Analisis Break Even Point (BEP) dan Profitabilitas Usaha Roti Pada “Ganep Bakery” di Surakarta Nugraheni Retnaningsih Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Vetran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.S. Humardani No.1 Jombor Sukoharjo. Telp (0271)7891373 HP 085725190911 Email:
[email protected] Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, pendapatan, dan titik impas (BEP), serta tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan dalam satu periode produksi (1 bulan) Mei-Juni 2013. Penelitian dilakukan di perusahaan “Ganep Bakery” di Surakarta, dengan pertimbangan bahwa “Ganep Bakery” oleh Pemda dijadikan percontohan usaha roti di kota Surakarta. Produk yang diteliti meliputi roti basah dan roti kering karena memiliki variasi produksi banyak. Metode yang digunakan untuk menentukan harga pokok produksi adalah Full Costing, karena metode ini memperhitungkan semua unsur biaya produksi maupun non produksi. Analisis Break Even Point (BEP) digunakan untuk mengetahui tingkat penerimaan perusahaan, dimana perusahaan tidak mengalami kerugian namun juga tidak mendapatkan keuntungan. Ratio Profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan biaya produksi, maka besaran biaya variabel mencapai 69% setiap bulannya, sedangkan biaya tetap sebesar 31% setiap bulan. Dari keseluruhan struktur biaya yang ada, maka biaya variabel bahan baku merupakan biaya terbesar, yaitu mencapai 42%. Pendapatan perusahaan roti Ganep Bakery didominasi dari hasil penjualan jenis roti basah, yaitu sebesar 88% dari total pendapatan perusahaan, sedangkan sisanya berasal dari hasil penjualan roti kering, sebesar 12%. Titik Impas (BEP) dicapai pada tingkat pendapatan sebesar Rp.184.310.734 untuk jenis roti basah dan Rp.184.292.824 untuk jenis roti kering, atau titik impas perusahaan dicapai pada tingkat pendapatan sebesar Rp. 184.301.779. Ratio profitabilitas usaha sebesar 45%, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan roti Ganep Bakery mempunyai kemampuan untuk menghasilkan laba atau keuntungan usaha cukup tinggi. Kata Kunci: Break Even Point (BEP), Profitabilitas Usaha Bakery
55
No.1 / Volume 22 / 2013
WIDYATAMA
Pendahuluan Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia dalam rangka memenuhi gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Saat ini industri pengolahan hasil-hasil pertanian khususnya pangan berkembang cukup pesat, disamping mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi, pengolahan hasil-hasil pertanian juga bertujuan untuk memenuhi selera dan gaya hidup manusia yang terus meningkat sejalan dengan perkembangan tingkat ekonomi masyarakat. Salah satu kegiatan agribisnis yang menopang perekonomian saat ini adalah kegiatan pengolahan hasil pertanian oleh usaha kecil maupun menengah atau lebih sering dikenal dengan usaha “home-industri”. Industri pengolahan bahan pangan yang berkembang pesat, banyak dilakukan oleh para pelaku usaha baik dalam skala kecil, menengah, maupun besar adalah usaha pengolahan tepung terigu menjadi roti atau yang biasa disebut bakery. “Ganep bakery” merupakan salah satu usaha roti yang tumbuh dan berkembang di kota Surakarta. Roti merupakan salah satu makanan yang sudah tidak asing lagi, makanan ini hampir selalu tersedia disetiap meja makan. Penyajiannya praktis dan jumlah kalorinya cukup tinggi, membuat roti menjadi menu andalan untuk sarapan. Roti adalah makanan yang berbahan dasar tepung terigu yang difermentasi oleh ragi atau bahan pengembang lainnya. Pada mulanya roti dibuat dengan cara sederhana dan dengan bahan yang sederhana pula. Namun, seiring berkembangnya jaman dan teknologi diciptakanlah roti dengan berbagai ragam jenis dan bentuk. Dengan berkunjung ke perusahaan roti “Ganep Bakery” di Surakarta diperoleh informasi, bahwa selama operasional usahanya “Ganep Bakery” mengalami beberapa kendala terutama peningkatan struktur biaya produksi, sebagai akibat dari meningkatnya harga bahan baku utama yaitu tepung terigu dan bahan-bahan lainnya (Retnaningsih, dkk., 2012). Peningkatan biaya produksi tersebut tentu saja akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dan profitabilitas yang dicapai perusahaan. Pendekatan HPP (Harga Pokok Produksi) untuk mengkaji beberapa hal yang berkaitan dengan struktur biaya produksi. HPP dihitung dengan metode full costing karena memasukan semua unsur biaya produksi maupun non produksi. Kenaikan biaya produksi (harga bahan baku) akan berpengaruh terhadap besaran titik impas (BEP) serta akan meningkatkan HPP, tetapi akan menurunkan tingkat profitabilitas. Dengan demikian, efisiensi produksi menjadi faktor yang menentukan disamping rasa dan bentuk serta didukung adanya deversifikasi produk yang dihasilkan akan menentukan keberlanjutan usaha roti. Persaingan usaha kecil menengah yang bergerak dalam bidang bakery cukup ketat mengingat banyaknya pelaku yang menekuni usaha ini. Sehingga kondisi ini mendorong perusahaan melakukan efisiensi untuk menekan biaya produksi agar harga jual mampu bersaing dengan produk bakery lain. Dengan demikian diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran bagi pelaku usaha sejenis atau yang berminat terjun dalam usaha bakery sebagai bahan pertimbangan dalam rangka penerapan efisiensi produksi.
