BAB 2 DATA DAN ANALISA
2.1
Sumber Data Data dan informasi yang digunakan dalam tugas akhir ini diperoleh dengan menggunakan dua metode yaitu: • Metode Kualitatif 1.Wawancara dengan Narasumber 2.Observasi 3.Buku-buku literatur 4.Artikel-artikel di Internet 5.Dokumen-dokumen Terkait • Metode Kuantitatif 1.Survey yang akan dilakukan terhadap 100 responden 2.1.1 Hasil Wawancara dengan Narasumber Demi mendapatkan data yang akurat secara langsung dari penjaja jamu gendong, penulis melakukan riset dan wawancara secara langsung dengan Mbok Yatmi, pedagang jamu gendong yang telah berjualan jamu gendong selama puluhan tahun. 1. Sudah berapa lama Anda berjualan jamu gendong? Apabila terhitung dari saya mulai menginjakan kaki di Jakarta, berarti saya telah berjualan jamu gendong lebih dari 20 tahun. 2. Dalam sehari, Anda dapat menjual berapa botol jamu? Biasanya di pagi hari, 8 botol jamu saya terisi penuh dan sekitar jam 7 atau jam 8 sudah habis. Lalu saya akan mulai membuat lagi untuk berjualan sore hari dengan jumlah botol yang sama. Semuanya habis hari itu juga. 3. Apa khasiat dan kegunaan jamu? Sangat banyak. Jamu ini bila diminum setiap hari dapat mencegah penyakit dan memperkuat daya tahan tubuh. Jaman sekarang orang lebih memilih minum obat-obatan kimia, padahal jamu jauh lebih efektif karena semua bahan-bahannya alami dan berasal dari tanah. 4. Adakah efek samping dari mengkonsumsi jamu? Selama pengalaman saya berjualan saya tidak pernah mendengar kalau jamu tradisional memiliki efek samping, karena saya membuatnya dengan prosedur dan tata cara yang benar dan sebelum membuat jamu.
3
5. Bagaimana minat orang-orang terhadap jamu sekarang ini? Beberapa tahun terakhir ini sangat menurun. Yang membeli pun kebanyakan pelanggan-pelanggan yang sudah terbiasa meminum jamu saya, yang remaja dan anak-anak sangat jarang yang suka.
2.1.2 Observasi Pembuatan Jamu
Gambar 2.1
Gambar 2.2
4
5
Gambar 2.3
Gambar 2.4
2.1.3 Refrensi Buku Literatur 2.1.3.1 Refrensi Literatur: “1001 Khasiat & Manfaat Jamu Godog” Buku kesehatan yang berjudul “1001 Khasiat & Manfaat Jamu Godog” ditulis oleh Faisal M. Sakri dan diterbitkan oleh penerbit Diandra Pustaka Indonesia. Buku ini berisi tentang informasi lengkap mengenai jamu, terutama mengenai khasiat dari jamu, bahan-bahan dasar jamu dan juga resep-resep pembuatan jamu godog yang baik dan benar. 2.1.3.2 Refrensi Literatur: “Menguak Tabir dan Potensi Jamu Gendong”
6 Ditulis oleh Dra. Suharmiati, MSi. Apt dan diterbitkan oleh Penerbit Agromedia. Jamu gendong merupakan salah satu obat tradisional yang banyak diminati masyarakat karena harganya yang terjangkau dan mudah diperoleh. Usaha jamu gendong pun terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Karena itu, sebenarnya jamu gendong sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sebuah usaha atau dikonsumsi sendiri. Lewat buku ini pembaca bisa mengetahui resep dan cara membuat jamu gendong yang praktis dan bisa diaplikasikan, baik untuk konsumsi sendiri maupun diperdagangkan.
2.1.4 Refrensi Artikel Internet http://www.joglosemar.co.id Situs internet yang berisi artikel-artikel dan pembahasan secara lengkap tentang budaya tradisional Indonesia. Termasuk di dalamnya ada beberapa artikel terkait dengan jamu di Indonesia yang membahas sejarah hingga efek samping dan efek yang menguntungkan bagi konsumen jamu. http://www.airmancur.co.id/ Warisan budaya ini telah menjadi aset nasional, dan terus berkembang dengan menyediakan produk jamu yang berkualitas tinggi, mengutamakan mutu dan kebersihan serta efektivitas untuk memenuhi kebutuhan rakyat. http://kesehatan.kompasiana.com/ Situs internet yang terasosiasi dengan koran Kompas. Bagian kesehatan ini berisikan artikel-artikel sehubungan dengan kesehatan dan kedokteran. Seringkali artikel ini membahas pengobatan alternatif dan ramuan tradisional. http://anneahira.com/ Situs internet yang banyak berisi artikel-artikel termasuk artikel kesehatan yang membahas jamu dan ramuan herbal tradisional lainnya.
