ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ROTI PADA BAGAS BAKERY, KABUPATEN KENDAL
SKRIPSI
TRI ARIESSIANA NUSAWANTI H34052048
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN TRI ARIESSIANA NUSAWANTI. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan POPONG NURHAYATI). Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan salah satu motor penggerak perekonomian Indonesia karena telah terbukti mampu bertahan pada masa krisis ekonomi dan menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang banyak diusahakan UKM, dimana pada 2007 menempati urutan ketiga dengan persentasi sebesar 6,49 persen. Industri makanan jadi merupakan bagian dari sektor industri pengolahan yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan dan penganekaragaman pangan. Roti merupakan salah satu alternatif makanan jadi yang cukup diminati masyarakat karena tersedia dalam aneka pilihan rasa, praktis penyajiannya, dan dapat dinikmati mulai anak-anak sampai orang tua. Oleh karena itu, konsumsi terhadap roti juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kondisi ini dapat menjadi peluang pasar yang potensial bagi industri roti yang ingin mengembangkan usahanya. Kabupaten Kendal juga tidak terlepas dari perkembangan usaha pembuatan roti, dimana jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat setiap tahunnya. Bertambahnya jumlah produsen roti akan berimplikasi terhadap tingkat persaingan yang semakin tinggi diantara perusahaan roti. Bagas Bakery merupakan salah satu produsen roti di Kabupaten Kendal. Tingginya persaingan ini menjadi salah satu faktor bagi Bagas Bakery untuk melakukan pengembangan usaha. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi Bagas Bakery, (2) menganalisis faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi Bagas Bakery, serta (3) mengkaji kesesuaian antara alternatif strategi yang diberikan dengan strategi yang telah dijalan oleh Bagas Bakery. Penelitian ini dilaksanakan pada Bagas Bakery yang terletak di Desa Kutoharjo RT 01/RW 01, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Januari sampai Mei 2008. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dimana pemilihan responden dipilih secara sengaja. Respoden yang digunakan penelitian ini berjumlah lima orang, yaitu tiga respoden dari pihak internal dan dua responden dari pihak eksternal. Pihak internal meliputi pemilik Bagas Bakery sekaligus merangkap bagian pemasaran, pengelola keuangan, dan pengawas produksi. Sedangkan pihak eksternal meliputi Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal serta Kepala bidang UMKM Dinas KUKM Kabupaten Kendal. Adanya keterlibatan pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif, dan analisis tiga tahap formulasi strategi. Alat bantu analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan matriks QSP (QSPM). Matriks IFE dan EFE menunjukkan total bobot skor rata-rata sebesar 2,752 dan 2,959. Hasil analisis matriks IE menggambarkan posisi Bagas Bakery berada
pada posisi V, yaitu tahap hold and maintain. Kemudian dari matriks SWOT diperoleh delapan alternatif strategi dan dari hasil matriks QSP (QSPM) diperoleh prioritas strategi bagi Bagas Bakery secara berturut-turut, yaitu (1) meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (STAS=6,317); (2) meningkatkan mutu produk dan pelayanan (STAS=6,175); (3) melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan perusahaan (STAS=6,136); (4) memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk Bagas Bakery saat ini (STAS=6,084); (5) mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada (STAS=6,026); (6) memperbaiki label kemasan produk (STAS=5,819); (7) mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen (STAS=5,618); serta (8) membuka outlet khusus untuk direct selling (STAS=5,548). Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan, terdapat kesesuaian antara alternatif strategi yang diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery. Adapun strategi yang telah dijalankan oleh perusahaan, antara lain melakukan diversifikasi produk, menggunakan perantara dalam pendistribusian produk, serta melayani/menerima pesanan untuk acara-acara tertentu. Kesesuaian ini dapat dilihat dari alternatif strategi yang diberikan kepada Bagas Bakery masih berkaitan dengan strategi yang sudah dijalankan oleh perusahaan, misalnya mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada yang masih berkaitan dengan strategi diversifikasi produk, mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen yang masih berkaitan dengan strategi penggunaan perantara dalam pendistribusian produk, serta meningkatkan mutu produk dan pelayanan yang masih berkaitan dengan strategi menjaga mutu produk. Selain ketiga alternatif strategi tersebut, masih terdapat lima alternatif strategi baru dimana pihak Bagas Bakery belum menerapkannya saat ini. Meskipun tidak berkaitan dengan strategi yang sudah ada sebelumnya, namun secara umum alternatif srtategi tersebut diharapkan mampu melengkapi dan mengatasi permasalahan Bagas Bakery saat ini. Hal ini karena penyusunan strategi didasarkan atas kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi Bagas Bakery.
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ROTI PADA BAGAS BAKERY, KABUPATEN KENDAL
TRI ARIESSIANA NUSAWANTI H34052048
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Skripsi
: Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal
Nama
: Tri Ariessiana Nusawanti
NIM
: H34052048
Disetujui, Pembimbing
Ir. Popong Nurhayati, MM NIP. 131 995 654
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul
Analisis Strategi
Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery, Kabupaten Kendal adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi.
Bogor, Mei 2009
Tri Ariessiana Nusawanti H34052048
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kendal pada tanggal 10 April 1987. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Suprapto dan Ibunda Istianah. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Bojonggede pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 2 Kendal. Kemudian pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2005 di SMU Negeri 1 Kendal. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2006, penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai mayor serta Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian sebagai minor. Selama mengikuti pendidikan, penulis juga aktif di beberapa organisasi internal maupun eksternal kampus, seperti pengurus Forum Komunikasi Mahasiswa Bahurekso Kendal pada Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia periode 2006-2007, pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai Wakil Sekretaris II periode 2006-2007, pengurus Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan periode 2007-2008, serta beberapa kepanitian yang bersifat sementara. Selain itu, penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen Mata Kuliah Ekonomi Umum periode 2007-2009.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Roti pada Bagas Bakery,
Kabupaten Kendal . Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal pada Bagas Bakery serta mengkaji kesesuaian antara alternatif strategi yang dihasilkan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2009 Tri Ariessiana Nusawanti
UCAPAN TERIMA KASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1.
Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademik atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama kuliah maupun penyusunan skripsi ini.
2.
Dr. Ir. Suharno, MA. Dev selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
3.
Etriya, SP, MM selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4.
Orang tua dan keluarga tercinta khususnya Ayah, Ibu, Mbak Dewi, Mas Jon, Dek Ifa dan A an untuk setiap dukungan, cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.
5.
Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis atas bantuan yang diberikan selama masa perkuliahan.
6.
Pihak Bagas Bakery khususnya Bapak Samsudin, Ibu Junarti dan Bapak Sobari atas waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.
7.
Ibu Nur selaku Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Kendal yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai responden pihak eksternal.
8.
Bapak Juni Suhendra selaku Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal yang telah bersedia meluangkan waktunya sebagai responden pihak eksternal.
9.
Moch Taufik Prayoga atas dukungan, semangat, dan motivasi yang diberikan selama penyusunan skripsi.
10. Teman-teman satu bimbingan skripsi, yaitu wening, Syahra Zulfa, dan Ferry atas kebersamaan dan semangat yang diberikan selama penelitian hingga penulisan skripsi.
11. Teman-teman satu lokasi gladikarya, khususnya anak-anak Pamijahan, yaitu Rina, Echa, Indry, dan Ferdy serta anak-anak Ciawigebang dan Cibeureum atas kebersamaan dan pengalaman selama di Kuningan. 12. Ika, Aqsa, Hepi, Tiara, Cila, Sari, Ayu, Mutiara Dewi, Wiwi, Shinta, Tika, dan seluruh temen-teman Agribisnis 42 atas semangat, pengalaman, kebersamaan, dan sharing yang diberikan selama penelitian hingga penulisan skripsi. 13. Rizkia Amalia atas kesediannya sebagai pembahas dalam seminar dan saran maupun masukan yang diberikan untuk perbaikan skripsi. 14. Teman-teman satu omda Fokma Bahurekso Kendal , yaitu Eni, Dila, Aji, Rifka, Rino, Farikhin, dan lain-lain atas kebersamaan, keakraban, dan rasa kekeluargaan selama di Bogor. 15. Teman-teman satu kosan Putri 26 , khususnya Fitriyah, Upik, Mbak Ria, Teni, Mbak Desi, Ami, Mbak Ana, Mbak Dona, Gita, Ayu, dan Nia atas kebersamaan dan kekeluargaan yang diberikan. 16. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Bogor, Mei 2009 Tri Ariessiana Nusawanti
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..............................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
xvi
I
PENDAHULUAN ................................................................... 1.1 Latar Belakang ............................................................ 1.2. Perumusan Masalah ....................................................... 1.3. Tujuan Penulisan ........................................................... 1.4. Kegunaan Penulisan ...................................................... 1.5. Ruang Lingkup ..............................................................
1 1 6 8 8 9
II
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 2.1. Definisi Usaha Kecil dan Menengah .............................. 2.2. Karakteristik dan Klasifikasi Roti.................................... 2.3. Bahan Dasar Pembuatan Roti ........................................ 2.4. Tahapan Umum Pembuatan Roti ................................... 2.5. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................
10 10 12 14 16 18
III
KERANGKA PEMIKIRAN .................................................. 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................... 3.1.1 Pengertian Strategi .............................................. 3.1.2 Klasifikasi Strategi ............................................. 3.1.3 Konsep Manajemen Strategis............................... 3.1.4 Strategi Pengembangan Usaha ............................. 3.1.5 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ...................... 3.1.6 Analisis Lingkungan Perusahaan ........................ 3.1.6.1 Analisis Lingkungan Internal .................. 3.1.6.2 Analisis Lingkungan Eksternal ................ 3.1.7 Matriks IFE dan EFE .......................................... 3.1.8 Matriks IE ........................................................... 3.1.9 Matriks SWOT . .................................................. 3.1.10 Matriks QSP (QSPM) .......................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..................................
25 25 25 25 29 32 33 33 33 35 40 40 41 41 42
IV
METODE PENELITIAN ....................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................... 4.2. Metode Penentuan Sampel ............................................ 4.3. Desain Penelitian ........................................................... 4.4. Data dan Instrumentasi .................................................. 4.5. Metode Pengumpulan Data ............................................ 4.6. Metode Pengolahan Data ............................................... 4.6.1. Analisis Lingkungan Perusahaan ........................ GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................ 5.1. Sejarah Pendirian Bagas Bakery .................................... 5.2. Lokasi Perusahaan .........................................................
45 45 45 45 46 46 46 47 58 58 59
V
5.3. 5.4.
Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ................................ Struktur Organisasi Perusahaan .....................................
60 60
VI
ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN ....................... 6.1. Analisis Lingkungan Internal ......................................... 6.1.1. Manajemen ........................................................ 6.1.2. Pemasaran .......................................................... 6.1.3. Keuangan dan Akuntansi ................................... 6.1.4. Produksi dan Operasi ......................................... 6.1.5. Sumber Daya Manusia ....................................... 6.1.6. Penelitian dan Pengembangan (Litbang) ............ 6.2. Analisis Lingkungan Eksternal ...................................... 6.2.1. Lingkungan Jauh ................................................ 6.2.2. Lingkungan Industri ...........................................
63 63 63 65 71 72 75 77 78 78 98
VII
FORMULASI STRATEGI ..................................................... 7.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan 7.2. Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan ... 7.3. Analisis Matriks IFE ..................................................... 7.4. Analisis Matriks EFE .................................................... 7.5. Analisis Matriks IE ....................................................... 7.6. Analisis Matriks SWOT ................................................ 7.7. Analisis Matriks QSP (QSPM) ...................................... 7.8. Pengkajian Kesesuaian antara Alternatif Strategi yang Diberikan dengan Strategi yang Telah Dijalankan oleh Bagas Bakery ................................................................
104 104 107 111 113 115 116 120
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 8.1. Kesimpulan ................................................................... 8.2. Saran ............................................................................
127 127 129
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
130
LAMPIRAN .......................................................................................
132
VIII
122
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman
Pengeluaran Rata-Rata Makanan dan Minuman Jadi Per Kapita Sebulan di Indonesia Tahun 2002 2007 ......................
2
Komposisi Gizi Roti Dibanding Nasi dan Mi Basah per 100 gram Bahan Zat Gizi ........................................................
3
Konsumsi Rata-Rata Roti Per Kapita Sebulan di Indonesia pada Tahun 2004 2007 ..........................................
4
Perkembangan Jumlah Perusahaan Roti di Kabupaten Kendal pada Tahun 2003
2008 .............................
5
5.
Ringkasan Penelitian Terdahulu ....................................................
22
6.
Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan ....................
48
7. 8.
Matriks IFE ................................................................................... Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan .................
49 50
9.
Matriks EFE ...................................................................................
52
10. Matriks QSP (QSPM) ...................................................................
57
11. Penetapan Harga Jual Roti pada Bagas Bakery ..............................
68
2. 3. 4.
12. Besarnya Kompensasi untuk Masing-Masing Unit Produksi pada Bagas Bakery ....................................................................... 13. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Kendal Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2003 2007 ............................. 14. Produk Domestik Regional Broto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Kendal pada Tahun 2004 2007 .................................. 15. Struktur Ekonomi Kabupaten Kendal Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004 - 2007 (Persen) .......................................................... 16. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Kendal Tahun 2003-2007 (Milyar Rp) ....................................................... 17. Pengeluaran Rata-Rata Penduduk Kabupaten Kendal per Kapita Sebulan pada Tahun 2003-2007 .................................... 18. Persentase Pola Konsumsi Makanan Penduduk Kabupaten Kendal pada Tahun 2007 ............................................. 19. Perkembangan Laju Inflasi Kabupaten Kendal pada Tahun 2004-2007 .................................................................. 20. Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok Pengeluaran di Kabupaten Kendal pada Tahun 2006-2007 (Persen) .................................................... 21. 22. 23. 24.
Perkembangan Harga BBM Tahun 2008-2009 .............................. Perkembangan Harga Gas Elpiji per Kemasan (Rp/Kg) ................. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008 .............................. Jumlah Penduduk Kabupaten Kendal Tahun 2001-2007 ................
77 83 83 84
85 86 87 88
89 93 94 96 96
25. 26. 27. 28.
Analisis Matriks IFE Usaha Roti Bagas Bakery ............................. Analisis Matriks EFE Usaha Roti Bagas Bakery ............................ Prioritas Alternatif Strategi pada Bagas Bakery ............................. Gambaran Umum Tentang Alternatif Strategi yang Diberikan dengan Stretegi yang telah Dijalankan oleh Bagas Bakery ............. 29. Persiapan-Persiapan (Prakondisi) yang Harus Dilakukan Bagas Bakery Sebelum Penerapan Strategi ...................................
112 114 124 123 125
DAFTAR GAMBAR Nomor 1.
Halaman
Grafik Penjualan per Bulan Bagas Bakery pada Bulan Februari sampai Desember 2008 ..................................
7
2.
Model Strategi Generik menurut Porter (1991) ..............................
27
3.
Model Komprehensif Manajemen Strategis ...................................
31
4.
Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri .......
37
5.
Kerangka Pemikiran Operasional ..................................................
44
6.
Matriks Internal Eksternal (IE) ......................................................
53
7.
Matriks SWOT ..............................................................................
55
8.
Struktur Organisasi Bagas Bakery .................................................
61
9.
Saluran Distribusi pada Bagas Bakery ...........................................
69
10. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Tepung Terigu ....................
90
11. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Gula ...................................
91
12. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Telur ..................................
92
13. Analisis Matriks IE Usaha Roti Bagas Bakery ...............................
115
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman
Daftar Wawancara Mengenai Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal pada Bagas Bakery ..................................................
133
Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal ...............................................................................
138
3.
Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis ...............................
143
4.
Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Bagas Bakery ........................................................................
148
Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Bagas Bakery ........................................................................
149
Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Eksternal ............................................................................
150
7.
Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis .............................
155
8.
Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Bagas Bakery ........................................................................
160
Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Bagas Bakery ........................................................................
161
10. Matriks SWOT untuk Usaha Roti Bagas Bakery ............................
162
11. Analisis Matriks QSP (QSPM) pada Bagas Bakery .......................
163
12. Dokumentasi .................................................................................
175
2.
5. 6.
9.
I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki peranan yang besar dalam
perekonomian Indonesia dan terbukti mampu bertahan pada masa krisis ekonomi serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Kondisi ini dapat dilihat dari kontribusi Usaha Kecil Menengah terhadap penyerapan tenaga kerja, nilai tambah terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), dan nilai ekspor hasil produksi UKM. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, perkembangan jumlah UKM pada periode 2006-2007 mengalami peningkatan 1,84 persen, yaitu dari 48,9 juta unit usaha pada 2006 menjadi 49,8 juta unit usaha pada 2007. Adanya peningkatan pada jumlah UKM ini berimplikasi terhadap penyerapan tenaga kerja, yaitu sebesar 91,8 juta orang atau 97,3 persen dari seluruh tenaga kerja Indonesia. Peningkatan ini tidak hanya dilihat dari perkembangan jumlah UKM dan penyerapan tenaga kerja saja, akan tetapi peningkatan juga terjadi pada pembentukan PDB dan nilai ekspor hasil produksi UKM. Kontribusi UKM terhadap penciptaan PDB pada 2007 mencapai Rp 2.121,3 triliun meningkat sebesar Rp 335,1 triliun dari tahun 2006. Dari jumlah ini, UKM memberikan kontribusi sebesar 53,6 persen dari total PDB Indonesia. Selain itu, hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami peningkatan dari Rp 122,3 triliun pada tahun 2006 menjadi Rp 142,8 triliun pada tahun 2007.1
Kondisi ini
menunjukkan bahwa Usaha Kecil Menengah merupakan salah satu motor penggerak yang mampu mengurangi beban berat yang dihadapi perekonomian nasional dan daerah. Menurut jenis lapangan usahanya, maka Usaha Kecil Menengah dibagai menjadi sembilan sektor, yaitu (1) sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas, dan air bersih, (5) bangunan, (6) perdagangan, hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaan, dan jasa 1
[BPS] Badan Pusat Statistik. 30 Mei 2008. Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2008. http://www.depkop.go.id/depkopgoid2008/index.php. Hlm 1. [10 Februari 2008]
perusahaan, serta (9) sektor jasa-jasa. Dari kesembilan sektor tersebut, industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang banyak diusahakan oleh UKM dimana pada tahun 2007 berada pada urutan ketiga dengan persentasi sebesar 6,49 persen.2 Industri makanan jadi merupakan salah satu bagian dari sektor industri pengolahan
yang
mempunyai
peranan penting dalam
pemenuhan
dan
penganekaragaman pangan. Seiring dengan kemajuan di berbagai bidang yang membawa segala sesuatunya ke arah yang lebih praktis dan efisien, maka preferensi masyarakat juga berubah termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan yang didukung oleh perubahan pola konsumsi. Adanya perubahan pola konsumsi ditunjukkan oleh kecenderungan masyarakat saat ini untuk mengkonsumsi makanan atau minuman siap saji. Berikut ini merupakan data mengenai pengeluaran rata-rata makanan dan minuman jadi di Indonesia yang menunjukkan adanya peningkatan (Tabel 1). Tabel 1. Pengeluaran Rata-Rata Makanan dan Minuman Jadi Per Kapita Sebulan di Indonesia Tahun 2002 2007
2002
Pengeluaran Rata-Rata Makanan dan Minuman Jadi per Kapita per Bulan (Rp) 20.012
2003
22.068
2004
24.202
2005
27.729
2006
*
30.169
2007
*
37.030
Tahun
Sumber
: Susenas Tahun 2003 - 2007
Keterangan
: * mulai tahun 2006 minuman yang mengandung alkohol sudah tergabung dengan kelompok makanan dan minuman jadi
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui adanya peningkatan terhadap pengeluaran rata-rata masyarakat Indonesia yang digunakan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman jadi setiap tahunnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa preferensi
2
Loc. cit
masyarakat untuk mengkonsumsi makanan dan minuman jadi dalam hal pemenuhan kebutuhan pangannya meningkat setiap tahun. Industri roti (bakery) merupakan bagian dari industri makanan jadi yang memanfaatkan tepung terigu sebagai bahan baku utama dalam proses produksinya. Di dalam ilmu pangan, roti dikelompokkan dalam produk bakery, bersama dengan cake, donat, biskuit, roll, kraker, dan pie. Di dalam kelompok bakery, roti merupakan produk yang paling pertama dikenal dan populer hingga saat ini. Roti merupakan makanan yang berbasis tepung terigu yang semula dikonsumsi sebagai makanan selingan, namun dalam perkembangannya, budaya mengkonsumsi roti tidak lagi menjadi hal yang asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Meskipun dalam kenyataannya, roti belum bisa menggantikan fungsi nasi sebagai makanan pokok, akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, roti akhirnya tidak lagi dikaitkan dengan sarapan pagi, tetapi sudah meluas sebagai menu makanan alternatif di segala kondisi dan waktu makan. Selain itu, kandungan gizi yang terdapat pada roti juga tidak jauh berbeda bahkan lebih baik daripada nasi atau mi basah. Berikut ini merupakan data mengenai kandungan gizi roti per 100 gram bahan zat gizi (Tabel 2). Tabel 2. Komposisi Gizi Roti Dibanding Nasi dan Mi Basah per 100 gram Bahan Zat Gizi Zat Gizi Energi (Kkal)
Roti Putih
Roti Coklat
Nasi
Mi Basah
248,00
249,00
178,00
86,00
Protein (g)
8,00
7,90
2,10
0,60
Lemak (g)
1,20
1,50
0,10
3,30
Karbohidrat (g)
50,00
49,70
40,60
14,00
Kalsium (mg)
10,00
20,00
5,00
14,00
Fosfor (mg)
95,00
140,00
22,00
13,00
Besi (mg)
1,50
2,50
0,50
0,80
Vitamin A (SI)
0,00
0,00
0,00
0,00
Vitamin B1 (mg)
0,10
0,15
0,02
0,00
Vitamin C (mg)
0,00
0,00
0,00
0,00
40,00
40,00
57,00
80,00
Air (g)
Sumber : Direktorat Gizi, Depkes RI (1992) dalam http://banabakery.wordpress.com
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa kandungan gizi yang terdapat pada 100 gram roti lebih banyak dibandingan dengan kandungan gizi yang terdapat pada 100 gram nasi atau mie basah, khususnya dalam hal energi, karbohidrat, protein, kalsium, fosfor dan besi. Kondisi ini menunjukkan bahwa roti memiliki keunggulan yang lebih baik daripada nasi atai mie basah terkait dengan kandungan gizinya. Roti digemari banyak orang mulai dari anak-anak sampai orang dewasa karena roti mudah dan praktis penyajiannya, tersedia dalam aneka bentuk maupun pilihan rasa seperti coklat, strawberry, vanila, keju, nenas, daging sapi, daging ayam, sosis dan lain-lain serta roti memiliki cita rasa dan tekstur yang khas. Terkait dengan kelebihan dan kepraktisan yang terdapat pada roti maka konsumsi rata-rata penduduk terhadap produk roti mengalami peningkatan. Berikut ini merupakan data mengenai konsumsi rata-rata terhadap produk roti (Tabel 3). Tabel 3. Konsumsi Rata-Rata Roti Per Kapita Sebulan di Indonesia pada Tahun 2004 2007
2004
Konsumsi Rata-Rata Roti Tawar Per Kapita Per Bulan (bungkus kecil) 0,160
Konsumsi Rata-Rata Roti Manis atau Lainnya Per Kapita Per Bulan (potong) 1,336
2005
0,152
1,408
2006
0,184
1,520
2007
0,272
2,020
Tahun
Sumber : Susenas Tahun 2004
2007
Berdasarkan Tabel 3, konsumsi rata-rata penduduk Indonesia terhadap roti secara umum mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat terhadap pangan khususnya roti mengalami peningkatan dan budaya untuk mengkonsumsi roti sudah tidak menjadi asing lagi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, peluang pasar untuk industri roti masih cukup besar dan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan roti untuk mengembangkan usahanya juga masih besar. Seiring dengan meningkatnya perkembangan perusahaan yang bergerak di bidang industri roti (bakery) maka skala usaha yang dijalankan juga semakin 4
beragam, mulai dari home industry, kecil, sedang, sampai usaha besar. Kabupaten Kendal juga tidak terlepas dari perkembangan usaha pembuatan roti. Saat ini, industri roti merupakan salah satu industri makanan jadi di Kendal yang cukup berkembang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah perusahaan roti di Kabupaten Kendal yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 4 memberikan informasi mengenai perkembangan jumlah usaha kecil dan menengah secara keseluruhan yang terdapat di Kabupaten Kendal. Tabel 4. Perkembangan Jumlah Perusahaan Roti di Kabupaten Kendal pada Tahun 2003 2008 Tahun
Jumlah Perusahaan (Unit)
Pertumbuhan (%)
2003
10
-
2004
26
61,54
2005
32
18,75
2006
50
36,00
2007
53
5,66
2008
72
26,39
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal (2003-2008)
Berdasarkan Tabel 4, jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat dan laju pertumbuhan perusahaan roti yang paling tinggi terjadi pada 2008. Hal ini karena pada 2008 kondisi perekonomian Kabupaten Kendal semakin baik sehingga hal ini berimplikasi terhadap peningkatan seluruh sektor ekonomi, termasuk industri roti yang merupakan bagian dari sektor industri pengolahan. Bertambahnya jumlah produsen roti maka bertambah pula jumlah pesaing dalam industri roti tersebut sehingga kondisi ini berimplikasi terhadap tingkat persaingan yang juga semakin tinggi untuk merebut pangsa pasar. Oleh karena itu, para produsen roti harus mampu merumuskan strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat sehingga mampu bertahan dalam industri roti (bakery).
5
1.2.
Perumusan Masalah Perubahan gaya hidup merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya
perubahan pola konsumsi. Seiring dengan tingkat kesibukan dan aktivitas masyarakat yang semakin meningkat yang didukung oleh kemajuan di berbagai bidang maka kondisi tersebut menuntut pada segala sesuatu yang lebih praktis dan efisien. Salah satunya, yaitu dalam hal pemenuhan kebutuhan makanan jadi yang lebih praktis namun beragam. Oleh karena itu, dengan adanya peluang pasar tersebut maka saat ini berkembang berbagai industri makanan jadi, misalnya industri roti. Bagas Bakery merupakan salah satu produsen roti di Kabupaten Kendal. Jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery termasuk jenis roti manis. Pada awalnya roti yang diproduksi hanya berupa roti bolu, namun seiring perkembangan usahanya, saat ini Bagas Bakery telah memproduksi lima jenis roti yaitu roti bolu, roti sobek, roti pia, roti pisang, dan roti cokelat. Berdasarkan definisi Usaha Kecil dan Menengah menurut Badan Pusat Statistik serta Kementerian UKM dan Koperasi, jika dilihat dari jumlah tenaga kerja dan omset penjualannya maka usaha Bagas Bakery dapat digolongkan sebagi usaha menengah. Hal ini karena saat ini jumlah tenaga kerja yang dimiliki Bagas Bakery berjumlah 51 orang dan hasil penjualan rotinya sekitar Rp 250-300 juta per bulan. Saat ini kemampuan Bagas Bakery dalam mengolah tepung terigu menjadi roti sekitar 650 kg tepung terigu per hari. Kapasitas tersebut dinilai kurang karena jika ingin memenuhi permintaan pasar maka Bagas Bakery harus mampu meningkatkan kapasitas produksinya dalam mengolah tepung terigu menjadi roti, yaitu sekitar 750 kg tepung terigu per hari. Keterbatasan Bagas Bakery dalam mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk rotinya karena adanya keterbatasan mesin produksi dan tempat produksi. Jadi, dapat dikatakan kapasitas produksi dari Bagas Bakery sekitar 86,67 persen. Meskipun pada umumnya usaha Bagas Bakery mengalami peningkatan penjualan karena adanya peningkatan permintaan terhadap produk roti, akan tetapi pada bulan tertentu penjualan Bagas Bakery mengalami penurunan. Fluktuasi penjualan Bagas Bakery dapat dilihat pada Gambar 1.
6
Gambar 1. Grafik Penjualan per Bulan Bagas Bakery pada Bulan Februari sampai Desember 2008 Sumber : Pemilik Bagas Bakery
Gambar 1 menunjukkan bahwa penurunan penjualan Bagas Bakery yang paling signifikan terlihat pada September 2008. Hal ini karena
pada bulan
September 2008 bertepatan dengan bulan Ramadhan dan pada umumnya keinginan konsumen untuk mengkonsumsi roti cenderung mengalami penurunan sehingga hal ini berdampak pada penjualan Bagas Bakery yang menurun. Dari sisi manajemen, terjadi tumpang tindih pekerjaan dimana pemilik perusahaan selain berperan sebagai pemilik perusahaan juga bertanggung jawab terhadap pemasaran produk. Hal ini menyebabkan pemilik perusahaan mengemban tugas yang lebih berat. Selain itu, struktur organisasi Bagas Bakery juga tidak begitu jelas, tetapi prinsip dasar manajemen telah diterapkan cukup baik. Selain itu, Bagas Bakery juga menghadapi persaingan antar produsen roti yang semakin tinggi mengingat jumlah produsen roti yang terdapat di Kabupaten Kendal semakin meningkat dari tahun ke tahun. Melihat kondisi tersebut maka Bagas Bakery memerlukan perancangan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk mengembangkan usahanya, agar mampu bertahan dalam persaingan yang semakin ketat dan menghadapi lingkungan yang selalu berubah. Strategi pengembangan usaha yang sesuai bagi Bagas Bakery adalah strategi yang diformulasikan dengan tepat ketika Bagas Bakery mampu memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan yang dimiliki 7
serta menghadapi peluang dan menghindari ancaman yang ada. Untuk merumuskan strategi yang efektif maka dibutuhkan serangkaian proses analisis internal dan eksternal untuk mengidentifikasi variabel-variabel kunci yang berkaitan erat dengan pengembangan usaha bagi Bagas Bakery ke depan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu : 1.
Apa sajakah faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi Bagas Bakery?
2.
Apa sajakah faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi Bagas Bakery?
3.
Bagaimana kesesuaian antara alternatif strategi yang dihasilkan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery?
1.3.
Tujuan Penulisan Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan
penelitian ini yaitu : 1) Menganalisis faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi Bagas Bakery. 2) Menganalisis faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi Bagas Bakery. 3) Mengkaji kesesuaian antara alternatif strategi yang dihasilkan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery. 1.4.
Kegunaan Penulisan Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan maka kegunaan penulisan
penelitian ini, yaitu : 1) Bagi penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi penulis mengenai perkembangan industri roti dan strategi yang diterapkan produsen roti dalam mengelola usahanya. 2) Bagi perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam hal 8
pembuatan suatu perencanaan jangka panjang yang menyeluruh dalam rangka pengembangan usaha. 3) Bagi pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan wawasan kepada pembaca mengenai industri roti dan dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. 1.5.
Ruang Lingkup Penelitian
ini
hanya
mencakup
pengkajian
alternatif
strategi
pengembangan usaha bagi Bagas Bakery yang berdasarkan analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Implikasi strategi diserahkan sepenuhnya kepada pengambil keputusan pada usaha Bagas Bakery.
9
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Definisi Usaha Kecil dan Menengah Menurut UU No. 9/1995, yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah
usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Memiliki kekekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar. 3) Milik Warga Negara Indonesia (WNI). 4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung, maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar. 5) Bentuk usaha merupakan orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Menurut Inpres No. 10/1999, yang dimaksud Usaha Menengah adalah usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi 2) Berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha Besar 3) Memiliki kekayaan bersih antara Rp 200 juta - Rp 10 miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1 milyar per tahun.3 Disamping kedua definisi tersebut, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah juga memiliki definisi tersendiri terhadap penggolongan Usaha Kecil dan Menengah. Suatu usaha digolongkan sebagai sebagai usaha kecil jika memiliki omset kurang dari Rp 1 milyar per tahun, sedangkan sebuah usaha digolongkan sebagai usaha menengah jika usaha yang dijalankan memiliki omset
3
Rahmana, Arief. 8 November 2008. Keragaman Definisi UKM di Indonesia http://infoukm.wordpress.com/keragaman-definisi-ukm-di-indonesia/. [25 November 2008]
10
antara Rp 1 milyar sampai dengan Rp 50 milyar per tahun. Selain itu, Badan Pusat Statistik juga memiliki definisi tersendiri terkait dengan definisi Usaha Kecil Menengah, yaitu dengan menggolongkan usaha berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 1 sampai 19 orang; Usaha Menengah adalah usaha yang memiliki pekerja 20 sampai 99 orang; dan Usaha Besar adalah usaha yang memiliki pekerja sekurang-kurangnya 100 orang.4 Menurut UU No. 20/2008, yang dimaksud usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan
usaha
yang
bukan
merupakan
anak
perusahaan
atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Adapun kriteria usaha kecil adalah : 1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta
Rp 500 juta tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha 2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta Rp 2,5 milyar. Sedangkan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Adapun kriteria dari Usaha Menengah yaitu : 1) Memiliki kekayaan bersih antara Rp 500 juta
Rp 10 milyar tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2) Memiliki hasil penjualan tahunan antara Rp 2,5 milyar - Rp50 milyar.5
4
[Anonim]. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) http://logika-hati.com/bisnis/Definisi-Usaha-Mikro-Kecil-Menengah-UMKM.html. [7 Februari 2009]
5
[Anonim]. 9 Januari 2009. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Menurut UndangUndang No. 20 Tahun 2008. http://ukm88.blogspot.com/2009/01/kriteria-umkm-kriteriausaha-mikro.html. [10 Februari 2009]
11
2.2.
Karakteristik dan Klasifikasi Roti Roti adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi tepung terigu
dengan ragi atau bahan pengembang lainnya dan kemudian dipanggang. Pada awalnya, roti dibuat dari bahan yang sederhana dan cara pembuatan yang sederhana pula, yaitu roti dibuat dari dari gandum yang digiling menjadi terigu murni dan dicampur air kemudian dibakar di atas batu panas atau oven. Namun dengan berkembangnya teknologi, saat ini roti lebih bervariasi baik dari segi ukuran, penampilan, bentuks, tekstur, rasa, dan bahan pengisiannya yang disebabkan adanya pengaruh terhadap perkembangan pembuatan roti yang meliputu aspek bahan baku, proses pencampuran, dan metode pengembangan adonan. Menurut Mudjajanto dan Yulianti (2007), roti dapat dibedakan berdasarkan rasa, warna, nama daerah/negara asal, bahan penyusun, dan cara pengembangan adonan. 1) Roti Berdasarkan Rasa Berdasarkan rasanya, roti dibagi menjadi dua, yaitu roti manis dan roti tawar. Roti manis adalah roti yang memiliki cita rasa manis yang menonjol, bertekstur empuk, dan diberi bermacam-macam isi. Selain rasa, daya tarik yang dimiliki oleh roti manis terdapat pada bentuk yang menarik. Sedangkan roti tawar adalah roti yang dibuat dari adonan dengan sedikit gula atau bahkan tidak sama sekali. Biasanya penggunaan gula pada pembuatan roti tawar hanya digunakan dalam percepatan proses fermentasi. 2) Roti Berdasarkan Warna Berdasarkan warnanya, roti dibedakan menjadi roti putih (white bread) dan roti cokelat (brown bread). Pada umumnya semua produk roti putih dibuat dari tepung terigu dan roti tersebut mempuntai isi atau remah (crumb) berwarna putih cerah serta kulit (crust) berwarna cokelat muda. Sedangkan roti cokelat, pada dasarnya dibuat dari tepung gandum hitam sedang dan gelap. Jenis roti cokelat ini lebih kaya rasa dan gizi dibandingkan dengan produk roti putih.
12
3) Roti Berdasarkan Asal Daerah/Negara Asal Penggolongan roti berdasarkan asal daerah/negara dibedakan menjadi roti perancis, roti italia, roti wina, dan roti belanda. Roti perancis adalah roti yang terbuat dari formula yang tidak mengandung lemak dari adonan asam. Biasanya roti perancis berbentuk panjang seperti tongkat dan berkerak tebal, keras, bersifat asam, serta berlubang besar sehingga remahnya kurang. Roti italia adalah adalah roti yang terbuat dari formula yang tidak mengandung lemak sama sekali. Roti italia memiliki ciri-ciri berbentuk panjang dan runcing sehingga mudah dipatahkan, kerak rotinya tebal dank eras, serta remahnya kering. Roti wina adalah roti yang butiranyya lebih terbuka dan berlubang-lubang, remahnya kering, dan susunannya kasar. Pada umumnya roti wina memiliki bentuk runcing dan terdapat gurat-gurat diagonal serta dihiasi taburan wijen. Sedangkan roti belanda pada umumnya berupa roti sup (dinner roll), bentuk permukaannya mengerak dan garing tetapi bagian dalamnya sangat lembut. 4) Roti Berdasarkan Bahan Penyusun Penggolongan roti berdasarkan bahan penyusunnya dibedakan menjadi roti kismis, rye bread, egg twist, gandum pecah, dan lain-lain. Roti kismis adalah jenis roti manis yang diisi dengan kismis sehingga dapat dimakan utuh tanpa pengoles atau bahan tambahan lain. Rye bread adalah jenis roti yang terbuat dari tepung gandum hitam yang pembuatannya ditambahkan asam, seperti susu asam dan mengalami proses peragian yang cukup lama sekitar 18
24
jam. Egg twist adalah jenis roti yang dibuat dalam dua bentuk, yaitu roti berputar melingkar atau cara lurus seperti roti biasa. Sementara roti gandum pecah adalah roti yang beraroma kacang-kacangan yang terbuat dari gandum yang direndam selama beberapa jam sebelum digunakan. 5) Roti Berdasarkan Cara Pengembangan Adonan Berdasarkan cara pengembangan adonan, roti dibedakan menjadi roti tanpa pengasaman (unleavened bread), roti dengan pengasaman ragi atau mikroorganisme, roti cepat, dan roti dengan pengasaman udara atau uap. Roti tanpa pengasaman adalah roti yang terbuat dari adonan tanpa menggunakan bahan pengembang sehingga tidak terjadi fermentasi sama sekali. Bentuk roti 13
ini berupa lembaran seperti pancake. Roti yang dikembangkan dengan ragi akan menghasilkan produk yang seragam, rasa dan aroma yang khas, serta tekstur yang lembut. Pizza merupakan salah satu contoh roti dengan pengasaman ragi. Roti cepat adalah roti yang dibuat dalam waktu singkat dengan cara meniadakan proses fermentasi dan menambahkan bahan pengembang kimia, seperti baking soda. Contoh roti cepat adalah muffin, coffe cake, waffle, dan pancake. 2.3.
