APLIKASI STATISTICAL QUALITY CONTROL DALAM PENGENDALIAN MUTU MINYAK KELAPA SAWIT DI PKS PAGAR MERBAU PTPN. II SUMATERA UTARA Habib Bukhari Lubis, Sri Marwanti, Minar Ferichani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp/Fax (0271) 63745, Pesawat 111 email:
[email protected], 085642031615 Abstract: This study aims to determine the quality problems at CPO, to determine dominant factor that influences and to determine alternative solution that is the best for implementing at CPO quality control in PKS Pagar Merbau PTPN 2. Sumatera Utara. This research method is descriptive analysis. Taking deliberate study sites are in PKS Pagar Merbau PTPN 2 Sumatera Utara. his result showed that from all observation, the problems at water degree about 50,1% and free fatty acid about 49,9%. The influences factor in water degree not normal are human factor: decreasing punctuality caused by exhaustion and method factor: unperfect boiling. Corrective actions that can be done are giving the chance for workers to take a rest alternately once at sometimes and using machine that is setted automatically according PKS Pagar Merbau need. Factor in free fatty acid degree not normal are material factor: harvesting not at the right time, lately in fruit gathering and transporting, fruit heaping that so long time and not right fruit treating, method factor: too high at water degree, hidrolization process in production process and mixing oil from dirty instalation, also human factor: decreasing punctuality and expertising workers, corrective actions that can be done, material factor: harvesting in the right time, gathering and transporting as soon as possible, fruit may not be in heap to long time and treatment fruit may not be coarse. method factor : drying in empty tank with temperature about 900C, keeping water degree in the process and production equipment always be low and implementing CPO in dirty instalation processing technology, and human factor: organizing the training to improve workers expertising and puctualy. Key words: SQC, Quality, CPO, PKS Pagar Merbau, Corrective action Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan mutu CPO, mengetahui faktor dominan yang mempengaruhi serta menentukan alternatif pemecahan yang paling tepat untuk diterapkan dalam pengendalian mutu minyak kelapa sawit di PKS Pagar Merbau PTPN 2. Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah deskripsi analisis. Penentuan lokasi penelitian secara sengaja di PKS Pagar Merbau PTPN 2. Sumatera. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan pencatatan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan pengamatan, permasalahan pada kadar air sebesar 50,1% dan kadar asam lemak bebas sebesar 49,9%. Faktor yang mempengaruhi kadar air di luar batas normal yaitu faktor manusia yaitu kurangnya ketelitian akibat kelelahan dan faktor metode: Perebusan yang tidak sempurna. Tindakan perbaikan yang dapat dilakukakan yaitu: mengkaji ulang jam kerja karyawan dan penggunaan mesin yang disetting secara otomatis sesuai keperluan PKS Pagar Merbau. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kadar asam lemak bebas diluar batas normal yaitu faktor bahan baku yaitu pemanenan tidak tepat waktu, keterlambatan pengumpulan dan pengangkutan buah, penumpukan buah yang terlalu lama dan penanganan buah yang tidak tepat, faktor metode yaitukadar air tinggi, proses hidrolisa selama proses produksi dan pencampuran minyak dari instalasi limbah, serta faktor manusia yaitu kurangnya ketelitian dan keahlian pekerja. Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan yaitu faktor bahan baku dengan pemanenan buah tepat waktu, pengumpulan dan pengangkutan buah secepat mungkin, buah tidak boleh menumpuk terlalu lama dan penanganan buah tidak boleh kasar. faktor metode: Pengeringan dalam bejana hampa dengan suhu berkisar 90 oC, menjaga agar kadar air dalam proses dan peralatan produksi rendah dan penerapan teknologi pemrosesan CPO dari instalasi limbah dan faktor manusia dengan Mengadakan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian dan ketelitian pekerja. Kata Kunci: SQC, Mutu, CPO, PKS Pagar Merbau, Tindakan Perbaikan
PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang penting di samping kelapa, kacang-kacangan, jagung, bunga matahari dan lain sebagainya. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas yang sangat menjanjikan karena minyak kelapa sawit mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia. Mutu minyak kelapa sawit mempunyai arti yang sangat penting karena mutu minyak kelapa sawit akan menjamin sebuah PKS (Pabrik Kelapa Sawit) untuk dapat bersaing dengan PKS lain (Tim Bina Karya Tani, 2009). Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang sangat penting disamping migas yang juga memiliki nilai ekspor yang cukup baik. Oleh sebab itu, perlu adanya pengawasan untuk menjaga mutu maupun kuantitas komoditi tersebut. Minyak kelapa sawit yang dihasilkan tersebut haruslah didukung dengan standar mutu yang ditetapkan oleh SNI. Dengan mutu yang baik, produk akan lebih mudah diterima konsumen yang pada umumnya merupakan industri pengolahan produk tersier minyak kelapa sawit dengan harga yang sesuai dan mampu bersaing dengan minyak nabati jenis lainnya seperti minyak kedelai, minyak jagung dan lain sebagainya. Disamping itu, hasil produksi minyak kelapa sawit tersebut harus dapat bertahan lama menyesuaikan permintaan konsumen. Beberapa kriteria minyak kelapa sawit yang diperlukan adalah memiliki warna kemerahan, rasa dan bau yang enak, dapat disimpan dalam jangka yang lama, mudah
dimurnikan dan tingkat hidrolisa pada pembentukan Asam Lemak Bebas (ALB) yang dihasilkan rendah. Untuk itu perlu dilakukan analisa mutu produksi dengan cara menganalisa kadar ALB, air dan kotoran dalam minyak kelapa sawit tersebut apakah telah sesuai dengan mutu yang ditetapkan sehingga dapat bersaing di pasar internasional. Untuk memperoleh hasil yang maksimal baik mutu maupun kuantitas maka dalam pengolahan kelapa sawit di pabrik mulai dari tahap proses pengolahan sampai penimbunan harus memperhatikan dan menjaga standar mutu yang berlaku pada perusahaan tersebut (Tim Standarisasi Pengolahan Kelapa Sawit, 1997). Ada beberapa faktor yang menentukan standar mutu minyak kelapa sawit yaitu: kandungan air, kotoran, Asam Lemak Bebas (ALB), warna dan bilangan peroksida. Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair kandungan gliserida, refining loss, plastisitas dan supreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.Menurut Pahan 2006, standar mutu minyak kelapa sawit yang umumnya diperdagangkan hanya berdasarkan kadar asam lemak bebas, kadar air, kadar kotoran dan DOBI (Deteriorationof Bleachability Index). Hasil pengujian mutu minyak kelapa sawit PKS Pagar Merbau pada bulan November 2012 menunjukkan bahwa selama 30 hari masa produksi, nilai kadar asam lemak bebas dan kadar air selalu berada diluar batas nilai yang dianjurkan dalam SNI. 01-2901-
2006. Kadar air normal berkisar 0,1% - 0,15% dan kadar asam lemak bebas 2,5% - 3%. Dari rata-rata pengamatan harian, semua hasil berada diluar batas normal. Pengendalian mutu merupakan salah satu fungsi yang terpenting dari suatu perusahaan. Setiap perusahaan mempunyai fungsi pengendalian mutu masing-masing yang biasanya dilakukan oleh bagian pengawasan mutu. Dengan pengendalian mutu yang dilakukan perusahaan diharapkan dapat tetap menjamin mutu produk yang dihasilkan sehingga mampu menjaga kepercayaan pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui permasalahan yang dihadapi PKS Pagar Merbau PTPN 2. Sumatera Utara berkaitan dengan mutu kadar air dan kadar asam lemak bebas produk minyak kelapa sawit. 2) Mengetahui faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi mutu kadar air dan kadar asam lemak bebas produk minyak kelapa sawit di PKS Pagar Merbau PTPN 2. Sumatera Utara. dan 3) Menentukan alternatif pemecahan yang paling tepat untuk diterapkan dalam pengendalian mutu kadar air dan kadar asam lemak bebas produk minyak kelapa sawit di PKS Pagar Merbau PTPN 2. Sumatera Utara. METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analitis.Metode deskripsi analitis yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran (deskripsi) tentang suatu fenomena
