ISSN-P 2407-2184 Jurnal Akuntansi Politeknik Sekayu ( ACSY ) Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23
ANALISIS PERBANDINGAN PENYUSUTAN ASET BIOLOGIS KARET PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) UNIT USAHA MUSILANDAS Mardiana, S.E., M.M. Dosen Program Studi Akuntansi Politeknik Sekayu Email :
[email protected] Hp. 081368369232 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode penyusutan aset biologis tanaman karet yang digunakan perusahaan dengan metode jumlah unit produksi yang digunakan sebagai pembanding.Dalam penelitian ini, penulis menjelaskan bagaimana mendapatkan suatu harga perolehan dalam suatu aset biologis tanaman karet tersebut. Karena untuk menentukan harga perolehan aset biologis tanaman karet itu dibutuhkan lebih kurang 6 tahun, dihitung dari biaya yang telah dikeluarkan untuk tanaman baru/ulang, biaya pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) selama 5 tahun. Dengan metode garis lurus yang telah digunakan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Musilandas – Banyuasin. Biaya penyusutan yang dihasilkan lebih besar dibandingkan nilai biaya penyusutan dengan metode jumlah unit produksi. Hal ini menjadi pembanding bahwa apabila metode penyusutan yang digunakan PTPN dengan menggunakan jumlah unit produksi maka laba yang akan dihasilkan perusahaan semakin besar dan ini sangat menguntungkan bagi perusahaan. Keywords : Aset Biologis, Penyusutan Aset, Laba. 1.
Pendahuluan
(TBM) dan Aset tanaman menghasilkan (TM).
1.1
Latar Belakang
Tanaman belum menghasilkan dicatat sebagai aset
Karet alam termasuk salah satu komoditi
tidak lancar dan tidak disusutkan.Tanaman telah
strategi agroindustri Indonesia karena memberikan
menghasilkan, biaya perolehan tanaman belum
peranan yang cukup penting sebagai penghasil
menghasilkan direklasifikasi ke akun tanaman
devisa negara dari sub-sektor perkebunan dan
telah menghasilkan pada saat tanaman tersebut
memiliki mata rantai yang sangat banyak bagi
mulai menghasilkan.Jangka waktu suatu tanaman
penciptaan lapangan kerja. Hingga saat ini
dinyatakan mulai menghasilkan ditentukan oleh
Indonesia masih merupakan produsen karet alam
pertumbuhan vegetatif dan berdasarkan taksiran
terbesar kedua di dunia dengan produksi sebesar
manajemen.
2,77 juta ton pada tahun 2010 setelah Thailand
Hasil dari aset tanaman menghasilkan
dengan produksi sebesar 3,09 juta ton (Siti
adalah lateks karet yang akan memberikan
Sabarsih, 2010:02).
kontribusi yang sangat menonjol bagi perusahaan.
PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero)
Mengingat jumlah produksi yang dihasilkan oleh
Unit Usaha Musilandas adalah salah satu Badan
aset karet ini merupakan salah satu faktor pembagi
Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak
dalam perhitungan penyusutan, maka apabila ada
dalam bidang perkebunan khususnya perkebunan
penurunan produksi akan berpengaruh terhadap
karet yang menghasilkan produk lateks dan
naiknya biaya penyusutan. (http:/www.mb.ipb.ac
produksi akhirnya berupa Rubber Smoke Sheet
.id).
(RSS).PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero)
Besarnya beban penyusutan aset tanaman
Unit Usaha Musi Landas memiliki aset berupa aset
biologis karet mempengaruhi besar kecilnya
tanaman yang juga dikelompokkan atas 2 (dua)
labayang diperoleh perusahaan.Oleh karena itu,
bagian yaitu: Aset tanaman belum menghasilkan
pemilihan metode penyusutan harustepat dan perlu
Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23
11
diadakan analisis terhadap metode penyusutan
aset biologis karet tanaman menghasilkan
yang diterapkan perusahaan dalam aset yang
oleh perusahaan.
dimilikinya. Pada umumnya nilai ekonomis suatu
2.
Untuk mengetahui metode mana yang
aset akan mengalami penurunan yang disebabkan
paling
pemakaian dan kerusakan,keusangan karena faktor
perusahaan yang bergerak dalam bidang
ekonomis
perkebunan
dan
teknis.Pada
perusahaan
PT.
tepat
digunakan
dan
untuk
produksi,
suatu
khususnya
Perkebunan Nusantara VII ini menghitung nilai
perhitungan penyusutan aset pada PT.
penyusutan aset tanaman karet dan aset tetap
Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit
dengan
Usaha Musilandas.
menggunakan
metode
garis
lurus.
Berdasarkan uraian di atas mengenai produksi latek,yang dihasilkan dari tanaman karet tersebut
2.
