3 BAB 2 DATA DAN ANALISA
2.1 Sumber Data Data, referensi, informasi dan literatur yang dapat mendukung serta memperkuat pengembangan baik dari segi konsep cerita maupun visualisasi Tugas Akhir ini diperoleh dari beberapa sumber, antara lain : 2.1.1 Buku Pengambilan data dari buku dibagi menjadi dua, yaitu buku-buku mendukung konsep cerita dan buku yang bersifat teknis untuk mendukung juga memperkuat teori dan visual yang akan diangkat
2.1.2 Internet Data yang bersangkutan dengan konsep cerita dan teknis diambil dari referensi yang telah
ditulis dalam situs ataupun blog yang ada di
internet.
2.1.3 Survey dan Wawancara Data yang diperoleh dari hasil wawancara tokoh dan survey dari beberapa masyarakat baik secara langsung maupun survey secara on-line.
2.1.4 Video Referensi cerita dan juga visual yang diambil dari film-film yang sudah ada. hal ini bertujuan untuk mendukung konsep ide cerita serta konsep visual mood.
2.2 Animasi Animasi adalah tayangan gambar sequence 2D ataupun 3D yang disusun sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah ilusi gerak. Efek yang dihasilkan adalah sebuah optical illusion dari pergerakan berdasarkan gambaran yang
3
4 tertangkap oleh penglihatan. Animasi merupakan perwujudan dari keinginan manusia yang ingin membuat gambar menjadi hidup dan bergerak. Animasi umumnya dikemas dalam format film ataupun video yang dapat didemonstrasikan dengan berbagai macam cara, cara yang paling sering untuk menampilkan sebuah film animasi adalah melalui layar lebar dan televisi.
2.2.1
Definisi Animasi Kata “animasi” sebenarnya merupakan penyesuaian dari kata “animation” yang berasal dari kata dasar “to animate”, dalam kamus umum Inggris-Indonesia
berarti
“menghidupkan”.
Secara
umum
animasi
merupakan suatu kegiatan menghidupkan menggerakan benda mati; suatu benda mati diberikan dorongan kekuatan, semangat dan emosi agar menjadi hidup dan bergerak atau memberikan kesan seakan benda mati itu hidup. Istilah atau sebutan untuk orang yang mengerjakan animasi adalah animator. Berikut adalah beberapa definisi animasi : a. Film animasi mengaplikasikan teknik fotografi ke dalam seni grafis dan plastik dalam rangka menciptaka ilusi gerakan dan kehidupan kepada gambar-gambar, lukisan, boneka dan benda-benda 3 dimensi. (The New Grolier Multimedia Encyclopedia) b. Film yang dibuat dengan cara memfoto gambar-gambar untuk menciptakan sebuah ilusi gerakan. Biasanya dengan mengekspos film frame per frame. (Webster’s Interactive Encyclopedia) c. Gambar dibuat satu per satu dan dishot frame per frame menjadi sebuah film. (Wells,1997) d. Sebuah film yang dibuat dengan tangan, frame per frame sehingga menghasilkan sebuah ilusi gerakan yang tidak secara langsung direkam seperti gaya fotografi konvensional pada umumnya. (Wells,1998) e. Animasi adalah sebuah proses menyiksa, karena untuk kualitas animasi yang baik, seorang artis hanya mampu menggambar untuk 3 detik dalam satu minggu. (Krantz, 1998)
5 f. Sebuah ilusi gerakan yang dihasilkan oleh beberapa rangkaian gambar (Taylor,1996) Definisi animasi yang tepat adalah menurut Norman Mclaren yang mengatakan bahwa Animasi bukanlah cara menggerakan sebuah gambar, namun lebih tepatnya adalah menggambarkan sebuah gerakan. Apa yang terjadi di antara tiap frame lebih penting daripada apa yang terjadi di setiap framenya.
2.2.2 Sejarah Animasi Animasi sebenarnya telah ada sejak zaman dahulu kala. Jauh sebelum adanya animasi modern seperti saat ini, nenek moyang kita telah mengenal yang namanya animasi. Walaupun perwujudannya tidaklah menyerupai seperti animasi pada saat ini, tetapi itu memberikan gambaran kepada kita tentang cikal bakal animasi. Para ahli purbakala memperoleh penemuan tentang percobaan pembuatan animasi pertama kali di Gua Lascaux Spanyol Utara, yang sudah berumus dua ratus ribu tahun lebih; manusia-manusia purba yang tinggal di gua tersebut mencoba menangkap dan menggambarkan gerak cepat lari binatang, seperti babi, bison dan kuda yang digambarkan dengan delapan kaki dalam posisi yang berbeda dan bertumpuk.
Gambar 2.1 Goa Lascaux: Sistine Chapel versi Prasejarah
6 Orang Mesir kuno menghidupkan gambar mereka dengan urutan gambar-gambar para pegulat yang sedang bergumul, sebagai dekorasi dinding. Dibuat sekitar tahun 2000 sebelum Masehi. Lukisan Jepang kuno memperlihatkan suatu alur cerita yang hidup dengan menggelarkan gulungan lukisan, dibuat pada masa Heian (794-1192). Lalu muncul mainan yang disebut Thaumatrope sekitar abad kesembilan belas di Eropa.
Gambar 2.2 Thaumatrope Sekitar tahun 1834 munculah permainan Zoetrope, dimana alat ini berbentuk tabung, berukuran pendek, ditiap sisinya terdapat lubang yang berfungsi untuk mengintip, dan dibagian dalamnya terdapat rangkaian gambar yang membentuk sebuah gerakan.
Gambar 2.3 Zoetrope
7 sebelumnya Zoetrope terkenal pada awal-awal animasi modern, kemudian munculah Phenakistoscope, dimana alat ini mempunya sistem kerja seperti halnya Zoetrope, namun secara bentuk alat ini lebih sederhana. Pada tahun 1868 munculah Flip book dan ditemukan oleh John Barnes Linnet. Flip book merupakan salah satu penemuan dunia animasi yang membawa kita lebih dekat ke animasi modern.
Gambar 2.4 Flip book Hingga tahun 1980-an, Jean Marey menggunakan alat potret beruntun merekam secara terus-menerrus gerak terbang burung. Berbagai kegiatan manusia dan binatang lainnya. Sebuah alat menjadi cikal-bakal kamera film hidup yang berkembang sampai saat ini. Di tahun 1892, Emile Reynaud mengembangkan mainan gambar animasi yang disebut Praxinoscope, berupa rangkaian ratusan gambar animasi yang diputar dan diproyeksikan pada sebuah cermin menjadi suatu gerak film, sebuah alat cikal bakal proyektor pada bioskop. Kedua pemula pembuat film bioskop, berasal dari Perancis ini dianggaps sebagai pembuka awal dari perkembangan teknik film animasi. Sepuluh tahun kemudian setelah film hidup maju dengan pesatnya di akhir abad ke-19. Di tahun 1908, Emile Cohl pemula dari Perancis membuat film animasi sederhana berupa figure batang korek api. Rangkaian gambar-gambar blabar hitam (black line) dibuat di atas lembaran putih, dipotret dengan film negative sehingga yang terlihat figure menjadi putih dan latar belakang menjadi hitam.
