Bab 2 Data dan Analisa
2.1 Data Kasus Hotel Tandjung Sari Hotel Tandjung Sari adalah Hotel yang berdiri sejak 1962, terletak di Sanur yang merupakan daerah tujuan wisata dipulau Bali. Banyak hotel-hotel modern yang berdiri di sekitar Sanur sesuai dengan perkembangan pariwisata di Bali.
2.1.1 Masalah yang dihadapi Banyaknya kompetitor-kompetitor yang mulai bermunculan di daerah Sanur dengan menawarkan harga yang terjangkau dengan bangunan-bangunan modern. Sehingga para wisatawan agak sulit menemukan atau merasakan atmosfer Pulau Bali yang kental dengan budayanya, karena modernisasi yang berkembang saat ini.
2.1.2 Faktor penyebab Daerah Sanur yang mulai makin padat berkembang atau dilirik parawisatawan memiliki banyak kompetitor. Secara desain Hotel Tandjung Sari memiliki daya tarik secara desain agar dapat bersaing dengan hotel-hotel modern yang bermunculan, sehingga menarik wisatawan untuk menikmati atmosfer atau esensi Pulau Bali dari hotel ini.
Dalam proses perancangan identitas visual ini, Penulis menggunakan data-data yang berasal dari sumber-sumber berikut ini. Sebagian besar data-data yang didapat Penulis, tujuannya adalah untuk mengerti tentang desain yang digunakan sebelumnya, seperti layout apakah yang kerap kali dipakai, jenis-jenis typeface, dan contoh-contoh desain yang nantinya akan dijadikan referensi Penulis selama proses desain promotional items tersebut. 2.1.2.1 Artikel elektronik, website, forum, survey. Data untuk menunjang proyek tugas akhir ini didapat dari berbagai sumber: − Data literatur yang berasal dari website Hotel Tandjung Sari − Buku dan brosur tentang Hotel Tandjung Sari − Survey langsung Hotel Tandjung Sari
2.1.2.2 Data Wawancara Pertanyaan wawancara dengan Bapak Aviadi Purnomo (General Manager): 1. Apa visi dan misi Hotel Tandjung Sari? Jawab:
-Visi Menjadi butik hotel pertama dan paling menonjol di Asia Pasifik
-Misi Mendapatkan reputasi yang baik kembali, Memuaskan seluruh pihak yang terlibat (tamu, pemilik hotel, karyawan), Menciptakan USP untuk hotel dengan mengembangkan berbagai aspek (tradisional, eksklusif, tasteful, intimate).
2. Apakah konsep Hotel Tandjung Sari? Jawab:
Quote from founder, the late Wija Wawo Runtu: “My hotel is my living room, my guests are my friends. Perfect harmony between nature, exclusivity and privacy”
Hotel Tandjung Sari yang officially berdiri tahun 1962 sebagai sebuah hotel memang dimulai dari sebuah rumah kediaman keluarga pak Wija Wawo Runtu (Almarhum). Lokasi rumah dipinggir pantai Timur pulau Bali menyuguhkan panorama indah tersendiri terutama saat sunrise (matahari terbit) setiap pagi dan moonrise saat bulan purnama. Belum lagi lokasi Sanur saat itu masih sangat penuh dengan pohon-pohon dan vegetasi khas Bali menjadikan tempat tersebut lebih seperti rumah ditengah hutan.
Di rumah tersebut pak Wija Wawo Runtu bersama istri menerima teman-teman dekat mereka yang datang dari mancanegara. Mereka menginap dan dijamu sedemikian rupa dengan sajian hidangan khas lokal khususnya makanan-makanan Indonesia. Belum lagi saat mereka menginap terkadang dipertunjukan tontonan-tontonan lokal Bali berupa tarian dll. yang tentunya sangat menarik bagi tamu-tamu dari mancanegara. Staf rumah pun melayanai dengan ramah, hangat, tulus dan bersahaja.
Pengalaman tinggal dirumah tersebut menjadi pengalaman yang tidak terlupakan dan kemudian menjadi cerita tersendiri bagi mereka untuk berbagi dengan teman-teman mereka lainnya. Teman-teman ini kemudian menjadi tamu reguler yang datang berkunjung yang selanjutnya dari teman-teman pak Wija la hide untuk membangun bungalow untuk mereka dan saat mereka tidak gunakan bisa juga disewakan kepada tamu lainnya. Berangkat dari ide tersebut kemudian pak Wija memulai membangun 4 bungalow dan terus berkembang dari waktu ke waktu menjadi keseluruhan total 28 bungalow.
