IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KELAS I POKOK BAHASAN AKHLAK DI SDN SALATIGA 08 KECAMATAN SIDOREJO TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : AULIA FITRIA NINGRUM NIM 11508044
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAIN) SALATIGA 2012
IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) KELAS I POKOK BAHASAN AKHLAK DI SDN SALATIGA 08 KECAMATAN SIDOREJO TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : AULIA FITRIA NINGRUM NIM 11508044
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAIN) SALATIGA 2012
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO ِل انعهِىِ َواٲلَدَب ِ ل َج ًَِا َِ س اه َج ًَالِ باَث َىابِ تزَ يُُِا َ اٌِ ان َج ًَا َِ نَي Bukanlah kecantikan itu dengan pakaian yang menghiasi kita, akan tetapi kecantikan itu dengan ilmu dan budi pekerti
PERSEMBAHAN Untuk orang tuaku tersayang (Drs. Ismail Dj & Sutrisni, S. Pd), kakak & adikku( Mas Hari, dek Mufti & dek Yusuf), para guru mata pelajaran PAI SD, para dosen & karyawan STAIN, teman-teman PGMI 2008, dan teman dekatku.
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter pada Mata Pelajaran Pendidika Agama Islam (PAI) Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08 Kecamatan Sidorejo Tahun Ajaran 2011/2012” ini yang
merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru MI STAIN Salatiga. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak. Penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada: 1.
Dr. Imam Sutomo, M. Ag., selaku ketua STAIN Salatiga.
2.
Suwardi, M. Pd., selaku ketua Tarbiyah STAIN Salatiga.
3.
Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd., selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru MI STAIN Salatiga.
4.
Miftachurrif’ah, M. Ag., selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Guru MI STAIN Salatiga.
5.
Drs. Bahroni, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
6.
Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program studi Pendidikan Guru MI.
viii
7.
Drs. Ismail Dj, selaku Kepala Sekolah SDN Salatiga 08 Kecamatan Sidorejo yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
8.
Siti Khoeriyah S. Pd. I., selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SDN Salatiga 08 Kecamatan Sidorejo yang telah membantu peneliti selama melakukan penelitian.
9.
Bapak/Ibu guru dan karyawan SDN Salatiga 08 Kecamatan Sidorejo yang telah membantu peneliti selama melakukan penelitian di sekolahan tersebut.
10. Orang tuaku Drs. Ismail Dj dan Sutrisni, S. Pd., tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang, doa dan dukungan demi keberhasilan peneliti. 11. Mas Hari, dek Mufti dan dek Yusuf tersayang yang selalu memberikan semangat kepada peneliti. 12. Teman seperjuangan PGMI 2008 (U², D’nok, J_idul, dll) yang selama ini telah berjuang bersama. 13. Teman dekatku, yang selalu memberikan motifasi kepada peneliti. 14. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Atas jasa mereka, peneliti hanya dapat memohon doa semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Peneliti dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya. Salatiga, 10 Agustus 2012 Peneliti
ix
ABSTRAK N, Aulia Fitria. 2012. Implementasi Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08 Kecamatan Sidorejo Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi. STAIN Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni, M. Pd. Kata kunci: Implementasi, Kurikulum, Pendidikan Berbasis Karakter dan PAI Penelitian ini merupakan upaya untuk pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran PAI di SDN Salatiga 08. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pemahaman guru tentang konsep kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas I Pokok Bahasan Akhlak?, (2) Bagaimana cara guru dalam melaksanakan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas I Pokok Bahasan Akhlak?, (3) Apa kesulitan/hambatan guru dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas I Pokok Bahasan Akhlak?, dan (4) Bagaimana solusinya dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas I Pokok Bahasan Akhlak?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan datanya dengan pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Untuk pemeriksaan keabsahan data digunakan teknik triangulasi dan pembahasan teman sejawat, sedangkan untuk analisis data digunakan teknik analisis induktif. Temuan peneliti ini menunjukkan bahwa pendidikan berbasis karakter sangatlah penting. Oleh karena itu Pemerintah menggalakan pendidikan karakter (Pendikar) secara besar-besaran dan terus-menerus untuk mencetak generasi penerus bangsa yang berkarakter kuat. Upaya untuk mengoptimalkan pendidikan karakter maka digalakan pada pendidikan formal yaitu sekolah. Hasil penelitian menunjukkan: (a) Kurikulum pendidikan karakter bukanlah kurikulum yang berdiri senditi, tapi nilai-nilai karakter disisipkan ke dalam KTSP dan terdokumen dalam silabus dan RPP. (b) Penerapan pendidikan karakter secara dokumen diintegrasikan dalam mata pelajaran PAI, muatan lokal dan ke dalam kegiatan pengembangan diri yang meliputi ekstrakulikuler, pembiasaan-pembiasaan, bimbingan konseling. (c) Kesulitan/hambatanya dalam pelaksanaanya bermula dari keaneka ragaman kemampuan peserta didik satu dengan yang lain, penyampain materi kurang variatif dengan kurangnya penguasaan penggunaan media pembelajaran, jam pembelajaran mata pelajaran PAI yang minim dan kurangnya dukungan dari pihak lain yaitu keluarga. (d) Dari kesulitan/hambatan tersebut telah dicari solusinya dengan menanamkan kesadaran akan pentingnya belajar dan memberikan teladan/contoh yang baik, mengadakan dan mengikut sertakan pelatihan bagi guru, mengunakan waktu luang semaksimal mungkin, dan mengupayakan adanya komunikasi yang lancar antara pihak sekolah, keluarga maupun masyarakat.
x
DAFTAR ISI
SAMPUL JUDUL.......................................................................................... i LEMBARBERLOGO....................................................................................
ii
JUDUL........................................................................................................... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................
iv
PENGESAHAN KELULUSAN.................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.....................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. vii KATA PENGANTAR...................................................................................
viii
ABSTRAK..................................................................................................... x DAFTAR ISI.................................................................................................. xi DAFTAR TABEL.......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..............................................................
1
B. Fokus Penelitian..........................................................................
5
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 5 D. Kegunaan Penelitian....................................................................
6
E. Penegasan Istilah.........................................................................
7
F. Metode Penelitian........................................................................
9
G. Sistematika Penulisan.................................................................. 20 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum.................................................................................... 22 1. Konsep Kurikulum………………………………..……….
22
2. Karakteristik Kurikulum........................................................ 24 3. Prinsip Pengembangan Kurikulum........................................ 25
xi
B. Pendidikan Berbasis Karakter.....................................................
27
1. Pengertian…………………………………..........................
27
a. Konsep Pendidikan ………………................................. 27 b. Konsep Karakter……………………………………….
31
c. Konsep Pendidikan Berbasis Karakter.…………….......
33
2. Tujuan Pendidikan Karakter………………...……………..
36
3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter……..………………..
37
4. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter…………………….
39
C. Mata Pelajaran PAI...................................................................... 41 1. Pengertian...............................................................................
41
2. Karakteristik Mata Pelajaran PAI...........................................
41
D. Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter pada Mata Pelajaran PAI………………………………………………………….....
43
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SDN Salatiga 08……………………………
50
1. Letak Geografis ……………………..…………………….
50
2. Subjek Penelitian……………...............................................
52
3. Visi dan Misi Sekolah...........................................................
53
4. Profil Sekolah........................................................................
54
B. Temuan Penelitian.......................................................................
58
a. Konsep Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran PAI Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08.............................................................................
58
b. Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran PAI Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08 …………………................................................
61
c. Kesulitan/hambatan dalam Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran PAI Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08……………...........................................................................
xii
69
d. Solusi dalam Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran PAI Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08...................................................
72
BAB IV PEMBAHASAN A. Konsep Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran PAI Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08….............................................................................................
75
B. Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran PAI Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08 …………………....................................................................
77
C. Kesulitan/hambatan dalam Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran PAI Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08……………....................................
89
D. Solusi dalam Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran PAI Kelas I PokokBahasan Akhlak di SDN Salatiga 08……..................................................................
90
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................. 92 B. Saran…….................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
xiii
93
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Berbasis Karakter ............. 39 Tabel 2.2 Nilai-Nilai (Karakter) Utama ke dalam Mata PAI ....................... 40 Tabel 2.3 Implementasi Pendidikan Berbasis Karakter dalam KTSP .......... 44 Tabel 3.1 Identitas Sekolah .......................................................................... 54 Tabel 3.2 Keadaaan Guru/Karyawan ........................................................... 55 Tabel 3.3 Keadaan Siswa ............................................................................. 56 Tabel 3.4 Data Nilai UAS/UASDA/UASBN/UN ........................................ 56 Tabel 3.5 Data Guru dan Karyawan ............................................................. 56 Tabel 3.6 Susunan Pengurus Komite Sekolah ............................................. 57 Tabel 3.7 Standar Ketuntasan Belajar .......................................................... 68 Tabel 3.8 Struktur Kurikulum ....................................................................... 72 Tabel 4.1 Pengintegrasian Nilai-Nilai Karakter Mata Pelajaran PAI Kelas I Pokok Bahasan Akhlak................................................................... 81 Tabel 4.2
Kegiatan Pengembangan Nilai-nilai Karakter Mata Pelajaran PAI ............................................................................................... 87
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Konfigurasi Pendidikan Karakter ........................................... 35
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Instrumen Penelitian
Lampiran 2
Pedoman Wawancara
Lampiran 3
Reduksi Wawancara
Lampiran 4
Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 5
Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 6
Surat Rekomendasi Penelitian
Lampiran 7
Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 8
Daftar Nilai SKK
Lampiran 9
Dokumentasi Penelitian
Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup Penulis
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan
merupakan
pilar
tegaknya
suatu
bangsa,
melalui
pendidikanlah bangsa akan tegak mampu menjaga martabatnya. Pendidikan Nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkuawalitas, sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan jaman yang selalu berubah. Pendidikan karakter merupakan satu kesatuan program satuan pendidikan. Oleh karena itu program pendidikan karakter secara dokumen diintegrasikan ke dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pendidikan karakter harus tertera dalam KTSP mulai dari visi, misi, tujuan, struktur dan muatan, kalender pendidikan, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Generasi muda sekarang ini, ada indikasi kuat mengenai hilangnya nilai-nilai luhur yang melekat pada bangsa kita, seperti kejujuran, kesantunan, dan kebersamaan cukup menjadikan keprihatinan kita bersama. Harus ada usaha untuk menjadikan nilai-nilai itu kembali menjadi karakter yang kita banggakan di hadapan bangsa lain. Seperti sabda Nabi Muhammad s.a.w dalam Tuntunan Akhlak (Amir, 1973:6).
ِِرﺴولِﷲِﺼَهﻰَِﷲِﻋَهَيِّوَِﺴَهَىَ إَ ًَاِبعثتِألتًَ َىِ َي َكار َوِاألَخالَق َِ ﻗاَ َل ( )رواِِاﺤيﺪ “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia” (HR. Ahmad). Salah satu upaya ke arah itu adalah memperbaiki sistem pendidikan kita yang harus menitik beratkan pada pendidikan karakter. Pendidikan yang membangun nilai-nilai moral atau karakter dikalangan peserta didik harus selalu mendapatkan perhatian. Pendidikan di tingkat dasar (SD) merupakan wadah yang sangat penting untuk mempersiapkan sejak dini para generasi penerus bangsa pada masa yang akan datang. Arah dan tujuan pendidikan nasional, seperti diamanatkan oleh UUD 1945, adalah peningkatan iman dan takwa serta pembinaan akhlak mulia para peserta didik yang dalam hal ini adalah seluruh warga negara yang mengikuti proses pendidikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan hadist Rosulullah s.a.w dalam Tuntunan Akhlak (Amir, 1973:7).
ﺴُهىِ خهقًا َِ ﻗاَ َل َ ِرﺴولِﷲِﺼَهﻰَِﷲِﻋَهَيِّوَِﺴَهَىَ أَك ًَمِ انًؤيُيٍَِ إي ًَاًَا أَح ()رواِ اهترًﺫﻱ “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya (budi pekerti) diantara mereka” (HR Tirmidzi). Secara historis, Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantoro dalam Samani dan Hariyanto (2012:33) menyatakan secara filosofis bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi
2
pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita. Hal ini dapat dimaknai bahwa Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan karakter merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pendidikan. Survei awal peneliti, sistem pendidikan yang ada sekarang ini terlalu berorientasi
pada
pengembangan
otak
kiri
(kognitif)
dan
kurang
memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Proses belajar juga berlangsung secara pasif dan kaku sehingga menjadi tidak menyenangkan bagi anak. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter (seperti agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar tahu). Semuanya ini telah membunuh karakter anak sehingga menjadi tidak kreatif. Padahal, pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan melibatkan aspek knowledge, feeling, loving, dan acting. Pembentukan karakter dapat diibaratkan sebagai pembentukan seseorang menjadi body builder (binaragawan) yang memerlukan latihan otot-otot akhlak secara terus-menerus agar menjadi kokoh dan kuat. Selain itu keberhasilan pendidikan karakter ini juga harus ditunjang dengan usaha memberikan lingkungan pendidikan dan sosialisasi yang baik dan menyenangkan bagi anak. Secara formal upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana,
kegiatan,
pendidikan,
dan
yang
mengarah
kepada
pembentukan karakter generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang
3
kuat. Namun, sinyal tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis melalui pendidikan karakter. Upaya yang bisa dilakukan untuk pembinaan
karakter
siswa
di
sekolah
diantaranya
adalah
dengan
memaksimalkan fungsi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) disekolah. PAI dapat dijadikan basis untuk pembinaan karakter siswa tersebut. Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bersama-sama para guru yang lain dapat merancang berbagai aktivitas sehari-hari bagi siswa di sekolah yang diwarnai nilai-nilai ajaran beragama. Diharapkan siswa terbiasa untuk melakukan aktivitas-aktivitas positif yang pada akhirnya dapat membentuk karakternya. Berangkat dari persoalan tersebut, penerapan kurikulum pendidikan berbasis karakter barangkali perlu dipertimbangkan sebagai pilihan yang tepat dalam mengoptimalkan pembelajaran di sekolah. Memahami persoalan yang berkembang,
peneliti
mengangkat
tema
“Implementasi
Kurikulum
Pendidikan Berbasis Karakter pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08 Kecamatan Sidorejo Tahun Ajaran 2011/ 2012“
4
B. Fokus Penelitian Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pemahaman guru tentang konsep kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08? 2. Bagaimana cara guru dalam melaksanakan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08? 3. Apa kesulitan/hambatan guru dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08? 4. Bagaimana solusinya dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pemahaman guru tentang konsep kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08. 2. Mengetahui cara guru dalam melaksanakan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08.
5
3. Mengetahui kesulitan/hambatan guru dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08. 4. Mengetahui solusinya dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08. D. Kegunaan Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menambah wawasan khususnya bagi penulis dan masyarakat pada umumnya baik teoritis maupun praktis. 1. Teoritis Sebagai pengembangan disiplin ilmu, berupa penyajian informasi ilmiah dalam penerapan kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08, mulai dari pemahaman guru, cara guru dalam pelaksanaan, kesulitan/hambatan, dan solusi dalam pelaksanaannya. 2. Praktis Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam proses belajar mengajar mencangkup
pemahaman
guru,
cara
guru
dalam
pelaksanaan,
kesulitan/hambatan, dan solusi dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak pada di SDN Salatiga 08.
6
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari adanya kemungkinan penafsiran yang salah tentang istilah yang digunakan dalam judul skripsi di atas, maka disini perlu dikemukakan batasan dan penjelasan judul sebagai berikut : 1. Implementasi Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Browne dan Wildavsky dalam Nurdin dan Usman (2004:70) mengemukakan bahwa implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. 2. Kurikulum Kurikulum adalah seperangkan rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Kunandar 2011:124). 3. Pendidikan Pendidikan adalah usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik dimasa depan (Hasan dkk, 2010:4). 4. Berbasis Karakter Karakter menurut Wynne dalam Jihad dkk (2010:38) berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan memfokuskan pada
7
bagaimana mengamplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Istilah karakter erat kaitannya dengan personaliti (kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. 5. Pendidikan Berbasis Karakter Pendidikan karakter menurut Lickona dalam Gunawan (2012:23) adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Karakter erat kaitannya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku. 6. Implementasi Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Paparan di atas dapat dipahami bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Oleh karena itu, implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya
yaitu kurikulum pendidikan berbasis karakter.
Implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran PAI menurut
peneliti
merupakan
proses
melaksanakan
pendidikan/pembelajaran untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab,
8
menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Dari paparan di atas dapat ditarik dalam indikator sebagai berikut: a.
Konsep kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak.
b.
Pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak.
c.
Kesulitan/hambatan
dalam
pelaksanaan
kurikulum
pendidikan
berbasis karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak. d.
Solusi dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Untuk
mendapatkan
pemahaman
yang
substantif
terhadap
permasalahan implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif cenderung menggunakan analisa induktif, dimana proses penelitian dan pemberian makna terhadap data dan informasi lebih ditonjolkan, dengan ciri utama pendekatan ini adalah bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta naturalistik. Dalam kaitan ini Bodgan dan Taylor dalam Moleong (2009:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
9
orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagian dari sesuatu keutuhan. Dari pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa pendekatan kualitatif berusaha mendapatkan data deskriptif, ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif dengan alasan mengacu pada beberapa alasan sebagai mana yang dikemukakan oleh Margono (2000: 37) antara lain: a. Untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang, seperti yang dialami oleh penelitian kualitatif sehingga intisari konsep yang ada pada data dapat diungkap. b. Untuk menaggulangi kecenderungan menggali data empiris dengan tujuan membuktikan kebenaran hipotesis akibat dari adanya hipotesis yang disusun sebelumnya berdasarkan berfikir deduktif seperti dalam pemikiran kuantitatif. c. Untuk menanggulangi kecenderungan pembatasan variabel yang sebelumnya, seperti dalam penelitian kuantitatif padahal permasalahan dan variabel dalam masalah sosial sangat kompleks. d. Untuk menanggulangi adanya indeks-indeks kasar seperti dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan pengukuran enumerasi
10
(perhitungan) empiris, padahal inti sebenarnya berada pada konsepkonsep yang timbul dari data. Di samping alasan di atas, dalam peneitian ini digunakan pendekatan kualitatif disebabkan beberapa hal yang cukup penting antara lain: pertama, karena latar belakang penelitian tidak bersifat homogen, kedua, karena penelitian ini ingin mengungkap data dengan apa adanya sesuai dengan hasil temuan dilapangan tentang implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08. 2. Kehadiran Peneliti Untuk mendapatkan data-data yang valid dan obyektif terhadap apa yang diteliti maka kehadiran peneliti dilapangan dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Kehadiran peneliti sebagai pengamat langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang akan diteliti sangat menentukan hasil penelitian, maka dengan cara riset lapangan sebagai pengamat penuh secara langsung pada lokasi penelitian peneliti dapat menemukan dan mengumpulkan data secara langsung. Jadi dalam penelitian ini, insrtumen penelitian adalah peneliti sendiri yang sekaligus sebagai pengumpul data. Sedangkan instrument-instrumen yang lain merupakan instrument pendukung atau instrumen pelengkap oleh karena itu kehadiran peneliti dilapangan sangatlah diperlukan. Adapun tujuan kehadiran peneliti dilapangan adalah untuk mengamati
secara
langsung
keadaan/kegiatan
11
yang
berlangsung,
fenomena-fenomena sosial dan gejala-gejala psikis yang terjadi di sekolah. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengamati langsung apakah kejadiankejadian tersebut akan berbeda jauh atau relevan dengan hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara. 3. Lokasi Penelitian Lokasi bertempat di SDN Salatiga 08 terletak di Jl. Domas No 54 Kecamatan Sidorejo Kelurahan Salatiga Propinsi Jawa Tengah. Subjeknya adalah Kepala Sekolah dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Peneliti memilih SDN Salatiga 08 karena Sekolah Dasar Negeri Salatiga 08 telah melaksanakan pendidikan karakter yang diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan ekstrakurikurer dan pengembangan diri melalui berbagai pembiasaan. Waktu penelitian antara bulan Mei-Juli tahun 2012. 4. Sumber Data Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan meliputi berbagai macam data yang berhubungan dengan implementasi pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08. Secara umum data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data Primer (primary data) yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti secara langsung dari objek yang diteliti, yaitu: a. Konsep kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak.
12
b. Pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak. c. Kesulitan/hambatan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak. d. Solusinya dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak. Data
Sekunder
(secondary
data)
yaitu
data
yang
diperoleh/dikumpulkan oleh pihak lembaga pendidikan yang meliputi: a. Kondisi umum SDN Salatiga 08. b. Profil sekolah. c. Kurikulum sekolah (silabus dan RPP). 5. Prosedur Pengumpulan Data
a.
Metode Observasi (Pengamatan). Observasi (pengamatan) dapat didefinisikan sebagai perhatian yang terfokus terhadap kejadian, gejala atau sesuatu. Adapun observasi ilmiah adalah perhatian terfokus terhadap gejala, kejadian atau sesuatu dengan maksud menafsirkannya, mengungkapkan faktorfaktor
penyebabnya,
dan
mengaturnya (Emzir, 2011:38).
