuah program talkshow. Selain kredibilitas dan sikap interaktif yang menjadi standar pemilihan narasumber, ketertarikan audiens juga harus diperhatikan. Peter Pringle dalam Morissan (2008) mengatakan audiens umumnya lebih tertarik pada hiburan. Sehingga jika program yang ditayang bersifat non hiburan, maka harus ada sesuatu yang dapat menarik perhatian pemirsa. Likability adalah kondisi saat pemirsa akan melekatkan pandangan pada sosok yang disukai, dilihat dari fisik yang menarik, perilaku yang baik, berkarakter ataupun familiar seperti public figure (Vane & Gross, 2005). Menurut Wibowo (2009) memilih narasumber untuk program bincang-bincang di televisi harus memenuhi tiga persyaratan. Pertama, dia adalah public figure atau panutan masyarakat. Kedua, salah satu tokoh yang dianggap menguasai bidang atau permasalahan yang akan dibahas. Ketiga, tokoh yang kontrovesi, kritis dan vocal. c.
Persiapan : Tahapan ini juga meliputi pemberesan semua kontrak perijinan dan surat menyurat, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja yang sudah ditetapkan.
b. Produksi Produksi adalah tahapan sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul. Ketika pelaksanaan produksi dimulai, produser bekerja sama dengan para bintang tamu dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (syuting script) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita. Dalam pelaksanaan produksi produser menentukan jenis shoot yang akan diambil dalam adegan (scene) yang dirangkum dalam shoot list.
33 c. Pasca Produksi 1.
Editing offline Digital Editing ini menggunakan komputer dan peralatan khusus untuk editing dan berbagai macam program editing seperti Adobe Premiere Pro dan lain lain. Tahapan pertama adalah memasukkan seluruh hasil shoot (gambar) yang dalam catatan atau logging memperoleh OK ke dalam hardisk. Proses ini disebut capturing atau digitizing, yaitu mengubah hasil gambar dalam pita menjadi file yang ketika diperlukan dapat dipanggil untuk disusun berdasarkan urutan yang diinginkan sutradara. Dalam editing offline dengan sistem digital ini, penyusunan tidak harus mengikuti urutan adegan seperti dalam sistem analog. Sesudah tersusun baik baru diurutkan kemudian dipersatukan agar shoot-shoot yang sudah disambung dapat dilihat secara utuh, proses ini disebut render. Setelah render dapat dilakukan screening. Apabila dalam screening masih perlu koreksi, maka koreksi dapat dikerjakan dengan
menambah, mengurangi
ayau
menyisipi shoot yang
diperlukan. Setelah semuanya memuaskan boleh dikatakan editing offline selesai. Bahan offline dalam komputer langsung dibuat menjadi online. 2.
Editing Online Digital Editing online dengan digital adalah sebenarnya tinggal penyempurnaan hasil editing offline dalam komputer, sekaligus mixing dengan musik ilustrasi atau efek gambar dan sound effect. Sesudah semua sempurna, hasil online kemudian dimasukkan kembali dari file menjadi gambar pada pita Betacam SP atau pita dengan kualitas broadcast standard. Setelah program dimasukkan pita, boleh dikatakan pekerjaan selesai.