8 Sedangkan di Amerika Serikat, Winsor McCay membuat film animasi “Gertie the Dinosaur” pada tahun 1909. Figure digambar blabar hitam dengan latar belakang putih. Menyusul di tahun-tahun berikutnya para animator Amerika mulai mengembangkan teknik film animasi di sekitar tahun
1913
sampai
pada
awal
tahun
1920-an.
Max
Fleischer
mengembangkan “KO KO The Clown” dan Pat Sullivan membuat “Felix The Cat”. Rangkaian gambar-gambar dibuat sesederhana mungkin, dimana figure digambar blabar hitam atau bayangan hitam bersatu dengan latar belakang blabar dasar hitam atau dibuat sebaliknya. McCay membuat rumusan film dengan perhitungan waktu, 16 kali gambar dalam tiap detik gerakan. Fleischer dan Sullivan telah memanfaatkan teknik animasi cell, yaitu lembaran tembus padnang dari bahan seluloid (Cellucoid) yang disebut “cell”. Pemula lainnya di Jerman, Lotte Reineger di tahun 1919 mengembangkan film animasi bayangan, dan Bertosch dari Perancis, di tahun 1930 membuat percobaan film animasi potongan dengan figure yang berasal dari potongan-potongan kayu. Salah satu perkembangan dalam dunia animasi yang terpenting, yaitu pada sekitar tahun 1930-an. Dimana muncul film animasi bersuara yang dirintis oleh Walt Disney dari Amerika Serikat, melalui film “Mickey Mouse”,”Donald Duck”, dan “Silly Symphony” yang dibuat selama tahun 1928 sampai 1940. Kemudian pada tahun 1931, Walt Disney membuat film animasi warna pertama dalam filmnya “Flower and Tree”. Film animasi layar lebar pertama dibuat Disney pada tahun 1938, yaitu film “Snow White and Seven Dwarfs”. Teknik film animasi terus berkembang dengan gaya dan ciri khas masing-masing pembuatnya dari berbagai negara dari bagian barat hingga timur. Untuk negara bagian timur atau negara asia, Jepang merupakan salah satu negara yang sangat berpengaruh besar dalam perkembangan animasi dunia hingga saat ini. Jepang menguasai pasaran film animasi kartun dengan
9 ciri dan gayanya yang khas yang dikenal dengan Anime, sebutan pengganti untuk animation.
2.2.3 Animasi di Indonesia Animasi di Indonesia bukanlah suatu hal yang asing, dari awal zaman batu hingga zaman teknologi seperti saat ini. Puluhan tahun lalu, di Sulawesi Selatan dan Papua juga sudah ditemukan cave painting yang bercerita tentang binatang buruan atau hal-hal yang berbau mistis. Satu lagi bukti cikal bakal lahirnya animasi di Indonesia yaitu wayang yang berasal dari indonesia, yaitu seni bercerita dengan menggunakan boneka yang dibuat dari kulit dan dimainkan oleh dalang yang di iringi oleh permainan alat musik tradisional. Awal mula munculnya animasi di Indonesia bisa kita telusuri sejak tahun 1933 dan perlu kita ketahui awalnya animasi di Indonesia adalah untuk kepentingan politik. Ketika itu Presiden pertama kita Soekarno mengirimkan seorang seniman, Dukut Herdronoto atau yang biasa dikenal Pak Ook untuk belajar animasi di studio Disney. Setelah belajar selama tiga bulan di studio Walt Disney, beliau kemudian membuat film animasi pertama di Indonesia berjudul “Si Doel Memilih” (1955) untuk tujuan kampanye.
Lalu
sekitar
1963,
Pak
Ook
pindah
ke
TVRI
dan
mengembangkan animasi di sana dalam salah satu program yang kemudian dilarang tayang. Pada tahun 1970-an ada satu studio animasi di Jakarta yang cukup produktif walaupun hanya berkembang dalam bidang periklanan, yaitu Anima Indah yang didirikan oleh orang Amerika. Pada era ini, banyak film yang menggunakan kamera seluloid 8mm, dengan maraknya hal ini maka akhirnya menjadi penggagas adanya festival film. Dalam festival ini, juga terdapat film animasi Batu Setahun, Trondolo dan Timun Mas, yang disutradarai oleh Suryadi alias Pak Raden, yang dapat disebut animator Indonesia pertama.
10 Pada sekitar tahun 1980 adalah tahun yang maraknya dengan animasi Indonesia. Beberapa film animasi yang dihasilkan pada sekitar tahun itu adalah film animasi Rimba si Anak Angkasa yang disutradarai oleh Wagiono Sunarto dan dibuat atas kolaborasi ulangan si Huma yang diproduksi oleh PPFN dan merupakan animasi untuk serial TV. Pada tahun 1990 semakin banyak bermunculan film-film animasi seperti serial Hela, Heli, Helo yang merupakan animasi 3D pertama yang dibuat di Surabaya. Kemudian pada tahun 1998, muncul film animasi berbasis cerita rakyat dan banyak juga animator lokal yang menggarap animasi terkenal dari Jepang seperti Doraemon dan Pokemon. Perkembangan animasi di Indonesia bisa dibilang cukup pesat, pada tahun 2000 mulai banyak studio animasi di Indonesia, salah satunya Red Rocket Animation yang sangat produktif. Perkembangan animasi indonesia ini terbukti dengan adanya organisasi yang peduli animasi Indonesia (Ainaki), website dan juga forum Indonesia CG Community (IndoCG), tetapi ada beberapa hal yang berpotensi menghalangi perkembangan animasi di Indonesia seperti kurangnya dukungan dari pemerintah untuk animasi di Indonesia, banyak yang salah menanggapi bahwa animasi itu untuk anak-anak, namun pada kenyataannya animasi itu tidak hanya untuk anak-anak saja. Dua film Animasi Indonesia yang dibuat oleh Studio Kasatmata berjudul “Homeland” dan Infinite Frameworks berjudul “Sing to the dawn (Meraih Mimpi)”.
Gambar 2.5 Homeland dan Sing to the Dawn (Meraih Mimpi)
11
Adapula cara-cara untuk membangun minat masyarakat untuk berkreasi
dan
mengenal
animasi
adalah
dengan
mulai
banyak
bermunculannya festival-festival animmasi seperti Hello;Fest, Festival Film Animasi Indonesia INAICTA, dan Urbanimation.
