1
BAB 2 DATA DAN ANALISA
Gambaran tentang proyek tugas akhir penulis secara umum adalah sebuah education dengan pendekatan animasi yang menceritakan beberapa kejadian dalam 1 hari antara ibu dan anak. Terlihat perbedaan antara cara berkomunikasi yang tepat dan tidak tepat. Dengan karakter yang sama dan dengan kejadian yang sama tetapi dengan cara komunikasi yang berbeda, yang akan memperlihatkan perbedaan yang jelas bahwa komunikasi antara anak dan ibu sangatlah penting.
Proses riset, pengumpulan data, dan analisa permasalahan yang penulis lakukan adalah pencarian data-data pendukung berupa buku-buku teori , novel tentang my mom my hero, artikel-artikel dari internet tentang ibuyang bekerja, diikuti dengan wawancara dengan psikolog anak.
2.1
Sumber Data
2.1.1
Literatur Buku
Surga itu ditelapak kaki ibu, siapa yang tidak tahu dengan
kalimat
tersebut. Tetapi sebenarnya kalimat tersebut hanyalah kiasan. Didalam buku ini, kita diajarkan dari segi agama, yang sebenarnya bahkan didalam al-qur’an pun sudah tertulis, ‘ridha seorang ibu adalah ridha Allah’. Jika diterjemahkan ke umum, kita sudah seharusnya menjaga ibu kita. Tetapi perkembangan jaman dengan krisis moneter dan bertambahnya kebutuhan, harus ada tambahan keuangan, dan yang seharusnya ayah yang bekerja, ibu pun harus ikut bekerja.
Dengan ibu bekerja, maka akan berkurang waktu untuk mengurus kebutuhan anak. Yang pada akhirnya berdampak tidak baik. Dibuku ayah edy saya bisa mengetahui dengan jelas hal-hal yang biasa dilakukan ibu yang 6
2
bekerja (orangtua) kepada anaknya, sehingga terjadi perdebatan. Kurangnya strategi berkomunikasi ini lah yang menimbulkan perdebatan dan rasa tidak saling percaya.
Didalam buku Psikolog Adele Faber dan Elaine Mazlish juga diterangkan bahwa komunikasi dengan anak sangatlah penting. Hubungan anak dengan ibu memang sangatlah erat dan pribadi, tetapi tidak berarti komunikasi itu disepelekan begitu saja. Ada beberapa hal yang penting untuk dilakukan meskipun ibu sibuk karena bekerja dan tidak dapat bertatap muka dengan anak. Beberapa hal tersebut adalah, membantu mengatasi perasaan, menjalin kerjasama, mendorong otonomi (memberi kesempatan kepada anak untuk tidak terlalu ditekan), alih-alih pengganti hukuman, pujian dan rasa percaya diri. Semua itu semata mata untuk mengajarkan cara berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan satu sama lain.
2.1.2
Literatur Internet
Artikel-artikel yang penulis ambil dari internet adalah artikel-artikel yang berisikan tentang cerita beberapa anak yang melihat perjuangan ibunya dan mereka selalu menyebut ibu mereka dengan ‘my hero’, juga beberapa artikel tentang hari ibu.
a) Ibu Bekerja dan Dampaknya pada Perkembangan Anak http://www.angelfire.com/mt/matrixs/psikologi.htm#Ibu Bekerja) b) Kenakalan Remaja (http://www.angelfire.com/mt/matrixs/psikologi.htm#Kenakalan Remaja)
c) Psikologi Remaja, Karekteristik, dan Permasalahnnya (http://ksrpmiunhas.or.id/badan-pelengkap/p3rs/item/169-psikologi-remajakarakteristik-dan-permasalahannya)
3
d) Perkembangan Psikologi Remaja (http://sadiyahuinpai4e.blogspot.com/2008/03/artikel-perkembanganpsikologi-remaja.html)
2.2
Data Historis
2.2.1
Data Cerita
Salah satu dampak krisis moneter adalah bertambahnya kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi karena semakin mahalnya harga-harga. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut salah satu caranya adalah menambah penghasilan keluarga...akhirnya kalau biasanya hanya ayah yang bekerja sekarang ibupun ikut bekerja. Cerita ini berasal dari sumber data internet http://www.angelfire.com/mt/matrixs/psikologi.htm#Ibu Bekerja .
