ANALISIS PENGARUH KOMPONEN KEAHLIAN INTERNAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN DAN PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) DI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Eka Putri Pertiwi NIM. 106082002528
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
THE ANALYSIS INFLUENCE OF INTERNAL AUDITOR’S SKILLS COMPONENT OF FRAUD DETECTION AND PREVENTION AT INSPECTORATE GENERAL OF THE MINISTRY OF TRADE OF REPUBLIC INDONESIA
By: Eka Putri Pertiwi
Abstract The purpose of this research was to analyse about the influence of internal auditor’s skills component consist of knowledge component, psychological traits, cognitive abilities, decision strategies, task analysis, experience, and ethical behavior to the detection and prevention of fraud. This research used by the questionnaires. Questionnaires was distributed to the auditors of Inspectorate General of The Ministry of Trade of Republic Indonesia as much as 65 sixty five questionnaires. Number of questionnaires returned was 58 (fifty eight) questionnaires. The methods of data analysis which used was multiple regression analysis was conducted two times that was, the first regression analysis conducted to find the influence of the internal auditor’s skills component to the detection of fraud. Second, regression analysis conducted to find the influence of the internal auditor’s skills component to the prevention of fraud. The result of this research indicated that 49% detection of fraud explained by the knowledge component, psychological characteristics, thinking skills, decision strategy, task analysis, experience, and ethical behavior. The prevention of fraud described 54.3% by the knowledge component, psychological characteristics, thinking skills, decision determine strategy, task analysis, experience, and ethical behavior. By used 0.10 of the significance level, the t test result of the first regression indicated that decision strategy (sig. 0.028), task analysis (sig. 0.057), and ethical behavior (sig. 0.006) had the significant and positive influence of fraud detection. The t test result of the second regression indicated that cognitive abilities (sig. 0.078) and ethical behavior (sig. 0.000) had the significant and positive influence of fraud prevention. Key notes:
the internal auditor’s skills component, fraud detection, fraud prevention, multiple regression analysis
ii
ANALISIS PENGARUH KOMPONEN KEAHLIAN INTERNAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN DAN PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) DI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
Oleh: Eka Putri Pertiwi
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komponen keahlian internal auditor yang terdiri atas komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, pengalaman, dan perilaku etis terhadap pendeteksian dan pencegahan kecurangan. Penelitian ini menggunakan data primer melalui kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada internal auditor pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Republik Indonesia sebanyak 65 (enam puluh lima) kuesioner. Kuesioner yang terkumpul sejumlah 58 (lima puluh delapan) kuesioner. Metode analisis data dilakukan dengan metode analisis regresi linear berganda yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu, analisis pertama dilakukan mencari pengaruh komponen keahlian internal auditor terhadap pendeteksian kecurangan. Kedua, analisis regresi dilakukan untuk mencari pengaruh komponen keahlian internal auditor terhadap pencegahan kecurangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 49% pendeteksian kecurangan dijelaskan oleh komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis. Untuk pencegahan kecurangan dijelaskan sebesar 54.3% oleh komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis. Dengan menggunakan signifikasi 0.10, hasil uji t pada analisis regresi pertama menunjukkan bahwa variabel strategi penentuan keputusan (sig. 0.028), analisis tugas (sig. 0.057 ), dan perilaku etis (sig. 0.006) memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap pendeteksian kecurangan. Hasil uji t pada analisis regresi kedua menunjukkan bahwa variabel kemampuan berpikir (sig. 0.078) dan perilaku etis (sig. 0.000) memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap pencegahan kecurangan. Kata kunci: komponen keahlian internal auditor, pendeteksian kecurangan, pencegahan kecurangan, analisis regresi linear berganda
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi: Nama
: Eka Putri Pertiwi
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 1 Desember 1987
Alamat
: Jl. Dewi Sartika No. 49 RT. 003/01 Ciputat
Telpon
: 021 – 7429986 / 08998272735
Riwayat Pendidikan: TK Bunga Mawar Ciputat SD Negeri Ciputat IX
1994 – 2000
SMP Negeri 85 Jakarta
2000 – 2003
SMU Negeri 34 Jakarta
2004 – 2006
Pelatihan-Pelatihan: Kursus Bahasa Inggris di LIA Ciputat
2009 – 2010
Kursus Komputer di Nurul Fikri Ciputat
2009
Data Orang Tua: Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, yaitu pasangan dari: Nama Ayah
: Drs. Suryanto MM
Pekerjaan
: Pegawai Negeri Sipil
Nama Ibu
: Rismoyati
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang tua
: Jl. Dewi Sartika No. 49 Rt. 003/01 Ciputat
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas berjuta-juta barokah yang selalu diberikan-Nya. Maka penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam menempuh studi S1 untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari karya ini tidak terlepas dari bantuan dan doa, dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya atas bantuan dan do’a kepada: 1.
Mama dan Papa tercinta yang senantiasa memberikan kasih, sayang, semangat, dan do’a.
2.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Jakarta.
3.
Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., MSi, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Jakarta.
4.
Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Dosen Pembimbing 1 yang dengan sabar memberikan bimbingan dan petunjuk yang sangat membantu bagi penulis.
5.
Bapak Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM, selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah menuntun dan mengarahkan penulis agar dapat menyelesaikan Skripsi.
6.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial khususnya Jurusan Akuntansi, terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan kepada saya. iv
7.
Seluruh pihak
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan atas
partisipasinya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dengan baik. 8.
Bapak Fahmi Ahmadi M.Si., terima kasih banyak atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.
9.
Bapak Ust. H.Syafrudin dan Ibu Dra. Hj. Miswarti Yaunin, terima kasih atas bimbingan agama yang telah diberikan selama ini.
10.
Keluarga besar Ibu Sumiarsih, terima kasih atas support dan do’anya.
11.
Hafiz Juliansyah, terima kasih selalu menemani dan membatu dalam proses penelitian ini.
12.
Adik-adikku Dwi Ranti Cahayu dan Tri Rosma Yanti, terima kasih atas do’anya.
13.
Teman-temanku Dila, Novi, Putri, Rosli, Ririn terima kasih juga untuk dukungan dan do’anya.
14.
Semua teman-teman Akuntansi angkatan ’06.
15.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu selesainya Skripsi ini. Selanjutnya dengan senang hati penulis menerima segala kritik dan saran-
saran yang sifatnya membangun dalam hubungannya dengan penulisan skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 8 Juni 2010 Penulis v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP...................................................................... i ABSTRAKSI ................................................................................................. ii KATA PENGANTAR...................................................................................iv DAFTAR ISI .................................................................................................vi DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xiv BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1 B Perumusan Masalah .................................................................... 8 C Tujuan Penelitian........................................................................ 8 D Manfaat Penelitian...................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 11 A Tinjauan Umum Atas Internal Audit .......................................... 11 1 Definisi Internal Audit ......................................................... 11 2 Kode Etik Internal Audit...................................................... 11 3 Standar Praktik Internal Audit.............................................. 14 4 Fungsi Internal Audit ........................................................... 15 5 Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal ............... 16
vi
6 Peran Dan Tanggung Jawab Internal Audit Dalam Mendeteksi dan Mencegah Kecurangan (Fraud) .................. 17 B Konsep Kecurangan (Fraud)...................................................... 19 1 Definisi Kecurangan ........................................................... 19 2 Kategori Kecurangan .......................................................... 20 3 Faktor-faktor Penyebeb Kecurangan .................................... 22 C Pengendalian Internal ................................................................ 24 D Pencegahan Kecurangan ............................................................ 25 E Pendeteksian Kecurangan .......................................................... 28 F Keahlian .................................................................................... 31 1 Definisi Keahlian ................................................................. 31 2 Komponen Keahlian ............................................................ 32 3 Peranan Keahlian Auditor Internal Dalam Medeteksi dan Mencegah Kecurangan......................................................... 40 G Penelitian Yang Relevan............................................................ 41 H Kerangka Pemikiran .................................................................. 43 I
Perumusan Hipotesis ................................................................. 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 47 A Ruang Lingkup Penelitian.......................................................... 47 B Populasi..................................................................................... 47 C Metode Pengumpulan Data ........................................................ 48 D Metode Analisis Data ................................................................ 49 1 Statistik Deskriptif ............................................................... 50
vii
2 Uji Kualitas Data ................................................................. 50 a
Validitas......................................................................... 50
b
Reliabilitas ..................................................................... 51
3 Uji Hipotesis........................................................................ 51 a
Uji Asumsi Klasik.......................................................... 51 1). Uji Normalitas.......................................................... 51 2). Uji Multikolinearitas ................................................ 52 3). Uji Heteroskedastisitas ............................................. 52
b
Analisis Regresi Berganda ............................................. 53
c
Uji Koefisien Determinasi (R²)....................................... 55
d
Uji Statistik F ................................................................. 55
e
Uji Statistik t .................................................................. 56
E Definisi Operasional Variabel Penelitian Dan Pengukurannya ... 56 1 Variabel Independen ............................................................ 57 2 Variabel Dependen .............................................................. 60 BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 65 A
Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................... 65 1 Visi dan Misi Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan ........................................................................ 66 2 Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan ........................................................................ 67 3 Tugas Pokok Dan Fungsi Oraganisasi Inspektorat Jenderal .. 68 4 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 71
viii
5 Karakteristik Responden ...................................................... 73 B Penemuan ................................................................................. 76 1 Uji Kualitas Data ................................................................. 76 2 Uji Hipotesisi Komponen Keahlian Internal Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan..................................... 86 a
Uji Asumsi Klasik.......................................................... 86 1) Uji Nomalitas ........................................................... 86 2) Uji Multikolinearitas ................................................ 87 3) Uji Heteroskedastisitas ............................................. 88
b
Uji Kofisien Determinasi (R²) ........................................ 89
c
Uji Statistik F ................................................................. 90
d
Uji Statistik t .................................................................. 91
3 Uji Hipotesis Komponen Keahlian Internal Auditor Terhadap Pencegahan Kecurangan ...................................... 94 a
Uji Asumsi Klasik.......................................................... 94 1) Uji Normalitas.......................................................... 94 2) Uji Multikolinearitas ................................................ 95 3) Uji Heteroskedastisitas ............................................. 96
b
Uji Koefisien Determinasi (R²)....................................... 97
c
Uji Statistik F ................................................................. 99
d
Uji Statistik t .................................................................. 99
ix
C Pembahasan dan Interpretasi .................................................... 103 1 Hasil Uji Hipotesisi Komponen Keahlian Internal Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan ................................... 103 2 Hasi Uji Hipotesis Komponen Keahlian Internal Auditor Terhadap Pencegahan Kecurangan ..................................... 111 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI.............................................. 121 A Kesimpulan......................................................................... 121 B Implikasi............................................................................. 122 C Keterbatasan ....................................................................... 123 D Saran .................................................................................. 123 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 125 LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Auditor Internal Dan Auditor Eksternal ....................... 16 Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang .. 42 Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ............................................................. 62 Tabel 4.1 Tugas Pokok Dan Fungsi Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan ........................................................... 68 Tabel 4.2 Jumlah Pegawai Pada Keempat Wilayah Kerja Pemeriksaan ........ 72 Tabel 4.3 Jumlah Auditor Pada Keempat Wilayah Kerja Pemeriksaan ......... 72 Tabel 4.4 Karakteristik Data Kuesioner ........................................................ 73 Tabel 4.5 Deskriptif Responden .................................................................. 74 Tabel 4.6 Uji Validitas ................................................................................ 77 Tabel 4.7 Uji Reliabilitas.............................................................................. 78 Tabel 4.8 Uji Validitas ................................................................................. 78 Tabel 4.9 Uji Reliabilitas.............................................................................. 79 Tabel 4.10 Uji Validitas ................................................................................. 79 Tabel 4.11 Uji Reliabilitas ............................................................................. 80 Tabel 4.12 Uji Validitas ................................................................................. 80 Tabel 4.13 Uji Reliabilitas ............................................................................. 81 Tabel 4.14 Uji Validitas ................................................................................. 81 Tabel 4.15 Uji Reliabilitas ............................................................................. 82 Tabel 4.16 Uji Validitas ................................................................................. 82
xi
Tabel 4.17 Uji Reliabilitas ............................................................................. 83 Tabel 4.18 Uji Validitas ................................................................................. 83 Tabel 4.19 Uji Reliabilitas ............................................................................ 84 Tabel 4.20 Uji Validitas ................................................................................. 84 Tabel 4.21 Uji Reliabilitas ............................................................................. 85 Tabel 4.22 Uji Validitas ................................................................................. 85 Tabel 4.23 Uji Reliabilitas ............................................................................. 86 Tabel 4.24 Uji Multikolinearitas .................................................................... 87 Tabel 4.25 Uji Koefisien Determinasi (R²) ..................................................... 89 Tabel 4.26 Hasil Uji F.................................................................................... 90 Tabel 4.27 Hasil Uji t..................................................................................... 91 Tabel 4.28 Hasil Regresi Berganda ................................................................ 94 Tabel 4.29 Uji Multikolinearitas .................................................................... 96 Tabel 4.30 Koefisien Determinasi .................................................................. 97 Tabel 4.31 Hasi Uji F..................................................................................... 99 Tabel 4.32 Hasil Uji t.................................................................................... 100 Tabel 4.33 Hasil Regresi Berganda ............................................................... 102
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Faktor-faktor Penyebab Kecurangan .......................................... 22 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................... 44 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kementrian Perdagangan ............................ 67 Gambar 4.2 Struktur Oraganisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan .............................................................................. 67 Gambar 4.3 Uji Normalitas ........................................................................... 86 Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas................................................................ 88 Gambar 4.5 Uji Normalitas ............................................................................ 95 Gambar 4.6 Heteroskedastisitas ..................................................................... 97
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
A.
Surat Izin Penelitian
B.
Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian
C.
Kuesioner
D.
Deskriptif Responden
E.
Hasil Uji Reliabilitas
F.
Hasil Uji Validitas
G.
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda 1.
Analisis Regresi Variabel Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan
2.
Analisis Regresi Variabel Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pencegahan Kecurangan
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian Fraud (kecurangan akuntansi) hingga saat ini menjadi suatu hal yang fenomenal baik di negara berkembang maupun di negara maju. Fraud atau kejahatan kerah putih (white collar crime) ini terjadi hampir diseluruh sektor pemerintahan dan sektor swasta. Menurut Sobel (1977:1) dalam Santoso (2005), di USA fraud telah berkembang secara luas. Spathis (2002) dalam Santoso (2002) menjelaskan bahwa di USA, fraud menimbulkan kerugian yang sangat besar hampir di seluruh industri. Soselisa (2008), menyebutkan bahwa pada tahun 2001 terjadi kasus Enron yang diperkirakan menimbulkan kerugian bagi Enron sebesar US$ 32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus kehilangan dana pensiun mereka sekitar US$ 1 miliar. Kerugian tersebut hanya merupakan salah satu contoh kasus kecurangan terbesar yang terjadi di dunia dan skandal ini merupakan contoh tragis bagaimana fraud berdampak sangat buruk terhadap pasar, stakeholders dan para pegawai. Tidak berbeda jauh dengan yang terjadi di USA, fraud di Indonesia berkembang dengan sangat cepat dan meluas serta seperti telah membudaya. Di Indonesia istilah fraud atau kecurangan akuntansi lebih dikenal dengan sebutan korupsi dan korupsi sangat identik dengan lembaga pemerintah. Korupsi sudah ada sejak era sebelum kemerdekaan. Korupsi seringkali dilakukan oleh pejabat pemerintahan yang bekerja sama dengan swasta,
1
dilakukan dalam pengadaan barang dan jasa, dilakukan karena keserakahan (sedikit karena kebutuhan) yang didukung adanya kesempatan, serta korupsi dilakukan karena integritas pelaku tipis. Dalam korupsi, tindakan yang sering
dilakukan
di
antaranya
adalah
memanipulasi
pencatatan,
penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan negara. Tindakan ini merupakan bentuk kecurangan akuntansi. Di Indonesia, korupsi dibuktikan dengan adanya likuidasi beberapa bank, kasus kejahatan perbankan, manipulasi pajak, korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah, dan lainnya yang dilakukan atas dasar kepentingan golongan maupun kepentingan pribadi. Menurut Meythi (2004), korupsi membawa dampak buruk terutama bagi perekonomian negara. Akibat dari korupsi yang dapat kita rasakan tentunya tidak terciptanya tata pemerintahan yang mengarah pada good corporate governance (GCG). Korupsi mengurangi kepercayaan publik terhadap proses politik karena adanya politik uang, korupsi mempengaruhi pengambilan keputusan kebijakan publik, korupsi meniadakan sistem promosi dan hukuman, korupsi mengakibatkan proyek-proyek pembangunan dan fasilitas umum bermutu rendah dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan korupsi menyebabkan kolapsnya sistem perekonomian karena produk yang tidak kompetitif dan penumpukkan beban hutang luar negeri. Wilopo (2006), menjelaskan bahwa dalam menghadapi korupsi yang semakin meluas, diperlukan adanya upaya pendeteksian kecurangan, penipuan atau kejahatan kerah putih adalah salah satu tugas dari fungsi
2
akuntansi. Kecurangan adalah sesuatu yang harus dijaga oleh internal auditor/eksternal auditor agar tidak terjadi dengan pemeriksaan yang dilakukan secara periodik. Internal auditor memainkan peranan penting dalam mengevaluasi aktivitas sistem pengendalian, dan memberi masukan untuk peningkatannya. Terlebih lagi, karena posisi organisasi dan otoritas dalam entitas yang dimilikinya, fungsi internal audit seringkali memiliki peranan signifikan dalam mengawasi kegiatan operasi perusahaan. Menurut Estralita (2005), pada umumnya auditor hanya dapat memeriksa apakah laporan keuangan perusahaan sudah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), dimana laporan keuangan tersebut merupakan hasil dari kegiatan operasional tersebut. Menurut Amrizal (2004), internal auditing bertujuan untuk membantu pimpinan perusahan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang diaudit serta menemukan penyimpangan, baik akibat dari misstatement yang disengaja (fraud) maupun yang tidak. Menurut laporan ”2002 Report to Nation on Occupational Fraud and Abuses” menyatakan bahwa aktivitas internal auditor dapat menekan 35% terjadinya fraud. Disinilah pentingnya peran seorang internal auditor, dengan tugas dan wewenang yang dimiliki internal auditor dapat berperan dalam pendeteksian dan pencegahan kecurangan pada lembaga dimana ia bekerja. Oleh karena itu, untuk dapat mendeteksi dan mencegah kecurangan internal auditor harus memiliki keahlian sebagai eksistensi dari pengetahuan mengenai gejala
3
pasti, pengertian akan masalah dan keahlian untuk menyelesaikan masalah tersebut. Berdasarkan pemaparan mengenai peran dan tugas internal auditor di atas, maka hal terpenting yang harus dimiliki oleh internal auditor dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan adalah mengenai keahlian. Menurut Murtanto dan Gudono (1999), pengalaman dan pengetahuan masih merupakan karakteristik yang penting bagi keahlian auditor, namun untuk meningkatkan
kualitas
profesi
auditor
perlu
memperhatikan
juga
karakteristik lain yang terungkap melalui penelitian ini. Karakteristik keahlian auditor tersebut dapat diorganisasikan kedalam lima kategori yaitu ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan, dan analisis tugas. Senada dengan hasil penelitian Murtanto dan Gudono (1999), penelitian Listanti (2005) dalam Nursyofah (2008) menyatakan bahwa komponen pembentuk kompetensi akuntan publik terdiri dari ciri psikologis, strategi penentuan keputusan, komponen pengetahuan, kemampuan berfikir, dan analisis tugas.
Pemahaman terhadap karakteristik keahlian auditan
harus dimiliki oleh para auditor, sehingga mereka akan selalu berupaya mencapai karakteristik keahlian audit yang sesuai, dan mengharuskan auditor mampu bertindak tepat dan tidak mengandung unsur kesalahan. Menurut Lisda (2009), untuk menjadi sumber obyektif yang dapat dipercaya, auditor harus memiliki reputasi yang kuat tidak hanya untuk kompetensi tetapi juga untuk karakter dan integritas yang tidak diragukan
4
lagi. Mengingat pentingnya reputasi, perilaku etika, dan profesionalisme, profesi akuntan telah mengembangkan Kode Perilaku Profesional yang memberikan pedoman pada perilaku profesional akuntansi. Pada pedoman kode etik tersebut dijelaskan mengenai resiko profesi, tanggung jawab serta untuk tidak menyalahgunakan kemampuan dan keahlian yang merupakan amanah yang dimilikinya kepada jalan yang tidak dibenarkan. Hal tersebut akan
berpengaruh terhadap
hasil
kinerja
mereka
atau
terjadinya
penyimpangan-penyimpangan, kecurangan, dan manipulasi terhadap tugas yang diberikan. Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugasnya auditor harus berperilaku etis yaitu dengan menerapkan Kode Etik Profesinya. Ashton (1991) mengatakan bahwa dalam rangka pencapaian keahlian, seorang auditor harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam bidang audit. Pengetahuan ini bisa didapat dari pendidikan formal yang diperluas dan ditambah antara lain melalui pelatihan auditor dan pengalamanpengalaman dalam praktik audit. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup akan tugasnya. Peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Struktur pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun dengan bertambahnya pengalaman auditor.
