1 Analisis Risiko Karsinogenik Benzo(a)pyrene Udara Ambien Terhadap Sopir Bus di Terminal Depok Tahun 2014
Dina Watanabe 1*), Bambang Wispriyono 2 1
Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424 Indonesia, 2
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Depok 16424 Indonesia
*)
Email :
[email protected]/
[email protected]
Abstrak Data Badan Pusat Statistik (2012) menunjukkan bahwa Indonesia mengalami peningkatan jumlah kendaraan bermotor, pada tahun 2010 berjumlah 76.907.127 menjadi sejumlah 94.373.324 di tahun 2012. Salah satu polutan yang terdapat dalam asap buangan kendaraan bermotor adalah benzo(a)pyrene. IARC mengklasifikasikan benzo(a)pyrene ke dalam golongan 1 yang artinya agent yang bersifat karsinogenik pada manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asupan benzo(a)pyrene, risiko efek karsinogenik dan manajemen risiko melalui pola aktivitas dan karakteristik antropometri. Disain penelitian yang digunakan adalah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan dengan metode Sampling Incidental. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelompok pembanding akan ada 36 kasus kanker dari 100 orang populasi, sedangkan pada kelompok sopir akan ada 7 kasus kanker dari 100 populasi dan pada seluruh kelompok akan ada 22 kasus kanker dari 100 populasi. Konsentrasi benzo(a)pyrene pada udara ambien sebesar 126,031 mg/m3, dan konsentrasi pada pembanding (indoor) 630,583 mg/m3.
Kata kunci : Benzo(a)pyrene, Analisis Risiko, Sopir Bus
Carcinogenic Risk Analysis of Benzo (a) pyrene Ambient Air Against Bus driver in Depok Station 2014 Abstract Central Bureau of Statistics (2012) shows that Indonesia has increased the number of motor vehicles, in 2010 totaled 76.907.127 be a number 94.373.324 in the year 2012. One of the pollutants contained in the exhaust fumes of motor vehicles is benzo (a) pyrene. IARC classifies benzo (a) pyrene in Group 1, which means that the agent is carcinogenic to humans. This study aims to determine the intake of benzo (a) pyrene, carcinogenic risk and risk management through activity patterns and anthropometric characteristics. The design of the study is Environmental Health Risk Analysis with incidental sampling method. The analysis showed
Analisis risiko…, Dina Watanabe, FKM UI, 2014
Universitas Indonesia
2 that in the comparison group there were 36 cases of cancer will be from a 100 population of people, while in the group there will be 7 driver of cancer cases in 100 population and all groups there will be 22 cases of cancer of the 100 population. The concentration of benzo (a) pyrene in ambient air 126.031 mg/m3, and concentrations in comparison (indoor) 630.583 mg/m3.
Keywords: Benzo (a) pyrene, Risk Analysis, Bus Driver
Pendahuluan Sektor transportasi merupakan hal penting yang mendukung perkembangan suatu negara. Hal ini untuk mendukung kegiatan ekspor dan impor serta aksesibilitas daerah secara menyeluruh. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012, Indonesia mengalami peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang awalnya berjumlah 76.907.127 kendaraan pada tahun 2010 menjadi 94.373.324 kendaraan di tahun 2012. Salah satu polutan yang terdapat dalam asap buangan kendaraan yaitu benzo(a)pyrene. International Agency for Research Cancer (IARC) mengklasifikasikan 107 agen, senyawa dan situasi pajanan sebagai zat karsinogenik bagi manusia, termasuk didalamnya adalah benzo(a)pyrene (WHO, 2011). WHO menyatakan pencemaran udara merupakan salah satu penyebab penyakit kanker. IARC menyebutkan bahwa pencemaran udara yang bersumber dari lalu lintas dan emisi industri adalah penyebab utama penyakit kanker paru-paru serta berkaitan dengan kanker kandung kemih. Pencemar udara dominan di perkotaan merupakan debu Total Suspended Solid (TSP), berbagai agen kimia terikat bersama TSP yang salah satunya merupakan benzo(a)pyrene (Warouw et al., 2012). Data dari WHO (2011) menyatakan bahwa pada tahun 2004 