2.3 Data Produk 2.3.1
Jenis Animasi 1. Menurut materi perkuliahan Audio Visual I, jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Bina Nusantara, ada 2 jenis pembuatan animasi yaitu : a. Animasi 2D (dua dimensi) Animasi yang sering disebut dengan “Cartoon” atau “kartun” yang berarti gambar yang lucu • Cell (Celluloid/Film), Contohnya Donald Duck • 2D CG (Computer Graphic), Contohnya running text dan motion graphic b. Animasi 3D (tiga dimensi) Pengembangan dari animasi 2D, dalam animasi 3D karakter yang diperlihatkan semakin hidup, nyata dan mendekati wujud aslinya dan pengerjaan animasi telah mengenal koordinat x, y dan z atau volume. • 3D CG animation atau akrabnya animasi komputer 3D meliputi proses modeling,rigging, morphing, animation, texturing, lighting and rendering, compositing dan digital matte painting, contohnya Toy Story, Monster Inc, dan Kungfu Panda. • Stop Motion, contohnya clay anmation seperti Chicken Run 2. Menurut buku “The Making of 3D Animation Movie” Ada 6 jenis teknik pembuatan animasi yaitu : a. Animasi tanah liat (Clay Animation) Animasi memakai plasticin (bahan lentur seperti permen karet) yang ditemukan pada tahun 1897. Animasi Clay termasuk jenis Stop-
12 motion picture. Contoh: Sculptor’s Welsh Rarebit Nightmare dan Chicken Run b. Animasi cell (Cellucoid Technique) Teknik animasi ini memanfaatkan serangkaian gambar yang dibuat diatas lembaran plastik tembus pandang yang disebut cell. c. Animasi boneka (Puppet Animation) Animasi menggunakan obyek boneka/figur lainnya yang terbuat dari plastik dan kayu agar mudah digerakkan saat pemotretan. d. Animasi potongan (Cut-Out Animation) Animasi yang menggunakan obyek digambar pada lembaran kertas lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang telah dibuat lalu diletakan pada sebuah bidang datar sebagai latar belakangnya. e. Animasi bayangan (Shilhouette Animation) Animasi seperti wayang kulit, menggunakan obyek berupa bayangan dengan latar belakang yang terang dan menggunakan bahan dari kertas berwarna gelap atau hitam. f. Animasi penggambaran langsung pada film Animasi menggunakan teknik penggambaran obyek yang dibuat langsung pada pita seluloit baik positif atau negatif tanpa melalui runtun pemotretan kamera stop frame.
2.3.2
Format dan Durasi Film Animasi Tidak ada kesepakatan untuk menentukan running time ideal untuk sebuah film animasi. Running time sangat tergantung pada subyek dan bentuk serta teknik animasi yang dipergunakan. Namun demikian ada beberapa kategori untuk menggolongkan type film animasi, yaitu sebagai berikut :
13 1. Spot Film Jenis film ini berdurasi 10 sampai 50 detik, banyak diterapkan untuk iklan. Yang bertujuan untuk menyampaikan pesan tertentu dari sebuah adegan dengan singkat. 2. Pocket Cartoon Jenis film ini berdurasi 50 detik sampai 2 menit. Biasanya film ini dibuat untuk mengungkapkan banyak hal tapi dengan waktu yang sangat pendek. Film jenis ini juga sering disebut “fable film”. 3. Short/Film Pendek Berdurasi 2-20 menit, tetapi jika mengikuti peraturan internasional di dalam festival film atau industri televisi, film pendek berdurasi 2-30 menit. Untuk durasi idealnya sekitar 6-8 menit. 4. Medium Length Film Berdurasi antara 30-50 menit. Biasanya digunakan di film-film yang berdiri sendiri dan dipakai oleh para pembuat film independen/indie. 5. Full Length Film Film jenis ini berdurasi 60 menit atau lebih, sebagaimana feature film.
2.3.3
Subject Film Animasi Subject adalah sebagai sumber inspirasi, inspirasi sendiri bisa dating dari bermacam-macam sumber dan bisa dikembangkan dalam berbagai bentuk. Beberapa sumber tersebut yaitu : 1. Fantastic Advanture 2. Fables 3. Melodrama 4. Bible/Qur’an Story 5. Surrealism Stories 6. Educational 7. Science Fiction 8. Political Caricature 9. Old and New Legends
14 10. myth 11. Modern Event 12. World of Experiment 13. Folklore 14. Original Stories 2.3.4
Short Animation Dalam karya tulis kita mengenal adanya cerita pendek atau cerpen, Cerita pendek adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif, cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang seperti novella dan novel. Karena singkatnya, cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot dan tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis. Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralle pada tradisi lisan. Jika dalam karya tulis ada cerita pendek maka di dunia perfilman dikenal juga yang namanya film pendek. Di banyak negara seperti jerman, australia, kanada, dan amerika serikat, film pendek dijadikan semacam laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi para film maker untuk memproduksi film panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan oleh para mahasiswa jurusan perfilman atau mereka yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek. Umumnya hasil produksi ini dipasok ke rumahrumah produksi (production house) atau saluran televisi. Film pendek sendiri memiliki arti sebagai deskripsi teknikal yang pertama kali muncul di industri perfilman di Amerika Utara pada awal berkembangnya periode cinema. Deskripsi pendek ini seringkali mengacu pada segala sesuatu yang pendek sehingga kerap kali trailer dan feature
15 length film salah dianggap sebagai film pendek, yaitu cuplikan adeganadegan pendek dari keseluruhan film. Short animation atau yang bisa disebut juga Animated Short film adalah kategori lebih spesifik dari film pendek atau short film, yaitu film pendek dengan genre teknik animasi.
2.4 Folklore Folklore meliputi legenda, musik, sejarah lisan, pepatah, lelucon, takhayul, dongeng, dan kebiasaan yang menjadi tradisi dalam suatu budaya, subkultur, atau kelompok. Folklore juga merupakan serangkaian praktik yang menjadi sarana penyebaran berbagai tradisi budaya. Bidang studi yang mempelajari folklore disebut folkloristika. folklore berkaitan erat dengan mitologi. 2.4.1 Pengertian Folklore Istilah folklore berasal dari kata folk dan lore. Dua kata itu pertama kali dikemukakan oleh sejarawan Inggris William Thoms dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh London Journal pada tahun 1846. Menurut Alan Dundes, seorang ahli folklore Amerika, istilah folk berarti kelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal kebudayaan yang membedakannya dari kelompok lain, seperti mata pencaharian, agama, bahasa, tingkat pendidikan dan sebagainya. Sedangkan lore berarti tradisi dari kelompok orang tersebut (folk) yang telah diwariskan secara turun-temurun melalui lisan atau tutur kata, ataupun melalui contoh yang disertai dengan perbuatan atau yang disebut juga alat pengingat. Menurut kamus Oxford Advance Learners Dictionary of Current English 1983, folklore berarti kepercayaan tradisional, cerita dari masyarakat, dan sebagainya. Folklore adalah istilah umum untuk aspek material, spiritual dan verbal dari suatu kebudayaan yang disebarkan secara oral melalui pengamatan atau peniruan. Folklore dapat ditemukan pada setiap masyarakat
16 tradisional di belahan dunia manapun. Hanya bentuknya saja yang berbedabeda. Hal ini terjadi karena adanya batas spasial dan temporal. Namun seiring berkembangnya zaman penyampaian cerita yang berasal dari suatu kebudayaan tidak hanya sebatas dari mulut ke mulut, tetapi juga melalui contoh yang disertai dengan perbuatan ataupun media lainnya.