Bahan Dasar Pembuatan Roti Untuk menghasilkan roti yang berkualitas baik, maka dalam proses
pembuatan roti harus menggunakan bahan dasar bermutu. Menurut Mudjajanto dan Yulianti (2007), bahan dasar pembuatan roti terdiri dari bahan baku dan bahan penunjang. 1) Bahan Baku Terigu merupakan satu-satunya tepung yang dapat digunakan untuk membuat roti karena mengandung gluten sebagai kerangka dasar roti. Tepung terigu berasal dari gandum yang digiling. Pada umumnya tepung terigu dibagi menjadi tiga, yaitu : a) Terigu protein rendah Terigu protein rendah berasal dari penggilingan gandum jenis soft atau lunak. Terigu tersebut mempunyai sifat gluten yang lemah, kandungan protein 8
9 persen, sifat elastisitasnya kurang, dan mudah putus.
Biasanya jenis terigu ini digunakan untuk bahan pembuatan cake, cookies, dan kue kering. Contoh terigu jenis ini yang beredar di pasaran adalah cap Kunci Biru. b) Terigu protein tinggi Terigu jenis ini dihasilkan dari penggilingan gandum jenis hard atau keras. Terigu tersebut mempunyai sifat gluten yang kuat, kandungan protein 11
12 persen, sifat elastisitasnya baik, dan tidak mudah putus.
Terigu jenis hard biasanya digunakan untuk membuat mi dan roti. Contoh terigu jenis ini yang beredar di pasaran adalah cap Cakra Kembar. 14
c) Terigu protein sedang Terigu protein sedang merupakan terigu campuran dari terigu jenis soft dan hard. Terigu tersebut mempunyai sifat gluten sedang dan kadar protein 10
11 persen. Biasanya terigu protein sedang digunakan untuk
membuat mi, roti, dan keperluan rumah tangga. Contoh terigu jenis ini yang beredar di pasaran adalah cap Segitiga Biru. 2) Bahan Penunjang Bahan penunjang dalam pembuatan roti adalah air, garam, yeast atau ragi, gula, susu, lemak, telur, dan mineral yeast food. Pemilihan bahan penunjang yang baik akan membantu pembentukan roti yang berkualitas baik. Bahan penunjang ini berbeda fungsi antara yang satu dengan lainnya. a) Air Dalam pembuatan roti, air berfungsi sebagai penyebab terbentuknya gluten serta pengontrol kepadatan dan suhu adonan. Selain itu, air juga berperan sebagai pelarut garam, penahan dan penyebar bahan-bahan bukan tepung secara seragam, dan memungkinkan adanya aktifitas enzim. b) Garam Fungsi garam dalam pembuatan roti adalah penambah rasa gurih, pembangkit rasa bahan-bahan lainnya, pengontrol waktu fermentasi dari adonan beragi, penambah kekuatan gluten, pengatur warna kulit, dan pencegah timbulnya bakteri-bakteri dalam adonan. c) Yeast atau ragi Volume roti yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh hasil CO2 selama pengembangan adonan dan karakteristik dari protein untuk menahan gas. Sementara yang berfungsi sebagai pengembang adonan dengan produksi gas CO2
nya adalah ragi. Selain itu, ragi juga berfungsi sebagai pelunak
gluten dengan asam yang dihasilkan serta pemberi rasa dan aroma. d) Gula Gula memiliki peranan yang sangat penting dalam pembuatan roti, antara lain sebagai makanan ragi, member rasa, mengatur fermentasi, memperpanjang umur roti (shelf life), menambah kandungan gizi, 15
membuat tekstur roti menjadi lebih empuk, memberikan daya pembasahan pada roti, dan memberikan warna cokelat yang menarik pada kulit karena proses milliard atau karamelisasi. e) Susu Dalam pembuatan roti, penambahan susu pada tepung jenis lunak (soft) atau berprotein rendah lebih banyak dibandingkan pada tepung jenis keras atau berprotein tinggi. Penambahan susu sebaiknya berupa susu padat. Hal ini dikarenakan susu padat menambah penyerapan air dan memperkuat adonan, susu padat menjadikan remah roti lebih baik dan halus
sehingga
mudah
dipotong,
mempertinggi
volume
roti,
meningkatkan mutu simpan, mempertahankan keempukan roti pada saat penyimpanan, serta menambah nilai gizi karena mengandung mineral, protein, lemak, dan vitamin. f) Lemak (shourtening) Lemak berfungsi sebagai pelumas untuk memperbaiki remah roti, mempermudah sifat pemotongan roti, memberikan kulit roti lebih lunak, dan dapat menahan air sehingga shelf life roti lebih lama. Selain itu, lemak juga bergizi, memberikan rasa lezat, mengempukkan, dan membantu pengembangan susunan fisik roti yang dibakar (baked bread). g) Telur Telur berfungsi sebagai pengembang, pembentuk warna, perbaikan asa, dan penambah nilai gizi. h) Mineral yeast food Mineral yeast food digunakan sebagai makanan ragi, pengatur kegiatan enzim, pengatur kerja gluten, penyesuaian jumlah makanan ragi dengan jenis tepung yang digunakan, dan pengatur berbagai jenis air yang tersedia. Bentuknya menyerupai vetsin dan penggunaannya hanya sekitar 0,25 2.4.
0,50 persen.
Tahapan Umum Pembuatan Roti Pada umumnya tahap pembuatan roti sama, baik untuk pembuatan roti
tawar, roti manis, maupun roti cepat. Adapun tahap pembuatan roti adalah sebagai berikut : 16
1) Seleksi bahan Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada tahap seleksi bahan, yaitu harga bahan, kualitas bahan, stok yang cukup, dan tempat penyimpanan. 2) Penimbangan Penimbangan bahan harus dilakukan dengan benar agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan jumlah bahan. Oleh karena itu, dalam penimbangan, hindarkan penggunaan sendok atau cangkir sebagai takaran. 3) Pengadukan atau pencampuran (mixing) Mixing berfungsi untuk mencampur secara homogen semua bahan, mendapatkan hidrasi yang sempuna pada karbohidrat dan protein, membentuk dan melunakkan gluten, serta menahan gas pada gluten. Tujuan mixing adalah untuk membuat dan mengembangkan daya rekat. Pada proses mixing harus dilakukan secara hati-hati karena jika mixing dilakukan secara berlebihan maka dapat mengakibatkan rusaknya susunan gkuten, adonan semakin panas, dan proses peragian akan semakin lambat. Namun sebaliknya, jika mixing yang dilakukan kurang maka akan menyebabkan adonan roti menjadi kurang elastic, volume roti sangat kurang, dan roti yang dihasilkan akan mudah hancur ketika mengembang sebelum dibakar atau ketika dalam oven. 4) Peragian (fermentation) Adonan yang telah dicampur hingga kalis dilanjutkan dengan proses peragian, yaitu adonan dibiarkan beberapa saat pada suhu sekitar 35°C. Tahap peragian sangat penting untuk pembentukan rasa dan volume. 5) Pengukuran atau penimbangan adonan (dividing) Penimbangan adonan bertujuan untuk memperoleh ukuran roti yang seragam. Sebelum ditimbang, adonan harus dipotong-potong dalam beberapa bagian. Proses penimbangan harus dilakukan dengan cepat karena proses fermentasi tetap berjalan. 6) Pembulatan adonan (rounding) Adonan yang telah dipotong selanjutnya dibentuk bulatan-bulatan sesuai dengan keperluan.
17
7) Pengembangan singkat (intermediate proof) Intermediate proof adalah tahap pengistirahatan adonan untuk beberapa saat pada suhu 35 - 36°C dengan kelembapan 80
83 persen selama 6
10 menit.
8) Pembentukan adonan (moulding) Tahap pembentukan adonan dilakukan dengan cara adonan yang telah diistirahatkan digiling dengan menggunakan roll pin, kemudian digulung atau dibentuk sesuai dengan jenis roti yang diinginkan. 9) Peletakkan adonan dalam cetakan (panning) Adonan yang sudah digulung dimasukkan ke dalam cetakan dengan cara bagian lipatan diletakkan di bawah agar lipatan tidak lepas yang mengakibatkan bentuk roti tidak baik. Selanjutnya adonan diistirihatkan dalam cetakan sebelum dimasukkan ke dalam pembakaran. 10) Pembakaran (baking) Roti dipanggang atau dibakar dalam oven pada suhu kita-kira 205°C. Sebelum pembakaran selesai, pintu oven dibuka sedikit sekitar 2 3 menit. 2.5.
Hasil Penelitian Terdahulu Sitompul (2005) melakukan penelitian mengenai analisis pengendalian
bahan baku di Bogor Permai Bakery. Metode yang digunakan adalah metode Material Requiretment Planning (MRP), teknik Lot for lot, teknik EOQ, teknik POQ dan teknik PPB. Metode MRP dalah metode yang lazim digunakan dalam manajemen persediaan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perusahaan telah melakukan sistem pengendalian bahan baku tertentu dalam proses produksinya. Sistem yang digunakan lebih berdasarkan pengalaman historis perusahaan sebab perusahaan menilai bahwa sistem ini masih cukup efisien dan perusahaan belum pernah menemui kendala dalam penggunaannya. Berdasarkan perhitungan dengan metode MRP diperoleh kesimpulan bahwa untuk bahan baku terigu penggunaan teknik POQ atau PPB menghasilkan penghematan biaya persediaan tertinggi sebesar 46,2 persen. Untuk bahan baku mentega, penghematan tertinggi diperoleh dengan menggunakan teknik POQ sebesar 43,7 persen. Untuk bahan baku gula dengan menggunakan teknik PBB, perusahaan dapat menghemat sebesar 25,6 18
persen dari biaya perusahan. Untuk bahan baku telur, penghematan sebesar 86,3 persen didapatkan dengan penggunaan teknik POQ. Pengendalian susu fullcream dapat dilakukan dengan menggunakan teknik PBB yang lebih hemat 25,8 persen dari metode perusahaan. Untuk bahan baku ragi dan protea, perusahaan dapat menghemat sebesar masing-masing 15,3 persen dan 9,8 persen. Ebenheard (2007) meneliti tentang alokasi optimal distribusi roti Unyil Venus produksi Venus Bakery Bogor, Jawa Barat. Alat analisis yang digunakan yaitu program linier untuk mengatasi masalah pengalokasian sumberdaya yang terbatas secara optimal dan model transportasi untuk meminimumkan biaya pengiriman barang dari daerah asal ke daerah tujuan. Berdasarkan hasil pengolahan bahwa distribusi aktual yang dilakukan oleh Venus Bakery untuk bulan Maret 2007 belum optimal dalam menghemat biaya distribusi dan biaya yang dikeluarkan oleh Venus Bakery juga belum optimal. Selain itu, pengiriman yang terbesar dari Venus Bakery terdapat pada Ruko CFC dan Tas Tajur yang kemungkinan disebabkan oleh murahnya biaya angkut per roti unyil dari Venus Bakery. Nababan (2007) meneliti tentang analisis strategi pemasaran produk home industry roti (studi kasus di Home Industry Marinda, Kelurahan Gunung Batu, Bogor). Alat analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks CPM, matriks IE, dan matriks SWOT. Berdasarkan hasil pengolahan, total skor matriks IFE yaitu 2,35 dan matriks EFE yaitu 2,80 yang menempatkan posisi home industry Marinda berada pada sel V. Strategi yang dapat diambil adalah hold and maintain berupa strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan analisis CPM bahwa home industry Marinda memperoleh skor 4,06 dan berada pada urutan kedua diantara kedua pesaingnya. Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh tujuh alternatif strategi yaitu (1) meningkatkan kualitas dan jaringan distribusi, (2) melakukan promosi produk home industry Marinda, (3) kerjasama distributor yang potensial, (4) menekan biaya operasional tanpa mengurangi nilai produk, (5) melakukan kerjasama dengan investor untuk mengatasi permodalan, (6) diversifikasi dengan produk baru, dan (7) koordinasi internal dalam menghadapi persaingan.
19
Budi (2008) melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan usaha susu kedelai bubuk instan pada PD Mas Adam Berdasi, Kecamatan Rumpin, Bogor. Dalam penelitian tersebut, metode pengolahan dan analisis data yang digunakan terdiri dari analisis data deskriptif dan analisis tiga tahap formulasi strategi. Adapun alat bantu analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi perusahaan adalah matriks faktor eksternal dan internal, matriks SWOT dan Matriks QSP. Hasil penelitian menunjukkan nilai tertimbang pada matriks IFE sebesar 2,762 dan matriks EFE sebesar 2,396 diperoleh gambaran posisi perusahaan saat ini dalam matriks IE PD Mas Adam Berdasi berada pada sel V, yaitu tahap hold and maintain, dengan alternatif strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan hasil analisis SWOT menghasilkan delapan buah strategi yang diurutkan prioritas pelaksanaannya dengan analisis matriks QSP. Urutan prioritas strategi yang dilaksanakan meliputi pertama, mencari alternatif modal kerja untuk membiayai kegiatan promosi dan memperluas jaringan distribusi pemasaran (TAS = 6,031); kedua, mempertahankan hubungan baik dengan stakeholder perusahaan (TAS = 5,905); ketiga, melakukan pengembangan atau diversifikasi produk (TAS = 5,899); keempat, melakukan efisiensi biaya produksi (TAS = 5,886); kelima, memperbaiki bentuk kemasan bagian dalam untuk menjaga image produk (TAS = 5,876); keenam, mempertahankan kualitas susu kedelai bubuk instan yang berbahan baku alami, bermutu dan bergizi tinggi (TAS =5,830); ketujuh, optimalisasi sumberdaya yang ada (TAS = 5,784); dan kedelapan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pelatihan (TAS = 5,706). Kristiyani (2008) melakukan penelitian mengenai strategi bersaing Merdeka Bakery, Kota Bogor. Alat analisis yang digunakan dalam merumuskan strategi adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks CPM, matriks IE, matriks SWOT, dan matriks QSP. Berdasarkan hasil pengolahan, total skor matriks IFE adalah 2,7901 yang berarti Merdeka Bakery berada dalam kondisi internal rata-rata. Sedangkan total skor matriks EFE adalah 2,3491 yang berarti Merdeka Bakery memiliki respon sedang terhadap peluang dan ancaman eksternal yang terjadi. Hasil analisis 20
matriks CPM menunjukkan bahwa Merdeka Bakery berada di peringkat keempat di bawah venus, BreadTalk, dan Bogor Permai. Hasil analisis matriks IE menggambarkan posisi perusahaan berada pada posisi V, yaitu tahap hold and maintain. Kemudian dari matriks SWOT diperoleh sembilan alternatif strategi dan dari hasil AHP diperoleh prioritas strategi bersaing Merdeka Bakery secara berurut-urut adalah (1) melakukan riset pasar, (2) memperluas wilayah distribusi produk dan memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, (3) meningkatkan
mutu
produk,
(4)
meningkatkan
kegiatan
promosi,
(5)
meningkatkan pelayanan kepada konsumen, (6) meningkatkan diferensiasi produk, (7) memperbaiki sistem dan fungsi manajemen perusahaan, (8) mengkatkan produksi perusahaan untuk mencegah produk kosong di toko, dan (9) melakukan efisiensi biaya. Berdasarkan penelitian terdahulu, penelitian tentang roti telah banyak dilakukan. Akan tetapi dari keempat penelitian di atas belum pernah melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan usaha pada Bagas Bakery di Kendal. Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha pernah dilakukan tetapi bahan kajian yang diamati berbeda, yakni dalam penelitian sebelumnya, produk yang diteliti adalah produk minuman susu kedelai bubuk instan. Oleh karena itu, dengan adanya penelitian mengenai strategi pengembangan usaha diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi perusahaan dalam membuat perencanaan jangka panjang yang menyeluruh terkait dengan pengembangan usaha di masa-masa yang akan datang sehingga perusahaan mampu bertahan dalam menghadapi persaingan dalam industri bakery yang semakin ketat.
21
Tabel 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu Nama
Tahun
Faisal Rahman Syarif Sitompul
2005
Ronald Ebenheard
2007
Judul
Masalah
Analisis Pengendalian Bogor Permai Bakery tidak perhitungan Bahan Baku Di Bogor melakukan berdasarkan metode Permai Bakery pengendalian bahan baku tertentu dalam hal penentuan jumlah bahan baku yang dipesan sehingga sering terjadi kelebihan atau kekurangan pesanan bahan baku yang berdampak pada tingginya biaya persediaan. Alokasi Optimal Adanya pengalokasian Distribusi Roti Unyil produk roti venus yang Venus Produksi Venus belum optimal ke masingBakery Bogor, Jawa masing outlet sehingga Barat menyebabkan meningkatnya biaya penyimpanan dan biaya transportasi.
Tujuan
Alat Analisis
§ Melakukan identifikasi terhadap sistem pengendalian persediaan bahan baku di Bogor Permai Bakery § Mendapatkan model alternatif pengendalian persediaan bahan baku yang lebih efisien bagi Bogor Permai Bakery
§ Metode Material Requiretment Planning (MRP) § Teknik Lot for lot § Teknik EOQ § Teknik POQ § Teknik PPB
§ Menganalisis alokasi § Program linier distribusi optimal Roti § Model transportasi Unyil dari Venus Bakery ke daerah tujuan atau outlet § Menganalisis penyimpanan distribusi actual terhadap distribusi optimal § Menganalisis perbedaan biaya distribusi riil dengan biaya distribusi optimum yang dilakukan venus Bakery 22
2007
Analisis Strategi Pemasaran Produk Home Industry Roti (Studi Kasus di Home Industry Marinda, Kelurahan Gunung Batu, Bogor)
Satrio 2008
Analisis Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai Bubuk Instan (Studi Kasus : PD Mas Adam Berdasi Kec. Rumpin, Bogor
Togar Rusman Nababan
Agus Budi
faktor Belum adanya landasan § Mengidentifikasi internal dan eksternal strategi dalam memasarkan yang mempengaruhi produk Marinda Bakery strategi pemasaran home yang berdampak terhadap industry Marinda Bakery menurunnya omzet § Menganalisis posisi penjualan. persaingan yang tengah dihadapi home industry Marinda Bakery § Menyusun dan mencari solusi dalam penentuan alternatif strategi pemasaran yang tepat dan efektif pada home industry Marinda Bakery Perusahaan menghadapi 3)Mengidentifikasi faktorbaik kendala internal seperti faktor lingkungan kendala suberdaya manusia, eksternal dan internal PD keuangan, produksi operasi, Mas Adam Berdasi. dan pemasaran maupun 4)Merumuskan alternatif kendala eksternal seperti strategi yang dapat persaingan yang ketat antar diterapkan pihak PD Mas perusahaan sejenis dan Adam Berdasi sesuai peningkatan harga kedelai dengan kondisi impor sebagai bahan baku lingkungan usaha. utama dalam pembuatan susu kedelai bubuk instan.
§ Matriks IFE dan EFE § Mtriks CPM § Matriks IE § Matriks SWOT
5)Matriks IE 6)Matriks SWOT 7)Matriks QSP
23
Dian Kristiyani
2008
Analisis Strategi Tingkat persaingan yang § Mengidentifikasi faktor tinggi dalam Bersaing Merdeka semakin eksternal dan internal industri bakery dan hasil Bakery, Kota Bogor yang dihadapi Merdeka Bakery. penjualan yang belum § Menganalisis posisi mencapai target penjualan. bersaing Merdeka Bakery. § Merumuskan alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh Merdeka Bakery untuk menjalankan usahanya.
§ Matriks IFE dan EFE § Mtriks CPM § Matriks IE § Matriks SWOT § AHP
24
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Pengertian Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti seni berperang . Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Menurut Stephanie K. Marrus dalam Umar (2008), strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi yang disertai penyususnan suatu cara atau upaya agar suatu tujuan dapat tercapai. Sedangkan menurut Hamel dan Prahalad dalam Umar (2008), bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat)
dan
terus-menerus,
serta dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Menurut David (2006), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis dapat mencakup ekspansi geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi, likuidasi, dan joint venture. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka panjang. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan. 3.1.2. Klasifikasi Strategi Berdasarkan teori manajemen strategi maka strategi perusahaan dapat diklasifikasikan atas dasar tingkatan tugas, yaitu strategi generik (generic strategy), strategi utama atau strategi induk (grand strategy), dan strategi fungsional. Istilah strategi generik pertama kali dikemukakan oleh Michael E. Porter. Menurut Porter (1991), strategi generik dibagi menjadi tiga, yaitu : 1) Strategi kepemimpinan biaya menyeluruh (cost leadership) Strategi bersaing biaya rendah ditujukan untuk mencapai sasaran pasar di keseluruhan industri. Strategi ini memerlukan konstruksi agresif dari fasilitas skala yang efisien, pengurangan harga secara gencar, pengendalian biaya dan 25
overhead yang ketat, penghindaran pelanggan marginal dan minimisasi biaya dalam bidang-bidang seperti periklanan,
dan
lain-lain.
litbang,
Dengan
pelayanan, memiliki
armada
posisi
penjualan,
biaya
rendah
memungkinkan perusahaan untuk tetap mendapat laba pada masa-masa persaingan ketat. Selain itu, pangsa pasarnya yang tinggi memungkinkan memberikan kekuatan penawaran yang menguntungkan terhadap pemasoknya karena perusahaan membeli dalam jumlah besar. Oleh karena itu, harga yang murah berfungsi sebagai hambatan pesaing untuk masuk ke dalam industri dan hanya sedikit yang dapat menandingi keunggulan biaya memimpin. 2) Strategi diferensiasi (differentiation) Strategi ini diarahkan kepada pasar luas dan melibatkan penciptaan sebuah produk baru yang dirasakan oleh keseluruhan industri sebagai hal yang unik. Pendekatan
untuk
melakukan
diferensiasi
dapat
bermacam-macam
bentuknya, yaitu citra rancangan atau merek, teknologi, keistimewaan atau ciri khas, pelayanan pelanggan, jaringan penyalur, dan lain-lain. Jika penerapan strategi diferensiasi tercapai maka strategi ini merupakan strategi aktif untuk mendapatkan laba di atas rata-rata dalam suatu bisnis karena adanya loyalitas merek dari pelanggan akan membuat sensitivitas konsumen terhadap harga menjadi lebih rendah. Oleh karena itu, loyalitas pelanggan berfungsi sebagai penghalang masuk industri karena perusahaan-perusahaan baru harus mengembangkan kompetensi tersendiri untuk membedakan produk mereka melalui cara-cara tertentu. 3) Strategi fokus (focus) Strategi fokus dibangun untuk melayani target tertentu secara spesifik. Strategi fokus dibagi dua, yaitu strategi fokus biaya dan strategi fokus diferensiasi. Strategi fokus biaya mencari keunggulan biaya pada segmen sasarannya dan didasarkan atas pemikiran bahwa perusahaan dapat melayani target strategisnya yang sempit secara lebih efektif dan efisien daripada pesaiang yang bersaing lebih luas. Sedangkan strategi fokus diferensiasi berkonsentrasi pada kelompok pembeli, segmen lini produk, atau pasar geografis tertentu dimana segmen sasaran tersebut harus memiliki salah satu
26
pembeli dengan kebutuhan tidak lazim atau sistem produksi dan penyaluran yang melayani pasar berbeda dari pesaing lainnya. Berikut ini merupakan model strategi generik dari Porter, yaitu : KEUNGGULAN STRATEGIS
Seluruh Industri
Biaya Menyeluruh
Hanya Segmen tertentu
TINGKAT STRATEGIS
Posisi Biaya Rendah
Fokus Biaya
Kekhasan yang Dirasakan Pelanggan
Kepemimpinan
Diferensiasi (Differentiation)
(Cost Leadership)
Fokus Diferensiasi
Gambar 2. Model Strategi Generik menurut Porter (1991) Sumber : Porter (1991)
Menurut David (2006), strategi generik dibagi empat, yaitu strategi integrasi vertikal, strategi intensif, strategi diversifikasi, dan strategi devensif. 1) Strategi Integrasi Vertikal Strategi integrasi vertikal merupakan suatu strategi yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan kontrol atas distributor, pemasok dan atau pesaing. Strategi ini dibagi menjadi tiga, yaitu : a) Strategi Integrasi ke Depan (forward integration) Strategi ini melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer. Biasanya cara yang efektif untuk mengimplementasikan integrasi ke depan adalah waralaba (franchising). b) Strategi Integrasi ke Belakang (backward integration) Strategi ini merupakan strategi untuk mencari mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Integrasi ke belakang 27
sangat cocok ketika pemasok perusahaan saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal, atau tidak dapat memnuhi kebutuhan perusahaan. c) Strategi Integrasi Horisontal Integrasi horizontal mengacu pada strategi yang mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan 2) Strategi Intensif Strategi intensif biasanya digunakan perusahaan ketika posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada saat ini akan membaik. Strategi ini dibagi menjadi tiga, yaitu : a) Strategi Penetrasi Pasar (market penetration) Strategi ini berusaha meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar. Penetrasi pasar mencakup meningkatkan jumlah tenaga penjual, jumlah belanja iklan, menawarkan promosi penjualan yang ekstensif, atau meningkatkan usaha publisitas. b) Strategi Pengembangan Pasar (market development) Strategi ini melibatkan perkenalan produk yang ada saat ini ke area geografi yang baru. c) Strategi Pengembangan Produk (product development) Strategi ini merupakan strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan
memperbaiki
atau
memodifikasi
produk/jasa
saat
ini.
Pengembangan produk biasanya melibatkan biaya litbang yang besar. 3) Strategi Diversifikasi Terdapat tiga tipe umum dari strategi diversifikasi, yaitu : a) Strategi Konsentrik Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau jasa baru yang masih berhubungan. b) Strategi Horizontal Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk tau jasa baru yang tidak berkaitan untuk pelanggan saat ini. Tujuan strategi ini adalah menambah produk baru yang tidak berhubungan untuk memuaskan pelanggan yang sama.
28
c) Strategi Konglomerat Strategi ini dilakukan perusahaan dengan cara menambah produk atau jasa baru, yang tidak berkaitan dengan produk/jasa lama. Tujuan strategi ini adalah menambah produk baru yang tidak saling berhubungan untuk pasar yang berbeda. 4) Strategi Defensif Strategi ini dibagi menjadi tiga, yaitu strategi retrenchment, divestasi, dan likuidasi. a) Strategi Retrenchment Strategi ini terjadi ketika suatu organisasi mengelompokkan ulang melalui pengurangan aset dan biaya untuk membalikkan penjualan dan laba yang menurun. Kadang-kadang strategi ini disebut sebagai strategi berputar atau reorganisasi. b) Strategi Divestasi Strategi ini dilakukan dengan menjual satu divisi atau bagaian dari suatu organisasi yang bertujuan meningkatkan modal untuk akuisisi strategis atau investasi lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari keseluruhan
strategi
retrenchment
untuk
menyingkirkan
bisnis
perusahaan yang tidak menguntungkan, membutuhkan banyak modal, atau yang tidak cocok dengan aktivitas perusahaan lainnya. c) Strategi Likuidasi Strategi ini dilakukan dengan menjual seluruh aset perusahaan baik secara tepisah-pisah atau sepotong-potong untuk nilai riilnya. 3.1.3. Konsep Manajemen Strategis Menurut David (2006), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap, yaitu formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. 1) Formulasi Strategi Hal-hal yang termasuk dalam formulasi strategi antara lain mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, 29
menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. 2) Implementasi Strategi Implementasi strategi sering disebut sebagai tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis. Selain itu, implementasi strategi juga sering kali dianggap sebagai tahap yang paling sulit dalam manajemen strategis karena implementasi strategi membutuhkan disiplin pribadi, komitmen, dan pengorbanan.
Implementasi
strategi
mensyaratkan
perusahaan
untuk
menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan dan memberdayakan sistem informasi, serta menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi. 3) Evaluasi Strategi Evaluasi strategi merupakan tahap final dalam manajemen strategis. Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi adalah meninjau ulang faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, mengukur kinerja, dan mengambil tindakan korektif. Salah satu cara yang digunakan untuk mempelajari dan mengaplikasikan proses manajemen strategis adalah dengan sebuah model, dimana setiap model mempresentasikan semacam proses. Berikut ini merupakan model manajemen strategis menurut David (2006), yaitu :
30
31 Melakukan Audit Eksternal
Membuat Pernyataan Visi dan Misi
Menetapkan Tujuan Jangka Panjang
Merumuskan, Mengevaluasi, dan Memilih Strategi
Implementasi Strategi Isu-Isu Manajemen
Implementasi Strategi Isu-Isu Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Penelitian dan Pengembangan, Sistem Informasi Manajemen
Mengukur dan Mengevaluasi Kinerja
Melakukan Audit Internal
Formulasi Strategi
Implementasi Strategi
Evaluasi Strategi
Gambar 3. Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber : David (2006)
31
3.1.4. Strategi Pengembangan Usaha Strategi bisnis berkaitan dengan cara-cara yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan keunggulan persaingan di dalam setiap bisnis utamanya. Pentingnya keputusan strategi berkaitan dengan sumber daya perusahaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa strategi memberikan stabilitas arah dan orientasi yang konsisten dengan memungkinkan fleksibilitas untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Menurut Nurdjannah (2006), strategi yang berhasil pada umumnya dengan mengkombinasikan beberapa hal berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan yaitu : 1) Sasaran sederhana jangka panjang Setiap strategi bisnis harus merupakan kejelasan dari sasaran, jika tidak, strategi tidak akan dapat memberikan stabilitas dan kesatuan arah perusahaan. Sasaran ini harus jelas dan konsisten serta tetap berorientasi
pada tanggung
jawab terhadap pemegang saham, para pegawai dan konsumen. 2) Melalui analisis lingkungan persaingan Kemampuan dalam mengidentifikasi kebutuhan yang umum dari konsumen dapat berpengaruh pada penentuan posisi pasar. Kemampuan dalam memahami lingkungan bisnis ini dapat berupa pemahaman tentang penilaian pasar saham, pandangan terhadap potensi kemungkinan akuisisi serta kemampuan dalam mengidentifikasi dan memotivasi sumber daya manusia perusahaan. 3) Penilaian sumber daya yang objektif Kesadaran akan kondisi sumber daya dan kemampuan perusahaan, termasuk reputasi yang berhubungan dengan nama perusahaan dan merek produk, kemampuan untuk memotivasi pegawai, keefektifan dalam menangani kemitraan dengan para pemasok, serta kemampuan dalam menangani dan mengendalikan mutu produk. 4) Penerapan yang efektif Strategi yang paling tepat bagi perusahaan mungkin tidak akan berguna jika tidak diterapkan secara efektif. Penerapan strategi yang efektif memerlukan pembentukan kepemimpinan, struktur organisasi dan sistem manajemen yang
32
mampu memegang komitmen dengan baik serta koordinasi seluruh pegawai dan mobilisasi sumber daya sebagai pelengkap strategi. 3.1.5. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Visi merupakan rumusan dari salah satu atau gabungan dari tiga hal berikut : (1) apa yang ingin kita capai di masa depan, (2) apa yang ingin kita peroleh di masa depan, dan (3) kita ingin menjadi apa di masa depan. Visi yang jelas akan menjadi dasar untuk mengembangkan pernyataan misi yang komprehensif (David 2006). Visi akan dilengkapi dengan misi perusahaan yang menyatakan tujuan perusahaan ditinjau dari pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang terdiri dari pelanggan, karyawan, pemegang saham, pemerintah, pemasok perusahaan dan lain-lain. Misi adalah rumusan tentang apa yang harus kita kerjakan atau selesaikan. Pernyataan misi adalah deklarasi tentang alasan keberadaan sebuah organisasi. Pernyataan misi yang jelas adalah penting untuk merumuskan tujuan dan formulasi strategi yang efektif. Pernyataan misi ini menjawab pertanyaan : Apa Bisnis Kita? (David 2006). 3.1.6. Analisis Lingkungan Perusahaan Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang dapat mengenali dan memberi
interaksi
secara
menguntungkan
terhadap
kebutuhan,
serta
kecenderungan yang belum terpenuhi dalam lingkungan. Analisis lingkungan merupakan suatu proses yang digunakan perencana strategis untuk memonitor sektor lingkungan dalam menentukan peluang-peluang ataupun ancaman-ancaman terhadap perusahaan (Jauch dan Glueck 1988, diacu dalam Kristiyani 2008). Lingkungan perusahaan dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. 3.1.6.1. Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal merupakan tahap pengkajian faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan. Kekuatan merupakan suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan komparatif di dalam suatu industri yang berasal dari organisasi. Sedangkan kelemahan 33
merupakan keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber daya, keahlian dan kemampuan yang secara nyata menghambat aktivitas keragaan organisasi. Menurut David (2006), terdapat beberapa faktor yang diidentifikasi dalam lingkungan internal perusahaan, yaitu : 1) Manajemen Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut David (2006), terdapat lima fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian. 2) Pemasaran Pemasaran
dapat
dideskripsikan
sebagai
proses
mendefinisikan,
mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Menurut Kotler (1999), terdapat empat macam bauran pemasaran, yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi. 3) Keuangan/Akuntansi Dana dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Oleh karena itu, faktorfaktor yang harus diperhatikan dalam aspek keuangan/akuntansi, adalah kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang, beban yang harus ditanggung perusahaan sebagai upaya memperoleh modal tambahan, hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang saham, pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, pemantauan penyebab inefisiensi, dan sistem akunting yang andal (Umar 2008). 4) Produksi/Operasi Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa. Menurut David (2006), manajemen produksi/operasi terdiri atas lima area keputusan atau fungsi : proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja, dan kualitas. 5) Sumber Daya Manusia Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan 34
karyawan perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada aspek sumber daya manusia, antara lain langkah-langkah yang jelas mengenai manajemen SDM, keterampilan dan motivasi kerja, produktivitas, dan sistem imbalan (Umar 2008). 6) Penelitian dan Pengembangan Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk khususnya harus memiliki orientasi litbang yang kuat. Pengeluaran litbang ditujukan pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannnya untuk memperbaiki kualitas produk atau untuk memperbaiki proses produksi untuk menurunkan biaya. 3.1.6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memberikan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Pada umumnya lingkungan eksternal berada di luar kontrol perusahaan. Menurut Pearce dan Robinson (1997), lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan industri. 1) Lingkungan Jauh Menurut Pearce dan Robinson (1997) lingkungan jauh terdiri dari faktorfaktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu, yaitu faktor ekonomi, sosial, politik, dan faktor teknologi. a) Faktor Ekonomi Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu perusahaan beroperasi. Dalam perencanaan strategiknya, setiap perusahaan harus mempertimbangkan kecenderungan ekonomi di segmen-segmen yang mempengaruhi industri yang bersangkutan tersebut, misalnya pola konsumsi, ketersediaan kredit secara umum, tingkat penghasilan yang siap dibelanjakan (disposable income), kecenderungan belanja masyarakat (propensity to spend), suku bunga primer, laju inflasi, dan kecenderungan pertumbuhan PNB (Pearce dan Robinson 1997). 35
b) Faktor Sosial Faktor
sosial
yang
mempengaruhi
suatu
perusahaan
meliputi
kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup dari orang-orang di lingkungan ekstern perusahaan. Faktor sosial ini biasanya dikembangkan dari kondisi kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan kondisi etnik. Faktor sosial ini bersifat dinamik dan selalu berubah sebagai akibat upaya orang untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan masyarakat melalui pengendalian dan penyesuaian diri terhadap faktor-faktor lingkungan (Pearce dan Robinson 1997). c) Faktor Politik Arah dan stabilitas faktor-faktor politik merupakan pertimbangan penting bagi para manajer dalam merumuskan strategi perusahaan. Faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi yang membatasi operasi perusahaan. Kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui keputusan tentang perdagangan yang adil, Undang-Undang antitrust, program perpajakan, ketentuan upah minimum, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, batasan administrative dan tindakan-tindakan lainnya yang dimaksudkan untuk melindungi pekerja, konsumen, masyarakat umum, dan lingkungan. Karena pada umumnya peraturan dan undang-undang bersifat membatasi maka kedua elemen tersebut cenderung berpotensi untuk mengurangi laba perusahaan. Akan tetapi, beberapa tindakan politik juga dirancang untuk melindungi dan member manfaat bagi perusahaan, misalnya undang-undang paten, subsidi pemerintah, dan hibah dana riset produk. Jadi faktor politik dapat membatasi ataupun bermanfaat bagi perusahaan (Pearce dan Robinson 1997). d) Faktor Teknologi Faktor kelima dalam lingkungan jauh adalah perubahan teknologi. Untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi, perusahaan harus mewaspadai
perubahan
industrinya.
