ANALISIS PENERAPAN SISTEM PRODUKSI TERPADU PADA PENGOLAHAN KARET SIR UNIT USAHA TEBENAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, PALEMBANG
HARDA RAMADHAN SYAH
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA1
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan Karet SIR Unit Usaha Tebenan PT. Perkebunan Nusantara VII, Palembang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor,
September 2013
Harda Ramadhan Syah NIM H24114075
ABSTRAK HARDA RAMADHAN SYAH. Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan Karet SIR Unit Usaha Tebenan PT. Perkebunan Nusantara VII, Palembang. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS PTPN VII adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor perkebunan Indonesia yang menjalankan usaha di bidang agribisnis dan agroindustri. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi sistem produksi pada pengolahan karet SIR Unit Usaha Tebenan PTPN VII dan Menganalisis penerapan sistem perencanaan kapasitas pengolahan karet SIR dengan menggunakan metode CRP. Sistem produksi yang diterapakan oleh PTPN VII memiliki strategi make to stock. Strategi ini digunakan karena bahan baku yang tersedia untuk proses manufaktur tidak dapat diprediksi. Hal ini membuat sistem produksi PTPN VII menetapkan konsep pull system. Berdasarkan metode CRP diperoleh bahwa sistem kapasitas bahan baku SIR pada pengolahan karet unit usaha Tebenan PTPN VII masih dapat diminimalkan karena perbandingan peramalan bahan baku perusahaan menghasilkan 13.766 ton/tahun dengan peramalan metode winter menghasilkan 13.600ton/tahun memiliki selisih bahan baku sebesar 166 ton. Dengan kapasitas total yang 13.600 ton/tahun, keseimbangan beban bahan baku dan kapasitas menghasilkan biaya operasional untuk mengurangi beban. Kata kunci : peramalan bahan baku, perencanaan kapasitas, pull system
ABSTRACT HARDA RAMADHAN SYAH. Application Analysis of Integrated Production Systems On Rubber Processing Business Unit SIR Tebenan PT. PTPN VII, Palembang. Supervised by H. MUSA HUBEIS PTPN VII is one of the State-Owned Enterprises (SOE) sector Indonesian plantation which carries on business in the field of agribusiness and agroindustries The purpose of this study identify the production system on rubber processing SIR Business Unit Tebenan PTPN VII and analyze the application of rubber processing capacity planning system SIR using CRP. Production system be applicable by PTPN VII has make to stock strategy. This strategy is used as raw material available for the manufacturing process can not be predicted. This makes the production system PTPN VII established the concept of a pull system. CRP obtained by the method that the system capacity in the processing of raw materials SIR rubber business unit Tebenan PTPN VII still be minimized because the ratio of raw material forecasting company produces 13 766 tonnes / year with winter forecasting method produces 13.600ton/tahun has a difference of 166 tons of raw materials. With a total capacity of 13,600 tons / year, load balancing and capacity of raw materials result in operating costs to reduce the burden. Keywords: capacity planning, forecasting raw materials, pull system
ANALISIS PENERAPAN SISTEM PRODUKSI TERPADU PADA PENGOLAHAN KARET SIR UNIT USAHA TEBENAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII, PALEMBANG
Harda Ramadhan Syah
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Proposal : Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan Karet SIR Unit Usaha Tebenan PT Perkebunan Nusantara VII, Palembang Nama : Harda Ramadhan Syah NIM : H24114075
Disetujui oleh
Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS Dipl Ing DEA Pembimbing I
Diketahui oleh
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi dengan judul ”Analisis Penerapan Sistem Produksi Terpadu Pada Pengolahan Karet SIR Unit Usaha Tebenan PT. Perkebunan Nusantara VII, Palembang”. Skripsi ini merupakan hasil pengamatan penulis selama melakukan kegiatan lapang di PT. Perkebunan Nusantara VII dengan waktu kurang lebih tiga (3) bulan. Penulis berharap bahwa penulisan laporan ini benar-benar dapat memberikan kontribusi positif dan menimbulkan sikap kritis kepada para pembaca khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk senantiasa memperoleh wawasan dan pengetahuan. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penulisan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, maka mengharapkan saran dan kritik, agar skripsi ini lebih baik lagi pada masa mendatang dan bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Bogor,
September 2013
Harda Ramadhan Syah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu yang Relevan METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Metode Peramalan Time Series Capacity Requirement Planning (CRP) HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu Perusahaan Struktur Organisasi Lokasi dan Tata Letak Pabrik Jenis Produk Analisis Sistem Produksi Pada Pengolahan Karet SIR PTPN VII Analisis Proses Produksi Hasil Analisis Capacity Requirement Planning (CRP) Implikasi Manajerial SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii vii vii 1 3 3 3 3 4 6 7
7 7 8 8 8 9 10
10 10 10 11 11 12 12 13 17 22 22 23
25
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4.
Hasil parameter kesalahan tiap metode peramalan Hasil peramalan bahan baku SIR tahun 2013 Kapasitas produksi dan waktu produksi tahun 2013 Kapasitas kebutuhan bahan baku tahun 2013
16 17 18 19
DAFTAR GAMBAR 1. Pertumbuhan produksi perkebunan di Indonesia 2. Luas areal tanaman perkebunan di Indonesia 3. Kerangka pemikiran penelitian 4. Tata letak produksi unit usaha Tebenan PTPN VII 5. Proses produksi karet SIR di PTPN VII 6. Sistem dorong unit usaha Tebenan PTPN VII 7. Pola data bahan baku SIR 8. Pola data bahan baku SIR 2013 9. Grafik kapasitas dan bahan baku metode winter 10. Grafik kapasitas dan bahan baku metode perusahaan
1 2 7 12 13 14 15 16 21 21
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
8. 9.
Struktur organisasi PTPN VII 25 Standard Indonesian Rubber (SIR) PTPN VII 26 Penjabaran produksi lateks unit usaha Tebenan PTPN VII tahun 2011-2012 27 Hasil perbandingan peramalan bahan baku lateks SIR metode perusahaan 28 dengan metode winter Hasil perhitungan kebutuhan bahan baku SIR tahun 2013 29 Hasil perhitungan metode CRP teknik level method dengan peramalan bahan baku SIR metode winter tahun 2013 31 Hasil perhitungan metode CRP teknik level method dengan peramalan bahan baku SIR perusahaan tahun 2013 33 Hasil perhitungan biaya operasional dengan peramalan winter 35 Hasil perhitungan biaya operasional dengan peramalan perusahaan 36
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Menurut data yang telah diolah oleh BPS, beberapa komoditas perkebunan yang penting di Indonesia adalah karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, kakao, teh, gula dan lainnya. Kelapa sawit, karet, kopi dan kakao tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya. Sedangkan menurut data yang telah diolah oleh Departemen Pertanian (Deptan) , pertumbuhan yang pesat dari keempat (4) komoditas tersebut pada umumnya berkaitan dengan tingkat keuntungan komoditas dan juga kebijakan pemerintah untuk mendorong perluasan areal komoditas tersebut. Berikut ini gambar perkembangan produksi dan luas areal perkebunan di Indonesia yang dimuat pada Gambar 1 dan 2.
80 70 60 50 40 30 20 10 0
Sawit Karet Kopi
Kakao
Jan-Agst 2010 Jan-Agst 2011
Gambar 1 Pertumbuhan produksi perkebunan di Indonesia (BPS, 2011)
2
8 7 6 5
Sawit
4
Kopi
3
Karet
2 1 0 2005
2006
2007
2008
Gambar 2 Luas areal tanaman perkebunan di Indonesia (Deptan, 2008) Saat ini penerapan sistem produksi merupakan salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena perusahaan berskala kecil, maupun besar memiliki permasalahan yang sama. Sistem produksi terpadu merupakan sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan mutu, biaya dan waktu penyerahan sebaik mungkin. Sistem produksi ini mengedepankan suatu penghematan dalam segala hal untuk memperkecil pemborosan (waste). Pemborosan-pemborosan ini biasanya datang dari berbagai kegiatan produksi yang tidak menghasilkan nilai tambah, atau nilai guna pada barang yang diproduksi seperti biaya penyimpanan, transportasi ke gudang, perbaikan (rework) dan kegiatan lainnya yang dapat menimbulkan biaya tambahan pada kegiatan produksi. PT Perkebunan Nusantara VII yang berlokasi di jalan teuku umar no. 300 Bandar Lampung adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor perkebunan Indonesia. Sejak awal, PTPN VII didirikan untuk ambil bagian dalam melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, serta subsektor perkebunan pada khususnya. Semua ini bertujuan untuk menjalankan usaha di bidang agribisnis dan agroindustri, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk mendapatkan keuntungan. PTPN VII memiliki beberapa komoditas, yaitu kelapa sawit, karet, teh, kakao, tebu dan hortikultura dengan areal konsesi seluas 76.740,11 Ha. Budidaya kelapa sawit diusahakan pada areal 31.874 Ha, karet 34.439 Ha, teh 1.500 Ha, kakao seluas 20 Ha, tebu 20.400 Ha dan hortikultura 50 Ha. Selain penanaman komoditas pada areal sendiri dan inti, PT. Perkebunan Nusantara VII juga mengelola areal milik petani seluas 65.335 Ha untuk tanaman kelapa sawit seluas 23.868 Ha dan karet 31.467 Ha. Sedangkan areal tebu rakyat seluas 5.502 Ha. PTPN VII memiliki kapasitas produksi karet untuk Standard Indonesian rubber (SIR) sebesar 38.393 ton/tahun dan Ribbed Smoked Sheet (RSS) sebesar 4.016 ton/tahun.