2.1.5 Referensi Dokumen Terkait 2.1.5.1 Jamu as Traditional Medicine in Java, Indonesia from South Pacific Study Vol. 23, No. 1, 2002 Ditulis oleh Soedarsono Ridwan dan Harini Sangat-Roemantyo. Membahas tentang sejarah lengkap jamu di Indonesia dan pembagian spesies dari tanaman obat yang ada di Indonesia. 2.1.5.2 Jamu: The Indonesian Traditional Herbal Medicine Artikel ini berisi lengkap tentang tanaman herbal Indonesia. Bahkan di dalam artikel ini terdapat data-data mengenai industri-industri jamu di Indonesia berserta dengan tanaman-tanaman yang digunakan dalam tiap-tiap varian jamunya.
7
2.1.6 Survey Online Penulis melakukan survei dengan membagikan kuesioner kepada 100 responden yang dilakukan melalui surveymonkey.com dengan ragam usia mulai dari 18 hingga 30 tahun ke atas untuk mengetahui minat masyarakat terhadap minuman jamu serta pengetahuan umum yang mereka miliki mengenai jamu gendong. 1) 2)
3)
4)
5) 6) 7)
51 orang (51%) responden adalah pria dan 49 orang (49%) sisanya adalah wanita, Dari 100 responden, 78 responden (78%) berusia 25-30 tahun. 13 orang (13%) berusia 18-25 tahun, 6 responden (6%) berusia 26-30 tahun dan 3 responden (3%) berusia di atas 30 tahun, Dari 100 responden, 80 responden (80%) merupakan mahasiswa. 12 orang (12%) karyawan, dan 8 responden (8%) merupakan wiraswastawan, Dari 100 responden, 53 responden (53%) membaca 1-2 buku setiap bulan. 17 orang (17%) 3-4 buku, 12 responden (12%) membaca lebih dari 5 buku dan 18 responden (18%) tidak pernah membaca buku, Dari 100 responden, 78 responden (78%) pernah meminum jamu, Dari 100 responden, 78 responden (78%) pernah mendengar tentang jamu gendong, Dari 100 responden, 90 responden (90%) berpendapat bahwa meminum jamu berkhasiat bagi tubuh.
Essay: •Meskipun 78% responden mengatakan bahwa mereka pernah mendengar tentang jamu gendong, namun banyak yang tidak bisa mendeskripsikan dan menyebutkan jenis-jenis jamu gendong. •Hampir semua responden mengatakan bahwa industri jamu gendong mulai memudar di kalangan masyarakat karena tertutup dengan hadirnya multivitamin modern dan jamu bubuk lain yang lebih praktis, •Banyak yang antusias dan menyambut baik dibuatnya buku visual tentang jamu gendong ini. Mereka berpendapat buku ini dapat menjadi coffee table book yang baik apabila dibuat dengan visual dan desain yang diolah secara menarik. 2.2
Data Proyek Sekilas Tentang Jamu Asal Mula Jamu Penggunaan tanaman sebagai obat-obatan telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. Ahli-ahli kesehatan di zaman Mesir Kuno membuat resep-resep pengobatan berbagai penyakit yang berdasar pada khasiat tanaman obat sebagaimana tercatat dalam Papyrus Ehers. Di Indonesia, pemanfaatan tanaman sebagai obat-obatan juga telah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. Tetapi penggunaannya belum
8 terdokumentasikan dengan baik. Pada pertengahan abad ke-17, seorang ahli botani, yaitu Jacobus Rontius (1592-1631), mencatatkan khasiat tumbuh-tumbuhan dalam bukunya, De Indiae Untriusquere Naturali et Medica. Leluhur bangsa Indonesia sudah menggunakan resep pengobatan yang terbuat dari daun, akar, dan umbi-umbian untuk mendapatkan kesehatan dan meyembuhkan berbagai penyakit. Racikan ini juga digunakan untuk perawatan kecantikan wajah dan tubuh. Campuran tanaman obat tradisional ini dikenal dengan istilah jamu. Sejarah Jamu Gendong Kata jamu berasal dari kata jampi (dalam krama Jawa kuno). Jampi berarti ramuan ajaib. Jampi-jampi berarti mantera oleh dukun, sedangkan kata menjampi berarti menyembuhkan dengan magis/mantera. Artinya saat dukun membuat jamu, dia harus berdoa meminta restu dari Tuhan (Tilaar, 2010). Pada masa pemerintahan kerajaan di Jawa Tengah, dari kerajaan Mataram yang selanjutnya pecah menjadi Keraton Ngayogjokarto dan