secara global, sebanyak 165.000 kematian karena kanker paru-paru diakibatkan oleh pencemaran udara. Sebanyak 108.000 kasus diantaranya merupakan akibat dari pencemaran udara di luar ruangan. IARC menyebutkan bahwa data terbaru tahun 2010 mengindikasikan terjadinya 223.000 kasus kematian akibat kanker paru-paru di seluruh dunia yang berasal dari pencemaran udara (IARC, 2013). Studi di Jerman menyatakan bahwa pada tahun 1990 konsentrasi benzo(a)pyrene berada di bawah nilai 1 ng/m3 pada stasiun pemantau udara yang tidak dipengaruhi sumber emisi, namun konsentrasi benzo(a)pyrene berada pada ambang 1.773.15 ng/m3 pada stasiun pemantau yang dekat dengan jalan raya. Pada tahun 1992, di Copenhagen konsentrasi rata-rata benzo(a)pyrene 4.4 ng/m3 pada stasiun pemantau yang berada di sekitar jalan raya yang ramai. Daerah metropolitan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi daripada sektor kehutanan dan agrikultur, hal ini dikarenakan banyaknya sumber yang menggunakan bahan bakar fosil (WHO Regional Office for Europe, 2000). Masalah pencemaran udara merupakan masalah serius di Indonesia karena sebuah studi menyebutkan bahwa Indonesia masuk ke dalam peringkat ketiga dunia dalam hal pencemaran udara. Khusus daerah Jawa Barat menempati peringkat teratas dalam hal pencemaran udara tertinggi di Indonesia menurut Pengkajian Ozon dan Polusi Udara
Analisis risiko…, Dina Watanabe, FKM UI, 2014
Universitas Indonesia
3 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Berbagai sumber pencemar udara yang ada, penyumbang angka pencemaran udara tertinggi berasal dari emisi transportasi yakni sebesar 85% (Rohim, 2012). Seiring laju urbanisasi, pencemaran udara juga meningkat termasuk di Kota Depok. Kontribusi terbesar pencemaran udara berasal dari sektor transportasi (Sadiah, 2013). Terminal Depok merupakan salah satu tempat transit berbagai kendaraan umum. Kondisi yang demikian mengindikasikan rendahnya kualitas udara terminal. Rendahnya kualitas udara akan mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat yang berada di terminal, termasuk supir bus. Sebagai salah satu pencemar udara, selain memiliki sifat karsinogenik benzo(a)pyrene juga bersifat bioakumulasi (US EPA, 2011). Sifat yang dimiliki benzo(a)pyrene menjadi risiko bagi masyarakat khususnya sopir angkutan umum. Sopir angkutan memiliki jadwal rutin untuk datang ke terminal, sehingga mereka memiliki risiko terpajan berulang dan zat tersebut terakumulasi dalam tubuhnya. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan kulit pada manusia dan hewan, meningkatnya risiko inisiasi kanker, dan terjadinya pembentukan produk tambahan DNA serta efek reproduksi (US EPA, 2011). Penelitian mengenai pajanan benzo(a)pyrene telah dilakukan oleh Warouw et al (2012) terhadap petugas pintu tol jabodetabek, dan penelitian Susmiati (2008) terhadap polisi yang bertugas di jalan raya. Hingga saat ini belum pernah ada penelitian yang mengukur pajanan benzo(a)pyrene di Terminal Depok. Oleh sebab itu perlu adanya analisis risiko kesehatan pajanan benzo(a)pyrene terhadap sopir bus.
Tinjauan Teoritis Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya (PP Nomor 41 Tahun 1999). PAH dapat ditemukan dilingkungan dan timbul sebagai hasil sampingan dari proses pembakaran Kegiatan manusia yang dapat menyumbang PAH ke udara ambient antara lain ; pembakaran bahan bakar seperti batu bara, kayu, petroleum, produk petroleum, atau minyak. Pembakaran sampah, pembakaran ban bekas, polypropylene, atau polystyrene dan asap pembuangan kendaraan bermotor. Sumber pajanan PAH melalui udara, air, tanah dan makanan dapat terjadi pada hampir semua orang. Benzo(a)pyrene, sebagai karsinogen lingkungan yang telah dipelajari dengan baik, telah terbukti diaktifkan secara metabolik oleh beberapa enzim sitokrom P450 untuk menghasilkan metabolit yang sangat karsinogen yaitu Benzo(a)pyrene-7,8-dihydroxy9,10-epoxide (BPDE) (Gelboin, 1980; Aman, 1994 dalam Wei et al, 2009).