3
Rumusan Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama, yaitu memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dengan biaya seminimal mungkin. Namun untuk mencapai hal tersebut banyak kendala-kendala yang dihadapi perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut. Agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan efektif, maka perusahaan harus menggunakan metode yang tepat dalam menjalankan kegiatan produksinya. Kesuksesan suatu sistem produksi adalah dilihat pada kemampuanya untuk mengendalikan aliran bahan yang tepat, disuatu tempat yang tepat, pada saat yang tepat untuk memenuhi jadwal produksi, menekan persediaan seminimum mungkin, menjaga tingkat pembebanan atas pekerjaan dan mesin, serta akhirnya untuk mencapai efisiensi produksi yang optimum . Salah satu metode perencanaan kapasitas adalah metode CRP. Sistem CRP mampu memberikan indikasi apabila tidak terjadi keseimbangan antara persediaan dan kemampuan. Berdasarkan hal di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana sistem produksi pada pengolahan karet SIR Unit Usaha Tebenan PTPN VII. 2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi sistem perencanaan kapasitas pengolahan karet SIR Unit Usaha Tebenan PTPN VII. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi sistem produksi pada pengolahan karet SIR Unit Usaha Tebenan PTPN VII. 2. Menganalisis penerapan sistem perencanaan kapasitas pengolahan karet SIR dengan menggunakan metode CRP. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat berikut : a. Bagi Penulis 1) Menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh di bangku perkuliahan pada lapangan kerja sesungguhnya. 2) Menambah wawasan ilmu dan pengetahuan tentang penerapan sistem produksi terpadu pada pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan PTPN VII. b. Bagi Perusahaan 1) Memberikan masukan dalam membantu perusahaan untuk mengoptimalkan efektifitas penerapan sistem produksi terpadu pada pengolahan karet SIR. 2) Sebagai pengembangan, atau media promosi PTPN VII di lingkungan kampus, atau pendidikan. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada analisis penerapan sistem produksi terpadu pada pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan di PTPN VII.
4
TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Handoko (1997), manajemen produksi dan operasi (MPO) merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber dayasumber daya (faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk dan jasa. Para manajer produksi dan operasi mengarahkan berbagai masukan (input) agar dapat memproduksi berbagai keluaran (output) dalam jumlah, mutu, harga, waktu dan tempat tertentu sesuai dengan permintaan konsumen. Menurut Assauri (2008), proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan, atau menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana). Komponen atau unsur struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi dan tanah. Sedangkan komponen, atau unsur fungsional seperti supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi dan kepemimpinan yang berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Menurut Handoko (1997), berbagai kegiatan yang dilaksanakan para spesialis perencanaan dan pengawasan produksi pada umumnya dapat dirinci sebagai berikut : 1. Berpartisipasi dalam penyusunan jadwal produksi induk dan realistis atas dasar kapasitas tersedia. 2. Berpartisipasi dalam perencanaan bahan baku dan tenaga kerja untuk menerima jadwal proses produksi. 3. Menerima pesanan-pesanan untuk memproduksi produk-produk. 4. Menentukan kebutuhan-kebutuhan bahan mentah untuk komponen-komponen yang diproduksi. 5. Menentukan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk proses produksi. 6. Mempersiapkan perintah-perintah produksi yang mengarahkan pelaksanaan operasi-operasi. 7. Menyusun jadwal-jadwal untuk pelaksanaan operasi-operasi pada mesin-mesin tertentu. 8. Menjamin bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses produksi akan tersedia dalam jumlah dan pada waktu yang tepat pula sesuai perintah yang diumumkan. 9. Membantu dalam pemecahan masalah-masalah yang mengakibatkan penundaan-penundaan produksi. 10. Menerima laporan-laporan tentang pekerjaan yang telah diselesaikan dan membandingkannya dengan apa yang telah dijadwalkan. 11. Memperbaharui catatan-catatan kemajuan pekerjaan-pekerjaan yang berpindah-pindah dalam pabrik.
5
12. Merevisi rencana-rencana, bila rencana-rencana semula tidak dapat dilaksanakan dan bila ada perubahan-perubahan ukuran suatu pesanan, atau hari penyelesaian yang disyaratkan. Sistem Produksi Menurut Assauri (2008), Sistem produksi adalah suatu keterkaitan unsurunsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan menyeluruh dalam pentransformasian masukan menjadi keluaran. Menurut Ishak (2010), sistem produksi mengombinasikan atau menggabungkan dalam proses transformasi, komponen-komponen masukan tersebut yang berupa bahan, tenaga kerja, modal dan lainnya, dengan suatu cara pengorganisasian yang bertujuan untuk mencapai tujuan akhir yang sama. Proses Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda, atau menciptakan benda baru, sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Menurut Heizer dan Render (2004), produksi adalah aktifitas yang berhubungan dengan penciptaan barang dan jasa melalui adanya perubahan input menjadi output. Assauri (2008), menyatakan bahwa produksi merupakan suatu kegiatan, atau proses mentraformasikan masukan (input) menjadi luaran (output). Menurut Handoko (2008) produksi dan operasi adalah pengelolaan secara optimal penggunaan input atau faktor produksi (tenaga kerja, mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya) dalam proses transformasi menjadi berbagai produk atau jasa. Peramalan Menurut Gaspersz (2001), pada dasarnya manajemen permintaan didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin bahwa penyusun jadwal induk mengetahui dan menyadari semua permintaan produk ini. Menurut Heizer dan Render (2006) peramalan adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Menurut Harding (1999), peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk periode yang akan datang. Peramalan dilakukan dengan menggunakan softwere Minitab teknik winter dan moving average dengan melihat nilai kesalahan terkecil dari MAD, MSE dan MAPE. Perencanaan Jadwal Induk Produksi Menurut Buffa (1996), pada dasarnya jadwal induk produksi merupakan suatu pernyataan tentang produk akhir dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu.