2.4.2 Ciri-ciri Folklore Folklore memiliki beberapa ciri-ciri, dan berikut adalah paparan ciri-ciri tersebut : 1. Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yaitu melalui tutur kata dari mulut ke mulut serta dari satu generasi ke generasi berikutnya. 2. Bersifat tradisional, karena dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar, dan juga di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama, paling sedikit dua generasi. 3. Ada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini disebabkan karena penyebaran secara lisan, alasannya adalah proses interplasi (interpolation) atau proses lupa diri seorang manusia sehingga folkrole dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian, perbedaan biasanya hanya terletak pada bagian karyanya saja sedangkan bentuk dasarnya tetap bertahan. 4. Bersifat anonim, yaitu nama pencipta dari cerita tersebut sudah tidak diketahui lagi. 5. Biasa mempunyai bentuk berumus atau berpola. Seperti cerita rakyat biasanya menggunakan kata-kata klise untuk menggambarkan emosi seseorang, atau ungkapan tradisional, ulangan-ulangan dan kalimatkalimat ataupun kata-kata pembuka dan penutup yang baku, misalnya kata “menurut empunya cerita…demikian konon”. 6. Mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita rakyat misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat pendidik atau pelipur lara, protes social, dan proyeksi keinginan terpendam.
17 7. Bersifat prologis, yaitu mempunyai logika atau penalaran sendiri yang tidak sama dengan logika umum. 8. Menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu. Hal ini disebabkan tidak diketahui lagi siapa pencipta pertamanya. Sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya. 9. Pada umumnya bersifat polos dan lugu, seringkali kelihatan kasar, terlalu spontan. Hal ini dikarenakan folklore merupakan proyeksi emosi manusia. Bentuk bentuk folklore itu dapat berupa lisan seperti bahasa suatu daerah, ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, puisi rakyat, cerita prosa rakya, lagu-lagu daerah, kepercayaan dan takhayul, permainan atau hiburan, teater rakyat, adat kebiasaan, upacara dan pesta rakyat
2.5 Cerita Rakyat Cerita rakyat sering dipandang sebagai sejarah kolektif (folk history), walaupun sejarah itu telah mengalami distorsi karena tidak tertulis, sehingga sering kali bisa jauh berbeda dengan kisah aslinya. Cerita rakyat biasanya bersifat migratoris, yakni berpindah-pindah, sehingga dikenal luas di daerah-daerah berbeda. Selain itu legenda acapkali tersebar dalam bentuk pengelompokan yang disebut siklus (cycle), yaitu sekelompok cerita yang berkisar pada suatu tokoh atau suatu kejadian tertentu (Dananjaja, 2002:66-67). Cerita rakyat berbeda dengan folklore, meskipun cirinya terkesan agak sama, folklore memiliki cakupan yang lebih umum atau luas, seperti lagu, puisi, cerita prosa rakyat dan lain sebagainya. Dengan kata lain cerita rakyat adalah bagian dari folklore.
2.5.1 Pengertian Cerita Rakyat Cerita rakyat adalah cerita yang berkembang di suatu daerah dalam lingkungan masyarakat yang mempercayai keberadaan dan nilai historik cerita tersebut. Cerita rakyat biasanya diyakini dan sering diceritakan secara turun temurun kepada anak-anak atau generasi selanjutnya, karena
18 biasanya cerita rakyat memiliki pesan moral yang baik untuk disampaikan. Setiap daerah memiliki cerita rakyat mereka masing-masing, hal ini memperlihatkan betapa kayanya negeri Indonesia akan kebudayaan.
2.5.2
Cerita Rakyat Berdasarkan Umur Jika dianalisa cerita rakyat memiliki target consumer yang beragam dengan motif cerita yang dimilikinya ( I Made Taro, 2009). Misalnya untuk anak berumur 3-4 tahun. Mereka lebih cenderung menyukai cerita yang menyangkut lingkungan terdekat anak, seperti benda atau hewan di rumah tangga atau cerita mengenai mainan mereka, seperti sepeda dan bola. Untuk anak berumur 4-5 tahun, cerita ringan seperti itu bias dikembangkan menjadi pengenalan kepada jumlah dan perluasan. Selanjutnya untuk anak berumur 8 tahun, mereka akan suka dengan cerita rakyat tentang bagaimana cerdiknya si tokoh utama, pengalaman berapa tokoh binatang yang bersahabat atau bermusuhan, dan juga cerita tentang kasih sayang ibu.
Untuk anak berumur 12 tahun ke atas mereka akan
senang dengan cerita rakyat yang penuh dengan petualangan dan hal-hal menarik lainnya.
2.5.3
Jenis Cerita Rakyat William R. Bascom membagi cerita prosa rakyat menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Mite (Myth) Mite atau mitos (myth) adalah cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya. Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya.Mitos itu sendiri, ada yang berasal dari indonesia dan ada juga yang berasal dari luar negeri.