kemudian dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dianalisis dan dicari hubungannya (Sumhudi, 1991). Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive. Metode purposive yaituPKS Pagar Merbau PTPN 2 Sumatera Utara karena merupakan salah satu penghasil minyak kelapa sawit mentah terbesar di Provinsi Sumatera Utara. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh dari pengamatan dan wawancara informan serta data sekunder berupa data mutu kadar air dan kadar asam lemak bebas. Metode Analisis Data Analisis permasalahan yang terjadi pada mutu kadar air dan kadar asam lemak bebas minyak kelapa sawit di PKS Pagar Merbau dilakukan dengan 3 tahapan dengan alat bantu yaitu Histogram berupa alat penyajian data secara visual berbentuk grafik balok yang memperlihatkan distribusi nilai yang diperoleh dalam bentuk angka, Peta Kendali (Control Chart) menggunakan peta kendali X (ratarata) dan R (range) sebagai alat untuk pengendalian mutu secara statistik. Analisis Faktor Penyebab paling dominan dilakukan untuk mengetahui faktor penyebab yang memiliki persentase pengaruh lebih besar terhadap kerusakan minyak kelapa sawit menggunakan diagram pareto. Diagram Pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Permasalahan Histogram Kadar Asam Lemak Bebas. Gambar berikut ini adalah histogram kadar asam lemak bebas:
Kadar Asam Lemak Bebas 30
Jumlah terbanyak berada pada 3,4 sebesar 25. Histogram Kadar Air. Gambar berikut ini adalah histogram kadar air:
Kadar Air 30 25 20 15 10 5 0
0.3 0.33 0.36 0.39 0.42 0.45 0.48 0.52 0.56 0.64 0.75
harus segera diselesaikan (ranking terendah).untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk pengendalian mutu dari yang paling besar ke yang paling kecil. Setelah diketahui masalah utama yang paling dominan, maka dilakukan analisa factor penyebab kerusakan produk dengan menggunakan fishbone diagram sehingga dapat menganalisis faktorfaktor apa saja yang menjadi penyebab kerusakan produk. Setelah diketahui penyebab terjadinya kerusakan produk, maka dapat disusun sebuah rekomendasi atau usulan tindakan untuk melakukan perbaikan mutu produk.
Gambar 2. Histogram Kadar Air Histogram kadar air diatas memperlihatkan bahwa nilai rata-rata mutu harian berada diantara 0,3 hingga 0,75. Sedangkan standar mutu kadar air berada pada kisaran 0,1%0,15%. Jumlah terbanyak berada pada 0,37 sebesar 27. Peta Kendali X Kadar Air. Gambar berikut ini adalah peta kendali X kadar air:
20 10 0.4 49 1
0 2.9 3.2 3.5 3.8 4.1 4.4 4.7 5.4
Gambar 1. Histogram Kadar ALB Histogram kadar asam lemak bebas diatas memperlihatkan bahwa nilai rata-rata mutu harian berada diantara 2,9 hingga 6,2. Sedangkan standar mutu kadar asam lemak bebas berada pada kisaran 2,5%-3%.
0.3 84
0.3 18 9
Gambar 3. Peta Kendali X kadar air
Berdasarkan peta kendali X kadar air diatas, terdapat 5 data mutu harian yang berada di luar batas kendali yaitu 0.308, 0.475, 0.466, 0.462 dan 0.453. Peta Kendali R Kadar Air. Gambar berikut ini adalah peta kendali R kadar air:
0.29
Berdasarkan peta kendali X kadar asam lemak bebas diatas, terdapat 2 data mutu harian yang berada di luar batas kendali yaitu 3.24 dan 4.48. Peta Kendali R Kadar Asam Lemak Bebas. Gambar berikut ini adalah peta kendali R kadar air:
2.09
0.15
1.09
5 0.07
49
Gambar 4. Peta Kendali Rkadar air Berdasarkan peta kendali Rkadar air diatas, terdapat 6 data mutu harian yang berada di luar batas kendali yaitu 0.346, 0.35, 0.366, 0.067, 0.049 dan 0.065. Peta Kendali X Kadar Asam Lemak Bebas. Gambar berikut ini adalah peta kendali X kadar asam lemak bebas:
4.17
3.71
3.25
Gambar 5. Peta Kendali X kadar ALB
0.08
Gambar 4. Peta Kendali Rkadar ALB
Berdasarkan peta kendali Rkadar asam lemak bebas diatas, terdapat 2 data mutu harian yang berada di luar batas kendali yaitu 0.07 dan 2.78.