6
Perencanaan Kapasitas Menurut Gaspersz (2001), perencanaan kapasitas adalah mengukur kemampuan dari suatu fasilitas produksi untuk mencapai jumlah kerja tertentu dalam periode waktu tertentu dan merupakan fungsi dari banyaknya sumber daya yang tersedia. Menurut Handoko (1997), perencanaan kapasitas adalah berusaha mengatur secara bersama kapasitas dari pusat kerja untuk mencapai suatu aliran yang seimbang. Menurut Assauri (2008), pada dasarnya dalam sistem CRP terdapat tiga alternatif teknik perencanaan produksi, yaitu : 1. Level method adalah mempertahankan tingkat kestabilan produksi sementara menggunakan inventori yang bervariasi untuk mengakumulasi output apabila terjadi kelebihan permintaan total. 2. Chase strategy adalah metode perencanaan produksi yang mempertahankan tingkat kestabilan inventori, sementara produksi bervariasi mengikuti permintaan total. 3. Compromise strategy adalah kompromi antara kedua metode perencanaan produksi level method dan chase strategy. Menurut Ishak (2010), terdapat beberapa keuntungan dan kelemahan apabila menggunakan CRP, yaitu : Keuntungan dari CRP : 1. Memberikan informasi dari ketidakseimbangan kapasitas dan beban 2. Mengkonfirmasi kapasitas pada periode waktu tertentu 3. Mempertimbangkan untuk menyesuaikan kapasitas dan beban Kelemahan dari CRP : 1. Hanya dapat diterapkan terutama dalam strategi make to stock 2. Tidak mampu memberikan informasi terperinci yang tepat dalam periode harian (day-to-day) sehingga keputusan jangka pendek menjadi sulit diambil secara tepat. 3. Tidak menunjukkan secara jelas pengaruh perbaikan kepada master production schedule terhadap keseimbangan yang dicapai. Penelitian Terdahulu yang Relevan Hutajulu (2010), melakukan penelitian tentang kajian peramalan permintaan dan perencanaan optimasi produksi semen pada plant 11 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Parameter-parameter yang mempengaruhi proses perencanaan optimasi produksi adalah jumlah permintaan, jam tenaga kerja langsung, kapasitas gudang dan kecepatan produksi. Naibaho (2009), melakukan penelitian mengenai kajian perencanaan produksi agregat di PT Wiska. Faktor-faktor yang menjadi sorotan pada laporannya adalah faktor yang mempengaruhi perencanaan produksi, waktu produksi dan kebijakan perusahaan terhadap tingkat persediaan tiap periode. Solehudin (2007), melakukan penelitian mengenai kajian perencanaan produksi agregat (studi kasus pada PT Adi Putra Perkasa, Cicurug – Sukabumi). Masalah yang dihadapi perusahaan adalah sistem produksi agregat yang dijalankan tidak dapat mencapai produktivitas dengan berbagai faktor penghambat.
7
METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Umumnya dari sekian banyak perusahaan pastinya ingin mendapatkan keuntungan optimal. Dalam hal ini, banyak perusahaan mengalami kendala pada proses produksinya, sehingga tidak dapat mencapai keuntungan optimalImplementasi sistem produksi terpadu pada pengolahan karet didukung oleh faktor-faktor beserta berbagai unsur yang berkaitan dengan sistem produksi di perusahaan. Sistem produksi terpadu merupakan suatu sistem yang saling terkait dan berhubungan. Analisis Capacity Requirement Planning membuat kesesuaian antara kapasitas produksi dengan bahan baku yang dimiliki, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Sebagai ilustrasi, pada Gambar 3 disajikan kerangka pemikiran dari penelitian ini. Sistem Produksi Pengolahan Karet Unit Usaha Tebenan PTPN VII : Proses Produksi Push System
Sistem CRP Jadwal Induk Produksi Kapasitas Produksi Waktu Pengolahan
Peramalan Time Series untuk Jadwal Induk Produksi
Analisis CRP Teknik Level Method
Efisiensi Penjadwalan Produksi
Rekomendasi Perencanaan Kebutuhan Kapasitas
Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di unit usaha Tebenan PT Perkebunan Nusantara VII yang beralamat di jalan Kol. H. Barlian Km. 9 Alang-alang, Palembang, Sumatera Selatan dengan waktu ± 3 bulan (Mei sama Juli 2013).
8
Pengumpulan Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang digunakan diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, khususnya wawancara dengan bagian produksi dan pengamatan langsung. Data sekunder diperoleh dari data dokumen perusahaan yang telah ada. Data dalam penelitian berupa : 1. Data gambaran umum perusahaan seperti sejarah, lokasi, visi dan misi, struktur organisasi dan proses produksi. 2. Laporan bulanan perusahaan dari bagian production planning control (PPC) dan logistic departement. Pengumpulan data berupa kegiatan survei lapangan, wawancara, dokumentasi dan penelitian pustaka. Tahapan dalam pengumpulan data dilakukan berikut : 1. Studi Literatur Data yang diperlukan dan dikumpulkan dengan cara membaca dan mempelajari buku literatur, serta sumber-sumber yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. 2. Wawancara Wawancara merupakan pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak bersangkutan, diantaranya pihak produksi, akuntasi dan pemasaran. 3. Dokumentasi Metode ini merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen perusahaan yang relevan dengan penelitian. Pengolahan dan Analisis Data Peramalan Pengolahan dan analisis data kuantitatif untuk peramalan bahan baku SIR dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan Minitab 14 teknik winter dan moving average dengan melihat nilai kesalahan terkecil dari MAD, MSE dan MAPE. Metode Peramalan Time Series Penelitian ini menggunakan metode peramalan time series. Menurut Baroto (2002), metode peramalan time series terdiri dari beberapa metode. Untuk menggunakan time series perlu diketahui beberapa asumsi penting, yaitu adanya ketergantungan kejadian masa datang terhadap masa sebelumnya dan aktivitas masa depan mengikuti pola yang terjadi di masa lalu. Proses analisis time series memperlakukan data asli sebagai produk dari komponen-komponen, yaitu data tahunan merupakan produk dari fluktuasi tren, siklus, musiman dan fluktuasi tidak tentu, yang dinyatakan sebagai berikut : Y = T x C x S x I ………………………………………………………………..(1) dimana :
9
Y= nilai sebenarnya T = trend sekuler C = pergerakan siklus S = fluktuasi musiman I = variasi tak beraturan Penilaian terhadap akurasi hasil peramalan dapat dilakukan dengan mengamati besarnya selisih nilai aktual pengamatan dengan nilai estimasi dari peramalan. Nilai residual atau error adalah perbedaan antara nilai aktual dengan hasil peramalan. Terdapat tiga jenis penilaian terhadap akurasi peramalan, yakni MSE, MAD dan MAPE. Berdasarkan semua metode yang digunakan tersebut dipilih metode yang paling sesuai dengan pola data yang terdapat pada perusahaan berdasarkan kriteria nilai MSE, MAD dan MAPE terkecil. Formulasi peramalan berdasarkan pola data yang sesuai : 1) Metode winter ( )( ) =α ) ( ) =β( = …………………………………………………………….(2) dimana : = nilai pemulusan baru α = konstanta pemulusan data (0 < α < 1) = pengamatan baru atau nilai aktual dari deret periode t β = konstanta pemulusan untuk estimasi tren (0 < β < 1) = estimasi tren P = periode yang diramalkan kedepan = ramalan p periode kedepan 2) Metode rataan bergerak berganda : = = =
(
)
( (
)=2 )
= …………………………...……………………………........(3) dimana : k = nilai periode moving average = moving average kedua P = peramalan periode kedua Capacity Requirement Planning (CRP) Langkah-langkah perhitungan dalam menganalisis data dengan sistem CRP adalah sebagai berikut : 1. Menentukan beban (load) adalah perhitungan beban pada dalam setiap periode waktu dengan menggunakan jadwal induk produksi yang telah ditentukan.