19 Mitos yang berasal dari luar negeri pada umumnya telah mengalami perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi yang disebabkan oleh proses adaptasi karena perubahan zaman. Menurut Moens-Zoeb, orang jawa bukan saja telah mengambil mitosmitos dari India, melainkan juga telah mengadopsi dewa-dewa Hindu sebagai dewa Jawa. Bahkan orang Jawa pun percaya bahwa mitos-mitos tersebut terjadi di Jawa. Di Jawa Timur misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu Jawa dan Bali sebagai gunung suci Mahameru atau sedikitnya sebagai Puncak Mahameru yang dipindahkan dari India ke Pulau Jawa. Mitos di Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, terjadinya susunan para dewa, terjadinya manusia pertama, dunia dewata, dan terjadinya makanan pokok. Mengenai mite terjadinya padi, dikenal adanya Dewi Sri yang dianggap sebagai dewi padi orang Jawa. Menurut versi Jawa Timur, Dewi Sri adalah putri raja Purwacarita. Ia mempunyai seorang saudara laki-laki yang bernama Sadana. Pada suatu hari selagi tidur, Sri dan Sadana disihir oleh ibu tirinya dan Sadana diubah menjadi seekor burung layang-layang sedangkan Sri diubah menjadi ular sawah. Mitologi tentang tokoh-tokoh rakyat di seluruh dunia, seperti cerita Oedipus, Theseus, Romulus, dan Nyikang mengandung unsurunsur seperti, ibunya seorang perawan, ayahnya seorang raja, terjadi proses perkawinan yang tidak wajar dan lain-lain. 2. Legenda (legend) Legenda (bahasa Latin: legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus
20 dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklor Menurut Pudentia, Legenda adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga membedakannya dengan mite. Dalam KBBI 2005, legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian. Ciri-ciri legenda antara lain adalah : a. beberapa dongeng atau cerita, b. bukan sejarah yang penuh kegaiban, c. berhubungan dengan kenyataan dalam alam, d. terikat oleh suatu daerah. Beberapa penggolongan legenda, yaitu : a. Legenda keagamaan (Religion Legends) b. Legenda alam gaib (Supernatural Legends) c. Legenda perseorangan (Personal Legends) d. Legenda setempat (Local Legends) 3. Dongeng (fairytale) Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Terkadang kisah dongeng bisa membawa
21 pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral yang disampaikan. Dongeng secara umum dibagi menjadi empat golongan besar, yaitu :. a. Dongeng binatang : dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar. b. Dongeng biasa : jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah tentang kehidupan seseorang. c. Dongeng lelucon dan anekdot : dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan kelucuan, sehingga menimbulkan gelak tawa bagi yang mendengarkan maupun menceritakan. d. Dongen berumus : dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan.
2.6 Provinsi Jambi 2.6.1
Jambi Berdasarkan Suku dan Budaya Berdasarkan cerita rakyat setempat, nama Jambi berasal dari perkataan "jambe" yang berarti "pinang". Nama ini ada hubungannya dengan sebuah legenda yang hidup dalam masyarakat, yaitu legenda mengenai Raja Putri Selaras Pinang Masak, yang ada kaitannya dengan asal-usul provinsi Jambi. Penduduk asli Provinsi Jambi terdiri dari beberapa suku bangsa, antara lain Melayu Jambi, Batin, Kerinci, Penghulu, Pindah, Anak Dalam (Kubu), dan Bajau. Suku bangsa yang disebutkan pertama merupakan penduduk mayoritas dari keseluruhan penduduk Jambi, yang bermukim di sepanjang dan sekitar pinggiran sungai Batanghari. Suku Kubu atau Anak Dalam dianggap sebagai suku tertua di Jambi, karena telah menetap terlebih dahulu sebelum kedatangan suku-suku yang lain. Mereka diperkirakan merupakan keturunan prajurit-prajurit Minangkabau yang bermaksud memperluas daerah ke Jambi. Ada sementara informasi yang menyatakan bahwa suku ini merupakan keturunan dari per-
22 campuran suku Wedda dengan suku Negrito, yang kemudian disebut sebagai suku Weddoid. Orang Anak Dalam dibedakan atas suku yang jinak dan liar. Sebutan "jinak" diberikan kepada golongan yang telah dimasyarakatkan, memiliki tempat tinggal yang tetap, dan telah mengenal tata cara pertanian. Sedangkan yang disebut "liar" adalah mereka yang masih berkeliaran di hutan-hutan dan tidak memiliki tempat tinggal tetap, belum mengenal sistem bercocok tanam, serta komunikasi dengan dunia luar sama sekali masih tertutup. Suku-suku bangsa di Jambi pada umumnya bermukim di daerah pedesaan dengan pola yang mengelompok. Mereka yang hidup menetap tergabung dalam beberapa larik (kumpulan rumah panjang beserta pekarangannya). Setiap desa dipimpin oleh seorang kepala desa (Rio), dibantu oleh mangku, canang, dan tua-tua tengganai (dewan desa). Mereka inilah yang bertugas mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat desa.
Strata Sosial Masyarakat di Jambi tidak mempunyai suatu konsepsi yang jelas tentang sistem pelapisan sosial dalam masyarakat. Oleh sebab itu jarang bahkan tidak pernah terdengar istilah-istilah atau gelar-gelar tertentu untuk menyebut lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat. Mereka hanya mengenal sebutan-sebutan yang "kabur" untuk menunjukkan status seseorang, seperti orang pintar, orang kaya, orang kampung dsb.
Pakaian Pada awalnya masyarakat pedesaan mengenal pakaian sehari-hari berupa kain dan baju tanpa lengan. Akan tetapi setelah mengalami proses akulturasi dengan berbagai kebudayaan, pakaian sehari-hari yang dikenakan kaum wanita berupa baju kurung dan selendang yang dililitkan di kepala sebagai penutup kepala atau biasa disebut masyarakat setempat tengkuluk.
23 Sedangkan kaum pria mengenakan celana setengah ruas yang menggelembung pada bagian betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga dapat leluasa bergerak dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Pakaian untuk kaum pria ini dilengkapi dengan kopiah.
Gambar 2.6 pakaian tradisional wanita Jambi
Gambar 2.7 pakaian tradisional pria Jambi Pada perkembangan berikutnya dikenal adanya pakaian adat. Pakaian adat ini lebih mewah daripada pakaian sehari-hari, karena pakaian ada ini dihiasi dengan sulaman benang emas dan pemakaian perhiasan sebagai pelengkapnya. Biasanya digunakan pada acara-acara tertentu seperti pernikahan, penyambutan tamu agung dan sebagainya.
24
Gambar 2.8 pakaian adat dalam tari sekapur sirih dan tari selampit 8
Gambar 2.9 pakaian adat jambi untuk acara pernikahan Batik dan Songket Jambi Batik dan songket adalah hasil karya bangsa Indonesia yang tercipta dari perpaduan antara seni dan teknologi leluhur bangsa Indonesia. Produk batik dapat berkembang hingga sampai pada suatu tingkatan yang membanggakan baik desain maupun prosesnya. Begitu pula dengan batik yang ada tumbuh dan berkembang di daerah Jambi.
Gambar 2.10 proses membatik
25 Gambar 2.11 motif batik Jambi
Gambar 2.12 motif songket Jambi Perbedaan batik dan songket adalah dari bahan dan proses pembuatannya. Batik adalah kain yang diluking dengan motif-motif tertentu, sedangkan songket adalah kain yang motifnya ditenun atau dirajut dengan benang yang warnanya berbeda-beda.
Kesenian Di provinsi Jambi kesenian yang terkenal antara lain seni tari Batanghari, Kipas perentak, Rangguk, Sekapur sirih, Selampit delapan, Serentak Satang.