Ibu yang ikut bekerja mempunyai banyak pilihan. Ada ibu yang memilih bekerja di rumah dan ada ibu yang memilih bekerja di luar rumah. Jika ibu memilih bekerja di luar rumah maka ibu harus pandai-pandai mengatur waktu untuk keluarga karena pada hakekatnya seorang ibu mempunyai tugas utama yaitu mengatur urusan rumah tangga termasuk mengawasi, mengatur dan membimbing anak-anak. Apalagi jika ibu mempunyai anak yang masih kecil atau balita maka seorang ibu harus tahu betul bagaimana mengatur waktu dengan bijaksana. Seorang anak usia 0-5 tahun masih sangat tergantung dengan ibunya. Karena anak usia 0-5 tahun belum dapat melakukan tugas pribadinya seperti makan, mandi, belajar, dan sebagainya. Mereka masih perlu bantuan dari orang tua dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Bila anak itu dititipkan pada seorang pembantu maka orang tua atau khususnya ibu harus tahu betul bahwa pembantu tersebut mampu
membimbing
dan
membantu
anak-anak
dalam
melakukan
pekerjaannya. Kalau pembantu ternyata tidak dapat melakukannya maka anak-anak yang akan menderita kerugian.
4
Pembentukan kepribadian seorang anak dimulai ketika anak berusia 05 tahun. Anak akan belajar dari orang-orang dan lingkungan sekitarnya tentang hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya. Anak yang berada di lingkungan orang-orang yang sering marah, memukul, dan melakukan tindakan kekerasan lainnya, anak tersebut juga akan bertumbuh menjadi pribadi yang keras. Untuk itu ibu atau orang tua harus bijaksana dalam menitipkan anak sewaktu orang tua bekerja. Kadang-kadang hanya karena lingkungan yang kurang mendukung sewaktu anak masih kecil akan mengakibatkan dampak yang negatif bagi pertumbuhan kepribadian anak pada usia selanjutnya. Seperti kasus-kasus kenakalan remaja, keterlibatan anak dalam dunia narkoba, dan sebagainya bisa jadi karena pembentukan kepribadian di masa kanak-kanak yang tidak terbentuk dengan baik. Untuk itu maka ibu yang bekerja di luar rumah harus bijaksana mengatur waktu. Bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga memang sangat mulia, tetapi tetap harus diingat bahwa tugas utama seorang ibu adalah mengatur rumah tangga. Ibu yang harus berangkat bekerja pagi hari dan pulang pada sore hari tetap harus meluangkan waktu untuk berkomunikasi, bercanda, memeriksa tugas-tugas sekolahnya meskipun ibu sangat capek setelah seharian bekerja di luar rumah. Tetapi pengorbanan tersebut akan menjadi suatu kebahagiaan jika melihat anak-anaknya bertumbuh menjadi pribadi yang kuat dan stabil. Sedangkan untuk ibu yang bekerja di dalam rumahpun tetap harus mampu mengatur waktu dengan bijaksana. Tetapi tugas tersebut tentunya bukan hanya tugas ibu saja tetapi ayah juga harus ikut menolong ibu untuk melakukan tugas-tugas rumah tangga sehingga keutuhan dan keharmonisan rumah tanggapun akan tetap terjaga dengan baik.
