ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABUNGAN HARI TUA PADA PT TASPEN (Persero)
Oleh : SONY RULYANTO H24103033
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABUNGAN HARI TUA PADA PT TASPEN (Persero)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh : Sony Rulyanto H24103033
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ABSTRAK
Sony Rulyanto H24103033. Analisis Pengelolaan Dana Tabungan Hari Tua Pada PT TASPEN (Persero). Di bawah bimbingan Farida Ratna Dewi. Adanya risiko tenaga kerja (labor risk) menyebabkan perlunya keberadaan jaminan sosial bagi para tenaga kerja tersebut. Agar penyelenggaraan jaminan sosial tersebut dapat berlangsung dengan baik maka diperlukan suatu badan umum yang mengelola kegiatan pemberian jaminan sosial bagi tenaga kerja. PT TASPEN (Persero) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak sebagai penyelenggara pemberian jaminan sosial bagi tenaga kerja. Agar dapat melakukan fungsi perusahaan secara optimal diperlukan suatu kegiatan pengelolaan dana dalam tubuh perusahaan secara baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produk asuransi yang dikelola perusahaan, mengetahui bagaimana pengelolaan dana tabungan dan asuransi pegawai negeri yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero), serta menganalisis kinerja keuangan PT TASPEN (Persero) berdasarkan kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan. Pada tujuan kedua dan ketiga dari kegiatan penelitian ini, ruang lingkup hanya terbatas pada salah satu produk asuransi perusahaan yang dalam hal ini berupa tabungan hari tua. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer berupa laporan keuangan beserta ikhtisarnya yang diperoleh melalui wawancara, data mengenai jumlah peserta dan penerima manfaat, serta data pemberian manfaat bagi peserta. Sedangkan data sekunder yang digunakan meliputi sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, jumlah pegawai, serta jenis program yang dikelola perusahaan. Metode analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan meliputi analisa rasio keuangan, analisa persentase per komponen, analisa Du Pont, dan analisa Altman Z Score. Melalui hasil penelitian dapat diketahui bahwa PT TASPEN (Persero) mengelola produk asuransi yang berupa program tabungan hari tua dan program pensiun dimana pengembangan program tabungan hari tua berupa asuransi multiguna sejahtera dan ekaguna sejahtera. Investasi perusahaan sangat didominasi dalam bentuk obligasi yang mencapai 77,37% dari keseluruhan nilai investasi perusahaan. Sedangkan pengelolaan dana lainnya berupa deposito sebesar 25,93% dan investasi lainnya sebesar 0,69% dari keseluruhan nilai investasi. Dari hasil analisa rasio keuangan dapat diketahui bahwa kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan dinilai cukup baik. Analisa persentase per komponen menunjukkan bagaimana komposisi pada laporan keuangan perusahaan yang mencerminkan investasi untuk setiap akun perusahaan, dimana dapat diketahui bahwa sumber pendapatan utama perusahaan berupa pendapatan premi yang ditunjang dengan pendapatan investasi. Dari hasil analisa Du Pont dapat diketahui bahwa pencapaian tingkat pengembalian ekuitas perusahaan sebesar 37,24%. Z score dihasilkan mempunyai nilai yang tidak secara signifikan menunjukkn keadaan perusahaan secara nyata. Hal ini terjadi karena perusahaan sangat menitikberatkan pada penjaminan kewajiban pemegang polis.
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS PENGELOLAAN DANA TABUNGAN HARI TUA PADA PT TASPEN (Persero)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh : Sony Rulyanto H24103033 Menyetujui, Februari 2007
Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M. Sc Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 6 Februari 2007
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Sony Rulyanto lahir pada tanggal 25 Maret 1985 di Mojokerto, Jawa Timur. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Rudy Widaryanto dan Lilik Sukantiasih. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Wijana Sejati pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1991. Kemudian melanjutkan pendidikan pada Sekolah Dasar Katolik Wijana Sejati kota Mojokerto tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Sekolah lanjutan pertama penulis tempuh pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Mojokerto dan tamat tahun 2000. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Puri Mojokerto pada tahun 2003. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi pada Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga sampai saat ini penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pengelolaan Dana Tabungan Hari Tua Pada PT TASPEN (Persero)” dapat penulis selesaikan.. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak telah memberikan saran, bimbingan, dan dukungan hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak saran, bimbingan dan dukungan kepada penulis dengan penuh kesabaran. Secara pribadi, dalam kesempatan ini penulis juga meminta maaf yang sebesar-besarnya karena selama penulisan skripsi ini telah banyak melakukan kesalahan baik dalam proses maupun secara prosedural.. 2. Wita Juwita Ermawati, STP, MM dan Beatrice Mantoroadi, SE.AK, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak banyak kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Ibu Susiana Retnowati selaku Manajer Utama divisi personalia PT TASPEN (Persero) yang telah memberikan izin bagi penulis untuk dapat melakukan penelitian di PT TASPEN (Persero). 4. Ibu Anna dari PT TASPEN (Persero) yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan bagi penulis dalam pengumpulan data selama melakukan penelitian. 5. Mama Papa atas doa, semangat dan dukungannya yang telah diberikan selama ini. 6. Dina Hestary atas semua motivasi, doa dan semangatnya. U’re my inspiration. 7. Nia atas semua bantuan dan dukungannya yang berarti bagi penulis selama menyelesaikan studi di IPB. Thanks for every thinks girl. 8. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat mengikuti studi pada
Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (FEM IPB). 9. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ekonomi dan Manajemen, khususnya Departemen Manajemen yang telah membimbing dan membantu penulis selama menyelesaikan studi di FEM IPB. 10. Temen-temen kontrakan yang sekarang tinggal 2 orang Steph n Potel, makasih banyak atas kebersamaannya selama ini. Expecially To Steph “makasih udah jadi bapak rumah tangga yang baik, klo ga, ga tau deh jadinya tu kontrakan”. 11. My best friends Hilman, Dedi, Sansa, Gema, Dodo, Gala, Eko, Aca, Kiki, Made, Okty, Citra, Melly, Dewi atas kebersamaan dan suport yang diberikan. My specially advice to Hilman don’t be so pesimistic, U’re destiny on U’re Hands. 12. Temen-temen Manajemen 40, terimakasih atasi motivasi dan dukungannya. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Februari 2007
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP ..............................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..........................................................................
v
DAFTAR ISI .........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
x
DAFTAR TABEL ................................................................................
xi
DAFTAR GRAFIK ..............................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
xiii
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ............................................................... 1.2. Perumusan Masalah ........................................................ 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................ 1.4. Manfaat Penelitian .......................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Asuransi ............................................................ 2.1.1. Zaman Purbakala ................................................ 2.1.1.1. Benih Asuransi Harta ............................ 2.1.1.2. Benih Asuransi Jiwa .............................. 2.1.2. Abad Pertengahan .............................................. 2.1.2.1. Asuransi oleh Gilda ............................... 2.1.2.2. Mula-mula Kontrak Asuransi Laut ....... 2.1.3. Zaman Modern ................................................... 2.1.3.1. Asuransi Laut ........................................ 2.1.3.2. Asuransi Kebakaran .............................. 2.1.3.3. Asuransi Jiwa ........................................ 2.2. Perusahaan Asuransi ..................................................... 2.2.1. Karakteristik Dasar Industri Asuransi................. 2.3. Sistem Perlindungan Sosial ............................................ 2.3.1. Sistem Perlindungan Sosial Formal ................... 2.4. Laporan Keuangan ......................................................... 2.4.1. Laporan Rugi Laba ............................................. 2.4.2. Neraca ................................................................ 2.5. Analisa Laporan Keuangan ............................................. 2.5.1. Analisa Rasio Keuangan .................................... 2.5.2. Analisa Persentase Per Komponen (Common Size Percentage) ................................................. 2.5.3. Analisa Du Pont .................................................
1 3 4 4 4
5 5 5 6 7 7 7 7 7 8 9 9 10 11 12 14 17 17 23 24 28 29
2.5.4. Analisa Z Skor dari Altman (Altman Z Score) .. 2.6. Hasil Penelitian terdahulu ..............................................
31 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran ....................................................... 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................ 3.3. Jenis dan Sumber Data ................................................... 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data .......................... 3.4.1. Deskriptif ........................................................... 3.4.2. Analisa Rasio Keuangan .................................... 3.4.3. Analisa Persentase Per Komponen ..................... 3.4.4. Analisa Du Pont ................................................. 3.4.5. Analisa Altman Z Score .....................................
34 35 35 35 35 36 40 41 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sekilas Tentang PT TASPEN (Persero).......................... 4.1.1. Latar Belakang Pendirian Perusahaan dan Dasar Hukum ................................................................ 4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan ............................ 4.1.3. Profil Karyawan .................................................. 4.2. Hukum/Perundangan dan Peraturan-Peraturan Perundangan yang Terkait dengan Operasi PT TASPEN (Persero) ......................................................................... 4.3. Program (Produk) yang Dikelola Oleh PT TASPEN (Persero) ......................................................................... 4.4. Mekanisme Penyampaian Produk .................................. 4.5. Peserta dan Pendapatan Premi ........................................ 4.5.1. Peserta ................................................................ 4.5.2. Pendapatan Premi................................................ 4.6. Kegiatan Pengelolaan Dana yang Dilakukan Oleh PT TASPEN (Persero) dalam Kegiatan Investasi ................ 4.6.1. Penilaian Investasi .............................................. 4.6.2. Investasi Program Tabungan Hari Tua (THT) ... 4.6.3. Hasil (pendapatan) investasi .............................. 4.7. Penyelesaian Klaim dan Penyampaian Manfaat ............ 4.7.1. Mekanisme Penyelesaian Klaim ........................ 4.7.2. Mekanisme Penyampaian Manfaat .................... 4.7.3. Pemberian Manfaat Program Bagi Peserta ........ 4.8. Kinerja Keuangan PT TASPEN (Persero) ..................... 4.8.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan ....................... 4.8.2. Kondisi Keuangan Perusahaan ........................... 4.9. Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan .......................... 4.9.1. Analisa Rasio Keuangan .................................... 4.9.2. Analisa Persentase Per Komponen ..................... 4.9.3. Analisa Du Pont ................................................. 4.9.4. Analisa Altman Z Score .....................................
45 45 46 50
51 51 56 57 57 57 58 58 60 62 63 63 63 64 66 66 69 71 71 79 82 87
BAB V
Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan...................................................................... 5.2. Saran ...............................................................................
89 90
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
91
LAMPIRAN .........................................................................................
93
DAFTAR GAMBAR
No 1. 2. 3. 4. 5.
Halaman Kerangka Analisa Du Pont ............................................................... Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................ Mekanisme Penyampaian Produk ................................................... Mekanisme Penyelesaian dan Penyampaian Manfaat ...................... Analisa Du Pont Pada PT TASPEN (Persero) .................................
30 44 57 64 86
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
58 59 60 60 63 65 71
Rincian Pendapatan Premi Program Tabungan Hari Tua ................ Dasar Pencatatan dan Penilaian Investasi ........................................ Rincian Modal Saham yang Disetor Pada PT Arthaloka Indonesia Pengalokasian Dana Investasi Program Tabungan Hari Tua ........... Pendapatan Investasi Program Tabungan Hari Tua ......................... Rincian Pembayaran Manfaat Program Tabungan Hari Tua (THT) Rasio keuangan Program Tabungan Hari Tua (THT) ...................... Analisa Persentase Per Komponen Terhadap Neraca Program Tabungan Hari Tua PT TASPEN (Persero) ..................................... 9. Analisa Persentase Per Komponen Terhadap Laporan Rugi Laba Program Tabungan Hari Tua PT TASPEN (Persero) ....................... 10. Komponen Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE) PT TASPEN (Persero) ........................................................................... 11. Komponen Rasio Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) PT TASPEN (Persero) ........................................................................... 12. Komponen Margin Laba Bersih PT TASPEN (Persero) ................. 13. Komponen Rasio Perputaran Total Aktiva PT TASPEN (Persero) .
79 81 83 84 85 85
DAFTAR GRAFIK
No 1. Profil Karyawan Menurut Jabatan ................................................... 2. Profil Karyawan Menurut Tingkat Pendidikan ................................
Halaman 50 50
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1. 2. 3. 4. 5. 6.
93 94 95 96 97
Struktur Organisasi PT TASPEN (Persero) .................................... Kantor Cabang PT TASPEN (Persero) Di Indonesia ...................... Iktisar Peserta Aktif Dan Penerima Pensiun 2001-2005................... Produktivitas Karyawan Terhadap Peserta Dan Penerima Pensiun . Kebijakan Pemberian Manfaat Program Bagi Peserta ..................... Laporan Keuangan Program Tabungan Hari Tua PT TASPEN (Persero) Tahun 2005 Dan 2004 ...................................................... 7. Perhitungan Rasio Keuangan Program Tabungan Hari Tua ............ 8. Perhitungan Metode Analisa Altman Z Score .................................
99 108 111
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Jaminan sosial bagi tenaga kerja merupakan suatu bentuk perlindungan yang diberikan kepada pekerja beserta keluarganya terhadap berbagai risiko yang ada pada tenaga kerja itu sendiri (labor risk) misalnya risiko kehilangan pekerjaan, kecelakaan kerja, sakit, cacat, lanjut usia, meninggal dunia, dan lain-lain. Jaminan sosial bagi tenaga kerja merupakan bagian dari sistem perlindungan sosial yang memberikan perlindungan tidak hanya kepada mereka yang bekerja saja tetapi juga kepada seluruh anggota keluarganya. Dalam masyarakat tradisional perlindungan sosial terhadap warganya lebih banyak dilakukan secara informal dengan mengandalkan bantuan keluarga lainnya, tetangga dan masyarakat. Misalnya setiap generasi mempunyai tanggung jawab untuk mengurus dan memelihara orang tua di hari tua mereka dan masyarakat diharapkan akan membantu mereka yang lemah. Akan tetapi, adanya tekanan-tekanan seperti arus urbanisasi mengakibatkan melemahnya sistem perlindungan sosial informal tersebut (Lembaga Penelitian SMERU 2003). Industrialisasi yang diikuti dengan urbanisasi telah menyebabkan kota-kota besar dipadati dengan sejumlah besar tenaga kerja yang hidupnya tergantung dari penerimaan upah. Kemajuan teknologi kedokteran telah berhasil meningkatkan usia harapan hidup tetapi di lain sisi hal ini dapat mengakibatkan akan bertambah banyaknya golongan penduduk lanjut usia dan tidak produktif lagi yang hidupnya tergantung dari orang lain dan semakin banyaknya jumlah pensiunan lanjut usia (manula) yang memerlukan biaya untuk kesehatannya. PT TASPEN (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang asuransi sosial dengan kegiatan utamanya yang bergerak dalam penyimpanan tabungan pegawai negeri yang menjadi peserta dan
2
memberikan manfaat atas tabungan tersebut dalam bentuk asuransi bagi peserta. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya menghadapi tingkat risiko yang dapat dikatakan cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena ruang kegiatan usaha perusahaan yang bergerak di bidang asuransi. Dalam dunia asuransi, risiko utama yang dihadapi oleh perusahaan asuransi ialah risiko klaim dari peserta. Risiko tersebut dikatakan cukup tinggi karena perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi menghadapi kondisi ketidakpastian yang dapat menyebabkan terjadinya klaim itu sendiri. Perusahaan hanya dapat memperkirakan kejadiankejadian yang mungkin dapat terjadi sehubungan dengan risiko klaim yang dihadapi akan tetapi perusahaan tidak dapat mengetahui dengan pasti kapan klaim tersebut terjadi. Dalam hal ini perusahaan memerlukan perencanaan yang berkaitan dengan pengelolaan dana keuangannya secara baik agar saat terjadi klaim dari peserta, perusahaan dapat melakukan kewajibannya sebagai penyelenggara asuransi secara optimal. Oleh karena itu, agar pemberian manfaat bagi peserta dapat dilakukan secara maksimal maka PT TASPEN (Persero) perlu menghasilkankinerja-kinerja yang berorientasi pada pemerolehan laba bagi perusahaan. Kinerja-kinerja yang berorientasi pada pemerolehan laba bagi perusahaan sangat diperlukan karena kegiatan tersebut sangat menunjang eksistensi dari PT TASPEN (Persero). Pengelolaan dana tabungan yang terkumpul dari peserta ke dalam aktivitas dunia investasi merupakan bentuk dari kinerja yang berorientasi laba. Pengelolaan dana yang efektif pada PT TASPEN (Persero) akan berdampak positif bagi kinerja perusahaan dimana keuntungan dari pengelolaan dana dapat menghasilkan pemberian manfaat yang maksimal bagi
peserta.
Akan
tetapi
kegiatan
pengelolaan
dana
perlu
dipertimbangkan secara baik mengingat PT TASPEN (Persero) bergerak dalam bidang asuransi sosial. Dalam hal ini keberadaan perusahaan yang didasarkan atas adanya peserta yang mempunyai peranan vital. Adanya klaim-klaim yang diajukan peserta serta beban-beban yang ditanggung
3
dapat dijadikan salah satu dasar pemikiran mengenai kebijakan pengelolaan dana yang ada pada PT TASPEN (Persero). 1.2.
Perumusan Masalah Selain hal di atas, faktor-faktor seperti kondisi perekonomian yang ada di Indonesia dan kebijakan pemerintah mengenai gaji pokok Pegawai Negeri Sipil perlu untuk diperhatikan. Mengingat kebijakan pengelolaan dana yang ada melalui investasi dapat dilakukan melalui deposito, obligasi dan sejenisnya maka faktor-faktor ekonomi perlu untuk dipertimbangkan. Bagaimana seringkali tingkat suku bunga sebagai salah satu faktor yang ada dalam perekonomian dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kegiatan investasi sebuah perusahaan. Disamping itu adanya kebijakan pemerintah menaikkan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil menyebabkan terjadinya kenaikan pendapatan premi akan tetapi di sisi lain hal tersebut akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap beban klaim dan pemberian manfaat dalam pemenuhan kewajiban manfaat polis masa depan yang cukup signifikan pula. Oleh karena itu berbagai faktor perlu untuk dipertimbangkan dalam kegiatan pengelolaan dana yang ada agar kegiatan pengelolaan dana dapat dilakukan secara efektif. Dengan pengelolaan dana yang efektif maka perusahaan dapat memperoleh tingkat keuntungan yang maksimal disamping juga melakukan pemberian manfaat bagi peserta secara maksimal pula. Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah yang akan diteliti ialah : 1. Bagaimana program asuransi yang dikelola oleh PT TASPEN (Persero). 2. Bagaimana pengelolaan dana tabungan dan asuransi pegawai negeri yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero). 3. Bagaimana kinerja keuangan PT TASPEN (Persero) berdasarkan kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan.
4
1.3.
Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui program asuransi yang dikelola oleh PT TASPEN (Persero) 2. Mengetahui pengelolaan dana tabungan dan asuransi pegawai negeri pada PT TASPEN (Persero). 3. Menganalisis kinerja PT TASPEN (Persero) berdasarkan kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan.
1.4.
MANFAAT PENELITIAN 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi PT TASPEN (Persero) dalam menentukan kegiatan pengelolaan dana tabungan dan asuransi yang efektif. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis sendiri dan para pembaca. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan penunjang studi bagi yang berminat untuk melakukan studi lanjutan.
1.5.
RUANG LINGKUP PENELITIAN Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian yang digunakan berkaitan dengan pengelolaan dana tabungan hari tua sebagai salah satu produk asuransi yang dikelola perusahaan serta penilaian kinerja keuangan terhadap pengelolaan dana yang dilakukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Sejarah Asuransi Menurut Mehr dan Commack dalam A. Hasymi (1982) menggambarkan sejarah asuransi sebagai berikut : 2.1.1.
Zaman Purbakala Karena langkanya bukti-bukti yang dapat dipercaya, maka terdapat perbedaan pendapat mengenai asal usul asuransi yang kita kenal sekarang. Akan tetapi, benih asuransi dapat terlihat dari cara-cara manusia purba menangani risiko harta dan jiwa mereka. 2.1.1.1. Benih Asuransi Harta Beberapa ahli menganggap bahwa benih asuransi harta sudah ada di lembah Eufrat, Babylonia, beberapa ribu tahun yang lalu. Pada waktu itu perniagaan Babylonia telah berkembang pesat sehingga para saudagar mengirimkan penjual-penjual mereka ke daerah sekitar Babilon untuk menjual barang-barang mereka. Para saudagar sebagai majikan penjual-penjual tersebut tentu saja meminta sesuatu jaminan untuk meyakinkannya bahwa para penjual itu akan kembali dengan membawa laba dan tidak akan melarikan diri. Para penjual itu menjadikan harta mereka sendiri sebagai jaminan bahwa mereka tidak akan menipu majikan mereka dan penjual ini bekerja berdasarkan persentase keuntungan dari perjalanan dagang mereka. Akan tetapi sebagian daerah yang dikunjungi para penjual ini tidak begitu aman. Adakalanya barang-barang dan uang kepunyaan majikan mereka dirampas di tengah jalan sehingga para penjual kembali ke negeri mereka dengan tidak membawa apa-apa sehingga harta mereka yang dijadikan jaminan disita oleh majikan mereka. Keadaan ini menimbulkan
6
protes dari para penjual karena dirasa tidak adil sehingga kemudian lahirlah perubahan pengaturan perjanjian. Dengan sistem baru ini, majikan dan penjual membagi rata keuntungan yang diperoleh dari perjalanan dagang akan tetapi jika terjadi kerugian yang disebabkan oleh pencurian atau perampokan di negeri asing dan bukan karena kesalahan penjual maka harta jaminan penjual tidak akan disita oleh majikan. Jadi sebagian risiko usaha itu dipindahkan atau dikisarkan dari para penjual kepada majikannya. Pemindahan atau pengisaran risiko inilah yang merupakan ciri-ciri asuransi yang merupakan benih asuransi harta. Konsep pengisaran risiko dari satu pihak ke pihak lain dalam suatu transaksi ini dijumpai pula di Yunani kuno. Apabila seorang pelepas uang Yunani
memberikan pinjaman kepada
pemilik kapal untuk membiayai suatu pelayaran, maka kapal itu dijadikan jaminan atau agunan untuk pinjaman tersebut. Akan tetapi, pemberi pinjaman ini setuju bahwa pinjaman itu batal jika kapal gagal kembali pulang. Karena besarnya risiko usaha tersebut maka tingkat bunga yang harus dibayar oleh peminjam lebih tinggi dari yang biasa. Perbedaan antara tingkat bunga yang harus dibayar peminjam dengan tingkat bunga normal adalah sama dengan apa yang sekarang disebut premi asuransi. 2.1.1.2. Benih Asuransi Jiwa Perintis asuransi jiwa dan kesehatan modern juga dijumpai di Yunani dan Romawi kuno. Di Yunani terdapat kelompok-kelompok keagamaan yang melakukan kegiatan pengumpulan dana dari para anggotanya untuk menjamin biaya penguburan. Kegiatan ini barangkali merupakan bentuk awal dari asuransi penguburan. Sewaktu Romawi menggantikan Yunani sebagai pemimpin dunia kuno, orang Romawi ini menggunakan sistem yang sama untuk asuransi jiwa. Akan tetapi, dengan berkembangnya sistem
7
Romawi titik berat kegiatan ini bukan lagi pada unsur keagamaan melainkan terbuka untuk masyarakat umum. 2.1.2.