PersentaseKerusakan Tabel 1. Perbandingan Jumlah Kerusakan Indikator Pengamatan Kadar Asam Lemak Bebas Kadar Air
Jumlah Kerusakan 167 168
Persen 49,85% 50,15%
Kumulatif 49,85% 100%
Sumber: Data Sekunder (Diolah) Hasil pengamatan menunjukkan kerusakan yang terjadi sebesar 49,85% pada kadar asam lemak bebas dan
50,15% pada kadar air sehingga prioritas penyelesaian masalah adalah kadar air.
Faktor Penyebab Kadar Asam Lemak Bebas Tabel 2. Faktor Penyebab Kadar Asam Lemak Bebas Faktor Yang Diamati
Masalah
Manusia Metode
Kurangnya ketelitian dan keahlian pekerja
Bahan Baku
Kadar air tinggi Proses Hidrolisa selama proses produksi Pencampuran minyak dari instalasi limbah Pemanenan tidak tepat waktu Keterlambatan pengumpulan dan pengangkutan buah Penumpukan buah yang terlalu lama Penanganan buah yang tidak tepat
Sumber: Data Primer (Diolah) Kadar asam lemak bebas yang berada di luar standar normal disebabkan oleh: 1) Faktor Manusia, Ketelitian dan keahlian pekerja menjadi salah satu faktor kunci dalam pelaksanaan operasional PKS Pagar Merbau. Hal ini menjadi sangat penting karena operasional PKS Pagar Merbau masih dijalankan secara manual oleh pekerja, 2) Faktor Metode Kerja, Metode kerja PKS Pagar Merbau yang menyebabkan tingginya kadar asam lemak bebas ada 2 yaitu Perebusan yang tidak maksimal sehingga kadar asam lemak bebas yang terbentuk ketika proses produksi semakin meningkat. Pencampuran minyak dengan kadar asam lemak bebas tinggi
mengakibatkan kadar asam lemak bebas minyak yang baru saja diproduksi menjadi tinggi dan 3) Faktor Bahan Baku, Tingkat kematangan buah kelapa sawit yang akan diproduksi akan mempengaruhi kadar asam lemak bebas. Bahan baku yang tidak langsung diproses ketika selesai dipanen juga akan menyebabkan kadar asam lemak bebas yang terbentuk menjadi tinggi. Selain itu, pemanenan yang tidak tepat pada waktunya, penanganan buah yang tidak tepat serta keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah kelapa sawit juga menyebabkan kadar asam lemak bebas menjadi tinggi.
UsulanTindakan Perbaikan Kadar Asam Lemak Bebas Tabel 3. Usulan Tindakan Perbaikan Kadar Asam Lemak Bebas Faktor
Permasalahan
Manusia
Kurangnya ketelitian dan keahlian pekerja
Metode
Kadar Air Tinggi Hidrolisa Selama Proses Produksi
Bahan Baku
Pencampuran minyak dari instalasi limbah Pemanenan tidak tepat waktu Keterlambatan pengumpulan dan pengangkutan buah Penumpukan buah yang terlalu lama Penanganan buah yang tidak tepat
Usulan Tindakan Perbaikan Mengadakan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian dan ketelitia n pekerjaan Pengeringan dalam bejana hampa dengan suhu o berkisar 90 C Menjaga agar kadar air dalam proses dan peralatan produksi rendah. Penerapan teknologi pemrosesan CPO dari instalasi limbah Pemanenan buah kelapa sawit tepat pada waktunya Pengumpulan dan pengangkutan buah secepat mungkin. Diperlukan perhitungan antara pemanenan dengan giliran produksi menggunakan analisis riset operasi yang tepat Pemanenan dan penanganan buah kelapa sawit harus lebih hati-hati agar tidak terjadi lecet atau segala bentuk kerusakan buah lainnya.
