ARTIKEL ILMIAH
PENGARUH LATIHAN LARI 50 METER DAN LATIHAN LOMPAT GELANG TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP N 30 MUARO JAMBI
Oleh:
M. Askani NIM. A1D408015
FAKULTAS KEGURUAN DAN KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JANUARI 2013
PENGARUH LATIHAN LARI 50 METER DAN LATIHAN LOMPAT GELANG TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP N 30 MUARO JAMBI
Oleh: M. Askani ( Progam Studi Porkes, Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Jambi ) ABSTRAK Askani. M, 2013, Pengaruh Latihan Lari 50 Meter Dan Latihan Lompat Gelang Terhadap Hasil Lompat Jauh Pada Siswa Putra Kelas VIII SMP N 30 Muaro Jambi: Skripsi, Pendidikan Olahrga Dan Kesehatan, Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Jambi, Pembimbing (I) Drs. H. Firman Khaidir, M.Si, (II) Hendri Munar, S.Pd. Untuk mendapatkan hasil lompatan yang maksimal dalam upaya pencapaian prestasi siswa, dibutuhkan latihan yang sistematis dan terprogam. Salah satu bentuk latihan yang di berikan adalah latihan lari 50 meter dan latihan lompat gelang didasarkan pada prinsip overlod training system. Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan lari 50 meter dan latihan lompat gelang terhadap hasil lompat jauh pada siswa putra kelas VIII SMP N 30 Muaro Jambi tahun ajaran 2011/2012. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan jumlah sampel 25 siswa. Penelitian ini diawali dengan tes awal dan diakhiri dengan tes akhir hasil lompat jauh siswa. Latihan dilakukan selama enam minggu dengan frekuensi latihan tiga kali seminggu. Mengunakan analisis data uji-t menunjukan bahwa terdapat pengaruh latihan lari 50 meter dan latihan lompat gelang terhadap hasil lompat jauh pada siswa putra kelas VIII SMP N 30 Muaro Jambi tahun ajaran 2011/2012. Perbandingan harga thitung dengan nilai dari tabel distribusi – t, untuk taraf nyata α = 0,05 dengan derajat kebebasan (d.b.) = (n – 1) = 9 diperoleh thitung (9,067) > ttabel (1,71). Ini berarti hipotesis Ha yang diterima dan Ho ditolak. Dari analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa ada pengaruh yang cukup signifikan latihan lari 50 meter dan latihan lompat gelang terhadap hasil lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP N 30 Muaro Jambi Tahun Ajaran 2011/2012 hal ini disimpulkan berdasarkan analisis data penelitian secara statistik mengunakan uji-t pada tarap signifikansi 95 % dengan hasil thitung (9,067) > ttabel (1,71). Kata Kunci : Latihan Lari 50 Meter dan Latihan Lompat Gelang, Hasil Lompat Jauh Siswa.
I. PENDAHULUAN Dalam kehidupan manusia modern seperti saat ini, kesehatan dan kebugaran sebagai syarat utama dalam melakukan aktifitas gerak sudah menjadi kebutuhan wajib sehari-hari. Tanpa adanya kondisi tubuh yang sehat dan bugar, sudah pasti manusia tidak akan mampu melaksanakan tugas dan fungsi tubuhnya secara optimal. Olahraga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kondisi tubuh yang sehat dan bugar. Akan tetapi, dalam perkembangannya kecendrungan peningkatan jumlah anak dan remaja yang tidak aktif secara fisik semakin tinggi. Hal ini dapat di buktikan dengan banyaknya anak dan remaja yang lebih memilih nonton televisi, bermain di tempat-tempat penyedia jasa game (baik online maupun tidak), warnet dan tempattempat nongkrong lainnya di bandingkan dengan bermain di tempat-tempat olahraga. Sejarah olahraga dapat mengajarkan kepada kita arti mengenai perubahan masyarakat dan mengenai olahraga itu sendiri.Olahraga sepertinya melibatkan kemampuan dasa rmanusia yang dikembangkan dan dilatih untuk kepentingannya