Surokarto, penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak dilakukan sampai pelosok desa. Hal ini disebabkan sistem transportasi belum maju seperti saat ini. Pusat kesehatan milik kerajaan yang disebut Dinas Kesehatan Kerajaan berkedudukan di ibukota kerajaan. Rumah sakit untuk pengobatan modern yang diselenggarakan oleh pemerintah Hindia Belanda juga berada di ibukota. Hal ini mendorong masyarakat untuk berupaya mengatasi masalah kesehatannya sendiri dengan memanfaatkan potensi yang ada. Praktik-praktik pengobatan yang dilakukan oleh “orang pintar”, dukun atau wiku sebagian besar menggunakan ramuan (jamu), sebagian menggunakan ilmu kebatinan dan ada yang menggabungkan kedua cara tersebut. Orang pintar itulah yang pertama kali membuat ramuan dari tumbuhtumbuhan. Pembuatan ramuan itu biasanya berdasarkan wangsit atau wahyu. Meskipun demikian ada pula yang berdasarkan ketajaman daya nalarnya untuk mengenal tumbuhan (Suharmiati, 2003). Bahan Baku Asem Jawa Asem jawa (Tamarinus indica) merupakan sebuah kultivar daerah tropis dan termasuk tumbuhan berbuah polong. Ia berasal dari Afrika dan biasa ditanam sebagai pohon perindang. Pohonnya bisa mencapai ketinggian 25 m. Nama lain dari asem jawa adalah bakme (Aceh), acamlagi (Gayo), asam jawa, kayu asam cumalagi (Minangkabau), celangi, tangkal asem (Sunda), acem (Madura), asang jawi (Gorontalo), camba (Makasar), cempa (Bugis), dan asam jawa (Kalimantan). Brotowali Brotowali (Tinospora crispa L.) adalah tumbuhan liar di hutan dan ladang. Namun ia juga biasa ditanam di dekat pagar di halaman rumah sebagai tanaman obat. Ia menyukai tempat yang panas, termasuk perdu. Batangnya bisa mencapai ketinggian 2,5 m. Delima Putih Delima putih (Punica granatum Linn.) merupakan tumbuhan liar di hutan dan ditanam orang di halaman rumah sebagai tanaman hiasan atau buah-buahan. Daunnya berbentuk taji. Batangnya bulat panjang seperti pipa. Sedangkan bunganya berwarna putih.
9
Kulit buah delima mengandung zat samak dan zat lendir. Abunya mengandung boorzuur (acidum boricum), sedangkan kulit akarnya mengandung berbagai macam alkaloida yang berkhasiat mengobati radang gusi, disentri, mencret, keputihan, serta menghilangkan bau yang kurang sedap. Cengkeh Cengkeh (Eugenia aromatica) banyak ditanam di kebun, dekat pantai, dan pegunungan. Tingginya bisa mencapai 18 m atau lebih. Umurnya dapat mencapai ratusan tahun. Daun cengkeh berbentuk lonjong, tebal, berujung lancip, dan agak mengkilat. Panjang daunnya kira-kira 10 cm dan lebarnya 3 cm. Bunga cengkeh berkelopak daun empat, bergerombol di ujung-ujung ranting, dan berwarna coklat tua. Kuncup bunganya biasanya diambil dan dijemur sampai coklat kehitaman. Baunya harum pedas. Selain kuntum bunganya, daunnya juga dipakai dalam pengobatan. Daun dan kuncup bunganya mengandung minyak terbang (eugenol, asetileugenol, kariofilen, furfurol, metil-amilketon, vanilin), kariofilin, gom, serat, dan zat semak serta berkhasiat menghangatkan, menghilangkan rasa sakit setempat, membantu mengeluarkan angin, mengharumkan, anti-bakteri, menghilangkan kejang perut, mengobati sakit gigi, bau mulut, mual, nyeri haid, batuk rejan, demam akibat malaria, menghitamkan alis, dan mengobati masuk angin. Jahe Jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah tumbuhan yang berasal dari India dan China, tapi kini ditemukan juga di wilayah tropis dan sub-tropis. Ia dapat ditanam di daerah yang beriklim panas, juga di tanah yang gembur, kering dan, subur. Jahe mempunyai batang yang tegak, berakar serabut, dan berumbi dengan rimpang mendatar. Tumbuhan semak berbatang semu ini tingginya adalah 30 cm hingga 1 m. Rimpang jahe yang berkulit agak tebal membungkus daging umbi yang berserat dan berwarna coklat serta beraroma khas. Bentuk daunnya bulat panjang dan tidak