MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN OLEH AUDITOR SPESIALIS INDUSTRI DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Muhammad Fakhri Anshori NIM. 1111082000046
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN OLEH AUDITOR SPESIALIS INDUSTRI DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh: Muhammad Fakhri Anshori NIM. 1111082000046
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP NIP. 19730615 200501 1 009
Reskino, SE.,M.Si.,Ak.,CA NIP. 19740928 200801 2 004
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Jum’at, 13 Maret 2015 telah dilaksanakan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1.
Nama
: Muhammad Fakhri Anshori
2.
NIM
: 1111082000046
3.
Jurusan
: Akuntansi/Audit
4.
Judul Skripsi
: Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Oleh Auditor Spesialis Industri Dengan Analisis
Fraud
Triangle Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 13 Maret 2015
1.
2.
3.
M. Nur Rianto al Arif, M.Si NIP. 19811013 200801 1 006
(
Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA NIP. 19720516 200901 1 006
(
Fitri Yani Jalil, SE.,M.Sc NIDN. 2004068701
(
) Penguji I
) Penguji II
) Penguji III
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini, Selasa, 21 April 2015 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. 2. 3. 4.
Nama NIM Jurusan Judul Skripsi
: Muhammad Fakhri Anshori : 1111082000046 : Akuntansi/Audit : Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan oleh Auditor Spesialis Industri dengan Analisis Fraud Triangle
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skirpsi, maka diputuskan bahwa mahasiwa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta,
1.
2.
3.
4.
5.
Yulianti, SE.,M.Si NIP. 19820318 201101 2 011
(
Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA NIP. 19720516 200901 1 006
(
Fitri Damayanti, SE.,M.Si NIP. 19810731 200604 2 003
(
Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP NIP. 19730615 200501 1 009
(
Reskino, SE.,M.Si.,Ak.,CA NIP. 19740928 200801 2 004
(
) Ketua
) Sekretaris
) Penguji Ahli
) Pembimbing I
) Pembimbing II
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Muhammad Fakhri Anshori
No. Induk Mahasiswa : 1111082000046 Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya: 1.
Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2.
Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3.
Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya
4.
Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5.
Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar aturan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 7 April 2015
Muhammad Fakhri Anshori
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama Lengkap
: Muhammad Fakhri Anshori
2. Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 21 Juli 1993
3. Alamat
: Jl. Telaga 2 RT.013/009 No. 16, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur
4. Telepon
: 08990717290
5. Email
:
[email protected],
[email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL 1. SDN Pekayon 15 Pagi
Tahun 1999-2005
2. SLTPN 184 Jakarta
Tahun 2005-2008
3. SMAN 106 Jakarta
Tahun 2008-2011
4. S1 Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2011-2015
III. PENDIDIKAN NON FORMAL 1. Company Visit (Forensic Audit) di PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun 2013. 2. National Audit Competition ATV 2013 di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sebagai Semi-finalist tahun 2013. 3. Regional Accounting Competition (Accounting Fair) di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Koordinator Lomba tahun 2014. 4. Company Visit (Internal Audit) di Deloitte Indonesia dan Pertamina tahun 2014. 5. National Audit Competition ATV 2014 di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sebagai Juara Ke-3 tahun 2014. 6. Workshop “Current Challenges For Auditor & How They Can Demonstrate Their Value” di Graha Akuntan Ikatan Akuntan Indonesia tahun
2014.
vi
7. Workshop Microsoft Excel (Training) oleh Microsoft (MUGI) di FAH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. 8. Training PSAK 65 Laporan Keuangan Konsolidasian dan PSAK 66 Pengaturan Bersama di Deloitte Indonesia tahun 2015.
IV. PENGALAMAN ORGANISASI 1.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai Akuntan Muda tahun 2013sekarang.
2.
Komunitas @JagoAkuntansi Indonesia (KJAI) sebagai Staf Sumber Daya Manusia periode 2013-2014.
3.
Komunitas @JagoAkuntansi Indonesia (KJAI) sebagai Staf Penilaian Kinerja SDM periode 2014-2015.
V. PENGALAMAN KERJA 1.
Kantor Akutan Publik Achmad, Rasyid, Hisbullah, & Jerry sebagai Junior Auditor periode Februari-Maret 2014
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA 1.
Ayah
: Drs. Muhammad Lili Sanusi
2.
Ibu
: Rohana Sari
3.
Alamat:
: Jl. Telaga 2 RT.013/009 No.16, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur
vii
DETECTING MODEL FINANCIAL STATEMENT FRAUD BY AUDITOR INDUSTRY SPECIALIZATION WITH FRAUD TRIANGLE ANALYSIS ABSTRACT This research aims to create a model in detecting fraudulent financial statements. This research examined fraud triangle variable and industry specialist auditors with fraudulent financial statements variable. This research also used the companies listing in Indonesia Stock Exchange (BEI) and cases sanctioned by Otoritas Jasa Keuangan (OJK) in 2011-2013 as its sample. The sample is consisted from 30 companies with fraud and 30 companies without fraud. The sampling method used in this research is purposive sampling by judgment sampling, while data processing methods used the Whitney U test and the discriminant analysis. In the study there are only two of five variables that can be tested using the discriminant analysis. Result of this research shows that financial targets can detect fraudulent financial statements, while the financial stabililty can not detect fraudulent financial statements. Keyword: fraud triangle analysis, financial targets, financial stability, auditor industry specialization, financial statement fraud.
viii
MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN OLEH AUDITOR SPESIALIS INDUSTRI DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk membuat model dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini menguji variabel fraud triangle dan auditor spesialis industri dengan kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan listing Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terkena sanksi dan kasus oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2011-2013. Jumlah perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah 30 perusahaan fraud dan 30 perusahaan non-fraud. Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling dengan judgement sampling, sedangkan metode pengolahan data yang digunakan peneliti adalah uji mann-whitney u dan analisis diskriminan. Dalam penelitian hanya terdapat dua dari lima variabel yang dapat diuji menggunakan analisis diskriminan. Hasil penelitian ini menunjukkan financial targets dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan, sedangkan financial stabililty tidak dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Kata kunci: analisis fraud triangle, financial targets, financial stability, auditor industry specialization, kecurangan laporan keuangan.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan oleh Auditor Spesialis Industri dengan Analisis Fraud Triangle”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1.
Kedua orang tua yang telah memberikan semangat, doa dan hal lainnya kepada diri penulis.
2.
Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM.,Ak.,CA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Bapak Dr. Amilin, SE.,M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia memberikan waktunya untuk membimbing penulis selama proses penulisan skripsi ini.
5.
Ibu Reskino, SE.,M.Si.,Ak.,CA, selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia memberikan waktunya untuk membimbing penulis selama proses penulisan skripsi ini.
6.
Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
7.
Teman-teman Akuntansi B 2011 yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis, serta seluruh teman-teman Akuntasi 2011. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh
x
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak untuk menyempurkan skripsi ini. Jakarta, 7 April 2015
Muhammad Fakhri Anshori
xi
DAFTAR ISI Halaman Judul..................................................................................................
i
Lembar Pengesahan Skripsi .............................................................................
ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ........................................................
iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ...................................................................
iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .....................................................
v
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................
vi
Abstract ............................................................................................................
viii
Abstrak .............................................................................................................
ix
Kata Pengantar .................................................................................................
x
Daftar Isi...........................................................................................................
xii
Daftar Tabel .....................................................................................................
xv
Daftar Gambar ..................................................................................................
xvi
Daftar Lampiran ............................................................................................... xvii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang..........................................................................
1
B. Perumusan Masalah ..................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
7
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
9
A. Tinjauan Literatur .....................................................................
9
1. Segitiga Kecurangan ............................................................
9
xii
2. Kecurangan ..........................................................................
20
3. Kecurangan Laporan Keuangan ..........................................
28
4. Auditor Spesialis Industri ....................................................
33
5. Peraturan Bapepam-LK .......................................................
34
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu .............................................
36
C. Kerangka Pemikiran .................................................................
40
D. Hipotesis ...................................................................................
41
1. Financial Stability dan Kecurangan Laporan Keuangan .....
41
2. Financial Targets dan Kecurangan Laporan Keuangan ......
42
3. Inneffecting Monitoring dan Kecurangan Laporan Keuangan 4. Rationalization dan Kecurangan Laporan Keuangan ..........
43 45
5. Auditor Industry Specialization dan Kecurangan Laporan Keuangan .............................................................................
46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................
49
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
49
B. Metode Pemilihan Sampel ........................................................
49
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................
50
D. Metode Analisis Data ...............................................................
51
1. Uji Mann-Whitney U ...........................................................
51
2. Uji Analisis Diskriminan .....................................................
52
E. Operasionalisasi Variabel .........................................................
55
1. Variabel Dependen ..............................................................
55
2. Variabel Independen ............................................................
56
xiii
a. Financial Stability ...........................................................
57
b. Financial Targets ............................................................
57
c. Ineffective Monitoring .....................................................
58
d. Rationalization ................................................................
59
e. Auditor Industry Specialization ......................................
60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...............................................
62
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................
62
1. Deskripsi Objek Penelitian ..................................................
62
2. Deskripsi Sampel Penelitian ................................................
63
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .................................................
64
1. Hasil Uji Mann-Whitney U Sampel Penelitian ...................
64
2. Hasil Uji Mann-Whitney U Variabel Penelitian ..................
66
3. Hasil Uji Analisis Diskriminan ............................................
70
C. Pembahasan ..............................................................................
75
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................
80
A. Kesimpulan ...............................................................................
80
B. Saran .........................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
82
BAB V
xiv
Daftar Tabel No. Tabel 1.1
Keterangan
Halaman
Daftar Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013 ..............................................................................
1
2.1
Penelitian Sebelumnya ...........................................................
36
3.1
Operasionalisasi Variabel.......................................................
61
4.1
Daftar Sampel Industri Sanksi dan Kasus OJK Tahun 2011-2013 ...................................................................
4.2
62
Perbandingan Assets dan Sales Perusahaan Fraud dan Non-Fraud .......................................................................
64
4.3
Uji Normalitas Sampel ...........................................................
65
4.4
Uji Mann-Whitney U Assets dan Sales ..................................
65
4.5
Uji Normalitas Variabel .........................................................
66
4.6
Uji Mann-Whitney U Variabel Independen ...........................
67
4.7
Hasil Test of Equality of Group Means ..................................
70
4.8
Hasil Wilks’ Lambda ..............................................................
71
4.9
Hasil Elgenvalues ...................................................................
72
4.10
Hasil Function Coefficients ....................................................
73
4.11
Hasil Function at Group Centroids .......................................
73
4.12
Hasil Klasifikasi .....................................................................
74
xv
Daftar Gambar No.
Keterangan
Halaman
2.1
Fraud Triangle ............................................................................
10
2.2
Fraud Tree ..................................................................................
24
2.3
Kerangka Pemikiran ...................................................................
40
xvi
Daftar Lampiran No.
Keterangan
Halaman
1
Auditor Spesialis Industri ...........................................................
86
2
Kertas Kerja (Worksheet) Penelitian...........................................
88
3
Output Hasil Pengujian Data ......................................................
90
4
Surat Penelitian ...........................................................................
100
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kasus pelanggaran emiten di pasar modal merupakan salah satu permasalahan yang kerap dihadapi oleh badan regulator dibidang pasar modal (Sukirman, 2013:1). Menurut Ketua Bapepam-LK atau saat ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sawega (2012:1) kasus dugaan pelanggaran pasar modal yang ditangani merupakan kasus yang berkaitan dengan keterbukaan emiten dan perusahaan publik, perdagangan efek, dan pengelolaan investasi. Selain itu, Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal OJK, Nurhaida (2014:1) mengatakan pelanggaran yang sering terjadi dalam pasar modal ialah keterlambatan laporan keuangan berkala dan ada juga kasus pelanggaran ketentuan di sektor pasar modal. Berdasarkan data yang dimiliki OJK, pada tahun 2011-2013 terdapat beberapa perusahaan yang melakukan pelanggaran dan terkena kasus yang berkaitan dengan laporan keuangan
dan pelanggaran lainnya. Berikut
merupakan ringkasan dari data tersebut: Tabel 1.1 Daftar Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013 No Industri Jumlah 1 Agriculture 2 2 Mining 10 3 Basic Industry and Chemicals 13 4 Miscelleneous Industry 3 5 Consumer Goods Industry 1 6 Property, Real Estate and Building Construction 10 7 Infrasturcture, Utilities, and Transportation 8 Bersambung pada halaman selanjutnya
1
Tabel 1.1 (Lanjutan) Daftar Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013 No Industri Jumlah 8 Finance 2 9 Trade, Service, and Invesment 13 10 Securities 2 11 Private Company 10 Total 74 Sumber: Diolah dari berbagai sumber Berdasarkan data diatas, ternyata masih banyak ditemukan pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Jika melihat kebelakang, kasus pelanggaran juga pernah terjadi di beberapa negara dan merupakan kasus skandal akuntansi terbesar. Salah satu skandal akuntansi terbesar yang pernah terjadi di dunia ialah kasus Satyam Computer Service India tahun 2009. Satyam Computer Service India yang menyajikan laporan keuangan yang salah dengan melebihkan laba selama beberapa tahun sekitar US$1,04 miliar dengan memalsukan accrued interest, understated liability, dan overstated debtors (Priantara, 2013: 85). Tidak hanya di luar negeri, di Indonesia kasus overstated terbesar juga pernah terjadi yaitu dilakukan oleh PT KAI tahun 2005. PT KAI menyajikan laporan keuangan yang salah dengan menyajikan laba sebesar Rp 6,9 miliar, ketika perusahaan sedang mengalami kerugian sebesar Rp 63 miliar dimana hal tersebut diungkapkan oleh komisaris PT KAI Manao (2006:1) Melihat fenomena diatas, hal ini merupakan fakta yang tidak baik bagi lingkungan industri, khususnya di Indonesia. Perilaku kecurangan dalam penyajian laporan keuangan penting menjadi perhatian agar tindakan ini dapat dideteksi dan dihilangkan, sehingga laporan keuangan akan dapat dipercaya
2
oleh pemegang kepentingan dan masyarakat (Kusumawardhani, 2012:2). Karena, pelaporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan dapat mengakibatkan
turunnya
integritas
informasi
keuangan
dan
dapat
mempengaruhi berbagai pihak seperti pemilik, kreditur, karyawan, auditor dan bahkan kompetitor (Anshar, 2012:2). Untuk meminimalisasi terjadinya kecurangan tersebut, tentu dibutuhkan peran yang lebih oleh auditor selaku pihak yang bertugas memastikan kewajaran atas suatu laporan keuangan. Tentu kualitas dari auditor itu sendiri turut menentukan kebenaran dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Gul, Fung & Jaggi (2009:9) mengatakan bahwa auditor spesialis industri memiliki kemungkinan yang lebih untuk mendeteksi kekeliruan dan penyimpangan dibandingkan auditor non-spesialis industri, terutama ditahuntahun awal penugasan audit. Auditor spesialis biasanya juga menyusun secara spesifik database best practices industri, kesalahan dan risiko suatu industri secara spesifik, dan transaksi yang tidak biasa, yang semua itu bertujuan untuk mengingkatkan efektivitas audit (Krishnan, 2003:2). Sun dan Liu (2013:5) juga mengatakan auditor spesialis industri lebih mudah melihat manajemen laba dan mendeteksi kesalahan penyajian akuntansi atau fraud. Hal inilah yang diharapkan agar kecurangan akuntansi dapat diminimalisir. Wilopo (2006:1) menyatakan meski kecurangan akuntansi diduga sudah menahun, namun di Indonesia belum terdapat kajian teoritis dan empiris
3
secara komprehensif. Lou dan Wang (2009:2) penelitian terbaru pada penilaian risiko kecurangan pelaporan keuangan telah difokuskan terutama pada memeriksa beberapa faktor risiko penipuan potensial atau bendera merah. Faktor risiko tersebut dapat bermacam-macam dan menyesuaikan dengan lingkungan bisnis perusahaan. Menurut Anshar (2012:2), kecurangan pelaporan keuangan sering digunakan oleh perusahaan yang mengalami krisis finansial dan yang dimotivasi oleh oportunisme yang salah arah (misguided opportunism). Selain itu, Skousen, Smith dan Wright (2008:5) juga menyatakan kecurangan atau fraud berdasarkan teori fraud triangle Cressey (1953) dalam kenyataannya dapat disebabkan oleh berbagai macam motif, diantaranya dapat disebabkan oleh adanya kesempatan berbuat curang, selain itu karena adanya tekanan finansial dan juga adanya rasionalisasi atau pembenaran terhadap tindakan tersebut. Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya kecurangan karena pelaku mencari pembenaran atas tindakannya (Ratmono, Avrie, & Purwanto, 2013:3). Penelitian yang berkaitan dengan kecurangan laporan dalam beberapa tahun belakang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti baik di Indonesia maupun di luar negeri dan menjadi referensi peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian kecurangan laporan keuangan yang berkaitan dengan adanya financial stability diantaranya dilakukan oleh Skousen, Smith, & Wright (2008:17), Kurniawati (2011:23), Kusumawardhani (2012:17), Anshar (2012:19) dan Martantya (2013:9) yang hasil penelitiannya
4
menemukan pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Selanjutnya, penelitian kecurangan laporan keuangan yang menggunakan faktor tekanan lainnya yaitu financial targets diantaranya dilakukan oleh Lou dan Wang (2009:15), Anshar (2012:17), Martantya (2013:10), dan Firmanaya (2014:8) yang hasil penelitiannya menemukan pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Penelitian kecurangan laporan keuangan lainnya menggunakan faktor kecurangan ineffective monitoring yang diantaranya dilakukan oleh Skousen, Smith, & Wright (2008:16), Antonia (2008:68) dan Sun dan Liu (2013:1) yang hasil penelitiannya menemukan pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Selain itu, penelitian kecurangan laporan keuangan juga menggunakan faktor terakhir dalam fraud triangle analysis yaitu rationalization yang diantaranya dilakukan oleh Chen dan Elder (2007:21) dan Sukirman dan Sari (2013:22) yang hasil penelitiannya menemukan pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Penelitian kecurangan laporan keuangan juga dilakukan dari sisi auditor yaitu yang berkaitan dengan auditor industry specialization berdasarkan manajemen laba diantaranya dilakukan oleh Januarsi (2008:1), Gul, Fung & Jaggi (2009:1), Ratmono (2010:19), Junius dan Fitriyani (2011:21), Sun dan Liu (2013:1) yang hasil penelitiannya menemukan pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.
5
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan kecurangan laporan keuangan. Hal yang membuat penelitian ini unik dan beda dari penelitian sebelumnya adalah: 1.
Peneliti
menggunakan
variabel
auditor
spesialis
industri
untuk
mendeteksi kecurangan laporan keuangan secara langsung, yang dalam penelitian sebelumnya diterapkan untuk mendeteksi manajemen laba. 2.
Peneliti juga menggunakan sampel kasus terbaru di Indonesia yang diperoleh langsung dari OJK yaitu tahun 2011-2013 yang pada penelitian sebelumnya menggunakan sampel kasus di Amerika dari laporan SEC Accounting and Auditing Enforcement Releases (AAERs) tahun 19922001.
3.
Penelti menggunakan alat uji mann-whitney u dan analisis diskriminan, yang pada penelitian sebelumnya menggunakan wilcoxon test and logit regression. Penelitian ini penting untuk diteliti karena laporan keuangan menyajikan
informasi yang menggambarkan keadaan suatu entitas sehingga kebenaran dari informasi tersebut harus dapat dipastikan. Jika kecurangan laporan keuangan dapat diminimalisasi dan dideteksi sejak awal maka tingkat terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan yang berdasarkan laporan keuangan dapat lebih rendah keterjadiannya. Selain itu, menurut Kurniawati dan Raharja (2011:5) supervisor perusahaan dapat menerapkan penelitian ini untuk mengidentifikasi, penyelidikan atau pemantauan perusahaan dengan tindak kecurangan dan
6
juga menghindari risiko kecurangan dan membantu dalam keputusan investasi. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan penelitian ini dengan judul “Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan oleh Auditor Spesialis Industri dengan Analisis Fraud Triangle”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah variabel financial stability, financial target, ineffective monitoring, rationalization, dan auditor industry specialization dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Menguji secara empiris dan menganalisis variabel financial stability, financial target, ineffective monitoring, rationalization, dan auditor industry specialization dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan?
D. Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat dibidang akademik maupun praktik, sebagai berikut:
7
1. Bagi Akademisi: a. Memberikan pengetahuan tentang kecurangan laporan keuangan yang berbasis fraud triangle. b. Memberikan informasi sebagai sumber referensi penelitian dengan variabel kecurangan. c. Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam penulisan penelitian selanjutnya. 2. Bagi Praktisi: a. Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam mengaudit suatu perusahaan. b. Memberikan analisis yang dapat digunakan untuk menilai kewajaran suatu laporan keuangan. c. Memberikan informasi tentang faktor pembentuk kecurangan laporan keuangan.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1.
Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle) Statement on Auditing Standards (SAS) No.99 (2002:8) menjelaskan
terdapat tiga kondisi umum yang hadir ketika kecurangan atau fraud terjadi. Kondisi tersebut adalah: a.
Manajemen atau karyawan lainnya memiliki incentive atau dalam tekanan, yang menyediakan mereka alasan untuk melakukan fraud.
b.
Keadaan yang memungkinkan, seperti tidak adanya pengendalian, pengawasan yang tidak efektif atau manajemen yang mengesampingkan pengendalian.
c.
Munculnya rasionalisasi saat melakukan fraud. Konsep ini sejalan dengan teori fraud triangle Cressey (1953) dalam
Skousen et al. (2008:5) dimana ia membuat teori faktor kecurangan berdasarkan wawancara secara langsung dengan orang yang dihukum karena penggelapan. Dia menyimpulkan bahwa kecurangan disebabkan oleh tiga ciri umum: a.
Pelaku penggelapan memiliki peluang untuk melakukan fraud.
b.
Individu merasakan membutuhkan uang.
c.
Munculnya
rasionalisasi
saat
9
melakukan
fraud.
Selanjutnya konsep faktor risiko kecurangan yang terdiri dari pressure, opportunity, dan rationalization dikenal sebagai “fraud triangle”. Tiga faktor tersebut digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Fraud Triangle Opportunity
Pressure
Rationalization
Sumber: Fraud Triangle Theory oleh Cressey (Tuanakotta, 2014:207)
Pada penelitiannya Cressey tertarik pada embezzler yang disebutnya “trust violator” atau pelanggar kepercayaan, ia secara khusus tertarik pada hal-hal
yang menyebabkan mereka menyerah kepada godaan
dan
mengembangkan model tersebut yang sampai sekarang merupakan model klasik untuk menjelaskan occuptional offender atau pelaku fraud ditempat kerja (Tuanakotta, 2014:201). Berikut merupakan penjabaran dari konsep fraud triangle: a.
Incentive/Pressure (Tekanan) Penggelapan uang perusahaan oleh pelakunya bermula dari suatu tekanan
yang menghimpitnya (Tuanakotta, 2014:207). Pada umumnya tekanan muncul karena kebutuhan atau masalah finansial tapi banyak juga yang hanya terdorong oleh keserakahan (Priantara, 2013:44). Dalam SAS No.99 (2002:44) dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA 240 (2013:44)
10
terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya pressure atau tekanan dalam kecurangan laporan keuangan: 1) Financial stability or profitability (stabilitas dan profitabilitas keuangan) terancam oleh kondisi ekonomi, industri atau keadaan operasi entitas, seperti (atau seperti diindikasikan oleh): a) Ketatnya kompetisi atau kejenuhan pasar, yang disertai dengan penurunan margin. b) Tingginya kerentanan terhadap perubahan yang pesat, seperti perubahan dalam teknologi, keusangan produk, atau tingkat bunga. c) Penurunan signifikan dalam permintaan pelanggan dan peningkatan kegagalan bisnis, baik dalam industri maupun ekonomi secara keseluruhan. d) Kerugian operasi menjadi ancaman terjadinya kebangkrutan, penyitaan, atau pengambilalihan dengan menggunakan tekanan dalam waktu dekat. e) Arus kas negatif operasi yang berulang atau ketidakmampuan untuk menghasilkan arus kas dari operasi sementara entitas masih melaporkan laba dan pertumbuhan laba. f)
Pertumbuhan profitabilitas yang pesat atau tidak biasa, terutama ketika dibandingkan dengan entitas lain dalam industri yang sama.
g) Kebijakan akuntansi atau peraturan perundang-undangan yang baru. Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya tekanan financial stability lebih berkaitan dengan kondisi perusahaan dan
11
lingkungan bisnis disekitarnya, karena berkaitan dengan persaingan bisnis dengan kompetitor untuk menunjukkan bahwa perusahaan mereka memiliki kondisi yang bagus. 2) Excessive pressure (tekanan yang eksesif) terhadap managemen untuk memenuhi ketentuan atau ekspektasi pihak ketiga yang disebabkan oleh hal-hal berikut ini: a)
Ekspektasi tingkat profitabilitas atau tren dari analisis investasi, investor institusional, kreditur signifikan, atau pihak eksternal lainnya (terutama ekspektasi yang terlalu agresif atau tidak realistis), termasuk ekspektasi yang diciptakan oleh manajemen dalam, sebagai contoh, pesan yang disampaikan dalam siaran pers atau laporan tahunan yang terlalu optimis.
b) Kebutuhan untuk memperoleh pembiayaan utang atau ekuitas tambahan untuk tetap kompetitif, termasuk pembiayaan untuk riset dan pengembangan atau pengeluaran modal yang besar. c)
Kemampuan marginal untuk memenuhi ketentuan di pasar modal atau ketentuan pembayaran kembali utang atau ketentuan perjanjian utang.
d) Efek yang terlihat atau nyata dari melaporkan kinerja keuangan yang buruk atas transaksi yang belum terealisasikan yang signifikan, seperti penggabungan bisnis atau penandatanganan kontrak. Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya tekanan financial targets lebih berkaitan dengan adanya tekanan dari
12
pihak yang memiliki kepemilikan akan perusahaan tersebut dan untuk menarik agar investasi tetap berjalan. 3) Informasi yang tersedia mengindikasikan bahwa situasi keuangan personal manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terancam oleh kinerja keuangan entitas, yang disebabkan oleh adanya hal-hal sebagai berikut: a)
Kepentingan keuangan yang signifikan dalam entitas.
b) Bagian yang signifikan dari kompensasi mereka (sebagai contoh, bonus, opsi saham, dan pengaturan earn-out) tergantung dari pencapaian target yang agresif atas harga saham, hasil operasi, posisi keuangan, atau arus kas. c)
Jaminan personal atas utang entitas. Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya
tekanan personal financial needs lebih berkaitan dengan kebutuhan internal perusahaan terhadap motif keuangan, sehingga mereka akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuan mereka. 4) Terdapat tekanan yang eksesif terhadap manajemen atau personel operasi untuk memenuhi target keuangan yang ditetapkan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, termasuk target insentif penjual atau profitabilitas. Berdasarkan uraian diatas maka kecurangan dapat disebabkan oleh adanya tekanan yang berasal dari financial stability, external pressure,
13
personal financial needs, dan financial targets baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan. b.
Opportunities (Peluang) Peluang menyebabkan para pelaku fraud percaya bahwa aktivitas mereka
tidak akan terdeteksi (Priantara, 2013:46). Cressey berpendapat peluang ini terdiri dari dua komponen yaitu general information dan technical skill sehingga memungkinkan bagi pelaku untuk memanfaatkan
komponen
tersebut (Tuanakotta, 2014:211). Dalam SAS No.99 (2002:46) dan SPAP (2013:46)
terdapat
beberapa
kondisi
yang
menyebabkan
terjadinya
opportunity atau peluang dalam kecurangan laporan keuangan: 1) Nature of industry (lingkungan industri) menyediakan peluang untuk terlibat dalam penyusunan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan, yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: a)
Transaksi signifikan dengan pihak yang berelasi yang tidak dilakukan dalam kondisi dan ketentuan bisnis normal atau dengan entitas yang berelasi yang tidak diaudit atau diaudit oleh KAP lain.
b) Kondisi atau kemampuan keuangan yang kuat untuk mendominasi suatu sektor industri tertentu yang memungkinkan entitas untuk mendikte kondisi atau ketentuan kepada pemasok atau pelanggan, yang dapat mengakibatkan transaksi yang tidak semestinya atau transaksi yang tidak dilakukan dengan pihak yang tidak berelasi.
14
c)
Aset, liabilitas, pendapatan atau biaya yang didasarkan pada estimasi signifikan
yang
melibatkan
pertimbangan
subjektif
atau
ketidakpastian yang sulit untuk mendukung hasil yang disajikan. d) Transaksi yang signifikan, tidak bisa atau mengandung kompleksitas yang tinggi, terutama yang terjadi menjelang akhir periode pelaporan, yang menimbulkan pertanyaan sulit tentang “substansi melebihi bentuk”. e)
Operasi signifikan yang berlokasi atau dilakukan di lintas batas internasional dalam yurisdiksi yang memiliki perbedaan lingkungan dan budaya bisnis.
f)
Penggunaan perantara bisnis yang tampaknya tidak dilandasi oleh justifikasi bisnis yang jelas.
g) Rekening bank, atau anak perusahaan atau kantor cabang yang signifikan di yudiriksi yang merupakan tax-haven yang tampaknya tidak dilandasi oleh pertimbangan bisnis yang jelas. Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya peluang yang berasal dari nature of industry lebih berkaitan dengan faktor dari lingkungan bisnis industri yang mendukung terjadinya permainan bagi perusahaan untuk mengatur kondisi bisnis di industri tersebut. 2) Ineffective monitoring (pemantauan tidak efektif) oleh manajemen sebagai akibat dari hal-hal berikut:
15
a) Dominasi manajemen oleh seseorang atau suatu kelompok kecil (dalam bisnis yang tidak dikelola oleh pemilik) tanpa disertai oleh pengendalian pengganti. b) Pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terhadap proses pelaporan keuangan dan pengendalian intern tidak efektif. Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya peluang yang berasal dari ineffective monitoring lebih berkaitan dengan kurangnya pengawasan yang seharusnya dilakukan sehingga adanya celah untuk melakukan kecurangan. 3) Organizational structure (struktur organisasi) yang kompleks atau tidak stabil, yang dibuktikan dengan adanya hal-hal sebagai berikut: a)
Kesulitan dalam menentukan organisasi atau individu yang memiliki kepentingan pengendalian dalam entitas.
b) Stuktur organisasi yang terlalu kompleks yang melibatkan entitas hukum atau garis wewenang manajerial yang tidak biasa. c)
Tingkat perputaran yang tinggi dari manajemen senior, penasihat hukum, atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya peluang yang berasal dari organizational structure lebih berkaitan dengan ketidakstabilan struktur organisasi perusahaan yang disebabkan karena pergantian posisi strategis, sehingga tugas pengendalian tidak berjalan dengan baik.
16
4) Internal control (pengendalian internal) yang kurang baik yang diakibatkan oleh hal-hal sebagai berikut: a)
Pemantauan
pengendalian
yang
tidak
memadai,
termasuk
pengendalian otomatis dan pengendalian terhadap pelaporan keuangan interim (jika pelaporan eksternal disyaratkan). b) Tingkat perputaran yang tinggi atau pengaryaan yang tidak efektif dari staf akuntansi, audit internal, atau teknologi informasi. c)
Sistem akuntansi dan sistem informasi yang tidak efektif, termasuk situasi yang melibatkan defisiensi pengendalian internal yang signifikan.
Dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang menyebabkan adanya peluang yang berasal dari internal control lebih berkaitan dengan tidak efektifnya sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga tidak bisa mencegah terjadinya kecurangan. Berdasarkan uraian diatas maka kecurangan dapat disebabkan oleh adanya peluang yang berasal dari nature of industry, ineffective monitoring, organizational structure, dan internal control baik yang berasal dari dalam maupun luar perusahaan. c.
Rationalization (Rasionalisasi) Rasionalisasi atau mencari pembenaran sebelum melakukan kejahatan
merupakan bagian yang harus ada dari kejahatan itu sendiri, bahkan merupakan bagian dari motivasi untuk melakukan kejahatan (Tuanakotta, 2014:212). Faktor risiko yang merefleksikan attitude/ rasionalisasi dewan direksi, manajemen atau karyawan yang membiarkan kesalahan penyajian
17
laporan keuangan yang mungkin tidak dapat ditemukan oleh auditor (SAS No.99, 2002:47). Meskipun demikian, auditor menjadi lebih berhati-hati terhadap informasi tersebut dan dapat mengidentifikasi kesalahan material dari laporan keuangan tersebut. Auditor mungkin menjadi sadar dengan informasi yang ada dalam keadaan sebagai berikut: 1) Komunikasi, implementasi, dukungan atau penegakan nilai atau standar etika entitas oleh manajemen, atau komunikasi nilai atau standar etika yang tidak semestinya, yang tidak efektif. 2) Partisipasi atau campur tangan yang eksesif dari manajemen yang tidak membawahi aspek keuangan dalam pemilihan kebijakan akuntansi atau penentuan estimasi signifikan. 3) Riwayat yang diketahui tentang pelanggaran terhadap peraturan perundangan-undangan tentang pasar modal, atau tuntutan terhadap entitas, manajemen senior, atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola yang dicurigai terlibat dalam kecurangan atau pelanggaran terhadap peraturan perundangan-undangan. 4) Kepentingan manajemen yang eksesif dalam menjaga atau meningkatkan harga saham atau tren laba entitas. 5) Praktik manajemen dalam memberikan komitmen kepada analisis, kreditur, dan pihak ketiga lainnya untuk mencapai perkiraan yang agresif atau tidak realistis. 6) Kegagalan manajemen dalam menggunakan cara yang tidak tepat untuk meminimumkan laba yang dilaporkan untuk tujuan perpajakan.
18
7) Kepentingan manajemen dalam menggunakan cara yang tidak tepat untuk meminimumkan laba yang dilaporkan untuk tujuan perpajakan. 8) Usaha yang berulang dari manajemen untuk membenarkan suatu transaksi atau perlakuan akuntansi yang tidak signifikan atau tidak tepat dengan menggunakan alasan materialitas. 9) Hubungan yang tegang atau canggung antara manajemen dengan auditor pengganti atau auditor pendahulu, seperti yang ditunjukkan oleh hal-hal sebagai berikut: a)
Seringnya terjadi perbedaan pendapat dengan auditor pengganti atau auditor pendahulu atas aspek akuntansi, ausit, atau pelaporan
b) Permintaan yang tidak masuk akal kepada auditor, seperti pembatasan waktu yang tidak realistis mengenai penyelesaian audit atau penerbitan laporan auditor. c)
Pembatasan akses auditor secara tidak tepat terhadap pihak atau informasi atau kemampuan untuk berkomuniksi secara efektif kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
d) Perilaku manajemen yang dominan dalam berhubungan dengan auditor, terutama yang melibatkan usaha untuk memengaruhi ruang lingkup pekerjaan auditor, atau pemilihan atau keberlanjutan personel yang ditugaskan atau yang diajak berkonsultasi dalam perikatan audit. Dapat
dilihat
bahwa
faktor-faktor
yang
menyebabkan
adanya
rationalization yang berasal dari hubungan auditor lebih berkaitan dengan
19
hubungan antara perusahaan dan auditor yang kurang baik. Berdasarkan uraian diatas maka kecurangan dapat disebabkan oleh adanya rasionalisasi berkaitan dengan adanya pengetahuan menajemen tentang tindakan kecurangan tersebut yang dapat berasal dari pengalaman dimasa lalu ataupun hubungan yang tidak baik dengan auditor. Ketiga faktor diatas merupakan elemen pembentuk dari perilaku kecurangan yang terjadi dalam suatu kasus fraud. Menurut Priantara (2013:46)
dari
ketiga
elemen
fraud
triangle
mengendalikan fraud terbesar adalah opportunity.
diatas,
kesempatan
Ini berarti kecurangan
terjadi tidak hanya karena adanya keinginan oleh individu tersebut, tetapi karena adanya tekanan dan kesempatan melakukan hal tersebut. 2.
Kecurangan (Fraud)
Fraud menurut the Institute of Internal Auditor tahun 2013, yaitu: Any illegal act characterized by deceit, concealment, or violation of trust. These acts are not dependent upon the threat of violence or physical force. Frauds are perpetrated by parties and organizations to obtain: money, property, or services; to avoid payment or loss of services; or to secure personal or business advantage. Yang dapat diartikan sebagai perbuatan yang dicirikan dengan pangelabuan atau pelanggaran kepercayaan untuk mendapatkan uang, aset, jasa atau mencegah pembayaran atau kerugian atau untuk menjamin keuntungan / manfaat pribadi dan bisnis. Perbuatan ini tidak tergantung pada ancaman kekerasan oleh pelaku terhadap orang lain (Priantara, 2013:4).
20
Selain itu menurut Black Law Dictionary (8th Ed), definisi fraud yaitu: The intentional use of deceit, a trick or some dishonest means to deprive another of his money, property or lega right, either as a cause of action or as fatal element in the action it self.. Definisi tersebut dapat diterjemahkan sebagai suatu perbuatan sengaja untuk menipu atau membohongi, suatu tipu daya atau cara-cara yang tidak jujur untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik orang lain baik karena suatu tindakan atau dampak yang fatal dari tindakan itu sendiri (Priantara, 2013:5). Pengertian tersebut sejalan dengan penjelasan fraud yang terkandung dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 372 tentang penggelapan (Priantara, 2013:78) yang kutipannya adalah sebagai berikut: “Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan…” Berdasarkan definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa fraud itu adalah tindakan yang dapat berupa kebohongan atau tindakan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja, dan dampaknya dapat merugikan orang lain. Untuk mengetahui apakah suatu tindakan fraud itu sudah terjadi atau belum, berikut ini terdapat uraian yang berisi unsur-unsur dari suatu tindakan fraud: (Priantara, 2013:6)
21
a.
Terdapat
penyataan
yang
dibuat
salah
atau
menyesatkan
(misrepresentation) yang dapat berupa suatu laporan, data atau informasi, ataupun bukti transaksi. b.
Bukan hanya pembuatan pernyataan yang salah, tetapi fraud adalah perbuatan melanggar peraturan, standar, ketentuan dan dalam situasi tertentu melanggar hukum;
c.
Terdapat penyalahgunaan atau pemanfaatan kedudukan, pekerjaan, dan jabatan untuk kepentingan dan keuntungan pribadinya
d.
Meliputi masa lampau atau sekarang karena perhitungan kerugian yang diderita korban umumnya dihubungkan dengan perbuatan yang sudah dan sedang terjadi;
e.
Didukung fakta bersifat material (material fact), artinya mesti didukung oleh bukti objektif dan sesuai dengan hukum;
f.
Kesengajaan perbuatan atau ceroboh yang disengaja (make-knowingly or recklessly); apabila kesengajaan itu dilakukan terhadap suatu data atau informasi atau laporan atau bukti transaksi, hal itu dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi atau terpengaruh atau salah atau tertipu dalam membaca dan memahami data;
g.
Pihak yang dirugikan mengandalkan dan tertipu oleh pernyataan yang dibuat salah (misrepresentation) yang merugikan (detriment). Artinya ada pihak yang menderita kerugian, dan sebaliknya ada pihak yang mendapat manfaat atau keuntungan secara tidak sah baik dalam bentuk uang atau harta maupun keuntungan ekonomis lainnya.
22
Ketika unsur-unsur yang diuraikan pada paragraf diatas ditemui dalam kondisi suatu perusahaan, maka dapat disimpulkan kondisi tersebut merupakan tindakan fraud. Karena jika tidak maka kondisi tersebut masih berada pada tahap kesalahan atau kelalaian, karena fraud itu dilakukan dengan sengaja (Priantara, 2013:7) Organisasi internasional yang merupakan asosiasi akuntan forensik di Amerika Serikat (Association of Certified Fraud Examiner, disingkat ACFE) menggambarkan fraud dalam sebuah bentuk fraud tree atau pohon kecurangan dan pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam hubungan kerja, beserta ranting dan anak rantingnya (Tuanakotta, 2014:195). Berikut merupakan gambar fraud tree (ACFE, 2014:1.202):
23
Gambar 2.2 Fraud Tree
24
Gambar fraud tree diatas terdiri dari tiga cabang utama, yakni corupption, asset misappropriation, dan fradulent statements. Masing-masing induk cabang akan dibahas dibawah ini: a.
Corruption Istilah corruption disini serupa tetapi tidak sama dengan istilah korupsi
yang ada dalam perundang-undangan Indonesia, UU No. 31 tahun 1999 meliputi 30 tindak pidana korupsi dan bukan empat bentuk seperti yang digambarkan dalam ranting-ranting: conflict of interest, bribery, illegal gratuities, economic extortion (Tuanakotta, 2014:196). Conflict of interest atau benturan kepentingan sering kita jumpai dalam berbagai bentuk diantaranya bisnis pelat merah atau bisnis pejabat (penguasa) dan keluarga serta kroni mereka yang menjadi pemasok atau rekanan lembaga-lembaga pemerintah dan didunia bisnis sekalipun (Tuanakotta, 2014: 196). Dari tindakan tersebut maka muncul istilah Bribery atau penyuapan untuk memuluskan rencana mereka agar proses berjalan lancar. Tidak hanya itu terkadang muncul juga illegal gratuities atau pemberian hadiah terselubung untuk si individu dan tidak jarang individu tersebut mendapat ancaman atau economic extortion jika tidak melaksanakan perintah yang diamanatkan. Keempat elemen corruption itu saling berkaitan dalam tindak pidana korupsi, karena semua pihak ingin merasa aman dan lancar dalam mencapai tujuannya.
25
b.
Asset Misappropriation Asset misappropriation atau pengambilan aset secara ilegal dalam bahasa
sehari-hari disebut mencuri, namun dalam istilah hukum, mengambil aset secara ilegal (tidak sah, atau melawan hukum) yang dilakukan seseorang yang diberi wewenang untuk mengelola atau mengawasi aset tersebut, disebut menggelapkan (Tuanakotta, 2014:199). Dalam cabang asset misappropriation dikenal dua bentuk fraud yaitu cash dan non-cash (ACFE, 2014:1.202 ). Asset misappropriation dalam bentuk penjarahan cash atau cash misappropriation dilakukan dalam tiga bentuk yaitu skimming, larceny, dan fraudulent disbusrsement, sedangkan dalam bentuk non-cash dilakukan dalam bentuk misuse dan larceny (Tuanakotta, 2014:199). Pada cash misappropriation tindakan fraud bisa dilakukan pada saat uang tersebut belum masuk ke perusahaan (skimming). Selain itu, jika uang tersebut sudah masuk, fraud yang bisa dilakukan ialah dengan mencuri atau pencurian (larceny). Arus uang yang masuk sudah terekam oleh sistem akuntansi perusahaan, maka penjarahan uang melalui pengeluaran yang tidak sah disebut (fraudulent disbursements) (Tuanakotta, 2014:199). Dalam fraud fraudulent disbursements terdapat beberapa tindakan yang melingkupi fraud tersebut diantaranya melalui pembebanan tagihan atau pembuatan supplier fiktif (billing schemes), melalui pembayaran gaji dengan
26
membuat karyawan fiktif (payroll schemes), atau bisa juga melalui pembayaran kembali biaya-biaya yang sudah keluar (expense reimbursement schemes). Selain itu ada juga yang melalui pemalsuan cek untuk pembayaran (check tampering) dan penggelapan uang pengembalian atau refund dari pelanggan (register disbursement) (Tuanakotta, 2014:200). Selanjutnya pada non-cash misappropriation tindakan yang dapat terjadi adalah
pencurian
menggunakan
aset
inventory
(larceny)
perusahaan
untuk
dan
penyalahgunaan
kepentingan
pribadi
jabatan (misuse)
(Tuanakotta, 2014:203). Untuk melakukan tindakan fraud diatas tentu si pelaku telah memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan tersebut, karena tanpa kemampuan atau jabatan yang dimiliki sulit untuk pelaku melakukan fraud karena harus melakukan kontak fisik langsung dengan proses bisnis perusahaan. c.
Fraudulent Statements Fraudulent statement sangat dikenal para auditor dalam melakukan
general audit karena berkenaan dengan penyajian laporan keuangan yang sangat menjadi perhatian auditor, masyarakat atau para LSM (Tuanakotta, 2014:203). Fraud ini berupa salah saji (missatement baik overstatements maupun understatements) yang terdiri dari dua ranting cabang yaitu financial dan nonfinancial. Pada financial fraud tindakan yang terjadi dapat berupa penyajian aset atau pendapatan yang lebih tinggi dari yang sebenarnya (Asset / revenue overstatements) atau penyajian yang lebih rendah dari yang sebenarnya (Asset
27
/ revenue understatements). Sedangkan untuk non-finacial fraud tindakan yang terjadi dapat berupa penyampaian laporan non-keuangan yang menyesatkan, laporan yang lebih bagus dari yang sebenarnya atau pemalsuan atau pemutarbalikan keadaan yang biasanya laporan tersebut digunakan untuk keperluan intern maupun ekstern perusahaan (Tuanakotta, 2014:203). Tindakan fraud jenis ini tentu sangat merugikan jika informasi tersebut salah karena bisa menyesatkan pengguna laporan yang harus mengambil keputusan berdasarkan informasi yang ada pada laporan tersebut. 3.
Kecurangan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statements)
Definisi kecurangan laporan keuangan menurut ACFE (2014:1.203) adalah: Financial statement fraud is the deliberate misrepresentation of the financial condition of an enterprise accomplished through the intentional misstatement or omission of amounts on disclosures in the financial statements to deceive financial statement users. Yang dapat diartikan sebagai penggambaran atau penyajian kondisi finansial suatu organisasi yang disengaja salah yang dapat tercapai melalui salah saji yang disengaja atau penghilangan suatu nilai/jumlah atau pengungkapan di laporan keuangan yang bertujuan untuk mengelabui pengguna laporan keuangan. Selain itu, menurut Black Law Dictionary, definisi fraudulent misstatement ialah: 1. A knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact to induce another to act to his or her detriment; is usual a tort, but in some cases (esp. when the conduct is willful) it may be a crime, 2. A misrepresentation made recklessly without belief in its truth to induce another person to act, 3. A tort arising from knowing misrepresentation, concealment of material fact, or reckless misrepresentation made to induce another to act to his or her detriment.
28
Yang dapat diartikan sebagai 1. salah penyajian yang disadari terhadap suatu kebenaran atau penyembunyian fakta material untuk mempengaruhi orang lain melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan, namun dalam beberapa kasus khususnya yang dilakukan secara disengaja mungkin merupakan suatu kejahatan; 2. Penyajian yang salah/keliru yang dibuat secara ceroboh/tanpa perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya untuk mempengaruhi atau menyebabkan orang lain bertindak atau berbuat; 3. Suatu kerugian yang timbul akibat salah penyajian yang disadari, penyembunyian fakta material, atau penyajian yang ceroboh/tanpa perhitungan agar orang lain berbuat atau bertindak yang merugikannya. (Priantara, 2013:4). Definisi diatas sejalan dengan Kitab KUHP Indonesia yang mengatur pula tentang tindak pidana yang berkaitan dengan perbuatan membuat laporan atau laporan keuangan yaitu dalam pasal 392 yang kutipannya adalah sebagai berikut: (Priantara, 2013:79) “Seorang pengusaha, seorang pengurus atau komisaris persero terbatas, maskapai andil Indonesia atau koperasi, yang sengaja mengumumkan daftar atau neraca yang tidak benar diancam pidana…” Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecurangan laporan keuangan adalah tindakan salah yang disengaja dengan menghilangkan informasi penting dalam suatu laporan keuangan yang tujuannya untuk menyesatkan pengguna laporan keuangan. Karena, menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Indonesia, kesalahan penyajian dalam
29
laporan keuangan dapat timbul karena kecurangan atau kesalahan, dan faktor yang membedakan antara kecurangan dan kesalahan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya kesalahan penyajian dalam laporan keuangan adalah tindakan yang disengaja atau tidak disengaja (SPAP SA 240, 2013:1). Menurut Priantara (2013:91) fraudulent financial reporting yang bertujuan untuk mengelabui investor dan kreditur dilakukan dengan cara meninggikan nilai aset dan pengakuan pendapatan, serta sebaliknya merendahkan nilai liabilitas dan pembebanan ongkos operasional dan biaya produksi. Sedangkan untuk mengelabui pemerintah, misal untuk Pajak Penghasilan, perlakuan sebaliknya dengan cara merendahkan nilai aset dan pengakuan pendapatan, serta sebaliknya meninggikan nilai liabilitas dan pembebanan ongkos operasional dan bisa produksi. Selain itu menurut ACFE (2014:1.204) terdapat beberapa alasan umum mengapa seseorang melakukan kecurangan laporan keuangan diantaranya: a.
Mendorong investasi melalui pelepasan saham.
b.
Menunjukkan peningkatan laba per saham atau laba dari persekutuan yang pada akhirnya meningkatkan bonus atau dividen.
c.
Menutupi ketidakmampuan menghasilkan arus kas.
d.
Menghilangkan persepsi negatif publik terhadap kinerja organisasi.
e.
Mendapatkan pembiayaan atau mendapatkan syarat pembiayaan yang lebih menguntungkan.
f.
Mendapatkan harga yang tinggi untuk akuisisi.
30
g.
Menunjukkan kepatuhan terhadap perjanjian pembiayaan.
h.
Untuk mencapai tujuan perusahaan.
i.
Mendapatkan kinerja yang baik untuk tujuan bonus. Dari uraian diatas dapat dilihat motivasi dalam melakukan kecurangan
laporan keuangan lebih kepada kepentingan individu pelaku yang dilain pihak sekaligus untuk mencapai tujuan lainnya yaitu bagi perusahaan. Untuk mencapai tujuan mereka tentu mereka akan berusaha membuat laporan keuangan mereka menjadi terlihat lebih menarik. Mulford dan Comiskey dalam Priantara (2013:90) menjelaskan teknik financial number game yang biasa digunakan oleh manajemen untuk memperindah laporan keuangan, diantaranya adalah sebagai berikut: a.
Aggressive Accounting: Pemilihan dan penerapan prinsip akuntansi yang bertujuan agar laba tahun berjalan lebih tinggi (higher current earnings), terlepas dari apakah praktik tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.
b.
Earnings Management: Manipulasi laba secara aktif untuk suatu target yang sudah ditentukan sebelumnya untuk suatu proyeksi keuangan yang sudah dibuat, atau untuk mendapatkan suatu angka yang konsisten dengan arus kas dan trend laba yang tidak fluktuatif dan lebih berkelanjutan (smoother, more sustainable earnings stream).
c.
Income Smoothing: Suatu bentuk earnings management yang didesain untuk menghilangkan aliran laba yang fluktuatif, termasuk cara-cara untuk mereduksi dan “menyimpan” laba pada saat kinerja keuangan
31
sedang membaik agar laba tersebut bisa dimanfaatkan pada saat kinerja keuangan sedang menurun. d.
Fraudulent Financial Reporting: Penyajian keliru (misstatement) yang disengaja atau penyembunyian (ommision) atas suatu angka atau pengungkapan di dalam laporan keuangan yang bertujuan untuk memperdayai pengguna laporan keuangan.
e.
Creative Accounting: Setiap langkah yang digunakan untuk memainkan angka-angka laporan keuangan, yang mencakup aggressive accounting, fraudulent financial reporting, income smoothing, dan earnings management. Dari kelima jenis financial number game diatas kelimanya dekat sekali
dengan kategori fraud karena didalamnya terdapat permainan yang dilakukan oleh manajemen, sehingga laporan keuangan tidak terlihat seperti yang seharusnya. Priantara (2013:90) menyebutkan tindakan yang dilakukan oleh manajemen dalam melakukan fraud diantaranya: a.
Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan.
b.
Kesengajaan dalam penyajian atau sengaja menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi, kejadian, atau informasi penting dari laporan keuangna.
c.
Salah penerapan secara sengaja mengenai prinsip akuntansi (jumlah, klasifikasi, penyajian, pengungkapan).
32
Selain itu, untuk melakukan kecurangan laporan keuangan terdapat beberapa skema yang biasa dilakukan. Rezaee (2002:4) menyebutkan bahwa kecurangan laporan keuangan dapat berkaitan dengan beberapa skema berikut, yaitu: a.
Pemalsuan, pengubahan atau manipulasi dari catatan keuangan, dokumen pendukung atau transaksi bisnis;
b.
Kesalahan pencatatan material yang disengaja, penghapusan, atau kesalahan presentasi dari kejadian, transaksi, akun, atau informasi signifikan lainnya yang merupakan sumber informasi pembuatan laporan keuangan;
c.
Kesalahan yang disengaja pada penggunaan prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan dan mengungkapkan kejadian ekonomis dan transaksi bisnis;
d.
Penghilangan secara sengaja dari pengungkapan atau penyajian pengungkapan yang tidak memadai berkaitan dengan standar, prinsip, praktek akuntansi dan informasi keuangan yang berhubungan; Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dilihat bahwa kecurangan
laporan keuangan itu merupakan tindakan yang secara garis besar dapat dicirikan diantaranya manipulasi informasi akuntansi, kesalahan penggunaan prinsip akuntansi dan penghilangan suatu informasi akuntansi yang disengaja. 4.
Auditor Spesialis Industri (Auditor Industry Specialization)
Definisi Auditor spesialis menurut SAS 73 (AU Section 336) (2011:1) yaitu: “an individual or organization possesing expertise in a field other than accounting or auditing, whose work in that field is used by auditor to assist
33
the auditor in obtaining sufficient appropriate audit evidence. An auditor's specialist may be either an auditor's internal specialist (i.e., a partner or staff, including temporary staff, of the auditor's firm or a network firm) or an auditor's external specialist”. Definisi diatas dapat diartikan sebagai individu atau organisasi yang memiliki keahlian selain dibidang akuntansi dan audit, yang bekerja pada bidang tersebut dan berguna bagi auditor untuk membantu auditor mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat. Auditor spesialis tersebut dapat berupa auditor spesialis internal (yaitu partner atau staf, termasuk staf temporer dari kantor auditor atau sebuah kantor rekanan) atau auditor spesialis eksternal. Neal dan Riley (2004:2) menjelaskan bahwa auditor spesialis industri dapat diukur menggunakan pendekatan pangsa pasar (market share approach), yaitu dimana auditor tersebut memiliki pangsa pasar yang berbeda dengan kompetitorya. Selanjutnya, Gul et al., (2009:12) mengukur auditor spesialis industri menggunakan market share atau pangsa pasar berdasarkan persentase tertinggi dari total aset perusahaan yang diaudit dalam suatu industri. Berdasarkan uraian diatas, maka dalam hal ini auditor spesialis industri dapat berarti auditor yang memiliki kemampuan khusus menangani suatu industri tertentu karena pengalaman dan menguasai pangsa pasar audit dalam suatu industri tertentu. 5.
Peraturan Bapepam (saat ini OJK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan regulator pemerintah yang
bertugas mengawasi lembaga keuangan dan pasar modal (UU OJK, 2011).
34
Dalam menjalankan tugasnya OJK memiliki peraturan yang sebelumnya dibuat oleh Bapepam-LK (Bapan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) yang saat ini menjadi OJK. Berikut adalah Peraturan yang dimiliki oleh OJK yang mengatur tentang pelanggaran yang berkaitan dengan penyajian laporan keuangan dan transaksi material entitas yang peneliti gunakan dalam dalam penentuan sampel penelitian; a.
IX.E.2: Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama
b.
VIII.G.7: Pedoman Penyajian Laporan Keuangan Peraturan diatas berkaitan dengan teori kecurangan yang dikeluarkan
oleh ACFE dimana salah satu hal yang menyebabkan terjadinya kecurangan ialah kesalahan dalam penyajian laporan keuangan.
35
36
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 berikut merupakan penelitian-penelitian yang menjadi sumber referensi dalam penelitian ini: Tabel 2.1
No
Nama Peneliti
1
Muchammad Syafruddin Fira Firmanaya (2014)
Judul Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan
2
Puspatrisnanty dan Fitriyani (2014)
Analisis Hubungan Manajemen Laba dan Fraud dalam Laporan Keuangan
Metode Penelitian Persamaan Perbedaan Variabel kecurangan Proksi LEV, laporan keuangan, SALTA, financial stability, RPTRANS, INVTA, financial targets, CPA, GC, dan dan rationalization LnASSETS Proksi ROA dan Populasi perusahaan audit report publik non keuangan tahun 2008-2011 Penelitian kuantitatif Sumber data laporan Regresi logistk keuangan di Indonesia
Hasil Penelitian
Profitabilitas berpengaruh signifikan sedangkan leverage, rasio perputaran modal, transaksi pihak istimewa, ukuran perusahaan audit, rasio persediaan, perantian auditor, opini audit, dan kemampuan going concern tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Variabel kecurangan Variabel aggregated Aggregated prior dicretionary accruals dan laporan keuangan prior discretionary accruals, abnormal unexpected revenue Proksi ROA book-tax differences, memiliki hubungan positif Penelitian kuantitatif unexpected revenue dan abnormal book-tax Sumber data laporan
Bersambung pada halaman selanjutnya
37
No
3
Nama Peneliti
Jerry Sun dan Gouping Liu (2013)
Judul Penelitian
Auditor Industry Specialization, Board Governance, and Earnings Management
Manajemen Laba Riil dan Berbasis Akrual: Dapatkah Auditor yang Berkualitas Mendeteksinya? Bersambung pada halaman selanjutnya 4
Dwi Ratmono (2010)
Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian Sebelumnya Metode Penelitian Persamaan Perbedaan keuangan di per employee, Indonesia capital productivity, pertumbuhan penjualan Populasi perusahaan publik non keuangan tahun 2002-2012 Regresi logistik Variabel auditor Variabel earning industry management specialization Proksi FSIZE, LEV, MB, ICLAIM, Proksi IND, AISPE atau SPEC NOA, LITI, dan LOSS Penelitian kuantitatif Sumber data laporan Populasi perusahaan tahun 1996-2010 di keuangan di Amerika Serikat Amerika Serikat Regresi berganda Variabel auditor Variabel manajemen industry laba akrual dan specialization manajemen laba riil Proksi IMS atau Proksi abnormal SPEC CFO, abnormal
Hasil Penelitian differences memiliki hubungan negatif yang signifikan sedangkan pertumbuhan penjualan dan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan Auditor spesialis industri dan komite audit independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Auditor yang mempunyai spesialisasi industri dapat mendeteksi besarnya manajemen laba akrual dibandingkan manajemen
38
No
Nama Peneliti
Judul Penelitian
5
Christopher J. Skousen, Kevin R. Smith, dan Charlotte J. Wright (2008)
Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness Of The Fraud Triangle and SAS No. 99
Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian Sebelumnya Metode Penelitian Persamaan Perbedaan discretionary Penelitian kuantitatif expenses, abnormal Sumber data laporan production costs dan keuangan di discresionary Indonesia accruals Populasi perusahaan perbankan publik tahun 2001-2008 Regresi berganda, analisis sensitivitas Variabel financial Variabel external stability, financial pressure, personal targets, ineffective financial need, monitoring, nature of industry, rationalization, dan dan organizational kecurangan laporan structure keuangan Proksi GPM, SCHANGE, CATA, Proxy ROA, ACHANGE, IND, SALAR, SALTA, dan audit report INVSAL, LEV, FINANCE, FREEC, Jenis penelitian OSHIP, 5%OWN, kuantitatif RECEIVABLE, Sumber data laporan
Hasil Penelitian laba riil
ACHANGE, 5%OWN, CEO berhubungan positif sedangkan FINANCE, OSHIP, FREEC dan IND berhubungan negatif dengan kemungkinan terjadinya kecurangan laporan keuangan.
Bersambung pada halaman selanjutnya 39
No
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian Sebelumnya Metode Penelitian Persamaan Perbedaan keuangan di INVENTORY, Amerika Serikat FOPS, BDOUT, AUDCOMM, AUDSIZE, EXPERT, CEO, TOTALTURN, AUDCHANG, dan Tacc Populasi perusahaan publik tahun 19922001 di Amerika Serikat Logit regression, wilcoxon test, sensitivity analysis
Hasil Penelitian
Sumber: Diolah dari berbagai sumber Penelitian Sebelumnya
40
C. Kerangka Pemikiran Berikut merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini: Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Fraud yang terjadi pada perusahaan listing BEI
Perusahaan listing patuh pada peraturan OJK
Basis Teori: Fraud Triangle
Variabel Independen
Variabel Dependen
Financial stability Financial targets Kecurangan Laporan Keuangan
Ineffective monitoring Rationalization Auditor Industry Specialization
Metode Analisis: Mann-Whitney U Analisis Diskriminan
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran 41
D. Hipotesis 1.
Financial Stability dan Kecurangan Laporan Keuangan Financial Stability atau keuangan yang stabil merupakan keadaan dimana
kondisi keuangan suatu perusahaan berada dalam titik aman. Setiap tahun tentu manajamen perusahaan akan selalu ditekan untuk berusaha mencapai pendapatan dan laba yang telah ditargetkan agar kondisi perusahaan terlihat stabil. Selain itu, bonus akhir tahun akan menjadi sumber penghasilan yang besar sehingga manajemen akan sengaja untuk memanipulasi labanya demi mendapatkan pendapatan (Ratmono et al., 2013:4). Hal ini terjadi karena dalam (SAS No. 99, 2002:4) ketika stabilitas keuangan atau profitabilitas terancam oleh keadaan ekonomi, industri, dan situasi entitas yang beroperasi maka kecurangan dapat terjadi. Untuk dapat membuat laporan keuangan terlihat bagus, maka manajemen mungkin akan memanipulasi agar pertumbuhannya terlihat stabil (Skousen et al., 2008:8). Dia menggunakan change in assets atau ACHANGE sebagai proxi untuk financial stability (Beasley, 2000 dalam Skousen et al., 2008:9) Penelitian
tentang
kecurangan
yang
menganalisisi
kecurangan
berdasarkan financial stability sudah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya dilakukan oleh Kusumawardhani (2012:17) yang menemukan financial stability berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Selain itu Skousen et al., (2008:15) juga menemukan financial stability yang diproksikan dengan growth in assets berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan.
42
Hasil yang berbeda ditemukan oleh Ratmono et al., (2013:13), dimana dalam penelitiannya ia menemukan financial stability tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Sukirman dan Sari (2013:23) juga menemukan bahwa financial stability tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan perbedaan dalam penelitian financial stability, maka berdasarkan hal tersebut peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H1 :
Financial
Stability
dapat
mendeteksi
kecurangan
laporan
keuangan. 2.
Financial Targets dan Kecurangan Laporan Keuangan Financial Targets dapat dikatakan sebagai target keuangan yang
ditetapkan oleh dewan komisaris atau pemilik yang harus dicapai manajemen. Target tersebut biasanya berkaitan dengan target profitabilitas. Profitabilitas itu sendiri adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Anshar, 2012:12). ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Skousen et al., 2008:9). Tentu dengan adanya target profitabilitas akan memberikan tekanan tersendiri bagi manajemen yang membuat mereka harus bekerja keras untuk merealisasikannya. Dalam SAS No. 99 (2002:44) salah satu indikasi adanya tekanan kepada manajemen adalah adanya target profitabilitas dari investor.
43
Hal tersebut dapat menyebabkan manajemen melakukan kecurangan dalam membuat laporan keuangannya, karena menurut Martantya (2013:5) untuk mencapai target keuangan yang ditetapkan sebelumnya manajemen akan berupaya untuk melakukan manipulasi, misalnya dengan manipulasi laba. Penelitian tentang kecurangan yang berhubungan dengan financial targets sudah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya oleh Anshar (2012:20) yang menemukan hubungan yang signifikan antara financial targets dengan kecurangan laporan keuangan. Martantya (2013:10) juga melakukan penelitian tentang financial targets yang hasilnya berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Hasil berbeda ditemukan oleh Skousen et at., (2008:16) yang tidak menemukan pengaruh antara financial targets yang diproksikan dengan return on assets dengan kecurangan laporan keuangan. Sukirman dan Sari (2013:24) juga tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara financial targets perusahaan fraud dengan non-fraud. Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan perbedaan dalam penelitian financial targets, maka berdasarkan hal tersebut peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H2 :
Financial
Targets
dapat
mendeteksi
kecurangan
laporan
keuangan. 3.
Ineffective Monitoring dan Kecurangan Laporan Keuangan
44
Monitoring atau pengawasan merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk memastikan semua rencana yang ditargetkan berjalan lancar. Pengawasan tersebut dilakukan oleh komite audit yang ditunjuk oleh dewan komisaris. Komite audit bertanggung jawab kepada dewan komisaris dan bertugas untuk mengawasi proses pelaporan keuangan dalam perusahaan (Antonia, 2008:21). Ketika pengawasan terhadap laporan keuangan tidak berjalan baik tentu hal ini akan menimbulkan efek negatif terhadap proses pembuatan laporan keuangan. Menurut Martantya (2013:5) meluasnya skandal akuntansi dan praktik kecurangan merupakan salah satu dampak lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh perusahaan yang telah memberikan peluang kepada seseorang untuk bertindak sesuai dengan kepentingan pribadinya. Hal ini sejalan dengan uraian dalam SAS No.99 (2002:46) dimana kecurangan terjadi karena adanya peluang dari tidak efektifnya pengawasan. Selanjutnya, Skousen et al., (2008:11) menyatakan bahwa percentage of independent audit committee member merupakan proksi dari ineffective monitoring. Penelitian tentang kecurangan yang berkaitan dengan ineffective monitoring sudah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya oleh Antonia (2008:68) yang menemukan hubungan negatif ineffective monitoring terhadap manajemen laba. Selain itu, Skousen et al., (2008:18) juga melakukan penelitian tentang kecurangan menggunakan variabel ineffective monitoring dengan menggunakan proksi percentage of independent audit committee
45
member dan menemukan pengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan. Hasil berbeda ditemukan oleh Martantya (2013:11) yang melakukan penelitian ineffective monitoring juga dan tidak menemukan pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Ratmono et al., (2013:12) juga melakukan penelitian tersebut dan tidak menemukan pengaruh yang signifikan diantara ineffective monitoring dengan kecurangan laporan keuangan. Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan perbedaan dalam penelitian ineffective monitoring, maka berdasarkan hal tersebut peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H3: Ineffective Monitoring dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan. 4.
Rationalization dan Kecurangan Laporan Keuangan Rasionalisasi merupakan tindakan pembenaran atas suatu tindakan yang
dilakukan (Sukirman dan Sari, 2013:9). Tindakan pembenaran ini bisa saja terjadi dalam sebuah perusahaan dimana tindakan tersebut dianggap biasa saja dan sering terjadi dalam perusahaan tersebut, salah satunya adalah tindakan curang. Rendahnya integritas yang dimiliki seseorang menimbulkan pola pikir dimana orang tersebut merasa dirinya benar saat melakukan kecurangan (Ratmono et al., 2013:5). SAS No.99 (2002:47) menjelaskan salah satu tindakan kecurangan yang disebabkan oleh rasionalisasi adalah kepentingan manajemen dalam menjaga
46
atau meningkatkan tren laba. Manajemen laba yang dilakukan menggunakan diskresionari akrual mungkin menyebabkan perusahaan tersebut mendapatkan qualified audit opinions atau wajar dengan pengecualian (Skousen et al., 2008:16). Penelitian tentang kecurangan yang berkaitan dengan rationalization sudah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Sukirman dan Sari (2013:22) yang menemukan perbedaan rationalization yang signifikan antara perusahaan fraud dan non-fraud. Chen dan Elder (2007:21) yang melakukan penelitian
tentang
rationalization
kecurangan
berpengaruh
laporan
signifikan
keuangan terhadap
juga
menemukan
kecurangan
laporan
keuangan. Hasil berbeda ditemukan oleh Ratmono et al., (2013:16) juga tidak menemukan pengaruh yang signifikan antara variabel rationalization dengan kecurangan laporan keuangan. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Fimanaya (2014:9) juga tidak menemukan pengaruh yang signifikan. Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan perbedaan dalam penelitian rationalization, maka berdasarkan hal tersebut peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H4: Rationalization dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan. 5.
Auditor Industry Specialization dan Kecurangan Laporan Keuangan Auditor Industry Specialization atau Auditor spesialis industri memiliki
peran penting dalam peningkatan kebenaran laporan keuangan. Pengetahuan tentang suatu industri yang dimiliki auditor spesialis dapat memberikan
47
kemampuan untuk mendeteksi manajemen laba dan meminimalisasi kesalahan (Balsam, Krishnan, dan Yong, 2003:3). Sun dan Liu (2013:5) juga mengatakan auditor spesialis industri lebih mudah melihat manajemen laba dan mendeteksi kesalahan penyajian akuntansi atau fraud. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Gul et al., (2009:23) yang menemukan bahwa perusahaan besar, perusahaan yang berada dalam lingkungan industri yang rentan berperkara, dan perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas tinggi lebih sering menggunakan jasa auditor spesialis. Selain itu Krishnan (2003:2) mengatakan auditor spesialis biasanya juga mengembangkan database tentang industry specific best practice, risiko industri dan eror juga transaksi yang tidak biasa, yang semuanya bertujuan untuk menciptakan efektivitas audit. Penelitian tentang auditor spesialis industri sudah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Januarsi (2008:17) yang menemukan auditor spesialis industri berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba akrual. Dimana dengan adanya auditor spesialis maka manajemen laba akrual dapat berkurang yang berarti kecurangan berkurang. Karena Puspatrisnanti dan Fitriany (2014:17) menemukan menemukan hubungan positif antara manajemen laba dengan kecurangan. Selanjutnya penelitian juga dilakukan oleh Ratmono (2010:19) menemukan auditor spesialis industri berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil berbeda ditemukan oleh Nuryaman (2008:18), ia tidak menemukan pengaruh yang signifikan antara auditor spesialis industri dengan manajemen
48
laba. Aditya (2013:14) juga menemukan auditor spesialis industri tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Dapat dilihat pada penelitian sebelumnya ternyata masih ditemukan perbedaan dalam penelitian auditor spesialis industri, maka berdasarkan hal tersebut peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H5: Auditor Industry Specialization dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
49
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu tipe penelitian dengan dengan karakteristik masalah berupa hubungan korelasional antara dua variabel atau lebih dan bertujuan untuk menentukan ada atau tidaknya korelasi antar variabel atau membuat prediksi berdasarkan korelasi antar variabel (Indriantoro dan Supomo, 2002:27). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendeteksian kecurangan laporan keuangan oleh auditor spesialis industri dengan analisis fraud triangle. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terkena sanksi dan kasus oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) tahun 20112013.
B. Metode Pemilihan Sampel Sampel merupakan perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2013. Data tersebut merupakan data sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) atau www.idx.co.id dan situs perusahaan yang bersangkutan. Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive sampling), dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel
51
secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Sekaran, 2006:136) dengan kriteria sebagai berikut:
52
1.
Sampel perusahaan fraud merupakan perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan terkena kasus dan sanksi OJK tahun 2011-2013.
2.
Sampel perusahaan fraud merupakan perusahaan yang melanggar peraturan Bapepam nomor IX.E.2 dan VIII.G.7.
3.
Sampel perusahaan non-fraud merupakan perusahaan yang tidak memiliki indikasi adanya fraud dan jumlah aset dan penjualan yang sebanding atau hampir sama dengan perusahaan fraud pada tahun 20112013 pada sektor industri yang sama.
4.
Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan audited selama periode 2011-2013.
5.
Adanya akses untuk mengunduh laporan keuangan perusahaan audited.
C. Metode Pengumpulan Data Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan data sekunder. Data sekunder dapat diperoleh dari perusahaan yang diteliti atau data yang dipublikasikan untuk umum (Indriantoro dan Supomo, 2002:149) Berikut merupakan metode pengumpulan data dalam penelitian ini: 1.
Data Internal Data internal merupakan dokumen-dokumen akuntansi dan operasi yang
dikumpulkan, dicatat dan disimpan di dalam suatu organisasi (Indriantoro dan Supomo, 2002:149). Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan
50
perusahaan yang terkena sanksi dan kasus dengan meminta data tersebut dengan mendatangi kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data tersebut didapat dari data internal Direktorat Penetapan Sanksi dan Keberatan Pasar Modal OJK. 2.
Data Eksternal Data sekunder eksternal umumnya disusun oleh suatu entitas selain
peneliti dari organisasi yang bersangkutan (Indriantoro dan Supomo, 2002:149). Peneliti memperoleh data sekunder yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui buku dan majalah, publikasi pemerintah, ikhtisar statistik, basis data, media, laporan tahunan perusahaan dan sebagainya (Sekaran, 2006:65). Data yang digunakan oleh peneliti merupakan data yang dapat diakses oleh siapa saja di situs BEI dan perusahaan yang bersangkutan.
D. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian yaitu
salah satunya
dengan mengolah data menggunakan statistik
nonparametrik. Salah satu syarat untuk menggunakan statistik nonparametrik adalah data terdistribusi normal ataupun tidak normal dan tipe data adalah nominal, ordinal, interval maupun rasio pada data berjumlah seratus ataupun sepuluh (Santoso, 2014:3). Berikut metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini: 1.
Uji Mann-Whitney U
51
Mann-Whitney U adalah uji dua sampel bebas pada statistik nonparametrik mempunyai tujuan yang sama dengan uji t pada statistik parametrik, yakni ingin mengetahui apakah dua buah sampel yang bebas berasal dari populasi yang sama (Santoso, 2014:104). Data tersebut bertipe nominal atau ordinal. Syarat untuk menggunakan statistik nonparametrik ialah data tidak terdistribusi normal, oleh karena itu peneliti menggunakan uji normalitas terlebih dahulu dengan menggunakan uji statistik kolmogorovsmirnov. Jika hasil signifikansi dibawah 0,05 maka hipotesis nol ditolak atau data tidak terdistribusi normal (Ghazali, 2013:34). Setelah itu uji mannwhitney u digunakan untuk menguji ukuran perusahaan fraud dengan nonfraud, dan yang kedua untuk menguji variabel independen. Variabel yang lolos uji adalah yang memiliki nilai signifikansi dibawah 0,05. 2.
Analisis Diskriminan Analisis Diskriminan merupakan bentuk regresi dengan variabel terikat
berbentuk non-metrik atau kategori. Analisis ini membantu mengidentifikasi variabel bebas yang membedakan variabel terikat berskala nominal (Sekaran, 2006:302). Tujuan dari analisis diskriminan ini adalah untuk; (Ghazali, 2013:290) a) Mengidentifikasi variabel-variabel yang mampu membedakan antara dua kelompok. b) Menggunakan
variabel-variabel
yang
telah
teridentifikasi
untuk
menyusun persamaan atau fungsi untuk menghitung variabel baru atau indek yang dapat menjelaskan perbedaan antara kedua kelompok.
52
c) Menggunakan variabel yang telah teridentifikasi atau indek untuk mengembangkan aturan atau cara mengelompokkan observasi di masa datang kedalam satu dari kedua kelompok. Variabel yang dapat diuji pada analisis diskriminan adalah variabel yang lolos uji beda mann-whitney u. Karena jika variabel dapat membedakan kedua kelompok, maka variabel ini akan digunakan untuk membentuk fungsi diskriminan (Ghazali, 2013:292). Selanjutnya, dalam analisis diskriminan ini terdapat beberapa analisis untuk menjelaskan hasil pengujian tersebut diantaranya: a) Test of Equality of Group Means Tes ini digunakan untuk melihat apakah secara univariate ada perbedaan pendekatan variabel dependen dilihat dari variabel independen, dan variabel independen mampu membedakan variabel dependen (Ghazali, 2013:305). Variabel dikatakan dapat membedakan jika nilai signifikansi dibawah 0,05. Hasil ini akan menjawab hipotesis dalam penelitian ini. b) Wilks’ Lambda Dalam pengambilan keputusan terdapat dua cara yaitu melihat nilai wilks’ lambda dan nilai F tes atau signifikansi (Santoso, 2014:176). Dalam hal ini, nilai wilk’s lambda akan dilihat apakah mendukung nilai signifikansi yang ada pada test of equality of group means dengan menguji variabel secara bersama-sama dengan nilai signifikansi dibawah 0,05. Karena hal ini dapat menyimpulkan bahwa fungsi diskriminan signifikan secara statistik yang
53
berarti nilai means atau rata-rata score diskriminan untuk kedua kelompok perusahaan berbeda secara signifikan. c) Elgenvalues Canonical correlation dalam tabel elgenvalues mengukur keeratan hubungan antara discriminant score dengan grup (Santoso, 2014:187). Selain itu, nilai tersebut juga untuk mengukur variasi antara kedua kelompok perusahaan yang dapat dijelaskan oleh variabel diskriminan. (Ghazali, 2013:296). Nilai tersebut akan dikuadratkan untuk mendapatkan nilai persentase. d) Canonical discriminant function coefficients Dalam hasil uji analisis diskriminan terdapat suatu persamaan atau fungsi yang dihasilkan dari analisis tersebut. Kegunaan fungsi ini untuk mengetahui sebuah case masuk pada grup yang satu, ataukah tergolong pada grup yang lainnya (Santoso, 2014:189). e) Function at group centroids Dalam hasil ini terdapat nilai dari masing-masing kelompok variabel dependen. Pada analisis ini, hasil dari tabel function at group centroids adalah nilai cut off, yang dipilih pada nilai yang meminimumkan jumlah incorrect classification atau kesalahan misklasifikasi (Ghazali, 2013:299). Rumus cut off adalah sebagai berikut (Santoso, 2013:193): Z =
54
f)
Classification result Setelah fungsi diskriminan dibuat, kemudian dilakukan klasifikasi untuk
melihat seberapa jauh klasifikasi tersebut sudah tepat atau seberapa persen terjadi misklasifikasi pada proses klasifikasi tersebut. (Santoso, 2014:195). Berdasarkan hasil analisis diatas maka akan didapat suatu nilai yang dapat menjawab hipotesis penelitian ini. Sebelumnya, berikut adalah model penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini: FRAUD = ß0 + ß1ACHANGE + ß2ROA + ß3IND + ß4AUDREPORT + ß5SPEC + εi Keterangan: ß0
= koefisien regresi konstanta
ß1,2,3,4,5
= koefisien regresi masing-masing proksi
ACHANGE
= persentase perubahan total aset selama 2 tahun
ROA
= rasio tingkat pengembalian aset
IND
= rasio komite audit independen
AUDREPORT
= opini audit laporan keuangan
SPEC
= auditor spesialis industri
εi
= error
E. Operasionalisasi Variabel 1.
Variabel Dependen (Kecurangan Laporan Keuangan) Kecurangan laporan keuangan merupakan variabel dependen dalam
penelitian ini. Kecurangan laporan keuangan merupakan salah satu cabang
55
dan ranting yang menggambarkan fraud dalam label fraudulent statement dalam fraud tree yang berkenaan dengan penyajian laporan keuangan (Tuankotta, 2014:203). Definisi dari kecurangan laporan keuangan itu sendiri salah satunya adalah salah penyajian yang disadari terhadap suatu kebenaran atau penyembunyian fakta material yang mempengaruhi orang lain melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan, namun dalam beberapa kasus khususnya yang dilakukan secara sengaja mungkin merupakan kejahatan (Priantara, 2013:4). Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi kecurangan. Pendekatan yang dilakukan oleh peneliti dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan adalah menggunakan data laporan keuangan perusahaan yang terkena sanksi dan kasus OJK tahun 2011-2013. Peneliti menggunakan dummy variabel dalam penelitian ini yaitu angka 1 untuk perusahaan fraud dan angka 0 untuk perusahaan non-fraud (Martantya, 2013: 6). Karena data tersebut berbentuk kategorik, maka variabel dinyatakan sebagai dummy variabel (Ghazali, 2013: 178). 2.
Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah fraud triangle dan
auditor spesialis industri. Varibel fraud triangle terdiri dari tiga bagian yaitu pressure, opportunity, dan rationalization. Selanjutnya dari tiga bagian tersebut terdapat beberapa bagian lagi diantaranya sebagai berikut:
56
a.
Financial Stability Salah satu sisi dari teori fraud triangle adalah tekanan. Dalam SAS No.
99 (2002:44) financial stability adalah kecurangan yang disebabkan oleh tekanan salah satu jenisnya adalah stabilitas atau profitabilitas keuangan yang terancam oleh kondisi ekonomi, industri, atau operasi entitas. Salah satu indikasi adanya tekanan yang disebabkan oleh terancamnya stabilitas keuangan suatu perusahaan adalah kerugian operasi yang menjadi ancaman terjadinya
kebangkrutan,
penyitaan,
atau
pengambilalihan
dengan
menggunakan tekanan dalam waktu dekat (SPAP, 2013:44). Skousen et al., (2008:7) dalam penelitiannya menggunakan change in assets sebagai proksi dari variabel financial stability dan hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan positif antara financial stability dengan kecurangan laporan keuangan. Martantya (2013:6) juga menggunakan proksi pertumbuhan aset untuk variabel stabilitas keuangan atau financial stability. Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan proksi pertumbuhan aset karena jika pertumbuhan aset terlihat stabil maka ini berarti tingkat laba perusahaan juga stabil. Selanjutnya, untuk menghitung growth in assets atau ACHANGE dapat menggunakan rumus sebagai berikut: (Skousen et al., 2008:7 dan Martantya, 2013:6) ACHANGE = b.
Financial Targets Dalam SAS No. 99 (2002:45) financial targets adalah kecurangan yang
disebabkan oleh tekanan salah satu jenisnya adalah tekanan yang eksesif
57
terhadap manajemen atau personel operasi. Salah satu indikasi adanya tekanan yang disebabkan oleh tekanan yang eksesif terhadap manajemen adalah adanya target keuangan yang ditetapkan oleh pihak yang bertanggungjawab atas kelola, termasuk target insentif penjual atau profitabilitas (SPAP, 2013:45). Skousen et al., (2008:7) dalam penelitiannya menggunakan return on assets sebagai proksi dari variabel financial targets dan hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan negatif antara financial targets dengan kecurangan laporan keuangan. Martantya (2013:7) juga menggunakan proksi tingkat laba terhadap aset atau ROA untuk variabel target keuangan atau financial targets. Anshar (2012:15) juga menggunakan proksi yang sama untuk variabel financial targets Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan proksi return on assets karena itu merupakan rasio yang sering digunakan untuk melihat profitabilitas suatu perusahaan. Selanjutnya, untuk menghitung return on assets atau ROA dapat menggunakan rumus sebagai berikut: (Skousen et al., 2008:9). ROA = c.
Ineffective Monitoring Dalam SAS No. 99 (2002:46) ineffective monitoring adalah kecurangan
yang disebabkan oleh peluang salah satu jenisnya adalah pemantauan manajemen yang tidak efektif . Salah satu indikasi adanya peluang yang disebabkan oleh adanya pemantauan yang tidak efektif adalah pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terhadap proses pelaporan
58
keuangan dan pengendalian intern yang tidak efektif (SPAP, 2013:47). Dalam hal ini adalah dewan direksi dan komite audit (SAS No. 99, 2002:46). Skousen et al., (2008:11) dalam penelitiannya menggunakan percentage of independent audit committe atau IND sebagai proksi dari variabel ineffective monitoring dan hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan negatif antara ineffective monitoring dengan kecurangan laporan keuangan. Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan proporsi komite audit independen karena mereka merupakan orang diluar perusahaan dan tidak memiliki kepentingan apapun terhadap keuntungan perusahaan. Selanjutnya, untuk menghitung percentage of independent audit committe atau IND dapat menggunakan rumus sebagai berikut: (Skousen et al., 2008:11) IND = d.
Rationalization Dalam SPAP (2013:47) rationalization adalah kecurangan yang
disebabkan oleh adanya indikasi manajemen memiliki kepentingan yang eksesif dalam menjaga atau meningkatkan harga saham atau tren laba entitas. Untuk menjaga laba yang dimiliki stabil atau meningkat tentu manajemen memerlukan treatment atau perlakuan tertentu agar laba perusahaan menjadi terlihat bagus, salah satunya menggunakan diskesionari akrual dalam manajemen laba. Penggunaan diskresionari akrual menyebabkan suatu perusahaan mungkin mendapatkan opini quailified audit opinions atau wajar dengan pengecualian (Skousen et al., (2008:13).
59
Skousen et al., (2008:13) menggunakan opini audit atau audit report sebagai proksi dari variabel rasionalisasi. Sukirman dan Sari (2013:10) juga menggunakan opini audit sebagai proksi dari variabel rasionalisasi dan menemukan terdapat perbedaan yang signifikan pembentuk rasionalisasi antara perusahaan fraud dan non-fraud. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan opini audit sebagai proksi berdasarkan penelitian sebelumnya diatas. Selanjutnya, untuk mengitung opini audit, karena ini merupakan data kualitatif maka peneliti menggunakan dummy variabel yaitu angka 1 untuk perusahaan yang mendapatkan opini tanpa modifikasi atau unqualified opinion (wajar tanpa pengecualian) dan angka 0 untuk perusahaan yang mendapatkan opini modifikasi lainnya. e.
Auditor Industry Specialization Auditor spesialis industri adalah auditor yang telah memenuhi syarat
tertentu yaitu menguasi pangsa pasar audit dalam suatu industri tersebut. Untuk mengukur auditor spesialis industri Balsam et al., (2003:5) menggunakan industry market share (menggunakan sales klien). Gul et al., (2009:12) juga menggunakan volume industri bisnis untuk mengukur auditor spesialis industri. Selain itu, ada juga penelitian yang menggunakan aset klien dalam pengukuran auditor spesialis industri yaitu oleh Sun dan Liu (2013:3). Siregar, Fitriany, Wibowo dan Anggraita (2011:9) juga menggunakan pangsa pasar berdasarkan total aset klien dalam penelitiannya. Dalam penelitian ini
60
peneliti menggunakan perbandingan aset klien untuk mengukur auditor spesialis industri yang dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: (Setiawan dan Fitriany, 2011:8) SPEC =
x
Suatu KAP dikatakan spesialis jika KAP tersebut menguasai 20% atau lebih industry market share (Rusmin, 2010:7). Karena data merupakan data kualitatif maka peneliti menggunakan dummy variabel yaitu angka 1 untuk perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industri dan angka 0 untuk perusahaan yang diaudit oleh bukan auditor spesialis industri. Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel No 1
Variabel Kecurangan Laporan Keuangan (Martantya, 2013)
Jenis Variabel Dependen
2
Financial Stability (Skousen et al.,2008)
Independen
3
Financial Targets (Skousen et al.,2008)
Independen
4
Ineffective Monitoring (Skousen et al.,2008)
Independen
5
Rationalization (Skousen et al.,2008)
Independen
6
Auditor Industry Specialization (Setiawan dan Fitriyani, 2011)
Independen
Sumber:
Diolah
dari
Indikator Variabel dummy, nilai 1 untuk perusahaan fraud, dan 0 untuk perusahaan tidak fraud. ACHANGE = (Total Asset t – Total Asset t-1 ) / Total Asset t ROA = Net Income before extraordinary item t-1 / Total Asset t IND = Jumlah anggota komite audit independen / Jumlah total komite audit Variabel dummy, nilai 1 untuk opini unqualified opinion, dan 0 untuk opini modifikasi lainnya. Variabel dummy, nilai 1 untuk perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industri, dan 0 untuk perusahaan yang diaudit oleh bukan auditor spesialis industri
berbagai
Skala Nominal
Rasio
Rasio
Rasio
Nominal
Nominal
sumber
61
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1.
Deskripsi Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan listing Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang terkena sanksi dan kasus oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Perusahaan tersebut merupakan entitas yang terkategori dalam pengelompokkan seluruh industri di BEI. Dalam penelitian ini, laporan keuangan perusahaan tersebut digunakan sebagai bahan untuk dianalisis oleh peneliti. Pengumpulan data dilaksanakan melalui permohonan permintaan data kepada OJK secara langsung dengan mendatangi Direktorat Penetapan Sanksi dan Keberatan Pasar Modal OJK. Perolehan data tersebut dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2014. Selajutnya data tersebut dikirim kepada peneliti melalui email. Data yang peneliti peroleh ialah daftar perusahaan listing BEI yang terkena sanksi dan kasus tahun 2011-2013. Tabel 4.1 berikut ini menyajikan data yang diperoleh peneliti dalam pengumpulan data tersebut: Tabel 4.1 Daftar Sampel Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013 No 1 2 3 4 5 6
Industri Agriculture Mining Basic Industry and Chemicals Miscelleneous Industry Consumer Goods Industry Property, Real Estate and Building Construction
Bersambung pada halaman selanjutnya
62
Jumlah 2 10 13 3 1 10
Tabel 4.1 Daftar Sampel Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013 No 7 8 9 10 11
Industri Infrasturcture, Utilities, and Transportation Finance Trade, Service, and Invesment Securities Company Private Company Total Perusahaan Perusahaan non sekuritas Perusahaan listing equity atau modal Perusahaan sanksi VIII.G.7 dan IX.E.2 Perusahaan memiliki laporan keuangan audited
Jumlah 8 2 13 2 10 74 72 61 37 30
Sumber: Data sekunder yang diolah Peneliti mengambil sampel sebanyak 30 perusahaan dari total 74 perusahaan fraud yang terkena sanksi dan kasus OJK yang tersebar di semua industri. Dari total tersebut, 72 perusahaan merupakan perusahaan nonsekuritas dan 61 diantaranya merupakan perusahaan yang terdaftar atau listing BEI berdasarkan modal atau saham. Selanjutnya peneliti menyeleksi kembali jumlah tersebut dengan kriteria perusahaan yang melanggar peraturan Bapepam-LK No. VIII.G.7 dan IX.E.2 didapatkan 37 perusahaan. Dari jumlah tersebut, terdapat 30 perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dan tahunannya di situs BEI atau situs resmi perusahaan. Dengan demikian, sampel 30 perusahaan fraud itulah yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini. 2.
Deskripsi Sampel Penelitian Dalam penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive sampling
dengan judgement sampling. Berdasarkan pada tabel 4.1 diatas, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel pembanding perusahaan fraud diatas dengan perusahaan non-fraud. Pemilihan perusahaan pembanding 63
tersebut dilakukan dengan cara memilih perusahaan yang berada pada industri atau core-business yang sama berdasarkan jumlah aset dan penjualan yang hampir sama. Berikut adalah data pembanding kedua perusahaan: Tabel 4.2 Perbandingan Asset dan Sales Perusahaan Fraud dan Non-Fraud N o 1 2 3 4 5 6 7 8
Industry Agriculture Mining Basic Industry and Chemicals Miscellaneous Industry Property, Real Estate and Building Construction Infrastructure, Utilities, and Transportation Finance Trade, Service, and Invesment Total
Fraud Asset Sales 1213 25
Non-Fraud Asset Sales 2241 682
19924 17590 1874
11890 20726 1004
23831 4002 2377
19850 4509 2270
2865 2273 2442 24845 73026
467 658 210 2940 37920
2503 3081 3382 24869 66286
430 2906 1124 20857 52628
Sumber: data sekunder yang diolah Data diatas terdiri dari 30 perusahaan fraud dan 30 perusahaan non-fraud sebagai data pembanding agar penelitian ini bisa dilakukan. Peneliti akan menguji sampel tersebut, untuk melihat apakah kedua sampel memiliki ukuran yang sama. Karena jika ukuran berbeda, maka sampel tersebut tidak dapat digunakan dalam penelitian ini.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1.
Hasil Uji Mann-Whitney U Sampel Penelitian Analisis yang pertama sebelum menguji variabel penelitian adalah
menguji sampel. Peneliti menguji sampel dengan uji mann-whitney u tetapi
64
sebelum itu peneliti akan melakukan uji normalitas terlebih dahulu dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Uji Normalitas Sampel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
60
Normal Parameters
a,b
Mean
,0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
,49905374
Absolute
,302
Positive
,262
Negative
-,302
Test Statistic
,302
Asymp. Sig. (2-tailed)
,000c
Sumber: output SPSS Tabel 4.3 diatas menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Ini berarti data tidak terdistribusi normal karena nilai signifikansi berada dibawah 0,05. Oleh karena itu, statistik non-parametrik dapat digunakan untuk menguji sampel. Selanjutnya, peneliti menggunakan sampel penelitian yang sama yaitu terdiri dari 30 perusahaan fraud dan 30 perusahaan non-fraud di uji dengan menggunakan uji beda non-parametrik atau Mann-Whitney U untuk melihat karakteristik perusahaan berdasarkan jumlah assets dan sales. Berikut merupakan tabel dari hasil pengujian tersebut: Tabel 4.4 Uji MannAsset dan
Whitney U Sales
a
Test Statistics
Asset
Sales
65
Mann Whitney U
418,000
378,500
Wilcoxon W
883,000
843,500
-,473
-1,057
,636
,290
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber: output SPSS
Tabel 4.4 menunjukkan nilai signifikansi pada asset dan sales masingmasing adalah 0,636 dan 0,290. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara sampel fraud dan non-fraud yang mengacu pada ukuran perusahaan berdasarkan jumlah asset dan sales
karena memiliki nilai
signifikansi diatas 0,05 atau > 0,05. Berdasarkan hasil diatas, ini juga dapat berarti bahwa perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki karakteristik assets dan sales yang sama, tidak terjadi perbedaan jarak yang signifikan diantara kedua sampel perusahaan tersebut, sehingga dapat disimpulkan perusahaan dapat dibandingkan dan digunakan dalam penelitian ini. 2.
Hasil Uji Mann-Whitney U Variabel Penelitian Berikutnya, peneliti menguji variabel independen dengan uji mann-
whitney u tetapi sebelum itu peneliti akan melakukan uji normalitas terlebih dahulu dan hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Uji Normalitas Variabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
60 a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Absolute
,0000000 ,47954291 ,246
66
Positive
,246
Negative
-,230
Test Statistic
,246
Asymp. Sig. (2-tailed)
,000c
Sumber: output SPSS Tabel 4.5 diatas menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Ini berarti data tidak terdistribusi normal karena nilai signifikansi berada dibawah 0,05. Oleh karena itu, statistik non-parametrik dapat digunakan untuk menguji variabel independen. Selanjutnya, penelitian menggunakan sampel yang sama yang peneliti miliki yaitu 30 perusahaan fraud dan 30 perusahaan non-fraud dan melakukan uji beda non-parametrik atau mann-whitney u untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan diantara kedua sampel dari variabel tersebut. Berikut merupakan tabel dari hasil pengujian tersebut: Tabel 4.6 Uji Mann-Whitney U Variabel Independen Test Statisticsa ACHANGE
ROA
IND
AUDREPORT
SPEC
Mann-Whitney U
296,500
5,500
434,000
405,000
450,000
Wilcoxon W
761,500
700,500
899,000
870,000
915,000
-2,270
-3,171
-,626
-1,076
,000
,023
,002
,531
,282
1,000
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber: output SPSS Tabel 4.6 menunjukkan signifikansi pada variabel independen dengan proksi ACHANGE (0,023), ROA (0,002), IND (0,531), AUDREPORT (0,282), dan SPEC (1,000). Hal ini berarti bahwa ACHANGE dan ROA perusahaan fraud memiliki perbedaan yang signifikan dengan ACHANGE dan ROA perusahaan non-fraud, karena memiliki nilai signifikansi dibawah 67
0,05 atau < 0,05. Sedangkan IND, AUDREPORT, dan SPEC perusahaan fraud tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan IND, AUDREPORT, dan SPEC perusahaan non-fraud, karena memiliki nilai signifikansi diatas 0,05 atau > 0,05. Penjelasan lebih lanjut mengenai hasil pengujian diatas akan dijelaskan dengan uraikan sebagai berikut: a.
Nilai ACHANGE atau persentase perubahan aset berdasarkan hasil pengujian diatas cenderung memiliki nilai yang berbeda antara perusahaan fraud dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti terdapat perbedaan pertumbuhan aset, karena perusahaan fraud cenderung memiliki ACHANGE yang lebih rendah dibandingkan perusahaan nonfraud yang menunjukkan kestabilan pada perusahaan fraud tidak terjaga dan rentan terjadinya kecurangan. Karena nilai ACHANGE yang merupakan proksi dari variabel financial stability memiliki nilai perbedaan yang signifikan, maka proksi ini dapat di uji lebih lanjut dengan menggunakan uji analisis diskriminan.
b.
Nilai ROA atau rasio laba terhadap aset berdasarkan hasil pengujian diatas cenderung memiliki nilai yang berbeda antara perusahaan fraud dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti terdapat kebijakan akuntansi yang berbeda atau perbedaan kemampuan antara perusahaan fraud dan non-fraud, karena perusahaan fraud cenderung memiliki ROA yang lebih kecil dibandingkan perusahaan non-fraud. Karena nilai ROA yang merupakan proksi dari variabel financial targets memiliki 68
perbedaan nilai yang signifikan, maka proksi ini dapat di uji lebih lanjut dengan menggunakan uji analisis diskriminan. c.
Nilai IND atau persentase komite audit independen berdasarkan hasil pengujian diatas cenderung memiliki nilai yang sama antara perusahaan fraud dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti setiap perusahaan telah mematuhi peraturan tentang komposisi komite audit yang salah satu syaratnya diwajibkan memiliki komite audit independen. Karena nilai IND yang merupakan proksi dari variabel ineffective monitoring tidak memiliki perbedaan nilai yang signifikan, maka proksi ini tidak dapat di uji lebih lanjut dengan menggunakan uji analisis diskriminan dan hipotesis 3 tidak dapat dijawab atau disimpulkan.
d.
Nilai AUDREPORT atau laporan auditor independen yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian atau unqualified opinion berdasarkan hasil pengujian diatas cenderung memiliki nilai yang sama antara perusahaan fraud dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti setiap perusahaan yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian tidak selalu dikategorikan sebagai perusahaan yang bersih, karena opini tersebut hanya sebatas wajar dalam hal penyajiannya bukan memiliki kebenaran yang absolut. Karena nilai AUDREPORT yang merupakan proksi dari variabel rationalization tidak memiliki perbedaan nilai yang signifikan, maka proksi ini tidak dapat di uji lebih lanjut dengan menggunakan uji analisis diskriminan dan hipotesis 4 tidak dapat dijawab atau disimpulkan. 69
e.
Nilai SPEC atau auditor spesialis industri berdasarkan hasil pengujian diatas cenderung memiliki nilai yang sama antara perusahaan fraud dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti setiap auditor memiliki kemampuan yang sama walaupun auditor tersebut bukan auditor spesialis industri. Karena perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis industri tetap tergolong perusahaan fraud yang terkena sanksi dan kasus OJK. Karena nilai SPEC yang merupakan proksi dari variabel auditor industry specialization tidak memiliki perbedaan nilai yang signifikan, maka proksi ini tidak dapat di uji lebih lanjut dengan menggunakan uji analisis diskriminan dan hipotesis 5 tidak dapat dijawab atau disimpulkan.
3.
Hasil Uji Analisis Diskriminan Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Variabel yang
dapat diuji dengan analisis diskriminan yaitu variabel yang telah lolos uji mann-whitney u. Terdapat beberapa tahapan dalam pengujian dengan menggunakan analisis diskriminan ini yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Tests of Equality of Group Means Ini adalah tahap awal pengujian variabel yang menggunakan analisis
diskriminan. Tahap ini akan menguji apakah means diantara kedua variabel independen memiliki perbedaan yang signifikan dan hasilnya akan menjawab hipotesis penelitian. Berikut merupakan dari hasil pengujian tersebut: Tabel 4.7 Hasil Test of Equality of Group Means Tests of Equality of Group Means Wilks' Lambda ACHANGE
Sumber: output SPSS
,958
F 2,569
df1
df2 1
Sig. 58
,114
70
ROA
,908
5,892
1
58
,018
Tabel 4.7 diatas menunjukkan nilai signifikansi ACHANGE dan ROA masing-masing sebesar 0,114 dan 0,018. Hal ini berarti ACHANGE tidak nilai perbedaan yang signifikan karena memiliki nilai signifikansi diatas 0,05 atau > 0,05. Sedangkan ROA memiliki perbedaaan yang signifikan karena memiliki nilai signifikansi dibawah 0,05 atau < 0,05. Penjelasan lebih lanjut mengenai hasil pengujian diatas akan dijelaskan pada sub bab pembahasan diakhir bab iv (empat) ini. Wilks’ Lambda
b.
Hasil uji beda diatas juga dapat dibuktikan dengan melihat nilai wilk’s lambda dan menentukan ada tidaknya perbedaan mean dicriminants score diantara kedua sampel yang mendukung uji test of equality of group means. Berikut merupakan dari hasil pengujian tersebut: Tabel 4.8 Hasil Wilks’ Lambda Wilks' Lambda Test of Function(s) 1
Wilks' Lambda ,908
Chi-square 5,563
Df
Sig. 1
,018
Sumber: ouput SPSS Tabel 4.8 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,018 yang dapat berarti nilai mean score diskriminan diantara kedua kelompok memiliki perbedaan yang signifikan. Nilai diatas dapat juga berarti ROA dapat mengindentifikasi perusahaan fraud dan non-fraud karena nilai ROA kedua perusahaan tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Dan hal ini juga menjelaskan bahwa, hasil pengujian hipotesis pada uji test of equality of 71
group means hasilnya benar signifikan, karena hasil uji wilks’ Lambda mendukung hasil signifikansi tersebut. Karena hanya ada satu variabel yang signifikan, maka nilai signifikansi pada uji ini sama dengan test of equality of group means.
c.
Elgenvalues Hasil berikut akan menunjukkan seberapa besar variabel dependen dapat
dijelaskan oleh variabel independen. Berikut merupakan dari hasil pengujian tersebut: Tabel 4.9 Hasil Elgenvalues Eigenvalues Canonical Function
Eigenvalue
1
,102
% of Variance a
Cumulative %
100,0
Correlation
100,0
,304
Sumber: output SPSS Tabel 4.9 menunjukkan nilai canonical correlation sebesar 0,304 atau besarnya square canonical correlation (CR2) = (0,304)2 atau sama dengan 0,0924. Hal ini berarti, dapat disimpulkan bahwa 9% variasi antara kelompok perusahaan fraud dan non-fraud dapat dijelaskan oleh variabel diskriminan rasio ROA. Sedangkan sisanya 91% dijelaskan oleh variabel lain diluar model ini. Karena diluar model ini masih terdapat variabel yang memiliki kemungkinan dapat mengidentifikasi sampel seperti financial stability. d.
Canonical Discriminant Function Coefficients
72
Selajutnya, analisis diskriminan ini akan menghasilkan suatu koefisien yang membentuk fungsi diskriminan. Berikut merupakan dari hasil pengujian tersebut:
Tabel 4.10 Hasil Function Coefficients Canonical Discriminant Function Coefficients Function 1 ROA
7,271
(Constant)
-,153
Sumber: output SPSS Tabel 4.10 menyajikan persamaan estimasi fungsi diskrimninan unstandarized yang dapat dilihat dari output canonical discriminant function coefficients dengan persamaan sebagai berikut: Z = -0,153 + 7,271 ROA Hasil ini dapat digunakan untuk mendapatkan nilai diskriminan yang akan menentukan sampel akan masuk kedalam kelompok perusahaan fraud atau perusahaan non-fraud dengan memasukkan nilai ROA perusahaan dengan melihat hasil casewise result. e.
Functions at Group Centroids
73
Hasil dari analisis diskriminan ini juga akan menghasilkan suatu fungsi untuk menentukan score cut off atau batas sampel masuk kedalam kelompok fraud atau non-fraud. Berikut merupakan dari hasil pengujian tersebut: Tabel 4.11 Hasil Function at Group Centroids Functions at Group Centroids Function Perusahaan
1
Non-Fraud
,313
Fraud
-,313
Sumber: output SPSS Tabel 4.11 menunjukkan nilai fungsi perusahan non-fraud dan fraud masing-masing sebesar 0,313 dan -0,313. Selanjutnya nilai score cut off dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: score cut off =
(
) (
)
=0
Maka, berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan, Jika: a. nilai > 0, maka perusahaan masuk kelompok perusahaan fraud. b. nilai < 0, maka perusahaan masuk kelompok persahaan non-fraud. f.
Classification Result Bagian terakhir dari analisis diskriminan adalah pengklasifikasian
kelompok. Hasil ini akan menunjukkan seberapa tepat pengklasifikasian kelompok tersebut berdasarkan variabel independen. Berikut merupakan dari hasil pengujian tersebut: Tabel 4.12 Hasil klasifikasi Classification Resultsa Perusahaan
Predicted Group Membership
Total
74
Non-Fraud Original
Count
%
Fraud
Non-Fraud
24
6
30
Fraud
11
19
30
Non-Fraud
80,0
20,0
100,0
Fraud
36,7
63,3
100,0
Sumber: output SPSS Tabel 4.12 menunjukkan bahwa analisis diskriminan mampu menentukan sampel sebesar 24 perusahaan masuk kategori non-fraud dan 19 perusahaan masuk kategori fraud. Klasifikasi tersebut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Percentage classification =
(
)
x 100% = 71,66%
Hal ini menunjukkan bahwa model dapat mengidentifikasi sampel dan dapat mengklasifikasikannya dengan ketetapan yang tinggi yaitu sebesar 71,66%.
C. Pembahasan 1. Financial stability dengan kecurangan laporan keuangan Hasil uji signifikansi yang dilakukan dengan analisis diskriminan menunjukkan variabel financial stability yang diproksikan dengan change in assets atau ACHANGE memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,114. Meskipun pada tahap awal pengujian beda antar variabel menunjukkan perbedaan yang signifikan tetapi ternyata ketika di uji dengan variabel dependen untuk membedakan perusahaan fraud dan non-fraud dengan analisis diskriminan variabel tidak mampu membedakan kedua perusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan setiap perusahaan memiliki kecenderungan pertumbuhan aset yang sama, walaupun perusahaan fraud memiliki nilai yang 75
lebih rendah tapi tetap variabel tersebut tidak dapat membedakan antara perusahaan fraud dengan perusahaan non-fraud. Melihat hasil pengujian dalam penelitian ini, nilai perubahan aset yang dimiliki oleh perusahaan fraud dan perusahaan non-fraud cenderung sama. Tinggi rendahnya stabilitas keuangan perusahaan dalam hal ini tidak menyebabkan manajemen otomatis akan melakukan kecurangan untuk meningkatkan stabilitas perusahaan. Rasio perubahan aset merupakan analisis yang biasa digunakan untuk melihat stabilitas keuangan perusahaan apakah disetiap tahunnya perusahaan dapat meningkatkan aset yang dimilikinya, dan dalam hal ini mencerminkan kinerja yang bagus dari perusahaan dan dengan kata lain perusahaan memiliki kondisi yang bagus dan stabil. Nilai dari rasio tersebut ternyata dalam penelitian ini tidak dapat menjadi acuan suatu perusahaan melakukan fraud atau tidak. Karena ada faktor lain yang dapat mempengaruhi stabilitas keuangan perusahaan selain faktor yang berasal dari dalam perusahaan. Faktor yang berasal dari luar perusahaan seperti lingkungan bisnis juga dapat mempengaruhi stabilitas keuangan. Karena lingkungan bisnis meliputi faktor-faktor diluar perusahaan yang dapat menimbulkan peluang atau ancaman bagi perusahaan (Wispandono, 2010:3). Bisa saja saat perusahaan memiliki stabilitas keuangan yang rendah, ternyata perusahaan sejenis di industri yang sama juga memiliki stabilitas yang rendah. Sehingga hal ini tidak menjadi kekhawatiran manajemen akan kehilangan investor mereka karena kondisi ini dialami juga oleh pesaing mereka. 76
Dari hasil pengujian diatas juga, dapat dikatakan variabel financial stability yang diproksikan dengan ACHANGE tidak mampu mengidentifikasi mana perusahaan yang termasuk dalam kategori fraud dan mana perusahaan yang termasuk kategori non-fraud. Sehingga variabel financial stability dalam penelitian ini disimpulkan tidak dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan dan hipotesis 1 atau H1 ditolak. Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ratmono et al., (2013:13), dimana ia menemukan financial stability yang diproksikan dengan ACHANGE tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Akan tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al., (2008:22) dan Kusumawardhani (2012:17) yang menemukan bahwa financial stability yang diproksikan dengan ACHANGE memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. 2. Financial targets dengan kecurangan laporan keuangan Hasil uji signifikansi yang dilakukan dengan analisis diskriminan menunjukkan variabel financial targets yang diproksikan dengan return on assets atau ROA memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,018. Hal ini berarti terdapat motif yang berbeda diantara kedua perusahaan tersebut, karena perusahaan fraud cenderung memiliki ROA yang lebih rendah dibandingkan perusahaan non-fraud. Kondisi demikian akan memberikan tuntutan kepada manajemen untuk mencapai target laba yang setidaknya sama dengan yang 77
diperoleh tahun sebelumnya sehingga menjadikan manajemen terpacu untuk melakukan suatu tindak kecurangan laporan keuangan (Daljono, 2013:10). Selanjutnya, menurut Anshar (2012:2) kecurangan pelaporan keuangan sering digunakan oleh perusahaan yang mengalami krisis finansial dan yang dimotivasi oleh oportunisme yang salah arah (misguided opportunism). Dapat kita pahami bahwa kecurangan muncul karena adanya krisis yang dialami oleh suatu perusahaan. Melihat hasil pengujian dalam penelitian ini, perusahan fraud memiliki nilai ROA yang rendah diakibatkan oleh rendahnya laba yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini dapat mengakibatkan manajemen harus bekerja lebih keras agar dapat memperbaiki kondisi keuangan perusahaan yang sedang tidak sehat. Karena salah satu indikator dalam menilai kinerja suatu perusahaan adalah dari nilai rasio profitabilitasnya atau ROA (Antari dan Dana, 2012:4). Motif-motif seperti inilah yang dapat menyebabkan adanya tekanan yang dihadapi manajemen dalam menjalankan tugasnya. Disatu sisi manajemen harus membuat perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang bagus, dan disisi lain manajemen juga tetap pada koridor peraturan yang ada agar terciptanya good corporate governance (GCG). Oleh karena itu, disini manajemen akan mulai melakukan manipulasi terhadap kebijakan akuntansi dan laporan keuangan dan membuat seminimal mungkin manipulasi tersebut dapat disembunyikan dan tidak terdeteksi oleh auditor. Dari hasil pengujian diatas juga, dapat dikatakan variabel financial targets yang diproksikan dengan ROA mampu mengidentifikasi mana 78
perusahaan yang termasuk dalam kategori fraud dan mana perusahaan yang termasuk kategori non-fraud. Sehingga variabel financial targets dalam penelitian disimpulkan dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan dan hipotesis 2 atau H2 diterima. Temuan mendukung penelitian yang dilakukan oleh Martantya (2013:10) dimana ia menemukan perusahaan yang melakukan kecurangan cenderung memiliki ROA lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan kecurangan. Dalam penelitian lain, Anshar (2012:20) juga menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al., (2008:20) dan Sukirman (2013:24) karena dalam penelitian mereka variabel financial targets yang diproksikan oleh ROA ditemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan.
79
80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui financial targets, financial stability, ineffective monitoring, rationalization, dan auditor industry specialization dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 perusahaan yang terdiri dari 30 perusahaan fraud dan 30 perusahaan non-fraud. Sampel perusahaan fraud ialah perusahaan yang terkena sanksi dan kasus Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 20112013 berdasarkan pelanggaran peraturan Bapepam-LK No. IX.E.2 dan VIII.G.7. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan analisis diskriminan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Berdasarkan hasil analisis diskriminan,
financial stability pada
perusahaan fraud tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan perusahaan non-fraud. Hal ini berarti financial stability tidak dapat mendeteksi
kecurangan
laporan
keuangan.
Hasil
penelitian
ini
mendukung penelitian Ratmono et al., (2013:13) dan Sukirman dan Sari (2013:23) yang tidak menemukan pengaruh signifikan antara financial stability terhadap kecurangan laporan keuangan. Tetapi hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Kusumawardhani (2012:17) dan Skousen et al., (2008:17).
81
2.
Berdasarkan hasil analisis diskriminan, financial targets pada perusahaan fraud memiliki perbedaan yang signifikan dengan perusahaan non-fraud.
82
Hal ini berarti financial targets dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Anshar (2012:17) dan Martantya (2013:10) yang menemukan pengaruh yang signifikan financial targets terhadap kecurangan laporan keuangan. Tetapi hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Skousen et al., (2008:31) dan Sukirman dan Sari (2013:24).
B. Saran Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang lebih baik lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal diantaranya: 1.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah sampel penelitian perusahaan fraud menjadi lebih banyak dan tahun pengamatan penelitian yang lebih lama antara 5 sampai 10 tahun.
2.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi internal kontrol sebagai proksi dari variabel opportunity karena belum banyak penelitian yang menggunakan proksi internal kontrol untuk data sekunder dan mencari proksi lain untuk variabel rationalization.
3.
Penelitian selanjutnya disarankan untuk mendapatkan data perusahaan yang terkena kasus setiap tahun minimal 2 tahun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
81
DAFTAR PUSTAKA Aditya, Naufal. “Pengaruh Kualitas Auditor, Debt to Asset dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba” (Studi Empiris Pada Perusahaan Sector Aneka Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20102012). 2013. American Institue of Certified Public Accountants (AICPA). “Statement of Auditing Standard No. 99”. 2002. American Institue of Certified Public Accountants (AICPA). “Statement of Auditing Standard No. 73 (AU Section 336)”. 2011. Amina, Zaidatul. “Kajian Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan di Indonesia: Melihat dari Pengalaman di Negara Lain”. 2012. Antari dan Dana. “Pengaruh Struktur Modal, Kepemilikan Manajerial, dan Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan”. 2012. Antonia, Edgina. “Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi Komite Audit Independen terhadap Manajemen Laba”. 2008. Anshar, Muhammad. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Publik di Indonesia”. 2012. Association of Certified Public Accountans (ACFE). “Fraud Examiners Manual (International Edition)”. New York. 2014. Balsam, Krishnan, & Yang. “Auditor Industry Specialization and Earnings Quality”. Auditing: A Journal of Practice & Theory. 2003. Chen dan Elder. “Fraud Risk Factors and the Likelohood of Fraudulent Financial Reporting: Evidence from Statement on Auditing Standards No. 43 in Taiwan”. 2007. Fimanaya. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011)”. 2014 Ghazali, Imam. “Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi Edisi 7”. Semarang: Badan Penerbit Unvinersitas Dipenogoro. 2013. Gul, Fung, & Jaggi. “Earnings Quality: Some Evidence on the Role of Auditor Tenure and Auditors’ Industry Expertise”. 2009. Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). “Standar Profesional Akuntan Publik”. Jakarta: Salemba Empat. 2013. Indriantoro dan Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi & Manajemen Edisi Pertama”. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. 2002. 82
Januarsi, Yeni. “Peran Auditor Spesialis Industri dalam Mengurangi Manajemen Laba Akrual dan Manajemen Laba Real pada Perioda Sebelum dan Setelah Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002”. 2008. Junius dan Fitriyani. “Pengaruh Audit Capacity Stress, Pendidikan Profesi Lanjutan (PPL), Ukuran KAP, Spesialisasi, terhadap Manajemen Laba Akrual dan Manipulasi Aktivitas Riil”. 2011. Krishnan, Gopal V. “Does Big 6 Auditor Industry Expertise Constrain Earnings Management?”. 2003. Kurniawati dan Raharja. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle”. 2011. Kusumawardhani, Prisca. “Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis Fraud Triangle pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI”. 2012. Lou dan Wang. “Fraud Risk Factor of the Fraud Triangle Assessing the Likelihood of Fraudulent Financial Reporting”. 2009 Martantya, Daljono. “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui Faktor Risiko Tekanan dan Peluang (Studi Kasus pada Perusahaan yang Mendapat Sanksi dari Bapepam Periode 2002-2006)”. 2013. Manao, Hekinus. “Laporan Keuangan Kereta Api Diduga Salah” artikel diakses tanggal 1 April 2015, pukul 14.39 dari http : / /www. tempo. co / read /news /2006 /08/07/05681332/Laporan-Keuangan-Kereta-Api-Diduga-Salah Mubarok dan Dewi. “Analisis Kinerja Keuangan dan Perusahaan dengan Metode Economic Value Added (EVA) (Studi Kasus Perusahaan Otomotif Go Publik“. 2010. Neal dan Riley. “Auditor Industry Specialist Research Design”. Auditing: A Journal of Practice & Theory. 2004. Nurhaida. “OJK Sudah Periksa 75 Emiten Pasar Modal” artikel diakses tanggal 25 Maret 2015, pukul 11.34 dari http : // economy.okezone.com / read / 2014 / 08 /14/278/1024496/ojk-sudah-periksa-75-emiten-pasar-modal. Nuryaman. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba”. 2008. Otoritas Jasa Keuangan. “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan”. 2011. Priantara, Diaz. “Fraud Auditing & Investigation”. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2013. Puspatrisnanti dan Fitriyani. “Analisis Hubungan Manajemen Laba dan Fraud dalam Laporan Keuangan”. 2014.
83
Ratmono, Dwi. “Manajemen Laba Riil dan Berbasis Akrual: Dapatkah Auditor yang Berkualitas Mendeteksinya?”. 2010. Ratmono, Avrie, & Purwanto. “Dapatkan Teori Fraud Triangle Menjelaskan Kecurangan dalam Laporan Keuangan”. 2013. Rezaee, Zabihollah. “Financial Statement Fraud. Prevention and Detection”. New York: John Wiley & Sons, Inc. 2002. Rusmin, Rusmin. “Auditor Quality And Earnings Management: Singaporean Evidence”. 2010. Santoso, Singgih. “Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS Edisi Revisi”. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2014. Santoso, Singgih. “Statistik NonParametrik Konsep dan Aplikasi dengan SPSS Edisi Revisi”. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2014. Sawega, Ngalim. “85 Perusahaan Efek Kena Kartu Kuning selama 2012” artikel diakses tanggal 25 Maret 2015, pukul 11.34 dari http : // bisnis.liputan6.com / read/476820/85-perusahaan-efek-kena-kartu-kuning-selama-2012 Sekaran, Uma. “Research Methods for Business Metodologi Penelitian untuk Bisnis Edisi 4 Buku 2”. Jakarta: Salemba Empat. 2006. Setiawan dan Fitriany. “Pengaruh Workload dan Spesialisasi Auditor terhadap Kualitas Audit dengan Kualitas Komite Audit sebagai Variabel Moderasi”. 2011. Siregar, Fitriany, Wibowo, dan Anggraita. “Rotasi dan Kualitas Audit: Evaluasi atas Kebijakan Menteri Keuangan KMK No. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik”. 2011. Skousen dan Wright. “Contemporaneous Risk Factors and the Prediction of Financial Statement Fraud”. 2006. Skousen, Smith, & Wright. “Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: the Effectiveness of the Fraud Triangle and SAS No. 99”. 2008. Sun dan Liu. “Auditor Industry Specialization, Board Governance and Earnings Management”. 2013. Tuanakotta, Theodorus M. “Akuntansi Forensik & Audit Investigatif”. Jakarta: Salemba Empat. 2014. Wilopo. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara Di Indonesia ”. 2006. Wispandono. “Pengaruh Lingkungan Bisnis terhadap Kinerja Pengrajin Industri Batik di Kabupaten Bangkalan”. 2010.
84
LAMPIRAN PENELITIAN
Lampiran Auditor Spesialis Industri 1
Agriculture
Auditor Spesialis Industri: 85
2011: EY, Moorestephens 2012: EY, Moorestephens 2013: EY, Moorestephens
No 1 2 2 No 3 1 4 2 3
KAP EY PwC KAP BDO EY Moorestephens PwC Mazars
3 No 1 2 3 4
2013 2012 0,380162 0,354118 Mining 0,107031 0,101953 2013 2012 0,159233 0,157649 0,088290 0,137824 0,220263 0,229665 0,493417 0,475565 0,265762 0,272033
2011 0,358496 0,098251 2011 0,181636 0,124221 0,231888 0,531781 0,306223
Auditor Spesialis Industri:
Basic Industry and Chemicals KAP EY Deloitte RSM Mazars
2013 0,255744 0,254369 0,023334 0,306185
2012 0,300429 0,169517 0,097837 0,293913
2011 0,361131 0,178707 0,017002 0,303496
2011: PwC, Mazars 2012: PwC, Mazars 2013: PwC, Mazars Auditor Spesialis Industri:
4 No 1 2 3 4
Miscelleneous Industry KAP EY PwC Deloitte PKF
2013 0,128289 0,674678 0,105764 0,013081
2012 0,109208 0,696276 0,103884 0,004279
2011 0,099600 0,697465 0,132798 0,007955
2011: EY, Mazars 2012: EY, Mazars 2013: EY, Mazars, Deloitte
Auditor Spesialis Industri: 5 No 1 2 3
Consumer Goods Industry KAP EY PwC KPMG
2013 2012 2011 0,439254 0,419470 0,427700 0,201416 0,218613 0,197063 0,195834 0,195063 0,218589
2011: PwC 2012: PwC 2013: PwC
Auditor Spesialis Industri: 2011: EY, KPMG 2012: EY, PwC 2013: EY, PwC 6 No 1 2
Property, Real Estate, & Building Construction KAP EY RSM
2013 2012 2011 0,164899 0,155304 0,196857 0,202032 0,215795 0,167286
86
3 4 7 No 1 2 3 4
Deloitte Moorestephens
Infrastructure, Utilities, & Transportation KAP EY Deloitte PwC RSM
8 No 1 2 3 4
2013 0,510295 0,174873 0,079678 0,079345
2012 0,682827 0,199904 0,084071 0,074887
2011 0,248476 0,186739 0,342149 0,023260
2012 0,348849 0,373607 0,044687 0,172200
2011 0,492584 0,277555 0,003702 0,115872
Finance KAP EY PwC Deloitte KPMG
9 No 1 2 3 4
0,113808 0,112980 0,123405 0,148352 0,151382 0,172736
2013 0,347146 0,371952 0,043670 0,162666
Trade, Services & Investment KAP EY PwC Deloitte RSM
2013 0,256324 0,149225 0,182168 0,100906
2012 0,232874 0,175300 0,213665 0,093968
2011 0,229811 0,191449 0,172574 0,113590
Auditor Spesialis Industri: 2011: tidak ada 2012: RSM 2013: RSM
Auditor Spesialis Industri: 2011: EY, PwC 2012: EY 2013: EY
Auditor Spesialis Industri: 2011: EY, PwC 2012: EY, PwC 2013: EY, PwC
Auditor Spesialis Industri: 2011: EY 2012: EY, Deloitte 2013: EY
87
Lampiran Kertas Kerja (Worksheet) Penelitian Fraud 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
ACHANGE 0,089 0,196 -0,040 -0,074 0,656 0,072 -1,577 -0,112 0,332 0,010 -0,015 0,026 0,086 0,055 0,188 -0,096 0,007 -0,146 0,131 -0,186 -0,252 -0,025 0,886 0,899 0,089 0,078 -0,167 -1,031 0,023 -0,053
ROA 0,027 0,127 0,123 0,023 0,002 0,074 -0,869 0,192 -0,002 0,007 0,036 -0,003 0,029 -0,066 0,012 -0,085 0,013 -0,023 0,111 -0,105 -0,214 0,014 -0,004 0,009 0,029 0,038 -0,026 -0,067 0,012 -0,077
IND 1,000 0,714 1,000 1,000 1,000 1,000 0,667 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
AUDRPT 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
SPEC 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0
88
Non-Fraud 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
ACHANGE 0,182 0,979 -0,021 0,828 0,275 0,014 -0,127 0,023 0,100 0,055 0,162 0,133 0,139 -0,025 0,077 0,023 0,068 0,076 0,057 0,110 0,153 0,289 -0,071 0,161 -0,007 0,136 0,023 0,125 0,283 0,304
ROA 0,100 0,136 0,093 0,120 0,030 0,084 0,041 -0,107 0,121 0,019 0,025 0,069 0,022 -0,070 0,104 0,004 -0,013 -0,094 0,300 0,066 0,198 0,054 0,059 0,111 0,081 0,107 0,077 0,030 0,075 0,081
IND 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 0,800 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
AUDRPT SPECC 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0
Lampiran Output Hasil Pengujian Data 89
Hasil Uji Normalitas Sampel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
60 a,b
Normal Parameters
Mean
,0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
,49905374
Absolute
,302
Positive
,262
Negative
-,302
Test Statistic
,302
Asymp. Sig. (2-tailed)
,000c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
Hasil Uji Mann-Whitney U Asset dan Sales
Ranks Perusahaan Asset
Sales
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Non-Fraud
30
31,57
947,00
Fraud
30
29,43
883,00
Total
60
Non-Fraud
30
32,88
986,50
Fraud
30
28,12
843,50
Total
60
Test Statisticsa Asset
Sales
Mann-Whitney U
418,000
378,500
Wilcoxon W
883,000
843,500
-,473
-1,057
,636
,290
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Perusahaan
Hasil Uji Normalitas Variabel 90
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
60 a,b
Mean
,0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
,47954291
Absolute
,246
Positive
,246
Negative
-,230
Test Statistic
,246
Asymp. Sig. (2-tailed)
,000c
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction.
Hasil Uji Mann-Whitney U Variabel Ranks Perusahaan ACHANGE
ROA
IND
AUDREPORT
SPEC
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Non-Fraud
30
35,62
1068,50
Fraud
30
25,38
761,50
Total
60
Non-Fraud
30
37,65
1129,50
Fraud
30
23,35
700,50
Total
60
Non-Fraud
30
31,03
931,00
Fraud
30
29,97
899,00
Total
60
Non-Fraud
30
32,00
960,00
Fraud
30
29,00
870,00
Total
60
Non-Fraud
30
30,50
915,00
Fraud
30
30,50
915,00
Total
60
Test Statisticsa ACHANGE
ROA
IND
AUDREPORT
SPEC
91
Mann-Whitney U
296,500
235,500
434,000
405,000
450,000
Wilcoxon W
761,500
700,500
899,000
870,000
915,000
-2,270
-3,171
-,626
-1,076
,000
,023
,002
,531
,282
1,000
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: Perusahaan
Hasil Uji Analisis Diskriminan Analysis Case Processing Summary Unweighted Cases
N
Valid Excluded
Percent 60
100,0
0
,0
0
,0
0
,0
0
,0
60
100,0
Missing or out-of-range group codes At least one missing discriminating variable Both missing or out-of-range group codes and at least one missing discriminating variable Total
Total
Group Statistics Valid N (listwise) Perusahaan Non-Fraud
Fraud
Total
Unweighted
Weighted
ACHANGE
30
30,000
ROA
30
30,000
ACHANGE
30
30,000
ROA
30
30,000
ACHANGE
60
60,000
ROA
60
60,000
Tests of Equality of Group Means Wilks' Lambda
F
df1
df2
Sig.
ACHANGE
,958
2,569
1
58
,114
ROA
,908
5,892
1
58
,018
Variables Entered/Removeda,b,c,d
92
Wilks' Lambda Exact F Step 1
Entered
Statistic
ROA
df1
df2
,908
df3
1
1
Statistic
58,000
df1
5,892
df2 1
Sig.
58,000
,018
At each step, the variable that minimizes the overall Wilks' Lambda is entered. a. Maximum number of steps is 4. b. Maximum significance of F to enter is .05. c. Minimum significance of F to remove is .10. d. F level, tolerance, or VIN insufficient for further computation.
Variables in the Analysis Sig. of F to Step 1
Tolerance ROA
Remove
1,000
,018
Variables Not in the Analysis Step 0
1
Tolerance
Min. Tolerance
Sig. of F to Enter
Wilks' Lambda
ACHANGE
1,000
1,000
,114
,958
ROA
1,000
1,000
,018
,908
,648
,648
,849
,907
ACHANGE
Wilks' Lambda Exact F
Number of Step 1
Variables
Lambda 1
df1
,908
df2 1
df3 1
58
Statistic
df1
5,892
df2 1
58,000
Sig. ,018
Eigenvalues Canonical Function 1
Eigenvalue ,102a
% of Variance 100,0
Cumulative % 100,0
Correlation ,304
a. First 1 canonical discriminant functions were used in the analysis.
Wilks' Lambda
93
Test of Function(s)
Wilks' Lambda
1
,908
Chi-square 5,563
df
Sig. 1
,018
Standardized Canonical Discriminant Function Coefficients Function 1 ROA
1,000
Structure Matrix Function 1 ROA
1,000
ACHANGEa
,593
Pooled within-groups correlations between discriminating variables and standardized canonical discriminant functions Variables ordered by absolute size of correlation within function. a. This variable not used in the analysis.
Canonical Discriminant Function Coefficients Function 1 ROA
7,271
(Constant)
-,153
Unstandardized coefficients
Functions at Group Centroids
94
Function Perusahaan
1
Non-Fraud
,313
Fraud
-,313
Unstandardized canonical discriminant functions evaluated at group means
Classification Processing Summary Processed Excluded
60 Missing or out-of-range group
0
codes At least one missing
0
discriminating variable Used in Output
60
Prior Probabilities for Groups Cases Used in Analysis Perusahaan
Prior
Unweighted
Weighted
Non-Fraud
,500
30
30,000
Fraud
,500
30
30,000
Total
1,000
60
60,000
95
Casewise Statistics Discriminant Highest Group
Second Highest Group
P(D>d | G=g)
Case Number Original
Actual Group
Predicted Group
p
Df
P(G=g | D=d)
Scores
Squared
Squared
Mahalanobis
Mahalanobis
Distance to
Distance to
Centroid
Group
P(G=g | D=d)
Centroid
Function 1
1
0**
,787
1
,507
,073
1
,493
,127
,044
2
1
0
**
,647
1
,618
,209
1
,382
1,175
,771
3
1
0**
,668
1
,614
,183
1
,386
1,113
,742
4
1
0
**
,765
1
,502
,089
1
,498
,108
,015
5
1
1
,861
1
,522
,031
0
,478
,204
-,138
6
1
0
**
,943
1
,560
,005
1
,440
,488
,385
7
1
1
,000
1
,983
37,914
0
,017
46,024
-6,471
8
1
0
**
,352
1
,686
,865
1
,314
2,423
1,243
9
1
1
,884
1
,526
,021
0
,474
,231
-,167
10
1
1
,832
1
,516
,045
0
,484
,172
-,102
11
1
0**
,838
1
,517
,042
1
,483
,178
,109
12
1
1
,890
1
,527
,019
0
,473
,238
-,174
13
1
0**
,799
1
,509
,065
1
,491
,138
,058
14
1
1
,750
1
,598
,102
0
,402
,895
-,633
1
96
15
1
1
,804
1
,510
,061
0
,490
,143
-,065
16
1
1
,647
1
,618
,209
0
,382
1,175
-,771
17
1
1
,799
1
,509
,065
0
,491
,138
-,058
18
1
1
,995
1
,550
,000
0
,450
,401
-,320
19
1
0**
,733
1
,601
,116
1
,399
,936
,654
20
1
1
,547
1
,640
,363
0
,360
1,512
-,916
21
1
1
,163
1
,745
1,947
0
,255
4,088
-1,709
22
1
1
,793
1
,508
,069
0
,492
,133
-,051
23
1
1
,895
1
,528
,017
0
,472
,245
-,182
24
1
1
,821
1
,514
,051
0
,486
,160
-,087
25
1
0**
,799
1
,509
,065
1
,491
,138
,058
26
1
**
,849
1
,519
,036
1
,481
,191
,124
27
1
1
,977
1
,553
,001
0
,447
,429
-,342
28
1
1
,744
1
,599
,107
0
,401
,909
-,640
29
1
1
,804
1
,510
,061
0
,490
,143
-,065
30
1
1
,690
1
,610
,159
0
,390
1,052
-,713
31
0
0
,794
1
,589
,068
1
,411
,788
,574
32
0
0
,601
1
,628
,273
1
,372
1,321
,836
33
0
0
,834
1
,581
,044
1
,419
,700
,523
34
0
0
,684
1
,611
,165
1
,389
1,067
,720
35
0
0
,804
1
,510
,061
1
,490
,143
,065
0
97
36
0
0
,885
1
,571
,021
1
,429
,595
,458
37
0
0
,867
1
,523
,028
1
,477
,210
,145
38
0
1**
,537
1
,642
,381
0
,358
1,548
-,931
39
0
0
,679
1
,612
,171
1
,388
1,082
,727
40
0
1**
,765
1
,502
,089
0
,498
,108
-,015
41
0
0
,776
1
,505
,081
1
,495
,117
,029
42
0
0
,972
1
,554
,001
1
,446
,439
,349
43
0
0
,760
1
,501
,094
1
,499
,103
,007
44
0
1**
,728
1
,602
,121
0
,398
,951
-,662
45
0
0
,772
1
,593
,084
1
,407
,841
,603
46
0
1**
,849
1
,519
,036
0
,481
,191
-,124
47
0
1
**
,947
1
,539
,004
0
,461
,314
-,247
48
0
1**
,601
1
,628
,273
0
,372
1,321
-,836
49
0
0
,086
1
,781
2,942
1
,219
5,484
2,028
50
0
0
,989
1
,551
,000
1
,449
,410
,327
51
0
0
,330
1
,691
,948
1
,309
2,561
1,287
52
0
0
,941
1
,538
,005
1
,462
,306
,240
53
0
0
,970
1
,543
,001
1
,457
,348
,276
54
0
0
,733
1
,601
,116
1
,399
,936
,654
55
0
0
,902
1
,568
,015
1
,432
,562
,436
56
0
0
,755
1
,597
,097
1
,403
,881
,625
98
57
0
0
,925
1
,563
,009
1
,437
,519
,407
58
0
0
,804
1
,510
,061
1
,490
,143
,065
59
0
0
,937
1
,561
,006
1
,439
,498
,393
60
0
0
,902
1
,568
,015
1
,432
,562
,436
**. Misclassified case
99
Lampiran Surat Penelitian
100
Surat Penelitian dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
101
102