BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri pada saat ini di Indonesia semakin meningkat seiring dengan datangnya era globalisasi. Dimana perkembangan industri ini secara langsung akan mempengaruhi peningkatan dalam persaingan antar perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang industri sehingga persaingan antar perusahaan akan menjadi sangat ketat. Sebagai dampak dari persaingan antar perusahaan-perusahaan tersebut, maka masing-masing perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pabrik agar perusahaan tersebut tidak ”tertelan” oleh perusahaan yang lebih kuat. Dan salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pabrik adalah antara lain dengan cara mengatur tata letak pabrik sehingga proses industri akan menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam proses membuat tata letak pabrik secara manual seringkali terhambat oleh karena masalah waktu dalam membuat dan menggambar tata letak secara manual, namun dengan adanya perkembangan di bidang teknologi terutama teknologi informasi, maka sekarang ini banyak dikembangkan program-program berdasarkan teknologi informasi yang dapat membantu perusahaan-perusahaan dalam menghadapi masalahmasalah yang berkaitan dengan tata letak pabrik. Program-program yang dapat membantu memecahkan masalah tata letak pabrik tersebut lebih dikenal dengan nama Computerized Layout Planning. Dimana Computerized Layout Planning berfokus pada bagaimana cara dari sebuah komputer untuk membantu dalam proses perancangan tata
2 letak. Beberapa contoh program klasik dari Computerized Layout Planning adalah antara lain : CRAFT, COFAD, CORELAP, dan PLANET ; sedangkan beberapa contoh program yang lebih baru dari Computerized Layout Planning adalah antara lain : M-CRAFT, LayOpt / LAO / LaOpt , dan FactoryPlan. Masing-masing Computerized Layout Planning tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing antara yang satu dengan yang lain. PT. Royalindo Engraftama merupakan suatu perusahaan pembuat silinder cetakan plastik ( rotogravure ). Perusahaan ini memiliki sifat job order. Perusahaan membuat sendiri silinder cetakan plastik mulai dari awal yaitu mulai dari bahan bakunya yang berupa pipa-pipa besi yang berukuran besar dan panjang sampai dengan menjadi silinder-silinder yang sudah dilapisi dengan tembaga dan berwarna kuning keemasan. Silinder-silinder yang telah dilapisi dengan tembaga ini kemudian diletakkan di ruang buffering ,yang memiliki pendingin udara, untuk didinginkan. Silinder yang telah dingin dan sudah siap untuk digrafir ini nantinya akan disebut produk setengah jadi. Besar kecilnya ukuran silinder yang akan diproduksi mempengaruhi besar kecilnya gambar yang nantinya akan dicetak di plastik. Sedangkan banyaknya silinder dipengaruhi oleh banyaknya jenis warna pada gambar yang nantinya akan dicetak pada kantong plastik. Tahap berikutnya silinder-silinder yang telah dilapisi dengan tembaga, nantinya akan digrafir dengan sebuah mesin berdasarkan dengan pesanan yang diinginkan oleh pelanggan. Contohnya apabila pelanggan menginginkan gambar elang, maka nanti silinder yang telah dilapisi dengan tembaga akan diambil dari ruang buffering dan akan digrafir dengan gambar elang.
3 1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah Dalam PT. Royalindo Engraftama, yang menjadi perhatian utama adalah masalah mengenai tata letak pabrik yang pada saat ini dinilai kurang efektif dan efisien. Tata letak yang kurang efektif dan efisien tersebut dapat dilihat dari beberapa hal antara lain dari letak departemen platting yang terletak berjauhan dengan departemen bubut dan departemen engravure sehingga seringkali terlihat banyaknya pegawai bagian produksi yang hilir-mudik untuk mengurus satu buah silinder saja. Selain itu juga letak tempat parkir kantor yang digabungkan dengan letak parkir bongkar muat bahan baku akan meyulitkan apabila pegawai sedang membongkar bahan baku. Pengaturan produk setengah jadi di dalam ruang buffering yang tidak tersusun dengan rapi. Dan masih banyak hal-hal lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang menunjukkan bahwa perencanaan tata letak pabrik dari perusahaan ini kurang baik. Adanya beberapa metode dalam menghasilkan, memperbaiki dan mengevaluasi tata letak,dimana masing-masing metode memiliki kekurangan dan kelebihan masingmasing. Dalam metode evaluasi CRAFT, digunakan metode evaluasi yang dikenal dengan nama distance-based scoring. Namun metode evaluasi ini tidak menghitung keterkaitan antar departemen pada tata letak, sehingga dikembangkan metode evaluasi yang bernama adjacency-based scoring. Namun apakah suatu tata letak yang memiliki nilai yang baik berdasarkan metode evaluasi distance-based scoring juga akan memiliki nilai yang baik dari metode evaluasi adjacency-based scoring? Dan demikian pula sebaliknya, apakah suatu tata letak yang memiliki nilai yang baik dari metode evaluasi adjacency-based scoring juga akan memiliki nilai yang baik berdasarkan metode evaluasi distance-based scoring?