lebar. Ia juga berdaun tunggal dan berbentuk lanset dengan panjang 15-28 mm. Kapulaga Kapulaga (Elettaria cardamomum) berasal dan hidup di hutan tropis di India Selatan dan Srilanka. Di Indonesia, ia ditemukan tumbuh liar dan ditanam di wilayah perbukitan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kapulaga adalah tanaman yang berumbi akar dengan tinggi 2-3 m. Daunnya lonjong berujung runcing dengan panjang sekitar 30 cm dan lebar 10 cm. Bunganya simetris dua sisi, berwarna kemerah-merahan dan terbagi menjadi tiga bagian. Dari sana akan dihasilkan buah kotak berwarna putih yang harum sehingga bisa digunakan sebagai obat maupun bumbu. Kapulaga dapat digunakan sebagai obat gosok untuk encok dan obat demam. Ia juga bisa mengobati kesulitan bernapas, mulut berbau, batuk, gatal di tenggorokan, mengencerkan dahak, memudahkan pengeluaran angin dari perut, membersihkan darah, menghilangkan rasa sakit, radang amandel, perut kembung, mual, bau mulut, perut mulas karena kedinginan, dan keringat berbau. Kencur Kencur (Kaemferia galanga L.) banyak ditanam orang di pekarangan sebagai
10 tanaman hias. Nama lain dari kencur adalah cikur (Sunda), ceuko (Aceh), kencor (Madura), cekun (Bali), sekung (Minahasa), asauli, sauleh, soul, umpa (Ambon) dan cekir (Sumba). Ia merupakan tanaman yang tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air. Kencur adalah salah satu jenis tanaman obat yang tergolong dalam suku temutemuan (Zingiberaceae) karena rimpang atau rizhoma tanaman ini mengandung minyak atsiri dan alkaloid yang bermanfaat sebagai stimulan. Kandungan minyak atsirinya berupa sineol, asam metil kanil, pentadekaan, asam sinamat, etil ester, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisat, alkaloid, dan gom. Pinang Pinang atau jambe (Areca catechu) umumnya ditanam di pekarangan rumah, di taman-taman atau dibudidayakan, dan kadang-kadang tumbuh liar di tepi sungai serta tempat-tempat lain. Buah pinang oleh para peracik jamu dikenal dengan nama simplisia Arecae fructus. Pohon pinang berbatang langsing, tumbuh tegak, tinggi 10-30 m, diameter 1520 cm, dan tidak bercabang dengan bekas daun yang lepas. Biji pinang mengandung 0,3-0,6 persen alkaloid, seperti Arekolin, arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine, dan isoguvasine. Ia juga mengandung red tanin 15 persen, lemak 14 persen (palmitic, oleic, strearic, caproic, caprylic, lauric, myristic acid), kanji, dan resin. Biji pinang segar mengandung kira-kira 50 persen lebih banyak alkaloid dibanding biji yang telah diproses. Sirih Sirih (Piper betle L.) adalah tanaman dari suku Piperaceae yang dapat merambat hingga mencapai ketinggian 15 m. Cukup dengan menggunakan stek dan diberi air, tanaman ini bisa tumbuh baik di tempat panas maupun di tempat yang terlindung. Adapun jenis-jenis sirih antara lain sirih jawa (daun lebih lembut, kurang tajam, hijau rumput), sirih belanda (daun besar, hijau tuam rasa dan bau tajam dan pedas), sirih cengkeh (kecil, daun kuning, rasa seperti cengkeh), sirih kuning, dan sirih hitam. Batang sirih berwarna coklat kehijauan, berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Tata Cara Meracik dan Mengolah Alat-alat Pada umumnya, peralatan yang digunakan oleh penjual jamu gendong untuk meracik jamunya tidaklah rumit. Kebanyakan hanya menggunakan alat-alat dapur biasa seperti wajan, panci, saringan, kompor, layah dan ulekan, pisau, wadah baskom, sendok, dan botol-botol penampung jamu yang sudah diracik. Kompor Kompor adalah alat masak yang menghasilkan panas tinggi. Istilah ini sering diartikan ruang tertutup di mana bahan bakar dibakar untuk memberikan pemanasan, baik untuk memanaskan ruangan di mana kompor itu berada ataupun untuk memanaskan kompor itu sendiri, dan barang-barang yang diletakkan di atasnya.