Adaptasi
teknologi teknologi
yang yang
mungkin kreatif
mempengaruhi
dapat
membuka 36
kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran (Pearce dan Robinson 1997). 2) Lingkungan Industri Model lima kekuatan Porter tentang analisis kompetitif merupakan pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam banyak industri. Menurut Porter, hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan, yaitu persaingan antar perusahaan
sejenis,
kemungkinan
masuknya
pesaing
baru,
potensi
pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen.
Pendatang baru Ancaman masuknya pendatang baru
Kekuatan tawarmenawar pemasok Persaingan di kalangan anggota industri
Pemasok Persaingan di antara perusahaan yang ada
Pembeli
Kekuatan tawarmenawar pembeli
Ancaman produk atau jasa pengganti Produk Pengganti
Gambar 4. Kekuatan-Kekuatan yang Mempengaruhi Persaingan Industri Sumber : Porter (1997)
a) Ancaman Masuknya Pendatang Baru Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan berimplikasi terhadap perusahaan yang sudah ada, seperti kapasitas akan bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, dan perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan ancaman bagi 37
perusahaan yang telah ada. Terdapat beberapa faktor penghambat pendatang baru untuk masuk ke dalam suatu industri yang sering disebut hambatan masuk. Faktor-faktor hambatan masuk yang dimaksud adalah : i)
Skala ekonomis Skala ekonomis menggambarkan turunnya biaya satuan (unit cost) suatu produk apabila volume absolut per periode meningkat. Skala ekonomis ini akan menghalangi masuknya pendatang baru dengan memaksa para pendatang baru tersebut untuk masuk pada skala besar dan menghadapi risiko adanya reaksi keras dari pesaing yang ada atau masuk dengan skala kecil dan beroperasi dengan biaya yang tidak menguntungkan.
ii) Diferensiasi produk Diferensiasi menciptakan hambatan masuk dengan memaksa pendatang baru mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi kesetiaan pelanggan yang ada. Kondisi ini biasanya akan berdampak terhadap kerugian di saat awal dan seringkali bertahan untuk waktu yang cukup panjang. iii) Kebutuhan modal Kebutuhan untuk menanamkan sumberdaya keuangan yang besar agar mampu bersaing akan menciptakan hambatan masuk bagi pemain baru, terutama jika modal tersebut diperlukan untuk periklanan di saat awal yang tidak dapat kembali atau untuk kegiatan riset dan pengembangan yang penuh risiko. iv) Biaya beralih pemasok Biaya beralih pemasok adalah biaya satu kali yang harus dikeluarkan pembeli apabila berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk pemasok lainnya. Jika biaya peralihan ini tinggi maka pendatang baru harus menawarkan penyempurnaan yang besar dalam hal biaya atau prestasi agar pembeli mau beralih dari pemasok lama. v)
Akses ke saluran distribusi Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhan dari pendatang baru untuk mengamankan distribusi produknya. Apabila 38
saluran distribusi untuk produk tersebut telah dikuasi oleh perusahaan yang sudah mapan, perusahaan baru mungkin sulit memasuki saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun saluran sendiri. vi) Biaya tak menguntungkan terlepas dari skala Perusahaan yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri. Adapun keunggulan-keunggulan yang dimaksud adalah teknologi produk milik sendiri, pengusaan atas bahan baku, lokasi yang menguntungkan, subsidi pemerintah, dan kurva belajar atau pengalaman. b) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Pemasok dapat mempengaruhi para peserta industri melalui kemampuan pemasok untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk atau jasa yang dibeli. Pemasok dikatakan memiliki data tawar yang kuat apabila pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih terkonsentrasi daripada industri dimana mereka menjual, pemasok tidak menghadapi produk pengganti lain untuk dijual kepada industri, industri bukan merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok pemasok, produk pemasok merupakan input penting bagi bagi bisnis pembeli, produk pemasok terdiferensiasi atau pemasok telah menciptakan biaya peralihan, dan kelompok pemasok memperlihatkan ancaman yang meyakinkan untuk melakukan integrasi maju. c) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli Para pembeli dapat bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga turun, meningkatkan mutu produk, dan pelayanan yang lebih baik. Kelompok pembeli dikatakan kuat jika kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah besar, produk yang dibeli merupakan bagian dari biaya atau pembelian yang cukup besar dari pembeli, produk yang dibeli standar atau tidak terdiferensiasi, pembeli mendapat laba kecil, pembeli menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik, produk industri
39
tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli, dan pembeli memiliki informasi lengkap. d) Ancaman Produk Substitusi Perusahaan-perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan bersaing pula dengan produk pengganti. Ancaman produk substitusi kuat jika konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit atau produk substitusi memiliki harga yang lebih murah tapi dengan kualitas sama bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri. e) Persaingan di Antara Perusahaan Sejenis Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Tingkat persaingan dalam industri dipengaruhi oleh jumlah competitor, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya tetap yang besar, kapasitas, dan hambatan keluar. 3.1.7. Matriks IFE dan EFE Matriks IFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki unit yang dianalisis. Matriks EFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal dan mengukur sejauh mana peluang dan ancaman yang dihadapi unit yang dianalisis. 3.1.8. Matriks IE Matriks IE terdiri dari dua dimensi yaitu total skor yang diperoleh dari matriks IFE pada sumbu x dan total skor dari matriks EFE pada sumbu y. Matriks ini terdiri dari tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda, yaitu : 1) Tumbuh dan Kembangkan (Grow and Build) Jika perusahaan berada pada sel I, II, dan IV. Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal).
40
2) Pelihara dan Pertahankan (Hold and Maintain) Jika perusahaan berada pada sel III, V, dan VII. Strategi yang dapat dianjurkan adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3) Tuai atau Divestasi Jika perusahaan berada pada sel VI, VIII, dan IX. Strategi yang dapat dianjurkan adalag strategi divestasi. 3.1.9 Matriks SWOT Menurut Rangkuti (2008), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Melalui analisis ini, perusahaan diharapkan dapat menyusun berbagai alternatif strategi berdasarkan kombinasi antara faktor kekuatan, kelemahan, peluang, adan ancaman. Matriks SWOT adalah alat yang penting bagi seorang manajer dalam mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (Strenghts-Opportunities), WO (Weaknesses-Threats), ST (Strenghts-Threats), dan WT (Weaknesses-Threats). 3.1.10. Matriks QSP (QSPM) QSPM adalah alat analisis yang digunakan untuk mengindentifikasi alternatif strategi mana yang terbaik. QSPM menggunakan input dari analisis tahap pertama, yaitu matriks IFE dan EFE serta input dari hasil pencocokan pada tahap kedua, misalnya matriks IE atau matriks SWOT untuk menentukan secara objektif di antara alternatif strategi. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan sejauh mana faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masingmasing faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal. Adapun keunggulan QSPM antara lain set strategi dapat dievaluasi secara bertahap atau bersama-sama; tidak ada batasan untuk jumlah strategi yang dapat dievaluasi atau jumlah set strategi yang dapat dievaluasi; membutuhkan penyusun strategi untuk mengintegrasikan faktor internal dan eksternal yang relevan ke dalam proses keputusan; penggunaan QSPM dapat diadaptasikan untuk diaplikasikan oleh organisasi kecil, besar, berorientasi laba maupun nirlaba, dan 41
dapat diaplikasikan untuk hampir semua tipe organisasi. Akan tetapi, disamping memiliki kelebihan, QSPM juga memiliki keterbatasan, yaitu QSPM selalu membutuhkan penilaian intuitif dan asumsi yang mendasar, serta QSPM hanya dapat bermanfaat sebagai informasi pendahuluan dan analisis pencocokan yang mendasari penyusunannya. 3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional Bertambahnya jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal maka bertambah
pula jenis roti yang diproduksi. Skala usahanya pun semakin beragam, mulai dari skala rumah tangga, usaha kecil, menengah, sampai skala usaha besar. Kondisi ini berimplikasi pada tingkat persaingan yang semakin tinggi diantara produsen roti. Adanya persaingan dalam industri roti (bakery) ini menjadi salah satu faktor bagi Bagas Bakery untuk mampu mempertahankan pangsa pasarnya mengingat kapasitas produksi Bagas Bakery yang belum mampu mengatasi kelebihan permintaan konsumen. Oleh karena itu, Bagas Bakery perlu merumuskan strategi pengembangan usaha yang tepat agar mampu bertahan dalam lingkungan industri yang selalu berubah. Sebelum merumuskan strategi pengembangan usaha, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengindentifikasi visi, misi, dan tujuan perusahaan. Hal ini karena strategi yang nantinya dibuat harus sesuai dengan visi, misi, dan tujuan perusahaan sehingga harapannya strategi yang dihasilkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan perusahaan dalam mengatasi permasalahan yang ada. Langkah selanjutnya, yaitu mengidentifikasi lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan. Proses identifikasi dalam lingkungan internal diperlukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan sedangkan proses identifikasi lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui peluang dan ancaman perusahaan. Analisis lingkungan internal diperoleh melalui kajian bidang manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi dan operasi, sumberdaya manusia, serta penelitian dan pengembangan. Untuk lingkungan internal ini dianalisis melalui matriks IFE. Analisis lingkungan eksternal, meliputi lingkungan jauh dan lingkungan industri. Lingkungan jauh meliputi faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan 42
yaitu faktor ekonomi, sosial, politik, dan faktor teknologi, sedangkan lingkungan industri meliputi persaingan antar perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen. Untuk lingkungan eksternal ini dianalisis melalui matriks EFE. Tahap ini disebut dengan tahap input. Langkah selanjutnya, yaitu tahap pencocokan yang menggunakan matriks IE dan matriks SWOT. Tujuan penggunaan matriks IE ialah untuk mengetahui posisi perusahaan yang terdapat pada sembilan sel di matriks IE. Selanjutnya, setelah mengetahui posisi perusahaan yang diperoleh dari matriks IE, harapannya alternatif-alternatif strategi yang dibuat pada matriks SWOT tidak bertolak belakang dengan alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks IE. Kemudian dilakukan tahap keputusan untuk merumuskan alternatif strategi mana yang terbaik. Adapun alat analisis yang digunakan dalam tahap keputusan adalah matriks QSP. Pemilihan matriks QSP dilakukan dengan melihat faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman serta bobot yang telah ditetapkan pada tahap pertama dengan alternatif strategi sebagai hasil dari tahap kedua. Secara lebih lengkap, kerangka pemikiran operasional ditunjukkan pada Gambar 5.
43
Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat yang berimplikasi pada tingkat persaingan yang semakin ketat
Kapasitas produksi Bagas Bakery yang belum mampu mengatasi kelebihan permintaan konsumen
Perlunya perumusan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi Bagas Bakery
Identifikasi visi, misi, dan tujuan Bagas Bakery
• • • • • •
Analisis lingkungan internal melaui matriks IFE Manajemen Pemasaran Keuangan/akuntansi Produksi dan operasi Sumberdaya manusia Penelitian dan pengembangan
Analisis lingkungan eksternal melaui matriks EFE a. Lingkungan Jauh • Faktor politik • Faktor ekonomi • Faktor sosial • Faktor teknologi b. Linkungan Industri • persaingan antar • • • •
perusahaan sejenis Masuknya pesaing baru Produk substitusi Kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok Kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen.
Tahap pencocokan melalui matriks IE dan matriks SWOT Tahap Keputusan melalui matriks QSP Strategi pengembangan usaha Bagas Bakery
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional 44
IV METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bagas Bakery yang terletak di Desa
Kutoharjo RT 01/RW 01, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Bagas Bakery merupakan salah satu produsen roti di Kabupaten Kendal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2009, yaitu mulai dari pembuatan proposal sampai penyerahan skripsi. 4.2.
Metode Penentuan Sampel Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling, dimana pemilihan responden dipilih secara sengaja. Respoden yang digunakan penelitian ini terdiri dari pihak internal dan pihak eksternal. Pihak internal meliputi pemilik Bagas Bakery sekaligus merangkap bagian pemasaran, istri pemilik sekaligus pengelola keuangan, dan pengawas produksi. Pemilihan responden internal dilakukan dengan alasan bahwa para responden tersebut dapat mewakili Bagas Bakery dan memiliki wewenang mengenai data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pihak eksternal meliputi Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal (satu orang) dan Kepala bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Kendal (satu orang). Pemilihan responden eksternal didasarkan bahwa para pihak tersebut mengetahui kondisi atau lingkungan bisnis di Kabupaten Kendal. Adanya keterlibatan pihak eksternal dalam penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. 4.3.
Desain Penelitian Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain penelitian juga menunjukkan cara menggunakan variabel-variabel secara efisien dan ekonomis. Dalam desain penelitian ini, metode yang digunakan ialah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah pencarian fakta-fakta dengan interpretasi yang tepat (Whitney dalam Nazir, 2005). Adapun metode deskriptif yang diterapkan selama pelaksanaan penelitian adalah metode kasus (case study). Metode kasus adalah prosedur dan 45
teknik penelitian tentang subjek yang diteliti berupa individu, lembaga, kelompok atau masyarakat, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara rinci tentang latar belakang, sifat-sifat, karakter-karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu yang kemudian akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif melalui metode kasus dilakukan untuk mendeskripsikan gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah dan perkembangan perusahaan; visi, misi, dan tujuan perusahaan; struktur perusahaan; karakteristik produk yang dihasilkan; fasilitas usaha; sumber daya perusahaan baik sumber daya fisik, sumber daya manusia, maupun sumber daya keuangan, produksi dan operasi serta pemasaran. Analisis ini bertujuan untuk menunjukkan kondisi riil perusahaan. Adapun hasil informasi yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabulasi, gambar, maupun grafik. 4.4.
Data dan Instrumentasi Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengamatan (observasi) di lapangan, wawancara, dan pengisian kuesioner oleh responden terpilih. Data sekunder diperoleh dari data-data perusahaan, artikel atau literatur yang terkait dengan topik penelitian ini, serta instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian yang akan dikaji, misalnya Badan Pusat Statistik, Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal, serta Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Kendal. 4.5.
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu mulai dari bulan
Januari sampai Maret 2009. Data ini digunakan baik untuk pembuatan proposal maupun pembuatan skripsi. Metode yang digunakan selama pengumpulan data, antara lain metode observasi langsung, wawancara, kuesioner, maupun browsing internet.
46
4.6.
Metode Pengolahan Data Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis deskriptif, dan
analisis lingkungan perusahaan melalui analisis tiga tahap formulasi strategi. Alat bantu analisis yang digunakan untuk merumuskan strategi adalah matriks faktor internal (IFE), matriks faktor eksternal (EFE), matriks IE, analisis SWOT, dan matriks QSP (QSPM). 4.6.1. Analisis Lingkungan Perusahaan Menurut David (2006), untuk menganalisis lingkungan perusahaan baik lingkungan internal maupun lingkungan eksternal dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap input (input stage), tahap pencocokan (matching stage), dan tahap keputusan (decision stage). 1) Tahap Input Tahap input bertugas menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi-strategi. Dalam penelitian ini, tahap input menggunakan matriks IFE dan matriks EFE. a) Matriks IFE Matriks IFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Adapun tahapan kerja dalam membuat matriks IFE adalah sebagai berikut : i)
Identifikasi
faktor
wawancara
atau
internal perusahaan diskusi
dengan
kemudian,
responden
dilakukan
terpilih
untuk
menentukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan kondisi internal perusahaan saat ini. ii) Penentuan bobot pada analisis internal perusahaan dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih dengan menggunakan metode paired comparison. Untuk menentukan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3. 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal 47
Tabel 6. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Perusahaan Faktor Strategi Internal A
A
B
C
D
.
Total
Bobot
B C D .. Total Sumber : Kinnear dan Taylor (2001) dalam Budi (2008)
Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap veriabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :
Keterangan : = bobot variabel ke-i Xi = nilai variabel ke-i i = 1,2,3, . = jumlah variabel
Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan kelemahan internal, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 48
iii) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama (peringkat = 1) atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat = 3) atau kelemahan mayor (peringkat = 4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Peringkat adalah berdasarkan perusahaan, dimana bobot di langkah dua adalah berdasarkan industri. iv) Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE 3,0
4,0 berarti kondisi internal perusahaan tinggi
atau kuat, kemudian jika 2,0
2,99 berarti kondisi internal
perusahaan rata-rata atau sedang dan 1,0
1,99 berarti kondisi
internal perusahaan rendah atau lemah. Tabel 7. Matriks IFE Faktor-Faktor Internal Kunci Kekuatan :
Bobot
Peringkat
Skor (Bobot x Peringkat)
1. 2. . 10. Kelemahan : 1. 2.
10. Total
1,00
Sumber : David (2006)
49
b) Matriks EFE Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, social, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri dimana perusahaan berada, dan data ekternal relevan lainnya. Seperti halnya tahapan kerja pada matriks IFE, berikut ini merupakan tahapan kerja dalam membuat matriks EFE : i)
Identifikasi faktor eksternal perusahaan kemudian, dilakukan wawancara
atau
diskusi
dengan
responden
terpilih
untuk
menentukan apakah faktor-faktor tersebut telah sesuai dengan kondisi eksternal perusahaan saat ini. ii) Penentuan bobot pada analisis eksternal perusahaan dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden terpilih dengan
menggunakan
metode
paired
comparison.
Untuk
menentukan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, dan 3. 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertical Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Perusahaan Faktor Strategi Eksternal A
A
B
C
D
.
Total
Bobot
B C D .. Total Sumber : Kinnear dan Taylor (2001) dalam Budi (2008)
50
Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap veriabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :
Keterangan : = bobot variabel ke-i Xi = nilai variabel ke-i i = 1,2,3, . = jumlah variabel
Adapun bobot yang diberikan berkisar 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah peluang dan ancaman, faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja perusahaan harus diberikan bobot yang paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. iii)
Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor peluang atau ancaman, yaitu : 1 = sangat rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut rendah 2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan ratarata) 3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas rata-rata 51
4 = sangat tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut superior iv) Nilai dari pembobotan kemudian dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan akan berkisar antara 1 sampai 4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan EFE 3,0
4,0 berarti perusahaan merespon kuat
terhadap peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan, kemudian jika 2,0
2,99 berarti perusahaan merespon sedang
terhadap peluang dan ancaman yang ada dan 1,0
1,99 berarti
perusahaan tidak dapat merespon peluang dan ancaman yang ada. Tabel 9. Matriks EFE Faktor-Faktor Eksternal Kunci Peluang :
Bobot
Peringkat
Skor (Bobot x Peringkat)
1. 2. . 10. Ancaman : 1. 2.
10. Total
1,00
Sumber : David (2006)
2) Tahap Pencocokan Tahap pencocokan berlandaskan pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokkan peluang dan ancaman ekternal dengan kekuatan dan
kelemahan
internal.
Dalam
penelitian
ini,
tahap
pencocokan
menggunakan matriks IE kemudian dilanjutkan dengan matriks SWOT. 52
a) Matriks Internal-Eksternal (IE) Matriks IE didasari pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y. Pada sumbu x dari matriks IE menggambarkan posisi internal dimana total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Sedangkan pada sumbu y dari matriks IE menggambrkan posisi eksternal dimana dimana total rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 hingga 2,99 adalah menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Berikut ini merupakan ilustrasi mengenai matriks IE (Gambar 6).
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG IFE Kuat 3,0 - 4,0 3,0
4,0 Tinggi 3,0 - 4,0
Rata-rata 2,0 2,99
Lemah 1,0 1,99 2,0
1,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VII
IX
3,0 Menengah 2,0 2,99 2,0 Rendah 1,0 1,99 1,0
Gambar 6. Matriks Internal Eksternal (IE) Sumber : David (2006)
Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Pertama, rekomendasi untuk divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan kembangkan. Strategi yang sesuai untuk posisi tersebut adalah strategi intensif atau strategi integratif. Kedua, divisi yang masuk dalam sel III, 53
V, atau VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua strategi yang umum dipakai untuk divisi tipe ini. Ketiga, rekomendasi yang umum diberikan untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX adalah tuai atau divestasi. Strategi yang sering dipakai untuk tipe ini adalah strategi divestasi, strategi diversifikasi konglomerat, dan strategi likuidasi. b) Matriks SWOT Matriks
Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman
(Matriks
SWOT)
merupakan alat yang penting untuk membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (strengths-opportunities), WO (weaknesessopportunities), ST (strengths-threats), dan WT (weaknesess-threats). i)
Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal.
ii) Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. iii) Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. iv) Strategi WT adalah taktik defensive yang diarahkan pada pengurangan
kelemahan
internal
dan
menghindari
ancaman
eksternal. Penyajian yang sistematis dari matriks SWOT terdapat pada gambar 7. Untuk membuat matriks SWOT terdapat delapan langkah yang harus dilakukan, yaitu : i)
Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan
ii) Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan iii) Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan iv) Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan v) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat strategi SO dalam sel yang ditentukan vi) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat strategi WO dalam sel yang ditentukan 54
vii) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat strategi ST dalam sel yang ditentukan viii) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat strategi WT dalam sel yang ditentukan KEKUATAN (STRENGTHS S)
KELEMAHAN (WEAKNESESS - W)
Biarkan selalu kosong
PELUANG (OPPORTUNITIES
STRATEGI SO
STRATEGI WO
O)
Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
ANCAMAN (THREATS - T)
STRATEGI ST
Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang
STRATEGI WT
Meminimalkan kelemahan dan hindari ancaman
Gambar 7. Matriks SWOT Sumber : David (2006)
3) Tahap Keputusan Setelah beberapa alternatif strategi dihasilkan dari tahap pencocokan maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah tahap keputusan. Menurut 55
David (2006), terdapat satu teknik yang dapat digunakan untuk merumuskan alternatif strategi mana yang terbaik. Teknik ini adalah Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategy Planning Matrix
QSPM). QSPM
menggunakan input dari dari analisis tahap satu dan hasil pencocokan dari analisis tahap dua untuk menentukan secara objektif di antar alternatif strategi. QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif
strategi
secara
objektif,
berdasarkan
faktor
keberhasilan kunci internal dan kunci eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Berikut ini merupakan enam langkah yang dibutuhkan untuk mengembangkan QSPM. a) Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal kunci perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini harus diambil secara langsung dari matriks EFE dan IFE. Minimum sepuluh faktor keberhasilan kunci eksternal dan sepuluh faktor keberhasilan kunci internal harus dimasukkan dalam QSPM. b) Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot tersebut sama dengan yang ada pada IFE dan EFE. c) Evaluasi matriks SWOT dan identifikasi alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan. d) Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores
AS). Nilai Daya Tarik
ditentukan dengan mengevaluasi masing-masing faktor internal atau eksternal kunci. Berikan Nilai Daya Tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 = sangat menarik. e) Hitung Total Nilai Daya Tarik (Total Attractiveness Scores TAS). Total Nilai Daya Tarik didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot (langkah dua) dengan Nilai Daya Tarik (langkah empat) dalam masingmasing baris. Total Nilai Daya Tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing alternatif strategi dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal yang terdekat. Semakin tinggi Total Nilai Daya Tarik, semakin menarik alternatif strategi tersebut.
56
f) Hitung Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik. Tambahkan Total Nilai Daya Tarik dalam masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan Total Nilai Daya Tarik (STAS) menunjukkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai STAS yang paling tinggi berarti strategi tersebut yang paling layak diaplikasikan dalam perusahaan. Tabel 10. Matriks QSP (QSPM) Alternatif Strategi Faktor Kunci
Nilai RataRata
Strategi 1 AS
TAS
Strategi 2 AS
TAS
Strategi 3 AS
TAS
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Total Sumber : David (2006)
57
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1.
Sejarah Pendirian Bagas Bakery Bagas Bakery merupakan salah satu produsen roti di Kabupaten Kendal.
Usaha ini didirikan oleh Bapak Samsudin bersama istrinya, Ibu Junarti pada tahun 1998. Pendirian usaha roti oleh Bapak Samsudin dilatarbelakangi oleh keinginannya untuk memperbaiki kehidupan keluarga. Hal ini karena sebelum Bapak Samsudin memiliki usaha roti, beliau hanya merupakan karyawan swasta dengan penghasilan yang tidak terlalu besar. Oleh karena itu, Bapak Samsudin berencana untuk memiliki suatu usaha yang nantinya mampu memberikan tambahan penghasilan bagi keluarganya. Akhirnya, beliau memutuskan untuk mendirikan usaha roti karena termotivasi oleh keluarganya yang berada di daerah Yogyakarta yang berhasil mengembangkan usaha roti bolu. Oleh karena itu, pada awal pendirian usahannya, Bagas Bakery berupaya untuk mengembangkan dan memproduksi roti bolu di Kabupaten Kendal. Adapun kapasitas produksi Bagas Bakery pada saat awal berdirinya ialah sekitar satu sak tepung terigu atau 25 kg tepung terigu, namun kegiatan produksi ini tidak dilakukan setiap hari. Kondisi ini disebabkan oleh belum adanya pelanggan tetap yang membeli produk Bagas Bakery. Untuk memasarkan produk Bagas Bakery, biasanya dengan cara menitipkan ke warung-warung atau toko makanan yang ada di Kabupaten Kendal. Seiring berjalannya waktu, usaha roti yang didirikan oleh Bapak Samsudin beserta dukungan istrinya semakin berkembang dan daerah pemasarannya pun bertambah luas, yaitu hampir di seluruh Kabupaten Kendal. Untuk mendukung pemasaran produk Bagas Bakery, khususnya dalam meyakinkan pembeli bahwa produk yang dijualnya tersebut aman dikonsumsi, maka pada tahun 2003 pihak Bagas Bakery mengajukan nomor PIRT ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal. Akan tetapi karena prosedur yang lama dalam proses registrasi tersebut, akhirnya pihak Bagas Bakery baru mendapat nomor PIRT pada tahun 2006 dengan nomor seri yaitu P-IRT NO. 206332401216. Jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery termasuk dalam kategori roti manis. Saat ini jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery ada lima, yaitu roti bolu, roti sobek, roti pia, roti pisang, dan roti cokelat. Disamping jenis roti yang 58
diproduksi oleh Bagas Bakery semakin beragam, maka saat ini Bagas Bakery juga telah memiliki beberapa agen atau sales untuk memasarkan produknya. Selain itu, berbeda dengan saat awal berdirinya Bagas Bakery yang masih menggunakan peralatan sederhana dan tradisional, maka saat ini untuk menunjang proses produksinya, Bagas Bakery telah menggunakan beberapa peralatan modern yang cara kerjanya tidak menggunakan tenaga manusia, misalnya mesin penggiling dengan kapasitas 25 kg serta mesin mixer untuk mengaduk cokelat sebagai salah satu isi roti. Penjualan Bagas Bakery pun semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari permintaan pasar terhadap produk roti Bagas Bakery yang semakin tinggi. Oleh karena itu, dalam rangka pengelolaan Bagas Bakery yang lebih terorganisir maka saat ini Bapak Samsudin memutuskan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya sehingga lebih fokus dan memiliki waktu lebih banyak untuk mengembangkan usaha Bagas Bakery. Saat ini kemampuan Bagas Bakery dalam mengolah tepung terigu menjadi roti sekitar 650 kg tepung terigu per hari. Kapasitas tersebut dinilai kurang karena jika ingin memenuhi permintaan pasar maka Bagas Bakery harus mampu meningkatkan kapasitas produksinya dalam mengolah tepung terigu menjadi roti, yaitu sekitar 750 kg tepung terigu per hari. Keterbatasan Bagas Bakery dalam mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk rotinya karena adanya keterbatasan mesin produksi dan tempat produksi. 5.2.
Lokasi Perusahaan Bagas Bakery terletak di Jalan Kyai Guru Asyari Mranggen, Desa
Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Lokasi ini merupakan tempat produksi Bagas Bakery sementara tempat tinggal pemilik usaha berada di samping lokasi produksi. Adapun luas bangunan tempat usaha sekitar 150 m2. Lokasi produksi yang dimiliki oleh Bagas Bakery ini dapat dikatakan strategis karena berada dekat dengan jalan raya dan dapat dilalui alat transportasi dengan mudah. Oleh karena itu, dengan lokasi strategis yang dimiliki oleh Bagas Bakery dapat memudahkan selama pengangkutan barang dan mendukung kelancaran usaha.
59
5.3.
Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan Pada dasarnya, Bagas Bakery belum memiliki pernyataan secara tertulis
mengenai visi, misi, dan tujuan perusahaan. Akan tetapi secara umum ketiga hal tersebut telah tersirat dalam wawancara dengan pemilik Bagas Bakery. Visi merupakan apa yang ingin kita capai, apa yang ingin kita peroleh, dan kita ingin menjadi apa di masa depan. Sedangkan misi menyatakan langkah apa yang harus dilakukan atau dikerjakan. Visi akan dilengkapi dengan misi perusahaan yang menyatakan tujuan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik Bagas Bakery, maka pernyataan mengenai visi dan misi Bagas Bakery tersirat dalam slogan perusahaan yang terdapat pada kemasan kardus pembungkus produk Bagas Bakery, yaitu Anda Puas Kami Bangga, Anda Senang Beritahu Teman . Jadi dapat digambarkan bahwa visi Bagas Bakery adalah menjadi produsen roti yang memiliki kualitas terbaik sehingga mampu menciptakan loyalitas di hati pelanggan. Sedangkan misi Bagas Bakery adalah mengutamakan kualitas baik dari segi rasa, variasi bentuk, variasi ukuran, serta kualitas pelayanan terhadap pelanggan. Berdasarkan visi dan misi Bagas Bakery tersebut, maka tujuan perusahaan adalah dapat memperbaiki perekonomian keluarga pada khususnya dan mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar pada umumnya. Usaha roti merupakan salah satu usaha makanan jadi yang mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang bekerja pada Bagas Bakery mencapai 51 orang, dimana hampir 80 persen tenaga kerjanya merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi Bagas Bakery dan sisanya, 20 persen berasal dari luar Kabupaten Kendal. Oleh karena itu, keberadaan Bagas Bakery tidak hanya menguntungkan secara finansial bagi pemilik usaha, tetapi juga menguntungkan secara sosial bagi masyarakat di sekitar lokasi produksi. 5.4.
Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi suatu perusahaan menggambarkan suatu hubungan
tanggung jawab dan wewenang yang ada pada suatu perusahaan. Selain itu, struktur organisasi juga menggambarkan pembagian kerja dari suatu aktifitas tertentu guna kelancaran usaha yang sedang dijalankan oleh suatu perusahaan. 60
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, Bagas Bakery belum memiliki struktur organisasi secara tertulis, akan tetapi secara umum gambaran mengenai struktur organisasi Bagas Bakery telah tersirat dalam wawancara dengan pemilik usaha. Gambaran umum mengenai struktur organisasi Bagas Bakery dapat dilihat pada Gambar 8. PEMILIK
BAG. KEUANGAN
Karyawan
Karyawan
BAG. PEMASARAN
BAG. PRODUKSI
Karyawan
Karyawan
Karyawan
Gambar 8. Struktur Organisasi Bagas Bakery Sumber : Data Primer
Gambar 8 menunjukkan bahwa struktur organisasi Bagas Bakery termasuk tipe organisasi fungsional, dimana pihak Bagas Bakery telah melakukan pembagian tugas dalam operasionalisasinya meskipun pembagian kerja tersebut masih terlihat sederhana. Pemilik Bagas Bakery adalah Bapak Samsudin yang bertugas sebagai pengelola utama dan bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan yang terkait dengan seluruh aktivitas perusahaan. Selain sebagai pengelola utama, Bapak Samsudin juga bertanggung jawab terhadap pemasaran produk Bagas Bakery sehingga hal-hal yang berkaitan dengan agen atau sales Bagas Bakery menjadi tenggung jawab Bapak Samsudin. Keberhasilan Bapak Samsudin dalam mengembangkan Bagas Bakery juga tidak terlepas dari dukungan istrinya, yaitu Ibu Junarti. Dalam pengelolaan Bagas Bakery ini, Ibu Junarti bertugas sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap segala hal yang berkaitan dengan masalah keuangan Bagas Bakery, misalnya pembayaran upah karyawan, pengadaan bahan baku, kasir, serta keluar masuk arus kas keuangan Bagas Bakery. Untuk bagian 61
produksi, pihak yang bertanggung jawab terhadap proses produksi roti adalah Bapak Sobari. Dalam proses produksi ini, Bapak Sobari bertanggung jawab untuk mengawasi
aktivitas
produksi
mulai
dari
penggilingan,
penimbangan,
pengepresan, pencetakan, pemasakan melalui oven, dan pengemasan roti dengan menggunakan pembungkus plastik atau kardus untuk roti pesanan. Karyawan pada Bagas Bakery hampir sebagian besar bertugas dalam proses produksi pembuatan roti, hal ini karena bidang produksi adalah bagian yang paling banyak membutuhkan tenaga kerja manusia, meskipun ada beberapa bagian pada bidang produksi yang telah menggunakan peralatan modern, yaitu proses penggilingan dan pencampuran adonan. Biasanya dalam menjalankan aktivitas perusahaan, hubungan antara pemilik Bagas Bakery dengan karyawannya lebih bersifat hubungan kekeluargaan sehingga hubungan yang terbentuk antara pemilik dan karyawan lebih cenderung ke arah hubungan yang informal.
62
VI ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN Analisis lingkungan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen strategis yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan perusahaan. Pada umumnya lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan industri. 6.1.
Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal merupakan lingkungan yang berada di dalam
perusahaan serta berpengaruh langsung terhadap arah dan tindakan perusahaan. Analisis lingkungan internal dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Bagas Bakery. Faktor-faktor internal yang dianalisis meliputi aspek manajemen, pemasaran, keuangan dan akuntansi, produksi dan operasi, sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan. 6.1.1. Manajemen Untuk menganalisis fungsi manajemen usaha Bagas Bakery, terdapat beberapa
aspek
yang
perlu
dikaji,
antara
lain
aspek
perencanaan,
pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan aspek pengendalian. 1) Perencanaan Saat ini usaha roti Bagas Bakery belum memiliki perencanaan tertulis baik untuk jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Hal ini terlihat dari belum adanya pernyataan visi, misi, dan tujuan perusahaan yang dirumuskan secara tertulis, jelas, dan spesifik. Meskipun demikian, kondisi ini tidak mempengaruhi pemilik Bagas Bakery untuk mengembangkan usahanya. Hal ini terlihat dari keputusan yang diambil oleh pemilik Bagas Bakery pada saat akan meningkatkan produksi rotinya, dimana memperhatikan permintaan pasar tehadap produk Bagas Bakery. Biasanya jika jumlah agen dan sales serta konsumen Bagas Bakery semakin bertambah, maka dilakukan peningkatan produksi roti. Oleh karena itu, saat ini penjualan produk Bagas Bakery semakin meningkat, bahkan cenderung terjadi kelebihan permintaan pasar. 63
2) Pengorganisasian Struktur organisasi Bagas Bakery seperti yang terlihat pada Gambar 9 menunjukkan bahwa posisi manajemen puncak dipegang langsung oleh pemilik, dimana pada posisi ini pemilik bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan strategis yang terkait dengan kelancaran usaha dan sekaligus bertanggung jawab terhadap bidang pemasaran. Untuk bagian keuangan ditempati oleh istri pemilik Bagas Bakery, dimana pada posisi ini istri pemilik bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan perusahaan mulai dari pembayaran upah karyawan, persediaan bahan baku, kasir, dan berbagai hal yang terkait dengan arus keluar masuk keuangan perusahaan. Sedangkan pihak yang diberi wewenang oleh pemilik untuk bertanggung jawab pada bidang produksi berasal dari luar keluarga, dimana pada posisi ini bertugas untuk mengawasi jalannya proses pembuatan roti mulai dari penggilingan, penimbangan, pencetakan, pemasakan melalui oven, dan pengemasan. Dalam menjalankan operasionalisasi perusahaan, pemilik Bagas Bakery menerapkan pendekatan top down, dimana seluruh komando dilakukan langsung oleh pemilik usaha kemudian unit-unit di bawahnya hanya melaksanakan hal-hal yang telah direncanakan. 3) Pemberian Motivasi Meskipun pendekatan yang dilakukan oleh pemilik Bagas Bakery lebih bersifat top down dalam operasionalisasi perusahaan, akan tetapi pemilik tidak menganggap karyawan sebagai bawahan melainkan sebagai rekan kerja. Hal ini karena peran serta karyawan juga terlibat dalam keberhasilan suatu usaha. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh pemilik untuk meningkatkan motifasi karyawan adalah dengan cara melibatkan diri (pemilik bersama istri pemilik) untuk ikut serta dalam proses produksi. Pemberian motivasi terhadap karyawan penting dilakukan karena terkait dengan loyalitas para karyawan terhadap perusahaan sehingga para karyawan tersebut tetap merasa nyaman selama bekerja. 4) Pengelolaan Staf Pengelolaan staf dalam sebuah perusahaan terkait dengan budaya atau iklim kerja yang diterapkan oleh perusahaan tertentu. Budaya atau iklim kerja 64
adalam kumpulan nilai, harapan serta kebiasaan masing-masing orang yang ada di perusahaan tersebut yang pada umumnya tetap dipertahankan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam Bagas Bakery, budaya atau iklim kerja yang terjadi lebih cenderung ke arah kekeluargaan. Oleh karena itu, komunikasi yang terjalin antara pemilik Bagas Bakery kepada para karyawannya tidak bersifat kaku sehingga kondisi seperti ini memudahkan pemilik dalam memberikan tugas kepada karyawan atau sebaliknya, jika para karyawan ingin menyampaikan sesuatu kepada pemilik yang terkait dengan masalah kerja. 5) Pengendalian Pada umumnya pihak Bagas Bakery melakukan pengendalian hanya terbatas pada bidang produksi saja, khususnya dalam hal pengadaan bahan baku dan pengolahan. Pengendalian dalam hal pengadaan bahan baku penting dilakukan karena terkait langsung dengan proses produksi pembuatan roti sehingga kontinuitas pembuatan roti tetap terjaga. Sama halnya dengan pengadaan bahan baku, pengendalian dalam pengolahan juga penting dilakukan karena terkait dengan kualitas atau mutu roti yang dihasilkan. Oleh karena itu, untuk menjaga kualitas roti biasanya pihak Bagas Bakery melakukan sortasi terhadap roti yang dihasilkan. Proses sortasi dilakukan setelah pengovenan atau roti matang. 6.1.2. Pemasaran Pemasaran
merupakan
proses
mendefinisikan,
mengantisipasi,
menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa. Pemasaran terkait dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk, harga, distribusi, dan aspek promosi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing bauran pemasaran pada Bagas Bakery : 1) Produk Jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery termasuk roti manis, yaitu roti yang mempunyai cita rasa manis yang menonjol, bertekstur empuk, dan diberi bermacam-macam isi. Produk roti yang dijual oleh Bagas Bakery tidak hanya terdiri dari satu macam saja, namun saat ini Bagas Bakery telah memproduksi lima macam roti dengan variasi ukuran dan bentuk yang 65
berbeda, yaitu roti bolu, roti pia, roti sobek, roti pisang, dan roti cokelat. Aneka macam roti yang dihasilkan oleh Bagas Bakery merupakan salah satu hal yang membedakan Bagas Bakery dengan produsen roti lainnya. Selain melakukan variasi bentuk dan ukuran, pihak Bagas Bakery juga selalu mengutamakan kualitas rasa terhadap setiap produk yang dijualnya. Kualitas rasa ini dapat dilihat dari tekstur roti atau bahan baku yang digunakan untuk pembuatan roti Bagas Bakery. Hal inilah yang dilakukan oleh Bagas Bakery terhadap produk rotinya, dimana kualitas rasa menjadi faktor penting yang menjadi perhatian Bagas Bakery. Bagas Bakery merupakan nama perusahaan sekaligus nama merek dari roti yang dihasilkan. Pemberian nama Bagas Bakery diambil dari nama anak sulungnya, dimana kata bagas berarti sehat, sehingga jika diimplemantasikan arti kata Bagas Bakery adalah harapan dari pemilik (Bapak Samsudin) agar usahanya semakin berkembang dan mampu bersaing dengan produsen roti bahkan produsen makanan jadi lainnya. Segmentasi pasar untuk produk Bagas Bakery adalah kelas menengah ke bawah dengan target utamanya adalah anak-anak sekolah atau ibu rumah tangga. Kemasan yang digunakan oleh pihak Bagas Bakery untuk membungkus roti adalah plastik dan kardus. Kemasan plastik digunakan hampir untuk sebagian besar produk roti. Sedangkan kemasan kardus hanya digunakan untuk roti sobek ukuran sedang sampai besar yang biasanya merupakan pesanan untuk acara-acara pengajian, syukuran atau acara-acara tertentu lainya. Untuk labelisasi kemasan roti Bagas Bakery sudah cukup baik karena telah dilengkapi nomor PIRT dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal, komposisi bahan baku, nama merek, dan lokasi produksi Bagas Bakery. Akan tetapi, terdapat kekurangan pada labelisasi kemasan roti Bagas Bakery, yaitu tidak adanya pencantuman tanggal kadaluarsa, padahal pencantuman tanggal kadaluarsa pada produk makanan sangat penting untuk menginformasikan kepada konsumen batas waktu produk tersebut aman untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, kemungkinan hal ini dapat mengurangi kepercayaan konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
66
Bentuk jaminan yang diberikan oleh pihak Bagas Bakery jika seandainya produk yang dibeli atau dipesan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan maka pihak Bagas Bakery bersedia untuk menggantinya dengan produk lain sesuai dengan produk yang ditukarkan tersebut. Oleh karena itu, biasanya pihak Bagas Bakery akan meminta kepada para pelanggannya untuk mengecek barang yang dipesan tersebut apakah telah sesuai dengan pesanannya. Upaya ini dilakukan oleh pihak Bagas Bakery guna meminimalisasi terjadinya pemesanan barang yang tidak sesuai. 2) Harga Harga merupakan satu-satunya unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan penerimaan bagi perusahaan sedangkan yang lainnya menimbulkan biaya. Harga juga dapat menunjukkan posisi perusahaan dalam persaingan. Menurut Umar (1999), penetapan harga yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, pada umumnya didasarkan oleh empat pendekatan, yaitu (1) Berdasarkan biaya, yaitu dengan memberikan atau menambahkan suatu mark up baku untuk labanya; (2) Analisis pulang pokok, yaitu penggunaan konsep bagan pulang-pokok yang menunjukkan total biaya dan jumlah pendapatan yang diharapkan pada beberapa tingkat volume penjualan sehingga titik potong antara kedua kurva merupakan volume pulang pokok; (3) Berdasarkan persepsi pembeli, yaitu melakukan survei untuk harga barang yang sama oleh beberapa penjual yang ditanyakan langsung kepada konsumen; dan (4) Berdasarkan persaingan, yaitu penetapan harga dilakukan setelah meneliti harga yang ditetapkan oleh para pesaing dekatnya. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pemilik maka penetapan harga pada produk Bagas Bakery didasarkan atas pendekatan persaingan, yaitu pemilik melakukan survei pasar mengenai harga produk roti yang berkembang sehingga penetapan harga jual yang digunakan oleh pihak Bagas Bakery dengan mengikuti harga roti yang sudah ada di pasaran. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan harga antara pihak Bagas Bakery dengan produsen roti lainnya. Secara umum penetapan harga jual pada Bagas Bakery dibagi menjadi dua, yaitu penetapan harga jual untuk tipe pelanggan A dan harga jual untuk tipe pelanggan B. Tipe pelanggan A adalah para pelanggan 67
Bagas Bakery yang membeli produk bukan untuk dikonsumsi sendiri melainkan untuk dijual kembali, misalnya agen, sales, dan pengecer. Sedangkan tipe pelanggan B, adalah para pelanggan Bagas Bakery yang membeli produk untuk dikonsumsi sendiri atau melakukan pemesanan untuk acara-acara tertentu misalnya syukuran, pengajian, dan arisan. Oleh karena itu, penetapan harga jual pada pelanggan A akan lebih murah daripada pelanggan B. Berikut ini merupakan gambaran umum mengenai penetapan harga jual pada produk Bagas Bakery (Tabel 11). Tabel 11. Penetapan Harga Jual Roti pada Bagas Bakery No
Nama Roti
Penetapan Harga Jual (Rp/bungkus) Tipe Pelanggan A
Tipe Pelanggan B
350
500
1200
1.500
c. Bolu ukuran besar (20 cm)
-
7.500
d. Bolu ukuran besar (30 cm)
-
14.000
350
500
a. Sobek kecil
350
500
b. Sobek Kombinasi 3 rasa
750
1.000
-
6.000
-
8.500
1 Roti Bolu a. Bolu ukuran kecil b. Bolu ukuran sedang
2 Roti Pia 3 Roti Sobek
c. Sobek kombinasi 6 rasa ukuran kecil d. Sobek kombinasi 6 rasa ukuran sedang e. Sobek kombinasi 6 rasa ukuran besar 4 Roti Pisang
-
12.500
750
1.000
5 Roti Cokelat
750
1.000
Sumber : Bagas Bakery
Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa Bagas Bakery telah melakukan penetapan harga jual yang berbeda kepada para pelanggannya. Penetapan harga jual yang lebih rendah untuk tipe pelanggan A karena produk yang dibeli tersebut akan didistribusikan kembali kepada pihak lain, sehingga harus 68
memperoleh keuntungan dari proses pendistribusian tersebut. Pada umumnya, pihak Bagas Bakery tidak memberikan potongan harga dalam bentuk uang melainkan hanya berupa tambahan roti jika pelanggan membeli dalam jumlah yang cukup banyak. Adapun batas minimal kuota yang ditetapkan oleh Bagas Bakery agar pelanggan mendapat tambahan roti adalah jika jumlah roti yang dipesan sebanyak 100 bungkus dan itupun tambahan bonus roti yang diberikan hanya satu bungkus saja. Kecilnya tambahan bonus yang diberikan oleh Bagas Bakery kepada pelanggan mengingat harga jual yang diberikan tersebut telah mengikuti harga roti yang ada di pasaran. 3) Distribusi Distribusi merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk menyalurkan, mengirimkan serta menyampaikan barang yang dipasarkannya kepada konsumen. Menurut Umar (1999), biasanya hampir sebagian besar perusahaan atau seorang produsen menggunakan perantara pemasaran untuk memasarkan produknya dengan cara membangun suatu saluran distribusi, yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau jasa tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial. Secara umum, pihak Bagas Bakery dalam mendistribusikan produk rotinya melalui empat pola saluran. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masing-masing saluran distribusi pada Bagas Bakery (Gambar 10). Agen
Sales
Sales
Pengecer
Pengecer
Konsumen
Konsumen
Bagas Bakery Pengecer
Konsumen
Konsumen
Gambar 9. Saluran Distribusi Roti pada Bagas Bakery Sumber : Bagas Bakery
69
Gambar 9 menunjukkan saluran distribusi roti pada Bagas Bakery terdiri dari empat pola saluran. Pola saluran yang pertama adalah Bagas Bakery menyalurkan produknya kepada agen kemudian disalurkan ke sales, kemudian dari sales disalurkan kepada pengecer dan dari pengecer selanjutnya disalurkan kepada konsumen. Pada umumnya, para agen ini berada di luar Kabupaten Kendal, seperti Mijen, Semarang, dan Demak. Untuk pendistribusian produk dari Bagas Bakery ke lokasi para agen, biasanya pihak Bagas Bakery sendiri yang mengantarkan sampai ke lokasi tujuan dan hal ini tidak dipungut biaya transportasi, karena jika jumlah pembelian roti lebih dari 3.000 bungkus maka pihak Bagas Bakery akan memberikan fasilitas jasa pengiriman secara gratis. Pola saluran yang kedua adalah Bagas Bakery menyalurkan produknya kepada sales, kemudian dari sales disalurkan kepada pengecer, dan dari pengecer selanjutnya disalurkan kepada konsumen. Pada umumnya, para sales ini berlokasi di sekitar Kabupaten Kendal dan untuk pengambilan produk dilakukan dengan mendatangi langsung lokasi produksi Bagas Bakery. Biasanya jumlah roti yang diambil oleh para sales sekitar 200 sampai 500 bungkus. Pola saluran yang ketiga, adalah Bagas Bakery menyalurkan produknya kepada pengecer tanpa melalui agen atau sales dan dari pengecer selanjutnya disalurkan kepada konsumen. Para pengecer yang dimaksud adalah kios atau toko yang berada di sekitar lokasi produksi Bagas Bakery sehingga untuk pengambilan produk dilakukan dengan mendatangi langsung lokasi produksi Bagas Bakery. Pola saluran yang keempat adalah Bagas Bakery melakukan penjualan langsung kepada konsumen. Biasanya para konsumen ini langsung datang ke lokasi produksi Bagas Bakery. Untuk pola saluran yang keempat ini, selain melakukan penjualan langsung, Bagas Bakery juga menerima pesanan untuk acara pengajian, syukuran, arisan, atau acara pernikahan. Jenis roti yang sering dipesan oleh konsumen adalah roti sobek kombinasi enam rasa ukuran sedang sampai besar atau roti bolu ukuran besar (30 cm). Sistem pembayaran yang diterapkan oleh Bagas Bakery adalah pembayaran secara tunai dan biasanya pembayaran dilakukan pada saat pengambilan produk. Kondisi ini berlaku untuk semua pelanggan Bagas Bakery, baik untuk agen, 70
sales, pengecer, maupun konsumen akhir. Hal inilah yang menjadi salah satu kekuatan bagi Bagas Bakery karena adanya perputaran keuangan yang cepat. Biasanya jika produk yang dijual terdapat sisa atau tidak laku maka dapat ditukarkan dengan produk baru yang sejenis pada saat pengambilan produk Bagas Bakery selanjutnya. Namun kondisi ini jarang terjadi, karena pada umumnya produk Bagas Bakery sering habis terjual dan meskipun terdapat roti yang dikembalikan, biasanya telah ada pihak yang bersedia untuk menampung roti sisa tersebut. Pihak ini adalah para peternak bebek atau bandeng dan untuk memperoleh roti sisa tersebut, peternak tersebut dapat membelinya dengan harga Rp 1.000/kg. 4) Promosi Menurut Umar (1999), pemasaran tidak hanya membicarakan produk, harga produk dan pendistribusian produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar produk dikenal dan akhirnya melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Dalam memasarkan produknya, kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh pihak Bagas Bakery adalah melakukan penjualan personal dan promosi penjualan. Untuk penjualan personal dilakukan melalui penerimaan pesanan untuk acara-acara arisan, pengajian, syukuran, atau acara pernikahan. Sedangkan untuk promosi penjualan, dilakukan dengan memberikan gratis satu bungkus roti jika melakukan pembelian roti sebanyak 100 bungkus. Akan tetapi, salah satu hal terpenting yang dilakukan oleh pihak Bagas Bakery untuk membina loyalitas pelanggan, yaitu dengan membangun citra baik perusahaan melalui pengutamaan kualitas rasa dengan harga yang terjangkau. 6.1.3. Keuangan dan Akuntansi Untuk mendirikan sebuah perusahaan, diperlukan sejumlah modal. Modal ini tidak hanya dalam bentuk uang tetapi juga termasuk lahan, bangunan, dan alatalat produksi yang dimiliki oleh perusahaan. Modal yang digunakan pun dapat berasal dari modal sendiri atau modal pinjaman. Pada Bagas Bakery, modal awal yang digunakan untuk mendirikan usaha sepenuhnya berasal dari modal sendiri. Hal ini karena pada saat awal berdirinya, kapasitas produksi pada Bagas Bakery tidak seperti sekarang ini. Meskipun demikian, pihak Bagas Bakery juga pernah 71
melakukan peminjaman kepada lembaga keuangan, yaitu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nusamba yang berada di Kabupaten Kendal. Adapun tujuan peminjaman modal ini digunakan untuk pembelian mobil guna menunjang pemasaran produk Bagas Bakery. Hal ini karena pada waktu itu, sarana transportasi yang digunakan oleh pihak Bagas Bakery untuk mendistribusikan produknya ke pengecer dengan menggunakan becak. Padahal penggunaan becak sebagai sarana transportasi tidak cukup efektif apalagi jika lokasi pengecer tesebut jauh dari lokasi produksi Bagas Bakery. Salah satu kelemahan usaha yang berskala kecil dan menengah, misalnya UKM adalah keterbatasan dalam pengelolaan keuangan secara rapi dan baik. Kondisi ini juga terjadi pada Bagas Bakery dimana perusahaan tidak memiliki sumberdaya manusia yang ahli dalam hal pembukuan keuangan. Selain itu, adanya anggapan dari pihak Bagas Bakery bahwa usaha yang dijalankan tersebut telah berlangsung lama sehingga mampu untuk memperkirakan besarnya biaya produksi yang dikeluarkan dan total pendapatan yang diperoleh tanpa harus membuat pembukuan secara jelas dan berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi. Biasanya transaksi yang terjadi hanya dicatat dalam bentuk nota dan itupun tidak disimpan dengan baik sehingga sumber dana yang dimiliki tidak digunakan secara efektif untuk pengembangan usaha bahkan kadang-kadang modal usaha juga ikut terpakai untuk kebutuhan rumah tangga. Meskipun pengelolaan keuangan pada Bagas Bakery belum tertata rapi, akan tetapi untuk hal yang berkaitan dengan absensi karyawan dan kegiatan selama proses produksi biasanya dicatat oleh istri pemilik yang digunakan sebagai kontrol dalam pemberian upah kepada karyawan setiap minggunya. 6.1.4. Produksi dan Operasi Ketersediaan bahan baku secara kontinyu merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan produk tertentu. Dalam proses produksi pembuatan roti, bahan-bahan yang dibutuhkan terdiri dari : 1) Bahan Baku Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan roti adalah tepung terigu. Pada Bagas Bakery, tepung terigu yang digunakan untuk membuat roti adalah tepung terigu cap Cakra Kembar dan Naga Hijau. Penggunaan tepung 72
cap Cakra Kembar digunakan untuk pembuatan roti sobek, roti pisang, dan roti cokelat, sedangkan tepung terigu cap Naga Hijau digunakan untuk pembuatan roti bolu dan roti pia. 2) Bahan Penunjang Bahan penunjang dalam pembuatan roti adalah telur, gula, susu, mentega, ragi, emulsified shortening, garam, dan air. Masing-masing bahan penunjang tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda sehingga tanpa adanya bahan penunjang, tidak akan terbentuk roti. 3) Bahan Bakar Pembuatan roti pada Bagas Bakery tidak menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar, melainkan menggunakan gas elpiji. Biasanya untuk menunjang kelancaran selama proses pembuatan roti, pihak Bagas Bakery menggunakan tujuh buah tabung gas elpiji ukuran 12 kg. 4) Pengemasan Jenis kemasan yang digunakan sebagai pembungkus roti ada dua, yaitu plastik dan kardus. Kemasan plastik digunakan untuk seluruh jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery, sedangkan kemasan kardus digunakan sebagai pembungkus luaran setelah roti dikemas dengan plastik. Biasanya kemasan kardus digunakan untuk jenis roti sobek kombinasi enam rasa yang sering dipesan untuk acara-acara pengajian, arisan, pernikahan, atau syukuran. Baik kemasan plastik maupun kemasan kardus tercantum nama merek, nomor PIRT dari Dinas Kesehatan, komposisi bahan baku, dan lokasi produksi. Akan tetapi, pada kemasan kardus terdapat tambahan slogan Bagas Bakery. yaitu Anda Puas Kami Bangga dan Anda Senang Beritahu Teman . Akses
bahan
baku
sangat
penting
diperlukan
untuk
menjaga
keberlangsungan suatu produksi tertentu. Terkait dengan hal tersebut, pihak Bagas Bakery telah memiliki beberapa pemasok yang berbeda untuk masing-masing bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan roti. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi terjadinya kekurangan barang salah satu pemasok yang dapat menghambat proses produksi. Biasanya pembelian bahan baku langsung dilakukan ke distributor yang berlokasi di Kabupaten Kendal. Untuk mendapatkan kepastian tentang bahan baku yang dipesannya, biasanya pihak Bagas Bakery 73
melakukan pemesanan melalui telepon dua hari sebelum pembelian barang, sehingga pihak distributor dapat menyiapkan terlebih dahulu. Untuk menunjang proses produksi dalam pembuatan roti, saat ini pihak Bagas Bakery telah memiliki beberapa peralatan modern yang tidak dikerjakan secara manual, misalnya mixer listrik dan mesin penggiling. Selain itu, peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan roti adalah alat pengepres, timbangan, loyang, oven, pisau, gunting, dan baki. Untuk menjaga loyalitas pelanggaannya, pihak Bagas Bakery sangat mengutamakan kualitas rasa dan melakukan sortasi terhadap roti yang diproduksinya sehingga pelanggan benar-benar memperoleh produk yang berkualitas. Berikut ini akan diperlihatkan proses produksi pembuatan roti pada Bagas Bakery, yaitu : 1) Penimbangan Bahan Baku Siapkan bahan baku yang akan digiling, seperti tepung terigu, telur, gula, mentega, susu, ragi, emulsified shortening, garam, dan air. Masing-masing bahan baku tersebut sebelum diproses akan dilakukan penimbangan terlebih dahulu. 2) Penggilingan Proses penggilingan tidak dilakukan secara manual tetapi menggunakan mesin penggiling dengan kapasitas 25 kg. Pada proses ini akan memerlukan waktu sekitar 30 menit. 3) Penimbangan adonan Adonan yang telah kalis dan tidak lengket di tangan menunjukkan bahwa adonan roti ini siap untuk diproses selanjutnya, yaitu proses penimbangan. Pada proses penimbangan, besarnya ukuran adonan yang ditimbang harus disesuaikan dengan jenis roti yang akan dibuat. 4) Pengepresan Adonan Proses pengepresan bertujuan untuk menyeragamkan berat adonan roti sebelum proses pencetakan. Adapun hasil pengepresan adonan juga akan berbeda karena disesuaikan dengan jenis roti yang akan dibuat. 5) Pencetakan Adonan Adonan yang telah dipres kemudian dicetak sesuai dengan jenis roti yang diinginkan. 74
6) Pengovenan Setelah adonan selesai dicetak kemudian diletakkan pada loyang dan siap untuk dioven. Lamanya proses pengovenan tergantung dengan jenis roti yang dibuat. Biasanya semakin besar ukuran roti maka proses pengovenan juga akan semakin lama. 7) Pengemasan Setelah roti selesai dioven kemudian dipindahkan ke rak roti untuk menunggu roti tersebut dingin. Selanjutnya dilakukan proses pengemasan dengan menggunakan plastik. Untuk roti tertentu, seperti roti sobek kombinasi enam rasa ukuran sedang sampai besar, selain menggunakan plastik pada pengemasannya juga menggunakan kardus dan kantong pembungkus berbahan baku kertas. 6.1.5. Sumber Daya Manusia Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, karena ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu, pentingnya bagi setiap perusahaan untuk menjaga loyalitas tenaga kerja sebab secara tidak langsung tenaga kerja juga berperan serta dalam menentukan pertumbuhan perusahaan. Secara umum, perekrutan tenaga kerja pada Bagas Bakery tidak melalui prosedur yang formal dan terstruktur. Selain itu, tidak ada persyaratan atau kualifikasi khusus yang mengharuskan setiap calon tenaga kerja memiliki keterampilan tentang cara pembuatan roti. Satu hal terpenting yang harus dimiliki oleh calon tenaga kerja Bagas Bakery ialah semangat kerja yang tinggi, ulet, dan cekatan dalam melakukan setiap pekerjaan. Disamping itu, tenaga kerja yang dibutuhkan oleh Bagas Bakery tidak dituntut untuk memiliki pendidikan tinggi. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan para pekerjanya yang sebagian besar hanya lulusan SLTP. Oleh karena itu, biasanya pihak Bagas Bakery akan melakukan training selama satu minggu kepada setiap calon tenaga kerja. Bentuk training ini adalah dengan melibatkan para calon tenaga kerja tersebut pada setiap proses produksi pembuatan roti. Jika hasil kerjanya baik setelah melalui proses training maka para calon tenaga kerja tersebut dapat diterima sebagai tenaga kerja tetap Bagas Bakery. Tingkat pendidikan yang rendah merupakan kelemahan bagi 75
perusahaan karena tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan yang baik dapat membantu pihak Bagas Bakery dalam mengelola manajemen perusahaan, misalnya terkait dengan pembukuan keuangan. Pada umumnya tenaga kerja Bagas Bakery berasal dari sekitar lokasi produksi, meskipun terdapat beberapa tenaga kerja yang berasal dari luar Propinsi Jawa Tengah. Oleh karena itu, kemudahan pihak Bagas Bakery dalam memperoleh tenaga kerja merupakan kekuatan bagi perusahaan. Saat ini jumlah tenaga kerja Bagas Bakery sebanyak 51 orang, terdiri dari 31 tenaga kerja perempuan dan 20 tenaga kerja laki-laki. Secara umum, para tenaga kerja tersebut hampir sebagian besar berada di bagian produksi. Hal ini karena bagian produksi merupakan bagian yang menghasilkan suatu produk yang akan dijual kepada pembeli, mulai dari persiapan bahan baku sampai pengemasan produk, sehingga membutuhkan tenaga kerja lebih banyak. Sedangkan sisanya yang 10 persen, membantu pemilik saat pemasaran produk sebagai sopir dan kernet. Untuk hari kerja pada Bagas Bakery selama enam hari, yaitu mulai dari hari Sabtu sampai hari Kamis dan untuk hari Jum at libur. Waktu kerja yang digunakan dalam proses produksi dibagi menjadi dua shift, yaitu shift satu, mulai pukul 06.00
18.00 WIB dan shift dua, dari pukul 13.00 - 00.00 WIB. Untuk
yang shift dua biasanya dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki. Waktu kerja yang padat pada usaha Bagas Bakery karena keterbatasan mesin penggiling dan mesin pengaduk (mixer listrik) dimana pihak Bagas Bakery hanya memiliki satu unit saja padahal dalam satu kali proses produksi harus mengolah tepung terigu sebanyak 650 kg, sehingga jika kegiatan produksi pada shift satu belum selesei maka dilanjutkan pada shift dua. Akan tetapi, untuk penentuan tenaga kerja yang berada pada shift satu atau shift dua, biasanya secara bergiliran dan sesuai kesepakatan. Untuk pembagian dan penempatan kerja ini diatur oleh penanggung jawab bagian produksi yang telah dikomunikasikan sebelumnya dengan pemilik Bagas Bakery. Sistem pembayaran upah atau kompensasi yang diterapkan oleh pihak Bagas Bakery adalah seminggu sekali, dimana pembayaran upah diberikan setiap hari Kamis. Besarnya upah yang diberikan tergantung jenis pekerjaan yang
76
lakukan. Berikut ini akan diperlihatkan besarnya kompensasi yang diberikan untuk masing-masing unit produksi pada Bagas Bakery (Tabel 12). Tabel 12.
Besarnya Kompensasi untuk Masing-Masing Unit Produksi pada Bagas Bakery
No.
Jenis Pekerjaan
Besarnya Kompensasi per Minggu (Rp) 85.000
1
Persiapan bahan baku sampai pencetakan
2
Pengovenan atau pemasakan roti
3
Pengemasan
4
Sopir
200.000
5
Kernet
120.000
110.000 60.000
Sumber : Bagas Bakery
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa pihak Bagas Bakery telah memberikan kompensasi sesuai dengan jenis pekerjaannya. Selain pemberian kompensasi, pihak Bagas Bakery juga memberikan makan kapada para tenaga kerjanya sebanyak tiga kali, sehingga upah yang diterima oleh pekerjanya merupakan gaji bersih. Pihak Bagas Bakery juga memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) berupa uang yang jumlahnya sebesar gaji pokok. Disamping itu, khusus bagi tenaga Bagas Bakery yang berasal dari luar Propinsi Jawa Tengah juga disediakan tempat tinggal secara gratis oleh perusahaan. Pemberian kompensasi tersebut merupakan bentuk perhatian pihak Bagas Bakery terhadap para pekerjanya karena perusahaan menyadari bahwa tenaga kerja merupakan salah satu aset perusahaan yang secara tidak langsung mendukung kelancaran usaha Bagas Bakery. 6.1.6. Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Bidang penelitian dan pengembangan merupakan salah satu bagian dari suatu perusahaan yang memiliki fungsi terkait dengan pengembangan produk baru atau riset pasar. Biasanya perusahaan harus memiliki anggaran biaya tersendiri untuk menjalankan departemen litbangnya sehingga tidak semua perusahaan memiliki bidang ini. Pada umumnya Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak memiliki bidang litbang karena adanya keterbatasan tenaga ahli dalam mengelola manajemen perusahaan. Disamping itu, faktor keterbatasan modal juga menjadi penyebab utama sebuah perusahaan tidak memiliki bidang ini. 77
Saat ini Bagas Bakery termasuk salah satu Usaha Kecil Menengah yang tidak memiliki bidang litbang. Hal ini karena usaha yang masih berskala kecil sampai menengah biasanya orientasinya terbatas pada bagaimana modal yang digunakan untuk menjalankan usaha dapat kembali dan memperoleh keuntungan dari penjualan produknya. Selain itu, disebabkan oleh manajemen perusahaan yang belum tertata rapi karena keterbatasan tenaga ahli yang mampu untuk mengelolanya. Ketiadaan bidang penelitian dan pengembangan (litbang) dalam perusahaan merupakan kelemahan bagi Bagas Bakery. 6.2.
Analisis Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar
perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan jauh dan lingkungan industri. Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktorfaktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi usaha Bagas Bakery. 6.2.1. Lingkungan Jauh Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu. Faktor-faktor utama yang dianalisis dalam lingkungan jauh yaitu faktor politik, ekonomi, sosial, dan faktor teknologi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai lingkungan jauh, yaitu : 1) Politik Stabilitas
politik
dan
keamanan
merupakan
aspek
penting
yang
mempengaruhi iklim usaha di suatu negara. Keadaan politik dan keamanan yang tidak stabil akan memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan suatu usaha karena para pelaku usaha merasa tidak nyaman terhadap usaha yang dijalankannya. Kondisi ini juga berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mempertimbangkan secara hati-hati terhadap setiap keputusan yang diambilnya. Berikut ini merupakan beberapa
kebijakan
pemerintah
yang
memiliki
pengaruh
terhadap
perkembangan industri roti.
78
a) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan Dalam peraturan ini, pemerintah mengamanatkan Bupati/Walikota melalui Dinas Kesehatan untuk membina industri pangan siap saji. Peraturan perundang-undangan tersebut juga mengamanatkan setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan industri pangan siap saji wajib memenuhi persyaratan sanitasi dengan cara menerapkan pedoman cara produksi pangan siap saji yang baik yang memperhatikan aspek keamanan pangan. Oleh karena itu, para produsen pangan siap saji harus melakukan registrasi ke Dinas Kesehatan untuk mendapatkan nomor izin Depkes. Pada umumnya terdapat tiga jenis registrasi untuk kelompok produk pangan, yaitu pangan hasil industri rumah tangga diberi kode registrasi PIRT, untuk pangan hasil dalam negeri diberi kode registrasi MD dan untuk pangan yang berasal dari impor diberi kode ML. sertifikasi nomor PIRT (Pangan hasil Industri Rumah Tangga). Bentuk sertifikasi terhadap produk pangan merupakan upaya para pelaku usaha untuk membuktikan bahwa produknya aman dikonsumsi serta wujud kepedulian pemerintah melalui Dinas Kesehatan terhadap perlindungan konsumen. b) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 07/PMK.011/2009 tentang Tarif Bea Masuk atas Impor Tepung Gandum Kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif bea masuk atas impor tepung terigu sebesar 5 persen merupakan bentuk perlindungan pemerintah terhadap industri dalam negeri agar industri dapat berkembang. Penetapan peraturan ini terkait dengan penurunan harga gandum dunia. Oleh karena itu, dengan adanya kenaikan bea masuk tepung terigu tersebut akan memberikan dampak positif terhadap industri di dalam negeri karena akan menggairahkan investasi terigu di Indonesia.
79
c) Peraturan Menteri Keuangan No.02/PMK.011/2009 mengenai pencabutan subsidi Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN-DTP) atas Tepung Terigu Kebijakan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 januari 2009. Pemerintah menghapus subsidi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas gandum dan tepung terigu sebesar 10 persen karena harga gandum dan tepung terigu di dalam negeri telah terjangkau dan stabil. Seharusnya dengan adanya pencabutan subsidi PPN-DTP atas tepung terigu maka diperkirakan akan meningkatkan harga tepung terigu
di pasar domestik. Namun
kenyataannya terjadi sebaliknya, dimana harga tepung terigu cenderung turun. Kecenderungan ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga gandum di pasaran dunia dan adanya penurunan komponen-komponen biaya lain seperti TDL dan bahan bakar. Oleh karena itu, dengan adanya kecenderungan penurunan harga tepung terigu di pasar domestik maka akan memberikan dampak positif terhadap para pelaku usaha yang menggunakan tepung terigu sebagai bahan bakunya. d) Peraturan Menteri ESDM No.16 Tahun 2008 tentang penurunan BBM Sejak tanggal 15 Januari 2009, harga BBM kembali mengalami penurunan menjadi Rp 4.500/liter untuk premium dan minyak solar, serta Rp 2.500/liter untuk minyak tanah. Dengan adanya penurunan BBM maka dapat memberikan dorongan bagi pelaku usaha yang menggunakan BBM sebagai salah satu faktor pendukung kelancaran produksinya untuk semakin berkembang. e) Kebijakan Pemerintah tentang Skim Kredit bagi Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah i)
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dengan diberlakukannya otonomi daerah maka setiap daerah diberi kewenangan untuk ikut serta dalam mengatur rumah tangga daerahnya sendiri, termasuk dalam pengembangan usaha. Hal ini karena dengan adanya otonomi daerah maka peluang untuk mengembangan usaha bagi setiap daerah akan semakin terbuka. Oleh 80
karena itu, pemerintah daerah melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) berupaya untuk menumbuhkan iklim usaha yang baik bagi pelaku Usaha Kecil dan Menengah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 yang di dalamnya memuat pasal-pasal tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah maka Dinas KUKM memiliki tanggung jawab terhadap penumbuhan iklim usaha yang kondusif. Untuk meningkatkan akses Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terhadap sumber pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 maka Pemerintah Daerah bersama Dinas KUKM akan memberikan kemudahan dan fasilitasi dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh pembiayaan, serta menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas jangkauan lembaga penjamin kredit. ii) Inpres Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM serta Nota Kesepahaman
Bersama
antara
Pemerintah,
Perbankan
dan
Perusahaan Penjamin Sesuai
dengan
kebijakan
tersebut,
maka
pemerintah
telah
meluncurkan program KUR (Kredit Usaha Rakyat) dengan fasilitas penjaminan kredit dari pemerintah melalui PT Asuransi Kredit Indonesia (PT. Askrindo) dan Perum Sarana Pengembangan Usaha. Adapun Bank pelaksana yang menyalurkan KUR ini adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Syariah Mandiri, dan Bank Bukopin. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan fasilitas pembiayaan yang dapat diakses oleh UMKM dan Koperasi terutama yang memiliki usaha yang layak namun mempunyai kendala agunan. Oleh karena itu, dengan adanya program KUR dapat menjadi peluang bagi pelaku UMKM untuk mendapatkan tambahan modal dengan persyaratan yang cukup mudah guna mengembangkan usahanya.
81
2) Ekonomi Pada umumnya kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada suatu daerah tertentu. Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukkan pertumbuhan ke arah positif maka kondisi tersebut dapat mendukung kelancaran usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu dan dapat pula mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru. Akan tetapi, jika perekonomian cenderung menunjukkan ke arah negatif maka dapat terjadi sebaliknya, dimana kondisi ini dapat menghambat kelancaran suatu usaha bahkan dapat melumpuhkan kelompok usaha tertentu. Adapun beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi suatu daerah, antara lain : a) Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kondisi perekonomian Kabupaten Kendal secara agregat menunjukkan adanya perbaikan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal pada tahun 2007 sebesar 4,28 persen lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2006 yang sebesar 3,66 persen. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun maka digunakan indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar, dimana dalam perhitungan ini digunakan harga tahun 2000. Berikut ini merupakan pertumbuhan sektor ekonomi Kabupaten Kendal pada tahun 2004 sampai tahun 2007 (Tabel 13):
82
Tabel 13. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Kendal Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2003 - 2007
2004
Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Kendal (persen) 2,61
2005
2,63
*
3,66
**
4,28
Tahun
2006 2007 Sumber
: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal (2007)
Keterangan
: *) angka diperbaiki ** ) angka sementara
Berdasarkan Tabel 13, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal pada tahun 2007 lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dengan laju pertumbuhan ekonomi yang semakin baik maka kondisi ini diharapkan mampu mendukung kelancaran dan perkembangan berbagai kelompok usaha
yang beroperasi di
Kabupaten Kendal.
Laju
pertumbuhan ekonomi yang semakin baik juga ditandai dengan nilai PDRB atas dasar harga konstan yang semakin meningkat. Adapun nilai PDRB ini dapat dilihat pada Tabel 14 : Tabel 14. Produk Domestik Regional Broto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Kendal pada Tahun 2004 - 2007
2004
Nilai PDRB atas Dasar Harga Konstan (Milyar Rp) 4.167,63
2005
4.277,35
*
4.433,80
**
4.623,58
Tahun
2006 2007 Sumber
: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal (2007)
Keterangan
: *) angka diperbaiki ** ) angka sementara
Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa nilai PDRB atas dasar harga konstan yang dihasilkan oleh Kabupaten Kendal mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan adanya korelasi yang positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan 83
nilai PDRB yang dihasilkan, dimana laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal pada tahun 2007 semakin baik yang diiringi dengan peningkatan nilai PDRB yang dihasilkan. b) Struktur Ekonomi Untuk mengetahui struktur ekonomi suatu daerah tertentu maka dapat digunakan PDRB atas harga belaku. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah serta nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar. Berikut ini merupakan struktur ekonomi Kabupaten Kendal pada tahun 2004 sampai 2007 (Tabel 15) : Tabel 15. Struktur Ekonomi Kabupaten Kendal Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2004 - 2007 (Persen) Lapangan Usaha
2004
2005
2006* 2007 **
Pertanian
23,92
23,40
24,88
25,04
1,00
1,05
1,11
1,11
37,52
37,59
35,57
35,48
Listrik, Gas, dan Air Minum
1,38
1,48
1,55
1,71
Bangunan
3,83
3,72
3,92
3,63
17,68
17,69
17,23
17,33
2,72
2,88
3,26
3,27
2,70
2,77
2,81
2,85
9,25
9,41
9,67
9,58
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan
Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Sumber
: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal (2007)
Keterangan
: *) angka diperbaiki ** ) angka sementara
Berdasarkan Tabel 15, secara keseluruhan dalam empat tahun terakhir tidak terjadi pergesaran struktur ekonomi yang berarti, dimana masingmasing sektor masih dalam posisi yang sama. Pada tahun 2007, sektor industri pengolahan masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Kabupaten Kendal. Hal ini ditandai dengan sumbangannya terhadap total PDRB Kabupaten Kendal yaitu berkisar di atas 35 persen, 84
paling tinggi dibandingkan dengan sektor lain. Adapun nilai sumbangan sektor industri pengolahan yang diberikan terhadap total PDRB Kabupaten Kendal atas dasar harga berlaku pada tahun 2007 sebesar Rp 2.727.99 milyar. Berikut ini merupakan data tentang PDRB Kabupaten Kendal atas dasar harga berlaku pada tahun 2004 sampai tahun 2007 (Tabel 16): Tabel 16. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Kendal Tahun 2003-2007 (Milyar Rp) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Minum Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Total PDRB
2006*
2007**
2004
2005
1.316,71
1.418,74
54,93
63,58
2.066,00
2.278,84
75,79
89,84
107,19
131,82
211,02
225,55
271,35
279,29
973,60 1.072,31
1.720,43 1.924,91 76,44
85,68
2.459,05 2.727,99
1.191,50 1.332,12
149,80
174,68
225,35
251,38
148,85
167,95
194,07
218,79
509,04
570,66
668,34
736,61
5.505,72
6.062,14
6.913,71 7.688,58
Sumber
: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal (2007)
Keterangan
: *) angka diperbaiki ** ) angka sementara
Berdasarkan Tabel 16, sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor ekonomi yang menjadi kontributor terbesar terhadap total PDRB Kabupaten Kendal. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, pembentukan PDRB sektor industri pengolahan didominasi oleh subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Industri roti merupakan salah satu bagian dari subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Struktur ekonomi Kabupaten Kendal yang semakin membaik khususnya sektor industri pengolahan merupakan stimulus bagi kelompok usaha-usaha tertentu yang akan mengembangkan usahanya.