4 Pada saat ini di Indonesia, metode-metode pembuatan, perbaikan serta evaluasi tata letak tidak dikenal luas. Hal ini mungkin karena diakibatkan oleh kurangnya perhatian yang diberikan tentang masalah tata letak. Padahal sudah dibahas sebelumnya bahwa computerized layout planning sangat membantu dalam menyelesaikan masalah tata letak. Oleh karena itu perumusan masalah dalam skripsi ini adalah mengembangkan aplikasi yang mampu dan dapat menggunakan metode pembuatan tata letak ALDEP, metode perbaikan CRAFT serta metode evaluasi distance-based scoring dan adjacencybased scoring, sehingga dapat membantu user untuk mengambil keputusan mengenai masalah tata letak dalam waktu singkat berdasarkan 2 metode evaluasi dan memperkenalkan computerized layout planning di Indonesia khususnya. Perumusan masalah dalam skripsi ini adalah menganalisa dan membandingkan tata letak pabrik PT. Royalindo Engraftama dengan menggunakan dua macam program dari Computerized Layout Planning yaitu metode perbaikan CRAFT dan metode pembuatan tata letak ALDEP. Dan juga akan membahas mengenai keunggulan dan kekurangan dari tata letak masing-masing metode. Serta akan meneliti perbaikan yang dapat dilakukan oleh metode perbaikan CRAFT terhadap hasil dari metode pembuatan tata letak dari ALDEP. Skripsi ini juga akan menentukan tata letak terbaik untuk digunakan oleh PT. Royalindo Engraftama berdasarkan 2 metode evaluasi yaitu distance-based scoring dan adjacency-based scoring dan melihat apakah suatu tata letak yang memiliki nilai yang baik berdasarkan metode evaluasi distance-based scoring juga akan memiliki nilai yang baik dari metode evaluasi adjacency-based scoring. Dan demikian pula sebaliknya, untuk melihat apakah suatu tata letak yang memiliki nilai yang baik dari metode evaluasi adjacency-based scoring juga akan memiliki nilai yang baik berdasarkan metode evaluasi distance-based scoring.
5 1.3. Ruang Lingkup Masalah •
Tata letak dipertimbangkan dengan memperhatikan urutan dari tiap departemen.
•
Ukuran mesin dan perlengkapan kantor tidak berubah dan sesuai dengan yang dimiliki oleh PT. Royalindo Engraftama pada saat ini.
•
Waktu-waktu yang dipergunakan dalam pembuatan OPC merupakan hasil wawancara dari masing-masing operator karena penulis tidak mendapatkan ijin untuk menghitung waktu masing-masing proses.
•
Tata letak disajikan tidak dalam bentuk template, melainkan dalam bentuk diagram block layout.
•
Dalam skripsi ini tidak dibahas mengenai masalah uji kelayakan, biaya yang harus dikeluarkan apabila perusahaan menerapkan tata letak usulan.
•
Pembuatan tata letak manual akan dilakukan dengan menggunakan Microsoft Visio 2003.
•
Untuk perhitungan jarak dari satu departemen ke departemen lainnya akan menggunakan jarak dari titik berat departemen yang satu ke titik berat departemen lainnya.
•
Perbaikan tata letak saat ini dengan menggunakan metode CRAFT dibatasi hanya sampai iterasi ketujuh.
•
Penulis hanya menggunakan dua hasil tata letak dari metode pembuatan tata letak dari ALDEP.
•
Perbaikan oleh metode CRAFT hanya dilakukan terhadap tata letak awal dan tata letak hasil dari ALDEP.