5
Faktor keahlian lain yang berpengaruh dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan adalah pengalaman.
Pengalaman kerja telah
dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja auditor, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh izin menjadi akuntan publik di Indonesia berdasarkan SK Menkeu No. 43/KMK.017/1997. Kematangan auditor dalam melakukan audit tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan namun juga tidak kalah pentingnya adalah pengalaman yang diperoleh
selama
melakukan
pemeriksaan
keuangan.
Tentu
tidak
mengherankan apabila cara memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh
selama
melakukan
pemeriksaan
antara
auditor
yang
berpengalaman dan yang kurang berpengalaman berbeda. Auditor yang berpengalaman
diyakini
mampu
mendeteksi
kecurangan
karena
pengalamannya dalam menghadapi berbagai peristiwa yang wajar maupun tidak wajar. Penelitian ini replikasi dari penelitian Hartoko, dkk (1997) dan penelitian Sinaga (2008). Hasil penelitian oleh Hartoko, dkk (1997) adalah pengalaman kerja seorang auditor dengan pengetahuan auditor berkaitan dengan jenis kekeliruan yang berbeda yang diketahuinya. Sedangkan kasil penelitian oleh Sinaga (2008), agar dapat berperan dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan seorang internal auditor harus memiliki sejumlah keahlian yang terdiri dari: (1) komponen pengetahuan, (2) strategi penentuan keputusan, (3) ciri-ciri psikologis, (4) kemampuan berpikir, dan (5) perilaku
6
etis. Hasil dari penelitian Sinaga (2008), keahlian internal auditor juga meliputi perilaku etis internal auditor. Karena keahlian auditor sangat berhubungan dengan kinerja maka sebagai auditor harus mematuhi kode etik profesi. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sampel yang diambil oleh penulis terdiri dari internal auditor yang berada pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. Koresponden yang mengisi kuesioner adalah internal auditor yang sudah bekerja di Inspektorat Jenderal tersebut antara satu sampai lebih dari sepuluh tahun dimana internal auditor tersebut pernah melakukan audit mulai dari satu kali sampai lebih dari lima belas kali. Perbedaan lainnya adalah variabel dependen yang digunakan oleh penulis terdiri dari dua variabel terikat yaitu pendeteksian kecurangan dan pencegahan kecurangan. Studi ini menguji apakah komponen keahlian yang dimiliki internal auditor pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan berpengaruh secara
nyata
terhadap
pendeteksian
dan
pencegahan
kecurangan.
Berdasarkan pemaparan tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian megenai keahlian internal auditor terutama pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan dimana lembaga ini berfungsi sebagai lembaga audit atau lembaga pemeriksa pada unit kerja di bawah naungan Kementerian Perdagangan. Berdasarkan literatur yang ada sebelumnya, masih sangat sedikit penelitian yang menjadikan auditor instansi pemerintah khususnya auditor Kementerian Perdagangan dijadikan objek dalam
7
penelitian-penelitian ilmiah sebelumnya. Dengan demikian, judul skripsi ini ialah ”Analisis Pengaruh Komponen Keahlian Internal Auditor Terhadap Pendeteksian dan Pencegahan Kecurangan (Fraud) Di Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Republik Indonesia”. B.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis akan mengemukakan permasalahan yang dijadikan sebagai dasar penelitian, yaitu : 1.
Apakah komponen keahlian internal auditor yang terdiri dari komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan (fraud)?
2.
Apakah komponen keahlian internal auditor yang terdiri dari komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan (fraud)?
C.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi dua poin, yaitu : 1. Untuk menganalisa pengaruh komponen keahlian internal auditor yang terdiri dari komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan
8
berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis terhadap pendeteksian kecurangan (fraud). 2. Untuk menganalisa pengaruh komponen keahlian internal auditor yang terdiri dari komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis terhadap pencegahan kecurangan (fraud). D.
Manfaat Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis berharap agar hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan juga bagi penulis. Adapun manfaat-manfaat yang diharapkan tersebut antara lain : 1.
Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis tentang pentingnya keahlian auditor internal pemerintah serta mengetahui cara-cara melakukan pendeteksian dan pencegahan kecurangan (fraud).
2.
Bagi Pihak Akademis Penelitian ini sebagai sumber acuan untuk dikembangkan lebih lanjut dalam penelitian yang spesifik atau penelitian yang berkaitan dengan topik yang dibahas dalam penelitian dan juga untuk menambah pengetahuan mereka seperti halnya penulis.
9
3.
Bagi Internal Auditor Sebagai bahan masukan dan pertimbangan serta pemahaman mengenai pengaruh keahlian auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan serta bagaimana cara mencegah kecurangan.
4.
Bagi Instansi Untuk memahami apakah sistem pengendalian internal perusahaan berjalan dengan baik sehingga dapat mengetahui letak kecurangankecurangan yang terungkap dan bisa lebih waspada terhadap tindakan kecurangan.
5.
Bagi Masyarakat Sebagai
bahan
referensi
dan
pertimbangan
yang
diharapkan
bermanfaat bagi pihak-pihak yang tertarik terhadap komponen keahlian internal auditor yang mempengaruhi pendeteksian dan pencegahan kecurangan khususnya bagi mahasiswa, para pendidik mahasiswa, dan para auditor. Juga dapat memberikan pengetahuan tentang profesi auditor internal dan tidak berpandangan buruk terhadap profesi serta terhadap hasil audit yang dikeluarkan auditor internal.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Umum Atas Internal Audit 1.
Definisi Internal Audit Definisi Auditing Internal menurut Institute of Internal Auditors (IIA) dalam Boynton et al (2003:491) adalah sebagai berikut: “Auditing internal adalah aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Auditing Internal membantu organisasi mencapai tujuannya dengan memperkenalkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta meningkatkan objektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan pengelolaan”. Dari pengertian di atas, dapat dilihat penekanan utama pengertian Auditing Internal singkatnya adalah untuk memberikan jasa (service) kepada manajemen.
2.
Kode Etik Internal Audit Maksud ditetapkan Kode Etik Auditor adalah memberikan pedoman perilaku bagi auditor dalam melaksanakan tugas, fungsi dan kewajibannya. Kode Etik Auditor menurut Institute of Internal Auditors (IIA, 2000) terdiri dari: a.
Prinsip Etis 1) Integritas
11
Integritas auditor internal menjadi sumber kepercayaan dan dengan
demikian
memberikan
dasar
bagi
keandalan
pertimbangannya. 2) Objektivitas Auditor
internal
memperlihatkan
tingkat
objektivitas
profesional tertinggi dalam mengumpulkan,mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi mengenai aktifitas yang diteliti. 3) Kerahasiaan Auditor
internal
mengahargai
nilai
dan
kepemilikan
informasi yang mereka terima dan tidak mengungkapkan informasi itu tanpa otoritas layak jika tidak terdapat kewajiban hukum atau profesional yang harus dilakukan. 4) Kompetensi Auditor
internal
menerapkan
pengetahuan,
keahlian,
pengalaman yang diperlukan dalam kinerja jasa layanan audit internal. b.
Saturan Perilaku 1) Integritas Auditor Internal : a) Harus melaksanakan pekerjaannya dengan jujur, rajin, dan tanggung jawab.
12
b) Harus mengamati hukum, dan membuat pengungkapan yang diharapkan oleh hukum dan profesi itu. c) Tidak boleh menjadi pihak yang terkait dengan aktivitas yang ilegal, atau tindakan yang mendeskreditkan profesi audit internal atau organisasi. d) Harus menghargai dan memberikan kontribusi ketujuan organisasi yang sah dan etis. 2) Objektivitas Auditor Internal : a) Tidak boleh berpartisipasi dalam aktivitas organisasiyang melanggar atau diduga melanggar penilaian yang tidak bias. b) Harus
menerima
sesusatu
yang
menyebabkan
pelanggaran pertimbangan profesionalnya. c) Harus
mengungkapkan
semua
bahan
fakta
yang
diketahuinya yang, jika tidak diungkapkan, mengganggu pelopor aktivitas penelaahan. 3) Kerahasiaan Auditor Internal : a) Auditor
harus
hati-hati
dalam
menggunakan
dan
melindungi informasi yang diminta dalam kaitannya dengan penugasannya.
13
b) Harus
tidak
menggunakan
informasi
yang
menguntungkan seseorang atau dalam cara yang melawan hukum atau merugikan tujuan keabsahan dan tujuan etis organisasi. 4) Kompetensi Auditor Internal : a) Harus hanya memberikan jasa layanannya yang sesuai dengan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman. b) Harus melaksanakan jasa layanan audit internal yang sesuai dengan Standar Praktek Profesional dan Audit Internal. c) Harus terus menerus meningkatkan kecakapan dan keefektifan serta kualitas jasa layanan. 3.
Standar Praktik Internal Audit IIA telah menetapkan standar praktik yang mengikat para anggotanya. Ada lima standar umum yang berkaitan dengan masalahmasalah berikut ini: (Boynton, 2003:495) a. Independensi. Auditor internal harus independen dari aktivitas yang mereka audit. b. Keahlian Profesional. Audit internal harus dilakukan dengan keahlian dan kemahiran professional. c. Ruang Lingkup Pekerjaan. Ruang lingkup auditing internal harus mencakup pemeriksaan dan evaluasi atas kecukupan serta
14
efektivitas system pengendalian internal organisasi dan kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang diberikan. d. Pelaksanaan Pekerjaan Audit. Pekerjaan audit harus meliputi perencanaan
audit,
pemeriksaan
dan
evaluasi
informasi,
pengkomunikasian hasil-hasil dan tindak lanjut. e. Pengelolaan Kementerian Auditing Internal. Direktur auditing internal harus mengelola Kementerian auditing internal dengan baik. 4.
Fungsi Internal Audit Pada awalnya, Internal audit berfungsi sebagai ”adik” dari profesi auditor eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-angka keuangan. Namun, saat ini fungsi internal audit semakin diperlukan terutama pada entitas yang memiliki skala operasi yang luas dan besar (Effendi, 2007). Menurut Amrizal (2004:1), fungsi internal audit adalah sebagai berikut : a.
Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan sistem pengendalian mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
b.
Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedurprosedur yang telah ditetapkan manajemen.
c.
Memastikan
seberapa
dipertanggungjawabkan
dan
jauh dilindungi
harta dari
perusahaan kemungkinan
15
terjadinya
segala
bentuk
pencurian,
kecurangan
dan
penyalahgunaan. d.
Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.
e.
Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan manajemen.
f.
Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
5.
Perbedaan antara Auditor Internal dan Auditor Eksternal Tabel 2.1 Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal AUDITOR AUDITOR INTERNAL EKSTERNAL Pemberi Kerja
Perusahaan dan unitunit pemerintahan
Kantor akuntan publik
Organisasi Nasional
Ikatan Auditor Internal
Ikatan Akuntan Publik indonesia
Gelar sertifikasi
Certified Internal Auditor (CIA)
Certified Public Accountants (CPA)
Lisensi Untuk Praktik
Tidak ada
Ada
Tanggung Jawab Utama
Kepada Dewan Komisaris
Kepada pihak ketiga
Ruang Lingkup Audit
Semua aktivitas dalam susatu organisasi
Terutama laporan keuangan
Sumber: Boynton et al (2003:497)
16
6.
Peran dan Tanggung Jawab Internal Audit Dalam Mendeteksi dan Mencegah Kecurangan (Fraud) Profesi internal audit mengalami perkembangan cukup berarti pada awal abad 21, dibuktikan dengan profesi internal auditor ternyata semakin hari semakin dihargai dalam organisasi (Effendi, 2007:1). Internal auditor harus menghadapi tantangan yang lebih berat dari sebelumnya
disebabkan
karena
sedang
maraknya
kasus
penyelewengan, penyalahgunaan, pencurian dan kecurangan. Oleh karena itu, internal auditor antara lain memiliki peran dalam pencegahan kecurangan (Fraud Prevention), pendeteksian kecurangan (Fraud
Detection),
dan
penginvestigasian
kecurangan
(Fraud
Investigation) (Amrizal, 2004:2). Untuk dapat menjalankan peran penting tersebut di atas, internal auditor harus memiliki berbagai keahlian agar mampu menjalankan perannya
dengan
baik.
Auditor
harus
mampu
meningkatkan
keahliannya dengan cara sebagai berikut ( Effendi, 2007) : a.
Orientasi berbasiskan risiko (Risk-based Orientation). Internal auditor harus merubah pendekatan dari audit secara konvensional menuju audit berbasiskan risiko (risk based audit approach).
b.
Perspektif global (Global Perspective). Internal auditor harus berpandangan luas dan dalam menilai sesusatu secara global bukan secara sempit (mikro).
c.
Governance Expertise. Internal auditor harus melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan yang baik yaitu Good Corporate
17
Governance (GCG) serta tata pemerintahan yang baik yaitu Good Goverment Governance (GGG). Internal auditor harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang GCG dan GGG. d.
Technologically Adept.
Internal auditor
mengikuti
perkembangan
Informasi.
Internal
teknologi,
auditor
harus
harus
senantiasa
terutama
Teknologi
memiliki
technology
proficiency, misalnya ahli dibidang Audit Sistem Informasi (System Information Audit). Selain itu internal auditor harus dapat
menggunakan
kemampuan
di
bidang
teknologi
(technologicall skills) untuk menganalisis/ risiko, perbaikan proses ( improve process) dan evaluasi efisiensi (upgrade efficiency). e.
Business Acrumen. Internal auditor harus memiliki jiwa entrepeneurship
yang
tinggi,
sehingga
mengikuti
setiap
perkembangan dalam proses bisnis (business process). f.
Berpikir kreatif & solusi masalah (Creative Thinking & Problem Solving). Internal auditor harus selalu berpikir positif dan inovatif serta lebih berorientasi pada pemecahan masalah. Untuk menjadi problem solver internal auditor memerlukan pengalaman bertahun-tahun melakukan audit berbagai fungsi/unit kerja susatu organisasi/perusahaan.
g.
Strong Ethical Compass. Internal auditor harus selalu menjaga kode etik dan moralitas yang berlandaskan ajaran agama dalam
18
menjalankan tugas, sehingga terhindar dari perilaku yang tidak terpuji. h.
Communication Skills. Pekerjaan internal auditor berhubungan erat dengan unit organisasi lain, yaitu manajemen, komite audit, auditor eksternal (Kantor Akuntan Publik), oleh karena itu internal auditor harus menjalin komunikasi yang baik dengan pihak-pihak lain tersebut. Dalam hal ini, internal auditor perlu memiliki kemampuan dalam bidang komunikasi, baik lisan maupun tertulis.
B.
Konsep Kecurangan (Fraud) 1.
Definisi Kecurangan The Institute of Internal Auditor (1985) dalam Karni (2000:34) mendefinisikan kecurangan mencakup susatu ketidakberesan dan tindakan ilegal yang bercirikan penipuan yang disengaja. Ia dapat dilakukan untuk manfaat dan atau kerugian organisasi oleh orang di luar atau dalam organisasi. Kecurangan dalam organisasi dapat meliputi (namun tidak terbatas pada) pemalsuan, penggelapan kas, pencurian aktiva, kecurangan komputer dan tindakan lainnya yang dapat merugikan organisasi secara finansial. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah, yaitu tindakan/the act, penyembunyian/the concealment, dan konversi/the conversion. Menurut buku Fraud Auditing (1997) dalam Karni (2000:34) kecurangan terdiri atas tujuh unsur yang penting. Apabila tidak
19
terdapat salah satu unsur tersebut, maka tidak ada kecurangan yang dilakukan. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut :
2.
a.
Harus terdapat penyajian yang keliru (mispresentation)
b.
Dari susatu masa lampau (past) atau sekarang (present)
c.
Faktanya material (material fact)
d.
Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan
e.
Dengan maksud untuk menyebabkan pihak lain bereaksi
f.
Pihak yang terlukai harus bereaksi terhadap kekeliruan penyajian
g.
Mengakibatkan kerugian
Kategori Kecurangan Menurut Association of Certified Fraud Examinations (ACFE) dalam Tuanakotta (2007:96), kecurangan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu : a.
Kecurangan laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statement) Kecurangan laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non-financial. Kecurangan financial menggambarkan kecurangan dalam menyusun laporan keuangan. Kecurangan ini berupa salah saji (misstatements baik overstatements maupun understatements).
20
Kecurangan non-financial menggambarkan kecurangan dalam menyusun laporan non-keuangan. Kecurangan ini berupa penyampaian laporan non-keuangan yang menyesatkan lebih bagus dari keadaan yang sebenarnya, dan seringkali merupakan pemalsuan dan pemutarbalikkan fakta. Bisa tercantum dalam dokumen yang dipakai untuk kepentingan intern maupun ekstern. b.
Penyalahgunaan Aset ( Asset Misappropriation ) Asset Misappropriation atau “pengambilan” aset secara ilegal dalam bahasa sehari-hari disebut mencuri. Namun, dalam istilah hukum, “mengambil” aset secara ilegal (tidak sah, atau melawan hukum) yang dilakukan oleh seseorang yang diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut, disebut menggelapkan. Penyalahgunaan aset dapat digolongkan ke dalam Kecurangan Kas dan Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraudulent disbursement).
c.
Korupsi (Corruption) Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE. Korupsi di sini serupa tapi tidak sama dengan istilah korupsi dalam ketentuan Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. Korupsi menurut ACFE, terbagi ke dalam empat bentuk, yaitu pertentangan kepentingan
21
(conflick of interest), suap (bribery), pemberian ilegal (illegal grsatuities), dan pemerasan ekonomi (economic extortion). 3.
Faktor-Faktor Penyebab Kecurangan Opportunity
FRAUD TRIANGLE
Pressure
Rationalization
Sumber: Theodorus M. Tuanakotta (2007:106) Gambar 2.1 Fraud Triangle
Menurut Cressey (Fraud Examiner Manual, 2006) dalam Tuanakotta (2000:105), keadaan yang menciptakan peluang terjadinya fraud digambarkan dengan apa yang disebut dengan fraud triangle, yaitu : a.
Tekanan ( Pressure ) Merupakan motivasi seseorang untuk melakukan fraud. Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari susatu tekanan (pressure) yang menghimpitnya. Orang ini mempunyai kebutuhan keuangan yang mendesak, yang tidak dapat diceritakan kepada orang lain. Konsep yang penting disini adalah tekanan yang menghimpit hidupnya (kebutuhan akan uang), padahal ia tidak bisa berbagi (sharing) dengan orang lain. Konsep ini dalam bahasa inggris disebut perceived non-sharable
22
financial need. Non-sharable problems yang dihadapi, yaitu violation of ascribed obligation, problems resulting from personal failure, business reversals, physical isolation, stsatus gaining, dan employe- employee relations. b.
Peluang ( Opportunity ) Yaitu kondisi atau situasi yang memungkinkan seseorang melakukan atau menutupi tindakan tidak jujur. Adanya nonsharable financial problems saja, tidaklah akan menyebabkan orang melakukan fraud. Non-sharable problems menciptakan motif bagi terjadinya kejahatan. Tetapi pelaku kejahatan harus mempunyai persepsi bahwa ada peluang baginya untuk melakukan kejahatan tanpa diketahui orang lain. Crassey berpendapat, ada dua komponen dari persepsi tentang peluang, yaitu general information, dan technical skill.
c.
Rasionalisasi ( Rationalization ) Merupakan mencari pembenaran sebelum melakukan kejahatan, bukan sesudahnya. Mencari pembenaran sebenarnya merupakan bagian yang harus ada dari kejahatan itu sendiri, bahkan merupakan bagian dari motivasi untuk melakukan kejahatan. Rasionalisasi diperlukan agar si pelaku dapat mencerna perilakunya yang illegal untuk tetap mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang dipercaya.
23
C.
Pengendalian internal Tugas internal auditor adalah berhubungan dengan penilaian penerapan pengendalian internal dalam susatu entitas. Menurut SA Seksi 319 tentang pertimbangan atas pengendalian internal dalam audit laporan keuangan (SPAP No. 69), menyatakan bahwa : “Pengendalian internal adalah susatu proses yang dijalankan oleh Dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepsatuhan terhadap hukum dan persaturan yang berlaku.” Pengendalian terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini: 1.
Lingkungan Pengendalian Menetapkan corak susatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian internal, menyediakan disiplin dan struktur.
2.
Penaksiran resiko Identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk susatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola.
3.
Aktivitas pengendalian Kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
24
4.
Informasi dan komunikasi Pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam susatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.
5.
Pemantauan Proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu Pengendalian internal yang merupakan susatu proses yang terdiri dari
komponen-komponennya yang apabila dirancang dan dilaksanakan seefektif mungkin akan dapat menghindari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi. Salah ssatu alasannya adalah setiap manusia pada kondisi tertentu berpotensi untuk berbuat yang menyimpang. D.