Proses produksi menurut Zettl (2009) adalah sebagai berikut: 1. Pre Produksi Pre Produksi merupakan proses awal dari semua produksi acara di televisi.. Baik program news ataupun entertainment. Proses pre produksi berawal dari pengumpulan ide yang didapatkan ketika
34 orang berimajinasi. Biasanya orang yang terlibat akan melakukan brainstorming untuk mengeluarkan semua pemikiran yang ada di pemikiran mereka masing-masing. Ketika ide sudah ada maka seluruh crew akan membuat ide tersebut bisa sampai menjadi sebuah script. Di tahap pre produksi ini biasanya berawal dari ide menjadi sebuah proposal. Ada beberapa komponen yang ada didalam proposal pembuatan program (Zettl, 2009): a. Judul program Judul program merupakan komponen awal dalam pembuatan proposal. Judul program harus di tentukan secara benar karena judul program harus unik dan memiliki nilai. Sehingga dapat menjadi judul program top of mind di masyarakat. b. Tujuan program Tujuan program juga harus dijelaskan secara spesifik agar bisa mengetahui mengapa program itu akan dibuat dan ditayangkan di televisi. c. Target Audiens Harus mengetahui siapakah audiens yang akan menjadi pangsa pasar. Target audiens bisa ditentukan berdasarkan demografis
(umur,
pendapatan
ekonomi,
jenis dan
kelamin,
ras,
pendidikan,
agama)
dan
psikografis
(kebiasaan, kebutuhan dan kehidupan konsumen). d. Format program Menunjukan bentuk program yang akan dibuat, dan berapa lamakah durasi program yang akan dibuat 2. Treatment Treatment merupakan sebuah storyboard atau sebuah ilustrasi program. biasanya treatment dibuat untuk menjelaskan setiap poinpoin yang ada didalam proposal. Salah satu contohnya adalah treatment menjelaskan setiap angle dan camera movement yang akan dipakai dalam program yang dioperasikan oleh cameraman.
35 3. Metode produksi Dalam point ini menjelaskan tentang dimanakah lokasi program akan berlangsung. Apakah di dalam studio, atau di luar studio. Usahakan untuk menghemat biaya agar lebih mengurangi pengeluaran biaya produksi. Lalu setelah itu bisa menentukan jenis kamera apa yang akan digunakan. Apakah electronic field production, single camera atau multi camera. Lalu menentukan siapakah host atau anchor yang membawa program tersebut. Setelah itu bisa menentukan siapakah guest star dalam acara tersebut. Jangan lupa wardrobe yang akan dipakai oleh host atau anchor dan guest star. 4. Persiapan Biaya Persiapan biaya merupakan rincian biaya yang akan di keluarkan untuk proses produksi. 5. Menulis naskah atau script Menulis naskah merupakan tahap terakhir dalam proses pre produksi. Disini script writer membuat naskah yang akan dibacakan oleh host atau anchor. Biasanya script yang dibuat sesuai dengan topik yang sedang diangkat saat itu. Setelah membuat sebuah proposal, biasanya produser akan melakukan sebuah koordinasi. Koordinasi ini biasanya berkaitan dengan orang-orang yang terlibat didalam program yang ingin dibuat. Dan ada strategi dalam koordinasi sebuah program. Berikut penjelasan mengenai koordinasi dalam perencanaan preproduksi (Zettl, 2009): 1. Anggota dan Komunikasi Produser harus mengajak orang-orang yang bekerja di stasiun tv untuk menjadi sebuah team atau crew dalam program yang ingin dijalankan. Produser harus membuat job description atau deskripsi pekerjaan setiap masing-masing crew. Berikut poin-poin yang ada didalam job description: a. Nama b. E-mail c. Posisi d. Alamat e. Nomor telpon rumah dan nomor telpon kantor
36 f. Nomor ponsel Tujuan dibuatnya job description adalah agar produser lebih mudah menghubungi crew yang bertugas jika ada keperluan. Sehingga komunikasi akan menjadi lebih mudah. 2. Permintaan Fasilitas Setiap pembuatan program, maka harus ada peralatan dan sumber daya untuk mendukung proses produksi sebuah program. pada saat tahap preproduksi, produser dan team harus membuat permintaan untuk melengkapi proses produksi. Disini produser dan team dapat meminta peralatan seperti kamera, lighting, audio dan peralatan lainnya. Selain itu produser juga dapat mengajukan permintaan properti yang akan dipakai, kostum yang akan digunakan pada saat proses shooting, make up, grafik, video recorder, video dan audio fasilitas pascaproduksi dan peralatan shooting lainnya. 