PERTARUNGAN WACANA DALAM PEMBERITAAN ANAS URBANINGRUM VS SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DI HARIAN KOMPAS ARNOLD YOSHUA LASRO NAINGGOLAN (090904027) ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Pertarungan Wacana Dalam Pemberitaan Anas Urbaningrum VS Susilo Bambang Yudhoyono di Harian Kompas”. Penelitian fokus pada penelitian analisis isi teks media ada pun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan paradigma kritis. Berita yang menjadi objek penelitian diambil dari Harian Kompas yang terbit dari tanggal 5 Februari 2013 sampai dengan 17 Januari 2014 yang berjumlah delapan berita. Berita-berita tersebut dianalisis menggunakan metode analisis wacana model Theo van Leeuwen dalam level mikro. Melalui analisis wacana model Theo van Leeuwen peneliti mendapatkan hasil: pertama, dalam pemberitaannya harian Kompas, dalam menyajikan konflik yang terjadi antara SBY vs Anas secara umum berimbang (cover both side) dan seperti tanpa kepentingan. Kedua, kedua belah pihak juga dalam pemberitaan didukungan dan dimarginalkan masing-masing tergantung kepada isu dimana teks dihadirkan. Selanjutnya ketiga, Anas dimarginalkan dalam posisinya yang tersandung masalah kasus korupsi, ia diwacanakan membangun citra seolah-olah menjadi korban kekejaman politk di Partai Demokrat. Kata kunci : Wacana, Susilo Bambang Yudoyono-Anas Urbaningrum, Theo van Leeuwen, Kompas PENDAHULUAN Konteks Masalah Pemberitaan mengenai konflik antara Anas Urbaningrum, mantan ketua umum salah satu partai yang berkuasa yaitu Partai Demokrat, dan Susilo Bambang Yudhoyono yaitu Presiden Republik Indonesia yang telah menjabat 2 periode ini telah berlangsung hampir genap setahun. Perang urat saraf ini bukan tanpa sebab, jika kita runut awal mula “perang bintang ini” bermula dari terbongkarnya skandal Hambalang yang pada akhirnya menyeret Anas Urbaningrum sebaga tersangka. Dalam Perjalanan kasus ini kita “dibumbui” oleh petarungan wacana oleh Anas dan SBY yang mewarnai hingar-bingar pemberitaan media kala itu. Mulai dari bocornya SPRINDIK (Surat Perintah Penyidikan ) KPK, pencopotan Anas Urbaningrum, pengambilalihan Partai Demokrat dari kepemimpinan Anas Urbaningrum oleh Susilo Bambang Yudhoyono, hingga bersih-bersih golongan pro Anas di Demokrat sampai kepada resmi ditahannya Anas Urbaningrum di Rumah Tahanan Kelas 1 Jakarta Timur Cabang Gedung KPK. Dengan mengambil kasus Anas vs SBY inilah menjadi menarik untuk dilihat bagaimana media membangun opini dan keberpihahakannya, bagaimana 1
media merepresentasikan realitas yang ada dalam kasus ini, karena seperti yang kita tahu bahasa dan wacana dalam konteks ini selain dari bentuk pendefinisian dari realitas, ia juga adalah sebuah arena pertarungan sosial dalam memperebutkan dan memperjuangkan makna yang pada akhirnya dipandang benar dan lebih dapat diterima dan bagaimana institusi yang dalam hal ini adalah media massa menjelaskan peristiwa tersebut kepada masyarakat. Fokus penelitian adalah bentuk penyajian teks, seperti apa teks-teks yang disajikan, bagaimana media menyajikan fakta yang ditemukan dilapangan menjadi sebuah berita yang terdiri dari beberapa teks dan bagaimana representasi ideologi yang ditrampilkan media dalam teks-teks yang di produksi, media yang dipilih oleh peneliti adalah koran kompas yang membuat pemberitaan konflik Anas dan SBY. Harian kompas dipilih sebagai subjek penelitian karena Kompas merupakan koran Nasional yang telah mapan secara ekonomi dan memiliki pembaca yang tersebar luas di Nusantara, belum lagi Koran Kompas termasuk media yang profesional, idealis dan memiliki oplah yang besar pula. Pisau bedah analisis yang peneliti gunakan adalah analisis