perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS TIPOLOGI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN DESA-DESA PESISIR KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh: Nuzul Wachidah K5408043
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS TIPOLOGI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN DESA-DESA PESISIR KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
Oleh: Nuzul Wachidah K5408043
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Nuzul Wachidah, ANALISIS TIPOLOGI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN DESA-DESA PESISIR KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012.Skripsi.Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus 2012. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui tipologi desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal berdasarkan pada aspek sosial ekonomi dan budaya. (2) Mengetahui tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal. (3) Mengetahui hubungan antara tipologi desa dengan tingkat kesejahteraan masyarakat desa pesisir kabupaten Kendal. (4) Menyusun strategi pengembangan desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Populasi adalah desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal, sejumlah 26 desa. Teknik sampling yang digunakan adalah area sampling (sampel daerah) dengan jumlah informan 130 orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi, observasi langsung, dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan : (1) Tipologi desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal terdiri dari dua tipologi yaitu tipologi desa transisi sebanyak sembilan desa dan tipologi desa berkembang sebanyak 17 desa. (2) Tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir Kabupaten Kendal terbagi menjadi tiga yaitu tingkat kesejahteraan tinggi yang terdiri dari tujuh desa (26.9 %), tingkat kesejahteraan sedang terdiri dari 18 desa (69.2 %) dan tingkat kesejahteraan rendah terdiri satu desa (3.8 %). (3) Berdasarkan analisis overlay peta tipologi desa dengan peta tingkat kesejahteraan maka terdapat hubungan antara tipologi desa dengan tingkat kesejahteraan. (4) Strategi pengembangan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis SWOT meliputi aspek-aspek sebagai berikut yaitu kelembagaan, sarana dan prasarana, penataan ruang, dan sosial ekonomi. Kata kunci : tipologi, desa pesisir, SWOT
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Nuzul Wachidah, TYPOLOGYCAL ANALYSIS AND STRATEGY DEVELOPMENT IN THE COASTAL VILLAGES OF THE KENDAL REGENCY IN 2012. Thesis. Surakarta : Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University on August 2012. The aim of research is to : (1) know typology of the coastal villages in Kendal Regency based on social economic and cultural aspects. (2) know the welfare level of the coastal villages in Kendal Regency. (3) determine the relationship between the tipology of village with the welfare level of the coastal villages in Kendal Regency. (4) arrange development strategy of the coastal villages in Kendal Regency. This research uses descriptive qualitative method. The populations are the coastal villages in Kendal Regency, as much as 26 villages. Sampling technique used is area sampling, by the number of informants 130 people. Data collection techniques uses interview, direct observation, and documentation. Based on the result of research, it can be concluded : (1) Typology of the coastal villages in Kendal Regency is belong to two typologies, which there are 9 villages including the village typology of transition and 17 villages including the village typology developed. (2) The welfare level of the coastal villages in Kendal Regency is belong to three levels, which there are seven villages (26.9%) had high levels of welfare, 18 villages (69.2%) had moderate level of welfare and prosperity of the village (3.8%) had low levels of welfare. (3) Based on the analysis of overlay maps typology villages with maps of the welfare levels there is a relationship between the tipology with level of welfare. (4) Development strategies that can be done based on the SWOT analysis covers the following aspects of the institutional, infrastructure, spatial, social and economic. Keyword : typology, coastal villages, SWOT
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” ( QS. Al-Insyirah : 5)
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (QS. Al Kahfi : 109)
“Barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan dapat” (Anonim)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
With thankful to God Allah SWT Saya persembahkan karya sederhana ini kepada : Ibunda dan Ayahanda tercinta yang selalu tercurah cinta, kasih sayang, dan doa, untuk semua pengorbanan yang penuh ikhlas dan sabar. Ibu Kas dan Ayah Sofwan tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan yang tulus. Adikku tersayang. Kakek dan Nenek tersayang. Almamater.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT telah melimpahkan segala nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS. Selaku Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 2. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin untuk pengadaan penelitian dan penyusunan skripsi. 3. Bapak Drs. H. Syaiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial memberikan ijin untuk penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta ijin dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si., selaku Pembimbing I, atas ilmu, bimbingan, motivasi, inspirasi dan kesabaran dalam membimbing. 6. Ibu Rahning Utomowati, S.Si., M.Sc., selaku Pembimbing II, atas ilmu, bimbingan, motivasi, inspirasi dan kesabaran dalam membimbing. 7. Ibu Rahning Utomowati, S.Si., M.Sc., selaku Pembimbing Akademik. 8. Bapak/Ibu dosen program studi Pendidikan Geografi, atas ilmu dan pengalaman yang diberikan. 9. Masyarakat pesisir Kabupaten Kendal, atas kesediaan dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. 10. Mas Danang Tri Wibowo, Elpe, Eka, dan Yoga atas semangat dan bantuannya dalam pengumpulan data. 11. Sahabatku Sri Haryanti atas doa, bantuan dan semangatnya. commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Sahabat INEM, Cece lead dance, Noona lead vocal dan Ahjuma happy virus atas doa, bantuan dan semangat luar biasa yang diberikan. 13. Sahabat-sahabatku di Pendidikan
Geografi 2008 atas doa, semangat dan
motivasi tiada henti. 14. My Strong Ve yang setia menemani di setiap perjalanan penulis. 15. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu sehingga terselesaikannya laporan observasi ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan yang berlipat dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini belum sempurna. Akan tetapi dari ketidaksempurnaan ini, kiranya dapat diambil hikmah dan pelajaran yang berharga sehingga tidak terulang kesalahan untuk kedua kalinya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu geografi pada khususnya.
Surakarta, Agustus 2012 Penulis
Nuzul Wachidah NIM. K5408043
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………………
i
HALAMAN PENGAJUAN ……………………………………………….
ii
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………….
iii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….
iv
HALAMAN ABSTRAK ………………………………………………….
v
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………...
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………
viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
xiv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..
xvi
………………………………………………………….
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………
xviii
DAFTAR PETA
……………………………………………….
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………....
1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………
7
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………
7
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………
7
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………
9
A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………
9
1. Desa ……………………………………………………….
9
2. Pesisir ………………………………………………………
19
3. Tingkat Kesejahteraan …………………………………….
21
B. Penelitian yang Relevan ……………………………………….
26
C. Kerangka Berpikir ..…………………………………………… commit to user
31
BAB I PENDAHULUAN
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………
33
A. Daerah Penelitian ………………………………………………
33
B. Waktu Penelitian ………………………………………………
33
C. Metode Penelitian ……………………………………………..
34
D. Populasi dan Sampel …………………………………………..
34
1. Populasi ……………………………………………………
34
2. Sampel …………………………………………………….
34
E. Sumber dan Jenis Data …………………………………………
35
F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………
36
G. Teknik Analisis Data ………………………………………….
37
1. Tipologi Desa-desa Pesisir ………………………………..
37
2. Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir ………………….
42
3. Hubungan Antara Tipologi Desa dengan Tingkat Kesejahteraan ……………………………………………..
43
4. Strategi Pengembangan Desa-desa Pesisir ………………..
43
H. Prosedur Penelitian ……………………………………………
44
I. Diagram Alir Penelitian ……………………………………….
47
BAB IV HASIL PENELITIAN ………………………………………….
48
A. Deskripsi Wilayah Penelitian …………………………………
48
1. Letak dan Luas ……………………………………………
48
2. Penggunaan Lahan ………………………………………..
50
3. Iklim ……………………………………………………….
54
…………………………………………
59
5. Gambaran Umum Penduduk ………………………………
60
…………………………………….
60
b. Komposisi Penduduk ………………………………….
62
6. Kondisi Sosial ……………………………………………..
65
7. Kondisi Fasilitas Umum …………………………………..
66
a. Fasilitas Pendidikan …………………………………..
66
b. Fasilitas Kesehatan commit…………………………………… to user
67
4. Kondisi Geologi
a. Jumlah Penduduk
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Fasilitas Perekonomian ……………………………….
69
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ……………………………..
70
1. Tipologi Desa-desa Pesisir ………………………………..
70
2. Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir ………………….
93
3. Hubungan Antara Tipologi Desa dengan Tingkat Kesejahteraan ……………………………………………..
99
4. Strategi Pengembangan Desa-desa Pesisir ………………..
105
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ………………….
112
A. Kesimpulan ……………………………………………………
112
B. Implikasi ………………………………………………………
113
C. Saran ………………………………………………………….
113
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….
115
LAMPIRAN
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tingkat Perkembangan Desa ……………………………………
15
Tabel 2. Perbandingan Penelitian Sebelumnya ………………………….
29
Tabel 3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ………………….
33
Tabel 4. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………..
35
Tabel 5. Pedoman Wawancara ………………………………………….
36
Tabel 6. Kriteria dan Skor Mata Pencaharian ……………………………
37
Tabel 7. Kriteria dan Skor Produksi Desa ………………………………..
38
……………………
38
Tabel 9. Klasifikasi Kelembagaan ……………………………………….
38
Tabel 10. Kriteria Pendidikan …………………………………………….
39
Tabel 11. Tingkatan Gotong Royong …………………………………….
39
Tabel 12. Skor Prasarana Perhubungan …………………………………..
40
Tabel 13. Skor Prasarana Produksi ……………………………………….
40
Tabel 14. Kriteria dan Skor Sistem Budidaya Tanaman ………………….
41
…………………………………….
41
Tabel 16. Skor Prasarana sosial …………………………………………...
41
Tabel 17. Klasifikasi Prasarana Umum …………………………………..
41
Tabel 18. Ketentuan Nilai Skor Tingkat Perkembangan Desa ……………
42
Tabel 19. Metode Analisis SWOT …………………………………………
44
Tabel 20. Pembagian Administratif Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ..
50
Tabel 21. Jenis Penggunaan Lahan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal
51
Tabel 22. Curah Hujan Bulanan Kabupaten Kendal Tahun 2000-2010 .......
55
Tabel 23. Klasifikasi Tipe Curah Hujan menurut Schimdt dan Ferguson ....
57
Tabel 8. Klasifikasi Adat Istiadat dan Kepercayaan
Tabel 15. Skor Prasarana Pemasaran
Tabel 24. Jumlah KK, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal .......................................
61
Tabel 25. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ............................................................
63
Tabel 26. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa-desa commit to user Pesisir Kabupaten Kendal ...........................................................
65
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 27. Jumlah Keluarga Menurut Tahapan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal .......................................................................
66
Tabel 28. Banyaknya Sekolah di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ......
67
Tabel 29. Fasilitas Kesehatan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ......
68
Tabel 30. Fasilitas Perekonomian di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal..
69
Tabel 31. Mata Pencaharian Masyarakat Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal .........................................................................................
71
Tabel 32. Produksi Desa dalam Rupiah di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal .........................................................................................
73
Tabel 33. Jumlah Kelembagaan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ....
77
Tabel 34. Persentase Penduduk yang Tamat SD ke atas .............................
80
Tabel 35. Prasarana Perekonomian yang Terdapat di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ......................................................................
83
Tabel 36. Prasarana Sosial yang Terdapat di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal .......................................................................
85
Tabel 37. Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ............................
88
Tabel 38. Proporsi Keluarga Miskin di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal .........................................................................................
94
Tabel 39. Hasil Overlay Antara Tipologi Desa dengan Tingkat Kesejahteraan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal .............................
101
Tabel 40. Matrik SWOT Pengembangan Desa Pesisir Kabupaten Kendal ...
108
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Bentuk Desa Pantai ………………………………………….
11
Gambar 2.
Bentuk Desa Terpusat ……………………………………….
11
Gambar 3.
Bentuk Desa Linier di Dataran Rendah …..………………….
12
Gambar 4.
Bentuk Desa Mengelilingi Fasilitas …………………………
13
Gambar 5.
Diagram Alir Kerangka Pemikiran …………………………..
32
Gambar 6.
Diagram Alir Penelitian ………..……………………………
47
Gambar 7.
Grafik Persentase Perbandingan Penggunaan Lahan di DesaDesa Pesisir Kabupaten Kendal ……………………………..
51
Gambar 8.
Tipe Iklim Lokasi Penelitian …………………………………
56
Gambar 9.
Diagram Tipe Curah Hujan Lokasi Penelitian ……………….
58
Gambar 10. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ……………………………………
64
Gambar 11. Prosentase Perbandingan Mata Pencaharian di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ……………………………………
72
Gambar 12. Lembaga Ekonomi Berupa Bank yang Berada di Desa Gempolsewu …………………………………………………
78
Gambar 13. Perbandingan Tingkat Pendidikan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ……………………………………………
81
Gambar 14. Salah Satu Pasar yang Terdapat di Desa Kaliayu Kecamatan Cepiring ……………………………………………………..
84
Gambar 15. Perbandingan Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ……………………………………………
commit to user
xvi
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PETA Halaman Peta 1.
Administrasi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ………………
49
Peta 2.
Penggunaan Lahan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ………
53
Peta 3.
Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ………………....
87
Peta 4.
Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ……
97
Peta 5.
Analisis Tipologi dengan Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal ……………………………………….
commit to user
xvii
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Instrument Penelitian Lampiran 2. Daftar Informan Lampiran 3. Skor Mata Pencaharian Lampiran 4. Perhitungan Output/Produksi Desa Dalam rupiah Lampiran 5. Skor Output/Produksi Desa Dalam rupiah Lampiran 6. Skor Kelembagaan Lampiran 7. Skor Pendidikan Lampiran 8. Skor Prasarana Desa Lampiran 9. Skoring Tipologi Desa Lampiran 10. Tabulasi Tingkat Kesejahteraan Lampiran 11. Dokumentasi penelitian Lampiran 12. Surat-surat Penelitian
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih kurang 17.508 pulau besar dan kecil dengan panjang garis pantai 81.000 km dan luas laut 3,1 juta km2 yang terdiri dari 0,3 juta km2 perairan territorial dan 1,8 juta km2 perairan nusantara atau 62 % luas teritorialnya. Persentase luas perairan yang besar tersebut, memberi konsekuensi pada luasnya wilayah pesisir dan lautan (Dahuri, H.R., Rais, J., Ginting, S.P., dan Sitepu, M.J., 1996 : 1). Secara geografis letak kepulauan Indonesia sangat strategis yakni di daerah tropis yang diapit oleh dua benua (Asia dan Australia), dua samudera (Pasifik dan Hindia), serta merupakan pertemuan tiga lempeng besar di dunia (Eurasia, IndoAustralia dan Pasifik) menjadikan kepulauan Indonesia dikaruniai kekayaan sumberdaya kelautan yang berlimpah, baik berupa sumberdaya hayati dan nonhayati, maupun jasa-jasa lingkungan. Oleh karena itu Indonesia merupakan suatu karakteristik unik yang di dalamnya terdapat jutaan potensi sumber daya alam yang dapat termanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan anak cucu bangsa yang akan datang. Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut dengan batas ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun perairan yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut dan vegetasi yang khas. Ke arah laut, perairan pesisir mencakup bagian batas terluar dari daerah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh prosesproses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar (Departemen Dalam Negeri dan BCEOM, 1998 dalam Khakhim, 2009 : 7). Dalam tahun-tahun terakhir disadari bahwa aset dan sumber daya pesisir dan lautan memiliki peluang yang terlalu besar untuk ditinggalkan. Pengembangan wilayah pesisir dan laut merupakan isu dan bahasan yang merupakan suatu keharusan yang dilakukan sekarang. Semasa orde baru, pengembangan wilayah commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 pesisir dan lautan tidak memperoleh perhatian yang cukup akibat interaksi keputusan politik yang dilandasi kepentingan agraris semata. Ketertinggalan pembangunan wilayah pesisir dan laut sebagai sumber daya ekonomi, merupakan indikator bahwa sektor kelautan selama ini belum menjadi sektor prioritas dalam pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi. Begitu sumberdaya alam lainnya (seperti hutan dan minyak bumi) sudah mengarah pada beban pembangunan karena sulit diperbaharui sebagai akibat pengelolaan yang kurang bijaksana, maka sumberdaya pesisir dan laut merupakan pilihan berikutnya karena keberlimpahan sumberdaya yang ada serta belum dikelola secara optimal dan profesional. Wilayah pesisir merupakan suatu ekosistem khas yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Wilayah pesisir memiliki ekosistem yang unik, berpotensi secara ekonomis, memiliki sosial budaya yang khas, sumber konflik dan arah datangnya ancaman, mempunyai produktivitas tinggi dan berpeluang mendapat tekanan dari darat maupun laut (Gunawan, T., Santosa, L.W., dan Muta’ali L., 2001 : 2). Wilayah pesisir tersebut mempunyai nilai yang strategis karena mengandung potensi sumberdaya pesisir baik sumberdaya hayati dan non hayati, serta jasa-jasa lingkungan yang sangat rentan terhadap berbagai perubahan akibat pembangunan. Demikian pula rentan terhadap bencana alam yang kemungkinan dapat terjadi di wilayah pesisir yang berupa gelombang pasang (tsunami), banjir, erosi dan badai. Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang berkesinambungan. Di wilayah pesisir ini terdapat sumber daya pesisir berupa sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang sangat kaya. Kekayaan sumberdaya pesisir tersebut menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk mengeksploitasinya dan berbagai instansi berkepentingan untuk meregulasi pemanfaatannya. Sumberdaya tersebut dapat dibagi dalam empat kategori, yaitu : (1) sumberdaya dapat pulih (renewable resources) seperti sumberdaya ikan, mangrove dan terumbu karang; (2) sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources) seperti sumberdaya mineral, pasir laut dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 garam; dan (3) jasa lingkungan kelautan (enviromental services ) seperti wisata bahari, transportasi laut dan energi kelautan serta (4) benda berharga tenggelam. Eksploitasi sumberdaya laut dan pesisir menjadi salah satu permasalahan dalam pembangunan daerah. Di satu sisi, upaya tersebut dilakukan oleh masyarakat dan daerah untuk menggerakkan roda perekonomian, namun di sisi lain sumberdaya perikanan semakin berkurang karena dieksploitasi secara berlebihan serta mengalami kerusakan. Upaya pengelolaan yang selama ini dilakukan belum menunjukkan hasil yang positif. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2006) tercatat 8.090 desa pesisir yang tersebar di seluruh pulau besar maupun kecil. Di dalamnya terdapat sekitar 16 juta jiwa dengan berbagai pekerjaan; 4 juta nelayan, 2,6 juta pembudidaya ikan, dan lainnya 9,7 juta. Ironisnya, di antara 16 juta jiwa tersebut, sekitar 5,2 juta tergolong miskin. Di era otonomi daerah, pembangunan wilayah pesisir dan laut sebagai salah satu sumberdaya potensial kerap pula memunculkan beberapa permasalahan, antara lain hubungan antara daerah dan pusat, pembangunan ekonomi yang berkait dengan kemiskinan, serta eksploitasi sumberdaya alam tanpa memperhatikan kelestariannya. Kabupaten Kendal tidak hanya terdiri dari daratan tetapi juga laut 12 mil seluas 941,28 km² dengan panjang pantai 41 km yang membentang dari Kaliwungu sampai Rowosari. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Temanggung, sebelah timur berbatasan dengan Kota Semarang, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Batang. Wilayah pesisir Kabupaten Kendal merupakan pesisir landai dengan material didominasi lumpur dan sebagian kecil pasir. Pada daerah ini umumnya berupa rataan lumpur apabila tidak ada vegetasi apapun dan berupa rawa payau jika di atas lumpur tumbuh vegetasi seperti bakau atau tumbuhan lainnya. Kondisi pesisir Kabupaten Kendal yang demikian menyebabkan keadaan fisiknya hampir seragam sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi fisik pesisirnya adalah homogen. Kondisi alam Kabupaten Kendal yang berbatasan langsung dengan laut user memberikan keuntungan dengan commit adanyatokekayaan hasil laut. Perikanan Dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 Angka Kabupaten Kendal 2009 melaporkan bahwa volume produksi perikanan tangkap Kabupaten Kendal 2009 memberikan kontribusi sebesar 1.321,149 ton (6,75 %) terhadap total volume produksi perikanan tangkap Jawa Tengah 2009 sebesar 195.635,7 ton. Produksi ini diperoleh dari tiga wilayah yaitu Kendal, Cepiring dan Rowosari dengan volume masing-masing berturut-turut 63,424 ton, 20,047 ton dan 1.237,678 ton. Dilaporkan pula bahwa volume produksi perikanan tangkap Kabupaten Kendal dalam lima tahun terakhir, yaitu periode 2006 – 2010, mengalami kenaikan rata-rata pertahun sebanyak 82.995,75 kg atau sebesar 7,27%. Nilai produksi perikanan tangkap Kabupaten Kendal pada 2009 mencapai Rp 7.253.967.000,00 atau 0,66 % dari total nilai produksi perikanan tangkap Jawa Tengah sebesar Rp 1.103.715.212.000,00. Dalam lima tahun terakhir yaitu periode 2006-2010, perkembangan nilai produksi perikanan tangkap di Kabupaten Kendal mengalami kenaikan rata-rata sebanyak Rp 531.783.750,00 atau 10,22 %. Wilayah pesisir Kendal yang kaya potensi, mendorong berbagai pihak pengguna untuk mengeksploitasinya secara berlebihan sesuai dengan kepentingan masing-masing. Ancaman terhadap status kawasan ini dapat berupa abrasi dan sedimentasi. Ancaman tersebut berasal dari ulah manusia dengan melakukan pembangunan dan pemanfaatan lahan pesisir tanpa memperhatikan aspek-aspek lingkungan. Pemilik tambak melakukan pembukaan lahan baru di sepanjang pantai dengan membatasi hutan bakau untuk lahan budidaya tambak. Mereka merasa untung karena lahan tambak mereka bertambah luas, namun di pihak lain budidaya tambak tersebut ternyata telah menimbulkan bahaya yang lebih besar yang akibatnya terjadi abrasi di sepanjang pantai yang terbuka. Keadaan demikian kurang disadari oleh masyarakat. Ancaman status kawasan tersebut merupakan akibat dari tekanan ekonomi yang dirasakan masyarakat, khususnya rumah tangga nelayan di desa pesisir. Menurut BPS Kabupaten Kendal, jumlah penduduk Kabupaten Kendal pada tahun 2009 mencapai 964.568 jiwa. Sekitar 10,6 % dari total penduduknya atau 102.491 jiwa tinggal di daerah pesisir. Hal ini menunjukkan bahwa pesisir merupakan kawasan yang memiliki potensi sumberdaya alam yang dapat commit to user memberikan kehidupan bagi masyarakat. Desa-desa pesisir yang memiliki potensi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 sumberdaya alam yang besar, seharusnya memberikan kehidupan yang baik bagi warganya, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa desa-desa pesisir sangat mengenaskan. Sebagian besar nelayan belum terangkat kehidupan ekonominya dari batas garis kemiskinan. Desa Gempolsewu misalnya yang merupakan salah satu desa pesisir di Kabupaten Kendal. Dari hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa Desa Gempolsewu merupakan desa nelayan dengan 65,80% kepala keluarga hidup di bawah garis kemiskinan. Lebih lanjut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal menunjukkan bahwa pada tahun 2010, 15.522 KK atau 53,4 % dari keluarga di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal merupakan keluarga miskin. Hal ini menunjukkan bahwa desa pesisir merupakan salah satu bagian pesisir yang sangat terbelakang. Kesulitan mengatasi masalah kemiskinan di desa-desa pesisir menjadikan wilayah pesisir termasuk wilayah yang rawan di bidang sosial ekonomi. Kerawanan di bidang sosial ekonomi dapat menimbulkan kerawanan-kerawanan di bidang kehidupan yang lain. Kerawanan sosial ekonomi yang dihadapi oleh rumah tangga nelayan di desa pesisir berasal dari faktor-faktor yang saling terkait. Faktor tersebut dapat berupa faktor alamiah dan faktor non alamiah. Faktor alamiah berkaitan dengan fluktuasi musim penangkapan dan struktur alamiah sumberdaya ekonomi desa. Faktor non alamiah berhubungan dengan keterbatasan daya jangkau teknologi penangkapan, ketimpangan dalam sistem bagi hasil dan tidak adanya jaminan sosial tenaga kerja yang pasti, lemahnya jaringan pemasaran dan belum berfungsinya koperasi nelayan yang ada, serta dampak negatif kebijakan modernisasi perikanan. Inilah kenyataan dan persoalan yang dihadapi nelayan bangsa kita. Kenyataan ini pula yang seharusnya mendorong pemerintah terus mengupayakan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir maupun nelayan. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan kajian mengenai kesejahteraan masyarakat pesisir sehingga dapat dirumuskan strategi pengembangannya untuk meningkatkan kesejahteraan. Adanya berbagai permasalahan di wilayah pesisir tersebut, maka diperlukan strategi yang tepat untuk memanfaatkan sumberdaya pesisir secara optimal. Salah user satu upaya yang dapat dilakukancommit untuk to memanfaatkan sumberdaya pesisir dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 laut Kabupaten Kendal secara optimal, professional dan tepat dengan mengembangkan desa-desa pesisir yang ada di pesisir Kendal. Akar permasalahan dan potensi desa-desa pesisir seharusnya perlu diketahui dalam rangka pengembangan desa-desa pesisir. Pemahaman yang menyeluruh tentang kondisi ini dapat dikembangkan untuk pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara berkelanjutan. Langkah awal dalam upaya pemanfaatan wilayah pesisir Kabupaten Kendal secara berkelanjutan adalah dengan penyusunan tipologi desa-desa pesisir berdasarkan aspek sosial ekonomi dan budaya. Berdasarkan aspek-aspek tersebut akan dihasilkan tipologi desa dilihat dari tingkat perkembangannya. Tingkat perkembangan desa merupakan suatu keadaan tertentu yang dicapai oleh penduduk desa yang bersangkutan dalam menyelenggarakan kehidupannya serta mengelola sumberdayanya. Berdasarkan tingkat perkembangan desa dapat ditentukan usaha untuk meningkatkan desa tradisional menjadi desa maju melalui desa transisi. Tingkat perkembangan desa ini berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat karena tingkat kesejahteraan yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk meningkatkan potensi dan mengelola wilayah dengan baik. Lebih lanjut dalam lingkup pembangunan perdesaan akan dinilai apakah kemajuan pembangunan yang dialami di bidang ekonomi juga disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan pembangunan secara menyeluruh, kemudian dilanjutkan dengan identifikasi potensi dan masalah yang dimiliki desa-desa pesisir pada masing-masing tipologi. Penyusunan tipologi bermaksud untuk mengelompokkan desa-desa pesisir berdasarkan karakter tertentu sehingga memudahkan dalam penyusunan strategi pengembangannya sesuai dengan karakteristik, potensi dan masalah masing-masing tipologi. Oleh karena itu penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Tipologi dan Strategi Pengembangan Desa-desa Pesisir di Kabupaten Kendal”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana tipologi desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal? 2. Bagaimana tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir Kabupaten Kendal? 3. Bagaimana hubungan antara tipologi desa dengan tingkat kesejahteraan masyarakat desa pesisir Kabupaten Kendal? 4. Bagaiman strategi pengembangan desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal?