56
WIDYATAMA
Nugraheni Retnaningsih. Analisis Break Even Point (BEP) dan Profitabilitas Usaha Roti Pada …
Metode Tahapan penelitian yang dilakukan seperti tergambar pada diagram alir berikut : Survai ke “Ganep Bakery
Produk: Roti Basah & Roti Kering
Data dikumpulkan, diklasifikasi, ditabulasi & diolah dengan microsoft excel
Biaya Bahan Baku
Full Costing : Biaya Produksi+Non Produksi
HPP
Profitabilitas
Variabel-Variabel
Ratio Profitabilitas
TC Biaya Tetap/ FC: Tenaga kerja Administrasi +umum Penyusutan Pemeliharaan Telepon Agen/pemasaran
Biaya Variabel/VC: Bahan baku (tepung terigu, telur, gula, mentega) Upah tenaga kerja langsung Listrik dan gas Kemasan & pelabelan air
Laba = TR-TC BEP :TR=TC
Gambar 1. Diagram Alir Metode Penelitian Tahapan penelitian diawali dengan survei ke perusahaan roti “Ganep Bakery” di jalan Sutan Syahrir 176 Tambak Segaran, Surakarta. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposif (sengaja), dengan pertimbangan perusahaan roti tersebut dijadikan sebagai percontohan oleh Pemda Surakarta, karena keberadaannya dan ketangguhannya sehingga WIDYATAMA
57
No.1 / Volume 22 / 2013
WIDYATAMA
tetap eksis dan bertahan lebih dari satu abad. Produk yang diteliti meliputi roti basah dan roti kering karena memiliki variasi produksi banyak, roti basah paling laku dijual dan memiliki nilai penjualan terbesar. Jenis data adalah data sekunder yang diperoleh dari perusahaan roti “Ganep Bakery” dalam satu periode produksi (1 bulan) Mei-Juni 2013. Metode yang dipilih untuk mengetahui biaya produksi menggunakan harga pokok produksi (HPP) dengan metode Full Costing, metode ini memperhitungkan semua unsur biaya produksi dan non produksi. Variabel yang diamati meliputi biaya tetap antara lain: tenaga kerja, administrasi dan umum, penyusutan, pemeliharaan, telepon, agen/ pemasaran; dan biaya variabel antara lain: bahan baku (tepung terigu, mentega, telur, gula, bumbubumbu), air, listrik dan gas, upah tenaga kerja langsung, kemasan dan pelabelan; serta biaya penyusutan modal tetap meliputi: mixer, oven, kendaraan yang dihitung dengan metode penyusutan garis lurus. Data dikumpulkan dengan menggunakan questioner, divalidasi, diklasifikasikan, ditabulasi, dan diolah secara manual dengan bantuan program microsoft Excel. Kemudian dianalisis untuk menentukan biaya produksi, pendapatan, titik impas (BEP), serta ratio profitabilitas. Ratio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua modal yang bekerja didalamnya (Halim dan Supomo, 2005). Besarnya titik impas/ Break Event Point (BEP) dihitung dengan menggunakan rumus (Mulyadi, 2001) : BEP (Impas dalam Rupiah) = Keterangan : BEP P TFC AVC
: : : :
TFC 1 - AVC P Nilai Impas Produksi (Rupiah) Harga Jual Produk per unit (Rp/unit) Biaya Tetap Total (Rp) Biaya Variabel per unit (Rp/unit)
Penentuan harga pokok produk, yaitu dengan cara membebankan biaya produksi selama periode tertentu kepada proses atau kegiatan produksi dan membaginya sama rata kepada produk yang dihasilkan dalam periode tertentu (Mulyadi, 1999). Rumus yang digunakan dalam menghitung HPP adalah : HPP (unit) =
TC Q
Keterangan : HPP : Harga pokok produk per satuan ((Rp/unit) TC : Biaya produksi yang dikeluarkan (Rp) Q : Jumlah produk yang dihasilkan (unit)
58
WIDYATAMA
Nugraheni Retnaningsih. Analisis Break Even Point (BEP) dan Profitabilitas Usaha Roti Pada …