Pencegahan Kecurangan Peran utama dari internal auditor dalam mencegah kecurangan, yaitu berupaya menghilangkan atau
mengeliminir
sebab-sebab
timbulnya
kecurangan tersebut, penyebab timbulnya kecurangan dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu adanya unsur keinginan (need), ketamakan (greed), dan kesempatan (opportunity). Menghilangkan atau menekan need dan greed yang mengawali terjadinya kecurangan dilakukan sejak menerima seseorang (recruitment process), meskipun kita tahu bahwa proses itu bukan jaminan penuh. Ini perlu ditanamkan melalui fraud awareness dan contoh-contoh yang diberikan pimpinan perusahaan atau lembaga.Contoh yang diberikan atasan telah terbukti merupakan unsur pencegahan yang penting. Unsur
25
opportunity dalam ungkapan di atas biasanya ditekan melalui pengendalian internal (Tuanakotta, 2007:159). Lima komponen struktur pengendalian internal dalam membangun mekanisme sistem pengendalian internal yang efisien dan efektif, dalam penelitian Amrizal (2004), diantaranya yaitu: 1.
Membangun struktur pengendalian internal yang baik Dengan semakin banyaknya motif serta bentuk kecurangan yang telah dibahas sebelumnya maka
manajemen harus memiliki sikap
penuh kehati-hatian untuk mencegah kecurangan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, manajemen perlu mengadakan struktur pengendalian internal yang baik dan efektif dalam mencegah kecurangan sehingga entitas yang dikendalikan manajemen terhindar dari kecurangan yang signifikan. Manajemen harus mengevaluasi setiap komponen-komponen pengendalian internal dan memonitoring pelaksanaan dari penerapan masing-masing komponen tersebut. 2.
Mengefektifkan aktivitas pengendalian Dalam rangka mencegah atau paling tidak meminimalisir kecurangan yang mungkin terjadi maka aktivitas pengendalian susatu setiap entitas harus dapat efektif yang meliputi: a.
Review kinerja
b.
Pengolahan informasi
c.
Pengendalian fisik
d.
Pemisahan tugas
26
3.
Meningkatkan kultur organisasi Meningkatkan
kultur
organisasi
dapat dilakukan dengan
mengimplementasikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang saling terkait satu sama lain agar dapat mendorong kinerja sumber-sumber entitas bekerja secara efisien. 4.
Mengefektifkan fungsi internal audit Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh manajemen agar fungsi internal audit dapat efektif dalam membantu manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya adalah: a.
Internal audit dalam entitas harus mempunyai kedudukan yang independen dalam entitas dalam arti kata ia tidak boleh terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan.
b.
Internal audit dalam entitas harus mempunyai uraian tugas yang jelas dan tertulis.
c.
Internal audit harus mempunyai internal audit manual yang berguna untuk mencegah terjadinya penyimpangan tugas, menentukan standar untuk mengukur dan meningkatkan kinerja.
d.
Mendapat dukungan dari top manajemen.
e.
Internal audit dalam entitas harus memiliki sumber daya yang professional, capable, bias bersikap objektif, dan mempunyai integritas dan loyalitas yang tinggi.
f.
Menciptakan struktur penggajian yang wajar.
27
g.
Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan kecurangan.
h.
Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan kesulitan pekerjaan.
i.
Menetapkan
kebijakan
entitas
terhadap
pemberian
dan
pnyampaian informasi kepada pihak-pihak yang dianggap perlu. j.
Menyediakan sumber-sumber tertentu dalam rangka mendeteksi kecurangan.
k.
Menyediakan saluran untuk melaporkan telah
terjadinya
kecurangan hendaknya diketahui oleh staf agar dapat diproses pada jalur yang benar. E.
Pendeteksian Kecurangan Setiap entitas pasti menghadapi resiko diantaranya adalah integrity risk, yaitu adanya kecurangan oleh manajemen atau pegawai perusahaan yang dapat merugikan entitas. Dalam menghadapi resiko tersebut, selain dituntut untuk memiliki keahlian dalam mencegah tindak kecurangan, internal auditor harus memahami pula bagaimana cara mendeteksi kecurangan secara dini. Deteksi kecurangan mencakup identifikasi indikator-indikator kecurangan yang memerlukan tindaklanjut auditor internal untuk melakukan investigasi. Antara pendeteksian dan pencegahan memiliki pengaruh yang nyata, auditor dapat mencegah kecurangan karena terlebih dahulu mereka telah mengetahui bagaimana cara mendeteksi kecurangan (Ismayanti, 2009).
28
Tindakan pendeteksian tidak dapat digeneralisir terhadap semua kecurangan. Masing-masing kecurangan memiliki karakteristik tersendiri, sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan diperlukan pemahaman yang baik terhadap kecurangan (Amrizal, 2004). Berikut adalah gambaran secara garis besar pendeteksian kecurangan berdasarkan penggolongan kecurangan oleh ACFE: 1.
Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statemen) Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan (overstatement atau understatement) umumnya dapat dideteksi melalui analisis laporan keuangan sebagai berikut: a.
Analisis
vertikal,
yaitu
teknik
yang
digunakan
untuk
menganalisis hubungan antara item-item dalam laporan laba-rugi, neraca, atau laporan arus kas dengan menggambarkannya dalam presentasi. b.
Analisis Horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis presentasepresentase perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode laporan.
c.
Analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilainilai item dalam laporan keuangan.
2.
Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation) Teknik untuk mendeteksi kecurangan dalam penyalahgunaan asset sangat banyak variasinya. Namun, pemahaman yang tepat atas pengendalian internal yang baik dalam pos-pos tersebut akan sangat
29
membantu dalam melaksanakan pendeteksian kecurangan. Masingmasing jenis kecurangan dapat dideteksi melalui beberapa teknik yang berbeda. a.
Analytical Review Susatu review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan ketidakbiasaan ata kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan.
b.
Statistical sampling Metode ini akan efektif jika ada kecurigaan terhadap ssatu attribut, misalnya pemasok fiktif. Susatu daftar alamat akan mengungkap adanya pemasok fiktif.
c.
Vendor or outsider complaints Keluhan dari konsumen, pemasok atau pihak lain merupakan alat deteksi yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
d.
Site visit-observation Observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya pengendalian internal di lokasi-lokasi tersebut.
3.
Korupsi (Corruption) Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dalam menyampaikan komplain ke perusahaan. Atas sangkaan kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap
30
tersangka atau transaksinya. Pendeteksian atas kecurangan ini dapat dilihat dari karakteristik si penerima maupun si pemberi. Dengan melaksanakan langkah-langkah tersebut di atas, maka auditor diharapkan dapat lebih efektif dalam melaksanakan pengauditan yang sekaligus juga dapat lebih efektif dalam mendeteksi adanya kecurangan sehingga tidak hanya terpaku pada angka-angka di dalam laporan keuangan saja serta dapat menghindari tuntutan hukum dikemudian hari. F.
Keahlian 1.
Definisi Keahlian Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Murtanto dan Gudono (1999) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah keterampilan seorang ahli. Ahli didefinisikan seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tingggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. Trotter (1986) mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Sedangkan Hayes-Roth, dkk (1983) mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang susatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut, dan keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut (Murtanto dan Gudono, 1999).
31
Namun demikian, sampai saat ini belum terdapat kesepakatan mengenai definisi keahlian di antara para ahli. Definisi keahlian dalam kajian auditing pun sering menggunakan variabel pengalaman sebagai alternatif dalam pengukuran keahlian seseorang. Johnson dalam Bolger dan Wrigth (1994) dalam Murtanto dan Gudono (1999) menyebutkan tenaga ahli adalah mereka yang punya pengalaman, bisa melakukan susatu pekerjaan sedangkan yang lainnya tidak bisa, mereka efisien dan tangkas dalam mengambil tindakan. Konsekuensinya adalah variabel ini tidak memadai bagi seseorang dalam membuat pertimbangan keputusan yang baik dan menjadi lebih ahli, karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain selain pengalaman (Ashton, 1990). 2.
Komponen Keahlian Menurut Murtanto dan Gudono (1999) keahlian auditor di Indonesia terdiri dari lima komponen : a.
Ciri-ciri Psikologis Merupakan Self-presentation-image attributes of experts seperti kemampuan di dalam komunikasi, kreativitas, bekerja sama dengan orang lain, dan kepercayaan kepada keahlian merupakan komponen ciri-ciri psikologis. Shanteau dan Peters (1989) dalam Murtanto dan Gudono (1999), menyelidiki persepsi antara
siswa
psikologi
akuntansi
terhadap
pentingnya
32
komunikasi, kreativitas, dan kepercayaan pada keahlian pada praktek pajak. 1)
Kemampuan komunikasi Internal auditor harus memiliki kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi baik lisan maupun tertulis secara efektif karena internal auditor harus senantiasa berhubungan dengan berbagai pihak, baik internal maupun eksternal. (Prima Consulting Group, 2000)
2)
Kreativitas Menurut Sawyer, et al (2005), kreativitas internal auditor dapat dipupuk melalui : a)
Skeptimisme. Menolak untuk menerima praktikpraktik yang berjalan saat ini sebagai cara yang paling baik dan selalu mencoba untuk meraih sesusatu yang baik.
b)
Analisis. Menganalisis aktivitas dan operasi untuk menentukan komponen-komponen dan dinamika yang terdapat di dalamnya.
c)
Penysatuan.
Mengkombinasikan informasi untuk
mentranformasikan konsep-konsep
yang terpisah
menjadi sesusatu yang baru dan lebih baik.
33
3)
Kemampuan bekerja sama Menurut Sawyer, et al (2005:47), kemitraan akan sangat efektif dalam menjadikan internal auditor sebagai seorang musuh atau kritikus. Saling menghargai, mempercayai, dan kerjasama tim adalah susatu keharusan.
4)
Keahlian internal auditor professional Menurut
Sawyer,
et
al
(2005:48),
internal
audit
professional membutuhkan seorang staf yang professional. Lingkup yang luas dari internal audit modern mensyaratkan pengetahuan yang luas mengenai metode dan teknik audit. Oleh
karena
itu,
direktur
internal
audit
harus
mempertimbangkan beberapa atribut tertentu, seperti professional, kemampuan, dan kualitas karakter dalam melakukan pengambilan keputusan pemilihan karyawan dan
mempertahankannya.
Pendidikan
akan
mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan disiplin yang penting dalam kinerja internal audit professional. b.
Strategi Penentuan Keputusan Kemampuan seorang auditor dalam membuat keputusan yang sistematis baik formal maupun informal akan membantu dalam menghadapi keterbatasan manusia. Begitu pula dengan membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain, turut serta dalam membentuk keahlian audit.
34
c.
Komponen Pengetahuan Merupakan komponen penting dalam susatu keahlian. Komponen pengetahuan meliputi komponen seperti pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur, dan pengalaman.
d.
Kemampuan Berfikir Merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengelola informasi. Beberapa karakteristik yang dapat dimasukkan sebagai unsur kemampuan berpikir misalnya kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru dan ambigius (Shanteau, 1988), perhatian pada
fakta-fakta
yang
relevan
dan
kemampuan
untuk
mengabaikan fakta yang tidak relevan merupakan susatu kemampuan yang efektif untuk menghindari tekanan-tekanan. e.
Analisis tugas Banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit dan analisis tugas ini akan mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan. Kompleksitas tugas akan mempengaruhi pilihan terhadap bantuan keputusan oleh auditor yang telah tinggi pengalamannya (Abdulmohammadi, 1991) dan digunakan untuk mengembangkan rerangka umum dari lingkungan tugas dalam auditing (Bonner, 1994). Menurut Tunggal (2008), ciri internal auditor yang mempunyai
kualifikasi keahlian yang baik adalah sebagai berikut:
35
a.
Pendidikan dan Latihan Audit berhubungan dengan analisis dan pertimbangan, internal auditor harus mengerti catatan keuangan dan akuntansi agar dapat melakukan verifikasi dan analisis dengan baik. Selain itu, ia harus mempunyai pengetahuan yang luas mengenai masalah perusahaan yang diperiksa.
b.
Pengalaman Menurut Bouwman dan Bradley (1997:93) dalam Budisusetyo, dkk (2005) pengalaman didefinisikan sebagai lamanya waktu dalam bekerja di bidangnya. Ketika auditor menjadi lebih berpengalaman, maka auditor menjadi lebih sadar terhadap kecurangan serta lebih menonjol dalam menganalisa yang berkaitan dengan kecurangan tersebut.
Menurut Mohammadi
dan Wright (1987) dalam Sumardi dan Hardiningsih (2001) dalam Budisusetyo, dkk (2005), pengalaman ternyata secara signifikan mempengaruhi pembuatan keputusan audit pada waktu kompleksitas penugasan yang dihadapi oleh auditor. Demikian pula menurut Libby dan Frederick (1990) dalam Ashton (1991), bahwa auditor yang berpengalaman memperlihatkan pengetahuan yang lebih lengkap mengenai kesalahan yang ada dalam laporan keuangan. Dengan banyaknya pengalaman auditor, akan dapat memberikan masukan rinci terhadap masalah dan solusinya.
36
c.
Kualitas Pribadi Internal auditor yang kompeten memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1)
Sifat ingin mengetahui Internal auditor harus tertarik dan ingin mengetahui semua operasi perusahaan. Ia harus mempunyai perhatian terhadap prestasi dan persoalan karyawan perusahaan baik ditingkat bawah maupun tingkat atas. Ia harus berusaha agar karyawan mau bicara secara terbuka tentang pekerjaannya.
2)
Ketekunan Internal auditor harus mencoba terus sampai ia mengerti susatu persoalan. Ia melakukan pengujian, memeriksa dan lainnya, sampai ia puas bahwa pekerjaan telah dilakukan seperti apa yang dijelaskan kepadanya.
3)
Pendekatan yang membangun Ia harus memandang susatu kesalahan sebagai susatu yang harus diselesaikan bukan sebagai susatu kejahatan. Ia harus memikirkan agar kesalahan tersebut dapat dihindarkan, bukannya menuduh siapa yang bertanggung jawab. Susatu kesalahan dianggap sebagai pedoman untuk perbaikan di masa yang akan datang.
4)
Business sense Dia menelaah semua pengaruh yang terjadi terhadap profitabilitas dan efisiensi kegiatan perusahaan secara luas.
37
Dia tidak dikuasai oleh pengetahuan yang mendasar atas kepercayaan dalam menetapkan “yang benar” atau “yang salah”. 5)
Kerja sama Dia melihat dirinya sebagai kawan-usaha, bukan sebagai saingan dengan siapa yang diperiksa. Tujuannya adalah membantu mereka dan meninjau kembali nasihat-nasihat yang diberikan dengan pihak perusahaan.
d.
Imagination Didefinisikan sebagai “perpaduan pemikiran ide-ide baru dari bagian-bagian yang dialami secara terpisah”. Disadari atau tidak, internal auditor selalu terbuka secara terus-menerus terhadap bagian-bagian yang terpisah ini dan merupakan susatu kewajiban bagi mereka untuk mengsatur susatu pola tertentu yang memungkinkan terjalinnya susatu penafsiran yang baik. Pada peneliti terdahulu Sinaga (2008), memasukkan variabel
perilaku etis sebagai komponen keahlian. Sinaga (2008) menggunakan variabel perilaku etis sebagai komponen keahlian adalah untuk mengetahui apakah perilaku etis internal audit sudah sesuai dengan kode etik audit sehingga internal audit tidak melakukan penyimpangan dalam menjalankan tugasnya. Dan hasil dari penelitian tersebut diketahui bahwa perilaku etis internal auditor berpengaruh signifikan terhadap kecurangan artinya, perilaku etis merupakan penilaian
38
terhadap perilaku profesionalitas seorang internal auditor dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan yang berhubungan dengan aspek perilaku (behavioral). Perilaku etis seseorang akan banyak dipengaruhi oleh masalah yang terjadi dalam lingkungan organisasinya. Husein (2003) meneliti bahwa nilai etis organisasi benar-benar berpengaruh terhadap perilaku etis akuntan. Auditor sering kali dihadapkan pada situasi dilema etika yang melibatkan pilihan-pilihan antara nilai-nilai yang saling bertentangan atau menyimpang (Budisusetyo dkk (2005). Robinson (1995), dan Tang et al (2003) dalam Wilopo (2008), menjelaskan indikator dari perilaku yang menyimpang atau tidak etis. Perilaku
ini
terdiri
dari
perilaku
yang
menyalahgunakan
posisi/kedudukan (abuse position), perilaku yang menyalahgunakan kekuasaan (abuse power), perilaku yang menyalahgunakan sumber daya perusahaan (abuse resouces), serta perilaku yang tidak berbuat apa-apa (no action). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku etis dari auditor akan memberikan pengaruh terhadap pendeteksian dan pencegahan kecurangan. Semakin tinggi perilaku etis auditor, semakin tinggi keberhasilan auditor dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan.
39
3.
Peranan Keahlian Internal Auditor dalam Mendeteksi dan Mencegah Kecurangan Pendeteksian dan pencegahan kecurangan mencakup identifikasi kategori
kecurangan dan
memerlukan
tindak
lanjut
indikator-indikator internal
auditor
kecurangan untuk
yang
melakukan
investigasi. Menurut Effendi (2008), ada tiga hal yang harus dimiliki oleh internal auditor agar pendeteksian dan pencegahan kecurangan lebih lancar antara lain : a.
Memiliki keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) yang memadai dalam mengidentifikasi indikator terjadinya fraud. Dalam hal ini internal auditor harus mengetahui secara mendalam mengapa seseorang melakukan fraud termasuk penyebab fraud, jenis-jenis fraud, modus operandi (teknik-teknik) fraud yang biasa terjadi.
b.
Memiliki sikap kewaspadaan yang tinggi terhadap kemungkinan kelemahan pengendalian internal dengan melakukan serangkaian pengujian untuk menemukan indikator terjadinya fraud.
c.
Memiliki
keakuratan
dan
kecermatan
(accuracy)
dalam
mengevaluasi indikator-indikator fraud. Ketiga hal tersebut dapat dimiliki oleh internal auditor setelah pengalaman bertahun-tahun melakukan audit berbagai fungsi/unit kerja di susatu organisasi.
40
G. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang membahas tentang karakteristik-karakteristik keahlian yang dimiliki auditor adalah Murtanto dan Gudono (1999) yang mengkategorikan keahlian audit ke dalam lima peringkat. Peringkat pertama ditempati oleh ciri-ciri psikologis, kemudian diikuti oleh strategi penentuan keputusan, komponen pengetahuan, kemampuan berfikir, dan analisis tugas. Sedangkan penelitian-penelitian yang membahas tentang pengaruh keahlian internal auditor dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan diantanya adalah Sinaga (2008), menyimpulkan bahwa komponen keahlian internal audit yang terdiri dari: (1) komponen pengetahuan, (2) strategi penentuan keputusan, (3) ciri-ciri psikologis, (4) kemampuan berpikir, dan (5) perilaku etis secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan bagi internal auditor dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan (fraud). Selain itu, hasil penelitian Darwito (2006) menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan dengan menggunakan variabel yang terdiri dari enam keahlian auditor, yaitu: (1) analisis tugas, (2) komponen pengetahuan, (3) strategi penentuan keputusan, (4) ciri-ciri psikologis, (5) kemampuan berpikir, dan (6) perilaku etis mempunyai pengaruh positif terhadap pemeriksaan kecurangan. Penelitian yang membahas mengenai perilaku etis internal auditor adalah Budisusetyo, dkk (2005), menemukan bahwa nilai etika organisasi, orientasi etika dan komitmen profesional pada internal auditor secara individu maupun simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
41
pengambilan keputusan etis dalam situasi dilema etika. Artinya, walaupun dihadapkan pada situasi dilema etika internal auditor mampu berperilaku etis dengan menerapkan nilai etika organisasi, orientasi etika dan komitmen profesional mereka dalam menjalankan tugas. Selain
itu,
penelitian
yang dilakukan
Hartoko, dkk (1997),
menyimpulkan bahwa pengalaman kerja seorang auditor berpengaruh terhadap pengetahuan tentang jenis-jenis kekeliruan yang berbeda yang diketahuinya. Pengalaman seorang auditor berpengaruh terhadap perhatian seorang auditor pada Kementerian tempat susatu kekeliruan terjadi. Libby dan Frederick (1990) dalam Ashton (1991) menyatakan bahwa semakin banyak pengalaman, auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Pengalaman secara signifikan berkaitan dengan keakuratan. Manejer audit dengan pengalaman kerja selama lima tahun lebih memiliki keakuratan dibandingkan dengan staf audit dengan pengalaman kerja ssatu tahun (Libby, 1985 dalam Aston, 1991). Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Sekarang Objek Metode No Peneliti Judul Variabel Penelitian Analisa dan Sampel 1 Hartoko Pengaruh KAP di eks Koefisien Independen: (1997) Pengalaman a. Pengalaman Keresidenan Korelasi Pada Struktur Auditor Surakarta. Product Pengetahuan Sampelnya Moment Auditor adalah 53 Dependen: Tentang a. Kekeliruan Auditor yang Kekeliruan bekerja di KAP tersebut.
42
2
Sinaga (2008)
3
Penelitian Sekarang (2010)
Peranan Keahlian Internal Audit Dalam Mencegah dan Mendeteksi Kecurangan (Fraud)
Independen: a. Komponen Pengetahuan b. Ciri-ciri Psiikologis c. Kemampuan Berpikir d. Penentuan Keputusan e. Perilaku Etis Dependen: a. Pendeteksian dan Pencegahan Kecurangan (Fraud) Analisis Independen: Pengaruh a. Komponen Komponen Pengetahuan Keahlian b. Ciri-ciri Internal Psikologis Auditor c. Kemampuan Terhadap Berpikir Pendeteksian d. Penentuan dan Keputusan Pencegahan e. Perilaku Etis Kecurangan f. Analisis (Fraud) Tugas g. Pengalaman Auditor
3 bank swasta Regresi yang ada di Linier Jakarta yaitu Berganda Bank Tabungan Negara, Bank Mandiri, dsn Bank Lippo. Sampelnya adalah 60 internal auditor yang bekerka di tiga bank tersebut Inspektorat Regresi Jenderal Linier Kementerian Beraganda Perdagangan. Sampelnya adalah internal auditor yang bekerja pada Irjen Kementerian Perdagangan
Dependen: a. Pendeteksian Kecurangan b. Pencegahan Kecurangan Sumber: Data diolah H.
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
43
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. (Hamid, 2007:26) Secara skematis alur kerangka penelitian terdapat dalam Gambar 2.2. Kerangka penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Komponen Pengetahuan (X1) Sinaga (2008) dan Khamidah (2000) dalam Darwito (2006) Ciri-Ciri Psikologis (X2) Sinaga (2008) dan Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Kemampuan Berpikir (X3) Sinaga (2008) dan Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Pendeteksian Kecurangan (Y1)
Penentuan Keputusan (X4) Sinaga (2008) dan Khamidah (2000) dalam Darwito (2006) Analisis Tugas (X5) Sinaga (2008) dan Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Pencegahan Kecurangan (Y2)
Pengalaman (X6) Hartoko (1997)
Perilaku Etis (X7) Sinaga (2008) dan Khamidah (2000) dalam Darwito (2006)
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
44
Rumus :
I.
1.
Y1 = a + b 1X1 + b 2X2 + b 3X3 + b 4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
2.
Y2 = a + b 1X1 + b 2X2 + b 3X3 + b 4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e
Perumusan Hipotesis 1.
Berdasarkan kerangka berfikir pada gambar 2.2 di atas maka hipotesisnya adalah: a. Ha1 : Pengetahuan, Ciri-ciri psikologis, Kemampuan berpikir, Strategi penentuan keputusan, Analisis Tugas, Pengalaman, dan Perilaku Etis berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan (fraud). b. Ha2 : Pengetahuan
berpengaruh
secara
nyata
terhadap
pendeteksian kecurangan (fraud). Ha3 : Ciri-ciri psikologis berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan (fraud). Ha4 : Kemampuan berpikir berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan (fraud). Ha5 : Strategi penentuan keputusan berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan (fraud). Ha6 : Analisis
Tugas
berpengaruh
secara
nyata
terhadap
pendeteksian kecurangan (fraud). Ha7 : Pengalaman
berpengaruh
secara
nyata
terhadap
pendeteksian kecurangan (fraud).
45
Ha8 : Perilaku
Etis
berpengaruh
secara
nyata
terhadap
pendeteksian kecurangan (fraud). 2.
Berdasarkan kerangka berfikir pada gambar 2.2 di atas maka hipotesisnya adalah: a. Ha1 : Pengetahuan, Ciri-ciri psikologis, Kemampuan berpikir, Strategi penentuan keputusan, Analisis Tugas, Pengalaman, dan Perilaku Etis berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan (fraud). b. Ha2 : Pengetahuan berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan (fraud). Ha3 : Ciri-ciri psikologis berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan (fraud). Ha4 : Kemampuan berpikir berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan (fraud). Ha5 : Strategi penentuan keputusan berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan (fraud). Ha6 : Analisis
Tugas
berpengaruh
secara
nyata
terhadap
pencegahan kecurangan (fraud). Ha7 : Pengalaman berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan (fraud). Ha8 : Perilaku Etis berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan (fraud).
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, yang akan menjadi objek studi penelitian adalah auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Dengan populasi seluruh auditor yang terdapat dalam empat wilayah kerja pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Jenis penelitian yang di gunakan pada penelitian ini adalah kausalitas, yakni tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebabakibat antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 2000:27), jenis ini digunakan untuk menjelaskan pengaruh komponen keahlian auditor internal yang terdiri dari komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis terhadap pendeteksian dan pencegahan kecurangan (fraud).
B.
Populasi Populasi pada penelitian ini adalah auditor Inspektorat Jenderal
Kementerian Perdagangan yang terdapat dalam empat wilayah kerja pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan, masing-masing terdapat di Inspektorat I, Inspektorat II, Inspektorat III, dan Inspektorat IV sehingga secara keseluruhan jumlah pegawai di setiap inspektorat pada jabatan Inspektur ke bawah memiliki jumlah total populasi secara keseluruhan
47
sebanyak 71 orang. Hal ini tidak menggunakan sampel penelitian dikarenakan jumlah pegawai yang sedikit dan jumlah individu dalam kelompok memiliki jumlah tetap dan terhitung, oleh karena itu digunakanlah teknik sensus.
Penelitian populasi atau sensus digunakan karena subjek kurang dari 100 dan ditentukan pula oleh berbagai pertimbangan berikut: 1)
Kemampuan penelitian dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
2)
Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana.
3)
Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar hasilnya akan lebih baik.
C.
Metode Pengumpulan Data 1.
Sumber Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : a.
Data Primer, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh berdasarkan jawaban kuesioner yang dibagikan kepada auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan.
b.
Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan sumber bacaan lain yang memiliki relevansi dengan objek yang diteliti. Untuk data sekunder, peneliti mengumpulkannya dengan
studi
kepustakaan
dan
literatur
pada
berbagai
48
perpustakaan di dalam dan di luar kampus maupun pada tokotoko buku. (Indriantoro dan Supomo, 2000:147) 2.
Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan instrumen berupa kuesioner yang diberikan kepada auditor yang bekerja pada Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan di Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik personally administered questionnaires, yaitu kuesioner disampaikan dan dikumpulkan secara langsung oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2000:147). Penyebaran kuesioner dimaksudkan untuk mendapatkan data umum mengenai auditor internal, untuk mendapatkan gambaran variabel manakah yang paling mempengaruhi keahlian auditor di Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Republik Indonesia terhadap pendeteksian dan pencegahan kecurangam (fraud).
D.
Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan pada penilitian ini adalah metode analisis statistik yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16.0. Analisis ini bertujuan untuk menentukan: 1) pengaruh antara variabel pengetahuan (X1), ciri-ciri psikologis (X2), kemampuan berpikir (X3), strategi penentuan keputusan (X4), analisis tugas (X5), pengalaman (X6), perilaku etis (X7) dengan pendeteksian kecurangan (Y1), dan
49
2) pengaruh antara variabel pengetahuan (X1), ciri-ciri psikologis (X2), kemampuan berpikir (X3), strategi penentuan keputusan (X4), analisis tugas (X5), pengalaman (X6), perilaku etis (X7) dengan pencegahan kecurangan (Y2). 1.
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). (Ghozali, 2009:19)
2.
Uji Kualitas Data a.
Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana variabel yang digunakan benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas tiap butir pertanyaan yang digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap butir dalam tabel ditunjukkan skor totalnya, yang merupakan jumlah skor tiap butir. Uji validitas ini digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam daftar pertanyaan-pertanyaan. Imam Ghozali dalam bukunya Aplikasi SPSS (2009:49) Uji Validitas dilakukan dengan membandingkan nilai Corrected
50
item-Total Correlation dengan nilai r tabel, untuk degree of fredom (df) = n-2, dan alpha =0,10. b.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali. Hasil uji reabilitas dengan bantuan SPSS akan menghasilkan Cronbach Alpha. Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel (andal) bila memiliki nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,60 (Nunnaly, 1960) dalam Ghozali (2009:46).
3.
Uji Hipotesis a.
Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk sejumlah sampel kecil (Ghozali: 2009:147). Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal. Jika
51
distribusi
data
residual
normal,
maka
garis
yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti arah garis diagonalnya (Ghozali, 2009:147). 2) Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2009:95). Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan varian inflation
faktor
(VIF).
Model
regresi
yang
bebas
multikolinieritas, yaitu: VIF lebih kecil dari 10 (VIF<10) Tolerace lebih besar dari 0.1 (Tolerance>0.1) 3) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:125). Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas dan tidak terjadi heteroskedastisitas.
52
Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas, ada beberapa cara, salah satu diantaranya yaitu dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan
residualnya
SRESID.
Deteksi
ada
tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksii, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya). Dasar analisis: a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. b.
Analisis Regresi Berganda Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan varriabel independen yang diketahui (Gujrati, 2003 dalam Ghozali, 2009:85).
53
Dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0, penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Linier Berganda. Metode Analisis Regresi Linier Berganda digunakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu dengan maksud untuk menganalisa : 1) ada tidaknya pengaruh antara variabel pengetahuan (X1), ciri-ciri psikologis (X2), kemampuan berpikir (X3), strategi penentuan keputusan (X4), analisis tugas (X5), pengalaman (X6), perilaku etis (X7) dengan pendeteksian kecurangan (Y1) dan pencegahan kecurangan (Y2). 2) ada tidaknya pengaruh antara variabel pengetahuan (X1), ciriciri psikologis (X2), kemampuan berpikir (X3), strategi penentuan keputusan (X4), analisis tugas (X5), pengalaman (X6), perilaku etis (X7) dengan Pencegahan Kecurangan (Y2). Berikut adalah persamaan dari analisis regresi berganda: Y = a + b1X1 + b2X2 + ……. + bnXn + e Dimana : Y
= Variabel Dependen (Terikat)
X
= Variabel Independen (Bebas)
a
= Konstanta, harga Y bila X = 0
b
= Koefisien Regresi
e
= Standar eror
54
c.
Uji Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi (R²) pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (R²) adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang hampir mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009:87).
d.
Uji Statistik F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: 1) Bila nilai F lebih besar dari 4 (F>4) maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen pada derajat kepercayaan 10%. 2) Membandingkan F hasil perhitungan dengan F menurut tabel. Bila F hitung>F tabel maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2009:88)
55
e.
Uji Statistik t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik t dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: 1) Bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih dan derajat kepercayaan 10% maka hipotesis alternatif (Ha) diterima, yang menyatakan bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. 2) Membandingkan nilai statistik t dengan dengan nilai tmenurut tabel. Jika, t hitung>t tabel maka hipotesis alternatif (Ha) diterima, yang menyatakan bahwa variabel independen secara
individual
mempengaruhi
variabel
dependen.
(Ghozali, 2009:89) E.
Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Pengukurannya Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Tipe-tipe variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Seluruh variabel dalam penelitian ini akan diukur dengan dua hingga enam indikator dan masing-masing indikator berupa pertanyaan yang akan mengukur keahlian internal auditor. Selanjutnya variabel yang ada akan dijabarkan dalam beberapa pertanyaan di mana masing-masing pertanyaan mempunyai skor jawaban mulai 1 sampai dengan 5.
56
Maka operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Variabel Independen Variabel independen adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Pengetahuan Pengetahuan merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen pengetahuan meliputi komponen-komponen seperti pengetahuan terhadap fakta-fakta dan prosedur-prosedur. Instrumen
pengukuran
variabel
ini
menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel ini digali dengan 2 indikator melalui 6 pertanyaan. Respon dari responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5. b.
Ciri-Ciri Psikologis Ciri-ciri
Psikologis
adalah
kemampuan
dalam
berkomunikasi, kreativitas, bekerja sama dengan orang lain, dan kepercayaan kepada keahlian. Instrumen
pengukuran
variabel
ini
menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel ini digali dengan 4 indikator melalui 7 pertanyaan. Respon dari responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5.
57
c.
Kemampuan Berpikir Kemampuan Berpikir
merupakan kemampuan untuk
mengakumulasi dan mengolah informasi. Beberapa karakteristik yang dapat dimasukkan sebagai unsur kemampuan berpikir misalnya kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru dan ambigius, perhatian terhadap fakta-fakta dan relevan dan kemampuan untuk mengabaikan fakta yang tidak relevan merupakan suatu kemampuan yang efektif untuk menghindari tekanan-tekanan. Instrumen
pengukuran
variabel
ini
menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel ini digali dengan 3 indikator melalui 4 pertanyaan. Respon dari responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5. d.
Strategi Penentuan Keputusan Seorang internal auditor sangat berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, seorang internal auditor juga harus dapat mengembangkan dan menggunakan strategi penentuan keputusan dalam membuat keputusan secara umum. Kemampuan seoranga internal auditor dalam membuat keputusan secara sistematis baik formal maupun informal akan membantu dalam mengatasi keterbatasan manusia. Instrumen
pengukuran
variabel
ini
menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel
58
ini digali dengan 3 indikator melalui 5 pertanyaan. Respon dari responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5. e.
Analisis Tugas Analisis tugas akan mempunyai pengaruh terhadap penentuan keputusan. Kompleksitas tugas akan mempengaruhi pilihan terhadap bantuan keputusan oleh auditor yang telah tinggi pengalamannya (Abdulmohammadi, 1991) dan digunakan untuk mengembangkan rerangka umum dari lingkungan tugas dalam auditing (Bonner, 1994 dalam Abdulmohammadi, 1991 ). Instrumen
pengukuran
variabel
ini
menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel ini digali dengan 4 indikator melalui 5 pertanyaan. Respon dari responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5. f.
Pengalaman Auditor Pengalaman auditor, yaitu adanya experiental learneing melebihi pengetahuan auditor yang baru saja lulus dan bekerja sebagai auditor. Kemampuan dalam melakukan analisis tugas dipengaruhi oleh tingkat pengalaman auditor. Seorang auditor yang berpengalaman akan menjadi lebih sadar terhadap lebih banyak kecurangan dibandingkan dengan auditor yang baru saja lulus dan juga auditor yang berpengalaman memiliki salah pengertian yang lebih sedikit tentang kecurangan dibandingkan dengan yang belum berpengalaman.
59
Instrumen
pengukuran
variabel
ini
menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Tunggal (2008), Puspasari (2009), dan Maryunani (2009). Variabel ini digali dengan 8 indikator melalui 10 pertanyaan. Respon dari responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5. g.
Perilaku Etis Perilaku etis merupakan penilaian terhadap perilaku profesionalisme seorang internal auditor. Seorang internal auditor yang berperilaku sesuai dengan kode etik yang telah ditetapkan akan mampu bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya apabila ditemukan adanya sejumlah dugaan kecurangan. Instrumen
pengukuran
variabel
ini
menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Sinaga (2008). Variabel ini digali dengan 3 indikator melalui 6 pertanyaan. Respon dari responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5. 2.
Variabel Terikat ( Dependent variable ) Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Pendeteksian Kecurangan (fraud) Pendeteksian kecurangan dalam penelitian ini di bagi menjadi tiga bagian yaitu pendeteksian dalam kecurangan laporan keuangan, pendeteksian dalam penyalahgunaan asset,
60
dan pendeteksian dalam korupsi. Instrumen pengukuran variabel ini menggunakan instrument variabel yang digunakan oleh Husein (2003). Variabel ini digali dengan 4 indikator melalui 4 pertanyaan. Respon dari responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5. b.
Pencegahan Kecurangan (fraud) Pencegahan kecurangan, yaitu berupaya menghilangkan atau mengeliminir sebab-sebab timbulnya kecurangan tersebut. Karena pencegahan terhadap akan terjadinya suatu perbuatan kecurangan akan lebih mudah dari pada mengatasi apabila suatu kecurangan telah terjadi. Instrumen
pengukuran
variabel
ini
menggunakan
instrument variabel yang digunakan oleh Ismayanti (2009). Variabel ini digali dengan 6 indikator melalui 8 pertanyaan. Respon dari responden direkam dengan skala likert 1 sampai 5. Sebagai penjabaran lebihlanjut dari operasionalisai variabel, dalam tabel 3.1 disajikan pengukuran variabel yang terdiri dari nama variabel, subvariabel, indikator, dan skala pengukuran. Seluruh indikator tersebut diukur pada tingkat skala likert.
61
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Variabel X Keahlian Auditor
Sub Variabel
Indikator
1. Pengetahuan terhadap faktafakta 2. Pengetahuan terhadap prosedurprosedur 1. Kemampuan berkomunikasi 2. Kemampuan bekerjasama dengan orang lain 3. Kreativitas 4. Kepercayaan diri 1. Kemampuan X3 Kemampuan beradaptasi pada Berpikir situasi yang baru (Murtanto dan 2. Perhatian terhadap Gudono,1999), dan fakta-fakta yang (Sinaga,2008) relevan 3. Kemampuan dalam menghindari tekanan yang dapat mengganggu objektivitas 1. Pengambilan X4 Strategi Penentuan keputusan secara Keputusan objektif (Murtanto dan 2. Kemampuan Gudono,1999),dan membuat (Sinaga,2008) keputusan secara sistematis 3. Kemampuan mengkomunikasik an temuan 1. Kemampuan dalam X5 Analisis Tugas mengumpulkan (Murtanto dan bukti-bukti Gudono,1999),dan kecurangan (Sinaga,2008) 2. Kemampuan dalam penggunaan metode audit X1 Komponen Pengetahuan (Murtanto dan Gudono,1999), dan (Sinaga,2008) X2 Ciri-Ciri Psikologis (Murtanto dan Gudono,1999), dan (Sinaga,2008)
Pengukuran Skala Likert
Skala Likert
Skala Likert
Skala Likert
Skala Likert
62
X6 Pengalaman (Tunggal,2008), (Kusumastuti, 2008 dalam Puspasari, 2009), dan (Bedard,1986 dalam Maryunani, 2009)
X7 Perilaku Etis (Sinaga, 2008), dan (Wilopo, 2008)
Y1 Pendeteksian Kecurangan (Wilopo, 2008)
Y2 Pencegahan Kecurangan (Gusnardi, 2007 dalam
3. Pemahaman terhadap indikasi kecurangan 4. Penilaian terhadap kesulitan tugas 1. Kemampuan prediksi dan deteksi auditor 2. Kelebihan dan keluasan pengetahuan auditor 3. Tahun pengalaman 4. Jenjang jabatan 5. Lebih mudah dalam mengambil keputusan etis 6. Keahlian dalam memeriksa 4. Kompleksitas tugas 5. Pemahaman terahadap industri dan bisnis klien 1. Cara mendapatkan fee dari klien 2. Penggunaan fasilitas kantor 3. Menjaga kerahasiaan temuan 1. Penghilangan informasi secara sengaja 2. Memberikan informasi yang menyesatkan 3. Mengambil dana pemerintah 4. Mengubah catatan dan dokumen pendukung 1. Pendekatan berdasarkan sistem 2. Pemilihan pengendalian
Skala Likert
Skala Likert
Skala Likert
Skala Likert
63
Ismayanti, 2009), dan (Trijayanti, 2008 dalam Ismayanti,2009) Sumber: data diolah
3. Informasi sensitif 4. Peningkatan integritas 5. Sistem kendali 6. Informasi
64
BAB IV PEMBAHASAN
A.
Sekilas Gambaran Umum Inspektorat Perdagangan Republik Indonesia
Jenderal
Kementerian
Inspektorat Jenderal sebagai unsur pembantu pimpinan di bidang pengawasan fungsional di lingkungan Kementerian Perdagangan, memiliki tugas dan tanggung jawab mengamankan pelaksanaan tugas umum dan pembangunan bidang perdagangan termasuk kebijakan yang diambil oleh Menteri agar dapat mencapai tujuan dan sasaran secara efisien dan efektif. Dalam
penyelenggaraan
tugas
pengawasan
dimaksud
diperlukan
peningkatan kualitas hasil pengawasan, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi terlaksananya semua kegiatan dan kebijakan secara baik, bertanggung jawab dan akuntabel. Berkaitan dengan hal tersebut Inspektorat Jenderal telah menetapkan arah pengawasan yang komprehensif dan implementatif untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Disamping itu peran pengawasan juga ditingkatkan tidak hanya sebagai watch dog tetapi merupakan mitra untuk memecahkan permasalahan dan teladan bagi obyek pemeriksaan dalam membangun kinerja yang lebih baik. Untuk mewujudkan penyelenggara negara yang mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab, Kementerian Perdagangan dalam hal ini Inspektorat Jenderal mempunyai tugas dan fungsi sebagai penyelenggara pengawasan perlu konsistensi
65
penanganan yang serius dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai aparat pengawas. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang melanda bangsa Indonesia, sudah kronis, dan merupakan kejahatan yang luar biasa dan menggoyahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu Inspektorat Jenderal sebagai unsur pengawasan mempunyai tugas dalam mengamankan kebijakan yang dikembangkan pada Sektor Perdagangan. 1.
Visi dan Misi Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan a. Visi "Menjadikan Inspektorat Jenderal sebagai unit pengawasan yang terpercaya dan profesional untuk mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) di lingkungan Kementerian Perdagangan." b. Misi Melakukan pengawasan, bimbingan teknis dan konsultasi untuk mendukung peningkatan kinerja Kementerian Perdagangan dalam mewujudkan Good Governance.
66
2.
Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan
67
3. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan Tabel 4.1 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan NO JABATAN 1. Inspektorat Jenderal
2.
Secretariat Inspektorat Jenderal
TUGAS POKOK Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Departemen
FUNGSI a. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan; b. Pelaksanaan pengawasan kinerja, keuangan dan pengawasan untuk tujuan tertentu atas petunjuk Menteri; c. Pelaksanaan urusan administrasi Inspektorat Jenderal; d. Penyusunan laporan hasil pengawasan Melaksanakan a. Pelaksanaan pelayanan teknis dan koordinasi, administratif kepada penyusunan rencana seluruh satuan dan program kerja organisasi di pengawasan; lingkungan b. Penyelesaian laporan Inspektorat Jenderal hasil pemeriksaan dan pemeriksaan serta pengawasan masyarakat; c. Pengumpulan, pengelolaan, analisis laporan hasil pengawasan dan penyajian laporan hasil pengawasan; d. Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, surat menyurat, dokumentasi dan
68
3.
Inspektorat I
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi serta Atase Perdagangan negaranegara Afrika, Timur Tengah, Asia dan Eropa I, serta cakupan tugas lain yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal
4.
Inspektorat II
Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Badan Penelitian dan Pengembangan serta Atase Perdagangan negara-negara Eropa II, serta cakupan tugas lain yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal
kearsipan. a. Pelaksanaan penyiapan rencana pengawasan dan program kerja pemeriksaan; b. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi; c. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap kebenaran laporan pengaduan tentang penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang; d. Perumusan laporan hasil pengawasan. a. Pelaksanaan penyiapan rencana pengawasan dan program kerja pemeriksaan; b. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi; c. Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap kebenaran laporan pengaduan tentang
69
d. 5.
Inspektorat III
Melaksanakan a. pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan b. perundang-undangan serta administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional dan Sekretariat Jenderal serta Atase c. Perdagangan negaranegara Asia serta cakupan tugas lain yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal
d. 6.
Inspektorat IV
Melaksanakan a. pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan b. perundang-undangan serta administrasi di lingkungan Inspektorat Jenderal, Badan Pengembangan Ekspor Nasional serta Atase Perdagangan negara- c. negara Amerika,
penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang; Perumusan laporan hasil pengawasan. Pelaksanaan penyiapan rencana pengawasan dan program kerja pemeriksaan; Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi; Pemeriksaan, penilaian, pengujian, dan pengusutan terhadap kebenaran laporan pengaduan tentang penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang; Perumusan laporan hasil pengawasan. Pelaksanaan Penyiapan rencana pengawasan dan program kerja pemeriksaan; Pemeriksaan, penilaian, pengujian dan pengusutan terhadap pelaksanaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta administrasi; Pemeriksaan, penilaian, pengujian
70
Australia dan Asia, serta cakupan tugas lain yang ditetapkan oleh Inspektur Jenderal
7.
Jabatan Fungsional Auditor
Melaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan di bidang pengawasan dan bersifat mandiri
dan pengusutan terhadap kebenaran laporan pengaduan tentang penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang; d. Perumusan laporan hasil pengawasan. Menjamin pembinaan profesi dan karier, kepangkatan dan jabatan bagi PNS yang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah dalam rangka mendukung peningkatan kinerja instansi pemerintah.
Sumber: www.depdag.go.id 4.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Inspektorat jenderal Kementerian Perdagangan Republik Indonesia yang beralamat di di Jl. Kramat Raya No. 172 Jakarta Pusat. Penelitian ini menganalisis tentang komponen keahlian auditor internal terhadap pendeteksian dan pencegahan kecurangan (fraud) pada auditor yang terdapat dalam empat wilayah kerja pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. Adapun jumlah keseluruhan pegawai dalam keempat wilayah kerja pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan berjumlah 71 orang.
71
Tabel 4.2 Pegawai Pada Keempat Wilayah Kerja Pemeriksaan JABATAN
I
Inspektur Auditor Madya Auditor Muda Auditor Pertama Pelaksana Ka. SubBagian Tata Usaha Sumber: Data Diolah
INSPEKTORAT II III IV
Jumlah keseluruhan pegawai pada keempat wilayah kerja pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan yang berjumlah 71 orang tersebut tidak dijadikan responden dalam penelitian ini karena beberapa diantaranya tidak memenuhi kriteria sebagai auditor. Adapun jumlah keseluruhan auditor dalam keempat wilayah
kerja
pemeriksaan
Inspektorat
Jenderal
Kementerian
Perdagangan dapat dilihat pada table 4.3 berikut : Tabel 4.3 Jumlah Auditor Pada Keempat Wilayah Kerja Pemeriksaan JABATAN Inspektur Auditor Madya Auditor Muda Auditor Pertama Calon Auditor Pelaksana TOTAL Sumber: Data Diolah
I 1 3 4 2 5 15
INSPEKTORAT II III IV 1 1 1 3 2 2 2 4 2 5 3 3 2 3 6 5 5 17 15 18
TOTAL 4 10 6 14 10 21 65
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner secara langsung kepada responden. Penyebaran kuesioner dimulai dari
72
20 April 2010 hingga 24 Mei 2010. Kuesioner diberikan dan diterima kembali oleh peneliti dengan waktu yang sudah ditentukan serta menyesuaikan dengan jadwal kerja Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan. 5.
Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini, kuesioner yang dibagikan berjumlah 65 eksemplar berdasarkan jumlah auditor di Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan, akan tetapi hanya 58 auditor yang bersedia menjawab atau mengisi kuesioner yang diberikan. Adapun gambaran karakteristik data kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini Tabel. 4.4 Karakteristik Data Kuesioner Identifikasi Sample Total kuesioner yang disebar Total kuesioner yang tidak direspon Total kuesioner yang direspon Total kuesioner yang tidak diisi lengkap Total kuesioner yang dapat digunakan
Jumlah 65 7 58 -
Persentase 100 % 11% 89% -
Sumber: Data diolah
Total kuesioner yang direspon dan dapat digunakan untuk mengolah data sebanyak 58 kuesioner yaitu 89 % dari total kuesioner yang disebar. Sedangkan deskriptif responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.5, berikut ini:
73
Deskriptif Jumlah Sampel Wilayah Pemeriksaan
Jabatan Fungsional
Jenjang Pendidikan
Jurusan
Lama Bekerja
Frekuensi Melakukan Audit
Jenis Audit
Tabel. 4.5 Deskriptif Responden Keterangan Frekuensi Persentase 58 100 % Inspektorat I 13 22.4% Inspektorat II 16 27,6% Inspektorat III 14 24,1% Inspektorat IV 15 25,9% Auditor Madya 10 17,24 % Auditor Muda 6 10,34 % Auditor Pertama 14 24,13 % Calon Auditor 10 17,24 % Pelaksana 18 31,03 % Strata 1 47 82,8 % Strata 2 11 17,2 % Strata 3 Akuntansi 18 31,1 % Manajemen 15 25,9 % Hukum 15 25,9 % Ekonomi Pembangunan 1 1,7% Adminitrasi Negara 6 10,3% Ekonomi Pertanian 2 3.4% Teknik Informatika 1 1,7% 1 – 3 Tahun 24 41,4 % 4 – 7 Tahun 8 13,8% 8 – 11 Tahun 1 1,7% >11 Tahun 25 43,10 % < 5 kali 9 15,5 % 5 – 10 kali 17 29,3 % 10 – 15 kali 5 8,6 % >15 kali 27 46,6 % General Audit 15 25,9 % Operational Audit 37 63,8 % ComplianceAudit 3 5,2% Audit Lingkungan Audit Investigasi 3 5,2 %
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui responden yang terjaring dalam sampel penelitian ini adalah responden yang menjabat sebagai auditor ahli madya berjumlah 10 orang (17,2%), untuk responden yang menjabat sebagai auditor ahli muda berjumlah 6 orang
74
(10,3%), untuk responden yang menjabat sebagai auditor ahli pertama berjumlah 14 orang (24,1%), untuk responden menjabat sebagai calon auditor berjumlah 10 orang (17,2 %), dan untuk responden menjabat sebagai pelaksana berjumlah 18 orang (31,0%). Untuk responden yang berada pada jenjang pendidikan S1 berjumlah 47 orang (82,8%), dan untuk responden yang berada pada jenjang pendidikan S2 berjumlah 11 orang (17,2%). Untuk responden berdasarkan jurusan pada pendidikan terakhir, didapat bahwa responden yang berasal dari jurusan akuntansi berjumlah 18 orang (31,0%), untuk responden yang berasal dari jurusan manajemen berjumlah 15 orang (25,9%), untuk responden yang berasal dari jurusan hukum berjumlah 15 orang (25,9%), dan untuk responden yang berasal dari jurusan ekonomi berjumlah 1 (1,7%) untuk responden yang berasal dari jurusan administrasi Negara berjumlah 6 orang (10,3%), untuk responden dari jurusan ekonomi pertanian berjumlah 2 orang (3,4%) dan Untuk responden yang berasal dari jurusan teknik informatika 1 orang (1,7%). berdasarkan lama bekerja didapatkan bahwa responden yang lama bekerja 1-3 tahun berjumlah 24 orang (41,4 %), untuk responden yang lama bekerja 4-7 tahun berjumlah 8 orang (13,8%), untuk responden yang lama bekerja 8-11 tahun berjumlah 1 orang (1,7 %), dan untuk responden yang lama bekerja lebih dari lima belas tahun berjumlah 25 orang (43,1%). Untuk responden berdasarkan frekuensi melakukan audit mendapatkan hasil bahwa untuk responden yang
75
melakukan audit kurang dari lima kali berjumlah 9 orang (15,5%), untuk responden yang melakukan audit 5-10 kali berjumlah 17 orang (29,3%), untuk responden yang melakukan audit 10-15 kali berjuumlah 5 orang (8,6%) dan untuk responden yang melakukan audit lebih dari lima belas kali berjumlah 27 orang (46,6%). Untuk responden berdasarkan jenis audit yang sering dilakukan mendapatkan hasil bahwa untuk responden yang melakukan general audit berjumlah 15 orang (25,9%), untuk responden yang melakukan operational audit berjumlah 37 orang (63,8%), untuk responden yang melakukan compliance audit berjuumlah 3 orang (5,2%) dan untuk responden yang melakukan audit investigasi berjumlah 3 orang (5,2%). B.
Penemuan 1. Uji Kualitas Data Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung (Corrected Item-Total Correlation) dengan r tabel, dengan kriteria sebagai berikut :
Jika Nilai r hitung > nilai r tabel maka Item Valid
Jika Nilai r hitung < nilai r tabel maka Item Tidak Valid Nilai r tabel dapat diperoleh dimana df = n-2, dalam hal ini n
adalah jumlah sampel atau responden. Pada kasus ini jumlah sampel (n) = 15, maka besarnya df = 58-2 = 56. Dengan alpha = 0.10, maka didapat nilai r tabel = 0.259.
76
Untuk Uji Reliabilitas, dilakukan dengan melihat nilai Alpha Cronbach’s, dengan kriteria sebagai berikut :
Jika nilai Alpha Cronbach’s>0.6 (Nunnaly, (1976) dalam Ghozali (2009:46)) maka suatu konstruk dikatakan reliabel.
Jika nilai Alpha Cronbach’s<0.6 (Nunnaly, (1976) dalam Ghozali (2009:46)) maka suatu konstruk dikatakan tidak reliabel.
a. Pengetahuan (PT) 1) Uji Validitas Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan bantuan Software SPSS 16.0. Tabel 4.6 Uji Validitas Item Pertanyaan No. Corrected Itemr tabel p Total Correlation (r hitung) 0.412 0.259 0.000 PT1 0.339 0.259 0.000 PT2 0.308 0.259 0.000 PT3 0.449 0.259 0.000 PT4 0.320 0.259 0.000 PT5 0.302 0.259 0.001 PT6 Sumber: Data Diolah
Kriteria
Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan Pengetahuan, semua nilai r hitung lebih besar r tabel , maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan Pengetahuan (PT1, PT2, PT3, PT4, PT5, dan PT6) adalah valid.
77
2) Uji Reliabilitas Tabel 4.7 Uji Reliabilitas Konstruk Jumlah Cronbach's Alpha Item 0.678 6 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.678>0.6, sehingga dapat disimpulkan untuk instrumen Pengetahuan adalah reliabel. b. Ciri-ciri Psikologis (CP) 1) Uji Validitas Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan bantuan Software SPSS 16.0. Tabel 4.8 Uji Validitas Item Pertanyaan No. Corrected Itemr P Kriteria Total Correlation tabel (r hitung) 0.519 0.259 0.000 Valid CP1 0.095 0.259 0.095 Tidak Valid CP2 CP3 0.608 0.259 0.000 Valid 0.428 0.259 0.000 Valid CP4 0.522 0.259 0.000 Valid CP5 0.420 0.259 0.000 Valid CP6 0.455 0.259 0.000 Valid CP7 Sumber: Data Diolah Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan Ciriciri Psikologis, terdapat satu butir pertanyaan yang memiliki nilai r hitung lebih kecil dari r tabel. Pada butir pertanyaan CP2 r hitung lebih kecil dari r tabel (0.095<0.259), maka CP2 adalah tidak valid. Sedangkan butir pertanyaan CP1, CP3, CP4, CP5, CP6, dan CP7 r hitung lebih besar dari r tabel, maka butir
78
pertanyaan Ciri-ciri Psikologis (CP1, CP3, CP4, CP5, CP6, dan CP7) adalah valid. 2) Uji Reliabilitas Tabel 4.9 Uji Reliabilitas Konstruk Jumlah Cronbach's Alpha Item 0.712 7 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.712>0.6, sehingga dapat disimpulkan untuk instrumen Ciri-ciri Psikologis adalah reliabel. c. Kemampuan Berpikir (KB) 1) Uji Validitas Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan bantuan Software SPSS 16.0. Tabel 4.10 Uji Validitas Item Pertanyaan No. Corrected Itemr tabel P Total Correlation (r hitung) 0.561 0.259 0.000 KB1 0.539 0.259 0.000 KB2 0.699 0.259 0.000 KB3 0.369 0.259 0.000 KB4 Sumber: Data Diolah
Kriteria
Valid Valid Valid Valid
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan Kemampuan Berpikir, semua nilai r hitung lebih besar r tabel , maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan Kemampuan Berpikir (KB1, KB2, KB3, dan KB4) adalah valid.
79
2) Uji Reliabilitas Tabel 4.11 Uji Reliabilitas Konstruk Jumlah Cronbach's Alpha Item 0.762 4 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.762>0.6, sehingga dapat disimpulkan untuk instrumen Kemampuan Berpikir adalah reliabel. d. Strategi Penentuan Keputusan (PK) 1) Uji Validitas Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan bantuan Software SPSS 16.0. Tabel 4.12 Uji Validitas Item Pertanyaan No. Corrected Itemr tabel P Kriteria Total Correlation (r hitung) 0.504 0.259 0.000 Valid PK1 0.372 0.259 0.000 Valid PK2 0.620 0.259 0.000 Valid PK3 0.171 0.259 0.005 Tidak Valid PK4 0.465 0.259 0.000 Valid PK5 Sumber: Data Diolah Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan Strategi Penentuan Keputusan, terdapat satu butir pertanyaan yang memiliki nilai r hitung lebih kecil dari r tabel. Pada butir pertanyaan PK4 r hitung lebih kecil dari r tabel (0.171<0.259), maka PK4 adalah tidak valid. Sedangkan butir pertanyaan PK1, PK2, PK3, dan PK5 r hitung lebih besar dari r tabel, maka butir
80
pertanyaan Strategi Penentuan Keputusan (PK1, PK2, PK3, dan PK5) adalah valid. 2) Uji Reliabilitas Tabel 4.13 Uji Reliabilitas Konstruk Jumlah Cronbach's Alpha Item 0.703 5 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.703>0.6, sehingga dapat
disimpulkan
untuk
instrumen
Strategi
Penentuan
Keputusan adalah reliabel. e. Analisis Tugas (AT) 1) Uji Validitas Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan bantuan Software SPSS 16.0. Tabel 4.14 Uji Validitas Item Pertanyaan No. Corrected Itemr tabel P Total Correlation (r hitung) 0.640 0.259 0.000 AT1 0.417 0.259 0.000 AT2 0.692 0.259 0.000 AT3 0.677 0.259 0.000 AT4 0.667 0.259 0.000 AT5 Sumber: Data Diolah
Kriteria
Valid Valid Valid Valid Valid
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan Analisis Tugas, semua nilai r hitung lebih besar r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan Analisis Tugas (AT1, AT2, AT3, AT4, dan AT5) adalah valid.
81
2) Uji Reliabilitas Tabel 4.15 Uji Reliabilitas Konstruk Jumlah Cronbach's Alpha Item 0.776 5 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.776>0.6, sehingga dapat disimpulkan untuk instrumen Analisis Tugas adalah reliabel. f. Pengalaman (PL) 1) Uji Validitas Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan bantuan Software SPSS 16.0. Tabel 4.16 Uji Validitas Item Pertanyaan No. Corrected Itemr tabel p Total Correlation (r hitung) 0.396 0.259 0.000 PL1 0.484 0.259 0.000 PL2 0.418 0.259 0.000 PL3 0.502 0.259 0.000 PL4 0.521 0.259 0.000 PL5 0.518 0.259 0.000 PL6 0.608 0.259 0.000 PL7 0.441 0.259 0.000 PL8 0.346 0.259 0.000 PL9 0.247 0.259 0.010 PL10 Sumber: Data Diolah
Kriteria
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan Pengalaman, semua nilai r hitung lebih besar dari r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan Pengalaman
82
(PL1, PL2, PL3, PL4, PL5, PL6, PL7, PL8, PL9, dan PL10) adalah valid. 2) Uji Reliabilitas Tabel 4.17 Uji Reliabilitas Konstruk Jumlah Cronbach's Alpha Item 0.721 10 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.721>0.6, sehingga dapat disimpulkan untuk instrumen Pengalaman adalah reliabel. g. Perilaku Etis (PE) 1) Uji Validitas Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan bantuan Software SPSS 16.0. Tabel 4.18 Uji Validitas Item Pertanyaan No. Corrected Itemr tabel P Total Correlation (r hitung) 0.584 0.259 0.000 PE1 0.438 0.259 0.000 PE2 0.424 0.259 0.000 PE3 0.554 0.259 0.000 PE4 0.196 0.259 0.008 PE5 0.343 0.259 0.000 PE6 Sumber: Data Diolah
Kriteria
Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan Perilaku Etis, terdapat satu butir pertanyaan yang memiliki nilai r hitung lebih kecil dari r tabel. Pada butir pertanyaan PE5 r hitung lebih kecil dari r tabel (0.196<0.259), maka PE5 adalah tidak
83
valid. Sedangkan butir pertanyaan PE1, PE2, PE3, PE4, dan PE6 r hitung lebih besar dari r tabel, maka butir pertanyaan Strategi Perilaku Etis (PE1, PE2, PE3, PE4, dan PE6) adalah valid. 2) Uji Reliabilitas Tabel 4.19 Uji Reliabilitas Konstruk Jumlah Cronbach's Alpha Item 0.690 6 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.690>0.6, sehingga dapat disimpulkan untuk instrumen Perilaku Etis adalah reliabel. h. Pendeteksian Kecurangan (PD) 1) Uji Validitas Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan bantuan Software SPSS 16.0. Tabel 4.20 Uji Validitas Item Pertanyaan No. Corrected Itemr tabel p Total Correlation (r hitung) 0.509 0.259 0.000 PD1 0.684 0.259 0.000 PD2 0.822 0.259 0.000 PD3 0.780 0.259 0.000 PD4 Sumber: Data Diolah
Kriteria
Valid Valid Valid Valid
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan Pendeteksian Kecurangan, semua nilai r hitung lebih besar dari r tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan
84
Pendeteksian Kecurangan (PD1, PD2, PD3, dan PD4) adalah valid. 2) Uji Reliabilitas Tabel 4.21 Uji Reliabilitas Konstruk Jumlah Cronbach's Alpha Item 0.807 4 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.807>0.6, sehingga dapat disimpulkan untuk instrumen Pendeteksian Kecurangan adalah reliabel. i. Pencegahan Kecurangan (PC) 1) Uji Validitas Berikut adalah hasil pengujian dengan menggunakan bantuan Software SPSS 16.0.
No.
PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7 PC8
Tabel 4.22 Uji Validitas Item Pertanyaan Corrected Itemr tabel p Total Correlation (r hitung) 0.583 0.259 0.000 0.722 0.259 0.000 0.693 0.259 0.000 0.600 0.259 0.000 0.563 0.259 0.000 0.716 0.259 0.000 0.570 0.259 0.000 0.468 0.259 0.000
Kriteria
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data Diolah
Dari hasil output dapat dilihat untuk butir pertanyaan Pencegahan Kecurangan, semua nilai r hitung lebih besar dari r
85
tabel, maka dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan Pencegahan Kecurangan (PC1, PC2, PC3, PC4, PC5, PC6, PC7, dan PC8) adalah valid. 2) Uji Reliabilitas Tabel 4.23 Uji Reliabilitas Konstruk Jumlah Cronbach's Alpha Item 0.763 8 Sumber : Data diolah
Dari hasil output didapat nilai alpha 0.763>0.6, sehingga dapat disimpulkan untuk instrumen Pencegahan Kecurangan adalah reliabel. 2. Uji Hipotesis Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan (Fraud) a. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Hasil uji normalitas data menggunakan SPSS 16 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Sumber: data diolah
Gambar 4.3 Uji Normalitas 86
Hasil dari output SPSS Normal P-Plot pada gambar 4.3 memperlihatkan bahwa distribusi dari titik-titik data variabel penelitian (Pengetahuan, Berfikir,
Strategi
Pengalaman,
Ciri-ciri Psikologis,
Penentuan Keputusan,
dan
Perilaku
Etis
Kemampuan
Analisis
terhadap
Tugas,
Pendeteksian
Kecurangan) menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Jadi data pada keseluruhan variabel dapat dikatakan berdistribusi normal. 2) Uji Multikolinearitas Hasil pengujian adanya multikolinearitas dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.24 Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Model
Tolerance
VIF
1 (Constant) PENGETAHUAN
.663
1.508
CIRI PSIKOLOGIS
.498
2.006
KEMAMPUAN BERFIKIR
.569
1.759
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN
.533
1.875
ANALISIS TUGAS
.511
1.956
PENGALAMAN
.607
1.647
PERILAKU ETIS .630 a. Dependent Variable: PENDETEKSIAN KECURANGA
1.587
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.24 terlihat bahwa nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 dan nilai Varian inflation Factor (VIF) tidak
87
lebih dari 10. Dilihat dari tabel diatas maka dapat diketahui nilai VIF secara keseluruhan yang ada pada tabel diatas semuanya diabawah 10 dan nilai tolerance-nya di atas 0.1 dari semua variabel.
Maka
sapat
disimpulkan
hasil
tersebut
mengindikasikan tidak terdapat gejala multikolinearitas terhadap variabel-variabel penelitian yang ada pada tabel diatas sehingga model regresi berganda dapat digunakan dalam penelitian. 3) Uji Heteroskedastisitas Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED yang di perlihatkan gambar berikut ini (Ghazali, 2009:125).
Sumber: data diolah
Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas
88
Berdasarkan grafik Scetterplot terlihat bahwa data tersebar di sekitar titik Nol dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi berganda sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi pengaruh Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis,Kemampuan berfikir, Strategi Penentuan Keputusan, Analisis Tugas, Pengalaman, Perilaku Etis Terhadap Pedeteksian Kecurangan. b. Uji Koefisien Determinasi (R²) Tabel 4.25 Koefisien Determinasi (R²) Model 1
R .743
R Square a
.552
Adjusted R Square .490
Std. Error of the Estimate 1.87684
Sumber: data diolah Penghitungan menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis) untuk menilai keseluruhan model regresi apakah fit dengan data. Kita harus memperhatikan nilai koefisien korelasi (R), nilai koefisien determinasi, nilai F hitung dan nilai t hitung. Hasil output SPSS pada tabel 4.25 menunjukkan nilai koefisien korelasi berganda (R) antara variabel Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis, Kemampuan Berpikir, Strategi Penentuan Keputusan, Pengalaman, dan Perilaku Etis adalah sebesar 0.743. Menurut Gozali (2005:83), nilai (R) sebesar 0.743 menunjukkan bahwa variabel Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis, Kemampuan Berpikir, Strategi
89
Penentuan Keputusan, Pengalaman, dan Perilaku Etis memiliki hubungan yang kuat dengan Pendeteksian Kecurangan. Nilai koefisien determinasi (R²) dalam penelitian ini adalah sebesar 0.552 dan nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R²) sebesar 0.490 Untuk model regresi berganda digunakan (Adjusted R²). Jadi, dalam penelitian ini 49% variabel dependen pendeteksian
kecurangan
dijelaskan oleh
variabel
independen Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis, Kemampuan Berpikir, Strategi Penentuan Keputusan, Pengalaman, dan Perilaku Etis dan sisanya 51% (100% - 49%) dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan yaitu pendidikan, pelatihan, ketekunan, dan lainnya. c. Uji Statistik F Pengujian adanya pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat nilai F yang dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel ANOVA. Tabel 4.26 Hasil Uji F (Anova) Model
Sum of Squares
df
Mean Square
1 Regression
217.271
7
Residual
176.126
50
Total
393.397
57
F
31.039 8.811
Sig. .000
a
3.523
Sumber: data diolah Berdasarkan tabel 4.26 terlihat F hitung adalah 8.811 dengan probabilitas 0.000 karena probabilitas (0.000) jauh lebih kecil dari
90
0.10 dan nilai F tabel (3.19) dengan derajat kebebasan 50, maka dapat disimpulkan bahwa F hitung>F tabel ini berarti signifikan, yang artinya ha1 diterima. Kesimpulannya bahwa terdapat pengaruh yang nyata antara Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis, Kemampuan Berpikir, Strategi Penentuan Keputusan, Pengalaman, dan Perilaku Etis secara bersama-sama dalam Pendeteksian Kecurangan. d. Uji Statistik t Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai t dan p value (Sig.) yang dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel coefficients. Tabel 4.27 Hasil Uji t Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant) PENGETAHUAN CIRI PSIKOLOGIS
Std. Error
-2.449
2.915
.105
.107
Standardized Coefficients t
Beta
Sig.
-.840
.405
.114
.981
.331
-.024
.098
-.033
-.243
.809
KEMAMPUAN BERFIKIR
.076
.130
.074
.587
.560
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN
.332
.147
.293
2.264
.028
ANALISIS TUGAS
.177
.091
.258
1.946
.057
PENGALAMAN
-.017
.067
-.030
-.245
.807
PERILAKU ETIS
.381
.132
.345
2.893
.006
Sumber: data diolah
1) Hasil Pengujian Ha2 Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan, dengan menggunakan uji t dengan penetapan Alpha (taraf
91
kesalahan) 10%, untuk pengetahuan t hitung 0.981
0.10, maka hal ini berarti Ha2 ditolak. Sehingga pengetahuan adalah tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan. 2) Hasil Pengujian Ha3 Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk ciri-ciri psikologis t hitung -0.2430.10, maka hal ini berarti Ha3 ditolak. Sehingga ciri-ciri Psikologis adalah tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan. 3) Hasil Pengujian Ha4 Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk kemampuan berpikir t hitung 0.5870.10, maka hal ini berarti Ha4 ditolak.
Sehingga
kemampuan
berpikir
adalah
tidak
berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan. 4) Hasil Pengujian Ha5 Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan uji signifikansi untuk strategi penentuan keputusan t hitung 2.264>1.676 maka hal ini berarti Ha5 diterima. Kemudian nilai signifikansi strategi penentuan keputusan sebesar 0.028<0.10 menunjukkan strategi penentuan keputusan berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan.
92
5) Hasil Pengujian Ha6 Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk analisis tugas t hitung 1.946>t tabel 1.676 dengan tingkat signifikansi 0.057<0.10, maka hal ini berarti Ha6 diterima. Sehingga analisis tugas berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan. 6) Hasil Pengujian Ha7 Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk pengalaman t hitung -0.2450.10, maka hal ini berarti Ha7 ditolak. Sehingga pengalaman adalah tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan. 7) Hasil Pengujian Ha8 Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk perilaku t hitung 2.893>1.676 maka hal ini berarti Ha7 diterima. Kemudian nilai signifikansi perilaku sebesar 0.006<0.10 menunjukkan perilaku berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan. Kemudian
besarnya
pengaruh
masing-masing
variabel
independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tabel berukut.
93
Tabel 4.28 Hasil Regresi Berganda Variabel Koefisien Probabilitas Konstanta -2.449 .405 Pengetahuan (X1) .105 .331 Ciri-ciri Psikologis (X2) -.024 .809 Kemampuan Berfikir (X3) .076 .560 Strategi Penentuan Keputusan (X4) .332 .028 Analisis Tugas (X5) .177 .057 Pengalaman (X6) -.017 .807 Perilaku Etis (X7) .381 .006 Sumber: data diolah Berdasarkan tabel 4.28 diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = -2.449 + 0.105 X1 – 0.024 X2 + 0.076 X3 + 0.332 X4 + 0.177 X5 – 0.017 X6 + 0.381 X7 3. Uji Hipotesis Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) a. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Hasil uji normalitas data menggunakan SPSS 16 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
94
Sumber: data diolah
Gambar 4.5 Uji Normalitas Hasil dari output SPSS Normal P-Plot pada gambar 4.5 memperlihatkan bahwa distribusi dari titik-titik data variabel penelitian (Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis, Kemampuan Berfikir, Strategi Penentuan Keputusan, Analisis Tugas, Pengalaman,
dan
Perilaku
Kecurangan)
Menyebar
Etis
di sekitar
Terhadap garis
Pencegahan
diagonal dan
penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis diagonal. Jadi data pada keseluruhan variabel dapat dikatakan berdistribusi normal. 2) Uji Multikolinieritas Hasil pengujian adanya multikolinearitas dapat di lihat pada tabel di bawah ini. 95
Tabel 4.29 Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) PENGETAHUAN
.663
1.508
CIRI PSIKOLOGIS
.498
2.006
KEMAMPUAN BERFIKIR
.569
1.759
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN
.533
1.875
ANALISIS TUGAS
.511
1.956
PENGALAMAN
.607
1.647
PERILAKU ETIS
.630
1.587
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 4.29 terlihat bahwa nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 dan nilai Varian inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10. Dilihat dari tabel diatas maka dapat diketahui nilai VIF secara keseluruhan yang ada pada tabel diatas semuanya diabawah 10 dan nilai tolerance-nya di atas 0.1 dari semua variabel. Maka sapat disimpulkan hasil tersebut mengindikasikan
tidak
terdapat
gejala
multikolinearitas
terhadap variabel-variabel penelitian yang ada pada tabel diatas sehingga model regresi berganda dapat digunakan dalam penelitian. 3) Uji Heteroskedastisitas Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SREDID dan ZPRED (Ghazali, 2005:105) yang di perlihatkan gambar 4.6.
96
Sumber: data diolah
Gambar 4.6 Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan grafik Scetterplot terlihat bahwa data tersebar di sekitar titik Nol dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi berganda sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi pengaruh Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis, Kemampuan berfikir, Strategi Penentuan Keputusan, Analisis Tugas, Pengalaman, Perilaku Etis Terhadap Pencegahan Kecurangan. b. Uji Koefisien Determinasi (R²) Tabel 4.30 Koefisien Determinasi (R²) Model R 1
.774
a
R Square
Adjusted Square
.599
.543
R Std. Error of the Estimate 3.54513
Sumber: data diolah 97
Penghitungan
menggunakan
analisis
regresi
berganda
(multiple regression analysis) untuk menilai keseluruhan model regresi apakah fit dengan data. Kita harus memperhatikan nilai koefisien korelasi (R), nilai koefisien determinasi, nilai F hitung dan nilai t hitung. Hasil output SPSS pada tabel 4.30 menunjukkan nilai koefisien korelasi berganda (R) antara variabel Pengetahuan, Ciriciri
Psikologis,
Kemampuan
Berpikir,
Strategi
Penentuan
Keputusan, Pengalaman, dan Perilaku Etis adalah sebesar 0.774. Menurut Gozali (2009:87), nilai (R) sebesar 0.774 menunjukkan bahwa variabel Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis, Kemampuan Berpikir, Strategi Penentuan Keputusan, Pengalaman, dan Perilaku Etis
memiliki
hubungan
yang
kuat
dengan
Pencegahan
Kecurangan. Nilai koefisien determinasi (R Square) dalam penelitian ini adalah sebesar 0.599 dan nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R²) sebesar 0.543 Untuk model regresi berganda digunakan (Adjusted R²). Jadi, dalam penelitian ini 54.3% variabel dependen pendeteksian kecurangan dijelaskan oleh variabel
independen
Pengetahuan,
Ciri-ciri
Psikologis,
Kemampuan Berpikir, Strategi Penentuan Keputusan, Pengalaman, dan Perilaku Etis dan sisanya 45.7% (100% - 54.3%) dijelaskan
98
oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan yaitu pendidikan, pelatihan, ketekunan, dan lainnya. c. Uji Statistik F Pengujian adanya pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dilakukan dengan melihat nilai F yang dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel ANOVA. Tabel 4.31 Hasil Uji F (Anova) Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
937.947
7
133.992
Residual
628.398
50
12.568
1566.345
57
Total
F 10.661
Sig. .000
a
Sumber: data diolah Berdasarkan tabel 4.31 terlihat F hitung adalah 10.811 dengan probabilitas 0.000 karena probabilitas (0.000) jauh lebih kecil dari 0.10 dan nilai F tabel (3.19) dengan derajat kebebasan 50, maka dapat disimpulkan bahwa F hitung>F tabel ini berarti signifikan, yang artinya Ha1 diterima. Kesimpulannya bahwa terdapat pengaruh yang nyata antara Pengetahuan, Ciri-ciri Psikologis, Kemampuan Berpikir, Strategi Penentuan Keputusan, Pengalaman, dan Perilaku Etis secara bersama-sama dalam Pencegahan Kecurangan. d. Uji Statistik t Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependendapat dilihat dari nilai t dan p
99
value (Sig.)yang dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel coefficients. Tabel 4.32 Hasil Uji t Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
Std. Error
Standardized Coefficients t
Beta
-7.454
5.507
PENGETAHUAN
.284
.203
.154
CIRI PSIKOLOGIS
.032
.185
KEMAMPUAN BERFIKIR
.440
.245
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN
.236
.277
ANALISIS TUGAS
Sig.
-1.354
.182
1.399
.168
.022
.174
.862
.213
1.797
.078
.105
.854
.397
.080
.172
.058
.464
.645
PENGALAMAN
-.071
.127
-.064
-.561
.577
PERILAKU ETIS
1.124
.249
.510
4.519
.000
Sumber: data diolah
1) Hasil Pengujian Ha2 Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan uji signifikansi dengan menggunakan uji t dengan penetapan alpha (taraf kesalahan) 10% untuk pengetahuan t hitung 1.3990.10, maka hal ini berarti Ha2 ditolak. Sehingga pengetahuan adalah tidak berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan. 2) Hasil Pengujian Ha3 Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk ciri-ciri psikologis t hitung 0.1740.10, maka hal ini berarti Ha3 ditolak.
100
Sehingga variabel Ciri-ciri Psikologis adalah tidak berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan. 3) Hasil Pengujian Ha4 Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk kemampuan berpikir t hitung 1.797>t tabel 1.676 dengan tingkat signifikansi 0.078<0.10, maka hal ini berarti Ha4 diterima. Sehingga kemampuan berpikir adalah berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan. 4) Hasil Pengujian Ha5 Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk strategi penentuan keputusan t hitung 0.850.10, maka hal ini berarti Ha5 ditolak. Sehingga strategi penentuan keputusan adalah tidak
berpengaruh
secara
nyata
terhadap
pencegahan
kecurangan. 5) Hasil Pengujian Ha6 Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk analisis tugas t hitung 0.4640.10, maka hal ini berarti Ha6 ditolak. analisis tugas adalah tidak berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan.
101
6) Hasil Pengujian Ha7 Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk pengalaman t hitung -0.5610.10, maka hal ini berarti Ha7 ditolak. Sehingga pengalaman adalah tidak berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan. 7) Hasil Pengujian Ha8 Berdasarkan coefficients di atas dapat disimpulkan untuk perilaku etis t hitung 4.519>1.676 maka hal ini berarti Ha8 diterima. Kemudian nilai signifikansi perilaku etis sebesar 0.000<0.10 menunjukkan perilaku etis berpengaruh secara nyata pencegahan kecurangan. Kemudian besarnya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat pada tabel berukut. Tabel 4.33 Hasil Regresi Berganda Variabel Koefisien Konstanta -7.454 Pengetahuan (X1) .284 Ciri-ciri Psikologis (X2) .032 Kemampuan Berfikir (X3) .440 Strategi Penentuan Keputusan (X4) .236 Analisis Tugas (X5) .080 Pengalaman (X6) -.071 Perilaku Etis (X7) 1.124 Sumber: data diolah
Probabilitas .182 .168 .862 .078 .397 .645 .577 .000
102
Berdasarkan tabel 4.33 diperoleh persamaan sebagai berikut: Y = -7.454 + 0.284 X1 + 0.032 X2 + 0.440 X3 + 0.236 X4 + 0.080 X5b – 0.071 X6 + 1.181 X7 C.
Pembahasan dan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis 1.
Hasil Uji Hipotesis Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan (Fraud) a. Pengaruh Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa komponen keahlian internal auditor (komponen pengetahuan, cirriciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis) Inspektorat Jenderal Kementerian mempunyai
Perdagangan pengaruh
secara
yang
nyata
bersama-sama terhadap
(simultan)
pendeteksian
kecurangan. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu semakin tinggi komponen keahlian yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin tinggi pula kemampuan internal auditor dalam mendeteksi kecurangan. Jenis-jenis kecurangan seperti kecurangan pada laporan keuangan baik on book meupun off book, penyalahgunaan aset, dan korupsi dapat dideteksi dengan mudah jika auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan mempunyai keahlian yang tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Darwito (2006), dimana dalam penelitian tersebut Keahlian Auditor yang
103
terdiri atas komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, dan perilaku etis memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap pemeriksaan kecurangan. b. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pendeteksian Kecurangan Pada variabel ini, p value (0.331)>0.10 sehingga Ha2 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Pengetahuan auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pendeteksian Kecurangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa auditor belum memiliki pengetahuan yang memadai dalam mendeteksi kecurangan (fraud). Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan belum mengetahui secara mendalam mengapa seseorang melakukan fraud termasuk penyebab fraud, jenis-jenis fraud, karakteristik fraud, teknik-teknik fraud yang biasa terjadi (Effendi, 2008). Dalam hal ini pengetahuan auditor
Inspektorat
Jenderal Kementerian
Perdagangan tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan karena berdasarkan karakteristik responden diketahui bahwa hanya sebesar 31.1% yang berpendidikan akuntansi. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008). Dimana dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pengetahuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendeteksian kecurangan.
104
c. Pengaruh Ciri-ciri Kecurangan
Psikologis
terhadap
Pendeteksian
Pada variabel ini, p value (0.809)>0.10 sehingga Ha3 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Ciri-ciri Psikologis auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pendeteksian Kecurangan. Hasil di atas menunjukkan bahwa auditor yang memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain, kreativitas,
dan kepercayaan diri tidak menjamin auditor
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan mampu untuk dapat mendeteksi kecurangan (Murtanto dan Gudono, 1999). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008). Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa ciri-ciri psikologis internal auditor berpengaruh positif dan nyata terhadap pendeteksian kecurangan. d. Pengaruh Kemampuan Kecurangan
Berpikir
terhadap Pendeteksian
Pada variabel ini, p value (0.560)>0.10 sehingga Ha4 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kemampuan berpikir auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai
pengaruh
yang
nyata
terhadap
Pendeteksian
Kecurangan. Hasil di atas menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan harus meningkatkan kapasitas
105
yang lebih besar untuk menampung segala macam informasi yang relevan agar mampu beradaptasi pada situasi yang baru, dan mampu dalam mengindari tekanan yang dapat mengganggu objektivitas sehingga mampu mendeteksi kecurangan (Murtanto dan Gudono, 1999). Agar dapat mendeteksi kecurangan yang terjadi auditor harus mampu berpikir seperti pencuri. Oleh karena itu, kemampuan berpikir saja tidak cukup dimiliki oleh auditor akan tetapi harus dibarengi dengan komponen keahlian lainnya agar auditor semakin mampu dalam mendeteksi kecurangan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008). Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir internal auditor berpengaruh positif dan nyata terhadap pendeteksian kecurangan. e. Pengaruh Strategi Penentuan Pendeteksian Kecurangan
Keputusan
terhadap
Pada variabel ini, p value (0.028)<0.10 sehingga Ha5 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa Strategi Penentuan Keputusan auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan mempunyai
pengaruh
yang
nyata
terhadap
Pendeteksian
Kecurangan. Hubungan antara Strategi Penentuan Keputusan auditor terhadap pendeteksian kecuranga bersifat positif. Semakin objektif auditor mengambil keputusan, maka akan semakin besar pula kecenderungan auditor untuk dapat mendeteksi kecurangan.
106
Menurut Alba dan Hutchison (1987) dalam Murtanto dan Gudono (1999) menyatakan bahwa peningkatan keakuratan pengambilan keputusan karena menggunakan informasi yang atipikal (tidak biasa) hanya sesuai dengan orang-orang yang ahli. Kondisi ini disebabkan karena mereka lebih sensitif dengan ketidakharmonisan dibanding akuntan yang kurang ahli. Artinya, auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan cenderung lebih dapat mendeteksi kecurangan karena
mampu mengambil
keputusan secara objektif serta memiliki sensitifitas terhadap ketidakbiasaan-ketidakbiasaan yang terjadi sehingga pengambilan keputusan terhadap terdapat atau tidaknya kecurangan menjadi akurat. Hasil penelitian ini konsisten penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008). Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa strategi penentuan keputusan internal auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendeteksian kecurangan. f. Pengaruh Analisis Tugas terhadap Pendeteksian Kecurangan Pada variabel ini, p value (0.057)<0.10 sehingga Ha6 diterima. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kemampuan analisis
tugas
auditor
Inspektorat
Jenderal
Kementerian
Perdagangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Pendeteksian Kecurangan. Hubungan antara Analisis Tugas auditor terhadap pendeteksian kecuranga bersifat positif. Semakin besar
107
kemampuan auditor dalam menganalisis tugas maka auditor akan mampu lebih baik dalam mendeteksi kecurangan. Hasil diatas menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan cenderung lebih dapat mendeteksi kecurangan karena mampu memahami dan mampu melakukan penilaian terhadap kesulitan tugas
dengan baik. Agar dapat
mendeteksi kecurangan dengan tepat, auditor dituntut untuk memiliki
kemampuan
dalam
menganalisis
tugasnyayang
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit sehingga mampu dalam
menentukan
keputusan
terhadap
suatu
kecurangan.
(Murtanto dan Gudono, 1999) Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Khamidah (2000) dalam Darwito (2006). Dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa kemampuan analisis tugas auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemeriksaan kecurangan. g. Pengaruh Pengalaman terhadap Pendeteksian Kecurangan Pada variabel ini, p value (0.807)>0.10 sehingga Ha7 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Pengalaman auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pendeteksian Kecurangan. Hasil di atas menunjukkan jika keahlian auditor Inspektorat Jenderal
108
Kementerian Perdagangan hanya berupa pengalaman maka auditor belum mampu untuk dapat mendeteksi kecurangan. Pemeriksaan kecurangan lebih merupakan sebagai proses intuitif bukan suatu metodologi analitis formal. Keahlian dalam pemeriksaan kecurangan tergantung pada mind set (pengalaman) karena pemeriksaan kecurangan terutama dipelajari melalui pengalaman bukan dari buku-buku teks audit maupun kertas kerja tahun lalu (Darwito, 2006). Pengalaman dalam penelitian ini tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap pendeteksian kecurangan disebabkan oleh auditor yang memiliki masa kerja antara 1 sampai dengan tiga tahun sebesar 41.4%. Dan frekuensi auditor dalam melakukan audit sebanyak lebih dari 15 kali hanya sebesar 46.6%. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartoko dkk (1997). Dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap perhatian seorang auditor tentang kekeliruan yang terjadi. Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Bulchia
(2008)
yang
menyatakan
bahwa
auditor
yang
berpengalaman cenderung lebih dapat mendeteksi kecurangan. h. Pengaruh Perilaku Etis terhadap Pendeteksian Kecurangan Pada variabel ini, p value (0.006)<0.10 sehingga Ha8 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa Perilaku Etis auditor Inspektorat
Jenderal
Kementerian
Perdagangan
mempunyai
109
pengaruh
yang
nyata
terhadap
Pendeteksian
Kecurangan.
Hubungan antara Perilaku Etis auditor terhadap pendeteksian kecurangan bersifat positif. Semakin mampu auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan berperilaku etis, maka akan semakin besar pula kecenderungan auditor untuk dapat mendeteksi kecurangan. Beradasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara yaitu PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada bagian standar umum poin kelima disebutkan bahwa ”auditor harus mematuhi Kode
Etik
yang
ditetapkan”.
Auditor
tidak
saja
harus
menggunakan seluruh kemampuan dan kecermatannya tetapi juga dituntut untuk mematuhi kode etik yang ditetapkan. Dengan demikian kompetensi dan etika harus dipenuhi secara bersamaan. Hasil diatas menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan cenderung lebih dapat
mendeteksi
kecurangan karena memiliki perilaku yang etis sebagai auditor internal pemerintah karena telah mampu untuk mematuhi kode etik sebagai auditor internal pemerintah sehingga pendeteksian kecurangan dapat dilakukan dengan tepat. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2008) yang menyatakan bahwa perilaku tida etis auditor berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap
110
kecurangan akuntansi pemerintahan. Artinya semakin etis perilaku birokrat tidak berpengaruh secara nyata dalam menurunkan tingkat kecurangan pemerintah. 2.
Hasil Uji Hipotesis Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud) a. Pengaruh Komponen Keahlian Internal Auditor terhadap Pencegahan Kecurangan Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa komponen keahlian internal auditor (komponen pengetahuan, cirri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis) Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan secara bersamasama (simultan) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pencegahan kecurangan. Pengaruh yang ditimbulkan adalah positif, yaitu semakin tinggi komponen keahlian yang dimiliki oleh seorang auditor, maka semakin tinggi pula kemampuan internal auditor dalam mecegah kecurangan. Keahlian
auditor
Inspektorat
Jenderal
Kementerian
Perdagangan yang meliputi komponen pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis sangat diperlukan terutama dalam pencegahan kecurangan. Menghilangkan atau mengeliminir sebab-sebab timbulnya kecurangan dapat dilakukan dengan mengefektifkan pengendalian internal, fraud awareness,
111
dan
menilai
risiko
terjadinya
fraud.
Keberhasilan
dalam
mengefektifkan pengendalian internal baik secara aktif maupun pasif dapat terwujud jika auditor memiliki keahlian yang tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Darwito (2006). Dimana dalam penelitian tersebut Keahlian Auditor yang terdiri atas komponen pengetahuan, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, dan perilaku etis memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap pemeriksaan kecurangan. b. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pencegahan Kecurangan Pada variabel ini, p value (0.168)>0.10 sehingga Ha2 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Pengetahuan auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan. Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang digunakan Murtanto dan Gudono (1999) yang menjelaskan bahwa komponen keahlian merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen pengetahuan meliputi komponen seperti pengetahuan terhadap
fakta-fakta
dan
prosedur-prosedur.
Penelitian
ini
menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan belum mengetahui secara mendalam sebab-sebab terjadinya fraud (Effendi, 2008). Dalam hal ini pengetahuan auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan
112
karena berdasarkan karakteristik responden diketahui bahwa hanya sebesar
31.1%
yang berpendidikan akuntansi.
Pencegahan
kecurangan dapat dilakukan dengan pengendalian internal aktif maupun pasif (Tuanakotta, 2007:164). Sedangkan, pengetahuan akan pengendalian internal sebagian besar diperoleh melalui pendidikan akuntansi. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008) yang mengungkapkan bahwa pengetahuan berpengaruh positif dan nyata terhadap pencegahan kecurangan. Penelitian ini berbeda pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Khamidah (2000) dalam Darwito (2006) dalam Darwito (2006),
penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan
berpengaruh positif dan nyata pemeriksaan kecurangan. c. Pengaruh Ciri-ciri Kecurangan
Psikologis
terhadap
Pencegahan
Pada variabel ini, p value (0.862)>0.10 sehingga Ha3 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Ciri-ciri Psikologis auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan. Semakin baik ciri-ciri psikologis auditor tidak menjamin bahwa auditor akan mampu lebih baik dalam mencegah kecurangan. Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang digunakan Murtanto dan Gudono (1999) yang menjelaskan bahwa ciri-ciri psikologis merupakan self-presentation-image attributes of experts
113
seperti kemampuan di dalam berkomunikasi, kreativitas, bekerja sama dengan orang lain, dan kepercayaan kepada keahlian. Kepercayaan,
komunikasi,
dan
kemampuan
bekerja
sama
merupakan hal terpenting bagi auditor dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Hasil di atas menunjukkan bahwa auditor
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan belum memiliki kemampuan yang nyata dalam berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain, kreativitas, dan kepercayaan diri sehingga belum mampu untuk dapat mencegah kecurangan apabila tidak dibarengi oleh komponen keahlian lainnya. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh
Sinaga
(2008).
Dalam
penelitiannya
mengungkapkan bahwa ciri-ciri psikologis internal auditor berpengaruh positif dan nyata terhadap pencegahan kecurangan. d. Pengaruh Kemampuan Kecurangan
Berpikir
terhadap
Pencegahan
Pada variabel ini, p value (0.078)<0.10 sehingga Ha4 diterima. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kemampuan berpikir auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan mempunyai
pengaruh
yang
nyata
terhadap
Pencegahan
Kecurangan. Hubungan antara Kemampuan Berpikir terhadap Pencegahan Kecurangan bersifat positif. Semakin baik kemampuan berpikir auditor maka auditor akan mampu lebih baik dalam mencegah kecurangan.
114
Penelituan ini mendukung teori yang digunakan Murtanto dan Gudono (1999), kemampuan berpikir merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengolah informasi. Karakteristik kemampuan berpikir meliputi kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru dan ambigius, perhatian pada fakta-fakta yang relevan dan kemampuan untuk mengabaikan fakta yang tidak relevan merupakan susatu kemampuan yang efektif untuk menghindari tekanan-tekanan.
Teori yang digunakan Darwito (2006) juga
mengemukakan bahwa belajar menjadi seorang fraud auditor berarti belajar untuk berpikir seperti pencuri ”dimanakah letak kerangka terlemah dari rantai pengendalian intern”. Dengan mengetahui memudahkan
kelemahan auditor
pengendalian internal
dapat
intern
maka
menghilangkan
akan atau
mengeliminir sebab-sebab terjadinya kecurangan karena auditor internal telah berupaya memasang pagar-pagar pengamanan baik secara aktif maupun pasif untuk melindungi aset. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh
Sinaga
(2008).
Dalam
penelitiannya
mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir internal auditor berpengaruh positif dan nyata terhadap pencegahan kecurangan. e. Pengaruh Strategi Penentuan Keputusan terhadap Pencegahan Kecurangan Pada variabel ini, p value (0.397)>0.10 sehingga Ha5 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa strategi penentuan
115
keputusan auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan. Menurut Alba dan Hutchison (1987) dalam Murtanto dan Gudono (1999) menyatakan bahwa peningkatan keakuratan pengambilan keputusan karena menggunakan informasi yang atipikal (tidak biasa) hanya sesuai dengan orang-orang yang ahli. Kondisi ini disebabkan karena mereka lebih sensitif dengan ketidakharmonisan dibanding akuntan yang kurang ahli. auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan cenderung hanya dapat mendeteksi kecurangan karena
mampu mengambil
keputusan secara objektif serta memiliki sensitifitas terhadap ketidakbiasaan-ketidakbiasaan yang terjadi sehingga pengambilan keputusan terhadap terdapat atau tidaknya kecurangan menjadi akurat. Akan tetapi auditor belum mampu mengambil keputusan yang akurat mengenai cara-cara pencegahan kecurangan melalui pengendalian intern, fraud awareness, dan upaya menilai risiko terjadinya fraud. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008). Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa strategi penentuan keputusan internal auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan kecurangan.
116
f. Pengaruh Analisis Tugas terhadap Pencegahan Kecurangan Pada variabel ini, p value (0.645)>0.10 sehingga Ha6 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa kemampuan analisis tugas auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai
pengaruh
yang
nyata
terhadap
Pencegahan
Kecurangan. Penelitian ini menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan cenderung cenderung hanya mampu memahami dan melakukan penilaian terhadap kesulitan tugas
untuk mendeteksi kecurangan. Agar dapat mengeliminir
sebab-sebab memiliki
terjadinya
kemampuan
kecurangan, dalam
auditor
menganalisis
dituntut untuk tugasnya
yang
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman audit sehingga mampu dalam mengatasi berbagai macam kecurangan. (Murtanto dan Gudono, 1999). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Khamidah (2000) dalam Darwito (2006) dalam Darwito (2006). Dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa kemampuan analisis tugas auditor berpengaruh positif dan nyata terhadap pemeriksaan kecurangan. g. Pengaruh Pengalaman terhadap Pencegahan Kecurangan Pada variabel ini, p value (0.577)>0.10 sehingga Ha7 ditolak. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa Pengalaman auditor
117
Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan tidak mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan. Penelitian ini tidak mendukung teori yang digunakan oleh Bouwman dan Bradley (1997:93) dalam Budisusetyo, dkk (2005) pengalaman didefinisikan sebagai lamanya waktu dalam bekerja di bidangnya. Ketika auditor menjadi lebih berpengalaman, maka auditor menjadi lebih sadar terhadap kecurangan serta lebih menonjol dalam menganalisa yang berkaitan dengan kecurangan tersebut. Mohammadi dan Wright (1987) dalam Sumardi dan Hardiningsih (2001) dalam Budisusetyo, dkk (2005) menyatakan bahwa pengalaman ternyata secara signifikan mempengaruhi pembuatan keputusan audit pada waktu kompleksitas penugasan yang dihadapi oleh auditor. Demikian pula menurut Libby dan Frederick (1990) dalam Ashton (1991), bahwa auditor yang berpengalaman memperlihatkan pengetahuan yang lebih lengkap mengenai kesalahan yang ada dalam laporan keuangan. Dengan banyaknya pengalaman auditor, akan dapat memberikan masukan rinci terhadap masalah dan solusinya. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartoko dkk (1997). Dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa pengalaman berpengaruh positif dan nyata terhadap perhatian seorang auditor tentang kekeliruan yang terjadi.
118
h. Pengaruh Perilaku Etis terhadap Pencegahan Kecurangan Pada variabel ini, p value (0.000)<0.10 sehingga Ha8 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa Perilaku Etis auditor Inspektorat
Jenderal
Kementerian
Perdagangan
mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap Pencegahan Kecurangan. Hubungan antara Perilaku Etis auditor terhadap pencegahanan kecuranga bersifat positif. Semakin mampu auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan berperilaku etis, maka akan semakin besar pula kecenderungan auditor untuk dapat mencegah kecurangan. Penelitian
ini
mendukung Peraturan
Menteri Negara
Pemberdayaan Aparatur Negara yaitu PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada bagian standar umum poin kelima disebutkan bahwa ”auditor harus mematuhi Kode Etik yang ditetapkan”. Hasil di atas menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan cenderung lebih dapat mencegah kecurangan karena memiliki perilaku yang etis sebagai auditor internal pemerintah. Di tengahtengah perkembangan zaman yang sedang banyak terjadi degradasi moral
ternyata
audior
Inspektorat
Jenderal
Kementerian
Perdagangan mampu bersikap independen dengan tetap mematuhi kode etik sebagai auditor internal pemerintah sehingga pencegahan
119
kecurangan dapat dilakukan dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh pimpinan lembaga. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2008) yang mengungkapkan bahwa perilaku
etis internal auditor berpengaruh nyata terhadap
pencegahan
kecurangan.
Berbeda
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Wilopo (2008) yang menyatakan bahwa perilaku tida etis auditor berpengaruh positif namun tidak nyata terhadap kecurangan akuntansi pemerintahan. Artinya semakin etis perilaku birokrat tidak berpengaruh secara nyata dalam menurunkan tingkat kecurangan pemerintah.
120
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Hasil uji regresi dibentuk bahwa variabel strategi penentuan keputusan, analisis tugas, dan perilaku etis berpengaruh positif dan nyata terhadap pendeteksian kecurangan. Sedangkan variabel pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, dan pengalaman tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendeteksian kecurangan. Variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap pendeteksian kecurangan adalah variabel perilaku etis.
2.
Hasil uji regresi dibentuk bahwa variabel kemampuan berpikir dan perilaku etis berpengaruh positif dan nyata terhadap pencegahan kecurangan. Sedangkan variabel pengetahuan, ciri-ciri psikologis, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, dan pengalaman tidak berpengaruh secara nyata terhadap pencegahan kecurangan. Variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap pencegahan kecurangan adalah variabel perilaku etis.
121
B.
Implikasi Implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk meningkatkan kemampuan auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan dalam hal pendeteksian dan pencegahan kecurangan, diperlukan upaya peningkatan komponen keahlian auditor secara bersama-sama (simultan) serta tidak dapat dilakukan secara partial. Hal ini menunjukkan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan harus memiliki ketujuh komponen keahlian (pengetahuan, ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentuan keputusan, analisis tugas, pengalaman, dan perilaku etis) agar dapat mendeteksi dan mencegah kecurangan (fraud). Jika auditor internal dapat mendeteksi dan mencegah kecurangan yang terjadi, maka auditor internal lebih mudah melakukan investigasi audit atas kecurangan yang terjadi, dimana investigasi audit merupakan pelaksanaan lebih lanjut bagi auditor internal untuk mendapatkan keyakinan memadai bahwa kecurangan yang telah terdeteksi benarbenar terjadi.
2.
Hasil dari penelitian ini juga memberikan implikasi bahwa komponen strategi penentuan keputusan, analisis tugas, dan perilaku etis memiliki pengaruh yang nyata terhadap pendeteksian kecurangan di Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan, terutama komponen perilaku etis yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap pendeteksian kecurangan. Berdasarkan hasil penelitian ini pula didapat bahwa 122
komponen kemampuan berpikir dan perilaku etis memiliki pengaruh yang nyata terhadap pencegahaan kecurangan di Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan, terutama komponen perilaku etis yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap pencegahan kecurangan. Hal ini mengindikasikan bahwa auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan memiliki serta menjunjung tinggi perilaku yang etis sebagai auditor sehingga dapat mendeteksi dan mencegah kecurangan (fraud). C.
Keterbatasan Hasil penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu : 1.
Responden penelitian ini adalah hanya pada auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan, serta tidak melibatkan auditor internal pemerintah yang lain, sehingga mengurangi kemampuan generalisasi.
2.
Pengukuran seluruh variabel dilakukan secara subyektif atau berdasarkan persepsi responden, yang akan menimbulkan masalah bila persepsi responden berbeda dengan keadaan yang sebenarnya.
D.
Saran Atas dasar kesimpulan di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut : 1.
Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas area penelitian, tidak hanya pada satu kementerian saja, sehingga lebih dapat digeneralisasikan. 123
2.
Inspektorat
Jenderal
Kementerian
Perdagangan
hendaknya
mengevaluasi dan meningkatkan keahlian yang dimiliki oleh auditor sehinggga jika terjadi kecurangan pada Kementerian Perdagangan dapat lebih terdeteksi dan dapat dicegah semaksimal mungkin. 3.
Auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Perdagangan hendaknya lebih sadar lagi akan pentingnya keahlian sebagai auditor dalam menjalankan tugas dan fungsinya terutama dalam melakukan pendeteksian dan pencegahan kecurangan agar penyebab maupun kecurangan itu sendiri dapat diminimalisir.
4.
Ketika membagi kuesioner kepada responden, sebaiknya peneliti memastikan bahwa responden mengerti maksud dari kuesioner yang akan diisi, misalnya dengan cara peneliti memberikan penjelasan secara langsung kepada responden agar data yang diperoleh nantinya tidak bias dan sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian ini.
124
Frequencies [DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BAB IV\DESKRIPTIF RESPONDEN\DESKRIPTIF RESPONDEN.sav
Statistics WILAYAH
PENDIDIKAN
INSPEKTORAT N
Valid Missing
JABATAN
FREKUENSI JURUSAN
TERAKHIR
58
58
58
58
58
58
0
0
0
0
0
0
0
WILAYAH INSPEKTORAT Cumulative
Valid
JENIS AUDIT
AUDIT
58
Frequency Table
Frequency
LAMA BEKERJA
Percent
Valid Percent
Percent
IR I
13
22.4
22.4
22.4
IR II
16
27.6
27.6
50.0
IR III
14
24.1
24.1
74.1
IR IV
15
25.9
25.9
100.0
Total
58
100.0
100.0
JABATAN Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
AUDITOR AHLI MADYA
10
17.2
17.2
17.2
AUDITOR AHLI MUDA
6
10.3
10.3
27.6
AUDITOR AHLI PERTAMA
14
24.1
24.1
51.7
CALON AUDITOR
10
17.2
17.2
69.0
PELAKSANA
18
31.0
31.0
100.0
Total
58
100.0
100.0
PENDIDIKAN TERAKHIR Cumulative Frequency Valid
Percent
Percent
Valid Percent
Percent
S1
48
82.8
82.8
82.8
S2
10
17.2
17.2
100.0
Total
58
100.0
100.0
JURUSAN Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
AKUNTANSI
18
31.0
31.0
31.0
MANAJEMEN
15
25.9
25.9
56.9
HUKUM
15
25.9
25.9
82.8
EKONOMI PEMBANGUNAN
1
1.7
1.7
84.5
ADMINISTRASI NEGARA
6
10.3
10.3
94.8
EKONOMI PERTANIAN
2
3.4
3.4
98.3
TEKNIK INFORMATIKA
1
1.7
1.7
100.0
58
100.0
100.0
Total
LAMA BEKERJA Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
1 - 3 TAHUN
24
41.4
41.4
41.4
4 - 7 TAHUN
8
13.8
13.8
55.2
8 - 11 TAHUN
1
1.7
1.7
56.9
< 11 TAHUN
25
43.1
43.1
100.0
Total
58
100.0
100.0
FREKUENSI AUDIT Cumulative Frequency Valid
> 5 KALI
Percent
Valid Percent
Percent
9
15.5
15.5
15.5
5 - 10 KALI
17
29.3
29.3
44.8
10 - 15 KALI
5
8.6
8.6
53.4
< 15 KALI
27
46.6
46.6
100.0
Total
58
100.0
100.0
JENIS AUDIT Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
GENERAL AUDIT
15
25.9
25.9
25.9
OPERATIONAL AUDIT
37
63.8
63.8
89.7
COMPLIANCE AUDIT
3
5.2
5.2
94.8
AUDIT INVESTIGASI
3
5.2
5.2
100.0
58
100.0
100.0
Total
PENGETAHUAN Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 58
100.0
0
.0
58
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.678
7 Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
pt1
3.7586
1.06475
58
pt2
3.7414
.98338
58
pt3
3.8793
1.04424
58
pt4
3.3276
1.06603
58
pt5
3.7759
.79567
58
pt6
4.2931
.70109
58
22.7759
2.84107
58
PENGETAHUAN
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Item Deleted
Item Deleted
Corrected Item- Cronbach's Alpha Total Correlation
if Item Deleted
pt1
41.7931
26.623
.412
.642
pt2
41.8103
27.806
.339
.658
pt3
41.6724
27.803
.308
.663
pt4
42.2241
26.247
.449
.634
pt5
41.7759
28.914
.320
.665
pt6
41.2586
29.493
.302
.670
PENGETAHUAN
22.7759
8.072
1.000
.389
Scale Statistics Mean
Variance
Std. Deviation
N of Items
Scale Statistics Mean
Variance
45.5517
Std. Deviation
32.287
N of Items
5.68214
7
CIRI PSIKOLOGIS
Reliability [DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\DATA ASLI.sav
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid
% 58
100.0
0
.0
58
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .712
N of Items 8
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
cp1
3.7759
.87946
58
cp2
3.6552
.94686
58
cp3
3.8621
.98138
58
cp4
4.1552
1.07282
58
cp5
4.0345
1.15418
58
cp6
4.2931
.49590
58
cp7
3.7241
1.23960
58
27.5000
3.68615
58
Ciri-Ciri Psikologis
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
if Item Deleted
cp1
51.2241
47.300
.519
.680
cp2
51.3448
52.160
.095
.728
cp3
51.1379
45.349
.608
.664
cp4
50.8448
46.905
.428
.686
cp5
50.9655
44.946
.522
.669
cp6
50.7069
51.123
.420
.705
cp7
51.2759
45.221
.455
.678
Ciri-Ciri Psikologis
27.5000
13.588
1.000
.574
Scale Statistics Mean
Variance
55.0000
Std. Deviation
54.351
N of Items
7.37230
8
KEMAMPUAN BERFIKIR Reliability [DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 58
100.0
0
.0
58
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .762
N of Items 5
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
kb1
3.8448
1.00528
58
kb2
4.0690
.97084
58
kb3
3.9483
.96286
58
kb4
4.1724
.86121
58
16.0345
2.54066
58
KEMAMPUAN BERFIKIR
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Item Deleted
Item Deleted
Corrected Item- Cronbach's Alpha Total Correlation
if Item Deleted
kb1
28.2241
19.791
.561
.723
kb2
28.0000
20.175
.539
.730
kb3
28.1207
19.020
.699
.692
kb4
27.8966
22.094
.369
.770
KEMAMPUAN BERFIKIR
16.0345
6.455
1.000
.585
Scale Statistics Mean 32.0690
Variance
Std. Deviation
25.820
N of Items
5.08131
5
Correlations [DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav Correlations KEMAMPUAN kb1 kb1
kb2
.116
.000
.491
.000
58
58
58
58
58
Pearson Correlation
.209
1
**
.153
Sig. (2-tailed)
.116
.002
.250
.000
58
58
58
58
**
1
.201
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
1
58 **
.481
.209
.398
.000
.002
58
58
Pearson Correlation
.092
Sig. (2-tailed)
N kb4
BERFIKIR
.092
N
kb3
kb4 **
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
kb2
kb3
N
.481
.398
**
.689
**
.668
**
.790
.130
.000
58
58
58
.153
.201
1
.491
.250
.130
58
58
58
**
.510
.000 58
58
KEMAMPUAN BERFIKIR
**
Pearson Correlation
**
.689
Sig. (2-tailed) N
.668
**
.790
.000
.000
.000
.000
58
58
58
58
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN Reliability [DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\DATA ASLI.sav
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 58
100.0
0
.0
58
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .703
N of Items 6
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
pk1
3.9138
.88426
58
pk2
4.0690
.83481
58
pk3
4.4655
.70625
58
pk4
3.7759
1.02672
58
pk5
3.8276
1.02833
58
20.0517
2.49506
58
Strategi Penentuan Keputusan
**
.510
1
58
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Item Deleted
Item Deleted
Corrected Item- Cronbach's Alpha Total Correlation
if Item Deleted
pk1
36.1897
20.121
.504
.658
pk2
36.0345
21.332
.372
.686
pk3
35.6379
20.446
.620
.650
pk4
36.3276
22.189
.171
.728
pk5
36.2759
19.607
.465
.660
20.0517
6.225
1.000
.429
Strategi Penentuan Keputusan
Scale Statistics Mean
Variance
40.1034
Std. Deviation
24.901
N of Items
4.99013
6
ANALISIS TUGAS Reliability [DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\DATA ASLI.sav
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 58
100.0
0
.0
58
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .776
N of Items 6
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
at1
3.4310
1.18636
58
at2
3.8276
.75249
58
at3
3.8966
.78784
58
at4
3.5862
1.25704
58
at5
3.1897
1.36955
58
17.9310
3.81990
58
Analisis Tugas
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Item Deleted
Item Deleted
Corrected Item- Cronbach's Alpha Total Correlation
if Item Deleted
at1
32.4310
46.600
.640
.734
at2
32.0345
53.227
.417
.779
at3
31.9655
50.034
.692
.750
at4
32.2759
45.326
.677
.724
at5
32.6724
44.329
.667
.721
Analisis Tugas
17.9310
14.592
1.000
.732
Scale Statistics Mean 35.8621
Variance 58.367
Std. Deviation 7.63980
N of Items 6
Correlations [DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\DATA ASLI.sav Correlations at1 at1
at2
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
**
.348
**
.727
**
.000
58
58
58
58
58
58
Pearson Correlation
.183
1
.236
.146
Sig. (2-tailed)
.169
.075
.275
.002
.000
58
58
58
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
58
58
58
**
.236
1
.000
.075
58
58
**
.146
.000
.275
.000
58
58
58
**
**
**
.480
.475
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.348
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.407
.576
**
.407
.425
**
**
.496
.744
**
**
.000
.001
.000
58
58
58
58
**
1
.576
.425
.383
**
.761
**
.003
.000
58
58
58
**
1
.383
.760
**
.007
.002
.001
.003
58
58
58
58
58
58
**
**
**
**
**
1
N Analisis Tugas
.475
.007
N
at5
**
Analisis Tugas
.000
Sig. (2-tailed)
at4
.480
at5
.000
N at3
.183
at4
.169
N at2
at3
.727
.496
.744
.761
.000
.760
.000
.000
.000
.000
.000
58
58
58
58
58
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
58
PENGALAMAN Reliability [DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 58
100.0
0
.0
58
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.721
11
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
pl1
3.9138
.90388
58
pl2
4.0345
.87791
58
pl3
3.3276
1.04944
58
pl4
3.0862
1.27437
58
pl5
3.7759
1.00948
58
pl6
3.7414
1.03552
58
pl7
3.9483
.68627
58
pl8
4.0172
.51269
58
pl9
4.1724
.75249
58
pl10
3.9483
.88699
58
37.9655
4.73496
58
PENGALAMAN
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted
Item Deleted
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Total Correlation
if Item Deleted
pl1
72.0172
82.368
.396
.705
pl2
71.8966
81.252
.484
.699
pl3
72.6034
80.700
.418
.701
pl4
72.8448
76.835
.502
.688
pl5
72.1552
79.291
.521
.692
pl6
72.1897
79.069
.518
.692
pl7
71.9828
81.666
.608
.697
pl8
71.9138
85.238
.441
.712
pl9
71.7586
84.327
.346
.711
pl10
71.9828
84.859
.247
.717
PENGALAMAN
37.9655
22.420
1.000
.690
Scale Statistics Mean 75.9310
Variance 89.679
Std. Deviation 9.46992
N of Items 11
PERILAKU ETIS Reliability
[DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\DATA ASLI.sav
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 58
100.0
0
.0
58
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.690
7
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
pe1
4.2414
.62996
58
pe2
4.3621
.51973
58
pe3
4.3793
.52407
58
pe4
4.0690
.81353
58
pe5
4.1207
.79643
58
pe6
3.4483
1.35300
58
24.6207
2.53279
58
Perilaku Etis
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Item Deleted
Item Deleted
Corrected Item- Cronbach's Alpha Total Correlation
if Item Deleted
pe1
45.0000
21.825
.584
.645
pe2
44.8793
23.196
.438
.672
pe3
44.8621
23.244
.424
.673
pe4
45.1724
20.882
.554
.636
pe5
45.1207
23.511
.196
.697
pe6
45.7931
19.711
.343
.673
Perilaku Etis
24.6207
6.415
1.000
.439
Scale Statistics Mean 49.2414
Variance
Std. Deviation
25.660
N of Items
5.06557
7
Correlations [DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\DATA ASLI.sav Correlations pe1 pe1
Pearson Correlation
pe2 1
Sig. (2-tailed) N pe2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
pe3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
**
.344
Perilaku Etis
**
.011
.262
*
.663
**
.001
.006
.008
.936
.047
.000
58
58
58
58
58
58
58
**
1
**
.189
.189
-.035
.000
.156
.155
.793
.000
58
58
58
58
58
58
**
1
.308
*
.014
.003
.019
.914
.980
.000 58
.425
.001 58 .355
**
.518
.518
.519
.507
**
**
58
58
58
58
58
**
.189
.308
*
1
.285
*
.115
.008
.156
.019
.030
.391
.000
58
58
58
58
58
58
58
Pearson Correlation
.011
.189
.014
.285
*
1
-.198
Sig. (2-tailed)
.936
.155
.914
.030
58
58
58
58
Pearson Correlation
N
.344
.660
.345
**
**
.137
.008
58
58
58
1
Pearson Correlation
.262
*
-.035
.003
.115
-.198
Sig. (2-tailed)
.047
.793
.980
.391
.137
58
58
58
58
58
58
58
**
**
**
**
**
**
1
N Perilaku Etis
.355
pe6
58
N
pe6
**
pe5
.000
Sig. (2-tailed)
pe5
.425
pe4
.006
N pe4
pe3
Pearson Correlation
.663
.519
.507
.660
.345
.568
**
.000
.568
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.000
.008
.000
58
58
58
58
58
58
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
PENDETEKSIAN KECURANGAN Reliability [DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 58
100.0
0
.0
58
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .807
N of Items 5
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
pd1
4.1034
.87238
58
pd2
3.9655
.74846
58
pd3
4.2586
.86977
58
pd4
4.0345
.89767
58
16.3621
2.62711
58
PENDETEKSIAN KECURANGAN
58
Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Item Deleted
Item Deleted
Corrected Item- Cronbach's Alpha Total Correlation
if Item Deleted
pd1
28.6207
22.626
.509
.802
pd2
28.7586
22.221
.684
.780
pd3
28.4655
20.394
.822
.743
pd4
28.6897
20.463
.780
.748
16.3621
6.902
1.000
.776
PENDETEKSIAN KECURANGAN
Scale Statistics Mean
Variance
32.7241
Std. Deviation
27.607
N of Items
5.25422
5
Correlations [DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav Correlations PENDETEKSIAN pd1 pd1
pd2
.037
.002
.067
.000
58
58
58
58
58
Pearson Correlation
.274*
1
.526**
.602**
.756**
Sig. (2-tailed)
.037
.000
.000
.000
N
N pd3
.274
.403
.626
**
58
58
58
58
58
.403**
.526**
1
.752**
.872**
.002
.000
.000
.000
58
58
58
58
58
Pearson Correlation
.242
.602**
.752**
1
.843**
Sig. (2-tailed)
.067
.000
.000
58
58
58
58
58
.626**
.756**
.872**
.843**
1
.000
.000
.000
.000
58
58
58
58
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
pd4
KECURANGAN
.242
1
*
pd4 **
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
pd2
pd3
N PENDETEKSIAN
Pearson Correlation
KECURANGAN
Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.000
58
PENCEGAHAN KECURANGAN Reliability [DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded
a
Total
% 58
100.0
0
.0
58
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .763
N of Items 9
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
pc1
4.3621
.69328
58
pc2
4.0345
1.10764
58
pc3
3.9828
1.13155
58
pc4
4.0345
.97271
58
pc5
4.2414
.70860
58
pc6
4.0172
1.05117
58
pc7
3.6034
1.37573
58
pc8
4.1724
.65260
58
32.4483
5.24211
58
PENCEGAHAN KECURANGAN
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Scale Variance if Deleted
Item Deleted
Corrected Item-
Cronbach's Alpha
Total Correlation
if Item Deleted
pc1
60.5345
101.306
.583
.750
pc2
60.8621
93.244
.722
.725
pc3
60.9138
93.484
.693
.726
pc4
60.8621
97.454
.600
.740
pc5
60.6552
101.388
.563
.750
pc6
60.8793
94.213
.716
.728
pc7
61.2931
92.913
.570
.731
pc8
60.7241
103.291
.468
.757
32.4483
27.480
1.000
.816
PENCEGAHAN KECURANGAN
Scale Statistics Mean 64.8966
Variance 109.919
Std. Deviation 10.48422
N of Items 9
REGRESI PENDETEKSIAN Regression [DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav Descriptive Statistics Mean PENDETEKSIAN
Std. Deviation
N
16.3621
2.62711
58
PENGETAHUAN
22.7759
2.84107
58
CIRI PSIKOLOGIS
23.8448
3.59728
58
KEMAMPUAN BERFIKIR
16.0345
2.54066
58
16.2759
2.32298
58
ANALISIS TUGAS
17.9310
3.81990
58
PENGALAMAN
37.9655
4.73496
58
PERILAKU ETIS
20.5000
2.37863
58
KECURANGAN
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN
Variables Entered/Removed
b
Variables Model
Variables Entered
1
PERILAKU ETIS,
Method
Removed
PENGALAMAN, KEMAMPUAN BERFIKIR, PENGETAHUAN, ANALISIS TUGAS,
. Enter
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN, CIRI PSIKOLOGIS a a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: PENDETEKSIAN KECURANGAN b
Model Summary
Model 1
R .743
R Square a
.552
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .490
1.87684
a. Predictors: (Constant), PERILAKU ETIS, PENGALAMAN, KEMAMPUAN BERFIKIR, PENGETAHUAN, ANALISIS TUGAS, STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN, CIRI PSIKOLOGIS b. Dependent Variable: PENDETEKSIAN KECURANGAN
ANOVA Model 1
Sum of Squares
b
df
Mean Square
F
Regression
217.271
7
31.039
Residual
176.126
50
3.523
Total
393.397
57
Sig. a
8.811
.000
a. Predictors: (Constant), PERILAKU ETIS, PENGALAMAN, KEMAMPUAN BERFIKIR, PENGETAHUAN, ANALISIS TUGAS, STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN, CIRI PSIKOLOGIS b. Dependent Variable: PENDETEKSIAN KECURANGAN
a
Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B (Constant)
Std. Error
-2.449
2.915
.105
.107
-.024
KEMAMPUAN BERFIKIR
t
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
-.840
.405
.114
.981
.331
.663 1.508
.098
-.033
-.243
.809
.498 2.006
.076
.130
.074
.587
.560
.569 1.759
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN
.332
.147
.293 2.264
.028
.533 1.875
ANALISIS TUGAS
.177
.091
.258 1.946
.057
.511 1.956
PENGALAMAN
-.017
.067
-.245
.807
.607 1.647
PERILAKU ETIS
.381
.132
.345 2.893
.006
.630 1.587
PENGETAHUAN CIRI PSIKOLOGIS
a. Dependent Variable: PENDETEKSIAN KECURANGAN
-.030
a
Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
10.8930
19.8228
16.3621
1.95237
58
-2.801
1.773
.000
1.000
58
.339
1.180
.666
.208
58
11.1448
19.7828
16.3434
1.92732
58
-5.54489
4.07302
.00000
1.75782
58
Std. Residual
-2.954
2.170
.000
.937
58
Stud. Residual
-3.147
2.314
.005
1.007
58
-6.29222
4.63112
.01865
2.04040
58
-3.479
2.424
-.002
1.043
58
Mahal. Distance
.875
21.530
6.879
4.871
58
Cook's Distance
.000
.167
.021
.034
58
Centered Leverage Value
.015
.378
.121
.085
58
Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
a. Dependent Variable: PENDETEKSIAN KECURANGAN
Charts
REGRESI PENCEGAHAN Regression [DataSet1] C:\Users\Suryanto\Desktop\BARU\DATA KUESIONER SPSS\HASIL INPUT AKHIR.sav
Descriptive Statistics Mean PENCEGAHAN
Std. Deviation
N
32.4483
5.24211
58
PENGETAHUAN
22.7759
2.84107
58
CIRI PSIKOLOGIS
23.8448
3.59728
58
KEMAMPUAN BERFIKIR
16.0345
2.54066
58
16.2759
2.32298
58
ANALISIS TUGAS
17.9310
3.81990
58
PENGALAMAN
37.9655
4.73496
58
PERILAKU ETIS
20.5000
2.37863
58
KECURANGAN
STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN
Variables Entered/Removed Variables
Variables
Entered
Removed
Model 1
b
Method
PERILAKU ETIS, PENGALAMAN, KEMAMPUAN BERFIKIR, PENGETAHUAN . Enter
, ANALISIS TUGAS, STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN, CIRI PSIKOLOGIS
a
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: PENCEGAHAN KECURANGAN
b
Model Summary
Model
R
1
.774
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.599
.543
3.54513
a. Predictors: (Constant), PERILAKU ETIS, PENGALAMAN, KEMAMPUAN BERFIKIR, PENGETAHUAN, ANALISIS TUGAS, STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN, CIRI PSIKOLOGIS b. Dependent Variable: PENCEGAHAN KECURANGAN
ANOVA Model 1
Sum of Squares
b
df
Mean Square
F
Regression
937.947
7
133.992
Residual
628.398
50
12.568
1566.345
57
Total
Sig.
10.661
.000
a
a. Predictors: (Constant), PERILAKU ETIS, PENGALAMAN, KEMAMPUAN BERFIKIR, PENGETAHUAN, ANALISIS TUGAS, STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN, CIRI PSIKOLOGIS b. Dependent Variable: PENCEGAHAN KECURANGAN
a
Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error -7.454
5.507
PENGETAHUAN
.284
.203
CIRI PSIKOLOGIS
.032
Standardized
Collinearity
Coefficients
Statistics t
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
-1.354
.182
.154
1.399
.168
.663
1.508
.185
.022
.174
.862
.498
2.006
.440
.245
.213
1.797
.078
.569
1.759
.236
.277
.105
.854
.397
.533
1.875
.080
.172
.058
.464
.645
.511
1.956
PENGALAMAN
-.071
.127
-.064
-.561
.577
.607
1.647
PERILAKU ETIS
1.124
.249
.510
4.519
.000
.630
1.587
KEMAMPUAN BERFIKIR STRATEGI PENENTUAN KEPUTUSAN ANALISIS TUGAS
a. Dependent Variable: PENCEGAHAN KECURANGAN
a
Residuals Statistics Minimum Predicted Value
Maximum
Mean
Std. Deviation
N
21.6163
39.9623
32.4483
4.05650
58
-2.670
1.852
.000
1.000
58
.640
2.228
1.258
.393
58
22.3374
39.9542
32.5140
4.08525
58
-1.27576E1
6.26598
.00000
3.32032
58
Std. Residual
-3.599
1.767
.000
.937
58
Stud. Residual
-3.917
1.890
-.009
1.010
58
-1.51159E1
7.16153
-.06575
3.87377
58
-4.658
1.941
-.020
1.069
58
Mahal. Distance
.875
21.530
6.879
4.871
58
Cook's Distance
.000
.355
.021
.048
58
Centered Leverage Value
.015
.378
.121
.085
58
Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual
Deleted Residual Stud. Deleted Residual
a. Dependent Variable: PENCEGAHAN KECURANGAN
Charts