BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.
Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 250 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,49% per tahun (Melisa, 2013). Bertambahnya jumlah penduduk tersebut disebabkan masih tingginya tingkat fertilitas. Berdasarkan data proyeksi penduduk Indonesia yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), proyeksi penduduk Indonesia hingga tahun 2035 diperkirakan akan mencapai 305 juta jiwa. Tabel 1.1: Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035
No.
Tahun
1 2 3 4 5 6
2010 2015 2020 2025 2030 2035
Jumlah Penduduk (dalam ribuan) 238.518,8 jiwa 255.461,7 jiwa 271.066,4 jiwa 284.829,0 jiwa 296.405,1 jiwa 305.652,4 jiwa
Sumber: Bappenas & BPS, 2013
1
Selain karena faktor bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, faktor lain yang menyebabkan bertambahnya konsumsi listrik di Indonesia adalah meningkatnya
pertumbuhan
ekonomi
yang
menyebabkan
meningkatnya
pertumbuhan industri dan perkembangan teknologi dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan manusia, seperti penggunaan gadget, komputer, pendingin ruangan, dan lainnya yang memerlukan energi listrik. Semakin meningkatnya pertumbuhan konsumsi listrik di Indonesia sebenarnya dapat menjadi suatu indikator yang menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia semakin membaik, namun pertumbuhan industri dan perkembangan teknologi yang semakin maju dan modern berdampak pada semakin tingginya ketergantungan pada listrik yang berdampak pada meningkatnya konsumsi listrik di Indonesia. PT PLN (Persero) mengatakan bahwa pertumbuhan konsumsi listrik selama Januari hingga Februari 2014 rata-rata sebesar 9%. Bahkan di Indonesia bagian timur dalam dua bulan pertama pada tahun 2013, konsumsi listrik telah tumbuh sebesar 14%. Sementara di Jawa-Bali konsumsi listrik tumbuh sebesar 8,2%, dan di Sumatera tumbuh sebesar 9,6% (Telaumbanua, 2014). Pada tahun 2010 hingga tahun 2019, kebutuhan listrik di Indonesia diperkirakan akan mencapai hingga 55.000 Megawatt (MW), sehingga penyediaan listrik nasional perlu untuk lebih ditingkatkan lagi (Adhi, 2011). Hingga saat ini, sumber utama pembangkit listrik di Indonesia masih mengutamakan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM). BBM merupakan sumber energi yang berasal dari olahan minyak bumi, yaitu berasal dari sumber energi fosil. Bersama dengan batu bara dan gas alam, minyak bumi merupakan
2
bahan dasar energi yang tidak terbarukan, yaitu bahan dasar energi yang diperoleh dari sumber daya alam yang waktu pembentukannya membutuhkan waktu hingga jutaan tahun lamanya. Selain waktu pembentukannya yang sangat lama, cara terbentuknya lingkungan tempat terkumpulnya bahan dasar energi ini tergantung dari proses dan keadaan geologi saat itu. Dengan laju produksinya seperti saat ini serta diasumsikan tidak ada penemuan ladang minyak bumi baru, maka cadangan minyak bumi diperkirakan akan habis dalam 12 tahun ke depan (FKDPM, 2013). Penggunaan yang amat besar pada energi fosil ini juga mengancam kesehatan keuangan negara. Hal ini dapat dilihat dari besarnya subsidi listrik dalam APBN yang begitu besar, di mana ini dapat mengorbankan programprogram pembangunan yang semestinya menjadi prioritas, seperti pembangunan infrastruktur dan subsidi di bidang pendidikan dan kesehatan di Indonesia. Dalam APBN-P 2014, besarannya anggaran subsidi listrik yaitu sebesar Rp 103,81 triliun. Sebaliknya, anggaran belanja modal untuk pembangunan infrastruktur yang sangat dibutuhkan negara Indonesia hanya sebesar 8,2% dari total belanja negara tersebut (Saputro, 2014). Atas dasar dari beberapa alasan tersebut, maka pemerintah Indonesia perlu untuk memanfaatkan potensi sumber daya energi alternatif yang terbarukan yang tersimpan sangat banyak di alam Indonesia. Salah satu sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Indonesia adalah panas bumi. Panas bumi di Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sumber energi, khususnya untuk pembangkit listrik. Menurut Badan Geologi Indonesia, potensi sumber panas bumi di Indonesia tersebar di 276 titik dengan total potensi sebesar
3
29.038 MW atau 40% dari potensi panas bumi di dunia. Namun baru sebagian kecil saja dari total potensi tersebut yang sudah dimanfaatkan dengan baik, yaitu sebesar 1.341 MW atau sekitar 4% dari total potensi tersebut (ESDM, 2011). Tabel 1.2: Potensi Sumber Daya Energi di Indonesia
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Energi Geothermal Hydro Biomass Solar Wind Ocean Oil Natural Gas Coal
Sumber 29.164 MW 75.000 MW 49.810 MW 4,8 kWh/m2/hari 3-6 m/s 49 GW 7.408 miliar barel 150 TCF 161 miliar ton