Pak Wija by nature dilahirkan sebagai seorang pencinta seni dan memiliki kemampuan mengapresiasi karya seni yang jujur (apa adanya) dan bernilai tinggi. Berbekal kemampuan inilah pak Wija muda mulai mengkoleksi barang-barang antik dan kemudian mengekspresikan kemampuan berkreasinya melalui Tandjung Sari yang didalam desain arsitekturnya mengandung unsur-unsur seni tradisional dan barang-barang antik koleksinya.
Tandjung Sari terbangun secara organic dan tujuan komersial bukanlah “main target”. Tandjung Sari menjadi sebuah karya seni atau kerajinan tangan pak Wija dengan skala hotel.
Pak Wija bersama istrinya kemudian menjadikan Tandjung Sari sebagai meeting point dimana mereka dapat bercengkerama bertemu dengan teman-teman dan kemudian semakin meluas pertemanannya dengan temannya teman dan seterusnya seperti halnya saat ini kita kenal dengan “facebook”
Tandjung Sari selanjutnya terus berkembang dengan konsep yang sama sebagai sebuah bisnis komersial yaitu harmony between nature, exclusivity and privacy.
3. Bagaimana strategi promosi Hotel Tandjung Sari? Jawab:
Sejak awal Tandjung Sari tumbuh menjadi sebuah bisnis hotel akibat system pemasaran dari mulut ke mulut atau “word of mouth”. Sistem promosi ini dibuktikan menjadi system yang paling pas dan tepat untuk Tandjung Sari karena dengan “word of mouth” Tandjung Sari akan mendapatkan klien atau tamu-tamu yang sesuai dengan karakter dan pelayanan yang ditawarkan Tandjung Sari. Tandjung Sari sampai saat ini membukukan minimum 40% dari tamunya adalah “repeater” yaitu mereka-mereka yang datang berkali-kali dan sudah menganggap Tandjung Sari sebagai rumah kedua
mereka. Tamu-tamu “repeater” inilah para marketer Tandjung Sari yang selalu merekomendasikan Tandjung Sari kepada teman-teman ataupun kerabat mereka.
Saat ini dengan kemajuan teknologi internet menjadikan system “word of mouth” lebih mudah diimplementasikan baik melalui Website, mailing list, testimony travellers (Trip Advisor etc.)
4. Hal-hal apa saja yang dilakukan untuk mempertahankan Hotel Tandjung Sari hingga mencapai 50 tahun? Jawab:
Dimasa-masa tahun 1970-1980an, Tandjung Sari banyak dikunjungi para selebriti dunia termasuk Mick Jaeger, David Bowie, Ringo Star, Yoko Ono, Kelvin Cline, Annie Lennox, Sigourney Weaver dan banyak lainnya. Sekitar 4 tahun lalu masih datang kembali ke Tandjung Sari Annie Lennox dan Sigourney Weaver dan saat ditanyakan mereka pernah ke Tandjung Sari 20-25 tahun lalu. Saat itu mereka ke Bali masih sangat muda belum berkeluarga, saat terakhir mereka ke Bali datang bersama keluarganya. Impresi pertama yang mereka katakana adalah “you are still the same”. Dan hal inilah yang menjadikan mereka terkesan dan ingin untuk kembali lagi ke Tandjung Sari. Berpedoman dari cerita tersebut Tandjung Sari saat ini memiliki slogan: “THE WAY WE WERE IS THE WAY WE ARE”. Hal inilah yang menjadikan Tandjung Sari tetap bertahan hingga mencapai 50 tahun di bisnis.
5. Apa yang membuat para turis lebih memilih Hotel Tandjung Sari dibanding kompetitor lainnya yang memiliki konsep hotel serupa? Jawab:
Tidak sedikit tamu-tamu menginap di Tandjung Sari sendiri tanpa pasangan dan mereka tinggal lama, ada 2 minggu, sebulan bahkan ada pula yang lebih hingga 2 bulan. Mereka pada umumnya merasa tinggal di Tandjung Sari tidak merasa sendiri meski mereka datang sendirian. Staf sangat berperan dalam membangun suasana akrab dan intimate tetapi tetap menjaga exclusivity dan privacy.
6. Apakah service yang di berikan Hotel Tandjung Sari kepada para tamu sudah cukup membuat puas pengunjung hotel? Jawab:
Target pelayanan Tandjung Sari adalah “Zero complaint and 100% compliments”. Hingga saat ini setiap tamu check out dilakukan Quality Check baik melalui questionnaire maupun secara lisan ditanyakan. Juga banyak tamu2 menuliskan via Internet seperti Trip Advisor etc. Sampai saat ini diperkirakan hampir 98-99% tamu puas dengan layanan yang diberikan di Tandjung, hanya 1-2 tamu yang ditemukan tidak tercapai kepuasannya. Mereka sampaikan melalui Trip Advisor. Kalau dievaluasi hal tersebut terjadi karena mereka mempunyai ekspektasi properti yang berbeda, seperti misalnya mereka berharap tinggal di hotel yang bangunannya baru. Memperhatikan hal tersebut di tahun 2011 Tandjung Sari membangun 2 bungalow baru dengan tetap membawa konsep design tradisional.