Abad Pertengahan 2.1.2.1. Asuransi oleh Gilda Kegiatan gilda-gilda di abad pertengahan banyak membantu berkembangnya ide asuransi. Mereka mengadakan rancangan asuransi yang dibiayai dengan iuran reguler para anggotanya. Manfaat dibayarkan untuk berbagai macam kerugian diantaranya adalah untuk kerugian kebakaran, karamnya kapal, pencurian dan kebanjiran. Walaupun gilda-gilda ini tidak berkembang menjadi perusahaan asuransi seperti yang kita kenal sekarang namun mereka telah menyediakan kebutuhan asuransi pada jamannya. 2.1.2.2. Mula-mula Kontrak Asuransi Laut Tidak ada kesepakatan para ahli mengenai kapan tepatnya kontrak asuransi laut pertama kali lahir. Akan tetapi, tampaknya asuransi laut mungkin telah ditulis sejak pertengahan abad XIV. Pada pertengahan abad VX aturan-aturan tentang perilaku bisnis telah dikembangkan oleh beberapa kota pelabuhan Laut Tengah.
2.1.3.
Zaman Modern 2.1.3.1. Asuransi laut Perkembangan asuransi laut didorong oleh disahkannya suatu rencana undang-undang di Inggris pada tahun 1574 yang menciptakan suatu dewan asuransi untuk menjual asuransi tersebut.
Beberapa
tahun
kemudian
didirikanlah
sebuah
pengadilan istimewa untuk menangani perselisihan-perselisihan asuransi. Dengan perkembangan lanjutan ini, pengadaan asuransi laut berubah dari kegiatan part time untuk para saudagar menjadi bisnis full time bagi para spesialis. Pada masa inilah lahir istilah underwriter (penulis dibawah, penanggung). Mereka yang mencari asuransi akan
8
mencantumkan usul untuk diperiksa oleh calon penanggung. Setiap orang yang ingin ikut serta dalam risiko tersebut akan menuliskan namanya di bawah usul itu dan menunjukkan bagian risiko yang bersedia ditanggungnya. Jadi orang yang menulis di bawah usul tersebut dikenal sebagai underwriter (penulis di bawah, penanggung) Selama periode tersebut di atas, semua asuransi laut ditanggung oleh individu-individu. Usaha ini dimulai sebagai usaha sampingan para saudagar yang berangsur-angsur digeser oleh para spesialis yang usaha pokoknya adalah menanggung risiko. Pada tahun 1668 di Paris didirikan perusahaan pertama yang diorganisasi untuk melaksanakan bisnis asuransi laut. Selama periode spekulasi terjadi di Inggris yang dikenal dengan bubble period (periode gelembung) tak terhitung banyaknya rancangan asuransi yang diadakan. Salah satu hasil yang timbul setelah spekulasi bubble period ini adalah disahkannya Bubble Act tahun 1720. Berdasarkan undangundang tersebut raja George mengesahkan piagam untuk dua perusahaan asuransi laut yaitu London Assurance Corporation dan Royal Exchange Assurance Corporation. 2.1.3.2. Asuransi Kebakaran Kebakaran
besar
di
London
pada
tahun
1666
menimbulkan kerugian harta dan jiwa yang sangat besar sehingga perhatian masyarakat mulai memikirkan untuk mengadakan fasilitas asuransi kebakaran yang memadai. Dr. Nicholas Barbon merupakan orang yang menanggapi kejadian tersebut. Ia bukan saja membangun rumah-rumah untuk mengganti rumah yang hancur akibat kebakaran, melainkan juga menawarkan asuransi kebakaran kepada calon-calon pembeli. Pada tahun 1667 berdirilah perusahaan asuransi kebakaran pertama di dunia yang dikenal sebagai Fire Office.
9
2.1.3.3. Asuransi Jiwa Organisasi asuransi jiwa pertama ialah Society of Assurance for Widows and Orphans (Masyarakat Asuransi untuk Janda dan Yatim) yang didirikan di London pada tahun 1699 dengan tujuan membayarkan sejumlah tertentu pada waktu ada anggota yang meninggal. Pembayaran premi dilakukan setiap satu minggu sekali. Perusahaan asuransi tertua yang masih berdiri hingga sekarang ialah Society for the Equitable Assurance of Lives and Suvivorship yang biasa disebut Old Equitable, didirikan pada tahun 1756 di Inggris. 2.2.
Perusahaan Asuransi Menurut Fabozzi (1999) perusahaan asuransi ialah perantara keuangan yang berdasarkan premi yang diterimanya akan melakukan pembayaran kepada pemegang polis jika terjadi sesuatu. Dengan penjabaran definisi perusahaan asuransi di atas maka dapat dikatakan bahwa perusahaan asuransi berfungsi sebagai penanggung risiko. Menurut Yoshida (1995) risiko didefinisikan sebagai kemungkinan penyimpangan yang tak diharapkan. Kemungkinan itu adalah berupa terjadinya hal yang tidak diinginkan atau tidak terjadinya hal yang diinginkan. Kejadian demikian biasa disebut kerugian atau loss. Di sini mengandung arti bahwa kerugian tersebut harus dapat diukur dalam satuan uang. Hal ini berasal dari praktek asuransi membayar ganti kerugian atas terjadinya peristiwa tertentu. Pada umumnya kewajiban perusahaan asuransi dinyatakan dalam satuan moneter dan si tertanggung dianggap telah menderita kerugian yang sama atau lebih besar dari jumlah uang yang diterimanya dari perusahaan asuransi berdasarkan perjanjian asuransinya (Fabozzi, 1999). Fabozzi (1999), berdasarkan karakteristik kewajiban yang dimiliki perusahaan asuransi dibedakan menjadi dua, yaitu perusahaan asuransi jiwa dan perusahan asuransi properti dan kerugian. Pada asuransi jiwa, peristiwa utama yang diasuransikan adalah kematian. Jika pemegang polis meninggal dunia perusahaan asuransi akan melakukan pembayaran dalam
10
jumlah besar sekaligus maupun melalui serangkaian pembayaran kepada ahli waris. Perlindungan asuransi jiwa bukanlah satu-satunya produk yang dijual, sebagian besar usaha yang dilakukan juga meliputi pemberian manfaat masa pensiun. Sedangkan perusahaan asuransi properti dan kerugian menjamin pembayaran berbagai macam peristiwa yang menyebabkan kerugian, misalnya asuransi rumah dan mobil. 2.2.1. Karakteristik Dasar Industri Asuransi Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perusahaan asuransi, berikut ini akan diuraikan mengenai karakteristik dasar industri asuransi. Menurut Fabozzi (1999) karakteristik dasar industri asuransi adalah sebagai berikut : a. Polis dan premi asuransi Polis asuransi adalah kontrak yang mengikat secara hukum dimana pemegang polis (pemilik) membayarkan sejumlah uang sebagai
ganti
pembayaran
yang
akan
dilakukan
oleh
perusahaan asuransi terkait dengan peristiwa yang akan terjadi dimasa depan. Perusahaan asuransi dikatakan menanggung (underwriting) risiko pemegang polis dan bertindak sebagai pelindung dari ketidakpastian yang ada. Sedangkan sejumlah uang yang dibayarkan oleh pemegang polis kepada perusahaan asuransi dinamakan dengan premi asuransi. b. Surplus dan Cadangan Surplus bagi perusahan asuransi adalah perbedaan antara aktiva dan kewajibannya. Dalam menentukan surplus suatu perusahan asuransi, nilai aktiva dan kewajiban harus ditentukan terlebih dahulu. Adanya kesulitan penentuan nilai kewajiban yang timbul pada perusahaan asuransi disebabkan karena adanya kewajiban pada perusahaan asuransi yang bersifat kontijen (bergantung pada peristiwa yang akan terjadi di masa depan) maka perusahaan asuransi harus memiliki suatu pos/akun yang
11
disebut cadangan (reverse). Pos cadangan adalah sejumlah nilai uang nontunai yang dipisahkan secara khusus Surplus yang ada pada perusahaan asuransi adalah penting sebagai acuan/tolak ukur mengenai jumlah akhir yang dapat ditarik untuk dibayarkan kepada pemegang polis. Pertumbuhan surplus ini bagi perusahaan asuransi akan menentukan berapa banyak risiko yang dapat ditanggung. c. Penentuan laba Pendapatan perusahan asuransi untuk setiap tahun fiskal berasal dari dua sumber utama. Sumber pertama adalah pendapatan premi yang dihasilkan selama tahun fiskal. Sumber pendapatan kedua adalah pendapatan investasi yang dihasilkan dari aktiva perusahaan yang diinvestasikan. Laba pada perusahaan asuransi ditentukan dari pendapatan yang diterima tersebut dengan jumlah pengurangan biaya yang terjadi. Laba atau kerugian total dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan investasi dan pendapatan pertanggungan risiko (underwriting). Pendapatan investasi pada dasarnya adalah pendapatan dari portofolio investasi aktiva perusahaan asuransi sedangkan pendapatan pertanggungan risiko adalah selisih antara premi yang dihasilkan dengan biaya penyelesaian klaim. 2.3.
Sistem Perlindungan Sosial Sistem perlindungan sosial (social protection) dapat dilihat sebagai alat untuk memenuhi sekurang-kurangnya beberapa kebutuhan dasar manusia. Saat ini perlindungan sosial telah diterima hampir secara universal, baik sebagai alat penanggulangan kemiskinan maupun pencegah kemiskinan. Hampir kebanyakan negara anggota ILO (International Labor Organization) yang berjumlah 164 negara memiliki sekurang-kurangnya satu program jaminan sosial.
Bahkan perlindungan
sosial
juga
dicantumkan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (HAM) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu bahwa setiap orang berhak mendapat perlindungan apabila mencapai hari tua, menderita sakit,
12
mengalami cacat, menganggur, dan meninggal dunia (Daniel Perwira, dkk. 2003). Perlindungan sosial pada prinsipnya merupakan salah satu kebijakan ekonomi makro yang berfungsi sebagai sistem perlindungan dasar bagi masyarakat beserta keluarganya terhadap risiko-risiko sosialekonomi. Dalam pelaksanaannya perlindungan sosial berkaitan dengan kewajiban negara untuk melindungi warga negaranya. Dengan demikian pemerintah bertanggung jawab untuk memastikan penyelenggaraannya dan ikut serta membiayainya. Penyelenggaraan program perlindungan sosial pada prinsipnya menganut sistem gotong-royong, baik melalui gotong-royong antar generasi (horisontal) maupun antar kelompok penghasilan (vertikal). Gotong-royong sistem vertikal biasanya dilaksanakan melalui mekanisme anggaran negara, dimana satu kelompok masyarakat diharuskan membayar pajak dan kelompok lainnya menjadi penerima transfer dari pemerintah. Sementara itu sistem gotong-royong antar generasi umumnya terjadi di luar mekanisme anggaran negara, tetapi pemerintah tetap dapat menetapkan aturan-aturan karena manfaat yang diberikan terkait dengan hak normatif masyarakat (Daniel Perwira, dkk. 2003) 2.3.1. Sistem Perlindungan Sosial Formal Dalam pelaksanannya, sistem perlindungan sosial dapat dilakukan
baik
secara
formal
maupun
informal.
Sistem
perlindungan sosial yang terjadi di masyarakat tradisional cenderung dilakukan secara informal dimana bantuan keluarga lainnya diandalkan dalam pelaksanaan sistem perlindungan sosial itu sendiri. Akan tetapi munculnya tekanan-tekanan yang ada menjadikan sistem perlindungan sosial informal tersebut semakin memudar. Sistem perlindungan sosial formal mempunyai cakupan yang lebih luas dari sistem perlindungan informal dimana sistem ini bersifat universal bagi masyarakat. Menurut Kertonegoro (1982), sistem perlindungan sosial yang bersifat formal dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk,
13
yaitu
bantuan sosial (social assistance), tabungan hari tua
(provident fund), asuransi sosial (social insurance) dan tanggung jawab pemberi kerja (employer liability). Setiap negara biasanya menggunakan satu atau beberapa bentuk perlindungan sosial tersebut. Sistem jaminan sosial tenaga kerja biasanya dilaksanakan dalam bentuk tabungan hari tua, asuransi sosial, dan tanggung jawab pemberi kerja. Bantuan sosial diberikan kepada penduduk atau warga negara yang mengalami peristiwa tertentu sehingga dianggap membutuhkan bantuan, misalnya bantuan untuk korban bencana alam, santunan bagi panti asuhan, orang lanjut usia, anak yatimpiatu, penderita cacat dan penganggur, yang semuanya tidak memiliki sumber penghasilan yang mencukupi. Pembiayaan program bantuan sosial umumnya berasal dari anggaran belanja negara. Tabungan hari tua menggunakan metode tabungan dimana tenaga kerja diwajibkan membayar iuran setiap bulan untuk dikumpulkan sebagai suatu dana yang dikelola oleh suatu badan publik. Iuran tersebut dicatat dalam rekening tenaga kerja yang saldo dan bunganya hanya dapat dibayarkan dalam hal atau peristiwa tertentu, yaitu biasanya bila tenaga kerja mencapai umur tua, menderita sakit, cacat, atau meninggal dunia sebelum hari tua. Asuransi sosial menggunakan metode risiko hubungan kerja dimana manfaat atau jaminannya didasarkan atas lamanya masa kerja atau keikutsertaan dalam sistem ini. Bentuk-bentuk dari asuransi sosial ini dapat berupa asuransi kesehatan (health insurance), asuransi kematian (life insurance), asuransi kecelakaan kerja
(work
accident
insurance),
asuransi
pengangguran
(unemployment insurance). Jaminan yang diberikan bisa berupa santunan tunai, baik dalam jumlah uang tertentu atau didasarkan pada persentase penghasilan, atau berupa pelayanan (medis), atau kemanfaatan lain (misalnya obat-obatan). Pembiayaannya berasal
14
dari premi yang dibayarkan oleh tenaga kerja, pemberi kerja, atau keduanya, yang dikelola oleh suatu badan publik. Dalam tanggung jawab pemberi kerja, pemberi kerja memberikan jaminan kepada tenaga kerjanya atau tenaga kerja dan keluarganya. Bentuk jaminan umumnya yang berkaitan dengan hubungan kerja seperti kompensasi kecelakaan kerja dan sakit akibat kerja, pesangon untuk pemutusan hubungan kerja (PHK), dan jaminan hari tua. Pembiayaan sepenuhnya ditanggung oleh pengusaha dan besarnya tergantung pada peristiwa yang terjadi (apakah pekerja tersebut sakit, kecelakaan, meninggal dunia, atau PHK). 2.4.
Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan produk dari proses akuntansi. Soediyono (1991) mendefinisikan bahwa pada dasarnya akuntansi dapat dibedakan menjadi tiga fungsi pokok yaitu : 1. Fungsi pencatatan (recording), yaitu mencatat secara sistematik semua transaksi keuangan perusahaan. 2. Fungsi penyajian (presentation), yaitu
mengikhtisarkan secara
sistematik data akuntansi dalam bentuk laporan-laporan keuangan dan disajikan untuk mereka yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. 3. Fungsi penafsiran (interpretation), yaitu membuat analisa terhadap data akuntansi yang diikhtisarkan dalam bentuk laporan keuangan. Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi akuntansi seperti disebutkan diatas, proses akuntansi harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dan tertuang dalam Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) (Soediyono,1991). Menurut Soediyono (1991), menjelaskan bahwa laporan-laporan keuangan merupakan ikhtisar dari data keuangan perusahaan yang pencatatannya dilakukan melalui fungsi kedua dari kegiatan akuntansi. Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan umum atau general purpose financial statement setahun sekali, enam bulan sekali, tiga bulan sekali atau tiap kurun waktu tergantung kebutuhan.
15
Menurut S. Munawir (2002) yang mengutip Myer dalam bukunya Financial Statement Analysis, yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhirakhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan). S. Munawir (2002) menjelaskan bahwa laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan oleh pihak managemen yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara : 1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact), berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, utang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau, dan jumlah uang yang tercatat dalam pospos tersebut dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. 2. Prinsip-prinsip dan kebiasan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting convention and postulate), berarti data yang dicatat tersebut didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman. 3. Pendapat
pribadi
(personal
judgement),
dimaksudkan
bahwa,
walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan dan menjadi standard
16
praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau managemen perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara pihakpihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan tidak hanya pimpinan perusahaan tetapi juga meliputi para pemilik perusahaan, para investor, para kreditur, serikat-serikat pekerja dan juga pihak pemerintah. Bagi pimpinan perusahaan, dengan mengetahui posisi keuangan perusahaannya, pemimpin perusahaan akan dapat menyusun rencana yang lebih
baik,
memperbaiki
sistem
pengawasan
dan
menentukan
kebijaksanaan yang lebih tepat. Pemilik perusahaan, yang bagi perusahaan berbentuk perseroan terbatas adalah para pemegang saham, mempunyai kepentingan terhadap berhasil atau gagalnya perusahaan tempat mereka menanamkan
modal
dalam
memberikan
pendapatan.
Investor
berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, mengetahui jaminan investasinya dan mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan. Para kreditur mempunyai kepentingan dalam memberikan pinjaman dan mendapat jaminan dalam hal pembayaran kredit yang mereka berikan. Serikat-serikat pekerja berkepentingan untuk memperoleh tingkat upah yang layak dan terselenggaranya jaminan sosial yang lebih baik. Sedangkan pihak pemerintah berkepentingan dalam kaitannya dengan penentuan beban pajak bagi perusahaan (S. Munawir, 2002). Menurut Soediyono (1991), laporan keuangan menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) pada pokoknya terdiri dari neraca, perhitungan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Dalam penelitian ini, laporan keuangan yang digunakan adalah neraca dan laporan rugi laba.
17
2.4.1. Laporan Rugi Laba Laporan rugi laba atau (income statement atau profit and loss statement) ialah ikhtisar yang disusun secara sistematis berisikan data yang mencakup seluruh pendapatan (revenue) perusahaan dan seluruh beban perusahaan untuk tahun buku bersangkutan (Soediyono, 1991). Menurut keown (2004), laporan laba rugi mengukur jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Keown (2004), menjelaskan laporan laba rugi menyajikan informasi keuangan yang dihubungkan dengan lima aktivitas besar usaha, yaitu : 1. Penghasilan, uang yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa perusahaan. 2. Beban produksi atau biaya untuk menghasilkan barang dan jasa yang dijual. 3. Beban operasi yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi produk atau jasa serta administrasi bisnis. 4. Beban keuangan dalam menjalankan bisnis, yaitu bunga yang dibayarkan kepada kreditur perusahaan dan pembayaran dividen kepada pemegang saham istimewa. 5. Beban pajak, yaitu jumlah pajak yang ditanggung berdasarkan pendapatan perusahaan. 2.4.2. Neraca Neraca
(balance
sheet/statement
of
financial
position/statement of financial condition) adalah laporan dalam bentuk daftar yang disusun secara sistematik yang mengikhtisarkan nilai dan susunan aktiva, utang dan modal sebuah perusahaan pada suatu tanggal tertentu (Soediyono, 1991). Menurut Keown (2004), neraca memberikan gambaran posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu mengenai aktiva (asset), ekuitas pemegang saham dari pemilik, kewajiban dan modal yang disediakan pemilik. Aktiva menggambarkan sumber-sumber yang dimiliki oleh
18
perusahaan, sedangkan kewajiban dan ekuitas pemegang saham menunjukkan bagaimana sumber daya tersebut dibiayai. Menurut Soediyono (1991), neraca dapat disusun dalam bentuk stafel yang biasa juga disebut bentuk report dan dapat pula disusun dalam bentuk skontro atau yang biasa disebut bentuk Taccount. Neraca yang disusun dalam bentuk skontro menunjukkan bagian sebelah debit neraca memuat semua aktiva perusahaan, sedangkan bagian kredit memuat utang dan modal sendiri perusahaan. Dalam bentuk stafel, neraca disusun dari atas ke bawah dimulai dari aktiva-aktiva perusahaan, kemudian di bawahnya pencatatan utang-utang perusahaan dan paling bawah memuat modal sendiri perusahaan. Kebaikan penyajian neraca dalam bentuk stafel tersebut ialah lebih mudahnya penyusunan neraca banding (neraca komparatif) yang memuat data lebih dari satu tanggal (Soediyono, 1991). Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia yang dikutip Soediyono (1991), komponen-komponen neraca dapat digolongkan sebagai berikut : a. Aktiva Aktiva dalam neraca memuat pos (akun) aktiva lancar, investasi (penyertaan), aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, aktiva lain-lain. b. Kewajiban Kewajiban memuat pos (akun) kewajiban lancar (jangka pendek), kewajiban jangka panjang, kewajiban lain-lain. c. Modal (ekuitas) Modal memuat pos (akun) modal saham, agio saham, laba yang ditahan. Keown (2004), menjelaskan bahwa aktiva merupakan sumber-sumber yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut S. Munawir (2002), pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak
19
lancar. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dalam jangka waktu kurang dari satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai. Dengan demikian aktivaaktiva perusahaan yang tergolong sebagai aktiva lancar ialah : 1. Uang tunai atau kas, adalah semua aktiva yang dalam keadaan normal dapat dan siap untuk dipakai guna melunasi utangutang perusahaan dan membiayai operasi perusahaan. Dengan demikian maka disamping uang kertas ataupun uang logam termasuk juga dalam aktiva uang tunai ialah cek dan saldo kredit rekening di bank. 2. Investasi sementara (jangka pendek), investasi yang sifatnya sementara
yang
pada
umumnya
dipergunakan
untuk
memanfaatkan kelebihan modal kerja yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi. Agar supaya sewaktu-waktu aktiva tersebut dapat dicairkan maka perlu dipenuhi syarat bahwa aktiva investasi sementara mempunyai sifat marketable, yaitu penjualannya mudah dan harganya tidak banyak berubah. Yang termasuk dalam kategori investasi sementara adalah deposito berjangka, saham, obligasi, sertifikat bank dan investasi lain yang mudah diperjualbelikan. 3. Piutang niaga, adalah pos yang timbul sebagai akibat adanya transaksi penjualan dengan cara kredit. 4. Wesel tagih, pos ini uraiannya sama dengan pos piutang niaga di atas, hanya bedanya ialah bahwa dalam wesel tagih ini, sebagai
tanda
bukti
adanya
hubungan
utang-piutang
dipergunakan tanda bukti tertulis dimana debitur memberikan pernyataan mengenai kesanggupannya untuk pada tanggal yang ditentukan membayar sejumlah uang tertentu kepada kreditur atau kepada orang lain yang ditunjuk oleh kreditur.