LANDASAN TEORI
pada PT. Perkebunan Nusantara VII, maka penulis
2.1
Pengertian Aset
tertarik untuk menganalisis dengan metode lain sebagai
pembanding,
apakah
metode
yang
Aset didalam suatu perusahaan sangatlah bernilai
harganya.Aset
merupakan
semua
digunakan perusahaan lebih baik dari pada metode
kekayaan yang dimiliki oleh seseorang atau
yang penulis gunakan. Maka dalam rangka
perusahaan baik berwujud maupun tak berwujud
penelitian ini, penulis memilih judul “ Analisis
yang
Perbandingan Penyusutan Aset BiologisKaret
mendatangkan
Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero)
perusahaan tersebut. Ridwan (2011:19), Dalam
Unit Usaha Musilandas – Banyuasin”.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
berharga
atau manfaat
bernilai bagi
yang
akan
seseorang
atau
yang berlaku di Indonesia disebutkan bahwa: 1.2
Perumusan Masalah
“Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
penulis
akan
membahas
tentang
Bagaimana
perbandingan metode penyusutan aset biologis karet
pada
PT.
Perkebunan
Nusantara
dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.”
VII
(Persero) Unit Usaha Musilandas – Banyuasin.
2.2
Klasifikasi Aset Secara umum klasifikasi aset pada neraca
1.3
Pembatasan Masalah
dikelompokkan menjadi aset lancar (current
Agar penelitian lebih fokus maka penelitian
assets) dan aset tidak lancar (noncurrent assets).
ini dibatasai hanya pada perbandingan perhitungan
Dalam
bukuKieso(2007:198),
penyusutan dengan metode garis lurus dan unit
menjadi 2 yaitu :
produksi untuk tahun 2003 sampai dengan 2012.
a.
membagi
aset
Aset lancar (current assets) merupakan aset yang berupa kas dan aset lainnya yang
1.4
Tujuan Penelitian
dapat diharapkan akan dapat dikonversi
Sejalan dengan judul penelitian ini, maka
menjadi kas, atau dikonsumsi dalam satu
penelitian ini bertujuan :
tahun atau dalam satu siklus operasi,
1.
Untuk mengetahui kebijakan- kebijakan
tergantung mana yang paling lama. Aset
yang
yang termasuk aset lancar seperti kas,
digunakan
perusahaan
tersebut,
khususnya mengenai metode penyusutan Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23
persediaan,
investasi
jangka
pendek, 12
b.
piutang, beban dibayar di muka, dan lain
dari pembibitan sampai dengan menjadi tanaman
sebagainya.
telah menghasilkan (proses dari TBM menjadi
Aset tidak lancar
(noncurrent assets)
TM) dan dari tanaman telah menghasilkan sampai
merupakan aset yang tidak mudah untuk
dengan
dikonversi
ditebang atau diganti dengan tanaman lain.
menjadi
kas
atau
tidak
dihentikan
pengakuannya,
misalnya
diharapkan untuk dapat menjadi kas dalam
Berdasarkan masa manfaat atau jangka
jangka waktu satu tahun atau satu siklus
waktu transformasi biologisnya, aset biologis dapat
produksi. Aset yang termasuk aset tidak
dikelompokkan menjadi 2 jenis, Ridwan (2011:10)
lancar seperti investasi jangka panjang, aset
yaitu:
tetap, aset tak berwujud (intangible assets)
a.
dan aset lain-lain.
Aset biologis jangka pendek (short term biological assets). Aset biologis yang memiliki masa manfaat
2.3
/masa transformasi biologis kurang dari
Aset Biologis
atau sampai 1 (satu) tahun.Contoh dari aset
2.3.1 Definisi Aset Biologis Aset biologis merupakan jenis aset berupa hewan
dan
seperti
pendek,
yaitu
tanaman/hewan yang dapat dipanen/dijual
Accounting
pada tahun pertama atau tahun kedua
Standard 41 (IAS 41) dalam Ridwan (2011:09),
setelah pembibitan seperti ikan, ayam, padi,
menjelaskan :
jagung, dan lain sebagainya.
dalam
hidup,
jangka
yang
didefinisikan
tumbuhan
biologis
International
“Biological asset is a living animal or
b.
Aset biologis jangka panjang (long term
plant” Aset biologis dapat dijabarkan sebagai
biological assets).
tanaman pertanian atau hewan ternak yang dimiliki
Aset biologis yang memiliki masa manfaat
oleh perusahaan yang diperoleh dari kegiatan masa
/masa tranformasi biologis lebih dari 1
lalu.
(satu) tahun. Contoh dari aset biologis jangka panjang, yaitu tanaman/hewan yang dapat dipanen/dijual lebih dari satu tahun
2.3.2 Jenis - Jenis Aset Biologis Dalam Pedoman Akuntansi Perkebunan
atau aset biologis yang dapat menghasilkan
BUMN (2011:88), membagi aset tanaman menjadi
produk agrikultur dalam jangka waktu lebih
2 yaitu:
dari 1 (satu) tahun, seperti tanaman
a.
Aset tanaman semusim
penghasil buah (jeruk, apel, durian, dsb),
Aset tanaman perkebunan semusim kurang
hewan ternak yang berumur panjang (kuda,
dari 1 tahun yang belum menghasilkan (aset
sapi, keledai, dsb.)
pembibitan) b.