5
2.2.2
Sudut Pandang Psikolog
Sumber: Djamaludin Ancok, Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam, 2004 Pilihan menjadi wanita karir telah menjadi fenomena bagi sebagian wanita. Permasalahan wanita karir bukan lagi terletak pada apakah dia harus memilih menjadi wanita karir saja atau menjadi ibu rumah tangga saja. Kini, permasalahn yang lebih aktual untuk dijawab adalah bagaimana peran sebagai ibu rumah tangga tetap dijalankan secara optimal ketika seorang wanita memutuskan untuk membina karir. Topik semacam ini semakin relevan dibicarakan menghadapi tahun 2000 di mana tantangan bagi wanita makin beragam, Peran Sebagai Ibu Rumah Tangga. “Surga di bawah telapak kaki ibu”, begitulah arti sebuah hadis Nabi. Ibu adalah insane yang paling dekat pada setiap diri manusia. Suatu saat seorang sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Siapakah orang yang paling dekat kepadaku yang harus aku sayangi dan hormati?” Nabi menjawab “ibu”. Pertanyaan itu kemudian dilanjutkan dengan
“siapakah
orang lain selain ibu?”, dan Nabi menjawab dia adalah ibu. Setelah pertanyaan itu ditanya tiga kali dengan jawaban yang sama, pertanyaan yang keempat baru dijawab Nabi dengan bapak. Hadis Nabi di atas dan beberapa yang lain menunjukkan betapa sentralnya peranan seorang ibu di dalam kehidupan manusia. Dia merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya kepribadian anak. Anak akan masuk surga atau akan masuk neraka sangat ditentukan cara ibu mengasuhnya. Demikian pula bagaimana produktivitas suami dan perilaku suami sehari-hari sangat dipengaruhi oleh bagaimana perilaku ibu terhadap si suami. Suatu kekuatiran yang sering muncul bila seorang wanita meniti karir di luar rumah ialah akibat negatifnya terhadap keluarga. Anak-anak dipandang akan kurang
6
mendapat kasih sayang karena ibunya terlalu sibuk di luar rumah. Karena kesibukan yang luar biasa, cukup sering para wanita karir menyerahkan segala urusan rumah tangga kepada pembantunya. Akibatnya anak-anak menjadi lebih dekat dengan pembantunya daripada dengan ibu kandungnya sendiri. Cukup sering terdengar cerita bahwa anak-anak tidak menangis apabila ibunya pergi, tetapi anak-anak akan menangis apabila pembantunya yang pergi. Demikian pula pendidikan yang diserahkan kepada pembantu akan menyebabkan si anak mengidentifikasikan dirinya dengan pembantu. Gaya bicara, bahasa yang dipakai, dan gaya berjalannya pun seringkali meniru gaya pembantu. Tentu saja contoh yang disebutkan di atas adalah contoh yang terlalu ekstrim. Namun hal yang demikian dapat terjadi bila si anak terlalu sering ditinggalkan, dan tidak ada waktu khusus yang disediakan untuknya dalam sehari.Tentu saja seorang wanita tidak perlu meninggalkan karirnya hanya karena masalah anak-anak dan suami. Keintiman keluarga dapat dibentuk bila setiap hari tersedia waktu untuk bergaul dan bercengkrama secara intensif. Pada saat-saat demikian ibu harus menumpahkan perhatian perhatian sepenuhnya kepada si anak. Bagi si anak, bukan jumlah waktu yang dia tuntut, tetapi intensitas interaksi itulah yang dia tuntut. Cara memperhatikan anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, membelikan sesuatu yang kecil saja, buat dia sudah merupakan perhatian. Mengajak rekreasi bersama adalah cara yang lain. Selain itu, cara lain dalam menunjukkan perhatian adalah ikut membantunya dalam pekerjaan sekolah,. Cara demikian ini umumnya hanya bisa dilakukan pada anak yang masih SD atau SMP.Menjadi ibu yang baik di rumah tidaklah selalu mudah bagi para wanita karir. Hal ini disebabkan oleh sifat manusia yang suka membawa masalah di luar rumah ke dalam rumah, atau sebaliknya. Kalau dalam pekerjaannya wanita karir mengalami hal-hal yang menimbulkan kejengkelan dan stres, hal-hal demikian akan mudah terbawa ke rumah. Kemarahan dan kejengkelan yang dibawa dari kantor akan mengurangi
7
