ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PUTTING SUSU TENGGELAM (GRADE 1) DAN ASI TIDAK KELUAR DI BPM HJ. WIWIN WINTARSIH, AM.Keb TASIKMALAYA
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : SHINTA NURUL MAULANI NIM. 13DB277040
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi, setiap hari diseluruh dunia sekitar 800 perempuan meninggal, salah satunya akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas. Angka Kematian Ibu di Negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filiphina 170 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO 2014). Setiap hari pada tahun 2015, sekitar 830 perempuan meninggal karena komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas. Hampir semua kematian ini terjadi dipengaturan sumber daya rendah, dan sebagian besar dapat dicegah. Penyebab utama kematian adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, dan penyebab tidak langsung, sebagian besar karena interaksi antara kondisi medis yang sudah ada sebelumnya dan kehamilan. Dari 830 kematian ibu setiap hari, 550 terjadi di sub-Sahara Afrika dan 180 di Asia Selatan, dibandingkan dengan 5 di negara-negara maju. Resiko orang wanita di negara berkembang meninggal karena penyebab ibu terkait selama hidupnya adalah sekitar 33 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tinggal di negara maju. Kematian ibu merupakan indikator kesehatan yang menunjukan kesenjangan yang sangat lebar antara daerah kaya dan miskin, perkotaan dan pedesaan, baik antara negara dan dalam diri mereka. AKI di Indonesia berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012, sedangkan kelahiran hidup pada tahun 2013 menjadi 359 per 100.000, yang merupakan sasaran Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu AKI sebesar 120 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya AKI di Indonesia menempati urutan teratas di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) (Kemenkes, 2014). AKI di Jawa Barat termasuk Angka Kematian Ibu paling tinggi, pada tahun 2013 angka kematian ibu sebesar 747 per 100.000 kelahiran hidup
1
2
dan pada tahun 2014 angka kematian ibu bertambah 781 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jabar, 2014). Sedangkan angka kematian ibu dan bayi di Kota Tasikmalaya masih diatas ambang batas. Jumlah kematian ibu sepanjang tahun 2015 mencapai 20 orang serta kematian bayi 118 anak. Padahal pemerintah melalui program keluarga harapan menargetkan kematian ibu maksimal 10 orang dan bayi 100 orang setiap tahun. Tingginya angka kematian ibu dan bayi sepanjang tahun 2015 diluar perkiraan
(Dinkes Kota
Tasikmalaya, 2015). Ibu post partum perlu membutuhkan perawatan masa nifas karena merupakan masa kritis baik ibu dan bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Sarwono, 2009). Untuk mencegah timbulnya infeksi atau komplikasi pada masa nifas utamanya dengan putting susu tenggelam dan ASI tidak keluar dilakukan dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan antara lain perawatan payudara (Anggraini, 2010). Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga mempelancar pengeluaran ASI. Pelaksanaan perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kali sehari. Perawatan payudara yang dilakukan
meliputi pengurutan
payudara,
pengosongan
payudara,
pengompresan payudara dan perawatan putting susu (Yayuk Norazizah dan Luluk Hidayah, 2013). Oleh karena itu setiap bayi baru lahir harus mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, namun pada sebagian ibu tidak memberikan ASI eksklusif karena alasan ASInya tidak keluar atau hanya sedikit keluar sehingga tidak memenuhi kebutuhan bayinya (Faizatul Ummah, 2014). Berdasarkan
hasil
survei
di
Puskesmas
Mangkubumi
Kota
Tasikmalaya jumlah ibu nifas tahun 2015 terhitung dari bulan JanuariDesember sebanyak 906 orang. Diantaranya terdapat ibu menyusui pada tahun 2015 terhitung dari bulan Januari-Desember sebanyak 495 orang. Sedangkan ibu yang tidak menyusui terhitung 120 orang, dikarena salah
3
satunya faktor ASI tidak keluar sebanyak 36 orang dan putting susu tenggelam sebanyak 63 orang. Masa nifas (puerperium) adalah dimulai plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 40 hari, kandungan pada keadaan yang normal. Jika sudah selesai masa 40 hari akan tetapi darah tidak berhenti atau tetap keluar darah, maka perhatikanlah bila keluarnya disaat adah (kebiasaan) haid, maka itu darah haid atau menstruasi (Ambrawati dan Wulandari, 2009). Dalil-dalil yang menunjukan batas waktu nifas 40 hari, satu sama lain saling kuat menguatkan, sehingga sampai kepada tingkatan boleh dipakai dan diterima, dengan 40 hari itu menjadi suatu batas yang tertentu. Oleh karena itu perumpamaan nifas wajib meninggalkan shalat 40 hari.