85
c) Pengeluaran Rumah Tangga Pengeluaran rumah tangga adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu konsumsi makanan dan konsumsi non makanan (perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, pajak, asuransi, dan lain-lain). Persentase pengeluaran makanan dan non makanan ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk. Hal ini dapat dilihat dari distribusi pengeluaran menurut kelompok pendapatan. Berikut ini merupakan data tentang pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal per kapita sebulan (Tabel 17) : Tabel 17.
Pengeluaran Rata-Rata Penduduk Kabupaten Kendal per Kapita Sebulan pada Tahun 2003-2007
2003
Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Sebulan untuk Kelompok Makanan (Rp) 106.282
Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Sebulan untuk Kelompok Non Makanan (Rp) 69.493
2004
109.709
81.388
2005
114.678
99.887
2006
148.844
115.332
2007
161.965
92.862
Tahun
Sumber
: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (2007)
Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir sebagian besar pengeluaran penduduk Kabupaten Kendal digunakan untuk kebutuhan makanan daripada kebutuhan non/bukan makanan. Masih besarnya pengeluaran untuk kelompok makanan menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Kendal masih mementingkan kebutuhan pokok. Untuk mengetahui pola konsumsi makanan penduduk Kabupaten Kendal dapat dilihat pada Tabel 18:
86
Tabel 18. Persentase Pola Konsumsi Makanan Penduduk Kabupaten Kendal pada Tahun 2007 Jenis Makanan Padi-padian
Persentase Pola Konsumsi Makanan (Persen) 20,96
Umbi-umbian
0,61
Ikan/ Udang/ Cumi/ Kerang
3,96
Daging
2,90
Telur dan Susu
5,99
Sayur-sayuran
6,58
Kacang-kacangan
4,96
Buah-buahan
3,19
Minyak dan Lemak
3,61
Bahan Minuman
4,09
Bumbu-bumbu
2,68
Konsumsi Lainnya
2,93
Makanan dan Minuman Jadi
27,54
Tembakau dan Sirih
10,02
Sumber
: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah (2007)
Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa sebagian besar pola konsumsi makanan penduduk Kabupaten Kendal adalah makanan dan minuman jadi, dimana nilainya mencapai 27,54 persen dari total pengeluaran penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan. Roti merupakan salah satu dari berbagai macam makanan jadi. Oleh karena itu, kondisi ini dapat menjadi peluang bagi kelompok usaha yang berbasis makanan dan minuman jadi untuk mengembangkan usahanya. d) Laju Inflasi Laju inflasi adalah meningkatnya tingkat harga barang atau jasa kebutuhan masyarakat secara rata-rata. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan laju inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks Harga Konsumen ialah suatu angka yang dapat menggambarkan perbandingan harga yang terjadi pada dua periode 87
waktu yang berbeda. Berdasarkan perhitungan Indeks Harga Konsumen Kabupaten Kendal, maka pada tahun 2007 kembali terjadi inflasi. Berikut ini merupakan data tentang perkembangan laju inflasi selama periode 2004-2007 dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen (Tabel 19): Tabel 19. Perkembangan Laju Inflasi Kabupaten Kendal pada Tahun 2004-2007 Tahun
Tingkat Inflasi (%)
2004
6,62
2005
16,73
2006
6,06
2007
6,96
Sumber
: BPS Kabupaten Kendal (2007)
Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa perkembangan laju inflasi Kabupaten Kendal cukup fluktuatif. Meskipun pada tahun 2007, angka inflasi lebih tinggi dari tahun 2006 namun masih dikategorikan cukup baik karena angka inflasi ini masih jauh di bawah inflasi pada tahun 2005. Adapun penyebab kenaikan tingkat inflasi secara tajam pada tahun 2005 karena terjadi kenaikan harga BBM sebanyak dua kali pada periode tersebut. Dari ketujuh komponen yang digunakan dalam perhitungan IHK, maka pada tahun 2007 kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau memberikan kontribusi terbesar terhadap tingkat inflasi di Kabupaten Kendal, yaitu 18,53 persen. Selain itu, kelompok makanan jadi juga sering menempati peringkat tiga besar terhadap pembentukan tingkat inflasi di Kabupaten Kendal. Berikut ini akan disajikan data tentang perubahan IHK menurut kelompok pengeluaran selama periode 2006-2007 (Tabel 20).
88
Tabel 20.
Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok Pengeluaran di Kabupaten Kendal pada Tahun 2006-2007 (Persen) Kelompok Pengeluaran
I. Makanan II. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau III. Perumahan IV. Sandang V. Kesehatan VI. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga VII.Transportasi dan Komunikasi
Tahun 2006 2007 12,90 8,18 7,52 18,53 2,81 3,66 3,09 11,71 5,69 5,30 11,66 0,95 1,58 0,67
Sumber : BPS Kabupaten Kendal (2007)
Berdasarkan Tabel 20 terlihat bahwa pada tahun 2007, kelompok makanan jadi merupakan kontributor terbesar terhadap pembentukan tingkat inflasi dan pada tahun 2006 kelompok makanan jadi menempati peringkat ketiga terhadap pembentukan inflasi di Kabupaten Kendal. Kondisi ini menunjukkan bahwa bahwa kelompok pengeluaran ini mudah terpengaruh terhadap perubahan politik maupun ekonomi nasional. Oleh karena itu, hal ini dapat menjadi ancaman bagi kelompok usaha yang beroperasi di bidang makanan jadi. Tingginya tingkat inflasi menunjukkan adanya kenaikan harga rata-rata barang atau jasa tingkat konsumen yang cukup tinggi, sehingga terjadi penurunan kemampuan daya beli uang untuk memperoleh barang atau jasa. Dengan kata lain, tingkat inflasi yang tinggi dapat berdampak terhadap daya beli masyarakat yang rendah. e) Perkembangan Harga-Harga Terdapat beberapa hal yang akan dianalisis terkait dengan perkembangan harga yang memiliki pengaruh besar terhadap biaya produksi pembuatan roti, yaitu harga tepung terigu, gula, telur, dan harga bahan bakar. i)
Harga Tepung Terigu Industri roti (bakery) merupakan salah satu bagian dari industri makanan jadi dimana menggunakan tepung terigu sabagai bahan baku utama dalam proses produksinya. Saat ini harga tepung terigu 89
di dalam negeri cenderung turun meskipun pemerintah menghapus Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN-DTP) untuk komoditas tepung terigu sejak 1 Januari 2009, karena adanya tren penurunan harga gandum di pasar internasional. Terjadinya penurunan harga tepung terigu dibandingkan dengan harga komoditas tersebut pada awal tahun 2008 juga berdampak terhadap kebijakan pemerintah terkait dengan peningkatan bea masuk tepung terigu dari 0 persen menjadi 5 persen. Dengan adanya kenaikan bea masuk tepung terigu maka akan memberikan dampak positif terhadap industri di dalam negeri karena akan menggairahkan investasi terigu di Indonesia. Adapun perkembangan harga tepung terigu dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Tepung Terigu Sumber : Departemen Perdagangan RI (2009)
Gambar 10 menunjukkan adanya tren atau kecenderungan penurunan harga rata-rata tepung terigu di dalam negeri. Kondisi ini tentunya dapat menguntungkan bagi para pelaku usaha yang bergerak di bidang industri makanan jadi khususnya yang menggunakan bahan baku tepung terigu. Hal ini karena dengan adanya penurunan harga tepung terigu maka dapat mengurangi biaya produksi. 90
ii) Harga Gula Selain tepung terigu, bahan baku lain yang juga digunakan dalam jumlah cukup besar untuk pembuatan roti adalah gula. Berbeda dengan harga tepung terigu yang cenderung turun, maka harga gula terjadi sebaliknya dimana harga gula justru menunjukkan tren kenaikan. Berikut ini merupakan perkembangan harga gula di dalam negeri (Gambar 11) :
Gambar 11. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Gula Sumber : Departemen Perdagangan RI (2009)
Gambar 11 menunjukkan adanya tren kenaikan terhadap harga gula di dalam negeri. Kondisi ini dapat mengancam keberadaan industri makanan jadi yang menggunakan gula sebagai salah satu bahan baku dalam pembuatan produknya. Hal ini karena dengan adanya kenaikan harga gula berarti akan meningkatkan pula biaya produksi. iii) Harga Telur Selain tepung terigu dan gula, bahan baku lain yang memiliki proporsi besar dalam pembuatan roti, adalah telur. Seperti halnya dengan harga tepung terigu
yang cenderung turun,
maka
perkembangan harga telur juga menunjukkan adanya tren penurunan harga. Berikut ini merupakan perkembangan harga rata-rata telur di dalam negeri (Gambar 12). 91
Gambar 12. Tren Perkembangan Harga Rata-Rata Telur Sumber : Departemen Perdagangan RI (2009)
Gambar 12 menunjukkan adanya tren penurunan terhadap harga telur di dalam negeri. Meskipun penurunannya tidak cukup besar, namun menurut Departemen Perdagangan diperkirakan harga telur akan turun. Kondisi ini dapat menguntungkan keberadaan industri makanan jadi yang menggunakan telur sebagai salah satu bahan baku dalam pembuatan produknya. Hal ini karena dengan adanya penurunan harga telur berarti akan menurunkan pula biaya produksi. iv) Harga Bahan Bakar Bahan bakar juga memiliki fungsi yang sama besarnya dalam proses produksi pembuatan roti. Harga Bahan Bakar Minyak yang semakin menurun dapat menjadi peluang dan stimulus tumbuhnya usahausaha lainnya. Perkembangan harga BBM dapat dilihat pada Tabel 21.
92
Tabel 21. Perkembangan Harga BBM Tahun 2008-2009 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Terhitung Mulai Tanggal 24/05/2008 01/06/2008 15/06/2008 01/08/2008 15/08/2008 01/09/2008 15/09/2008 01/10/2008 15/10/2008 01/11/2008 15/11/2008 01/12/2008 15/12/2008 01/01/2009 15/01/2009 01/02/2009 15/02/2009
Harga BBM (Rp/liter) Minyak Minyak Premium Tanah Solar 6.000 2.500 5.500 6.000 2.500 5.500 6.000 2.500 5.500 6.000 2.500 5.500 6.000 2.500 5.500 6.000 2.500 5.500 6.000 2.500 5.500 6.000 2.500 5.500 6.000 2.500 5.500 6.000 2.500 5.500 6.000 2.500 5.500 5.500 2.500 5.500 5.000 2.500 4.800 5.000 2.500 4.800 4.500 2.500 4.500 4.500 2.500 4.500 4.500 2.500 4.500
Sumber : PT. Pertamina (2009)
Tabel 21 menunjukkan bahwa perkembangan harga Bahan Bakar Minyak cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini dapat menjadi peluang bagi kelangsungan suatu usaha karena dengan adanya penurunan harga Bahan Bakar Minyak maka dapat menekan biaya transportasi. Selain menggunakan Bahan Bakar Minyak, saat ini hampir sebagian besar industri menggunakan gas elpiji sebagai bahan bakarnya. Beralihnya pelaku industri atau rumah tangga dari minyak tanak ke gas elpiji karena pada saat itu terjadi kelangkaan minyak tanah yang menyebabkan harga minyak tanah menjadi tinggi. Selain itu, kondisi tersebut juga didukung oleh adanya himbauan dari pemerintah untuk melakukan konversi dari kompor minyak ke kompor gas. Pada Tabel 22 berikut ini ditunjukkan perkembangan harga gas elpiji.
93
Tabel 22. Perkembangan Harga Gas Elpiji per Kemasan (Rp/Kg) Tahun 3 Kg 2005 2006 2007 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Agust-08 Sumber
12.750 12.750 12.750 12.750 12.750
Harga Gas Elpiji 6 Kg 12 Kg 25.500 25.500 25.500 25.500 25.500 31.500 -
51.000 51.000 51.000 51.000 51.000 63.000 69.000
50 Kg 212.500 212.500 312.950 396.600 340.150 343.900 362.750
: PT. Pertamina (2009)
Tabel 22 terlihat bahwa harga gas elpiji cenderung mengalami kenaikan. Kondisi ini tentunya dapat mengancam pelaku usaha yang menggunakan gas elpiji untuk kelangsungan proses produksinya karena dapat menyebabkan biaya produksi menjadi meningkat. Oleh karena itu, pemerintah harus selalu waspada terhadap fluktuasi harga yang terjadi sehingga kebijakan yang keluarkan oleh pemerintah dapat menjamin kelangsungan hidup para pelaku usaha. f) Ketersediaan Kredit secara Umum Masalah keterbatasan modal sering dihadapi oleh para pelaku usaha kecil dan menengah dalam mengembangkan usahanya. Untuk mengatasi masalah permodalan bagi pelaku usaha telah dilakukan beberapa upaya oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang bekerjasama dengan lembaga keuangan, diantaranya skim kredit yang ditawarkan oleh BRI (Bank Rakyat Indonesia) melalui program KUR (Kredit Usaha Rakyat). Bahkan rencananya Kementerian Koperasi dan UKM akan memperluas KUR dengan melibatkan bank swasta
dan Bank
Pembangunan Daerah (BPD) yang disebabkan oleh banyaknya peminat KUR. Selain program KUR, pemerintah daerah juga berupaya menumbuhkan iklim usaha yang kondusif melalui pemberdayaan UMKM oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah atau pemberdayaan IKM (Industri Kecil dan Menengah) oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Terkait dengan program penguatan 94
modal Usaha Mikro, Kecil dan Menengah maka Dinas KUKM Kabupaten Kendal telah memberikan bantuan pinjaman permodalan dengan bunga rendah yaitu 6 persen per tahun sebesar Rp 200 juta pada tahun 2008, dan rencananya pada tahun 2009 Dinas KUKM Kabupaten Kendal telah mempersiapkan bantuan pinjaman permodalan sebesar Rp 250 juta. Selain Dinas KUKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan juga berperan dalam membantu akses permodalan, misalnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal berperan sebagai pendamping dalam pengajuan kredit ke PT Phapros untuk mendapatkan pinjaman modal dengan bunga rendah. Dengan adanya skim kredit yang ditawarkan baik oleh pemerintah, lembaga perbankan, maupun lembaga bukan perbankan maka dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk meningkatkan modal kerja. g) Tarif Dasar Listrik Tarif Dasar Listrik (TDL) adalah tarif yang boleh dikenakan oleh pemerintah untuk para pelanggan PLN. Penurunan TDL penting dilakukan sebagai stimulus fiskal bagi sektor riil di tengah dampak krisis ekonomi global. Oleh karena itu, bersamaan dengan kebijakan pemerintah untuk menurunkan harga BBM pada tanggal 15 Januari 2009, pemerintah juga menetapkan penurunan Tarif Dasar Listrik (TDL) sebesar 8 persen. Akan tetapi penurunan TDL ini hanya berlaku bagi pelanggan industri I-3 dengan daya tersambung 14-200 kVA dan industri I-4 dengan daya tersambung 201 kVA. Penurunan itu juga hanya pengurangan disinsentif bagi pelanggan industri yang menggunakan listrik melebihi daya tertentu saat beban puncak. Dengan kata lain, penurunan TDL belum berdampak terhadap pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi pelaku usaha yang menggunakan listrik dalam proses produksinya. 3) Sosial Salah satu faktor sosial yang berpotensi terhadap penciptaan pangsa pasar bagi setiap bidang usaha di suatu wilayah adalah peningkatan jumlah penduduk. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah 95
penduduk terbanyak di dunia. Potensi jumlah penduduk Indonesia yang besar ini sering menjadi pusat perhatian dan pasar sasaran dari negara lain untuk memasarkan produk mereka. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia selama periode 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008 Tahun
Jumlah Penduduk (ribu jiwa)
Pertumbuhan (%)
2005
219.852,0
-
2006
222.550,7
1,21
225.642,0
1,37
228.523,3
1,26
2007 2008
*
Rata-Rata
1,28
Keterangan : *) angka sementara Sumber : Badan Pusat Statistik (2008)
Tabel 23 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya selama periode 2005-2008 sebesar 1,28 persen. Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk yang hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu wilayah di Indonesia yang terjadi peningktan jumlah penduduk adalah Kabupaten Kendal. Peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Kendal selama periode 2001-2007 dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Jumlah Penduduk Kabupaten Kendal Tahun 2001-2007 Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
Pertumbuhan (%)
2001
882.929
-
2002
887.286
0,49
2003
891.166
0,44
2004
899.211
0,89
2005
905.451
0,69
2006
918.495
1,42
2007
937.420
2,02
Rata-Rata Sumber
0,99
: BPS Kabupaten Kendal (2007)
96
Tabel 24 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Kendal setiap tahunnya selama periode 2001-2007 sebesar 0,99 persen. Jumlah penduduk Kabupaten Kendal yang semakin meningkat merupakan pangsa pasar yang potensial dan peluang bagi para pelaku usaha untuk memasarkan produk mereka. Salah satu kebutuhan yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk adalah kebutuhan pangan. Roti merupakan salah satu produk makanan jadi yang cukup diminati. Hal ini terlihat dari penjualan produk Bagas Bakery dimana terjadi kelebihan permintaan terhadap produk roti yang dijualnya. 4) Teknologi Perkembangan teknologi yang sangat cepat dapat memberikan kemudahankemudahan bagi siapa saja termasuk para pelaku usaha dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Kemudahan-kemudahan tersebut dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek produksi dan aspek pemasaran. a) Perkembangan Teknologi pada Aspek Produksi Dalam industri roti, perkembangan teknologi pada aspek produksi dapat dilihat dari mesin-mesin atau peralatan-peralatan yang digunakan selama proses pembuatan roti, misalnya penggunaan mixer listrik dimana dalam proses kerjanya tidak secara manual melainkan proses pengadukan adonan dilakukan oleh mixer secara otomotis. Selain itu, juga terdapat mesin penggiling, dimana fungsinya hampir sama dengan mixer yaitu untuk menggiling adonan roti tetapi kapasitas alatnya lebih besar daripada mixer karena mampu menggiling tepung terigu sebanyak 25 kg dalam satu kali proses penggilingan adonan. Selanjutnya juga terdapat alat pengepres yang berfungsi untuk membentuk adonan roti sehingga memiliki bobot dan ukuran yang seragam. Dengan pemanfaatan teknologi secara optimal, maka proses produksi akan semakin cepat dan mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih banyak daripada jika dikerjakan secara manual. Untuk mendukung proses produksi dalam pembuatan roti, saat ini Bagas Bakery telah memiliki mesin/peralatan tersebut meskipun jumlahnya masih terbatas.
97
b) Perkembangan Teknologi pada Aspek Pemasaran Perkembangan teknologi tidak hanya terjadi pada aspek produksi saja melainkan juga pada aspek pemasaran. Hal ini karena adanya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi dan transportasi. Dengan adanya perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi, seperti telepon atau hand phone maka mempermudah komunikasi antara pelaku usaha dengan pemasok bahan baku atau antara pelaku usaha dengan pelanggan ketika melakukan pemesanan produk. Sedangkan perkembangan teknologi di bidang transportasi, seperti jasa pengiriman akan mempercepat pendistribusian dari produsen ke konsumen sehingga akan memperlancar proses pemasaran produk. Untuk mendukung pemasaran produk, pihak Bagas Bakery telah melengkapi rumah produksinya dengan fasilitas berupa telepon dan mobil yang digunakan pengangkutan bahan baku dari pemasok atau digunakan untuk pendistribusian produk ke pengecer atau pelanggan. 6.2.2. Lingkungan Industri Lingkungan industri merupakan lingkungan yang barada di sekitar usaha yang memiliki pengaruh langsung terhadap operasional usaha. Menurut Porter (1997), hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan, yaitu persaingan antar perusahaan sejenis, kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan tawar-menawar penjual/pemasok, dan kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen. 1) Persaingan antar Perusahaan Sejenis Persaingan yang terjadi dalam industri roti cukup kompetitif. Kondisi ini dapat dilihat dari data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal yang menunjukkan bahwa pelaku usaha yang begerak pada bidang pembuatan roti semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2008, jumlah perusahaan roti di Kabupaten Kendal mencapai 72 unit dibandingkan pada tahun 2007 yang hanya berjumlah 53 unit. Bertambahnya jumlah perusahaan roti berarti semakin tinggi pula tingkat persaingan yang terjadi diantara produsen roti. Selain itu, skala usaha yang dijalankannya juga semakin beragam, yaitu mulai dari skala rumah tangga, kecil, sampai menengah. 98
Secara umum, persaingan yang terjadi dalam industri roti adalah persaingan pangsa pasar, mutu produk, dan harga jual produk. Persaingan pangsa pasar terjadi jika jumlah pelaku usaha roti yang beropersi semakin banyak sehingga para pelaku usaha harus jeli dan hati-hati dalam menentukan daerah atau pasar mana yang dapat dimasuki untuk memasarkan produknya. Disamping itu, juga terdapat persaingan mutu produk. Persaingan ini terjadi karena setiap pelaku usaha roti berlomba-lomba dalam mempromosikan produk yang dijualnya agar dapat diterima oleh konsumen baik melalui kualitas rasa, variasi bentuk, maupun variasai ukuran. Oleh karena itu, agar produknya dapat diterima dengan baik oleh konsumen maka para pelaku usaha harus mampu melihat selera konsumen tentang produk roti seperti apa yang diminati. Selanjutnya juga terdapat persaingan harga jual produk. Biasanya persaingan dalam penentuan harga sering terjadi sebagai dampak persaingan pangsa pasar maupun mutu produk. Persaingan yang terjadi dalam suatu industri merupakan sebuah hal wajar, karena dengan adanya persaingan maka para pelaku usaha diajak untuk berpikir kreatif dalam memposisikan produknya di benak konsumen dan berupaya agar produknya dapat diterima oleh pasar. 2) Ancaman Pendatang Baru Keberadaan suatu industri pasti tidak akan lepas dari ancaman masuknya pendatang baru, sehingga masuknya perusahaan pendatang baru dapat berimplikasi terhadap perusahaan yang telah ada, misalnya perebutan pangsa pasar atau perebutan sumber daya produksi. Akan tetapi, ancaman masuknya perusahaan pendatang baru tergantung dari hambatan masuk dan kemampuan para pendatang baru tersebut dalam merespon hambatan masuk yang ada. Menurut Porter (1997), terdapat enam faktor hambatan masuk bagi pendatang baru ke dalam suatu industri, yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya beralih pemasok, akses ke saluran distribusi, dan biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala. a) Skala Ekonomis Untuk mendirikan usaha roti tidak harus beroperasi pada skala usaha yang besar. Hal ini karena siapa saja dapat memulai usaha roti dari skala 99
usaha yang kecil dimana disesuaikan dengan kemampuan kapasitas produksi yang dimiliki tanpa harus mengikuti skala usaha perusahaan roti yang telah ada. b) Diferensiasi Produk Pada umumnya produk yang dihasilkan oleh perusahaan roti hampir sama secara fisik. Perbedaan yang terjadi antara perusahaan roti dapat dilihat dari mutu produk termasuk kualitas rasa, variasi bentuk atau ukuran; harga jual produk; serta labelisasi produk seperti pencantuman merek produk, komposisi bahan baku, dan nomor izin Dinas Kesehatan (No. PIRT). c) Kebutuhan Modal Meskipun untuk mendirikan usaha roti tidak harus beroperasi pada skala usaha yang besar, tetapi tetap saja kebutuhan modal yang digunakan untuk membuka usaha roti cukup besar. Hal ini karena modal tersebut digunakan untuk pembelian peralatan pembuatan roti, seperti oven, mixer, dan loyang dimana harga masing-masing peralatan tersebut cukup mahal. d) Biaya Beralih Pemasok Secara umum, biaya beralih pemasok yang harus dikeluarkan oleh pendatang baru cukup besar agar pelaku usaha roti yang telah ada untuk pindah dari pemasok tetapnya. Hal ini karena hubungan antara pelaku usaha (pembeli) dengan pemasok telah terjalin cukup baik sehingga pendatang baru akan merasa kesulitan untuk memaksa pelaku usaha roti yang telah ada agar beralih dari pemasok lama. e) Akses ke Saluran Distribusi Pada industri tertentu, perusahaan-perusahaan yang telah mapan biasanya telah memiliki saluran distribusi sendiri untuk pemasaran produknya sehingga perusahaan pendatang baru mungkin sulit memasuki saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun saluran sendiri. Meskipun demikian, kondisi tersebut mungkin tidak terjadi pada industri roti. Hal ini karena para pendatang baru pun masih berpeluang untuk memasuki saluran distribusi yang telah dikuasai oleh 100
perusahaan roti yang telah ada, asalkan mampu memproduksi roti dengan mutu produk yang sama atau lebih baik namun dengan harga yang relatif lebih murah. f) Biaya tidak Menguntungkan Terlepas dari Skala Para produsen roti yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan biaya yang mungkin tidak dapat ditiru oleh perusahaan pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri roti, misalnya dalam hal pengalaman, teknologi, penguasaan terhadap sumber daya produksi, atau lokasi yang menguntungkan. Meskipun demikian, para pendatang baru masih berpotensi untuk masuk ke dalam industri roti karena bahan baku maupun peralatan yang digunakan untuk pembuatan roti cukup banyak tersedia. 3) Ancaman Produk Substitusi Produk substitusi atau produk pengganti adalah produk lain yang memiliki fungsi sama dengan produk perusahaan dan dapat mempengaruhi keberadaan produk perusahaan selama di pasar. Keberadaan produk substitusi dapat menjadi ancaman bagi suatu perusahaan jika produk substitusi tersebut mempunyai harga yang lebih murah namun memiliki kualitas yang sama dengan produk yang ditawarkan perusahaan. Oleh karena itu, faktor harga jual dan mutu produk sering digunakan oleh pelaku usaha sebagai alat dalam menghadapi keberadaan produk substitusi. Pada industri roti (bakery), produk yang dapat digolongkan menjadi produk substitusi adalah biskuit, sereal, wafer, brownies, mi instan dan lain-lain. Tingginya keberadaan produk substitusi roti dengan berbagai merek, harga jual, atau mutu produk dapat memberikan ancaman bagi Bagas Bakery sebagai salah satu produsen roti. Meskipun keberadaan produk substitusi roti ini tinggi, tetapi keputusan pembelian tetap berada di tangan konsumen karena konsumenlah yang memiliki kebebasan untuk memilih makanan jadi mana yang sesuai dengan seleranya. Pada kenyataannya, produk Bagas Bakery tetap mampu bersaing dengan dengan produk substitusi tersebut. Hal ini terlihat dari permintaan konsumen terhadap produk Bagas Bakery yang semakin meningkat.
101
4) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Kekuatan
tawar-menawar
pemasok
dapat
mempengaruhi
intensitas
persaingan dalam suatu industri ketika terdapat sejumlah pemasok tetapi hanya terdapat sedikit barang substitusi yang cukup bagus dan biaya untuk mengganti bahan baku sangat tinggi. Bagi Bagas Bakery, keberadaan pemasok bahan baku seperti tepung terigu, telur, dan gula memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberlangsungan proses produksi. Oleh karena itu, guna menjaga kontinuitas persediaan bahan bakunya, pihak Bagas Bakery tidak hanya terikat dengan satu pemasok saja. Saat ini Bagas Bakery telah memiliki beberapa pemasok untuk masing-masing bahan baku. Pada umumnya para pemasok tersebut berada di sekitar Kabupaten Kendal sehingga pihak Bagas Bakery tidak menghadapi biaya peralihan yang tinggi pada saat berganti pemasok jika seandainya salah satu pemasok tidak mampu mencukupi kebutuhan bahan baku pada Bagas Bakery atau jika bahan baku yang dibeli tersebut kurang memenuhi standar baik dari segi harga, kualitas, maupun kuantitasnya. Berdasarkan penjelasan di atas, kekuatan tawarmenawar pemasok terhadap Bagas Bakery dapat dikatakan tidak terlalu kuat, karena Bagas Bakery tidak terlalu sulit untuk berganti dari satu pemasok ke pemasok lainnya. 5) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli Kekuatan tawar-menawar pembeli atau konsumen dikatakan cukup kuat, jika konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya, konsumen membeli dalam jumlah banyak, produk yang dibeli standar atau tidak terdiferensiasi, dan pembeli menghadapi biaya peralihan yang kecil. Untuk konsumen Bagas Bakery dapat dikatakan memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat dan kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi Bagas Bakery. Hal ini karena pada umumnya pembeli Bagas Bakery sebagian besar berasal dari agen atau sales dan biasanya melakukan pembelian dalam jumlah besar di setiap transaksinya, meskipun pihak Bagas Bakery juga tetap melayani pembelian oleh pengecer atau konsumen yang datang langsung ke lokasi produksi. Selain itu, pembeli juga memiliki alternatif pilihan yang sangat beragam sehingga pembeli dapat memilih produk mana yang terbaik dengan harga 102
yang relatif murah. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah perusahaan roti yang terdapat di Kabupaten Kendal, dimana masing-masing perusahaan roti menawarkan produk yang semakin bervariasi dan semakin banyak jenisnya termasuk dari segi mutu produk dan harga jual produk. Selanjutnya pembeli juga menghadapi biaya peralihan yang relatif kecil karena pembeli dapat dengan mudahnya berpindah dari satu perusahaan roti ke perusahaan roti yang lain. Dan pembeli juga memiliki informasi yang lengkap tentang pasar karena pembeli mengetahui lokasi produksi atau toko dan harga jual dari masing-masing perusahaan roti. Meskipun sampai saat ini, Bagas Bakery mengalami kelebihan permintaan atas produknya, akan tetapi Bagas Bakery harus tetap waspada terhadap kondisi seperti ini dimana pembeli memiliki kekuatan tawar-menawar yang cukup kuat terhadap produk roti. Oleh karena itu, diferensiasi produk mungkin dapat menjadi alternatif Bagas Bakery dalam menciptakan keunggulan produk sehingga mampu menciptakan kesetiaan pelanggan atau loyalitas pembeli terhadap produk Bagas Bakery.
103
BAB VII FORMULASI STRATEGI 7.1.
Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal perusahaan, maka diperoleh
beberapa faktor strategi internal yang berupa kekuatan dan kelemahan usaha Bagas Bakery di Kabupaten Kendal. Adapun faktor-faktor strategi internal yang menjadi kekuatan bagi Bagas Bakery adalah sebagai berikut : 1) Lokasi Perusahaan strategis Lokasi perusahaan yang strategis dapat mempengaruhi kelancararan suatu usaha. Lokasi usaha Bagas Bakery dapat dikatakan strategis karena dekat dengan bahan baku dan tenaga kerja. Selain itu, lokasi Bagas Bakery juga dekat dengan jalan raya dan mudah dilalui oleh alat transportasi, sehingga akan memudahkan pada saat pengangkutan bahan baku maupun distribusi produk. 2) Komunikasi antara Pemilik dan Karyawan Terjalin Baik Suasana kerja dalam Bagas Bakery lebih cenderung ke arah kekeluargaan, sehingga komunikasi yang terjadi antara pemilik dan karyawan tidak bersifat kaku. Kondisi ini dapat membuat para tenaga kerja merasa nyaman dengan lingkungan kerjanya, yang pada nantinya dapat menciptakan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. 3) Koordinasi Pembagian Tugas Cukup Baik Koordinasi dalam pembagian tugas penting karena berpengaruh terhadap kelancaran selama pelaksanaan aktivitas kerja, sehingga proses kerja yang dilakukan tidak terhambat. Pada Bagas Bakery, pembagian tugas cukup baik karena antara pemilik dan karyawan telah mengetahui tugas apa yang harus dikerjakan. 4) Mutu Produk yang Dihasilkan Baik Pihak Bagas Bakery selalu mengutamakan mutu produk yang dihasilkan, baik dari segi rasa, variasi bentuk atau ukuran, maupun harga jual produk. Oleh karena itu, untuk menjaga mutu produk yang dihasilkannya, pihak Bagas Bakery menggunakan bahan baku yang berkualitas, misalnya menggunakan tepung Cakra Kembar sebagai bahan baku pembuatan roti. 104
5) Produk Telah Memiliki Izin dari Dinas Kesehatan Saat ini produk Bagas Bakery telah dilengkapi nomor PIRT dengan nomor registrasi, yaitu PIRT No. 206332401216. Upaya Bagas Bakery untuk melakukan registrasi ke Dinas Kesehatan adalah bentuk perlindungan konsumen, karena produk yang telah memiliki nomor PIRT berarti produk tersebut secara legal aman untuk dikonsumsi. 6) Akses Perusahaan terhadap Bahan Baku Terjamin Bahan baku merupakan salah satu komponen penting dalam keberlangsungan suatu proses produksi. Pada umumnya bahan baku dalam pembuatan roti cukup mudah diperoleh dan banyak tersedia di sekitar Kabupaten Kendal. Oleh karena itu, sampai saat ini akses Bagas Bakery terhadap bahan baku terjamin sehingga proses pembuatan roti dapat berjalan lancar. 7) Perusahaan memiliki Saluran Distribusi yang Efisien Saluran distribusi yang efisien dapat menunjang sebuah perusahaan dalam proses pendistribusian produk kepada konsumen. Secara umum, proses pendistribusian produk Bagas Bakery melalui empat saluran distribusi. Dengan adanya saluran distribusi yang efisien, saat ini produk Bagas Bakery tidak hanya dipasarkan di sekitar Kabupaten Kendal saja, akan tetapi telah mencapai beberapa daerah di sekitar Kabupaten Semarang dan Demak. 8) Hubungan yang Terjalin Baik antara Pemilik dan Pelanggan Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh sebuah perusahaan guna menumbuhkan loyalitas pelanggan. Secara umum, pihak Bagas Bakery selalu berupaya membangun hubungan baik dengan pelanggannya, dengan cara memberikan pelayanan secara optimal pada saat proses transaksi berlangsung maupun memberikan produk yang berkualitas untuk kepuasan konsumen. 9) Sistem Pembayaran secara Tunai Secara umum, sistem pembayaran yang terjadi pada Bagas Bakery dilakukan secara tunai. Dengan adanya pembayaran tunai ini maka dapat memberikan beberapa keuntungan kepada pihak Bagas Bakery, misalnya proses perputaran modal yang lancar sehingga dapat menunjang biaya produksi selanjutnya dan proses produksi Bagas Bakery tidak terhambat. 105
10) Penggunaan Peralatan Modern dalam Proses Produksi Penggunaan peralatan modern sangat membantu Bagas Bakery selama proses produksi pembuatan roti. Hal ini karena dengan adanya peralatan modern tersebut dapat menghasilkan adonan roti yang baik dan produk yang dihasilkan memiliki mutu yang seragam, baik dari bentuk maupun ukuran roti. Adapun peralatan modern yang digunakan Bagas Bakery untuk mendukung proses produksinya, adalah mesin penggiling, mixer, dan alat pengepres. Sedangkan faktor-faktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi Bagas Bakery adalah sebagai berikut : 1) Labelisasi Kemasan Belum Lengkap Meskipun Bagas Bakery telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan berupa nomor PIRT, akan tetapi pada kemasan produk tidak dilengkapi keterangan mengenai tanggal kadaluarsa produk. Padahal pencantuman tanggal kadaluarsa produk pada sebuah kemasan penting untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang jangka waktu sebuah produk aman dikonsumsi. 2) Keterbatasan Modal Sendiri Keterbatasan modal merupakan masalah klasik yang sering dihadapi oleh suatu usaha yang bergerak pada skala kecil dan menengah. Kondisi ini juga terjadi pada Bagas Bakery dimana keterbatasan modal ini menghambat pihak Bagas Bakery untuk memperluas tempat produksi maupun penambahan peralatan modern untuk mendukung proses produksinya. Oleh karena itu, hal ini mempengaruhi Bagas Bakery untuk meningkatkan kapasitas produksinya. 3) Tempat Produksi (Bangunan) Kurang Luas Dengan kapasitas produksi saat ini, maka tempat produksi yang dimiliki Bagas Bakery dapat dikatakan kurang cukup luas sehingga ruang gerak menjadi terbatas. Padahal hampir semua aktivitas usaha Bagas Bakery terpusat di tempat tersebut, yaitu mulai dari aktivitas penyimpanan bahan baku, produksi pembuatan roti, pengemasan, sampai dengan transaksi jual beli.