C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui tipologi desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal berdasarkan pada aspek sosial ekonomi dan budaya. 2. Mengetahui tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal. 3. Mengetahui hubungan antara tipologi desa dengan tingkat kesejahteraan masyarakat desa pesisir Kabupaten Kendal. 4. Menyusun strategi pengembangan desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang kajian ilmu pembangunan wilayah, khususnya tipologi desa pesisir dan pengembangannya. b. Kajian tentang sosial ekonomi dari hasil penelitian yaitu tipologi desa kaitannya mendukung
dengan
kesejahteraan
penelitian
masyarakat
sebelumnya
yang
diharapkan berkaitan
dapat dengan
pengembangan wilayah.
2. Manfaat Praktis Aplikasi praktis dalam konteks kehidupan dari hasil penelitian ini adalah : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 a. Dapat memberikan gambaran tentang potensi pengembangan desadesa
pesisir
Kabupaten
Kendal
menuju
pembangunan
yang
berkelanjutan. b. Dapat memberikan masukan tentang arahan pengembangan desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal melalui pendekatan analisis sosial ekonominya. c. Dapat digunakan sebagai bahan ajar pada mata pelajaran Geografi di SMA Kelas XII pada pokok bahasan pola keruangan desa dan kota.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Desa Menurut Bintarto (1983 : 11) desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah suatu ujud atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsurunsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik dan kultural yang saling berinteraksi antarunsur tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah-daerah lain. Selanjutnya Kartohadikusumo (1953) dalam Bintarto (1983 : 13) mengemukakan “Desa ialah suatu kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri”. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa, mendefinisikan desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan SDA, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa desa merupakan suatu wilayah dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya adalah hasil interaksi kegiatan manusia dengan lingkungan dan terdapat kesatuan hukum yang mengatur kepentingan masyarakat setempat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan desa, ialah unsur-unsur desa. Menurut Bintarto (1983 : 14), unsur-unsur desa adalah sebagai berikut : commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 1) Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak beserta penggunaannya, termasuk unsur lokasi atau letak, luas dan batas yang merupakan lingkungan geografis setempat. 2) Penduduk yang meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk setempat. 3) Tata kehidupan dalam arti pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa. Ketiga unsur desa ini merupakan suatu kesatuan dan tidak dapat berdiri sendiri sehingga tidak dapat lepas satu sama lain. Unsur daerah, penduduk dan tata kehidupan merupakan suatu kesatuan hidup. “Daerah menyediakan kemungkinan hidup, penduduk menggunakan kemungkinan yang disediakan oleh daerah itu guna mempertahankan hidup. Tata kehidupan dalam artian yang baik memberikan jaminan akan ketenteraman dan keserasian hidup bersama di desa” (Bintarto, 1977 dalam Bintarto, 1983 : 14). Menurut uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu desa pasti terdapat manusia, alam serta interaksi baik interaksi antarmanusia maupun interaksi manusia dengan alam.
a. Bentuk dan Pola Desa Menurut Daldjoeni (1998 : 60), bentuk-bentuk desa secara sederhana dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) Bentuk desa menyusur sepanjang pantai Desa dengan bentuk memanjang tampak pada desa-desa nelayan dimana laut merupakan sumber mata pencaharian. Jika desa pantai tersebut berkembang, maka tinggal meluas dengan cara menyambung mmenyusur pantai sampai bertemu dengan desa pantai lainnya seperti terlihat pada Gambar 1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Laut
3
2
2
2
Keterangan : Arah perkembangan untuk permukiman penduduk Daerah kawasan Industri kecil desa Daerah permukiman penduduk Gambar 1. Bentuk Desa Pantai Sumber : Beratha dalam Daldjoeni, 1998 : 60
2) Bentuk desa yang terpusat Bentuk desa terpusat biasanya terletak di daerah pegunungan. Penduduk umumnya berasal dari satu keturunan. Pemusatan tempat tinggal didorong oleh sikap kegotongroyongan. Apabila jumlah penduduknya bertambah kemudian terjadi pemekaran desa ke segala arah tanpa adanya rencana seperti pada Gambar 2.
Keterangan :
3
3
Arah pengembangan permukiman Daerah kawasan Industri kecil Daerah permukiman penduduk
Gambar 2. Bentuk Desa Terpusat commit user Sumber : Beratha dalamtoDaldjoeni, 1998 : 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 3) Bentuk desa linier Permukiman di dataran rendah umumnya memanjang sejajar jalan raya yang menembus desa yang bersangkutan. Apabila ada pemekaran desa yang tidak direncakan maka lahan pertanian di luar desa sepanjang jalan raya menjadi permukiman baru.
Jalan
Keterangan : Arah perkembangan untuk permukiman/perluasan Jalan tembus Daerah kawasan Industri kecil Daerah permukiman penduduk Daerah pertanian
Gambar 3. Bentuk Desa Linier di Dataran Rendah Sumber : Beratha dalam Daldjoeni, 1998 : 62
4) Bentuk desa yang mengelilingi fasilitas Bentuk desa ini hampir sama dengan bentuk desa terpusat, yang biasanya terdapat di dataran rendah, hanya saja di tengah-tengah desa terdapat fasilitas-fasilitas umum. Fasilitas yang dimaksud misalnya mata air, waduk, dan sebagainya. Arah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 pemekarannya dapat ke segala arah. Industri-industri kecil dapat tersebar di manamana sesuai dengan keinginan seperti pada Gambar 4.
Keterangan : 1
4
1 4
4
Fasilitas yang telah ada Arah pengembangan permukiman Daerah kawasan Industri kecil Daerah permukiman penduduk
Gambar 4. Bentuk Desa Mengelilingi Fasilitas Sumber : Beratha dalam Daldjoeni, 1998 : 63
Di samping adanya berbagai bentuk desa di atas, masih ada pula yang disebut pola desa. Bintarto (1977) dalam Daldjoeni (1998 : 65) mengemukakan adanya enam pola desa dengan rincian sebagai berikut : 1) Memanjang jalan 2) Memanjang sungai 3) Radial 4) Tersebar 5) Memanjang pantai 6) Memanjang pantai dan sejajar jalan kereta api
b. Tipologi Desa Tipologi desa merupakan cara untuk mengenal desa-desa yang begitu banyak jumlahnya dan beragam bentuknya. Tipologi menggambarkan tipe atau pola, ataupun sebagai pencerminan model berdasarkan ciri-ciri, potensi dan sumberdaya yang dimiliki suatu desa. Tipologi dari masyarakat desa dilihat dari commit to user kegiatan pokok yang ditekuni masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 sehari-hari, selain itu tipologi desa bisa dilihat dari segi pemukiman maupun dari tingkat perkembangan masyarakat desa itu sendiri. Apabila dilihat dari segi mata pencaharian pokok yang dikerjakan berdasarkan kriteria Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D), tipologi masyarakat desa terbagi menjadi enam tipologi yaitu desa pertanian, desa industri, desa perkebunan, desa perikanan, desa pariwisata/jasa, dan desa peternakan. (http://desablimbing.wordpress.com/). Dalam penelitian ini, penyusunan tipologi dibuat berdasarkan tingkat perkembangan desa. Tipologi desa berdasarkan tingkat perkembangannya dibagi menjadi tiga, yang disajikan dalam Tabel 1. Variabel yang digunakan untuk menyusun tipologi desa berdasarkan faktor tingkat perkembangan desa yang semuanya berjumlah tujuh faktor. Pada hakekatnya ketujuh faktor tersebut merupakan aspek-aspek kehidupan yang merupakan produk dari usaha-usaha manusia di dalam mengelola lingkungannya (Yunus, 1987 : 8). Ke tujuh faktor tersebut adalah mata pencaharian, produksi desa,
adat
istiadat,
kelembagaan,
pendidikan,
gotong
royong,
dan
prasarana/fasilitas umum. 1) Mata pencaharian Mata pencaharian penduduk digolongkan menjadi tiga sektor, yaitu : a) Sektor pertanian (primer) adalah penduduk yang mempunyai mata pencaharian pokok bertani (petani pemilik, petani penggarap, buruh tani), peternak, pencari hasil hutan, pecari bahan galian, nelayan. b) Sektor kerajinan/industri (sekunder) adalah penduduk yang mempunyai mata pencaharian pokok di bidang kerajinan tangan (pengrajin), dan industri kecil. c) Sektor jasa dan perdaganan (tersier) adalah penduduk yang mempunyai mata pencaharian pokok di bidang perdagangan, warung, dokter, bidan, mantra, pegawai negeri, guru, karyawan swasta dan jasa-jasa lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 Tabel 1. Tingkat Perkembangan Desa No.
Tahapan
Ciri-ciri
Perkembangan 1.
Desa Tradisional
Adat
istiadat
bersifat
mengikat
terhadap
berbagai kegiatan manusia, hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain sangat erat, pengawasan sosial didasarkan atas keluarga, mata pencaharian penduduk masih bersifat homogeny dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer, tingkat teknologi yang masih sederhana, tingkat produktivitasnya kurang dan keadaan prasarana yang masih sangat kurang. 2.
Desa Transisi
Desa yang mempunyai adat istiadat yang mengalami perubahan, pengaruh luar mulai masuk, perubahan berpikir dan berkembangnya lapangan
pekerjaan,
mata
pencaharian
berkembang ke sektor sekunder, produktivitas meningkat dibarengi pemanfaatan teknologi yang tepat, keadaan prasaranan lebih baik dan memenuhi kebutuhan. 3.
Desa Berkembang
Adat istiadat tidak mengikat, hubungan antar warga rasional, mata pencaharian bervariasi ke tersier, teknologi baru dimanfaatkan untuk usaha pertanian/kerajinan dan industr pedesaan, produktivitas tinggi, diimbangi prasarana dan sarana yang cukup dan memadai.
Sumber : Yunus, 1987 : 9-11 2) Produksi Desa Produksi desa adalah jumlah total produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi di wilayah desa tersebut commit to user satu tahun yang dinilai dalam rupiah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 Dalam nilai produksi desa yang dihitung adalah nilai tambah kotor dari sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, bahan galian, industri, dan kerajinan, perdagangan, komunikasi dan angkutan, jasa, bangunan, sewa rumah, listrik, bank, lembaga-lembaga lain, jasa-jasa pemerintah dalam satu tahun. Harga produk komoditi, dihitung berdasarkan basic value dalam rupiah ditingkat pasar local desa/kecamatan, atau pasar sub regional (kabupaten/kota) maupun pasar regional (propinsi) yang berlaku. 3) Adat Istiadat dan Kepercayaan Upacara tradisional antara lain : a) Upacara kelahiran bayi b) Upacara peralihan anak ke dewasa c) Upacara perkawinan d) Upacara kematian e) Upacara pergaulan antara pria dan wanita f) Upacara yang berhubungan dengan pertanian sawah, pembangunan irigasi dan lainnya g) Upacara pantangan-pantangan h) Upacara sistem hubungan keluarga dan lain-lain. 4) Kelembagaan Kelembagaan yang dilihat adalah : a) Lembaga pemerintahan (kepala desa, pamong desa, musyawarah desa dan lain-lain). b) Lembaga perekonomian (koperasi, bank, lumbung desa, BUUD/KUD). c) Lembaga sosial (LSD, panti asuhan). d) Lembaga pendidikan (pesantren, madrasah dan lain-lain). e) Lembaga kesehatan (Rumah Sakit, BKIA, Poliklinik). f) Lembaga kesenian (Olah raga, tari, wayang dan lain-lain). g) Lembaga gotong royong (subak, arisan dan lain-lain). h) Lembaga keamanan (hansip, hanra, ronda dan lain-lain). i) Lembaga adat lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 5) Pendidikan Tingkat pendidikan diperhitungkan dari persentase jumlah penduduk yang tamat SD ke atas terhadap jumlah penduduk seluruhnya. 6) Gotong Royong Tingkat gotong royong masyarakat diperhitungkan berdasarkan kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Ciri-ciri gotong royong adalah sebagai berikut : a) Tahap tersembunyi, cirinya adalah : kehendak atau keinginan pimpinan menentukan perkembangan swadaya, potensi manusia, alam dan kebudayaan belum dimanfaatkan secara intensif serta jenis dan kuantitas usaha pembangunan cenderung pada bangunan-bangunan fisik non produktif. b) Tahap transisi, cirinya adalah : terdapat perencanaan pembangunan yang riil baik jangka panjang maupun jangka pendek, proses pembuatan keputusan melalui musyawarah dan rapat-rapat pertemuan dan adanya usaha-usaha pembangunan sebagai kehendak bersama. c) Tahap manifest, cirinya adalah : terdapat keterampilan dalam penggunaan potensi pembangunan, partisipasi masyarakat secara terbuka dalam
pelaksanaan
dan
evaluasi
terhadap
kegiatan-kegiatan
pembangunan dan pelaksanaan sesuai dengan rencana dan fungsinya. 7) Prasarana Prasarana umum terdiri dari : a) Prasarana perhubungan (jalan aspal, jalan batu dan jalan tanah) b) Prasarana produksi (bangunan air dan salurannya) c) Prasarana pemasaran (pasar, bank, toko/kios) d) Prasarana sosial (meliputi 6 kelompok yaitu Gedung pemerintah desa, Gedung
LSD,
Gedung
Sekolah,
Masjid/Gereja/Pura/Vihara, Tempat rekreasi) commit to user
Puskesmas/RS/Poliklinik,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 c. Potensi Desa Desa mempunyai potensi fisik dan potensi non fisik. Potensi fisik desa meliputi : 1) Tanah, yang berarti sumber tambang dan mineral, sumber tanaman yang merupakan sumber mata pencaharian dan penghidupan. 2) Air, dalam arti sumber air, keadaan dan kualitas air dan tata airnya untuk kepentingan irigasi, pertanian dan keperluan sehari-hari. 3) Iklim, yang merupakan peranan penting bagi desa agraris. 4) Ternak, dalam artian fungsi ternak di desa sebagai sumber tenaga, sumber bahan makanan dan sumber keuangan. 5) Manusia, dalam arti tenaga kerja sebagai pengolah tanah dan produsen. Selain potensi fisik di atas, desa juga mempunyai potensi non fisik, meliputi : 1) Masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong royong dan dapat merupakan suatu kekuatan berproduksi dan kekuatan membangun atas dasar kerja sama dan saling pengertian. 2) Lembaga-lembaga sosial, pendidikan dan organisasi-organisasi sosial desa yang dapat memberikan bantuan sosial desa serta bimbingan dalam arti positif. 3) Aparatur atau pamong desa yang kreatif dan berdisiplin sumber kelancaran dan tertibnya pemerintahan desa. (Bintarto, 1977 dalam Bintarto, 1983 : 15-16).
d. Permasalahan Desa Secara umum permasalahan-permasalahan yang yang erat kaitannya dengan pembangunan desa dapat ditinjau dari beberapa segi, antara lain : 1) Dari segi masyarakatnya masih ada beberapa daerah yang kekurangan pangan dan gizi, terutama pada anak-anak balita, penduduknya yang jarang dan terpencar-pencar, tingkat kesehatan yang rendah serta tingkat pendidikan yang rendah pula 2) Dari segi pemerintahan desanya, struktur dan aparatur masih selalu perlu commit to user ditingkatkan dan demikian pula pemantapan di bidang koordinasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 sebagaimana mestinya, ditambah belum mantapnya koordinasi pelayanan pemerintah yang dilaksanakan oleh berbagai unsur aparatur vertical dan daerah 3) Dari segi geografisnya, keadaan lingkungan beberapa daerah pedesaan yang masih kurang memenuhi persyaratan sebagai lingkungan yang sehat dengan lingkungan hidup yang tidak sehat sedangkan teknologi yang dimiliki justru membahayakan lingkungan hidup di sekelilingnya. 4) Dari segi kelembagaan, perlu adanya peningkatan organisasi yang selalu dipantau secara teratur demi ketertiban dan kelancaran fungsinya.
2. Pesisir Menurut Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil mendefinisikan wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut (http://bk.menlh.go.id, 10 Oktober 2011). Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan darat dan laut, dengan batas darat dapat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, dan intrusi air laut. Ke arah laut, perairan pesisir mencakup bagian batas terluar dari daerah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar ( Departemen Dalam Negeri dan BCEOM, 1998 dalam Khakhim, 2009 : 7). Menurut beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat dua proses yaitu proses yang mendapat pengaruh sifat laut dan proses yang mendapat sifat darat. Menurut Dahuri et al (1996 : 5-6), hingga saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang baku. Namun demikian, terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (coast line), maka wilayah pesisir mempunyai dua macam batas (boundaries) yaitu batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus garis pantai (cross shore). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 Lebih lanjut dikemukakan oleh Sekretariat Proyek MREP (1997) bahwa kawasan pesisir (coastal areas) adalah kawasan yang secara geografi membentuk antar muka antara daratan dan lautan, dimana proses-proses fisik dan biologi yang berperan di kawasan itu membuktikan betapa eratnya hubungan terrestrialakuatik, dan secara ekologi berupa kawasan yang mengandung sejumlah habitat terrestrial dan akuatik yang pokok penting, yang meliputi ekosistem unik mengandung bermacam-macam sumberdaya alam berharga. Ekosistem-ekosistem yang saling berhubungan ini juga terkait erat dengan sistem-sistem sosial ekonomi yang membentuk sistem-sistem sumberdaya (resources sistem). Untuk kepentingan pengelolaan, batas ke arah darat suatu wilayah pesisir ditetapkan dalam dua macam, yaitu wilayah perencanaan dan batas untuk wilayah pengaturan. Batas wilayah perencanaan sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan dimana terdapat kegiatan manusia yang dapat menimbulkan dampak secara nyata terhadap lingkungan dan sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan, sehingga batas wilayah perencanaan lebih luas dari wilayah pengaturan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa batas wilayah pesisir ini belum dapat dilihat secara jelas, batas ini dapat ditentukan dengan melihat ada tidaknya proses-proses yang mencirikan wilayah pesisir. Wilayah pesisir memainkan peran yang cukup penting bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir. Bagian dari wilayah pesisir yang menghubungkan ekosistem terestial dan laut merupakan wilayah yang sangat penting bagi penyediaan barang dan jasa untuk kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen yang esensial dalam “human survival” . Ekosistem pesisir selain berfungsi secara hidrobiologis, juga menyediakan manfaat ekonomi bagi masyarakat meski kita sendiri tidak menyadarinya. Untuk mencapai pembangunan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara optimal, berkelanjutan dan andal, salah satu aspek yang sangat penting adalah aspek sosial, ekonomi dan budaya. Aspek ini mensyaratkan bahwa masyarakat pesisir sebagai pelaku dan sekaligus tujuan pembangunan wilayah pesisir dan lautan harus mendapatkan manfaat terbesar dari kegiatan user pembangunan tersebut. Kenyataancommit selamatoini menunjukkan bahwa sebagian besar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 keuntungan yang didapatkan justru dinikmati oleh penduduk di luar wilayah pesisir. Oleh karena itu kebijakan pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir yang harus diterapkan adalah : a. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir dan memastikan bahwa mereka mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari kegiatan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. b. Meningkatkan peran serta masyarakat pesisir dalam pembangunan dan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. c. Memasyarakatkan pembangunan masyarakat pesisir yang berwawasan lingkungan yang diikuti oleh peningkatan pendapatan.