20
5. Pendapatan yang masih akan diterima, pendapatan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasanya kepada pihak lain tetapi belum diterima pembayarannya. 6. Persediaan,
untuk
perusahaan-perusahaan
dagang,
yang
membentuk persediaan adalah barang-barang dagangan yang dibeli oleh perusahaan untuk dijual lagi. Untuk perusahaanperusahaan manufaktur (perusahaan industri) persediaan yang dimiliki meliputi persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi. 7. Biaya dibayar dimuka, pembayaran yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh jasa dari pihak lain yang manfaat jasanya belum
dinikmati
atau
belum
berakhir
untuk
periode
bersangkutan. S. Munawir (2002), menjelaskan aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan). Yang termasuk dalam aktiva tidak lancar adalah : 1. Investasi (penyertaan) ialah merupakan bentuk penanaman modal kepada perusahaan lain dalam jangka panjang. Tujuan dari penyertaan tersebut bisa dengan maksud untuk menguasai atau mengawasinya dalam arti mempengaruhi jalannya perusahaan lain. Tujuan lebih lanjut dari penyertaan ialah agar perusahaan
tempat
penanaman
modal
bisa
diusahakan
mendukung kelancaran kegiatan perusahaan penanam modal. 2. Aktiva tetap, ialah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak atau konkrit. Syarat lain untuk aktiva yang masuk dalam kategori aktiva tetap ialah digunakan dalam operasi yang bersifat permanen atau aktiva tersebut mempunyai umur kegunaan jangka panjang yang tidak akan habis dipakai dalam satu periode kegiatan perusahaan. Yang termasuk dalam
21
kelompok aktiva tetap ini meliputi tanah, bangunan, mesin, inventaris, kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya. 3. Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets), adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan. Yang termasuk dalam intangible fixed assets ini meliputi hak cipta, hak paten, merk dagang, lisensi, dan sebagainya. 4. Beban yang ditangguhkan, menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang (lebih dari satu tahun), atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode berikutnya. 5. Aktiva
lain-lain,
menunjukkan
kekayaan
atau
aktiva
perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya, misalnya gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka panjang dan sebagainya. Utang merupakan komponen neraca yang kedua. Menurut Keown (2004), utang adalah uang yang telah dipinjam dan harus dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan. Menurut S. Munawir (2002), utang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan yang belum terpenuhi, dimana utang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Utang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan ke dalam utang lancar (utang jangka pendek) dan utang jangka panjang. Utang lancar atau utang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Utang lancar meliputi : 1. Utang dagang, adalah utang yang timbul karena adanya pembelian barang secara kredit.
22
2. Utang wesel, adalah utang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan datang. 3. Utang pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas negara. 4. Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya. 5. Utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, adalah sebagian (seluruh) utang jangka panjang yang sudah menjadi utang
jangka
pendek
karena
harus
segera
dilakukan
pembayarannya. 6. Penghasilan yang diterima dimuka, adalah penerimaan uang untuk penjualan barang/jasa yang belum direalisasi. Utang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca). Utang jangka panjang ini meliputi utang obligasi, utang hipotik adalah utang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu, pinjaman jangka panjang yang lain. Komponen neraca lainnya ialah modal. Soediyono (1991) mendefinisikan modal sebagai nilai yang dimiliki oleh pemilik atau para pemilik perusahaan yang tertanam pada perusahaan tersebut. Menurut S. Munawir (2002), modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh utang-utangnya. Untuk perusahaan yang berbadan hukum, dalam neraca biasanya dipisahkan antara modal sendiri yang berasal dari penyertaan dan modal sendiri dari laba yang tidak dibagikan. Modal sendiri yang berasal dari keuntungan inilah yang biasa
23
disebut retained earnings atau laba ditahan. Sedangkan modal yang berasal penyertaan, untuk perusahaan dengan bentuk Perseroan Terbatas disebut capital stock atau modal saham. 2.5.
Analisa Laporan Keuangan Menurut S. Munawir (2002), Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan. Data keuangan
tersebut
akan
lebih
berarti
bagi
pihak-pihak
yang
berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang dapat mendukung keputusan yang akan diambil. Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan-kemaujuan suatu perusahaan, faktor utama yang perlu untuk diperhatikan ialah : 1. Likuiditas,
menunjukkan
kemampuan
suatu
perusahaan
untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat
ditagih.
Perusahaan
yang
mampu
memenuhi
kewajiban
keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, dan perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada utang lancarnya atau utang jangka pendek. 2. Solvabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua utangnya, sebaliknya apabila jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah utangnya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan insolvabel.
24
3. Rentabilitas atau profitabilitas, menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan ativanya secara produktif. Dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Analisa laporan keuangan mempunyai tujuan untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Faktorfaktor seperti likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas akan dapat diketahui dengan cara menganalisa dan menginterpretasikan laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan dengan menggunakan metode atau teknik analisa yang tepat atau sesuai dengan tujuan analisa. Dengan kata lain, kegiatan analisa terhadap laporan keuangan perusahaan akan memperoleh gambaran yang berhubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. 2.5.1. Analisa Rasio Keuangan Secara matematis, rasio keuangan merupakan rasio dimana pembilang dan penyebut diambil dari data keuangan. Menurut Keown (2004) menjelaskan bahwa rasio keuangan merupakan penulisan ulang data akuntansi ke dalam bentuk perbandingan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, rasio keuangan dapat dijadikan sebagai suatu ukuran untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Dalam menggunakan rasio-rasio keuangan sebagai alat ukur untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan perlu diperhatikan bahwa adanya keaneka ragamaan rasio keuangan menyebabkan adanya kesamaan-kesamaan pendapat tentang penggunaan sejumlah rasio keuangan tertentu tetapi tidak sedikit pula dijumpai adanya perbedaan-perbedaan pendapat. Menurut
25
Soediyono
(1991),
perbedaaan-perbedaan
pendapat
tersebut
tercermin antara lain dalam bentuk : 1. Perbedaan terminologi Dalam bidang pengetahuan yang sedang menjadi perhatian, menurut kenyataan tidak jarang dijumpai istilah yang sama dipergunakan dalam artian yang berbeda. Disamping itu banyak pula ditemukan hal yang sebaliknya, yaitu untuk sebuah pengertian dipergunakan lebih dari satu istilah. 2. Perbedaan klasifikasi Dalam mengelompokkan rasio-rasio keuangan ditemukan juga adanya ketidakseragaman antara penulis yang satu dengan penulis yang lain. 3. Perbedaan isi Di samping perbedaan terminologi dan perbedaan klasifikasi berkecenderungan menghasilkan ungkapan kesimpulan yang berbeda-beda,
tidak
jarang
pula
perbedaan
asumsi
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda mengenai substansinya. Soediyono (1991), menjelaskan dalam menggunakan rasiorasio keuangan yang bertujuan untuk menginterpretasikan data keuangan perusahaan diperlukan beberapa pedoman sebagai pegangan dalam melaksanakan penafsiran tersebut. Di bawah ini disajikan pedoman yang perlu mendapatkan perhatian dalam memanfaatkan analisis rasio-rasio keuangan perusahaan. 1. Dalam menafsirkan data dan rasio keuangan diperlukan pemahaman yang baik mengenai maksud yang terkandung dalam setiap pos (akun) pada laporan keuangan yang hendak dianalisis. 2. Penganalisis dipergunakan keuangannya.
perlu
mengetahui
perusahaan
metode
dalam
penilaian
menyusun
yang
laporan
26
3. Penganalisis perlu menyadari bahwa rasio keuangan yang ideal bagi suatu bidang usaha belum tentu ideal bagi bidang usaha yang lain. 4. Penganalisis perlu memperhatikan mengenai kebijakan yang diambil perusahaan pada periode pembukuan bersangkutan. Umar (2004) menjelaskan rasio-rasio keuangan sebagai berikut : a. Rasio likuiditas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas dan pos lancar lain yang sifatnya hampir mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua kewajiban yang akan segera jatuh tempo. Rasio ini terdiri atas rasio lancar (current ratio), rasio cepat (acid test ratio/quick ratio), dan rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva. Rasio lancar menunjukkan kemampuan dalam memenuhi kewajiban lancarnya dengan aktiva lancarnya. Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio cepat adalah rasio yang dihitung dengan menggunakan aktiva lancar tanpa menyertakan persediaan dibagi dengan kewajiban lancar. Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. b. Rasio aktivitas Rasio ini dipakai untuk menentukan penilaian efektifitas perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini terdiri dari rasio perputaran persediaan, rasio perputaran total aktiva, rasio perputaran aktiva tetap, dan rasio perputaran piutang. Rasio perputaran persediaan menunjukkan keefektifan dan keefisienan perusahaan dalam mengatur investasinya dalam
27
persediaan yang direfleksikan dalam berapa kali persediaan itu diputar selama satu periode tertentu. Rasio perputaran total aktiva mengukur efisiensi perusahaan dalam
pemakaian
total
aktivanya
untuk
menghasilkan
penjualan. Rasio perputaran aktiva tetap mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva tetap guna menghasilkan penjualan. Rasio perputaran piutang merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode tertentu. c. Rasio leverage (solvabilitas) Rasio ini menunjukkan kualitas kewajiban perusahaan serta berapa besar perbandingan kewajiban tersebut dengan aktiva perusahaan. Rasio ini terdiri atas rasio utang, rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva dan rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva. Rasio utang mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva perusahaan. Rasio ini dihitung dengan menggunakan total kewajiban dibagi dengan total aktiva. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur seberapa besar total aktiva yang dibiayai dengan kewajiban lancar. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kewajiban bukan lancar. d. Rasio profitabilitas Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu. Rasio ini terdiri atas margin laba kotor, margin laba bersih, return on investment (ROI), return on assets (ROA) dan return on equity (ROE).
28
Margin laba kotor adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dari penjualan untuk mendapatkan laba kotor dan berguna untuk
memberikan
indikasi
mengenai
efisiensi
operasi
perusahaan dan penetapan harga jual. Margin
laba
bersih
adalah
rasio
yang
menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan. Return on investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen
dalam
mengatur
aktiva-aktivanya
seoptimal
mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan. Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva-aktiva yang tersedia. Return on equity menunjukkan perbandingan antara laba bersih terhadap modal (ekuitas) yang dimiliki oleh perusahaan. 2.5.2. Analisa Persentase Per Komponen (Common Size Percentage) Menurut
S.
Munawir
(2002),
analisa
persentase
perkomponen adalah suatu metode analisa untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. Analisa ini dapat memberikan gambaran tentang perubahan-perubahan dalam masing-masing pos dari tahun ke tahun dalam hubungannya dengan total aktiva atau total penjualan. Menurut S. Munawir (2002), metode untuk merubah jumlah-jumlah dalam suatu laporan keuangan menjadi persentasepersentase tersebut dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Nyatakan total aktiva, total pasiva, serta total penjualan netto masing-masing dengan 100%. 2. Hitunglah rasio dari tiap-tiap pos atau komponen dalam laporan tersebut dengan cara membagi jumlah rupiah dari masing-
29
masing pos aktiva dengan total aktivanya, jumlah rupiah masing-masing pos pasiva dengan total pasivanya dan masingmasing pos rugi laba dengan penjualan nettonya, dikalikan 100%. 2.5.3. Analisa Du Pont Menurut Keown (2004), analisa Du Pont merupakan sistem rasio keuangan yang dirancang untuk menyelidiki determinan rasio pengembalian ekuitas pemegang saham dan pengembalian aktiva. Menurut Keown (2001), penggunaan persamaan Du Pont memungkinkan manajemen melihat lebih jelas faktor pemicu tingkat pengembalian ekuitas serta hubungan antara margin laba bersih, perputaran aktiva dan rasio utang. Profitabilitas perusahaan digambarkan pada sisi kiri bagan Du Pont berupa margin laba bersih. Margin laba bersih tersebut diperoleh dari perhitungan laba bersih yang diperoleh perusahaan dibagi dengan penjualan yang telah dilakukan. Untuk mengukur laba bersih perusahaan diperlukan kalkulasi terhadap semua biaya sehingga diperoleh total biaya dan kemudian mengurangkan jumlah total biaya tersebut terhadap penjualan. Rasio aktivitas yang mencerminkan kegiatan perusahaan dalam mengelola aktiva-aktivanya digambarkan pada sisi kanan bagan Du Pont dalam bentuk perputaran total aktiva. Perputaran total aktiva tersebut diperoleh dari perhitungan penjualan dibagi dengan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan yang terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lainnya. Perkalian hasil perhitungan margin laba bersih dengan perputaran total aktiva akan menghasilkan tingkat pengembalian atas aktiva (ROA). Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) pada metode analisa Du Pont ditentukan oleh dua komponen yang terdiri dari tingkat pengembalian aktiva (ROA) dan 1 – rasio utang.
30 Tingkat pengembalian ekuitas (ROE)
Tingkat pengembalian aktiva
1-
Dibagi
(ROA)
Marjin laba bersih
Laba bersih
Dibagi
Perputaran total aktiva
Dikali
Penjualan
Total utang Total aktiva
bagi Penjualan
Dibagi
Total aktiva
Penjualan Dikurangi Aktiva lancar
Total biaya
Aktiva tetap
Harga pokok penjualan
Kas dan surat berharga
Beban operasi tunai
Piutang dagang
Depresiasi
Persediaan
Beban bunga
Aktiva lancar lain
Pajak
Gambar 1. Kerangka Analisa Du Pont (Keown, 2001)
Aktiva lain
31
2.5.4. Analisa Z Skor dari Altman (Altman Z Score)
Dalam jurnal yang berjudul “Studi Tentang Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik”, menjelaskan bahwa untuk mendeteksi tanda-tanda kebangkrutan suatu perusahaan, para investor umumnya menghitung dan menganalisis berbagai macam rasio keuangan seperti modal kerja, rasio-rasio profitabilitas, tingkat utang atau leverage, dan likuiditas. Permasalahannya adalah masing-masing rasio mempunyai kegunaan dan memberikan indikasi yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, jika hanya bergantung pada perhitungan rasio secara individual maka para investor akan mendapat kesulitan dan kebingungan untuk memutuskan apakah perusahaan dalam kondisi sehat atau sebaliknya. Dalam rangka menjawab permasalahan tersebut, Edward Altman seorang professor of finance dari New York University School of Business memperkenalkan rumus Z-Score pada akhir 1960-an. Altman Z Score adalah suatu model analisis keuangan yang dibuat dengan mengkombinasikan lima rasio keuangan yang berbeda-beda untuk menentukan potensi atau kemungkinan bangkrutnya sebuah perusahaan. Lima rasio yang digunakan dalam metode analisa Altman Z Score yaitu rasio modal kerja terhadap total aktiva, rasio saldo laba terhadap total aktiva, rasio laba sebelum beban bunga dan pajak terhadap total aktiva, rasio nilai modal sendiri terhadap total kewajiban dan rasio total pendapatan atau penjualan terhadap total aktiva. Menurut Umar (2004), Z skor merupakan metode yang digunakan
untuk
mengukur
tingkat
kebangkrutan
suatu
perusahaan. Metode ini dapat dijadikan salah satu indikator kinerja perusahaan. Altman Z score yang digunakan untuk mengukur tingkat kebangkrutan sebuah perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
32
1. Z Score untuk perusahaan manufaktur publik (public manufactured). 2. Z Score untuk perusahaan manufaktur tertutup (private manufactured). 3. Z Score untuk perusahaan tertutup (private general firm). 2.6.
Hasil Penelitian Terdahulu
Menurut Setiati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisa Kinerja Keuangan PT Jaya Teknik Indonesia Periode 1999-2003” menjelaskan bahwa analisa kinerja keuangan terhadap PT Jaya teknik dilakukan dengan menggunakan metode analisa trend, analisa persentase per komponen, analisa rasio dan anlisa Du Pont. Selama lima periode analisa dapat diketahui bahwa perkembangan keuangan PT Jaya teknik Indoensia
mengalami
kecenderungan
baik
perubahan-perubahan yang
menguntungkan
atau
kecenderungan-
maupun
yang
tidak
menguntungkan. Menurut Nugroho (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Portofolio Optimal Pada PT Askes (Persero)” menjelaskan bahwa selama empat tahun sejak tahun 2001 sampai dengan 2004, PT Askes selalu menempatkan lebih dari 60% dana investasinya ke dalam deposito. Dengan begitu dapat diketahui bahwa PT Askes sangat berhatihati dalam menghadapi risiko. Korelasi antar investasi menunjukkan bahwa kombinasi dari deposito, obligasi, IHSG dan reksadana dapat mengurangi risiko investasi. Menurut Nurhasanah (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan Dalam Mengevaluasi Kinerja PT (Persero) Biro Klasifikasi Indonesia” menjelaskan bahwa penilaian kinerja keuangan dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan dan analisa Du Pont. Dari hasil evaluasi yang dilakukan terdapat tujuh indikator rasio-rasio perusahaan yang nilainya masih berada di bawah standar BUMN. Menurut Badan Pengawas Pasar Modal (2005), menjelaskan bahwa para regulator di industri keuangan, termasuk Bapepam, saat ini menghadapi tantangan yang cukup berat dalam menyediakan suatu sistem
33
yang
mampu
mengumpulkan,
memproses,
menganalisa,
dan
mendistribusikan laporan secara efektif, akurat, dan efisien. Di sisi lain, publik dan pengguna informasi makin menuntut regulator untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan laporan yang dipublikasikan, hasil dari aktivitas pengawasan dan analisis yang telah dilakukannya. Terdapat tiga kategori dalam melakukan analisis laporan keuangan, yaitu sistem analisis yang dikembangkan dari hasil pengolahan pelaporan keuangan secara hard copy (paper bound), sistem analisis yang dikembangkan dari hasil pelaporan keuangan dengan menggunakan form elektronik (web based/program bound), dan sistem analisis yang dikembangkan dari sistem pelaporan yang adaptif (Adaptive Standard Based). Sistem yang adaptiflah yang paling memberikan keunggulan untuk dimanfaatkan sebagai alat untuk menganalisis laporan keuangan secara elektronik. Laporan keuangan yang disusun dengan format XBRL (eXtensible Business Reporting Language) akan memudahkan pihak internal maupun eksternal dalam melakukan analisis laporan. Dengan format tersebut, siapapun pihak yang memerlukan data dapat dengan mudah mendapatkannya dan melakukan analisis tanpa harus khawatir kehilangan konsistensi data dan informasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Kerangka Pemikiran
PT TASPEN (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang asuransi sosial dimana kegiatan utamanya berupa kegiatan penyimpanan tabungan pegawai negeri dan melakukan pemberian manfaat dalam bentuk asuransi bagi pegawai negeri yang menjadi peserta. Dalam hal ini perusahaan memerlukan suatu kegiatan pengelolaan dana yang baik agar dapat menjalankan fungsi perusahaan. Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi maka sumber pendapatan utama perusahaan berasal dari iuran (premi) yang dibayarkan oleh masing-masing peserta program asuransi yang ditawarkan oleh perusahaan. Disamping pendapatan premi tersebut, sumber pendapatan lain yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dapat berasal dari kegiatan investasi perusahaan. Dari kegiatan investasi ini perusahaan akan memperoleh pendapatan yang berupa pendapatan investasi dari aktiva perusahaan yang diinvestasikan. Kegiatan pengelolaan dana sangat menentukan dalam upaya untuk mencapai tingkat keuntungan perusahaan. Dimana dengan kegiatan pengelolaan dana yang baik, perusahaan akan dapat memberikan kualitas pelayanan yang baik pula bagi peserta program asuransi dalam hal pemberian manfaatnya serta di sisi lain perusahaan mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahanya tersebut. Dalam mengelola suatu dana yang terkumpul, maka perusahaan juga memerlukan suatu ukuran mengenai pelaksanaan pengelolaan dana itu sendiri. Kinerja keuangan perusahaan dapat dijadikan ukuran tersebut. Laporan keuangan digunakan untuk melihat kinerja keuangan perusahan. Dalam hal ini laporan keuangan yang digunakan berupa neraca dan laporan rugi laba. Analisa terhadap laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan metode analisa rasio, analisa persentase per komponen,
35
analisa Du Pont dan analisa Altman Z score. Melalui analisa tersebut dapat diperoleh gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan. 3.2.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di PT TASPEN (Persero) yang berlokasi di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif (sengaja) dengan pertimbangan akan
kelengkapan data dan informasi
yang diperlukan untuk kegiatan penelitian mengenai analisis pengelolaan dana tabungan hari tua. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan November sampai Desember 2006. 3.3.
Jenis dan Sumber Data
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder baik untuk data utama maupun sebagai data penunjang. Data primer meliputi laporan keuangan (beserta ikhtisar-ikhtisarnya) yang diperoleh melalui wawancara, data-data mengenai jumlah peserta serta penerima manfaat, dan data mengenai pemberian manfaat bagi peserta. Sumber data sekunder diperoleh dari literatur PT TASPEN (Persero) serta studi pustaka dari perpustakaan. Data sekunder meliputi sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, jumlah pegawai (kekuatan sumber daya manusia), serta jenis-jenis program yang ada pada PT TASPEN (PERSERO). 3.4.
Metode Pengolahan dan Analisa Data 3.4.1. Deskriptif
Setelah
data-data
terkumpul
selanjutnya
dilakukan
pengolahan, analisis dan interpretasi data. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Pengolahan deskriptif kualitatif dilakukan dengan menjelaskan secara deskriptif rumusan masalah yang ada dengan menggunakan data-data utama maupun data penunjang. Pada pokok permasalahan pertama, kegiatan penelitian akan mencermati program asuransi yang dikelola oleh perusahaan.