Metode Penelitian Disain studi dalam penelitian ini adalah Analisis Rsisiko Kesehatan Lingkungan dengan mengumpulkan data primer berupa pengukuran konsentrasi benzo(a)pyrene dan antropometri serta pola aktivitas responden. Penelitian ini dilakukan di Terminal Depok
Analisis risiko…, Dina Watanabe, FKM UI, 2014
Universitas Indonesia
4 pada bulan Juni tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh sopir bus yang beroperasi di Terminal Depok. Sopir bus dipilih karena populasi tersebut menghabiskan sebagian besar waktu untuk bekerja di terminal. Populasi pembanding merupakan karyawan yang bekerja di kantor UPT Terminal Depok. Jumlah sampel diambil berdasarkan rumus uji beda proporsi, sehingga didapatkan jumlah sampel minimum 74 orang, untuk menghindari drop out sampel dibulatkan menjadi 81 orang. Data yang akan dikumpulkan adalah data konsentrasi Benzo(a)pyrene di udara ambien terminal dan kantor Terminal Depok dan pola aktivitas responden yang diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada responden. Data konsentrasi Benzo(a)pyrene diperoleh melalui pengukuran kualitas udara ambien terminal depok di 3 titik dan udara dalam ruang kantor terminal di 2 titik. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dan analisis risiko.
Hasil Penelitian Hasil pengukuran konsentrasi Benzo(a)pyrene di outdoor (pada titik pengambilan pintu keluar terminal) pada sopir bus sebesar 126,031 mg/m3 atau sama dengan 1260 ng/ m3. Dua titik pengambilan outdoor (pintu masuk dan tengah terminal) dan satu titik pengambilan indoor (kantor lantai 1) tidak mendapatkan hasil konsentrasi. Hasil tersebut didapatkan karena pada sampel, konsentrasi Benzo(a)pyrene berada dibawah nilai minimum deteksi alat. Nilai deteksi limit alat atau LOD (Limit of Detection) pada kromatografi gas diestimasi sebesar 10 ppb. Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Konsentrasi Benzo(a)pyrene di Terminal Depok Tahun 2014 Nama Lokasi
Hasil analisis laboratorium (mg/m3)
Pintu Masuk Terminal (outdoor)
Tidak terdeteksi pada batas limit
Tengah Terminal (outdoor)
Tidak terdeteksi pada batas limit
Pintu Keluar Terminal (outdoor)
126,031
Kantor Lantai 2 (indoor)
630,583
Kantor Lantai 1 (indoor)
Tidak terdeteksi pada batas limit
Pada hasil perhitungan efek karsinogenik (ECR), didapatkan hasil resiko karsinogenik pada seluruh kelompok adalah aka nada 22 kasus kanker dari 1000 orang populasi. Pada kelompok sopir bus menghasilkan risiko 7 kasus kanker dari 1000 orang populasi dan pada pembanding menghasilkan risiko 36 kasus kanker dari 1000 orang populasi. Tabel 2. Hasil Perhitungan Risiko Karsinogenik di Terminal Depok Tahun 2014 Keterangan
Sopir Bus
Pembanding
Gabungan
Risiko per 1000 populasi
7 x 10-3
36 x 10-3
22 x 10-3
Analisis risiko…, Dina Watanabe, FKM UI, 2014
Universitas Indonesia
5 Manajemen risiko bagi seluruh kelompok adalah asupan benzo(a)pyrene aman sebesar 1,75 mg/m3dengan waktu 4 menit dalam 2 hari selama setengah bulan. Pada kelompok sopir, konsentrasi aman sebesar 1,98 mg/m3dengan waktu 12 menit dalam 5 hari selama 60 hari. Pada kelompok pembanding konsentrasi aman sebesar 1.46 mg/m3dengan waktu 2 menit dalam 1 hari selama 11 hari.