3. Tingkat Kesejahteraan Kesejahteraan meliputi seluruh bidang kehidupan manusia, mulai dari ekonomi, sosial, budaya, iptek, hankamnas, dan lain sebagainya. Bidang-bidang kehidupan tersebut meliputi jumlah dan jangkauan pelayanannya. Pemerintah memiliki kewajiban utama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Tingkat kesejahteraan masyarakat seringkali ditentukan oleh besarnya pendapatan per kapita. Kelemahan dari pengukuran pendapatan per kapita adalah ketidakmampuannya untuk menunjukkan bagaimana pendapatan ini terdistribusi di masyarakat. Selain itu tingkat kesejahteraan masyarakat tidak hanya ditentukan oleh tingkat pendapatan, melainkan juga oleh faktor-faktor lain. Berdasarkan keadaan ini maka diperlukan suatu pendekatan berbeda untuk melengkapi cara pengukuran tingkat kesejahteraan yang biasanya cenderung dilakukan dengan tingkat pendapatan per kapita. Morris (1979) dalam Giyarsih (2000 : 91) mengungkapkan bahwa untuk menentukan tingkat kesejahteraan diusulkan pendekatan yang disebut "pertumbuhan dengan keadilan" (growth with equity). Dalam pendekatan ini diperlukan indikator yang dapat menggambarkan kesejahteraan, yaitu dengan menggunakan indikator sosial disamping indikator ekonomi. Indikator sosial dapat dianggap sebagai petunjuk singkat dari pembangunan atau usaha perbaikan bidang sosial. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Secara umum terdapat hubungan yang erat antara tingkat kesejahteraan masyarakat dengan tingkat perkembangan desa (Tjokroamidjojo, 1980 dalam Giyarsih, 2000 : 90), karena tingkat kesejahteraan yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk meningkatkan potensi dan mengelola wilayah dengan baik. Lebih lanjut dalam lingkup pembangunan perdesaan tersebut akan dinilai apakah kemajuan pembangunan yang dialami di bidang ekonomi juga disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, sesuai dengan tujuan pembangunan secara menyeluruh. Membangun keluarga sejahtera pada hakekatnya merupakan upaya mengentaskan keluarga dari kemiskinan. Sedangkan hingga saat ini belum ada satupun yang pasti dan dapat digunakan sebagai tolok ukur kemiskinan di Indonesia. Para ahli memberikan tingkatan tentang kemiskinan di Indonesia melalui pendekatan yang berbeda-beda, sehingga tingkatan kemiskinan yang diperoleh juga beraneka ragam.
a. Indikator Kesejateraan menurut Sayogyo Pada awal tahun 1970-an, Sayogyo (1971) dalam Kurniawan dan Saleh (2010 : 54) menggunakan tingkat konsumsi ekuivalen beras per kapita sebagai indikator kemiskinan, yang dibedakan atas daerah pedesaan dan perkotaan. Perbedaan desa kota dilakukan dengan mendorong garis kemiskinan ke atas sebesar 50 %. Berdasarkan metode ini kemiskinan rumah tangga dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu : 1) Sangat miskin, yaitu rumh tangga dengan pendapatan per kapita tahunan di bawah nilai 240 kg beras untuk pedesaan dan 480 kg beras untuk perkotaan. 2) Miskin, yaitu rumah tangga dengan pendapatan perkapita tahunan di bawah nilai 320 kg beras untuk pedesaan dan 480 kg beras untuk perkotaan. 3) Hampir miskin, yaitu rumah tangga dengan pendapatan perkapita tahunan dengan nilai antara 320-480 kg beras untuk pedesaan dan 480commit to user 720 kg beras untuk perkotaan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 4) Tidak miskin, yaitu rumah tangga dengan pendapatan perkapita tahunan di atas nilai 480 kg beras untuk pedesaan dan 720 kg beras untuk perkotaan.
b. Indikator Kesejahteraan menurut BPS Dimensi kesejahteraan sangat luas dan kompleks sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat hanya dapat terlihat jika dilihat dari suatu aspek tertentu. Berbagai aspek yang diamati yaitu kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, kondisi rumah tangga dan perumahan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kesejahteraan diturunkan dari konsumsi makanan pokok yang mencerminkan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan. Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan Makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori perkapita per hari. Garis Kemiskinan Bukan Makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
c. Indikator Kesejahteraan menurut BKKBN Pengukuran kesejahteraan menurut BAPPENAS menggunakan berbagai aspek sebagai indikator dalam pengukuran sosial hasil pembangunan. Berbagai indikator tersebut adalah kependudukan, kesehatan, tenaga kerja, pendidikan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 kebudayaan, kesejahteraan sosial, perumahan, agama, keamanan dan ketertiban masyarakat (Jayadinata dan Pramandika, 2008 : 115). Dalam penelitian ini, tingkat kesejahteraan diukur berdasarkan tingkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) karena pendataan dilakukan secara rutin setiap tahun dan memiliki tingkat detail sampai pada tingkat desa bahkan sampai pada tingkat Rukun Tetangga. BKKBN membagi tingkatan kesejahteraan keluarga dengan menggunakan tingkatan keluarga sejahtera berdasarkan pemenuhan terhadap 22 indikator yang terbagi dalam 5 tahapan secara garis besar sebagai berikut : 1) Keluarga Pra Sejahtera Yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, dan kesehatan. Tahapan ini dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga pra sejahtera karena alasan ekonomi dan kelurga pra sejahtera karena alasan non ekonomi. 2) Keluarga Sejahtera I Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya (social psychological need), seperti kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi. Ada 5 (lima) indikator untuk mengetahui keluarga sejatera I yaitu : a) Anggota keluarga melakukan ibadah menurut agamanya masing-masing. b) Pada umumnya seluruh keluarga makan dua kali sehari atau lebih. c) Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah dan bepergian. d) Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah. e) Bila anak sakit dan atau Pasangan Usia Subur (PUS) ingin ber-KB dibawa ke sarana/petugas kesehatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 3) Keluarga Sejahtera II Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga psikologisnya,
akan
tetapi
belum
dapat
memenuhi
kebutuhan
perkembangannya (developmental need), seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. Keluarga sudah dapat memenuhi indikator tahapan Keluarga Sejahtera I (indikator 1 - 5) dan indikator berikut : a) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. b) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/ telur. c) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu pasang pakaian baru dalam setahun. d) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah. e) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat, sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-masing. f) Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh penghasilan. g) Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulis. h) Anak usia 10-12 tahun bersekolah. 4) Keluarga Sejahtera III Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya, kebutuhan psikologisnya, dan kebutuhan pengembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat, seperti acara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial; keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan sebagainya. Keluarga ini sudah memenuhi indikator tahapan Keluarga Sejahtera I dan indikator Keluarga Sejahtera II (Indikator 1 - 13) dan indikator berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 a) Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat kontrasepsi. b) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama. c) Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam bentuk uang atau barang. d) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang seminggu sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi. e) Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal. f) Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar / majalah / radio / televisi. g) Keluarga dapat mengakses sarana transportasi (angkutan). 5) Keluarga Sejahtera III Plus Yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis, maupun yang bersifat pengembangan, serta telah data pula memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat. Keluarga ini dapat memenuhi indikator tahapan Keluarga Sejahtera I, indikator Keluarga Sejahtera II dan indikator Keluarga Sejahtera III (indikator 1 - 20) dan indikator berikut : a) Keluarga secara teratur dengan suka rela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan sosial. b) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat.
B. Penelitian yang Relevan Rahmalia, Evi (2003) melakukan penelitian dengan judul Analisis Tipologi dan Pengembangan Desa-desa Pesisir Kota Bandar Lampung. Tujuan penelitian ini adalah : (1) mendeskripsikan persepsi stakeholder mengenai pengelolaan desadesa pesisir di Kota Bandar Lampung, (2) menganalisis keragaan relatif tingkat perkembangan desa-desa pesisir dibandingkan desa/kelurahan pada umumnya di Kota Bandar Lampung, dan (3) memberikan arahan strategi pengembangan desadesa pesisir di kota Bandar lampung. Metode yang digunakan adalah metode to user wawancara dengan kuesioner dancommit olah data menggunakan proses hirarki analitik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 untuk menjawab tujuan pertama, analisis tipologi wilayah (metode analisis skalogram dan analisis multivariate : PCA, Analisis Kelompok, Analisis Diskriminasi) dan SIG untuk menjawab tujuan kedua serta analisis deskriptif untuk menjawab tujuan ketiga. Hasil penelitian tersebut adalah urutan prioritas pengembangan desa-desa pesisir dimana sektor industri merupakan prioritas utama pengembangan, berdasarkan analisis tipologi sebagian besar desa pesisir tergolong tipologi II yaitu wilayah dengan tingkat perkembangan rendah atau kurang maju dibandingkan kelurahan-kelurahan lain di Bandar Lampung, arahan pengembangan yang disesuaikan dengan tipologi wilayah. Junaidi, Ichwan Arief (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Penyusunan Prioritas Arahan Pengembangan Desa-desa Pesisir Menggunakan AHP (Analyical Hierarchy Process) dengan tujuan : (1) menganalisis kondisi eksisting pemanfaatan lahan pesisir dan rencana pengembangan desa-desa pesisir di Kabupaten Kulon Progo, (2) mengetahui persepsi stakeholder terhadap prioritas pengembangan yang paling tepat untuk dikembangkan pada desa-desa pesisir di Kabupaten Kulon Progo, dan (3) menyusun arahan pengembangan desa-desa pesisir di Kabupaten Kulon Progo ke depannya berdasarkan hasil AHP dan analisis kondisi eksisting. Metode yang digunakan adalah studi literature dan analisis deskriptif data-data yang diperoleh dari data primer maupun sekunder dianalisis untuk menjawab tujuan pertama, survey wawancara dengan kuesioner AHP yang selanjutnya hasil kuesioner diolah dengan software Expert Choiche untuk menjawab tujuan kedua serta analisis deskriptif berdasarkan hasil AHP untuk menjawab tujuan ketiga. Hasil kajian penelitian ini ialah (1) setiap desa pesisir mempunyai karakteristik, potensi dan permasalahan wilayah yang berbeda, berdasarkan potensi yang ada maka pengembangan pertanian menjadi prioritas utama, (2) berdasarkan hasil AHP menurut persepsi gabungan stakeholder diperoleh
hasil
bahwa
aspek
ekonomi
menjadi
prioritas
utama
yang
dikembangkan dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan desa pesisir. Dari hasil tersebut akhirnya diperoleh hasil mengenai urutan prioritas pengembangan desa pesisir dengan prioritas pertama hingga terakhir secara commit to user kawasan pertanian, pariwisata, berurutan sebagai berikut : pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 perikanan, peternakan, perhubungan, permukiman, tambang dan industri, militer. Prioritas utama pengembangan klaster 1 desa pesisir ialah untuk pengembangan kawasan pertanian lahan pantai terbatas, klaster 2 untuk pengembangan kawasan perikanan laut dan klaster 3 untuk pengembangan pertanian lahan basah (3) konsep pengelolaan desa pesisir adalah focus pada karakteristik wilayah dari pesisir itu sendiri, yang merupakan kombinasi dari pembangunan adaptif, terintegrasi antara aspek lingkungan, ekonomi dan sosial. Adapun secara singkat perbandingan penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
commit to user
29 Tabel 2. Perbandingan Penelitian Sebelumnya Nama
Evi Rahmalia (2003)
Ichwan Arief Junaidi (2011)
Nuzul Wachidah (2012)
Judul
Analisis Tipologi dan Pengembangan Desa-desa Pesisir Kota Bandar Lampung
Analisis Tipologi dan Strategi Pengembangan Desa-desa Pesisir di Kabupaten Kendal
Tujuan
1. Mendeskripsikan persepsi stakeholder mengenai pengelolaan desa-desa pesisir di Kota Bandar Lampung. 2. Menganalisis keragaan relatif tingkat perkembangan desa-desa pesisir dibandingkan desa/kelurahan pada umumnya di Kota Bandar Lampung. 3. Memberikan arahan strategi pengembangan desa-desa pesisir di kota Bandar lampung.
Penyusunan Prioritas Arahan Pengembangan Desa-desa Pesisir Menggunakan AHP (Analyical Hierarchy Process) 1. Menganalisis kondisi eksisting pemanfaatan lahan pesisir dan rencana pengembangan desa-desa pesisir di Kabupaten Kulon Progo. 2. Mengetahui persepsi stakeholder terhadap prioritas pengembangan yang paling tepat untuk dikembangkan pada desa-desa pesisir di Kabupaten Kulon Progo. 3. Menyusun arahan pengembangan desadesa pesisir di Kabupaten Kulon Progo ke depannya berdasarkan hasil AHP dan analisis kondisi eksisting.
Metode
1. proses hirarki analitik 2. analisis tipologi wilayah (metode analisis skalogram dan analisis multivariate : PCA, Analisis Kelompok, Analisis Diskriminasi) dan SIG 3. analisis deskriptif
1. studi literature dan analisis deskriptif 2. survey wawancara dengan kuesioner AHP yang selanjutnya diolah dengan software Expert Choiche 3. analisis deskriptif hasil AHP
1. 2. 3. 4.
5. Mengetahui tipologi desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal berdasarkan pada aspek sosial ekonomi dan budaya. 6. Mengetahui tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal. 7. Mengetahui hubungan antara tipologi desa dengan tingkat kesejahteraan masyarakat desa pesisir kabupaten Kendal. 8. Menyusun strategi pengembangan desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal. analisis skoring analisis kuantitatif overlay SWOT
30 Hasil
sektor industri merupakan prioritas utama pengembangan sebagian besar desa pesisir tergolong tipologi II yaitu wilayah dengan tingkat perkembangan rendah atau kurang maju dibandingkan kelurahankelurahan lain di Bandar Lampung arahan pengembangan yang disesuaikan dengan tipologi wilayah
pengembangan pertanian menjadi prioritas utama berdasarkan hasil AHP menurut persepsi gabungan stakeholder diperoleh hasil bahwa aspek ekonomi menjadi prioritas utama hasil mengenai urutan prioritas pengembangan desa pesisir sebagai berikut : pengembangan kawasan pertanian, pariwisata, perikanan, peternakan, perhubungan, permukiman, tambang dan industri, militer. Prioritas utama pengembangan klaster 1 desa pesisir ialah untuk pengembangan kawasan pertanian lahan pantai terbatas, klaster 2 untuk pengembangan kawasan perikanan laut dan klaster 3 untuk pengembangan pertanian lahan basah konsep pengelolaan desa pesisir adalah fokus pada karakteristik wilayah dari pesisir itu sendiri, yang merupakan kombinasi dari pembangunan adaptif, terintegrasi antara aspek lingkungan, ekonomi dan sosial.
Tipologi desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal terdiri dari dua tipologi yaitu tipologi desa transisi sebanyak sembilan desa dan tipologi berkembang sebanyak 17 desa. Tingkat Kesejahteraan Desadesa Pesisir Kabupaten Kendal terbagi menjadi tiga yaitu tingkat kesejahteraan tinggi yang terdiri dari tujuh desa (26.9 %), tingkat kesejahteraan sedang terdiri dari 18 desa (69.2 %) dan tingkat kesejahteraan rendah terdiri satu desa (3.8 %). Berdasarkan analisis overlay peta tipologi desa dengan peta tingkat kesejahteraan maka terdapat hubungan antara tipologi desa dengan tingkat kesejahteraan. Strategi pengembangan yang dapat dilakukan berdasarkan analisis SWOT meliputi aspekaspek sebagai berikut yaitu kelembagaan, sarana dan prasarana, penataan ruang, dan sosial ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 C. Kerangka Berpikir Indonesia yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari kelautan dan memiliki potensi kelautan yang cukup besar, seharusnya mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup pada potensi kelautan. Realitanya kehidupan masyarakat pesisir senantiasa dilanda kemiskinan, bahkan kehidupan masyarakat pesisir khususnya nelayan sering diidentikkan dengan kemiskinan. Salah satu upaya dalam otonomi daerah untuk menuju ke arah pembangunan yang lebih maju dalam era desentralisasi adalah dengan mengoptimalkan daerah pesisir sebagai pusat pertumbuhan baru mengingat potensi wilayah pesisir yang begitu besar. Kabupaten Kendal memiliki potensi sumberdaya pesisir yang cukup besar, namun pemanfaaatan dan pengelolaan yang belum optimal menyebabkan potensi tersebut ternyata belum memberikan kontribusi yang besar bagi kemakmuran masyarakat. Upaya yang dilakukan selama ini belum mampu mengakomodasikan setiap potensi dan permasalahan pada masing-masing desa. Adanya kesamaan karakteristik tertentu pada beberapa desa, maka perlu penyusunan tipologi dengan mengelompokkan desa-desa pesisir berdasarakan tingkat perkembangan dan sesuai dengan potensi dan masalah yang terjadi. Penyusunan tipologi akan memudahkan penyusunan strategi yang tepat untuk pengembangan
desa-desa
tersebut.
Dalam
penelitian
ini,
desa-desa
dikelompokkan berdasarakan pada kesamaan aspek sosial ekonomi budaya. Secara umum, tingkat perkembangan desa berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan. Berkembangnya suatu desa seharusnya juga disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Tingkat kesejahteraan yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk meningkatkan potensi dan mengelola wilayah dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini juga akan mengkaji mengenai tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir serta hubungannya dengan tipologi desa yang ada. Analisis pengembangan desa-desa pesisir dilakukan dengan analisis SWOT terhadap input yang diperoleh dari hasil identifikasi potensi dan masalah masingmasing tipologi. Hasil analisis ini kemudian dijadikan sebagai dasar untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 menyusun strategi pengembangan desa-desa pesisir Kabupaten Kendal. Hasilnya dituangkan dalam peta menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Secara sederhana, kerangka pemikiran penelitian di atas disajikan dalam Gambar 1. sebagai berikut : Desa-desa pesisir dengan potensi SDA yang besar namun masyarakatnya masih di bawah garis kemiskinan
Perlunya pengelompokkan desa-desa pesisir berdasarkan karakteristik tertentu untuk memudahkan penyusunan strategi
Aspek Sosial Budaya Adat istiadat Kelembagaan Pendidikan Gotong royong Prasarana umum
Aspek Ekonomi Mata pencaharian Produksi desa Prasarana umum
Penyusunan Tipologi desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal
Tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir
Hubungan tipologi desa dengan tingkat kesejahteraan
Identifikasi masalah dan potensi pada setiap tipologi
Analisis potensi dan permasalahan pada masing-masing tipologi dengan analisis SWOT
Strategi Pengembangan Desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal
commit toAlir user Gambar 5. Diagram Kerangka Pemikiran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal dengan unit analisis tingkat desa yang jumlahnya terdiri dari 26 desa yang tersebar dalam tujuh Kecamatan (Kecamatan Rowosari, Kangkung, Cepiring, Patebon, Kota Kendal, Brangsong dan Kaliwungu). Adapun ke-26 desa/kelurahan tersebut adalah Desa Gempolsewu, Sendang Sikucing, Jungsemi, Tanjungmojo, Kalirejo, Sidomulyo, Juwiring, Kaliayu, Kalirandugede, Korowelang Kulon, Korowelang Anyar, Margorejo,
Pidodo Kulon, Pidodo Wetan, Kartika Jaya, Wonosari,
Turunrejo, Purwokerto, Mororejo, Wonorejo, Kelurahan Kalibuntu Wetan, Balok, Bandengan, Karangsari, Banyutowo. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1. Daerah penelitian mempunyai struktur sosial ekonomi yang relatif kompleks. 2. Kabupaten Kendal masih menghadapi permasalahan dalam pengembangan wilayah pesisir.
B. Waktu Penelitian Waktu penelitian dimulai sejak persiapan sampai penulisan laporan hasil penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan yakni dari bulan Desember 2011 sampai bulan Agustus 2012. Berikut tabel rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian. Tabel 3. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian Waktu No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kegiatan Persiapan Penulisan proposal Penyusunan instrumen Pengumpulan data Analisis data Penulisan laporan
2011 Des
Jan
Feb
Mar
commit to user 33
2012 Aprl Mei
Juni
Juli
Agt
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
C. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan metode deskriptif kualitatif, dengan desa sebagai satuan analisis. Penelitian deskriptif yakni penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang memberikan interpretasi atau analisis (Tika, 1997 : 6). Dalam penelitian ini metode deskriptif dilakukan untuk mengungkapkan data mengenai faktor-faktor yang merupakan penyusun tipologi desa dan tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir yang kemudian dianalisis serta dicari hubungan antara keduanya. Penelitian ini juga mengungkapkan potensi serta masalah desa-desa pesisir Kabupaten Kendal.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah desa-desa yang berada di pesisir Kabupaten Kendal, terdiri dari 26 desa yang tersebar di tujuh kecamatan pesisir. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari objek atau individu –individu yang mewakili suatu populasi (Tika, 1997 : 33). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara area sampling (sampel daerah). Sampel daerah ini merupakan teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi. Dalam penelitian ini masing-masing wilayah berbeda keadaannya maka diambil sampel dari 26 desa. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebanyak 130 orang. Informan pada setiap desa di daerah penelitian adalah 5 orang dengan rincian satu orang perangkat desa, dan empat orang perwakilan warga yang diwakili oleh ketua RT.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 E. Sumber dan Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini dari beberapa sumber dan dibedakan menjadi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau objek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti (Tika, 1997 : 67). Data yang diperoleh dari pengamatan, pengukuran dan pengujian di lapangan dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Teknik Pengumpulan Data No. 1.
Teknik Pengumpulan Data Observasi Langsung
2.
Wawancara
Data 1. Fasilitas umum 2. Potensi desa 3. Masalah desa
1. 2. 3. 4. 5.
Adat istiadat Kelembagaan Gotong royong Potensi desa Masalah desa
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri, walaupun data yang dikumpulkan itu sesungguhnya data yang asli (Tika, 1997 : 67). Data sekunder yang diperlukan antara lain : a. Data monografi penduduk diperoleh dari monografi desa. b. Data Kecamatan Dalam Angka didapat dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal. c. Data potensi dan masalah desa dari RPJM Desa/Kelurahan. d. Data iklim dari Dinas Pertanian Kabupaten Kendal. e. Citra Ikonos, Google Earth Tahun 2008-2010. f. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Weleri, Kendal, Bleder, dan Beji Skala 1 : 25.000 Tahun 2000, BAKOSURTANAL. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Langsung Observasi adalah cara atau teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang ada pada obyek penelitian (Tika, 1997 : 68). Kegiatan observasi dilakukan secara langsung terhadap obyek di tempat penelitian dengan cara sistematik atau berstruktur, yaitu menentukan unsur-unsur utama yang akan diobservasi secara sistematik.
Unsur-unsur yang ditentukan tersebut disesuaikan dengan tujuan
penelitian yang telah dibuat. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data primer. Observasi langsung dilakukan untuk memperoleh data mengenai fasilitas umum, potensi desa, dan masalah desa. Alat bantu yang digunakan dalam observasi langsung berupa kamera digital untuk dokumentasi foto lokasi penelitian. 2. Wawancara Moleong (2001 : 135), menjelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (intervieweer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam penelitian ini metode digunakan kombinasi wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara dilakukan dengan masyarakat di masing-masing daerah sampel berdasarkan atas pedoman wawancara seperti pada Tabel 5. Data yang dihasilkan dari wawancara berupa adat istiadat, kelembagaan, gotong royong, potensi desa, dan masalah desa. Tabel 5. Pedoman Wawancara Jumlah Butir Pertanyaan 3 2 12
Variabel
Indikator
A. Tingkat Perkembangan Desa
Adat Istiadat Gotong Royong Kelembagaan
B. Pengembangan Desa
Masalah Desa 3 Potensi Desacommit to user2
Nomor Butir Pertanyaan 1, 2, 3 4, 5 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 1, 2, 3 4, 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 3. Dokumentasi Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data atau informasi secara tertulis atau dalam bentuk gambar atau peta yang didapat dari kantor atau instansi yang terkait, perpustakaan dan arsip yang menunjang penelitian. Dilaksanakan dengan mencatat, menyalin, mempelajari dan memilah data yang termuat baik berupa peta, diagram, maupun buku-buku sesuai kebutuhan penelitian. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mencari data penggunaan lahan, monografi penduduk, potensi desa, dan masalah desa.
