Nurul Khotimah dan Sasa Djuarsa Sendjaja: Analisis Wacana Berita Kompas, Jurnal Nasional, Dan Media Indonesia Dalam Kasus Kebocoran Sprindik Anas Urbaningrum
ANALISIS WACANA BERITA KOMPAS, JURNAL NASIONAL, DAN MEDIA INDONESIA DALAM KASUS KEBOCORAN SPRINDIK ANAS URBANINGRUM Nurul Khotimah dan Sasa Djuarsa Sendjaja Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara Jl. Letjen S.Parman No.1 Jakarta 11440
[email protected]
Abstrack: This research aims to determine the media discourse that developed in Kompas, Jurnal Nasional, and the related issue of the Media Indonesia leaks the letter of instruction investigation “sprinted” Anas Urbaningrum. The method used in this study is the description by using discourse analysis approach developed by Teun A. Van Dijk. The results of the study says that Kompas reported about the actions of President Susilo Bambang Yudhoyono who is shifting Anas Urbaningrum to save the Demokrat. Meanwhile, the National Journal reported that the leak sprinted make credibility KPK decline in the public eye. Last Media Indonesia KPK criticized tasks that are not serious in carrying out their duties. Key Word: Teun A Van Djik, Discourse, and KPK Abstrak: Penelitian ini membahas tentang perbandingan isi pemberitaan Bank Century dari konsep objektivitas yang terdapat dalam media online Kompas.com, Viva.co.id, dan Jurnas.com periode bulan September sampai dengan November 2012. Penelitian ini dilakukan untuk menilai objektivitas dalam penulisan berita pada ketiga media tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan konvensional kuantitatif dengan metode analisis isi melalui data primer yaitu penelusuran data online serta data sekunder melalui metode kajian pustaka. Penelitian ini menghasilkan temuan diantaranya, tingkat objektivitas pada Kompas.com adalah tinggi. Viva.co.id tingkat objektivitasnya sedang. Jurnas.com tingkat objektivitasnya rendah. Selain itu, penelitian ini juga menemukan perbandingan dari isi ketiga media online, Kompas.com dalam isi pemberitaan Bank Century dinilai objektif. Viva.co.id dalam isi pemberitaan Bank Century dinilai berimbang. Sedangkan Jurnas.com, dalam isi pemberitaan Bank Century dinilai memihak.. Kata kunci: Analisi isi, objektivitas, berita, dan media online Pendahuluan
P
erkembangan teknologi yang semakin canggih, membuat media massa mulai mengalami pergeseran. Berawal dari media cetak, media elektronik, hingga media online. Media massa itulah yang selalu memberikan rangkaian kebutuhan masyarakat. Fungsi media sebagai informasi, hiburan, pendidikan, dan kontrol sosial masih terus disajikan kepada khalayak. Kehadiran media online di ISSN: 2085 1979
58
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
tengah-tengah masyarakat membuat fungsi media sebagai informasi kembali berjalan sesuai dengan asalnya. Menurut Sasa Djuarsa Sendjaja yang mengutip pemahaman Fisher dalam Helena Olii (2007: 22), informasi mengacu ke fakta atau data bahwa istilah informasi menunjukkan fakta atau data yang diperoleh selama tindakan komunikasi berlangsung. Dalam pandangan ini, informasi dikonseptualisasi sebagai kuantitas fisik yang dapat dipindahkan dari satu titik ke titik yang lain, dari satu medium ke medium yang lain, dari satu orang ke orang yang lain. Dengan adanya informasi, maka tebentuklah berita. Dean M. Lyle Spencer yang dikutip oleh George Fox Mott dalam Deddy Iskandar Muda (2008: 21), berita dapat di definisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca. Berita yang disajikan melalui media online tidak seperti media massa lainnya. Dengan kebebasan ruang dan waktu, berita terus-menerus mengalami pembaruan. Hal ini menyebabkan media online menjadi up date dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat. Media menyoroti berbagai pandangan mengenai sebuah pemberitaan. Sebagai ilustrasi, selama ini masyarakat awam hanya memandang berita dari satu media dan mungkin media itu hanya menyebarkan sesuai dengan kepentingannya saja. Akan tetapi, ada pula media yang melihat dari berbagai pandangan. Hanya saja terkadang masyarakat tidak mempedulikan hal ini. Faktanya terlihat jelas dalam isi berita yang ditulis dan disiarkan dalam berbagai media. Maka dari itu, isi berita sangat diperhatikan dalam memahami sebuah kasus yang terjadi terutama dari konsep objektivitas. Ilustrasi tersebut merupakan penggambaran pemikiran masyarakat yang terbentuk dari pemberitaan media. Menurut Hartiningsih (dalam Utami, 2011: 109-110) media mengalami mediakrasi dimana terdapat pengaruh yang sangat kuat terhadap persoalan yang ada. Dilanjutkannya hal ini terkait dengan reproduksi makna yang dihasilkan, baik lewat gambar, suara, maupun tulisan. Menurutnya, media massa dianggap memainkan peranan penting dalam mempengaruhi mengenai bagaimana audience berpikir dan bersikap. Atas hal ini, diakui bahwa media memiliki pengaruh yang besar. Berkaitan dengan objektivitas, menurut De Fleur dalam Bungin (2011: 210), reporting format that generally separates fact from opinion, presents an
emosionally detached view of the news, and strives for fairness and balanced.