sendiri, yang sejalan dan dilatih demi kegunaannya. Ini menunjukkan bahwa olahraga itu mungkin sama tuanya dengan keberadaan manusia itu sendiri, yang memiliki tujuan, dan cara yang berguna untuk meningkatkan kemampuan mereka. Cabang olahraga atletik adalah ibu dari sebagian besar cabang olahraga (mother of sport), di managerakan-gerakan yang ada dalam atletik seperti: jalan, lari, lompat dan lempar dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga, sehingga tidak heran jika pemerintah mengkategorikan cabang olahraga atletik sebagai salah satu mata pelajaran pendidikan jasmani yang wajib diberikan kepada para siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah lanjutan. Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh adalah keterampilan gerak berpindah dari satu tempat ketmpat lainnya dengan satu tolakan kedepan sejauh mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Saputra ,2001: 47) Untuk mendapatkan hasil lompatan yang jauh, salah satunya dipengaruhi awalan berupa lari cepat (sprint) dan tolakan kaki yang kuat. Menurut (Gerry ,2002:2), Lari (sprint) adalah merupakan keterampilan dasar pada olahraga atletik. Lari (sprint) membutuhkan permukaan lintasan yang lebih baik, aktifitas yang maksimal dapat dilakukan tanpa munggunakan alat. Dengan demikian lari atau sprint dan tolakan merupakan bentuk perkenalan yang terbaik untuk progam olahraga atletik. Atas dasar uraian diatas, upaya untuk mengoptimalkan potensi olahraga siswa yang ada pada umunya, dan lompat jauh pada kususnya dalam rangka untuk menghadapi event-event olahraga antar pelajar di kemudian hari serta survey yang penulis lakukan pada September 2011 di SMP N 30 Muaro Jambi, diketahui hasil lompat jauh siswa putra kelas VIII. Pada evaluasi belajar yang dilakukan, dari 25 siswa sebagian besar berada di bawah standar ketuntasan dari parameter yang di tetapkan yaitu 3,2 meter. Maka,penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian eksperimental yang bertujuan untuk mengkaji sejauh mana “Pengaruh latihan lari 50 meter dan latihan lompat gelang terhadap hasil lompat jauh pada siswa putra kelas VIII SMP Negri 30 Muaro Jambi”. II. TINJAUAN PUSTAKA Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik. Lompat jauh adalah keterampilan gerak berpindah dari satu tempat ketmpat lainnya
dengan satu tolakan kedepan sejauh mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal (Saputra ,2001: 47) Untuk mendapatkan hasil lompatan yang jauh, salah satunya dipengaruhi awalan berupa lari cepat (sprint) dan tolakan kaki yang kuat. Menurut (Gerry ,2002:2), Lari (sprint) adalah merupakan keterampilan dasar pada olahraga atletik. Lari (sprint) membutuhkan permukaan lintasan yang lebih baik, aktifitas yang maksimal dapat dilakukan tanpa munggunakan alat. Dengan demikian lari atau sprint dan tolakan merupakan bentuk perkenalan yang terbaik untuk progam olahraga atletik. Gaya lompat jauh menurut Muhajir (2007: 57) yang sering digunakandalam cabang olahraga atletik lompat jauh terbagi atas tiga macam, yaitu: 1) gaya jongkok: ketika melayang di udara bersikap jongkok, 2) gaya lenting: ketika berada di udara badan di lentingkan, 3) gaya berjalan di udara: ketika berada di udara kaki bergerak seolah-olah berjalan di udara, dengan teknik dasar dalam lompat jauh di bagi menjadi empat tahapan. Oleh Jarver (2008:79) yang menyatakan bahwa, “Untuk tujuan melatih, alangkah baiknya jika pelatihan semua gerakan dalam lompat jauh tidak dilakukan secara kontinu (berkesinambungan), tetapi dibagi dalam empat tahap secara terpisah, yaitu: a. b. c. d.