10
2. Menghitung kapasitas adalah perhitungan pusat kerja yang ditentukan berdasarkan sumber daya mesin atau manusia dan faktor-faktor jam operasi yang dijadwalkan dalam suatu periode waktu. 3. Menyeimbangkan kapasitas dan beban adalah perhitungan yang menunjukkan hubungan antara kapasitas dan beban, dengan cara salah satu dari kapasitas atau beban harus disesuaikan kembali untuk memperoleh jadwal yang seimbang. Sekaligus mengindentifikasi apakah terjadi overloads atau underloads.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan PTPN VII merupakan adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam sektor perkebunan, yaitu penghasil karet alam dengan jenis produk RSS dan SIR. PT. Perkebunan Nusantara VII berkomitmen tangguh dengan daya saing melalui peningkatan produktivitas dan mutu produk untuk memenuhi kepuasaan pelanggan. Karet alam yang dihasilkan PTPN VII mempunyai karakter global, yaitu perusahaan berkelas dunia, proses bisnis dan kinerja prima dan menghasilkan produk berstandar internasional. Tujuan pasar yang dituju oleh PTPN VII adalah 27 % pasar dalam negeri dan 73 % mancanegara. Sejarah Perusahaan PTPN VII dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 dan Akte Notaris Harun Kamil, SH No. 40 tanggal 11 Maret 1996. PTPN VII berkantor pusat di Bandar Lampung. PT. Perkebunan Nusantara VII merupakan penggabungan dari PT. Perkebunan X, PT. Perkebunan XXXI, Proyek Pengembangan PT. Perkebunan XI di kabupaten Lahat dan Proyek Pengembangan PT. Perkebunan XXIII di Provinsi Bengkulu. PTPN VII memiliki komoditas yang diusahakan seperti karet, kelapa sawit, teh dan gula. Produk yang dihasilkan merupakan karet alam (SIR dan RSS), Crude Palm Oil (CPO), inti sawit, teh hitam, gula putih dan tetes. Jaringan distribusi meliputi tiga provinsi sebagai wilayah usaha yaitu Lampung, Sumatera Selatan, dan Bengkulu. Wilayah usaha tersebut terdiri dari 27 unit usaha yang tergabung menjadi lima (5) distrik, yang didukung oleh 16.219 tenaga kerja organik. Wilayah distrik tersebut yakni distrik Bengkulu, distrik Banyuasin, distrik Muara Enim, distrik Way Sekampung dan distrik Way Seputih. Luas areal tanaman karet yang diusahakan PTPN VII, yaitu 55.617 ha yang terdiri dari areal inti 34.918 Ha dan areal plasma 20.699 Ha. Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu Perusahaan PTPN VII mempunyai misi sebagai perusahaan agribisnis berbasis karet, kelapa sawit, teh dan tebu yang tangguh, serta berkarakter global. Guna
11
mewujudkan visi tersebut, PTPN VII memiliki lima (5) misi, yaitu (1) Menjalankan usaha perkebunan karet, kelapa sawit, teh dan tebu dengan menggunakan teknologi budidaya dan proses pengolahan efektif, serta ramah lingkungan; (2) Mengembangkan usaha industri yang terintegrasi dengan bisnis inti (karet, kelapa sawit, teh dan tebu) dengan menggunakan teknologi terbaru; (3) Mengembangkan sumber daya manusia yang berbasis kompetensi; (4) Membangun tata kelola usaha yang efektif; (5) Memelihara keseimbangan kepentingan stakeholders untuk mewujudkan daya saing guna menumbuhkembangkan perusahaan. Kebijakan mutu perusahaan yang diterapkan, secara rutin ditinjau untuk menjamin kualitas produksi karet yang diisyaratkan dalam Sistem Manajamen Mutu (SMM) ISO 9001. PTPN VII juga mengaplikasikan sistem manajemen lingkungan berdasarkan ISO 14001. Selain itu, PTPN VII juga sangat memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya di seluruh pabrik dengan menerapkan Sistem Mutu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang sesuai OHSAS 18001. Dimana semuaa tools sistem manajemen tersebut akan diintegrasikan ke dalam Sistem Manajemen Terpadu PTPN VII. Struktur Organisasi Struktur organisasi pada PTPN VII merupakan struktur organisasi garis (Lampiran 1). Wilayah kerja PTPN VII tersebar di tiga (3) provinsi yang terdiri atas lima (5) distrik dengan 27 unit usaha. Masing-masing distrik dikepalai manajer distrik dan masing-masing unit usaha dikepalai manajer unit usaha. Secara struktural direksi membawahi manajer distrik dan manajer unit usaha. Organisasi di kantor pusat terdiri atas 15 bagian yang masing-masing dikepalai seorang manajer. Lokasi dan Tata Letak Pabrik PTPN VII saat ini memilki 12 buah pabrik karet yang terdiri dari empat (4) unit pabrik karet RSS dan delapan (8) unit pabrik karet SIR, serta satu buah kantor head office dari perusahaan. Kedua belas pabrik dan kantor pusat tersebut masing-masing berlokasi sebagai berikut : 1. Kantor pusat (Head Office), jalan Teuku Umar No. 300, Bandar Lampung 2. Dua (2) unit usaha karet RSS dan empat (4) unit usaha karet SIR, Lampung 3. Satu (1) unit usaha karet RSS dan tiga (3) unit usaha karet SIR, Sumatera Selatan 4. Satu (1) unit usaha karet RSS dan satu (1) unit usaha karet SIR, Bengkulu Salah satu penghasil karet jenis SIR yaitu unit usaha Tebenan yang berlokasi di jalan Kol. H. Barlian Km. 9 Alang-alang, Palembang, Sumatera Selatan. Unit usaha ini memiliki tiga area yaitu areal perkebunan karet, gudang lateks dan pabrik pengolahan karet.
12
Gudang Lateks
Pencacahan lateks
Kamar predrying
Penggilingan lateks
Perkebunan Karet Kamar pengeringan
Kamar Sortir Office
Ruang pengepresan
Parkir Packing
U
Gambar 4 Tata letak produksi unit usaha Tebenan PTPN VII Jenis Produk PTPN VII sebagai salah satu produsen karet alam di Indonesia memproduksi dua (2) jenis produk yaitu Ribbed Smoked Sheet (RSS) dan Standard Indonesian Rubber (SIR) yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan memenuhi standar kualitas global. Perkembangan harga minyak dunia yang tinggi dan kesadaran akan pemanasan global, menjadi salah satu tantangan bagi PTPN VII menghasilkan produksi karet alam yang lebih tinggi dan ramah lingkungan. Salah satu jenis produk yang dihasilkan oleh PTPN VII untuk memenuhi kebutuhan masyarakat adalah karet Standard Indonesian Rubber (SIR). SIR adalah standar mutu karet bongkah Indonesia berdasarkan warna atau penilaian visual, golongan mutu pada jenis karet sheet, crepe, dan lateks pekat. Terdapat dua (2) jenis karet yang diproduksi PTPN VII berdasarkan SIR, yaitu lateks pekat dan crumb rubber. Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak termasuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat dibuat melalui proses pendidihan atau creamed lateks dan melalui pemusingan atau centrifuged lateks. Sedangkan crumb rubber adalah karet alam yang dibuat khusus, sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat-sifat teknis (Lampiran 2). Analisis Sistem Produksi Pada Pengolahan Karet SIR PTPN VII Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen yaitu input, proses, output, serta mekanisme untuk pengendalian sistem produksi agar mampu meningkatkan perbaikan secara terus menerus. Kegiatan produksi dilakukan juga dalam rangka menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan
13
benda baru sehingga mempunyai nilai manfaat yang lebih dalam memenuhi kebutuhan. Sistem produksi yang diterapakan oleh PTPN VII memiliki strategi make to stock. Strategi ini digunakan karena bahan baku yang tersedia untuk proses manufaktur tidak dapat diprediksi. Bahan baku tersebut dikirim dari unit penyadapan karet untuk menuju gudang penyimpanan lateks, kuantitas lateks yang dikirim oleh unit penyadapan karet selalu berubah-ubah setiap pengirimannya. Hal ini membuat sistem produksi PTPN VII menetapkan konsep push system. Konsep push system ini membuat lateks yang yang dikirim unit penyadapan karet sebagai bahan baku akan disesuaikan dengan jadwal produksi pabrik pengolahan karet. Lateks yang dikirim unit penyadapan karet ke gudang penyimpanan lateks akan mengikuti aturan FIFO scheduling. Aturan FIFO scheduling ini digunakan untuk lateks yang pertama kali datang ke gudang penyimpanan lateks, akan masuk pertama ke pabrik pengolahan karet. Analisis Proses Produksi Proses produksi yang dilakukan di PTPN VII adalah serangkaian proses yang panjang dimulai dari perencanaan hingga pengolahan karet yang bermutu. Secara umum proses dari pengolahan tanaman karet dapat dibagi menjadi tiga (3) proses utama, yaitu proses perencanaan budidaya karet, proses penyadapan karet dan proses pengolahan karet. Proses pengolahan karet SIR pada PTPN VII dapat dilihat pada Gambar 5. Penyaringan
Pembekuan
Pencacahan
Penggilingan
Penyaringan
Pengeringan
Pengepresan
Penyortiran
Oven
Penggilingan
Packing
Warehouse Production
Plant Production
Gambar 5 Proses produksi karet SIR di PTPN VII Proses pengolahan karet SIR dimulai di gudang lateks, hasil lateks dari penyadapan dimasukan ke truk pengangkutan, kemudian lateks dimasukan ke dalam mixer untuk dilakukan penyaringan selama satu (1) jam. Setelah dilakukan penyaringan kemudian lateks di alirkan ke bak penampungan. Lateks yang telah berada didalam penampungan dibekukan menggunakan asam semut, asam semut yang digunakan dengan konsentrasi 3-5 kg/ton lateks selama enam (6) jam. Lateks yang telah beku kemudian masuk ke pabrik pengolahan, lateks tersebut akan dicacah terlebih dahulu menggunakan mesin hamer mill. Kemudian lateks tersebut digiling menggunakan mesin giling crepper menjadi lembaran crepe dengan panjang 5–6 m. Setelah keluar lembaran crepe kemudian dimasukan ke kamar predrying untuk di keringkan selama 10 hari. Setelah
14
dikeringkan, lembaran crepe tersebut digiling kembali menggunakan mesin giling crepper. Lembaran crepe yang telah digiling lalu masuk ke oven untuk dikeringkan selama enam (6) jam, kapasitas oven tersebut untuk 10 ton lembaran crepe. Setelah di oven lembaran crepe masuk ke dalam kamar sortir untuk seleksi great (SIR 10, SIR 20 dan 3L). Penyortiran selesai, lembaran crepe masuk ke mesin cetakan untuk di pres, yang beratnya masing-masing 20 kg. Setelah itu di bungkus plastik menjadi bal, kemudian disusun menjadi palet (1 palet beratnya 1.260 kg). Analisis Push System Prinsip selanjutnya dalam sistem produksi terpadu pengolahan karet SIR unit pada unit usaha Tebenan PTPN VII adalah push system. Penerapan pull system pada proses pengolahan karet adalah bahan baku dari proses sebelumnya yaitu unit penyadapan karet mendistribusikan lateks ke gudang penyimpanan lateks. Dengan sistem ini, pabrik pengolahan karet akan menyesuaikan kapasitas produksi dengan bahan baku yang dikirim dari unit penyadapan karet dengan berbagai ketentuan. Sehingga unit penyadapan karet mengikuti aturan kebijakan yang dibuat perusahaan untuk berapa kali melakukan penyadapan karet. Hal ini dilakukan karena tidak adanya pengiriman bahan baku yang bersifat tetap. Dari hasil penyadapan tersebut lateks disimpan sesuai aturan first in first out (FIFO) untuk masuk selanjutnya ke proses pengolahan karet (Gambar 6). Perkebunan Karet
Warehouse Karet
Plant Karet
Gambar 6 Sistem dorong unit usaha Tebenan PTPN VII Penerapan push system ini menjadi unsur penting dalam sistem produksi terpadu pada pengolahan karet. Setiap kegiatan produksi akan dijalankan seefisien mungkin dengan tingkat pemborosan akibat over inventory yang besar bisa diminimalisir. Selain itu, penggunaan push system yang bersifat large batch dalam menjalankan strategi make to stock. Unit usaha Tebenan memiliki resiko yang tinggi berkaitan dengan inventori.