36
Pengolahan data yang dilakukan bertujuan untuk menguraikan dan memberikan penjelasan mengenai program asuransi yang dikelola perusahaan, jumlah peserta program dan hak-hak yang dapat diterima oleh masing-masing peserta yang mengikuti program asuransi tersebut. Selanjutnya mengenai kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan oleh perusahaan. Pengolahan data pada pokok permasalahan ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan dari kedua sumber pendapatan utama perusahaan asuransi. Sedangkan pemberian manfaat bagi peserta program asuransi bertujuan untuk menunjukkan kewajiban pokok pada perusahaan asuransi. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan data-data mengenai besar premi yang dibayarkan oleh masing-masing peserta, kegiatan investasi perusahaan dan pemberian manfaat bagi peserta. Analisa mengenai kinerja keuangan menjadi pokok permasalahan ketiga dari kegiatan penelitian yang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan terkait dengan kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan. Data yang diperlukan berupa laporan keuangan beserta ikhtisar-ikhtisarnya. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode analisa rasio, analisa persentase per komponen, analisa Du Pont dan analisa Altman Z score. Setelah itu hasil pengolahan data akan dianalisa dan kemudian dilakukan interpretasi. 3.4.2. Analisa Rasio Keuangan
Menurut Umar (2004), rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menganalisa kinerja keuangan perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Rasio likuiditas Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas dan pos lancar lain yang sifatnya hampir
37
mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua kewajiban yang akan segera jatuh tempo. Rasio likuiditas ini terdiri atas : a. Rasio lancar Rasio yang menunjukkan kemampuan dalam memenuhi kewajiban lancarnya dengan aktiva lancarnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
Rasio lancar = b. Rasio cepat Rasio
cepat
adalah
rasio
yang
dihitung
dengan
menggunakan aktiva lancar tanpa menyertakan persediaan dibagi dengan kewajiban lancar. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio cepat =
Aktiva Lancar − Persediaan Kewajiban Lancar
c. Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva Rasio
modal
kerja
bersih
terhadap
total
aktiva
menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva =
Aktiva Lancar - Kewajiban Lancar Total Aktiva 2. Rasio aktivitas Rasio ini dipakai untuk menentukan penilaian efektifitas perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini terdiri atas : a. Rasio perputaran persediaan Rasio ini menunjukkan keefektifan dan keefisienan perusahaan dalam mengatur investasinya dalam persediaan yang direfleksikan dalam berapa kali persediaan itu diputar
38
selama satu periode tertentu. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio perputaran persediaan =
Harga Pokok Penjualan Persediaan
b. Rasio perputaran total aktiva Rasio ini mengukur efisiensi perusahaan dalam pemakaian total aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio perputaran total aktiva =
Penjualan Total Aktiva
c. Rasio perputaran aktiva tetap Rasio
yang
mengukur
efisiensi
perusahaan
dalam
menggunakan aktiva tetap guna menghasilkan penjualan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio perputaran aktiva tetap =
Penjualan Aktiva Tetap
d. Rasio perputaran piutang Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode tertentu. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio perputaran piutang =
Penjualan Piutang
3. Rasio leverage (solvabilitas) Rasio ini menunjukkan kualitas kewajiban perusahaan serta berapa besar perbandingan antara kewajiban tersebut dengan aktiva perusahaan. Rasio leverage (solvabilitas) terdiri atas : a. Rasio utang Rasio utang mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva perusahaan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio utang =
Total Kewajiban Total Aktiva
39
b. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva yang dibiayai dengan kewajiban lancar. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio
kewajiban
lancar
terhadap
total
aktiva
=
Kewajiban Lancar Total Aktiva c. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kewajiban bukan lancar. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva = Kewajiban Tidak Lancar Total Aktiva 4. Rasio profitabilitas Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas terdiri atas : a. Margin laba kotor Menunjukkan kemampuan perusahaan dari penjualan untuk mendapatkan laba kotor dan berguna untuk memberikan indikasi mengenai efisiensi operasi perusahaan dan penetapan harga jual. Rasio ini dirumuskan sebagi berikut : Margin laba kotor =
Laba Kotor Penjualan
b. Margin Laba bersih Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
40
Margin laba bersih =
Laba Bersih Penjualan
c. Return on Investment (ROI) Return
on
investment
mencerminkan
kemampuan
manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Return on Investment (ROI) =
Laba Usaha Total Aktiva
d. Return on Assets (ROA) Return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva-aktiva yang tersedia. Rasio ini diumuskan sebagai berikut : Return on Assets (ROA) =
Laba Bersih Total Aktiva
e. Return on equity (ROE) Retun on equity menunjukkan perbandingan antara laba bersih terhadap modal (ekuitas) yang dimiliki. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Return on equity (ROE) =
Laba Bersih Ekuitas
3.4.3. Analisa Persentase Per Komponen Menurut S. Munawir (2002), analisa persentase per komponen
menyederhanakan
angka-angka
dalam
laporan
keuangan. Angka dasar yang ditetapkan diperlukan sebagai dasar perhitungan
angka
konversi
dari
pos-pos
yang
akan
dipresentasikan dalam analisa tersebut. Angka dasar yang dipakai dalam neraca ialah total asset yang ditetapkan sebesar 100% sedangkan untuk laporan rugi laba memakai penjualan sebagai angka
dasarnya.
Analisa
dirumuskan sebagai berikut :
persentase
per
komponen
dapat
41
Ryi =
Pyi x 100% Pyo
dimana : Ryi
= nilai persentase pos yang dibandingkan
Pyi
= pos y dalam laporan keuangan tahun ke-i
Pyo
= pos dasar sebagai pembanding
3.4.4. Analisa Du Pont Menurut Keown (2001) persamaan Du Pont menunjukkan bahwa tingkat pengembalian atas aktiva dapat dihitung sebagai berikut : ROA = margin laba bersih x perputaran total aktiva =
Laba Bersih Penjualan x Penjualan Total Aktiva
Tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE) pada metode analisa Du Pont ini dapat diperoleh dengan membagi tingkat pengembalian atas aktiva (ROA) dengan 1 – rasio utang. Berikut ini perhitungan nilai ROE : ROE =
ROA 1 - Rasio Utang
3.4.5. Analisa Altman Z Score
Menurut Bapepam (2005), metode analisa Altman Z Score adalah suatu model analisis keuangan yang dibuat dengan mengkombinasikan lima rasio keuangan yang berbeda-beda untuk menentukan potensi atau kemungkinan bangkrutnya sebuah perusahaan. Altman Z Score dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Z Score untuk perusahaan manufaktur publik (public manufactured). Z = 1,2A + 1,4B + 3,3C + 0,6D + 1,0E dimana : Z = nilai hasil perhitungan A = modal kerja / Total Aktiva B = Saldo Laba / Total Aktiva C = Return on Investment (ROI)
42
D = Nilai modal sendiri / Total Kewajiban E = Total Pendapatan atau Penjualan / Total Aktiva Kriteria penilaian untuk Z Score model ini ialah : 1. Jika nilai Z > 3 artinya perusahaan tersebut dalam kondisi sehat dan mempunyai peluang besar untuk aman dari ancaman kebangkrutan. 2. Jika nilai Z diantara 1,8 dan 3 artinya perusahaan mempunyai
peluang
besar
berada
pada
ambang
kebangkrutan. 3. Jika nilai Z < 1,8 artinya perusahaan berpeluang besar untuk segera mengalami kebangkrutan. b. Z Score untuk perusahaan manufaktur tertutup (private manufactured). Z = 0,72A + 0,85B + 3,1C + 0,42D + 1,0E Kriteria penilaian untuk Z Score model ini ialah : 1. Jika nilai Z > 2,9 artinya perusahaan tersebut dalam kondisi sehat dan mempunyai peluang besar untuk aman dari ancaman kebangkrutan. 2. Jika nilai Z diantara 1,23 dan 2,9 artinya perusahaan mempunyai
peluang
besar
berada
pada
ambang
kebangkrutan. 3. Jika nilai Z < 1,23 artinya perusahaan berpeluang besar untuk segera mengalami kebangkrutan. c. Z Score untuk perusahaan tertutup (private general firm). Z = 6,56A + 3,26B + 6,72C + 1,05D Kriteria penilaian untuk Z Score model ini ialah : 1. Jika nilai Z > 2,6 artinya perusahaan tersebut dalam kondisi sehat dan mempunyai peluang besar untuk aman dari ancaman kebangkrutan. 2. Jika nilai Z diantara 1,1 dan 2,6 artinya perusahaan mempunyai kebangkrutan.
peluang
besar
berada
pada
ambang
43
3. Jika nilai Z < 1,1 artinya perusahaan berpeluang besar untuk segera mengalami kebangkrutan. Metode analisa Altman Z Score yang akan digunakan dalam penelitian ialah Z Score untuk perusahaan tertutup (private general firm).
44
PT TASPEN (PERSERO)
Produk asuransi yang dikelola
Pengelolaan (kegiatan investasi)
Deposito
Obligasi
Investasi lainnya
Laporan keuangan
Neraca
Laporan rugi laba
Analisa laporan keuangan
Analisa rasio
Analisa persentase per komponen
Analisa Du Pont
Analisa Altman Z Score
Penilaian kinerja keuangan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Sekilas Tentang PT TASPEN (Persero) 4.1.1. Latar Belakang Pendirian Perusahaan dan Dasar Hukum
Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat adalah merupakan salah satu unsur penting dalam melaksanakan
tugas-tugas
pemerintah
khususnya
dalam
melaksanakan tugas-tugas nasional. Berhasil tidaknya pegawai negeri dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintah ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain yang terpenting adalah faktor jaminan sosial untuk pegawai negeri dan keluarganya. Pemberian jaminan sosial yang memadai pada masa aktif saja belumlah menjamin sepenuhnya ketenangan kerja pegawai negeri. Oleh karena itu, jaminan hari tua pegawai negeri dan keluarganya mutlak diperlukan mengingat mempunyai kaitan yang erat dengan ketenangan, semangat dan disiplin kerja serta dedikasi terhadap tugas-tugas yang diembannya. Usaha-usaha untuk memikirkan kesejahteraan hari tua pegawai negeri dan keluarganya sedah mulai dipikirkan oleh pemerintah sejak tahun 1960. Usaha ini dirintis melalui Konferensi Kesejahteraan Pegawai Negeri yang dihadiri oleh semua Kepala Urusan Pegawai dari seluruh depertemen. Konferensi tersebut berlangsung pada tanggal 25 sampai 26 Juli 1960 di Jakarta. Keputusan konferensi tersebut secara resmi dituangkan dalam Keputusan Menteri Pertama RI Nomor 338/MP/1960 tertanggal 25 Agustus 1960, yang antara lain menetapkan tentang perlunya pembentukan Jaminan Sosial Pegawai Negeri sebagai bekal bagi pegawai negeri atau keluarganya yang akan mengakhiri pengabdiannya kepada negara. Keputusan Menteri Pertama tersebut di atas kemudian ditingkatkan menjadi Peraturan
46
Pemerintah Nomor 9 tahun 1963 yang mengatur tentang Pembelanjaan Kesejahteraan Pegawai Negeri. Selanjutnya bentuk jaminan hari tua bagi pegawai negeri dan keluarganya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1963 tentang Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri. Iuran wajib pegawai negeri/ peserta maupun haknya ditetapkan berlaku surut sejak 1 Juli 1961. Dengan demikian Lembaga Usaha Kesejahteraan Pegawai Negeri melalui sistem asuransi mulai dilakukan sejak 1 Juli 1961. Badan penyelenggaraan program tabungan dan asuransi pegawai negeri tersebut didirikan
pada tahun 1963 dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 15 tahun 1963 yang diberi nama Perusahaan Negara Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (PN TASPEN). Setelah
beberapa
tahun
kemudian
bentuk
hukum
perusahaan mengalami dua kali perubahan : pertama, berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1969, dengan surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kep. 749/MK/IV/II/1970 statusnya berubah menjadi Perusahaan Umum atau PERUM TASPEN; kedua : dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1981 dan akte Notaris Ny. Imas Fatimah, SH Nomor 4 tahun 1982 status perusahaan menjadi Perusahaan Perseroan atau PT TASPEN (Persero). 4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan
PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Perusahaan Perseroan atau secara singkat disebut PT TASPEN (Persero) didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 April 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15/1963 yang beberapa kali mengalami perubahan, terakhir melalui Peraturan Pemerintah No. 26/1981. Pendirian
PT
TASPEN
(Persero)
bertujuan
untuk
menyelenggarakan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil termasuk
47
Asuransi Dana Pensiun dan Tabungan Hari Tua bagi Pegawai Negeri Sipil. Sampai dengan akhir tahun 2005 PT TASPEN (Persero) telah melayani 3.879.842 peserta aktif dan 1.948.206 penerima pensiun. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kepada peserta dan penerima pensiun, PT TASPEN (Persero) memiliki jaringan pelayanan yang cukup luas cakupannya sebagaimana tercermin dari gambaran berikut : a. 7 (Tujuh) kantor Cabang Utama dan 35 Kantor Cabang di seluruh Indonesia. b. Lebih dari 4000 titik pelayanan melalui kerjasama dngan bank dan kantor pos di seluruh Indonesia. c. Sosialisasi melalui dialog interaktif di radio baik RRI maupun Swasta di setiap Kantor Cabang Utama dan Kantor Cabang. d. Penjelasan dengan tanya jawab secara langsung dengan PNS Pusat maupun PNS Daerah melalui instansi masing-masing. e. Layanan telepon bebas pulsa 0800.1222.333 f. Website PT TASPEN (Persero) www.Taspen.com Untuk mendukung pelayanan yang berorientasi kepada kepuasan peserta maka ditetapkan suatu acuan semangat yang tertuang dalam motto perusahaan yaitu “layanan dan kinerja selalu ditingkatkan”. Dalam pelaksanaannya didasarkan kepada target mutu pelayanan yang meliputi 5T yaitu : 1. Tepat orang Manfaat dibayarkan kepada peserta yang berhak atau ahli warisnya yang sah sesuai dengan identitas penerima yang dibuktikan dengan KTP/SIM/Kartu pegawai, dan dengan identitas peserta yang meliputi NIP, nama, tanggal lahir, jenis kelamin, status, penghasilan instansi dan domisili yang tercantum pada Kartu Peserta Taspen, kartu identitas pensiun, kartu pegawai dan dokumen kepegawaian lainnya.
48
2. Tepat waktu Manfaat dibayarkan kepada peserta atau ahli warisnya setelah permohonan klaim diterima dan dinyatakan memenuhi syarat serta dibayarkan kepada pemohon dalam waktu tidak lebih dari 1 (satu) jam untuk Surat Permohonan Pembayaran (SPP) langsung dan tidak lebih dari 2 (dua) jam untuk SPP tidak langsung. 3. Tepat jumlah Manfaat dibayarkan kepada peserta atau ahli warisnya setelah dihitung berdasarkan persyaratan, jumlah dan tata cara pembayaran manfaat yang telah ditetapkan oleh menteri keuangan atau ketentuan yang berlaku, dan jumlah yang dibayarkan sesuai dengan jumlah yang tertera pada tanda penerimaan uang (tanpa dikurangi oleh biaya-biaya lain atau dalam bentuk apapun). 4. Tepat tempat Manfaat dibayarkan kepada peserta atau ahli warisnya pada kantor bayar yang sesuai dengan keinginan pemohon klaim. 5. Tepat administrasi. Setiap permohonan klaim diterima, diperiksa, dibayarkan dan menurut prinsip-prinsip kearsipan dan dokumentasi sehingga mudah dan cepat ditemukan, serta aman dari bahaya kebakaran, kebanjiran, dan kehilangan. Sesuai dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri sipil, PT TASPEN (Persero) mempunyai visi dan misi sebagai berikut : VISI
Menjadikan PT TASPEN (Persero) sebagai pengelola dana pensiun dan tabungan hari tua berkelas dunia yang bersih, sehat dan benar dengan pelayanan tepat orang, tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat dan tepat administrasi.
49
MISI
Mewujudkan hari-hari yang indah bagi peserta melalui pengelolaan dana pensiun dan tabungan hari tua secara profesional dan akuntabel dengan berlandaskan etika serta integritas yang tinggi. Sedangkan tujuan perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan
kesejahteraan
kepada
peserta
melalui
pegawai
perusahaan
peningkatan manfaat/nilai. 2. Meningkatkan
kesejahteraan
dan
keluarganya. 3. Berperan serta dalam pelaksanaan tanggung jawab sesuai dengan kepentingan lingkungan secara selaras dan seimbang. Perusahaan dalam menjalankan visi dan misinya juga mempunyai tata nilai yang harus dipertahankan dan terus untuk dikembangkan. Berikut ini tata nilai yang ada dalam tubuh PT TASPEN (Persero) : 1. Tumbuh : PT TASPEN (Persero) mengembangkan diri dan mampu mengikuti tuntutan perubahan yang terjadi, baik karena tuntutan lingkungan internal maupun eksternal. 2. Etika : PT TASPEN (Persero) melayani peserta dan keluarganya dengan ramah, santun, rendah diri, sabar dan manusiawi. 3. Profesional : PT TASPEN (Persero) bekerja dengan terampil dan mampu memberikan solusi berdasarkan 5T : Tepat orang, Tepat waktu, Tepat jumlah, Tepat tempat, dan Tepat administrasi. 4. Akuntabilitas : PT TASPEN (Persero) dalam melaksanakan pekerjaan dapat ditelusuri rangkaian prosesnya berdasarkan sistem dan prosedur kerja yang dapat dipertanggungjawabkan. 5. Integritas : PT TASPEN (Persero) senantiasa konsisten dalam memegang amanah dan melaksanakan janjinya sebagaimana yang dituangkan dalam Visi dan Misi perusahaan.
50
4.1.3. Profil Karyawan
Keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam sebuah perusahaan mutlak dibutuhkan untuk menjalankan perusahaan. Sampai dengan Desember 2005, jumlah karyawan PT TASPEN (Persero) sebanyak 2031 orang, yang tersebar di Kantor Pusat (KP) dan 7 Kantor Cabang Utama serta 35 Kantor Cabang. Adapun komposisi jabatan terdiri dari 9 orang Manajer Utama, 7 orang Kepala Cabang Utama, 7 orang Wakil Kepala Cabang Utama, 35 orang Kepala Cabang, 110 orang Manajer, 342 orang Asisten Manajer dan 1521 orang staf. Kategori dan jenis karyawan disajikan dalam grafik berikut : Grafik 1. Profil karyawan menurut jabatan
M anajer Utama /setingkat 1%
M anajer/ setingkat 7% Asisten M anajer 17%
Non Pejabat 75%
Grafik 2. Profil karyawan menurut tingkat pendidikan S2 SLT P 3% 1% SLT A 46%
S1 43%
SARMUD 7%
Pembagian tugas karyawan dituangkan sepenuhnya dalam struktur
organisasi
pejabat.sebagaimana
dituangkan
dalam
Keputusan Direksi No. SK-38/DIR/1999 dan surat Direksi No.
51
SRT-442/DIR/1999. PT TASPEN (Persero) juga mempekerjakan tenaga kontrak untuk mengisi posisi tenaga security, pengemudi, cleaning servicedan operator telepon. Untuk memenuhi kesehatan dan keselamatan kerja (K3) maka PT TASPEN (Persero) menyediakan berbagai sarana K3 seperti penyediaan poliklinik, penggantian biaya pengobatan, penyediaan tenaga security dan penyediaan fasilitas pemadam kebakaran. 4.2.
Hukum/Perundangan dan Peraturan-Peraturan Perundangan yang Terkait dengan Operasi PT TASPEN (Persero)
PT TASPEN (Persero) dalam menjalankan kegiatan usahanya didasarkan pada perundangan dan peraturan-peraturan perundangan yang meliputi : 1. UU No. 11 tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai Negeri Sipil dan Pensiun Janda/Duda Pegawai Negeri Sipil. 2. Keputusan Presiden Nomor 56 tahun 1974 tentang Pembagian, Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran dan Besarnya Iuran-iuran yang dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat Negara dan Penerima Pensiun. 3. PP No. 25 tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil. 4. PP No. 26 tahun 1981 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). 5. UU No. 43 tahun 1999 tentang Perubahan UU Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. 6. Berbagai macam ketentuan Menteri Keuangan yang terkait dengan Manfaat Tabungan Hari Tua dan Manfaat Pensiun. 4.3.
Program (Produk) yang Dikelola Oleh PT TASPEN (Persero)
PT TASPEN (Persero) sebagai perusahaan yang bergerak di bidang asuransi sosial mengacu ruang lingkup usahanya pada Peraturan Pemerintah No. 25/1981 dan Peraturan Pemerintah No. 26/1981 yaitu
52
sebagai penyelenggara asuransi sosial bagi pegawai negeri sipil dan BUMN/BUMD. Secara garis besar produk dan layanan PT TASPEN (Persero) terdiri atas dua program utama, yaitu : 1. Program Tabungan Hari Tua (THT) Program tabungan hari tua adalah suatu program asuransi dwiguna yang dikaitkan dengan usia pensiun ditambah dengan asuransi kematian. Asuransi dwiguna adalah suatu jenis asuransi yang memberikan jaminan keuangan bagi peserta pada saat mencapai usia pensiun ataupun bagi ahli warisnya pada saat peserta meninggal dunia sebelum mencapai usia pensiun. Program tabungan hari tua tersebut diikuti oleh para peserta yang terdiri dari atas : 1. Pegawai negeri sipil. 2. Pejabat negara. 3. Pegawai BUMN/BUMD. Hak Peserta Program Tabungan Hari Tua (THT)
Hak-hak peserta yang mengikuti program tabungan hari tua dapat berupa : a. Hak Asuransi THT (Tabungan Hari Tua). Hak yang dibayarkan apabila peserta berhenti sebagai pegawai negeri karena pensiun atau meninggal dunia. b. Hak Asuransi Kematian. Hak asuransi yang memberikan jaminan keuangan kepada peserta apabila istri/suami/anak meninggal dunia atau kepada ahli waris apabila peserta meninggal dunia. Asuransi kematian merupakan asuransi jiwa seumur hidup bagi pegawai negeri sipil dan istri atau suami, kecuali bagi janda/duda pegawai negeri sipil yang menikah lagi. Sedangkan bagi anak pegawai negeri sipil, asuransi kematian merupakan asuransi berjangka bagi anak peserta yang belum mencapai usia 21 tahun atau 25 tahun bagi yang belum menikah dan masih belajar secara formal.