Tahap awalan Tahap menolak Tahap berada di udara Tahap mendarat
Sedangkan Soegito (1992: 55) menyatakan, “Faktor-faktor yang sangat menentukan untuk mencapai prestasi lompat jauh adalah awalan, tumpuan, lompatan, saat melayang, dan pendaratan”. a. Tahap awalan Tahap awalan merupakan tahap pertama dari serangkaian gerakan dalam cabang lompat jauh.Tahap ini merupakan dasar yang sangat mempengaruhi hasil lompatan selain tiga tahapan berikutnya. Oleh karenanya, harus dikuasai teknik awalan yang baik dan benar, efektif dan efisien sehingga akan tercapai secara maksimal pemusatan kecepatan untukmenghasilkan lompatan sejauh mungkin. Dalam fase awalan (approach), pelompat melakukan akselerasi dengan kecepatan maksimal yang dapat di kontrol Sidik (2010:65). Beberapa hal yang yang harus diperhatikan dalam latihan awalan lompat jauh, pada cabang lompat jauh menurut Jarver (2008, 25), antara lain: 1. Jarak lari harus cukup panjang, sehingga memungkinkan peningkatan kecepatan sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan pada saat take off 2. Dalam keadaan lari, siswa harus mampu mengontrol posisi tubuhnya, sehinga dapat melakukan take off yang efektif. Gambar 2.2 Gerakan Awalan Lompat Jauh
(Sidik, 2010:66)
b. Tahap menolak Tumpuan merupakan perubahan gerak datar ke gerak tegak atau ke atas yang dilakukan secara cepat. Tumpuan dilakukan dengan cara yaitu, sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan sekuat-kuatnya pada langkah terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara. Tolakan dilakukan dengan menolakkan salah satu kaki untuk menumpu tanpa langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke depan atas yang besar. Jerver (2005: 26) menyatakan, “Maksud dari take off adalah merubah gerakan lari menjadi suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak lurus, sambil mempertahankan kecepatan horisontal semaksimal mungkin”. Lompatan dilakukan dengan mencondongkan badan ke depan membuat sudut lebih kurang 45° dan sambil mempertahankan kecepatan saat badan dalam posisi horisontal.Tahap menolak merupakan tahap ke dua dari serangkaian gerakan dalam cabang lompat jauh. Dalam fase tolakan (take off), lompatan menghasilkan kecepatan vertikal dan meminimalisasi hilangnya kecepatan lari harisontal Sidik (2010: 65). Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam latihan take off menurut ( Jarver, 2008: 27 ), antara lain: 1. Perubahan gerakan maju ke muka menjadi gerakan bersudut di dapat dengan memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan take off . 2. Pusat gaya berat si pelompat harus langsung jatuh di atas papan begitu kaki yang akan take off menyentuh papan; dan sekali lagi, pada saat kaki terlepas dari papan. 3. Kaki yang akan take off diletakkan tepat di atas papan lompat dengan lutut yang sedikit agak di tekuk untuk mendapatkan kekuatan tolakan. 4. Gerakan ke depan dan ke atas di lakukan dengan sekuat tenaga, di bantu oleh lutut dari kaki yang memimpin, dan tangan yang berlawanan dengan kaki yang di gunakan untuk take off. Tujuannya adalah untuk memperkuat daya lompat. 5. Paling baik sudut yang di gunakan untuk take off berkisar 30 derajat, tergantung pada kemampuan si pelompat mengkombinasikan kecepatan harisontal dan gerakan membuat sudut tadi. 6. Lompatan lebih jauh akan di peroleh bila pelompat menurunkan pinggulnya sejak dua langkah sebelum take off dan pada saat take off.
Gambar 2.3 Gerakan Tolakan Lompat Jauh (Sidik, 2010:66) c. Tahap Melayang di udara Tahap melayang di udara adalah tahap ketiga dari rangkaian lompat jauh, pada tahap ini pelompat mengunakan teknik gaya jongkok karena teknik ini sangat cocok bagi para pemula Sidik (2008:67). Karakteristik teknik dalam gaya jongok ini menurut Sidik (2008:67), yaitu: 1. Dalam posisi menolak (take off) tungkai bebas di pertahankan.
2. Badan tetap tegak ke atas dan vertikal. 3. Tungkai tolakan mengikuti selama waktu melayang. 4. Tungkai tumpuan dibengkokkan dan ditarik ke depan dan ke atas mendekati akhir gerak melayang. 5. Baik tungkai bebas maupun tungkai tumpu di luruskan ke depan untuk mendarat.