6 •
Perbaikan tata letak pertama hasil dari ALDEP dengan menggunakan metode CRAFT dibatasi hanya sampai iterasi kelima.
•
Perbaikan tata letak kedua hasil dari ALDEP dengan menggunakan metode CRAFT dibatasi hanya sampai iterasi kelima.
•
Koordinat titik berat untuk departemen yang ditukar dalam setiap iterasi yang dilakukan dalam metode CRAFT , akan dihitung ulang dan tidak ditukar sesuai dengan metode evaluasi CRAFT yang dikenal sampai dengan saat ini. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan kekurangan dari metode CRAFT yang asli.
•
Semua evaluasi tata letak menggunakan metode evaluasi dari CRAFT dengan berdasarkan jarak antar titik berat dan biaya material handling ( distance based scoring ) . Sedangkan metode evaluasi adjacency-based scoring , dipergunakan hanya pada tata letak awal, tata letak awal yang diperbaiki dengan metode perbaikan CRAFT iterasi kelima, tata letak ALDEP 1, tata letak ALDEP 2, tata letak perbaikan ALDEP 1 iterasi kelima, tata letak perbaikan ALDEP 2 iterasi keempat.
•
Skripsi ini tidak membahas modul analisa sensitivitas yang dimiliki oleh ALDEP ataupun CRAFT.
•
Decision Support System yang dirancang tidak menggunakan knowledge management.
•
Decision Support System yang dirancang hanya menampilkan 10 tata letak terbaik berdasarkan masing-masing metode evaluasi distance-based scoring dan adjacency-based scoring.
7 •
Decision Support System yang dirancang menggunakan State Transition Diagram yang berbasiskan kepada interface dari sistem.
•
Pembuatan spesifikasi proses didasarkan kepada hubungan antara user dengan sistem.
1.4. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dan manfaat dari skripsi ini adalah antara lain : •
Menentukan tata letak terbaik berdasarkan biaya material handling terkecil untuk PT.
Royalindo
Engraftama
dengan
menggunakan
metode
klasik
dari
computerized layout planning seperti CRAFT dan ALDEP. •
Meneliti perbaikan yang dapat dilakukan oleh metode perbaikan CRAFT terhadap tata letak awal dan tata letak hasil dari ALDEP berdasarkan metode distance-based scoring.
•
Membandingkan hasil tata letak dari masing-masing metode ALDEP dan CRAFT berdasarkan metode evaluasi distance-based scoring dan adjacencybased scoring.
•
Menentukan apakah suatu tata letak yang memiliki nilai yang baik berdasarkan metode evaluasi distance-based scoring juga akan memiliki nilai yang baik dari metode evaluasi adjacency-based scoring. Dan demikian pula sebaliknya, apakah suatu tata letak yang memiliki nilai yang baik dari metode evaluasi adjacency-based scoring juga akan memiliki nilai yang baik berdasarkan metode evaluasi distance-based scoring.
•
Menentukan kelemahan dari metode CRAFT dan ALDEP.
8 •
Melakukan perbaikan terhadap metode CRAFT dalam cara perhitungan ulang koordinat titik berat.
•
Merancang suatu decision support system yang berbasis pada metode ALDEP dan CRAFT serta metode evaluasi distance-based scoring dan adjacency-based scoring.
1.5.
Gambaran Umum Perusahaan
1.5.1. Latar Belakang Perusahaan PT. Royalindo Engraftama berdiri pada tanggal 19 Juni 1996 oleh Bapak Yahya dan Bapak Ir. Taufik. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Bitung Raya, Kampung Bulakan, Cikupa, Tanggerang dengan luas tanah secara keseluruhan sekitar 8000 m2 dengan perincian sebagai berikut ini : luas bangunan beserta lantai produksi sekitar 5000 m2, luas tempat penyimpanan bahan baku sekitar 2000 m2 dan sisanya dipergunakan untuk lahan parkir, kebun sayur,dan tempat pengolahan limbah. Perusahaan ini bergerak dalam bidang pembuatan silinder cetak ( rotogravure ). Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Yahya dan Bapak Ir. Taufik karena perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan rotogravure ini sangat sedikit sekali di Indonesia dan dapat dikatakan sangat langka. Sehingga peluang pangsa pasarnya masih sangat terbuka lebar di Indonesia. Berdasarkan keterangan yang penulis peroleh dari Bapak Taufik, hanya ada lima perusahaan sejenis yang bergerak di bidang ini di seluruh Indonesia. Pada saat ini jabatan direktur utama PT. Royalindo Engraftama dijabat oleh Bapak Yahya dan jabatan manager dijabat oleh Bapak Ir. Taufik. Bentuk perusahaan PT. Royalindo Engraftama merupakan Perseroan Terbatas Tertutup. Dimana kepemilikan saham perusahaan ini terbatas hanya untuk keluarga para pendiri perusahaan ini.
