BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Adolesen (remaja) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak– kanak
menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan
aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari perkembangan psikososial menurut Erikson masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Pada masa ini remaja akan menghadapi masa krisis, masalah yang berkaitan dengan tugas perkembangan yang harus dilaluinya. Keberhasilan menghadapi krisis akan mengembangkan kepercayaan dirinya, berarti mampu mewujudkan jati dirinya (self identity) sedangkan kegagalan dalam menghadapi krisis remaja akan mengalami identity confusion atau kebimbangan identitas diri (Erikson, 1968 dalam Santrock, 2003). Masa ini berlangsung pada usia 12-18 tahun (Erikson, 1968 dalam Upton, 2012). Remaja yang mengalami kegagalan pembentukan identitas diri cenderung melakukan perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang atau adanya kenaikan angka kenakalan remaja dapat dipicu oleh kegagalan remaja dalam sekolah. Remaja yang tidak bersekolah merasa telah gagal menemukan identitas dirinya sebagai seorang pelajar (Bonokamsi, 1999 dalam Hartini, 2011). Penyebab terjadinya perilaku menyimpang disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup adanya krisis identitas, kontrol diri yang lemah, sedangkan
1 Universitas Sumatera Utara
2
faktor eksternal ialah keluarga, hubungan teman sebaya yang tidak baik, komunitas, lingkungan dan tempat tinggal yang kurang baik (Haryanto, 2011). Berdasarkan hasil penelitian (Hartini, 2011). Pasca tsunami terjadi perubahan perilaku pada remaja di NAD. Kebanyakan remaja lebih memilih untuk bekerja di sektor pembangunan dari pada meneruskan sekolahnya karena upah kerja yang tinggi. Para orangtua juga mendukung anak mereka untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidup. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi perubahan perilaku remaja dan kegagalan pembentukan identitas diri remaja sebagai pelajar akibat perubahan lingkungan pasca tsunami di NAD. Perubahan perilaku remaja pasca tsunami dapat ditinjau dari sebuah stresor, salah satu stressor dari kejadian negatif adalah bencana (Corner, 1995 dalam Hartini, 2011). Bencana diartikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan atau penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU Nomor 24 Tahun 2007). Bencana alam yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2010, disebabkan oleh faktor- faktor yang berbeda. Dampak bencana tidak hanya mengakibatkan hilangnya harta benda tetapi juga nyawa masyarakat di wilayah bencana. Banjir bandang di Wasior, gempa bumi yang disusul
Universitas Sumatera Utara
3
Tsunami di Mentawai, erupsi gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa tengah. Berdasarkan dari data 644 kejadian bencana alam di Indonesia total kerugian material mencapai lebih 15 triliun rupiah. Kerugian tersebut meliputi kehilangan harta benda, kerusakan rumah- rumah masyarakat sarana dan prasarana umum, lahan pertanian, perkebunan, dan peternakan, selain itu juga menimbulkan kehilangan orang yang dicintai, trauma, dan timbulnya gangguan kesehatan (Nugroho, 2010 dalam Astuti 2012). Salah satu bencana alam yang terbesar pada tahun 2010 yang terjadi di Sumatera Utara adalah erupsi Gunung Sinabung. Gunung Sinabung tercatat beberapa kali meletus dari tahun 2010 sampai 2015. Erupsi Gunung Sinabung mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa. Letusan terbesar terjadi awal tahun 2014, peningkatan aktivitas gunung Sinabung dengan letusan yang berkali-kali di sertai luncuran awan panas, guguran lava pijar, semburan awan panas, rentetan gempa, letusan, dan luncuran awan panas terus-menerus dari kejadian tersebut mengakibatkan 21 desa harus diungsikan dan jumlah korban jiwa mencapai 17 orang (Ginting, 2012). Seiring dengan penurunan aktifitas sinabung beberapa desa telah dipulangkan kembali ke desanya yang berada di luar radius lima kilometer dari daerah yang berbahaya. Pada tanggal 18 September 2014 jumlah pengungsi sebanyak 5.546 jiwa dengan rincian 1.721 kk (Karo, 2014). Salah satu desa yang terkena dampak erupsi Sinabung adalah desa Batukarang yang terletak 7 km dari gunung Sinabung, dengan jumlah penduduk ± 6500 jiwa penduduk dengan rincian anak- anak ± 1.250 jiwa,