wacana model Theo van Leeuwen pada level mikro, karena teori ini memusatkan bahasa sebagai pencerminan dari ideologi, sehingga dengan mempelajari bahasa yang tercermin dalam teks, ideologi dapat terbongkar. Titik perhatian van Leeuwen terutama didasarkan pada bagaimana peristiwa dan aktor-aktor sosial digambarkan dalam teks. Apakah ada peristiwa atau pihak yang dimarjinalkan dengan penggambaran tertentu lewat teks. Penggambaran itu sendiri mencerminkan bagaimana pertarungan sosial yang terjadi. Fokus Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana teks-teks pertarungan wacana antara Anas vs SBY disajikan dan bagaimana representasi ideologi media dalam teks-teks yang berkaitan dengan konflik ini ditampilkan dalam Harian Kompas?” Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk melihat bagaimana teks-teks pertarungan wacana antara Anas Urbaningrum Anas Urbaningrum vs Susilo Bambang Yudhoyono disajikan di Harian Kompas 2. Untuk melihat bagaimana representasi ideologi yang ditampilkan Harian Kompas dalam teks-teks yang berkaitan dengan konflik ini. KAJIAN LITERATUR Paradigma Kritis Pardigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kritis. Paradigma ini digunakan karena paradigma ini melihat media hanya dimiliki dan didominasi oleh kelompok dominan dalam masyarakat dan menjadi sarana untuk meneguhkan 2
kelompok dominan sekaligus memarjinalkan dan meminggirkan kelompok minoritas. Karena media dikuasai oleh kelompok yang dominan, realitas yang sebenarnya telah terdistorsi dan palsu, Oleh karena itu, penelitian media dalam perspektif ini terutama diarahkan untuk membongkar kenyataan palsu yang telah diselewengkan dan dipalsukan tersebut oleh kelompok dominan untuk kepentingannya. Media dan Berita Dilihat dari Paradigma Kritis 1. Fakta merupakan kenyataan semu yang telah terbentuk oleh proses kekuatan sosial,politik dan ekonomi 2. Posisi media bukan hanya alat dari kelompok dominan, tetapi juga memproduksi ideologi dominan, membantu kelompok dominan menyebarluaskan gagasannya, mengontrol kelompok lain dan membentuk konsensus antar anggota komunitas. 3. Posisi wartawan dipandang bukanlah subjek yang netral dan otonom. 4. Hasil liputan adalah bentuk pertarungan kepentingan dan ideologi. Ideologi ideologi adalah pikiran yang terorganisasi, yakni nilai, orientasi dan kecendrungan yang saling melengkapi sehingga membentuk perspektif-perpektif yang diungkapkan melalui komunikasi. ideologi dibentuk oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Salah satu cara yang digunakan adalah membuat kesadaran kepada khalayak bahwa dominasi itu diterima tanpa paksaan. Hegemoni Hegemoni adalah usaha mempertahankan kekuasaan melalui seperangkat alat kebahasaan, Hegemoni bekerja melalui konsensus ketimbang upaya penindasan satu kelompok terhadap kelompok lain. Salah satu kekuatan hegemoni adalah bagaimana ia menciptakan cara berpikir atau wacana tertentu yang dominan, yang dianggap benar, sehingga menghasilkan perluasan dan pelestarian “kepatuhan aktif” dari kelompok-kelompok yang didominasi oleh kelas penguasa lewat penggunaan kepemimpinan intelektual, moral dan politik. Analisis Wacana Kritis Dalam analisis wacana kritis, wacana di sini tidak dipahami semata sebagai studi bahasa, analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor yang penting, yakni bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan yang terjadi didalam masyarakat. Analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing. Analisis Wacana Model Theo Van Leeuwen Theo Van Leeuwen memperkenalkan model analisis wacana untuk mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Ada dua pusat perhatian yang pertama adalah 3