7. Karakteristik customer seperti apa yang dicari Hotel Tandjung Sari? Jawab:
Konsep hotel Tandjung Sari sangat cocok untuk mereka-mereka yang matang dalam mengapresiasi sebuah karya seni arstitektur dalam konteks sebuah bangunan hotel lengkap dengan semua layanan dan fasilitas yang ditawarkan.
Tandjung Sari secara totalitas merupakan satu kesatuan harmoni antara bangunan, landscape, nature dan fasilitas serta pelayanan hotel yang prima seperti halnya layanan di five stars hotel tetapi tetap mengedepankan kebersahajaan lokal yang menjunjung tinggi nilai-nilai orang timur.
Customer dengan karakteristik yang mempunyai kecintaan terhadap seni dan alam, membutuhkan ketenangan dan privacy untuk membangun isnpirasi. Karakteristik profesi seperti misalnya penulis, pelukis, pencinta seni, arsitek, pencinta alam sangat cocok untuk Tandjung Sari. Juga para pasangan muda honeymooners yang memburu suasana alami eksotik, relax dan privacy serta pelayanan prima
8. Hal-hal apa yang dilakukan Hotel Tandjung Sari untuk menghadapi kompetitor? Jawab:
Hampir dipastikan Tandjung Sari tidak mempunyai “direct competitors” di Bali, karena selain usianya sudah 50th dengan konsep yang sama sejak didirikan, juga Tandjung Sari sebagai sebuah independent hotel menjadi sebuah “boutique hotel” dengan kamar, fasilitas dan layanan yang ditawarkan. Usia 50th menjadi asset tersendiri Tandjung Sari dengan beribu cerita didalamnya menjadi hotel Tandjung Sari sangat unik
Keep everything the same is what we are doing now to hopefully we still can stay in the business and industry.
9. Respon apa yang diberikan customer kepada Hotel Tandjung Sari? Jawab:
They say: don’t change! Keep everything the same.
10. Event-event apa saja yang pernah dibuat oleh Hotel Tandjung Sari? Jawab:
Disaat-saat awal Tandjung Sari ditahun 1960, 1970 hingga 1980-an, pak Wija secara rutin membuat acara-acara untuk tamu tamu hotel mengetengahkan pagelaran seni tradisi klasik Bali termasuk didalamnya pagelaran tari klasik, wayang kulit, kecak dlsb. Pertunjukan tersebut lebih kepada memberikan kesempatan kepada para pelaku seni untuk berekspresi. Oleh karenanya mereka-mereka yang tampil dikemudian hari menjadi para Maestro seni dibidangnya.
Sebagaimana misi yang melekat di Tandjung Sari yaitu melestarikan tradisi dan budaya maka di tahun 1987 Tandjung Sari berinisiatif mendirikan Yayasan Tandjung
Sari yang bertujuan utama untuk melestarikan budaya, karya seni dan tradisi. Salah satu kegiatan yang sampai saat ini masih berjalan adalah kelas tari bali. Kelas tari ini diperuntukan untuk anak2 didaerah sekitar hotel yang masih dibawah 12 tahun. Kelas tari inipun hanya mengajarkan tarian-tarian klasik Bali. Saat pertama kali berdiri karena kedekatan pak Wija dengan para Mestro tari maka pelatih tari Yayasan Tandjung Sari adalah salah satu Mastro tari Legong Bali, ibu Ketut Reneng (Almarhum)
Setiap 2 minggu sekali Tandjung Sari hotel menggelar pertunjukan tari Bali klasik menampilkan anak2 Yayasan Tandjung Sari untuk tamu-tamu hotel. Pertunjukan ini dikemas dengan Indonesian Rijstaffel Dinner menghidangkan masakan-masakan authentic dari seluruh Nusantara. Event ini kemudian menjadi “signature” Tandjung Sari yang komit untuk tetap melestrasikan tradisi yang bermutu dan berkualitas.
2.1.2.3 Logo Sebelumnya Hotel Tandjung Sari
Gambar 2.1.2.3 Logo Awal Hotel Tandjung Sari
Arti dan filosofi logo Hotel Tandjung Sari Bentuk logo Hotel Tandjung Sari terdapat lingkaran yang berbentuk menyerupai karang dan bunga. Nama Hotel Tandjung Sari sendiri berasal dari kata tanjung yang berarti semenanjung, karena hotel ini terletak di tepi pantai semenanjung pulau Bali selatan. Sari sendiri yang berarti bunga yang berarti manis indah memiliki sari yang bermanfaat. Sehingga jadilah Tandjung Sari Hotel, hotel yang eksotis dan indah yang terletak disemenanjung pulau Bali.