G. Teknik Analisis Data 1. Menyusun Tipologi Desa-desa Pesisir di Kabupaten Kendal Berdasarkan Aspek Ekonomi Sosial dan Budaya Penyusunan tipologi desa-desa pesisir berdasarkan aspek ekonomi, sosial, dan budaya menggunakan teknik skoring. Teknik ini digunakan untuk menentukan tingkat perkembangan desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal. Dalam penelitian ini, perkembangan desa menurut Yunus (1987 : 12-18) disusun berdasarkan pada faktor-faktor sebagai berikut : a. Mata pencaharian Penentuan mata pencaharian didasarkan pada persentase jumlah penduduk yang bekerja di sektor primer, sekunder maupun tersier seperti yang dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut. Tabel 6. Kriteria dan Skor Mata Pencaharian No. 1.
Simbol E1
2.
E2
3.
E3
Keterangan 55% atau lebih penduduk desa bermata pencaharian pokok di sektor primer 55% atau lebih penduduk desa bermata pencaharian pokok di sektor sekunder 55% atau lebih penduduk desa bermata pencaharian pokok di sektor tersier
Skor 1 2 3
Sumber : Yunus, 1987 : 12 b. Produksi Desa Produksi desa adalah jumlah total produk barang dan jasa yang dihasilkan commit to user oleh unit-unit produksi yang beroperasi di wilayah desa tersebut satu tahun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 yang dinilai dalam rupiah. Adapun kriteria dan skor produksi desa dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kriteria dan Skor Produksi Desa No. 1.
Simbol Y1
2.
Y2
3.
Y3
Keterangan Kurang dari 50 juta rupiah dalam satu tahun, produksi desa termasuk rendah Antara 50 juta sampai dengan 100 juta dalam satu tahun, produksi desa termasuk sedang Lebih dari 100 juta dalam satu tahun, produksi desa termasuk tinggi
Skor 1 2 3
Sumber : Yunus, 1987 : 13 c. Adat Istiadat dan Kepercayaan Tabel 8. Klasifikasi Adat Istiadat dan Kepercayaan No. 1.
Simbol A1
2.
A2
3.
A3
Keterangan mempunyai 7-9 macam upacara/adat yang mengikat mempunyai 4-6 macam upacara/adat yang mengikat mempunyai 1-3 macam upacara/adat yang mengikat
Skor 1 2 3
Sumber : Yunus, 1987 : 14 d. Kelembagaan Penentuan kelas kelembagaan berdasarkan banyaknya jenis lembaga yang terdapat di desa tersebut. Adapun klasifikasi kelembagaan dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut. Tabel 9. Klasifikasi Kelembagaan No. 1. 2.
Simbol L1 (sederhana) L2 (sedang)
3.
L3 (maju)
Keterangan mempunyai 1-3 dengan syarat bahwa lembaga pemerintah harus ada mempunyai 4-6 dengan syarat bahwa lembaga pemerintah dan LSD ada mempunyai 7-9 dengan syarat bahwa lembaga pemerintah, LKMD, KUD/BUUD ada
Sumber : Yunus, 1987 : 14
commit to user
Skor 1 2 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 e. Pendidikan Tingkat pendidikan diperhitungkan dari persentase jumlah penduduk yang tamat SD ke atas terhadap jumlah penduduk seluruhnya. Adapun klasifikasinya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kriteria Pendidikan No. 1. 2. 3.
Simbol Pd1 (rendah) Pd2 (sedang) Pd3 (tinggi)
Keterangan penduduk yang tamat SD ke atas kurang dari 30% penduduk yang tamat SD ke atas kurang 30% 60% penduduk yang tamat SD ke atas lebih dari 60%
Skor 1 2 3
Sumber : Yunus, 1987 : 14 f. Gotong Royong Tingkat gotong royong masyarakat diperhitungkan berdasarkan kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Adapun tingkatan dalam gotong royong dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Tingkatan Gotong Royong No. 1.
Simbol Gr1 (laten)
2.
Gr2 (transisi)
3.
Gr3 (manifest)
Keterangan gotong royong masyarakat belum mengalami transisi dengan pengertian bahwa pelaksanaan dan cara kerja gotong royong belum didasari oleh rasa kesadaran dan tanggung jawab dari masyarakat. Gotong royong dilaksanakan apabila ada instruksi dari atasan gotong royong masyarakat mulai mengalami transisi dengan pengertian bahwa pelaksanaan dan cara kerja gotong royong mulai didasari oleh rasa kesadaran dan tanggung jawab dari masyarakat. Gotong royong dilakukan apabila ada imbalan gotong royong sudah terjiwai oleh penduduk sehingga pelaksanaan dan cara kerja gotong royong berdasarkan musyawarah antar warga masyarakat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab
commit to user Sumber : Yunus, 1987 : 15
Skor 1
2
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 g. Prasarana Umum Prasarana umum dibagi menjadi empat sub prasarana yaitu prasarana perhubungan, prasarana produksi, prasarana pemasaran dan prasarana sosial. 1) Prasarana perhubungan Prasarana
perhubungan
perekonomian
desa,
mempunyai
karena
meskipun
peranan produksi
penting
bagi
tinggi
tetapi
perhubungannya tidak lancar maka pemasaran produksinya akan terhambat. Adapun cara penilaian prasarana perhubungan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Skor Prasarana Perhubungan No. 1. 2. 3.
Keterangan Jika desa mempunyai jalan tanah saja Jika desa mempunyai jalan batu dan tanah Jika desa mempunyai jalan aspal, batu, dan tanah
Skor 10 30 50
Sumber : Yunus, 1987 : 15 2) Prasarana produksi Tabel 13. Skor Prasarana Produksi No. 1. 2. 3.
Keterangan Jika desa mempunyai saluran irigasi sederhana/tadah hujan Jika desa memiliki bangunan-bangunan air dengan saluran setengah teknis Jika desa mempunyai dam sendiri dengan bangunanbangunan air dan salurannya teknis, sehingga pengaturan air dapat “autonom” dan baik
Skor 5 15 25
Sumber : Yunus, 1987 : 16 Desa-desa yang tidak mempunyai sistem irigasi/bukan desa pertanian tahunan, yang dinilai adalah sistem budidaya tanaman dengan kriteria penilaian pada Tabel 14.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 Tabel 14. Kriteria dan Skor Sistem Budidaya Tanaman No. 1. 2. 3.
Keterangan Jika tanaman di desa pada umumnya tidak dipelihara dan tidak diatur Jika tanaman di desa pada umumnya kurang dipelihara dan jarak tanamannya baik atau sebaliknya Jika tanaman di desa pada umumnya dipelihara dengan baik dan jarak tanamannya baik
Skor 5 15 25
Sumber : Yunus, 1987 : 16 3) Prasarana pemasaran Tabel 15. Skor Prasarana Pemasaran No. 1. 2. 3.
Keterangan Jika mempunyai 1 jenis kelompok Jika mempunyai 2 jenis kelompok Jika mempunyai 3 jenis kelompok
Skor 5 15 25
Sumber : Yunus, 1987 : 16 4) Prasarana sosial Tabel 16. Skor Prasarana Sosial No. 1. 2. 3.
Keterangan Jika desa mempunyai 1-2 prasarana Jika desa mempunyai 3-4 prasarana dengan syarat ada gedung pemerintah dan gedung sekolah Jika desa mempunyai 5-6 prasarana dengan syarat ada gedung pemerintahan, gedung sekolah dan poliklinik
Skor 5 15 25
Sumber : Yunus, 1987 : 17
Penilaian prasarana keseluruhan (prasarana perhubungan, prasarana produksi, prasarana pemasaran dan prasarana sosial) yaitu dengan menjumlah semua skor dengan klasifikasi pada Tabel 17. Tabel 17. Klasifikasi Prasarana Umum No.
Simbol
1. 2. 3.
P1 P2 P3
Keterangan Jumlah skor seluruh prasarana kurang dari 60 Jumlah skor seluruh prasarana antara 60 – 94 Jumlah skor seluruh prasarana antara 95 – 125
Sumber : Yunus, 1987 : 17 commit to user
Skor 1 2 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 Setelah semua data yang diperlukan dalam rangka menilai tingkat perkembangan desa terkumpul, tahap selanjutnya adalah memasukkan tujuh faktor perkembangan tersebut ke dalam tabel sehingga tingkat perkembangan desa yang bersangkutan dapat diketahui. Berdasarkan tabel ini pula dapat terlihat mengenai masalah masalah utama yang menunjang atau menghambat laju perkembangan desa yang bersangkutan. Tingkat perkembangan suatu desa merupakan gabungan penilaian dari ke tujuh faktor perkembangan. Masing-masing faktor perkembangan mempunyai kisaran penilaian antara 1 – 3. Adapun mengenai ketentuan nilai skor untuk tingkat perkembangan desa dalam Tabel 18. Tabel 18. Ketentuan Nilai Skor Tingkat Perkembangan Desa No. Jumlah Nilai Skor 1. 7 – 11 2. 12 – 16 3. 17 – 21 Sumber : Yunus, 1987 : 18
Tahap Perkembangan Desa Desa tradisional Desa transisi Desa maju
2. Mengetahui Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir di Kabupaten Kendal Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir digunakan analisis kuantitatif berdasarkan proporsi Keluarga Pra Sejahtera (KPS) dan Keluarga Sejahtera I (KS I) pada masing-masing desa pesisir. Persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I dapat dihitung dengan menggunakan fungsi sebagai berikut : ∑ ∑ Berdasarkan hasil penghitungan persentase di atas, maka desa diurutkan dari persentase yang terendah sampai tertinggi, kemudian hasilnya akan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelas tingkat kesejahteraan desa yaitu tingkat kesejahteraan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam mencari interval kelas didasarkan pada persentase Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I dengan rumus : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Keterangan : C
= Interval kelas
Xn
= Nilai tertinggi (persentase tertinggi)
Xi
= Nilai terendah (persentase terendah)
k
= Jumlah kelas yang dikehendaki
3. Mengetahui Hubungan antara Tipologi Desa dengan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Desa Pesisir Kabupaten Kendal Tujuan ketiga dijawab menggunakan teknik analisis overlay dan analisis deskriptif. Teknik analisis overlay dilakukan dengan menggunakan SIG (Sistem Informasi Geografis). Teknik ini dilakukan dengan cara menumpangsusunkan peta tipologi desa dengan peta tingkat kesejahteraan. Selanjutnya hasil overlay kedua peta tersebut dianalisis secara deskriptif. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif dilakukan untuk menjelaskan hubungan antara tipologi desa dengan tingkat kesejahteraan penduduknya. Analisis deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang berbagai kondisi lapang yang berupa uraian pengertian ataupun penjelasan-penjelasan baik terhadap analisis yang bersifat terukur maupun tidak terukur terhadap kondisi lingkungan sosial ekonomi dan daerah sampel. Hasil analisis kualitatif berupa kompilasi kondisi riil di lapang dengan kondisi yang diperoleh dari studi pustaka.
4. Menyusun Strategi Pengembangan Desa-desa Pesisir di Kabupaten Kendal Analisis SWOT adalah identifikasi secara sistematik atas kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta kesempatan dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi suatu wilayah. Keterkaitan faktor internal dan eksternal tersebut digambarkan dalam bentuk matrik SWOT yang nantinya digunakan untuk menentukan alternatif strategi pengembangan pembangunan. Matrik SWOT merupakan suatu alat untuk meringkas faktor-faktor strategis suatu sektor yang menggambarkan bagaimana peluang-peluang dan ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi dapat dipertemukan dengan kelemahan-kelemahan dan kekuatancommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 kekuatan internal untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategis. Analisis SWOT digunakan untuk menyusun arahan strategi pengembangan desa-desa pesisir. Strategi pengembangan disusun melalui penelaahan tentang kondisi dan kenyataan di lapangan, untuk menggali unsur-unsur kekuatan, kelemahan, dan peluang serta ancaman yang ada. Dasar pengembangan desa adalah masalah dan potensi sehingga diperoleh gambaran ciri-ciri, potensi dan sumberdaya yang dimiliki suatu desa yang diperlukan dalam penyusunan strategi pengembangan desa. Keterkaitan faktor internal dan eksternal dapat digambarkan dalam bentuk matrik SWOT. Contoh tabel metode analisis SWOT dapat dilihat dalam Tabel 19. Tabel 19. Metode Analisis SWOT Faktor Eksternal Faktor Penentu
Opportunities
Threats
(Peluang)
(Ancaman)
SO
ST
WO
WT
Strength Faktor
(Kekuatan)
Internal
Weakness (Kelemahan)
Sumber : Muta’ali, 2003 (12-3)
Berdasarkan hasil analisis SWOT akan dihasilkan beberapa strategi, antara lain : a. Strategi SO, yang digunakan untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal. b. Strategi WO, bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan eksternal. c. Strategi ST, bertujuan untuk memperkecil dampak yang akan terjadi dari lingkungan eksternal. d. Strategi WT, bertujuan untuk memperkuat dari dalam usaha untuk commit to user memperkecil kelemahan internal dan mengurangi tantangan eksternal.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dari awal sampai akhir penelitian. Penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan meliputi kegiatan studi pustaka guna memperoleh literatur dan hasil penelitian yang relevan serta melakukan kajian data awal untuk keperluan penyusunan proposal.
2. Tahap Penyusunan Proposal Proposal merupakan rancangan penelitian yang disusun sebagai pengajuan untuk melakukan penelitian. Proposal kemudian digunakan untuk mengurus perijinan birokrasi penelitian. Melalui proposal dijelaskan latar belakang, permasalahan yang dikaji, tujuan, landasan teori dan metode yang digunakan.
3. Tahap Penyusunan Instrumen Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang
masalah-masalah
yang
berhubungan
dengan
penelitian.
Teknik
pengumpulan data yang memerlukan instrumen adalah wawancara. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara.
4. Tahap Pengumpulan Data Pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan kegiatan studi dokumentasi dari dokumen, buku, serta arsip yang terdapat pada instansi terkait dengan masalah penelitian ini serta kerja ceking lapangan melalui observasi dan wawancara. 5. Tahap Analisis Data Analisis
data
merupakan
pemrosesan
data
yang diperoleh
untuk
diorganisasikan ke dalam bentuk yang lebih sederhana agar lebih mudah dibaca dan diintepretasikan. Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 adalah metode skoring untuk menyusun tipologi desa dan analisis SWOT untuk menyusun strategi pengembangan desa pesisir.
6. Tahap Penyusunan Laporan Penulisan laporan penelitian merupakan hasil penelitian yang melibatkan keseluruhan tahapan kegiatan dari unsur-unsur penelitian. Tahap akhir penelitian berupa penyusunan laporan dalam bentuk hardcopy dan softcopy sebagai output kegiatan penelitian secara nyata.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 I. Diagram Alir Penelitian Desa-desa pesisir
Perlunya pengelompokkan desa-desa pesisir
Tingkat kesejahteraan yang rendah di desa-desa pesisir
Perlu strategi pengembangan desa-desa pesisir
Data Primer
Kerja Lapangan
Data Sekunder
Mata pencaharian, Adat istiadat dan kepercayaan, Kelembagaan dan pemerintah desa, Pendidikan, Gotong royong, Prasarana/fasilitas umum
Skoring dan Klasifikasi
Produksi Desa, Data Monografi Desa
Peta Tipologi Desa-desa Pesisir
Kesejahteraan Keluarga
Peta Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir
Tumpangsusun
Hubungan Tipologi dengan Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir
Potensi dan Permasalahan Desa-desa Pesisir
Strategi Pengembangan Desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal
to Alir user Penelitian Gambar 6.commit Diagram
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Wilayah Penelitian 1. Letak dan Luas Kabupaten Kendal merupakan salah satu dari 35 Kabupaten / Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 109o40’-110o18’ Bujur Timur dan 6o32’7o24’ Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 0 - 2579 meter di atas permukaan laut. Wilayah Kabupaten Kendal dibatasi oleh : Sebelah Utara
: Laut Jawa
Sebelah Timur
: Kota Semarang
Sebelah Selatan
: Kabupaten Semarang dan Kabupaten Temanggung
Sebelah Barat
: Kabupaten Batang
Kabupaten Kendal secara administratif terbagi menjadi 20 kecamatan yang terdiri dari 285 desa/kelurahan. Ke-20 kecamatan di Kabupaten Kendal adalah Plantungan, Sukorejo, Pageruyung, Patean, Singorojo, Limbangan, Boja, Kaliwungu, Kaliwungu Selatan, Brangsong, Pegandon, Ngampel, Gemuh, Ringinarum, Weleri, Rowosari, Kangkung, Cepiring, Patebon, dan Kota Kendal. Konsentrasi penelitian ini tepatnya di sepanjang pesisir Kabupaten Kendal yaitu tujuh kecamatan yang terdiri dari 26 desa yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Ke-26 desa yang dimaksud adalah Desa Gempolsewu, Sendang Sikucing, Jungsemi, Karangmalang Wetan, Tanjungmojo, Kalirejo, Sidomulyo, Juwiring, Kaliayu, Kalirandugede, Korowelang Kulon, Korowelang Anyar, Margorejo, Pidodo Kulon, Pidodo Wetan, Kartika Jaya, Wonosari, Turunrejo, Purwokerto,
Mororejo,
Wonorejo,
Kelurahan
Kalibuntu
Wetan,
Balok,
Bandengan, Karangsari, dan Banyutowo. Lebih jelasnya pembagian secara administratif desa-desa daerah penelitian dapat dilihat pada Peta 1 dan Tabel 20 berikut ini.
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 Peta 1. Administrasi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 Tabel 20. Pembagian Administratif Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal. Luas (km2) 10,67 10,55 2. Brangsong 3,04 5,10 3. Kendal 5,02 4,69 1,83 1,97 3,23 4. Patebon 9,55 3,46 9,38 5,12 5. Cepiring 2,05 1,56 2,19 1,88 2,50 1,85 1,92 6. Kangkung 4,26 3,01 4,25 5,27 7. Rowosari 7,60 4,58 Jumlah 116,53 Sumber : Peta RBI dan Hasil Pengolahan Citra Ikonos Tahun 2010 No. 1.
Kecamatan Kaliwungu
Desa / Kelurahan Mororejo Wonorejo Purwokerto Turunrejo Banyutowo Karangsari Bandengan Balok Kalibuntu Wetan Wonosari Kartika Jaya Pidodo Wetan Pidodo Kulon Margorejo Korowelang Anyar Korowelang Kulon Kalirandugede Kaliayu Juwiring Sidomulyo Kalirejo Karangmalang Wetan Tanjungmojo Jungsemi Sendang Sikucing Gempolsewu
2. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan merupakan hasil antara aktivitas manusia dengan lingkungan alami. Berdasarkan jenis penggunaan lahan di Kabupaten Kendal dibedakan menjadi 7 jenis, seperti yang terlihat pada Tabel 21 dan Gambar 7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 Tabel 21. Jenis Penggunaan Lahan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal No.
Luas
Bentuk Penggunaan Lahan
2
Km 1 Permukiman 12.161,60 2 Sawah 53.681,56 3 Tambak 39.595,23 4 Tegalan 7.968,75 5 Kebun 960,35 6 Lahan Terbangun 876,61 7 Tubuh Air 1.388,27 Jumlah 116.632,37 Sumber : Peta RBI dan Hasil Pengolahan Citra Ikonos Tahun 2010
% 10,00 46,00 34,00 7,00 1,00 1,00 1,00 100,00
Penggunaan Lahan 1% 1%
1% 7%
10%
Permukiman Sawah Tambak
34% 46%
Tegalan Kebun Lahan Terbangun Tubuh Air
Gambar 7. Grafik Persentase Perbandingan Penggunaan Lahan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 21 dan Gambar 7 dapat diketahui bahwa desa-desa pesisir Kabupaten Kendal didominasi oleh sawah dan tambak. Bentuk penggunaan lahan terluas adalah sawah yaitu sebesar 53.681,56 km2 atau 46 % dari luas daerah penelitian. Hal tersebut menggambarkan bahwa struktur perekonomian masyarakat desa-desa pesisir sebagian besar bertumpu pada hasil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 pertanian dan hasil perikanan. Hal ini juga berkaitan dengan mata pencaharian masyarakatnya yang umumnya berada di sektor primer. Penggunaan lahan di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal ditampilkan dalam Peta 2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 Peta 2. Penggunaan Lahan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 3. Iklim Iklim adalah rata-rata cuaca di suatu tempat atau daerah yang luas serta berlangsung dalam waktu yang lama (sedikitnya sepuluh tahun). Cuaca adalah keadaan udara di suatu tempat yang sempit selalu berubah-ubah setiap waktu. Pengamatan cuaca dilakukan di stasiun-stasiun pengamatan meteorologi. Keadaan curah hujan di daerah penelitian dapat dilihat dari data curah hujan selama sepuluh tahunan yang diperoleh dari pengukuran pada stasiun-stasiun pengamatan meteorologi oleh Dinas Pertanian Kabupaten Kendal. Jumlah stasiun yang digunakan untuk penentuan tipe iklim daerah penelitian sebanyak 5 stasiun. a. Suhu Desa-desa pesisir Kabupaten Kendal merupakan kawasan pesisir Pantai Utara Kabupaten Kendal, dengan kondisi iklim yang sama dengan kawasan pesisir Pantai Utara Jawa Tengah pada umumnya. Menurut Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang, suhu udara rata-rata 18,8oC – 28,6oC. Daerah-daerah yang letaknya berdekatan dengan pantai seperti halnya desa-desa pesisir Kabupaten Kendal mempunyai suhu udara rata-rata relatif lebih tinggi daripada di daerah dataran tinggi. b. Tipe Iklim Penentuan tipe iklim di lokasi penelitian menggunakan metode Koppen. Metode Koppen adalah metode klasifikasi iklim yang berdasarkan rata-rata curah hujan dan temperaturnya, baik temperatur bulanan maupun temperatur tahunan. Metode ini membagi permukaan bumi menjadi lima ipe iklim yaitu : 1) Iklim hujan tropika (A) 2) Iklim kering (B) 3) Iklim sedang (C) 4) Iklim dingin (D) 5) Iklim kutub (E) Selanjutnya Koppen membagi iklim A lebih lanjut menjadi : a) Tropika Basah (Af) Wilayah iklim ini memiliki ciri-ciri yaitu pada saat bulan terkering commit to user masih memiliki hujan rata-rata lebih besar dari 60 mm.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 b) Tropika Lembab (Am) Wilayah ini memiliki ciri-ciri yaitu pada bulan-bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan kering. Tipe ini memiliki bulan basah dan bulan kering, tetapi bulan-bulan kering masih dapat diimbangi oleh bulan-bulan basah, sehingga pada wilayah ini masih terdapat hutan yang cukup lebat. c) Tropika Kering (Aw) Jumlah hujan pada bulan-bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering, sehingga vegetasi yang ada adalah padang rumput dengan pepohonan yang jarang (Wisnubroto, 1981 : 70). Tabel 22. Curah Hujan Bulanan Kabupaten Kendal Tahun 2000-2010 No.