13
menemukan
kaidah-kaidah
yang
Senada dengan itu Rinehart dan Winston dalam Nazir (1988: 212) menjelaskan pengamatan akan menjadi alat pengumpulan data yang baik apabila: 1) Direncanakan secara sistematis. 2) Berkaitan dengan tujuan penelitian 3) Dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisiprosposisi yang umum. 4) Dapat dicek dan dikontrol validitas, relibilitas, dan ketelitianya. Pada metode pegamatan ini, penulis terjun langsung untuk mengamati
secara
langsung
terhadap
pelaksanaan
kurikulum
pendidikan berbasis karakter, kegiatan-kegiatan dan fenomenafenomena sosial yang terjadi sebagai dampak dari kurikulum pendidikan berbasis karakter yang diterapkan. Data yang diperlukan dalam metode pengamatan ini adalah, mengamati secara langsung konsep pemahaman guru, mengetahui cara
guru
pelaksanaan,
mengetahui
kesulitan/hambatan,
dan
mengetahui solusinya dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08. b.
Metode Interview Metode ini disebut juga dengan metode wawancara, yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan melalui tanya jawab secara langsung dengan sumber data. Sesungguhnya dengan hal ini
14
Margono (2003:165) mengemukakan bahwa interview merupakan alat pengumpulan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan juga, ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dengan sumber informasi. Dalam wawancara secara mendalam ini dilakukan oleh peneliti terhadap informan yang menjadi obyek dari penelitian ini yaitu kepala sekolah dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Wawancara ini bertujuan untuk memeperoleh informasi yang ada relevansinya dengan pokok persoalan penelitian yaitu mengetahui konsep pemahaman guru, mengetahui cara guru dalam pelaksanaan, mengetahui kesulitan/hambatan guru dan mengetahui solusinya dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08. c.
Metode Dokumentasi Dalam penelitian kualitatif terdapat sumber data yang berasal dari bukan manusia seperti dokumen, foto-foto dan bahan statistik. Metode dokumentasi ini merupakan salah satu bentuk pengumpulan data yang paling mudah, karena peneliti hanya mengamati benda mati dan apabila mengalami kekeliruan mudah untuk merevisinya karena sumber datanya tetap dan tidak berubah.
15
Menurut Arikunto (2000:234) metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variasi yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, raport, leger dan sebagainya. Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi buku panduan pendidikan berbasis karakter, kurikulum sekolah, silabus, RPP mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak dan data-data lain yang dibutuhkan untuk melengkapi penyusunan skripsi ini. 6. Analisis Data Analisis data penelitian kualitatif pada dasarnya sudah dilakukan sejak awal kegiatan penelitian sampai akhir penelitian. Dengan cara ini diharapkan terdapat konsistensi analisis data secara keseluruhan. Karena mengingat penelitian ini bersifat deskriptif, maka digunakan analisa data filosofis atau logika yaitu analisa induktif. Metode induktif adalah metode berpikir dengan mengambil kesimpulan dari data-data yang bersifat khusus. Sebagai mana yang telah dijelaskan oleh Sutrisno (1986:42), yaitu “…berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus, kongkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum”. Dalam penelitian ini digunakan metode induktif untuk menarik suatu kesimpulan terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa dari data yang
16
telah dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang bisa digeneralisasikan (ditarik kearah kesimpulan umum), maka jelas metode induktif ini untuk menilai fakta-fakta empiris yang ditemukan lalu dicocokan dengan teori-teori yang ada. Sedangkan mengenai data yang telah terkumpul, maka dalam hal ini digunakan dua langkah dalam menganalisis data tersebut antara lain yaitu: a. Persiapan Dimana dalam persiapan kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu: 1)
Mengenai nama dan kelengkapan interview (sumber informasi) dan benda-benda
yang
merupakan
sumber
data
yang
telah
dikumpulkan. 2)
Mengecek kelengkapan data, yaitu memeriksa isi instrumen pengumpul data dan isian-isian data yang terkumpul dari sumber informasi penelitian, termasuk didalamnya tentang tanggal pengutipan data, tanggal interview dan tanggal dilakukan observasi.
b. Penerapan Dalam penyusunan skripsi ini, penerapan yang digunakan adalah penerapan yang sesuai dengan penerapan kualitatif, yang lebih cenderung menggunakan analisa induktif yang berangkat dari khusu keumum, maksudnya ialah mengungkapkan konsep pemahaman guru, mengetahui
cara
guru
dalam
17
pelaksanaan,
mengetahui
kesulitan/hambatan dan mengetahui solusinya dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08. 7. Pengecekan Keabsahan Temuan Setelah penafsiran data, maka akan dilakukan pemeriksaan kredibilitas data. Ada beberapa teknik pemeriksaan kredibilitas data, diantaranya
memperpanjang
keikutsertaan,
ketekunan
pengamatan,
triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, analisis kasus negatif, kecukupan reprensial, pengecekan anggota, uraian rinci dan auditing (Moleong, 2009:326-228). Dalam penelitian ini penulis memilih dua teknik utama yaitu: a. Teknik
triangulasi
atau
pengecekan
kebenaran
data
dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data sebagai pembanding. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tehknik triangulasi dengan sumber data yang menjadi subyek penelitian. Dengan kata lain, peneliti akan membandingkan dan mengecek balik derajat keabsahan data pada waktu yang berbeda serta dengan alat dan metode yang berbeda dalam penelitian kualitatif. b. Teknik pembahasan teman sejawat melalui diskusi, hasil analisis sementara akan selalu dikonfirmasikan dengan data atau informasi baru yang diperoleh dari sumber yang lain. Prosedur ini juga akan dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda, misalnya observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari berbagai sumber
18
data tentang implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08. 8. Tahap-tahap Penelitian Moleong
(2009:127)
mengemukakan
bahwa
pelaksanaan
penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut : a. Tahap sebelum ke lapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08 terlaksana secara maksimal, sedang/cukup atau kurang. c. Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melaui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan Kepala
19
Sekolah dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Kemudian
dilakukan
penafsiran
data
sesuai
dengan
konteks
permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti. d. Tahap penulisan laporan, meliputi: kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penulisan disini penulis akan mencoba membagi dari beberapa Bab diantaranya: Bab I
: Bab Pertama merupakan Pendahuluan, yang didalamnya berisi tentang: Latar Belakang Penelitian, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
20
Bab II
: Bab Kedua merupakan Kajian Pustaka dan Kerangka berfikir terdiri dari Kurikulum, Pendidikan Berbasis Karakter, Mata Pelajaran PAI dan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran PAI.
Bab III
: Bab Ketiga merupakan Paparan Hasil Penelitian berisi tentang gambaran umum SDN Salatiga 08 (letak geografis, subjek penelitian, visi, misi dan profil sekolah), hasil penelitian.
Bab IV
: Bab Keempat merupakan Pembahasan Hasil Penelitian berisi konsep pemahaman guru, cara guru dalam melaksanakan, kesulitan/hambaran
guru
dalam
pelaksanaan
kurikulum
pendidikan berbasis karakter dan solusinya dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08 Bab V
: Bab Kelima ini ditutup dengan Kesimpulan dan Saran-saran.
21
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum 1. Konsep Kurikulum Banyak pakar yang mengungkapkan pengertian dari kurikulum. “Kurikulum dalam bahasa arab, sering disebut dengan istilah al-manhaj, berarti
jalan
yang
terang
yang
dilalui
manusia
dalam
bidang
kehidupannya”. Pengertian kurikulum jika dikaitkan dengan pendidikan berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai (Muhaimin dalam Gunawan, 2012:105). Taba dalam Yamin (2010:22) mendefinisikan “Kurikulum sebagai a plan for learning yakni sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran anak”. Senada dengan pendapat ahli di atas, “Kurikulum dianggap identik dengan coure of study (rencana pelajaran) yang terdiri dari segala kegiatan dan pengalaman belajar yang direncanakan dan diorganisir sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang diterapakan” (Departemen Agama RI, 1986:81). Menurut Mulyasa dalam Yamin (2010:40) “Kurikulum merupakan kumpulan perangkat perencanaan dan pengaturan tentang tujuan, kompetensi dasar, materi dasar, hasil belajar, serta penerapan pedoman pelaksanaan aktifitas belajar guna meraih kompetensi dasar dan tujuan
22
pendidikan”. Mencermati apa yang dimaksud Mulyasa tersebut, kurikulum sangat menentukan awal, proses, dan akhir pembelajaran. Sedangkan menurut pendapat dari Soedijarto dalam Yamin, (2010:41) menyatakan bahwa: Kurikulum memegang peranan penting bagi pembangunan dan pembentukan sebuah karakter bangsa. Kurikulum menanamkan nilai-nilai nasionalisme terhadap anak-anak bangsa sehingga mencintai bangsanya sebagaimana mencintai diri sendiri dan keluarganya. Dan juga mengandung nilai religius yang berupa bisa mendidik anak-anak bangsa supaya mengenal Tuhan dan memiliki kekuatan agama. Sementara itu, PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dalam Kunandar (2011:124) menyatakan: Kurikulum adalah seperangkan rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Pengembangannya harus berdasarkan satuan pendidikan, potensi daerah, atau karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik. Dari pendapat para ahli yang telah dipaparkan, penulis dapat menyimpulkan bahwa kurikulum adalah dokumen/rencana tertulis dalam suatu kegiatan dan pengalaman belajar yang mencankup berbagai rencana sekolah yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saransaran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencangkup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan.
23
Dalam kurikulum terdapat nilai-nilai nasionalisme dan religius yang ditanamkan kepada anak didik. Penyusunan dan pelaksanaan kurikulum disini mengacu pada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
sesuai
dengan
sekolah
masing-masing.
Sedangkan
Departemen Pendidikan Nasional yang telah menetapkan kerangka dasar Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD). 2. Karakteristik Kurikulum Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menekankan pada kemampuam yang harus dicapai dan dimiliki oleh lulusan satuan jenjang pendidikan. Kemampuan lulusan yang harus dicapai dinyatakan dengan standar kompetensi, yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai lulusan. Sebagai sebuah konsep, sekaligus sebagai sebuah program KTSP memiliki karakteristik berikut: a. KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan individual maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat yang pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri. b. KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagamaan. c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekaran dan metode yang bervariasi.
24
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif. e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. 3. Prinsip Pengembangan Kurikulum Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut: a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung
pencapaian
tujuan
tersebut
pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. b. Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis
25
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal dan pengembangan diri
secara
terpadu,
serta
disusun
dalam
keterkaitan
dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi. c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh sebab itu, semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan
kurikulum
dilakukan
dengan
melibatkan
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. e. Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi
kurikulum
mencangkup
keseluruhan
dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan, dan mata pelajaran yang
26
direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan. f. Belajar sepanjang hayat Kurikulum
diarahkan
kepada
proses
pengembangan,
pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsurunsur pendidikan formal, non formal, dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah perkembangan manusia seutuhnya. g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. B. Pendidikan Berbasis Karakter 1. Pengertian a. Konsep Pendidikan Pendidikan telah mengalami proses yang panjang. Pendidikan dalam pengertian umum yakni proses tranmisi pengetahuan (transfer of knowledge) dari satu orang kepada orang lainnya, atau dari satu generasi ke generasi lainnya dan berangsur seumur hidup, selama
27
manusia masih berada dimuka bumi, maka pendidikan akan terus berangsur. Secara sederhana pendidikan dapat dimaknai sebagai “Usaha sadar untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir, rasa dan karsa, serta raga) untuk menghadapi masa depan” (Samani dan Hariyanto, 2012:37). Dalam hal yang lebih spesifik, Buchori dalam Rubiyanto dkk (2004:18) menyatakan sebagai berikut: Pendidikan yang merupakan aktivitas pembelajaran dalam bentuk interaksi edukatif (penyampaian ilmu pengetahuan dan affektif) dengan menempatkan peserta didik sebagai subjek pendidikan, masih juga pendidikan dipersyaratkan untuk penunaian tugas yang mengarah pada upaya memberi arah dan watak peserta didik. Penunaian tugas pewatakan pada peserta didik tersebut dinamakan colouring. Tugas pembelajaran ini menekankan bahwa di samping hasil retesi (bekas yang tersangkut di otak) dari pembelajaran itu sendiri, juga harus membentuk ciri khas tersendiri. Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal I dalam Rubiyanto dkk (2004:21) menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, sikap sosial, dan ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara berbasis karakter. Pendidikan dalam wacanan keislaman lebih populer dengan wacana tarbiyah, ta’lim, ta’dib, dan tadris. Masing-masing pengertian di atas memiliki pengertian yang berbeda-beda. Namun dari sekian
28
banyak pengertian yang telah disebutkan di atas, pendidikan dalam islam banyak di istilahkan dengan kata tarbiyah dengan kata kerjanya Robba yang berarti mengasuh, mendidik, memelihara. Kaitannya dengan tarbiyah di atas, kisah Rosulullah SAW ketika menerima wahyu yang petama QS. Al-Alaq 96: 1-5.
ِِِِِِِِِِِِ ِِِِِِِِِِِِ ِِِِِِِِِِ ِ Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Iqra' (dari qara'a, membaca) berarti Bacalah!. Ini adalah perintah yang datang kepada Nabi, yang disebut sebagai ummi (tidak belajar secara formal). Beliau mendapat pengetahuannya berasal dari sumber batin. Ummi juga berarti keibuan atau seperti ibu. Ummi berarti ibu atau sumber. Pengetahuan beliau adalah dari satu sumber. Kalau kita mengatakan ummi maksudnya adalah bahwa diri beliau sendiri sudah merupakan catatan, dan berarti beliau membaca catatan dirinya
29
sendiri. Dari sinilah dapat diketahui bahwa di dalam kisah tersebut tertanamkan nilai tarbiyah/pendidikan. Penegasan yang lainnya terdapat juga pada ayat Al-Qur’an QS. Al-Isro’ 17: 24
ِِِِِِِِ ِ ِِِِِِِ Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". Ayat ini menunjukkan pengasuhan dan pendidikan orang tua kepada anak-anaknya, yang tidak hanya mendidik pada domain jasmani, namun juga pada domain rohani (afektif). Dari ayat ini juga menunjukkan
pentingnya
pendidikan
atau
binaan
mulai
dari
lingkungan keluarga. Dari definisi
pendidikan di
atas
diperoleh pengertian
pendidikan sebagai kegiatan makro, namun sebenarnya apabila secara khusus dicermati akan diperoleh pemahaman bahwa dalam pendidikan terdapat kegiatan yang dinamakan kegiatan belajar sebab dalam pendidikan terdapat perbuatan belajar baik oleh peserta didik maupun pendidik. Dalam belajar ini terjadi pengkondisian sehingga terbentuk habit berupa tingkah laku yang semakin terampil dan efisien. Kegiatan belajar (learning) diartikan sebagai kegiatan intensional bertujuan
30
untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif permanen, lebih maju dan efisien. b. Konsep Karakter Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan “Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku” (Kemendiknas, 2010:7). Sedangkan Wynne dalam Gunawan (2012:2-3) kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Ada dua pengertian tentang karakter. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan kepribadian (personaliti) seseorang, dimana seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) jika tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Pendapat di atas senada dengan pendapat Ghozali dalam Gunawan (2012:3) bahwa “Karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang
31
telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi”. Mounier dalam Jihad dkk (2010:40) mengajukan dua cara interpretasi. Ia melihat karakter sebagai dua hal, yaitu pertama, sebagai sekumpulan kondisi yang telah diberikan begitu saja, atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita. Karakter yang demikian ini dianggap sebagai sesuatu yang bersifat given (telah ada). Kedua, karakter juga bisa dipahami sebagai tingkat kekuatan melalui nama seorang individu mampu menguasai kondisi tersebut. Karakter yang demikian ini disebut sebagai proses willed yang dikehendaki melalui proses. Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah karakter dihubungkan dengan istilah etika, akhlak, dan nilai atau berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif bukan netral. Jadi orang yang berkarakter adalah orang yang mempunyai kualitas moral positif, memiliki kepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain. Dengan demikian, seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.
32
Berdasarkan pembahasan di muka dapat ditegaskan bahwa karakter merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Orang yang perilakunya sesuai dengan norma-norma disebut berkarakter mulia, sebagaiman dijelaskan dalam QS. Al-Qalam 68:4
ِِِِِِ
Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. c. Konsep Pendidikan Berbasis Karakter Pendidikan karakter bukanlah hal yang baru bagi dunia pendidikan. Secara historis pendidikan karakter telah dikenal sejak 1988 yaitu dengan istilah budi pekerti. Pendidikan karakter menurut Lickona dalam Gunawan (2012:23) adalah “Pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya”. Karakter erat kaitannya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku.
33
Menurut Suyanto dalam Asmani (2012:31) “Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action)”.
Dengan
berkelanjutan,
pendidikan
seorang
anak
karakter akan
yang
menjadi
sistimatis
cerdas
dan
emosinya.
Kecerdasan emosi merupakan bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan yang cerah. Dengan kecerdasan emosi, seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010:10), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dapat dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development) yang secara diagramatik dapat digambarkan dalam diagram Venn dengan empat lingkaran sebagai berikut
34
Gambar 2.1 Konfigurasi Pendidikan Karakter
Sementara itu, Kohn dalam Samani dan Hariyanto (2012:44) menambahkan bahwa: Pendidikan karakter dapat didefinisikan secara luas atau secara sempit. Dalam makna yang luas pendidikan karakter mencakup hampir seluruh usaha sekolah di luar bidang akademis terutama yang bertujuan untuk membantu siswa tumbuh menjadi seseorang yang memiliki karakter yang baik. Dalam makna yang sempit pendidikan karakter dimaknai sebagai sejenis pelatihan moral yang merefleksikan nilai tertentu. Lockwood 1997 dalam Samani dan Hariyanto (2012:45) menambahkan bahwa pendidikan karakter didefinisikan “Sebagai setiap rencana sekolah, yang direncanakan lembaga masyarakat yang lain, untuk membentuk secara langsung dan sistematis perilaku orang muda dengan mempengaruhi secara eksplisit nilai-nilai kepercayaan
35
non-relavistik (diterima luas), yang dilakukan secara langsung menerapkan nilai-nilai tersebut”. Jadi, dapat disimpulkan dari pendapat-pendapat di atas bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Dapat pula dimaknai sebagai suatu sistem penanaman nilainilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran
atau
kemauan,
dan
tindakan
untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga manjadi insan yang kamil. Penanaman nilai kepada warga sekolah maknanya bahwa pendidikan karakter baru akan efektif jika tidak hanya siswa, tetapi juga para guru, kepala sekolah dan tenaga non pendidik di sekolahan semua harus terlibat dalam pendidikan karakter. 2. Tujuan Pendidikan Karakter Tidak dapat diingkari bahwa sudah menjadi sangat mendesak pendidikan karakter diterapkan di dalam lembaga pendidikan kita. Alasan-
36
alasan kemerosotan moral, dekadensi kemanusiaan yang terjadi tidak hanya dalam diri generasi muda kita, namun telah menjadi ciri khas abad ini, seharusnya membuat kita perlu mempertimbangkan kembali bagaimana lembaga pendidikan mampu menyumbangkan perannya bagi perbaikan kultur bangsa. Sebuah kultur bangsa yang membuat peradaban kita semakin manusiawi (Koesoema, 2010:134). Adapun tujuan pendidikan karakter secara terperinci adalah sebagai berikut: a. Mendorong kebiasaan dan perilaku yang terpuji sejalan dengan nilainilai universal, tradisi budaya, kesetaraan sosial dan religiusitas agama. b. Menanamkan jiwa kepemimpinan yang bertanggung jawab sebagai penerus bangsa. c. Memupuk ketegaran dan kepekaan mental peserta didik terhadap situasi sekitarnya, sehingga tidak terjerumus ke dalam perilaku yang menyimpang, baik secara individu maupun sosial. d. Meningkatkan kemampuan menghindari sifat tercela yang dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. e. Agar siswa memahami dan menghayati nilai-nilai yang relevan bagi pertumbuhan dan penghargaan harkat dan martabat manusia. 3. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter Pendidikan di sekolah akan telaksana dengan baik, jika guru dalam pelaksanaannya baik, serta memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter. Budimasyah dalam Gunawan (2012:36) berpendapat bahwa
37
program pendidikan karakter di sekolah perlu dikembangkan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: a.
Pendidikan
karakter
di
sekolah
harus
dilaksanakan
secara
berkelanjutan (kontinuitas). Hal ini mengandung arti bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan proses yang panjang, mulai sejak awal peserta didik masuk sekolah hingga mereka lulus sekolah pada suatu satuan pendidikan. b.
Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui semua mata pelajaran (terintegrasi), melalui pengembangan diri, dan budaya suatu satuan pendidikan. Pembinanan karakter bangsa dilakuakan dengan mengintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran, dalam kegiatan kurikuler mata pelajaran, semua mata pelajaran diarahkan pada pengembangan nilai-nilai karakter tersebut. Pengembangan nilai-nilai karakter juga dapat dilakukan dengan melalui pengembangan diri, baik melalui konseling maupun kegiatan ekstra kurikuler.
c.
Sejatinya
nilai-nilai
karakter
tidak
diajarkan
(dalam
bentuk
pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran. Kecuali bila dalam bentuk mata pelajaran agama (yang di dalamnya mengandung
ajaran)
maka
pengetahuan
(knowing),
tetap
melakukan
diajarkan (doing),
dengan dan
proses, akhirnya
membiasakan (habit). d.
Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif (active learning) dan menyenangkan (enjoy full learning). Proses ini
38
menunjukkan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Sedangkan guru menerapkan prinsip tut wuri handayani
dalam setiap perilaku yang ditunjukkan oleh
agama. 4. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Nilai-nilai
yang dikembangkan dalam pendidikan berbasis
karakater diklasifikasikan berikut:
Tabel 2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Berbasis Karakter (Kemendiknas, 2010: 9-10)
Nilai 1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin 5. Kerja Keras
6. Kreatif
7. Mandiri 8. Demokratis 9. Rasa Ingin Tahu
10. Semangat Kebangsaan
Deskripsi Sikap Dan Perilaku Yang Patuh Dalam Melaksanakan Ajaran Agama Yang Dianutnya, Toleran Terhadap Pelaksanaan Ibadah Agama Lain, Dan Hidup Rukun Dengan Pemeluk Agama Lain. Perilaku Yang Didasarkan Pada Upaya Menjadikan Dirinya Sebagai Orang Yang Selalu Dapat Dipercaya Dalam Perkataan, Tindakan, Dan Pekerjaan. Sikap Dan Tindakan Yang Menghargai Perbedaan Agama, Suku, Etnis, Pendapat, Sikap, Dan Tindakan Orang Lain Yang Berbeda Dari Dirinya. Tindakan Yang Menunjukkan Perilaku Tertib Dan Patuh Pada Berbagai Ketentuan Dan Peraturan. Perilaku Yang Menunjukkan Upaya Sungguh-Sungguh Dalam Mengatasi Berbagai Hambatan Belajar Dan Tugas, Serta Menyelesaikan Tugas Dengan SebaikBaiknya. Berpikir Dan Melakukan Sesuatu Untuk Menghasilkan Cara Atau Hasil Baru Dari Sesuatu Yang Telah Dimiliki. Sikap Dan Perilaku Yang Tidak Mudah Tergantung Pada Orang Lain Dalam Menyelesaikan Tugas-Tugas. Cara Berfikir, Bersikap, Dan Bertindak Yang Menilai Sama Hak Dan Kewajiban Dirinya Dan Orang Lain. Sikap Dan Tindakan Yang Selalu Berupaya Untuk Mengetahui Lebih Mendalam Dan Meluas Dari Sesuatu Yang Dipelajarinya, Dilihat, Dan Didengar. Cara Berpikir, Bertindak, Dan Berwawasan Yang Menempatkan Kepentingan Bangsa Dan Negara Di Atas Kepentingan Diri Dan Kelompoknya.
39
Nilai 11. Cinta Tanah Air
12. Menghargai Prestasi
13. Bersahabat/Komuniktif 14. Cinta Damai
15. Gemar Membaca
16. Peduli Lingkungan
17. Peduli Sosial
18. Tanggung-Jawab
Deskripsi Cara Berfikir, Bersikap, Dan Berbuat Yang Menunjukkan Kesetiaan, Kepedulian, Dan Penghargaan Yang Tinggi Terhadap Bahasa, Lingkungan Fisik, Sosial, Budaya, Ekonomi, Dan Politik Bangsa. Sikap Dan Tindakan Yang Mendorong Dirinya Untuk Menghasilkan Sesuatu Yang Berguna Bagi Masyarakat, Dan Mengakui, Serta Menghormati Keberhasilan Orang Lain. Tindakan Yang Memperlihatkan Rasa Senang Berbicara, Bergaul, Dan Bekerja Sama Dengan Orang Lain. Sikap, Perkataan, Dan Tindakan Yang Menyebabkan Orang Lain Merasa Senang Dan Aman Atas Kehadiran Dirinya. Kebiasaan Menyediakan Waktu Untuk Membaca Berbagai Bacaan Yang Memberikan Kebajikan Bagi Dirinya. Sikap Dan Tindakan Yang Selalu Berupaya Mencegah Kerusakan Pada Lingkungan Alam Di Sekitarnya, Dan Mengembangkan Upaya-Upaya Untuk Memperbaiki Kerusakan Alam Yang Sudah Terjadi. Sikap Dan Tindakan Yang Selalu Ingin Memberi Bantuan Pada Orang Lain Dan Masyarakat Yang Membutuhkan. Sikap Dan Perilaku Seseorang Untuk Melaksanakan Tugas Dan Kewajibannya, Yang Seharusnya Dia Lakukan, Terhadap Diri Sendiri, Masyarakat, Lingkungan (Alam, Sosial Dan Budaya), Negara Dan Tuhan Yang Maha Esa.
Tabel 2.2 Nilai-Nilai (Karakter) Utama ke dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Kemendiknas dalam Gunawan 2012:223)
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Nilai-nilai yang Ditanamkan Religius, jujur, santun, disiplin, bertanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagamaan, patuh pada aturan sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, peduli.
C. Mata Pelajaran PAI 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
40
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran danlatihan. PAI yang hakikatnya merupakan sebuah proses, dalam perkembangannya juga dimaksudkan sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Berbicara tentang PAI dapat dimaknai dalam dua pengertian: pertama sebagai sebuah proses penanaman ajaran Islam, kedua sebagai bahan kajian yang menjadi materi proses itu sendiri (Departemen Agama, 2004:2). 2. Karakteristik Mata Pelajaran PAI Sebagaimana mata pelajaran, rumpun mata pelajaran, atau bahan kajian, PAI memiliki ciri-ciri khas atau karakteristik tertentu yang membedakan dengan mata pelajaran lain. Adapun karakteristik mata pelajaran PAI dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
PAI merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam dan merupakan mata pelajaran pokok yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam dengan tujuan mengembangkan moral dan kepribadian peserta didik.
b.
Tujuan PAI adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok Agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam sehingga
41
memadai baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tunggi. c.
Pendidikan Agama Islam, sebagai sebuah program pembelajaran, diarahkan pada: (1) Menjaga aqidah dan ketaqwaan peserta didik, (2) Menjadi landasan untuk lebih rajin mempelajari ilmu-ilmu lain yang diajarkan dimadrasah, (3) Mendorong peserta didik untuk kritis, kreatif dan inovarif (4) Menjadi landasan prilaku dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. PAI bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang Agama Islam, tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (membangun etika sosial).
d.
Pembelajaran PAI tidak hanya menekankan aspek kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya.
e.
Isi mata pelajaran PAI didasarkan dan dikembangkan dari ketentuanketentuan yang ada dalam dua sumber pokok ajaran agama islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW (dalil naqli) dan juga diperkaya dengan hasil-hasil istinbath atau ijtihad (dalil aqli) para ulama sehingga lebih rinci dan mendetail.
f.
Materi PAI dikembangkan dari tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep iman, syari’ah dari konsep Islam, dan akhlak dari konsep ihsan. Dari ketiga konsep dasar itulah berkembang berbagai kajian
42
keislaman, termasuk kajian-kajian yang terkait dengan ilmu, teknologi, seni dan budaya. g.
Out put program pembelajaran PAI di sekolahan adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak mulia (budi pekerti yang luhur) yang merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW di dunia ini. Pendidikan akhlak (budi pekerti) adalah jiwa pendidikan dalam Islam, sehingga pencapaian akhlak mulia (karimah) adalah tujuan Pendidikan yang sesungguhnya. Demikian karakteristik Pendidikan Agama Islam (PAI). Guru perlu
mengembangkannya lebih lanjut sesuai dengan rambu-rambu ini, sehingga implementasi kurikulum PAI sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik, madrasah dan masyarakat. D. Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter dalam Mata Pelajaran PAI Pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu
berbasis
sekolah
yang
terimplementasi
dalam
pengembangan,
pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan pendidikan. Sedangkan pendidikan berbasis karakter secara terintegrasi didalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai kedalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada mata pelajaran (Gunawan, 2012:224). Agar kurikulum pendidikan berbasis karakter dapat dilaksanakan secara
43
optimal, kurikulum pendidikan berbasis karakter diimplementasikan melalui langkah-langkah berikut: 1. Sosialisasi ke stakeholders (komite sekolah, masyarakat, lembagalembaga) 2. Pengembangan dalam kegiatan sekolah sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.3 Tabel 2.3 Implementasi Pendidikan Berbasis Karakter dalam KTSP
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KTSP 1. Integrasi dalam Mata Mengembangkan Silabus dan RPP pada kompetensi yang telah ada sesuai dengan nilai yang akan Pelajaran diterapkan 2. Integrasi dalam a. Ditetapkan oleh Satuan Pendidikan/Daerah b. Kompetensi dikembangkan oleh Satuan Muatan Lokal Pendidikan/Daerah 3. Kegiatan a. Pembudayaan dan Pembiasaan 1) Pengkondisian Pengembangan Diri 2) Kegiatan rutin 3) Kegiatan spontanitas 4) Keteladanan 5) Kegiatan terprogram b. Ekstrakurikuler c. Bimbingan Konseling Pemberian layanan bagi peserta didik yang mengalami masalah.
Strategi tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis kelas disertai dengan program remidiasi dan pengayaan. Sedangkan pengembangan nilai-nilai karakater diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Langkah-langkah pengintegrasian dapat dilakukan sebagai berikut:
44
a.
Mendeskripsikan Kompetensi Dasar Kompetensi dasar ini biasanya bersumber pada kurikulum yang berlaku, misalnya institusi pendidikan sekarang menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Di dalam kurikulum tersebut telah termuat kompetensi dasar untuk tiap mata pelajaran.
b.
Mengidentifikasi butir-butir karakter yang akan diintegrasikan Selanjutnya, dilakukan identifikasi nilai-nilai karakter yang akan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran, misalnya, nilai-nilai karakter jujur, tidak sombong, menghargai orang lain, menjaga kebersihan, dll.
c.
Mengintegrasikan butir-butir karakter ke dalam mata pelajaran (Kompetensi Dasar) Kemungkinan tidak semua nilai dapat diintegrasikan ke dalam tiap kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran. Oleh karena itu, perlu mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang dimungkinkan dapat diintegrasikan.
d.
Melaksanakan pembelajaran Pembelajaran dengan pendekatan integrasi perlu dilaksanakan dengan metode atau teknik tertentu.
e.
Menentukan metode Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran ini antara lain adalah ceramah, diskusi, penugasan, dll.
45
f.
Menentukan evaluasi Pada dasarnya evaluasi dilaksanakan berorientasi pada proses dan hasil. Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan
sebagainya,
guru
dapat
memberikan
kesimpulan
atau
pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai. 3. Menentukan sumber belajar Sumber belajar yang digunakan terutama, buku pegangan guru dan buku pegangan siswa, selanjutnya dapat ditambahkan dengan buku pendamping, buku acuan, maupun yang lain. Sumber belajar ini dapat juga berkaitan dengan buku-buku tentang pendidikan karakter. 4. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dalam rangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan belajar aktif seperti pendekatan belajar kontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan, pembelajaran berbasis kerja, dan ICARE (Introduction, Connection, Application, Reflection, Extension) dapat digunakan untuk pendidikan karakter. 5. Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu:
46
a.
Kegiatan rutin Kegiatan rutin yaitu kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari Senin,
upacara besar kenegaraan, pemeriksaan
kebersihan badan, piket kelas, shalat berjamaah, berdo’a sebelum pelajaran dimulai dan diakhiri, dan mengucapkan salam apabila bertemu guru, tenaga pendidik, dan teman. b.
Kegiatan spontan Kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga, misalnya, mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
c.
Kegiatan Keteladanan Merupakan perilaku, sikap guru, tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin (kehadiran guru yang lebih awal dibanding peserta didik), kebersihan, kerapihan, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur, dan kerja keras dan percaya diri. Allah dalam mendidik manusia menggunakan contoh atau teladan sebagai model terbaik agar mudah diserap dan diterapkan pada manusia. Contoh atau teladan itu diperankan oleh para Nabi dan Rasul, sebagaimana firman-Nya QS. Al-Mumtahanah 60:6.
47
ِ ِِِِِِِِِِِ ِ ِِِِِِِِِِِ ِ Artinya: “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian. dan Barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Keteladanan di sekolah adalah perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan yang lain dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika guru dan tenaga kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai pendidikan berbasis karakater maka guru dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai itu. Misalnya, berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur. d.
Pengkondisian Pengkondisian yaitu penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya kebersihan badan dan pakaian, toilet yang bersih, tempat sampah, halaman yang hijau
48
dengan pepohonan, poster kata-kata bijak di sekolah dan di dalam kelas. 6. Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler Terlaksananya kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang mendukung
pendidikan
karakter
memerlukan
perangkat
pedoman
pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia, dan revitalisasi kegiatan yang sudah dilakukan sekolah. 7. Kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat Dalam kegiatan ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan masyarakat. Sekolah dapat membuat angket berkenaan nilai yang dikembangkan di sekolah, dengan responden keluarga dan lingkungan terdekat anak/siswa (Kemendiknas, 2010:14-16).
49
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SDN Salatiga 08 1. Letak Geografis SDN Salatiga 08 terletak di Jl. Domas No 54 Kecamatan Sidorejo Kelurahan Salatiga Propinsi Jawa Tengah. Batas
sebelah utara SDN
Salatiga 12, sebelah barat TK Tarbiyatu Banin, sebelah timur perkampungan dan sebelah selatan jalan Domas. Letak SD Salatiga 08 sangat setrategis, karena merupakan komplek sekolah yaitu SD Salatiga 12 dan TK Tarbiyatul Banin yang berada di tengah kota sehingga mudah di jangkau baik dengan menggunakan kendaraan roda 4 maupun roda 2. Sekolah ini berdiri di atas tanah seluas 1.450 m², luas bangunan 800 m², tanaman lumbung dan apotek hidup seluas 150 m² dan sisanya 500 m² digunakan sebagai tempat bermain/upacara (halaman). SDN Salatiga 08 mempunyai 16 bangunan ruang yang terdiri dari 6 ruangan belajar, 1 ruangan kepala sekolah guru dan karyawan, 1 ruangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), 1 ruangan perpustakaan, 1 ruang laboratorium dan kesenian, 1 ruang komputer, 1 Musola dan 4 unit WC/kamar mandi, sebagai sarana belajar dan pendukung aktifitas warga sekolah. Setiap ruangan, baik di dalam maupun di luarnya dihiasi dengan kata-kata mutiara, semboyan, dan media pembelajaran lainnya yang sesuai. Disamping itu juga dilengkapi dengan fasilitas lain berupa sarana
50
kebersihan, sarana olahraga serta berbagai alat peraga dan multimedia yang memadahi. Jumlah peserta didik di SDN Salatiga 08 pada tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 220 siswa yang terbagi ke dalam 6 rombongan belajar.
Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sebanyak 14 orang yang terdiri dari: 1 kepala sekolah, 6 guru kelas, 6 guru mata pelajaran, 1 tata usaha, dan 1 penjaga sekolah. Banyaknya siswa yang sekolah di SDN Salatiga 08, menunjukkan adanya dukungan dari masyarakatnya sekitar yang begitu luas. Hal ini disebabkan adanya berbagai macam prestasi baik akademik maupun non akademik serta manajemen sekolah sesuai dengan yang
dikehendaki
masyarakat,
juga
terjalinya
hubungan
dengan
masyarakat yang sangat kental/baik, berbagai kegiatan kemasyarakatan dapat menggunakan fasilitas SDN Salatiga 08, begitu pula sebaliknya, sehingga masyarakat merasa memiliki, peduli dan andarbeni. Disamping itu SDN Salatiga 08 juga melakukan kerjasama dengan UKSW maupun Perguruan Tinggi yang ada di Salatiga (STAIN dan AMA)
dengan
seringnya digunakan sebagai tempat untuk PPL, Magang, praktikem maupun
penelitian,
sehingga
membawa
dampak
positif
bagi
perkembangan kemajuan SDN Salatiga 08. Hal ini membuktikan adanya kepercayaan bukan hanya masyarakat lingkungan, namun juga dari lingkungan akademis (PT).
51
2. Subjek Penelitian Peneliti memilih SDN Salatiga 08 karena Sekolah Dasar Negeri Salatiga 08 telah melaksanakan pendidikan karakter yang diintegrasikan ke
dalam
semua
pengembangan
diri
mata yang
pelajaran, meliputi
muatan
lokal,
ekstrakurikurer,
dan
kegiatan
pembiasaan-
pembiasaan, bimbingan konseling. Hal ini bisa dilihat dalam silabus, RPP dan pelaksanaan pembelajaran serta kondisi dilapangan (psikomorik siswa). Di samping itu pendidikan Karakter (Pendikar) SDN Salatiga 08 didukung semua komponen/stakeholders sehingga memungkinkan untuk bisa berkembang sesuai program yang diharapkan. Bahkan Pendidikan Karakter telah dilaksanakan sebelum UU Sisdiknas No 20 tahun 2003, khususnya
pendidikan agama. Hal ini terbukti dengan banyak sekali
kegiatan yang di dalamnya disisipkan nilai-nilai karakter religius (penjiwaan keagamaan), baik agama Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, dan Budha. Walaupun memiliki keanekaragaman dalam keyakinan, tidak membuat perpecahan di antara satu sama lain. Pendidikan karakter yang dikembangkan SDN Salatiga 08 bertujuan agar peserta didik menjadi generasi penerus bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, dinamis berorentasi pada ilmu dan teknologi yang dijiwai dengan iman dan taqwa kepada Allh SWT. Hal itu sesuai dengan yang diamanatkan dalam UUD 1945. Dan semua alasan yang
52
peneliti yang
paparkan telah teruji keberhasilanya, dengan akreditasi
sangat memuaskan (A) terlampir. 3. Visi dan Misi Sekolah a. Visi SDN Salatiga 08 “LUHUR BUDI PEKERTI PRESTASI TIADA HENTI” INDIKATOR VISI : 1)
Berprestasi dalam peningkatan/pengembangan IMTAQ.
2)
Berprestasi dalam peningkatan/pengembangan isi (kurikulum).
3)
Berprestasi dalam peningkatan/pengembangan tenaga pendidikan.
4)
Berprestasi dalam peningkatan/pengembangan proses.
5)
Berprestasi
dalam
peningkatan/pengembangan
fasilitas
pendidikan. 6)
Berprestasi dalam peningkatan/pengembangan fasilitas kelulusan.
7)
Berprestasi
dalam
peningkatan
mutu
kelembagaan
dan
manajemen. 8)
Berprestasi dalam pengembangan pembiayaan pendidikan.
9)
Berprestasi dalam pengembangan penilaian.
b. Misi SDN Salatiga 08 1)
Menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan
secara
efektif
untuk
mewujudkan pengingkatan dan pengembangan IMTAQ. 2)
Menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan
secara
efektif
untuk
mewujudkan peningkatan dan pengembangan isi (kurikulum).
53
3)
Melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menunjang kinerja guru dan karyawan.
4)
Melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dinamika dan kualitas proses pembelajaran, pelatihan dan bimbingan.
5)
Mengupayakan pengadaan, pemanfaatan dan pemeliharaan dan fasilitas pendidikan secara optimal.
6)
Melaksanakan
kegiatan
pencapaian
ketuntasan
kompetensi
kelulusan baik pengetahuan, keterampilan, perilaku. 7)
Melaksanakan manajemen berbasis sekolah secara mantap.
8)
Mengupayakan pengembangan pembiayaan untuk mendukung kegiatan persekolahan secara menyeluruh.
9)
Melaksanakan
penilaian
secara
menyeluruh
dan
berkesinambungan untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya. 4. Profil Sekolah Berdasarkan dokumen profil sekolah, diperoleh data tentang SDN Salatiga 08 sebagai berikut: a. Identitas Sekolah Tabel 3.1 Identitas Sekolah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
NAMA SEKOLAH NOMOR STATISTIK/NIS PROPINSI OTONOMI DAERAH KECAMATAN DESA/KELURAHAN JALAN DAN NOMOR KODE POS TELEPHONE FAXIMILE/Email
54
SD NEGERI SALATIGA 08 1 0 1 0 3 6 2 0 4 0 0 8/1 0 0 0 6 0 JAWA TENGAH SALATIGA SIDOREJO SALATIGA DOMAS NO. 54 50711 0298 316514 ─
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
DAERAH STATUS SEKOLAH KELOMPOK SEKOLAH AKREDITASI
PERKOTAAN NEGERI MODEL A Nomor: 421.1/008385 Tgl. 29 Desember 1911
SURAT KEPUTUSAN/SK PENERBIT SK (Ditandatangani Oleh) TAHUN BERDIRI PERUBAHAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BANGUNAN SEKOLAH LOKASI SEKOLAH JARAK KE PUSAT KECAMATAN JARAK KE PUSAT OTODA TERLETAK PADA LINTASAN JUMLAH KEANGGOTAAN RAYON ORGANISASI PENYELENGGARA PERJALANAN/PERUBAHAN SEKOLAH REKENING BANK
GUBERNUR DAERAH TINGKAT I 1973 1977 PAGI MILIK SENDIRI PERKOTAAN 1
KM
1,5 KM DESA 9
SEKOLAH
PEMERINTAH ─ ─
b. Keadaaan Guru /Karyawan Tabel 3.2 Keadaaan Guru / Karyawan
NO 1. 2. 3. 4. 5.
TIPE GURU Pegawai Negeri Guru Guru Bantu GTT Karyawan
JUMLAH ─ 11 ─ 2 1
Jumlah
14
55
KURANG ─ ─ ─ ─ ─
LEBIH ─ ─ ─ ─ ─
KET. ─ ─ ─ ─ ─
c. Keadaan Siswa Tabel 3.3 Keadaan Siswa
TAHUN 2007 – 2008 2008 – 2009 2009 – 2010 2011 – 2011 2011 – 2012
KL I 40 40 40 40 40
KL II 33 35 36 39 39
KL III 33 33 34 36 39
KL IV 34 38 34 37 39
KL V 36 32 33 32 32
KL VI 28 31 33 32 31
Ket. 204 209 210 217 220
d. Data Nilai UAS/UASDA/UASBN/UN Tabel 3.4 Data Nilai
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
MAPEL Agama PPKn IPA IPS B. Indonesia Matematika B. Inggris
2008 –2009
2009 – 2011
2011 – 2011
8, 80 8, 16 7, 64 8, 03 7, 58 6, 90 7, 05
8, 85 8, 20 7, 70 7, 20 7, 82 7, 00 7, 10
8, 40 8, 25 7, 75 7, 25 7, 85 7, 13 7, 10
2011 – 2012 8, 90 8, 30 8, 75 7, 85 8, 80 7, 20 7, 20
e. Daftar Guru/Karyawan Tabel 3.5 Data Guru dan Karyawan
NO 1.