Dimana seperti dalam sebuah hadistnya Abu Daud meriwayatkan :
ْ َعنْ أ ُ ِّم َس َل َم ِة قــَا َل ال َمرْ أَ ُة مِنْ نِســَا ِء ال َّن ِبيِّ صلى هللا عليه وسلّم َت ْق ُع ُد فِى:ت صالَ ِة ال ِّن َف ِ ــــــاس َكــــا َن َ ــاء َ ت اَرْ َب ِعي َْن لَ ْي َل َه الَ َيأْ ُم ُر َها صلى هللا عليه وسلّم ي ْق ِ ض ِ رواہ ابوداود.ــــاس ال ِّن َف ِ Artinya : Dari Ummu Salamah, ia berkata : Adalah wanita-wanita dari istri-istri Nabi SAW, mereka tidak shalat diwaktu nifas selama 40 hari, dan Nabi SAW tidak memerintahkannya mengqadla shalat karena nifas”. [HR. Abu Dawud] Demikianlah islam telah menerangkan dalam sebuah hadist, bahwa wanita tidak diperintahkan shalat diwaktu nifas selama 40 hari. Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal. Tidak keluarnya ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan menjadi salah satu penyebab tidak terwujudnya pemberian ASI eksklusif. Terlambatnya pengeluaran ASI dapat disebabkan oleh terhambatnya sekresi oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran pengeluaran ASI. Pijat oksitosin
4
merupakan salah satu cara yang efektif untuk merangsang sekresi oksitosin (Faizatul Ummah, 2014) Menurut Jurnal Faizatul Ummah (2014) tentang pijat oksitosin untuk mempercepat pengeluaran ASI pada ibu pasca salin normal, hasil penelitian ini dilakukan pada ibu pasca salin normal pada bulan September 2013 sampai Maret 2014 di Dusun Sono Desa Ketanen Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik, dengan besar sampel 28 ibu pasca salin normal, yang dibagi menjadi dua kelompok secara random yaitu 14 ibu pasca salin normal yang berikan pijat oksitosin (kelompok intervensi) dan 14 ibu pasca salin normal yang tidak diberikan pijat oksitosin. Pijat oksitosin diberikan pada 2 jam pasca salin dan 6 jam pasca salin dengan durasi 3 menit. Menyusui bayi adalah salah satu ekspresi cinta seseorang ibu, tetapi banyak kesulitan yang dialami seorang ibu dalam pelaksanaannya. Kesulitan yang terjadi antara lain putting datar atau tenggelam, putting lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis dan abses pada payudara (Yayuk Norazizah dan Luluk Hidayah, 2013). Putting susu tenggelam adalah putting susu yang tidak dapat menonjol dan cenderung masuk kedalam, sehingga ASI tidak dapat keluar dengan lancar, yang disebabkan saluran susu lebih pendek kedalam, kurangnya perawatan, kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan payudara (Ambarwati, 2008). Masalah payudara yang sering terjadi pada masa nifas sebenarnya dapat dicegah dilakukannya perawatan payudara sebelum dan sesudah melahirkan (Anggraini, 2010). Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk melancarkan pengeluaran ASI (Reni Yuli Astutik, 2014). Menurut jurnal Yayuk Norazizah dan Luluk Hidayah (2013) tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara dengan kejadian putting susu tenggelam, hasil penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas ibu pengetahuan cukup sebanyak 16 responden (43,2%). Ini dikarenakan sebagian besar responden kurang mendapatkan informasi mereka hanya mengetahui dari pengalaman-
5
pengalaman yang diperoleh dari budaya setempat. Meskipun demikian masih terdapat responden yang berpengetahuan kurang yaitu 12 responden (32,4%). Untuk itu perlu diupayakan petugas kesehatan khususnya
bidan
dapat
meningkatkan
pengetahuan
ibu
tentang
perawatan payudara yang benar agar masalah-masalah dalam menyusui seperti puting susu tenggelam sehingga bisa menyusui dengan efektif. Maka dari itu kenapa pentingnya ASI bagi bayi itu, karena Menurut penelitian yang dilakukan di Dhaka pada 1.667 bayi selama 12 bulan mengatakan bahwa ASI eksklusif dapat menurunkan resiko kematian akibat infeksi saluran nafas akut dan diare. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1) dan ASI Tidak Keluar”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1) dan ASI Tidak Keluar di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, AM.Keb?” C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, AM.Keb. 2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, AM.Keb. b. Menginterpretasi data Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, AM.Keb.
6
c. Menentukan diagnosa potensial Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, AM.Keb. d. Melakukan tindakan segera Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, AM.Keb. e. Merencanakan tindakan Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, AM.Keb. f.
Melaksanakan asuhan kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, AM.Keb.
g. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar di BPM Hj. Wiwin Wintarsih, AM.Keb.