Curah Hujan (mm)
Bulan
Jml (mm)
Ratarata (mm)
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jan
480
314
381
258
306
245
637
162
483
428
352
4046
404.6
2
Feb
191
255
608
598
436
240
366
238
804
557
322
4615
461.5
3
Mar
166
370
170
309
767
222
140
230
235
146
327
3082
308.2
4
Apr
230
212
240
226
252
263
214
237
191
187
269
2521
252.1
5
Mei
146
125
112
225
535
96
145
91
127
197
335
2134
213.4
6
Juni
113
148
33
11
38
211
50
81
35
131
231
1082
108.2
7
Juli
52
98
1
42
25
82
8
10
0
38
96
452
45.2
8
Agt
14
3
4
18
4
36
12
23
57
0
131
302
30.2
9
Sept
44
80
0
52
62
59
40
3
23
20
276
659
65.9
10
Okt
203
236
10
116
29
120
12
52
193
68
301
1340
134.0
11
Nov
336
280
190
199
113
120
154
110
234
144
276
2156
215.6
12
Des
137
251
278
431
231
263
228
237
420
217
335
3028
302.8
Jumlah Jml Bulan Basah Jml Bulan Lembab Jml Bulan Kering
2112
2372
2027
2485
2798
1957
2006
1474
2802
2133
3251
25417
2542
9
9
7
8
7
8
7
6
8
8
11
88
8
0
2
0
0
1
2
0
2
0
1
1
9
0.9
3
1
5
4
4
2
5
4
4
3
0
35
3.2
1
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Kendal Tahun 2000-2010 Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa rata-rata curah hujan bulan terkering adalah 30,2 mm yaitu pada bulan Agustus. Rata-rata jumlah hujan usertahunan dan curah hujan bulanan tahunan 2.542 mm. Data rata-ratacommit curah to hujan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 terkering digunakan untuk menentukan tipe iklim Af, Am, atau Aw. Data ini dimasukkan dalam grafik Koppen yang menunjukkan garis batas Tipe iklim Af, Am dan Aw. Hasil sebagai analisis adalah sebagai berikut :
Rata-rata Curah Hujan Bulan Terkering
80
Af
60 40
Am
Aw
20 0 1000
1500
2000
2500
3000
Curah Hujan Tahunan Sumber : Wisnubroto (1981 : 78) Gambar 8. Tipe iklim Lokasi Penelitian Menurut Koppen
Setelah diplotkan terlihat bahwa lokasi penelitian termasuk ke dalam tipe Am (dipresentasikan dalam Gambar 8). Hal ini diperkuat dengan fenomena hujan yang banyak terjadi pada bulan November sampai April, namun hujan terjadi pula pada bulan Oktober dan Mei, yang berarti bahwa jumlah hujan pada bulan-bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering. c. Tipe Curah Hujan Penentuan tipe curah hujan di lokasi penelitian berdasarkan metode Schmidt dan Ferguson. Klasifikasi tipe curah hujan berdasarkan metode ini adalah dengan berdasarkan pada perbandingan rat-rata jumlah bulan basah dan rata-rata jumlah bulan kering. Kriteria untuk menentukan bulan basah dan bulan kering berdasarkan klasifikasi dari Mohr yaitu : 1) Bulan basah yaitu suatu bulan yang curah hujannya lebih dari 100 mm. Pada bulan basah, curah hujan lebih besar dari penguapan yang terjadi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 2) Bulan lembab yaitu suatu bulan yang curah hujannya lebih besar dari 60 mm tetapi kurang dari 100 mm. Pada bulan ini, curah hujan kurang lebih sama dengan penguapan yang terjadi. 3) Bulan kering yaitu suatu bulan dengan curah hujan kurang dari 60 mm. Pada bulan basah, curah hujan lebih kecil dari penguapan yang terjadi. (Wisnubroto, 1981 : 74) Penggolongan tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson berdasarkan pada nilai Q yaitu :
Berdasarkan besarnya nilai Q, tipe curah hujan di Indonesia dibagi menjadi 8 golongan yaitu : Tabel 23. Klasifikasi Tipe Curah Hujan menurut Schmidt dan Ferguson No
Tipe Curah Hujan
Sifat Curah Hujan
Nilai Q (%)
1
A
Sangat basah
0 ≤ Q < 14,3%
2
B
Basah
14,3% ≤ Q < 33,3%
3
C
Agak basah
33,3% ≤ Q < 60,0%
4
D
Sedang
60,0% ≤ Q < 100%
5
E
Agak kering
100% ≤ Q < 167%
6
F
Kering
167% ≤ Q < 300%
7
G
Sangat kering
300% ≤ Q < 700%
8
H
Luar biasa kering
700% ≤ Q
Sumber : Soekardi Wisnubroto (1986 : 75) Data curah hujan dari Dinas Pertanian Kabupaten Kendal dipakai untuk mewakili curah hujan di lokasi penelitian (dipresentasikan pada Tabel 22). Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui jumlah curah hujan tertinggi adalah pada tahun 2010 sebesar 3251 mm. Rata-rata curah hujan tertinggi adalah pada bulan Februari yaitu sebesar 461,5 mm. Rata-rata curah hujan terendah adalah pada bulan Agustus yaitu sebesar 30,2 mm. Jumlah bulan basah paling banyak berada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 pada tahun 2010 yaitu sebanyak 11 bulan. Adapun jumlah bulan kering paling banyak pada tahun 2002 dan 2006 yaitu sebanyak 5 bulan. Penentuan tipe curah hujan menurut metode Schimdt-Ferguson dapat dihitung sebagai berikut : 3,2 8 4 , ,4 Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan tipe curah hujan lokasi penelitian menurut Schimdt dan Ferguson termasuk curah hujan tipe C karena berada pada kisaran antara 0,333 ≤ Q < 0,600. Hasil perhitungan dipresentasikan pada Gambar 9.
commit to user Sumber : Wisnubroto
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Gambar 9. Diagram Tipe Curah Hujan Lokasi Penelitian Menurut Schmidt dan Ferguson 4. Kondisi Geologi Keadaan geologi suatu daerah secara langsung berpengaruh terhadap keberadaan dan sifat sumberdaya air, yang selanjutnya berpengaruh terhadap sumberdaya alam. Secara geologi regional, Kabupaten Kendal masuk dalam fisiografi Dataran Alluvial Jawa Utara (Alluvial plains nothern Java). Batuan penyusun daerah Kabupaten Kendal terdiri dari batuan sedimen, batuan gunung api dan endapan permukaan. Batuan sedimen di Kabupaten Kendal merupakan Formasi Damar, Formasi Kerek, Formasi Kaligetas dan Formasi Penyatan. Formasi Damar yang diduga berumur Plistosen terdiri dari batupasir tufan, konglomerat, dan breksi vulkanik. Formasi ini menempati sisi tepi bagian barat dan timur Kabupaten Kendal, yakni Plantungan, Pageruyung, Pegandon, Brangsong, Kaliwungu dan Kaliwungu Selatan. Formasi ini menempati seluas 117.829.699,95 m2 atau 11,62% dari luas Kabupaten Kendal. Formasi Kerek seluas 126.881.118,26 m2 terdiri dari batulempung, napal, batupasir tufan, konglomerat, breksi vulkanik dan batugamping. Formasi ini diduga berumur Miosen yang berada pada bagian tengah Kabupaten Kendal yaitu sebagian Patean dan Singorojo. Selanjutnya Formasi Kaligetas yang berumur Plistosen terdiri dari breksi vulkanik, aliran lava, tuf, batupasir tufan dan batulempung. Formasi ini menempati 29,49 % luas Kabupaten Kendal yang tersebar di sisi tepi bagian selatan yakni Patean, Sukorejo, Pageruyung, Boja dan Singorojo. Formasi Penyatan terdiri dari batupasir, breksi, tuf, batulempung dan aliran-aliran lava. Formasi ini mempunyai ketebalan lebih dari 1000 meter dan menunjukkan umur Miosen TengahPlistosen. Formasi ini menempati sisi bagian selatan dan tenggara Kabupaten Kendal yaitu Singorojo dan Limbangan dengan luas 32.108.760,05 m2. Batuan Gunungapi merupakan material batuan yang dihasilkan oleh Gunungapi Ungaran. Batuan Gunungapi di Kabupaten Kendal merupakan Batuan Gunungapi Gajahmungkur, Formasi Jongkong dan Batuan Gunungapi Kaligesik. commit to dari user andesit horenblenda augit yang Batuan Gunungapi Gajahmungkur terdiri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 umumnya merupakan aliran lava yang terdapat di Limbangan. Batuan Gunungapi ini menunjukkan umur Holosen awal. Formasi Jongkong terdiri dari breksi andesit hornblende-augit dan aliran, sebagian berongga. Formasi ini sebelumnya disebut sebagai batuan gunungapi Ungaran Lama yang menunjukkan umur Plistosen. Jenis batuan ini terdapat di sisi tenggara Kabupaten Kendal tepatnya sisi utara Gunung Ungaran. Jenis batuan ini dapat sebagai sumber bahan galian golongan C (pasir dan batu). Batuan Gunungapi Kaligesik terdiri dari aliran basal olivine augit. Batuan ini menunjukkan umur Plistosen akhir yang berada di sisi tenggara Kabupaten Kendal yaitu Limbangan seluas 38.139.426,59 m2. Di dalam Peta Geologi Lembar Magelang-Semarang skala 1:100.000 terlihat bahwa daerah penelitian ditutupi oleh endapan aluvium (Qa). Endapan Aluvium tersebar cukup luas dan menutupi lebih kurang 33,98 % Kabupaten Kendal atau 344.630.855,28 m2 yang berumur Holosen akhir. Endapan aluvium ini menindih Formasi Damar secara tidak selaras. Endapan aluvium dibedakan menjadi endapan dataran pantai, dataran sungai, dan danau. Endapan dataran pantai umumnya terdiri dari lempung dan pasir mencapai ketebalan 50 meter atau lebih. Endapan pasir umunya membentuk endapan delta sebagai lapisan pembawa air dengan tebal 80 meter lebih. Endapan alur sungai dan danau terdiri atas kerikil, kerakal, pasir, dan lanau dengan tebal 1 – 3 m. Endapan aluvial ini sangat baik sebagai batuan akuifer (penyimpan air tanah) sekaligus sebagai penghasil pasir dan batu.
5. Gambaran Umum Penduduk Gambaran umum mengenai keadaan penduduk di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal akan dikemukakan melalui data mengenai jumlah, kepadatan penduduk serta komposisi penduduk. a. Jumlah Penduduk Gambaran umum mengenai keadaan penduduk di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal, berikut ini akan dikemukakan data mengenai jumlah penduduk dan kepadatan penduduk yang diperoleh dari monografi yang disajikan commit to user pada Tabel 24.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
Tabel 24. Jumlah Kepala Keluarga, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Jumlah Kepadatan No. Desa / Kelurahan Jumlah KK Penduduk Penduduk 1 Mororejo 1803 6416 447 2 Wonorejo 1080 4258 353 3 Purwokerto 1039 4062 1034 4 Turunrejo 1048 4352 492 5 Banyutowo 843 3234 1060 6 Karangsari 1221 4907 1218 7 Bandengan 1153 3984 2022 8 Balok 351 1216 479 9 Kalibuntu Wetan 544 2325 770 10 Wonosari 1390 5303 659 11 Kartika Jaya 484 1273 383 12 Pidodo Wetan 904 3525 529 13 Pidodo Kulon 718 3238 620 14 Margorejo 457 1364 564 15 Korowelang Anyar 1138 3827 1078 16 Korowelang Kulon 1025 3150 1329 17 Kalirandugede 656 2210 936 18 Kaliayu 719 2264 1138 19 Juwiring 969 3407 1704 20 Sidomulyo 1260 3895 1701 21 Kalirejo 1912 5684 1212 Karangmalang 22 1055 3040 1074 Wetan 23 Tanjungmojo 1041 4128 992 24 Jungsemi 1513 4477 736 25 Sendang Sikucing 796 2398 288 26 Gempolsewu 3804 12285 2592 Sumber : Monografi Desa Tahun 2011
Berdasarkan Tabel 24 jumlah penduduk di Kabupaten Kendal pada tahun 2010 sebesar 1.074.940 jiwa yang terdiri dari 535.279 jiwa penduduk laki-laki dan 539.661 jiwa penduduk laki-laki. Apabila dilihat di daerah penelitian, jumlah penduduknya sebesar 100.222 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi berada di Desa commit to user Gempolsewu yaitu 12.285 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah berada di
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 Kelurahan Balok yaitu 1216 jiwa. Berdasarkan jumlah kepala keluarga (KK), desa dengan jumlah KK paling banyak terdapat di Desa Gempolsewu sebanyak 3804 KK, sedangkan yang paling sedikit berada di Kelurahan Balok yang hanya sebanyak 351 KK. Dilihat dari kepadatannya, desa yang mempunyai kepadatan penduduk paling tinggi adalah Desa Gempolsewu yaitu 2592 jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Desa Sendang Sikucing yaitu 288 jiwa/km2.
b. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk adalah pengelompokkan penduduk berdasarkan kriteria tertentu. Penduduk dapat diklasifikasikan berdasarkan kondisi biologis, sosial, ekonomis dan geografis sesuai dengan kebutuhan penggolongan. Dalam kajian ini penduduk akan diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan. 1) Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Komposisi Penduduk berdasarkan jenis kelamin di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal disajikan dalam Tabel 25. Berdasarkan Tabel 25, diketahui bahwa di desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal pada tahun 2010 total jumlah penduduk laki-laki sebesar 49.443 jiwa dan penduduk perempuan 20.779 jiwa dengan ratio perbandingan sebesar 97. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Desa Gempolsewu yaitu 12.285 jiwa sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Desa Balok yaitu 1216 jiwa. Ratio jenis kelamin terbesar berada di Desa Kartika Jaya sebesar 111 sedangkan ratio terkecil terdapat di Desa Korowelang Anyar. Perbandingan jumlah penduduk, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal dipresentasikan dalam Gambar 10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Tabel 25. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Penduduk (Jiwa) No.
Desa / Kelurahan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sex Ratio
1
Mororejo
3172
3244
6416
98
2
Wonorejo
2110
2148
4258
98
3
Purwokerto
1991
2071
4062
96
4
Turunrejo
2154
2198
4352
98
5
Banyutowo
1607
1627
3234
99
6
Karangsari
2381
2526
4907
94
7
Bandengan
2021
1963
3984
103
8
Balok
630
586
1216
108
9
Kalibuntu Wetan
1215
1110
2325
109
10
Wonosari
2649
2654
5303
100
11
Kartika Jaya
670
603
1273
111
12
Pidodo Wetan
1739
1786
3525
97
13
Pidodo Kulon
1621
1617
3238
100
14
Margorejo
645
719
1364
90
15
Korowelang Anyar
1729
2098
3827
82
16
Korowelang Kulon
1506
1644
3150
92
17
Kalirandugede
1075
1135
2210
95
18
Kaliayu
1138
1126
2264
101
19
Juwiring
1544
1863
3407
83
20
Sidomulyo
1944
1951
3895
100
21
Kalirejo
2892
2792
5684
104
22
Karangmalang Wetan
1515
1525
3040
99
23
Tanjungmojo
1959
2169
4128
90
24
Jungsemi
2250
2227
4477
101
25
Sendang Sikucing
1173
1225
2398
96
26
Gempolsewu
6113
6172
12285
99
Jumlah
49443
50779
100222
97
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Tahun 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 Gempolsewu Sendang Sikucing Jungsemi Tanjungmojo Karangmalang Wetan Kalirejo Sidomulyo Juwiring Kaliayu
Desa / Kelurahan
Kalirandugede Korowelang Kulon Korowelang Anyar Margorejo Pidodo Kulon Pidodo Wetan Kartika Jaya Wonosari Kalibuntu Wetan Balok Bandengan Karangsari Banyutowo Turunrejo Purwokerto Wonorejo Mororejo 0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
Jumlah (Jiwa) Perempuan
Laki-laki
Gambar 10. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal 2) Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah dapat dilihat dari tingkat penyerapan tenaga kerja bagi penduduknya. Besarnya penyerapan tenaga kerja to user dapat meningkatkan pendapatan commit perkapita penduduk dan kesejahteraan hidup
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 penduduk. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal No.
Kecamatan
1.
Kaliwungu
2.
Brangsong
3.
Kota Kendal
4.
Patebon
5.
Cepiring
6.
Kangkung
7.
Rowosari
Desa / Kelurahan Mororejo Wonorejo Purwokerto Turunrejo Banyutowo Karangsari Bandengan Balok Kalibuntu Wonosari Kartika Jaya Pidodo Wetan Pidodo Kulon Margorejo Korowelang Anyar Korowelang Kulon Kalirandugede Kaliayu Juwiring Sidomulyo Kalirejo Tanjungmojo Karangmalang Wtn Jungsemi Sendang Sikucing Gempolsewu
Jumlah
Tidak Sklh 168 195 216 178 615 263 50 34 181 1301 91 105 26 71 1102 543 419 422 543 252 458 674 190 20 145 933 9195
Tamat SD 2973 1899 1314 1849 1366 654 978 281 446 1900 127 398 1955 120 425 971 514 492 865 1048 1532 306 1441 665 52 4542 29113
Tamat SMP 1015 784 567 378 254 708 352 319 436 941 126 424 67 95 250 881 423 228 397 910 1475 458 317 465 302 1084 13656
Tamat SMA 606 255 461 351 199 877 196 247 520 880 168 298 105 145 180 712 216 147 273 697 654 386 204 208 115 436 9536
PT / Ak. 288 62 56 21 41 32 15 19 109 142 102 69 39 11 5 40 11 25 29 25 145 159 49 25 7 137 1663
Sumber : Monografi Desa Tahun 2011
6. Kondisi Sosial Kondisi sosial desa-desa pesisir Kabupaten Kendal dapat dilihat dari jumlah keluarga menurut tahapan. Keluarga miskin adalah keluarga pada tahapan Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I. Pada Tahun 2010, jumlah keluarga yang termasuk kategoricommit miskintodiuser daerah penelitian sejumlah 10.387
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 Keluarga Pra Sejahtera dan 4.886 Keluarga Sejahtera I. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Jumlah Keluarga Menurut Tahapan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Keluarga No.
Desa / Kelurahan
Sejahtera III 571
Sejahtera III Plus 21
Jumlah
451
Sejahtera II 286
1
Mororejo
Pra Sejahtera 474
2
Wonorejo
533
107
138
255
47
1080
3
Purwokerto
444
105
173
298
19
1039
4
Turunrejo
328
236
121
347
16
1048
5
Banyutowo
212
187
176
315
50
940
6
Karangsari
311
373
292
280
200
1456
7
Bandengan
309
235
251
371
12
1178
8
Balok
138
158
31
6
2
335
9
Kalibuntu Wetan
73
72
152
188
59
544
10
Wonosari
465
202
94
580
5
1346
11
Kartika Jaya
71
103
41
167
10
392
12
Pidodo Wetan
307
146
197
250
4
904
13
Pidodo Kulon
342
178
183
156
5
864
14
Margorejo
138
67
83
112
27
427
15
Korowelang Anyar
368
174
216
277
72
1107
16
Korowelang Kulon
342
156
198
254
66
1016
17
Kalirandugede
252
107
117
176
51
703
18
Kaliayu
218
112
132
204
69
735
19
Juwiring
402
189
229
297
71
1188
20
Sidomulyo
516
221
260
362
88
1447
21
721
244
20
641
70
1696
501
167
159
185
9
1021
23
Kalirejo Karangmalang Wetan Tanjungmojo
581
21
161
358
55
1176
24
Jungsemi
544
306
224
178
35
1287
25
Sendang Sikucing
253
35
22
470
16
796
26
Gempolsewu
1813
514
935
338
165
3765
Jumlah
10656
4866
4891
7636
1244
29293
22
Sejahtera I
1803
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Tahun 2010
7. Kondisi Fasilitas Umum a. Fasilitas Pendidikan Pendidikan merupakan sarana penting dalam mencetak sumberdaya to userprasarana pendidikan yang bagus manusia yang berkualitas, untuk commit itu diperlukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 dan representatif guna mendudukng wajib belajar 9 tahun. Pada tahun 2011 jumlah sekolah TK sebanyak 45 sekolah, SD/MI sebanyak 64 sekolah, SMP/MTs sebanyak 7 sekolah, SMA/SMK/MA sebanyak 4 sekolah yang tersebar di lokasi penelitian. Berikut ini rincian banyaknya sekolah yang ada di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal terdapat pada Tabel 28. Tabel 28. Banyaknya Sekolah di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal No.
Desa / Kelurahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Mororejo Wonorejo Purwokerto Turunrejo Banyutowo Karangsari Bandengan Balok Kalibuntu Wetan Wonosari Kartika Jaya Pidodo Wetan Pidodo Kulon Margorejo Korowelang Anyar Korowelang Kulon Kalirandugede Kaliayu Juwiring Sidomulyo Kalirejo Karangmalang Wtn Tanjungmojo Jungsemi Sendang Sikucing Gempolsewu Jumlah
TK Ngri 3 3 3 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 2 4 45
Swsta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SD Ngri 2 1 2 2 2 3 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 3 2 2 3 1 7 54
Swsta 2 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 10
SMP Ngri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
Swsta 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 5
SMA Ngri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Swsta 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 4
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Tahun 2010
b. Fasilitas Kesehatan Ketersediaan sarana kesehatan dan tenaga medis dalam suatu wilayah sangat diperlukan, terutama daerah yang jauh dari pusat kota. Betapa sulitnya commit to user ketika ada warga yang memerlukan tenaga medis, namun tidak seorangpun yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 bertempat tinggal di wilayah tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut maka pemerintah sudah berusaha di setiap desa didirikan pos kesehatan desa dengan beberapa tenaga medis. Di lokasi penelitan sudah tersedia 2 unit puskesmas, 8 unit Pustu (Puskesmas Pembantu), 4 Pos Kesehatan Desa, 14 orang dokter, 41 orang bidan, dan 37 orang mantri kesehatan. Rincian fasilitas kesehatan per desa terdapat dalam Tabel 29. Tabel 29. Fasilitas Kesehatan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal No.