Sumber: Data Primer (Diolah) Usulan tindakan perbaikan mutu yang perlu dilakukan untuk mengatasi kadar asam lemak bebas di luar batas normal adalah sebagai berikut: a. Faktor Bahan Baku: 1) Pemanenan buah kelapa sawit tepat pada waktunya.Buah yang dipanen pada fraksi 2 dan 3 akan menghasilkan rendemen minyak tinggi dengan kadar asam lemak bebas yang tidak terlalu tinggi. Untuk menghindari terbentuknya Gliserida yang dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas, maka pemanenan yang tepat akan dapat menghindari kondisi tersebut. Agar dapat manenan buah tepat pada waktunya, dilakukan rotasi panen setiap 1 minggu untuk menghindari adanya buah yang lewat matang. 2) pengumpulan dan pengangkutan buah secepat mungkin.Agar kadar asam lemak bebas tidak semakin meningkat, maka sebaiknya hasil panen kelapa sawit dikumpulkan dan diangkut
secepatnya ke PKS Pagar Merbau untuk segera diolah. Untuk dapat mengangkut kelapa sawit menuju PKS dapat dilakukan dengan alat pengangkutan berkapasitas besar yang tepat digunakan pada lahan perkebunan. 3) Buah tidak boleh menumpuk terlalu lama.Buah yang terlalu lama menunggu giliran produksi akan meningkatkan kadar asam lemak bebas. Untuk itu, diperlukan perhitungan antara pemanenan dengan giliran produksi menggunakan analisis riset operasi yang tepat agar tidak terjadi penumpukan bahan baku di PKS Pagar Merbau. 4) Penanganan buah meminimalkan terjadinya kerusakan buah.Pemanenan dan penanganan buah kelapa sawit harus lebih hatihati agar tidak terjadi lecet atau segala bentuk kerusakan buah lainnya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi proses enzimatik dan hidrolisa pada buah yang dapat menyebabkan kadar
asam lemak bebas pada buah sawit menjadi tinggi. Kerusakan buah selalu terjadi, tetapi setidaknya petugas panen harus dapat menghindari kelecetan atau perlukaan pada buah. b. Faktor Metode: 1) Pengeringan dalam bejana hampa dengan suhu berkisar 90o C. Metode pengeringan dengan bejana hampa pada suhu tinggi ini akan dapat mengurangi kadar air yang tinggi sehingga kadar air yang dimiliki CPO tidak menyebabkan hidrolisa sehingga kadar asam lemak bebas dapat dipertahankan pada angka normal. 2) Menjaga agar kadar air dalam proses dan peralatan produksi rendah.Kadar air yang tinggi pada proses produksi maupun peralatan dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas. Untuk menghindari hal tersebut, diusahakan agar selalu kering atau kadar air yang seminimum mungkin. 3) Penerapan teknologi pemrosesan CPO dari
instalasi limbah.CPO pada instalasi limbah PKS Pagar Merbau tidak ada pemrosesan lebih lanjut sehingga harus tetap dijual. Padahal, pencampuran minyak dari instalasi limbah tentu akan menyebabkan kadar asam lemak bebas CPO PKS Pagar Merbau menjadi tinggi. Jika PKS Pagar Merbau dapat mengolah sendiri CPO dari instalasi limbah, tentu akan lebih menguntungkan dan dapat menjaga kadar asam lemak bebas CPO PKS Pagar Merbau tidak terlalu tinggi. c. Faktor manusia: Untuk meningkatkan keahlian dan ketelitian pekerja, PKS Pagar Merbau seharusnya mengadakan pelatihanpelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian dan ketelitian pekerjaan. Selain itu, pelatihan motivasi juga perlu diberikan untuk meningkatkan semangat dan motivasi berprestasi pekerja yang nantinya akan meningkatkan priduktivitas PKS Pagar Merbau.