Hasil Dan Pembahasan Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang analisis Break Even Point (BEP) dan profitabilitas usaha roti pada “Ganep Bakery” di Surakarta adalah sebagai berikut: Biaya Produksi Biaya adalah pengorbanan yang terjadi dalam rangka memperoleh pendapatan atau biaya merupakan pengorbanan ekonomi untuk memperoleh penghasilan. Komponen biaya terdiri atas biaya variabel dan biaya tetap. Tabel 1. menunjukkan besaran biaya variabel mencapai 69% dari keseluruhan biaya produksi yang dibutuhkan oleh perusahaan Ganep Bakery dalam setiap bulannya, sedang biaya tetap sebesar 31% per bulan. Dari keseluruhan struktur biaya yang ada, maka biaya variabel (bahan baku) merupakan biaya terbesar, yaitu 42%, sedangkan biaya tenaga kerja langsung dalam proses produksi merupakan biaya variabel terbesar ke dua, yaitu sebesar 21%. Dengan demikian, secara keseluruhan struktur biaya terbesar yang dibutuhkan dalam pengelolaan perusahaan roti di Ganep bakery adalah biaya untuk bahan baku dan tenaga kerja baik berupa upah tenaga kerja langsung dalam proses produksi maupun tenaga kerja yang merupakan biaya tetap (19%). Biaya-biaya tetap lain, seperti administrasi, bahan bakar (listrik, gas), air, pemeliharaan alat, penyusutan, komunikasi, dan pemasaran, masing-masing tidak lebih dari 3% dari keseluruhan struktur biaya yang ada. Bahan baku utama roti adalah tepung terigu, namun demikian dalam rangka deversifikasi produk dan permintaan pasar perusahaan roti Ganep Bakery juga memproduksi roti dengan bahan baku tepung singkong dan tepung garut, demikian juga dengan jenis dan macam roti yang dihasilkannya. Roti Ganep terus berinovasi dengan produk yang dihasilkan, salah satunya membuat terobosan dengan menciptakan aneka roti bolu yang terbuat dari bahan baku non terigu. Pemilik Roti Ganep Generasi ke-5 Cecilia Maria Purnadi mengatakan, pihaknya mulai memproduksi aneka roti, khususnya bolu dengan menggunakan bahan non terigu sejak tiga tahun yang lalu. Diawali dari banyaknya permintaan pelanggan yang mencari roti berbahan dasar non-terigu. Menurut Marketing Manager Roti Ganep, Emi Yuniawati, untuk varian produk roti non-terigu pihaknya selalu berupaya membuat menu baru setiap tiga bulan sekali. Dan untuk saat ini yang terbaru adalah aneka bolu roll berbahan baku dari tepung garut. Pendapatan Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi kenaikan modal. Ekuitas atau modal (equity) adalah hak pemilik atas aktiva perusahaan yang merupakan kekayaan bersih (jumlah aktiva dikurangi kewajiban). Pendapatan adalah penambahan jumlah aktiva sebagai hasil operasi perusahaan secara bruto. Pendapatan diperoleh karena adanya penyerahan/ penjualan barang/ jasa atau aktivitas lainya dalam satu periode (Anonim, 2013). Tabel 2. menunjukkan pendapatan total perusahaan roti “Ganep Bakery” secara keseluruhan didominasi dari hasil penjualan jenis roti basah, yaitu sebesar 88% dari total pendapatan
WIDYATAMA
59
No.1 / Volume 22 / 2013
WIDYATAMA
perusahaan, sedang sisanya berasal dari hasil penjualan roti kering, yaitu sebesar 12%. Jenis roti basah diproduksi setiap hari, sedang jenis roti kering diproduksi setiap 3 minggu sekali. Tabel 1. Biaya Produksi Perusahaan Roti “Ganep Bakery”/ bulan (Mei-Juni 2013) No.