Aset tanaman tahunan
2.3.3 Pengklasifikasian Aset Biologis dalam
Aset tanaman perkebunan yang terdiri dari
Laporan Keuangan
tanaman belum menghasilkan (TBM) dan
Dalam penjelasan jenis aset biologis yang
tanaman telah menghasilkan (TM). Dalam
Pedoman
Akuntansi
telah dibahas sebelumnya bahwa aset biologis
Perkebunan
dapat dikelompokkan berdasarkan jangka waktu
BUMN (2011:94), menjelaskan bahwa proses yang
transformasi biologisnya, yaitu aset biologis
dilalui untuk menjadi aset tanaman tahunan adalah
jangka pendek (short term biological assets) dan
Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23
13
aset biologis jangka panjang (long term biological
sebagai aset tidak lancar jika masa manfaat/masa
assets).Berdasarkan
transfomasi biologisnya lebih dari 1 (satu) tahun.
hal
tersebut
maka
pengklasifikasian aset biologis dalam laporan
Penghentian
keuangan dapat dimasukkan ke dalam aset lancar
Pedoman
(current
assets)
BUMN
menurut
(2011
:98),
lancar
menjelaskan bahwa untuk penghentian pengakuan
dari
masa
suatu aset tanaman tahunan dilakukan saat aset
transformasi biologis yang dimiliki oleh aset
tanaman tahunan ditebang, dijual, atau dengan cara
biologis atau jangka waktu yang diperlukan dari
lainnya.
assets)
aset
Akuntansi
aset,
tidak
(noncurrent
ataupun
pengakuan
tergantung
aset biologis untuk siap dijual. Aset biologis yang mempunyai
masa
transformasi atau siap untuk dijual dalam waktu
2.3.5 Pengukuran Aset Biologis Di
dalam
IFRS
pernyataan
tentang
kurang dari atau sampai 1 (satu) tahun, maka aset
pengukuran aset biologis diatur dalam IAS
biologis tersebut diklasifikasikan ke dalam aset
41.Berdasarkan IAS 41 dalam Ridwan (2011:18),
lancar, biasanya digolongkan ke dalam perkiraan
menjelaskan
persediaan atau aset lancar lainnya. Sedangkan,
berdasarkan nilai wajar.Aset biologis harus diukur
aset biologis yang mempunyai masa transformasi
pada pengakuan awal dan pada tanggal pelaporan
biologis lebih dari 1 (satu) tahun diklasifikasikan
berikutnya pada nilai wajar dikurangi estimasi
ke dalam aset tidak lancar, biasanya digolongkan
biaya penjualannya, kecuali jika nilai wajar tidak
ke dalam perkiraan aset lain.
bisa diukur secara andal.
bahwa
aset
biologis
diukur
Selain pengukuran berdasarkan nilai wajar, Pengakuan Aset Biologis
pengukuran aset biologis juga dapat dilakukan
Sesuai yang diatur dalam International
dengan mengidentifikasi semua pengeluaran untuk
Accounting Standard 41(IAS 41) dalam Ridwan
mendapatkan aset biologis tersebut dan kemudian
(2011:14), menjelaskan bahwa perusahaan dapat
menjadikannya sebagai nilai dari aset biologis
mengakui aset biologis jika, dan hanya jika:
tersebut.Pendekatan
a.
pengukuran aset biologis tersebut dapat dilihat
2.3.4
b.
perusahaan
aset
tersebut
berbeda
tentang
sebagai hasil dari transaksi masa lalu;
pada peraturan perpajakan yang tertuang dalam
memungkinkan
manfaat
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
yang
tentang perubahan terhadap ketentuan Peraturan
ekonomi
c.
mengontrol
yang
pada
diperolehnya masa
depan
akanmengalir ke dalam perusahaan; dan
Menteri Keuangan No.249/PMK.03/2008 tentang
mempunyai nilai wajar atau biaya dari aset
Penyusutan Atas Pengeluaran untuk Memperoleh
dapat diukur secara andal.
Harta Berwujud yang Dimiliki dan Digunakan
Aset biologis dalam laporan keuangan
dalam Bidang Usaha Tertentu.
dapat diakui sebagai aset lancar maupun aset tidak
Dalam Pedoman Akuntansi Perkebunan
lancar sesuai dengan jangka waktu transformasi
BUMN (2011:98), menjelaskan bahwa pedoman
biologis dari aset biologis yang bersangkutan.Aset
ini menggunakan model biaya sebagai kebijakan
biologis diakui ke dalam aset lancar ketika masa
akuntansi untuk pengukuran setelah pengakuan
manfaat/masa transformasi biologisnya kurang dari
awal. Terkait dengan pengakuan biaya perolehan
atau sampai dengan 1 (satu) tahun dan diakui
aset biologis berupa tanaman tahunan, maka hal ini
Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23
14
dapat diklasifikasikan atas biaya TBM dan biaya
akhir masa manfaat suatu aset setelah
TM.
dikurangi tafsiranbiaya pelepasan. b.
2.4
Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu aset mungkin dapat ditukar atau suatu
Penyusutan Aset
kewajiban diselesaikan antara pihak yang
2.4.1 Pengertian Penyusutan (Depreciation) Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam
memahami
buku “Pengantar Akuntansi” (2013:04), sesuai Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
dan
berkeinginan
untuk
melakukan transaksi wajar. c.
Jumlah tercatat adalah nilai buku, yaitu
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) mengartikan
biaya perolehan suatu aset setelahdikurangi
penyusutan adalah sebagai berikut : “Penyusutan
dengan akumulasi penyusutan.
(depresiasi) adalah alokasi sistematis dari jumlah
d.
Jumlah yang dapat disusutkan adalah
yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur
jumlah perolehan suatu aset atau jumlah
manfaatnya.
lain yang didistribusikan untuk biaya
Penyusutan
dapat
didefinisikan
sebagai pengalokasian biaya perolehan aset tetap
perolehan
menjadi beban ke dalam periode akuntansi yang
dikurangi nilai sisanya.
menikmati manfaat dari aset tetap tersebut”.
e.
dalam
laporan
keuangan
Biaya perolehan merupakan jumlah kas
Dari beberapa definisi diatas maka dapat
atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
disimpulkan penyusutan aset tetap yaitu suatu
wajarimbalan lain yang diberikan untuk
alokasi atas harga perolehan suatu harga aset tetap
memperoleh suatu aset ada saatperolehan
karena
atau konstruksi sampai dengan aset tersebut
alokasi jumlah suatu aset
disusutkan
sepanjang
masa
yang dapat
manfaat
yang
dalam
diestimasi atau sebagian dari harta perolehan aset
kondisidan
tempat
yang
siap
digunakan.
tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi”.
2.4.3
Penyusutan
Berdasarkan
Pedoman
Akuntansi Perkebunan BUMN Pedoman ini juga mengatur mengenai
2.4.2 Penyusutan Berdasarkan SAK Penyusutan diatur dalam standar akuntansi
penyusutan
keuangan di dalam PSAK No.17 tentang akuntansi
tanaman
penyusutan.Penyusutan
Perkebunan
berdasarkan
standar
khususnya perkebunan. BUMN
penyusutan Pedoman (2011:99),
atas
aset
Akuntansi menjelaskan
akuntansi keuangan disebut sebagai penyusutan
penyusutan aset tanaman dimulai ketika TBM
komersial.Penyusutanaset tetap dimulai pada saat
direklasifikasi ke TM. Penyusutannya dilakukan
aset tersebut pertama kali digunakan dalam
dengan
kegiatan operasional perusahaan dan pada saat itu
Penyusutan aset tanaman diakui sebagai beban
pula dilakukan penyusutan.
produksi atau menambah biaya pos perolehan
Istilah-istilah penyusutan
yang
berkaitan
berdasarkan
dengan
standarakuntansi
menggunakan
persediaan
yang
metode
dihasilkannya.
garis
lurus.
Akumulasi
penyusutan aset tanaman disajikan sebagai pos
keuangan adalah sebagai berikut :
pengurang jumlah tercatatnya.Jurnal pada saat
a.
dilakukan penyusutan :
Nilai sisa atau nilai residu adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada
Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23
15
Untuk
penurunan
nilai
aset
tanaman
tahunan, menurut Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN (2011:96), menjelaskan bahwa : a.
b.
Pada saat tanggal laporan keuangan harus
2)
Metode Beban Menurun
dilakukan review atas adanya indikasi
Suatu metode penghitungan penyusutan
penurunan nilai aset tanaman tahunan. Jika
aset, dimana beban penyusutan pada
terdapat indikasi penurunan nilai aset
suatu periode akuntansi dihitung dengan
tanaman tahunan,
entitas harus
cara mengalikan harga perolehan suatu
menaksir jumlah yang dapat diperoleh
aset yang dikurangi dengan nilai sisanya
kembali dari aset tersebut.
dengan bagian pengurang yang setiap
Apabila jumlah yang dapat diperoleh
tahunnya selalu berkurang.
maka
kembali lebih rendah dibandingkan dengan jumlah tercatat, maka entitas mengakui kerugian penurunan nilai aset. Pada periode
2.
Metode Penyusutan Berdasarkan Penggunaan 1)
Metode Jam Jasa (Service Hour Method)
selanjutnya, apabila jumlah yang dapat
Suatu metode penghitungan penyusutan
diperoleh kembali meningkat, maka entitas
/depresiasi
aset,
mengakui keuntungan atas pemulihan nilai
penyusutan
pada
aset, tetapi tidak boleh menyebabkan nilai
akuntansi dihitung berdasarkan berapa
buku setelah pemulihan nilai melebihi nilai
jam
buku seumpama tidak terjadi penurunan
mempergunakan aset itu. Semakin lama
nilai sebelumnya.
aset tersebut dipergunakan di dalam
periode
di
mana
beban
suatu
periode
akuntansi
tersebut
suatu periode, akan semakin besar pula 2.4.4 Metode Penyusutan
bebanpenyusutannya. Metode ini dapat
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban penyusutan.
dihitung dengan cara : 2)
Metode Jumlah Unit Produksi (Sum Of
Berikut ini adalah metode penyusutan yang
The Unit Of Production Method)
dikelompokkan berdasarkan kriteria-kriteria :
Pada metode jumlah unit produksi,
1.