Tabel 3. Agen Risiko dan Manajemen Risiko di Terminal Depok Tahun 2014 Risk Agent
Sopir Bus Risiko
Pembanding
Manajemen
Risiko
Manajemen
Risiko Asupan
2,10
1,98 3
Manajemen
mg/m3
12,33
12
13,70
82
12,9
4
jam/hari
menit/hari
jam/hari
menit/hari
jam/hari
menit/hari
312
5
228.6
11
267,8
2
hari/tahun
hari/tahun
hari/tahun
hari/tahun
hari/tahun
8 tahun
60 hari
11 hari
10 tahun
17 hari
12.1 tahun
mg/m
1,75 3
Waktu Pajanan
hari/tahun
mg/m
6,68 3
mg/m
Durasi Pajanan
mg/m
1,46 3
Risiko
benzo(a)pyrene
Frekuensi Pajanan
mg/m
Risiko
Risiko 11,7
3
Gabungan
Pembahasan Konsentrasi Benzo(a)pyrene pada indoor sebagai pembanding (kantor terminal lantai 2) sebesar 630,583 mg/m3 atau sama dengan 6300 ng/ m3. Terlihat bahwa konsentrasi Benzo(a)pyrene pada pembanding lebih besar dibandingkan pada sopir bus, sementara titik pengambilan pembanding berada pada ruangan kantor. Selain itu, dapat terjadi karena kurang tepat dalam menentukan titik untuk pengambilan sampel. Perbedaan metode sampling dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian Susmiati (2008), pengambilan Benzo(a)pyrene di udara ambient menggunakan pompa isap yang dipasang filter Whatman untuk mengumpulkan debu TSP. Selain pada metode, kondisi ruang kantor pada titik Lantai 2, saat observasi terlihat sering digunakan untuk tempat merokok, sedangkan ventilasi kurang sehingga zat pencemar pada rokok terperangkap dalam ruang. Risiko kanker lebih besar berada pada kelompok pembanding, hal ini dikarenakan pajanan benzo(a)pyrene berasal dari asap rokok karena kelompok pembanding memiliki kebiasaan merokok dalam ruangan. Hal ini diperburuk dengan ventilasi pada ruang kantor kurang efisien sehingga konsentrasi benzo(a)pyrene tetap berada di ruangan. Disamping itu, rata-rata lama kerja (jam/hari) pembanding adalah 13,70 jam/hari, lama kerja pembanding lebih lama dibandingkan kelompok sopir, sehingga pajanan benzo(a)pyrene dalam ruang kantor dapat terhirup lebih banyak. Manajemen risiko yang digunakan untuk pengendalian adalah penurunan konsentrasi, karena hal tersebut yang paling mungkin untuk dilakukan. Oleh karena pengurangan waktu kerja sulit dilakukan baik bagi sopir bus maupun karyawan karena berhubungan dengan pekerjaan yang tidak memerlukan pendidikan khusus dan agar bisa memberi setoran kepada pemilik bus (untuk sopir bus) dan waktu kerja yang sudah
Analisis risiko…, Dina Watanabe, FKM UI, 2014
Universitas Indonesia
6 ditentukan oleh pemerintah (karyawan merupakan PNS). Agar konsentrasi pajanan benzo(a)pyrene dapat dikendalikan, pada kelompok sopir bus agar melakukan treatment pada mesin kendaraan, dan menggunakan katalitik converter agar gas buang yang dikeluarkan dapat rendah emisinya. Pada kelompok pembanding menaati peraturan dilarang merokok di ruang kantor dan penggunaan ventilasi yang efektif agar sirkulasi udara dalam ruang lebih baik. Pengendalian benzo(a)pyrene pada udara ambient terminal dapat dilakukan dengan memberikan batas antara ruangan (ruang tunggu/ruang kantor) dengan tempat mobil berhenti/ngetem agar asap buangan dari kendaraan tidak memasuki ruangan. Selain itu dapat juga dibangun air mancur untuk bisa menghasilkan ion-ion hydrogen yang merupakan ion negatif yang timbul dari pancaran air yang jatuh, karena ion negative dapat mengikat debu serta zat kimia di udara (Greenmap, 2008 dalam Silalahi 2008). Manajemen pengurangan konsentrasi dapat juga dilakukan dengan menambah Ruang Terbuka Hijau sekitar lingkungan terminal.