Komponen Biaya
Besaran (Rp.)
Prosentase (%)
76.510.000 39.600.000 1.000.000 5.500.000 4.000.000 126.610.000
42% 21% 1% 3% 2% 69%
35.700.000 5.000.000 4.500.000 5.500.000 2.000.000 5.000.000 57.700.000 184.310.000
19% 3% 2% 3% 1% 3% 31% 100%
1.
Biaya Variabel a. Bahan Baku b. Tenaga Kerja langsung c. Air c. Listrik, gas d. Kemasan Sub-total 2. Biaya Tetap a. Tenaga Kerja b. Administrasi c. Pemeliharaan Alat d. Penyusutan Alat e. Komunikasi f. Pemasaran Sub-total Total Sumber: Analisis Data Sekunder
Tabel 2. Pendapatan Total Perusahaan “Ganep Bakery”/ bulan (Mei-Juni) 2013 No.
Komponen Pendapatan 1. Roti Basah 2. Roti Kering Total : Sumber: Analisis Data Sekunder
Besaran (Rp.) 234.000.000 33.105.000 267.105.000
Prosentase (%) 88% 12% 100%
Titik Impas (BEP) Titik impas (Break Event Point) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam memproduksi roti pada periode tertentu tidak mendapat keuntungan dan tidak mendapatkan kerugian dalam berproduksi. Salah satu keputusan yang sulit dihadapi oleh suatu perusahaan adalah menetapkan harga jual. Meskipun cara penetapan harga yang dipakai 60
WIDYATAMA
Nugraheni Retnaningsih. Analisis Break Even Point (BEP) dan Profitabilitas Usaha Roti Pada …
sama bagi setiap perusahaan yaitu didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan, dan laba, tetapi kombinasi optimal dari faktor-faktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat produk, pasarnya, dan tujuan perusahaan. Keputusan penentuan harga jual biasanya harus dibuat berulang-ulang karena harga jual dipengaruhi oleh perubahan lingkungan eksternal dan internal. Perubahan harga jual bertujuan agar harga jual yang baru dapat mencerminkan biaya saat ini (current cost) atau malahan biaya masa depan (future cost), kondisi pasar, reaksi pesaing, dan laba. Harga pokok produk adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam memproduksi suatu produk dalam periode tertentu. Tabel.3. menunjukan besaran harga pokok produksi, harga jual rata-rata dan titik impas (BEP). Harga pokok produksi untuk jenis roti basah adalah sebesar Rp. 2.351, sedang untuk jenis roti kering sebesar Rp. 10.192. Harga jual rata-rata untuk jenis roti basah adalah sebesar Rp. 3.391, sedang untuk jenis roti kering adalah sebesar Rp. 15.256. Untuk titik impas (BEP) dimana perusahaan tidak mengalami kerugian, namun juga tidak mendapatkan keuntungan dicapai pada pada tingkat pendapatan sebesar Rp.184.310.734 untuk jenis roti basah dan Rp.184.292.824. untuk jenis roti kering atau titik impas dicapai pada tingkat pendapatan sebasar Rp. 184.301.779. Tabel 3. Titik Impas (BEP) Perusahaan Roti "Ganep Bakery"/Bulan (Mei-Juni 2013) Uraian Total Produksi (Unit) Harga Jual Rata-Rata/Unit (Rp/unit) Penerimaan (Rp) Penerimaan (%) Total Biaya Variabel (Rp) Total Biaya Tetap (Rp) Keuntungan (Rp) Biaya Variabel Rata-Rata (Rp/unit) HPP/Unit (Rp/unit) BEP (Rp) BEP Roti Basah + Roti Kering (Rp) Sumber : Analisis Data Sekunder
Roti Basah Roti Kering 69.000 2.170 3.391 15.256 234.000.000 33.105.000 88 12 126.610.000 126.610.000 57.700.000 57.700.000 82.795.000 82.795.000 1.615 7.001 2.351 10.192 184.310.734 184.292.824 184.301.779
Profitabilitas Salah satu indikator prestasi dari suatu badan usaha adalah kemampuan menghasilkan laba (profitability). Laba merupakan indikasi apakah perusahaan itu berhasil atau tidak dalam kelangsungan hidup atau dengan kata lain laba adalah salah satu ukuran keberhasilan perusahaan itu. Laba yang diperoleh suatu badan usaha akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan atau badan usaha dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di WIDYATAMA