Eksklusi (Proses Pengeluaran) hal ini berhubungan dengan apakah dalam suatu teks berita ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dalam pemberitaan dan strategi wacana apa yang dipakai untuk itu. Strategi yang digunakan: 1. Pasivasi Proses bagaimana satu kelompok atau aktor tertentu tidak dilibatkan dalam suatu pembicaraan atau wacana. 2. Nominalisasi Strategi ini berhubungan dengan mengubah kata kerja (verba) menjadi kata benda (nomina) 3. Penggantian anak kalimat Penggantian subjek juga dapat dilakukan dengan memakai anak kalimat yang sekaligus berfungsi sebagai pengganti aktor. Kedua Inklusi (Proses pemasukkan) adalah bagaimana suatu kelompok atau aktor ditampilkan didalam media dengan menggunakan strategi wacana tertentu. Adapun srategi yang digunakan: 1. Deferensiasi-Indiferensiasi Ini merupakan strategi wacana bagaimana suatu kelompok disudutkan dengan menghadirkan kelompok atau wacana lain yang dipandang lebih dominan atau lebih bagus. 2. Objektivasi-Abstraksi wacana ini berhubungan dengan aktor sosial dtampilkan dengan memberi petunjuk yang konkret ataukah yang ditampilkan adalah abstrak 3. Nominasi-Kategorisai Dalam suatu pemberitaan mengenai aktor ditampilkan dalam suatu kategori tertentu. 4. Nominasi-Identifikasi Strategi wacana ini hampir mirip dengan kategorisasi, yakni bagaimana suatu kelompok, peristiwa atau tindakkan tertentu didefinisikan. 5. Determinasi-Indeterminasi Dengan membentuk anonimitas, menurut van Leeuwen, justru membuat suatu generalisasi dan tidak spesifik. 6. Asimilasi-Individualisasi. Strategi wacana ini berhubungan dengan pertanyaan, apakah aktor sosial yang diberitakan ditunjukkan dengan jelas kategorinya atau tidak. 7. Asosiasi-Disosiasi Strategi wacana ini berhubungan dengan pertanyaan, apakah aktor atau suatu pihak ditampilkan sendiri ataukah ia dihubungkan dengan kelompok lain yang lebih besar. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan aliran metodologi kualitatif menggunakan paradigma kritis. Melalui metode kualitatif akan dilakukan analisis untuk memahami isi media dan mampu menghubungkannya dengan konteks sosial/realitas yang terjadi.
4
Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Harian Kompas. Terdapat 26 berita yang Kompas angkat mengenai kasus ini, pemberitaan ini selalu dimuat di rubik “politik dan hukum”. Khusus untuk penelitian ini, yang akan dianalisis adalah delapan berita yang telah peneliti teliti menggunakan meode Critical moment, yaiu memilih objek pemberitaan berdasarkan kejadian atau peristiwa penting terkait pemberitaan Anas vs SBY. Kerangka Analisis Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kerangka analisis wacana model Theo van Leeuwen. Berikut disajikan dalam tabel model analisis Teo van Leeuwen: TINGKAT Eksklusi
YANG INGIN DILIHAT Apakah ada aktor (seseorang/kelompok sosial) yang dihilangkan atau disembunyikan dalam pemberitaan.
Bagaimana strategi yang dilakukan untuk menyembunyikan atau menghilangkan aktor sosial tersebut?
Inklusi
Dari aktor sosial yang disebut dalam berita, bagaimana mereka ditampilkan? Dan dengan strategi apa pemarjinalan atau pengucilan dilakukan. Sumber: Eriyanto, 2001
Teknik Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dan terkait dengan penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Studi Keputakaan (libaray Research) yaitu dengan cara mengumpulkan semua data yang berasal dari literatur serta bahan bacaan yang relevan dengan penelitian ini. 2. Studi dokumen yaitu mengumpulkan data berupa fakta berita kasus pertarungan wacana anatara Anas Urbaningrun dengan Pak Susilo Bambang Yudhoyono sejak 5 Februari 2013-13 Februari 2014 di Harian Kompas sebanyak delapan berita.