NAMA Drs. Ismail
NIP 19550714 198304 1 001
JABATAN Kepala Sekolah
2.
Sri Sayekti W R.
19580204 197701 2 003
Guru Kelas
3.
Munawiyati,S.Pd
19591120 197911 2 006
Guru Kelas
4.
Ester Yacobus
19560320 198405 1 001
Guru Kelas
5.
Y. Haryadi, S.Pd
19580814 1980111003
Guru Mapel
6.
Suparmi, S.Pd
19631114 198703 2 006
Guru Kelas
7.
Raoyan
19590523 198304 1 002
Guru Mapel
8.
Liswati, S.Pd
19661009 199403 2 007
Guru Kelas
56
9.
Marzuki
19610604 168201 2 005
Karyawan
10.
Khoeriyah, S. Pd. I
19780410 200701 2 012
Guru Mapel
11.
Sutiyem, S. Pd
19680106 200801 2 010
Guru Kelas
12.
Widodo, S. Pd
19820404 200902 1 002
Guru Mapel
13.
Dyah Sri Handayani
─
Guru Mapel/TU
14.
Elly Rahmawati
─
Guru Mapel
f. Struktur Organisasi Sekolah Kepala Sekolah
:
Drs. Ismail Djunaedi
Sekretaris
:
Dyah Sri Handayani, S.Pd
Bendahara
:
1. Sri Sayekti Wasitorini
:
2. Suparmi, S,Pd
Bagian-bagian
:
1) Pramuka
:
2) UKS :
Siti Khoeriyah, S.Pd.I Widodo, S.Pd
:
Esther Yacobus
:
Aulia Fitrianingrum
:
Yusuf Haryadi, S.Pd
:
1. Siti Khoiriyah, S.Pd.I
:
2. Raoyan
5) Olahraga
:
Widodo S. Pd
6) Humas
:
1. Munawiyati,S.Pd
3) Seni Tari Seni Musik 4) Agama
2. Liswati, S.Pd 3. Elly Rachmawati
57
g. Susunan Pengurus KOMITE Sekolah Tabel 3.6 Susunan Pengurus Komite Sekolah
NO
NAMA
JABATAN
ALAMAT
KETERANGAN
1.
Sukemi S. Ip, S.Pd
Ketua I
Somopuro
Tokoh Pendidikan
2.
Drs. Muslikh, MM
Ketua II
Domas
Tokoh Masyarakat
3.
Drs. A. Bachrudin, M. Si
Sekretaris I
Somopuro
Tokoh Pendidikan
4.
Yusuf Haryadi, S. Pd
Sekretaris II Kemiri
Dewan Guru
5.
Munawiyati, S.Pd
Bendahara I
Dewan Guru
6.
Hj. Sholekah
Bendahara II Domas
Orang Tua Siswa
7.
H. Sirun
Anggota
Kemiri
Tokoh Masyarakat
8.
Munawir
Anggota
Somopuro
Tokoh Agama
9.
Syaeful Fanani
Anggota
Domas
Orang Tua Siswa
Kauman
B. Temuan Penelitian 1. Konsep Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08. Konsep kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08 sesuai dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan kurikulum pendidikan yang sudah dirancang oleh sekolah (KTSP), sedangkan Departemen Pendidikan Nasional yang telah menetapkan kerangka dasar Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), dan Kompetensi Dasar (KD). Nilai-nilai pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran, muatan lokal, dan kegiatan pengembangan diri yang meliputi ekstrakurikurer, pembiasaanpembiasaan, bimbingan konseling. Sedangkan peneliti mengkhususkan,
58
”Nilai-nilai pendidikan karakter diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)“, melalui pegembngan silabus dan RPP pada kompetensi yang telah ada sesuai dengan nilai yang akan diterapkan pada setiap pokok bahasan dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Jadi kurikulum pendidikan berbasis karakter pada hakekatnya tidak terdiri kurikulum sendiri. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Kepala Sekolah Drs. Ismail Dj menyatakan: “Pendidikan karakter itu pada hakekatnya tidak ada kurikulum tersendiri. Implementasinya indikator karakter yang akan disampaikan untuk dikuasai serta dilaksanakan anak dalam kehidupan sehari-hari dimasukkan ke dalam materi-materi pelajaran yang sesuai dengan nilai-nilai karakter yang diharapkan. Jadi kurikulum yang dipakai KTSP, hanya saja dalam materimateri pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) disisipkan nilai-nilai karakter yang diharapkan”. Hal senada juga disampaikan oleh Siti Khoiriyah, S.Pd.I selaku guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI): “Kurikulum pendidikan berbasis karakter tidak terdiri kurikulum sendiri, namun nilai-nilai karakter diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan Agama Islam (PAI) melalui pengembangan silabus, dan dituangkan dalam RPP. Pendidikan karakter dimasukkan dalam komponen setiap Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) yang tertuang dalam indikator maupun tujuan pembelajaran”. Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa SDN Salatiga 08 menggunakan KTSP dalam KBM yang di dalamnya diintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter yang sesuai pada setiap pokok bahasan dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti tentang tujuan diintegrasikanya pendidikan berbasis karakter ke dalam KTSP
59
Pendidikan Agama Islam di SDN Salatiga 08, seperti yang ِdi ungkapkan oleh Kepala Sekolah Drs. Ismail Dj adalah: “Untuk menanamkan sedini mungkin nilai-nilai karakter yang terdiri 18 item (Religius, Jujur, Teleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Peduli lingkungan) mendarah daging dihati anak, mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan ke depan bangsa Indonesia mampu mandiri untuk mewujudkan citacita bangsa (Baldatun toyyibatun warobbun ghofur), amiin”. Pendapat lainya juga di sampaiakan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Siti Khoiriyah, S.Pd.I: ”Tujuannya adalah: tertanamnya nilai-nilai 18 karakter dihati anak didik, melalui pengitegrasian kedalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN Salatiga 08, dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari”. Sehingga kedepan mampu membangun dirinya sendiri dan bersama-sama membangun bangsanya. Dari petikan wawancara diatas diketahui bahwa tujuan dari diintegrasikanya
pendidikan berbasis karakter kedalam semua mata
pelajaran, dan khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08 adalah sebagai acuan semua guru dalam KBM, khususnya guru Pendidikan Agama Islam (PAI), dimana dalam materi pelajaran PAI tersisipkan/terintegrasikan 18 nilai-nilai karakter yang harus disampaikan,
dikuasai dan diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat. Manfaat dari diintegrasikan pendidikan berbasis karakter itu tercermin dari adanya perubahan sikap positif dari peserta didik seperti yang disampaikan oleh Siti Khoiriyah, S.Pd. I sebagai pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN Salatiga 08:
60
“Manfaatnya adalah adanya perubahan sikap positif/baik dari setiap peserta didik setelah dilaksanakannya KBM, disamping itu dalam hal materi juga memperoleh hasil yang meningkat sesuai dengan target dan daya serap yang diharapkan”. Pendapat lainya juga di sampaiakan oleh Drs. Ismail Dj selaku Kepala Sekolah SDN Salatiga 08: “Manfaatnya sangat banyak, antara lain: untuk menanamkan kedisiplinan, kejujuran, keberanian, ketegasan, amanah dan diterapkan/amalkan dalam kehidupan sehari-hari, yang nantinya diharapkan ke depan Bangsa Indonesia betul-betul bisa mandiri, berkualitan, berwibawa dan disegai oleh bangsa lain. Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pendidikan berbasis karakter adalah sebuah langkah yang pasti dalam mendidik generasi penerus bangsa dalam lingkungan sekolah, artinya untuk menanamkan karakter positif bagi peserta didik, sehingga diharapkan nantinya ada perubahan sikap/perilaku positif peserta didik. Perubahan positif itu mulai dari hal yang paling terkecil dalam kehidupan seharisampai kepada hal yang berkaitan dengan bangsa dan negaranya. Yang natinya diharapkan ke depan karakter bangsa betul-betul dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan tercermin dalam kegiatan kehidupan sehari-hari serta dalam berbangsa dan bernegara. 2. Pelaksanaan
Kurikulum Pendidikan
Berbasis
Karakter Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08 Pelaksanaan
Pendidikan
Berbasis
Karakter
mata
pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08 pada dasarnya tidak terdiri dalam kurikulum sendiri, namun
61
diintegrasikan pada materi mata pelajaran yang sudah ada dan sepenuhnya dibuat oleh masing-masing sekolah atau yang dikenal dengan KTSP. Sedangkan guru pengampu mata pelajaran dapat mengembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang di dalamnya diintegrasikan nilainilai karakter yang diharapkan sesuai dengan pokok bahasan materi. Hal ini sejalan dengan yang di ungkapkan oleh Siti Khoiriyah, S. Pd. I sebagai pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN Salatiga 08: ”Diintegrasikan dalam mata pelajaran (PAI), diintegrasikan dalam muatan lokal, diintegrasikan dalam kegiatan eksta kulikuler dan pengembangan diri melalui berbagai pembiasaan”. Ada beberapa cara dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan
akhlak di SDN Salatiga 08, yaitu: pertama, diintegrasikan dalam mata pelajaran yang secara dokumen langsung dimasukkan ke dalam silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP). Kedua, diintegrasikan dalam muatan lokal yang sudah ditentukan oleh daerah masing-masing sekolah. Ketiga, diintegrasikan ke dalam kegiatan pengembangan diri yang meliputi ekstrakurikurer, pembiasaan-pembiasaan, bimbingan konseling. Paparan di atas diperkuat dengan pendapat Drs. Ismail Dj selaku Kepala Sekolah SDN Salatiga 08 yang mengatakan: “Kita sisipkan/masukkan/integrasikan pada materi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang sesuai dengan nilai karakter yang diharapkan seperti contoh yang sudah saya paparkan di atas tadi, pelaksanaannya seperti itu. Jadi tidak terdiri dalam jam sendiri/kurikulum sendiri namun kita integrasikan pada materi mata pelajaran yang sudah ada. Selain itu juga bisa melalui
62
ekstrakurikurer, muatan lokal, misalnya puisi dengan membuat teks yang berbau keislaman, menari dengan menggunakan lagu islami dan gerakan yang sopan, Juga bisa melalui pengembangan diri, seperti memberi salam, bersalaman, berdoa sebelum dan sesudah aktifitas dll. Jadi pelaksanannya dapat dilakukan di dalam kelas maupun luar kelas serta dilingkungan masyarakat”. Petikan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa cara mengintegrasikannya dengan melihat dari silabus yang sudah ditetapkan mulai dari SK, KD dan menentukan indikator dan tujuan yang ingin dicapai, kemudian mensisipkan nilai karakter yang ingin dicapai sesuai dengan materi pembahasan. Semuanya bisa langsung di cantumkan di dalam silabus dan RPP yang sudah dibuat oleh guru PAI. Hasil temuan penelitiِbahwa di SDN Salatiga 08 telah menerapkan pendidikan berbasis karakter sesuai dengan himbauan pemerintah melalui Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 bukan hanya secara dokumen, tapi sudah terlaksana secara tindakan. Hal itu jelas terbukti dengan adanya dokumen tertulis dalam kurikulum yang di dalamnya disisipkan nilai-nilai karakter, sedangkan dalam aplikasinya jelas tercermin dari kegiatan sehari-hari yang ada di dalam sekolah mulai dari pembiasaan rutin, spontan, dan terprogram. Berdasarkan kondisi sekolah dan rapat dewan guru serta mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan siswa di SDN Salatiga 08 terdapat kegiatan pengembangan diri yang dipilih dan ditetapkan. Disini peneliti dapatkan dari dokumen kurikulum sekolah yaitu sebagai berikut: Kegiatan pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
63
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan bakat, minat, setiap peserta didik dengan kondisi sekolah. Jenis-jenis kegiatan pengembangan diri meliputi: 1. Kegiatan ekstrakurikurer yaitu: a.
Kewiraan: pramuka dan pasuspera/PBB
b.
Olahraga: sepak bola, tenis meja, dan atletik.
c.
Kesenian: seni lukis, seni tari, seni musik, dan vokal
2. Kegiatan pembiasaan, yaitu: a.
Pembiasaan rutin Merupakan proses pembiasaan akhlak dan penanaman ajaran agama islam, meliputi:
b.
1)
Mengucapkan salam/5S
2)
Shalat berjamaah
3)
Berdoa sebelum proses pembelajaran
4)
Hafalan asmaul khusna
5)
Upacara bendera
6)
Cuci tangan dengan sabun
7)
Buang sampah pada tempatnya
Pembiasaan terprogram Merupakan
proses
pembentukan
akhlak
penanaman/pengamalan ajaran agama islam meliputi: 1)
Pesantren Ramadhan
2)
Pelaksanaan Halal Bihalal
64
dan
c.
3)
Pelaksanaan Idul Qurban
4)
Peringatan Maulud Nabi
5)
Peringatan Isro’ Mi’roj
6)
Shalat mujahadah menjelang UASBN
Kegiatan keteladanan 1)
Menanamkan ketertiban berpakaian/seragam sekolah
2)
Menanamkan kedisiplinan
3)
Menanamkan nilai keagamaan
4)
Menanamkan minat baca
5)
Menanamkan budaya (bersih diri, lingkungan/sekolah, dan luar sekolah)
d.
e.
Kegiatan Nasionalisme dan patriotism 1)
Memperingati hari kemerdekaan RI
2)
Memperingati hari pahlawan
3)
Mengikuti kegiatan hari Pendidikan Nasional
Pembinaan dan bimbingan bagi calon siswa teladan dan siswa peserta olimpiade. Sedangkan kegiatan yang sudah dilaksanakan guru dan sekolah
untuk mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) selama ini di SDN Salatiga 08 dapat diketahui dari pernyataan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), Ibu Siti Khoiriah, S.Pd.I sebagai berikut: ”Alhamdulilah sekitar dua tahun terakhir ini sekolah rutin pada hari senin-kamis siswa kelas III sampai kelas VI kita biasakan untuk
65
melaksanakan shalat dhuhur berjamaah, dzikir do’a setelah shalat, dan dilanjutkan kultum dari kepala sekolah yang juga menjadi imam, sebelum melaksanakan KBM pada minggu pertama saya rutin mengajak anak kelas tinggi (IV-VI) tadarus Al-Qur’an selama 15 menit dan untuk kelas rendah (I-III) saya ajak untuk menghafal surat-surat pendek, kemudian juga apabila siswa bertemu dengan guru atau karyawan menerapkan kebiasaan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun), kemudian diadakan mujahadah setiap kali menjelang UN, dan melatih keterampilan siswa seperti MTQ, khitobah, dan khot”. Bapak Kepala Sekolah, Drs. Ismail Dj menambahkan tentang kegiatan
yang
sudah
dilaksanankan
di
sekolah
dalam
rangka
menumbuhkan karakter positif peserta didik sebagai berikut: ”Menjenguk teman yang sakit, membiasakan untuk urunan bersama, ada keluarga yang meninggal kita membiasakan untuk bertakziah, ini kita terapkan kegiatan yang berkaitan dengan kemasyarakatan yang berbasis karakter. Dalam keteladanan guru beragama islam ikut berjamaah pada waktu shalat bersama anakanak. Kegiatan ekstra di sini ada kesenian diantaranya seni tari, vocal grup, rebana, puisi dan lain-lain dengan menggunakan lagulagu atau syair yang berbau keislaman. Nah dari disinilah anak ditanamkan jiwa seni dengan tidak luput menyisipkan nilai-nilai islami”. Dari petikan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter sangat berpengaruh dalam tumbuh kembangnya peserta didik dalam hal rana afektif, kognitif, dan psikomotorik. Dan juga salah satu upaya dalam menanamkan pembiasaan positif kepada peserta didik. Penanaman nilai-nilai karakter positif harus ditanamkan sejak dini, karena itu adalah modal utama bagi generasi muda. Diharapkan jika ditanamkan sejak dini, itu dapat menjadi pondasi awal peserta didik dalam menyikapi tantangan zaman yang selalu berkembang. Tidak lupa dari pembiasaan-pembiasaan sederhana dalam kehidupan sehari-hari kelak
66
nantinya dapat menjadi kebiasaan yang sudah melekat pada diri peserta didik dikemudian hari.ِ Untuk menunjang kegiatan KBM mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), maka sebagai seorang guru perlu mengelola pelajaran semenarik mungkin. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh guru dengan menggunakan berbagai macam-macam metode. Metode dalam pelajaran PAI sangatlah beragam dan bervariasi, pemilihan metode dapat disesuaikan dengan materi pelajaran, alokasi waktu dan juga tujuan yang hendak dicapai. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh guru mata pelajaran PAI Siti Khoiriyah, S. Pd. I menyatakan: “Metode yang digunakan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ini sangatlah beragam ya mbak, mulai dari metode demonstrasi, metode diskusi, metode tanya jawab, metode ceramah, metode inquiri, dan masih banyak lagi. Biasanya saya menerapkan metode tanya jawab dengan model soal tertulis yang dilengkapi dengan perbaikan, pengayaan, dan analisis pada setiap butir soal. Metode demonstrasi dipakai dalam bentuk tes praktek. Metode pengamatan dalam kaitannya dengan evaluasi terhadap sikap/perilaku peserta didik”. Di samping itu, untuk penilaian keberhasilan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08 terdapat dua macam jenis penilaian. Pertama, dari nilai akademik. Kedua, tercermin pada sikap/perilaku peserta didik. Setelah menerima materi yang di ajarkan, peserta didik terdapat perubahan sikap/perilaku atau tidak. Karena terkadang ada peserta didik yang tuntas dalam nilai akademiknya, tapi dalam penerapannya siswa tidak ada perubahan sikap ataupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan yang
67
diungkapkan oleh guru mata pelajaran PAI Siti Khoiriyah, S. Pd. I menyatakan: “Di sini dalam penilaian dapat dilihat dari nilai akademik dan juga tercermin pada sikap/perilaku peserta didik. Setelah menerima materi yang di ajarkan, peserta didik terdapat perubahasn sikap/perilaku atau tidak. Karena terkadang ada peserta didik yang tuntas dalam nilai akademiknya, tapi dalam penerapannya siswa tidak ada perubahan sikap ataupun sebaliknya”. Penilaian keberhasilan siswa dari penilaian akademik peserta didik dapat dilihat dari ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan di SDN Salatiga 08. Berdasarkan data dokumentasi Standar Ketuntasan Belajar sebagai berikut: Tabel 3.7 Standar Ketuntasan Belajar
Komponen
Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM/KKM)
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Islam 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Ilmu Pengetahuan Alam 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 7. Seni Budaya Dan Ketrampilan 8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan B. Mulok 1. Bahsa Jawa 2. Bahasa Inggris C. Pengembangan Diri 1. Komputer 2. Pramuka 3. Olahraga 4. Seni
Angka 76 70 75 66 75 70 75 75
70 66
Huruf Tujuh Puluh Enam Tujuh Puluh Tujuh Puluh Lima Enam Puluh Enam Tujuh Puluh Lima Tujuh Puluh Tujuh Puluh Lima Tujuh Puluh Lima
Tujuh Puluh Enam Puluh Enam
B B B B
Sedangkan penilaian yang berbentuk kelakuan/tingkah laku seharihari di SDN Salatiga 08 dapat dilihat dengan observasi/pengamatan,
68
angket, cerita, portofolio anak, anecdotal record dan masih banyak lagi. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus, setiap saat guru berada di kelas atau disekolah. Disini yang biasa digunakan oleh guru adalah model anecdotal record. Gambaran pelaksanaan model anecdotal record dapat disimpulkan dari petikan catatan lapangan sebagai berikut ini: ”Peserta didik dimintakan menyatakan sikapnya terhadap upaya menolong pemalas, memberikan bantuan terhadap orang kikir, atau hal-hal lain yang bersifat bukan kontroversial sampai kepada hal yang dapat mengundang konflik pada dirinya. Dari hasil pengamatan, catatan anekdotal, tugas, laporan, dan sebagainya, guru dapat memberikan kesimpulan atau pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan suatu nilai. Kesimpulan atau pertimbangan itu dapat dinyatakan dalam pernyataan kualitatif yang sudah ditetapkan oleh masing-masing sekolah”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model anecdotal record adalah model evaluasi yang efektif digunakan guru dalam mengevaluasi keseharian peserta didik, model ini berupa catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan. Selain itu, guru dapat pula memberikan tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai yang dimilikinya. Pada hakekatnya sebelum digalakkannya pendidikan berbasis karakter, islam khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sudah menanamkan tentang hal-hal positif dan sifat-sifat terpuji, dan itu sudah ada sejak dahulu. Maka dengan digalakkannya ini justru membantu lebih semangat dan lebih ada perhatian baik dari anak maupun dari guru serta kalangan orang tua khususnya, bagi rekan-rekan kalangan guru yang
69
beragama islam ikut mendukung secara aktif, realistis apa yang disampaikan/diajarkan guru agama islam khususnya masalah yang ditanamakan karater. 3. Kesulitan/hambatan dalam Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08 Hasil penelitian mengenai kesulitan/hambatan dalam pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08 dapat dipahami dari beberapa wawancara dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Siti Khoiriyah, S.Pd.I sebagai berikut: “Hambatannya: rata-rata daya serap peserta didik antara satu dengan yang lainya cenderung berbeda dari setiap komponen tertulis dan sikap maka perlunya contoh yang baik/keteladanan dari para guru dan tenaga kependidikan yang lainnya, kurangnya penguasaan media pembelajaran dalam KBM dan kurangnya alokasi waktu jam pelajaran PAI dalam setiap pokok bahasan materi”. Dari kutipan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan terhadap daya serap peserta didik antara satu dengan yang lainnya, baik dalam setiap komponen tertulis maupun sikap. Hal ini terbukti dengan adanya kejadian, seorang peserta didik dalam nilai akademik mata pelajaran PAI mendapatkan nilai yang memuaskan, tetapi lain halnya dalam pengamalan sikap kehidupan sehari-hari yang cenderung negatif atau sebaliknya.
70
Sedangkan dalam kaitannya dengan pembelajaran, akan sangat menunjang dalam KBM bila terdapat media pembelajaran yang memadai. Guru mata pelajaran PAI di SDN Salatiga 08 menyadari dalam penyampain materi masih kurang variatif dan kurangnya penguasaan penggunaan media pembelajaran. Peran dari media pembelajaran sangat penting guna tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan adanya sarana yang memadahi dalam KBM, PAIKEM dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga peserta didik dapat berperan lebih dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan. Sebenarnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), 3 jam mata pelajaran tidaklah sepadan dengan hasil yang nantinya dicapai dalam pembelajaran. Karena materi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sangatlah penting dalam kaitannya dengan pondasi awal peserta didik, karena disanalah ditanamkan tentang akidah, akhlak, ibadah mahdhoh dan goiru mahdhoh, dll. Kemudian faktor yang lainnya adalah sebagai faktor pendukung untuk mencapai keberhasilan tersebut. Informasi yang diperoleh peneliti dari data dokumentasi, alokasi waktu pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) masih sangat minim, itu jelas tertera dalam Struktur Kurikulum yang ada di SDN Salatiga 08 sebagai berikut:
71
Tabel 3.8 Struktur Kurikulum
Komponen A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Islam 2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Ilmu Pengetahuan Alam 6. Ilmu Pengetahuan Sosial 7. Seni Budaya Dan Ketrampilan 8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan B. Mulok 1. Bahsa Jawa 2. Bahasa Inggris C. Pengembangan Diri 1. Komputer 2. Pramuka 3. Olahraga 4. Seni 5. UKS/Dokter Kecil JUMLAH
I
30
Kelas dan Alokasi Waktu II III IV-VI P 3 E 2 N 6 D 6 E 4 K 3 A 4 T 4 A N T 2 E 2 M 2 A 2) ٭ T I K 31
32
38
2 ) ٭Ekuivalen 2 jam pembelajaran Hal yang lain ditambahkan oleh Drs. Ismail Dj selaku Kepala Sekolah SDN Salatiga 08: “Kesulitannya kalau dalam penyampaian gak ada masalah, tapi kesulitannya itu dalam penerapan sehari-hari. Karena guru agama dengan guru-guru yang lain katakanlah misalkan saja SD dalam 1 kelasnya saja 40 anak, sehingga kita dalam menangani seperti itu dalam pengawasan/penerapannya kurang. Kemungkinan juga tidak didukung orang yang ada di rumah. Contohnya yang ada di sekolahan kami ini untuk menanamkan kedisiplinan shalat. Kita ajak jamaah, kita laksanakan setiap waktu yang ada adalah waktu misalnya yang sunah dengan shalat dhuha kemudian shalat dhuhur itu dapat kita laksanakan. Namun dirumah kadangkala orang tuanya tidak memperhatikan, jadi kurang adanya dukungan dari pihak lain terutama orang tua yang berkaitan dengan anak. Kedua kita tidak dapat mengawasi secara terus menerus karena adanya keterbatasan di antara kita”. Paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan oleh semua pihak adalah hal yang paling dominan dalam penyelenggaraan pendidikan 72
karakter. Hubungan yang singkron antara di sekolah dan di rumah sangatlah perlu dilaksanakan dalam mendidik anak. Perhatian dan dukungan dari satu pihak saja, maka semuanya tidak akan berjalan dengan baik dan efektif sesuai dengan yang diharapkan. 4. Solusi dalam Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata pelajaran Pendidikan Agamana Islam (PAI) Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08 Solusi dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajarn PAI kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08 dapat dipahami bahwa guru adalah teladan, contoh dan panutan bagi peserta didik. Jadi semua hal yang diperbuat/dilakukan oleh guru adalah contoh bagi anak didiknya. Maka sudah seharusnya bagi para guru menjadi panutan yang baik. Sebagai contoh dalam berpaikaian, sudah sepantasnya guru berpakaian sopan dan rapi, dalam hal kedisiplinan datang tepat waktu atau sebelumnya dan masih banyak lagi. Dalam kaitannya dengan penyampain materi yang kurang variatif dan kurangnya penguasaan penggunaan media pembelajaran maka perlu dilaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi guru PAI. Dengan adanya pendidikan dan pelatihan guru dapat mengoptimalkan KBM dengan menyeluruh, sehingga tujuan dari pembelajaran akan tercapai dan terdapat kesingkronan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan untuk mensiasati alokasi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang kurang, guru dapat mengoptimalkan waktu-
73
waktu luang, misal disela-sela istirahat, bahkan diwaktu pelajaran yang lainnya untuk senantiasa menanamkan pembiasaan positif kepada anak. Bahkan diluar jam pelajaran PAI, guru masih tetap menanamkan kebiasaan positif. Makanya kerja sama diantara guru satu dengan yang sangatlah penting. Hal ini diperkuat dengan petikan wawancara dari Siti Khoiriyah, S.Pd.I sebagai berikut: “Perlu adanya teladan/contoh yang baik dari guru dan pihak lainnya, dengan teladan yang baik, maka siswa akan cenderung menirunya. Untuk menambah keterampilan guru dalam penggunaan media pembelajaran perlu adanya pelatihan, KKG, workshop dll. Kemudian juga memanfaatkan pada waktu-waktu luang/kosong setiap harinya untuk menanamkan pembiasaan positif kepada anak”. Menurut Drs. Ismail Dj selaku Kepala Sekolah SDN Salatiga 08 yang berpendapat bahwa adanya komunikasi yang lancar antara pengurus, dewan guru, anggota sekolah dan wali murid adalah hal yang paling optimal dalam mengatasi kendala-kendala di dalam pendidikan di sekolah. Seperti halnya yang disampaikan Bapak Kepala Sekolah sebagai berikut: “Kami memang mengadakan program yang pertama antara lain belajar dengan keluarga, ini kita laksanakan minimal setiap semester 2 kali setahun. Kemudian mengundang wali murid setiap awal tahun sudah kita sampaikan paparan program, kemudia penerimaan rapot pertengahan semester kita undang, kita evaluasi kekurangan dan kelebiuhan yang telah tercapai. Begitu pula semester 2 pada waktu kenaikan kelas mendatangkan orang tua dengan maksud apa yang ada di dalam sekolah itu kita sampaikan kepada orang tua, mungkin orang tua bisa memberikan solusi dan mendukung kekurangan-kekurangan yang ada. Kedua kita mencari tahu secara persis mengapa anak seperti ini mulai dari latar belakang orang tua, faktor ekonomi atau yang lain-lain kita mengetahui secara persis. Sehingga kekurangan mengapa anak seperti ini kita dapat berusaha bersama-sama untuk mendapatkan solusi permasalahan tersebut” .
74
Dari wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya pertemuan rutin antara pihak sekolah dan wali murid dapat memberikan solusi terhadap kendala-kendala yang ada. Dengan adanya pertemuan-pertemuan maka akan terjalin komunikasi antara sekolah dengan wali murid. Wali murid dilibatkan secara langsung dalam mengatasi masalah yang ada. Dengan begitu wali murid akan mendukung secara penuh. Seperti bila masalah anak dirumah dapat memberikan perhatian penuh terhadap anaknya di rumah.
75
BAB IV PEMBAHASAN A. Konsep Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08. Secara umum, pendidikan berbasis karakter memang belum menjadi proritas utama dalam pembangunan bangsa dan belum diterapkan secara holistic dalam kurikulum Pendidikan Nasional. Namun dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru-guru memiliki peluang besar untuk menerapkan pendidikan karakter ke dalam masing-masing satuan pendidikan. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan KTSP sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Salah satu prinsip pengembangan KTSP di antaranya kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip yang berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Konsep pendidikan karakter terbaca dalam rumusan yang telah dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yaitu: Pendidikan yang mengintegrasikan semua potensi anak didik, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Kunandar, 2011:124). Hasil penelitian di SDN Salatiga 08 mengenai konsep Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak, pada prinsipnya tidak masuk sebagai pokok bahasan tersendiri, tetapi
76
terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran, muatan lokal, dan kegiatan pengembangan
diri,
meliputi
ekstrakurikurer,
pembiasaan-pembiasaan,
bimbingan konseling. Sekolah berkewajiban mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam Pendidikan Berbasis Karakter kedalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), melalui Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP). Tujuan dari diintegrasikanya pendidikan berbasis karakter ke dalam semua mata pelajaran, dan khususnya Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak agar materi pembelajaran yang berkaitan dengan nilainilai pendidikan karakter dapat dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilainilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat. Manfaat diintegrasikannya nilai-nilai pendidikan berbasis karakter ke dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak adalah agar peserta didik mengenal, menerima, menghayati dan membiasakan melaksanakan nilai-nilai pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari, sehingga peserta didik merasa memiliki dan bertanggung jawab atas
kesadaran
sendiri.
Adapun
proses
keputusan
yang
diambil
dipertimbangkan melalui tahapan: mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri peserta didik. Dengan prinsip ini peserta didik belajar melalui
77
proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial. Berdasarkan hasil temuan peneliti di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan berbasis karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak adalah salah satu upaya untuk menanamkan karakter positif bagi peserta didik, sehingga diharapkan nantinya ada perubahan sikap/perilaku positif peserta didik. Perubahan positif itu mulai dari hal yang paling terkecil dalam kehidupan sehari-hari sampai kepada hal yang berkaitan dengan bangsa dan negaranya. B. Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08 Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok
bahasan akhlak dilaksanakan dengan cara diintegrasikan dalam mata pelajaran, diintegrasikan dalam muatan lokal, diintegrasikan kedalam kegiatan pengembangan
diri
meliputi:
ekstrakurikurer,
pembiasaan-pembiasaan,
bimbingan konseling (Kemendiknas, 2011:14). Berdasarkan hasil penelitian, langkah tersebut sejalan dengan Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN Salatiga 08, sebagaimana hasil wawancara berikut: ”Diintegrasikan dalam mata pelajaran (PAI), diintegrasikan dalam muatan lokal, diintegrasikan dalam kegiatan ekstrakurikurer dan
78
pengembangan diri melalui berbagai pembiasaan” (Siti Khoiriyah, 01 Juni 2012, 09.45 WIB). Pengintegrasian dalam mata pelajaran yang secara dokumen langsung dimasukkan ke dalam silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP). Sedangkan
pendidikan
karakter
secara
terintegrasi
didalam
proses
pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai kedalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku (Gunawan, 2012:224). Berdasarkan teori di atas senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara dengan guru mata pelajaran PAI sebagai berikut: ”Kurikulum memkai KTSP yang sudah dirancang oleh sekolah, hanya saja di dalamnya diintegrasikan nilai-nilai karakter yang diharapkan” (Siti Khoiriyah, 01 Juni 2012, 09.45 WIB). Integrasi pendidikan berbasis karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak di dalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan dilakukan analisis SK/KD, pengembangan silabus, penyusunan RPP, dan penyiapan bahan ajar.
79
Analisis SK/KD dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang secara substansi dapat diintegrasikan pada SK/KD yang bersangkutan. Perlu dicatat bahwa identifikasi nilai-nilai karakter ini tidak dimaksudkan untuk membatasi nilai-nilai yang dapat dikembangkan pada pembelajaran SK/KD yang bersangkutan. Sebagaimana langkah-langkah pengembangan silabus, penyusunan RPP dalam rangka pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran dilakukan dengan cara merevisi RPP yang telah ada atau membuat baru. Hasil analisis peneliti yang diperoleh dari wawancara dan dokumen silabus, pengintegrasian 18 nilai-nilai pendidikan berbasis karakter ke dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak sebagai berikut:
80
Tabel 4.1 Pengintegrasian Nilai-Nilai Karakter Mata Pelajaran PAI Kelas I Pokok Bahasan Akhlak
Silabus Pembelajaran Nama Sekolah : SDN Salatiga 08 Mata Pelajaran : PAI Kelas :I Standar Kompetensi : Membiasakan Perilaku Terpuji Kompetensi Dasar Membiasakan perilaku jujur
Membiasakan perilaku
Pokok Pembahasan Perilaku Jujur
Tanggung Jawab
Kegiatan Pembelajaran Siswa mendengarkan penjelasan dan cerita guru, siswa diperintahkan untuk menebak perilaku tersebut, dan menyebutkan contoh dari perilaku jujur. Siswa diajak guru untuk bermain peran dengan membaca cerita pada buku paket halaman 27-28. Siswa mengerjakan tugas hal 30-31
Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mengurutkan cerita,
Indikator Kompetensi Menyebutkan contoh perilaku jujur
Nilai-Nilai Karakter Berani mengemukakan pendapat, demokratis
Membiasakan perilaku jujur dalam kehidupan seharihari Mengetahui keuntungan orang yang jujur
Gemar membaca, komunikatif
Observasi
Tanggung jawab, teliti, cermat, tekun, jujur, rasa ingin tahu, bekerja keras Berani mengemukakan
Tertulis
Menyebutkan contoh perilaku
81
Penilaian Lisan
Lisan
Alokasi Waktu 2 x 35 menit
2 x 35 menit
Sumber Belajar Buku paket “ PAI Aku Anak Muslim” kelas I penerbit Cempaka Putih. LKS “Panduan Praktis Tarbiyah” penerbit Ridho Press. Referensi lain Gambar yang mencerminkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari Lingkungan sekitar
Buku paket “ PAI Aku
tanggung jawab
Membiasakan perilaku hidup bersih
Hidup Bersih
siswa diperintahkan untuk menyebutkan contoh dari tanggung jawab Siswa diajak untuk bermain mencari pasangan
tanggung jawab
pendapat
Membiasakan perilaku tanggung jawab dalam kehidupan seharihari
Tertulis
Siswa dan guru menarik kesimpulan tentang apa yang sudah dipelajari bersama
Mengetahui keuntungan orang yang tanggung jawab
Rasa ingin tahu, kreatif, tanggung jawab, mandiri, bekerja keras komunikatif, tanggung jawab, cermat Berani mengemukakan pendapat, hatihati
Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang hidup sehat dan menyebutkan contohnya
Menyebutkan contoh perilaku hidup sehat
Lisan
Siswa diajak oleh guru melihat keadaan lingkungan sekitar, sudah bersih atau belum
Membiasakan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari Mengetahui keuntungan orang yang hidup sehat
Berani mengemukakan pendapat, demokratis Rasa ingin tahu, kreatif, peduli lingkungan Tanggung jawab, mandiri, rasa ingin tahu, bekerja keras komunikatif, cermat, teliti
Tertulis
Siswa diajak untuk mengelompokkan gambar
82
Lisan
Lisan
2 x 35 menit
Anak Muslim” kelas I penerbit Cempaka Putih. LKS “Panduan Praktis Tarbiyah” penerbit Ridho Press. Referensi lain Gambar yang mencerminkan perilaku tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari Kartu soal dan jawaban Lingkungan sekitar Buku paket “ PAI Aku Anak Muslim” kelas I penerbit Cempaka Putih. LKS “Panduan Praktis Tarbiyah” penerbit Ridho Press. Referensi lain Gambar yang mencerminkan perilaku tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari Lingkungan sekitar
Membiasakan perilaku
Menampilkan perilaku rajin
Disiplin
Rajin
Siswa mendengarkan penjelasan guru dan menyebutkan contoh dari perilaku disiplin.
Menyebutkan contoh perilaku disiplin
Siswa yang tidak berpakaian sesuai dengan aturan sekolah dipersilahkan untuk maju ke depan Siswa mengerjakan uji kompetensi hal 45-47
Membiasakan disiplin kehidupan sehari-hari
Siswa mendengarkan penjelasan guru dan tanya jawab contoh perilaku rajin Menanyakan tentang PR yang diberikan guru
Membaca buku
Menampilkan perilaku
Tolong Menolong
Siswa membaca buku paket hal 104, guru dan siswa melakukan
Berani mengemukakan pendapat, demokratis, komunikatif Disiplin, jujur
Lisan
Mengetahui keuntungan orang yang disiplin
Tanggung jawab, mandiri, rasa ingin tahu, cermat, teliti
Tertulis
Menyebutkan contoh perilaku rajin Membiasakan perilaku rajin dalam kehidupan seharihari Mengetahui keuntungan orang yang rajin
Berani, percaya diri, rasa ingin tahu Disiplin, rajin
lisan
Gemar membaca
Observasi
Menyebutkan contoh perilaku
Gemar membaca
Lisan
83
2 x 35 menit
Lisan
2 x 35 menit
Tertulis
2 x 35 menit
Buku paket “ PAI Aku Anak Muslim” kelas I penerbit Cempaka Putih. LKS “Panduan Praktis Tarbiyah” penerbit Ridho Press. Referensi lain Gambar yang mencerminkan perilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari Lembar tugas Lingkungan sekitar Buku paket “ PAI Aku Anak Muslim” kelas I penerbit Cempaka Putih. LKS “Panduan Praktis Tarbiyah” penerbit Ridho Press. Referensi lain Gambar yang mencerminkan perilaku rajin dalam kehidupan sehari-hari Lingkungan sekitar Buku paket “ PAI Aku Anak Muslim” kelas I
tolong menolong
tanya jawab Siswa diminta menuliskan suatu kejadian yang berkaitan dengan tolong menolong kemudia siswa yang lain mempragakannya Guru dan siswa melakukan tanya jawab dan menyimpulkan kembali materi dan tentang apa yang dilakukan dalam KBM
Menampilkan perilaku hormat kepada orang tua
Hormat Kepada Orang Tua
Siswa mendengarkan cerita dan penjelasan guru, siswa menyebutkan contoh dari perilaku hormat kepada orang tua
Membuat cerita sederhana
Mendengarkan cerita tentang maling kundang
Menampilkan
Adab Makan
Siswa mendengarkan penjelasan
tolong menolong Membiasakan perilaku tolong menolong dalam kehidupan seharihari Mengetahui keuntungan orang yang rajin dan tolong menolong
Komunikatif, berani, percaya diri, kreatif
Tertulis
Cermat, mengemukakan pendapat, terbuka, teliti
Lisan
lisan
Menyebutkan contoh perilaku hormat kepada Berani mengemukakan pendapat orang tua Membiasakan perilaku hormat kepada orang tua dalam kehidupan sehari-hari Memngetahui keuntungan orang yang hormat kepada orang tua
Berani mengemukakan pendapat
Menyebutkan adab
Berani
84
2 x 35 menit
Komunikatif, kreatif
tertulis
Sadar akan hak dan kewajiban
observasi
Lisan
2 x 35
penerbit Cempaka Putih. LKS “Panduan Praktis Tarbiyah” penerbit Ridho Press. Referensi lain Gambar yang mencerminkan perilaku tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari Lingkungan sekitar Buku paket “ PAI Aku Anak Muslim” kelas I penerbit Cempaka Putih. LKS “Panduan Praktis Tarbiyah” penerbit Ridho Press. Referensi lain Gambar yang mencerminkan perilaku hormat kepada orang tua Boneka ibu, bapak, anak Pewarna Lingkungan sekitar Buku paket “ PAI Aku
adab makan dan minum
Dan Minum
guru
makan dan minum
Mempraktekan bersama adab makan dan minum
Mengamalkan adab makan dan minum kehidupan seharihari Mengetahui keuntungan dari pengamalan adab makan dan minum
Siswa dan guru tanya jawab seputar materi dalam KBM
Menampilkan adab belajar
Adab Belajar
Siswa menceritakan tentang hal yang dilakukan sebelum dan ssesudah belajar Guru membagikan kertas kepada masing-masing siswa yang sudah berisikan salah satu amalan yang harus dikerjakan oleh masing-masing siswa Siswa membaca buku hal 117118
mengemukakan pendapat Tanggung jawab, disiplin, peduli lingkungan Mengemukakan pendapat, terbuka
menit Observasi
Menyebutkan adab adab belajar
Pemberani, percaya diri
Lisan
Mengamalkan adab belajar dalam kehidupan seharihari
Kejujuran, tanggung jawab
Tertulis
Mengetahui keuntungan pengamalan belajar
Gemar membaca
Lisan
85
dari adab
Lisan
2 x 35 menit
Anak Muslim” kelas I penerbit Cempaka Putih. LKS “Panduan Praktis Tarbiyah” penerbit Ridho Press. Referensi lain Gambar yang mencerminkan adab makan dan minum Lingkungan sekitar Buku paket “ PAI Aku Anak Muslim” kelas I penerbit Cempaka Putih. LKS “Panduan Praktis Tarbiyah” penerbit Ridho Press. Referensi lain Gambar yang mencerminkan adab belajar Lingkungan sekitar
Pengintegrasian dalam muatan lokal yang sudah ditentukan oleh daerah masing-masing sekolah. Dalam pemilihan muatan lokal harus disesuaikan dengan kondisi di sekitar. Jadi masing-masing tiap sekolah ada perbedaan dalam menetapkan muatan lokal yang ada. Sedangkan pengintegrasian ke dalam kegiatan pengembangan diri yang meliputi ekstrakurikurer, pembiasaan-pembiasaan, bimbingan konseling. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan pendidik atau tenaga kependidikan. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata ilmu pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi kemampuan mengelola diri (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Melalui kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik. Namun, pendidikan karakter sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Yakni pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan
86
dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Selain kegiatan ekstrakurikurer, terdapat penanaman nilai-nilai karakter melalui pembiasaan-pembiasaan rutin, spontan, terprogam dan keteladanan. Ini merupakan salah satu upaya dalam menanamkan pembiasaan positif kepada peserta didik. Penanaman nilai-nilai karakter positif harus ditanamkan sejak dini, karena itu adalah modal utama bagi generasi muda. Diharapkan jika ditanamkan sejak dini, itu dapat menjadi pondasi awal peserta didik dalam menyikapi tantangan zaman yang selalu berkembang. Tidak lupa dari pembiasaan-pembiasaan sederhana dalam kehidupan sehari-hari kelak nantinya dapat menjadi kebiasaan yang sudah melekat pada diri peserta didik dikemudian hari. Dari informasi yang diperoleh peneliti tentang kegiatan yang telah dilaksanakan guru dan sekolah untuk mengembangkan nilai-nilai karakter pada siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) selama ini di SDN Salatiga 08 dapat di rangkum sebagai berikut: Tabel 4.2 Kegiatan Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Mata Pelajaran PAI di Sekolah
Kelas
Kegiatan
Nilai Yang Dikembangkan
I-VI
Pembiasaan Rutin 1. Berdo’a sebelum KBM
IV, V
2. Tadarus Al-Qur’an
Religius, membaca
I- III
3. Hafalan surah pendek
Religius, Kerja keras
IV-VI
4. Pesantren ramadhan, buka bersama dan
Religius, Disiplin
Religius, Disiplin
87
Gemar
Waktu Pelaksanaan Setiap awal & akhir KBM Minggu 1 di awal bulan (15 menit sebelum KBM) Minggu 1 di awal bulan (15 menit sebelum KBM) Bulan Ramadhan
VI IV-VI
tarawih bersama 5. Peringatan hari-hari besar (idul Qurban, dll) 6. Mujahadah 7. Kultum
IV-VI
8. Dzikir dan do’a
Religius
9. Hafalan Asmaul khusna Pembiasaan Spontan 1. Menyapa dan mengucapkan salam/5 S
Religius
I-VI
III I-VI
I-VI
Religius
Fleksibel
Religius Religius, Kreatif
Menjelang UN/tes Selesai shalat dhuhur Selesai shalat dhuhur Fleksibel
Peduli social
2. Kegiatan kemanusiaan Peduli sosial, Toleransi (menjenguk teman sakit, berta’ziah dll) Pembiasaan Keteladanan 1. Berpakaian rapi Disiplin 2. Bertutur kata yang baik Komunikatif
I-VI I-VI I-VI
3. Datang tepat waktu Disiplin Kegiatan Ekstrakurikuler 1. MTQ Religius, Kreatif
IV, V IV, V IV,VI I-V
2. Khitobah
Religius, Kreatif
3. Khot
Religius
4. 5. 6. 7.
Religius, Kreatif Religius, Kreatif Religius, Kreatif Religius, Kreatif
Tarian Islami Nasyid Rebbana Puitisasi
Setiap bertemu bapak/ibu guru (fleksibel) Fleksibel
Setiap hari Setiap hari Setiap hari 2 bulan sebelum lomba 2 bulan sebelum lomba 2 bulan sebelum lomba Satu minggu sekali Satu minggu sekali Satu minggu sekali Satu minggu sekali
Untuk menunjang kegiatan KBM mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN Salatiga 08, guru PAI telah mengelola pelajaran semenarik mungkin. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh guru dengan menggunakan berbagai macam-macam metode. Metode dalam pelajaran PAI sangatlah beragam dan bervariasi, pemilihan metode dapat disesuaikan dengan materi pelajaran, alokasi waktu dan juga tujuan yang hendak dicapai. Macam-macam metode telah dipaparkan di dalam BAB II, diantaranya adalah metode demonstrasi, metode diskusi, metode tanya jawab, metode ceramah, metode inquiri, dll. Sedangkan kegiatan pembelajaran dalam rangka
88
pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan belajar aktif seperti pendekatan belajar kontekstual, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan,
pembelajaran
berbasis
kerja,
dan
ICARE
(Introduction,
Connection, Application, Reflection, Extension) dapat digunakan untuk pendidikan karakter (Kemendiknas, 2011:15). Penilaian hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08, guru menggunakan dua macam jenis penilaian yaitu: pertama, dari nilai akademik, ini dapat dilihat dari hasil ujian atau raport peserta didik. Kedua, tercermin pada sikap/perilaku peserta didik, hal ini dapat dilihat dengan pengamatan. Misal tentang kejujuran, seorang guru mengamati (melalui berbagai cara) apakah yang dikatakan serang peserta didik itu jujur mewakili perasaan dirinya. Mungkin saja peserta didik menyatakan perasaannya itu secara lisan tetapi dapat juga dilakukan secara tertulis atau bahkan dengan bahasa tubuh. Perasaan yang dinyatakan itu mungkin saja memiliki gradasi dari perasaan yang tidak berbeda dengan perasaan umum teman sekelasnya sampai bahkan kepada yang bertentangan dengan perasaan umum teman sekelasnya. Penilaian dilakukan secara terus menerus, setiap saat guru berada di kelas atau di sekolah. Disini yang biasa digunakan oleh guru adalah model anecdotal record (catatan yang dibuat guru ketika melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan nilai yang dikembangkan). Selain itu, guru dapat pula memberikan
89
tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan nilai yang dimilikinya. Sebagai contoh, peserta didik dimintakan menyatakan sikapnya terhadap upaya menolong pemalas, memberikan bantuan terhadap rang kikir, atau halhal lain yang bersifat bukan kontrversial sampai kepada hal yang dapat mengundang konflik pada dirinya (Kemendiknas, 2011:23-24). Dari hasil pengamatan, catatan anecdotal, tugas, laporan, dan sebagainya, guru dapat memberikan kesimpulan atau pertimbangan tentang pencapaian suatu Indikator atau bahkan suatu nilai. Kesimpulan atau pertimbangan itu dapat dinyatakan dalam pernyataan kualitatif. Dalam dokumen kurikulum sekolah tercantum skala kriteria pernyataan kualitatif yang sudah ditetapkan sebagai berikut: BT: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tandatanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator). MT: Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten). MB: Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten). MK: Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).
90
Pernyataan kualitatif di atas dapat digunakan ketika guru melakukan asesmen pada setiap kegiatan belajar sehingga guru memperoleh profi peserta didik dalam satu semester tentang nilai terkait (jujur, kerja keras, peduli, cerdas, dan sebagainya). Guru dapat pula menggunakan BT, MT, MB atau MK tersebut dalam rapor. Posisi nilai yang dimiliki peserta didik adalah posisi seorang peserta didik di akhir semester, bukan hasil tambah atau akumulasi berbagai kesempatan/tindakan penilaian selama satu semester tersebut. Jadi, apabila pada awal semester serang peserta didik masih dalam status BT sedangkan pada penilaian di akhir semester yang bersangkutan sudah berada pada MB maka untuk rapor digunakan MB. Ini membedakan penilaian hasil belajar pengetahuan dengan nilai dan ketrampilan. Berdasarkan hasil temuan peneliti di atas dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08 selama ini sudah berjalan dengan baik. Hal itu jelas terbukti dengan hasil temuan peneliti bahwa sekolah dan guru benar-benar menggalakan pendidikan karakter. Mulai dari mensisipkan nilai-nilai karakter ke dalam pelajaran PAI, menerapkan
dalam
kehidupan
sehari-hari,
tertuang
dalam
kegiatan
ekstrakurikurer sekolah, pembiasaan-pembiasaan di sekolahan. itu semua semata-mata untuk mencetak generasi yang kuat, berkarakter dan berguna bagi bangsa dan negaanya.
91
C. Kesulitan/hamabatan
dalam
Pelaksanaan
Kurikulum
Pendidikan
Berbasis Karakter Mata Pelajaran Pai Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08 Dalam pelaksanaan suatu program pastilah ada kesulitan dan hambatan, dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter pada mata pelajaran Pendidukan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak di SDN Salatiga 08 ditemukan beberapa kendala, antara lain: 1. Adanya perbedaan terhadap daya serap peserta didik antara satu dengan yang lainnya, baik dalam setiap komponen tertulis maupun sikap. Ada anak yang dalam nilai akademiknya memuaskan, tapi dalam aplikasi kehidupan sehari-hari tidak tercapai. Sebaliknya ada anak yang nilai akademisnya kurang namun aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari baik. 2. Guru dalam penyampain materi masih kurang variatif dan kurangnya penguasaan penggunaan media pembelajaran. 3. Kurangnya alokasi waktu mata pelajaran PAI dalam KBM. 4. Kurangnya dukungan dari kedua belah pihak, antara pihak sekolah dan keluarga. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, dengan adanya berbagi macam hambatan-hambatan, akan menjadikan sekolah harus selalu berfikir, berkreasi, berinovasi untuk dapat terwujudnya visi, misi dan tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
92
D. Solusi dalam Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08 Hambatan dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak dapat diselesaikan dengan solusi sebagai berikut: 1. Ketidak singkronan hasil belajar peserta didik dalam komponen tertulis dan sikap, dapat diselesaikan dengan mengoptimalkan kesadaran akan pentingnya belajar baik dari guru, peserta didik, orang tua bahkan masyarakat. Karena tanpa kesadaran dari semua pihak tidak akan berjalan dengan lancar. Kemudian dari kesadaran itu akan muncul keteladanan dari semua pihak sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, karyawan dan yang lainnya. Anak usia Sekolah Dasar (SD) masih sangat membutuhkan teladan yang baik dari orang-orang sekitar. Dari teladan itu yang nantinya diharapkan dapat ditiru oleh peserta didik. 2. Kekurangan guru dalam penyampain materi yang kurang variatif dan kurangnya penguasaan penggunaan media pembelajaran dapat diatasi dengan adanya pendidikan dan latihan-latihan, baik melalui penataran, workshop, KKG maupun lokakarya yang dilaksanakan sekolah maupun pihak lain. 3. Mengoptimalkan waktu-waktu luang, misalnya: menambah jam sebelum dan sesudah pelajaran, disela-sela istirahat, diluar jam pelajaran PAI,
93
bahkan diwaktu pelajaran yang lainnya untuk senantiasa menanamkan pembiasaan positif kepada anak. 4. Meningkatkan komunikasi antara pengurus Komite dan anggota, dewan guru, serta pihak lain yang terkait, dengan diintensifkanya pertemuan rutin, atau dengan mengadakan kegiatan yang melibatkan semua warga sekolah. Sehingga segala permasalahan yang muncul segera dapat diketahui dan dipecahkan bersama. Dari uraian sulusi pemecahan masalah tersebut membuktikan bahwa, pihak sekolah selalu berusaha semaksimal mungkin dan bertanggung jawab mengupayakan tercainya tujuan, visi dan misi sekolah yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.
94
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemahaman guru tentang konsep kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak pada hakekatnya bukanlah kurikulum yang berdiri sendiri, tetapi merupakan pengembangan dari KTSP yang telah disusun oleh masingmasing sekolah, di dalamnya disisipkan nilai-nilai karakter kedalam semua mata pelajaran, khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). 2. Cara guru dalam melaksanakan kurikulum pendidikan berbesis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak SDN Salatiga 08 diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang dimasukkan dalam silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), muatan lokal dan pengembangan diri, meliputi: kegiatan ektrakurikuler, pembiasaan-pembiasaan dan bimbingan konseling (BK). Dengan adanya pengintegrasian nilai-nilai karakter tersebut, maka dengan sendirinya karakter anak bangsa dapat terbentuk sedini mungkin. 3. Adapun kendala/hambatan yang muncul dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak, antara lain: (1) Adanya perbedaan
95
daya serap peserta didik antara satu dengan yang lainnya, (2) Dalam penyampain materi masih kurang variatif, kurangnya penguasaan penggunaan media pembelajaran. (3) Kurangnya alokasi waktu yang memadai, (4) Kurangnya dukungan yang seimbang dari pihak sekolah dan keluarga. 4. Solusi dalam mengatasi kesulitan/hambatan dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas I pokok bahasan akhlak antara lain: (1) Dengan meningkatkan kesadaran semua pihak terkait (guru, peserta didik, orang tua bahkan masyarakat) akan pentingnya belajar. (2) Kekurangan guru dalam penyampain materi yang kurang variatif dan kurangnya penguasaan penggunaan media pembelajaran dapat diatasi dengan mengikuti: pendidikan dan pelatihan, penataran, workshop, KKG maupun lokakarya dll. (3) Kurangnya waktu dalam mata pelajaran PAI dapat diselipkan pada pembiasaan-pembiasaan rutin dengan menambah jam di awal dan di akhir pelajaran, disela-sela jam istirahat dan juga dengan kerja sama dengan guru lainnya. (4) Selanjutnya menjaga komunikasi yang lancar antara pihak sekolah Komite/wali murid, dan masyarakat. B. Saran Berdaasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah peneliti simpulkan diatas, kiranya dapat menjadi masukan, sekaligus sebagai evalusi dan introspeksi untuk menatap kedepan agar pembelajaran dapat menyerap materi yang optimal dan hasil yang membanggakan.
96
1. Bagi Guru a. Dengan adanya pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri, diharapkan guru lebih kreatif, inovatif serta meningkatkan penguasaan penggunaan media pembelajan, sehingga dapat mengoptimalkan penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik. b. Diharapkan guru bisa memberikan teladan penerapan nilai-nilai karakter, karena guru merupakan figur panutan bagi peserta didik, sehingga nantinya peserta didik dapat meniru, terbiasa, akhirnya dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Bagi Kepala Sekolah a. Selalu mencermati, meneliti Rencana Pembelajaran (RPP) yang di buat guru, apakah nilai-nilai karakter sudah diintegrasikan, metode, media pembelajan, serta evaluasi yang digunakan sudah tepat, tidak hanya tanda tangan. b. Hendaknya menyadari akan pentingnya dukungan dari semua pihak untuk dapat berhasilnya penerapan nilai-nilai pendidikan karakter (pendikar), sehingga kepala sekolah harus memberi contoh/suri teladan bagi guru dan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
97
INSTRUMEN PENELITIAN
Pada landasan teori telah dipaparkan bahwa implementasi kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak dapat dilihat dalam dimensi yang disertai indikator sebagai berikut : 1.
Dimensi Implementasi Indikator : a. Pemahaman guru dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak b. Cara guru dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak c. Kesulitan guru dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak d. Solusi dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak
2.
Dimensi Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Indikator: a. 18 nilai-nilai pendidikan berbasis karakter: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komuniktif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung Jawab. b. Nilai-nilai yang Ditanamkan dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI): Religius, jujur, santun, disiplin, bertanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagamaan, patuh pada aturan sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, peduli. Instrument disusun dalam bentuk daftar pertanyaan, dimana diberikan
kepada narasumber untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dalam memperoleh data penelitian.
98
Kisi-kisi Implementasi Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter Mata Pelajaran PAI Kelas I Pokok Bahasan Akhlak Dimensi 1. Implementasi
Indikator a.
Pemahaman guru dalam pelaksanaan kurikulum
pendidikan
Nomor butir
Jumlah
1,2,3
3
4,5,6,7,8,10,
7
berbasis
karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak b. Cara
guru
kurikulum
dalam
pelaksanaan
pendidikan
berbasis
11,12
karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak c.
Kesulitan guru dalam pelaksanaan kurikulum
pendidikan
13
1
14
1
9
1
Jumlah
14
berbasis
karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak d. Solusi dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter mata pelajaran PAI kelas I pokok bahasan akhlak 2. Kurikulum
Nilai-nilai pendidikan berbasis karakter:
Pendidikan
Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin,
Berbasis
Kerja
Karakter
Demokratis,
Keras,
Kreatif, Rasa
Ingin
Mandiri, Tahu,
Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air,
Menghargai
Prestasi,
Bersahabat/Komuniktif,
Cinta
Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung Jawab, Santun, Cinta Ilmu, Percaya Diri,
Menghargai
Keberagamaan,
Patuh Pada Aturan Sosial, Bergaya Hidup Sehat, Sadar Akan Hak Dan Kewajiban, Kerja Keras, Peduli.
99
Pedoman Wawancara Implementasi Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter dalam Mata Pelajaran PAI Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08 Tahun Ajaran 2011-2012 Responden
:
Data
:
Hari/Tanggal : Waktu
:
Daftar Pertanyaan: 1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum pendidikan berbasis karakter? 2. Apa tujuan dari kurikulum pendidikan berbasis karakter? 3. Apa manfaat dari kurikulum pendidikan berbasis karakter? 4. Bagaimana pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter? 5. Bagaimana kurikulum yang diterapkan dalam pendidikan berbasis karakter? 6. Bagaimana cara mengintegrasikan materi pelajaran PAI dengan karakter yang diharapkan? 7. Apa saja metode yang digunakan dalam penerapan kurikulum pendidikan berbasis karakter di sekolah?
8. Bagaimana metode/model dalam mengevaluasi pembelajaran? 9. Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan berbasis karakter ke dalam mata pelajaran PAI! 10. Bagaimana efektifitas dari kurikulum pendidikan berbasis karakter dalam pelajaran PAI? 11. Seberapa besar peran mata pelajaran PAI dalam pendidikan berbasis karakter di sekolah? 12. Kegiatan apa saja yang telah diupayakan oleh sekolah dalam rangka menanamkan nilai-nilai karakter mata pelajaran PAI pada peserta didik? 13. Apa saja kesulitan para guru dalam penerapan kurikulum pendidikan berbasis karakter?
14. Bagaimana solusi dalam mengatasi kendala kurikulum pendidikan berbasis karakter?
100
Reduksi Wawancara Implementasi Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter dalam Mata Pelajaran PAI Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08 Tahun Ajaran 2011-2012 Responden
: Siti Khoiriyah S. Pd. I
Data
: Wawancara
Hari/Tanggal : Jum’at/01 Juni 2012 Waktu
: 09.45-10.30
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum pendidikan berbasis karakter? “Kurikulum pendidikan berbasis karakter merupakan satuan kurikulum pendidikan (dalam hal ini PAI) yang mana dalam silabus pembelajaran terdapat pendidikan karakter dimasukkan dalam komponen setiap Standar Kompetensi (SK)/Kompetensi Dasar (KD) yang tertuang dalam indikator maupun tujuan pembelajaran”. 2. Apa tujuan dari kurikulum pendidikan berbasis karakter? ”Tujuannya adalah: tertanamnya nilai-nilai 18 karakter dihati anak didik, melalui pengitegrasian kedalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN Salatiga 08, dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari”. Sehingga kedepan mampu membangun dirinya sendiri dan bersama-sama membangun bangsanya”. 3. Apa manfaat dari kurikulum pendidikan berbasis karakter? “Manfaatnya adalah adanya perubahan sikap positif/baik dari setiap peserta didik setelah dilaksanakannya KBM, disamping itu dalam hal materi juga memperoleh hasil yang meningkat sesuai dengan target dan daya serap yang diharapkan”. 4. Bagaimana kurikulum yang diterapkan dalam pendidikan berbasis karakter? “Kurikulum yang diterapkan sesuai dengan KTSP yang dirancang oleh sekolah, hanya saja di dalamnya disisipkan nilai-nilai karakter yang diharapkan”.
101
5. Bagaimana pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter? “Diintegrasikan dalam mata pelajaran (PAI), diintegrasikan dalam muatan lokal, diintegrasikan dalam kegiatan ekstrakurikurer dan pengembangan diri melalui berbagai pembiasaan”. 6. Bagaimana cara mengintegrasikan materi pelajaran PAI dengan karakter yang diharapkan? “Cara mengintegrasikannya yakni setiap aspek dalam pembahasan materi tercermin pendidikan karakter yang disesuaikan dengan pokok materi pembelajaran PAI baik itu kelas I, II, III, IV, V, maupun kelas VI”. 7. Apa saja metode yang digunakan dalam penerapan kurikulum pendidikan berbasis karakter di sekolah?
“Metode yang digunakan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ini sangatlah beragam ya mbak, mulai dari metode demonstrasi, metode diskusi, metode tanya jawab, metode ceramah, metode inquiri, dan masih banyak lagi. Biasanya saya menerapkan metode tanya jawab dengan model soal tertulis yang dilengkapi dengan perbaikan, pengayaan, dan analisis pada setiap butir soal. Metode demonstrasi dipakai dalam bentuk tes praktek. Metode
pengamatan
dalam
kaitannya
dengan
evaluasi
terhadap
sikap/perilaku peserta didik”. 8. Bagaimana penilaian keberhasilan dalam pendidikan berbasis karakter? “Di sini dalam penilaian dapat dilihat dari nilai akademik dan juga tercermin pada sikap/perilaku peserta didik. Setelah menerima materi yang di ajarkan, peserta didik terdapat perubahasn sikap/perilaku atau tidak.
Karena
terkadang ada peserta didik yang tuntas dalam nilai akademiknya, tapi dalam penerapannya siswa tidak ada perubahan sikap ataupun sebaliknya”. Model-model evaluasi: “Metode tanya jawab dengan model soal tertulis yang dilengkapi dengan perbaikan, pengayaan, dan analisis pada setiap butir soal. Metode demonstrasi dipakai dalam bentuk tes praktek. Metode pengamatan dalam kaitannya dengan evaluasi terhadap sikap/perilaku peserta didik”.