Dalam perspektif tersebut, bahwa hal yang paling utama dalam melihat objektivitas pada berita adalah memisahkan antara fakta dan opini, tidak mencampurkan pandangan pribadi terhadap isi berita, dan menjunjung tinggi keadilan dan keseimbangan. Pemberitaan dari media massa yang mengupas isi dari berita terkait objektivitas menarik untuk diteliti. Bahan penelitian yang akan penulis analisa adalah pemberitaan Bank Century. Pemilihan topik ini berdasarkan pandangan yang berbeda dalam memaparkan isi berita pada satu kasus. Bank Century merupakan hasil dari merger tiga bank bermasalah, yaitu Bank CIC, Bank Danpac, dan Bank Pikko. Dalam sejarahnya, Bank Century termasuk dalam bank yang lemah karena pengurusan manajemen yang tidak baik. Hal ini mengakibatkan Bank Century mudah jatuh ditengah krisis. Dalam lintas.me, modal Bank Century awalnya minus karena US$ 203 juta surat berharga tak berperingkat dan kredit tidak lancar yang nilainya kurang lebih US$ 220 juta. Masalah tersebut ternyata didalangi oleh Robert Tantular pada akhir tahun 2007 dan awal tahun 2008 yang menjual Letter of Commitment dan memberikan kredit 59
ISSN: 2085 1979
Nurul Khotimah dan Sasa Djuarsa Sendjaja: Analisis Wacana Berita Kompas, Jurnal Nasional, Dan Media Indonesia Dalam Kasus Kebocoran Sprindik Anas Urbaningrum
fiktif. Jumlah uang nasabah yang sampai sekarang belum tergantikan sekitar 6,7triliun. Jumlah tersebut merupakan dana talangan yang diberikan Bank Indonesia kepada Bank Century, diduga uang itu masuk kantong petinggi Bank Century. Bersumber dari detik.com, Boediono menyatakan jatuhnya Bank Century adalah karena dua hal, yaitu missmanagement dan krisis ekonomi global yang terjadi saat itu. Alur keuangan masih bisa jalan dalam posisi normal, tetapi saat itu krisis dan likuiditas sangat ketat. Krisis yang menghadang Bank Century ini melibatkan banyak pihak, termasuk Boediono yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia, Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia, dan lain sebagainya. Masih dengan sumber yang sama, penyelamatan Bank Century pada November 2008 lalu dilakukan karena kondisi perekonomian yang sangat mengkhawatirkan. Dalam situasi krisis seperti itu, bank yang kecil harus diselamatkan karena bisa memicu „kebakaran besar‟. Melihat kasus yang terjadi pada Bank Century, membuat berbagai media menyebarluaskan berita menurut pandangannya masing-masing. Masyarakat yang terbentuk pola pikirnya karena media berdasarkan aspek yang dikomunikasikannya terbilang objektif, maka masyarakat bisa menentukan sendiri keobjektivitasan beritanya. Dalam hal ini, media yang diangkat adalah Kompas.com, Viva.co.id, dan Jurnas.com untuk menelusuri konsep objektivitas yang terdapat dalam ketiga media tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah pertama, penelitian ini akan menilai objektivitas dalam penulisan berita. Kedua, enggambarkan perbandingan pemberitaan Bank Century secara spesifik. Ketiga,dari konsep objektivitas mengetahui bagaimana cara pandang pemberitaan yang ditulis oleh Kompas.com, Viva.co.id, dan Jurnas.com. Keempat, Memaknai realitas sosial yang terjadi dalam pemberitaan Bank Century. Dalam definisi jurnalistik seperti dikutip oleh Assegaf (1984: 54) dikatakan, berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu haria untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena dia luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan (Sumadiria, 2011 : 64-65). Kriteria umum nilai berita, nenurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly R. Moen, dan Don Ranly, dalam News Reporting and Editing (1980 : 6- 17), menunjuk pada sembilan hal. Beberapa pakar lain menyebutkan, ketertarikan manusiawi (humanity) dan seks (sex) dalam segala dimensi dan manifestasinya juga termasuk ke dalam kriteria umum nilai berita yang harus diperhatikan secara seksama oleh para reporter dan editor media massa, adapun ke-11 nilai berita tersebut. Pertama, keluarbiasaan (unusualness), berita adalah sesuatu yang luar biasa, dalam pandangan jurnalistik, berita adalah suatu perisitiwa yang luar biasa. Hal ini diwakilkan oleh seorang pujangga dan editor di Inggris, Lord Northchliffe, yang mengatakan, manusia digigit anjing bukanlah berita, namun apabila manusia menggigit anjing itu barulah berita (Mot, 1958 : 63, dalam Effendy, 2003 : 131). Kedua, kebaruan (newness), news is new, berita adalah semua yang terbaru. Berita adalah apa saja yang disebut hasil karya terbaru, seperti sepeda motor baru, mobil baru, rumah baru, gedung baru, walikota baru, bupati baru, gubernur baru, presiden baru. Semua hal yang baru, apa pun namanya, pasti memiliki nilai berita. Keriga, akibat (impact), berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. ISSN: 2085 1979
60