106
4) Keterbatasan Jumlah Peralatan Modern yang Dimiliki Perusahaan Meskipun saat ini Bagas Bakery telah memiliki beberapa peralatan modern, akan tetapi jumlah peralatan yang dimiliki tersebut dirasakan kurang. Oleh karena itu, kondisi ini menghambat Bagas Bakery untuk meningkatkan kapasitas produksinya. 5) Sistem Pembukuan atau Pengelolaan Keuangan Kurang Rapi Pengelolaan keuangan yang dilakukan Bagas Bakery tergolong sederhana bahkan cenderung kurang rapi. Biasanya transaksi yang terjadi hanya dicatat dalam bentuk nota dan itupun tidak disimpan dengan baik sehingga sumber dana yang dimiliki tidak digunakan secara efektif untuk pengembangan usaha bahkan kadang-kadang modal usaha juga ikut terpakai untuk kebutuhan rumah tangga. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari pihak Bagas Bakery mengenai pentingnya melakukan pembukuan untuk menganalisis usaha. 6) Kurangnya Keterampilan dalam Pengelolaan Manajemen Perusahaan Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilan cukup berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usaha Bagas Bakery, khususnya dalam hal pembukuan keuangan dan catatan usaha. Padahal kemampuan sebuah perusahaan dalam mengelola keuangan sangat penting karena hal ini terkait dengan pengalokasian modal untuk aktifitas usaha, yaitu mulai dari ketersediaan bahan baku, pembayaran gaji karyawan, pembelian peralatan, dan lain-lain. 7) Bidang Penelitian dan Pengembangan Tidak Ada Saat ini Bagas Bakery tidak memiliki bidang penelitian dan pengembangan (litbang). Padahal bidang litbang memiliki peran yang cukup besar terkait dengan pengembangan produk baru atau riset pasar. Hal ini dikarenakan keterbatasan tenaga ahli maupun kurangnya kesadaran akan pentingnya bidang litbang dalam sebuah usaha yang berskala kecil dan menengah. 7.2.
Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman Perusahaan Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan, maka
diperoleh beberapa faktor strategi eksternal yang berupa peluang dan ancaman 107
bagi usaha Bagas Bakery di Kabupaten Kendal. Adapun faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi peluang bagi Bagas Bakery, antara lain : 1) Dukungan Pemerintah Terhadap Akses Sumber Pembiayaan Bagi UMKM Untuk mengatasi masalah permodalan bagi pelaku usaha khusunya bagi UMKM, maka telah dilakukan beberapa upaya oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang bekerjasama dengan lembaga keuangan maupun
lembaga
non
keuangan,
misalnya
Kredit
Usaha
Rakyat,
pendampingan Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk pengajuan kredit, atau bantuan pinjaman permodalan dengan bunga rendah dari Dinas KUKM. Dengan adanya skim kredit yang ditawarkan baik oleh pemerintah, lembaga perbankan, maupun lembaga bukan perbankan maka dapat menjadi peluang bagi Bagas Bakery untuk meningkatkan modal kerja. 2) Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kendal Semakin Baik Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal yang semakin baik maka diharapkan mampu mendukung kelancaran dan perkembangan berbagai kelompok usaha yang beroperasi di Kabupaten Kendal. Oleh karena itu, kondisi ini merupakan peluang yang sangat besar bagi Bagas Bakery untuk mengembangkan usahanya. 3) Sektor Industri Pengolahan Masih Mendominasi Struktur Ekonomi Kabupaten Kendal Secara umum, perkembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten Kendal sangat baik. Hal ini karena dari tahun ke tahun sektor industri pengolahan masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Kabupaten Kendal. Kondisi ini diperlihatkan dengan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Kendal. Oleh karena itu, kondisi ini merupakan peluang yang sangat besar bagi Bagas Bakery untuk mengembangkan usahanya. 4) Pengeluaran Rata-Rata Penduduk Kabupaten Kendal untuk Kelompok Makanan Masih Tinggi Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal yang tinggi untuk kelompok makanan merupakan peluang bagi Bagas Bakery untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas sehingga produk Bagas 108
Bakery dapat menjadi alternatif masyarakat guna memenuhi kebutuhan pangan yang semakin beragam. Oleh karena itu, kondisi ini dapat menjadi peluang bagi Bagas Bakery untuk memperluas pangsa pasarnya. 5) Kecenderungan Harga Tepung Terigu dan Telur Semakin Turun Tepung terigu dan telur merupakan dua komponen utama dalam pembuatan roti. Dengan adanya kecenderungan harga tepung terigu dan telur yang semakin turun maka kondisi ini merupakan peluang yang sangat besar bagi Bagas Bakery. Hal ini karena biaya produksi akan semakin turun sehingga mampu memperbesar keuntungan yang diperoleh Bagas Bakery. 6) Kecenderungan Harga BBM Semakin Turun Kecenderungan harga BBM yang semakin turun merupakan peluang bagi Bagas Bakery untuk mengembangkan usahanya. Hal ini karena penurunan harga BBM dapat menyebabkan biaya produksi juga semakin turun. 7) Kebutuhan Pangan yang Semakin Meningkat Seiring dengan Pertumbuhan Jumlah Penduduk Jumlah penduduk yang semakin meningkat dapat berimplikasi terhadap peningkatan kebutuhan pangan. Kondisi ini dapat menjadi peluang bagi Bagas Bakery untuk mengembangkan usahanya. Hal ini karena jumlah penduduk yang semakin meningkat merupakan pangsa pasar yang potensial untuk memasarkan produknya. 8) Perkembangan Teknologi yang Cepat Perkembangan teknologi yang cepat merupakan peluang yang sangat besar bagi Bagas Bakery. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi ini dapat mendukung kelancaran usaha baik pada aspek produksi maupun pemasaran. 9) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Terhadap Perusahaan Tergolong Kecil Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap Bagas Bakery tergolong kecil, hal ini karena Bagas Bakery tidak terlalu sulit untuk berganti dari satu pemasok ke pemasok lainnya guna memperoleh bahan baku pembuatan roti. Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi Bagas Bakery, antara lain :
109
1) Tingkat Inflasi yang Fluktuatif Tingkat inflasi yang fluktuatif dapat mempengaruhi keberlangsungan suatu usaha. Hal ini karena inflasi yang tinggi menunjukkan adanya kenaikan harga rata-rata barang atau jasa di tingkat konsumen yang cukup tinggi, sehingga terjadi penurunan kemampuan daya beli uang untuk memperoleh barang atau jasa. Kondisi ini dapat mengancam keberlangsungan suatu usaha, termasuk juga usaha Bagas Bakery. 2) Kecenderungan Harga Gula dan Gas Elpiji Semakin Meningkat Harga gula dan gas elpiji yang cenderung meningkat dapat menjadi ancaman bagi Bagas Bakery, khususnya pada aspek produksinya. Hal ini karena gula merupakan salah satu komponen yang digunakan dalam proses pembuatan roti dan gas elpiji digunakan oleh pihak Bagas Bakery sebagai bahan bakar pada saat proses pengovenan. Oleh karena itu, peningkatan harga gula dan gas elpiji dapat menyebabkan biaya produksi juga naik. 3) Tarif Dasar Listrik untuk Skala UMKM belum Turun Saat ini pemerintah belum menurunkan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk skala UMKM, meskipun telah terjadi penurunan harga BBM. Penurunan TDL hanya berlaku bagi pelanggan industri yang menggunakan listrik melebihi daya tertentu saat beban puncak. Padahal banyak pelaku usaha yang berskala kecil dan menengah yang mengunakan listrik dalam proses produksinya. Oleh karena itu, kondisi ini juga dapat menjadi ancaman bagi Bagas Bakery. 4) Jumlah Produsen Roti di Kabupaten Kendal Semakin Meningkat Jumlah produsen roti yang semakin meningkat juga berimplikasi terhadap tingkat persaingan yang semakin tinggi. Selain itu, skala usaha yang dijalankannya juga semakin beragam, yaitu mulai dari skala rumah tangga, kecil, sampai menengah. Oleh karena itu, peningkatan jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal dapat menjadi ancaman bagi Bagas Bakery. 5) Hambatan Masuk ke Dalam Industri Roti Kecil Hambatan masuk ke dalam industri roti yang kecil menyebabkan setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendirikan usaha roti. Kondisi ini tentunya dapat menjadi ancaman bagi perusahaan yang telah ada termasuk
110
Bagas Bakery karena adanya perebutan pangsa pasar atau sumber daya produksi. 6) Perkembangan Mi Instan, Biskuit, atau Jenis Makanan Jadi Lain yang Tergolong Produk Substitusi Roti Produk substitusi roti yang semakin beragam baik dari segi harga maupun mutu produk, misalnya mi instan, biskuit, brownies, sereal, atau wafer merupakan salah satu ancaman bagi usaha Bagas Bakery di Kabupaten Kendal. 7) Pembeli Memiliki Kekuatan untuk Menentukan Pilihan Diantara Perusahaan Roti yang Ada Secara umum, pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan dalam membeli produk roti sesuai dengan seleranya. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah perusahaan roti yang terdapat di Kabupaten Kendal, dimana masing-masing perusahaan roti menawarkan produk yang semakin bervariasi dan semakin banyak jenisnya termasuk dari segi mutu produk dan harga jual produk. Oleh karena itu, kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi Bagas Bakery. 7.3.
Analisis Matrik IFE Setelah diperoleh faktor-faktor strategi internal usaha roti Bagas Bakery
yang meliputi kekuatan dan kelemahan, dilakukan juga pemberian kuesioner kepada lima responden, yaitu pemilik Bagas Bakery, istri pemilik, pengawas bagian produksi, Kepala bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Kendal, serta Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal. Pengisian kuesioner ini tidak hanya melibatkan pihak internal perusahaan tetapi juga melibatkan pihak eksternal di luar perusahaan, sehingga hasil pengisian kuesioner lebih bersifat objektif. Kuesioner diisi oleh masing-masing responden
untuk pembobotan dengan
menggunakan paired comparison matrix. Selanjutnya dilakukan peringkatan untuk masing-masing variabel kekuatan dan kelemahan. Adapun pembobotan dan peringkatan pada variabel kekuatan dan kelemahan untuk masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3. Setelah diperoleh hasil pembobotan dan peringkatan untuk masing-masing responden, dilanjutkan dengan 111
pencarian nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan dari seluruh responden, dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan atau peringkatan dari seluruh responden untuk masing-masing variabel kekuatan dan kelemahan dengan jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan untuk variabel kekuatan dan kelemahan pada usaha roti Bagas Bakery dapat dilihat di Lampiran 4 dan 5. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Nilai ini merupakan perkalian antara bobot rata-rata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks IFE pada usaha roti Bagas Bakery (Tabel 25). Tabel 25. Analisis Matriks IFE Usaha Roti Bagas Bakery Faktor Strategi Internal KEKUATAN - Lokasi Perusahaan yang strategis - Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan - Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik - Mutu produk yang dihasilkan baik - Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan - Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin - Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien - Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan - Sistem pembayaran secara tunai - Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi KELEMAHAN - Labelisasi kemasan belum lengkap - Keterbatasan modal sendiri - Tempat produksi (bangunan) kurang luas - Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan - Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi - Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan - Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada Jumlah
Bobot RataRata
Rating RataRata
Bobot Skor RataRata
0,044 0,058 0,050 0,064 0,051 0,062 0,057 0,062 0,064 0,052
3,4 3,8 3,8 3,8 3,6 3,8 3,8 4,0 3,6 3,4
0,149 0,219 0,191 0,244 0,183 0,236 0,217 0,248 0,230 0,177 2,094
0,066 0,076 0,068
1,8 1,2 1,4
0,118 0,091 0,095
0,056
1,8
0,101
0,070
1,2
0,084
0,042
1,8
0,075
0,058
1,6
0,094 0,658 2,752
1,000
Sumber : Data Primer
112
Tabel 25 menunjukkan faktor strategi internal apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan utama bagi Bagas Bakery. Kekuatan utama bagi Bagas Bakery adalah variabel kekuatan dengan nilai bobot skor rata-rata terbesar sedangkan kelemahan utama bagi Bagas Bakery adalah variabel kelemahan dengan nilai bobot skor rata-rata terkecil. Adapun kekuatan utama bagi Bagas Bakery adalah hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan dengan bobot skor ratarata sebesar 0,248. Tingginya bobot skor rata-rata yang terdapat pada variabel tersebut karena pihak Bagas Bakery selalu berupaya dalam membangun loyalitas pelanggan sehingga para pelanggan merasa puas dengan produk Bagas Bakery dan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Kelemahan utama bagi Bagas Bakery adalah kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,075. Kondisi ini memiliki implikasi terhadap pengelolaan manajemen perusahaan yang belum terorganisir secara baik misalnya masalah administrasi dan pembukuan keuangan Bagas Bakery. Akan tetapi, secara keseluruhan total skor rata-rata tertimbang dari matriks IFE sebesar 2,752 yang mengindikasikan bahwa usaha roti Bagas Bakery berada di atas ratarata (2,5) dari keseluruhan kekuatan internalnya. Jadi dapat dikatakan bahwa usaha roti Bagas Bakery memiliki posisi internal yang kuat, karena mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki. 7.4.
Analisis Matriks EFE Setelah diperoleh faktor-faktor strategis eksternal pada usaha roti Bagas
Bakery yang meliputi peluang dan ancaman, dilanjutkan pengisian kuesioner kepada kelima responden seperti halnya pengisian kuesioner untuk lingkungan internal perusahaan. Untuk pemberian bobot pada variabel peluang dan ancaman juga menggunakan paired comparison matrix. Selanjutnya dilakukan peringkatan untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman. Adapun pembobotan dan peringkatan pada variabel peluang dan ancaman untuk masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7. Setelah diperoleh hasil pembobotan dan peringkatan untuk masing-masing responden, dilanjutkan dengan pencarian nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan dari seluruh responden, dengan cara membagi hasil penjumlahan seluruh nilai pembobotan atau peringkatan dari seluruh responden untuk masing-masing variabel peluang dan ancaman dengan 113
jumlah responden. Adapun nilai rata-rata hasil pembobotan dan peringkatan untuk variabel peluang dan ancaman pada usaha roti Bagas Bakery dapat dilihat di Lampiran 8 dan 9. Setelah diperoleh nilai bobot dan peringkat rata-rata dari tiap variabel, dapat diketahui bobot skor rata-rata dari tiap variabel. Nilai ini merupakan perkalian antara bobot rata-rata dengan peringkat rata-rata. Berikut ini merupakan hasil analisis matriks EFE pada usaha roti Bagas Bakery (Tabel 26). Tabel 26. Analisis Matriks EFE Usaha Roti Bagas Bakery Faktor-Faktor Strategi Eksternal PELUANG - Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM - Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik - Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal - Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi - Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun - Kecenderungan harga BBM semakin turun - Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk - Perkembangan teknologi yang cepat - Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil
Bobot RataRata
Rating RataRata
Bobot Skor Rata-Rata
0,054
2,8
0,151
0,072
2,8
0,202
0,064
3,0
0,193
0,065
3,2
0,210
0,080
3,2
0,256
0,075
3,6
0,269
0,059
3,2
0,189
0,062
2,4
0,148
0,064
3,0
0,193 1,810
ANCAMAN - Tingkat inflasi yang fluktuatif
0,062
2,8
0,174
- Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat
0,060
3,4
0,203
- Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun
0,062
3,0
0,185
- Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat
0,057
3,0
0,170
- Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil - Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti - Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada
0,057
2,6
0,148
0,053
2,2
0,116
0,054
2,8
0,152 1,149
Jumlah
1,000
2,959
Sumber : Data Primer
114
Tabel 26 menunjukkan faktor strategi eksternal mana yang menjadi peluang dan ancaman bagi Bagas Bakery. Peluang utama bagi Bagas Bakery adalah variabel yang memiliki bobot skor rata-rata terbesar, yaitu kecenderungan harga BBM yang semakin turun dengan bobot skor rata-rata sebesar 0,269. Sedangkan ancaman utama bagi Bagas Bakery adalah variabel yang memiliki bobot skor rata-rata terkecil, yaitu perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti dengan bobot skor ratarata sebesar 0,116. Adapun total skor rata-rata tertimbang dari matriks EFE sebesar 2,959 yang mengindikasikan bahwa usaha roti Bagas Bakery berada di atas rata-rata (2,5) dalam upayanya untuk menjalankan strategi yang memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. 7.5.
Analisis Matriks IE Setelah diperoleh total bobot skor rata-rata dari matiks IFE (2,752)
maupun EFE (2,959) kemudian hasil tersebut dapat digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan melalui matriks IE. Berikut ini merupakan hasil matriks IE pada usaha roti Bagas Bakery (Gambar 13).
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG EFE
TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG Kuat 3,0 - 4,0
4,
Rata-rata 2,0 2,99
Lemah 1,0 1,99
2,
3,
1,0
2,752
Tinggi 3,0 - 4,0
I
II
III
V
VI
3,0 2,959
Menengah 2,0 2,99
IV
Pertahankan dan pelihara
2,0
Rendah 1,0 1,99
VI
VI
IX
1,0
Gambar 13. Analisis Matriks IE Usaha Roti Bagas Bakery Sumber : Data Primer
115
Gambar 13 menunjukkan bahwa posisi Bagas Bakery berada pada kuadran V yaitu memiliki kemampuan internal yang sedang dan eksternal yang sedang. Perusahaan seperti ini paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi hold and maintance (pertahankan dan pelihara). Strategi yang biasa digunakan oleh perusahaan yang terletak pada kuadran ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Penetrasi pasar yaitu mencari pangsa pasar yang lebih besar dari produk atau jasa yang sudah ada sekarang melalui usaha pemasaran yang lebih gencar. Pengembangan produk yaitu mencoba meningkatkan penjualan dengan memperbaiki pproduk atau jasa yang sudah ada atau mengembangkan yang baru. 7.6.
Analisis Matriks SWOT Analisis matriks SWOT menggunakan data yang telah diperoleh dari
matriks IFE dan EFE. Empat strategi utama yang disarankan yaitu strategi SO (strength and opportunities), WO (weakness and opportunities), ST (strength and threats) dan WT ( weakness and threats). Adapun hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan analisis matriks SWOT maka alternatif atau pilihan strategi yang dapat diberikan untuk pengembangan usaha roti pada Bagas Bakery adalah sebagai berikut : 1) Strategi S-O Strategi ini dibuat berdasarkan penggunaan kekuatan perusahaan untuk memanfaatkan peluang. Berikut ini merupakan alternatif strategi yang dapat ditawarkan untuk pengembangan usaha roti Bagas Bakery : a) Membuka Outlet Khusus untuk Direct Selling Selain melalui perantara, pihak Bagas Bakery juga melakukan penjualan langsung (direct selling) kepada konsumen. Adapun produk Bagas Bakery yang sering dibeli oleh konsumen akhir adalah jenis roti bolu atau roti
sobek
ukuran
besar
dimana
pihak
Bagas
Bakery
tidak
mendistribusikannya kepada perantara. Biasanya para pembeli tersebut datang langsung ke lokasi produksi Bagas Bakery. Cukup tingginya minat konsumen dalam membeli produk Bagas Bakery dapat menjadi peluang bagi perusahaan untuk membuka outlet sendiri yang terpisah 116
dengan tempat produksi Bagas Bakery, sehingga dengan adanya outlet dapat memudahkan para konsumen dalam pembelian produk. Selain itu, proses pendistribusian produk kepada konsumen akhir juga lebih terkontrol dan efisien. b) Mengoptimalkan Saluran Distribusi yang Ada dalam Penyampaian Produk dari Produsen ke Konsumen Perantara merupakan unsur yang penting dalam saluran distribusi, karena adanya perantara dalam saluran distribusi akan membantu mengatasi kesenjangan waktu antara proses produksi dengan pemakaian produk oleh konsumen. Adapun perantara yang digunakan oleh pihak Bagas Bakery dalam mendistribusikan produknya, adalah agen, sales, dan pedagang eceran (pengecer). Dengan menggunakan perantara dalam pendistribusian produk, saat ini produk Bagas Bakery tidak hanya dipasarkan di Kabupaten Kendal saja, tetapi juga telah merambah ke daerah Semarang dan Demak. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan saluran distribusi yang ada maka pihak Bagas Bakery harus memelihara kerjasama yang terjalin baik dengan masing-masing perantara sehingga kondisi ini dapat berimplikasi terhadap meningkatnya tingkat penjualan bahkan pangsa pasar Bagas Bakery. 2) Strategi W-O a) Memperbaiki Label Kemasan Produk Secara umum, kemasan produk Bagas Bakery sudah cukup baik, karena dalam kemasan tersebut telah tercantum nomor registrasi dari Dinas Kesehatan berupa nomor PIRT, yang menunjukkan bahwa produk Bagas Bakery secara legal aman untuk dikonsumsi. Akan tetapi, terdapat satu komponen penting yang belum dicantumkan pada kemasan produk Bagas Bakery,
yaitu
tanggal kadaluarsa. Padahal
pencatuman tanggal
kadaluarsa pada sebuah produk sangat penting yang bertujuan untuk menginformasikan kepada konsumen tentang jangka waktu produk tersebut masih layak untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, untuk kedepannya pihak Bagas Bakery harus memperbaiki labelisasi kemasan
117
produknya sehingga loyalitas konsumen terhadap produk Bagas Bakery semakin meningkat. b) Memanfaatkan Skim Kredit yang Ditawarkan oleh Pemerintah untuk Meningkatkan
Kapasitas
Produksi
sehingga
Mampu
Mengatasi
Kelebihan Permintaan terhadap Produk Bagas Bakery Saat Ini Keterbatasan modal menjadi masalah yang cukup besar bagi Bagas Bakery, karena dengan modal yang terbatas tersebut, pihak Bagas Bakery belum mampu untuk memperluas tempat produksinya saat ini. Kondisi ini juga menghambat pihak Bagas Bakery untuk menambah jumlah peralatan modern yang digunakan selama proses produksi karena di tempat produksi tersebut sudah tidak ada ruang lagi yang dapat digunakan untuk meletakkan peralatan. Padahal untuk memenuhi seluruh permintaan konsumen maka pihak Bagas Bakery harus meningkatkan kapasitas produksinya. Oleh karena itu, pihak Bagas Bakery dapat memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan oleh pemerintah untuk meningkatkan modal kerjanya. 3) Strategi S-T a) Meningkatkan Mutu Produk dan Pelayanan Seiring dengan persaingan dalam industri roti yang semakin meningkat maka pihak Bagas Bakery harus mampu mempertahankan pasar konsumen yang sudah ada. Dalam kondisi seperti ini, pihak Bagas Bakery harus mampu menjaga bahkan meningkatkan mutu produk yang dihasilkan, misalnya melanjutkan pengawasan mutu produk dalam hal pemilihan bahan baku utama seperti tepung terigu, sortasi produk, tekstur roti, penampilan fisik roti, nilai gizi yang dikandung oleh roti, rasa, dan aroma roti. Selain peningkatan mutu produk, pelayanan kepada pelanggan juga harus ditingkatkan, sehingga loyalitas pelanggan terhadap produk Bagas Bakery semakin meningkat. b) Mengembangkan Produk Baru pada Pasar Konsumen yang Sudah Ada Dengan adanya pengembangan produk baru, baik dari segi variasi rasa, jenis, ukuran, maupun bentuk roti berarti jenis roti yang ditawarkan kepada konsumen semakin beragam sehingga konsumen memiliki 118
banyak pilihan dalam menentukan jenis roti yang sesuai seleranya. Oleh karena itu, dengan adanya variasi produk Bagas Bakery yang semakin beragam maka diharapkan respon konsumen terhadap produk Bagas Bakery semakin tinggi, serta dapat menjadi alternatif strategi bagi Bagas Bakery dalam menghadapi persaingan dalam industri roti yang semakin ketat. 4) Strategi W-T a) Melakukan Pengaturan dalam Pengalokasian Keuangan Perusahaan Bagas
Bakery
harus
mampu
melakukan
pengaturan
dalam
mengalokasikan keuangan usahanya, khususnya jika terjadi kenaikan harga bahan baku seperti tepung terigu, telur, atau gula. Hal ini karena jika terjadi kenaikan harga bahan baku maka akan berdampak terhadap kenaikan biaya produksi, yang nantinya dapat berimplikasi terhadap harga jual produk. Padahal jika suatu perusahaan yang berada pada industri yang tingkat persaingannya sangat tinggi, maka dengan adanya kenaikan harga jual produk dapat mengakibatkan hilangnya pelanggan. Oleh karena itu, Bagas Bakery harus mampu mengalokasikan keuangannya dengan baik sehingga mampu mengatasi kondisi dimana terjadi kenaikan harga bahan baku. b) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Salah satu kunci keberhasilan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, karena ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki, sehingga sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu aset perusahaan yang secara tidak langsung mendukung kelancaran usaha. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas SDM Bagas Bakery, perusahaan dapat melakukan seleksi pada saat rekrutmen atau menempatkan karyawan sesuai dengan keterampilan yang dimiliki. Selain itu, bentuk pelatihan yang dapat dilakukan, adalah pelatihan pembukuan atau administrasi perusahaan.
119
7.7.
Analisis Matriks QSP (QSPM) Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahap pencocokan,
yaitu dengan menggunakan matriks IE dan matriks SWOT, maka tahap akhir dari analisis formulasi strategi adalah pemilihan strategi yang terbaik. Adapun alat analisis yang digunakan pada tahap pengambilan keputusan ini adalah Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning MatrixQSPM). Teknik ini menggunakan input dari analisis tahap masukan dan hasil pencocokan dari analisis tahap pemaduan untuk menentukan secara objektif diantara alternatif strategi. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor strategis internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Nilai AS (Attractiveness Score) menunjukkan daya tarik masingmasing strategi terhadap faktor kunci internal dan eksternal perusahaan. Nilai AS diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada kelima responden yaitu pemilik Bagas Bakery, istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery, pengawas bagian produksi, Kepala bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Kendal, serta Kepala bidang Perindustrian Dinas Perindustrian
dan
Perdagangan
Kabupaten
Kendal.
Nilai
TAS
(Total
Attractiveness Scores) dari masing-masing responden diperoleh dari hasil perkalian antara bobot rata-rata dan nilai AS dari setiap faktor kunci strategis. Kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS (Sum Total Attractiveness Scores) dari masing-masing responden dengan cara menjumlahkan seluruh nilai TAS dari masing-masing faktor internal dan eksternal. Adapun perhitungan QSPM dari masing-masing responden dapat dilihat pada Lampiran 11. Selanjutnya, setelah diperoleh nilai STAS dari masing-masing responden kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS rata-rata dari seluruh responden dengan cara membagi hasil penjumlahan STAS dari seluruh responden dengan jumlah responden. Adapun hasil perhitungan STAS rata-rata untuk melihat prioritas strategi pada usaha roti Bagas Bakery dapat dilihat pada Tabel 27.
120
Tabel 27. Prioritas Alternatif Strategi pada Bagas Bakery Respon- Respon- Respon- Respon- Responden 1 den 2 den 3 den 4 den 5
STAS Rata-Rata
Prioritas Strategi
STAS 1
5,863
5,485
5,390
4,857
6,143
5,548
8
STAS 2
6,154
5,814
5,512
4,547
6,060
5,618
7
STAS 3
6,682
5,341
5,558
4,885
6,632
5,819
6
STAS 4
7,267
6,171
5,284
4,851
6,847
6,084
4
STAS 5
7,076
6,124
5,864
4,820
6,993
6,175
2
STAS 6
6,790
5,699
5,590
5,102
6,949
6,026
5
STAS 7
7,076
6,545
5,810
4,739
6,512
6,136
3
STAS 8
6,835
5,874
6,511
4,873
7,491
6,317
1
Sumber : Data Primer
Keterangan : Responden 1 = Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery) Responden 2 = Ibu Junarti (Istri Pemilik sekaligus Pengelola Keuangan Bagas Bakery) Responden 3 = Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery) Responden 4 = Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawas Industri Disperindag Kab. Kendal) Responden 5 = Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal) Berdasarkan hasil perhitungan STAS rata-rata pada Tabel 27 maka prioritas strategi terbaik yang dilakukan saat ini adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan STAS (Sum Total Attractiveness Scores) rata-rata tertinggi sebesar 6,317. Adapun prioritas strategi untuk pengembangan usaha roti pada Bagas Bakery, adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (STAS = 6,317) 2) Meningkatkan mutu produk dan pelayanan (STAS = 6,175) 3) Melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan perusahaan (STAS = 6,136) 4) Memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk Bagas Bakery saat ini (STAS = 6,084)
121
5) Mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada (STAS = 6,026) 6) Memperbaiki label kemasan produk (STAS = 5,819) 7) Mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen (STAS = 5,618) 8) Membuka outlet khusus untuk direct selling (STAS = 5,548) 7.8.
Pengkajian Kesesuaian Antara Alternatif Strategi yang Diberikan dengan Strategi yang Telah Dijalankan oleh Pihak Bagas Bakery Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Bagas Bakery, maka dapat di
identifikasi beberapa strategi yang telah dijalankan oleh perusahaan, antara lain : 1) Melakukan Diversifikasi Produk Diversifikasi produk yang telah dilakukan oleh Bagas Bakery termasuk diversifikasi konsentris, dimana produk baru yang ditawarkan oleh perusahaan masih berkaitan dengan produk yang telah ada. Bertambahnya jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery dibandingkan pada saat awal pendiriannya merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka menyediakan produk roti yang lebih beragam dan bervariasi. Oleh karena itu, saat ini pihak Bagas Bakery telah mampu memproduksi lima jenis roti, yaitu roti bolu, roti pia, roti sobek, roti cokelat, dan roti pisang. 2) Menggunakan Perantara dalam Pendistribusian Produk Pertimbangan pihak Bagas Bakery untuk melibatkan perantara dalam pendistribusian
produknya
karena
dengan
menggunakan
perantara,
perusahaan dapat mengurangi biaya distribusi dan dana tersebut dapat dipergunakan untuk investasi lain dalam bidang usahanya, misalnya untuk pembelian peralatan produksi. Selain itu, adanya anggapan dari pihak Bagas Bakery (produsen) bahwa perantara merupakan sarana yang cukup efektif dalam menyalurkan hasil produksinya karena adanya pengalaman dan spesialisasi dalam bidangnya. Oleh karena itu, penggunaan perantara dalam saluran distribusi Bagas Bakery juga memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap penyaluran produk dari produsen ke konsumen, dimana saat ini, produk Bagas Bakery tidak hanya tersebar di wilayah Kendal saja, melainkan juga telah mencapai beberapa daerah di Semarang dan Demak. 122
3) Menjaga Mutu Produk Untuk menjaga mutu produk, pihak Bagas Bakery telah melakukan beberapa upaya diantaranya menggunakan bahan baku yang berkualitas seperti tepung terigu cap Cakra Kembar, melakukan sortasi, menggunakan peralatan modern seperti mesin penggiling atau alat pres untuk menyeragamkan bentuk maupun ukuran adonan, serta mendaftarkan produk Bagas Bakery ke Dinas Kesehatan untuk mendapatkan nomor PIRT. Pentingnya menjaga mutu produk bagi Bagas Bakery karena untuk mempertahankan loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. 4) Melayani atau Menerima Pesanan untuk Acara-Acara Tertentu Kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh pihak Bagas Bakery adalah dengan menerima pesanan untuk acara-acara tertentu misalnya arisan, syukuran, atau pernikahan. Melalui upaya ini maka secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai media promosi dalam menawarkan produk Bagas Bakery kepada pembeli. Berikut ini merupakan gambaran umum mengenai alternatif strategi yang diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh pihak Bagas Bakery : Tabel 28. Gambaran Umum Tentang Alternatif Strategi yang Diberikan dengan Strategi yang telah Dijalankan oleh Pihak Bagas Bakery
Ø Ø Ø Ø
Strategi yang telah Dijalankan Perusahaan Melakukan diversifikasi produk Menggunakan perantara dalam pendistribusian produk Menjaga mutu produk Melayani atau menerima pesanan untuk acaraacara tertentu
Alternatif Strategi yang Diberikan kepada Perusahaan Ø Membuka outlet khusus untu direct selling Ø Mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen Ø Memperbaiki label kemasan produk Ø Memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk Bagas Bakery saat ini Ø Meningkatkan mutu produk dan pelayanan Ø Mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada Ø Melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan perusahaan Ø Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
123
Tabel 28 menunjukkan adanya kesesuaian antara strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery dengan alternatif strategi yang diberikan kepada perusahaan. Kondisi ini dapat dilihat dari alternatif strategi yang diberikan kepada Bagas Bakery masih berkaitan dengan strategi yang sudah dijalankan oleh perusahaan, misalnya mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada yang masih berkaitan dengan strategi diversifikasi produk, mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen yang masih berkaitan dengan strategi penggunaan perantara dalam pendistribusian produk, serta meningkatkan mutu produk dan pelayanan yang masih berkaitan dengan strategi menjaga mutu produk. Strategistrategi tersebut masih dipandang perlu untuk dilaksanakan oleh Bagas Bakery karena alternatif strategi tersebut masih relevan untuk mengatasi permasalahan perusahaan saat ini yang pada akhirnya mampu mempertahankan pasar yang sudah ada bahkan memperluas pasar Bagas Bakery saat ini. Selain ketiga alternatif strategi tersebut, masih terdapat lima alternatif strategi lain yang belum pernah diterapkan oleh pihak Bagas Bakery, yaitu membuka outlet khusus untuk direct selling, memperbaiki label kemasan produk, memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan pemerintah, melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan perusahaan, serta meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Meskipun kelima alternatif strategi tersebut belum pernah diterapkan oleh perusahaan, secara umum dapat dikatakan bahwa alternatif strategi yang diberikan mampu untuk mengatasi permasalahan yang ada saat ini. Hal ini karena pada dasarnya alternatif-alternatif strategi tersebut dibuat dengan melihat kondisi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi Bagas Bakery saat ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat kesesuaian antara alternatif strategi yang diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery. Formulasi strategi yang telah diberikan kepada Bagas Bakery diharapkan dapat menjadi pelengkap strategi yang telah ada sebelumnya dan mampu untuk mengatasi permasalahan internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan. Berikut ini merupakan beberapa persiapan (prakondisi) yang harus dilakukan Bagas Bakery sebelum penerapan strategi (Tabel 29).
124
Tabel 29. Persiapan-Persiapan (Prakondisi) yang Harus Dilakukan Bagas Bakery Sebelum Penerapan Strategi Persiapan yang Harus Dilakukan (Prakondisi) Membuka outlet khusus untuk direct 1. Menentukan lokasi pendirian outlet. selling 2. Merancang lay out outlet. 3. Menentukan karyawan yang akan bertanggung jawab terhadap pengelolaan outlet. 4. Menentukan besarnya proporsi produk roti yang akan dijual melalui outlet atau perantara. Strategi
Mengoptimalkan saluran distribusi 1. Membuat daftar jumlah agen, sales, dan pengecer secara rapi untuk mengetahui yang ada dalam penyampaian produk besarnya produk roti yang dari produsen ke konsumen didistribusikan melalui saluran perantara. 2. Menjaga hubungan baik dengan para perantara. Memperbaiki label kemasan produk
1. Menyiapkan karyawan yang akan bertugas untuk mencantumkan atau menempelkan tanggal kadaluarsa pada kemasan produk.
Memanfaatkan skim kredit yang 1. Mengajukan kredit usaha kecil kepada lembaga keuangan, baik bank maupun ditawarkan pemerintah untuk non bank. meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk Bagas Bakery saat ini Meningkatkan mutu produk dan 1. Melakukan pengawasan mutu, baik pelayanan dalam hal pemilihan bahan baku, peralatan produksi, penampilan fisik roti, tekstur roti, higienitas roti, maupun kandungan gizi roti. 2. Hasil produksi harus selalu segar. 3. Memberikan garansi atau kesediaan untuk menerima pengembalian produk yang cacat atau rusak. 4. Menyiapkan pramuniaga yang terampil dan cekatan dalam memberikan pelayanan kepada pembeli.
125
Lanjutan Tabel 29. Persiapan-Persiapan (Prakondisi) yang Harus Dilakukan Bagas Bakery Sebelum Penerapan Strategi Persiapan yang Harus Dilakukan (Prakondisi) Mengembangkan produk baru pada 1.Melakukan variasi produk, baik dari segi pasar konsumen yang sudah ada rasa, bentuk, maupun ukuran yang bertujuan agar pembeli tidak mudah bosan. 2.Menjaga hubungan baik dengan pembeli. Strategi
Melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan perusahaan
1. Memisahkan keuangan antara keperluan usaha dengan kebutuhan rumah tangga. 2. Mencoba untuk melakukan pencatatan secara sederhana mengenai biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diterima. 3. Menambah karyawan baru yang mengerti tentang pembukuan keuangan untuk membatu istri pemilik dalam hal pengelolaan keuangan.
Meningkatkan kualitas Sumber Daya 1. Perbaikan pola rekrutmen Manusia (SDM) 2. Membuat daftar pembagian tugas, wewenang, atau tanggung jawab yang jelas kepada tiap karyawan. 3. Memberikan pelatihan khususnya kepada karyawan baru mengenai proses produksi roti. Tabel 29 menunjukkan beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh Bagas Bakery sebelum penerapan strategi. Untuk menentukan strategi mana yang terlebih dahulu harus diprioritaskan maka urutan penerapan strateginya dapat melihat hasil dari matriks QSP (QSPM). Meskipun demikian, implementasi dari formulasi strategi ini diserahkan sepenuhnya kepada perusahaan.