keharmonisan di rumah. Tentu saja keadaan yang demikian sangat tergantung pada daya tahan kepribadian seseorang terhadap stres. Namun kalau kita lihat, fenomena yang terkenal dengan sebuta burnout cukup banyak melanda para wanita karir. Yang dimaksud dengan burnout adalah situasi kehilangan kontrol pribadi karena terlalu besarnya tekanan pekerjaan terhadap diri. Dalam situasi semacam itu wanita karir akan mudah berbuat sesuatu yang fatal, baik bagi anak dan suami, maupun bagi diri sendiri. Untuk mengatasi keadaan yang demikian sangat dirasakan perlu para wanita karir untuk banyak berolah raga, berekreasi, dan meningkatkan daya tahan mentalnya melalui kegiatan-kegiatan keagamaan atau kegiatan spiritual lainnya. Pengetahuan tentang cara-cara mengatasi stres perlu ditingkatkan. Cukup banyak kursus yang dilakukan untuk mengatasi stres
(stress
management). Dengan dimilikinya pengetahuan manajemen stres, maka stres akan dapat dikontrol. Selain itu para wanita karir diharapkan pula agar menpunyai pengetahuan yang luas dan dalam tentang mendidik anak yang baik. Kini cukup banyak buku atau kursus-kursus mengenai cara menjadi orang tua yang baik. Dengan membaca buku ataupun mengikuti kursus-kursus, diharapkan para wanita karir akan lebih mampu mengatasi persoalan dalam rumah tangganya..Peranan
sebagai
Pendamping
Suami
Eksekutif
Sebagai
pendamping suami banyak hal yang harus dilakukan wanita karir agar supaya karir suaminya bisa maju. Motivasi kerja para suami sangat ditentukan oleh perlakuan istri. Seorang istri dapat melakukan beberapa hal agar suaminya maju dalam karir. Beberapa cara tersebut antara lain: Pertama, ikut membantu suami di dalam menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai suami. Misalnya tujuan untuk mendirikan perusahaan, memperluas perusahaan, atau mempunyai rumah baru, dan lain-lain. Tujuan tersebut adalah tujuan bersama dan harus dicapai secara bersama-sama. Suasana kebersamaan ini amat penting. Seorang suami adalah seorang manusia biasa
8
yang disaat mengalami kesulitan pasti membutuhkan seorang kawan yang dapat dan mau mengerti persoalan yang dihadapinya. Selain itu, menciptakan suasana kebersamaan berarti memupuk saling pengertian. Saling pengertian adalah perekat kehidupan suami istri. Setelah suatu tujuan dapat dicapai, maka tujuan berikutnya harus ditetapkan secara bersama-sama pula. Kedua, selain menetapkan tujuan secara bersama-sama, seorang istri juga harus memacu antusiasme suaminya di dalam mengejar tujuan yang telah ditetapkan bersama. Apa yang dimaksud dengan antusiasme di sini adalah sifat yakin akan hasil pekerjaan dan mencintai pekerjaan tersebut. Seorang istri dapat ikut memajukan karir suami dengan mununjukkan sifat-sifat demikian.Seringkali terjadi seorang istri merasa cemas bila karir suami mengalami peningkatan. Dia takut suaminya akan lebih sedikit waktunya buat dirumah, atau dia juga takut karena dengan peningkatan karir, suaminya akan lebih disukai oleh banyak orang termasuk karyawan wanita sekantor. Kekuatiran yang demikian terjadi disebabkan karena sejak awal tujuan yang ingin dicapai suami dan istri tidak direncanakan secara bersama-sama. Tentu saja kekuatiran semacam itu dapat muncul walaupun tujuan telah dikembangakan bersama-sama. Menghadapi situasi sedemikian diharapkan para istri lebih mendekati teman-teman sekerja suami, khususnya karyawan sekerja yang wanita. Kalau tidak dekat hubungan dengan kawan sekerja suami, kiranya akan mudah berkembang rasa kecurigaan bahwa suami ada main dengan kawan sekantor. Kalau kecurigaan telah timbul, cukup sering terjadi, kecurigaan itulah yang menimbulkan masalah. Dengan dicurigai, situasi yang tadinya baik-baik, akan jengkel. Kejengkelan tersebut dapat dibalas dengan betul-betul melakukan hal-hal yang dicurigai tadi. Terjadinya hal yang demikian dikarenakan suatu faktor yang dalam psikologi terkenal dengan istilah ”self fulfilling prophecy”. Artinya, “karena anda mengharapkan seusatu, harapan anda menjadi kenyataan”. Karena nada curiga bahwa suami anda ada main,
9
maka kecurigaan tersebut itulah yang membuat suami anda betul-betul ada main. Daripada mencurigai suami akan lebih baik kalau kita memuji dia atas prestasi yang telah dibuatnya. Seorang istri yang karir suaminya meningkat harus mengimbangi kemajuan karir suaminya dengan penigkatan kemampuan diri. Istri harus belajar juga tentang seluk-beluk pekerjaan suaminya sampai ke tingkatan tertentu, yang tidak menyangkut rahasia perusahaan. Dengan mengetahui apa yang dikerjakan suami, di mana, dan bagaimana hal tersebut dikerjakan, maka kecurigaan akan suami dapat diatasi.