Upacara Adat Yang masih dilestarikan antara lain Upacara Lingkaran Hidup Manusia, Kelahiran, Masa Dewasa, Perkawinan, Berusik sirih bergurau pinang, Duduk bertuik, tegak betanyo, ikat buatan janji semayo, Ulur antar serah terimo pusako dan Kematian
Rumah Adat Di provinsi Jambi terdapat beberapa suku masyarakat. Hal ini berpengaruh terhadap kebiasaan rancangan arsitektur sebuah bangunan oleh sebab itu di jambi dikenal beberapa jenis rumah adat, antara lain adalah : 1. Rumah Tuo Jambi Rumah Jambi identik dengan adat Melayu Kuno. Di dalam rumah tergambar tentang hubungan manusia dalam sebuah keluarga inti,
26 keluarga besar, dan masyarakat. Ada penghormatan terhadap nini mamak, jaminan perlindungan bagi anak-anak, hidup berkecukupan dalam keluarga, dan keharmonisan sosial dalam masyarakat. Di sini, etika hidup pun sangat dijunjung.Rumah tertua di sana disebut Rumah Tuo milik Umar Amra (67), keturunan ke-13 dari Undup Pinang Masak. Ia adalah salah seorang bangsawan Melayu Kuno yang eksodus dari Desa Kuto Rayo, Tabir. Rumah bertiang ini masih kokoh meski tiang-tiang dan kerangkanya dari kayu kulim, yang sangat keras dagingnya itu, sudah berusia 600 tahun.Menurut pemiliknya, rumah ini dulunya dibangun atas hasil kesepakatan dan gotong royong dari semua anggota keluarga besar.
Gambar 2.13 rumah tuo Jambi
Gambar 2.14 gambar pedesaan jambi 2. Rumah panggung Kejang Lako Merupakan tempat tinggal masyarakat Marga Bathin, sebuah suku yang berasal dari sebelah barat pegunungan Bukit Barisan (Sumatra Barat). Masyarakat suku ini teguh memegang nilai-nilai luhur kebudayaannya. Rumah Kejang Lako oleh masyarakat Marga Bathin dibangun dengan tipologi bangunan rumah panggung yang berbentuk empat persegi panjang. Rata-rata bangunan dibuat dalam ukuran 9 m x 12 m dengan menggunakan kayu ulim yang banyak tumbuh di daerah Jambi.
27 Untuk merangkai kayu-kayu pada bagian rumah, masyarakat Marga Bathin mengandalkan teknik tradisional, seperti teknik tumpuan, sambung kait, dan pengait menggunakan pasak.
Gambar 2.15 rumah Kejang Lako
Gambar 2.16 ornament rumah adat Jambi
Gambar 2.17 Lumbung Padi
28
Gambar 2.18 motif ornament Jambi, motif flora
\ Gambar 2.19 motif fauna, motif bentuk ikan
2.7 Data dan Analisa Cerita Rakyat 2.7.1
Cerita Rakyat Jambi “Si Kelingking” Cerita rakyat yang berjudul “Si Kelingking” selain berasal dari provinsi Jambi ada juga ditemukan judul serupa tetapi berbeda versi di beberapa daerah, yaitu provinsi Bangka Belitung dan juga provinsi Riau. Berikut adalah sinopsis cerita dari ketiga versi daerah tersebut : 1. Provinsi Jambi, judul cerita “Si Kelingking” Di ceritakan tentang sepasang suami-istri disebuah dusun di Negeri Jambi, mereka sudah puluhan tahun menikah tapi belum dikaruniai anak. Mereka tak putus asa dan terus berdoa, mereka berdoa dan memohon pada tuhan agar dikaruniai seorang anak, walaupun hanya sebesar kelingking, mereka mau menerimanya. Akhirnya mereka pun dikaruniai seorang anak, tetapi anak itu berbadan sangat kecil karena tubuhnya yang kecil ia pun diberi nama Kelingking. Suatu hari dusun mereka didatangi oleh nenek Gergasi hantu pemakan daging termasuk daging manusia. Melihat keadaan itu, Raja Negeri Jambi pun memerintahkan agar seluruh warga dusun tersebut
29 mengungsi ke tempat yang lebih aman. Semua warga bergegas mengungsi begitu pula keluarga Kelingking, tetapi Kelingking meminta tinggal dia bersikeras meyakinkan ayah dan ibunya bahwa dia dapat mengalahkan mahluk itu. Singkat cerita si kelingking pun berhasil mengalahkan dan membunuh nenek Gergasi dengan kecerdikannya. Sang Raja mendengar berita tersebut dan memberikan penghargaan pada Kelingking dengan mengakatnya menjadi panglima. Setelah menjadi seorang panglima ia pun ingin berkeluarga, dia meminta ayah dan ibunya untuk melamar Putri Raja. Mulanya ayah dan ibu Kelingking meragukan hal tersebut, termasuk Sang Raja, karena tubuhnya yang kecil. Tetapi Sang Putri Raja menerima lamaran kelingking dan menikah dengannya. Si Kelingking tidak pernah mengurus kerajaan dan sering pergi secara diam -diam tanpa memberitahukan istrinya. Namun, anehnya, setiap Kelingking pergi, tidak lama kemudian seorang pemuda gagah datang ke kediaman istrinya. Hal ini membuat Sang Putri penasaran, hingga suatu hari saat Kelingking pergi dia pun mengikutinya. Putri sangat kaget ternyata pemuda gagah itu jelmaan dari si Kelingking. Akhirnya Kelingking mengaku pada Sang Putri dan mereka pun hidup bahagia layaknya pasangan suami-istri normal. 2. Provinsi Bangka Belitung, judul cerita “Si Kelingking” Di ceritakan tentang sepasang suami-istri miskin tapi rukun dan bahagia, mereka lama tak dikaruniai anak. Mereka selalu berdoa dan memohon pada tuhan agar dikaruniai seorang anak. Dalam doa itu terucap “Ya, Tuhan! Karuniakanlah kami seorang anak, walaupun sebesar kelingking”. Doa mereka pun terkabul, berapa bulan kemudian sang istri pun melahirkan seorang anak, tapi mereka kaget karena anak mereka hanya sebesar kelingking. Awalnya mereka menyayangi anak itu, tetapi mereka mulai merasa risau karena badan kecil dan nafsu makannya yang lebih besar daripada orang normal, membuat penghasilan setiap hari mereka hanya cukup untuk makan si Kelingking saja. Suami-istri itu pun sepakat untuk menyinkirkan Kelingking dari kehidupan mereka. Sang
30 suami beberapa kali mencoba mencelakai Kelingking tapi dengan ajaib Kelingking selalu selamat. Suami-istri itu pun menyadari bagaimanapun Kelingking yang berbadan kecil itu adalah anak yang lahir karena doa mereka sendiri. Karena memiliki tenaga yang sangat besar bahkan dibandingkan dengan orang normal, si Kelingking pun jadi sangat membantu dalam meringankan beban keluarganya.