D. Manfaat 1. Bagi Mahasiswa D III Kebidanan Dapat mengaplikasikan seluruh ilmu pengetahuan yang telah didapat selama perkuliahan dilapangan praktek mengenai asuhan kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1) Dan ASI Tidak Keluar. 2. Bagi Institusi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis Dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau kepustakaan bagi yang membutuhkan serta sebagai bahan acuan perbandingan dalam penanganan pada pasien dengan putting susu tenggelam (grade 1) dan ASI tidak keluar. 3. Bagi Lahan BPM Dapat melaksanakan peran dan fungsi bidan sebagai pendidik untuk mencetak generasi bidan yang berkualitas. 4. Bagi Klien Dapat menambah pengetahuan dan memahami tentang keadaan yang dialaminya dan klien diharapakan bisa lebih kooperatif dengan tenaga kesehatan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Masa Nifas 1. Definisi Masa Nifas Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 40 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan (Eka dan Kurnia, 2014). Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40 hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai tanda-tanda kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari akan tetapi
darah
tidak
berhenti
atau
tetap
keluar
darah,
maka
perhatikanlah bila keluarnya disaat adah (kebiasaan) haid. Maka itu darah haid atau menstruasi. Akan tetapi, jika darah keluar terus dan tidak pada masa-masa haidnya dan darah itu terus tidak berhenti mengalir, maka ibu harus segera memeriksakan diri ke bidan atau dokter (Eka dan Kurnia, 2014). Beberapa konsep mengenai pengertian masa nifas berdasarkan para ahli antara lain : a. Menurut Varney (2007) menyebutkan
puerperium
atau
periode pasca persalinan (post partum) ialah masa waktu antara kelahiran plasenta dan membran yang menandai berakhirnya periode intrapartum sampai menuju kembalinya sistem reproduksi wanita tersebut kekondisi tidak hamil. b. Menurut Prawirohardjo (2008), masa nifas adalah dimulai setelah partus dan berakhir kira-kira setelah 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum waktu 3 bulan. c. Menurut Saleha (2009), masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut hitungan 7
8
awam. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan. d. Menurut Anggraini (2010), puerperium didefinisikan sebagai masa persalinan selama dan segera setelah melahirkan, meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu alat-alat reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil atau kembali normal.
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas Menurut (Eka dan Kurnia, 2014) Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas adalah untuk : a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis. b. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. c. Memberikan
pendidikan
kesehatan
tentang
perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari. d. Memberikan pelayanan keluarga berencana. e. Mendapatkan kesehatan emosi.
3. Tahapan Masa Nifas menurut (Saleha, 2009) Dalam masa nifas terdapat tiga periode yaitu : a. Periode immediate post partum atau Puerperium Dini adalah masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya
perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu, bidan harus dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu. b. Periode Intermedial atau Early Post partum (24 jam-1 minggu). Di fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada pendarahan, lochea tidak berbau
9
busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya dengan baik. c. Peride late post partum (1-5 minggu). Di periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
4. Perubahan Fisik Masa Nifas Selama masa berangsur-angsur
nifas, alat kembali
genetalia
seperti
interna
keadaan
dan
eksterna
sebelum
hamil.
Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhannya disebut involusio (Saleha, 2009). a. Involusi TFU Berat Uterus Tabel 2.1. Proses involusi uterus (Seleha, 2009) Involusi Plasenta lahir 7 hari (1 minggu)
Tinggi Fundus Uterus
Berat Uterus
Sepusat Pertengahan pusat-symfisis
1000 gram 500 gram
14 hari (2 minggu)
Tak teraba
350 gram
40 hari (6 minggu)
Tak teraba
50 gram
56 hari (8 minggu)
Normal
30 gram
b. Plasenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke vakum uteri dengan diameter 7,5 cm, minggu ke-3 menjadi 3,5 cm, minggu ke-6 menjadi 2,4 cm dan akhirnya pulih. c. Luka-luka pada jalan lahir apabila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. d. Pengeluaran lochea terdiri dari : Lochea adalah cairan yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas. Ada beberapa macam lochea : 1. Lochea Rubra adalah warna merah kehitaman dengan ciri-ciri terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah, waktunya 1-3 hari.
10
2. Lochea Sanguilenta adalah warna putih bercampur merah ciricirinya sisa darah bercampur lendir waktunya 3-7 hari. 3. Lochea Serosa warna kekuningan/kecoklatan, ciri-cirinya lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta, waktunya 7-14 hari. 4. Lochea Alba warnanya putih, ciri-cirinya mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati, waktunya lebih dari 14 hari. 5. Lochea purulenta adalah terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk. 6. Lochiostasis adalah lochea tidak lancar keluarnya. e. Setelah persalinan bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadangkadang terdapat perlukaan kecil. f.
Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali, sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.
5. Tindak Lanjut Asuhan Masa Nifas Di rumah Kunjungan masa nifas dilakukan minimal 4 kali. Adapun tujuan kunjungan rumah untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta mencegah, mendeteksi dan menangani komplikasi pada masa nifas (Eka dan Kurnia, 2014).