Metode penyusutan yang berdasarkan waktu
beban penyusutan dihitung berdasarkan
1)
Metode Garis Lurus (Straight Line
berapa banyak produk yang dihasilkan
Method)\
(unit output) dengan menggunakan aset
Suatu metode perhitungan penyusutan
tersebut
aset
akuntansi
Semakin banyak produk yang dihasilkan
diberikan beban yang sama secara
oleh aset tersebut dalam suatu periode
merata. Ciri-ciri metode garis lurus
akan
adalah
penyusutannya,
dan
setiap
periode
sederhana,
besarnya
beban
dalam
semakin
periode
besar
akuntansi.
pula
demikian
beban pula
penyusutan per-periode adalah tetap,
sebaliknya. Metode ini dapat dihitung
dan
dengan cara : Beban penyusutan aset
tidak
memperhatikan
pola
penggunaan aset tetap.
yang dihitung dengan metode hasil
Beban Penyusutan dihitung dengan cara
produksi
Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23
akan
menghasilkan
tarif
16
penyusutan per unit atau per satuan
visi
tertentu. Hasil tarif penyusutan tersebut,
organisasi perusahaan, dan lain-lain.
beban
penyusutan
suatu
dengan
mengalikan
dihitung
periode
2.
dan
misi
perusahaan,
struktur
Kuantitatif
tarif
yaitu suatu metode atau teknik yang
tersebut dengan jumlah unit atau satuan
menggunakan data berupa angka yang
lain yang digunakan di dalam periode
diperoleh dari perusahaan.
tersebut. Ciri – ciri metode hasil produksi adalah beban penyusutan per
4.
PEMBAHASAN
periode berfluktuasi, tarif penyusutan
4.1
Penyajian Aset Biologis Berupa Aset
tetap.
Tanaman Karet Pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha
3.
METODOLOGI PENELITIAN
Musilandas – Banyuasin
3.1
Objek Penelitian
Aset biologis yang dikelola oleh PT.
Objek
penelitian
dilakukan
pada
PT.
Perkebunan Nusantara VII khususnya di Unit
Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha
Usaha Musilandas ini adalah berupa tanaman
Musilandas yang mengelola budidaya karet, yang
karet.Aset Tanaman Karet ini merupakan aset
berkedudukan di Jalan Raya Palembang – Jambi
biologis jangka panjang karena memiliki masa
KM. 20 Desa Mainan Kecamatan Banyuasin III
manfaat lebih dari 1 tahun. Dalam pengakuan aset
Kabupaten Banyuasin propinsi Sumatera Selatan.
tanaman perkebunan karet ini dikelompokkan menjadi 2
3.2
kelompok
Data Yang Digunakan
menghasilkan
(TBM)
Dalam penelitian ini, data yang peneliti
menghasilkan(TM).
yaitu tanaman belum dan
tanaman
telah
gunakan adalah data sekunder dalam penulisan penelitian ini.Yaitu berupa
data-data
berupa
sejarah
data-data
yang
perusahaan,
dan
berhubungan dengan penelitian.
4.2
Kebijakan Perhitungan Penyusutan Aset Tanaman Karet Tanaman telah menghasilkan karena telah
mampu memberikan kontribusi manfaat ke dalam 3.3
perusahaan
Metode Pengumpulan Data Dalam
penelitian
menggunakan
metode
ini
berupa
kemampuan
untuk
penulis
banyak
menghasilkan produk agrikultur maka penyusutan
dokumentasi
untuk
perlu dilakukan untuk mengakui manfaat dari
penulisan penelitian yaitu mengambil data-data
tanaman
yang berhubungan dengan penulisan penelitian.
periodenya.Penyusutan dihitung berdasarkan harga perolehan
3.4
telah
dibagi
menghasilkan
taksiran
pada
masa
setiap
manfaat
Analisis Data
ekonomis.Ketentuan taksiran ekonomis tanaman
Teknik analisis yang digunakan peneliti
karet khususnya di PT. Perkebunan Nusantara VII
dalam pembahasan penyusunan penelitian yaitu :
ini yaitu selama 25 tahun dihitung setelah tanaman
1.
karet itu bisa menghasilkan pertama kali.
Kualitatif Merupakan data yang bukan berbentuk
Metode penyusutan yang digunakan oleh
angka seperti sejarah singkat perusahaan,
perusahaan ini berupa metode garis lurus yaitu dengan membagi harga perolehan dari TBM ke
Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23
17
TM dengan umur ekonomisnya. Dan sebagai pembandingnya metode
penulis
jumlah
akan
unit
menggunakan
produksi
Rp 13.164.625, 00 4.
sebagai
pembandingnya. Yaitu dengan membandingkan
Rp 10.595.039, 00 5.
biaya perolehan dari TBM ke TM dengan taksiran jumlah total produk yang dapat dihasilkan selama umur ekonomisnya.
Biaya pemeliharaan TBM tahun III
Biaya pemeliharaan TBM tahun IV Rp
6.
Biaya pemeliharaan TBM tahun V Rp
Total 4.3
9.768.052, 00
9.224.679, 00 Biaya
Rp 99.678.625, 00.
Perhitungan Penyusutan Aset Tanaman Karet Menghasilkan
Dengan melihat sesuai laporan yang ada
4.3.1 Perhitungan Penyusutan Aset Tanaman
dan ketentuan mengenai aset tanaman karet ini
Karet Menghasilkan (TM) Pada PT.
maka manajemen akan melakukan kebijakan
Perkebunan Nusantara VII (Persero)
mengenai pemindahan aset dariTBM ke TM. Maka
Unit Usaha Musilandas – Banyuasin.
jurnal pemindahan dari TBM ke TM yaitu :
Harga perolehan dari 1 hektar aset tanaman
Apabila
suatu
aset
tanaman
sudah
karet sejumlah Rp 99.678.625,00. Harga perolehan
dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan maka
itu didapat dengan menjumlahkan biaya tanaman
harus dilakukan penyusutan setiap tahunnya. Pada
baru dengan biaya selama dalam masa TBM, yaitu
PT. Perkebunan Nusantara VII dalam menghitung
meliputi :
biaya penyusutan aset tanaman karet dengan
1.