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), tarif angkutan umum, tarif telepon, bunga kredit pemilikan rumah (KPR). Apa saja yang menimbulkan dampak besar bagi masyarakat itulah berita. Keempat, aktual (timeliness), berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau yang sedang terjadi. Sesuai dengan definisi jurnalistik, media massa haruslah memuat berita-berita aktual yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kelima, kedekatan (proximity), berita adalah kedekatan, kedekatan mengandung dua arti, yaitu kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis merujuk pada, suatu peristiwa yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita. Semakin dekat suatu peristiwa dengan domisili kita maka akan semakin menarik perhatian kita. Kedekatan psikologis, lebih banyak ditentukan oleh tingkat keteriktan pikiran, perasaan, atau kejiwaan seseorang dengan suatu pbjek peristiwa atau berita. Keenam, Informasi (information), berita adalah informasi, menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. Setiap hari, sebuah kota bisa memproduksi ratusan ribu dan bahkan jutaan informasi. Ketujuh, konflik (conflict), berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsure atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan adalah sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis. Kedelapan, Orang penting (public figure, news maker), berita adalah tentang orang-orang penting,orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figure publik. Orang-orang penting, orang-orang terkemuka, di mana pun selalu membuat berita. Jangankan ucapan dan tingkah lakunya, namanya saja sudah membuat berita. Kesembilan, kejutan (suprising), kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya. Kejutan bisa menunjuk pada ucapan dan perbuatan manusia. Bisa juga menyangkut binatang dan perubahan yang menundang dan menciptakan informasi serta tindakan yang mengejutkan, mengguncang dunia, seakan langit akan runtuh, bukit akan terbelah, dan laut akan musnah. Kesepuluh, ketertarikan manusia (human interest), kadang-kadang suatu peristiwa tidak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang, atau lebih jauh lagi pada suatu masyarakat, tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, dan alam perasaannya. Hanya karena naluri, nurani,dan suasana hati kita merasa terusik, maka perisitiwa itu tetap mengandung nilai berita. Terakhir, Seks (sex), berita adalah seks, seks adalah berita. Sepanjang sejarah peradaban manusia, segala hal yang berkaitan dengan perempuan, pasti menarik dan menjadi sumber berita (Sumadiria, 2011: 80-91). Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa berita merupakan laporan tentang fakta. Berita bisa dicari dan diperoleh berdasarkan realita yang terjadi. Ketika berbicara tentang proses jurnalistik media massa, hal yang tak boleh dilupakan adalah peranan etika yang mendasarinya. Hal ini penting diperhatikan karena berkaitan dengan isi pesan media yang nantinya akan disebarkan dalam jangkauan luas yang dapat mempengaruhi cara pandang atau persepsi masyarakat dalam menilai sesuatu. Etika bisa diartikan dalam banyak cara. Menurut Sukardi (2008: 3), secara umum etika berarti tiga hal. Pertama, etika sebagai salah satu cabang tertua filsafah tentang moral; Kedua, etika dilihat sebagai sistem nilai yang berisi pedoman dasar yang mengatur tingkahlaku suatu masyarakat; Dan Ketiga, etika sebagai kumpulan nilai-nilai moral 61
ISSN: 2085 1979
Nurul Khotimah dan Sasa Djuarsa Sendjaja: Analisis Wacana Berita Kompas, Jurnal Nasional, Dan Media Indonesia Dalam Kasus Kebocoran Sprindik Anas Urbaningrum
bagi suatu kelompok masyarakat atau profesi tertentu yang dibuat dari, oleh, dan untuk masyarakat atau profesi itu sendiri yang terutama berasal dari dan diukur berdasarkan hati nurani pengemban profesi tersebut. Dari penjabaran definisi ketiga, etika merujuk pada kode etik profesi. Menurut Sukardi (2008: 5-6) yang dimaksud kode etik profesi adalah kumpulan mengenai etika disuatu bidang profesi yang dibuat dari, oleh, dan untuk profesi itu yang terutama berdasarkan ukuran hati nurani profesi itu. Maka berdasarkan hal tersebut, Sukardi menyatakan kode etik profesi dibuat oleh kaum profesi sendiri dan terbatas untuk kalangan profesi itu saja yang mana tidak ada satu orang atau badan lain diluar yang ditentukan kode etik profesi tersebut, termasuk menyatakan ada atau tidaknya pelanggaran etika berdasarkan kode etik tersebut. Di Indonesia, tidak boleh ada yang kebal terhadap hukum. Adanya jurnalis dan etika yang mengaturnya berlandaskan hukum. UndangUndang Pers sendiri justru dengan tegas menyatakan pers berasaskan prinsipprinsip demokrasi, keadilan, dan supermasi hukum. Etika kebebasan jurnalis diatur dalam Undang-Undang No.40 Tahun 1999 tentang Pers. Kemerdekaan pers yang diatur dalam Undang-Undang No.40 Tahun 1999 sampai saat ini masih dijadikan acuan dalam pemberitaan. Kemerdekaan pers adalah milik seluruh rakyat atau publik. Dalam kaitan ini, orang yang mengganggu atau menghambat kemerdekaan pers tetapi juga mengganggu kepentingan rakyat dalam memperoleh informasi, dapat dikenakan sanksi. Oleh karena itu, tidak ada satu pun orang atau pihak yang boleh menghalanghalangi pers dalam menjalankan tugasnya yang sesuai dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik (Sukardi, 2012: 81). Kode Etik Jurnalistik dalam Sukardi (2008: 109) memaparkan bahwa, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik guna menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, maka wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Sukardi (2008: 22), juga memaparkan tentang sanksi yang dijatuhkan jika melanggar kode etik profesi. Diluar sanksi moral yang dijatuhkan oleh hati nurani sendiri, sanksi bagi yang melanggar etika profesi tergantung dari jenis dan tingkat pelanggaran, mulai dari teguran lisan, teguran tertulis, pencabutan sementara izin profesi, hingga yang paling berat tidak boleh lagi bergelut di profesi tersebut. Kode Etik Jurnalistik sendiri terdiri dari sebelas pasal dalam Sukardi (2010: 81-86). Pertama, wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak itikad buruk. Kedua, wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang professional dalam melaksanakan tugas Jurnalistik. Ketiga, wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Keempat, wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul. Kelima, wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Keenam, wartawan Indonesia tidank menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. Ketujuh, wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan. Kedelapan, Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan ISSN: 2085 1979