15
Pengolahan Data Hasil Peramalan Bahan Baku Lateks SIR Penyusunan jadwal induk produksi unit usaha Tebenan PTPN VII dipengaruhi oleh peramalan bahan baku lateks. Peramalan bahan baku dapat dilakukan dengan melihat data hasil penyadapan karet SIR tahun-tahun sebelumnya. Peramalan yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai gambaran bagi perusahaan untuk melakukan alternatif kebijakan terhadap peramalan selanjutnya yang akan dilakukan. Proses peramalan dalam penelitian ini didapatkan berdasarkan data hasil penyadapan karet SIR terhitung dari bulan januari 2011 hingga desember 2012 atau selama 24 bulan (Lampiran 3). Peramalan bahan baku lateks disusun untuk 12 periode selanjutnya, yaitu untuk tahun 2013. Proses peramalan dilakukan terlebih dahulu dengan melihat pola data dengan pola trend, musiman, siklikal dan random. Pola data yang dimiliki akan mempengaruhi cara melakukan peramalan. Pola data hasil penyadapan karet SIR dapat dilihat pada Gambar 7. Pola Data Bahan Baku SIR 2011-2012 1800
Jumlah (Ton)
1600 1400 1200 1000 800 600 2
4
6
8
10
12 14 Bulan
16
18
20
22
24
Gambar 7 Pola data bahan baku SIR Hasil analisis autokorelasi menggunakan bantuan perangkat lunak minitab 14 menunujukan pola data bahan baku SIR dilakukan secara musiman. Menurut (Baroto, 2002), metode peramalan yang sesuai dengan pola musiman adalah metode winter atau moving average (Tabel 1). Parameter kesalahan yang akan menjadi patokan pemilihan teknik terbaik adalah MAPE karena memiliki nilai kesalah terkecil dibandingkan MAD dan MSE. Selain itu untuk menghindari masalah nilai MAD dan MSE yang memiliki nilai yang sangat besar.
16
Tabel 1 Hasil parameter kesalahan tiap metode peramalan Bahan baku Lateks SIR
Metode winters
Metode moving average
MAPE
2,53
28,4
MAD
30,59
260,2
MSE
1534,46
89834,5
Teknik yang memliki MAPE terkecil dalam peramalan bahan baku SIR adalah metode winter. Untuk melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan bahan baku SIR tahun 2013. Hasil peramalan bahan baku 2013 menunjukan nilai pada Gambar 7. Winters' Method Plot for Bahan Baku SIR Tahun 2013 Multiplicative Method
Variable Actual Fits
1200
Smoothing Constants Alpha (level) 0.2 Gamma (trend) 0.2 Delta (seasonal) 0.2
Jumlah (Ton)
1150
Accuracy MAPE MAD MSD
1100
Measures 0.10619 1.20313 1.72155
1050
1000 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Bulan
Ags Sep Okt Nov Des
Gambar 8 Pola data bahan baku SIR 2013 Berdasarkan hasil peramalan bahan baku SIR untuk bulan JanuariDesember 2013 dengan menggunakan metode winter didapat hasil pada Tabel 2.
17
Tabel 2 Hasil peramalan bahan baku SIR tahun 2013 Bulan
Bahan Baku Lateks SIR
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Sumber : Data hasil olahan
1160 1080 1160 1120 1160 1120 1200 1000 1160 1160 1120 1160 13600
Hasil peramalan ini merupakan input yang menjadi penetapan jadwal induk produksi, berdasarkan hasil peramalan bahan baku SIR menggunakan metode winter mempunyai hasil yang berbeda dengan peramalan yang telah dilakukan oleh unit usaha Tebenan. Pembandingan hasil peramalan bahan baku SIR sebagai penetapan jadwal induk produksi dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil Analisis Capacity Requirement Planning (CRP) Metode CRP Teknik Level Method Metode CRP teknik level method adalah sebuah metode perencanaan produksi yang mempunyai distribusi merata dalam produksi. Dalam perencanaan produksi, level method akan mempertahankan tingkat kestabilan produksi sementara menggunakan inventori yang bervariasi. Beberapa langkah yang diperlukan untuk melaksanakan analisis CRP, yaitu : Langkah 1 : Memperoleh informasi tentang bahan baku yang tersedia Informasi mengenai bahan baku yang tersedia pada pengolahan unit usaha Tebenan didapatkan dari jadwal induk produksi. Jadwal induk produksi ini merupakan jumlah bahan baku yang harus diproduksi oleh unit pengolahan karet. Jumlah bahan baku ini merupakan hasil dari peramalan dari bahan baku yang tersedia tahun-tahun sebelumnya seperti terlihat pada Tabel 2.