61
No.1 / Volume 22 / 2013
WIDYATAMA
masa yang akan datang (Anonim, 2011). Dengan demikian diharapkan setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dan mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Profit Margin menunjukan berapa besar prosentase pendapatan bersih yang diperoleh setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi (Muchlisin R., 2012). Tabel 4. Rasio Profitabilitas Perusahaan “Ganep Bakery”/ bulan (Mei-Juni) 2013 Pendapatan
Pengeluaran
Keuntungan
Rasio Profitabilitas (%)
267.105.000
184.310.000
82.795.000
45%
Sumber: Analisis Data Sekunder Dari hasil penghitungan tingkat profitabilitas dari perusahaan roti “Ganep bakery” (Tabel 4.) didapatkan hasil bahwa ratio profitabilitas usaha adalah sebesar 45%. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan roti “Ganep Bakery” mempunyai kemampuan untuk menghasilkan laba atau keuntungan usaha cukup tinggi. Dalam kegiatan perusahaan biaya merupakan salah satu faktor penting, karena besarnya biaya yang dikeluarkan produk akan sangat menentukan besar-kecilnya nilai dari produk yang akan dihasilkan tersebut, yaitu semakin besar biaya yang dikeluarkan, maka akan semakin besar pula nilai dari produk yang dihasilkan. Simpulan Hasil penelitian dan pembahasan mengenai Analisis Break Even Point (BEP) dan Profitabilitas Usaha Roti pada “Ganep Bakery” Surakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Secara keseluruhan biaya produksi, maka besaran biaya variabel mencapai 69%, sedangkan biaya tetap sebesar 31% setiap bulannya. Dari keseluruhan struktur biaya yang ada, biaya variabel bahan baku merupakan biaya terbesar yaitu mencapai 42%. (2) Pendapatan perusahaan roti “Ganep Bakery” secara keseluruhan didominasi dari hasil penjualan jenis roti basah sebesar 88%, sedangkan sisanya berasal dari hasil penjualan roti kering sebesar 12%. (3) Titik Impas (BEP) dicapai pada pada tingkat pendapatan sebesar Rp.184.310.734 untuk jenis roti basah dan Rp.184.292.824. untuk jenis roti kering, atau titik impas dicapai pada tingkat pendapatan perusahaan sebesar Rp. 184.301.779. (4) Ratio profitabilitas usaha adalah sebesar 45%, hal ini menunjukan bahwa perusahaan roti “Ganep
62
WIDYATAMA
Nugraheni Retnaningsih. Analisis Break Even Point (BEP) dan Profitabilitas Usaha Roti Pada …
Bakery” mempunyai kemampuan untuk menghasilkan laba atau keuntungan usaha cukup tinggi. Persantunan Ucapan terimakasih disampaikan kepada APBU Universitas Veteran Bangun Nusantara Tahun Anggaran 2012/2013. Daftar Rujukan Anonim. 2011. Profitabilitas (ROI). http://efryday.blogspot.com/2011/06 /profitabilitasreturn-of-equity roe.html. ----------. 2013. Perhitungan Harga Pokok Produksi Untuk Menentukan Harga Jual. http://abangbusro.blogspot.com. Halim, A., dan Bambang Supomo. 2005. Akuntasi Manajemen. BPFE. Yogyakarta. Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Universitas Gajah Mada. Penerbit STIE YKPN. Yogyakarta. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen, Edisi 3. Universitas Gajah Mada. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Muchlisin, R., (2012). Profitabilitas Perusahaan. http://www.kajianpustaka.com/2012/10/profitabilitasperusahaan.html#ixzz2Un1V3 8p9 Retnaningsih, N., Sudarmi, Catur Rini, Yos Wahyu H., Agung S., 2012. IbM Mahasiswa Agribisnis Univet Bantara. Laporan Pengabdian Masyarakat.
WIDYATAMA
63