3. Provinsi Riau, judul cerita “Kelingking Sakti” Di ceritakan pada zaman dahulu, di sebuah desa di kepulauan Riau, hiduplah seorang lelaki tua bersama ketiga anaknya. Anak pertama bernama Salimbo, kedua bernama Ngah, dan ketiga bernama Kelingking. Tubuh Kelingking kecil, ibarat jari kelingking. Walaupun bertubuh kecil kelingking rajin berkerja sehingga ayahnya sangat saying padanya. Namun, Salimbo dan Ngah sangat membenci kelingking dan berapa kali mencoba membunuh Kelingking. Saat kelingking beranjak dewasa dengan izin ayahnya ia pergi merantau. Dalam rantaunya ia mendapat sebuah mimpi yang menuntunnya kesebuah sayembara yang diadakan oleh seorang raja, jika pemenang sayembara itu laki-laki sang raja akan menikahkannya dengan putrinya dan jika orang itu perempuan akan diangkat menjadi anak. Pertama saat penonton dan peserta lain melihat tubuh kecil Kelingking mereka mencemooh dan meremehkannya, tetapi tidak disangka si Kelingking pun memenangkan sayembara tersebut dan dinikahkan dengan putri raja.
2.7.2
Pesan Moral Dari ketiga versi cerita rakyat yang menceritakan seorang anak bernama Kelingking yang bertubuh kecil, baik yang berasal dari Jambi, Riau ataupun Bangka Belitung, secara umum cerita tersebut ingin menyampaikan beberapa pesan kepada pembaca, antara lain yaitu : • Mensyukuri apa yang telah kita miliki,
31 • Jadilah orang yang percaya diri serta pemberani, • Jangan menilai orang dari segi fisiknya saja 2.7.3
Analisa Cerita Rakyat “Si Kelingking” Dari Jambi Dalam Cerita Rakyat “Si Kelingking” dari Jambi, ada beberapa kelemahan yang menyebabkan kurang sempurnanya Cerita tersebut. Diantaranya, tokoh Nenek Gergasi yang dianggap sebagai seorang hantu, misalkan dia seorang hantu, dia berarti bukan seorang nenek dan tidak akan mati, ini akan membuat pembaca bingung memahami siapa sebenarnya tokoh Nenek Gergasi itu. Cerita yang sangat panjang dan rumit, dapat menyebabkan pembaca terutama anak kecil, sulit memahami jalan ceritanya. Namun, selain kelemahan yang terdapat dalam Cerita Rakyat tersebut, terdapat beberapa kelebihan yang terkandung. Diantaranya, bahasa yang mudah dipahami serta komunikatif, pilihan kata yang tepat dan menarik, ceritanya runtut dari awal hingga akhir, serta tidak membosankan.
Gambar 2.20 ilustrasi dari cerita “Si Kelingking”
Gambar 2.21 buku cerita rakyat
32 2.8 Data Karakter 2.8.1
Keluarga Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta "kulawarga". Kata kula berarti "ras" dan warga yang berarti "anggota". Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.
Pengertian Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Peran Keluarga Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut : 1. Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
33 2. Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. 3. Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Ayah dan Ibu si Kelingking Peranan Ayah dan Ibu adalah sebagai tokoh protagonist, pasangan suami-istri tua yang dikarunia seorang anak yaitu si Kelingking yang bertubuh kecil. Mereka ikhlas menerima kondisi anak mereka dan merawatnya dengan kasih sayang hingga tumbuh dewasa.
2.8.2
Kelingking Kelingking adalah tokoh protagonist utama dari cerita rakyat jambi yang berjudul “Si Kelingking”, Kelingking adalah pemuda miskin yang tinggal di sebuah kampong di daerah Jambi, Indonesia. Ia dipanggil Kelingking karena ukuran tubuhnya yang kecil. Walaupun demikian, ia mempunyai istri seorang Putri Raja yang cantik jelita. Banyak kisah yang menceritakan tentang manusia yang memiliki ukuran sangat kecil, dan hal ini ternyata bukan hanya ada di dongengdongeng saja di kehidupan nyata manusia bertubuh kecil ini memang ada. Kasus manusia kerdil atau dwarfisme Sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya. Para ilmuwan dan para pakar kesehatan memperkirakan penyebab kekerdilan adalah mutasi gen yang diturunkan dari orang tua. Semua kelainan ini sangat langka, sehingga sulit untuk tahu persis berapa banyak orang yang terkena dampak dan juga sering terjadi salah diagnosa. Anak-anak dengan dwarfisme tidak tumbuh seperti anak-anak lain, karena gangguan metabolisme, kekurangan gizi atau gangguan pencernaan. Dari
34 catatan buku rekor dunia manusia terpendek adalah Gul Mohammed dari india dengan tinggi 57 cm.
2.8.3
Nenek Gergasi Di Nusantara banyak cerita, dongeng, mitos dan legenda yang menceritakan mahluk-mahluk aneh dan seram. salah satunya adalah Nenek Gergasi. Nama Nenek Gergasi sendiri terdiri dari penggabungan dua kata, Nenek dan Gergasi, jika kedua kata tersebut dipisah akan memiliki artinya sendiri-sendiri. Nenek adalah seorang ibu yang anaknya telah memiliki anak, singkatnya seorang wanita yang telah memiliki cucu. Dalam sebagian besar bahasa/kebudayaan setiap perempuan tua dapat dipanggil dengan sebutan nenek. Gergasi adalah istilah lain dari kata raksasa. Dalam kamus bahasa Indonesia Gergasi artinya raksasa yg besar, suka makan orang. Dalam mitologi dan legenda yang muncul dari berbagai belahan dunia, raksasa adalah bangsa makhluk yang menyerupai manusia atau hewan, namun berukuran lebih besar daripada ukuran normal manusia atau hewan tersebut. Dongeng dan legenda menyatakan bahwa raksasa merupakan bangsa makhluk yang bodoh dan bengis, suka mengganggu dan memakan manusia, namun ada beberapa dongeng dan legenda yang menyatakan sebaliknya. Raksasa dianggap suatu ancaman karena manusia tidak mampu menandingi ukuran serta tenaganya yang besar, namun tidak sedikit yang memberi gagasan tentang raksasa sebagai makhluk hidup yang berdampingan dengan manusia. Nenek Gergasi di dalam cerita “ Si Kelingking” berperan sebagai tokoh antagonis, yang digambarkan sebagai sosok
raksasa besar besar,
menakutkan, jahat dan suka memakan daging termasuk daging manusia, tetapi dia bodoh dan berpikiran pendek.