18
Langkah 2 : Memperoleh informasi tentang kapasitas produksi dan waktu produksi Informasi mengenai kapasitas produksi unit usaha Tebenan didapatkan jumlah kapasitas mesin pengolahan karet dalam memproduksi karet sehari. Sedangkan waktu produksi didapatkan dari kebijakan waktu produksi dalam setahun 340 hari, yang kemudian dijabarkan kembali menjadi bulanan. Sehingga dari penjabaran tersebut dapat diketahui waktu produksi dari setiap bulannya (Tabel 3). Tabel 3 Kapasitas produksi dan waktu produksi tahun 2013 Bulan Waktu Produksi Kapasitas Produksi (ton/hari) (hari) SIR 10 SIR 20 Januari 28 25 15 Februari 27 15 25 Maret 29 15 25 April 29 15 25 Mei 29 15 25 Juni 29 15 25 Juli 30 15 25 Agustus 29 15 25 September 24 15 25 Oktober 30 15 25 November 28 15 25 Desember 28 15 25 Langkah 3 : Menghitung kapasitas kebutuhan bahan baku dari masing-masing kapasitas produksi Perhitungan kapasitas kebutuhan bahan baku diddapatkan dengan menggunakan rumus berikut : Kapasitas kebutuhan bahan baku = kapasitas produksi × waktu produksi Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas kebutuhan bahan baku SIR pada tahun 2013 (Lampiran 5). Dapat diketahui kapasitas kebutuhan bahan baku untuk SIR 10 dan 20 pada setiap bulannya. Kapasitas kebutuhan bahan baku tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
19
Tabel 4 Kapasitas kebutuhan bahan baku tahun 2013 Bulan Kapasitas Kebutuhan Bahan baku (ton/hari) SIR 10 SIR 20 Januari 700 420 Februari 675 405 Maret 725 375 April 725 375 Mei 725 375 Juni 725 375 Juli 750 450 Agustus 725 435 September 600 360 Oktober 750 450 November 700 420 Desember 700 420 Langkah 4 : Membuat laporan CRP Metode CRP dengan teknik level method digunakan untuk menyeimbangkan beban (load) terhadap kapasitas. Teknik level method mempunyai dua tindakan dasar apabila terjadi perbedaan antara kapasitas yang ada dengan beban. Tindakan dasar tersebut, yaitu : 1. Meningkatkan kapasitas (Increasing Capasity) 2. Mengurangi kapasitas (Reducing Capacity) 3. Meningkatkan beban (Increasing Load) 4. Mengurangi beban (Reducing Load) Berdasarkan empat tindakan dasar dalam membuat laporan CRP dapat ditentukan, peningkatkan kapasitas pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan tidak dapat dilakukan, karena kapasitas yang dimiliki merupakan maksimum produksi yang dapat dilakukan unit usaha Tebenan. Meningkatkan dan mengurangi beban produksi dapat dilakukan, unit usaha Tebenan merupakan unit usaha yang tergabung dalam distrik Banyuasin yang terdapat unit usaha lain yang juga memproduksi karet SIR. Unit usaha tersebut yaitu Musilandas, yang dalam perencanaan produksinya disebut unit usaha seinduk. Hasil laporan CRP teknik level method dengan mengunakan peramalan winter (Lampiran 6) memiliki hasil perhitungan berbeda dengan laporan CRP teknik level method dengan mengunakan metode perusahaan (Lampiran 7). Dalam mempertimbangkan meningkatkan dan mengurangi beban produksi pada unit usaha Tebenan perlu diperhatikan dalam meningkatkan biaya operasional produksi. Biaya operasional itu harus dikeluarkan unit usaha sebab dalam pengiriman bahan baku dari unit usaha seinduk ke unit usaha tebenan ataupun sebaliknya terdapat biaya transportasi. Biaya operasional tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : Biaya operasional = biaya transportasi × kapasitas pengiriman (truk) Biaya transportasi yang harus dikeluarkan unit usaha Tebenan untuk pengiriman satu truk Rp. 700.000. Kapasitas pengiriman dalam satu truk sebanyak
20
40 Ton, sehingga dapat diketahui berdasarkan hasil laporan CRP teknik level method yang menggunakan peramalan winter, sehingga biaya operasional yang harus dikeluarkan unit usaha Tebenan adalah Rp 4.900.000 (Lampiran 8). Sedangkan biaya operasional yang harus dikeluarkan unit usaha Tebenan berdasarkan hasil laporan CRP teknik level method menggunakan peramalan perusahaan Rp 8.400.000 (Lampiran 9). Dari kedua laporan CRP ini terdapat selisih biaya operasional Rp. 3.500.000. Biaya operasional yang dikeluarkan unit usaha Tebenan apabila menggunakan peramalan perusahaan lebih tinggi 41,67% dari peramalan winter. Pembahasan Berdasarkan perhitungan kapasitas menggunakan metode CRP menurut Baroto (2002) output dari sistem CRP adalah rencana produksi yang dibuat atas dasar kapasitas produksi. Menurut Handoko (2008) perencanaan kapasitas adalah menyeimbangkan beban terhadap kapasitas yang dimiliki. Dimana dengan mengidentifikasi overloads atau underloads, tindakan perencanaan dapat dilakukan untuk menghilangkan situasi itu guna mencapai suatu keseimbangan antara beban dan kapasitas. Hasil pengolahan data menunujukan bahan baku yang tersedia menunjukkan melebihi kapasitas dan mengalami dibawah kapasitas produksi. Rekomendasi metode perencanaan kapasitas yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah metode dengan level method. Metode yang dijadikan sebagai rekomendasi bagi perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan metode peramalan bahan baku perusahaan dengan metode winter. Perbandingan permalan bahan baku SIR metode perusahaan dengan metode winter dapat dilihat pada Lampiran 4 dan perencanaan kapasitas menggunakan metode CRP teknik level method menggunakan peramalan winter (Lampiran 6) memiliki perbedaan pada hasil perhitungan perencanaan kapasitas menggunakan peramalan bahan baku metode perusahaan (Lampiran 7). Dari kedua perhitungan tersebut dapat dilihat melalui grafik perbandingan dari bahan baku dan kapasitas menggunakan metode CRP teknik level method menggunakan peramalan winter pada Gambar 9.
21
Variable Bahan Bak u Kapasitas
1200
Jumlah (Ton)
1150
1100
1050
1000
950 Jan Feb Mar Apr
Mei
Jun Jul Bulan
Ags Sep Okt Nov Des
Gambar 9 Grafik kapasitas dan bahan baku metode winter Dari grafik tersebut terlihat pada bulan Januari, September dan Desember bahan baku melebihi kapasitas yang dimiliki unit usaha Tebenan. Sedangkan grafik perbandingan dari bahan baku dan kapasitas menggunakan metode CRP dengan teknik level method menggunakan peramalan perusahaan, seperti dimuat pada Gambar 10. 1250
Variable Bahan Bak u Kapasitas
1200
Jumlah (Ton)
1150
1100
1050
1000 950 Jan
Feb Mar
Apr
Mei
Jun Jul Bulan
Ags Sep
Okt
Nov Des
Gambar 10 Grafik kapasitas dan bahan baku metode perusahaan Dari grafik tersebut dapat terlebih bahwa bahan baku melebihi kapasitas yang dimiliki unit usaha Tebenan terdapat pada bulan Januari, Maret, Mei, Juli,September, November dan Desember. Berdasarkan hasil analisis perencanaan kapasitas prouksi SIR 10 dan SIR 20 dengan mempertimbangkan meningkatkan beban dan mengurangi beban produksi
22
serta mengurangi kapasitas. Adanya unit usaha seinduk membuat perencanaan kapasitas dapat lebih efektif dengan metode CRP teknik level method. Dari hasil perencanaan kapasitas ini dapat diketahui biaya operasional menggunakan peramalan winter lebih baik daripada peramalan metode perusahaan sebab dapat mengurangi biaya operasional Rp 3.500.000. Implikasi Manajerial Penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi mengenai kemungkinan perencanaan kapasitas pada pengolahan karet SIR unit usaha Tebenan untuk membuat keseimbangan antara kapasitas dan bahan baku. Berdasarkan hasil pembahasan terdapat beberapa rekomendasi manajerial yang perlu dilakukan oleh unit usaha Tebenan PTPN VII. 1. Unit usaha Tebenan PTPN VII perlu memperkirakan peramalan bahan baku untuk produksi, agar dapat mempersiapkan kebutuhan produksi. Proyeksi permalan didapat dari jumlah bahan baku sebelumnya dengan metode peramalan sebagai komponen penyusunan jadwal induk produksi. 2. Analisis peramalan bahan baku SIR dengan menggunakan metode winter menghasilkan total bahan baku 13.600 ton dibandingakan dengan metode yang diterapkan perusahaan 13.766 ton. Dengan selisih 166 ton, metode perusahaan lebih besar daripada metode winter. 3. Analisis perencanaan kapasitas dengan menggunakan metode CRP teknik level method menghasilkan perhitungan perencanaan kapasitas dengan penambahan bahan baku dan pengurangan bahan baku, serta mengurangi kapasitas untuk mendapatkan keseimbangan kapasitas dan bahan baku. 4. Analisis biaya operasional pengiriman bahan baku ke unit usaha seinduk menghasilkan biaya terendah dengan metode peramalan winter Rp 4.900.000 dengan besarnya penghematan 41,67% dibandingakan dengan metode yang diterapkan perusahaan. 5. Perhitungan berkala terhadap aktual stok bahan baku yang ada di gudang perlu dilakukan dengan metode tertentu untuk meningkatkan keakuratan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan a) Sistem produksi yang diterapkan oleh PTPN VII memiliki strategi make to stock. Strategi ini digunakan karena bahan baku yang tersedia untuk proses manufaktur tidak dapat diprediksi. Hal ini membuat sistem produksi PTPN VII menetapkan konsep push system. Aturan FIFO scheduling ini digunakan untuk lateks yang pertama kali datang ke gudang penyimpanan lateks, akan masuk pertama ke pabrik pengolahan karet. b) Berdasarkan metode CRP diperoleh bahwa sistem kapasitas bahan baku SIR pada pengolahan karet unit usaha Tebenan PTPN VII dapat diminimalkan karena perbandingan peramalan bahan baku perusahaan menghasilkan 13.766 ton/tahun dengan peramalan metode winter menghasilkan 13.600ton/tahun
23
memiliki selisih bahan baku 166 ton. Dengan kapasitas total 13.600 ton/tahun, maka keseimbangan beban bahan baku dan kapasitas menghasilkan biaya operasional untuk mengurangi beban. Biaya tersebut harus dikeluarkan unit usaha Tebenan lebih besar 41,67%, apabila menggunakan peramalan metode perusahaan. Saran 1. Sistem produksi yang menerapkan konsep push system membutuhkan peramalan yang baik untuk menyesuikan dengan kapasitas dengan menggunakan peramalan bahan baku SIR metode winter. 2. Metode CRP teknik level method menghasilkan perhitungan perencanaan kapasitas dengan melakukan penambahan bahan baku dan pengurangan bahan baku, serta mengurangi kapasitas untuk mendapatkan keseimbangan kapasitas dan bahan baku sehingga dapat mengetahui biaya operasional yang harus dikeluarkan unit usaha Tebenan PTPN VII.