11
Tabel 2.2. Jadwal Kunjungan Ibu nifas di rumah sebagai berikut (Eka dan Kurnia, 2014) kunjungan
waktu
Tujuan
Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga bagaimana cara pencegahan
6-8 jam 1
setelah persalinan
perdarahan atonia uteri
Pemberian ASI awal
Melakukan hubungan awal antara ibu dan bayinya
Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah terjadinya hipotermi
Jika petuga kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
Memastikan involusi uterus bagian normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
6 hari 2
setelah persalinan
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tandatanda penyulit
Memberikan konseling pada ibu
12
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
2 minggu 3
setelah
Sama seperti diatas
persalinan 6 minggu 4
penyulit-penyulit yang ia atau bayi
setelah persalinan
Menanyakan pada ibu tentang
alami
Memberikan konseling KB decara dini
6. Tanda Bahaya Masa Nifas Menurut (Dewi Maritalia, 2012) Tanda bahaya masa nifas yaitu adanya tanda-tanda yang mengganggu sampai membayangkan keadaan ibu yang terjadi pada masa nifas. Tanda-tanda bahaya masa nifas : a. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, ada gangguan penglihatan. b. Pembengkakan pada muka dan tangan. c. Demam, pengeluaran dari vagina yang berbau busuk, perdarahan yang banyak secara tiba-tiba. d. Terasa nyeri pada bagian bawah perut atau punggung. e. Payudara terasa berat, sakit, bengkak, merah, panas dan putting pecah-pecah/lecet. f.
Adanya kesulitan menyusui bayinya.
g. Terasa sakit atau panas pada saat buang air kecil. h. Sulit untuk buang air besar, wasir. i.
Kaki terasa sakit, merah, lembek, bengkak dan mengkilat.
j.
Nafsu makan hilang dengan waktu yang lama.
k. Merasa sangat lelah, nafas sampai terengah-engah. l.
Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya sendiri.
13
7. Penanganan
Masa
Nifas
Menurut
(Dian
Sandawati
dan
Damayanti, 2011) a) Mobilisasi : setelah persalinan ibu harus beristirahat, tidur terlentang, kemudian boleh miring-miring ke kanan ke kiri mecegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke dua diperbolehkan duduk, hari ke tiga jalan-jalan, dan hari ke empat dan hari ke lima sudah diperbolehkan pulang. b) Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayursayuran dan buah-buahan. c) Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadangkadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. d) Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemes, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. e) Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamae yaitu : 1) Proliferasi kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak bertambah. 2) Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum berwarna kuning-puting susu. 3) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas. 4) Setelah
persalinan,
pengaruh
supresi
estrogen
dan
progesteron hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau proklatin yang akan merangsang air susu air susu. Di samping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio- epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan. 5) Program dan kebijakan teknis paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan BBL juga
14
untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalahmasalah yang terjadi dalam masa nifas. Didalam masa nifas juga perlu dilakukannya perawatan payudara yang bertujuan untuk menjaga kebersihan payudara, untuk menghindari penyulit saat menyusui seperti putting susu tenggelam, untuk menonjolkan payudara puting susu, menjaga bentuk buah dada tetap bagus, dan untuk memperbanyak produksi ASI.
B. Putting Susu Tenggelam 1. Pengertian putting susu tenggelam Putting susu tenggelam adalah putting susu yang tidak dapat menonjol dan cenderung masuk kedalam, sehingga ASI tidak dapat keluar dengan lancar, yang disebabkan saluran susu lebih pendek kedalam (tied nipples), kurangnya perawatan, kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan payudara. Pada kasus seperti ini biasanya bayi kesulitan dan mungkin tidak mau untuk menyusu (Ambarwati, 2008). Putting susu yang dimaksud diatas terbagi menjadi 2 yaitu (Ambarwati, 2008) : 1. Dimpled Putting Yaitu yang terlihat menonjol sebagian namun masih dapat ditarik keluar meski tidak dapat bertahan lama. 2. Unilateral Yaitu hanya satu sisi payudara yang memiliki putting yang tertarik kedalam. Puting yang tertarik kedalam dibagi menjadi 3 grade yaitu : a) Grade 1 Putting tertarik kedalam tapi mudah untuk ditarik dan bertahan cukup baik tanpa perlu tarikan. Sayangnya, tekanan lembut disekitar areola atau cubit lembut pada kulit dapat menyebabkan puting mundur kembali.
15
b) Grade 2 Putting yang tertarik kedalam dan masih bisa ditarik keluar namun tidak semudah grade 1. Setelah tarikan dilepas, putting akan mundur kembali. c) Grade 3 Putting jenis ini posisinya sangat tertarik kedalam dan sulit
untuk
ditarik
keluar
apalagi
mempertahankan
posisinya. Yang paling sering adalah akibat pendeknya saluran ASI (duktus laktiferus). Kelainan ini merupakan bawaan sejak lahir. Putting tertarik kedalam juga bisa terjadi setelah menyusui. Penyebabnya bisa karena kulit payudara sekitar putting menjadi longgar sehingga membuat putting terlihat masuk kedalam. 2. Penyebab putting susu tenggelam (Indah Fedri, 2013) a. Adanya perlekatan yang menyebabkan saluran susu lebih pendek dari biasanya sehingga menarik putting susu kedalam. b. Kurangnya perawatan sejak dini pada payudara. c. Penyusuan yang tertunda. d. Penyusuan yang jarang dan dalam waktu singkat. e. Pemberian minum selain ASI. f.