Gambar 2.1.2.3 Suasana Hotel Tandjung Sari
Gambar 2.1.2.3 Desain-desain Hotel Tandjung Sari sebelumnya
2.2 Data Khalayak Berikut ini merupakan target sasaran penulis dalam perancangan ulang komunikasi visual pada ‘Hotel Tandjung Sari’:
2.2.1Geografi Orang-orang yang tinggal di kota besar dan padat penduduk.
2.2.2 Demografi • • • • •
Gender Usia Kewarganegaraan Pekerjaan Pendidikan
: Pria dan wanita : 45 Tahun ke atas : Mancanegara : Pekerja, pensiunan : S1, S2, dan setara
•
Strata sosial
: B – A+
2.2.3 Psikografi •
Personality • Mandiri • Sudah berpenghasilan sendiri • Peka terhadap sekitar • Senang bereksplorasi dengan hal baru • Senang menghabiskan waktu dengan berwisata • Cinta dengan kebudayaan
•
Behaviour • Berkegiatan aktif • Jadwal padat • Senang traveling • Senang dengan alam dan budaya • Senang dengan ketenangan
2.3 Analisa Data 2.3.1 Faktor Pendukung Faktor pendukung dalam perancangan komunikasi visual ini adalah tema yang diangkat menarik, tidak komplikatif.
2.3.2 Faktor Penghambat Faktor penghambat dalam perancangan komunikasi visual ini adalah tidak maksimalnya perancangan visual yang dikerjakan.
2.3.3 Faktor S.W.O.T • Strength Redesign ini mampu mengangkat mood serta menarik perhatian wisatawan, dengan visualisasi yang baik karena hotel ini memiliki keunikan serta budaya yang kental.
• Weakness Kurangnya kepekaan wisatawan akan kepentingan melestarikan antara budaya dan fasilitas hotel yang mana selama ini mereka melihat atau menilai hanya atas dasar ongkos bermalam.
• Opportunity Membantu melestarikan kebudayaan dan perkembangan pariwasata.
• Threat Adanya hotel-hotel lain dengan tema yang serupa.
2.4 Kompetitor / Pembanding Selama proses survey saya dibeberapa majalah dan internet, saya mendapatkan buku yang membahas tema yang serupa, yaitu:
2.4.1 Griya Santian Sebagai salah satu hotel asli di Sanur, pembentukan ini telah menyempurnakan tradisional Bali untuk menciptakan kenyamanan dan kemudahan dengan layanan pribadi mereka dan gaya yang unik selama lebih dari 30 tahun. Hal ini dibangun dengan kebanggaan dan komitmen jangka panjang untuk para tamu dan dengan sejarah membuat setiap impian Anda menjadi kenyataan. Resor yang menawan ini berada dalam jarak berjalan kaki ke toko-toko lokal, restoran dan pasar.
Gambar 2.4.1 Logo Hotel Griya Santrian
Gambar 2.4.1.1 Suasana hotel dan Website Hotel Griya Santrian
2.4.2 Segara Village Segara Village Hotel adalah tempat perlindungan pesona tropis dengan suasana komunitas tradisional Bali. Tercakup dalam sebuah taman tanaman hijau asli, terletak di tepi pantai dan dekat dengan budaya dan warisan artistik. Segara Village Hotel menyambut wisatawan dengan keramahan hangat. Segara Village Hotel juga berperan membawa Sanur ke garis depan industri pariwisata Bali. Semuanya dimulai pada tahun 1950-an ketika Mr dan Mrs Kompiang tergores segala sesuatu yang mereka harus membeli sebidang besar tanah pinggir laut bertatahkan dengan pohon kelapa di desa Sanur.
Gambar 2.4.2 Logo Hotel Segara Village
Gambar 2.4.2 Suasan dan Website Hotel Segara Village
2.4.3 La Taverna Terletak di desa pesisir bersejarah Sanur, La Taverna adalah hotel kecil dalam taman tropis yang rimbun yang terbuka langsung ke pantai. La Taverna adalah salah satu hotel pertama yang dibuka di Bali dan telah bertahun-tahun menjadi tuan rumah bagi seniman, penulis, musisi dan berbagai macam kepribadian berwarna-warni lainnya. Pemilik hotel berusaha untuk mempertahankan semangat klasik dari Bali lama tahun 60an dan 70an, juga berusaha untuk menyediakan lingkungan yang nyaman untuk tamu mereka.
Gambar 2.4.3 Logo Hotel La Taverna
Gambar 2.4.3.1 Suasana dan Website Hotel La Taverna