DAFTAR PUSTAKA Assauri S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta (ID) : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Baroto T. 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta (ID) : Ghalia Indonesia. [BPS] Badan Pusat Statistik Jakarta. 2011. Pertumbuhan produksi perkebunan di Indonesia 2011. Jakarta (ID) : BPS. Buffa S. 1996. Manajemen Operasi dan Produksi Modern. Edisi Ke-8. Jakarta (ID) : Binarupa Aksara. Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. 2008. Statistik Perkebunan Tahun 2008. Jakarta (ID) : Departemen Pertanian. Gaspersz V. 2001. Production Planning and Inventory Control Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing 21. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka Utama. Handoko T. H. 1997. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta (ID) : BPFE. Harding H. A. 1999. Manajemen Produksi. Jakarta (ID) : Balai Aksara. Herjanto E. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi Kedua. Jakarta (ID) : Grasindo. Heizer J and B. Render. 2004. Principles of Operations Management. New Jersey (US) : Prentice Hall. Hutajulu O. 2010. Kajian Peramalan Permintaan dan Perencanaan Optimasi produksi Semen Pada Plant 11 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Ishak A. 2010. Manajemen Produksi. Yogyakarta (ID) : Graha Ilmu.
24
Naibaho P. 2009. Kajian Perencanaan Produksi Agregat di PT Wiska. Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Solehudin A. 2007. Kajian Perencanaan Produksi Agregat (Studi kasus Pada PT Adi Putra Perkas, Cicurug – Sukabumi). Bogor (ID) : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi PTPN VII
RUPS Dewan Komisaris Direktur Utama
Direktur Produksi
Distrik Way sekampung
UU Keda
Distrik Way seputih
UU Bege
UU Wabe
UU Patu
UU Buma
UU Resa
UU Pewa
UU Tubu
UU Beki
Direktur Pemasaran & Perencanaan Pengembangan
Direktur Keungan
Distrik banyuasin
Distrik Muara enim
Distrik Bengkulu
UU Mula
UU Tebe
UU Batu
UU Suli
UU Sula
UU Sena
UU Beka
UU Beta
UU Tasa
UU pala
UU Beri
UU baja
UU Cima
UU Suni
UU Tapi
UU Pawi
UU Keta
25
UU WAli
Direktur SDM
Lampiran 2. Standard Indonesian Rubber (SIR) PTPN VII Uraian
SIR 10
SIR 20
Kadar kotor maksimum
0,10%
0,50%
Kadar abu maksimum
0,75%
1,50%
Kadar zat asiri maksimum
1,0%
1,0%
Jumlah padatan (total solids) minimum
61,5%
64%
Perbedaan angka butir 1 dan 2 maksimum
2,0%
2,0%
Kadar amoniak (berdasarkan jumlah air yang terdapat dalam lateks pekat) minimum Viskositas maksimum pada suhu 250 C
1,6%
1,6%
50 centipoises
50 centipoises
Kadar koagulum dari jumlah maksimum
0,08%
0,08%
PRI minimum
50
30
Plastisitas – Po minimum
30
30
Limit warna (skala lovibond) maksimum
-
-
Kode warna
Kuning
Sumber : Divisi pemasaran & perencanaan pengembangan PTPN VII
26
Lampiran 3. Penjabaran produksi lateks unit usaha Tebenan PTPN VII tahun 2011-2012
PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) Distrik Banyuasin
URAI AN
LUAS ( HA )
PRODUKSI ( TON )
URAIAN LUAS ( HA ) PRODUKSI ( TON )
REAL
PENJABARAN PRODUKSI LATEKS TAHUN 2011-2012 KOMODITI : KARET UNIT USAHA : TERBENAN
Tahun : 2011-2012
REAL TAHUN 2011
JAN
PEB
MAR
Trw-I2011
APR
MEI
JUNI
TrwII2011
JULI
AGUS
SEP
TrwIII2011
OKT
NOP
DES
TrwIV2011
646
646
646
646
646
646
646
646
646
646
646
646
646
646
646
646
646
14,189
1,21 0
1,13 0
1,223
3,563
1,182
1,228
1,182
1250
1038
1182
1160
1218
PEB
MAR
Trw-I2012
APR
MEI
JUNI
3,470 TrwIII2012
1186
JAN
3,592 TrwII2012
OKT
NOP
DES
3564 TrwIV2012
620
620
620
1753
1570
1268
REAL TAHUN 2012 620 13,339
JULI
AGUS
SEP
620
620
620
620
620
620
620
620
620
620
620
620
620
4,591
921
1174
843
2,938
838
1008
734
2,580
768
1197
1265
3,230
Manager Unit Usaha,
27
Lampiran 4. Hasil perbandingan peramalan bahan baku lateks SIR metode perusahaan dengan metode winter Bahan Baku Lateks SIR 10 dan SIR 20
Bahan Baku Lateks SIR 10 dan SIR 20
Metode
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Winter
1160
1080
1160
1120
1160
1120
Perusahaan
1146
1077
1172
1138
1188
1148
Metode
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Winter
1200
1000
1160
1160
1120
1160
Perusahaan
1218
1015
1158
1165
1141
1200
Total bahan baku metode winter = 13.600 ton Total bahan baku metode perusahaan = 13.766 ton
28
Lampiran 5. Hasil perhitungan kebutuhan bahan baku SIR tahun 2013 1. SIR 10
Bulan
Waktu Pengolahan (Hari)
Kapasitas (Ton/hari)
28 Januari 27 Februari 29 Maret 29 April 29 Mei 29 Juni 30 Juli 29 Agustus 24 September 30 Oktober 28 November 28 Desember Keterangan : Waktu pengolahan dalam 1 tahun = 340 hari
25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
Kebutuhan Bahan Baku (Ton)
28 hari X 25 ton/hari = 700 ton 27 hari X 25 ton/hari = 675 ton 29 hari X 25 ton/hari = 725 ton 29 hari X 25 ton/hari = 725 ton 29 hari X 25 ton/hari = 725 ton 29 hari X 25 ton/hari = 725 ton 30 hari X 25 ton/hari = 750 ton 29 hari X 25 ton/hari = 725 ton 24 hari X 25 ton/hari = 600 ton 30 hari X 25 ton/hari = 750 ton 28 hari X 25 ton/hari = 700 ton 28 hari X 25 ton/hari = 700 ton
Kapasitas produksi dalam 1 tahun = 25 x 340 = 8500 ton/hari Kebutuhan bahan baku dalam 1 tahun = 8500 ton/hari 29
Lanjutan Lampiran 5. 2. SIR 20
Bulan
Waktu Pengolahan (Hari)
Kapasitas (Ton/hari)
28 Januari 27 Februari 29 Maret 29 April 29 Mei 29 Juni 30 Juli 29 Agustus 24 September 30 Oktober 28 November 28 Desember Keterangan : Waktu pengolahan dalam 1 tahun = 340 hari
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Kebutuhan Bahan Baku (Ton)
28 hari X 15 ton/hari = 420 ton 27 hari X 15 ton/hari = 405 ton 29 hari X 15 ton/hari = 435 ton 29 hari X 15 ton/hari = 435 ton 29 hari X 15 ton/hari = 435 ton 29 hari X 15 ton/hari = 435 ton 30 hari X 15 ton/hari = 450 ton 29 hari X 15 ton/hari = 435 ton 24 hari X 15 ton/hari = 360 ton 30 hari X 15 ton/hari = 450 ton 28 hari X 15 ton/hari = 420 ton 28 hari X 15 ton/hari = 420 ton