Ibu terlalu lelah dan tidak mau menyusui.
3. Cara penanganan putting susu tenggelam antara lain (Indah Fedri, 2013) 1) Saat memasuki usia kehamilan ke tujuh bulan biasakan diri menarik puting susu dengan jari tangan sampai menonjol. 2) Adanya kemauan ibu untuk menyusui. 3) Pijat areola ketika mandi selama 2 menit. 4) Tarik putting susu dengan 4 jari dibawah dan ibu jari diatas ketika akan menyusui. 5) Gunakan
bantuan
dengan menggunakan
pompa
payudara untuk menarik payudara yang tenggelam.
16
4. Beberapa
cara
yang
dapat
digunakan
untuk
merangsang putting susu keluar (Suparyanto, 2011) : a. Nipplet Pam ini khas perlu diletakan diatas bagian putting susu dan tarik pam perlahan-lahan diikuti urutan untuk melembutkan putting. Keadaan ini perlu dilakukan setian pagi sebelum menyusukan bayi. b. Urutan Mereka boleh merangsang kepada putting dengan memicit bagian areola setiap kali ketika mandi. Buat selama satu sampai dua menit. Keadaan ini boleh mengatasi
masalah
putting
tenggelam
secara
perlahan-lahan dan wanita tidak perlu lagi bergantung pada nipplet. c. Tehnik Hoffman Letakan jempol dan telunjuk tangan diantara putting (saling berhadapan). Tekan kedua jari tersebut sambil menarik putting keluar. Putarkan searah jam, lakukan sebanyak lima kali sehari. d. Trik Dengan Menggunakan Spuit Sederhana sekali alatnya yang digunakan, mana bisa menggunakan alat spuit yang dibalik. Caranya potong bagian alat suntik tempat dimana biasanya jarum
bisa
dimasukan. Lakukan
pindahkan
alat
penghisapnya kebagian yang dipotong letakan ujung yang
lain
di
puting,
lakukan
gerakan
alat
penghisapnya. 5. Perawatan Payudara (Sandawati dan Damaiyanti, 2011) 1) Tempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil selama ± 5 menit, kemudian putting susu dibersihkan. 2) Tempelkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara.
17
3) Pengurutan dimulai kearah atas, kesamping, lalu kearah bawah. Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah sisi kanan. 4) Pengurutan
diteruskan
kebawah,
kesamping
selanjutnya melintang, lalu telapak tangan mengurut kedepan kemudian kedua tangan dilepaskan dari payudara, ulangi gerakan 20-30 kali. 5) Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai pada putting susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan, lakukan dua kali gerakan pada tiap payudara. 6) Satu
tangan menopang payudara, sedangkan
tangan yang lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah putting susu. Lakukan tahap yang sama pada kedua payudara. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. 7) Selesai pengurutan, payudara dikompres dengan air hangat dan dingin bergantian selama ± 5 menit, keringkan
payudara
dengan
handuk
bersih
kemudian gunakan BH yang bersih dan menopang (Sitti Saleha, 2009).
C. ASI Tidak Keluar Tidak keluarnya ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan menjadi salah satu penyebab tidak terwujudnya pemberian ASI eksklusif (Faizatul Ummah, 2014). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah
18
tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun negara (Faridan Sori, 2015).