9 Perusahaan yang bergerak di bidang rotogravure di Indonesia masih sangat langka, hal ini disebabkan karena beberapa hal yaitu antara lain : penanaman modal investasi yang sangat besar dan juga bahan bakunya, yang berupa pipa-pipa besi yang berukuran sangat besar dan panjang, masih harus diimpor dari Cina. Penanaman modal investasi yang sangat besar tersebut dapat penulis lihat dari mahalnya mesin-mesin yang dipergunakan oleh PT. Royalindo Engraftama, dimana mesin-mesin tersebut hampir seluruhnya diimpor dari Jerman dan Cina. Contohnya seperti mesin grafir yang harus diimpor dari Jerman dengan harga kurang lebih sekitar dua milyar rupiah per mesin. PT. Royalindo Engraftama pada awal berdirinya hanya memiliki sekitar kurang lebih 75 karyawan secara keseluruhan dan hanya memiliki 5 mesin bubut, 2 mesin gerinda, 1 mesin potong, 1 mesin polishing, 1 mesin grafir ,
2 mesin
platting tembaga,5 mesin platting nikel dan 2 mesin platting chrome. Sedangkan pada saat ini perusahaan ini sudah mulai berkembang dan memiliki kurang lebih sekitar 100 orang karyawan dan mesin-mesinnya juga bertambah menjadi 9 mesin bubut, 3 mesin gerinda, 1 mesin potong, 1 mesin polishing, 2 mesin grafir, 6 mesin platting tembaga, 3 mesin platting chrome dan 2 mesin platting nikel. Untuk proses pengendalian kualitas, PT. Royalindo Engraftama melakukan proses pengendalian kualitas yang dapat dikatakan sangat ketat. Hal ini dapat dilihat dari proses pengendalian kualitas yang meliputi dua tahapan. Dua tahapan itu adalah : •
Proses pengendalian kualitas dalam pembuatan desain. Setelah bagian desain telah selesai membuat desain dalam bentuk template, maka template tersebut akan dikirimkan kembali ke pihak
10 konsumen untuk disetujui oleh pihak konsumen. Setelah disetujui oleh pihak konsumen maka pihak perusahaan akan langsung menggrafir silinder berdasarkan pesanan pelanggan. •
Proses pengendalian kualitas dalam produk jadi ( rotogravure ). Setelah silinder selesai digrafir sesuai dengan pesanan pihak konsumen, maka rotogravure tersebut akan diuji pada mesin cetak plastik yang tersedia di dalam ruang pengendalian kualitas. Apabila plastik yang tercetak telah sesuai dengan template dari bagian desain yang telah disetujui oleh pihak konsumen. maka rotogravure tersebut dapat dikatakan telah ”layak” dan siap untuk diantarkan kepada pihak konsumen.
PT. Royalindo Engraftama juga dapat dikatakan sangat peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal ini dapat dilihat dari adanya tempat pengolahan limbah cair, dimana limbah cair, yang dihasilkan dari proses platting dan proses pengendalian kualitas, akan dinetralkan terlebih dahulu sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Limbah cair yang telah melalui tempat pengolahan limbah cair akan berubah menjadi air biasa yang dipergunakan oleh Bapak Ir. Taufik untuk memelihara ikan di kolam yang terletak di samping pabrik sedangkan hasil endapan dari pengolahan limbah cair tersebut akan dijual ke industri batu bata. Sedangkan limbah padat hasil dari pemotongan, pembubutan dan sebagainya akan disimpan dan dijual kepada industri kecil untuk digunakan dalam membuat perlengkapan cuci piring yang biasanya dikenal dengan nama ”sambuk” ( Lihat gambar 1.1 ).