11
Panci Panci adalah alat masak yang terbuat dari logam (alumunium, baja, dll) dan berbentuk silinder atau mengecil pada bagian bawahnya. Panci bisa memiliki gagang tunggal atau dua "telinga" pada kedua sisinya dan biasanya digunakan untuk memasak air, sayur berkuah, dll. Ukuran panci biasanya dinyatakan dengan volumenya (biasanya antara 1-8 liter). Saringan Penyaringan atau saringan adalah alat dapur yang berfungsi menyaring atau meniriskan bahan jamu yang sudah ditumbuk dan dihaluskan untuk dipisahkan antara sari dan ampasnya. Layah dan Ulekan Untuk menghaluskan bahan baku jamu. Meski dapat digantikan dengan blender atau parutan yang lebih praktis, namun bahan yang dihaluskan secara manual dengan ulekan akan lebih terasa dan keluar sari-sarinya. Botol Botol adalah tempat penyimpanan dengan bagian leher yang lebih sempit dari pada badan dan "mulut"-nya. Botol umumnya terbuat dari gelas, plastik, ataualuminium, dan digunakan untuk menyimpan cairan seperti air, susu, minuman ringan, bir, anggur, obat, sabun cair, tinta, dll. Botol dari plastik biasanya dibuat secara ekstrusi. Langkah-langkah Pengolahan Ada dua cara dalam membuat jamu gendong. Pertama dengan merebus semua bahan. Kedua dengan memeras sari yang ada kemudian mencampurnya dengan air matang. Untuk jamu jenis pahitan, sinom, dan cabe puyang, cara yang digunakan untuk mengolahnya adalah dengan cara merebus semua bahan jamu dengan air. Sedangkan untuk jamu seperti beras kencur, kunir asam, kunci suruh, kudu laos, dan gepyokan, cara yang digunakan adalah ditumbuk halus terlebih dahulu, baru kemudian disaring untuk diambil sarinya dan dicampurkan dengan air matang. Jenis-jenis Jamu yang Dijajakan Oleh Penjual Jamu Gendong Jenis jamu gendong yang biasa dijual oleh penjual jamu gendong sangat bervariasi. Hal tersebut tergantung dari kebiasaan yang mereka pelajari dari pengalaman tentang jamu yang diminati dan pesanan yang diminta konsumen. Jenisjenis jamu ini mudah dibuat sendiri di rumah. Dalam pembuatan jamu gendong, tampaknya tidak ada perbedaan bahan baku pokok untuk setiap jenis jamu. Hal ini dapat terjadi mungkin karena pengetahuan resep jamu gendong yang mereka peroleh dari sumber yang berasal dari satu daerah yang sama. Cara perolehan pengetahuan dengan cara magang di pembuat jamu, yaitu
12 dengan melihat atau membantu pekerjaan mereka membuat komposisi resep. Resep yang dibuat tidak sama antar pembuat jamu. Ketidaksamaan dimungkinkan karena cara mereka membuat jamu tanpa takaran standar, hanya dengan perkiraan sehingga terjadi perbedaan dalam setiap pembuatan jamu. Di samping itu, kadar kandungan zat berkhasiat yang berbeda-beda untuk setiap kali pembelian bahan baku akan mempengaruhi pula hasil olahan jamu. Dalam penggunaan bahan baku sebagai bahan pokok tampaknya sesuai dengan khasiat yang dikenal. Seperti: kudu laos menggunakan buah kudu yang mempunyai khasiat sebagai penurun tekanan darah tinggi, beras kencur memberikan tambahan vitamin B dan kencur yang bermanfaat sebagai analgesik. Bahan-bahan yang digunakan berkhasiat antara lain untuk memperbaiki pencernaan makanan sehingga meningkatkan nafsu makan (temulawak, kunyit) serta menghilangkan nyeri dan pegal (jahe, kencur,puyang). Sedangkan daun-daunan yang digunakan seperti katuk, bermanfaat untuk meningkatkan air susu ibu. Manfaat dari tanaman obat tersebut memang dibutuhkan oleh ibu yang menyusui, yang biasanya dalam keadaan cukup letih dan lelah karena harus mengasuh bayinya. Beberapa jenis jamu yang dimaksud di antaranya beras kencur, cabe puyang, kudu laos, kunci siruh, uyup- uyup atau gepyokan, kunir asam, pahitan dan sinom. 1. Jamu Beras Kencur Jamu beras kencur dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu yang dapat menghilangkan pegal-pegal pada tubuh. Dengan membiasakan minum jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari pegal-pegal dan linu yang biasa timbul bila bekerja terlalu payah. Selain itu, banyak pula yang berpendapat bahwa jamu beras kencur dapat merangsang nafsu makan, sehingga selera makan meningkat dan tubuh menjadi lebih sehat. Dalam pembuatan jamu beras kencur, terdapat beberapa variasi bahan yang digunakan, namun terdapat dua bahan dasar pokok yang selalu dipakai, yaitu beras dan kencur. Kedua bahan ini sesuai dengan nama jamu, dan jamu ini selalu ada meskipun komposisinya tidak selalu sama di antara penjual jamu. Bahan-bahan lain yang biasa dicampurkan ke dalam racikan jamu beras kencur adalah biji kedawung, rimpang jahe, biji kapulogo, buah asam, kunci, kayu keningar, kunir, jeruk nipis, dan buah pala. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan seringkali mereka juga mencampurkan gula buatan. Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu direbus dan dibiarkan sampai dingin, kemudian disediakan sesuai kebutuhan. Mula-mula beras disangan, selanjutnya ditumbuk sampai halus. Bahan-bahan lain sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi atau batu. Kedua bahan ini kemudian dicampur, diperas, dan disaring dengan saringan atau diperas melalui kain pembungkus bahan. Sari perasan bahan dicampurkan ke dalam air matang yang sudah tersedia, diaduk rata. Selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol.