Kesimpulan Risiko efek karsinogenik pada responden, baik untuk kelompok sopir bus maupun pembanding telah melewati batas toleransi yang dikeluarkan oleh US EPA (ECR > E-4). Manajemen risiko bagi seluruh kelompok adalah konsentrasi benzo(a)pyrene aman sebesar 1,75 mg/m3dengan waktu 4 menit dalam 2 hari selama setengah bulan. Pada kelompok sopir, konsentrasi aman sebesar 1,98 mg/m3dengan waktu 12 menit dalam 5 hari selama 2 bulan. Pada kelompok pembanding konsentrasi aman sebesar 1,46 mg/m3dengan waktu 2 menit dalam sehari selama 11 hari.
Saran Dengan adanya penelitian ini diharapkan adanya kebijakan dalam memperbaiki kualitas udara terminal serta melindungi kesehatan bagi populasi berisiko terhadap efek karsinogenik benzo(a)pyrene. Hal tersebut dapat dilakukan pemda dengan menambah RTH dan fasilitas lainnya (batas ruang ngetem mobil dan ruang tunggu penumpang serta menambah kelembaban udara dengan adanya air mancur selain untuk keindahan terminal). Sopir bus dan karyawan terminal juga diharapkan dapat melakukan proteksi diri terhadap bahaya pencemaran udara dari asap kendaraan.
Referensi 1. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2012. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Tahun 1987-2012. Diakses Februari 13, 2014 dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia : http://www.bps.go.id. 2. World Health Organization. 2011. Environmental and Occupational Cancers. Diakses 13 Februari, 2014 dari World Health Organization http://www.who.int/.
Analisis risiko…, Dina Watanabe, FKM UI, 2014
Universitas Indonesia
7 3. Warouw, Sonny P et al. 2012. Studi Analisis Risiko Kesehatan Pemajanan Karsinogen Benzo(a)pyrene Pada Petugas Pintu Tol di Jabotabek. Diakses 13 Februari 2014 dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan http://grey.litbang.depkes.go.id/. 4. Wei Wei et al. 2009. PCB126 enhanced the genotoxicity of Benzo(a)pyrene in HepG2 cells by modulating metabolic enzyme and DNA repair activities. Toxicology Letters 189 (91-95). Science Direct 5. WHO. 2000. 5.9 Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAHs). Diakses dari WHO Regional for Europe, Copenhagen, Denmark. 6. International Agency for Research on Cancer. 2013. IARC : Outdoor Air Pollution a Leading Environmental cause of Cancer Deaths. Diakses 16 Februari 2014 dari IARC http://www.iarc.fr/ 7. Sadiah, Diah. 2013. Pemkot Depok Lakukan Uji Emisi sebagai Langkah Pengendalian Polusi
Udara. Diakses 17 Februari 2014 dari Portal Berita Resmi Pemerintah Kota
Depok http://www.depok.go.id/ 8. Rohim, Miftahur. 2013. Tingkat Pencemaran Udara di Indonesia. Diakses 16 Februari 2014 dari Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang http://bapelkescikarang.or.id/ 9. United States Environmental Protection Agency. 2011. Benzo(a)pyrene. Diakses pada 17 Februari 2014 Persistent Bioaccumulative and Toxic (PBT) Chemical Program US. Environmental Protection Agency http://www.epa.gov/ 10. Susmiati, Endang. 2008. Analisis Risiko Pajanan Benzo(a)pyrene pada Polisi yang Bertugas di Jalan Raya Margonda Kota Depok. Tesis. FKM UI 11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara Presiden Republik Indonesia 12. Silalahi, Marlinang I. 2008. Analisis Pemanfaatan Air Mancur Taman Kota di Daerah Padat Lalu Lintas Terhadap Konsentrasi Polutan Udara Akibat Kendaraan Bermotor di Medan. Tesis. Universitas Sumatera Utara
Analisis risiko…, Dina Watanabe, FKM UI, 2014
Universitas Indonesia