Gambar 2.4 Gerakan Melayang Gaya Jongkok
(Sidik, 2010:67) d. Tahap pendaratan (landing) Tahap pendaratan adalah tahap terakhir dari serangkaian gerakan dalam lompat jauh, tujuan melakukan latihan pendaratan (landing) menurut Jarver (2008:31), adalah “mendapatkan suatu posisi dengan kedua kaki menyentuh pasir sejauh mungkin di depan pusat gaya berat tubuh pelompat serta mencegah (jangan sampai) tubuh pelompat jatuh ke belakang”. Beberapa hal yang harus di perhatikan dalam pendaratan menurut Jarver (2008:31), yaitu: 1. Posisi landing yang terbaik hendaknya merupakan lanjutan d berat tubuh. 2. Tubuh bagian atas harus setegak mungkin dengan tungkai terjulur lurus kedepan. 3. Tangan yang terletak di belakang tubuh sebelum landing, harus segera dilempar ke muka begitu kaki menyentuh pasir. 4. Gerakan segera dari tangan akan membantu tubuh untuk bertumpu di atas kaki. 5. Posisi landing yang efisien tergantung pada teknik yang di gunakan pada waktu melayang.
Gambar 2.5 Gerakan Mendarat Lompat Jauh (Muhajir, 2007:176) Menuru Saputra (2001:39), lari (sprint) adalah suatu kemampuan yang ditandai proses memindahkan posisi tubuhnya dari satu tempat ke tempat lainya secara cepat, melebihi gerak dasar pada keterampilan lari santai (joging). 1. Sikap badan condong ke depan Untuk memperkecil hambatan udara yang datang dari arah depan. 2. Langkah kaki harus lebih panjang
Langkah kaki sepanjang mungkin pada awal kaki di lepas, selanjutnya agar keseimbanagan badan tetap terjaga maka langkah kaki harus sudah di perkecil dengan frekuensi gerak yang tetap cepat. 3. Saat pendaratan kaki Pada saat kaki mendarat ke tanah yang terkena harus selalu pada ujung telapak kaki dengan posisi lutut agak di bengkokkan sedikit, agar lentur pada saat akan membuat langkah berikutnya. 4. Gerakan lengan Jari-jari tangan di kepalkan atau di buka rapat dan rileks, ayunan tangan harus terkoordinasi dengan gerakan kaki. Menurut Gerry A. Carr (2000 : 140) upaya meningkatkan kekuatan otot tungkai dapat di lakukan dengan latihan lompat gelang. Letakkan sebaris gelang (3 atau 4) diatas rumput di depan masing-masing tim. Masing-masing angota tim melompat dari gelang satu ke gelang berikutnya. Pada mulanya letakkan gelang rapat satu sama lai, kemudian secara bertahap pisahkan untuk mendapatkan langkah yang panjang dan gerakah kaki yang eksplosif. Tip latihan: a) . Gunakan ayunan tangan ke depan dan atas untuk membantu setiap lompatan. b) . Bergerak ke depan sekuat mungkin. c) . Berkonsentrasi untuk mengangkat paha kakai yang memimpin hingga harizontal pada setiap lompatan. d) . Menjaga pandangan tetap ke depan, jangan biarkan kepala jatuh ke belakang. III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan penelitian. Untuk mencapai tujuan yang ada, maka penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang sesungguhnya. Notoatmojo (dalam Sukarji,2009:16) mengemukakan bahwa, ”Penelitian eksperimen merupakan kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul akibat dari adanya perlakuan tertentu”. Rancangan penelitian eksperimen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Pre-test
treatment
Pos-test
Keterangan : Pre-test :Tes awal lompat jauh treatment :Perlakuan latihan lari 50 meter dan latihan lompat gelang pos-test :tes akhir lompat jauh siswa. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang menggunakan rumus ujit dalam penelitian ini, diharapkan melahirkan suatu kesimpulan yang tepat dan sesuai dengan data yang diperoleh. Kesimpulan yang diperoleh harus mengacu dan tidak lari dari data yang diperoleh. Dengan demikian kesimpulan yang diambil nantinya akan