53
c. Hak Nilai Tunai. Hak yang dibayarkan apabila peserta berhenti bukan karena pensiun atau meninggal dunia (keluar). Kewajiban Peserta Program Tabungan Hari Tua (THT)
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 8/1977 setiap peserta program tabungan hari tua diwajibkan membayar iuran (premi) sebesar 3,25% dari penghasilan sebulan (gaji pokok, tunjangan istri dan tunjangan anak) kepada PT TASPEN (Persero). Jenis Produk Tabungan Hari Tua (THT) lainnya
Dalam mengelola program tabungan hari tua tersebut, PT TASPEN (Persero) juga mengelola pengembangan dari Program Tabungan Hari Tua yang berupa Asuransi Multiguna Sejahtera dan Asuransi Ekaguna Sejahtera. Pada saat ini pemasaran program terbatas kepada peserta BUMN/BUMD. Pengembangan program tabungan hari tua meliputi : a. Asuransi Multiguna Sejahtera Program asuransi multiguna sejahtera adalah pengembangan dari asuransi dwiguna dengan penambahan manfaat bagi peserta berupa manfaat berkala, disamping manfaat tabungan hari tua dan manfaat nilai tunai. Besarnya manfaat berkala disesuaikan dengan kebutuhan masing-msing peserta. b. Asuransi Ekaguna Sejahtera Program
asuransi
ekaguna
sejahtera
menawarkan
manfaat
tabungan hari tua saja kepada peserta yang ingin membatasi kewajiban iurannya. 2. Program Pensiun Sejak 1 Januari 1987 PT TASPEN (Persero) diberi kepercayaan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan pembayaran pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 822/KMK.03/1986 tanggal 22 September 1986 dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 842.1-841
54
tanggal 13 Oktober 1986 dimulai pada tiga provinsi (Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur). Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 702/KMK.03/1987 tanggal 31 Oktober 1987 dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 842.1-1402 tanggal 14 November 1987, maka mulai tanggal 1 Januari 1988 PT TASPEN (Persero) melakukan pembayaran pensiun di wilayah Sumatera sebagai kelanjutan pembayaran pensiun di Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Keuangan
RI
Nomor
812/KMK.03/1988 tanggal 23 Agustus 1988 dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 842.1-755 tanggal 27 September 1988, mulai tanggal 1 April 1989 PT TASPEN (Persero) melaksanakan pembayaran pensiun di wilayah Jawa dan Madura. Dalam upaya perluasan pembayaran pensiun ke seluruh wilayah Indonesia, maka sejak 1 April 1990 PT TASPEN (Persero) telah melaksanakan pembayaran pensiun di seluruh provinsi di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Irian jaya dan Timor Timur. Pelaksanaan pembayaran pensiun tersebut didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 79/KMK.03/1990 tanggal 22 Januari 1990 dan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 842.1-099 tanggal 12 Februari 1990. Program pensiun adalah suatu program yang dimaksudkan untuk memberikan jaminan hari tua kepada pegawai negeri sipil sebagai penghargaan atas jasa-jasa dan pengabdiannya kepada negara sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor : 11 Tahun 1969. Selain kepada pegawai negeri sipil, PT TASPEN (Persero) juga melakukan pembayaran pensiun bagi : 1. Penerima pensiun pejabat negara. 2. Penerima tunjangan perintis kemerdekaan RI. 3. Penerima Tunjangan Veteran.
55
4. Penerima Pensiun anggota TNI/POLRI yang pensiun sebelum April 1989. Jenis pensiun (yang berhak menerima pensiun)
Jenis pensiun bagi peserta program pensiun dikategorikan sebagai berikut : a. Pensiun Sendiri. Hak pensiun yang dibayarkan kepada peserta program pensiun yang telah mencapai usia persyaratan pensiun. b. Pensiun Janda/Duda. Hak pensiun yang dibayarkan kepada janda/duda penerima pensiun. c. Pensiun Yatim/Piatu. Hak pensiun yang dibayarkan kepada anak pegawai pewaris pensiun yang memenuhi persyaratan. d. Pensiun Orang tua. Hak pensiun yang dibayarkan kepada orang tua pegawai negeri sipil/TNI/POLRI yang meninggal dengan tidak meninggalkan isteri/suami/anak. e. Penerima Uang Tunggu. Hak pensiun yang dibayarkan kepada pegawai negeri sipil yang diberhentikan dengan hormat dari jabatannya. Hak Peserta Program Pensiun
Hak yang diterima peserta program pensiun meliputi : 1. Menerima Pensiun Pertama Pensiun sendiri yang diberikan ketika PNS/Pejabat Negara berhenti dengan hak pensiun dan pembayarannya bersamaan dengan pemberian hak THT. 2. Menerima Pensiun Bulanan Pensiun yang dibayarkan pada setiap bulan melalui kantor bayar pensiun yang ditunjuk. 3. Menerima Uang Duka wafat Diberikan kepada isteri/suami/anak/ahli waris yang ditunjuk karena pensiunan meninggal dunia 4. Pensiun bagi janda/duda/anak Pensiun yang diberikan kepada janda/duda/anak karena pensiunan meninggal dunia
56
5. Uang Kekurangan Pensiun (UKP) Kekurangan pensiun yang belum dibayarkan kepada penerima pensiun akibat penyesuaian pensiun pokok, penyesuaian tabel, dan adanya pangkat pengabdian karena penerbitan SK terlambat. 6. Pensiun lanjutan Uang pensiun lanjutan akibat perpindahan kantor bayar antar Kantor Cabang PT. TASPEN (PERSERO). Kewajiban Peserta Program Pensiun
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 8/1977 setiap peserta program pensiun diwajibkan membayar iuran (premi) sebesar 4,75% dari penghasilan sebulan (gaji pokok, tunjangan istri dan tunjngan anak) kepada PT TASPEN (Persero). 4.4.
Mekanisme Penyampaian Produk
Keseluruhan dari produk dan layanan utama yang dikelola oleh PT TASPEN (Persero) tersebut disampaikan kepada peserta melalui mekanisme sebagai berikut : 1. Produk pensiun dan tabungan hari tua untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) kepesertaannya bersifat wajib (compulsory) sehingga PT TASPEN (Persero) tidak melakukan proses pemasaran secara langsung.
Sebagai
bukti
kepesertaan
PT
TASPEN
(Persero)
memberikan Kartu Peserta Taspen (KPT) kepada setiap peserta melalui instansinya masing-masing. 2. Produk Tabungan Hari Tua (THT), THT Multiguna dan THT Ekaguna untuk para pegawai BUMN/BUMD dipasarkan secara langsung kepada setiap instansi peserta. Sebagai bukti kepesertaan, PT TASPEN (Persero) memberikan Kartu Peserta kepada setiap peserta melalui instansinya masing-masing.
57
PNS C O M P U L S O R Y
PT TASPEN (Persero)
Iuran 4,75%
BUMN/BUMD
PROGRAM PENSIUN PROGRAM THT
Iuran 3,25%
Iuran 3,25%
PROGRAM MULTIGUNA PROGRAM EKAGUNA
Peserta
Manfaat Manfaat
Kantor Bayar
Iuran 19,5%
V O L U N T A R Y
Pengelolaan Dana
Gambar 3. Mekanisme Penyampaian Produk 4.5.
Peserta dan Pendapatan Premi 4.5.1. Peserta
Jumlah peserta aktif sampai dengan tahun 2005, yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pejabat Tinggi/Tertinggi Negara, Duta Besar RI dan pegawai beberapa BUMN/BUMD mencapai 3.879.842 orang. Pada periode yang sama jumlah penerima pensiun yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pejabat Negara, TNI/POLRI, Perintis Kemerdekaan RI, Veteran, penerima uang tunggu dan pegawai BUMN mencapai 1.948.206 orang. 4.5.2. Pendapatan Premi
Pendapatan premi yang diperoleh dari pengelolaan program asuransi sosial yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero) untuk program tabungan hari tua sebesar Rp 1.795,42 miliar yang terdiri dari premi tabungan hari tua (THT) pegawai negeri sipil sebesar Rp 1.737,87 miliar, premi tabungan hari tua (THT) pegawai BUMN sebesar Rp 30,27 miliar, premi multiguna sejahtera sebesar Rp 27,26 miliar serta premi ekaguna sejahtera sebesar Rp 0,02 miliar.
58
Tabel 1. Rincian pendapatan premi program tabungan hari tua Dalam miliaran Rupiah
Uraian
2005
2004
1.737,87
1.644,08
30,27
32,07
Premi MultigunaSejahtera
27,26
23,61
Premi Ekaguna Sejahtera
0,02
0,02
Jumlah Pendapatan Premi
1.795,42
1.699,77
Premi asuransi Dwiguna •
Premi THT PNS
•
Premi THT BUMN
Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005. 4.6.
Kegiatan Pengelolaan Dana yang Dilakukan Oleh PT TASPEN (Persero) Dalam Kegiatan investasi
PT TASPEN (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang asuransi sosial. Oleh karena itu pendapatan utama perusahaan berupa pendapatan premi yang dibayarkan oleh peserta program yang dikelola oleh perusahaan. Pengelolaan dana yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero) itu sendiri ditujukan untuk menciptakan penambahan nilai uang yang dimiliki oleh perusahaan (pemerolehan laba). Dengan kata lain disamping untuk tujuan di atas kegiatan pengelolaan dana juga bertujuan untuk menghindari adanya kas beku dalam perusahaan dalam jumlah yang besar. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya kegiatan pengelolaan dana tersebut (aktivitas investasi). Kegiatan Pengelolaan dana yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero) dalam kegiatan investasi berupa deposito, obligasi dan investasi selain deposito dan obligasi. 4.6.1. Penilaian Investasi
Kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero) dalam bentuk investasi dicatat dan dinilai berdasarkan kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Dalam
59
penyajian laporan keuangan perusahaan investasi yang dilakukan dicatat dan dinilai berdasarkan tabel berikut di bawah ini. Tabel 2. Dasar pencatatan dan penilaian investasi Dasar Pencatatan dan Jenis Investasi
Penilaian dalam Laporan Keuangan
Saham
Nilai pasar
Deposito Berjangka
Nilai nominal
Obligasi yang dimiliki hingga Nilai jatuh tempo
perolehan
setelah
amortisasi
Obligasi yang tersedia untuk Nilai perolehan dijual Sertifikat Bank Indonesia
Nilai Tunai
Penyertaan pada PT Arthaloka Konsolidasi Indonesia Investasi langsung
Harga perolehan
Sumber : Laporan Tahunan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005. PT Arthaloka Indonesia sebagai anak perusahaan PT TASPEN (Persero) dibentuk berdasarkan akta notaris Ny. Soenardi Adisasmitro No. 24 tanggal 14 April 1988 dengan bidang usaha sebagai berikut : 1. Bisnis penyewaan gedung perkantoran, antara lain : restoran, pertokoan serta sarana penunjang yang ada kaitannya dengan bisnis tersebut dalam arti yang seluas-luasnya. 2. Bergerak dalam bidang jasa pada umumnya yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan kecuali jasa bidang hukum. Kepemilikan PT TASPEN (Persero) pada PT Arthaloka Indonesia adalah sebesar Rp 40.096.229.337,- atau 90,13% dari seluruh modal saham yang disetor sehingga laporan keuangan PT TASPEN (Persero) harus dikonsolidasikan dengan PT Arthaloka Indonesia selaku anak perusahaan. Berikut ini rincian modal saham yang disetor pada PT Arthaloka Indonesia :
60
Tabel 3. Rincian modal saham yang disetor pada PT Arthaloka Indonesia Uraian
Jumlah
PT TASPEN (PERSERO)
Rp 40.096.229.371
PT Aerowisata
Rp
1.147.767.356
PT Asuransi Ekport Indonesia
Rp
916.434.400
PT Asuransi Kredit Indonesia
Rp
823.011.476
PT Asuransi Jiwasraya
Rp
587.229.810
PT Asuransi Jasa Raharja
Rp
587.229.810
PT Reasuransi Umum Indonesia
Rp
329.204.500
Jumlah
Rp 44.487.106.723
Sumber : Laporan Tahunan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005 4.6.2. Investasi Program Tabungan Hari Tua (THT)
Investasi yang telah dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan pengelolaan dana program tabungan hari tua adalah sebagai berikut : Tabel 4. Pengalokasian dana investasi program tabungan hari tua Dalam miliaran Rupiah
Deposito Obligasi
3.737,46 10.574,56
25,93 73,37
3.345,60 9.146,85
26,74 73,11
% Naik (Turun) 11,71 15,61
Investasi lainnya
99,71
0,69
18,69
0,15
433,49
Alokasi
2005
%
2004
%
Jumlah 14.411,73 100 12.511,14 100 15,19 investasi Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) diolah. Investasi yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero) untuk program tabungan hari tua sangat didominasi oleh investasi dalam bentuk obligasi. Hal ini dapat tercermin dari nilai obligasi terhadap keseluruhan nilai investasi perusahaan yang mencapai 73,37% pada tahun 2005 dan sebesar 73,11% pada tahun 2004. Secara
61
keseluruhan nilai investasi perusahaan mengalami peningkatan sebesar 15,19 % dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp 12.511,14 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 14.411,73 miliar pada tahun 2005. Di bawah ini akan diuraikan mengenai jenis investasi perusahaan. 1. Deposito Deposito berjangka sampai 31 Desember 2005 sebesar Rp 3.737,46 miliar atau mencapai 25,93% dari keseluruhan nilai investasi perusahaan. Deposito tersebut ditempatkan pada bank-bank pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Jangka waktu deposito antara 3 sampai dengan 24 bulan dengan tingkat bunga 7,5% sampai 13,2% untuk tahun 2005. Deposito pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 11,71% apabila dibandingkan tahun 2004 yang sebesar Rp 3.345,60 miliar. 2. Obligasi Jumlah obligasi tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo pada tanggal 31 Desember 2005 sebesar Rp 10.574,56 miliar atau mencapai 73,37% dari keseluruhan nilai investasi perusahaan. Obligasi tersebut merupakan obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Perusahaan Swasta Nasional dengan jangka waktu investasi antara 1 tahun sampai 15 tahun dengan tingkat bunga 9,5% sampai dengan dengan 18,25%. Jumlah obligasi yang dimiliki oleh PT TASPEN (Persero) tersebut mengalami peningkatan sebesar 15,61% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 9.146,85 miliar. 3. Investasi selain deposito dan obligasi Investasi selain deposito dan obligasi yang dilakukan untuk program tabungan hari tua sebesar Rp 99,71 miliar atau 0,69% dari keseluruhan nilai investasi perusahaan. Investasi ini berupa saham trading, saham yang tersedia untuk dijual serta investasi
62
langsung. Investasi langsung pada beberapa perusahaan dilaksanakan dalam bentuk penyertaan saham yang merupakan investasi jangka panjang dengan maksud untuk mempengaruhi atau menguasai perusahaan yang bersangkutan. Saldo investasi langsung per 31 Desember 2005 sebesar Rp 682.500.000 adalah nilai penyertaan saham yang kepemilikannya kurang dari 20% dari modal yang disetor. Investasi lain tersebut mengalami kenaikan cukup tinggi yang mencapai 433,39% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 18,69 miliar. Kenaikan tersebut terutama disebabkan karena meningkatnya saham trading yang dimiliki perusahaan sebesar 442,92%. 4.6.3. Hasil (Pendapatan) Investasi
Pendapatan investasi yang diperoleh oleh PT TASPEN (Persero) merupakan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan investasi (pengelolaan dana) tabungan dan simpanan pegawai negeri yang ada pada perusahaan. Kegiatan investasi tersebut pada dasarnya dilakukan untuk menciptakan penambahan nilai uang yang telah terkumpul dalam perusahan. Dengan demikian, pendapatan dari kegiatan investasi tersebut disamping sebagai sumber pendapatan lain selain pendapatan premi, pendapatan investasi juga dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan dalam kaitannya dengan pemberian manfaat bagi peserta. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan pengelolaan dana yang dilakukan oleh PT TASPEN (Persero) sampai dengan akhir 2005 mencapai Rp 1.567,53 miliar naik sebesar 13,93% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1.375,86 miliar untuk program tabungan hari tua. Pendapatan investasi program tabungan hari tua yang diperoleh perusahaan meliputi bunga deposito, bunga obligasi, capital gain obligasi, bunga medium term notes, bunga deposito on call, dividen saham, dividen penyertaan, dan capital gain selain
63
obligasi. Berikut ini rincian hasil (pendapatan) investasi yang diperoleh oleh PT TASPEN (Persero) :
Tabel 5. Pendapatan Investasi Program Tabungan Hari Tua Dalam miliaran rupiah
Uraian
2005
%
2004
% naik (Turun) 21,33 (6,62) 76,77 19,43
%
Bunga deposito 274,05 17,48 293,49 Bunga obligasi 1.261,44 80,47 1.056,23 Capital Gain (loss) 18,38 1,17 obligasi Bunga medium term 1,28 0,09 notes Bunga deposit on call 0,02 0,001 Dividen saham 3,14 0,20 5,56 0,40 (43,55) Dividen penyertaan 0,15 0,01 0,45 0,03 (66,67) Capital gain - Realisasi 10,38 0,66 18,82 1,37 (44.85) - Bukan realisasi 0,00 0,00 Jumlah pendapatan 1.567,53 100 1.375,86 100 13,93 investasi Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005 diolah. 4.7.
Penyelesaian Klaim dan Penyampaian Manfaat 4.7.1. Mekanisme Penyelesaian Klaim
Mekanisme penyelesaian klaim dari peserta program asuransi PT TASPEN (Persero) kepada perusahan dapat dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut : 1. Penyelesaian klaim secara langsung dapat dilakukan di Kantor Cabang Utama (KCU) dan Kantor Cabang (KC) PT TASPEN (Persero). 2. Penyelesaian secara tidak langsung atau melalui surat menyurat. 3. Pelayanan secara pro aktif oleh Kantor Cabang Utama (KCU) dan Kantor Cabang (KC) kepada peserta melalui instansi yang bersangkutan 3 (tiga) bulan menjelang usia pensiun. Sedangkan bagi lanjut usia yang sakit disampaikan di kediamannya.
64
4.7.2. Mekanisme Penyampaian Manfaat
Penyampaian manfaat baik program Tabungan Hari Tua (THT) dan program pensiun dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu : 1. Manfaat THT dan pensiun diberikan/dibayarkan secara langsung (tunai) di Taspen. 2. Manfaat THT dan pensiun diberikan/dibayarkan melalui perbankan dan kantor pos sebagai mitra kerja PT TASPEN (Persero). Bank & Pos
LANGSUNG
Peserta
TIDAK LANGSUNG Kantor Pos
Peserta
Validasi
Pembayaran
Verifikasi
Administrasi
Gambar 4. Mekanisme Penyelesaian dan Penyampaian Manfaat
4.7.3. Pemberian Manfaat Program Bagi Peserta
Pemberian
manfaat
program
dilakukan
berdasarkan
kebijakan yang telah dibuat oleh perusahaan. Adanya kebijakan pemerintah mengenai perubahan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil terhitung 1 Januari 2001 dimana gaji pokok pegawai negeri sipil mengalami kenaikan sebesar 108% sampai 270%, maka hal ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Secara positif kenaikan gaji pokok tersebut menyebabkan terjadinya kenaikan pendapatan iuran yang diterima perusahaan. Akan tetapi, hal tersebut juga memberikan pengaruh yang signifikan pula terhadap beban klaim dan manfaat serta terjadinya kekurangan pendanaan (unfunded liability). Berdasarkan hasil perhitungan aktuaria perusahaan, kekurangan pendanaan yang akan
65
dialami perusahaan diperkirakan sebesar Rp 10,5 triliun per 1 Januari 2001 (laporan tahunan PT TASPEN (Persero) tahun 2001) . Oleh karena itu, dengan pertimbangan untuk menjaga eksistensi perusahaan dan kesinambungan pelayanan kepada peserta maka perusahaan telah mengambil kebijakan mengenai pembayaran manfaat dengan menetapkan modifikasi formula pemberian manfaat bagi peserta. Pada tahun 2005 jumlah penyelesaian klaim untuk program tabungan hari tua mencapai 172.652 kejadian. Jumlah klaim tersebut naik 11,09% dibandingkan tahun 2004 sebanyak 155.415 kejadian. Penyelesaian santunan tersebut terdiri dari 97.589 kejadian untuk tabungan hari tua dwiguna, 68.225 kejadian untuk asuransi kematian serta 6838 kejadian untuk program THT multiguna sejahtera dan ekaguna sejahtera. Tabel 6. Rincian pembayaran manfaat program tabungan hari tua (THT) 2005 Manfaat Program
Kejadian
Santunan
(jutaan Rupiah)
2004 Manfaat
Rata-rata Santunan
Santunan
Kejadian
(jutaan Rupiah)
(jutaan rupiah)
Rata-rata Santunan (jutaan Rupiah)
Dwiguna
97.589
1.162.470,91
11,91
90.848
1.240.569,40
13,66
Kematian
68.225
119.743,68
1,76
56.771
125.688,05
2,21
6.838
24.623,35
3,6
7.796
22.724,12
2,91
172.652
1.306.837,94
7,57
155.415
1.388.981,57
8,94
Multiguna & Ekaguna Jumlah
Sumber : Laporan Tahunan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005. Jumlah santunan manfaat program tabungan hari tua yang dibayarkan selama tahun 2005 mengalami penurunan sebanyak 5,91% menjadi Rp 1.306,84 miliar dibandingkan sebesar Rp 1.388,98 miliar pada tahun 2004. Secara rata-rata, nilai pembayaran manfaat santunan untuk masing-masing peserta program tabungan hari tua dwiguna mengalami penurunan sebesar 12,8% yaitu dari Rp 13,66 juta pada tahun 2004 menjadi Rp 11,91 juta pada tahun 2005 dan untuk program THT kematian turun sebesar 20,36% dari Rp 2,21 juta
66
pada tahun 2004 menjadi Rp 1,76 juta pada tahun 2005 dan multiguna serta ekaguna sejahtera naik sebesar 23,71% yaitu dari Rp 2,91 juta menjadi Rp 3,6 juta. Sedangkan nilai rata-rata klaim dan manfaat untuk seluruh program turun sebesar 15,3% yaitu dari Rp 8,94 juta menjadi sebesar Rp 7,57 juta. 4.8.
Kinerja Keuangan PT TASPEN (Persero)
Gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan diperlukan untuk dapat melihat kinerja keuangan perusahaan. Disamping hal tersebut untuk mendukung upaya dalam menginterpretasi kinerja keuangan perusahaan pertimbangan mengenai kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh perusahaan perlu untuk diperhatikan. 4.8.1. Kebijakan Akuntansi Perusahaan
a. Dasar Akuntansi Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep harga perolehan dari basis akrual, sedangkan laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode tidak langsung. b. Sistem Pembukuan Pembukuan untuk seluruh Kantor Cabang PT TASPEN (Persero)
diselenggarakan
secara
desentralisasi.