62
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani. Kesembilan, wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Kesepuluh, wartawan Indonesia segera mencabut, peralatan, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa. Kesebelas, wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional. Jadi, bisa disimpulkan bahwa kegiatan Indonesia terkait pada etika profesi yang disebut Kode Etik Jurnalistik.Kode etik yang disebutkan di atas merupakan landasan insan pers dalam melaksanakan fungsinya, diamana akan dikenai sanksi jika melakukan pelanggaran. Menurut Mc Quail (2011: 222) Konsep paling inti dari teori media yang berkaitan dengan kualitas informasi yang memungkinkan adalah objektivitas, terutama jika berhubungan dengan informasi berita. Objektivitas adalah bentuk tertentu dari praktik media dan juga merupakan sikap tertentu dari tugas pengumpulan, pengolahan, dan penyebaran informasi. Konsep objektivitas mempunyai gagasan yang luas dan mempunyai ciri utamanya adalah penerapan posisi keterlepasan dan netralitas terhadap objek peliputan. Kedua, terdapat upaya untuk menghindari keterlibatan: tidak berpihak dalam perselisihan atau menunjukkan bias. Ketiga, objektivitas membutuhkan keterikatan yang kuat terhadap akurasi dan jenis kebenaran media yang lain (seperti relevansi dan keutuhan). Ditambahkannya bahwa hubungan dengan kesetaraan juga kuat, objektivitas membutuhkan sikap yang adil dan tidak diskriminatif kepada sumber dan objek pelaporan berita yang semuanya harus diperlakukan dengan setara. Dalam hubungan yang berkembang di lingkungan kerja media, objektivitas merupakan hal yang krusial (mempunyai kepentingan yang berbeda). Secara umum khalayak media terlihat memahami prinsip kerja objektif dengan baik dan praktiknya membantu meningkatkan kepercayaan public dan kebenaran baik dalam informasi dan juga opini yang ditawarkan media (Mc Quail, 2011: 223). Keterbatasan Objektivitas (dan standar faktualitas yang berkaitan dan seterusnya) tidak secara utuh dianggap sebagai hal yang penting, bernilai, atau bahkan mungkin dicapai. Perdebatan bahwa aturan-aturan objektivitas mengarah pada bentuk bias yang baru dan kurang nyata. Hal ini dapat memberikan keuntungan terhadap keteraturan dan keuangan yang baik atau partai dominan yang berkaitan dalam perselisihan, apapun posisi nilai intrinsic yang diambil (Mc Quail 2011: 225). Denis Mc Quail dalam buku Teori Komunikasi Massa juga mengungkapkan perdebatan mengenai standar informasi yang layak telah memunculkan perpecahan antara mereka yang menekan pers untuk kualitas informasi yang maksimal (standar berita yang utuh) dan mereka yang mendukung standar minimum yang lebih realistis (terutama dalam tajuk rencana dan artikel pendek). Standar yang terakhir ini juga diungkapkan Bennet (2003) akan memperingatkan masyarakat hanya kepada hal-hal yang penting dan isu-isu yang relevan serta hal yang berbahaya pada saat itu. Seorang pendukung standar berita yang utuh ini, mengkritik pandangan minimal berdasarkan bahwa peringatan itu sering tidak berbunyi. Pandangan alternatifnya adalah bahwa jumlah dan beban berita itu kurang penting jika dibandingkan dengan keragamannya, memberikan masyarakat kesempatan yang 63
ISSN: 2085 1979
Nurul Khotimah dan Sasa Djuarsa Sendjaja: Analisis Wacana Berita Kompas, Jurnal Nasional, Dan Media Indonesia Dalam Kasus Kebocoran Sprindik Anas Urbaningrum
nyata untuk memahami peristiwa dan mengevaluasi tindakan alternatif. Kerangka Konseptual Penelitian Komponen objektivitas dalam konteks penelitian mengenai tingkat keobjektivitasan memperlihatkan bahwa objektivitas harus berhadapan dengan nilai dan fakta. Dalam skema faktualitas, bentuk peliputan berkaitan dengan peristiwa dan pernyataan pernyataan yang dapat diperiksa terhadap sumber dan ditampilkan bebas dari komentar apapun. Faktualitas melibatkan beberapa „kriteria kebenaran‟ yang lain: keutuhan laporan, akurasi, dan menyembunyikan hal yang relavan. Aspek utama dari faktualitas adalah relevansi. Secara umum, apa yang mempengaruhi sebagian besar orang secara cepat dan kuat akan dianggap sebagai hal yang paling relevan (Mc Quail, 2011: 223). Bagan 1
Menurut Skema Westerstahl, keadilan merupakan „sikap netral‟ dan harus diraih melalui kombinasi keseimbangan (penekanan waktu/tempat yang Sama atau proporsional) di antara penafsiran, sudut pandang, atau versi peristiwa yang saling berlawanan dan netralitas dalam penyajian. Bagan 1. memberikan elemen ekstra, yaitu „keadaan informatif‟ yang penting bagi makna objektivitas yang lebih utuh. Rujukannya adalah kepada kualitas konten informasi yang mungkin meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan informasi kepada khalayak: diperhatikan, dipahami, diingat, dan sebagainya. Ini adalah sisi pragmatis dari informasi yang seringkali diabaikan dalam teori normatif, tetapi esensial kepada gagasan yang lebih utuh dari kinerja informasi yang baik. Persyaratan utama untuk kualitas informasi adalah sebagai berikut: a) Media massa harus menyediakan pasokan yang menyeluruh atas berita yang relevan serta latar belakang informasi mengenai peristiwa yang terjadi di masyarakat dan sekeliling dunia.