Produksi 1.341 MW 6.848 MW 1.644 MW 22,45 MW 1.87 MW 0,01 MW 0,314 miliar barel 2,98 TCF 0,317 miliar ton
Sumber: ESDM, 2013
Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merilis dokumen Indonesia Energy Outlook 2013 yang di dalamnya menguatkan fakta mengenai potensi tersebut, bahwa panas bumi merupakan sumber energi terbarukan yang paling besar, yaitu sebesar 29.164 MW atau 49% dari total sumber daya energi terbarukan di Indonesia pada tahun 2012, dan berpotensi untuk dapat mengurangi penggunaan energi fosil di dalam bauran energi pembangkit listrik di masa depan. Perusahaan XYZ merupakan salah satu perusahaan dari beberapa perusahaan di Indonesia yang bergerak dalam bidang pengelolaan panas bumi di Indonesia. Perusahaan XYZ mempersiapkan Proyek ABC, sebagai salah satu proyek pembangunan pembangkit listrik dengan memanfaatkan potensi panas bumi. Proyek ini memiliki tujuan utama, yaitu dapat menyediakan energi
4
alternatif untuk memenuhi kebutuhan listrik yang belum dapat dipenuhi oleh PLN dikarenakan
kurangnya
persediaan
listrik
di
wilayah
Indonesia,
serta
meningkatnya kebutuhan listrik dari tahun ke tahun di daerah sekitar proyek tersebut diadakan. Perusahaan XYZ akan memenuhi pasokan listrik PLN yang selama ini dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan energi panas bumi, sehingga usaha tersebut akan menjadi suatu hal yang sangat membantu pemerintah Indonesia dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional, dan penggunaan energi panas bumi sebagai pembangkit listrik akan berdampak sangat baik untuk lingkungan alam karena panas bumi merupakan sumber energi terbarukan yang terkandung di dalam bumi yang memiliki emisi karbon serta limbah yang sangat rendah jika dibandingkan dengan sumber energi dari bahan bakar fosil.
1.2.
Rumusan Masalah Melihat kondisi yang dihadapi pada besarnya konsumsi listrik di Indonesia
yang semakin lama semakin meningkat, pemerintah Indonesia sebagai regulator perlu untuk meningkatkan persediaan listrik nasional, salah satunya dengan memanfaatkan potensi panas bumi yang sangat banyak di Indonesia untuk dijadikan sumber energi. Kenyataannya, baru sebagian kecil saja dari potensi tersebut yang sudah dimanfaatkan dengan baik.
5
Beberapa proyek perlu diadakan untuk memanfaatkan potensi panas bumi sebagai sumber energi baru, khususnya sebagai pembangkit listrik alternatif. Namun demikian, pengadaan proyek pembangunan pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi panas bumi tidaklah akan berjalan dengan mudah. Terdapat beberapa permasalahan dalam memanfaatkan panas bumi tersebut, seperti besarnya nilai investasi yang harus dikeluarkan, dan potensi risiko kerugian yang cukup besar. Hal ini menjadi suatu tantangan bagi perusahaan-perusahaan yang diamanatkan untuk mengelola serta mengembangkan energi panas bumi untuk menghasilkan energi listrik di Indonesia, khususnya bagi Perusahaan XYZ sebagai salah satu pengelola pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia. Menurut perhitungan yang dilakukan Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API), setidaknya dibutuhkan biaya hingga sebesar US$ 14 miliar untuk dapat membangkitkan tenaga listrik sebesar 10.000 MW. Salah satu solusi dari tantangan yang dihadapi tersebut tentunya dapat melakukan kerja sama dengan sejumlah lembaga pendanaan atau mengandalkan kepemilikan asing dalam pengelolaan panas bumi (Wahyudi, 2013). Pengelolaan panas bumi yang memerlukan biaya sangat besar dan juga memiliki risiko yang cukup tinggi tersebut perlu untuk dianalisis dari sisi manajemen keuangan, agar menjadi suatu dasar pertimbangan dalam menentukan strategi dan langkah-langkah alternatif untuk menghadapi kondisi-kondisi yang mungkin terjadi. Atas dasar dari permasalahan tersebut, perlu dilakukan analisis sensitivitas perubahan suatu variabel, dan skenario kondisi yang mungkin terjadi dari perubahan beberapa variabel terhadap nilai keekonomian proyek dalam
6
memperhitungkan perkiraan kondisi yang digunakan proyek dalam pengelolaan panas bumi di Indonesia yang dipandang dari sisi manajemen keuangan. Salah satu proyek pembangunan pembangkit listrik yang perlu untuk dianalisis yaitu Proyek ABC yang dipersiapkan oleh Perusahaan XYZ, sebagai salah satu proyek pembangunan pembangkit listrik dari energi panas bumi di Indonesia yang diadakan dengan tujuan untuk menyediakan energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan listrik yang belum dapat dipenuhi oleh PLN karena kurangnya persediaan listrik di wilayah Indonesia, serta meningkatnya kebutuhan listrik dari tahun ke tahun di daerah sekitar proyek tersebut diadakan.