Kapasitas produksi dalam 1 tahun = 15 x 340 = 5100 ton/hari Kebutuhan bahan baku dalam 1 tahun = 5100 ton/hari 30
Lampiran 6. Hasil perhitungan metode CRP teknik level method dengan peramalan bahan baku SIR metode winter tahun 2013 UU Tebenan
Bahan Baku
UU Sendiri Ke UU Seinduk Dari UU Seinduk SIR 10
Kebutuhan Bahan SIR 20 Baku Total Kebutuhan bahan Baku Meningkatkan Kapasitas Mengurangi Kapasitas Produksi
Januari
Februari
Maret
TW I / 2013
April
Mei
Juni
TW II / 2013
1160
1080
1160
3400
1120
1160
1120
3400
40
-
-
40
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
700
675
725
2100
725
725
725
2175
420
405
435
1260
435
435
435
1305
1120
1080
1160
3360
1160
1160
1160
3480
-
-
-
-
-
-
-
-
1120
1080
1160
3360
1120
1160
1120
3400
Total Bahan Baku TW I/2013 = 3400 ton Total Kebutuhan Bahan Baku TW I/2013 = 3360 ton Total Bahan Baku TW II/2013 = 3400 ton Total Kebutuhan Bahan Baku TW II/2013 = 3480 ton 31
Lanjutan Lampiran 6. UU Tebenan
Bahan Baku
UU Sendiri Ke UU Seinduk Dari UU Seinduk SIR 10
Kebutuhan Bahan SIR 20 Baku Total kebutuhan Bahan Baku Meningkatkan Kapasitas Mengurangi Kapasitas Produksi
Juli
Agustus
September
TW III / 2013
Oktober
1200
1000
1160
3360
1160
1120
1160
3440
-
-
200
200
-
-
40
40
-
-
-
-
-
-
-
-
750
725
600
2075
750
700
700
2150
450
435
360
1245
450
420
420
1290
1200
1160
960
3320
1200
1120
1120
3440
-
-
-
-
-
-
-
-
1200
1000
960
3160
1160
1120
1120
3400
November Desember
TW IV / 2013
Total Bahan Baku TW III/2013 = 3360 ton Total Kebutuhan Bahan Baku TW III/2013 = 3320 ton Total Bahan Baku TW IV/2013 = 3440 ton Total Kebutuhan Bahan Baku TW IV/2013 = 3440 ton
32
Lampiran 7. Hasil perhitungan metode CRP teknik level method dengan peramalan bahan baku SIR perusahaan tahun 2013 UU Tebenan
Bahan Baku
UU Sendiri Ke UU Seinduk Dari UU Seinduk SIR 10
Kebutuhan Bahan SIR 20 Baku Total Kebutuhan bahan Baku Meningkatkan kapasitas Mengurangi kapasitas Produksi
Januari
Februari
Maret
TW I / 2013
April
Mei
Juni
TW II / 2013
1146
1077
1172
3395
1138
1188
1148
3474
26
-
12
38
-
28
-
28
-
-
-
-
-
-
-
-
700
675
725
2100
725
725
725
2175
420
405
435
1260
435
435
435
1305
1120
1080
1160
3360
1160
1160
1160
3480
-
-
-
-
-
-
-
-
1120
3 1077
1160
3 3357
22 1138
1160
12 1148
34 3446
Total Bahan Baku TW I/2013 = 3383 ton Total Kebutuhan Bahan Baku TW I/2013 = 3360 ton Total Bahan Baku TW II/2013 = 3474 ton Total Kebutuhan Bahan Baku TW II/2013 = 3480 ton 33
Lanjutan Lampiran 7. UU Tebenan
Bahan Baku
UU Sendiri Ke UU Seinduk Dari UU Seinduk SIR 10
Kebutuhan Bahan SIR 20 Baku Total kebutuhan Bahan Baku Meningkatkan Kapasitas Mengurangi Kapasitas Produksi
Juli
Agustus
September
TW III / 2013
Oktober
1218
1015
1158
3391
1165
1141
1200
3506
18
-
198
216
-
21
80
101
-
-
-
-
-
-
-
-
750
725
600
2075
750
700
700
2150
450
435
360
1245
450
420
420
1290
1200
1160
960
3320
1200
1120
1120
3440
-
-
-
-
-
-
-
-
1200
145 1015
960
145 3175
35 1165
1120
1120
35 3405
November Desember
TW IV / 2013
Total Bahan Baku TW III/2013 = 3391 ton Total Kebutuhan Bahan Baku TW III/2013 = 3320 ton Total Bahan Baku TW IV/2013 = 3506 ton Total Kebutuhan Bahan Baku TW IV/2013 = 3440 ton
34
Lampiran 8. Hasil perhitungan biaya operasional dengan peramalan winter UU Tebenan Bahan Baku
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Juli
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
UU Sendiri
1160
1080
1160
1120
1160
1120
1200
1000
1160
1160
1120
1160
Ke UU Seinduk
40
-
-
-
-
-
-
-
200
-
-
40
1120
1080
1160
1120
1160
1120
1200
1000
960
1160
1120
1120
Produksi
Keterangan : Kapasitas satu truk = 40 ton Biaya Operasional : BO Januari = Rp 700.000 BO Febuari = Rp 700.000 BO Maret = Rp 700.000 BO April = Rp 700.000 BO Mei = Rp 700.000 BO Juni = Rp 700.000 BO Juli = Rp 700.000 BO Agustus = Rp 700.000 BO September = Rp 700.000 BO Oktober = Rp 700.000 BO November = Rp 700.000 BO Desember = Rp 700.000
Total biaya operasional
× × × × × × × × × × × ×
= Rp 700.000
1 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 1
= = = = = = = = = = = =
Rp 700.000 0 0 0 0 0 0 0 Rp 3.500.000 0 0 Rp. 700.000
+ Rp 3.500.000
+ Rp. 700.000
=
Rp 4.900.000
35
Lampiran 9. Hasil perhitungan biaya operasional dengan peramalan perusahaan UU Tebenan Bahan Baku
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Juli
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
UU Sendiri
1146
1077
1172
1138
1188
1148
1218
1015
1158
1165
1141
1200
Ke UU Seinduk
26
-
12
-
28
-
18
-
198
-
21
80
1120
1077
1160
1138
1160
1148
1200
1015
960
1165
1120
1120
Produksi
Keterangan : Kapasitas satu truk = 40 ton Biaya Operasional : BO Januari = Rp 700.000 BO Febuari = Rp 700.000 BO Maret = Rp 700.000 BO April = Rp 700.000 BO Mei = Rp 700.000 BO Juni = Rp 700.000 BO Juli = Rp 700.000 BO Agustus = Rp 700.000 BO September = Rp 700.000 BO Oktober = Rp 700.000 BO November = Rp 700.000 BO Desember = Rp 700.000 Total biaya operasional
× × × × × × × × × × × ×
1 0 1 0 1 0 1 0 5 0 1 2
= Rp 700.000 + Rp. 1.400.000 = Rp 8.400.000
= = = = = = = = = = = =
Rp 700.000 0 Rp 700.000 0 Rp 700.000 0 Rp 700.000 0 Rp 3.500.000 0 Rp 700.000 Rp. 1.400.000
+ Rp 700.000
+ Rp. 700.000
+ Rp 700.000
+ Rp 3.500.000
+ Rp 700.000
36
37
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 20 April 1989, sebagai anak kedua dari Harnadi Bachtiar dan Benida Harnadi. Penulis merupakan lulusan pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Gunung Sahari 01 Jakarta pada tahun 2001, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 8 Jakarta pada tahun 2004 dan kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 31 Jakarta. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Masuk Reguler IPB untuk Program Diploma. Penulis memperoleh gelar Ahli Madya pada tahun 2010 dari Program Diploma dengan predikat memuaskan. Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan ke Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), IPB melalui jalur tes.