2.2.3
Narasumber
Para narasumber yang penulis wawancarai adalah anak remaja dan Psikolog Anak yang sudah berpengalaman. Penulis telah mewawancarai seorang gadis yang tidak pernah dapat perhatian dari ibunya. Bahkan kadang mereka bertengkar karena hal sepele. Gadis tersebut sering merasa terkekang. Karena menurutnya, jika seorang ibu terlalu banyak marah dan melarang, sangatlah tidak wajar. Bahkan untuk kebaikan pun, jika terlalu berlebihan akan mengganggu. Walaupun kadang itu adalah bentuk dari perhatian seorang ibu.
Dia merasa terganggu dengan sikap ibu nya sejak remaja, yaitu dari mulai smp, bahkan sampai sekarang (kuliah), dia masih saja sering dilarang ini itu oleh ibunya. Bahkan hampir setiap hari mereka bertengkar karena hal sepele. Jika dia sudah merasa sangat kesal, dia hanya bisa meluapkan perasaannya lewat jejaring social (twitter), atau cerita dengan teman terdekat.
Selain itu, penulis juga mewawancarai seorang psikolog, Putri Nur Winanti, M.Psi , Psi. Psikolog tersebut banyak memberikan informasi tentang hubungan ibu dan anak. Mengapa anak dan ibu yang bekerja bisa sering
10
terjadi perdebatan, bahkan karena hal sepele. Dari psikolog tersebut penulis banyak mendapatkan informasi yang akurat.
Dalam hal selain mewawancarai narasumber dan psikolog tersebut, penulis juga mewawancarai orang terdekatnya, yaitu ibu kandungnya yang tinggal serumah dengannya, guna memberi lihat sudut pandang dari ibu yang sering kita perhatikan dan tidak pernah melalaikan anaknya meskipun sibuk dan capek.
Dari wawancara tersebut, penulis mendapatkan sudut pandang dari orangtua. Kenapa banyak ibu yang suka melarang dan banyak pesan-pesan yang suka disampaikan kepada anaknya. Hal tersebut hanyalah bentuk perhatian ibunya, karena mungkin ada ibu yang sibuk bekerja sehingga kurang memperhatikan kegiatan anak. Karena itu, mereka hanya bisa mengingatkan selagi bisa. Tetapi kadang berlebihan pun tidak baik, karena justru bisa membuat anak membenci ibunya.
2.3
Target Audiens
Berusia sekitar 32-45 tahun, ibu yang bekerja, tinggal dijakarta dan sekitarnya, memiliki pengetahuan dan pendidikan minimal sma, serta memiliki mata pencaharian, dengan tingkat ekonomi menengah.
2.4
Faktor Pendukung dan Penghambat
2.4.1
Faktor Pendukung
Membuat animasi edukasi ini tidaklah tanpa halangan, tetapi ada beberapa factor yang memudahkan dan mendukung agar animasi ini bisa selesai dengan baik, yaitu :
11
a) Adanya Psikolog yang bisa saya wawancarai, dengan begitu saya mendapat banyak pelajaran dan data yang konkrit tentang Animasi yang akan saya bikin. b) Dengan bantuan Dosen pembimbing, saya bisa belajar dan memperbaiki animasi yang saya buat. c) Teman-teman penulis pun tidak hanya mendukung saja, untuk beberapa orang telah banyak membntu dalam pengerjaan animasi ini. Sebagai pemain animasi edukasi yang penulis bikin.
2.4.2
Faktor Penghambat
Kesulitan yang dialami penulis dalam mengumpulkan data tentang ibu ini adalah :
a) keterbukaan satu narasumber saya, terutama narasumber yang sangat tertutup karena dia merasa ibunya baik-baik saya walaupun melakukan hal yang sangat tidak benar dan menyakiti dirinya.
b) Psikolog yang tadinya sudah membuat janji dengan saya, tiba2 harus pergi karena ada urusan yang sangat penting, jadi saya harus bolak balik menyanyakan untuk membuat janji lagi. Karena memang psikolog tersebut sangat sibuk. Akhirnya saya harus mencari psikolog lain agar bisa wawancara.