Seluruh
transaksi keuangan yang terjadi di Kantor Cabang dibukukan di Kantor Cabang yang bersangkutan. Setiap akhir bulan seluruh Kantor Cabang mengirimkan neraca saldo ke Kantor Pusat untuk menyusun laporan keuangan gabungan. Eliminasi transaksi Kantor Pusat dengan Kantor Cabang dilakukan melalui rekening koran Kantor Pusat – Cabang sehingga dalam laporan keuangan Kantor Cabang tidak disajikan perkiraan modal. c. Penyajian laporan keuangan Laporan keuangan disajikan dengan nilai Rupiah. Tahun buku perusahaan meliputi periode dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember. d. Deposito berjangka
67
Deposito berjangka milik PT TASPEN (Persero) disajikan sebagai aktiva kelompok investasi, sedangkan deposito berjangka PT Arthaloka Indonesia disajikan sebagai aktiva bukan kelompok investasi (kelompok aktiva lancar) e. Piutang Piutang usaha PT Arthaloka Indonesia diakui dan dicatat pada saat penyewa (tenant) sudah menikmati pelayanan gedung. Terhadap piutang yang menunggak dilakukan penyisihan yang besarnya dihitung berdasarkan hasil analisis kualitas masingmasing debitur. f. Piutang premi dan iuran Besarnya piutang premi dan iuran dihitung dengan cara sebagai berikut : 1. Piutang Iuran Pegawai Negeri Sipil dihitung tiap bulan berdasarkan laporan kas posisi yang didukung dengan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP). 2. Piutang premi dan iuran BUMN/BUMD dihitung setiap awal bulan atas dasar data peserta atau penerimaan iuran bulan sebelumnya. Perusahaan tidak membentuk penyisihan (allowance) atas piutang premi dan iuran yang tidak tertagih, karena akan diperhitungkan sebagai pengurang atas pembayaran santunan apabila peserta bersangkutan mengajukan haknya. g. Investasi Investasi disajikan tersendiri dalam neraca yaitu sesuai dengan tujuan untuk menjamin kewajiban pembayaran santunan kepada peserta pada saat mengajukan haknya (jangka panjang). Hasil investasi dibukukan terpisah atas dasar akrual. h. Aktiva tetap Aktiva tetap dinilai berdasarkan harga perolehan, kecuali aktiva tetap yang diperoleh dari pengalihan bentuk (likuidasi Perum Taspen) dinilai berdasarkan hasil penilaian kembali.
68
i. Biaya ditangguhkan Biaya ditangguhkan diamortisasi berdasarkan metode garis lurus sesuai dengan masa manfaat j. Utang klaim Utang klaim dicatat sebagai beban tahun berjalan pada saat terjadinya santunan yang sudah dihitung dan disetujui, namun belum dapat dibayarkan sampai dengan akhir tahun buku diperlakukan sebagai beban dan utang klaim tahun yang bersangkutan k. Kewajiban manfaat polis masa depan Kewajiban manfaat polis masa depan merupakan kewajiban perusahaan kepada peserta yang besarnya dihitung pada akhir tahun oleh aktuaris perusahaan dengan menggunakan metode perhitungan kombinasi antara Define Benefit Plan dan Define Contribution Plan berdasarkan tingkat bunga asuransi sebesar 10,57% sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2004. sedangkan untuk tahun 2005 tingkat bunga asuransi sebesar 10,40%. Kenaikan kewajiban manfaat polis masa depan dari tahun sebelumnya disajikan dalam perhitungan laba rugi sebagai komponen beban. l. Pendapatan fee penyelenggaraan pensiun Pendapatan fee penyelenggaraan pensiun ditetapkan sebesar 5% dari hasil investasi program pensiun ditambah 0,3% dari manfaat pensiun. m. Lain-lain 1. Pengakuan pendapatan dan beban PT Arthaloka Indonesia Pendapatan diakui pada saat penyewa (tenant) sudah menikmati pelayanan/jasa gedung. Biaya dibebankan berdasarkan masa manfaat dari beban tersebut. 2. Transaksi dalam mata uang asing PT Arthaloka Indonesia
69
Transakasi dalam mata uang asing dibukukan setelah dijabarkan
ke
dalam
mata
uang
rupiah
dengan
menggunakan kurs intern (kurs yang berlaku pada saat transaksi dicatat). Saldo mata uang asing dalam neraca dijabarkan
ke
dalam
mata
uang
rupiah
dengan
menggunakan kurs Bank Indonesia pada tanggal neraca. Perbedaan antara kurs pada saat transaksi dicatat (kurs intern) dengan kurs pada tanggal neraca dicatat sebagai pendapatan/beban selisih kurs tahun yang bersangkutan. 3. Biaya ditangguhkan pada PT Arthaloka Indonesia Aktiva ini terjadi karena adanya penyewa baru yang menempati ruangan gedung PT Arthaloka yang sesuai dengan perjanjian PT Arthaloka Indonesia menyediakan partisi bagi penyewa tersebut serta memperoleh sambungan telepon baru. 4. Saham PT Arthaloka Indonesia Pencatatan nilai investasi jangka pendek dalam bentuk saham yang dimiliki PT Arthaloka Indonesia dicatat berdasarkan harga terendah antara harga perolehan dan harga pasar. 4.8.2. Kondisi Keuangan Perusahaan
Pengelolaan keuangan selama tahun buku 2005 baik program tabungan hari tua maupun program dana pensiun pegawai negeri tercermin melalui beberapa indikator sebagai berikut : a. Pendapatan Realisasi pendapatan program tabungan hari tua tahun 2005 sebesar Rp 3.493,21 miliar atau meningkat sebesar 8,83% bila dibandingkan tahun 2004 sebesar Rp 3.209,90 miliar. Peningkatan tersebut menunjukkan adanya penambahan total pendapatan yang diterima perusahaan yang dalam hal ini peningkatan tersebut sangat didominasi oleh peningkatan hasil investasi yang mencapai 13,93%.
70
b. Beban Jumlah beban program tabungan hari tua (THT) tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 2,18% dibandingkan tahun 2004 yaitu dari Rp 3.044,38 miliar menjadi sebesar Rp 3.110,87
miliar.
Peningkatan
pada
beban
perusahaan
menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kenaikan dalm membiayai pelaksanaan kegiatan usaha perusahaan yang dalam hal ini kenaikan beban tersebut terutama disebabkan oleh adanya peningkatan beban umum dan administrasi sebesar 11,20%. c. Aktiva Sampai dengan akhir tahun 2005 aktiva program tabungan hari tua (THT) mengalami kenaikan sebesar 11,85% dari Rp 15.540,47 miliar pada tahun 2004 menjadi sebesar Rp 17.381,37 miliar. Kenaikan tersebut terutama disebabkan adanya peningkatan pada sisi aktiva lancar sebesar 42,18% yang disebabkan adanya pengakuan piutang kepada program pensiun dan piutang hasil investasi. d. Kewajiban Pada akhir tahun 2005 kewajiban program tabungan hari tua (THT) mencapai sebesar Rp 16.356,12 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 9,83% dibandingkan tahun 2004 sebesar Rp 14.892,36 miliar. Kenaikan tersebut terutama disebabkan adanya peningkatan kewajiban jangka pendek yang signifikan sebesar 120,10%. Hal ini akibat meningkatnya pendapatan diterima dimuka. Jumlah kewajiban pemegang polis secara keseluruhan sebesar Rp 16.209,94 miliar telah dijamin oleh aktiva investasi sebesar Rp 14.411,73 miliar atau aktiva keseluruhan sebesar Rp 17.381,37 miliar. e. Ekuitas
71
Jumlah ekuitas program tabungan hari tua (THT) pada akhir tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 58,19% atau mencapai Rp 1.025,25 miliar dibandingkan tahun 2004 yang mencapai Rp 648.11 miliar. 4.9.
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan
Analisa mengenai kinerja keuangan PT TASPEN (Persero) dilakukan dengan melakukan analisa terhadap laporan keuangan perusahaan. Melalui analisa terhadap laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh gambaran informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan. Analisa terhadap laporan keuangan perusahaan dilakukan dengan menggunakan metode analisa rasio keuangan, analisa persentase per komponen, analisa Du Pont dan analisa Altman Z score. 4.9.1. Analisa Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Melalui angka-angka rasio keuangan dapat diperoleh beberapa informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan. Informasi mengenai kinerja keuangan yang dapat diperoleh melalui analisa rasio meliputi tingkat likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang terkait dengan kegiatan usaha PT TASPEN (Persero) ditampilkan pada tabel 8. Tabel 7. Rasio keuangan program tabungan hari tua (THT) Rasio Keuangan
2005 (%)
Aktiva lancar terhadap 474,51 kewajiban jangka pendek Modal kerja bersih terhadap 2,89 total aktiva Pendapatan terhadap total 0,2 kali aktiva Pendapatan terhadap aktiva 69,45 kali tetap Pendapatan terhadap piutang 1,23 kali Total kewajiban terhadap 94,10 total aktiva Kewajiban lancar terhadap 0,77
2004 (%)
% Naik (Turun)
734,59
(35,41)
2,49
16,06
0,21 kali
(4,76)
68,11 kali
1,97
1,1 kali
11,82
95,83
(1,81)
0,39
97,44
72
total aktiva Kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva Lanjutan tabel 7. Aktiva terhadap kewajiban kepada pemegang polis Nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang polis Margin Laba kotor
0,03
0,03
0,00
107,23
104,86
2,26
88,91
84,42
5,32
19,60
13,63
43,80
Margin laba bersih 10,93 5,14 112,65 Laba usaha terhadap aktiva 2,20 1,07 105,61 (ROI) Laba bersih terhadap aktiva 2,20 1,06 107,55 (ROA) Laba bersih terhadap ekuitas 37,24 25,45 46,33 (ROE) Klaim dan manfaat terhadap 72,79 81,72 (10,93) pendapatan iuran Pendapatan investasi terhadap nilai investasi (yield 10,88 11,00 (1,09) on invesment) Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005 (diolah) Melalui tabel di atas dapat diperoleh gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan sebagai berikut : Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas dan pos lancar lainnya yang sifatnya hampir mendekati kas yang berguna untuk memenuhi semua kewajiban perusahaan yang segera jatuh tempo. Analisa rasio likuiditas yang digunakan meliputi : a. Rasio lancar berupa perbandingan antara aktiva lancar terhadap kewajiban jangka pendek mengalami penurunan dari 734,59% atau turun sebesar 35,41% pada tahun 2004 menjadi 474,51% pada tahun 2005. Penurunan tersebut disebabkan adanya peningkatan jumlah kewajiban kepada pemegang polis masa depan.
73
b. Rasio cepat, dalam hal ini rasio cepat tidak dijadikan salah satu penilaian
mengenai
likuiditas
perusahaan
dikarenakan
persediaan yang diperlukan dalam perhitungan rasio ini tidak sesuai dengan ruang lingkup kegiatan usaha perusahaan. Persediaan yang ada dalam perusahaan lebih mengarah kepada inventaris-inventaris kantor yang merupakan perlengkapan dan bukan seperti persediaan yang ada pada perusahaan dagang maupun manufaktur, seperti kertas, tinta, dan lain-lain. c. Rasio modal kerja bersih terhadap total aktiva menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini mengalami kenaikan sebesar 16,06% dari sebesar 2,49% pada tahun 2004 menjadi 2,89% pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menciptakan cadangan potensi kas yang ada menjadi lebih baik. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas dipakai untuk menentukan penilaian efektifitas perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Dalam hal ini penjualan yang dimaksud lebih direfleksikan pada pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan usahanya. Rasio yang digunakan dalam menilai tingkat aktivitas perusahaan meliputi : a. Rasio perputaran persediaan dalam hal ini tidak dijadikan salah satu ukuran mengenai tingkat aktivitas perusahaan dikarenakan substansi dari rumus perhitungan rasio ini tidak sesuai dengan ruang lingkup usaha perusahaan. b. Rasio perputaran total aktiva menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan
dalam
pemakaian
total
aktivanya
untuk
menghasilkan pendapatan. Dari hasil perhitungan rasio ini, dapat diketahui rasio perputaran total aktiva perusahaan mengalami
penurunan
sebesar
4,76%.
Penurunan
ini
74
disebabkan karena adanya peningkatan aktiva sebesar 11,85% yang hanya diikuti peningkatan pendapatan sebesar 8,83%. c. Rasio perputaran aktiva tetap menunjukkan ukuran efisiensi perusahaan
dalam
menghasilkan
menggunakan
pendapatan.
Hasil
aktiva
tetapnya
perhitungan
rasio
guna ini
menunjukkan bahwa tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva tetapnya mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar 1,97%. Tingginya nilai rasio perputaran aktiva tetap perusahaan dikarenakan rendahnya nilai aktiva tetap perusahaan. Dengan kata lain jenis kegiatan usaha perusahaan sangat mempengaruhi nilai rasio tersebut. d. Rasio perputaran piutang menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang untuk berputar dalam suatu periode tertentu. Dapat diartikan bahwa berapa kali perusahaan melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam satu periode. Kebijakan
piutang
yang
ditetapkan
oleh
perusahaan
menjelaskan bahwa dalam menjalankan usahanya, perusahaan tidak melakukan penyisihan terhadap piutangnya. Dapat diartikan bahwa kegiatan utama perusahaan yang begerak dalam bidang asuransi sosial tersebut akan melakukan pengurangan terhadap manfaat yang dapat diterima oleh peserta apabila peserta mengajukan haknya. Piutang yang berkaitan dengan kekurangan pendanaan (unfunded liability) lebih mengarah kepada penagihan piutang kepada pemerintah. Piutang kepada pemerintah tersebut akan dibayar kepada perusahaan secara cicilan. Hasil dari rasio ini menunjukkan bahwa rasio perputaran piutang perusahaan mengalami peningkatan sebesar 11,82% dari 1,1 kali menjadi 1,23 kali pada tahun 2005. Rasio Solvabilitas
Analisa rasio solvabilitas (leverage) dilakukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya
75
baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek atau dapat juga memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio yang digunakan untuk menilai rasio solvabilitas perusahaan meliputi : a. Rasio utang digunakan untuk mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva perusahaan. Rasio utang perusahaan mengalami penurunan dari sebesar 95,83% menjadi 94,10% di tahun 2005. Dalam menilai rasio ini perusahaan menggunakan perhitungan yang berbeda dengan rumus yang didapat dari literatur dimana rumus yang digunakan membandingkan total aktiva
tehadap
kewajiban.
Dengan
mengetahui
rumus
perhitungan rasio utang yang digunakan oleh perusahaan dapat dijelaskan bahwa perusahaan lebih cenderung untuk bagaimana menjamin kewajiban perusahaan yang ada dengan aktiva yang dimilikinya dan bukan melihat sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai aktivanya. Dengan menggunakan perhitungan tersebut maka rasio aktiva terhadap kewajiban sebesar 106,27% pada tahun 2005 dan 104,35% untuk tahun 2004. Dapat diartikan bahwa setiap Rp 1 kewajiban dapat dijamin dengan Rp 1,04 aktiva di tahun 2005 dan dengan Rp 1,06 aktiva di tahun 2004. b. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva digunakan untuk mengukur berapa besar total aktiva yang dibiayai dengan kewajiban lancar menunjukkan peningkatan sebesar 97,44%. Rendahnya nilai rasio ini disebabkan karena dalam kewajiban utama perusahaan berupa kewajiban kepada pemegang polis. c. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva digunakan untuk mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kewajiban bukan lancar. Rasio ini menunjukkan nilai yang tetap baik di tahun 2004 maupun 2005 yaitu sebesar 0,03%.
76
Tidak adanya perubahan terhadap nilai rasio disebabkan disamping kewajiban utama perusahaan yang berupa kewajiban kepada pemegang polis juga dikarenakan kewajiban jangka panjang perusahaan yang hanya berupa telepon deposit dan security deposit jumlahnya tidak banyak mengalami perubahan. d. Rasio aktiva terhadap kewajiban pemegang polis digunakan untuk mengukur sejauh mana kewajiban terhadap pemegang polis dapat dijamin dengan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini merupakan rasio yang digunakan oleh perusahaan dan dianggap sebagai rasio penting bagi pihak manajemen perusahaan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Dari hasil rasio tersebut dapat diketahui bahwa nilai rasio mengalami peningkatan sebesar 2,26% dari sebesar 104,86% pada tahun 2004 menjadi 107,23%. e. Rasio nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang polis
menunjukkan
perbandingan
nilai
aktiva
yang
diinvestasikan oleh perusahaan dengan kewajiban kepada polis. Nilai rasio ini menunjukkan sebesar 84,42% pada tahun 2004 dan mengalami peningkatan 5,32% sehingga mencapai 88,91% pada tahun 2005. Rasio Profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas usaha yang baik dapat memperkecil risiko perusahaan mengalami kebangkrutan.
Analisa
profitabilitas
dilakukan
dengan
menggunakan rasio margin laba kotor, rasio margin laba bersih, rasio tingkat pengembalian investasi, rasio tingkat pengembalian aktiva dan rasio tingkat pengembalian ekuitas. Disamping rasiorasio tersebut, analisa mengenai rasio profitabilitas peruasahaan juga menggunakan rasio-rasio yang dipakai oleh pihak manajemen perusahaan dalam menilai tingkat profitabilitas usahanya yang meliputi rasio nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang
77
polis, rasio klaim dan manfaat terhadap pendapatan iuran, rasio pendapatan investasi terhadap nilai investasi (yield on invesment). a. Rasio
margin
laba
kotor
mencerminkan
kemampuan
perusahaan dari penjualan untuk mendapatkan laba kotor dan berguna untuk memberikan indikasi mengenai efisiensi operasi perusahaan.