11
Gambar 1.1. Limbah padat atau sambuk 1.5.2. Produk Perusahaan Produk jadi yang dihasilkan oleh PT. Royalindo Engraftama merupakan rotogravure ( silinder cetak ). Gambar produk jadi ini dapat dilihat pada gambar 1.2. Sedangkan produk setengah jadi yang dihasilkan oleh PT. Royalindo Engraftama adalah silinder yang belum digrafir namun telah dilapisi oleh tembaga. Gambar produk setengah jadi ini dapat dilihat pada gambar 1.3. Produk-produk setengah jadi yang dihasilkan oleh PT. Royalindo Engraftama hanya memiliki variasi produk dalam ukuran keliling silinder, sedangkan untuk ukuran panjang silindernya sendiri tidak memiliki variasi. Semua silinder yang diproduksi mempunyai panjang satu meter. Sedangkan lima variasi ukuran keliling silinder yang diproduksi adalah 400 mm, 500 mm, 600 mm, 700 mm, dan 800 mm.
12
Gambar 1.2. Rotogravure
Gambar 1.3. Proses buffering
13 1.5.3. Struktur Organisasi Struktur Organisasi dari PT. Royalindo Engraftama dapat dilihat pada gambar 1.4 berikut ini :
Gambar 1.4. Struktur organisasi Berikut ini penulis akan membahas dan menjelaskan tentang tugas-tugas dan wewenang dari struktur organisasi pada PT. Royalindo Engraftama : 1) Dewan Komisaris Dewan komisaris merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam PT. Royalindo Engraftama. Beberapa tugas dan wewenang dari dewan komisaris antara lain : •
Mengangkat dan memberhentikan direktur utama.
•
Melakukan pengawasan dari kinerja perusahaan.
14 •
Mengambil keputusan-keputusang penting yang menyangkut masa depan perusahaan secara keseluruhan ( misalnya : merger dengan perusahaan lain dan sebagainya ).
•
Memberikan arahan kepada pihak manajemen perusahaan baik secara lisan ataupun tulisan sehingga kinerja perusahaan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
2) Direktur Utama Direktur utama yang saat ini dijabat oleh Pak Yahya merupakan orang yang ditunjuk oleh dewan komisaris untuk memimpin perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnis sehari-harinya. Beberapa tugas dan wewenang dari direktur utama antara lain : •
Mengambil keputusan-keputusan dalam menjalankan proses bisnis perusahaan sehari-hari.
•
Membuat rencana anggaran perusahaan dalam periode tertentu.
•
Mengolah informasi dan data-data dari laporan manajer sehingga dapat mengambil keputusan dan strategi bisnis yang baik bagi perusahaan.
•
Mengawasi jalannya perusahaan secara global dalam proses bisnis sehari-hari.
3) Bagian Pembelian
15 Bagian pembelian terdiri dari manajer pembelian dan staff pembelian. Manajer pembelian membawahi beberapa staff pembelian. Beberapa tugas dari manajer pembelian adalah antara lain : •
Membuat laporan pembelian untuk direktur utama.
•
Menseleksi suplier bahan baku yang terbaik untuk perusahaan ( baik dalam segi kualitas bahan baku maupun harga ).
•
Membeli bahan baku dari suplier dengan berkoordinasi dengan manajer bagian produksi dan personalia beserta manajer bagian akuntansi dan keuangan.
•
Bertanggung jawab atas kinerja dari staff pembelian.
Sedangkan beberapa tugas dari staff pembelian antara lain : •
Mengawasi kualitas bahan baku yang dipesan agar sesuai dengan standar quality control perusahaan.
•
Melakukan pembelian bahan baku dengan cara berhubungan langsung dengan pihak suplier.
•
Membuat laporan pembelian bahan baku dalam periode tertentu beserta harganya untuk diserahkan kepada manajer pembelian. Dimana laporan ini nantinya akan dikoordinasikan dengan bagian keuangan untuk mengurus pembayarannya.
4) Bagian Pemasaran Bagian pemasaran terdiri dari manajer pemasaran, staff pemasaran dan staff penjualan. Manajer pemasaran membawahi
16 beberapa staff penjualan dan beberapa staff pemasaran. Beberapa tugas dari manajer pemasaran adalah : •
Membuat laporan pemasaran dan penjualan untuk direktur utama.