Dimana dijelaskan dalam surah Al-Baqaroh ayat 233, Allah SWT telah berfirman :
ُ ََوا ْل َوالِد َ َ َم َ ض َ ْن لِ َِ ْن أَ َرادَ أَنْ ُي ِِ ض َّ الرض ِ ْن ََم ِِ ََي ِ ات يُرْ ضِ عْ َن أَ ْو َلدَ ُُنض ََ ْو َلي ضمرض َ ُِ َو ََ ََى ا ْل َِ ْولُو ِد َل ُه ِر ْزقُهُنض َو َِسْ َو ُِهُنض ِبم ْل َِعْ رُوفِ َل ُِ َََضفُ َن ْفسٌ إِ ضل وُ سْ َع َهم َل ِْص امل ََن ِ ار َ ث ِ ِْث ُل َذل َِك َفإِنْ أَ َرادَ ا ف ِ َوالِ َدةٌ ِب َو َل ِد َُم َو َل َِ ْولُو ٌد َل ُه ِب َو َل ِد ِه َو ََ ََى ا ْل َو مح َ اض ِِ ْن ُه َِم َو َِ َشموُ ٍر َف ََل ُج َنم َح ََ ََي ِْه َِم َوإِنْ أَ َر ْد ُِ ْ َّ أَنْ َِسْ َِرْ ضِ عُوا أَ ْو َلدَ َُ ْ َّ َف ََل جُ َن ٍ َِ َر ون ِ ََ ََ ْي َُ ْ َّ إِ َذا َسَضِْ ُِ ْ َّ َِم آَ َِ ْي ُِ ْ َّ ِب ْمل َِعْ رُو َ ََُِ َّْللا ِب َِم َِع َ َّللا َواَْ ََُِوا أَنض ض َ ف َوا ضِقُوا ض )٣٢٢(بَصِ ير Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [QS al-Baqoroh : 233] Demikianlah
ayat
tersebut menjelaskan
bahwa
ASI
eksklusif
sangatlah penting bagi bayi selama 6 bulan penuh. Terlambatnya pengeluaran ASI dapat disebabkan oleh terhambatnya sekresi oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran pengeluaran ASI. Pijat oksitosin merupakan salah satu cara yang efektif untuk merangsang sekresi oksitosin. 1. Refleks Oksitosin Dalam Menyusui (Purwoastuti dan Walyani, 2015) Sebelum menyusui untuk merangsang refleks oksitosin dapat dilakukan hal berikut : a. Berikan kompres hangat atau mandi air hangat. b. Pijat tengkuk dan punggung ibu agar relaks.
19
c. Pijatan ringan pada payudara. d. Merangsang kulit puting. e. Bantu ibu untuk relaks. 2. Cara Pijat Refleks Oksitosin (Purwoastuti dan Walyani, 2015) a. Ibu duduk bersandar ke depan, lipat lengan di atas meja, dan meletakan kepala di atas lengannya. b. Payudara tergantung lepas tanpa pakaian c. Seseorang mimijat di sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu, menggunakan ibu jari atau kepalan tangan. d. Tekan kuat membentuk gerakan melingkar kecil dengan kedua ibu jari, pijat mulai dari leher, turun ke bawah kearah tulang belikat selama 2-3 menit. D. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen
kebidanan
adalah
suatu
metode
berfikir
dan
beryindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien atau pemberi
asuhan.
pemecahan
Manajemen
masalah
yang
kebidanan
digunakan
merupakan
proses
sebagai metode
untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (Soepardan, 2008). 2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney Menurut Varney (2007), ketujuh langkah manajemen kebidanan adalah sebagai berikut : a. Langkah I : Mengumpulkan Data Dasar Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, peninjauan catatan terbaru
atau
catatan
sebelumnya,
dan
laboratorium
dan
membandingkannya dengan hasil studi, semua data dikumpulkan.
20
b. Langkah II : Menginterpretasi data Pada langkah ini dilakukan dengan mengindentifikasi data secara benar terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan pasien. Masalah
atau
diagnosis
yang
spesifik
dapat
ditemukan
berdasarkan interpretasi yang benar terhadap data dasar. Selain itu sudah terfikirkan perencanaan yang dibutuhkan. c. Langkah III : Mengindentifikasi diagnosis masalah Langkah ini mengidentifikasikan masalah atau diagnosis masalah yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi yang cukup dan apabila memungkinkan dilakukan proses pencegahan atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan tindakan segera. d. Langkah IV : Mengindentifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan. e. Langkah V : Merencanaka asuhan secara menyeluruh Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil. f.
Langkah VI : Implementasi Tahap ini merupakan tahap pelaksana dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
g. Langkah VII : Evaluasi Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan yakni dengan
melakukan
evaluasi
dan
perencanaan
maupun
pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari
21
proses yang dilakukan terus menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien (Soepardan, 2008). E. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Menurut Helen Varney alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan seorang bidan melauli proses barfikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu : a. Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnese sebagai langkah I Varney. b. Objektif Menggambarkan hasil pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney. c. Analisa Data Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif
dan
objektif
dalam
suatu
identifikasi
:
diagnosa/masalah, antisipasi diagnosa/masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atua dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney. d. Penatalaksanaan Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai langkah 5, 6 dan 7 Varney.