5
Teknik Analisis Data Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan perangkat metode analisis teks media menggunakan wacana model Theo van Leeuwen. Sebanyak delapan berita yang dipilih dan dianalisis. Sebelumnya data akan ditabulasikan terlebih dahulu yang memuat tanggal pemberitaan, judul berita dan rubik pemberitaan berita tersebut, selanjutnya setiap pemberitaan akan dianalisis dengan penafsiran menggunakan metode model Theo van Leeuwen. Kemudian hasil analisis diuraikan dalam bentuk narasi. Hasil dan Pembahasan Pertarungan wacana dalam Harian Kompas yang terjadi antara SBY vs Anas secara umum berimbang dan seperti tanpa kepentingan hal ini terlihat dari pemilihan narasumber, kedua belah pihak yang berkonflik dimuat opininya masing-masing, namun tetap ada berita yang timpang dalam pemberitaan aktoraktor yang berkonflik. Hal ini wajar saja terjadi karena orang-orang yang memproduksi berita (wartawan, redaktur, pemimpin redaksi dan pemilik media) tidaklah dapat menghindarkan penilaian-penilaian subjektif yang pada konstruksi sosial ada pada dirinya hal ini terlihat dari bagaiman para aktor ditampilkan pada konteks dimana teks itu dilahirkan akan sangat mempengaruhi bagaimana sang aktor akan ditampilkan. Hal ini terlihat dari bagaimana SBY dimarginalkan ketika isu pengambil alihan Partai Demokrat disini Harian Kompas secara konsisten menolak pengambil alihan Partai Demokrat dengan terus menerus memarginalkannya melalui strategi-strategi wacana yang digunakan, juga pada isu rencana Kongres Partai Demokrat SBY ditampilkan sebagai seorang penguasa yang akan melakukan segala cara untuk mempertahankan kekuasaannya, kongres Demokrat diwacanakan hanya sebagai sebuah parodi politik dimana pemenangnya sudah ditentukan dari golongan “orang dekat” SBY. Namun ketika isu yang diangkat adalah pencopotan kelompok Anas di Partai Demokrat SBY dilindungi dengan wacana bahwa hal tersebut merupakan suatu hal yang telah direncanakan sebelumnya dan sebagai bagian dari penyegaran partai Politik. Sedangkan Anas dimarginalkan dalam posisinya yang tersandung masalah kasus korupsi yang menjeratnya hal ini terjadi terus menerus Anas melalui pernyataannya mewacanakan dirinya sebagai korban kekejaman politis, namun teks mengcounter pernyataan ini dengan mewacanakan bahwa seorang tampil bak korban pada kasus korupsi merupakan hal yang lumrah terjadi dan dilakukan hanya untuk merebut hati masyarakat. Bagian selanjutnya adalah wacana mengenai Anas yang dijustifikasi/divonis mengetahui banyak kasus korupsi, hal ini tentu memarginalkan Anas Urbaningrum yang diwacanakan seperti telah diputus bersalah padahal ketika itu proses hukum belum berjalan. Lalu pada isu mengenai pencopotan beberapa golongan pro Anas dari jabatannya di fraksi dan alat kelengkapan DPR Anas yang tetap menampilkan diri sebagai korban dipatahkan dengan hadirnya counter argument didalam teks. Namun hal yang berbeda terjadi pada isu mengenai pengambil alihan Partai Demokrat Anas disini dilindungi
6
dengan menghadirkan wacana tentang bagaimana posisi Anas yang masih kuat di Demokrat sehingga harus diberi kesempatan merekonsiliasi partai. Representasi ideologi Kompas dalam pemberitaannya tidak mengambil posisi terhadap pihak-pihak yang berkonflik namun tetap bergantung pada isu yang sedang terjadi dan mengambil sikap dan posisi terhadap kebenaran logis yang berdasar pada subjektifitas orang-orang yang memproduksi berita. Hal ini dapat kita lihat dari bagaimana konsistensi Kompas menolak keterlibatan Presiden SBY mengambil alih Partai Demokrat, kemudian bagaimana Kompas mengambil posisi dengan memarginalisasi Anas yang tersandung masalah korupsi dengan tetap mewacanakan indepensi KPK semua hal ini berlandaskan kebenaran logis dan moral sehingga dapat dikatakan Kompas dalam pemberitaannya tanpa kepentingan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari Hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pertarungan wacana dalam Harian Kompas yang terjadi antara SBY vs Anas secara umum berimbang dan seperti tanpakepentingan hal ini terlihat dari pemilihan narasumber, kedua belah pihak yang berkonflik dimuat opininya masing-masing. 