1.3.
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka
pertanyaan dari penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana sensitivitas perubahan suatu variabel pada Proyek ABC di Perusahaan XYZ terhadap nilai keekonomian proyek?
2.
Bagaimana skenario dalam memperhitungkan perkiraan kondisi yang mungkin terjadi dari perubahan beberapa variabel pada Proyek ABC di Perusahaan XYZ terhadap nilai keekonomian proyek?
3.
Bagaimana distribusi probabilitas nilai keekonomian pada Proyek ABC di Perusahaan XYZ dengan menggunakan metode simulasi Monte Carlo?
7
1.4.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan
dari penelitian ini adalah: 1.
Melakukan analisis sensitivitas perubahan suatu variabel pada Proyek ABC di Perusahaan XYZ terhadap nilai keekonomian proyek.
2.
Melakukan analisis skenario dalam memperhitungkan perkiraan kondisi yang mungkin terjadi dari perubahan beberapa variabel pada Proyek ABC di Perusahaan XYZ terhadap nilai keekonomian proyek.
3.
Melakukan analisis distribusi probabilitas nilai keekonomian pada Proyek ABC di Perusahaan XYZ dengan menggunakan metode simulasi Monte Carlo.
1.5.
Batasan Penelitian Penelitian ini memiliki batasan yang ditetapkan sebagai panduan agar
masalah serta pembahasan tetap fokus pada permasalahan yang diangkat menjadi topik dalam penelitian ini. Batasan dari penelitian ini adalah: 1.
Penelitian ini merupakan studi kasus yang hanya melakukan perhitungan dan pembahasan mengenai analisis sensitivitas dan analisis skenario, serta analisis distribusi probabilitas pada Proyek ABC sebagai salah satu proyek pembangunan pembangkit listrik yang berasal dari energi panas bumi oleh Perusahaan XYZ.
8
2.
Penelitian ini menggunakan metode analisis sensitivitas untuk menganalisis perubahan suatu variabel dan analisis skenario dalam memperhitungkan perkiraan kondisi yang mungkin terjadi dari perubahan beberapa variabel pada proyek terhadap nilai keekonomian proyek, serta menggunakan metode simulasi Monte Carlo untuk menganalisis distribusi probabilitas nilai keekonomian Proyek ABC di Perusahaan XYZ.
1.6.
Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan beberapa
manfaat kepada beberapa pihak. Beberapa manfaat tersebut adalah: 1.
Penelitian ini memberikan informasi mengenai energi panas bumi, seperti
pengertiannya
secara
terperinci,
sistem
terbentuknya,
pemanfaatannya, kegiatan operasional dan pembiayaan dalam pengelolaannya, serta kelebihannya dibandingkan jenis energi lain. 2.
Penelitian ini memberikan informasi mengenai penerapan beberapa metode analisis dalam manajemen keuangan, seperti penggunaan analisis penganggaran modal, analisis sensitivitas, analisis skenario, dan simulasi Monte Carlo pada suatu proyek pembangunan pembangkit listrik energi panas bumi.
3.
Penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran bagi dunia akademis, serta menjadi inspirasi bagi penelitian selanjutnya untuk membahas
9
lebih dalam mengenai proyek pembangunan pembangkit listrik energi panas bumi.
1.7.
Sistematika Penulisan Penulisan dalam penelitian ini ditulis dengan sistematika penulisan yang
terdiri dari lima bab, yaitu: 1.
Bab 1 – Pendahuluan: Pada bab ini dijelaskan mengenai konsep dasar dari penulisan ini yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penulisan.
2.
Bab 2 – Landasan Teori: Pada bab ini dijabarkan teori-teori dasar yang digunakan yang terkait dengan penelitian ini, dan metodemetode yang digunakan untuk melakukan analisis pada bab 4.
3.
Bab 3 – Metode Penelitian: Pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, seperti jenis penelitian, jenis dan sumber data, variabel dan definisi operasional, metode analisis data, dan langkah-langkah penelitian.
4.
Bab 4 – Hasil Penelitian dan Pembahasan: Pada bab ini dijelaskan mengenai ruang lingkup, serta menjelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan dari analisis yang telah dilakukan terhadap permasalahan
yang
dikaitkan
dengan
dasar-dasar
teori
dan
menggunakan metode-metode analisis pada bab 2.
10
5.
Bab 5 – Kesimpulan dan Saran: Pada bab ini disimpulkan hasil akhir dari analisis yang telah dilakukan. Selain itu, pada bab ini juga dijelaskan mengenai keterbatasan dari penulis dalam melaksanakan penelitian, dan saran-saran sebagai masukan kepada pihak-pihak yang terkait pada permasalahan dalam penelitian ini.
11