Biaya tanaman ulang/baru
menggunakan metode garis, maka akan didapat
Rp 39.129.554, 00
biaya penyusutan setiap tahunnya sebesar :
2.
Biaya pemeliharaan TBM tahun I Rp 17.796.676, 00
3.
Biaya pemeliharaan TBM tahun II
Jadi biaya penyusutan dalam 1 hektar aset tanaman karet sebesar Rp 3.987.145, 00 per tahun.Untuk mengetahui perhitungan biaya penyusutan setiap tahunnya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23
18
Tabel 4.1 Perhitungan Penyusutan Aset Tanaman Karet 1 hektar dengan menggunakan metode garis lurus Nilai Buku (Harga Perolehan – Akumulasi Penyusutan)
Tahun
Harga Perolehan
Biaya Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
1
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 95.691.480, 00
2
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 7.974.290, 00
Rp 91.704.335, 00
3
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 11.961.435, 00
Rp 87.717.190, 00
4
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 15.948.580, 00
Rp 83.730.045, 00
5
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 19.935.725, 00
Rp 79.742.900, 00
6
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 23.922.870, 00
Rp 75.755.755, 00
7
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 27.910.015, 00
Rp 71.768.610, 00
8
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 31.897.160, 00
Rp 67.781.465, 00
9
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 35.884.305, 00
Rp 63.794.320, 00
10
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 39.871.450, 00
Rp 59.807.175, 00
11
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 43.858.595, 00
Rp 55.820.030, 00
12
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 47.845.740, 00
Rp 51.832.885, 00
13
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 51.832.885, 00
Rp 47.845.740, 00
14
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 55.820.030, 00
Rp 43.858.595, 00
15
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 59.807.175, 00
Rp 39.871.450, 00
16
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 63.794.320, 00
Rp 35.884.305, 00
17
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 67.781.465, 00
Rp 31.897.160, 00
18
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 71.768.610, 00
Rp 27.910.015, 00
19
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 75.755.755, 00
Rp 23.922.870, 00
20
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 79.742.900, 00
Rp 19.935.725, 00
21
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 83.730.045, 00
Rp 15.948.580, 00
22
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 87.717.190, 00
Rp 11.961.435, 00
23
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 91.704.335, 00
Rp 7.974.290, 00
24
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 95.691.480, 00
Rp 3.987.145, 00
25
Rp 99.678.625, 00
Rp 3.987.145, 00
Rp 99.678.625, 00
Rp
0, 00
Sumber : Data yang diolah 4.3.2
Aset
Pada penjelasan bab II, menjelaskan
Tanaman Karet Dengan Menggunakan
bahwa metode jumlah unit produksi ini adalah
Metode Jumlah Unit Produksi
suatu metode penghitungan penyusutan suatu aset,
Perhitungan
Penyusutan
dimana beban penyusutan pada periode akuntansi
Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23
19
dihitung berdasarkan berapa banyak produk yang
digunakan dalam metode penyusutan jumlah unit
dihasilkan dalam periode
produksi yaitu:
akuntansi tersebut
dengan menggunakan aset tersebut. Rumus yang
Besar
kecilnya
produksi
latek
ini
sangat
oleh Balai Penelitian yang ada,dengan klon/jenis
dipengaruhi oleh cuaca yang ada pada saat itu,
yang bagus dapat dihasilkan produksi selama umur
biasanya produksinya akan menurun pada musim
ekonomisnya (25 tahun) yaitu sebesar 96.956 kg
kemarau. Pada bab II telah dijelaskan taksiran
latek per hektar, jika diketahui harga perolehan
produksi latek pada aset tanaman karet tergantung
aset
dengan klon/jenis karet yang ditanam. Disini
99.678.625, 00. Maka perhitungan tarif biaya
taksiran produksi lateks yang sudah pernah diteliti
penyusutan per kg sebesar :
tanaman
menghasilkan
sebesar
Rp
Untuk mengetahui perhitungan biaya penyusutan setiap tahunnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Perhitungan Penyusutan Aset Tanaman Karet dengan menggunakan metode jumlah unit produksi Tahun
Harga Perolehan
Tarif per kg
Produksi per tahun (kg)
Biaya Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
2003 (1)
Rp 99.678.625
Rp 1.028
1,336
Rp 1.373.408
Rp 1.373.408
Rp 98.305.217
2004 (2)
Rp 99.678.625
Rp 1.028
1,455
Rp 1.495.740
Rp 2.869.148
Rp 96.809.477
2005 (3)
Rp 99.678.625
Rp 1.028
1,507
Rp 1.549.196
Rp 4.418.344
Rp 95.260.281
2006 (4)
Rp 99.678.625
Rp 1.028
1,131
Rp 1.162.668
Rp 5.581.012
Rp 94.097.613
2007 (5)
Rp 99.678.625
Rp 1.028
1,368
Rp 1.406.304
Rp 6.987.316
Rp 92.691.309
2008 (6)
Rp 99.678.625
Rp 1.028
1,412
Rp 1.451.536
Rp 8.438.852
Rp 91.239.773
2009 (7)
Rp 99.678.625
Rp 1.028
1,469
Rp 1.510.132
Rp 9.948.984
Rp 89.729.641
2010 (8)
Rp 99.678.625
Rp 1.028
1,584
Rp 1.628.352
Rp11.577.336
Rp 88.101.289
2011 (9)
Rp 99.678.625
Rp 1.028
1,248
Rp 1.282.944
Rp12.860.280
Rp 86.818.345
2012(10)
Rp 99.678.625
Rp 1.028
1,405
Rp 1.444.340
Rp14.304.620
Rp 85.374.005
Sumber : Data yang diolah Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23
20
Dalam menghitung biaya penyusutan pertahun bisa mengalikan tarif biaya penyusutan
biaya penyusutan paling terkecil dibandingkan tahun-tahun lainnya.