126
VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada usaha roti Bagas
Bakery, maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu : 1) Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal pada Bagas Bakery, maka perusahaan memiliki kekuatan dan kelemahan. Adapun faktor-faktor strategi internal yang menjadi kekuatan bagi Bagas Bakery, adalah (1) Lokasi perusahaan strategis, (2) Komunikasi antara pemilik dan karyawan terjalin baik, (3) Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik, (4) Mutu produk yang dihasilkan baik, (5) Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan, (6) Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin, (7) Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien, (8) Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan, (9) Sistem pembayaran secara tunai, dan (10) Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi. Sedangkan faktorfaktor strategi internal yang menjadi kelemahan bagi Bagas Bakery, adalah (1) Labelisasi kemasan belum lengkap, (2) Keterbatasan modal sendiri, (3) Tempat produksi (bangunan) kurang luas, (4) Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan, (5) Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi, (6) Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan, serta (7) Bidang penelitian dan pengembangan tidak ada. 2) Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal perusahaan, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri, maka perusahaan mempunyai peluang dan ancaman. Adapun faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi peluang bagi Bagas Bakery, adalah (1) Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM, (2) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik, (3) Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal, (4) Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi, (5) Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun, (6) Kecenderungan harga BBM semakin turun, (7) Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, (8) Perkembangan teknologi yang 127
cepat, dan (9) Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil. Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi Bagas Bakery, adalah (1) Tingkat inflasi yang fluktuatif, (2) Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat, (3) Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun, (4) Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat, (5) Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil, (6) Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti, serta (7) Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada. 3) a) Berdasarkan hasil analisis SWOT maka dihasilkan delapan buah strategi dimana prioritas pelaksanaan strategi tersebut diurutkan dengan menggunakan matriks QSP (QSPM). Adapun urutan prioritas strategi yang dilaksanakan oleh pihak Bagas Bakery, adalah (1) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), (2) Meningkatkan mutu produk dan pelayanan, (3) Melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan perusahaan, (4) Memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk Bagas Bakery saat ini, (5) Mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada, (6) Memperbaiki label kemasan produk, (7) Mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen, serta (8) Membuka outlet khusus untuk direct selling. b) Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan, terdapat kesesuaian antara alternatif strategi yang diberikan dengan strategi yang telah dijalankan oleh Bagas Bakery. Kondisi ini dapat dilihat dari alternatif strategi yang diberikan kepada Bagas Bakery masih berkaitan dengan strategi yang sudah dijalankan oleh perusahaan, misalnya mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada yang masih berkaitan dengan strategi diversifikasi produk, mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen yang masih berkaitan dengan strategi penggunaan perantara dalam pendistribusian produk, serta meningkatkan mutu produk dan pelayanan yang masih 128
berkaitan dengan strategi menjaga mutu produk. Selain ketiga alternatif strategi tersebut, masih terdapat lima alternatif strategi baru dimana pihak Bagas Bakery belum menerapkannya saat ini. Meskipun tidak berkaitan dengan strategi yang sudah ada sebelumnya, namun secara umum alternatif srtategi tersebut diharapkan mampu melengkapi dan mengatasi permasalahan Bagas Bakery saat ini. Hal ini karena penyusunan strategi didasarkan atas kondisi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi Bagas Bakery. 8.2.
Saran Adapun saran yang dapat diberikan kepada usaha roti Bagas Bakery,
adalah : 1) Bagas Bakery sebaiknya memperluas tempat produksi dan menambah jumlah peralatan modern, khususnya mesin penggiling adonan. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi Bagas Bakery saat ini yang masih dinilai kurang. 2) Bagas Bakery harus menjaga konsistensi mutu produk bahkan jika perlu melakukan peningkatan mutu produk baik pada jenis produk, pilihan rasa produk, bentuk produk, maupun ukuran produk secara terus-menerus agar mampu bertahan dalam industri roti (bakery). 3) Perusahaan sebaiknya melakukan perbaikan pola rekrutmen. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM.
129
DAFTAR PUSTAKA Astawan M. 30 Juni 2008. Roti Lebih Baik dari Mie dan Nasi. http://banabakery.wordpress.com/2008/06/30/roti-lebih-baik-dari-nasidan-mie/. [18 November 2008]. [BPS] Badan Pusat Statistik. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Tahun 2004-2007. Jakarta. .Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kendal 2007. Kendal. . Pemerataan Penduduk dan Pola Konsumsi Penduduk Jawa Tengah 2007. Jawa Tengah. . Indeks Harga Konsumen dan Laju Inflasi Tahun 2003-2007. Kendal. . Statistik Indonesia 2008. Jakarta. Budi AS. 2008. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Susu Kedelai Bubuk Instan (Studi Kasus : PD Mas Adam Berdasi Kec. Rumpin, Bogor). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. David FR. 2006. Manajemen Strategis. Sulistio P dan Mahardika H, penerjemah; Rahoyo S, editor; Edisi Sepuluh. Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic Management Concepts and Cases, 10th ed . Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2009. Statistik Perdagangan. Jakarta Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2008. Data Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Kendal. Kendal. Ebenhear R. 2007. Alokasi Optimal Distribusi Roti Unyil Venus Produksi Venus Bakery Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kotler P. 1999. Manajemen Pemasaran. Jilid II. Jakarta: Prehallindo. Kristiyani D. 2008. Analisis Strategi Bersaing Merdeka Bakery, Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Mudjajanto ES, Lilik NY. 2007. Membuat Aneka Roti. Jakarta: Penebar Swadaya. Nababan TR. 2007. Analisis Strategi Pemasaran Produk Home Industry Roti (Studi Kasus di Home Industry Marinda, Kelurahan Gunung Batu, Bogor). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Cetakan Keenam. Bogor : Ghalia Indonesia
130
Nurdjannah. 2006. Perencanaan Strategi Pengembangan Bisnis. http://tumoutou.net/mm_ku/sm/0667/nurdjannah.pdf. [10 Februari 2009] Pearce JA, Robinson RB. 1997. Manajemen Strategik :Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Maulana A, penerjemah; Jilid Satu. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Terjemahan dari: Strategic Managemen :Formulation, Implementation, and Controlling. Porter ME. 1991. Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Maulana A, penerjemah; Hutauruk G, editor; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Competitive Strategy. Rangkuti F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sitompul FRS. 2005. Analisis Pengendalian Bahan Baku di Bogor Permai Bakery. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Umar H. 1999. Riset Strategi Perusahaan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Umar H. 2008. Strategic Management in Action. Cetakan Kelima. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
131
LAMPIRAN
132
Lampiran 1. Daftar Wawancara Mengenai Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal pada Bagas Bakery 1) Daftar wawancara mengenai gambaran umum perusahaan a) Siapa nama pemilik Bagas Bakery? Sejak kapan Bagas Bakery didirikan? b) Bagaimana sejarah berdirinya Bagas Bakery? c) Mengapa Anda menggeluti bisnis di bidang makanan? d) Mengapa Anda memilih roti sebagai produk yang Anda akan kembangkan? e) Bagaimana perkembangan Bagas Bakery saat ini dibandingkan ketika awal pendiriannya? f) Produk roti apa saja yang dihasilkan oleh Bagas Bakery? Dan berapa harganya? g) Apa dan bagaimana visi, misi, dan tujuan Bagas Bakery? h) Bagaimana struktur organisasi yang terdapat pada Bagas Bakery? i) Apakah sudah terdapat pembagian kerja yang jelas pada Bagas Bakery? j) Dimana lokasi Bagas Bakery dibangun dan mengapa Bagas Bakery didirikan di lokasi tersebut? k) Apakah tempat tinggal pemilik terpisah dengan tempat produksi? l) Berapa luas lahan yang dimiki dan luas bangunan yang digunakan perusahaan? m) Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh Bagas Bakery? 2) Daftar wawancara mengenai lingkungan internal a) Struktur Organisasi dan Manajemen i) Apakah Bagas Bakery memiliki perencanaan secara tertulis untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang? ii) Bagaimana bentuk struktur organisasi yang diterapkan oleh Bagas Bakery? iii) Dari bentuk struktur organisasi tersebut, apakah pendekatan yang digunakan oleh Bagas Bakery (top down atau bottom up)? iv) Pengendalian dalam bidang apa yang dilakukan oleh Bagas Bakery ketika menjalankan usahanya? b) Sumberdaya manusia i) Apakah Bagas Bakery memiliki bagian khusus yang bertugas untuk menangani sumberdaya manusia? ii) Berapa jumlah tenaga kerja yang terdapat pada Bagas Bakery? iii) Bagaimana proses perekrutan tenaga kerjanya? Dan bagaimana tingkat pendidikan yang dimiliki oleh tenaga kerja Bagas Bakery? iv) Bagaimana pembagian kerja (job description) para karyawan? v) Bagaimana status tenaga kerja para karyawan (berapa jumlah tenaga kerja yang tetap dan yang sementara)? vi) Bagaimana kualifikasi karyawan yang dibutuhkan dalam menjalankan dan memenuhi target perusahaan? vii) Bagaimana sistem pembagian jam dan hari kerja karyawan? viii) Apakah karyawan dilibatkan oleh pemilik Bagas Bakery dalam pengambilan keputusan? ix) Bagaimana sistem pengupahan yang dilakukan oleh Bagas Bakery? 133
x) Bagaimana Bagas Bakery memberikan kesejahteraan kepada karyawannya? xi) Fasilitas apa saja yang diberikan oleh Bagas Bakery kepada karyawannya? c) Produksi dan operasi i) Bahan baku apa saja yang dibutuhkan dalam proses pembuatan roti? ii) Bagaimana Bagas Bakery memperoleh kepastian penyediaan bahan baku? iii) Bagaimana proses produksi yang dilakukan oleh Bagas Bakery untuk menghasilkan roti? iv) Berapa jumlah mesin atau peralatan yang dimiliki oleh Bagas Bakery? v) Apakah Bagas Bakery melakukan periksaan terhadap mesin-mesin atau peralatan yang digunakan untuk proses produksi? d) Pemasaran i) bauran produk • Ada berapa jenis roti yang diproduksi oleh Bagas Bakery? • Apa yang membedakan roti Bagas Bakery dengan produk sejenis lainnya? • Berapa total omzet penjualan bulanan yang dihasilkan oleh Bagas Bakery? • Bahan kemasan seperti apa yang digunakan oleh Bagas Bakery untuk mengemas produknya? • Bentuk jaminan seperti apa yang diberikan oleh Bagas Bakery kepada konsumennya jika seandainya produk yang dibeli atau pesanan tidak sesuai keinginan konsumen? ii) bauran harga • Bagaimana penetapan harga yang dilakukan oleh Bagas Bakery? • Apakah terdapat perbedaan harga antara produk Bagas Bakery dengan harga produk perusahaan sejenis? • Apakah terdapat potongan harga atau pemberian bonus yang diberikan kepada konsumen jika melakukan pembelian dalam jumlah banyak? • Berapa jumlah minimal yang ditetapkan oleh Bagas Bakery agar konsumen memperoleh potongan harga? iii) bauran distribusi • Bagaimana cara Bagas Bakery memasarkan produknya? • Apakah Bagas Bakery memiliki armada distribusi sendiri? • Apakah Bagas Bakery telah memiliki agen untuk memasarkan produknya? • Daerah mana saja yang merupakan daerah pemasaran Bagas Bakery? • Bagaimana sistem pembayaran yang diterapkan oleh Bagas Bakery dalam menjual produknya? iv) bauran promosi • Kegiatan promosi apa saja yang telah dilakukan oleh Bagas Bakery? 134
• Apakah kegiatan promosi yang dilakukan oleh Bagas Bakery sudah efektif? e) Keuangan i) Bagaimana pemilik Bagas Bakery mendapatkan modal? ii) Apakah pemilik Bagas Bakery mendapatkan tambahan modal dari lembaga keuangan? iii) Apakah pemilik Bagas Bakery melakukan pencatatan secara akuntasi terhadap pengelolaan keuangan dan modal perusahaan? f) Penelitian dan pengembangan i) Apakah Bagas Bakery memiliki bagian atau divisi penelitian dan pengembangan? Jika ada, kegiatan apa yang dilakukan oleh divisi tersebut? 3) Daftar wawancara mengenai lingkungan eksternal a) Lingkungan Jauh i) Ekonomi • Bagaimana pertumbuhan kondisi perekonomian Kabupaten Kendal saat ini berdasarkan indikator PDRB? • Bagaimana perkembangan pengeluaran konsumsi rumah tangga di Kabupaten Kendal? • Bagaimana perkembangan harga tepung terigu sebagai bahan baku utama dan bahan baku penolong seperti telur dan gula? • Bagaimana perkembangan laju inflasi di Kabupaten Kendal? ii) Sosial • Bagaimana laju pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia? • Bagaimana laju pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Kendal? iii) Politik • Bagaimana kondisi stabilitas politik dan keamanan yang mempengaruhi perkembangan usaha roti di Kabupaten Kendal? • Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah tentang penghapusan Pajak Pertambahan Nilai dan penetapan bea masuk 5 persen terhadap harga tepung terigu? • Apakah terdapat kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan upaya pengembangan industri pangan (misalnya kebijakan tentang keamanan dan kesehatan pangan, tarif BBM atau tariff gas elpiji, tarif dasar listrik, kebijakan otonomi daerah, tarif upah, kredit usaha kecil, dan sebagainya)? • Apakah terdapat tindak lanjut maupun program-program yang dilaksanakan pemerintah terkait dengan kebijakan yang berlaku tersebut? • Siapa saja pihak yang berwenang dan bertanggung jawab atas pelaksanaan progam tersebut? • Bagaimana pengaruh kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah terhadap keberlangsungan usaha roti di Kabupaten Kendal? 135
iv) Teknologi • Apakah terdapat perkembangan teknologi yang diterapkan dalam industri industri roti di Kabupaten Kendal, dilihat dari segi: - produksi (baik metode maupun peralatan) - pemasaran - komunikasi dan informasi - transportasi • Apa dampak yang ditimbulkan dari setiap aplikasi teknologi? b) Lingkungan Industri i) Pendatang baru • Hambatan apa yang akan dihadapi oleh pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri roti jika dilihat dari segi: - Skala ekonomis - Diferensiasi produk - Kebutuhan modal - Keunggulan biaya - Akses saluran distribusi - Kebijakan pemerintah • Bagaimana perkembangan pendatang baru dalam industri roti? ii) Pemasok • Berapa jumlah pemasok yang menyediakan bahan baku bagi Bagas Bakery? • Apakah pemasok melakukan integrasi ke depan atau mengolah produk yang dihasilkannya menjadi produk yang sama yang dihasilkan oleh Bagas Bakery? • Apakah produk yang dijual Bagas Bakery unik sehingga sangat bergantung hanya kepada satu pemasok tertentu? • Apakah Bagas Bakery membeli dalam jumlah besar atau kecil terhadap bahan baku yang dijual oleh pemasok? iii) Pembeli • Apakah konsumen membeli dalam jumlah besar terhadap produk Bagas Bakery? • Apakah pembeli mampu memproduksi sendiri produk yang diperlukan sehingga tidak terlalu bergantung terhadap produk yang dijual Bagas Bakery? • Apakah pembeli dihadapkan pada banyak pemasok yang menjual produk yang hampir sama dengan produk Bagas Bakery? • Apakah produk Bagas Bakery memiliki andil besar terhadap kebutuhan pembeli? • Apakah pembeli juga berpengaruh terhadap penetapan harga pada Bagas Bakery jika membeli dalam jumlah besar? iv) Barang substitusi • Produk seperti apa yang dapat digolongkan menjadi produk pengganti atau substitusi bagi roti Bagas Bakery? 136
• Bagaimana pengaruh produk pengganti tersebut terhadap penjualan roti Bagas Bakery? v) Persaingan di antara perusahaan sejenis • Bagaimana tingkat persaingan dalam industri roti di Kabupaten Kendal? • Jika dilihat dari bentuk persaingannya, bagaimana struktur pasar yang terjadi pada industri roti di Kabupaten Kendal? • Strategi apa yang biasanya diterapkan untuk menghadapi persaingan pada industri roti di Kabupaten Kendal?
137
Lampiran 2. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal A. Nama Responden
A B C D E F G H I J K L M N O P Q
: Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Faktor-Faktor Strategis Internal Lokasi Perusahaan yang strategis Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik Mutu produk yang dihasilkan baik Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan Sistem pembayaran secara tunai Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi Labelisasi kemasan belum lengkap Keterbatasan modal sendiri Tempat produksi (bangunan) kurang luas Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada
A B C D E F G H I J K X 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 X 3 1 2 2 2 2 2 3 2 3 1 X 2 3 1 2 2 1 1 2 3 3 2 X 3 3 1 2 2 2 3 3 2 1 1 X 1 2 1 1 1 2 3 2 3 1 3 X 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 X 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 X 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 X 3 2 3 1 3 2 3 1 2 2 1 X 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 X 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 1 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 1 3 1 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 2 3 2 3 2 2 1 1 2 2
L M N O P Q 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 3 2 1 1 1 1 3 1 1 3 2 2 3 2 1 1 1 1 3 1 1 3 3 1 3 2 1 1 1 1 3 2 1 1 3 2 3 3 1 2 2 1 3 3 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 3 2 X 1 3 2 3 2 3 X 3 3 3 2 1 1 X 1 3 2 2 1 3 X 3 3 1 1 1 1 X 1 2 2 2 1 3 X
Total 17 33 26 37 23 37 32 35 36 28 27 44 41 34 42 19 33 554
Bobot 0,031 0,061 0,048 0,068 0,042 0,068 0,059 0,064 0,066 0,051 0,050 0,081 0,075 0,063 0,077 0,035 0,061 1,000
Keterangan : 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
138
B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)
Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q
Lokasi Perusahaan yang strategis Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik Mutu produk yang dihasilkan baik Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan Sistem pembayaran secara tunai Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi Labelisasi kemasan belum lengkap Keterbatasan modal sendiri Tempat produksi (bangunan) kurang luas Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada
A B C D X 1 2 1 3 X 2 1 2 2 X 1 3 3 3 X 2 3 2 1 3 3 3 1 3 3 2 1 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 3 1
E F 2 1 1 1 2 1 3 3 X 2 2 X 2 2 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 3 1 1 3 1 1 1 3
G 1 1 2 3 2 2 X 2 3 1 1 3 3 2 3 1 2
H I 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 X 1 3 X 2 3 3 1 3 1 1 3 3 3 1 1 1 1 1 1
J 1 1 1 3 3 1 3 2 1 X 1 2 3 3 1 1 1
K L M 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 3 3 3 1 3 2 1 X 1 2 3 X 3 2 1 X 2 1 2 3 3 1 1 1 1 3 1 1
N O P Q 1 3 3 3 1 1 3 3 1 3 3 1 1 1 3 3 1 3 3 3 3 1 3 1 2 1 3 2 1 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 2 1 3 1 3 1 3 3 2 3 3 3 X 1 3 3 3 X 3 3 1 1 X 1 1 1 3 X
Total 25 24 24 38 31 28 32 37 41 37 30 42 42 39 34 16 25 545
Bobot 0,046 0,044 0,044 0,070 0,057 0,051 0,059 0,068 0,075 0,068 0,055 0,077 0,077 0,072 0,062 0,029 0,046 1,000
Keterangan : 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
139
C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q
Lokasi Perusahaan yang strategis Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik Mutu produk yang dihasilkan baik Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan Sistem pembayaran secara tunai Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi Labelisasi kemasan belum lengkap Keterbatasan modal sendiri Tempat produksi (bangunan) kurang luas Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada
A B C X 2 3 2 X 3 1 1 X 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 3 1 3 2 1 3 3 1 1 3 2 2 1 1 1 3 2 2
D 1 2 2 X 3 3 2 3 3 3 2 1 2 1 2 1 2
E 3 2 2 1 X 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3
F 2 2 2 1 2 X 2 3 2 3 2 3 2 2 3 1 2
G 1 1 2 2 2 2 X 1 2 2 3 2 3 1 2 1 2
H 2 2 1 1 1 1 3 X 3 2 2 3 3 2 2 1 2
I 1 1 1 1 1 2 2 1 X 1 3 3 2 1 2 2 3
J 1 1 3 1 2 1 2 2 3 X 2 3 3 2 3 1 2
K 1 3 1 2 1 2 1 2 1 2 X 2 1 1 1 1 2
L M N O P Q 1 2 1 1 3 1 3 3 3 2 3 2 1 1 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 3 2 2 1 3 2 3 2 1 1 2 2 3 2 1 2 3 2 2 1 1 1 2 1 3 2 2 3 3 3 3 2 X 2 3 2 3 2 2 X 3 2 3 2 1 1 X 1 2 2 2 2 3 X 3 2 1 1 2 1 X 1 2 2 2 2 3 X
Total 26 35 28 31 25 30 35 33 37 32 40 39 37 24 37 19 36 544
Bobot 0,048 0,064 0,051 0,057 0,046 0,055 0,064 0,061 0,068 0,059 0,074 0,072 0,068 0,044 0,068 0,035 0,066 1,000
Keterangan : 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
140
D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Kendal)
Faktor-Faktor Strategis Internal A B C D E F G H I J K L M N O P Q
Lokasi Perusahaan yang strategis Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik Mutu produk yang dihasilkan baik Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan Sistem pembayaran secara tunai Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi Labelisasi kemasan belum lengkap Keterbatasan modal sendiri Tempat produksi (bangunan) kurang luas Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada
A B X 1 3 X 3 2 3 3 3 1 3 3 2 2 3 3 2 1 1 1 3 2 3 2 3 2 1 2 3 2 1 1 1 1
C 1 2 X 3 2 3 2 2 1 3 3 3 2 2 1 1 1
D 1 1 1 X 1 3 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1
E 1 3 2 3 X 3 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1
F 1 1 1 1 1 X 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1
G 2 2 2 3 2 3 X 3 1 1 3 3 1 2 2 1 1
H 1 1 2 2 2 3 1 X 1 1 2 1 1 1 2 1 1
I 2 3 3 3 2 3 3 3 X 1 3 1 1 1 2 1 1
J 3 3 1 3 3 3 3 3 3 X 3 3 3 1 3 1 3
K 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 X 3 1 1 2 1 1
L M N O P Q 1 1 3 1 3 3 2 2 2 2 3 3 1 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 1 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 1 1 3 1 3 1 1 3 3 2 3 3 X 3 3 3 3 3 1 X 3 1 3 3 1 1 X 1 3 1 1 3 3 X 3 3 1 1 1 1 X 1 1 1 3 1 3 X
Tota 26 35 32 43 34 46 32 41 31 22 40 40 28 21 34 17 22 544
Bobot 0,048 0,064 0,059 0,079 0,063 0,085 0,059 0,075 0,057 0,040 0,074 0,074 0,051 0,039 0,063 0,031 0,040 1,000
Keterangan : 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertical
141
E. Nama Responden : Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal)
Faktor-Faktor Strategis Internal A Lokasi Perusahaan yang strategis B Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan C Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik D Mutu produk yang dihasilkan baik E Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan F Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin G Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien H Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan I Sistem pembayaran secara tunai J Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi K Labelisasi kemasan belum lengkap L Keterbatasan modal sendiri M Tempat produksi (bangunan) kurang luas N Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan O Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi P Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan Q Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada
A X 2 3 3 1 3 3 3 3 1 1 3 3 1 3 3 3
B 2 X 3 2 1 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
C 1 1 X 2 1 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3
D 1 2 2 X 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3
E 3 3 3 2 X 1 1 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3
F 1 1 2 2 3 X 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3
G 1 2 2 2 3 3 X 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3
H 1 2 2 2 3 3 2 X 2 2 3 3 3 3 3 3 3
I 1 2 1 2 1 2 2 2 X 2 3 3 3 3 3 3 3
J 3 2 2 2 3 2 2 2 2 X 3 3 3 3 3 3 3
K 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 X 2 1 1 2 2 2
L 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 X 2 2 2 2 2
M 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 X 1 3 3 3
N 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 2 3 X 3 3 3
O 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 X 2 2
P 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 X 2
Q 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 X
Tota l25 30 27 26 25 28 24 24 28 23 42 41 37 34 43 43 43 543
Bobot 0,046 0,055 0,050 0,048 0,046 0,052 0,044 0,044 0,052 0,042 0,077 0,076 0,068 0,063 0,079 0,079 0,079 1,000
Keterangan : 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
142
Lampiran 3. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis A. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
Peringkat No
Faktor-Faktor Strategis Internal
(rating) 1
2
3
4
A
Lokasi Perusahaan yang strategis
v
B
Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan
v
C
Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik
v
D
Mutu produk yang dihasilkan baik
v
E
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan
v
F
Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin
G
Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien
v
H
Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan
v
I
Sistem pembayaran secara tunai
v
J
Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi
K
Labelisasi kemasan belum lengkap
L
Keterbatasan modal sendiri
v
M
Tempat produksi (bangunan) kurang luas
v
N
Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan
v
O
Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi
v
P
Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan
v
Q
Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada
v
Keterangan : 1 = Kelemahan utama/mayor 2 = Kelemahan kecil/minor
v
v v
3 = kekuatan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor
143
B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)
Peringkat No
(rating)
Faktor-Faktor Strategis Internal 1
2
3
4
A
Lokasi Perusahaan yang strategis
v
B
Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan
v
C
Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik
D
Mutu produk yang dihasilkan baik
E
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan
F
Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin
v
G
Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien
v
H
Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan
v
I
Sistem pembayaran secara tunai
v
J
Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi
v
K
Labelisasi kemasan belum lengkap
L
Keterbatasan modal sendiri
v
M
Tempat produksi (bangunan) kurang luas
v
N
Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan
v
O
Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi
v
P
Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan
v
Q
Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada
v
v v v
v
Keterangan : 1 = Kelemahan utama/mayor
3 = kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor
4 = Kekuatan besar/mayor
144
C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
No
Faktor-Faktor Strategis Internal
Peringkat (rating) 1 2 3 4 v
A
Lokasi Perusahaan yang strategis
B
Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan
v
C
Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik
v
D
Mutu produk yang dihasilkan baik
E
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan
v
F
Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin
v
G
Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien
v
H
Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan
v
I
Sistem pembayaran secara tunai
v
J
Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi
v
K
Labelisasi kemasan belum lengkap
v
L
Keterbatasan modal sendiri
v
M
Tempat produksi (bangunan) kurang luas
N
Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan
O
Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi
P
Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan
Q
Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada
v
v v v v v
Keterangan : 1 = Kelemahan utama/mayor
3 = kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor
4 = Kekuatan besar/mayor
145
D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Kendal)
No
Faktor-Faktor Strategis Internal
Peringkat (rating) 1 2 3 4
A
Lokasi Perusahaan yang strategis
v
B
Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan
v
C
Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik
v
D
Mutu produk yang dihasilkan baik
v
E
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan
F
Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin
G
Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien
H
Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan
I
Sistem pembayaran secara tunai
v
J
Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi
v
K
Labelisasi kemasan belum lengkap
v
L
Keterbatasan modal sendiri
v
M
Tempat produksi (bangunan) kurang luas
v
N
Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan
v
O
Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi
P
Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan
Q
Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada
v v v v
v v v
Keterangan : 1 = Kelemahan utama/mayor
3 = kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor
4 = Kekuatan besar/mayor
146
E. Nama Responden : Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal)
No
Faktor-Faktor Strategis Internal
Peringkat (rating) 1 2 3 4
A
Lokasi Perusahaan yang strategis
v
B
Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan
v
C
Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik
v
D
Mutu produk yang dihasilkan baik
v
E
Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan
v
F
Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin
v
G
Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien
v
H
Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan
v
I
Sistem pembayaran secara tunai
v
J
Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi
v
K
Labelisasi kemasan belum lengkap
L
Keterbatasan modal sendiri
M
Tempat produksi (bangunan) kurang luas
v
N
Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan
v
O
Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi
v
P
Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan
v
Q
Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada
v v
v
Keterangan : 1 = Kelemahan utama/mayor
3 = kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor
4 = Kekuatan besar/mayor
147
148
Lampiran 4. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Bagas Bakery
Bobot 1
Bobot 2
Bobot 3
Bobot 4
Bobot 5
Lokasi Perusahaan yang strategis Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik Mutu produk yang dihasilkan baik Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan Sistem pembayaran secara tunai Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi Labelisasi kemasan belum lengkap Keterbatasan modal sendiri Tempat produksi (bangunan) kurang luas Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada
0,031 0,061 0,048 0,068 0,042 0,068 0,059 0,064 0,066 0,051 0,050 0,081 0,075 0,063 0,077 0,035 0,061
0,046 0,044 0,044 0,070 0,057 0,051 0,059 0,068 0,075 0,068 0,055 0,077 0,077 0,072 0,062 0,029 0,046
0,048 0,064 0,051 0,057 0,046 0,055 0,064 0,061 0,068 0,059 0,074 0,072 0,068 0,044 0,068 0,035 0,066
0,048 0,064 0,059 0,079 0,063 0,085 0,059 0,075 0,057 0,040 0,074 0,074 0,051 0,039 0,063 0,031 0,040
0,046 0,055 0,050 0,048 0,046 0,052 0,044 0,044 0,052 0,042 0,077 0,076 0,068 0,063 0,079 0,079 0,079
Bobot Rata-Rata 0,044 0,058 0,050 0,064 0,051 0,062 0,057 0,062 0,064 0,052 0,066 0,076 0,068 0,056 0,070 0,042 0,058
Total
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
Faktor-Faktor Strategi Internal
Keterangan : Bobot 1 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery) Bobot 2 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery) Bobot 3 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery) Bobot 4 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal) Bobot 5 = hasil pembobotan faktor strategi internal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)
149
Lampiran 5. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Internal pada Bagas Bakery
Faktor-Faktor Strategi Internal Lokasi Perusahaan yang strategis Komunikasi yang terjalin baik antara pemilik dan karyawan Koordinasi dalam pembagian tugas cukup baik Mutu produk yang dihasilkan baik Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin Perusahaan memiliki saluran distribusi yang efisien Hubungan yang terjalin baik antara pemilik dan pelanggan Sistem pembayaran secara tunai Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi Labelisasi kemasan belum lengkap Keterbatasan modal sendiri Tempat produksi (bangunan) kurang luas Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki perusahaan Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan Bidang Penelitian dan Pengembangan tidak ada
Rating 1 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 1 1 2 2 2 2
Rating 2 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 1 1 1 1 2 2
Rating 3
Rating 4
Rating 5
3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 2 1 2 1 2 1
3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 1 1 2 2 1 2 1
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 1 2 2 1 1 2
Rating RataRata 3,4 3,8 3,8 3,8 3,6 3,8 3,8 4,0 3,6 3,4 1,8 1,2 1,4 1,8 1,2 1,8 1,6
Keterangan : Rating 1 = hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery) Rating 2 = hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery) Rating 3 = hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery) Rating 4 = hasil rating faktor strategi internal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal) Rating 5 = hasil rating faktor strategi internal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)
150
Lampiran 6. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Eksternal A. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery
A B C D E F G H I J K L M N O P
Faktor-Faktor Strategis Eksternal
A B
Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun Kecenderungan harga BBM semakin turun Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah Perkembangan teknologi yang cepat
X 1 1 3 X 2 3 2 X 3 1 2 3 3 3 3 3 2 2 1 1 2 1 2 3 1 1 2 1 1 3 1 1 3 1 1 3 2 2 1 1 1
1 1 1 2 3 1 1 3 2 1 2 3 X 1 1 3 3 X 2 3 3 2 X 3 1 1 1 X 2 1 2 3 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 1 1 X 2 2 X 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1
2 1 1 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 X 3 3 2 3 1 X 1 1 3 1 3 X 1 3 2 3 3 X 3 1 1 1 1 X
3
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
2
3
2
1
1
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil Tingkat inflasi yang fluktuatif Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada
C
D E
F
G
H
I
J
K
L
M N O
P
Total
Bobot
1 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 1
3 3 2 3 3 3 3 2 2 1 2 3 3 2
3
X
2
22 39 35 35 44 42 30 33 32 28 22 25 30 16 22
0,046 0,082 0,073 0,073 0,092 0,088 0,063 0,069 0,067 0,059 0,046 0,052 0,063 0,034 0,046
2
2
X
22
0,046
477
1,000
Keterangan : 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
151
B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik Sekaligus Pengelola Keuangan Bagas Bakery)
A B C D E F G H I J K L M N O P
Faktor-Faktor Strategis Eksternal Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun Kecenderungan harga BBM semakin turun Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Perkembangan teknologi yang cepat Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil Tingkat inflasi yang fluktuatif Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada
A B
C
D E
F
G H
I
J
K L
M N O P
Total
Bobot
X 1 2 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 X 1 3 2 1 3 2 1 1 3 3 3 3 2 3 X 3 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 1 1 1 X 2 2 3 2 3 2 3 2 1 1 3 2 3 2 X 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 1 2 2 X 2 2 3 2 3 3 3 3 1 1 1 1 1 2 X 1 3 1 1 3 1 1 3 2 1 2 2 2 3 X 1 1 1 1 3 3 3 3 1 1 1 1 1 3 X 3 1 1 1 3 3 3 2 2 2 2 3 3 1 X 2 3 1 3 3 1 1 1 1 1 3 3 3 2 X 3 1 1 3 1 1 2 2 1 1 3 3 1 1 X 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 3 3 3 3 X 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 1 3 3 3 X