13
2. Jamu Kunir Asam Jamu Kunir asam dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu 'adem-ademan atau seger-segeran' yang dapat diartikan sebagai jamu untuk menyegarkan tubuh atau dapat membuat tubuh menjadi dingin. Ada pula yang mengatakan bermanfaat untuk menghindarkan dari panas dalam atau sariawan, serta membuat perut menjadi dingin. Seorang penjual jamu mengatakan bahwa jamu jenis ini baik dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil muda dan dapat menyuburkan kandungan. Ada pula penjual jamu yang menganjurkan minum jamu kunir asam untuk melancarkan haid. Penggunaan bahan baku jamu kunir asam pada umumnya tidak jauh berbeda di antara pembuat. Perbedaan terlihat pada komposisi bahan penyusunnya. Jamu dibuat dengan bahan utama buah asam ditambah kunir/kunyit, namun beberapa pembuatnya ada yang mencampur dengan sinom (daun asam muda), temulawak, biji kedawung, dan air perasan buah jeruk nipis. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan seringkali mereka juga mencampurkan gula buatan, serta dibubuhkan sedikit garam. Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu direbus sampai mendidih dan jumlahnya sesuai kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan alu besi atau batu atau diiris tipis-tipis (kunyit), dimasukkan ke dalam air mendidih dan direbus sampai mendidih beberapa saat. Selanjutnya, ditambahkan gula (atau pemanis buatan) sampai diperoleh rasa manis sesuai selera (dicicipi). Rebusan yang diperoleh dibiarkan sampai agak dingin, kemudian disaring dengan saringan. Rebusan yang sudah disaring dibiarkan dalam panci dan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk dijajakan. 3. Jamu Sinom Manfaat, bahan penyusun, serta cara pembuatan jamu sinom tidak banyak berbeda dengan jamu kunir asam. Perbedaan hanya terletak pada tambahan bahan sinom. Bahkan, beberapa penjual tidak menambahkan sinom, tetapi dengan cara mengencerkan jamu kunir asam dengan mengurangi jumlah bahan baku yang selanjutnya ditambahkan gula secukupnya. 4. Jamu Cabe Puyang Jamu cabe puyang dikatakan oleh sebagian besar penjual jamu sebagai jamu 'pegal linu'. Artinya, untuk menghilangkan cikalen, pegal, dan linu-linu di tubuh, terutama pegal-pegal di pinggang. Namun, ada pula yang mengatakan untuk menghilangkan dan menghindarkan kesemutan, menghilangkan keluhan badan panas dingin atau demam. Seorang penjual mengatakan minuman ini baik diminum oleh ibu yang sedang hamil tua.
14 Bahan dasar jamu cabe puyang adalah cabe jamu dan puyang. Tambahan bahan baku lain dalam jamu cabe puyang sangat bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya. Bahan lain yang ditambahkan antara lain temu ireng, temulawak, jahe, kudu, adas, pulosari, kunir, merica, kedawung, keningar, buah asam, dan kunci. Sebagai pemanis digunakan gula merah dicampur gula putih dan kadangkala mereka juga mencampurkan gula buatan serta dibubuhkan sedikit garam. Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda, yaitu pertama-tama air direbus sampai mendidih dan dibiarkan sehingga dingin, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk menggunakan lumpang dan alu besi atau batu. Seluruh bahan ini kemudian diperas melalui saringan ke dalam air matang yang sudah tersedia. Selanjutnya, ramuan yang diperoleh diaduk rata kemudian dimasukkan ke dalam botol-botol. 5. Jamu Pahitan Jamu pahitan dimanfaatkan untuk berbagai masalah kesehatan. Penjual jamu memberikan jawaban yang bervariasi tentang manfaat jamu ini, namun utamanya adalah untuk gatal-gatal dan kencing manis. Penjual yang lain mengatakan manfaatnya untuk 'cuci darah', kurang nafsu makan, menghilangkan bau badan, menurunkan kolesterol, perut kembung/sebah, jerawat, pegal, dan pusing. Khusus untuk jamu pahitan, ternyata tidak semua pembuat jamu mampu meracik sendiri bahan-bahannya. Enam orang mengatakan membeli racikan jamu pahitan dan pada umumnya dibeli di tempat asalnya, yaitu dari peracik jamu di Solo. Bahan baku