3. Jadwal Produksi Sebelum melakukan proses produksi, produser dan team harus membuat jadwal produksi. Jadwal produksi dibuat agar setiap aktifitas yang dilaksanakan oleh masing-masing crew atau team bisa selesai tepat waktu dan bisa berjalan sesuai rencana yang telah dibuat sebelumnya. Dalam jadwal produksi terdapat rincian setiap individu atau crew melakukan apa, dimana, dan kapan akan dilakukan. 4. Permits and Clearances Setelah semua peralatan telah siap, maka proses shooting bisa dimulai. Namun sebelum proses shooting atau proses produksi dimulai, produser butuh perizinan untuk menjalakan proses produksi. Karena setiap produksi yang dibuat dan dilaksanakan disuatu tempat maka butuh perizinan hak siar dan perizinan dari pemerintah setempat atau perizinan dari KPI. 5. Publikasi dan promosi Agar program yang dibuat berjalan sempurna, maka produser dan team sebuah program membutuhkan cara agar target audiens bisa mengetahui program yang akan di tayangkan. Produser dan team harus mempublikasikan dan melakukan promosi program tersebut. Proses publikasi dan promosi biasanya melaliu pamflet, brosur, spanduk maupun iklan media cetak lainnya. Selain itu publikasi dan promosi dapat dilakukan dalam bentuk media elektronik seperti iklan di radio dan iklan di televisi. Selain iklan di media
37 cetak dan elektronik, strategi lainnya adalah melakukan sebuah kuis berhadiah agar menarik perhatian audien untuk menyaksikan program yang akan dibuat. 1. Produksi Proses Produksi merupakan proses selanjutnya setelah proses preproduksi. Disini proses shooting akan dilaksanakan. Semua akan dilakukan sesuai dengan story board dan alur cerita yang akan dibuat. Disini kesuksesan produksi acara bergantung pada kemampuan masingmasing crew yang mengoperasikan peralatan mereka masing-masing. Semakin bagus proses produksi maka akan menghasilkan hasil produksi yang sempurna. Sehingga menarik minat audiens dan menarik banyak sponsor. 2. Pasca Produksi Pasca produksi merupakan proses terakhir dalam mebuat sebuah program. Disini peran editor sangatlah penting. Karena editorlah yang bisa membuat kreatifitas dan keindahan hasil program yang telah dibuat dalam proses produksi. Dalam proses editing ada dua hal yang dilakukan (Zettl, 2009): pertama, editor akan mengedit bagian visual. Pada editing bagian video, editor akan melihat stock shoot yang ada. Stock shoot merupakan ketersediaan gambar yang telah dibuat. Semakin banyak stock shoot maka akan mempermudah editor. Editor akan memilih gambar video yang benar-benar mendukung dan sesuai dengan permintaan produser dan sutradara. Jika ada video yang memiliki kekurangan, maka editor harus membuang bagian tersebut. Editor juga harus menyesuaikan wakt video sesuai dengan perjanjian durasi yang telah disepakati. Setelah video telah diedit, maka proses selanjutnya editor akan mengedit bagian audio. Sama halnya dengan video, editor akan mengedit audio sehingga terdengar sempurna. Jika sudah mendapatkan audio yang sempurna, maka audio siap untuk di gabungkan dengan video atau biasa disebut dengan proses mixing. Setelah hasil editing selesai maka akan dilakukan proses evaluasi. Proses evaluasi dilakukan untuk melihat ulang dan menilai apakah masih ada kekurangan dalam proses editing. Sealin evaluasi pada proses editing, evaluasi juga dilakukan pada
38 kinerja team. Team atau crew yang berkaitan dengan program tersebut akan melakukan evaluasi untuk mengetahui hasil jerih payah kerja mereka dan apakah ada kekurangan didalamnya. Jika ada kekurangan, maka setiap crew atau team berhak memberikan sebuah saran atau pendapat agar pada proses produksi selanjutnya kekurangan tersebut bisa diatasi.
39 2.3
Kerangka Pemikiran Edutainment dalam Satu Indonesia
Bagaimana strategi produksi Satu Indonesia dalam menyajikan edutainment?
Kualitatif Deskriptif
Konsep
Pra Produksi
Gambar 2.1 Kerangka
Produksi
Pasca Produksi
Untuk mengetahui strategi produksi Satu Indonesia dalam menyajikan edutainment
SWOT
Pemikiran
40