1 3 3 3 3 3 1 3 1 3 1 1 3 3
1 3 3 1 3 3 1 3 1 3 3 1 3 3
20 35 41 28 39 38 20 31 25 36 28 23 33 31
0,042 0,073 0,085 0,058 0,081 0,079 0,042 0,065 0,052 0,075 0,058 0,048 0,069 0,065
3
1
1
1
1
1
3
1
3
1
3
3
1
1
X 3
27
0,056
3
1
1
3
1
1
3
1
3
1
1
3
1
1
1
25 480
0,052 1,000
X
Keterangan : 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
152
C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
A B C D E F G H I J K L M N O P
Faktor-Faktor Strategis Eksternal Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun Kecenderungan harga BBM semakin turun Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Perkembangan teknologi yang cepat Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil Tingkat inflasi yang fluktuatif Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada
A B C X 1 1 3 X 3 3 1 X 3 2 2 2 3 3 1 1 3 2 2 2 3 2 3 3 1 1 2 2 2 3 1 3 1 2 1 1 2 1 1 1 3
D E F G H I J K L M N 1 2 3 2 1 1 2 1 3 3 3 2 1 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 1 1 2 1 3 2 1 3 3 1 X 1 1 1 2 1 1 3 2 3 1 3 X 2 1 2 3 2 3 1 2 1 3 2 X 1 2 1 2 1 1 1 2 3 3 3 X 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 X 2 2 1 2 3 2 3 1 3 2 2 X 3 2 1 2 3 3 2 2 1 2 1 X 1 2 3 3 1 1 3 2 3 2 3 X 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 X 2 2 1 2 3 1 1 2 1 1 2 X 1 3 3 2 2 2 1 1 2 2 3 X
O 3 2 2 2 2 1 3 2 1 1 3 3 2 2
P 2 3 3 3 2 1 3 3 2 2 3 3 3 3
Total
Bobot
29 36 29 28 32 23 38 32 30 29 35 33 24 31
0,060 0,075 0,060 0,058 0,067 0,048 0,079 0,067 0,063 0,060 0,073 0,069 0,050 0,065
1
2
2
2
2
3
1
2
3
3
1
1
2
2
X
2
29
0,060
2
1
1
1
2
3
1
1
2
2
1
1
1
1
2
X
22 480
0,046 1,000
Keterangan : 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
153
D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal)
A B C D E F G H I J K L M N O P
Faktor-Faktor Strategis Eksternal Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun Kecenderungan harga BBM semakin turun Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Perkembangan teknologi yang cepat Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil Tingkat inflasi yang fluktuatif Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada
A B C X 3 3 1 X 3 1 1 X 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 3 3 1 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 2
D E F G H I J K L M N 1 1 1 3 3 1 1 1 1 3 3 2 1 1 3 3 3 3 1 1 3 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 3 2 X 2 2 3 3 2 1 1 1 3 3 2 X 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 X 3 3 2 2 2 2 3 3 1 1 1 X 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 3 X 1 1 1 1 3 3 2 2 2 3 3 X 2 2 2 3 1 3 2 2 3 3 2 X 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 X 2 1 1 3 2 2 3 3 2 2 2 X 3 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 X 2 1 1 1 1 1 3 1 3 1 2 X
O 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1
P 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1
Total
Bobot
31 34 24 34 39 39 23 27 35 38 36 40 18 21
0,065 0,071 0,050 0,071 0,081 0,081 0,048 0,056 0,073 0,079 0,075 0,083 0,038 0,044
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
X
1
20
0,042
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
3
X
21 480
0,044 1,000
Keterangan : 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
154
E. Nama Responden: Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kabupaten Kendal)
Faktor-Faktor Strategis Eksternal A Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM B Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik C Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal D Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi E Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun F Kecenderungan harga BBM semakin turun G Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk H Perkembangan teknologi yang cepat I Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil J Tingkat inflasi yang fluktuatif K Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat L Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun M Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat N Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk O substitusi roti P Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada
A B C X 3 3 1 X 3 1 1 X 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2 3 3 3 1 3 2 1 1 2 1 1 2 1 1 3 3 3 3 3 3
D E F G H I J K L M N 3 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 3 1 1 3 1 3 3 3 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 3 3 1 1 X 2 2 3 2 3 3 3 3 3 1 2 X 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 X 2 3 3 3 3 3 3 2 1 2 2 X 3 2 3 3 3 2 2 2 1 1 1 X 1 3 3 1 1 1 1 1 1 2 3 X 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 1 X 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 X 1 3 1 1 2 1 1 3 1 3 3 X 3 1 1 2 1 2 3 2 3 1 1 X 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 X
O 3 1 1 3 2 1 2 1 2 1 3 3 3 3
P 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 3 1 1 1
Total
Bobot
27 29 25 32 38 37 31 25 32 18 22 27 31 38
0,056 0,060 0,052 0,067 0,079 0,077 0,064 0,052 0,067 0,037 0,046 0,056 0,064 0,079
1
3
3
1
2
3
2
3
2
3
1
1
1
1
X
2
29
0,060
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
1
3
3
3
2
X
40 481
0,083 1,000
Keterangan : 1= Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
155
Lampiran 7. Penentuan Peringkat Faktor Esternal Strategis A. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery)
No
Faktor-Faktor Strategis Internal
Peringkat (rating) 1 2 3 4
A
Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM
v
B
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik
v
C
Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal
v
D
Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi
E
Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun
F
Kecenderungan harga BBM semakin turun
G
Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk
v
H
Perkembangan teknologi yang cepat
v
I
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil
v
J
Tingkat inflasi yang fluktuatif
v
K
Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat
v
L
Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun
M
Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat
N
Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil
O
Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti
v
P
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada
v
v v v
v v v
Keterangan : 1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut rendah 2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata) 3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas rata-rata 4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut superior
156
B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri Pemilik Sekaligus Pengelola Keuangan Bagas Bakery) No
Faktor-Faktor Strategis Internal
Peringkat (rating) 1 2 3 4
A
Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM
v
B
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik
v
C D
Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi
v v
E
Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun
v
F
Kecenderungan harga BBM semakin turun
v
G
Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk
v
H
Perkembangan teknologi yang cepat
v
I
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil
v
J
Tingkat inflasi yang fluktuatif
v
K
Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat
v
L
Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun
M
Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat
v
N
Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil
v
O P
Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada
v
v v
Keterangan : 1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut rendah 2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata) 3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas rata-rata 4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut superior
157
C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery) No
Faktor-Faktor Strategis Internal
A
Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM
B
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik
C D
Peringkat (rating) 1 2 3 4 v v
Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi
v v
E
Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun
v
F
Kecenderungan harga BBM semakin turun
G
Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk
H
Perkembangan teknologi yang cepat
I
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil
J
Tingkat inflasi yang fluktuatif
K
Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat
L
Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun
v
M
Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat
v
N
Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil
v
O
Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti
v
P
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada
v v v v v v
v
Keterangan : 1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut rendah 2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata) 3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas rata-rata 4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut superior
158
D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatin Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kendal) Peringkat (rating) 1 2 3 4
No
Faktor-Faktor Strategis Internal
A
Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM
B
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik
C
Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi
D
v v v v
E
Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun
v
F
Kecenderungan harga BBM semakin turun
v
G
Kebutuhan pangan yang semakin pertumbuhan jumlah penduduk
H
Perkembangan teknologi yang cepat
I
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil
J
Tingkat inflasi yang fluktuatif
K
Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat
L
Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun
M
Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat
v
N
Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil
v
O
Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada
v
P
meningkat
seiring
dengan
v v v v v v
v
Keterangan : 1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut rendah 2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata) 3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas rata-rata 4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut superior
159
E. Nama Responden: Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kabupaten Kendal) Peringkat (rating) No
Faktor-Faktor Strategis Internal
1
2
3
A
Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM
v
B
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik
v
C
Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal
v
D
Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi
v
E
Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun
v
F
Kecenderungan harga BBM semakin turun
v
G
Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk
v
H
Perkembangan teknologi yang cepat
v
I
Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil
v
J
Tingkat inflasi yang fluktuatif
v
K
Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat
v
L
Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun
v
M
Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat
v
N
Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil
v
O
Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti
v
P
Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada
v
Keterangan : 1 = sangat rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut rendah 2 = rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata) 3 = tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut di atas rata-rata 4 = sangat tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang atau mengatasi ancaman tersebut superior
160
4
Lampiran 8. Hasil Pembobotan Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Bagas Bakery
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun Kecenderungan harga BBM semakin turun Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Perkembangan teknologi yang cepat Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil Tingkat inflasi yang fluktuatif Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada Total
Bobot 1 0,046 0,082 0,073 0,073 0,092 0,088 0,063 0,069 0,067 0,059 0,046 0,052 0,063 0,034 0,046 0,046 1,000
Bobot 2 0,042 0,073 0,085 0,058 0,081 0,079 0,042 0,065 0,052 0,075 0,058 0,048 0,069 0,065 0,056 0,052 1,000
Bobot 3 0,060 0,075 0,060 0,058 0,067 0,048 0,079 0,067 0,063 0,060 0,073 0,069 0,050 0,065 0,060 0,046 1,000
Bobot 4 0,065 0,071 0,050 0,071 0,081 0,081 0,048 0,056 0,073 0,079 0,075 0,083 0,038 0,044 0,042 0,044 1,000
Bobot 5 0,056 0,060 0,052 0,067 0,079 0,077 0,064 0,052 0,067 0,037 0,046 0,056 0,064 0,079 0,060 0,083 1,000
Bobot RataRata 0,054 0,072 0,064 0,065 0,080 0,075 0,059 0,062 0,064 0,062 0,060 0,062 0,057 0,057 0,053 0,054 1,000
Keterangan : Bobot 1 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery) Bobot 2 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery) Bobot 3 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery) Bobot 4 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal) Bobot 5 = hasil pembobotan faktor strategi eksternal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)
161
Lampiran 9. Hasil Rating Rata-Rata Faktor Strategi Eksternal pada Bagas Bakery
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kendal semakin baik Sektor industri pengolahan masih mendominasi struktur ekonomi Kabupaten Kendal Pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun Kecenderungan harga BBM semakin turun Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Perkembangan teknologi yang cepat Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil Tingkat inflasi yang fluktuatif Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat Tarif Dasar Listrik untuk skala UMKM belum turun Jumlah produsen roti di Kabupaten Kendal semakin meningkat Hambatan masuk ke dalam industri roti kecil Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang tergolong produk substitusi roti Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara perusahaan roti yang ada
Rating 1 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 2 2
Rating 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3
Rating 3 2 1 3 3 2 3 4 2 3 2 4 3 3 2 2 3
Rating 4 2 3 2 3 4 4 3 1 3 2 3 4 2 2 2 3
Rating 5 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3
Rating RataRata 2,8 2,8 3,0 3,2 3,2 3,6 3,2 2,4 3,0 2,8 3,4 3,0 3,0 2,6 2,2 2,8
Keterangan : Rating 1 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery) Rating 2 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery) Rating 3 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery) Rating 4= hasil rating faktor strategi eksternal oleh Ibu Nur Mas udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Disperindag Kab. Kendal) Rating 5 = hasil rating faktor strategi eksternal oleh Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas KUKM Kab. Kendal)
162
Lampiran 10. Matriks SWOT untuk Usaha Roti Bagas Bakery WEAKNESS (W) STRENGTHS (S) 1. Labelisasi kemasan belum 1. Lokasi perusahaan strategis lengkap 2. Komunikasi terjalin baik antara pemilik dan karyawan 2. Keterbatasan modal sendiri 3. Koordinasi dalam pemba3. Tempat produksi kurang gian tugas cukup baik luas 4. Mutu produk yang dihasilkan 4. Keterbatasan jumlah baik peralatan modern yang 5. Produk telah memiliki izin dimiliki dari Dinas Kesehatan 6. Akses perusahaan terhadap 5. Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan bahan baku terjamin kurang rapi 7. Memiliki saluran distribusi yang efisien 6. Kurangnya keterampilan 8. Hubungan baik antara dalam pengelolaan pemilik dan pelanggan manajemen perusahaan 9. Sistem pembayaran secara 7. Bidang penelitian dan tunai pengembangan tidak ada 10. Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi STRATEGI W-O STRATEGI S-O 1. Membuka outlet khusus 1. Memperbaiki label kema-san produk (W1, O2, O3, O4, untuk direct selling (S4, S5, O7) S9, O2, O4, O7,) 2. Mengoptimalkan saluran 2. Memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan oleh distribusi yang ada dalam pemerintah untuk meningpenyampaian produk dari katkan kapasitas produksi produsen ke konsumen (S1, sehingga mampu mengatasi S7, S8, O2, O4, O7) kelebihan permintaan terhadap produk Bagas Bakery saat ini (W2, W3, W4, W7, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O8, O9)
OPPORTUNITIES (O) 1. Dukungan pemerintah ter-hadap akses sumber pem-biayaan bagi UMKM 2. Pertumbuhan ekonomi Kab. Kendal semakin baik 3. Sektor industri pengolahan masih mendominasi struk-tur ekonomi Kab. Kendal 4. Pengeluaran rata-rata penduduk Kab. Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi 5. Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun 6. Kecenderungan harga BBM semakin turun 7. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring pertumbuhan jumlah penduduk 8. Perkembangan teknologi yang cepat 9. Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap peru-sahaan tergolong kecil STRATEGI W-T STRATEGI S-T THREATS (T) pengaturan 1. Meningkatkan mutu produk 1. Melakukan 1. Tingkat inflasi yang fluktuatif dalam pengalokasian dan pelayanan (S4, S5, S8, 2. Kecenderungan harga gula dan gas keuangan perusahaan (W2, S10, T4, T5, T6, T7) elpiji semakin meningkat W5, T1, T2, T3, T4) produk 3. TDL untuk skala UMKM belum turun 2. Mengembangkan kualitas baru pada pasar konsumen 2. Meningkatkan 4. Jumlah produsen roti di Kab. Kendal Sumber Daya Manusia yang sudah ada (S2, S3, S4, meningkat (SDM) (W5, W6, W7, T4, S5, S6, S10, T4, T6, T7) 5. Hambatan masuk industri roti kecil T5, T6) 6. Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang termasuk produk substitusi roti 7. Pembeli memiliki kekua-tan untuk menentukan pilihan di antara perusahaan roti yang ada
163
Lampiran 11. Analisis Matriks QSP (QSPM) pada Bagas Bakery A. Nama Responden : Bapak Samsudin (Pemilik Bagas Bakery) Faktor Kunci Kekuatan A B C D E F G H I J Kelemahan K L M N O P Q Peluang R S T
Bobot Rata-Rata
Strategi 1 AS TAS
Strategi 2 AS TAS
Strategi 3 AS TAS
Strategi 4 AS TAS
Strategi 5 AS TAS
Strategi 6 AS TAS
Strategi 7 AS TAS
Strategi 8 AS TAS
0,044 0,058 0,050 0,064 0,051 0,062 0,057 0,062 0,064 0,052
4 4 4 4 4 4 4 3 4 3
0,175 0,231 0,201 0,257 0,203 0,249 0,228 0,187 0,254 0,157
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
0,175 0,231 0,201 0,257 0,203 0,249 0,228 0,250 0,254 0,157
3 4 4 4 4 4 4 4 4 3
0,131 0,231 0,201 0,257 0,203 0,249 0,228 0,250 0,254 0,157
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
0,175 0,231 0,201 0,257 0,203 0,249 0,228 0,250 0,254 0,157
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
0,175 0,231 0,201 0,257 0,203 0,249 0,228 0,250 0,254 0,157
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
0,175 0,231 0,201 0,257 0,203 0,249 0,228 0,250 0,254 0,157
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
0,175 0,231 0,201 0,257 0,203 0,249 0,228 0,250 0,254 0,209
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
0,175 0,231 0,201 0,257 0,203 0,249 0,228 0,250 0,254 0,157
0,066
3
0,197
2
0,132
4
0,263
4
0,263
4
0,263
3
0,197
3
0,197
3
0,197
0,076 0,068 0,056 0,070
1 1 1 1
0,076 0,068 0,056 0,070
1 1 2 2
0,076 0,068 0,112 0,140
2 3 3 3
0,151 0,204 0,168 0,210
4 4 3 4
0,303 0,272 0,168 0,279
4 2 3 3
0,303 0,136 0,168 0,210
3 3 3 3
0,227 0,204 0,168 0,210
3 3 3 3
0,227 0,204 0,168 0,210
3 3 3 3
0,227 0,204 0,168 0,210
0,042 0,058
1 1
0,042 0,058
2 1
0,084 0,058
3 1
0,126 0,058
2 1
0,084 0,058
4 1
0,168 0,058
3 3
0,126 0,175
3 3
0,126 0,175
3 3
0,126 0,175
0,054 0,072 0,064
4 4 4
0,215 0,289 0,257
4 4 4
0,215 0,289 0,257
4 4 4
0,215 0,289 0,257
4 4 4
0,215 0,289 0,257
4 4 4
0,215 0,289 0,257
4 4 4
0,215 0,289 0,257
4 4 4
0,215 0,289 0,257
4 4 4
0,215 0,289 0,257
164
Lanjutan Lampiran 11A. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Bapak Samsudin) Faktor Kunci Peluang U V W X Y Z Ancaman AA BB CC DD EE FF GG STAS
Bobot Rata-Rata
Strategi 1 AS TAS
Strategi 2 AS TAS
Strategi 3 AS TAS
Strategi 4 AS TAS
Strategi 5 AS
TAS
Strategi 6 AS TAS
Strategi 7 AS TAS
Strategi 8 AS TAS
0,065 0,080 0,075 0,059 0,062 0,064
3 4 4 3 3 4
0,196 0,320 0,299 0,178 0,185 0,257
3 4 4 3 4 4
0,196 0,320 0,299 0,178 0,247 0,257
3 4 4 3 4 4
0,196 0,320 0,299 0,178 0,247 0,257
3 4 4 3 4 4
0,196 0,320 0,299 0,178 0,247 0,257
3 4 3 4 4 4
0,196 0,320 0,224 0,237 0,247 0,257
3 4 4 3 3 3
0,196 0,320 0,299 0,178 0,185 0,193
3 4 4 3 3 3
0,196 0,320 0,299 0,178 0,185 0,193
3 4 3 3 3 3
0,196 0,320 0,224 0,178 0,185 0,193
0,062 0,060 0,062 0,057 0,057 0,053 0,054
1 1 1 4 3 3 4
0,062 0,060 0,062 0,227 0,171 0,159 0,217 5,863
1 3 1 4 3 3 3
0,062 0,179 0,062 0,227 0,171 0,159 0,163 6,154
3 2 1 3 3 4 3
0,186 0,119 0,062 0,170 0,171 0,212 0,163 6,682
3 3 3 4 3 4 4
0,186 0,179 0,185 0,227 0,171 0,212 0,217 7,267
3 3 3 4 3 4 3
0,186 0,179 0,185 0,227 0,171 0,212 0,163 7,076
3 3 1 4 3 3 3
0,186 0,179 0,062 0,227 0,171 0,159 0,163 6,790
3 4 3 3 3 4 4
0,186 0,238 0,185 0,170 0,171 0,212 0,217 7,076
3 3 3 3 3 4 3
0,186 0,179 0,185 0,170 0,171 0,212 0,163 6,835
165
B. Nama Responden : Ibu Junarti (Istri pemilik sekaligus pengelola keuangan Bagas Bakery)
Faktor Kunci Kekuatan A B C D E F G H I J Kelemahan K L M O P Q Peluang R S T U V
Bobot RataRata
Strategi 1 AS TAS
Strategi 2 AS TAS
Strategi 3 AS TAS
Strategi 4 AS TAS
Strategi 5 AS TAS
Strategi 6 AS TAS
Strategi 7 AS TAS
Strategi 8 AS TAS
0,044 0,058 0,050 0,064 0,051 0,062 0,057 0,062 0,064 0,052
4 4 3 4 3 3 4 4 4 3
0,175 0,231 0,151 0,257 0,152 0,186 0,228 0,250 0,254 0,157
4 4 4 4 3 4 4 4 4 3
0,175 0,231 0,201 0,257 0,152 0,249 0,228 0,250 0,254 0,157
4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
0,175 0,231 0,201 0,257 0,152 0,249 0,228 0,250 0,254 0,209
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
0,131 0,231 0,201 0,257 0,203 0,249 0,228 0,250 0,254 0,209
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
0,175 0,231 0,201 0,257 0,203 0,249 0,228 0,250 0,254 0,209
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
0,175 0,231 0,201 0,257 0,203 0,249 0,228 0,250 0,254 0,209
4 4 3 4 3 3 3 1 4 4
0,175 0,231 0,151 0,257 0,152 0,186 0,171 0,062 0,254 0,209
4 4 4 4 3 4 3 4 4 4
0,175 0,231 0,201 0,257 0,152 0,249 0,171 0,250 0,254 0,209
0,066 0,076 0,068 0,070 0,042 0,058
3 3 1 1 2 1
0,197 0,227 0,068 0,070 0,084 0,058
4 3 1 1 1 1
0,263 0,227 0,068 0,070 0,042 0,058
3 1 1 1 1 1
0,197 0,076 0,068 0,070 0,042 0,058
3 3 3 1 1 1
0,197 0,227 0,204 0,070 0,042 0,058
4 1 3 1 1 1
0,263 0,076 0,204 0,070 0,042 0,058
1 1 1 1 1 1
0,066 0,076 0,068 0,070 0,042 0,058
4 3 3 3 1 1
0,263 0,227 0,204 0,210 0,042 0,058
1 1 1 1 4 2
0,066 0,076 0,068 0,070 0,168 0,117
0,054 0,072 0,064 0,065 0,080
3 3 3 2 4
0,161 0,216 0,193 0,131 0,320
4 4 4 3 4
0,215 0,289 0,257 0,196 0,320
4 4 3 1 4
0,215 0,289 0,193 0,065 0,320
4 4 4 3 4
0,215 0,289 0,257 0,196 0,320
4 4 3 4 4
0,215 0,289 0,193 0,262 0,320
4 4 4 4 4
0,215 0,289 0,257 0,262 0,320
4 4 4 3 4
0,215 0,289 0,257 0,196 0,320
3 3 4 3 4
0,161 0,216 0,257 0,196 0,320
166
Lanjutan Lampiran 11 B. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Ibu Junarti) Faktor Kunci Peluang W X Y Z Ancaman AA BB CC DD EE FF GG STAS
Bobot RataRata
Strategi 1 AS TAS
Strategi 2 AS TAS
Strategi 3 AS TAS
Strategi 4 AS TAS
Strategi 5
Strategi 6 AS TAS
Strategi 7 AS TAS
Strategi 8 AS TAS
0,075 0,059 0,062 0,064
4 3 3 3
0,299 0,178 0,185 0,193
4 3 4 3
0,299 0,178 0,247 0,193
4 3 4 3
0,299 0,178 0,247 0,193
4 3 4 3
0,299 0,178 0,247 0,193
4 4 4 1
0,299 0,237 0,247 0,064
4 4 4 3
0,299 0,237 0,247 0,193
4 4 4 3
0,299 0,237 0,247 0,193
4 4 4 4
0,299 0,237 0,247 0,257
0,062 0,060 0,062 0,057 0,057 0,053 0,054
3 1 1 3 1 1 3
0,186 0,060 0,062 0,170 0,057 0,053 0,163 5,485
1 1 1 3 1 1 3
0,062 0,060 0,062 0,170 0,057 0,053 0,163 5,814
1 1 1 1 1 1 3
0,062 0,060 0,062 0,057 0,057 0,053 0,163 5,341
3 1 1 1 1 3 4
0,186 0,060 0,062 0,057 0,057 0,159 0,217 6,171
3 1 1 3 3 2 4
0,186 0,060 0,062 0,170 0,171 0,106 0,217 6,124
2 1 1 3 1 1 3
0,124 0,060 0,062 0,170 0,057 0,053 0,163 5,699
3 3 4 3 1 3 4
0,186 0,179 0,247 0,170 0,057 0,159 0,217 6,545
2 1 2 2 3 3 3
0,124 0,060 0,123 0,113 0,171 0,159 0,163 5,874
167
C. Nama Responden : Bapak Sobari (Pengawas Produksi Bagas Bakery)
Faktor Kunci
Bobot RataRata
Kekuatan A B C D E F G H I J Kelemahan K L M N O P Q Peluang R S T U
Strategi 1 AS TAS
Strategi 2 AS TAS
Strategi 3 AS TAS
Strategi 4 AS TAS
Strategi 5 AS TAS
Strategi 6 AS TAS
Strategi 7 AS TAS
Strategi 8 AS TAS
0,044 0,058 0,050 0,064 0,051 0,062 0,057 0,062 0,064 0,052
3 3 3 4 4 3 4 4 3 3
0,131 0,173 0,151 0,257 0,203 0,186 0,228 0,250 0,191 0,157
4 4 3 4 4 4 3 4 3 4
0,175 0,231 0,151 0,257 0,203 0,249 0,171 0,250 0,191 0,209
4 4 3 4 4 3 4 3 3 3
0,175 0,231 0,151 0,257 0,203 0,186 0,228 0,187 0,191 0,157
3 4 3 4 4 4 3 3 3 4
0,131 0,231 0,151 0,257 0,203 0,249 0,171 0,187 0,191 0,209
3 3 4 3 4 4 3 3 4 4
0,131 0,173 0,201 0,193 0,203 0,249 0,171 0,187 0,254 0,209
4 3 4 4 4 3 3 3 4 4
0,175 0,173 0,201 0,257 0,203 0,186 0,171 0,187 0,254 0,209
3 4 3 4 4 3 3 3 4 4
0,131 0,231 0,151 0,257 0,203 0,186 0,171 0,187 0,254 0,209
4 3 4 3 4 4 4 3 4 4
0,175 0,173 0,201 0,193 0,203 0,249 0,228 0,187 0,254 0,209
0,066 0,076 0,068 0,056 0,070 0,042 0,058
1 2 3 3 1 2 1
0,066 0,151 0,204 0,168 0,070 0,084 0,058
1 2 1 3 2 2 1
0,066 0,151 0,068 0,168 0,140 0,084 0,058
3 3 3 2 1 2 1
0,197 0,227 0,204 0,112 0,070 0,084 0,058
1 2 1 2 1 2 1
0,066 0,151 0,068 0,112 0,070 0,084 0,058
2 3 2 3 1 2 3
0,132 0,227 0,136 0,168 0,070 0,084 0,175
1 2 1 1 1 2 1
0,066 0,151 0,068 0,056 0,070 0,084 0,058
3 3 3 2 2 2 1
0,197 0,227 0,204 0,112 0,140 0,084 0,058
3 3 2 3 2 4 2
0,197 0,227 0,136 0,168 0,140 0,168 0,117
0,054 0,072 0,064 0,065
3 3 4 3
0,161 0,216 0,257 0,196
3 4 3 2
0,161 0,289 0,193 0,131
3 4 3 2
0,161 0,289 0,193 0,131
3 3 3 2
0,161 0,216 0,193 0,131
3 3 3 3
0,161 0,216 0,193 0,196
3 3 3 3
0,161 0,216 0,193 0,196
3 3 2 2
0,161 0,216 0,128 0,131
4 4 3 3
0,215 0,289 0,193 0,196
168
Lanjutan Lampiran 11 C. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Bapak Sobari) Bobot RataFaktor Rata Kunci Peluang V 0,080 W 0,075 X 0,059 Y 0,062 Z 0,064 Ancaman AA 0,062 BB 0,060 CC 0,062 DD 0,057 EE 0,057 FF 0,053 GG 0,054 STAS
Strategi 1 AS TAS
Strategi 2 AS TAS
Strategi 3 AS TAS
Strategi 4 AS TAS
Strategi 5 AS TAS
Strategi 6 AS TAS
Strategi 7 AS TAS
Strategi 8 AS TAS
2 2 2 4 1
0,160 0,149 0,118 0,247 0,064
4 4 2 3 2
0,320 0,299 0,118 0,185 0,128
3 3 1 3 1
0,240 0,224 0,059 0,185 0,064
3 3 2 3 3
0,240 0,224 0,118 0,185 0,193
3 4 3 4 3
0,240 0,299 0,178 0,247 0,193
3 4 4 4 3
0,240 0,299 0,237 0,247 0,193
4 4 3 4 3
0,320 0,299 0,178 0,247 0,193
4 4 3 4 3
0,320 0,299 0,178 0,247 0,193
3 1 3 3 2 3 4
0,186 0,060 0,185 0,170 0,114 0,159 0,217 5,390
3 1 2 1 3 2 3
0,186 0,060 0,123 0,057 0,171 0,106 0,163 5,512
3 2 2 3 3 3 3
0,186 0,119 0,123 0,170 0,171 0,159 0,163 5,558
3 1 2 3 3 3 3
0,186 0,060 0,123 0,170 0,171 0,159 0,163 5,284
2 2 2 3 3 2 3
0,124 0,119 0,123 0,170 0,171 0,106 0,163 5,864
3 1 2 4 3 2 3
0,186 0,060 0,123 0,227 0,171 0,106 0,163 5,590
3 2 3 3 1 2 2
0,186 0,119 0,185 0,170 0,057 0,106 0,108 5,810
3 2 3 4 3 3 2
0,186 0,119 0,185 0,227 0,171 0,159 0,108 6,511
169
D. Nama Responden : Ibu Nur Mas’udatun Ismaeni (Kepala Seksi Pengawasan Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Kendal)
Faktor Kunci
Bobot RataRata
Strategi 1 AS TAS
Strategi 2 AS TAS
Strategi 3 AS TAS
Strategi 4 AS TAS
Strategi 5 AS TAS
Strategi 6 AS TAS
Strategi 7 AS TAS
Strategi 8 AS TAS
Kekuatan A
0,044
3
0,131
3
0,131
2
0,088
2
0,088
2
0,088
2
0,088
2
0,088
2
0,088
B
0,058
2
0,115
2
0,115
2
0,115
2
0,115
2
0,115
2
0,115
2
0,115
3
0,173
C
0,050
2
0,101
2
0,101
2
0,101
2
0,101
3
0,151
2
0,101
2
0,101
3
0,151
D
0,064
3
0,193
3
0,193
3
0,193
3
0,193
3
0,193
4
0,257
2
0,129
3
0,193
E
0,051
2
0,101
3
0,152
4
0,203
2
0,101
3
0,152
3
0,152
2
0,101
2
0,101
F
0,062
2
0,124
2
0,124
3
0,186
2
0,124
2
0,124
3
0,186
3
0,186
2
0,124
G
0,057
3
0,171
3
0,171
2
0,114
2
0,114
2
0,114
3
0,171
3
0,171
2
0,114
H
0,062
3
0,187
2
0,125
2
0,125
2
0,125
3
0,187
3
0,187
2
0,125
3
0,187
I
0,064
2
0,127
3
0,191
2
0,127
2
0,127
2
0,127
2
0,127
2
0,127
2
0,127
J
0,052
2
0,104
2
0,104
3
0,157
3
0,157
2
0,104
3
0,157
2
0,104
3
0,157
K
0,066
2
0,132
2
0,132
4
0,263
2
0,132
3
0,197
2
0,132
2
0,132
3
0,197
L
0,076
2
0,151
2
0,151
2
0,151
4
0,303
2
0,151
2
0,151
3
0,227
2
0,151
M
0,068
2
0,136
1
0,068
2
0,136
2
0,136
2
0,136
2
0,136
2
0,136
2
0,136
N
0,056
2
0,112
2
0,112
1
0,056
3
0,168
2
0,112
2
0,112
3
0,168
3
0,168
O
0,070
2
0,140
2
0,140
2
0,140
2
0,140
2
0,140
1
0,070
2
0,140
3
0,210
P
0,042
1
0,042
1
0,042
2
0,084
2
0,084
2
0,084
2
0,084
2
0,084
3
0,126
Q
0,058
1
0,058
2
0,117
2
0,117
3
0,175
2
0,117
2
0,117
2
0,117
3
0,175
Peluang R
0,054
3
0,161
2
0,108
2
0,108
4
0,215
3
0,161
4
0,215
2
0,108
2
0,108
S
0,072
4
0,289
3
0,216
3
0,216
2
0,144
3
0,216
3
0,216
2
0,144
2
0,144
Kelemahan
170
Lanjutan Lampiran 11D. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Ibu Nur Mas’udatin Ismaeni) Faktor Kunci Peluang T U V W X Y Z AA BB CC DD EE FF GG STAS
Bobot RataRata
Strategi 1 AS TAS
Strategi 2 AS TAS
Strategi 3 AS TAS
Strategi 4 AS TAS
Strategi 5 AS TAS
Strategi 6 AS TAS
Strategi 7 AS TAS
Strategi 8 AS TAS
0,064 0,065
3 4
0,193 0,262
3 2
0,193 0,131
2 3
0,128 0,196
2 3
0,128 0,196
2 3
0,128 0,196
3 3
0,193 0,196
3 3
0,193 0,196
2 3
0,128 0,196
0,080 0,075 0,059 0,062 0,064 0,062 0,060 0,062 0,057 0,057 0,053 0,054
2 2 3 2 2 2 2 2 4 3 3 3
0,160 0,149 0,178 0,123 0,128 0,124 0,119 0,123 0,227 0,171 0,159 0,163 4,857
2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 1 3
0,160 0,149 0,118 0,123 0,128 0,186 0,179 0,185 0,170 0,114 0,053 0,163 4,547
2 2 3 2 2 2 2 2 4 3 3 4
0,160 0,149 0,178 0,123 0,128 0,124 0,119 0,123 0,227 0,171 0,159 0,217 4,885
2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2
0,160 0,149 0,178 0,185 0,128 0,124 0,179 0,185 0,113 0,114 0,159 0,108 4,851
2 2 3 3 2 2 2 1 3 3 3 4
0,160 0,149 0,178 0,185 0,128 0,124 0,119 0,062 0,170 0,171 0,159 0,217 4,820
2 2 3 3 2 2 2 2 3 3 4 4
0,160 0,149 0,178 0,185 0,128 0,124 0,119 0,123 0,170 0,171 0,212 0,217 5,102
2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2
0,160 0,149 0,118 0,185 0,128 0,186 0,179 0,185 0,170 0,171 0,106 0,108 4,739
2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2
0,160 0,149 0,118 0,185 0,128 0,124 0,119 0,123 0,170 0,171 0,159 0,108 4,873
171
E. Nama Responden : Bapak Juni Suhendra (Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kab. Kendal)
Faktor Kunci
Bobot RataRata
Strategi 1 AS TAS
Strategi 2 AS TAS
Strategi 3 AS TAS
Strategi 4 AS TAS
Strategi 5 AS TAS
Strategi 6 AS TAS
Strategi 7 AS TAS
Strategi 8 AS TAS
Kekuatan A
0,044
3
0,131
4
0,175
4
0,175
4
0,175
4
0,175
3
0,131
4
0,175
4
0,175
B
0,058
3
0,173
4
0,231
4
0,231
4
0,231
4
0,231
4
0,231
4
0,231
4
0,231
C
0,050
3
0,151
4
0,201
4
0,201
4
0,201
4
0,201
4
0,201
4
0,201
4
0,201
D
0,064
4
0,257
4
0,257
4
0,257
4
0,257
4
0,257
4
0,257
4
0,257
4
0,257
E
0,051
4
0,203
4
0,203
4
0,203
4
0,203
4
0,203
4
0,203
4
0,203
4
0,203
F
0,062
4
0,249
4
0,249
4
0,249
4
0,249
4
0,249
4
0,249
4
0,249
4
0,249
G
0,057
4
0,228
4
0,228
4
0,228
4
0,228
4
0,228
4
0,228
4
0,228
4
0,228
H
0,062
4
0,250
4
0,250
4
0,250
4
0,250
4
0,250
4
0,250
4
0,250
4
0,250
I
0,064
4
0,254
4
0,254
4
0,254
4
0,254
4
0,254
4
0,254
4
0,254
4
0,254
J
0,052
4
0,209
4
0,209
4
0,209
4
0,209
4
0,209
4
0,209
4
0,209
4
0,209
K
0,066
2
0,132
1
0,066
4
0,263
4
0,263
4
0,263
4
0,263
4
0,263
3
0,197
L
0,076
1
0,076
1
0,076
2
0,151
4
0,303
3
0,227
3
0,227
4
0,303
3
0,227
M
0,068
2
0,136
2
0,136
3
0,204
3
0,204
3
0,204
3
0,204
4
0,272
3
0,204
N
0,056
2
0,112
1
0,056
2
0,112
3
0,168
3
0,168
3
0,168
2
0,112
3
0,168
O
0,070
1
0,070
1
0,070
1
0,070
2
0,140
2
0,140
2
0,140
1
0,070
4
0,279
P
0,042
1
0,042
1
0,042
1
0,042
1
0,042
1
0,042
1
0,042
1
0,042
4
0,168
Q
0,058
1
0,058
1
0,058
1
0,058
1
0,058
1
0,058
1
0,058
1
0,058
4
0,234
0,054 0,072
4 4
0,215 0,289
4 4
0,215 0,289
4 4
0,215 0,289
4 4
0,215 0,289
4 4
0,215 0,289
4 4
0,215 0,289
4 4
0,215 0,289
4 4
0,215 0,289
Kelemahan
Peluang R S
172
Lanjutan Lampiran 11E. Analisis Matriks QSP pada Bagas Bakery (Bapak Juni Suhendra) Faktor Kunci
Bobot RataRata
Strategi 1
Strategi 2
Strategi 3
Strategi 4
Strategi 5
Strategi 6
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
Strategi 7 AS
TAS
Strategi 8 AS
TAS
Peluang T U
0,064
4
0,257
4
0,257
4
0,257
4
0,257
4
0,257
4
0,257
4
0,257
4
0,257
0,065
4
0,262
4
0,262
4
0,262
4
0,262
4
0,262
4
0,262
4
0,262
4
0,262
V
0,080
4
0,320
4
0,320
4
0,320
4
0,320
4
0,320
4
0,320
4
0,320
4
0,320
W
0,075
4
0,299
4
0,299
4
0,299
4
0,299
4
0,299
4
0,299
4
0,299
4
0,299
X
0,059
4
0,237
4
0,237
4
0,237
4
0,237
4
0,237
4
0,237
4
0,237
4
0,237
Y
0,062
4
0,247
4
0,247
4
0,247
4
0,247
4
0,247
4
0,247
4
0,247
4
0,247
Z
0,064
4
0,257
4
0,257
4
0,257
4
0,257
4
0,257
4
0,257
4
0,257
4
0,257
AA
0,062
2
0,124
3
0,186
3
0,186
2
0,124
2
0,124
2
0,124
2
0,124
2
0,124
BB
0,060
2
0,119
2
0,119
2
0,119
2
0,119
2
0,119
2
0,119
2
0,119
2
0,119
CC
0,062
2
0,123
1
0,062
2
0,123
2
0,123
2
0,123
2
0,123
2
0,123
4
0,247
DD
0,057
3
0,170
1
0,057
3
0,170
3
0,170
4
0,227
4
0,227
1
0,057
4
0,227
EE
0,057
3
0,171
3
0,171
3
0,171
3
0,171
4
0,228
4
0,228
2
0,114
4
0,228
FF
0,053
3
0,159
3
0,159
3
0,159
3
0,159
4
0,212
4
0,212
2
0,106
4
0,212
GG
0,054
3
0,163
3
0,163
3
0,163
3
0,163
4
0,217
4
0,217
2
0,108
4
0,217
STAS
6,143
6,060
Keterangan : Faktor-Faktor Strategi Internal-Eksternal A. Lokasi perusahaan strategis B. Komunikasi terjalin baik antara pemilik dan karyawan C. Koordinasi dalam pemba-gian tugas cukup baik D. Mutu produk yang dihasilkan baik E. Produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan
6,632
6,847
6,993
6,949
6,512
7,491
F. Akses perusahaan terhadap bahan baku terjamin G. Memiliki saluran distribusi yang efisien H. Hubungan baik antara pemilik dan pelanggan I. Sistem pembayaran secara tunai J. Penggunaan peralatan modern dalam proses produksi
173
K. L. M. N. O. P. Q.
Labelisasi kemasan belum lengkap Keterbatasan modal sendiri Tempat produksi kurang luas Keterbatasan jumlah peralatan modern yang dimiliki Sistem pembukuan atau pengelolaan keuangan kurang rapi Kurangnya keterampilan dalam pengelolaan manajemen perusahaan Bidang penelitian dan pengembangan tidak ada
R. S. T U. V. W. X. Y. Z.
Dukungan pemerintah terhadap akses sumber pembiayaan bagi UMKM Pertumbuhan ekonomi Kab. Kendal semakin baik Sektor industri pengolahan masih mendominasi struk-tur ekonomi Kab. Kendal Pengeluaran rata-rata penduduk Kab. Kendal untuk kelompok makanan masih tinggi Kecenderungan harga tepung terigu dan telur semakin turun Kecenderungan harga BBM semakin turun Kebutuhan pangan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk Perkembangan teknologi yang cepat Kekuatan tawar-menawar pemasok terhadap perusahaan tergolong kecil
AA. BB. CC. DD. EE. FF. GG.
Tingkat inflasi yang fluktuatif Kecenderungan harga gula dan gas elpiji semakin meningkat TDL untuk skala UMKM belum turun Jumlah produsen roti di Kab. Kendal meningkat Hambatan masuk industri roti kecil Perkembangan mi instan, biskuit, atau jenis makanan jadi lain yang termasuk produk substitusi roti Pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan di antara perusahaan roti yang ada
174
Alternatif Strategi Strategi 1 : membuka outlet khusus untuk direct selling Strategi 2 : mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen Strategi 3 : memperbaiki label kemasan produk Strategi 4 : memanfaatkan skim kredit yang ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan terhadap produk Bagas Bakery saat ini Strategi 5 : meningkatkan mutu produk dan pelayanan Strategi 6 : mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada Strategi 7 : melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan perusahaan Strategi 8 : meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) AS = 1,
Apakah pilihan strategi yang dibuat ini tidak menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman
AS = 2,
Apakah pilihan strategi yang dibuat ini agak menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman
AS = 3
Apakah pilihan strategi yang dibuat ini cukup menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman
AS = 4
Apakah pilihan strategi yang dibuat ini sangat menarik bagi perusahaan jika melihat kekuatan yang dimiliki atau digunakan untuk mengatasi kelemahan atau memanfaatkan peluang yang ada atau digunakan untuk menghindari ancaman
175