22
F. Kerangka Konsep Gambar 2.1 Bagan Skema Langkah-langkah proses manajemen (Estiwidani., dkk, 2008)
Alur pikir bidan
Pencatatan dari Asuhan Kebidanan
Dokumentasi Kebidanan
Proses Manajemen kebidanan
7 Langkah Varney
5 langkah kompetensi bidan
Pengumpulan data dasar
Data
Interprestasi data dasar Mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
SOAP NOTES Subjektif Objektif Assessment atau diagnosis
Analisa Data Penatalaksanan : Konsul
Merencanakan asuhan yang komprehensif atau menyeluruh
Perencanaan
Tes diagnostik/Lab Rujukan Pendidikan/Konseling Followup
Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Evaluasi
23
G. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Kasus Puting Susu Tenggelam dan ASI Tidak Keluar Dalam asuhan kebidanan pada kasu Puting Susu Tenggelam dan ASI Tidak Keluar ada beberapa asuhan yang harus dilakukan, meliputi : S : ibu mengatakan bayinya lahir jam 01.15 WIB, dan ibu mengeluh bayinya sulit menyusu dikarenakan ke dua putting susunya tenggelam dan ASInya tidak keluar. O : putting susu tenggelam dan ASI tidak keluar dapat terdeteksi melalui pemeriksaan sistematis dengan cara inspeksi (melihat) dan palpasi (meraba) pada payudara ibu. a. Inspeksi : putting susu tenggelam b. Palpasi : tidak ada pembengkakan dipayudara, dan ASI tidak keluar. A :
P1A0 Nifas 2 Jam Dengan Putting Susu Tenggelam (Grade 1) dan ASI Tidak Keluar
P : Rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan putting susu tenggelam dan ASI tidak keluar adalah : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa ke dua putting susu ibu tenggelam ( grade 1) dan ASInya tidak keluar. 2. Melakukan dan mengajarkan kepada ibu tentang pemijatan oksitosin. 3. Melakukan dan mengajarkan kepada ibu tentang perawatan payudara dengan menggunakan tehnik hoffman. 4. Mengajarkan kepada ibu tentang tehnik menyusui yang baik dan benar. 5. Memberikan KIE kepada ibu mengenai ASI ekslusif, ibu harus memberikan ASI penuh selama 6 bulan tanpak MPASI dan susui bayi minimal 2 jam sekali atau saat bayi mau kapanpun. 6. Memberikan KIE kepada ibu mengenai perawatan bayi baru lahir. 7. Memberikan KIE kepada ibu mengenai tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir. 8. Memberikan KIE kepada ibu mengenai tanda bahaya masa nifas. 9. Mengajarkan dan melakukan kepada ibu senam nifas.
24
H. Landasan Hukum Dan Peran Serta Tangung Jawab Bidan Dalam menangani kasus seorang bidan diberikan kewenangan sesuai dengan Permenkes No. 1464/Menkes/Per/IX/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, Kewenangan yang dimiliki bidan meliputi : Pasal 9 Bidan dalam menjalakan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : I.
Pelayanan kesehatan ibu
II.
Pelayanan kesehatan anak
III.
Pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga
berencana Pasal 10 a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan. b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) meliputi : 1. Pelayanan konseling pada masa pra hamil 2. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal 3. Pelayanan persalinan normal 4. Pelayanan ibu nifas normal 5. Pelayanan ibu menyusui 6. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan. c. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksudkan pada ayat 2 berwenang untuk : 1. Episiotomi 2. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II 3. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan 4. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil 5. Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas
25
I.
Al-Islam Kemuhammadiyahan Pada Ibu nifas dan Ibu Menyusui 1. Masa Nifas Masa nifas menurut pandangan islam untuk para wanita wanita muslim adalah yang menunjukkan batas waktu nifas 40 hari, satu sama lain saling kuat menguatkan, sehingga sampai kepada tingkatan boleh dipakai dan diterima, dengan 40 hari itu menjadi suatu batas yang tertentu. Oleh karena itu perumpamaan nifas wajib meninggalkan shalat 40 hari. Dimana seperti dalam sebuah hadistnya Abu Daud meriwayatkan :