102
9. Bagaimana efektifitas dari kurikulum pendidikan berbasis karakter dalam pelajaran PAI? “Efektifitasnya sangat berpengaruh dalam tumbuh kembangnya peserta didik dalam hal rana afektif, kognitif, dan psikomotorik”. 10. Seberapa besar peran mata pelajaran PAI dalam pendidikan berbasis karakter di sekolah? “Sangat besar karena dalam setiap materi pembelajaran PAI tercermin berbagai pendidikan karakter yang diterapkan dan dapat terlihat langsung dalam sikap/perilaku setiap peserta didik”. 11. Kegiatan apa saja yang telah diupayakan oleh sekolah dalam rangka menanamkan nilai-nilai karakter mata pelajaran PAI pada peserta didik? ”Alhamdulilah sekitar dua tahun terakhir ini sekolah rutin pada hari seninkamis siswa kelas III sampai kelas VI kita biasakan untuk melaksanakan shalat dhuhur berjamaah, dzikir do’a setelah shalat, dan dilanjutkan kultum dari kepala sekolah yang juga menjadi imam, sebelum melaksanakan KBM pada minggu pertama saya rutin mengajak anak kelas tinggi (IV-VI) tadarus Al-Qur’an selama 15 menit dan untuk kelas rendah (I-III) saya ajak untuk menghafal surat-surat pendek, kemudian juga apabila siswa bertemu dengan guru atau karyawan menerapkan kebiasaan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun), kemudian diadakan mujahadah setiap kali menjelang UN, dan melatih keterampilan siswa seperti MTQ, khitobah, dan khot”. 12. Apa saja kesulitan/hambatan para guru dalam penerapan kurikulum pendidikan berbasis karakter?
Hambatannya: “Hambatannya: rata-rata daya serap peserta didik antara satu dengan yang lainya cenderung berbeda dari setiap komponen tertulis dan sikap maka perlunya contoh yang baik/keteladanan dari para guru dan tenaga kependidikan yang lainnya, kurangnya penguasaan media pembelajaran dalam KBM dan kurangnya alokasi waktu jam pelajaran PAI dalam setiap pokok bahasan materi”.
103
13. Bagaimana solusi dalam mengatasi kendala kurikulum pendidikan berbasis karakter?
“Untuk mengoptimalkan dalam KBM guru ngambilan langkah-langkah dari setiap
aspek
pembelajaran
yang
sama
dari
masing-masing
kelas
diimplementasikan dengan nilai-nilai karakter yang sesuai. Sehingga hambatan-hambatan yang ada dapat teratasi dan tujuan pembelajaran dapat memperoleh hasil yang maksimal. Dan juga perlu adanya teladan dari guru dan pihak sekolah lainnya, dengan teladan yang baik, maka siswa akan cenderung
menirunya.
Untuk
menambah
keterampilan
guru
dalam
penggunaan media pembelajaran perlu ada pelatihan, KKG, workshop dll. Kemudian juga memanfaatkan pada waktu-waktu luang/kosong setiap harinya untuk menanamkan pembiasaan positif kepada anak”
104
Reduksi Wawancara Implementasi Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter dalam Mata Pelajaran PAI Kelas I Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08 Tahun Ajaran 2011-2012 Responden
: Drs. Ismail Dj
Data
: Wawancara
Hari/Tanggal : Sabtu/30 Juni 2012 Waktu
: 19.30-20.30
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum pendidikan berbasis karakter? “Yang dimaksud adalah kalau karakter itu pada hakekatnya tidak terdiri kurikulum, hanya disisipkan ke dalam materi-materi yang sesuai dengan nilainilai karakter yang diharapkan. Jadi kurikulum yang dipakai KTSP, hanya saja dalam materi-materi pada mata pelajaran PAI disisipkan nilai-nilai karakter yang diharapkan”. 2. Apa tujuan dari kurikulum pendidikan berbasis karakter? “Untuk menanamkan sedini mungkin nilai-nilai karakter yang terdiri 18 item (Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Peduli lingkungan) mendarah daging di hati anak, mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan ke depan bangsa Indonesia
mampu
mandiri untuk mewujudkan cita-cita bangsa (Baldatun toyyibatun warobbun ghofur), amiin”. 3. Apa manfaat dari kurikulum pendidikan berbasis karakter? “Manfaatnya sangat banyak, antara lain: untuk menanamkan kedisiplinan, kejujuran, kemudian ketegasan, amanah yang nantinya diharapkan ke depan Bangsa Indonesia betuti-betul bukan hanya plafonnya saja, namun akan dilaksanakan dalam kegiatan berbangsa dan bernegara diawali dengan kehidupan sehari-hari”. 4. Bagaimana kurikulum yang diterapkan dalam pendidikan berbasis karakter? “Kurikulum mengikuti KTSP yang sudah dirancang oleh sekolah, hanya saja di dalamnya disisipkan nilai-nilai karakter yang diharapkan”.
105
5. Bagaimana pelaksanaan kurikulum pendidikan berbasis karakter? “Kita sisipkan/masukkan/integrasikan pada materi mata pelajaran PAI yang sesuai dengan nilai karakter yang diharapkan seperti contoh yang sudah saya paparkan di atas tadi, pelaksanaannya seperti itu. Jadi tidak terdiri dalam jam sendiri/kurikulum sendiri namun kita integrasikan pada materi mata pelajaran yang sudah ada. Selain itu juga bisa melalui ekstrakurikurer, muatan lokal, misalnya puisi dengan membuat teks yang berbau keislaman, menari dengan menggunakan lagu islami dan gerakan yang sopan, dll. Jadi pelaksanannya dapat dilakukan di dalam kelas maupun luar kelas”. 6. Bagaimana cara mengintegrasikan materi pelajaran PAI dengan karakter yang diharapkan? ”Nilai-nilai karakter kita sisipkan/masukkan/integrasikan pada materi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang sesuai sepertti contoh: Bila akan menanamkan nilai karakter kedisiplinan, kita masukkan dalam pokok bahasan sholat. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sholat merupakan sarana melatih kedisiplinan yang luar biasa, baik waktu, bacaan, tata cara semua sudah ditentukan, dan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Kalau ketentuan itu bisa dilaksanakan secara rutin/terus-menerus akhirnya menjadi kebiasaan. Kalau sudah menjadi kebiasaan ditopang dengan penjiwaan keagamaan, siswa akan semakin yakin tertanam dalam lubuk hati yang
mendalam
dilaksanakan
dalam
kehidupan
sehari-hari
(sosial
kemasyaraka -tan maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara). Jadi tidak terdiri dalam jam sendiri/kurikulum sendiri namun kita integrasikan pada materi mata pelajaran yang sudah ada. Selain itu juga bisa melalui muatan lokal. Misalnya rasa cinta tanah air dapat kita tanamkan melalui puisi dengan membuat teks yang berbau keislaman, menari dengan menggunakan lagu islami dan gerakan yang sopan, pakaian yang menutup aurat (sopan). Juga bisa melalui pengembangan diri, seperti Memberi salam, bersalaman, berdoa sebelum dan sesudah aktifitas dll. Jadi pelaksanannya dapat dilakukan di dalam kelas maupun luar kelas serta dilingkungan masyarakat”.
106
7. Apa saja metode yang digunakan dalam penerapan kurikulum pendidikan berbasis karakter di sekolah?
“Metode Ceramah, Metode Diskusi, Metode Tanya Jawab, Metode Sosio Darama, dll. Semua metode dapat digunakan tinggal disuai dengan materi yang akan diajarkan”. 8. Bagaimana penilaian keberhasilan dalam pendidikan berbasis karakter? “Itu ada dua macam, mungkin yang berbentuk skill bisa dengan cara tertulis, kemudian yang berbentuk kelakuan/tingkah laku sehari-hari dapat kita lihat dengan observasi/pengamatan, angket, cerita, dan portofolio anak”. 9. Bagaimana efektifitas dari kurikulum pendidikan berbasis karakter dalam pelajaran PAI? “Sebetulnya sebelum adanya digalakkannya karakter, islam itu khususnya mata pelajaran PAI itu sudah menyangkut dan sudah ada sejak dahulu. Dengan digalakkannya ini justru membantu lebih semangat dan leih ada perhatian baik dari anak maupun dari guru serta kalangan orang tua khususnya bagi rekan-rekan kalangan guru yang beragama islam ikut mendukung secara aktif, realistis apa yang disampaikan/ diajarkan guru agama islam khususnya masalah yang ditanamakan karater. Pada hakikatnya sudah ada sejak dulu, tapi dengan adanya ini lebih ada dukungan dan perhatian dari semua pihak”. 10. Seberapa besar peran mata pelajaran PAI dalam pendidikan berbasis karakter di sekolah? “Perannya sangat memberikan warna kepada seluruh mata pelajaran, kalau saya katakana adalah keterpaduan. Jadi dengan ini akhirnya karakterkarakter yang ada kaitannya dengan ini misalnya dalam mata pelajaran PKn yang mengajarkan tentang kejujuran, maka dapat dikaitkan dengan pelajaran agama tentang sifat terpuji yang berkaitan dengan keimana”.
107
11. Kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan guru dan sekolah untuk mengembangkan nilai-nilai karakter pada siswa dalam mata pelajaran PAI selama ini? ”Menjenguk teman yang sakit, membiasakan untuk urunan bersama, ada keluarga yang meninggal kita membiasakan untuk bertakziah, ini kita terapkan kegiatan yang berkaitan dengan kemasyarakatan yang berbasis karakter. Dalam keteladanan guru beragama islam ikut berjamaah pada waktu shalat bersama anak-anak. Kegiatan ekstra di sini ada kesenian diantaranya seni tari, vocal grup, rebana, puisi dan lain-lain dengan menggunakan lagu-lagu atau syair yang berbau keislaman. Nah dari disinilah anak ditanamkan jiwa seni dengan tidak luput menyisipkan nilai-nilai keislaman”. 12. Apa saja kesulitan/hambatan para guru dalam penerapan kurikulum pendidikan berbasis karakter?
“Kesulitannya kalau dalam penyampaian gak ada masalah, tapi kesulitannya itu dalam penerapan sehari-hari. Karena guru agama dengan guru-guru yang lain katakanlah misalkan saja SD dalam 1 kelasnya saja 40 anak, sehingga kita dalam menangani seperti itu dalam pengawasan/penerapannya kurang. Kemungkinan juga tidak didukung orang yang ada di rumah. Contohnya yang ada di sekolahan kami ini untuk menanamkan kedisiplinan shalat. Kita ajak jamaah, kita laksanakan setiap waktu yang ada adalah waktu misalnya yang sunah dengan shalat dhuha kemudian shalat dhuhur itu dapat kita laksanakan. Namun dirumah kadangkala orang tuanya tidak memperhatikan, jadi kurang adanya dukungan dari pihak lain terutama orang tua yang berkaitan dengan anak. Kedua kita tidak dapat mengawasi secara terus menerus karena adanya keterbatasan di antara kita”. 13. Bagaimana solusi dalam mengatasi kendala kurikulum pendidikan berbasis karakter?
“Kami memang mengadakan program yang pertama antara lain belajar dengan keluarga, ini kita laksanakan minimal setiap semester 2 kali setahun. Kemudian mengundang wali murid setiap awal tahun sudah kita sampaikan
108
paparan program, kemudia penerimaan rapot pertengahan semester kita undang, kita evaluasi kekurangan dan kelebiuhan yang telah tercapai. Begitu pula semester 2 pada waktu kenaikan kelas mendatangkan orang tua dengan maksud apa yang ada di dalam sekolah itu kita sampaikan kepada orang tua, mungkin orang tua bisa memberikan solusi dan mendukung kekurangankekurangan yang ada. Kedua kita mencari tahu secara persis mengapa anak seperti ini mulai dari latar belakang orang tua, faktor ekonomi atau yang lain-lain kita mengetahui secara persis. Sehingga kekurangan mengapa anak seperti ini kita dapat berusaha bersama-sama untuk mendapatkan solusi permasalahan tersebut”.
109
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Ja’far. 1973. Tuntunan Akhlak. Yogyakarta: Kota Kembang. Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press. Depatermen Agama RI. 1986. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada SD. Jakarta: CV. Multiyasa & Co. Depatermen Agama RI. 2004. Pedoman Pendidikan Agama Islam: Di Sekolah Umum. Jakarta: Direktora Jendral Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum. Emzir. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Usaha Nasional. Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. Hadi, Sutrisno. 1986. Metode Research. Jakarta: Andi Offset. Hariyanto, Muchlas Samani. 2012. Pendidikan Karakter: Konsep dan Model. Banding: PT Remaja Rosdakarya. Hidayatullah, M. Furqon. 2010a. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma Pustaka. . 2010b. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka. Jihad, Asep dkk. 2010. Pendidikan Karakter: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Badan Peneliti dan Pengembangan, Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
Kementrian Pendidikan Nasional. 2010a. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta: Badan Peneliti dan Pengembangan, Pusat Kurikulum dan Perbukuan. . 2010b. Pengembangan Pendidikana Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Badan Peneliti dan Pengembangan, Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Kunandar. 2011. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi. Jakarta Utara: PT RajaGrafindo Persada. Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Moleong, Lexy J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia. Nurdin, Syafruddin dan Usman, Basyiruddin. 2004. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers. Rubiyanto, Rubino dkk. 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah Univercity Press. S, Margono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Susilo, Muhammad Joko. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Menejemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yamin, Mohammad. 2010. Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan. Jogjakarta: Diva Press.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SDN Salatiga 08 Mata Pelajaran : PAI Kelas/Semester : I/I Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 Kali pertemuan) A. Standar Kompetensi Membiasakan perilaku terpuji B. Komepetensi Dasar Membiasakan perilaku jujur Membiasakan perilaku tanggung jawab C. Indikator kompetensi Menyebutkan contoh perilaku jujur dan tanggung jawab Membiasakan perilaku jujur dan tanggung jawab dalam kehidupan seharihari Mengetahui keuntungan orang yang jujur dan tanggung jawab D. Tujuan Pembelajaran Dengan tanya jawab, siswa dapat menyebutkan contoh perilaku jujur dan tanggung jawab Dengan membaca buku dan mendengarkan penjelasan guru, siswa dapat membiasakan perilaku jujur dan tanggung jawab dalam kehidupan seharihari Dengan mengamalkan, siswa dapat mengetahui keuntungan orang yang jujur dan tanggung jawab E. Materi Pembelajaran: Perilaku Terpuji Jujur dan Tanggung Jawab F. Metode Pembelajaran Pendekatan : Keterampilan Proses, CTL Strategi : Pembelajaran Berbasis Siswa Model Pembelajaran : Make A Match Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, Bermain Peran, Penugasan G. Langkah-langkah Pembelajaran Sintaks Karakter yang Kegiatan Waktu Pembelajaran Dikembangkan Kegiatan awal : Guru mengkondisikan peserta didik, membuka pelajaran dengan 10 Pengkondisia Iman dan takwa, n peserta salam, berdoa dengan esensi menit syukur. didik syukur atas nikmat kesehatan dan diberi cahaya hikmah agar mudah menerima pelajaran. Mengabsen peserta didik, menanyakan kabar siswa Disiplin, taat berfokus kepada siswa yang tidak aturan, toleransi, hadir, jika ada yang sakit empati dan ungkapkan keprihatinan dan tenggang rasa.
doakan agar lekas diberi kesembuhan. Menginforma Kemarin kita sudah belajar sikan tujuan tentang rukun iman, rukun iman pembelajaran ada berapa? Sebutkan! dan orientasi Hari ini kita akan belajar tentang pembelajaran perilaku terpuji yaitu jujur dan tanggung jawab Diharapkan peserta didik dapat mengetahui, menyebutkan dan mengamalkan/membiasakan perilaku terpuji jujur dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan inti : Pertemuan 1 Eksplorasi Guru menceritakan, 25 memperagakan dan Menit memperlihatkan suatu gambar/alat peraga yang Elaborasi berkaitan dengan cerita. Nah sekarang siswa diperintahkan untuk menerka/menebak intisari dari cerita yang telah disampaikan guru. Siswa diperintahkan untuk menyebutkan contoh dari perilaku jujur. Siswa diajak guru untuk bermain peran dengan membaca cerita pada buku paket halaman 27-28. Dari bermain peran tersebut, guru dan siswa diajak untuk memahami tentang sifat terpuji jujur dan tanggung jawab, mulai dari, menyebutkan perilaku terpuji lainnya dan mengamalkan dalam kehudupan sehari-hari dan mengetahui ke Siswa mengerjakan tugas hal 30-31 Guru dan siswa mengoreksikan Konfirmasi pekerjaan bersama-sama Guru dan siswa menyimpulkan pelajaran bersama-sama
Keimanan
Jujur, jawab
tanggung
Cermat, teliti
Rasa ingin tahu Berani mengemukakan pendapat, demokratis Gemar membaca, komunikatif Cermat, disiplin, tanggung jawab,
Tanggung jawab, teliti, cermat, tekun, jujur, rasa ingin tahu, bekerja keras, ulet Hati-hati, cermat, terbuka, teliti
Kegiatan inti : Eksplorasi
Elaborasi
Konfirmasi
Kegiatan akhir : Penutup
Pertemuan 2 Guru dan siswa bersama-sama 25 menyanyikan lagu “Bangun Menit Tidur” Nah sekarang siswa diajak untuk mengurutkan gambar yang berkaitan dengan nyanyian tersebut. Guru memberikan penjelasan tentang apa yang sudah dilakukan siswa Siswa diperintahkan untuk menyebutkan contoh dari tanggung jawab Siswa membaca buku paket hal 32-33 Siswa diajak untuk bermain mencari pasangan. Kartu yang sudah sidiapkan yang berisi soal/jawaban dibagikan satu per satu secara acak Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin Setelah satu babak kartu dikocok kembali agas tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dan begitu seterusnya. Guru dan siswa menyimpulkan kembali materi dan tentang apa yang dilakukan dalam KBM
Semangad Rasa ingin tahu, kreatif
Berani mengemukakan pendapat, Gemar membaca Rasa ingin tahu, kreatif, tanggung jawab, mandiri, bekerja keras komunikatif, tanggung jawab, cermat
Berani mengemukakan pendapat, hati-hati
Menutup pelajaran dengan 10 Iman dan taqwa, bacaan hamdalah bersama dan menit syukur salam di akhir pelajaran. H. Sumber belajar dan media pembelajaran : Sumber : Buku paket “ PAI Aku Anak Muslim” kelas I penerbit Cempaka Putih. LKS “Panduan Praktis Tarbiyah” penerbit Ridho Press. Referensi lain
Media : Gambar yang mencerminkan perilaku kehidupan sehari-hari Kartu soal dan jawaban Lingkungan sekitar I. Penilaian Tes lisan (tanya jawab) Tes tertulis (kerja individu) Indikator Pencapaian Tehnik Kompetensi Penilaian Menyebutkan contoh Klasikal perilaku jujur dantanggung jawab keuntungannya Individu Membiasakan perilaku jujur dan tanggung jawab dalam kehidupan seharihari Mengetahui keuntungan perilaku jujur dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari
jujur dan tanggung jawab dalam
Bentuk Instrumen Lisan Tertulis
Instrument/ Soal Sebutkan contoh perilaku jujur?
dari
Mengerjakan soal buku paket hal 30-31 latihan 1 Mencari pasangan (terlampir)
Lampiran Carilah pasangan soal dengan jawabannya!