Desa / Kelurahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Mororejo Wonorejo Purwokerto Turunrejo Banyutowo Karangsari Bandengan Balok Kalibuntu Wonosari Kartika Jaya Pidodo Wetan Pidodo Kulon Margorejo Korowelang Anyar Korowelang Kulon Kalirandugede Kaliayu Juwiring Sidomulyo Kalirejo Karangmalang Wtn Tanjungmojo Jungsemi Sendang Sikucing Gempolsewu Jumlah
Puskesmas
Pustu
PKD
0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 8
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 4
Dokter 1 0 1 0 0 5 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 14
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal Tahun 2010
commit to user
Tenaga Medis Mantri Bidan 3 2 1 0 1 0 1 0 2 0 8 8 1 1 1 0 2 2 2 3 1 2 3 2 1 1 1 0 2 4 1 1 0 0 1 3 0 0 1 1 1 2 1 1 2 3 1 1 0 0 3 0 41 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 c. Fasilitas Perekonomian Keberadaan fasilitas perekonomian di desa mutlak diperlukan untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan transaksi ekonomi. Fasilitas ekonomi yang terdapat di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal seperti terlihat dalam Tabel 30. Tabel 30. Fasilitas Perekonomian di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Desa / Kelurahan Mororejo Wonorejo Purwokerto Turunrejo Banyutowo Karangsari Bandengan Balok Kalibuntu Wonosari Kartika Jaya Pidodo Wetan Pidodo Kulon Margorejo Korowelang Anyar Korowelang Kulon Kalirandugede Kaliayu Juwiring Sidomulyo Kalirejo Karangmalang Wetan Tanjungmojo Jungsemi Sendang Sikucing Gempolsewu Jumlah
Pasar
Bank/ Koperasi
Toko/Kios
1 0 0 0 0 1 2 0 0 1 0 0 2 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 3 14
2 1 0 1 0 1 4 3 0 1 0 0 2 1 0 0 0 4 1 1 4 1 0 0 2 5 34
48 21 14 24 27 123 57 23 8 38 12 33 39 12 16 8 9 28 36 54 68 25 19 17 22 135 916
Sumber : Monografi Desa Tahun 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal a. Unsur-unsur Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Dalam penelitian ini, penentuan tipologi desa-desa pesisir Kabupaten Kendal didasarkan pada tujuh aspek meliputi aspek sosial ekonomi budaya yang terdiri dari adat istiadat, mata pencaharian, pendidikan, gotong royong, kelembagaan dan pemerintah desa, produksi desa dan ketersediaan prasarana desa. Lebih jelasnya, unsur-unsur tersebut akan diuraikan sebagai berikut. 1) Mata Pencaharian Mata pencaharian merupakan salah satu indikator yang menggambarkan keadaan ekonomi. Mata pencaharian masyarakat dapat diidentifikasi ke dalam beberapa bidang mata pencaharian seperti petani, buruh, karyawan swasta, PNS, pedagang, wirausaha, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, mata pencaharian masyarakat pesisir dikelompokkan menjadi tiga yaitu sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier yang terangkum dalam Tabel 31. Penentuan mata pencaharian untuk penilaian tipologi didasarkan pada persentase jumlah penduduk yang bekerja di sektor primer, sekunder maupun tersier dengan kriteria sebagai berikut. a) Jika 55% atau lebih penduduk desa bermata pencaharian pokok di sektor primer maka mata pencaharian utama di sektor primer. b) Jika 55% atau lebih penduduk desa bermata pencaharian pokok di sector sekunder maka mata pencaharian utama di sektor sekunder. c) Jika 55% atau lebih penduduk desa bermata pencaharian pokok di sektor tersier maka mata pencaharian utama di sektor tersier. Berdasarkan klasifikasi tersebut di atas, diperoleh persentase mata pencaharian penduduk yang disajikan dalam lampiran 3. Hasil perhitungan persentase menunjukkan bahwa sebanyak 18 desa bermata pencaharian utama pada sektor primer dan 8 desa yang mata pencaharian utamanya pada sektor tersier. Perbandingan mata pencaharian penduduk desa-desa commit to user pesisir dipresentasikan pada Gambar 11 dan Tabel 31.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
Tabel 31. Mata Pencaharian Masyarakat Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Desa / Kelurahan Mororejo Wonorejo Purwokerto
Sektor Primer 2166 1984
Mata Pencaharian Sektor Sektor Sekunder Tersier 1833 1369 298 1282
Jumlah 5368 3564
532 1226 436 942 872 260
144 563 155 32 252 92
701 813 970 2567 412 60
1377 2602 1561 3541 1536 412
231 1239 286 613 1253 136
62 539 84 422 165 7
261 636 493 404 381 59
554 2414 863 1439 1799 202
1163 1230 726 795 2009 2119
14 10 24 31 22 46
185 1907 129 33 190 915
1362 3147 879 859 2221 3080
Karangmalang Wetan Tanjungmojo Jungsemi Sendang Sikucing Gempolsewu
2462 1354 1732 1978 1470 4221
24 49 37 18 68 90
387 184 256 172 1649 4579
2873 1587 2025 2168 3187 8890
Jumlah
33453
5081
20994
59510
Turunrejo Banyutowo Karangsari Bandengan Balok Kalibuntu Wonosari Kartika Jaya Pidodo Wetan Pidodo Kulon Margorejo Korowelang Anyar Korowelang Kulon Kalirandugede Kaliayu Juwiring Sidomulyo Kalirejo
Sumber : Analisis Data Sekunder Tahun 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
Mata Pencaharian Masyarakat Desa-desa Pesisir Sektor Primer
Sektor Tersier
31% 69%
Gambar 11. Prosentase Perbandingan Mata Pencaharian di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Berdasarkan Tabel 31 dan Gambar 11 dapat dilihat bahwa masyarakat desa-desa pesisir Kabupaten Kendal mempunyai mata pencaharian yang paling banyak berada pada sektor primer, kemudian disusul pada sektor sekunder dan sisanya sektor tersier. Mata pencaharian yang berada pada sektor primer umumnya adalah petani, buruh tani, dan nelayan. Hal ini didukung oleh lahan pertanian dan perikanan yang terlihat mendominasi penggunaan lahan di daerah penelitian. Mayoritas mata pencarian dari masing–masing desa tersebut disesuaikan dengan komoditas yang diusahakan kebanyakan masyarakat desa. Biasanya mata pencarian ini telah menjadi turun temurun sebagi sumber penghidupan masyarakat desa.
2) Produksi Desa Kondisi perekonomian suatu desa juga digambarkan dengan produksi desa. Nilai produksi desa yang dihitung adalah nilai tambah kotor dari sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, bahan galian, industri, dan kerajinan, perdagangan, komunikasi dan angkutan, jasa, bangunan, sewa rumah, listrik, bank, lembaga-lembaga lain, jasa-jasa pemerintah dalam satu tahun.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 Produksi desa dalam penelitian ini dinilai hanya dengan menghitung nilai tambah kotor dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan dengan menggunakan harga rata-rata komoditi di pasar lokal kecamatan karena keterbatasan data mengenai bahan galian, industri, dan kerajinan, perdagangan, komunikasi dan angkutan, jasa, bangunan, sewa rumah, listrik, bank, lembagalembaga lain, jasa-jasa pemerintah. Penghitungan nilai tambah kotor tiap komoditi disajikan dalam lampiran 4. Hasil penghitungan produksi desa di daerah penelitian disajikan dalam Tabel 32. Tabel 32. Produksi Desa dalam Rupiah di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal No.
Desa / Kelurahan
Produksi Desa
1 2 3
Mororejo Wonorejo Purwokerto
26,230,296,690.00 20,700,783,465.00 27,721,042,800.00
4 5 6 7 8 9
Turunrejo Banyutowo Karangsari Bandengan Balok Kalibuntu
24,513,758,615.00 16,991,215,230.00 22,229,848,650.00 5,641,444,765.00 2,523,905,120.00 12,598,760,245.00
10 11 12 13 14 15
Wonosari Kartika Jaya Pidodo Wetan Pidodo Kulon Margorejo Korowelang Anyar
23,743,181,740.00 3,729,981,385.00 16,331,480,945.00 14,650,188,180.00 8,194,818,575.00 10,348,059,530.00
16 17 18 19 20 21
Korowelang Kulon Kalirandugede Kaliayu Juwiring Sidomulyo Kalirejo
7,739,216,515.00 6,269,051,655.00 9,645,284,555.00 10,227,773,605.00 9,395,527,555.00 23,163,001,965.00
22 23 24 25 26
Karangmalang Wetan Tanjungmojo Jungsemi Sendang Sikucing Gempolsewu
16,433,619,250.00 42,243,308,210.00 35,156,564,780.00 47,451,538,395.00 11,462,164,500.00
Sumber : Analisis Data Primer dan Data Sekunder Tahun 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 Berdasarkan Tabel 32 dapat dilihat bahwa produksi desa-desa pesisir tergolong tinggi dengan nilai di atas satu milyar per tahun. Desa yang paling tinggi produksinya yaitu Desa Sendang Sikucing dengan nilai produksinya sebesar Rp 47.451.538.395,-. Besarnya nilai produksi desa karena penggunaan lahannya yang sebagian besar berupa sawah yang menghasilkan padi 6.460,5 ton setahun pada tahun 2010. Nilai produksi desa paling kecil berada di Kelurahan Balok sejumlah Rp 2.523.905.120,-. Dibandingkan dengan Desa Sendang Sikucing, Kelurahan Balok memang lebih sempit luas wilayahnya sehingga penggunaan lahan sawahnya juga lebih sempit, namun untuk penggunaan lahan tambaknya lebih luas. Hal tersebut tidak berpengaruh banyak terhadap nilai produksi Kelurahan Balok.
3) Adat Istiadat Indikator adat istiadat menggambarkan kondisi kebudayaan masyarakat desa pesisir. Kebudayaan adalah cara hidup yang dibina oleh suatu masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok seperti untuk bertahan hidup, kelangsungan jenis manusia dan penertiban pengalaman sosial. Kebudayaan adalah penjumlahan atau akumulasi semua obyek materi, pola organisasi kemasyarakatan, tingkah laku, pengetahuan, kepercayaan dan lain-lain yang dikembangkan dalam pergaulan hidup manusia. Kebudayaan tidaklah diwariskan secara biologis. Setiap angkatan mempelajari sendiri dan meneruskan pada generasi berikutnya dan ditambah dengan apa yang dirubah atau dikembangkan selama masa hidupnya dengan transmisi ini maka dimungkinkan adanya kelangsungan kebudayaan selama beberapa generasi. Kebudayaan yang diturunkan kepada generasi berikutnya itu dapat dilakukan dengan cara memperkenalkan : a) Kebiasaan, yaitu cara yang sudah menetap dan umum untuk melakukan sesuatu, dan sudah diakui oleh masyarakat. b) Adat, yaitu cara tingkah laku dalam masyarakat yang diberi sanksi dan dianggap sebagai cara yang tetap dan baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 c) Upacara peribadatan, yaitu suatu rangkaian gerak dan perkataan yang dilakukan oleh orang-orang tertentu dengan simbolik perkataan tertentu dan cara-cara yang mempunyai arti. Dalam penelitian ini, penilaian adat istiadat didasarkan atas data kuantitatif dengan cara menjumlah banyaknya upacara yang masih berlaku dan dianut oleh sebagian besar penduduk desa. Upacara adat yang dinilai dibagi menjadi sembilan jenis yaitu upacara kelahiran bayi, peralihan anak ke dewasa, perkawinan, kematian, pergaulan antara pria dan wanita, upacara yang berhubungan dengan pertanian sawah, pembangunan irigasi dan lainnya, upacara pantangan-pantangan dan upacara sistem hubungan keluarga dan lain-lain. Berdasarkan wawancara hanya terdapat 2 upacara adat yang masih dilakukan oleh masyarakat desa-desa pesisir Kabupaten Kendal. Upacara adat yang masih dilakukan di desa-desa pesisir tersebut adalah upacara yang berhubungan dengan pertanian sawah dan sejenisnya dan upacara mengantar anak menjadi dewasa. Upacara adat yang berhubungan dengan pertanian dan atau sejenisnya terbagi menjadi dua jenis yaitu upacara yang berkaitan dengan penanaman padi dan upacara sedekah laut. Upacara pertanian dilakukan pleh masyarakat pesisir setelah panen dengan mengadakan syukuran bersama di sawah. Tujuan diadakannya tradisi tersebut adalah mengharap berkah dari hasil panen. Berbeda halnya dengan upacara pertanian, upacara sedekah laut atau masyarakat biasa menyebutnya dengan upacara nyadran dilakukan setahun sekali. Upacara ini berupa melarung sesaji ke laut sebagai tradisi turun temurun dari nenek moyang. Tradisi nyadran laut adalah pesta laut atau sedekah laut dengan melarung kepala, kaki, dan ekor sapi ke laut, jajan pasar,serta candu-kemenyan ke tengah laut. Tujuan diadakannya tradisi tersebut adalah mengharap berkah dan meminta doa pada yang kuasa agar para nelayan diberi keselamatan saat melaut. Selain itu juga bertujuan agar masyarakat diberi rezeki yang melimpah. Upacara lain adalah upacara peralihan anak yang biasa disebut upacara tedhak sinten. Tedhak siten merupakan acara atau tradisi masyarakat jawa sebagai tanda bahwa bayi yang sudah mulai beranjak ketingkat belajar berjalan to user atau baru pertama kali menapak dicommit tanah yaitu sekitar umur 8 bulanan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk sehingga hubungan antar manusia bersifat rasional.
4) Kelembagaan Kelembagaan mempunyai peran yang penting dalam perkembangan desa. Pada umumnya lembaga-lembaga dibuat bertujuan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Lembaga mempunyai tugas membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa. Kegiatan lembaga ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan masyarakat, peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan,
pengembangan
kemitraan,
pemberdayaan
masyarakat
dan
pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. Lembaga-lembaga desa yang dimaksud dalam penelitian ini terbagi menjadi sembilan yaitu lembaga pemerintahan, lembaga perekonomian, lembaga sosial, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, lembaga kesenian, lembaga gotong royong, lembaga keamanan dan lembaga adat lainnya. Adapun lembagalembaga yang berada di daerah penelitian terangkum dalam Tabel 33. Berdasarkan Tabel 33 hampir semua desa pesisir mempunyai kelembagaan yang lengkap. Lembaga pemerintahan, lembaga sosial, lembaga pendidikan dan lembaga gotong royong dimiliki semua desa, sedangkan lembaga yang tidak dimiliki semua desa adalah lembaga adat. Ada beberapa desa yang tidak memiliki lembaga ekonomi, lembaga kesehatan dan lembaga kesenian dan olahraga. Beberapa lembaga mempunyai jumlah lebih dari satu antara lain lembaga pemerintahan yang terdiri dari Kepala desa serta pamong desa, BPD dan LKMD. Masing-masing desa pesisir mememiliki lembaga pemerintahan ini karena lembaga inilah yang menjadi pelaksana tugas pemerintahan dan tugas kemasyarakatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 Tabel 33. Jumlah Kelembagaan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Lembaga No
Desa / Kelurahan
Pemerintah -an
Sosial
Ekono mi
Pendidikan
Kesehatan
Seni & OR
Gotong Royong
Keaman -an
Adat
1
Mororejo
3
3
2
7
0
1
2
2
0
2
Wonorejo
3
3
1
7
0
0
2
2
0
3
Purwokerto
3
4
0
6
0
0
2
2
0
4
Turunrejo
3
3
1
5
1
1
2
1
0
5
Banyutowo
3
3
0
6
0
2
1
2
0
6
Karangsari
3
3
1
6
3
0
1
2
0
7
Bandengan
3
3
4
4
1
0
2
1
0
8
Balok
3
3
3
2
0
0
2
1
0
9
Kalibuntu
3
3
0
4
1
0
1
1
0
10
Wonosari
3
4
1
6
1
1
1
1
0
11
Kartika Jaya
3
5
0
3
1
1
1
2
0
12
Pidodo Wetan
3
4
0
10
0
1
2
1
0
13
Pidodo Kulon
3
3
2
5
1
5
2
2
0
14
Margorejo
3
3
1
2
1
0
2
2
0
3
3
0
5
1
5
1
1
0
3
4
0
3
1
3
2
2
0
3
3
0
3
1
2
1
1
0
17
Korowelang Anyar Korowelang Kulon Kalirandugede
18
Kaliayu
3
4
4
2
1
2
2
2
0
19
Juwiring
3
4
1
3
1
1
1
1
0
20
Sidomulyo
3
4
1
4
1
4
2
1
0
21
Kalirejo
3
4
4
5
0
17
2
2
0
22
3
3
1
8
1
2
2
1
0
23
Karangmalang Wetan Tanjungmojo
3
3
0
4
0
0
1
1
0
24
Jungsemi
3
3
0
6
1
5
1
2
0
25
Sendang Sikucing Gempolsewu
3
4
2
11
1
5
3
2
0
3
4
5
14
1
6
5
1
0
15 16
26
Sumber : Wawancara dan Observasi Tahun 2012 Lembaga sosial mempunyai jenis dan jumlah yang cukup banyak. Jenis lembaga sosial ini antara lain PKK, Karang Taruna, Majelis Keagamaan, dan lembaga sosial kampung. Masing-masing desa mempunyai satu perkumpulan PKK dan Karang Taruna, serta beberapa kelompok majelis keagamaan dan lembaga sosial kampung. Lembaga ini aktif menjalankan kegiatannya paling tidak satu bulan sekali mengadakan pertemuan rutin. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 Lain halnya dengan lembaga ekonomi karena tidak semua desa memilikinya. Beberapa desa yang mempunyai lembaga ekonomi adalah Desa Mororejo, Wonorejo, Turunrejo, Karangsari, Bandengan, Balok, Wonosari, Pidodo Kulon, Margorejo, Kaliayu, Juwiring, Sidomulyo, Kalirejo, Karangmalang Wetan, sendang Sikucing dan Gempolsewu. Gambar 12 berikut adalah salah satu contoh lembaga ekonomi yang terdapat di Desa Gempolsewu.
Gambar 12. Lembaga Ekonomi Berupa Bank yang Berada di Desa Gempolsewu Lembaga
ekonomi
berupa
Koperasi,
BUUD/KUD. Lembaga ini berfungsi
Bank,
lumbung
desa
dan
membantu pemerintah desa dan
memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dari segi ekonomi. Lembaga pendidikan berperan penting dalam meningkatkan tingkat pendidikan di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal karena pendidikan adalah salah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Seluruh desa pesisir mempunyai lembaga pendidikan baik lembaga pendidikan formal maupun non formal. Lembaga
kesehatan
keadaannya
hampir
sama
dengan
lembaga
perekonomian. Lembaga kesehatan hanya dimiliki oleh sebagian desa-desa pesisir. Jenis lembaga kesehatancommit yang toada userumumnya berupa poliklinik dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 puskesmas pembantu. Lembaga ini cukup membantu masyarakat kaitannya dengan menangani permasalahan kesehatan. Lembaga kesenian dan olahraga merupakan wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan hobi serta menjadi hiburan di sela-sela kegiatan sehari-hari yang cukup melelahkan. Beberapa desa memiliki lembaga kesenian dan olahraga yang cukup aktif dalam kegiatannya, bahkan sampai mendapatkan prestasi yang cukup membanggakan baik di tingkat desa tersebut maupun tingkat kabupaten dan tingkat propinsi. Di beberapa desa lain juga terlihat terdapat lembaga kesenian dan olahraga namun tidak aktif dalam kegiatannya. Bentuk lembaga gotong royong yang ada umumnya berupa kelompok arisan, kelompok tani dan kelompok nelayan. Masing-masing desa tidak hanya memiliki satu lembaga gotong royong, namun bisa setiap Rukun Tetangga (RT) mempunyai satu lembaga gotong royong. Kelompok-kelompok ini secara aktif mengadakan pertemuan-pertemuan paling tidak satu bulan sekali. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya kelembagaan yang terdapat di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal sudah mulai berkembang baik mengenai fungsi dan tugasnya namun masih diperlukan adanya peningkatan koordinasi yang baik antar masyarakatnya agar dapat memajukan kelembagaan tersebut.
5) Pendidikan Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi suatu bangsa dan merupakan sarana untuk meningkatkan sumberdaya manusia. Kesempatan memperoleh pendidikan adalah hak bagi setiap warga Negara Indonesia, oleh karena itu ketersediaan sarana pendidikan di setiap pendidikan haruslah ada, terutama untuk tingkat sekolah dasar. Dengan tersedianya sarana pendidikan dasar di setiap kelurahan diharapkan tingkat buta huruf akan semakin berkurang. Untuk mengetahui tingkat pendidikan di desa-desa pesisir sebagai salah satu indikator tingkat perkembangan desa dapat dilihat dari persentase penduduk yang menamatkan pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar ke atas. Tingkat commit toKendal user terangkum dalam Tabel 34. pendidikan di desa-desa pesisir Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 Tabel 34. Persentase Penduduk yang Tamat SD ke atas No.
Desa / Kelurahan
Jumlah Penduduk
Jumlah Tamat SD Ke atas
Persentase (%)
Kategori
1
Mororejo
6416
4882
76.1
Tinggi
2
Wonorejo
4258
3000
70.5
Tinggi
3
Purwokerto
4062
2398
59.0
Sedang
4
Turunrejo
4352
2599
59.7
Sedang
5
Banyutowo
3234
2009
62.1
Tinggi
6
Karangsari
4907
3184
64.9
Tinggi
7
Bandengan
3984
2601
65.3
Tinggi
8
Balok
1216
759
62.4
Tinggi
9
Kalibuntu
2325
1511
65.0
Tinggi
10
Wonosari
5303
3863
72.8
Tinggi
11
Kartika Jaya
1273
652
51.2
Sedang
12
Pidodo Wetan
3525
1189
33.7
Sedang
13
Pidodo Kulon
3238
2673
82.6
Tinggi
14
Margorejo
1364
371
27.2
Rendah
15
Korowelang Anyar
3827
860
22.5
Rendah
16
Korowelang Kulon
3150
2604
82.7
Tinggi
17
Kalirandugede
2210
1202
54.4
Sedang
18
Kaliayu
2264
1080
47.7
Sedang
19
Juwiring
3407
2066
60.6
Tinggi
20
Sidomulyo
3895
2527
64.9
Tinggi
21
Kalirejo
5684
3837
67.5
Tinggi
22
Tanjungmojo
3040
2399
78.9
Tinggi
23
Karangmalang Wetan
4128
2011
48.7
Sedang
24
Jungsemi
4477
2671
59.7
Sedang
25
Sendang Sikucing
2398
923
38.5
Sedang
26
Gempolsewu
12285
7347
59.8
Sedang
Sumber : Analisis data sekunder Tahun 2011
Dari Tabel 34 dapat dijelaskan bahwa sebanyak 14 desa (53.8 %) mempunyai tingkat pendidikan tinggi, sebanyak 11 desa (38.5 %) mempunyai tingkat pendidikan sedang dan sebanyak 2 desa (7.7 %) mempunyai tingkat pendidikan rendah. Tingkat pendidikan desa-desa pesisir dapat dipresentasikan dengan Gambar 13. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
Tingkat Pendidikan di Desa-Desa Pesisir Kabupaten Kendal 8%
38%
54%
Rendah Sedang Tinggi
Gambar 13. Perbandingan Tingkat Pendidikan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Berdasarkan Gambar 13 tingkat pendidikan masyarakat di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal terkategori relatif tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada kecepatan penyerapan adopsi teknologi, kemampuan untuk menggali informasi dan daya kreatifitas serta inovasi. Kondisi ini bisa mempengaruhi perkembangan pertanian maupun perikanan khususnya pada proses perubahan dari sistem tradisional ke sistem yang lebih modern. Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya. Tingkat pendidikan yang tinggi akan mendongkrak tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan ini dapat mendorong tumbuhnya keterampilan kewirausahaan dan pada gilirannya akan mendorong munculnya lapangan pekerjaan baru. Hal ini dengan sendirinya akan membantu program pemerintah untuk membuka lapangan baru guna mengurangi pengangguran. Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam pola pikir individu. Selain itu individu juga akan mudah menerima informasi yang lebih maju. Oleh karena itu, pendidikan menjadi salah satu indikator perkembangan suatu desa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 6) Gotong Royong Kondisi kegotong royongan di desa-desa pesisir sebagian besar berada pada tahap transisi. Tahap transisi mempunyai ciri-ciri antara lain terdapat perencanaan pembangunan yang riil baik jangka panjang maupun jangka pendek, proses pengambilan keputusan melalui musyawarah dan rapat-rapat atau pertemuan serta adanya usaha pembangunan sebagai kehendak bersama. Perencanaan pembangunan desa-desa pesisir Kabupaten Kendal baik jangka panjang maupun jangka pendek telah disusun berdasarkan musyawarah masyarakat yang biasa disebut Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdesa). Musyawarah ini merupakan forum agar masyarakat dapat terlibat aktif dalam menentukan kepentingan dan kemajuan desanya. Sebelum tahap Musrenbangdes dilakukan, memungkinkan dilakukan kajian desa secara partisipatif melalui musyawarah dusun ataupun musyawarah kelompok-kelompok khusus misalnya kelompok perempuan, kelompok tani dan lain-lain. Hasil musyawarah ini berupa rencana pembangunan desa yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa/Kelurahan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa swadaya dan gotong royong masyarakat masih mengalami transisi, pelaksanaan dan cara kerja telah tumbuh didasari oleh kesadaran dan tanggung jawab dari masyarakat itu sendiri.
7) Prasarana Desa Prasarana desa yang dinilai merupakan prasarana penunjang perekonomian desa yang meliputi prasarana perhubungan, prasarana produksi dan prasarana ekonomi serta prasarana sosial. Prasarana desa yang terdapat di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal disajikan dalam Tabel 35.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83 Tabel 35. Prasarana Perekonomian yang Terdapat di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Prasarana Pemasaran No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Desa / Kelurahan
Mororejo Wonorejo Purwokerto Turunrejo Banyutowo Karangsari Bandengan Balok Kalibuntu Wetan Wonosari Kartika Jaya Pidodo Wetan Pidodo Kulon Margorejo Korowelang Anyar Korowelang Kulon Kalirandugede Kaliayu Juwiring Sidomulyo Kalirejo Karangmalang Wtn Tanjungmojo Jungsemi Sendang Sikucing Gempolsewu
Prasaranan Produksi
Pasar
Bank/ Koperasi dll
Toko/Kios/ Wr
Dam
Bangunan Air
Saluran Irigasi
1 0 0 0 0 1
2 1 0 1 0 1
48 21 14 24 27 123
0 0 0 0 0 2
0 0 0 0 0 0
ada ada ada ada ada ada
2 0 0 1 0 0
4 3 0 1 0 0
57 23 8 38 12 33
0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0
ada ada ada ada ada ada
2 0 0 1 0 1
2 1 0 0 0 4
39 12 16 8 9 28
1 2 2 0 0 0
0 0 0 0 0 0
ada ada ada ada ada ada
0 0 1 0 0 0
1 1 4 1 0 0
36 54 68 25 19 17
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
ada ada ada ada ada ada
1 3
2 5
22 135
1 0
0 0
ada ada
Sumber : Analisis Data Primer dan Data Sekunder Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 35, sebagian besar desa-desa pesisir sudah mempunyai prasarana yang cukup lengkap. Semua desa-desa pesisir Kabupaten kendal memiliki prasarana perhubungan, namun terdapat perbedaan dalam kondisi prasarana perhubungan tersebut. Rata–rata infrastruktur jalan desa di desa-desa pesisir relatif baik dan dapat dilalui oleh kendaraan umum, seperti angkutan pedesaan dan ojek. Prasarana ekonomi lain seperti pasar dan perbankan tidak dipunyai oleh seluruh desa pesisir, sedangkan toko/kios/warung terdapat di setiap user juga berupa Tempat Pelelangan desa pesisir. Prasarana pemasarancommit di desatopesisir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 Ikan (TPI). Terdapat empat TPI di pesisir Kabupaten Kendal yaitu di Kelurahan Bandengan, Desa Korowelang Kulon, Desa Sendang Sikucing dan Desa Gempolsewu. Lain halnya dengan prasarana produksi, hanya beberapa desa yang memiliki dam/bendungan untuk menampung air untuk pertanian itupun sebagian dalam kondisi yang kurang baik, bahkan tidak ada satupun desa yang mempunyai bangunan air, namun sebaliknya seluruh desa pesisir mempunyai saluran irigasi untuk pertanian. Di antara ketiga prasarana penunjang perekonomian tersebut, prasarana perhubungan yang memegang peranan penting bagi perekonomian desa karena tanpa adanya prasarana perhubungan yang baik, meskipun produksinya tinggi, tidak akan dapat didistribusikan ke luar daerah.
Gambar 14. Salah Satu Pasar yang Terdapat di Desa Kaliayu Keamatan Cepiring
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 Tabel 36. Prasarana Sosial yang Terdapat di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Desa / Kelurahan
Prasarana Sosial Masjid/ Pemerintah Gereja Desa dsb
LSD/panti Asuh
Rekreasi
1 1 1 1 1
0 0 0 0 0
1 0 0 0 0
16 9 6 10 17 10
1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
0 1 1 1 1 1
12 13 5 10 7 11
1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0
2 3 4 5 8 4
1 1 1 0 1 0
8 15 13 23 14 15
1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0
6 11 14
1 1 1
16 9 24
1 1 1
0 0 0
0 2 0
Sekolah
Poliklinik
Mororejo Wonorejo Purwokerto Turunrejo Banyutowo
7 7 6 5 6
0 0 0 1 0
21 15 17 16 18
Karangsari Bandengan Balok Kalibuntu wetan Wonosari Kartika Jaya
6 4 2 4 6 3
3 1 0 1 1 1
Pidodo Wetan Pidodo Kulon Margorejo Korowelang Anyar Korowelang Kulon Kalirandugede
6 5 2 5 3 3
Kaliayu Juwiring Sidomulyo Kalirejo Karangmalang Wtn Tanjungmojo Jungsemi Sendang Sikucing Gempolsewu
Sumber : Analisis Data Primer dan Data Sekunder Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 36 seluruh desa pesisir di Kabupaten Kendal mempunyai prasarana sosial seperti gedung sekolah, sarana peribadatan dan gedung pemerintah desa, namun tidak semua memiliki poliklinik/pos kesehatan desa. Walaupun tidak semua memiliki pos kesehatan, penduduk desa yang ingin mengakses fasilitas kesehatan dapat mengaksesnya ke ibukota kecamatan, desa tetangga ataupun dokter atau bidan desa setempat. Seluruh desa juga tidak memiliki
gedung
LSD
karena lembaga-lembaga sosial desa biasanya commit to user menggunakan gedung milik pemerintah desa atau gedung lain apabila
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 mengadakan kegiatan. Tempat rekreasi juga belum sepenuhnya tersedia di desadesa pesisir, namun beberapa tempat rekreasi yang ada masih didominasi rekreasi pantai karena letaknya yang berbatasan dengan laut.
b. Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Tipologi desa-desa pesisir disusun berdasarkan aspek ekonomi, sosial dan budaya yang telah diuraikan sebelumnya. Dalam penelitian ini tipologi desa dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu desa tradisional, desa transisi dan desa berkembang. Desa tradisional ini memiliki kondisi yang relatif statis tradisional, dalam artian masyarakatnya sangat tergantung pada keterampilan dan kemampuan pimpinannya. Kehidupan masyarakat sangat tergantung pada alam yang belum diolah dan dimanfaatkan secara baik. Desa transisi merupakan desa yang sedang mengalami transisi, pengaruh dari luar mulai masuk ke desa yang akan mengakibatkan perubahan cara berpikir. Desa berkembang setingkat lebih tinggi dari desa transisi yang ditandai dengan semakin majunya berbagai aspek yang ada dalam desa. Interval kelas didasarkan pada nilai total skoring dari perhitungan indikator tipologi desa. Tingkatan tipologi desa adalah sebagai berikut : 1) Total skoring 7 – 11 adalah tahap desa tradisional. 2) Total skoring 12 – 16 adalah tahap desa transisi. 3) Total skoring 17 – 21 adalah tahap desa berkembang. Berdasarkan klasifikasi tersebut di atas, didapatkan tipologi masingmasing desa pesisir yang disajikan pada lampiran 9. Hasil perhitungan skor indikator yang menyusun tipologi desa menunjukkan bahwa terdapat variasi tipologi desa di pesisir Kabupaten Kendal. Variasi tipologi desa-desa pesisir Kabupaten Kendal disajikan Tabel 37 dan Peta 3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 Peta 3. Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 Tabel 37. Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal No.
Desa / Kelurahan
Total Skor
Tipologi Desa
Mororejo 18 Berkembang Wonorejo 16 Transisi Purwokerto 17 Berkembang Turunrejo 16 Transisi Banyutowo 18 Berkembang Karangsari 20 Berkembang Bandengan 18 Berkembang Balok 16 Transisi Kalibuntu 18 Berkembang Wonosari 18 Berkembang Kartika Jaya 17 Berkembang Pidodo Wetan 15 Transisi Pidodo Kulon 18 Berkembang Margorejo 16 Transisi Korowelang Anyar 16 Transisi Korowelang Kulon 19 Berkembang Kalirandugede 16 Transisi Kaliayu 17 Berkembang Juwiring 17 Berkembang Sidomulyo 17 Berkembang Kalirejo 18 Berkembang Karangmalang 22 Wetan 17 Berkembang 23 Tanjungmojo 15 Transisi 24 Jungsemi 16 Transisi Sendang Sikucing 25 19 Berkembang Gempolsewu 26 18 Berkembang Sumber : Analisis data primer dan data sekunder Tahun 2012 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Tabel 37 menunjukkan bahwa desa-desa yang diteliti memiliki tipologi yang berbeda. Desa yang termasuk tipologi desa transisi terdiri dari 9 desa yaitu Desa Wonorejo, Turunrejo, Pidodo Wetan, Margorejo, Korowelang Anyar, Kalirandugede, Tanjungmojo, Jungsemi Kelurahan Balok dan 17 desa yang termasuk tipologi desa berkembang yaitu Desa Mororejo, Purwokerto, Wonosari, Kartika Jaya, Pidodo Kulon, Korowelang commit toKulon, user Kaliayu, Juwiring, Sidomulyo,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 Karangmalang Wetan, Kalirejo, Sendang Sikucing, Gempolsewu, Kelurahan Banyutowo, Karangsari, Bandengan, dan Kalibuntu Wetan. Variasi tipologi desadesa pesisir Kabupaten Kendal disajikan dalam Peta 3. Berdasarkan Peta Tipologi Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal dapat dilihat bahwa terdapat dua tipologi desa yaitu 9 desa yang termasuk tipologi desa transisi dan 17 desa termasuk tipologi desa berkembang. Berikut ini uraian desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal berdasarkan tipologi desa. 1) Tipologi desa transisi Desa-desa pesisir yang termasuk tipologi desa transisi adalah Desa Wonorejo, Turunrejo, Pidodo Wetan, Margorejo, Korowelang Anyar, Kalirandugede, Tanjungmojo dan Kelurahan Balok. Masing-masing desa/kelurahan tersebut memiliki faktor yang berbeda-beda yang menyebabkannya termasuk dalam tipologi desa transisi. Desa Wonorejo dan Kelurahan Balok termasuk dalam tipologi desa transisi karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer, namun produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat sedang, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang sedang. Desa Turunrejo, Kalirandugede, dan Jungsemi termasuk dalam tipologi desa transisi karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer, namun produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan sedang, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang sedang. Desa Pidodo Wetan dan Tanjungmojo termasuk dalam tipologi desa transisi karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer, namun produksi user semakin sedikit yang mengikat desa termasuk tinggi, adatcommit istiadatto sudah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat sedang, tingkat pendidikan sedang, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang sedang. Desa Margorejo dan Korowelang Anyar termasuk dalam tipologi desa transisi karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer, namun produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan rendah, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang sedang. 2) Tipologi desa berkembang Desa pesisir Kabupaten Kendal yang termasuk tipologi desa berkembang yaitu Desa Mororejo, Purwokerto, Wonosari, Kartika Jaya, Pidodo Kulon, Korowelang Kulon, Kaliayu, Juwiring, Sidomulyo, Karangmalang Wetan, Kalirejo, Sendang Sikucing, Gempolsewu, Kelurahan Banyutowo, Karangsari,
Bandengan
dan
Kalibuntu
Wetan.
Masing-masing
desa/kelurahan tersebut memiliki faktor yang berbeda-beda yang menyebabkannya termasuk dalam tipologi desa berkembang. Desa Mororejo termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang cukup lengkap. Desa Puwokerto termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat sedang, tingkat pendidikan sedang, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap commit user kondisi yang sedang. Kelurahan transisi dan prasarana desa beradato pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 Banyutowo termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat sedang, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang cukup lengkap. Kelurahan Karangsari termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang memadai. Desa Mororejo, Wonosari, Pidodo Kulon dan Kelurahan Bandengan termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang memadai. Kelurahan Kalibuntu Wetan termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat sedang, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang sedang. Desa Kartika Jaya termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin commit topenduduk, user sedikit yang mengikat kegiatan kelembagaan berada pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 tingkat tinggi, tingkat pendidikan sedang, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang sedang walaupun letaknya yang paling jauh dari ibukota kecamatan di antara desa pesisir yang lain. Desa Korowelang Kulon termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang sedang. Desa Kaliayu termasuk dalam tipologi desa berkembang karena walaupun mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer tetapi produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan sedang, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi yang memadai. Desa Juwiring, Sidomulyo dan Karangmalang Wetan termasuk dalam tipologi desa berkembang karena walaupun mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor primer tetapi produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan tinggi, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan prasarana desa berada pada kondisi sedang. Desa Sendang Sikucing dan Gempolsewu termasuk dalam tipologi desa berkembang karena mata pencaharian menunjukkan bahwa lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah semakin sedikit yang mengikat kegiatan penduduk, kelembagaan berada pada tingkat tinggi, tingkat pendidikan sedang, swadaya gotong royong masyarakat memasuki tahap transisi dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 prasarana desa berada pada kondisi yang memadai bahkan di kedua desa ini terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI). 2. Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Tujuan pembangunan pada dasarnya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Berbagai program pembangunan telah dilakukan oleh pemerintah, baik di bidang pendidikan, ekonomi, perumahan, lingkungan hidup, keamanan, politik dan sebagainya. Hasil pembangunan diharapkan dapat dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat, namun diakui bahwa keragaman budaya, adat istiadat, sumberdaya, luas wilayah serta potensi alam yang ada mengakibatkan beragam pula pencapaian pembangunan antar wilayah. Pengembangan pedesaan selalu ada berbagai masalah, baik yang berhubungan dengan sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Semua masalah yang berhubungan dengan dengan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia mungkin dapat dihubungkan dengan modal, teknologi, pendidikan dan sebagainya. Penduduk pedesaan umumnya lebih miskin daripada penduduk perkotaan, terutama desa-desa pesisir. Desa pesisir merupakan salah satu bagian pesisir yang terbelakang. Kesulitan mengatasi masalah kemiskinan di desa-desa pesisir menjadikan wilayah pesisir termasuk wilayah yang rawan di bidang sosial ekonomi. Kerawanan di bidang sosial ekonomi dapat menimbulkan kerawanankerawanan di bidang kehidupan yang lain. Kenyataan ini pula yang seharusnya mendorong pemerintah terus mengupayakan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. Dalam penelitian ini, tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir dianalisis dengan pendekatan tingkat kesejahteraan keluarga. Tingkat kesejahteraan dengan kategori keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera 1 adalah kategori keluarga yang dinyatakan sebagai keluarga miskin/belum sejahtera, atau dinyatakan dengan proporsi penduduk yang termasuk dalam kategori pra sejahtera dan Sejahtera I dari seluruh keluarga yang didata tingkat kesejahteraannya. Berikut ini proporsi keluarga miskin di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal yang disajikan dalam Tabel 38. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
Tabel 38. Proporsi Keluarga Miskin di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal No.
Desa / Kelurahan
Proporsi Keluarga Miskin (%) 51.30
1
Mororejo
2 3 4 5 6 7
Wonorejo Purwokerto Turunrejo Banyutowo Karangsari Bandengan
59.26 52.84 53.82 42.45 46.98 46.18
8 9 10 11 12 13
Balok Kalibuntu Wetan Wonosari Kartika Jaya Pidodo Wetan Pidodo Kulon
88.36 26.65 49.55 44.39 50.11 60.19
14 15 16 17 18 19
Margorejo Korowelang Anyar Korowelang Kulon Kalirandugede Kaliayu Juwiring
48.01 48.96 49.02 51.07 44.90 49.75
20 21 22 23 24 25
Sidomulyo Kalirejo Karangmalang Wetan Tanjungmojo Jungsemi Sendang Sikucing
50.93 56.90 65.43 51.19 66.05 36.18
26
Gempolsewu
61.81
Sumber : Analisis Data Sekunder Tahun 2011 Data pada Tabel 38 digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir. Dalam penelitian ini tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu tingkat kesejahteraan rendah, sedang dan tinggi. Tingkatan kesejahteraan ini dibuat berdasarkan angka proporsi keluarga miskin. Pembuatan interval kelas didasarkan pada angka proporsi keluarga miskin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 yaitu angka tertinggi 88.36 dan angka terendah 26.65, dengan angka tersebut didapatkan klasifikasi sebagai berikut :
88 36
26 65 3
6 7 3
2 57
Dengan nilai interval kelas sebesar 20.57 didapatkan tingkatan kesejahteraan sebagai berikut : a. Angka proporsi keluarga miskin antara 26.65 – 47.22 merupakan tingkat kesejahteraan tinggi. b. Angka proporsi keluarga miskin antara 47.23 – 67.79 merupakan tingkat kesejahteraan sedang. c. Angka proporsi keluarga miskin > 67.79 merupakan tingkat kesejahteraan rendah. Berdasarkan klasifikasi tersebut, didapatkan tingkat kesejahteraan masingmasing desa pesisir yang disajikan pada lampiran 10. Hasil perhitungan terhadap tingkat kesejahteraan menunjukkan bahwa sebanyak 7 desa (26.9 %) mempunyai tingkat kesejahteraan tinggi, sebanyak 18 desa (69.2 %) mempunyai tingkat kesejahteraan sedang dan sebanyak 1 desa (3.8%) mempunyai tingkat kesejahteraan rendah. Tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir dapat dipresentasikan dengan Gambar 15.
Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal 4% Tinggi
27% 69%
Sedang Rendah
Gambar 15. Perbandingan Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 Berdasarkan Gambar 15 dapat dikatakan bahwa rata–rata tingkat kesejahteraan keluarga pada masing–masing desa relatif sedang dengan persentase 69 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat desa-desa pesisir sudah dapat memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan ekonomi maupun kebutuhan non ekonomi. Tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir juga di presentasikan dalam Peta 4.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
Peta 4. Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
Berdasarkan Peta 4 dapat dilihat bahwa terdapat tiga tingkat kesejahteraan yaitu tingkat kesejahteraan rendah, tingkat kesejahteraan sedang dan tingkat kesejahteraan tinggi. Sebanyak 7 desa mempunyai tingkat kesejahteraan tinggi, sebanyak 18 desa mempunyai tingkat kesejahteraan sedang dan sebanyak 1 desa mempunyai tingkat kesejahteraan rendah. Tingkat kesejahteraan dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan keluarga baik kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, kebutuuhan psikologi maupun kebutuhan pengembangannya yang terbagi dalam 22 indikator oleh BKKBN. Berikut ini uraian desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal berdasarkan tingkat kesejahteraan. 1) Tingkat Kesejahteraan Rendah Desa pesisir yang mempunyai tingkat kesejahteraan rendah adalah Kelurahan Balok. Kelurahan ini menjadi desa satu-satunya yang mempunyai tingkat kesejahteraan rendah. Proporsi penduduk miskin di desa ini mencapai 88,36 %. Penduduk di desa ini sebagian besar keluargakeluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi
belum
dapat memenuhi
kebutuhan sosial
psikologis
dan
pengembangannya, seperti keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi. 2) Tingkat Kesejahteraan Sedang Desa-desa pesisir yang mempunyai tingkat kesejahteraan sedang adalah Desa Mororejo, Wonorejo, Purwokerto, Turunrejo, Wonosari, Pidodo Wetan, Pidodo Kulon, Margorejo, Korowelang Anyar, Korowelang Kulon, Kalirandugede, Juwiring, Sidomulyo, Kalirejo, Karangmalang Wetan, Tanjungmojo, Jungsemi dan Gempolsewu. Sebagian besar penduduk di desa yang termasuk tingkat kesejahteraan sedang yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya, kebutuhan psikologisnya, namun belum semua kebutuhan pengembangannya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 terpenuhi dan belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat.
3) Tingkat Kesejahteraan Tinggi Desa-desa pesisir yang mempunyai tingkat kesejahteraan tinggi adalah Kelurahan Banyutowo, Karangsari, Bandengan, Kalibuntu Wetan, Desa Kartika Jaya, Kaliayu dan Sendang Sikucing. Sebagian besar penduduk di desa yang termasuk tingkat kesejahteraan tinggi yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya, kebutuhan psikologisnya, dan kebutuhan perkembangannya, namun belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat, seperti acara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk material dan keuangan untuk kepentingan sosial kemasyarakatan serta berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan sosial;
keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan, dan
sebagainya.