Faktor Penyebab Kadar Air Tabel 4. Faktor Penyebab Kadar Air No 1 2
Faktor Yang Diamati Manusia Metode
Masalah Kurangnya Ketelitian akibat kelelahan Perebusan yang tidak sempurna
Sumber: Data Primer (Diolah) Kadar air yang berada di luar standar normal disebabkan oleh: a. Faktor Manusia. Kelelahan yang dialami karyawan akibat jam kerja yang terlalu lama tentunya akan menyebabkan konsentrasi semakin menurun. Konsentrasi yang kurang menyebabkan kinerja semakin
menurun kualitasnya sehingga secara tidak langsung turut menyebabkan kadar air menjadi semakin meningkat. b. Faktor Metode Kerja. Perebusan yang tidak sempurna mengakibatkan kadar air yang terdapat pada minyak kelapa sawit menjadi tinggi.
Usulan Tindakan Perbaikan Kadar Air Tabel 5.Usulan Tindakan Perbaikan Kadar Air Faktor
Permasalahan
Usulan Tindakan Perbaikan
Metode
Perebusan yang tidak sempurna
Manusia
Kurangnya Ketelitian akibat kelelahan
Penggunaan mesin yang disetting secara otomatis sesuai keperluan PKS Pagar Merbau. Mengkaji ulang jam kerja.
Sumber: Data Primer (Diolah) Usulan tindakan perbaikan mutu yang perlu dilakukan untuk mengatasi kadar air di luar batas normal adalah sebagai berikut: a. Faktor Metode. Perebusan yang kurang optimal dapat diatasi dengan penggunaan mesin yang disetting secara otomatis sesuai keperluan PKS Pagar Merbau. Hal ini akan sangat efektif sehingga ketidaktepatan dapat dihindari. Dengan metode ini diharapkan akan dihasilkan CPO yang memiliki kadar air sesuai dengan batas normal. Metode ini juga akan lebih menguntungkan karena pada dasarnya kelebihan waktu dan tekanan perebusan serta ketidaktepatan pembukatutupan katub stasiun perebusan akan menyebabkan penggunaan energi yang lebih besar dan waktu yang lebih lama. Secara tidak langsung akan membantumewujudkan efektivitas dan efisiensi PKS Pagar Merbau khususnya pada stasiun perebusan. b. Faktor Manusia. Perusahaan sebaiknya mengevaluasi jam kerja yang diterapkan. Pasal 77 ayat 1, Undang - Undang No.13/2003 mewajibkan setiap perusahaan untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. sebagai berikut: 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu atau 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja
dalam 1 minggu. Selain jam kerja tersebut, pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja harus dihitung sebagai jam lembur yang disepakati bersama kedua belah pihak. Hal ini bertujuan agar operasional PKS Pagar Merbau dapat berjalan optimal sesuai dengan yang diharapkan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu kadar air dan kadar asam lemak bebas masingmasing 50,1% dan 49,9% dari keseluruhan pengamatan. (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air CPO produksi PKS Pagar Merbau PTPN 2 adalah Faktor metode dan faktor manusia. sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar asam lemak bebas adalah faktor bahan baku, faktor metode dan faktor manusia dan (3) Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kadar air di luar batas adalah faktor metode dan faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi kadar asam lemak bebas adalah faktor bahan baku. Saran yang dapat diberikan yaitu: (1) Seharusnya memiliki divisi quality control yang berdiri terpisah dengan instalasi laboratorium agar penanganan mutu dapat lebih terfokus dan menyeluruh.(2) Setiap stasiun di PKS Pagar Merbau seharusnya
mengadakan rapat rutin di setiap akhir periode mingguan untuk mengevaluasi kinerja agar didapatkan rencana kerja yang lebih baik dan (3) Perusahaan sebaiknya mengkaji ulang mengenai jam kerja karyawan. DAFTAR PUSTAKA Pahan,
Iyung. 2006. Panduan Lengkap kelapa Sawit. Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta
Sumhudi, A. 1991. Komposisi Desain Riset. Ramadhani. Solo Tim Bina Karya Tani. 2009. Tanaman Kelapa Sawit. CV. Yrama Widya, Bandung Tim Standarisasi Pengolahan Kelapa Sawit, 1997. PKS Pagar Merbau.repository.usu.ac.id . Diakses pada tanggal 17 September 2012 Pukul 14.00 WIB