ISSN: 2085 1979
64
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
b) Informasi harus objektif dalam artian memiliki bentuk yang factual, akurat, jujur, utuh, dan jujur terhadap realitas, dan dapat diandalkan dalam artian dapat diperiksa dan memisahkan antara fakta dengan opini. c) Informasi harus berimbang dan adil (tidak memihak), melaporkan sudut pandang alternatif dan penafsiran dengan cara yang sedapat mungkin tidak sensasional atau tidak bias. Metode Penelitian Krippendroff dalam Emzir (2011: 285) mendefinisikan analisis isi sebagai penggunaan metode yang replikabel dan valid untuk membuat inferensi-inferensi khusus dari teks pada pernyataan-pernyataan lain atau property-properti dari sumbernya. Analisis isi kualitatif ini berasal dari aliran antipositivistik, menggunakan pendekatan interpretatif, atau sering dikenal dengan strukturalisme. Pada Analisis Isi Menurut Rachmah Ida dalam Bungin ed. (2011: 212-216) terdapat penentuan kategorisasi, diantaranya: Untuk akurasi pemberitaan, yaitu menyangkut kejujuran dalam pemberitaan meliputi hal-hal berikut: 1. Kesesuaian judul berita dengan isi berita. Ini menyangkut aspek relevansi, yaitu apakah kalimat judul merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita. Selain itu, dalam judul atau isi berita itu terdapat penggunaan kata atau kalimat denotatif serta penggunaan tanda baca yang mengesankan makna ganda. Ketetapan mengacu pada judul utama headline, bukan subjudul. Dengan demikian, konsep ini dibagi dalam dua kategori: a) Sesuai, yaitu apabila judul merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita atau kutipan yang jelas-jelas ada dalam isi berita. b) Tidak sesuai, yaitu apabila judul bukan merupakan bagian dari kalimat yang sama pada isi berita, atau bukan merupakan kutipan yang jelasjelas ada. 2. Pencantuman waktu terjadinya peristiwa. Konsep ini berfungsi untuk melihat akurasi fakta atau opini. Apakah mencantumkan tanggal atau adanya kata-kata yang menunjukkan waktu terjadinya peristiwa atau wawancara. Terdapat dua kategori dalam konsep ini, yaitu: a) Dicantumkan waktu, yaitu apabila tulisan mencantumkan waktu, baik yang berupa pencantuman tanggal, pencantuman kata-kata atau pernyataan tentang waktu atau keduanya, yaitu mencantumkan tanggal dan kata-kata. b) Tidak dicantumkan waktu, yaitu jika tulisan itu tidak menyantumkan baik tanggal atau kata-kata yang menunjukkan waktu. 3. Penggunaan data pendukung atau kelengkapan informasi atas kejadian yang ditampilkan. Kelengkapan data pendukung antara lain menggunakan tabel, statistik, foto, ilustrasi gambar, dan lain-lain. Konsep ini dibagi dua: a) Ada data pendukung, yaitu apabila tulisan itu dilengkapi dengan salah satu data pendukung, seperti foto peristiwa, tabel, statistik (angkaangka), dan data referensi (buku, UU, Peraturan Pemerintah, dan lainlain). b) Tidak ada data pendukung, jika tulisan itu sama sekali tidak dilengkapi data pendukung seperti foto peristiwa, tabel, statistik (angka-angka) dan data referensi (buku, UU, Peraturan Pemerintah, dan lain-lain). 65
ISSN: 2085 1979
Nurul Khotimah dan Sasa Djuarsa Sendjaja: Analisis Wacana Berita Kompas, Jurnal Nasional, Dan Media Indonesia Dalam Kasus Kebocoran Sprindik Anas Urbaningrum
4. Faktualitas berita. Hal ini menyangkut ada tidaknya pencampuran fakta dengan opini wartawan yang menulis berita. Konsep ini dibagi dua sebagai berikut: a) Ada percampuran fakta dan opini, yaitu apabila dalam artikel berita itu terdapat kata-kata opinionative, seperti tampaknya, diperkirakan, seakan-akan, terkesan, kesannya, seolah, agaknya, diperkirakan, diramalkan, kontroversi, mengejutkan, manuver, sayangnya, dan katakata opinionatif lainnya. b) Tidak mencampur fakta dan opini, yaitu jika dalam tulisan berita tersebut tidak terdapat kata-kata opinionative.