Universitas Sumatera Utara
4
remaja ± 1500 jiwa, dewasa ± 3000 jiwa, dan lansia ± 700 jiwa. Berdasarkan laporan dari Kepala Desa Batukarang tidak sedikit warga yang memilih untuk mengungsi dengan alasan merasa takut jika tinggal dirumah. Remaja merupakan salah satu kelompok yang rentan terjadi trauma akibat bencana alam. Hal ini di karenakan oleh beberapa faktor yaitu keberadaan
remaja
masih
dibawah
resiko
dan
membahayakan
kelangsungan hidupnya, tingkat ketergantungan hidup yang masih tinggi terhadap orang dewasa, belum memiliki banyak pengalaman hidup, kemampuan untuk melindungi diri masih terbatas, tidak dalam kondisi yang dapat mengambil keputusan atas dirinya sendiri (Lubis, 2012). Salah satu dampak bencana yang di alami remaja adalah gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan akan mengakibatkan suatu perasaan tertekan dan akan memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangan mereka jika dibiarkan begitu saja. Pandangan tersebut dijelaskan (Wilson, 2000 dalam Agustiana, 2012) yang mengungkapkan gangguan kecemasan pascatrauma berpengaruh pada kapasitas–kapasitas psikologi, konsep diri, perkembangan, dan hubungan seseorang. Berdasarkan hasil penelitian (Setyaningrum, 2007) tentang kondisi emosi remaja pasca gempa bumi di daerah istimewa Yogyakarta. Pada penelitian ini semua sampel mempunyai hubungan yang baik dengan orangtua dan sosialnya, pada tahapan emosi di fase krisis, remaja merasa takut apabila gempa bumi terjadi lagi, takut berada di dalam rumah terkena
Universitas Sumatera Utara
5
runtuhan bangunan dan merasa sedih karena kehilangan tempat tinggalnya. Pada fase isolation dan anger hanya dialami satu remaja. Remaja mengungkapkan
tidak
dapat
berkumpul
dengan
teman–temannya
dikarenakan harus mengungsi, selain itu remaja merasa marah (anger) karena barang–barang berharga terutama buku pelajaran rusak sehingga ia tidak dapat belajar dalam menghadapi ujian. Berdasarkan hasil survei awal dan hasil wawancara
yang telah
dilakukan peneliti terhadap remaja di Desa Batukarang, beberapa remaja mengatakan bahwa mereka sangat ketakutan jika mendengar gemuruh dari gunung, takut jika gunung erupsi kembali dan mengeluarkan lahar panas, sebahagian remaja memilih untuk tetap berada dalam rumah dan tidak melakukan aktifitas di luar rumah seperti membantu orang tua mereka ke lahan perkebunan dengan alasan agar tidak terpapar debu vulkanik yang mengganggu saluran pernapasan mereka. Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis merasa perlu melakukan penelitian mengenai perkembangan psikososial remaja pasca erupsi Gunung Sinabung di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan psikososial remaja pasca erupsi Gunung Sinabung di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
6
1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana perkembangan psikososial remaja pasca erupsi Gunung Sinabung di Desa Batu Karang Kecamatan Payung Kabupaten Karo? 1.4 Tujuan Penelitian Mengidentifikasi perkembangan Psikososial remaja pasca erupsi Gunung Sinabung. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Pendidikan Keperawatan Sebagai
informasi
dan
tambahan
pengetahuan
bagi
pengembangan mata ajar khususnya yang berhubungan dengan perkembangan psikososial remaja pasca bencana alam kedalam mata ajar keperawatan jiwa atau mata ajar nursing disaster. 1.5.2 Pelayanan Keperawatan Sebagai informasi dan tambahan pengetahuan bagi perawat atau petugas kesehatan lainnya mengenai masalah psikososial remaja pasca bencana alam dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. 1.5.3 Penelitian Keperawatan Sebagai masukan atau sumber data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai perkembangan psikososial remaja pasca bencana alam.
Universitas Sumatera Utara