Pulang sekolah sepatu
Selesai makan dan minum piring dan gelas kotor
Selesai bermain baju kotor
Rak sepatu
Jemuran baju
Tempat cuci piring
Setelah mandi handuk basah
Keranjang baju
Setelah belajar buku pelajaran
Rak buku
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SDN Salatiga 08 Mata Pelajaran : PAI Kelas/Semester : I/I Alokasi Waktu :2 x 35 menit (2 Kali pertemuan) A. Standar Kompetensi Membiasakan perilaku terpuji B. Komepetensi Dasar Membiasakan perilaku hidup bersih Membiasakan perilaku disiplin C. Indikator kompetensi Menyebutkan contoh perilaku hidup sehat dan disiplin Membiasakan perilaku hidup sehat dan disiplin dalam kehidupan seharihari Mengetahui keuntungan orang yang hidup sehat dan disiplin D. Tujuan Pembelajaran Dengan tanya jawab, siswa dapat menyebutkan contoh perilaku hidup sehat dan disiplin Dengan membaca buku dan mendengarkan penjelasan guru, siswa dapat membiasakan perilaku hidup sehat dan disiplin dalam kehidupan seharihari Dengan mengamalkan, siswa dapat mengetahui keuntungan orang yang hidup sehat dan disiplin E. Materi Pembelajaran: Perilaku Terpuji Hidup Sehat dan Disiplin F. Metode Pembelajaran Pendekatan : Keterampilan Proses, CTL Strategi : Pembelajaran Berbasis Siswa Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, Demonstrasi, Penugasan G. Langkah-langkah Pembelajaran Karakter yang Sintaks Pembelajaran Kegiatan Waktu Dikembangkan Kegiatan awal : Pengkondisian Guru mengkondisikan 10 Iman dan takwa, menit peserta didik peserta didik, membuka syukur. pelajaran dengan salam, berdoa dengan esensi syukur atas nikmat kesehatan dan diberi cahaya hikmah agar mudah menerima pelajaran. Disiplin, taat aturan, toleransi, Mengabsen peserta didik, menanyakan kabar siswa empati dan berfokus kepada siswa tenggang rasa.
yang tidak hadir, jika ada yang sakit ungkapkan keprihatinan dan doakan agar lekas diberi kesembuhan. Menginformasikan Kemarin kita sudah belajar tujuan tentang perilaku terpuji pembelajaran dan jujur dan tanggung jawab, orientasi sebutkan contoh dari jujur pembelajaran dan tanggung jawab! Hari ini kita akan belajar tentang perilaku terpuji yaitu hidup bersih dan disiplin Diharapkan peserta didik dapat mengetahui, menyebutkan dan mengamalkan/membiasaka n perilaku terpuji hidup bersih dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari Kegiatan inti : Pertemuan 3 Eksplorasi Guru dan siswa bersama- 25 sama menyanyikan lagu Menit “Nyamuk Nakal” Elaborasi Nah sekarang siswa diajak untuk melihat-lihat lingkungan disekitarnya, apakah keadaannya sudah bersih/kotor. Bila lingkungan kotor, siswa diajak untuk memungut dan membersihkannya. Guru memberikan penjelasan tentang apa yang sudah dilakukan siswa Guru dan siswa menyimpulkan pengertian hidup bersih. Siswa diperintahkan untuk menyebutkan contoh dari hidup bersih. Siswa membaca buku paket Siswa diajak untuk bermain
Peduli lingkungan
Semangad, percaya diri
rasa
Rasa ingin tahu, kreatif, peduli lingkungan
Berani mengemukakan pendapat, demokratis Gemar membaca Kreatif, tanggung jawab, mandiri,rasa ingin tahu, bekerja keras komunikatif,
Konfirmasi
Kegiatan inti : Eksplorasi
Elaborasi
mengelompokkan gambar. Guru membagikan lembar kerja dan gambar-gambar yang sesuai. Setiap siswa mengelompokkan gambar sesuai dengan jenisnya Setelah selesai guru dan siswa mencocokkan bersama-sama Guru dan siswa menyimpulkan kembali materi dan tentang apa yang dilakukan dalam KBM Guru bersama siswa mengungkapkan kesan tentang pentingnya hidup bersih dan menjaga kebersihan Pertemuan 4 Siapa yang tadi pagi datang 25 ke sekolah tidak Menit terlambat?siapa yang terlambat? Nah sekarang siswa diajak untuk melihat teman di sebelahanya masingmasing Apakah teman di sampingnya sudah berpakaian rapi dan sesuai dengan aturan sekolah? Siswa yang tidak berpakaian sesuai dengan aturan sekolah dipersilahkan untuk maju ke depan. Guru memilih 2 siswa yang berpakaian sesuai dengan aturan sekolah dan siswa yang tidak memakai sesuai dengan aturan sekolah. Dari kedua contoh tersebut, anak-anak diperintahkan untuk membedakannya.
cermat, teliti. Cermat, terbuka, teliti, hati-hati Mengemukakan pendapat, terbuka Syukur
Disiplin, jujur Berani mengemukakan pendapat, demokratis, komunikatif Disiplin, jujur
Nah dari contoh tersebut siswa diperkenalkan tentang disiplin, salah satu contoh disiplin dalam berpakaian seragam sekolah. Guru dan siswa menyimpulkan pengertian disiplin. Siswa diperintahkan untuk menyebutkan contoh dari disiplin, dan manfaatnya. Siswa membaca buku paket Siswa mengerjakan uji kompetensi hal 45-47
Konfirmasi
Kegiatan akhir : Penutup
Cermat, terbuka, teliti, hati-hati
Gemar membaca Tanggung jawab, mandiri, rasa ingin tahu, cermat, teliti. Cermat, terbuka, teliti, hati-hati Mengemukakan pendapat, terbuka
Setelah selesai guru dan siswa mencocokkan bersama-sama Guru dan siswa menyimpulkan kembali materi dan tentang apa yang dilakukan dalam KBM Guru bersama siswa mengungkapkan kesan tentang pentingnya disiplin.
Menutup pelajaran dengan 10 Iman dan taqwa, bacaan hamdalah bersama menit syukur dan salam di akhir pelajaran. H. Sumber belajar dan media pembelajaran : Sumber : Buku paket “ PAI Aku Anak Muslim” kelas I penerbit Cempaka Putih. LKS “Panduan Praktis Tarbiyah” penerbit Ridho Press. Referensi lain Media : Gambar yang mencerminkan perilaku hidup sehat dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari Lembar tugas Lingkungan sekitar I. Penilaian Tes lisan (tanya jawab) Tes tertulis (kerja individu)
Indikator Pencapaian Kompetensi Menyebutkan contoh perilaku hidup sehat dan disiplin Membiasakan perilaku hidup sehat dan disiplin dalam kehidupan seharihari Mengetahui keuntungan orang yang hidup sehat dan disiplin
Tehnik Penilaian Klasikal
Bentuk Instrumen Lisan
Individu
Tertulis
Instrument/ Soal Sebutkan contoh dari perilaku hidup sehat dan disiplin? Mengerjakan tugas (terlampir) Mengerjakan uji kompetensi hal 45-46
Lampiran LEMBAR KERJA Kelompokanlah gambar sesuai dengan jenisnya! NO KEBERSIHAN KEBERSIHAN KEBERSIHAN BADAN PAKAIAN RUMAH
KEBERSIHAN SEKOLAH
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SDN Salatiga 08 Mata Pelajaran : PAI Kelas/Semester : I/II Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 Kali pertemuan) A. Standar Kompetensi Membiasakan perilaku terpuji B. Komepetensi Dasar Menampilkan perilaku rajin menampilkan perilaku tolong menolong C. Indikator kompetensi Menyebutkan contoh perilaku rajin dan tolong menolong Membiasakan perilaku rajin dan tolong menolong dalam kehidupan seharihari Mengetahui keuntungan orang yang rajin dan tolong menolong D. Tujuan Pembelajaran Dengan tanya jawab dan penjelasan guru, siswa dapat menyebutkan contoh perilaku rajin dan tolong menolong Dengan membaca buku dan mendengarkan penjelasan guru, siswa dapat membiasakan perilaku hidup rajin dan tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari Dengan mengamalkan, siswa dapat mengetahui keuntungan orang yang rajin dan tolong menolong E. Materi Pembelajaran: Perilaku Terpuji Rajin dan Tolong Menolong F. Metode Pembelajaran Pendekatan : Keterampilan Proses, CTL Strategi : Pembelajaran Berbasis Siswa Model Pembelajaran : Inkuiri dan Snowball Throwing Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan G. Langkah-langkah Pembelajaran Karakter yang Sintaks Pembelajaran Kegiatan Waktu Dikembangkan Kegiatan awal : Pengkondisian Guru mengkondisikan 10 Iman dan takwa, peserta didik peserta didik, membuka menit syukur. pelajaran dengan salam, berdoa dengan esensi syukur atas nikmat kesehatan dan diberi cahaya hikmah agar mudah menerima pelajaran. Disiplin, taat aturan, toleransi, Mengabsen peserta didik, menanyakan kabar siswa empati dan berfokus kepada siswa tenggang rasa.
yang tidak hadir, jika ada yang sakit ungkapkan keprihatinan dan doakan agar lekas diberi kesembuhan. Menginformasikan Kemarin kita sudah belajar tujuan tentang perilaku hidup pembelajaran dan sehat dan disiplin, sebutkan orientasi contoh dari hidup sehat dan pembelajaran disiplin! Hari ini kita akan belajar tentang perilaku terpuji yaitu rajin dan tolong menolong Diharapkan peserta didik dapat mengetahui, menyebutkan dan mengamalkan/membiasaka n perilaku terpuji rajin dan tolong menolong dalam kehidupan seharihari. Kegiatan inti : Pertemuan 5 Eksplorasi Siapa yang tadi pagi 25 mengerjakan solat subuh? Menit Siapa yang hari ini mengerjakan PR dari ibu guru? Nah berarti anak yang mengerjakan solat dan PR termasuk anak yang? Elaborasi Siswa membaca buku paket hal 55-100 Guru dan siswa melakukan tanya jawab seputar sifat rajin. Siswa diminta memikirkan contoh anak yang rajin dan anak pemalas, kemudian diminta maju kedepan satu persatu Konfirmasi Siswa dan guru mencocokkan jawaban yang sudah di tulis Siswa yang mendapatkan
Hidup disiplin
sehat,
Rajin, menolong
tolong
Rajin, jawab
tanggung
Gemar membaca
Berani, percaya diri, rasa ingin tahu
Cermat, teliti,
Kegiatan inti : Eksplorasi
Elaborasi
Konfirmasi
Kegiatan akhir : Penutup
jawaban benar, mendapatkan bintang dari guru. Guru dan siswa menyimpulkan kembali materi dan tentang apa yang dilakukan dalam KBM Guru bersama siswa mengungkapkan kesan/manfaat tentang pentingnya sifat rajin Pertemuan 6 Siswa membaca buku paket 25 Menit hal 104 Guru dan siswa melakukan tanya jawab Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang berjumlah 2 orang dan dibagikan kertas oleh guru Siswa diminta menuliskan suatu kejadian yang berkaitan dengan tolong menolong. Kemudian kertas dibentuk seperti bola, dan dilemparkan dari satu siswa ke siswa yang lain Setelah perkelompok sudah mendapatkan satu bola, kelompok maju ke depan untuk memperagakan kejadian di dalam bola yang didapatnya Guru dan siswa menyimpulkan kembali materi dan tentang apa yang dilakukan dalam KBM Guru bersama siswa mengungkapkan kesan tentang pentingnya disiplin.
Mengemukakan pendapat, terbuka
Menutup pelajaran dengan 10 bacaan hamdalah bersama, menit salam di akhir pelajaran.
Iman dan taqwa, syukur
Rajin
Gemar membaca
Berani mengemukakan pendapat, demokratis
Komunikatif, berani, percaya diri, kreatif,
Cermat, teliti
terbuka,
Mengemukakan pendapat, terbuka
H. Sumber belajar dan media pembelajaran : Sumber : Buku paket “ PAI Aku Anak Muslim” kelas I penerbit Cempaka Putih. LKS “Panduan Praktis Tarbiyah” penerbit Ridho Press. Referensi lain Media : Gambar yang mencerminkan perilaku rajin dan tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari I. Penilaian Tes lisan (tanya jawab) Tes tertulis (kerja individu) Indikator Pencapaian Tehnik Kompetensi Penilaian Menyebutkan contoh Klasikal perilaku hidup rajin dan tolong menolong Kelompok Membiasakan perilaku hidup rajin dan tolong menolong dalam kehidupan seharihari Mengetahui keuntungan orang yang rajin dan tolong menolong
Bentuk Instrumen Lisan Tertulis
Instrument/ Soal Sebutkan contoh dari perilaku rajin dan tolong menolong? Menuliskan contoh perilaku rajin dan tolong menolong?
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SDN Salatiga 08 Mata Pelajaran : PAI Kelas/Semester : I/II Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 Kali pertemuan) A. Standar Kompetensi Membiasakan perilaku terpuji B. Komepetensi Dasar Menampilkan perilaku hormat kepada orang tua C. Indikator kompetensi Menyebutkan contoh perilaku hormat kepada orang tua Membiasakan perilaku hormat kepada orang tua dalam kehidupan seharihari Memngetahui keuntungan orang yang hormat kepada orang tua D. Tujuan Pembelajaran Dengan tanya jawab, siswa dapat menyebutkan contoh hormat kepada orang tua Dengan membaca buku dan mendengarkan penjelasan guru, siswa dapat membiasakan perilaku hormat kepada orang tua dalam kehidupan seharihari Dengan mengamalkan, siswa dapat mengetahui keuntungan orang yang hormat kepada orang tua E. Materi Pembelajaran: Perilaku Terpuji Hormat Kepada Orang Tua F. Metode Pembelajaran Pendekatan : Keterampilan Proses, CTL Strategi : Pembelajaran Berbasis Siswa Model Pembelajaran : Inkuiri Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, Bermain Peran, Penugasan G. Langkah-langkah Pembelajaran Karakter yang Sintaks Pembelajaran Kegiatan Waktu Dikembangkan Kegiatan awal : Pengkondisian Guru mengkondisikan 10 Iman dan takwa, peserta didik peserta didik, membuka menit syukur. pelajaran dengan salam, berdoa dengan esensi syukur atas nikmat kesehatan dan diberi cahaya hikmah agar mudah menerima pelajaran. Disiplin, taat aturan, toleransi, Mengabsen peserta didik, menanyakan kabar siswa empati dan berfokus kepada siswa tenggang rasa,
yang tidak hadir, jika ada yang sakit ungkapkan keprihatinan dan doakan Menginformasikan agar lekas diberi tujuan kesembuhan. pembelajaran dan orientasi Kemarin kita sudah belajar pembelajaran tentang rajin dan tolong menolong, sebutkan contoh dari rajin dan tolong menolong? Hari ini kita akan belajar tentang perilaku terpuji yaitu hormat kepada orang tua Diharapkan peserta didik dapat mengetahui, menyebutkan dan mengamalkan/membiasaka n perilaku terpuji hormat kepada orang tua dalam kehidupan sehari-hari Kegiatan inti : Pertemuan 7 Eksplorasi Guru dan siswa 25 menyanyikan lagu “satu- Menit satu” Elaborasi Siapa yang sayaang kepada orang tuanya? Siapa diantara anak-anak yang pernah membentak orang tuanya? yang pernah memukul? Pantas tidak ya seperti itu? Guru mulai bercerita dibantu dengan alat peraga tentang kisah maling kundang. Siswa disuruh menyimpulkan dari cerita yang sudah diceritakan Guru memberi penegasan tentang pendapat anakanak dan meluruskannya. Siswa diminta membuat cerita singkat pada lembar kerja yang sudah
keimanan
Kreatif, semangat, percaya diri Sadar akan hak dan kewajiban
Berani mengemukakan pendapat Komunikatif, kreatif, Mengemukakan pendapat, percaya diri, berani
Konfirmasi
Kegiatan akhir : Penutup
disediakan dan membaeri hiasan/warna Salah satu siswa diminta maju ke depan untuk membacakan hasil karangannya. Guru dan siswa menyimpulkan kembali materi dan tentang apa yang dilakukan dalam KBM Guru bersama siswa mengungkapkan kesan tentang pentingnya disiplin.
Menutup pelajaran dengan 10 Iman dan taqwa, bacaan hamdalah bersama menit syukur dan salam di akhir pelajaran. H. Sumber belajar dan media pembelajaran : Sumber : Buku paket “ PAI Aku Anak Muslim” kelas I penerbit Cempaka Putih. LKS “Panduan Praktis Tarbiyah” penerbit Ridho Press. Referensi lain Media : Gambar yang mencerminkan perilaku disiplin hormat kepada orang tua Boneka ibu, bapak, anak Pewarna Lingkungan sekitar I. Penilaian Tes lisan (tanya jawab) Tes tertulis (kerja individu)
Indikator Pencapaian Tehnik Kompetensi Penilaian Menyebutkan contoh Klasikal perilaku hormat kepada orang tua Membiasakan perilaku Individu hormat kepada orang tua dalam kehidupan seharihari Memngetahui keuntungan orang yang hormat kepada orang tua
Bentuk Instrumen Lisan Tertulis
Instrument/ Soal Sebutkan contoh dari perilaku hormat kepada orang tua? Membut cerita
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SDN Salatiga 08 Mata Pelajaran : PAI Kelas/Semester : I/II Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 Kali pertemuan) A. Standar Kompetensi Membiasakan perilaku terpuji B. Komepetensi Dasar Menampilkan adab makan dan minum Menampilkan adab belajar C. Indikator kompetensi Menyebutkan adab makan dan minum, adab belajar Mengamalkan adab makan dan minum serta adab belajar dalam kehidupan sehari-hari Mengetahui keuntungan dari pengamalan adab makan dan minum, serta adab belajar D. Tujuan Pembelajaran Dengan tanya jawab, siswa dapat menyebutkan adab makan dan minum serrta adab belajar Dengan membaca buku dan mendengarkan penjelasan guru, siswa dapat mengamalkan adab makan dan minum serta adab belajar dalam kehidupan sehari-hari Dengan mengamalkan, siswa dapat mengetahui dari pengamalan adab makan dan minum, serta adab belajar E. Materi Pembelajaran: adab makan dan minum, adab belajar F. Metode Pembelajaran Pendekatan : Keterampilan Proses, CTL Strategi : Pembelajaran Berbasis Siswa Model Pembelajaran : Inkuiri Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, Bermain Peran, Penugasan Langkah-langkah Pembelajaran Karakter yang Sintaks Pembelajaran Kegiatan Waktu Dikembangkan Kegiatan awal : Pengkondisian Guru mengkondisikan 10 Iman dan takwa, peserta didik peserta didik, membuka menit syukur. pelajaran dengan salam, berdoa dengan esensi syukur atas nikmat kesehatan dan diberi cahaya hikmah agar mudah menerima pelajaran. Disiplin, taat aturan, toleransi, Mengabsen peserta didik, menanyakan kabar siswa empati dan
berfokus kepada siswa yang tidak hadir, jika ada yang sakit ungkapkan keprihatinan dan doakan agar lekas diberi Menginformasikan kesembuhan. tujuan pembelajaran dan Kemarin kita sudah belajar orientasi tentang perilaku hidup pembelajaran bersih? Sebutkan contoh dari hidup bersih! Hari ini kita akan belajar tentang perilaku terpuji yaitu disiplin Diharapkan peserta didik dapat mengetahui, menyebutkan dan mengamalkan/membiasaka n perilaku terpuji disiplin dalam kehidupan seharihari. Kegiatan inti : Pertemuan 8 Eksplorasi Guru mengajak siswa 25 keluar kelas dan membeli Menit makanan di kantin sekolah Elaborasi Guru mengajak siswa untuk duduk ditaman sekolah Siswa dipersilahkan untuk memakan jajanan yang sudah dibelinya, dengan membaca doa terlebih dahulu. Guru mengamati bagaimana cara siswa makan dan minum. Siswa diajak masuk ke kelas kembali Guru memberikan penjelasan dan ulasan tentang adab makan dan Konfirmasi minum serta hasil pengamatan guru. Siswa membaca buku paket hal 112-113 Siswa disuruh mengambil
tenggang rasa.
Keimanan
Tanggung jawab Disiplin
Tanggung jawab, disiplin, peduli lingkungan, Gemar membaca Mengemukakan pendapat, terbuka
Kegiatan inti : Eksplorasi
Elaborasi
Konfirmasi
Kegiatan akhir : Penutup
kesimpulan dari apa yang sudah dikerjakan dalam KBM Guru bersama siswa mengungkapkan kesan tentang pentingnya disiplin. Pertemuan 9 Salah satu siswa 25 diperintahkan untuk maju Menit ke depan kelas Siswa diminta menceritakan tentang hal yang dilakuakan ketika akan belajar, dan sesudah belajar Siswa yang lain dipersilahkan untuk menanggapi cerita daari temannya Siswa membaca buku paket hal 117-118 Guru memberikan penjelasan dan mengajari doa sebelum dan sesudah belajar Siswa diminta maju kedepan membacakan doa tersebut Siswa disuruh mengambil kesimpulan dari apa yang sudah dikerjakan dalam KBM Guru membagikan kertas kepada masing-masing siswa yang sudah berisikan salah satu amalan yang harus dikerjakan oleh masing-masing siswa Guru bersama siswa mengungkapkan kesan tentang pentingnya disiplin.
Menutup pelajaran dengan 10 bacaan hamdalah bersama, menit salam di akhir pelajaran.
Pemberani, percaya diri
Mengemukakan pendapat, terbuka Gemar membaca
Berani, percaya diri Mengemukakan pendapat, terbuka, percaya diri Kejujuran, tanggung jawab
Iman dan taqwa, syukur
G. Sumber belajar dan media pembelajaran : Sumber : Buku paket “ PAI Aku Anak Muslim” kelas I penerbit Cempaka Putih. LKS “Panduan Praktis Tarbiyah” penerbit Ridho Press. Referensi lain Media : Gambar yang mencerminkan perilaku adab makan dan minum, adab belajar Lingkungan sekitar H. Penilaian Tes lisan (tanya jawab) Tes tertulis (kerja individu) Indikator Pencapaian Tehnik Kompetensi Penilaian Menyebutkan adab Klasikal makan dan minum, adab belajar Mengamalkan adab Individu makan dan minum serta adab belajar dalam kehidupan sehari-hari Mengetahui keuntungan dari pengamalan adab makan dan minum, serta adab belajar
Bentuk Instrumen Lisan Tertulis
Instrument/ Soal Sebutkan adab makan dan minum, adab belajar? Mengamalkan salah satu amalan hal 120-121!
Salatiga, 5 Juni 2012 Guru Mapel PAI
(Siti Khoeriyah, S.Pd. I)
Foto kegiatan pendidikan karakter
Pesantren Ramadhan
(Mujahadah) & (SHalat Berjamaah)
(Tadarus Al-Qur’an)
(gemar membaca)
( Dzikir dan doa) & (MTQ)
(khitobah)
(berdoa sebelum kbm)
(Bersalaman ketika hadir)
(ekstrakurikuler) Tari islami
(kebersihan diri) & (kebersihan lingkungan / piket)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS A. Identitas Diri 1. Nama
: Aulia Fitria N
2. Tempat/Tangal Lahir : Salatiga, 8 Mei 1989 3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Alamat
: Jl. Margosari I RT: III RW: XII No: 63 Salatiga
5. Tempa Penelitian
: SDN Salatiga 08 Kel. Salatiga Kec. Sidorejo
B. Pendidikan 1. Formal a. TK Trisula Perwari, Jalan Gladakan Salatiga tahun 1999. b. SDN Salatiga 02 Kecamatan Sidorejo tahun 2004. c. MTs Ta’mirul Islam Surakarta tahun 2005. d. MA Ta’mirul Islam Surakarta tahun 2008. e. S1 STAIN Salatiga tahun 2012 2. Non Formal a. TPQ Baitur Rahman, Jl Margosari RT: V RW: I Salatiga tahun 1998 b. Ustadzah PAUD TPQ Baitur Rahman, Jl Margosari RT: V RW: I Salatiga tahun 2008-sekarang.