dasar dari jamu pahitan adalah sambiloto. Racikan pahitan sangat bervariasi, ada yang hanya terdiri dari sambiloto, tetapi ada pula yang menambahkan bahan-bahan lain yang rasanya juga pahit seperti brotowali, widoro laut, doro putih, dan babakan pule. Ada pula yang mencampurkan bahan lain seperti adas dan atau empon-empon (bahan rimpang yang dipergunakan dalam bumbu masakan). Pembuatan jamu pahitan adalah dengan merebus semua bahan ke dalam air sampai air rebusan menjadi tersisa sekitar separuhnya. Cara ini dimaksudkan agar semua zat berkhasiat yang terkandung dalam bahan dapat larut ke dalam air rebusan. Sebagai hasil akhirnya, diperoleh rebusan dengan rasa sangat pahit. Khusus jamu pahitan, tidak diberikan gula atau bahan pemanis lain. Sebagai penawar rasa pahit, konsumen minum jamu gendong lain yang mempunyai rasa manis dan segar seperti sinom atau kunir asam. 6. Jamu Kunci Suruh Jamu kunci suruh dimanfaatkan oleh wanita, terutama ibu-ibu untuk mengobati keluhan keputihan (fluor albus). Sedangkan manfaat lain yaitu untuk merapatkan bagian intim wanita (vagina), menghilangkan bau badan, mengecilkan rahim dan perut, serta dikatakan dapat menguatkan gigi.
15 Bahan baku jamu ini sesuai dengan namanya, yaitu rimpang kunci dan daun sirih. Biasanya selalu ditambahkan buah asam yang masak. Beberapa penjual jamu menambahkan bahan-bahan lain yang biasa digunakan dalam ramuan jamu keputihan atau jamu sari rapat seperti buah delima, buah pinang, kunci pepet, dan majakan. Dalam penelitian ini, ditemukan bahan lain yang ditambahkan, yaitu jambe, manis jangan, kayu legi, beluntas, dan kencur. Sebagai pemanis digunakan gula pasir, gula merah, dan dibubuhkan sedikit garam. Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu air direbus sampai mendidih sesuai dengan kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan alu besi atau batu atau diiris tipis-tipis (kunyit), diperas, disaring, dan dimasukkan ke dalam air matang yang sudah didinginkan. Selanjutnya, ditambahkan gula sesuai kebutuhan, sampai diperoleh rasa manis sesuai selera dengan cara dicicipi. Ramuan selanjutnya dimasukkan ke dalam botolbotol dan siap untuk dijajakan. 7. Jamu Kudu Laos Menurut sebagian besar penjual jamu, khasiat jamu kudu laos adalah untuk menurunkan tekanan darah. Tetapi, ada pula yang mengatakan untuk melancarkan peredaran darah, menghangatkan badan, membuat perut terasa nyaman, menambah nafsu makan, melancarkan haid, dan menyegarkan badan. Bahan baku jamu kudu laos adalah buah mengkudu masak ditambah rimpang laos dan biasanya ditambahkan buah asam masak (asam kawak). Sedangkan bahan tambahan lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah merica, bawang putih, kedawung, jeruk nipis, bahkan ada yang menambahkan tape singkong. Sebagai pemanis digunakan gula merah dan gula putih, ditambahkan sedikit garam. Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu yaitu pertama-tama air direbus sampai mendidih sejumlah sesuai kebutuhan. Bahan-bahan sesuai dengan komposisi racikan ditumbuk secara kasar menggunakan lumpang dan alu besi atau batu kemudian diperas dan disaring dimasukkan ke dalam air matang yang sudah dingin. Selanjutnya ditambahkan gula sampai diperoleh rasa manis sesuai selera (dicicipi). Ramuan selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol dan siap untuk dijajakan. 8. Jamu Uyup-uyup/Gepyokan Jamu uyup-uyup atau gepyokan adalah jamu yang digunakan untuk meningkatkan produksi air susu ibu pada ibu yang sedang menyusui. Hanya seorang penjual jamu yang mengatakan bahwa ada khasiat lain, yaitu untuk menghilangkan bau badan yang kurang sedap, baik pada ibu maupun anak dan 'mendinginkan' perut. Bahan baku jamu uyup-uyup sangat bervariasi antar pembuat jamu, namun pada umumnya selalu menggunakan bahan empon-empon yang terdiri dari