dengan jumlah produksi yang dihasilkan pada periode tersebut.Pada tabel 4.2 tentang perhitungan dengan
menggunakan
metode
jumlah
unit
produksi. Pada tahun 2003 aset tanaman karet
4.4
Analisis Perbandingan Penyusutan Aset Biologis Tanaman Karet Penyusutan terhadap aset yang mempunyai
tersebut menghasilkan latek sejumlah 1.336 kg/ha,
manfaat
dengan tarif harga sebesar Rp 1.028 /kg, maka
dilakukan.Penyusutan paling sering digunakan
akan dihasilkan biaya penyusutan 1 ha aset
untuk menunjukkan bahwa aset tetap berwujud
tanaman karet sebesar Rp 1.373.408,00. Dengan
telah menurun nilainya.Maka untuk itu dalam
harga perolehan Rp 99.678.625 maka akan
suatu perusahaan harus memilih metode mana
menghasilkan
yang paling tepat untuk menyusutkan suatu aset
nilai
bukunya
sebesar
Rp
98.305.217,00.
bagi
perusahaan
sangat
perlu
tersebut.Agar nantinya tidak terjadi kerugian untuk
Begitu juga ditahun 2004 dengan hasil
perusahaan dimasa mendatang.
karet berupa latek sebesar 1.455 kg/ha maka biaya
Perhitungan penyusutan aset tanaman karet
penyusutan ditahun 2004 menjadi Rp 1.495.740,
yang telah dibahas sebelumnya, adalah metode
00, maka akan dihasilkan akumulasi penyusutan
garis lurus yang dipakai PT. Perkebunan Nusantara
sebesar Rp 2.869.148,00 dan nilai bukunya sebesar
VII Musilandas dengan metode pembandingnya
Rp 96.809.477.
yaitu metode jumlah unit produksi.Berdasarkan
Ditahun 2005 ada peningkatan terhadap
dari hasil penelitian yang dilakukan pada PTPN
produksi karet tersebut yaitu senilai 1.507 kg/ha,
VII (Persero) Musilandas. Harga perolehan dari
maka biaya penyusutan ditahun 2005 mencapai
aset biologis berupa tanaman karet didapat dari
nilai
akumulasi
menjumlahkan setiap biaya yang telah dikeluarkan
penyusutannya sebesar Rp 4.418.344,00, maka
dalam proses penanaman dan pemeliharaan sampai
nilai
Rp
aset karet tersebut dinyatakan menghasilkan. Besar
95.260.281,00. Biaya penyusutan terbesar pada
harga perolehan 1 kali tanam sebesar Rp
tahun 2010 yaitu senilai Rp 1.628.352,00. Hal ini
99.678.625,00
dikarenakan hasil produksi latek tahun 2010
Pada
Rp
1.549.196,00.
buku
meningkat
yang
yaitu
Nilai
dihasilkan
sebesar
sebesar
1.584
kg/ha.Nilai
penyusutan
tabel aset
4.1
tentang
tanaman
perhitungan
karet
dengan
akumulasi penyusutan tahun 2010 sebesar Rp
menggunakan metode garis lurus maka akan
11.577.336,00, dengan nilai bukunya sebesar Rp
didapat biaya penyusutan aset tanaman karet tiap
88.101.289,00.
tahunnya sebesar Rp 3.987.145,00. Nilai ini
Dari data yang dihasilkan tahun 2003
didapat dengan membagi harga perolehan aset
sampai dengan tahun 2012 hasil produksi terkecil
tanaman karet selama masa TBM dengan umur
pada tahun 2006 yaitu sebesar 1.131 kg/ha. Biaya
ekonomisnya 25 tahun.Dengan nilai akumulasi
penyusutan
penyusutan
akumulasi
sebesar
Rp
1.162.668,00,
penyusutannya
sebesar
nilai
tahun
pertama
sebesar
Rp
Rp
3.987.145,00, dan nilai buku tahun pertama
5.581.012,00, dengan nilai bukunya sebesar Rp
sebesar Rp 95.691.480,00. Dan pada waktu masa
94.097.613,00. Tahun 2006 ini menghasilkan
umur ekonomisnya habis maka akan didapat nilai bukunya Rp 0, 00.
Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23
21
Pada
tabel
4.2
tentang
perhitungan
penyusutan
aset
karet.
Maka
akan
penyusutan menggunakan jumlah unit produksi,
menghasilkanbiaya penyusutan lebih kecil
disini produksi yang dihasilkan tiap tahunnya
dibandingkan dengan menggunakan metode
berbeda-beda atau berfluktuasi.Ini dikarenakan
garis lurus, sehingga laba usaha yang
hasil produksi pertahun yang berbeda-beda dari
didapat akan lebih besar.
tahun ke tahun.Hal ini mengakibatkan biaya penyusutan per periode berfluktuasi juga ada yang besar dan ada yang kecil. Didalam metode jumlah unit produksi ini biaya penyusutan yang dihasilkan dari 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2003 sampai tahun
2012
nilainya
masih
lebih
kecil
dibandingkan, biaya penyusutan dengan metode garis lurus. Ini dikarenakan perkiraan jumlah produksi
yang
kecil
mengakibatkan
biaya
penyusutan per periodenya juga kecil. Dengan melihat perbedaan-perbedaan yang didapat
dengan
kedua
metode
ini.
Maka
diharapkan perusahaan dalam penetapan metode penyusutan
aset
yang
dimiliki
harus
dipertimbangkan metode yang lebh cocok dan sesuai dengan tujuan peerusahaan apakah lebih berorentasi ke laba atau tujuan penggunaan aset. Dan yang paling penting adalah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.
5.
KESIMPULAN Berdasarkan
penelitian
yang
telah
dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Musilandas Banyuasin, maka dapat ditarik kesimpulan : 1.
Metode yang digunakan perusahaan dalam mengukur biaya penyusutan aset tanaman karet yaitu dengan menggunakan metode garis lurus (harga perolehan dibagi taksiran umur
ekonomis
aset)
yang
dimiliki
perusahaan sudah baik, sudah sesuai dengan standar SAK, dan Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN. 2.
Perbandingan dengn penggunaan metode jumlah unit produksi dalam perhitungan
Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23
22
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. 2008. Intermediate Accounting. Edisi ke – 4. Yogyakarta: BPFE
Nomor
Buchari, Alma. 2009. Pengantar Bisnis. Bandung : Alfabeta.
126/PMK.011/
2012
tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No.249/PMK.03/2008 tentang Penyusutan
Daryanto.2012.
Sari
Kuliah
Manajemen
Produksi.Bandung : Yrama Widya.
Operasi. Bandung : Alfabeta. Karet Rakyat. Edisi ke – 6.Balai Penelitian Pusat
Penelitian
Karet
Palembang - Sumatera Selatan.
7.Jilid
sites/default/files/peraturan_pajak/PMK126 MK011.pdf. Diakses pada hari sabtu, 25 Mei 2013. Ridwan
Horngren, Charles T.; Harrison JR, Walter T. 2007.Akuntansi.Edisi
dalam BidangUsahaTertentu.http://www.ikpi.or.id/
Gunawan, Anang dkk. 2012. Saptabina Usahatani –
Atas Pengeluaran untuk Memperoleh Harta Berwujud yang Dimiliki dan Digunakan
Fahmi, Irham. 2012. Manajemen Produksi Dan
Sembawa
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
1.Jakarta
:
Erlangga. Ikatan Akuntan Indonesia. 2013. Pengantar Akuntansi. Edisi revisi 1.Buku 2.Palembang : Sriwijaya Grafika Mandiri. Kieso, Donald E.; Weygant, Jerry J. & Warfield, Terry D. 2007.Akuntansi Intermediate. Edisi 12.Jilid 2.Jakarta : Erlangga.
ABD,
Achmad.
Akuntansi
Aset
2011.
Perlakuan
Biologis
Pada
PT.Perkebunan Nusantara XIV Makasar (Persero).
Makasar.
Universitas
Hasanuddin. Diakses pada hari Sabtu.23 Maret 2013. Rudianto. 2009. Pengantar Akuntansi. Jakarta : Erlangga. Setiyono, Dedy. 2009. Jurnal :Evaluasi Kebijakan Metode
Penyusutan
Aktiva
Tetap
Laras, Esti & Fachriyah Nurul.Jurnal.Evaluasi
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan.
Penerapan Standar Akuntansi Keuangan
Universitas Madura. Diakses pada hari
Dalam Pelaporan Aset Biologis (Studi
Sabtu.23 Maret 2013.
Kasus Pada Koperasi “M”. Malang :
Suryani, Yuyun. 2005. Perbandingan Penyusutan
Universitas Brawijaya. Diakses pada hari
Aktiva Menurut StandarAkuntansi Keuangan
Minggu 31 Maret 2013.
Dengan Ketentuan Perundang-Undangan
Munawir. 2001. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta: Liberty. Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN berbasis IFRS.http://www.scribd.com/doc/118299537/Pedom
Perpajakan Dan Hubungannya Dengan Laporan Keuangan (Study Kasus Pada Perusahaan
Tenun
Pelangi
Lawang.
Diakses pada hari Minggu, 31 Maret 2013.
an-Akuntansi-Perkebunan-BUMN05122011Diakses pada hari selasa, 21 Mei 2013.
Jurnal ASCY, Volume I, No. 1, Agustus 2014, h. 11-23
23