2. Representasi ideologi Kompas dalam pemberitaannya tidak mengambil posisi terhadap pihak-pihak yang berkonflik namun tetap bergantung pada isu yang sedang terjadi dan mengambil sikap dan posisi terhadap kebenaran logis yang berdasar pada subjektifitas orang-orang yang memproduksi berita. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa butir pemikiran yang penulis sampaikan sebagai saran dalam penelitian analisis teks. 1. Kompas dalam produksi teks berita khususnya berita mengenai konflik yang terjadi dalam konteks politik maupun konteks sosial agar tetap bisa menjaga independesinya dan tidak memihak pihak mana pun sehingga bisa menghasilkan berita yang objektif dan benar-benar bisa menjadi rujukkan bagi masyrakat untuk mencari kebenaran tanpa harus terjebak kepada kebenaran yang semu. 2. Wartawan diharapkan dapat menggunakan paradigma berfikir kritis agar dalam menghasilkan teks dan mendalami teks, sehingga dapat menghasilkan kritik untuk transformasi hubungan sosial yang timpang dan dominasi kekuasaan yang ada didalam teks. 3. Penelitian dalam analisis teks bersifat subjektif. Dengan kata lain, peneliti diberikan kebebasan dalam menganalisis sesuai dengan cara pandangnya dalam memaknai simbol dan lambang yang digunakan oleh penulis teks tersebut. Untuk itu diharapkan dalam menganalisis teks khususnya analisis wacana agar peneliti tetap bekerja dalam koridor model teori yang digunakan agar hasil penelitian yang dihasilkan lebih objektif.
7
4. Peneliti menyadari bahwa penelitian analisis wacana kritis sangat memungkinkan peneliti memasukkan objektivitasnya, sehingga tidak heran hal ini akan mengakibatkan perbedaan pandangan peneliti dan pandangan orang lain ketika melihat suatu teks berita, sehingga disarakan dalam penelitian, peneliti dalam menggali makna dan konstruksi tetap bekerja didalam koridor teori wacana dan pardigma yang digunakan sehingga hasil dari penelitian tidak melebar dan menyimpang dari konteks yang sebenarnya. DAFTAR REFERENSI Bungin, Burhan . 2007. Peneltian kualitatif, komunikasi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group ____________. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Persada Grasindo. ____________. 2005. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Eriyanto. 2001. Analisis Wacana. Penghantar Analisis teks. Yogyakarta: LKIS Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Granit Kukla, Andre.2003. Konstruktivisme Sosial dan Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Penerbit Jendela Lull, James. 1997. Media Komunikasi Kebudayaan Suatu Pendekatan Global. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Magnis, Franz. 1999. Pemikiran Karl Marx. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. ___________. 1993. Filsafat sebagai Ilmu Kritis. Jakarta: Penerbit Kanisius Mulyana, Deddy.Ilmu Komunikasi suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Narwaya, St. Tri Guntur.2006. Matinya Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Resist Book Nimmo, Dan.1993. Komunikasi Politik. Bandung:PT Remaja Rosdakarya Nurudin.2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta: Rajawali Pers ________.2004.Komunikasi Massa. Malang: Cespur Rivers, William.2003. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana, Yogyakarta: LKIS. Sularto, St. 2011. Syukur Tiada Akhir Jejak Langkah Jakoeb Oetama. Jakarta: Penerbit Buku Kompas 8
Tim Departemen Ilmu Komunikasi Fisip USU.2012. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian. Medan:PT Grasindo Monoratama Sumber lain http://nasional.kompas.com/read/2013/02/25/0946524/Fakta.Menarik.Seputar.Pen etapan.Tersangka.Anas.Urbaningrum http://nasional.kompas.com/read/2013/02/13/23034246/Kasus.Sprindik.KPK.Pem bocor.Bisa.Dikenai.Pidana.Informasi. http://membualsampailemas.wordpress.com/2012/06/17/kronologi-kasushambalang-hingga-16-juni-2012/
9