Fairness atau ketidakberpihakan pemberitaan, yaitu yang menyangkut keseimbangan penulisan berita yang meliputi hal-hal berikut. 1. Ketidakberpihakan, dilihat dari sumber berita yang digunakan adalah sebagai berikut. a) Seimbang, yaitu apabila msing-masing pihak yang diberitakan diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber beritanya. b) Tidak seimbang, jika pihak-pihak yang berkepentingan langsung dengan berita itu tidak diberi porsi yang sama sebagai sumber berita, dilihat dari jumlah sumber beritanya. c) Ketidakberpihakan dilihat dari ukuran fisik luas kolom (centimeter kolom) yang dipakai adalah sebagai berikut. 1) Seimbang, tidak luas kolom yang dipakai antara pihak-pihak yang terlibat dalam pemberitaan memiliki jumlah kesamaan. 2) Tidak seimbang, jika luas kolom yang dipakai anatara pihak-pihak yang terlibat dalam pemberitaan tidak memiliki jumlah kesamaan. Untuk mengetahui bagaimana validitas keabsahan pemberitaan, diukur dari dua hal di bawah ini. 1. Atribusi, yaitu pencantuman sumber berita secara jelas (baik identitas maupun dalam upaya konfirmasi atau cek dan recek). Konsep ini dibagi menjadi dua. a) Sumber berita jelas, apabila dalam berita itu sumber berita yang dicantumkan identitasnya seperti nama, pekerjaan, atau sesuatu yang memungkinkan dilakukan konfirmasi. b) Sumber berita tidak jelas, apabila dalam berita itu tidak dicantumkan identitas sumber berita, seperti nama, pekerjaan, atau sesuatu yang memungkinkan untuk dilakukan konfirmasi. 2. Kompetensi pihak yang dijadikan sumber berita yang mendapatkan informasi yang digunakan untuk mengetahui validitas suatu kronologi peristiwa (berita yang menyangkut peristiwa dengan kronologi kejadiannya), apakah berasal dari apa yang dilihat wartawan sendiri atau dari sumber berita yang menguasai persoalan, atau hanya sekedar kedekatannya denga media yang bersangkutan atau karena jabatannya. Kategori ini dibagi dalam tiga jenis berikut. a) Wartawan, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil pengamatam wartawan secara langsung, yaitu mengungkapkan
ISSN: 2085 1979
66
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
informasi sesuai dengan apa yang dilihat, didengar, dan diketahui oleh wartawan itu sendiri. b) Pel;aku langsumg, apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara dengan sumber berita yang mengalami langsung peristiwa tersebut (pelaku langsung interaksi sosial). Misalnya: saksi mata, saksi korban, atau orang yang memang terlibat langsung dengan peristiwa itu sendiri atau memamg berada di lokasi ketika peristiwa itu terjadi. c) Bukan pelaku langsung, yaitu apabila peristiwa yang diberitakan merupakan hasil wawancara dengan sumber berita yang tidak mengalami langsung peristiwa tersebut. Hanya karena jabatan atau memiliki akses informasi seseorang lalu menjadi sumber berita. Misalnya petugas humas, juru bicara, kapuspen, atau juga para pejabat yang berwenang, tetapi tidak berada di lokasi ketika peristiwa itu terjadi. Penelitian Analisis Isi Pemberitaan Bank Century dari Konsep Objektivitas di Kompas.com, Viva.co.id, dan Jurnas.com periode bulan September, Oktober, dan November 2012 menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif sesuai diterapkan bila penelitian itu ingin mendeskripsikan latar dan interaksi yang kompleks dari partisipan serta memahami keadaan yang terbatas jumlahnya dengan fokus yang mendalam dan rinci (Bagong dan Sutinah, 2011: 174). Pendekatan kualitatif ini dipilih penulis karena menggambarkan bagaimana objektivitas isi berita Bank Centuy pada media online Kompas.com, Viva.co.id, dan Jurnas.com periode bulan September, Oktober, dan November 2012. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menghitung frekuensi data hasil penelitian. Teknik yang penulis gunakan dalam penelitian mengenai Pemberitaan Bank Century adalah Analisis Isi Kualitataif dan Kuantitatif. Penelitian ini mencari tahu terlebih dahulu artikel yang berkaitan dengan Bank Century pada media Kompas.com, Viva.co.id, dan Jurnas.com. Penelusuran melalui media online ini penulis gunakan dengan memasukkan kata kunci “Kasus Bank Century”. Selain itu juga penulis melakukan pencarian menggunakan tanggal secara satu persatu sesuai dengan bulan September, Oktober, dan November 2012. Setelah mendapatkan artikel yang berkaitan dengan penelitian, penulis menyeleksi artikel yang menjadikan Bank Century sebagai pusat pemberitaannya. Kemudian penulis memasukkan rangkuman isi pemberitaan sesuai dengan kategori Analisis Faktualitas dan Ketidakberpihakan. Dari data yang didapatkan, tahap selanjutnya adalah mengolah data dengan menghitung frekuensi. Penghitungan frekuensi menggunakan program Microsoft Office Excel yang pada akhirnya membentuk diagram pie. Pembuatan diagram ini bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam menilai dan membandingkan konsep Objektivitas yang terdapat pada tiga media. Penelitian ini diarahkan hanya untuk menganalisis isi berita. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua jenis pengumpulan data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer penulis kumpulkan dalam penelusuran data online, elaborasi pemilihan sampel, dan arsip. Sumber data yang utama diperoleh dari artikel-artikel berita pada media online Kompas.com, Viva.co.id, dan Jurnas.com yang mengangkat pemberitaan tentang Bank Century periode bulan September sampai dengan November 2012. Sampel yang akan dipilih berdasarkan populasi pemberitaan Bank Century berfokus pada pusat pemberitaannya. Penulis