3. Hubungan Antara Tipologi Desa dengan Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Tipologi desa yang dikaji dalam penelitian ini adalah tipologi berdasarkan tingkat perkembangan desa. Tingkat perkembangan desa tidak lain merupakan suatu keadaan tertentu yang dicapai oleh penduduk desa yang bersangkutan dalam menyelenggarakan kehidupan serta mengelola sumberdaya-semberdaya yang terdapat di dalamnya. Tingkat perkembangan desa ini umumnya berkaitan erat dengan tingkat kesejahteraan masyarakat karena tingkat kesejahteraan yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk meningkatkan potensi dan mengelola wilayah serta sumberdaya yang terdapat di dalamnya dengan baik. Lebih lanjut dalam lingkup pembangunan perdesaan akan dinilai apakah kemajuan pembangunan yang dialami di bidang ekonomi juga disertai dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, sesuai dengan tujuan pembangunan secara menyeluruh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 Dalam penelitian ini, hubungan antara tipologi desa dengan tingkat kesejahteraan dilakukan dengan cara tumpangsusun (overlay) peta tipologi desa dengan peta tingkat kesejahteraan. Hasil tumpangsusun kedua peta tersebut berupa peta 5 sebagai berikut. Peta 5. Analisis Tipologi Desa dengan Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
Tabel 39. Hasil Overlay Antara Tipologi Desa dengan Tingkat Kesejahteraan di Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal No Tingkat Hasil Desa Tipologi Desa . Kesejahteraan Overlay 1 Mororejo Berkembang Sedang Bk-Sd 2 Wonorejo Transisi Sedang Tr-Sd Purwokerto 3 Berkembang Sedang Bk-Sd 4 Turunrejo Transisi Sedang Tr-Sd 5 Banyutowo Berkembang Tinggi Bk-Tg 6 Karangsari Berkembang Tinggi Bk-Tg Bandengan 7 Berkembang Tinggi Bk-Tg 8 Balok Transisi Rendah Tr-Rd 9 Kalibuntu Berkembang Tinggi Bk-Tg 10 Wonosari Berkembang Sedang Bk-Sd 11 Kartika Jaya Berkembang Tinggi Bk-Tg 12 Pidodo Wetan Transisi Sedang Tr-Sd 13 Pidodo Kulon Berkembang Sedang Bk-Sd Margorejo 14 Transisi Sedang Tr-Sd 15 Korowelang Anyar Transisi Sedang Tr-Sd 16 Korowelang Kulon Berkembang Sedang Bk-Sd 17 Kalirandugede Transisi Sedang Tr-Sd Kaliayu 18 Berkembang Tinggi Bk-Tg 19 Juwiring Berkembang Sedang Bk-Sd 20 Sidomulyo Berkembang Sedang Bk-Sd 21 Kalirejo Berkembang Sedang Bk-Sd Karangmalang 22 Wetan Berkembang Sedang Bk-Sd 23 Tanjungmojo Transisi Sedang Tr-Sd 24 Jungsemi Transisi Sedang Tr-Sd 25 Sendang Sikucing Berkembang Tinggi Bk-Tg Gempolsewu 26 Berkembang Sedang Bk-Sd Sumber : Hasil Analisis Data Tahun 2012 Keterangan : Bk-Tg : Berkembang-Tinggi Tr-Sd : Transisi Sedang
Bk-Sd : Berkembang-Sedang Tr-Rd : Transisi-Rendah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102 Berdasarkan Peta 5 dan Tabel 39 menunjukkan daerah penelitian terbagi menjadi empat wilayah, yaitu: a. Berkembang-Tinggi Berkembang Tinggi menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki tipologi desa berkembang dengan tingkat kesejahteraan tinggi. Pada wilayah ini terdapat enam desa yang termasuk di dalamnya yaitu Kelurahan Banyutowo, Karangsari, Bandengan, Kalibuntu Wetan, Desa Kartika Jaya, Kaliayu dan Sendang Sikucing. Aspek-aspek yang mempengaruhi desa-desa tersebut termasuk dalam tipologi berkembang adalah lebih dari 55 % penduduknya bekerja pada sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah tidak mengikat kegiatan masyarakat. Desa telah mampu menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, administrasi desa sudah terselenggara dengan baik dan kelembagaan di desa telah berfungsi dalam mengorganisasikan dan menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan secara terpadu. Desa-desa ini berkecukupan dalam hal sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan juga dalam hal dana modal sehingga sudah dapat memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa secara maksimal. Tingkat pendidikannya termasuk tinggi dengan prasarana desa yang cukup memadai. Faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan tinggi adalah keluarga-keluarga yang berada di desa-desa tersebut telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan kebutuhan perkembangannya. Kebutuhan dasar berupa sandang, papan dan pangan. Kebutuhan sosial psikologis berupa kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi. Kebutuhan perkembangan seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi. b. Berkembang-Sedang Berkembang-sedang menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki user kesejahteraan sedang. Desa yang tipologi desa berkembang commit dengan to tingkat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103 termasuk dalam wilayah ini sebanyak 10 desa yaitu Desa Mororejo, Purwokerto, Wonosari, Pidodo Kulon, Korowelang Kulon, Juwiring, Sidomulyo, Kalirejo, Karangmalang Wetan dan Gempolsewu. Aspek-aspek yang mempengaruhi desa-desa tersebut termasuk dalam tipologi berkembang adalah mata pencaharian penduduk umumnya berada pada sektor primer dan sektor tersier dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah tidak mengikat kegiatan masyarakat. Administrasi desa sudah terselenggara dengan baik dan kelembagaan di desa telah berfungsi dalam mengorganisasikan dan menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan secara terpadu. Desa-desa ini berkecukupan dalam hal sumberdaya manusia, sumberdaya alam serta modal sehingga sudah dapat memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa secara maksimal. Tingkat pendidikannya termasuk tinggi dengan prasarana desa yang cukup memadai. Faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan sedang adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya, kebutuhan psikologisnya, namun belum semua kebutuhan perkembangannya terpenuhi dan belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat. c. Transisi-Sedang Transisi-Sedang menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki tipologi desa transisi dengan tingkat kesejahteraan sedang. Desa yang termasuk dalam satuan ini berjumlah 8 desa yaitu Desa Wonorejo, Turunrejo, Pidodo
Wetan,
Margorejo,
Korowelang
Anyar,
Kalirandugede,
Tanjungmojo dan Jungsemi. Aspek-aspek yang mempengaruhi desa-desa tersebut termasuk dalam tipologi transisi adalah lebih 55 % penduduknya berada pada sektor primer dengan produksi desa termasuk tinggi, adat istiadat sudah tidak mengikat kegiatan masyarakat. Administrasi desa mulai berkembang dan kelembagaan di desa mulai berfungsi dalam mengorganisasikan dan to user menggerakkan peran sertacommit masyarakat dalam pembangunan. Desa-desa ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104 berkecukupan dalam hal sumberdaya manusia, sumberdaya alam serta modal sehingga sudah dapat memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa. Tingkat pendidikannya termasuk sedang dengan prasarana desa yang berkecukupan walaupun masih terdapat kekurangan. Faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan sedang adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya, kebutuhan psikologisnya, namun belum semua kebutuhan perkembangannya terpenuhi dan belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat. d. Transisi-Rendah Transisi-Rendah menunjukkan bahwa wilayah ini memiliki tipologi desa transisi dengan tingkat kesejahteraan rendah. Hanya terdapat satu desa yang termasuk dalam satuan ini yatu Kelurahan Balok. Aspek-aspek yang mempengaruhi Kelurahan Balok termasuk dalam tipologi transisi adalah lebih 55 % penduduknya berada pada sektor primer, adat istiadat sudah tidak mengikat kegiatan masyarakat. Administrasi desa mulai berkembang dan kelembagaan di desa mulai berfungsi dalam mengorganisasikan dan menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan. Desa ini berkecukupan dalam hal sumberdaya manusia, sumberdaya alam serta modal sehingga sudah dapat memanfaatkan dan menggunakan segala potensi fisik dan non fisik desa. Tingkat pendidikannya termasuk sedang dengan prasarana desa yang berkecukupan walaupun masih terdapat kekurangan. Faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan rendah adalah penduduk di desa ini sebagian besar keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, seperti kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105 Berdasarkan aspek-aspek yang mempengaruhi tipologi desa dan tingkat kesejahteraan yang maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tipologi desa dengan tingkat kesejahteraan. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat maka akan semakin mendorong masyarakat untuk meningkatkan potensi wilayah yang dimiliki dan mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Hal ini akan menghasilkan suatu keadaan yang lebih baik sehingga desa dapat berkembang ke arah yang lebih maju. Sebaliknya apabila tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah, maka penyelenggaraan kehidupan dan pengelolaan sumberdaya-sumberdaya yang terdapat di dalam desa tersebut belum dilakukan secara maksimal sehingga desa belum berkembang ke arah yang lebih maju.
4. Strategi Pengembangan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal Strategi pengembangan desa disusun melalui penelaahan tentang kondisi dan kenyataan di lapangan, untuk menggali unsur-unsur kekuatan, kelemahan, dan peluang serta ancaman yang ada. Dasar pengembangan desa adalah permasalahan dan potensi desa sehingga diperoleh gambaran ciri-ciri, potensi dan sumberdaya yang dimiliki suatu desa yang diperlukan dalam penyusunan strategi pengembangan desa. Analisis SWOT merupakan pemilihan hubungan atau interaksi antar unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan terhadap unsur-unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman. Hasil identifikasi kekuatan (S), kelemahan (W), peluang (O) dan tantangan (T) dalam pengembangan desa-desa pesisir adalah sebagai berikut. a. Faktor-faktor Internal Faktor-faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam lingkungan masyarakat desa sendiri terdiri dari kekuatan dan kelemahan. a. Kekuatan (Strength) 1. Lahan pertanian dan perikanan yang potensial Penggunaan lahan di desa-desa pesisir Kabupaten Kendal terdiri dari commit user 1% kebun dan sisanya adalah 46% sawah, 34% tambak, 7%totegalan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106 permukiman. Hal ini menggambarkan bahwa lahan pertanian dan perikanan sebagai tempat sebagian besar masyarakatnya mencari nafkah masih banyak tersedia. Lahan pertanian dan perikanan ini sangat potensial menghasilkan produk pertanian dan perikanan. Sebagian besar lahan pertanian ditanami padi, jagung, kacang tanah, bawang merah dan kedelai sedangkan lahan tambak digunakan sebagai tambak bandeng, udang dan ikan jenis lain. 2. Tersedianya hasil laut yang berkecukupan Desa-desa pesisir mempunyai keuntungan karena letaknya yang berbatasan dengan laut. Oleh karenanya maka masyarakat pesisir yang bermatapencaharian sebagai nelayan memanfaatkan laut dengan mengambil hasil laut yang berupa berbagai jenis ikan. 3. Tenaga kerja cukup tersedia Jumlah penduduk desa-desa pesisir berjumlah cukup besar. Jumlah penduduk yang besar dapat menyediakan tenaga kerja yang besar pula. b. Kelemahan (Weakness) 1. Penataan lingkungan dan kualitas kesehatan masih rendah Tata lingkungan yang kurang memperhatikan aspek-aspek lingkungan sehingga menimbulkan berbagai permasalahan. Rendahnya kualitas kesehatan juga akan menjadi permasalahan bagi masyarakat. 2. Akses jalan menuju tambak masih sulit Infrastruktur jalan memegang peran penting dalam perekonomian. Kurangnya akses jalan menuju tambak menjadi kendala dalam pengangkutan hasil panen. Terkendalanya pengangkutan hasil panen akan mengakibatkan terhambatnya perolehan penghasilan petani tambak yang akan menimbulkan masalah ekonomi. b. Faktor-faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar lingkungan masyarakat desa pesisir, terdiri dari peluang (O) dan ancaman (T). a. Peluang (Opportunity) commit to user 1. Pengembangan pariwisata
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107 Wilayah pesisir merupakan daerah yang potensial untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata bahari. Desa-desa pesisir memiliki pantai yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai pendukung ekonomi masyarakat setempat. Selain itu wilayah pesisir yang terdapat tambak sangat potensial untuk dikembangkan wisata pemancingan di tambak ikan. 2. Banyak kebijakan pemerintah daerah, provinsi, pusat dan lembaga internasional yang mendukung pembangunan sosial dan ekonomi desa. Pembangunan sosial ekonomi desa tentu tidak terlepas dari adanya suatu kebijakan. Kebijakan baik dari pemerintah daerah, provinsi, pusat dan lembaga internasional dapat dijadikan acuan untuk melakukan suatu langkah atau tindakan untuk mewujudkan dan mendukung pembangunan sosial dan ekonomi desa yang terkontrol dan terencana sesuai kebijakan yang telah ditetapkan. b. Ancaman (Threats) 1. Bencana alam Sebagain desa-desa pesisir Kabupaten Kendal merupakan daerah rawan banjir terutama desa yang dilewati sungai besar seperti sungai Bodri dan Kali Kutho. 2. Faktor cuaca Masyarakat yang bekerja sebagai nelayan masih bergantung pada perubahan cuaca dalam mencari ikan di laut. Ketergantungan pada musim sangat besar pengaruhnya terhadap nelayan. Pada musim penangkapan mereka sangat sibuk, sementara pada musim paceklik mereka harus mencari kegiatan ekonomi lain. Faktor cuaca ini juga akan mempengaruhi budidaya bandeng dan udang milik masyarakat. 3. Pemanfaatan lahan tanpa memperhatikan aspek lingkungan Pemilik tambak melakukan pembukaan lahan baru di sepanjang pantai dengan membatasi hutan bakau untuk lahan budidaya tambak. Mereka merasa untung karena lahan tambak mereka bertambah luas, namun di user pihak lain budidaya commit tambaktotersebut ternyata telah menimbulkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108 bahaya yang lebih besar yang akibatnya terjadi abrasi di sepanjang pantai yang terbuka. Abrasi di sekitar pantai desa-desa pesisir Kabupaten Kendal menyebabkan sebagian tambak milik masyarakat setempat mengalami kerusakan. Hal ini juga akan berdampak pada perekonomian masyarakat mengingat bahwa masyarakat pesisir sebagian bekerja di sektor perikanan budidaya.
Tabel 40. Matrik SWOT Pengembangan Desa Pesisir Kabupaten Kendal Faktor Eksternal Threats (Ancaman) Opportunities (Peluang)
Faktor Penentu
F a
Strength (Kekuatan) 1.
k t
2.
o r
3.
Lahan pertanian dan perikanan yang potensial Tersedia hasil laut yang cukup banyak Tersedia tenaga kerja
1. 2.
Pengembangan Pariwisata Kebijakan Pemerintah
1.
Memanfaatkan lahan yang tersedia secara optimal Mengolah berbagai hasil laut menjadi produk olahan yang bernilai jual tinggi Pengembangan pariwisata bahari Pemberdayaan masyarakat dengan adanya pelatihan
2.
3. 4.
I n t e
Weakness (Kelemahan) 1.
r n a l
2.
Penataan lingkungan dan kualitas kesehatan masih kurang Akses jalan menuju laut masih sulit
1.
2.
3.
Meningkatkan peranan lembaga-lembaga yang ada untuk meningkatkan kulitas SDM Perbaikan infrastruktur terutama infrastruktur jalan Peningkatan pelayanan kesehatan
1. 2. 3.
1.
2.
3.
1. 2.
Bencana alam Perubahan cuaca Pemanfaatan lahan tanpa memperhatikan aspek lingkungan Penanaman pohon bakau di sepanjang pantai Penyuluhan mengenai pengelolaan lingkungan pesisir Pemberdayaan masyarakat dengan adanya pelatihan
Perbaikan infrastruktur Penyuluhan mengenai pengelolaan lingkungan pesisir
Sumber : Analisis Data Primer dan Data Sekunder Tahun 2012
Berdasarkan hasil identifikasi SWOT, berbagai kemungkinan alternatif strategis dibuat dengan matrik SWOT seperti pada Tabel 40 sehingga strategi commit to user pengembangan desa-desa pesisir Kabupaten Kendal adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109 a. Memanfaatkan lahan pertanian dan perikanan yang tersedia secara optimal. Lahan di daerah penelitian terdiri dari 46% sawah, 34% tambak, 7% tegalan, 1% kebun dan sisanya adalah permukiman. Hal ini menggambarkan bahwa daerah penelitian didominasi oleh lahan pertanian dan perikanan. Lahan pertanian dan perikanan ini sangat potensial menghasilkan produk pertanian dan perikanan. Pemanfaatan lahan yang ada secara optimal akan meningkatkan produksi pertanian dan perikanan sehingga akan berpengaruh pada produksi desa. Produksi desa yang tinggi akan menjadikan desa menjadi lebih berkembang. b. Mengolah berbagai hasil perikanan laut dan air payau menjadi produk olahan yang bernilai jual tinggi. Desa-desa pesisir menghasilkan banyak sumber protein yang berasal dari ikan. Masyarakat dapat mengolah ikan-ikan hasil perikanan tersebut menjadi produk olahan seperti bandeng presto, dendeng ikan, abon ikan dan sebagainya. Produk hasi olahan ini dapat memiliki nilai jual tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan akan berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan. Peningkatan kesejahteraan mendorong perkembangan desa ke arah lebih maju. c. Pengembangan pariwisata bahari dengan menambah fasilitas yang menunjang pariwisata. Desa-desa pesisir memiliki pantai yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai tempat wisata. Selain itu wilayah pesisir yang terdapat tambak sangat potensial untuk dikembangkan wisata pemancingan di tambak ikan. Selain itu, fasilitas penunjang pariwisata tersebut juga harus dilengkapi. Hal ini akan menarik wisatawan sehingga akan membantu perekonomian masyarakat setempat. d. Pemberdayaan masyarakat dengan adanya pelatihan oleh dinas terkait. Berkembangnya berbagai model pemberdayaan masyarakat adalah merupakan peluang positif dalam rangka peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan desa. Pelatihan yang dapat dilakukan misalnya commit to user pelatihan pembuatan abon ikan, pelatihan komputer dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110
e. Meningkatkan peranan lembaga-lembaga yang ada untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Lembaga yang paling berperan penting adalah lembaga pendidikan karena pendidikan adalah salah satu hal penting dalam memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Tingkat pendidikan ini akan berpengaruh pada kecepatan penyerapan adopsi teknologi, kemampuan untuk menggali informasi dan daya kreatifitas dan inovasi. Kondisi ini dapat mempengaruhi perkembangan pertanian maupun perikanan khususnya pada proses perubahan dari sistem tradisional ke sistem yang lebih modern. Kondisi ini juga nantinya akan berpengaruh pada perkembangan desa. f. Perbaikan infrastruktur terutama infrastruktur jalan. Infrastruktur jalan memegang peranan penting bagi perekonomian desa karena tanpa adanya infrastruktur jalan yang baik, meskipun produksinya tinggi, tidak akan dapat didistribusikan ke luar daerah. Di desa pesisir, utamanya akses jalan menuju tambak harus diperbaiki dengan memperkeras jalan. Apabila transportasi menuju tambak lancar maka akan mengurangi biaya produksi sehingga masyarakat dapat memperoleh pendapatan yang lebih banyak. g. Peningkatan sarana dan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas kesehatan. Masyarakat yang sehat dapat menggambarkan kesejahteraan masyarakat sehingga perlu adanya peningkatan sarana dan pelayanan kesehatan. Program penanganan kesehatan masyarakat yang dapat dilakukan dengan pembuatan jamban/MCK keluarga dan tempat sampah. h. Penanaman pohon bakau di sepanjang pantai yang diharapkan dapat menjadi benteng alami dari abrasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111 Penanaman tumbuhan bakau diharapkan dapat mengatasi masalah abrasi pantai yang kerap kali terjadi. Tumbuhan bakau akan menahan deburan ombak di pantai dengan harapan dapat meminimalkan kerusakan lahan tambak.
i. Penyuluhan mengenai pengelolaan lingkungan pesisir. Banjir dan abrasi yang kerap terjadi merupakan akibat dari kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengelola lingkungan dengan baik. Banjir yang terjadi umumnya disebabkan karena saluran air yang terhambat oleh sampah. Abrasi pantai juga umumnya disebabkan oleh ulah manusia dengan membuka lahan tambak tanpa memperhatikan lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan mengenai pengelolaan lingkungan pesisir. Penyuluhan ini diharapkan dapat menjadikan masyarakat sadar akan pentingnya memelihara dan mengelola lingkungan pesisir dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitan dan analisis hasil penelitian maka dapat dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut : 1. Tipologi desa-desa pesisir di Kabupaten Kendal terdiri dari dua tipologi yaitu tipologi desa transisi sebanyak sembilan desa yaitu Desa Wonorejo, Turunrejo, Pidodo Wetan, Margorejo, Korowelang Anyar, Kalirandugede, Tanjungmojo, Jungsemi Kelurahan Balok dan tipologi berkembang sebanyak 17 desa yaitu Desa Mororejo, Purwokerto, Wonosari, Kartika Jaya, Pidodo Kulon, Korowelang Kulon, Kaliayu, Juwiring, Sidomulyo, Karangmalang Wetan,
Kalirejo,
Sendang
Sikucing,
Gempolsewu,
Kelurahan Banyutowo, Karangsari, Bandengan, dan Kalibuntu Wetan. 2. Tingkat Kesejahteraan Desa-desa Pesisir Kabupaten Kendal terbagi menjadi tiga yaitu tingkat kesejahteraan tinggi yang terdiri dari tujuh desa (26.9 %) yaitu Kelurahan Banyutowo, Karangsari, Bandengan, Kalibuntu Wetan, Desa Kartika Jaya, Kaliayu dan Sendang Sikucing, tingkat kesejahteraan sedang terdiri dari 18 desa (69.2 %) yaitu Desa Mororejo, Wonorejo, Purwokerto, Turunrejo, Wonosari, Pidodo Wetan, Pidodo Kulon,
Margorejo,
Korowelang
Anyar,
Korowelang
Kulon,
Kalirandugede, Juwiring, Sidomulyo, Kalirejo, Karangmalang Wetan, Tanjungmojo, Jungsemi dan Gempolsewu dan tingkat kesejahteraan rendah terdiri satu desa (3.8 %) yaitu Kelurahan Balok. 3. Berdasarkan analisis overlay peta tipologi desa dengan peta tingkat kesejahteraan maka terdapat hubungan antara tipologi desa dengan tingkat kesejahteraan. Hal ini dikarenakan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin meningkat secara berangsur-angsur akan mendorong masyarakat untuk meningkatkan potensi wilayah yang dimiliki dan mengelolanya dengan baik sehingga desa dapat berkembang ke arah yang lebih maju. commit to user 112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113 4. Berdasarkan analisis SWOT, strategi pengembangan desa-desa pesisir Kabupaten Kendal adalah memanfaatkan lahan pertanian dan perikanan yang tersedia secara optimal, mengolah berbagai hasil laut menjadi produk olahan yang bernilai jual tinggi, pengembangan pariwisata bahari dan pemberdayaan masyarakat dengan adanya pelatihan oleh dinas terkait, meningkatkan peranan lembaga-lembaga yang ada untuk meningkatkan kulitas sumberdaya manusia, perbaikan infrastruktur terutama infrastruktur jalan dan peningkatan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas kesehatan, penanaman pohon bakau di sepanjang pantai, penyuluhan mengenai pengelolaan lingkungan pesisir.
B. Implikasi Berdasarkan
kesimpulan
hasil
penelitian
tipologi
dan
strategi
pengembangan desa-desa pesisir kabupaten Kendal, maka implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tipologi desa-desa pesisir termasuk tipologi desa transisi dan desa berkembang dapat dijadikan sebagai basis bagi intervensi kebijakan pembangunan desa pesisir oleh pemerintah Kabupaten Kendal. 2. Tingkat kesejahteraan desa-desa pesisir dapat dijadikan sebagai gambaran kondisi sosial masyarakat yanga ada di pesisir Kabupaten Kendal. 3. Strategi pengembangan desa-desa pesisir dapat dijadikan sebagai tambahan alternatif kebijakan pembangunan desa pesisir oleh pemerintah Kabupaten Kendal.
C. Saran Berdasarkan pada implikasi tersebut dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Diperlukan
strategi
operasional
pembangunan
desa
pesisir
yang
dirumuskan oleh masyarakat sendiri yang dapat difasilitasi oleh unsur masyarakat lain berupa langkah aksi untuk berbagai aspek pembangunan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114 2. Diperlukan analisis kebutuhan masyarakat pesisir sehingga dapat menjadi tambahan dalam penyusunan kebijakan pembangunan desa pesisir oleh pemerintah Kabupaten Kendal. 3. Pemerintah
daerah
perlu
menciptakan
pemantauan
kesejahteraan
masyarakat yang terintegrasi dengan perencanaan dan pemantauan pembangunan, pengelolaan keuangan pemerintah daerah dan pengambilan keputusan. 4. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai tipologi desa-desa pesisir dengan tambahan indikator yang belum tercantum dalam penelitian ini.
commit to user