memperlihatkan gambaran langsung dari data yang didapatkan setelah eksperimen ini dilakukan. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data penelitian yang diperoleh berdisribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Lilierfors dengan kriteria data berdistribusi normal apabila LHitung < LTabel. Dari hasil analisis data yang diperoleh untuk perhitungan pree-test diperoleh hasil LHitung = 0,109 < LTabel = 0,173. Kemudian untuk perhitungan post-test diperoleh hasil LHitung 0,142 < LTabel 0,173 maka berdasarkan hasil analisis data ini dapat dikatakan data pre-test dan post-test berdistribusi normal. Uji Homogenitas bertujuan untuk melihat apakah data pre-test dan post-test mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas varians ini menggunakan rumus uji-F, dikatakan homogen apabila FHitung < FTabel. Dari hasil uji homogenitas tersbut diperoleh hasil FHitung 1,028 < FTabel 1,98 maka dapat dikatakan data pre-test dan post-test mempunyai variansi homogen.. Berdasarkan hasil analisis pada tes awal dan tes akhir diperoleh harga t hitung sebesar 9,067. Bila dibandingkan dengan ttabel 1,71, ini menunjukkan adanya peningkatan yang berarti dari latihan latihan lari 50 meter dan lompat gelang yang diberikan kepada sampel. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan perlakuan dalam suatu latihan sebanyak 18 kali pertemuan dengan frekuensi 3 kali seminggu, bahkan di akhir pertemuan frekuensi latihan di tambah menjadi 4 kali pertemuan dalam seminggu. Kemudian dari analisis data yang dilakukan, ternyata hipotesis alternatif (Ha) yang dikemukakan dalam penelitian ini diterima kebenarannya. Antara tes awal dan tes akhir mempunyai hasil yang berbeda, dengan arti kata terdapat peningkatan antara tes awal dan tes akhir. Dengan kata lain latihan lari 50 meter dan lompat gelang memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 30 Muaro Jambi. V. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, diketahui bahwasanya latihan lari 50 meter dan lompat gelang terhadap hasil lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 30 Muaro Jambi. Dengan nilai harga thitung = 9,067 lebih besar dari ttabel= 1,71 (9,067 > 1,71). Pada tes awal jumlah rata-rata hasil lompat jauh sampel adalah sejauh 3,91 dan setelah diberi perlakuan (treatment) terhadap sampel berupa latihan lari 50 meter dan lompat, rata-rata hasil lompat jauh siswa meningkat menjadi sejauh 4,044 meter, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan latihan lari 50 meter dan lompat gelang terhadap hasil lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 30 Muaro Jambi. 5.1 Saran 1. Bagi guru olahraga dalam mengajarkan ataupun melatih siswa dalam penguasaan teknik lompat jauh serta upaya meningkatkan hasil lompat jauh, dapat dilakukan dengan metode latihan yang kreatif, efektif, variatif dan inovatif. 2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan karakteristik kajian serupa, hendaknya mempertimbangkan berbagai potensi dan sumber daya
yang ada untuk di pergunakan semaksimal mungkin dan akan lebih baik jika menggunakan latihan yang divariasikan. DAFTAR PUSTAKA Ambardini,L.R. 2011. Jurnal: Peran Pendidikan Jasmani Dalam Optimlisasi Otak. UNY: FIK Jurusan Pendidikan Kesehatan Dan Rekreasi Arikunto, S. 2006. Proses Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta Anwarudin, S. 2011. Latihan Dasar Atletik. Jakarta: PT. Wadah Ilmu Carr. (2003). Atletik Untuk Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Fadillah, R. 2009. Kenapa Atletik Disebut Induk Semua Cabang Olahraga?. Jakarta Selatan: Buana Cipta Pustaka Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Kusuma Husdharta, H.J.S, 2011. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta Jarver, Jess. 2008. Belajar Dan Berlatih Atletik. Bandung: Pionir Jaya McMane, Fred.1986. Dasar- dasar Atletik. Bandung: Angkasa Muhajir. 2007. Pendi-dikan Olahraga Dan Kesehatan. Bandung: Ghalia Indonesia Printing Nossek, Yosef. 1982. Teori Umum Latihan. Institut Nasional Olahraga. Lagos: Pan African Press.LTD Sidik, D. Z. 2010. Mengajar dan Melatih Atletik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sudjana, 1984. Metoda Statistika: Edisi Ke- IV. Bandung Sugiyono,2011. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan R & D. Bandung: Alfabeta Saputra, M. Yudha. 2001. Dasar-Dasar Keterampilan Ateltik. Jakarta: Depdiknas