67
ISSN: 2085 1979
Nurul Khotimah dan Sasa Djuarsa Sendjaja: Analisis Wacana Berita Kompas, Jurnal Nasional, Dan Media Indonesia Dalam Kasus Kebocoran Sprindik Anas Urbaningrum
menghitung pemberitaan yang ada dari bulan September sampai dengan November 2012, penjumlahan populasi sebagai berikut: Tabel 1
Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa pemberitaan terbanyak berada pada bulan September dan November 2012. Sesuai dengan pembatasan masalah yang dilakukan penulis, maka yang menjadi bahan penelitian adalah materi bulan September, Oktober, dan November 2012. Pada bulan September merupakan kembalinya pengungkapan kembali Kasus Bank Century, bulan Oktober adalah perantara pemberitaan Kasus Bank Century hingga bulan November yaitu puncak pemberitaannya. Oleh karena itu, penulis melakukan pemilihan artikel yang dikemas untuk membahas Kasus Bank Century sebagai pusat pemberitaannya sebagai berikut: Tabel 2
Dalam jurnalisme, kebenaran tidaklah bisa di klaim oleh satu pihak, tetapi harus dikonfirmasikan menurut kebenaran dari pihak lain. Analisis isi yang mengupas objektivitas dalam berita mencermati kebenaran, informasi, relevansi, seimbang dan netralitas. Hal ini menggiring interpretasi khalayak agar sesuai ISSN: 2085 1979
68
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
dengan perspektifnya. Analisis isi merupakan suatu analisis mendalam yang dapat menggunakan teknik kuantitatif maupun kualitatif terhadap pesan-pesan menggunakan metode ilmiah dan tidak terbatas pada jenis-jenis variable yang dapat diukur atau konteks tempat pesan-pesan diciptakan atau disajikan (Emzir, 2010: 283). Penulis memilih analisis isi berdasarkan objektivitas pemberitaan Bank Century dalam penelitian ini karena merupakan metode yang praktis. Dalam artian untuk menaganalisa isi berita dari segi objektivitas media online yang kini marak diperbincangkan. Melalui kebebasan ruang dan waktu, terkadang isi berita kurang memperhatikan objektivitas. Dengan demikian, penulis menggunakan operasionalisasi konsep objektivitas untuk mengukur tingkat Faktualitas dan Ketidakberpihakan sebagai landasan dalam penelitian menurut Dennis Mc Quail (2000: 221-224) dan Rachmah Ida dalam Bungin (2011: 212-216) sebagai berikut: Tabel 3
69
ISSN: 2085 1979
Nurul Khotimah dan Sasa Djuarsa Sendjaja: Analisis Wacana Berita Kompas, Jurnal Nasional, Dan Media Indonesia Dalam Kasus Kebocoran Sprindik Anas Urbaningrum
Hasil Penelitian dan Pembahasan Analisis isi terhadap pemberitaan Bank Century pada Kompas.com Penulis meneliti 17 artikel dari Kompas.com tentang Bank Century. Di bawah ini merupakan frekuensi Analisis Faktualitas dan Ketidakberpihakan. Tabel 4
Tabel 5
Tabel di atas merupakan frekuensi yang penulis peroleh dalam meneliti media Kompas.com Pemberitaan Bank Century secara keseluruhan. Dari 17 artikel yang diteliti, semua artikel mengandung faktor Kebenaran dan Informatif. Dan yang terdapat faktor Relevansi sebanyak 15 artikel. Sedangkan untuk Analisis Ketidakberpihakan, Kompas.com mempunyai jumlah yang sama, yaitu 10 artikel. Berikut ini adalah tiga artikel yang dibuat berdasarkan Analisis Isi sebagai contoh sebelum mendapatkan frekuensinya: Judul Berita Tanggal Sumber
ISSN: 2085 1979
: Polri Tetapkan Tersangka Baru Kasus Century : Rabu, 10 Oktober 2012 │ 15:36 WIB : Diakses pada tanggal 22 Desember 2012 │23:03 WIB http://nasional.kompas.com/read/2012/10/10/15363543/Polri.Te tapkanTersangka.Baru.Kasus.Century 70
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
Tabel 6 Analisis Objektifitas pasa Kompas.com Analisis Faktualitas
Tabel 7 Analisis Ketidakberpihakan Kompas.com
71
ISSN: 2085 1979
Nurul Khotimah dan Sasa Djuarsa Sendjaja: Analisis Wacana Berita Kompas, Jurnal Nasional, Dan Media Indonesia Dalam Kasus Kebocoran Sprindik Anas Urbaningrum
Analisis Isi Terhadap Pemberitaan Bank Century pada Viva.co.id Dalam menganalisis isi berita, diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam mengolahnya. Pemberitaan Bank Century yang penulis teliti sebanyak 14 artikel dari Viva.co.id. Berikut ini merupakan frekuensi data analisa dari Pemberitaan Bank Century pada Viva.co.id: Tabel 8
Tabel 9
Judul Berita Tanggal Sumber
: BI: Status Budi Mulia Masih Deputi Gubernur : Selasa, 20 November 2012 │ 18:21 WIB : Diakses pada tanggal 23 Desember 2012 │21:29 WIB http://politik.news.viva.co.id/news/read/368806-bi--statusbudimulia-masih-deputi-gubernur
ISSN: 2085 1979
72
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
Tabel 10 Analisis Objektifitas pasa Viva.com i Analisis Faktualitas