•
Bertanggung jawab atas kinerja staff pemasaran dan penjualan.
•
Menerima dan memeriksa laporan pemasaran maupun laporan penjualan dari staff.
•
Merencanakan,
menganalisa,dan
mengevaluasi
program
pemasaran dan penjualan untuk periode tertentu. Sedangkan beberapa tugas dari staff pemasaran antara lain : •
Memperluas jaringan pemasaran dengan cara melakukan promosi mengenai produk dan perusahaan.
•
Membina hubungan yang baik dengan konsumen.
•
Melakukan segmentasi dan positioning pasar.
Sedangkan beberapa tugas dari staff penjualan antara lain : •
Mengurus transaksi penjualan yang terjadi dengan konsumen.
•
Melakukan perhitungan jumlah produk yang terjual.
•
Menerima keluhan tentang produk dari konsumen.
•
Mengurus retur-retur barang ( apabila ada ).
5) Bagian Akuntansi dan Keuangan Bagian akuntansi dan keuangan terdiri dari manajer beserta staff akuntansi dan keuangan. Beberapa tugas dan tanggung jawab dari manajer akuntansi dan keuangan antara lain : •
Membuat laporan keuangan kepada direktur utama.
17 •
Bertanggung jawab atas kinerja staff akuntansi dan keuangan.
•
Memeriksa dan mengawasi laporan keuangan yang dibuat oleh staff.
•
Memeriksa dan menyetujui laporan pembelian bahan baku sehingga pembayaran kepada pihak suplier dapat dilakukan.
Sedangkan beberapa tugas dari staff akuntansi dan keuangan antara lain : •
Mencatat seluruh transaksi keuangan yang terjadi ,baik pembelian ataupun penjualan, oleh pihak perusahaan.
•
Membuat laporan keuangan per periode.
•
Melakukan pembayaran bahan baku kepada suplier.
•
Mengurus pajak yang harus dibayar oleh pihak perusahaan.
•
Mengurus pembayaran gaji karyawan.
6) Bagian Produksi dan Personalia Bagian produksi dan personalia terdiri dari manajer produksi dan personalia serta beberapa divisi bagian produksi yaitu : bengkel, platting, desain dan montage ,dan engravure. Beberapa tugas dan wewenang dari manajer produksi dan personalia adalah : •
Membuat laporan produksi dan personalia kepada direktur utama.
•
Bertanggung jawab atas seluruh staff, mesin-mesin, dan kegiatan yang terjadi di bengkel.
18 •
Berkoordinasi dengan manajer akuntansi dan keuangan beserta manajer pembelian dalam mengurus pembelian bahan baku untuk produksi.
•
Menseleksi dan melakukan perekrutan pegawai.
•
Mengurus penjadwalan kerja, cuti pegawai, absensi dan sebagainya.
•
Memberhentikan pegawai yang ”nakal”.
Sedangkan pembahasan lebih dalam mengenai tugas dan tanggung jawab divisi-divisi yang ada di dalam bagian produksi dan personalia akan dibahas di bawah ini : o Divisi Bengkel Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : •
Melakukan pemeliharaan mesin-mesin yang terdapat di bengkel.
•
Melakukan proses produksi yang terjadi di bengkel seperti pembubutan,
pemotongan,
polishing,
grinding
dan
sebagainya. o Divisi Platting Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : •
Bertanggung jawab atas pemeliharaan seluruh mesinmesin platting yang ada di PT. Royalindo Engraftama.
•
Melakukan seluruh proses platting dalam produksi rotogravure.
19 •
Mengurus stok bahan kimia yang digunakan dalam proses platting.
o Divisi Desain dan Montage Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : •
Menggambar desain dengan menggunakan komputer sesuai dengan keinginan dari konsumen.
•
Mencetak dan mengirimkan desain yang telah di print kepada manajer untuk diteruskan ke bagian pemasaran kemudian ke konsumen untuk disetujui.
•
Melakukan separasi warna.
o Divisi Engravure Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : •
Melakukan pemeliharaan terhadap mesin grafir.
•
Melakukan proses grafir pada silinder sesuai dengan desain yang telah diperoleh dari divisi desain dan montage.