35 2.8.4
Putri Raja Dari kata-kata yang tersusun sudah sangat jelas yang di maksud Putri Raja adalah seorang anak perempuan dari seorang raja. Di dalam cerita rakyat dan dongeng, biasanya Putri Raja selalu digambarkan sebagai sosok wanita yang anggun, berparas cantik, dan berkepribadian baik. Begitu pula tokoh Putri Raja yang ada di dalam cerita “Si Kelingking”, Putri Raja Berperan sebagai tokoh protagonis yang nantinya menjadi pasangan Kelingking.
2.9 Data Survey Minat masyarakat terhadap cerita rakyat dan budaya Indonesia semakin meningkat. Namun karena kurangnya media yang menyalurkan budaya tersebut sehingga perlahan membuat masyarakat menjadi kurang peduli lagi.
2.10 Pertimbangan dan Analisa Pengambilan Cerita Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan Cerita rakyat adalah salah satu bentuk hasil dari sebuah kebudayaan. Ada ratusan cerita rakyat nusantara yang sangat berpotensi untuk diangkat kedalam media komunikasi, selain dalam bentuk tulisan, seperti film animasi pendek. Film animasi pendek dengan tema cerita rakyat dari Jambi yang diusulkan adalah cerita “Si Kelingking” dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Cerita rakyat “Si Kelingking” memiliki pesan moral yang baik dan mudah ditangkap oleh anak-anak, antara lain adalah mensyukuri apa yang telah dimiliki, Jadi orang yang percaya diri serta pemberani dan jangan menilai orang dari segi fisiknya saja. 2. Ceritanya simple, pesan moral mudah ditangkap, konflik yang membuat penasaran dan karakter yang cukup unik apabila diolah dengan pengembangan visual dan animasi yang baik, maka akan menarik minat anak-anak untuk menontonnya. 3. Cerita rakyat melayu khususnya dari Jambi masih belum begitu banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia, bahkan mungkin masyarakat Jambi pun
36 sudah mulai lupa dengan cerita-cerita rakyat Jambi, padahal banyak cerita berpesan moral baik yang dapat diceritakan kepada anak-anak. 4. Menyesuaiakan perkembangan zaman di mana animasi semangkin disukai, maka pendekatan audio visual menggunakan animasi 3D dapat meningkatkan ketertarikan konsumer, dalam kasus ini adalah anak-anak.
2.11 Pengembangan Cerita Dalam perancangan film animasi pendek berjudul “Si Kelingking” berdasarkan dari cerita rakyat Jambi dengan referensi buku yang berjudul 108 Cerita Nusatara, akan dilakukan pengembangan dan perubahan dalam alur cerita serta sudut pandang penceritaan. Dari referensi buku cerita ini diceritakan secara bertahap dan berurutan dari awal perkenalan hingga akhir cerita, bisa disebut juga ceritanya berjenis plot maju atau linear dengan sudut pandang pencerita atau orang ketiga. Pengembangan yang dilakukan dalam perancangan film animasi pendek “Si Kelingking” antaralain adalah akan digunakan pola bercerita non-linear dan plot campuran dan juga penggunaan sudut pandang pertama dari tokoh utama.
2.12 Target Audience Target
Audience
atau
dalam
bahasa
indonesianya
target
penonton/pendengar/pemirsa adalah tujuan inti sebuah produk audio dan visual akan dijual ke dalam salah satu lapisan masyarakat. Lapisan masyarakat tersebut dapat berupa perbedaan umur, perbedaan ekonomi, perbedaan agama, perbedaan pendidikan, perbedaan komunitas dan sebagainya.
2.12.1 Target Primer Target primer atau target utama dari film animasi pendek cerita rakyat “Si Kelingking” adalah anak-anak kisaran usia 8 sampai 12 tahun yang sedang menempuh pendidikan sekolah dasar, dengan keadaan social dari golongan ekonomi menengah ke atas, baik pria ataupun wanita. Sedangkan secara psikografi yaitu aktif, terbuka dalam lingkungan
37 sosialnya, menyukai film animasi, hidup dalam lingkungan modern dan mau mengenal budaya Indonesia, serta dapat menangkap pesan moral yang disampaikan. 2.12.2 Target Sekunder Target sekunder untuk film animasi pendek cerita rakyat “Si Kelingking” adalah usia di atas 12 tahun dan orang tua dari anak-anak target primer, dengan kondisi psikografi menyukai film, menyukai animasi, terbuka secara sosial, mau menerima sesuatu yang baru, gaya hidup modern dan menyukai cerita inspiratif serta mau mengenal budaya Indonesia.
2.13 Analisis 2.13.1 Strength Kekuatan film pendek animasi cerita rakyat “Si Kelingking” adalah asal ceritanya dari cerita rakyat maka masyarakat dapat menerima cerita tersebut dengan mudah. Karena dikemas dalam bentuk animasi 3D makan dalam cerita ini akan diaplikasikan prinsip-prinsip cinematography dan penggambaran karakter yang menarik.
2.13.2 Weakness Kelemahan film pendek animasi cerita rakyat “Si kelingking”, antara lain, ceritanya masih cukup rumit untuk dipahami anak-anak sehingga butuh bimbingan orang tua dan penyampaian film pendek animasi hanya dapat terbatas dalam bentuk film bernarasi dengan sedikit sisipan dialog dari karakter.
2.13.3 Opportunity Anak-anak zaman sekarang sangat gemar dengan animasi dalam bentuk 3D, karena bentuk yang imajinatif dapat dibawa menjadi sesuatu yang seolah nyata dengan visualisasi 3 dimensi.
38 2.13.4 Threats Faktor Pendukung : • Tingginya minat masyarakat saat ini terhadap tayangan animasi. • Teknologi animasi yang semakin memudahkan pembuat animasi. • Cerita rakyat dapat menyerap ke masyarakat karena hasil sebuah budaya • Anak-anak membutuhkan tontonan yang bermutu Faktor Penghambat : • Jangka waktu pembuatan yang sempit. • Sarana dan prasarana yang belum memadai. • Perbedaan budaya yang mungkin menghambat penyampaian maksud cerita.
2.14 Tolak Ukur Pembanding Dari perancangan film pendek cerita rakyat nusantara ini, tolak ukur perbandingannya adalah film-film animasi pendek lain yang menjadi referensi pembuat. Seperti Replay (Talantis Film Distribution), Alarm (Team Mesia) dan banyak lagi. Refrensi ini dapat dicari di www.aniboom.com, www.vimeo.com dan www.youtube.com. Untuk tolak ukur film animasi yang bertemakan local content antara lain adalah Upin dan Ipin (Les' Copaque), Tangled (Walt Disney), dan Tales of The Age (Glue Studio).