Tabel 11 Analisis Ketidakberpihakan Viva.com
73
ISSN: 2085 1979
Nurul Khotimah dan Sasa Djuarsa Sendjaja: Analisis Wacana Berita Kompas, Jurnal Nasional, Dan Media Indonesia Dalam Kasus Kebocoran Sprindik Anas Urbaningrum
Analisis Isi Terhadap pemberitaan Bank Century pada Jurnas.com Pemberitaan Bank Century yang terdapat pada Jurnas.com adalah 19 artikel. Melalui penyeleksian artikel yang berkaitan dengan Pemberitaan Bank Century, penulis memilih 11 artikel untuk diteliti. Dengan melihat objektivitas, berikut ini frekuensi analisis isi pemberitaannya: Tabel 12
Tabel 13
Tabel di atas merupakan frekuensi dari data yang penulis olah melalui tahap penelusuran data dalam mengangalisis isi berita. Terlihat bahwa Kebenaran dan Informatif pada media Jurnas.com terdapat 11 artikel. Relevansi yang ada sebanyak 10 artikel. Sedangkat Netralitas dan Seimbang yang terdapat dalam Pemberitaan Bank Century adalah 4 artikel. Secara keseluruhan Jurnas.com memiliki pandangan yang berbeda. Berikut ini tiga artikel sebagai contoh dari sampel penelitian: Judul Berita Tanggal Sumber
: Masih Penyelidikan, KPK Belum Naikan Status Kasus Century : Selasa, 04 September 2012 │ 20:00 WIB : Diakses pada tanggal 23 Desember 2012 │09:21 WIB http://www.jurnas.com/news/70306/Masih_Penyelidikan,_KPK_B elum_Naikan_Status_Kasus_Century/1/Nasional/Hukum
ISSN: 2085 1979
74
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun V/01/2013
Tabel 14 Analisis Objektifitas pasa Jurnal.com Analisis Faktualitas
Tabel 15 Analisis Ketidakberpihakan Jurnal.com
Simpulan Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa Kompas.com, Viva.co.id, dan Jurnas.com mempunyai nilai berdasarkan Faktor dari Analisis Faktualitas dan Ketidakberpihakan.Terlihat bahwa Faktor Kebenaran dan Informatif memiliki persentasi sangat tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Untuk Relevansi, Viva.co.id mendapatkan posisi yang terendah. Relevansi ini berkaitan antara judul dan isi berita. Kalimat yang dijadikan judul artikel berhubungan dengan isi dari berita yang dibuat. Mulai terdapat perbedaan yang signifikan dalam melihat Netralitas dari masing-masing media. Netralitas mendominasi dan memisahkan antara fakta dan opini. Kompas.com memiliki Netralitas yang paling tinggi terkait Pemberitaan Bank Century bila dibandingkan dengan Viva.co.id dan Jurnas.com. Dengan persentasi 59%, Kompas.com masih berada pada tingkat Netralitas yang cukup tinggi. Sedangkan Viva.co.id mempunyai Netralitas 50% dari seluruh artikel yang memberitakan Bank Century. Media Viva.co.id melihat sumber 75
ISSN: 2085 1979
Nurul Khotimah dan Sasa Djuarsa Sendjaja: Analisis Wacana Berita Kompas, Jurnal Nasional, Dan Media Indonesia Dalam Kasus Kebocoran Sprindik Anas Urbaningrum
berita yang pas. Sebagian secara memihak dan sebagian lagi tidak memihak. Menanggapi hal tersebut, Jurnas.com menyusul pemberitaan Bank Century dalam Netralitasnya sebanyak 36%. Isi artikel Jurnas.com cenderung memihak pada satu sisi. Media ini tidak mengomparasi dengan sumber berita yang lainnya agar telihat Objektif. Pada faktor keseimbangan, terlihat bahwa Kompas.com mengungguli persentasi dengan nilai 59%. Keseimbangan merujuk pada sumber berita yang mendapatkan porsi yang sama dalam isi pemberitaan. Viva.co.id dengan persentasi 43% seimbang, faktanya dalam pemberitaan hanya menyantumkan satu sumber berita. Adapun yang dua sumber berita tetapi tidak berseberangan dan sama dengan tidak seimbang. Terakhir, Jurnas.com yang memiliki presentasi paling rendah yakni 36%. Tingkat keseimbangan yang rendah, membentuk pola pikir bahwa Jurnas.com memihak kepada satu sisi. Hasil pemberitaan Bank Century yang terdapat pada artikelnya pun terlihat sama. Oleh karena itu, dari ketiga media yang dibandingkan, tingkat Objektivitas Pemberitaan Bank Century berbeda-beda. Pertama, Kompas.com adalah media yang memiliki Objektivitas tinggi. Disusul dengan kedua, Viva.co.id merupakan media yang mempunyai tingkat Objektivitas sedang. Dan yang ketiga, Jurnas.com, yaitu media yang memiliki tingkat Objektivitas pemberitaannya rendah. Sedangkan, jika dilihat dari isi Pemberitaan Bank Century, Kompas.com termasuk media yang Objektif dalam menyiarkan berita. Disusul dengan Viva.co.id merupakan media yang setara dalam pemberitaan ini. Terakhir, Jurnas.com yang cenderung memihak dalam menyiarkan isi Pemberitaan Bank Century. Daftar Pusataka Assegaf, Dja’far. 1991. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia. Bungin, Burhan. ed.(2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kulaitatif Analisis data . Jakarrta :PT. Raja Grafindo Persada. McQuail, Denis. 2000. Mass Communication Theory, Fourth Edition. London: Sage Publication Sumadiria, AS Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Sukardi, Wina Armada. 2009. Menakar Kesejahteraan Wartawan. Jakarta: DEWAN PERS. Utami, Ayu. ed. (2011). Menentang Tirani Mayoritas Media dan Masyarakat di Era Kebangkitan Agama. Jakarta: SeJuK bekerja sama dengan Hivos.
ISSN: 2085 1979
76