Laba
kotor
perusahaan
diperoleh
dengan
menghitung pendapatan yang diperoleh perusahaan dengan beban utama perusahaan yang berupa manfaat santunan dan kenaikan manfaat polis masa depan. Rasio ini mengalami peningkatan dari 13,63% pada tahun 2004 menjadi 19,60% pada tahun 2005 atau meningkat sebesar 43,8%. Kenaikan ini disebabkan karena meningkatnya jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan dan juga diikuti menurunnya manfaat santunan yang diberikan kepada peserta. b. Rasio
margin
laba
bersih
mencerminkan
kemampuan
manajemen untuk menghasilkan laba bersih dari aktivitas usaha yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil dari perhitungan rasio ini menunjukkan bahwa margin laba bersih perusahaan sebesar 10,93% pada tahun 2005 yang mengalami peningkatan sebesar 112,65% dari tahun sebelumnya yang sebesar 5,14%. c. Rasio tingkat pengembalian investasi (ROI) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan. ROI perusahaan menunjukkan sebesar 2,2% pada tahun 2005, mengalami peningkatan sebesar 105,61% dari nilai ROI pada tahun 2004 yang sebesar 1,07%. d. Rasio tingkat pengembalian aktiva menunjukkan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva-aktiva yang tersedia dimana rasio ini menunjukkan nilai sebesar 2,2% pada tahun 2005. e. Rasio
tingkat
pengembalian
ekuitas
menunjukkan
perbandingan antara laba bersih terhadap modal (ekuitas) yang
78
dimiliki oleh perusahaan yang mengalami peningkatan sebesar 46,33% dari sebesar 25,45% pada tahun 2004 menjadi 37,24% pada tahun 2005. f. Rasio
klaim
dan
manfaat
terhadap
pendapatan
iuran
menunjukkan perbandingan klaim dan manfaat terhadap pendapatn iuran (premi) yang diperoleh dari tiap peserta program. Perusahaan menggunakan rasio ini untuk melihat bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan jika hanya memperhitungkan sumber pendapatan utama perusahaan. Dengan demikian efisiensi dan efektifitas premi yang dibayar oleh peserta dapat terlihat dalam rasio ini dalam kaitannya dengan manfaat program. Hasil rasio ini pada tahun 2005 menunjukkan
penurunan
sebesar
10,93%
dari
tahun
sebelumnya yang mencapai 81,72%. Penurunan tersebut disebabkan karena menurunnya klaim dan pemberian manfaat yang dibayarkan bagi peserta. g. Rasio pendapatan investasi terhadap nilai investasi (yield on invesment) menunjukkan kemampuan kegiatan investasi dalam memberikan pendapatan bagi perusahaan. Rasio ini mengalami penurunan sebesar 1,09% dari sebesar 11% pada tahun 2004 menjadi sebesar 10,88%. Secara menyeluruh, dari analisa rasio keuangan yang dilakukan dapat dijelaskan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam mengelola program tabungan hari tua dinilai baik. Hal ini dapat terlihat hasil analisa rasio program tabungan hari tua. Yang perlu diperhatikan
ialah
dalam
melakukan
kegiatan
usahanya,
perusahaan sangat memperhatikan adanya tanggung jawab utama perusahaan yang berupa pemberian manfaat program bagi peserta dimana terdapat rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melakukan pembayaran maupun menjamin pemberian manfaat bagi peserta. Besarnya total aktiva yang dimiliki perusahaan dapat dijadikan ukuran bahwa
79
perusahaan sangat memperhatikan tanggung jawabnya kepada peserta. 4.9.2. Analisa Persentase Per Komponen
Analisa persentase perkomponen adalah suatu metode analisa untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya
dan
komposisi
perongkosan
yang
terjadi
dihubungkan dengan jumlah penjualannya (pendapatan). Analisa ini dapat memberikan gambaran tentang perubahan-perubahan dalam masing-masing pos dari tahun ke tahun dalam hubungannya dengan total aktiva atau total penjualan. Analisa persentase per komponen digunakan sebagai analisa pendukung terhadap analisa rasio keuangan. Melalui analisa persentase per komponen yang dilakukan dapat diperoleh informasi sebagai berikut : 1. Komposisi neraca Komposisi neraca melalui analisa persentase per komponen menggunakan total aktiva sebagai angka dasar untuk kelompok aktiva dan total pasiva sebagai angka dasar kelompok pasiva. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada tiap pos (akun) neraca dan melihat struktur komposisinya. Hasil analisa persentase per komponen terhadap neraca dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 8. Analisa persentase per komponen terhadap neraca program tabungan hari tua PT TASPEN (Persero) Uraian AKTIVA Investasi Deposito Obligasi Invesatsi Lainnya Jumlah investasi Aktiva lancar Kas, bank dan giro
2005 (%)
2004 (%)
21,50 60,84 0,57 82,91
21,53 58,86 0,12 80,51
0,01
0,03
80
Lanjutan tabel 8. Aktiva Lainnya 3,65 2,85 Jumlah Aktiva Lancar 3,66 2,88 Aktiva Tetap Setelah Dikurangi 0,29 0,30 Akumulasi Penyusutan Aktiva Lain-Lain 13,14 16,31 Jumlah Aktiva 100 100 PASSIVA Kewajiban Kepada Pemegang Polis Kewajiban manfaat polis masa depan 92,25 93,52 Utang klim 1,01 1,84 Jumlah kewajiban kepada pemegang polis 93,26 95,36 Kewajiban jangka pendek 0,77 0,39 Kewajiban jangka panjang 0,03 0,03 Kepentingan minoritas 0,04 0,05 Ekuitas 5,90 4,17 Jumlah kewajiban dan ekuitas 100 100 Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) tahun 2005 (diolah) Melalui tabel tersebut dapat diketahui bahwa aktiva investasi perusahaan
memiliki
proporsi yang
paling
besar
dari
keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dengan nilai mencapai 82,91%. Besarnya komposisi aktiva investasi tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan usahanya perusahaan lebih cenderung untuk mengalokasikan dananya pada kegiatan investasi sehingga aktiva lain yang ada dalam perusahaan relatif kecil dengan hanya mencapai sebesar 17,09% dari keseluruhan aktiva perusahaan. Komposisi kelompok pasiva perusahaan didominasi oleh kewajiban kepada pemegang polis dengan nilai mencapai 93,26% dari keseluruhan pasiva perusahaan. Angka ini menunjukkan bahwa kewajiban utama perusahaan terletak pada tanggung jawab perusahaan kepada peserta program asuransi. Pos (akun) lain yang signifikan terhadap komposisi struktur pasiva dalam neraca perusahaan ialah modal. Melalui tabel tersebut dapat dilihat bahwa komposisi modal menempati urutan kedua terbesar dengan nilai mencapai 5,9% dari keseluruhan pasiva perusahaan. Analisa menyeluruh dari
81
metode analisa ini menggambarkan bahwa pembiayaan aktiva perusahaan lebih banyak menggunakan sumber dana yang berasal dari kewajiban kepada pemegang polis. •
Komposisi laporan rugi laba Analisa persentase per komponen yang dilakukan terhadap laporan rugi laba perusahaan bertujuan untuk menunjukkan jumlah atau persentase dari penjualan (pendapatan) yang diserap tiap-tiap pos biaya dan juga menunjukkan persentase yang masih tersedia sebagai laba (profit) yang diperoleh perusahaan. Hasil analisa persentase per komponen terhadap laporan rugi laba perusahaan dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 9. Analisa persentase per komponen terhadap laporan rugi laba program tabungan hari tua PT TASPEN (Persero) Uraian 2005 (%) 2004 (%) PENDAPATAN Pendapatan Iuran 51,40 52,95 Hasil Investasi 44,87 42,86 Fee penyelenggaraan pensiun 3,11 3,45 Pendapatan Lain-Lain 0,62 0,73 Jumlah Pendapatan 100 100 Beban Manfaat santunan 37,41 43,27 Kenaikan Manfaat Polis Masa Depan 42,99 43,10 Pemenuhan Kekurangan Pendanaan Beban Umum Dan Administrasi 8,65 8,47 Jumlah Beban 89,05 94,84 Laba Sebelum PPH Badan 10,95 5,16 PPH 0,005 0,005 Laba setelah pajak 10,94 5,15 Kepentingan minoritas 0,01 0,01 Laba bersih 10,93 5,14 Sumber : Laporan Keuangan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005 (diolah)
Melalui tabel tersebut dapat diketahui bahwa proporsi masingmasing sumber pendapatan perusahaan dapat dilihat secara berturut-turut sebagai berikut : pendapatan iuran, hasil investasi, fee penyelenggaraan pensiun dan pendapatan lainlain dengan besar proporsi masing-masing 51,40%, 44,87%,
82
3,11% dan 0,62%. Dari informasi tersebut, menunjukkan bahwa
pendapatan
iuran
(premi)
merupakan
sember
pendapatan terbesar yang diperoleh perusahaan (pendapatan utama)
dan
pendapatan
investasi
merupakan
sumber
pendapatan kedua perusahaan. Komposisi yang ditunjukkan oleh proporsi beban sebagai penyerap unsur pendapatan memperlihatkan bahwa beban manfaat santunan dan beban kenaikan manfaat polis masa depan sebagai unsur penyerap utama. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai dari komposisi manfaat santunan sebesar 37,41% dan komposisi kenaikan manfaat polis masa depan sebesar 42,99%
dari
keseluruhan
pendapatan
yang
dihasilkan
perusahaan. Secara keseluruhan kedua komposisi beban tersebut dapat menyerap pendapatan perusahaan sampai sebesar 80,4%. Laba bersih yang dihasilkan perusahaan pada tahun 2005 mencapai sebesar 10,93%. Angka ini menunjukkan nilai yang lebih baik apabila dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan perusahaan pada tahun 2004 yang sebesar 5,14%. Komposisi yang ditunjukkan oleh proporsi pos pengurang sebagai unsur penyerap pos (akun) penambahan aktiva bersih memperlihatkan bahwa proporsi pengurang aktiva bersih mencapai sebesar 101,47%, dimana jumlah nilai tersebut melebihi jumlah nilai penambahan aktiva bersih (yang ditetapkan sebagai angka dasar dengan nilai sebesar 100%). Hal ini mengakibatkan jumlah aktiva bersih pada akhir periode sebesar 48,16% mengalami penurunan apabila dibandingkan aktiva bersih pada awal periode tahun 2005 yang sebesar 50,18%. 4.9.3. Analisa Du Pont
Analisa Du Pont merupakan sistem rasio keuangan yang dirancang untuk menyelidiki determinan rasio pengembalian
83
ekuitas pemegang saham dan pengembalian aktiva. Dengan menggunakan analisa Du Pont tersebut dapat diperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengembalian ekuitas perusahaan serta hubungan antara margin laba bersih, perputaran aktiva dan rasio utang. Penilaian terhadap tingkat pengembalian ekuitas (ROE) dilakukan untuk melihat efektifitas pengelolaan aktiva perusahaan dalam memaksimumkan tingkat pengembalian bagi para pemegang saham. Analisa terhadap nilai ROE perusahaan dapat dilakukan dengan
melakukan
analisa
terhadap
komponen-komponen
penyusun ROE. Melalui rasio-rasio keuangan yang telah digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan dapat diketahui pada tabel berikut : Tabel 10. Komponen rasio tingkat pengembalian ekuitas (ROE) PT TASPEN (Persero) Uraian
ROA 1 – Rasio Utang ROE
2005
2004
% Naik
(%) 2,2
(%) 1,06
(Turun) 107,55
5,9
4,17
41,49
37,24
25,45
46,33
Melalui tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai tingkat pengembalian atas aktiva (ROA) perusahaan mencapai 2,2% pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 107,55% dari tahun sebelumnya yang sebesar 1,06%. Rasio utang pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 1,81% dari sebesar 95,83% pada tahun 2004 menjadi sebesar 94,1%. Dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa nilai tingkat pengembalian atas aktiva (ROA) mempunyai hubungan
lurus terhadap nilai ROE,
dimana
peningkatan nilai pada ROA dapat menyebabkan meningkatnya nilai ROE. Rasio utang sebagai salah satu komponen penentu ROE juga mempunyai hubungan lurus terhadap nilai ROE. Dalam hal
84
ini, penjelasan secara matematis digunakan untuk menerangkan hubungan rasio utang tersebut terhadap ROE. Pada dasarnya rasio utang yang digunakan dalam analisa Du Pont secara matematis merupakan faktor yang membagi nilai ROA untuk menentukan besarnya nilai ROE. Semakin kecil faktor pembagi tersebut akan didapatkan nilai ROE yang semakin besar dan sebaliknya. Dengan kata lain, untuk memaksimumkan nilai ROE diperlukan faktor pembagi (yang berupa 1 – rasio utang) dengan nilai yang minimum. Nilai yang minimum dari 1 – rasio utang tersebut dapat dicapai dengan memaksimumkan nilai rasio utang. Secara
keseluruhan,
tingkat
pengembalian
ekuitas
perusahaan mengalami kenaikan dari 25,45% pada tahun 2004 menjadi sebesar 37,24% atau naik sebesar 46,33%. Penurunan nilai rasio utang sebesar 1,81% secara signifikan tidak menyebabkan penurunan terhadap nilai ROE dikarenakan proporsi penurunan tersebut relatif kecil bila dibandingkan dengan proporsi kenaikan nilai ROA. Meningkatnya nilai ROA dapat dianalisa dari komponenkomponen penyusunnya. Pada tabel berikut ini akan disajikan komponen penyusun ROA. Tabel 11. Komponen rasio tingkat pengembalian aktiva (ROA) PT TASPEN (Persero) Uraian
Margin laba bersih Perputaran aktiva ROA
total
2005
2004
% Naik
10,93 %
5,14 %
(Turun) 112,65
0,2 kali
0,21 kali
(4,76)
2,2 %
1,06 %
107,55
Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui pada tahun 2005 margin laba bersih mengalami peningkatan sebesar 112,65% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan karena pendapatan yang dihasilkan perusahaan mengalami peningkatan sebesar 8,83% yang diikuti dengan naiknya total beban perusahaan sebesar 2,18%.
85
Dengan proporsi kenaikan pendapatan yang lebih besar apabila dibandingkan dengan proporsi kenaikan total beban perusahaan tersebut maka margin laba bersih mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Komponen margin laba bersih PT TASPEN (Persero) 2005
2004
% Naik
Pendapatan
(miliar rupiah) 3.493,21
(miliar rupiah) 3.209,90
(Turun) 8,83
Total Beban
3.111,45
3.044,97
2,18
10,93%
5,14%
112,65
Uraian
Margin laba bersih
Perputaran total aktiva pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 4,76% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan kenaikan pendapatan yang diperoleh perusahaan sebesar 8,83% diikuti dengan kenaikan total aktiva perusahaan sebesar 11,85%. Proporsi kenaikan total aktiva yang lebih besar bila dibandingkan dengan proporsi kenaikan pendapatan tersebut secara signifikan menyebabkan rasio perputaran total aktiva mengalami penurunan. Pada tabel 13 dapat dilihat komponen rasio perputaran total aktiva. Tabel 13. Komponen rasio perputaran total aktiva PT TASPEN (Persero) Uraian
Pendapatan Total aktiva Perputaran total aktiva
2005
2004
% Naik
(miliar rupiah) 3.493,21
(miliar rupiah) 3.209,90
(Turun) 8,83
17.381,37
15.540,47
11,85
0,21 kali
(4,76)
0,2 kali
Dari hasil analisa Du Pont yang dilakukan, secara keseluruhan
menunjukkan
keberhasilan
perusahaan
dalam
meningkatkan nilai pengembalian atas ekuitas (ROI) dan pengembalian atas aktiva (ROA) perusahaan.
86 Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) 37,24%
Tingkat pengembalian aktiva (ROA)
1-
Dibagi
2,2%
Marjin laba bersih 10,93%
Laba bersih Rp 381,76 M
Dibagi
Dikali
Pendapatan Rp 3.493,21 M
Total utang Total aktiva 0,059
Perputaran total aktiva 0,2 kali
Pendapatan Dibagi
Rp 3.493,21 M
Dibagi
Total aktiva Rp 17.381,37 M
Pendapatan Rp 3.493,21 M Dikurangi Total biaya Rp 3.111,45 M
Investasi Rp 14.411,73 M
Aktiva lancar Rp 635,94 M
Aktiva tetap Rp 50,30 M
Manfaat santunan Rp 1.306,84 M
Deposito Rp 3.737,46 M
Kas,bank dan giro Rp 1,16
Kenaikan manfaat polis masa depan Rp 1.501,72 M
Obligasi Rp 10.574,56 M
Deposito berjangka Rp 31,36 M
Beban umum dan administrasi Rp 302,31 M
Investasi lainnya Rp 99,71 M
Piutang lancar Rp 592,2 M
Pajak Rp 0,17 M
Aktiva lain Rp 2.283,40 M
Biaya dibayar dimuka Rp 11,21 M
Kepentingan minoritas Rp 0,41 M
Gambar 5. Analisa Du Pont Pada PT TASPEN (Persero)
87
4.9.4. Analisa Altman Z Score
Analisa Altman Z Score merupakan suatu model analisa keuangan yang digunakan untuk menentukan potensi atau kemungkinan bangkrutnya sebuah perusahaan. Analisa Z score yang dilakukan adalah sebagai berikut : Z = 6,56A + 3,26B + 6,72C + 1,05D dimana, Z = nilai hasil perhitungan A = modal kerja / Total Aktiva B = Saldo Laba / Total Aktiva C = Return on Investment (ROI) D = Nilai modal sendiri / Total Kewajiban Kriteria penilaian untuk Z Score model ini ialah : •
Jika nilai Z > 2,6 artinya perusahaan tersebut dalam kondisi sehat dan mempunyai peluang besar untuk aman dari ancaman kebangkrutan.
•
Jika nilai Z diantara 1,1 dan 2,6 artinya perusahaan mempunyai peluang besar berada pada ambang kebangkrutan.
•
Jika nilai Z < 1,1 artinya perusahaan berpeluang besar untuk segera mengalami kebangkrutan. Z Score yang diperoleh dari hasil perhitungan ialah sebesar
0,54 (dapat dilihat pada lampiran 8). Berdasarkan kriteria penilaian Z Score untuk model ini dapat diketahui bahwa perusahaan berpeluang besar untuk segera mengalami kebangkrutan. Akan tetapi, rendahnya nilai Z Score tersebut dapat juga diinterpretasi bahwa ruang lingkup kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan, dalam hal ini di bidang asuransi sosial, dapat menyebabkan metode analisa Z Score yang digunakan tidak secara signifikan menunjukkan kenyataan yang terjadi dalam perusahaan. Hal ini dapat dilihat secara menyeluruh dari komposisi penyusun laporan keuangan perusahaan dan model analisa lain yang digunakan dalam penelitian ini yang menunjukkan tanda-tanda sebaliknya.
88
Hal lain yang dapat digunakan untuk memperkuat bahwa hasil analisa Z Score tersebut tidak signifikan adalah kewajiban perusahaan terutama yang berupa kewajiban kepada pemegang polis dapat dijamin dengan baik oleh keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Disamping itu, keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan keuntungan (laba), tingkat pengembalian aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas dari tahun sebelumnya juga mengindikasikan hal yang serupa.
BAB V KESIMPULAN SARAN
5.1.
KESIMPULAN
1. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, PT TASPEN (Persero) mengelola produk asuransi yang berupa program tabungan hari tua (THT) dan program pensiun. Pengembangan program tabungan hari tua berupa asuransi multiguna dan ekaguna sejahtera. 2. Sumber pendapatan utama program tabungan hari tua berasal dari pembayaran premi dan hasil dari kegiatan investasi (pendapatan investasi).
Melalui
pengembangan
produk
tabungan
hari
tua
perusahaan memperoleh pendapatan premi sebesar Rp 27,28 miliar. 3. Pengelolaan dana dalam aktivitas investasi dilakukan dalam bentuk deposito, obligasi dan investasi lainnya yang meliputi medium term notes, saham, dan investasi (penyertaan) langsung. Deposito ditempatkan pada bank-bank pemerintah dan Bank Pembangunan Daerah (BPD), obligasi merupakan obligasi-obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, BUMN dan perusahaan swasta nasional (PSN). Dari keseluruhan nilai investasi perusahan untuk program tabungan hari tua, deposito mencapai 25,93%, obligasi mencapai 73,37%, dan investasi lainnya mencapai 0,69% yaitu deposito sebesar Rp 3.737,46 miliar, obligasi sebesar Rp 10.574,56 miliar dan investasi selain deposito dan obligasi sebesar Rp 99,71 miliar. 4. Hasil rasio keuangan menunjukkan (1) Tingkat likuiditas perusahaan cukup likuid. (2) Tingkat aktivitas perusahaan relatif rendah dikarenakan besarnya aktiva perusahaan yang digunakan untuk menjamin kewajiban kepada pemegang polis. (3) Tingkat solvabilitas perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan secara keseluruhan dapat menjamin kewajiban yang ada dengan baik. (4) Tingkat profitabilitas perusahaan
dinilai cukup baik dimana pencapaian laba bersih
mengalami peningkatan sebesar 112,65%.
90
5. Hasil analisa persentase per komponen menunjukkan komposisi aktiva pada neraca sangat didominasi oleh aktiva investasi sedangkan komposisi pasivanya didominasi oleh kewajiban kepada pemegang polis. Selain itu komponen beban manfaat santunan dan kewajiban manfaat polis masa depan merupakan komponen pengurang terbesar terhadap pendapatan yang dihasilkan. 6. Hasil analisa Du Pont menunjukkan kinerja perusahaan dinilai cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian tingkat pengembalian ekuitas sebesar 37,24%. 7. Hasil analisa Altman Z Score yang dilakukan menunjukkan bahwa analisa Z Score tidak secara signifikan menunjukkan keadaan perusahaan secara nyata. Hal ini dapat dilihat bahwa ruang lingkup kegiatan usaha perusahaan dapat menyebabkan tidak signifikannnya analisa tersebut. Melalui hasil analisa lain yang digunakan dalam penelitian ini juga menunjukkan hal yang serupa. 5.2.
SARAN
1. Perusahaan sebaiknya memikirkan pengembangan-pengembangan dari produk asuransi yang dikelola dengan tidak melupakan unsur penciptaan nilai tambah yang dihasilkan. 2. Kegiatan pengelolan dana dalam kegiatan investasi sebaiknya tidak hanya dititikberatkan dalam bentuk obligasi melainkan melakukan diversifikasi terhadap portofolio investasi. Hal tersebut diharapkan agar tingkat pengembalian portofolio yang dihasilkan paling optimal dengan tingkat risiko yang masih dapat diterima. 3. Adanya keterbatasan dalam penelitian mengenai tingkat efektifitas pengelolaan
dana
perusahaan
dapat
dijadikan
suatu
bahan
pertimbangan bagi yang berminat untuk melakukan penelitian lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Achdiyat, D. 1990. Prinsip-Prinsip Aktuaria Asuransi Jiwa. Gunadarma. Jakarta Bapepam. 2005. Studi Tentang Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik. Jurnal. Jakarta. http://www.bapepam.com Fabozzi, F. J. 1999. Manajemen Investasi. Salemba Embat. Jakarta Hasyimi, A. 1982. Manajemen Asuransi. Balai Aksara. Jakarta Keown, A. J. 2004. Manajemen Keuangan : Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Edisi kesembilan, Jilid 1. PT INDEKS kelompok GRAMEDIA. Jakarta ___________ 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi ketujuh. Jilid 1. Salemba Empat. Jakarta Laporan Manajemen Program Pensiun PT TASPEN (Persero) Untuk Periode Yang berakhir Pada 31 Maret 2001 Laporan Manajemen Program Tabungan Hari Tua PT TASPEN (Persero) Tahun 2001 Laporan Tahunan PT TASPEN (Persero) Tahun 2005 Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta Nugroho, A. 2005. Analisis Portofolio Optimal Pada PT Askes (Persero). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Nurhasanah, W. 2005. Analisis Rasio Keuangan Dalam Mengevaluasi Kinerja PT (Persero) Biro Klasifikasi Indonesia. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Nursaw, W. G. 1976. Principles of Pension Fund Invesment. 2nd edition. Hutchinson & Co Ltd. London Perwira, D. 2006. Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Melalui Sistem Jaminan Sosial : Pengalaman Indonesia. Jurnal. Lembaga Penelitian SMERU.