1.5.4. Proses Produksi Rotogravure Proses produksi rotogravure secara rinci adalah sebagai berikut ini : 1.5.4.1.Proses Pemotongan Pada proses pemotongan ini, bahan baku pipa baja yang berukuran panjang 6 meter diambil dari gudang bahan baku dan dipotong dengan menggunakan mesin potong sesuai dengan ukuran panjang standar yaitu 1 meter.
20 1.5.4.2.Proses Brilling dan Pemasangan Pelat Setelah pipa baja dipotong, maka kedua ujung pipa tersebut akan dipasangkan pelat baja dengan cara menggunakan proses yang disebut dengan brilling. Dimana dalam proses brilling, salah satu ujung pipa baja dipanaskan sampai dengan suhu tertentu sehingga ujung pipa tersebut memuai. Kemudian, dalam kondisi ujung pipa baja yang memuai dan masih panas, pekerja langsung memasang pelat baja tersebut. Setelah ujung pipa tersebut sudah agak dingin atau sudah kembali ke ukuran semula, maka proses yang sama akan dilakukan pada ujung pipa baja yang satunya. Sehingga di akhir proses kedua ujung pipa baja akan tertutup oleh pelat baja. Pelat baja yang dipasang ini memiliki lubang di tengahtengahnya
yang
nantinya
akan
digunakan
untuk
memasang
rotogravure ke mesin pencetak. Pelat baja ini tidak diproduksi oleh PT. Royalindo Engraftama, dan didapat dengan cara membelinya dari perusahaan lain yang sudah menjalin kerja sama sejak lama dengan PT. Royalindo Engraftama. Pelat-pelat baja tersebut yang disimpan dalam gudang pelat baja dapat dilihat pada gambar 1.5 berikut ini.
21
Gambar 1.5. Pelat-pelat baja 1.5.4.3.Proses Bubut Setelah silinder telah dipasang pelat baja pada kedua ujungnya, maka selanjutnya akan dibawa ke bagian bengkel untuk dilakukan proses bubut kasar. Proses bubut kasar ini dilakukan dengan cara membuang bagian luar pipa baja sebanyak 1 mm. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk membuang kotoran dan karat-karat yang menempel pada bagian luar pipa baja. Namun proses bubut kasar ini tidak 100% dapat membersihkan semua kotoran dan karatkarat yang menempel pada bagian luar pipa baja sehingga selanjutnya akan dilakukan proses bubut yang kedua yang lebih dikenal dengan nama proses bubut halus. Dalam proses bubut halus, bagian luar pipa baja akan dibubut kembali sebanyak 0.5 mm. Hal ini dimaksudkan untuk membuang sisa-sisa kotoran dan karat-karat yang masih tersisa pada saat dilakukan proses bubut kasar. Sehingga setelah dilakukan proses
22 bubut halus maka permukaan luar pipa baja akan halus dan bebas dari kotoran dan sisa-sisa karat. 1.5.4.4.Proses Platting Nikel Setelah permukaan luar pipa baja sudah menjadi halus dan bebas dari kotoran dan karat-karat, maka yang akan dilakukan selanjutnya
adalah
proses
platting
nikel.
Pipa
baja
yang
permukaannya telah halus tersebut akan dimasukkan ke dalam mesin platting nikel, yang telah dituangkan cairan larutan nikel, dan didiamkan untuk beberapa waktu sehingga terbentuk lapisan nikel yang melapisi permukaan luar pipa baja. Pelapisan nikel ini dimaksudkan agar pipa baja memiliki daya tahan yang kuat pada saat proses grafir dan untuk melindungi permukaan pipa baja pada saat akan digrafir. Larutan nikel yang dipergunakan dalam proses ini terdiri dari : nickel sulfur, aquadest dan nickel clorida. 1.5.4.5.Proses Platting Tembaga Setelah proses platting nikel sudah selesai, maka selanjutnya pipa baja yang telah dilapisi nikel tersebut akan didiamkan dulu untuk beberapa saat. Setelah itu pipa baja tersebut akan dimasukkan ke dalam mesin platting tembaga, yang telah dituangkan larutan tembaga, agar terbentuk lapisan tembaga di luar lapisan nikel. Proses pelapisan tembaga ini dimaksudkan agar mempermudah proses grafir karena pada saat proses grafir, yang akan digrafir adalah lapisan tembaga dari pipa baja. Hal ini karena tembaga sendiri memiliki sifat yang mudah untuk dibentuk atau digrafir. Larutan tembaga yang
23 dipergunakan dalam proses platting tembaga ini terdiri dari : copper, copper sulfat, asam sulfat dan aquadest. Gambar mesin-mesin platting tembaga ini dapat dilihat pada gambar 1.6.