16 kencur, jahe, bangle, laos, kunir, temulawak, puyang, dan temugiring. Cara pengolahan pada umumnya tidak jauh berbeda antar penjual jamu, yaitu semua bahan dicuci bersih tanpa dikupas, selanjutnya empon-empon dirajang (diiris tipis) ditambah bahan-bahan lain dan ditumbuk kasar, lalu diperas serta disaring. Perasan dimasukkan ke dalam air matang yang sudah dingin. 2.3
Data Mandatoris
Gambar 2.5 R&W Publishing didirikan di Jakarta pada tahun 2004. Nama R&W merupakan kepanjangan dari Red and White atau merah dan putih, yang merupakan warna bendera nasional Indonesia. Dengan nama tersebut, penerbit R&W Publishing mengusung semangat untuk mempromosikan seni dan sejarah Indonesia kepada khalayak internasional pada umumnya. Buku-buku cetakan R&W Publishing juga bertekad untuk menghasilkan buku dengan tema yang berkualitas diimbangi dengan kualitas cetakan yang tinggi dan memiliki desain yang unik. R&W Publishing memiliki target yaitu para pembaca dewasa muda ke atas. Buku-buku yang sudah diterbitkan oleh R&W Publishing pun sangat beragam, mulai dari buku desain, seni, fotografi, sosial politik, alam, budaya, musik, fashion, dan lain-lain. Contoh beberapa judul buku yang telah diterbitkan oleh R&W Publishing antara lain yaitu 101 butterflies of Indonesias Lowland; After 10 Years: Friends Call Us Unkle; A walk in The Clouds; Bisikan Alam; Energi Positif: 100 Opini tokoh Indonesia Era Kepemimpinan SBY; Kamus Brand; Kopassus: Untuk Indonesia; Yuni Jie: Contemporary Urban Living; dan lain-lain. R&W Publishing Jalan Merpati Raya no. 45 Jakarta 18270 Indonesia Tel +62 21 8306819 Fax +62 21 8290612 2.4
Data Target a. Demografi Gender Usia
Kewarganegaraan Pekerjaan Kelas sosial
: Pria dan Wanita : 1. 25 - 35 tahun 2. di atas 35 tahun 3. 18 - 24 tahun : Indonesia : Mahasiswa, Karyawan, Wiraswasta, Pemerhati budaya :A-B
17
b. Geografi Domisili Wilayah
c. Psikografi Kepribadian Minat
2.5
: Wilayah perkotaan : Kota-kota besar di Indonesia, terutama DKI Jakarta dan sekitarnya
: Terbuka, aktif, penyuka hal-hal yang unik : Membaca, budaya, hal-hal tradisional, memperhatikan kesehatan, tertarik dengan jamu tradisional
Kompetitor
Gambar 2.6 2.5.1 Obat-obatan dan Multivitamin Kimia Modern Belakangan ini, banyak dijual makanan tambahan atau food suplemen dan multivitamin. Bentuk dan jenisnya juga beragam. Ada yang berbentuk pil, cair, dan tablet. Sedang fungsinya sangat beragam, sesuai zat penyusun di dalamnya.
Gambar 2.7
18
2.5.2 Jamu Modern yang Dibuat Lebih Praktis Masyarakat modern sekarang banyak yang lebih memilih jamu berbentuk kapsul atau kaplet karena menurut mereka jamu yang berbentuk kapsul dan kaplet lebih praktis, dapat diminum kapan saja, serta lebih higienis.
2.6 S.W.O.T Strenght (kekuatan) Buku ini dilengkapi dengan sketsa visual serta desain cover yang unik dan tidak biasa, • Konsep buku ini dirancang sangat tradisional dan sangat kental dengan budaya jamu yang diwariskan turun-temurun. •
Weakness (kelemahan) Belum ada yang tertarik membuat buku yang membahas mengenai jamu gendong secara lengkap, • Produsen jamu tradisional belum mencapai golongan atas, akibatnya apresiasi masyarakat masa kini terhadap minuman jamu, terutama jamu gendong, menjadi rendah, • Keberadaan penjaja jamu gendong yang mulai pudar di masyarakat. •
• • • •
Opportunity (peluang) Banyak munculnya anak-anak muda yang mulai mengapresiasi budaya dan tradisi lokal, Indonesia merupakan negara yang kaya akan rempah-rempah dan herbal yang berguna untuk penyembuhan maupun pencegahan penyakit, Masih sedikitnya buku yang membahas tentang jamu, buku-buku tentang jamu yang beredar di pasaran pun masih kurang menarik bagi pembaca karena tidak didukung dengan visual dan desain yang menarik, Tingginya tingkat membaca konsumen (berdasarkan hasil suvei).
Threat (ancaman) • Anggapan negatif serta rumor-rumor yang berkembang di masyarakat bahwa jamu itu berbahaya untuk kesehatan, • Masyarakat mempertanyakan tingkat kehigienisan dari jamu gendong, • Masyarakat lebih memilih sesuatu yang praktis seperti jamu bungkusan, vitamin, suplemen makanan, atau obat dokter.