92
Jakarta. http://www.pbhi.or.id/content.php?id=204&id_tit=2 [November 2006]
Soediyono. 1991. Analisis Laporan Keuangan : Analisis Rasio. Liberty. Yogyakarta Setiati, M. 2004. Analisa Kinerja Keuangan PT Jaya Teknik Indonesia Periode 1999-2003. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor Takeuchi, S. 1995. Life Insurance and Law. Incorporated Foundation Oriental Life Insurance Cultural Deveploment Center. Tokyo Umar, H. 2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Yoshida, A. 1995. Issues on Life Insurance Contracts and Policy Conditions. Incorporated Foundation Oriental Life Insurance Cultural Deveploment Center. Tokyo
93 Lampiran 1. Struktur organisasi PT TASPEN (Persero)
DIREKTUR UTAMA
DIREKTUR OPERASI
DIREKTUR SDM
DIREKTUR KEUANGAN
DIVISI PELAYANAN
DIVISI PERSONALIA
DIVISI ANGGARAN DAN AKUNTANSI
SEKRETARIS PERUSAHAAN
DIVISI PEMASARAN
DIVISI UMUM
DIVISI PERBENDAHARAAN
SATUAN PENGAWASAN INTERN
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
PUSTEKSI
KCU/KC
DIVISI INVESTASI
94
Lampiran 2. Kantor cabang PT TASPEN (Persero) di Indonesia
KANTOR CABANG DI SELURUH INDONESIA Kantor Pusat / Head Office Jl. Letjen Soeprapto – Cempaka Putih, Jakarta 10520 – Indonesia Telp. (6221) 424 1808 – Fax. (6221) 420 3809
1. Kantor Cabang Utama Medan
22. Kantor Cabang Utama Surabaya
2. Kantor Cabang Banda Aceh
23. Kantor Cabang Malang
3. Kantor Cabang Pematang Siantar
24. Kantor Cabang Madiun
4. Kantor Cabang Pekanbaru
25. Kantor Cabang Kediri
5. Kantor Cabang Padang
26. Kantor Cabang Jember
6. Kantor Cabang Bukittinggi
27. Kantor Cabang Pontianak
7. Kantor Cabang Jambi
28. Kantor Cabang Palangkaraya
8. Kantor Cabang Bandar Lampung
29. Kantor Cabang Pangkal Pinang
9. Kantor Cabang Palembang
30. Kantor Cabang Banjarmasin
10. Kantor Cabang Bengkulu
31. Kantor Cabang Samarinda
11. Kantor Cabang Utama DKI Jakarta
32. Kantor Cabang Utama Denpasar
12. Kantor Cabang Utama Bandung
33. Kantor Cabang Mataram
13. Kantor Cabang Bogor
34. Kantor Cabang Kupang
14. Kantor Cabang Tasikmalaya
35. Kantor Cabang Utama Makasar
15. Kantor Cabang Cirebon
36. Kantor Cabang Manado
16. Kantor Cabang Serang
37. Kantor Cabang Palu
17. Kantor Cabang Utama Semarang
38. Kantor Cabang Kendari
18. Kantor Cabang Purwokerto
39. Kantor Cabang Gorontalo
19. Kantor Cabang Surakarta
40. Kantor Cabang Ambon
20. Kantor Cabang Jogyakarta
41. Kantor Cabang Ternate
21. Kantor Cabang Pekalongan
42. Kantor Cabang Jayapura
95
Lampiran 3. Ikhtisar peserta aktif dan penerima pensiun 2001-2005 Uraian
2005
2004
2003
2002
2001
Peserta aktif PNS BUMN Multuguna & Ekaguna Jumlah
3.717.390
3.694.151 3.799.910 3.824.053 3.845.227
130.804
129.718
133.420
137.103
143.750
31.648
31.590
33.296
33.698
32.038
3.879.842
3.855.459 3.966.626 3.994.854 4.021.015
1.451.956
1.399.354 1.346.602 1.299.400 1.249.674
Penerima Pensiun PNS TNI/POLRI
302.269
313.329
323.507
333.194
342.003
5.141
4.790
4.729
4.731
4.704
185.838
191.287
198.602
202.628
206.151
Perintis Kemerdekaan RI
1.804
1.847
1.910
2.029
2.174
PNS Ex.Pegadaian
1.198
-
-
-
-
Pejabat Pemerintah Veteran
Jumlah
1.948.206
BUMN
-
Jumlah
1.948.206
1.910.607 1.875.350 1.841.982 1.804.706 -
7.533
6.587
5.592
1.910.607 1.882.883 1.848.569 1.810.298
96
Lampiran 4. Produktivitas karyawan terhadap peserta dan penerima pensiun Uraian
Jumlah Pegawai
2005
2.031
2004
2.071
Jumlah Peserta Aktif
3.879.842 3.855.459
Jumlah Penerima Pensiun
1.948.206 1.910.607
Jumlah Peserta Aktif dan Penerima Pensiun
5.828.048 5.766.066
Produktivitas Karyawan terhadap Peserta Aktif dan Penerima Pensiun
2.870
2.784
97
Lampiran 5. Kebijakan pemberian manfaat program bagi peserta 2. Manfaat program asuransi Tabungan Hari tua (THT) •
Hak Asuransi THT (Tabungan Hari Tua) Berhenti Karena Pensiun
Hak yang diperoleh : ( 0,60 x Masa Iuran 1 x Gaji Terakhir 1) + ((0.60 x Masa Iuran 2 x (Gaji Terakhir 2 – Gaji terakhir 1)) o Masa iuran 1 dihitung sejak menjadi Calon Pegawai hingga
31
Desember 2000. o Masa iuran 2 dihitung sejak 1 Januari 2001 hingga berhenti karena
pensiun. o Gaji Terakhir 1 = Gaji pokok + tunjangan keluarga sebelum 1 Januari
2001 o Gaji Terakhir 2 = Gaji pokok + tunjangan keluarga terakhir Berhenti Karena Meninggal Dunia
Hak yang diperoleh : (0,60 x Y1 x Gaji Terakhir 1) + (0.60 x Y2 x (Gaji Terakhir 2 – Gaji Terakhir 1)) o Y1 dihitung selisih antara usia pensiun (56) dengan usia menjadi
peserta. o Y2 dihitung selisih antara usia pensiun (56) dengan usia pada 1 Januari
2001. o Gaji Terakhir 1 = Gaji pokok + tunjangan keluarga sebelum 1 Januari
2001 Gaji Terakhir 2 = Gaji pokok + tunjangan keluarga terakhir •
Hak Asuransi Kematian Peserta Meninggal Dunia
Hak Asuransi Kematian adalah 2 x Gaji terakhir. Istri/Suami Peserta Meninggal Dunia o Hak Asuransi Kematian adalah 1,5 x Gaji terakhir (meninggal sebelum
1 Januari 2001).
98
Lanjutan lampiran 5. o Hak Asuransi Kematian adalah 1,75 x Gaji terakhir (meninggal mulai
1 Januari 2001). Anak Peserta Meninggal Dunia o Hak Asuransi Kematian adalah 0,75 x Gaji terakhir (meninggal
sebelum 1 Januari 2001). o Hak Asuransi Kematian adalah 0,75 x Gaji terakhir (meninggal mulai
1 Januari 2001). •
Hak Nilai Tunai Berhenti Karena Sebab-sebab Lain Sebelum Mencapai Usia Pensiun (keluar)
Hak yang diperoleh : Tabel Nilai Faktor (tergabung masa iuran) 1 x Gaji Terakhir 1 + Tabel Nilai Faktor (tergabung masa iuran) 2 x Gaji Terakhir 2 3. Manfaat program pensiun •
Pensiun Besarnya pensiun pokok ditetapkan oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Pensiun dengan besaran sebagai berikut : 2,5% dikalikan gaji pokok terakhir.
•
Uang Duka Wafat (UDW) o UDW untuk isteri/suami karena pensiunan meninggal dunia sebesar 3
kali penghasilan. o UDW untuk isteri/suami karena penerima tunjangan veteran meninggal
dunia sebesar Rp.300.000,o UDW untuk ahli waris karena janda/duda penerima tunjangan veteran
meningal dunia sebesar Rp. 200.000,o Jika pensiunan menerima lebih dari satu pensiun, UDW hanya
diberikan dari salah satu jenis pensiun yang menguntungkan bagi penerima.
99
Lampiran 6. Laporan keuangan program tabungan hari tua PT TASPEN (Persero) tahun 2005 dan 2004 LAPORAN KEUANGAN PROGRAM TABUNGAN HARI TUA PT TASPEN (Persero)
Neraca Konsolidasi Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian
AKTIVA Investasi Deposito Obligasi Investasi lainnya Jumlah Investasi Aktiva Lancar Kas, Bank Dan Giro Aktiva lainnya Jumlah Aktiva Lancar Aktiva Tetap Setelah Dikurangi Akumulasi Penyusutan Aktiva lain-lain Jumlah Aktiva PASIVA Kewajiban kepada Pemegang Polis Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan Utang Klaim Jumlah Kewajiban kepada Pemegang Polis Kewajiban Jangka Pendek Kewajiban Jangka Panjang Kepentingan Minoritas EKUITAS Jumlah Kewajiban Dan Ekuitas
2005
2004
3.737,46 10.574,56 99,71 14.411,73
3.345,60 9.146,85 18,69 12.511,14
1,16 634,78 635,94
4,06 443,23 447,29
50,30
47,13
2.283,40 17.381,37
2.534,91 15.540,47
16.035,10 174,84 16.209,94 134,02 4,80 7,36 1.025,25 17.381,37
14.533,37 286,62 14.819,99 60,89 4,33 7,15 648,11 15.540,47
100
Laporan Laba Rugi Konsolidasi Untuk Periode Yang Berakhir Pada 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian
PENDAPATAN Pendapatan Iuran Hasil Investasi Fee Penyelenggaraan Pensiun Pendapatan lain-lain Jumlah Pendapatan BEBAN Manfaat Santunan Kenaikan Manfaat Polis Masa Depan Pemenuhan Kekurangan Pendanaan Beban Umum Dan Administrasi Jumlah Beban Laba Sebelum PPH Badan PPH Laba Setelah Pajak Kepentingan Minoritas Laba Bersih
2005
2004
1.795,42 1.567,54 108,51 21,74 3.493,21
1.699,77 1.375,87 110,86 23,40 3.209,90
1.306,84 1.501,72 302,31 3.110,87 382,34 (0,17) 382,17 (0,41) 381,76
1.388,99 1.383,53 271,86 3.044,38 165,52 (0,16) 165,36 (0,43) 164,93
Laporan Arus Kas Konsolidasi Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Laba Bersih Sebelum Kepentingan Minoritas Laba Operasi Sebelum Modal Kerja Penurunan (Kenaikan) Aktiva Kenaikan (Penurunan) Kewajiban Kenaikan (Penurunan) Ekuitas Arus Kas dari Kegiatan Operasi ARUS KAS DARI KEGIATAN INVESTASI Kenaikan (Penurunan) Bersih Kas Dan Setara Kas Kas dan Setara Kas Pada Awal Periode Kas dan Setara Kas Pada Akhir Periode
2005
382,17 1.894,93 59,56 (38,16) (4,83) 1.911,91 (1.914,81) (2,90) 4,06 1,16
2004
165,36 1.559,74 (1.946,33) 2.136,33 (41,26) 1.708,47 (1.706,66) 1,81 2,25 4,06
101
Ikhtisar Alokasi Deposito Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian PT BANK RAKYAT INDONESIA PT BANK MANDIRI Cempaka Putih PT BANK MANDIRI Jatinegara PT BANK MANDIRI Cikini PT BANK MANDIRI Gambir PT BANK MANDIRI Pasar Baru PT BANK MANDIRI Tanah Abang PT BANK MANDIRI Tanjung Priuk PT BANK TABUNGAN NEGARA PT BANK NEGARA INDONESIA BANK PEMBANGUNAN DAERAH BTPN BANK MUAMALAT BANK KESEJAHTERAAN Jumlah
2.005 316,35 1.420,91 10,35 25,00 831,65 7,90 25,00 100,00 485,10 277,30 169,40 10,00 25,00 33,50 3.737,46
2004 261,40 1.230,05 0,00 0,00 584,70 0,00 0,00 0,00 849,10 265,65 118,20 10,00 0,00 26,50 3.345,60
Ikhtisar Investasi Lain Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian
Medium Term Notes Saham Trading Saham Yang Tersedia Untuk Dijual Investasi Langsung Jumlah
2005 97,25 1,78 0,68 99,71
2004 15,93 2,08 0.68 18.69
102
Ikhtisar Aktiva Lancar Lainnya Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian Kas, Bank Dan Giro Pos Deposito Berjangka Piutang Premi Dan Iuran Piutang Usaha Piutang kepada Dana Pensiun Piutang Hasil Investasi Piutang lain-lain Biaya Dibayar Dimuka Piutang kepada Pemberi Kerja Jumlah
2005 1,16 31,36 45,97 1,70 293,30 245,06 2,84 11,21 3,33 635,94
2004 4,06 28,31 22,07 0,91 184,88 193,55 2,08 8,41 2,98 447,29
Catatan
Deposito berjangka merupakan penanaman jangka pendek yang dilakukan oleh PT Arthaloka Indonesia, masing-masing terdiri dari deposito berjangka valuta asing (US$) dan Rupiah dengan jangka waktu 1 bulan sampai dengan 3 bulan. Piutang usaha merupakan piutang usaha PT Arthaloka Indonesia per 31 Desember 2005. piutang kepada dana pensiun adalah tagihan fee atas penyelenggaraan program PNS oleh PT TASPEN (Persero). Piutang hasil investasi merupakan pendapatan hasil investasi tahun yang realisasinya baru akan diterima setelah 31 Desember 2005. Piutang lain-lain merupakan tagihan kepada pihak ketiga yang antara lain kepada pegawai dan tagihan lainnya. Biaya dibayar dimuka adalah biaya sewa kontrak rumah yang dibayarkan kepada pegawai yang pembebanannya belum jatuh tempo. Piutang kepada pemberi kerja merupakan Past Service Liability (kekurangan pendanaan) sebagai akibat perubahan gaji pokok pegawai Perum Damri, PT Garam, PT Perhutani dan PT Pos Indonesia.
103
Ikhtisar Ativa Tetap Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Nilai Tercatat Perubahan Selama Tahun Berjalan Dalam miliaran Rupiah
2005
Tanah Bangunan Mesin Kantor Kendaraan Komputer Inventaris Kantor Jumlah
Saldo Awal 6,90 22,85 23,29 42,92
Penambahan Pengurangan
1,35 5,68 4,07
0,10 7,26
26,30
2,50
-
122,26
13,60
7,36
Saldo Akhir 6,90 24,20 28,87 39,73
Nilai Buku 6,45 14,01 11,37 7,29
28,80
11,19
128,50
50,31
Akumulasi Penyusutan Perubahan Selama Tahun Berjalan Dalam miliaran Rupiah
2005 Tanah Bangunan Mesin kantor Kendaraan Komputer Inventaris Kantor Jumlah
Saldo Awal 0,38 8,89 14,41 36,19
Penambahan 0,07 1,35 3,20 3,51
Pengurangan 0,05 0,11 7,26
Saldo Akhir 0,45 10,19 17,50 32,44
15,26
2,44
0,09
17,61
75,13
10,57
7,51
78,19
Nilai Tercatat Perubahan Selama Tahun Berjalan Dalam miliaran Rupiah
2004
Tanah Bangunan Mesin Kantor Kendaraan Komputer Inventaris Kantor Jumlah
4,86 1,22 3,88 2,89
0,29 -
Saldo Akhir 6,90 22,85 11,13 23,29 42,93
13,22
1,96
0,01
15,17
5,20
107,76
14,81
0,30
122,27
47,13
Sldo Awal 6,90 17,99 9,91 19,70 40,04
Penambahan Pengurangan
Nilai Buku 6,52 13,96 5,85 8,88 6,73
104
Akumulasi Penyusutan Perubahan Selama Tahun Berjalan Dalam miliaran Rupiah
2004 Tanah Bangunan Mesin kantor Kendaraan Komputer Inventaris Kantor Jumlah
Saldo awal 0,34 7,96 4,68 11,39 31,92
Penambahan 0,04 0,93 0,61 3,28 4,26
Pengurangan 0,26 -
Saldo akhir 0,38 8,89 5,28 14,41 36,19
7,99
1,99
0,01
9,98
64,29
11,12
0,27
75,13
Ikhtisar Aktiva Lain-Lain Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian Piutang Unfunded Liability Aktiva Dalam Penyelesaian Piutang Past Service Liability Uang Jaminan / Setoran DAI Persediaan Biaya Ditangguhkan Jumlah
2005 2.243,30 29,95 5,60 0,02 0,35 4,18 2.283,40
2004 2.493,48 30,20 8,59 0,02 0,42 2,20 2.534,91
Catatan
Piutang Unfended Liability merupakan tagihan kepada pemerintah atas kekurangan pendanaan yang timbul sebagai dampak kenaikan gaji pokok Pegawai Negeri Sipil (PNS) sesuai peraturan pemerintah Nomor 26 tahun 2001 tanggal 18 Mei 2001 dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2003 tanggal 17 Februari 2003 dan akibat perubahan formula manfaat THT berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Nomor : 500 dan 501/KMK.06/2004. Pada tahun 2005 pemerintah mulai memberikan penggantian Unfunded Liability secara cicilan sebesar Rp 250,10 miliar, sehingga besar piutang Unfended Liability menjadi Rp 2.243,30 miliar. Aktiva dalam penyelesaian merupakan aktiva dalam penyelesaian milik PT TASPEN (Persero) dan PT Arthaloka Indonesia per 31 Desember 2005 dan 2004.
105
Piutang Past Service Liability merupakan PSL peserta BUMN yang timbul akibat kenaikan gaji pokok pegawai per 31 Desember 2005 dan 2004 yang akan dicicil setelah tahun 2006. Uang jaminan/Setoran Dana Asuransi Indonesia (DAI) merupakan jaminan telepon, iuran DAI dan jaminan PLN Kantor Cabang. Ikhtisar Kewajiban Kepada Pemegang Polis Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian Kewajiban Manfaat Polis Masa Depan Hutang Klaim Jumlah
2005 16.035,10 174,84 16.209,94
2004 14.533,37 286,62 14.819,99
Ikhtisar Kewajiban Jangka Pendek Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian Utang Pembelian/Pemborongan Biaya Yang Masih Harus Dibayar Pendapatan Diterima Dimuka Utang Pajak Utang kepada Dana Pensiun TASPEN Kewajiban lainnya Jumlah
2005 4,28 60,80 60,48 4,56 1,15 2,75 134,02
2004 1,74 41,73 3,78 6,30 3,97 3,37 60,89
Ikhtisar Kewajiban Jangka Panjang Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian
Telepon Deposit Security Deposit Jumlah
2005 0.94 3.86 4.80
2004 0.82 3.51 4.33
106
Iktisar Ekuitas Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian
Modal Saham Kenaikan (Penurunan) Nilai Saham Cadangan Umum Cadangan Tujuan Laba Tahun Berjalan Jumlah
2005 12,50 (3,19) 27,59 606,59 381,76 1.025,25
2004 12,50 (3,72) 28,51 445,89 164,93 648,11
Ikhtisar Pendapatan Lain-lain Per 31 Desember 2005 dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian 2005 2004 Pendapatan Sewa dan Service Charge 9,65 16,60 Pendapatan Usaha lainnya 7,31 0,05 Bunga Deposito 2,28 2,43 Jasa Giro 0,24 0,22 Sewa Ruangan Kantor/Rumah Instansi 0,28 0,10 Pendapatan diluar usaha lainnya (PT TASPEN) 0,19 2,13 Pendapatan diluar usaha lainnya (PT Arthaloka) 1,60 1,85 Laba(Rugi) penjualan Aktiva tetap 0,19 0,02 Jumlah Pendapatan Lain-Lain 21,74 23,40 Ikhtisar Kenaikan (Penurunan) Manfaat Polis Masa Depan Per 31 Desember 2005
Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian
THT Dwiguna THT Kematian Multiguna dan Ekaguna Sejahtera Jumlah
2005 1.324,72 130,63 46,37 1.501,72
2004 1.203,82 135,46 44,25 1.383,53
Ikhtisar Manfaat Santunan Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian
THT Dwiguna THT Kematian Multiguna dan Ekaguna Sejahtera Jumlah
2005 1.162,47 119,74 24,62 1.306,83
2004 1.240,57 125,69 22,72 1.388,98
107
Ikhtisar Beban Umum Dan Administrasi Per 31 Desember 2005 Dan 2004 Dalam miliaran Rupiah
Uraian PT TASPEN (Persero) Beban Pegawai Beban Jaminan Sosial Beban Umum Beban Pengolahan Data Elektronik Beban Penyesuaian Sub Jumlah PT ARTHALOKA INDONESIA Beban Pelayanan dan Keamanan Beban Teknis dan Utilitas Beban Pemasaran dan Riset Beban Akuntansi dan Keuangan Beban Personalia Beban Umum dan Sekretariat Beban Penyusutan dan Amortisasi Beban Lain Sub Jumlah Jumlah
2005
2004
156,73 66,27 48,78 5,25 8,78 285,81
143,26 59,39 40,83 2,63 9,34 255,47
0,262 3,173 0,349 0,10 6,55 1,88 2,78 1,40 16,49 302,30
0,249 3,442 0,483 0,341 6,51 1,58 2,65 1,14 16,40 271,86
108
Lampiran 7. Perhitungan rasio keuangan program tabungan hari tua •
•
•
•
•
•
Aktiva lancar terhadap kewajiban jangka pendek Tahun 2005 =
635,94 M = 474,51% 134,02 M
Tahun 2004 =
447,29 M = 734,59% 60,89 M
Modal kerja bersih terhadap total aktiva Tahun 2005 =
501,92 M = 2,89% 17.381,37 M
Tahun 2004 =
386,4 M = 2,49% 15.540,47 M
Pendapatan terhadap total aktiva Tahun 2005 =
3.493,21 M = 0,2 kali 17.381,37 M
Tahun 2004 =
3.209,90 M = 0,21 kali 15.540,47 M
Pendapatan terhadap aktiva tetap Tahun 2005 =
3.493,21 M = 69,45 kali 50,30 M
Tahun 2004 =
3.209,90 M = 68,11 kali 47,13 M
Pendapatan terhadap piutang Tahun 2005 =
3.493,21 M = 1,23 kali 2.841,1 M
Tahun 2004 =
3.209,90 M = 1,1 kali 2.908,54 M
Total kewajiban terhadap total aktiva Tahun 2005 =
16.356,12 M = 94,10% 17.381,37 M
Tahun 2004 =
14.892,36 M = 95,83% 15.540,47 M
109
Lanjutan lampiran 7. •
•
•
•
•
•
Kewajiban lancar terhadap total aktiva Tahun 2005 =
134,02 M = 0,77% 17.381,37 M
Tahun 2004 =
60,89 M = 0,39% 15.540,47 M
Kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva Tahun 2005 =
4,80 M = 0,03% 17.381,37 M
Tahun 2004 =
4,33 M = 0,03% 15.540,47 M
Aktiva terhadap kewajiban kepada pemegang polis Tahun 2005 =
17.381,37 M = 107,23% 16.209,94 M
Tahun 2004 =
15.540,47 M = 104,86% 14.819,99 M
Nilai investasi terhadap kewajiban kepada pemegang polis Tahun 2005 =
14.411,73 M = 88,91% 16.209,94 M
Tahun 2004 =
12.511,14 M = 84,42% 14.819,99 M
Margin Laba kotor Tahun 2005 =
684,65 M = 19,6% 3.493,21 M
Tahun 2004 =
437,38 M = 13,63% 3.209,90 M
Margin laba bersih Tahun 2005 =
381,76 M = 10,93% 3.493,21 M
Tahun 2004 =
164,93 M = 5,14% 3.209,90 M
110
Lanjutan lampiran 7. •
•
•
•
•
Laba Usaha terhadap aktiva (ROI) Tahun 2005 =
382,34 M = 2,2% 17.381,37 M
Tahun 2004 =
165,52 M = 1,07% 15.540,47 M
Laba bersih terhadap aktiva (ROA) Tahun 2005 =
381,76 M = 2,2% 17.381,37 M
Tahun 2004 =
164,93 M = 1,06% 15.540,47 M
Laba bersih terhadap ekuitas (ROE) Tahun 2005 =
381,76 M = 37,24% 1.025,25 M
Tahun 2004 =
164,93 M = 25,45% 648,11 M
Klaim dan manfaat terhadap pendapatan iuran Tahun 2005 =
1.306,84 M = 72,79% 1.795,42 M
Tahun 2004 =
1.388,99 M = 81,72% 1.699,77 M
Pendapatan investasi terhadap nilai investasi Tahun 2005 =
1.567,54 M = 10,88% 14.411,73 M
Tahun 2004 =
1.375,87 M = 11% 12.511,14 M
111
Lampiran 8. Perhitungan metode analisa Altman Z Score Z = 6,56A + 3,26B + 6,72C + 1,05D Z = 6,56 (2,89%) + 3,26 (2,2%) + 6,72 (2,2%) + 1,05 (6,27%) Z = 0,19 + 0,14 + 0,15 + 0,07 Z = 0,54 dimana, Z = nilai hasil perhitungan A = modal kerja / Total Aktiva B = Saldo Laba / Total Aktiva C = Return on Investment (ROI) D = Nilai modal sendiri / Total Kewajiban 501,92 M = 2,89% 17.381,37 M
•
Modal kerja terhadap total aktiva =
•
Laba terhadap total aktiva =
•
ROI =
•
Nilai modal sendiri terhadap total kewajiban =
381,76 M = 2,2% 17.381,37 M
382,34 M = 2,2% 17.381,37 M 1.025,25 M = 6,27% 16.356,12 M