Gambar 1.6. Mesin platting 1.5.4.6.Proses Grinding dan Polishing Proses yang akan dilakukan selanjutnya adalah proses grinding dan polishing. Dalam proses grinding, pipa baja yang telah dilapisi oleh tembaga akan diletakkan di mesin grinding untuk dihaluskan dan diratakan permukaannya. Setelah proses grinding selesai, proses yang akan dilakukan selanjutnya adalah proses polishing. Dimana dalam proses ini, pipa baja yang telah selesai digerinda akan diletakkan di mesin polishing. Tujuan dari proses polishing ini adalah untuk memoles, melicinkan, mengkilatkan serta membersihkan kotoran dari permukaan tembaga pipa baja.
24 1.5.4.7.Proses Buffering Proses selanjutnya yang akan dilakukan adalah proses buffering. Dimana proses buffering ini dilakukan di dalam ruang buffering. Dalam proses buffering ini, pipa baja yang telah dilapisi tembaga dan sudah melewati proses grinding dan polishing akan disimpan di dalam ruang buffering yang memiliki pendingin udara. Hal ini dimaksudkan untuk mendinginkan lapisan tembaga yang telah digrinding dan polishing agar lapisan tembaga pada pipa baja tersebut menjadi keras kembali. Setelah pipa baja tersebut telah dingin dan siap untuk digrafir, maka dapat dikatakan bahwa pipa baja tersebut telah menjadi produk setengah jadi yang disebut dengan silinder. Proses buffering ini dapat dilihat pada gambar 1.3. 1.5.4.8.Proses Engravure Proses engravure atau lebih dikenal dengan nama proses grafir. Dalam proses ini, silinder akan diambil dari ruang buffering dan kemudian diletakkan di dalam mesin engravure untuk digrafir sesuai dengan gambar atau cetakan yang diinginkan oleh pelanggan. Gambar atau cetakan yang diinginkan oleh pelanggan sebelumnya akan dibuat dulu oleh bagian desain. Setelah bagian desain telah selesai mendesain, maka desain tersebut akan dikirimkan ke pelanggan untuk disetujui terlebih dahulu. Setelah mendapat persetujuan dari pelanggan,bagian desain akan memasukkan data gambar tersebut ke mesin engravure sehingga proses engravure dapat
25 segera dijalankan. Gambar proses engravure dapat dilihat pada gambar dibawah ini ( Gambar 1.7 ).
Gambar 1.7. Mesin engravure 1.5.4.9.Proses Platting Chrome Setelah silinder telah selesai digrafir sesuai dengan gambar yang diinginkan oleh pelanggan, maka silinder tersebut akan diletakkan di mesin platting chrome, yang telah dituangkan larutan chrome, dan didiamkan untuk beberapa lama. Tujuan dari proses ini adalah untuk melapisi silinder tersebut dengan chrome sehingga lapisan tembaga yang digrafir tidak mudah rusak atau cacat. Gambar dari hasil proses ini dapat dilihat pada gambar 1.2. Larutan chrome yang dipergunakan dalam proses platting chrome ini terdiri dari : chrome, aquadest, chrome acid dan asam sulfat. Setelah proses ini selesai, dapat dikatakan bahwa silinder tersebut telah menjadi produk jadi yang disebut dengan rotogravure.
26 1.5.4.10.Proses Buffering Setelah rotogravure dilapisi oleh chrome, maka selanjutnya akan dibawa ke dalam ruang buffering yang telah dilengkapi oleh pendingin udara untuk kembali didinginkan. Proses ini dimaksudkan untuk mendinginkan kembali lapisan chrome yang terdapat di luar rotogravure. Proses buffering ini terjadi di dalam ruang buffering. 1.5.4.11.Proses Packaging Proses yang terakhir adalah proses packaging, dimana rotogravure akan dibungkus dengan kardus-kardus yang berbentuk tabung dan siap untuk dikirimkan ke pelanggan yang memesan. Proses packaging ini dilakukan di dalam gudang karton.