ْ ََنْ أ ُ ِّ َّ َس ََ َِ ِ َ قــَم َل ال َِرْ أَةُ ِِنْ نِســَم ِء ال ضن ِبيِّ صَى َّللا ََيه وسَّ َّ َِ ْق ُع ُد فِى:ت صَلَ ِة ال ِّن َف ِ ــــــمس ََــــم َن َ ــمء َ ت اَرْ َب ِعي َْن لَ ْي ََ َه لَ َيأْ ُِ ُر َُم صَى َّللا ََيه وسَّ َّ ي ْق ِ ض ِ رواه ابوداود.ــــمس ال ِّن َف ِ Artinya : Dari Ummu Salamah, ia berkata : Adalah wanita-wanita dari istriistri Nabi SAW, mereka tidak shalat diwaktu nifas selama 40 hari, dan Nabi SAW tidak memerintahkannya mengqadla shalat karena nifas”. [HR. Abu Dawud] Demikianlah islam telah menerangkan dalam sebuah hadist, bahwa wanita tidak diperintahkan shalat diwaktu nifas selama 40 hari. 2. Ibu menyusui Menurut pandangan islam menyusui merupakan salah satu ekspresi cinta seseorang ibu, tetapi banyak kesulitan yang dialami seorang ibu dalam pelaksanaannya. Dimana dijelaskan dalam surah Al-Baqaroh ayat 233, allah SWT telah berfirman :
ُ ََوا ْل َوالِد َ َ َم َ ض َ ْن لِ َِ ْن أَ َرادَ أَنْ ُي ِِ ض َّ الرض ِ ْن ََم ِِ ََي ِ ات يُرْ ضِ عْ َن أَ ْو َلدَ ُُنض ََ ْو َلي ضمرض ِ َو ََ ََى ا ْل َِ ْولُو ِد َل ُه ِر ْزقُهُنض َو َِسْ َو ُِهُنض ِبم ْل َِعْ رُو َ ُِ ف َل ُِ َََضفُ َن ْفسٌ إِ ضل وُ سْ َع َهم َل ِْص امل ََن ِ ار َ ث ِ ِْث ُل َذل َِك َفإِنْ أَ َرادَ ا ف ِ َوالِ َدةٌ ِب َو َل ِد َُم َو َل َِ ْولُو ٌد َل ُه ِب َو َل ِد ِه َو ََ ََى ا ْل َو مح َ مح ََ ََي ِْه َِم َوإِنْ أَ َر ْد ُِ ْ َّ أَنْ َِسْ َِرْ ضِ عُوا أَ ْو َلدَ َُ ْ َّ َف ََل جُ َن َ اض ِِ ْن ُه َِم َو َِ َشموُ ٍر َف ََل جُ َن ٍ َِ َر ون ِ ََ ََ ْي َُ ْ َّ إِ َذا َسَض ِْ ُِ ْ َّ َِم آَ َِ ْي ُِ ْ َّ ِبم ْل َِعْ رُو َ ََُِ َّْللا ِب َِم َِع َ َّللا َواَْ ََُِوا أَنض ض َ ف َوا ضِقُوا ض )٣٢٢(بَصِ ير
26
Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [QS al-Baqoroh : 233] Demikianlah
ayat
tersebut menjelaskan
bahwa
sangatlah penting bagi bayi selama 6 bulan penuh.
ASI
eksklusif
DAPTAR PUSTAKA Al-Quran Surat Al-Baqoroh : 233 Ambarwati. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendika. Ambarwati dan Wulandari. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika. Astutik, Reni Yuli. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta selatan : Salemba Medika. Damaiyanti., Sandawati, Dian. (2011). Asuhan Kebidanan Masa Nifas Belajar Menjadi Bidan Profesional. Bandung : PT Refika Aditama. Dinkes Tasikmalaya. (2015). Data AKI dan AKB Kota Tasikmalaya Tahun 2015. Tasikmalaya : Dinkes. Dinkes Jabar. (2014). Profil Kesehatan Profinsi Jawa Barat [internet]. Tersedia dalam http://www.dinkes.jabar.go.id. [diakses tanggal 20 April 2016] Estiwidani, dkk.(2008). Langkah-Langkah Teori Manajemen. Jakarta : TIM. Fedri, Indah. (2013). Asuhan Kebidanan III [internet]. Tersedia dalam : http://indah-fedri.blogspot.co.id/2013/10/perawatan-payudara-pada-ibunifas.html. [diakses tanggal 1 Mei 2016] Hadist Abu Daud Rodiallohu Anhu Kemenkes. (2014). Profil Kesehatan Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Maritalia, Dewi. (2012). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Putaka Pelajar. Norazizah, Yayuk & Luluk Hidayah. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara Dengan Kejadian Puting Susu Tenggelam Di BPM. Ny Sri Handayani Desa Welahan Jepara. 04 (2) September, pp. 11-14. Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Puskesmas. (2015). Data Ibu Nifas dan Ibu menyusui. Puskesmas Mangkubumi. Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
46
47
Sari, EP., Rimandini, KD. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta Timur : CV. TRANS INFO MEDIKA. Soepardan, Suryani. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Sori, Faridan. (2015). Pengertian ASI eksklusif-Pengertian MPASI [internet]. Tersedia dalam : http://faridansori.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-asieksklusif.html. [diakses tanggal 09 Mei 2016] Suparyanto. (2011). Perawatan Payudara [internet]. Tersedia dalam : http://drsuparyanto.blogspot.co.id/2011/06/perawatan-payudara.html.
[diakses
pada tanggal 1 Mei 2016] Ummah, Faizatul. (2014). Pijat Oksitosin Untuk Mempercepat Pengeluaran ASI Pada Ibu Pasca Salin Normal Di Dusun Sono Desa Ketanen Kecamatan Panceng Gresik. 02 (18) Juni, pp. 121-123. Varney dkk. (2007). Asuhan Kebidanan (Varney, s Kebidanan Midwefery). Jakarta : EGC. Walyani, ES., Purwoastuti, TE. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : PUSTAKABARUPRESS. Winkujosastro. (2009).Ilmu Kebidanan.Jakarta : YBPSP. World Health Organization (WHO). (2014). Data Angka Kematian Ibu Tahun 2014
[internet].
Tersedia
dalam
:
http://googlewebbligt.com/?lite-
url=http://arummeongg.blogspot.com/2014/06/data-kematian-ibu-nifas. [diakses tanggal 1 april 2016] Yetti, Anggraini. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihana.