ANALISIS NILAI TAMBAH SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK OLAHAN SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) DI KABUPATEN SLEMAN Meta Harmawati, Kusnandar, Nuning Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl Ir Sutami No 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax. (0271) 637457 Email :
[email protected] Telp : 085747422727 Abstract: The research aims to determine the amount of costs, revenue, profits, efficiency, and profit rate and to know the value added and rewards of labor in business of Etawah-Crossbred goat milk products in Sleman Regency. The basic method of this research is descriptive method. The data are used primary and secondary data. Analysis of the data is used the analysis of costs, revenues, profits, profit rate, efficiency, and value added. The results showed that (1) the analysis of business: a) Total cost of crackers and goat milk caramel candies business is to Rp 1.189.535,00/month and Rp 3.523.500,00/month, b) Revenues of crackers and goat milk caramel candies business is to Rp 1.452.000,00/month and Rp 3.880.000,00 /month; c) Profits of crackers and goat milk caramel candies business is to Rp 262.465,00/month and Rp 356.500,00/month; d) The efficiency showed by the value of the R/C ratio in crackers and goat milk caramel candies business is to 1,22 and 1,10; e) Profit rate of crackers and goat milk caramel candies business is to 22,06% and 10,12%. (2) Value added of crackers and goat milk caramel candies business is to Rp 15.135,21/kg and Rp 15.567,18/kg. The value added of goat milk caramel candies is higher than the goat milk crackers, because contribution from other input is higher in goat milk crackers. Rewards of labor in crackers and goat milk caramel candies business is to Rp 18.319,49/kg and Rp 38.992,97/kg. The highest rewards of labor is goat milk caramel candy due to the high of average wage labor in processing. Keywords : Etawah-Crossbred Goat Milk, Value Added , Sleman Regency Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, efisiensi usaha, dan tingkat keuntungan, serta mengetahui nilai tambah dan imbalan tenaga kerja pada usaha produk olahan susu kambing Peranakan Etawah (PE) di Kabupaten Sleman. Metode dasar penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis biaya, penerimaan, keuntungan, tingkat keuntungan, efisiensi usaha, dan nilai tambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) analisis usaha: a) biaya total pada usaha kerupuk dan permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 1.189.535,00/bulan dan Rp 3.523.500,00/bulan; b) penerimaan pada usaha kerupuk dan permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 1.452.000,00/bulan dan Rp 3.880.000,00/bulan; c) keuntungan pada usaha kerupuk dan permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 262.465,00/bulan dan Rp 356.500,00/bulan; d) efisiensi usaha yang ditunjukkan oleh nilai R/C ratio pada usaha kerupuk dan permen karamel susu kambing PE sebesar 1,22 dan 1,10; e) tingkat keuntungan pada usaha kerupuk dan permen karamel susu kambing PE sebesar 22,06% dan 10,12%. (2) Besarnya nilai tambah pada usaha kerupuk dan permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 15.135,21/kg dan Rp 15.567,18/kg. Besarnya nilai tambah permen karamel susu kambing PE lebih tinggi daripada kerupuk susu kambing PE karena besarnya sumbangan input lain pada kerupuk susu kambing PE.Imbalan tenaga kerja pada usaha kerupuk dan permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 18.319,49/kg dan Rp 38.992,97/kg. Imbalan tenaga kerja pada usaha permen karamel susu kambing PE paling tinggi karena tingginya upah rata-rata tenaga kerja dalam pengolahan. Kata Kunci : Susu Kambing Peranakan Etawah (PE), Nilai Tambah, Kabupaten Sleman
PENDAHULUAN Agroindustri merupakan industri yang mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi suatu produk yang mempunyai nilai tambah yang dapat dikonsumsi masyarakat. Agroindustri dapat meningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian (Kusnandar dkk, 2010). Nilai tambah produk yang dihasilkan dari agroindustri banyak dinikmati oleh banyak pihak khusunya pelaku agroindustri. Dengan adanya agroindustri, produk yang dihasilkan mempunyai nilai jual yang tinggi sehingga pelaku agroindustri mendapat keuntungan. Usaha pengolahan produk dapat dilakukan pada lima subsektor pertanian, salah satunya subsektor peternakan. Menurut Deptan (2012), kegiatan peningkatan nilai tambah melalui usaha pengolahan hasil peternakan mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di daerah pedesaan. Produk pengolahan hasil peternakan yang telah berkembang cukup baik di masyarakat adalah produk olahan susu dan olahan daging. Kambing etawah dikenal sebagai kambing perah yang berasal dari India. Kambing etawah terkenal di Asia Tenggara sebagai tipe dwiguna yaitu penghasil susu dan penghasil daging. Kambing yang dibudidayakan di Indonesia adalah kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing hasil persilangan antara kambing kacang/kambing lokal dengan kambing etawah. Menurut Maryanto (2011), susu yang dihasilkan kambing Peranakan Etawah (PE) memiliki nilai gizi yang tinggi
dibandingkan susu sapi dan sangat berkhasiat untuk kesehatan. Disamping sebagai sumber gizi, susu kambing juga berfungsi sebagai pencegahan dan penyembuhan beberapa penyakit, seperti TBC, bronchitis, asma (gangguan pernapasan), alergi pada kulit, asam urat, rheumatic, diabetes, anemia, kudis, dan maag kronis. Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan, nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja (Hayami et al dalam Usman S, 2005). Nilai tambah yang dihasilkan suatu produk menggambarkan keuntungan yang diperoleh produsen. Dengan adanya analisis nilai tambah maka akan diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh produsen dalam mengolah suatu produk. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu sentra peternakan kambing Peranakan Etawah (PE).Jenis kambing ini banyak dikembangkan di Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Sleman. Di Kabupaten Sleman peternak mengusahakan kambing Peranakan Etawah (PE) sebagai penghasil susu. Satu ekor kambing Peranakan Etawah (PE) mampu menghasilkan susu rata-rata sebanyak 1 liter setiap harinya. Peternak di Kabupaten Sleman khususnya di Kecamatan Turi mengalami kesulitan dalam memasarkan susu segar kambing PE mengingat karakteristik susu yang
mudah rusak dan tidak tahan lama sehingga susu segar kambing Peranakan Etawah (PE) yang dihasilkan tidak mampu terjual. Susu kambing PE hanya dapat bertahan sampai 3 jam pada suhu ruang. Oleh sebab itu, dilakukan pengolahan susu segar kambing Peranakan Etawah (PE) menjadi produk olahan susu, seperti permen karamel susudan kerupuk susu sehingga nilai ekonomis susu kambing Peranakan Etawah (PE) dapat dipertahankan. Dengan adanya pengolahan susu kambing PE akan meningkatkan nilai tambah susu kambing Peranakan Etawah (PE). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, efisiensi usaha, dan tingkat keuntungan (profit rate), serta mengetahui nilai tambah dan imbalan tenaga kerja pada usaha produk olahan susu kambing Peranakan Etawah (PE) di Kabupaten Sleman. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Populasi dalam penelitian ini adalah usaha produk olahan susu kambing Peranakan Etawah (PE) di Kabupaten Sleman dimana terdapat 8 unit usaha produk olahan susu kambing Peranakan Etawah (PE). Teknik pengambilan sampel secara nonprobability sampling. Tipe sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel dalam analisis nilai tambah susu kambingPeranakan Etawah (PE) yaitu 3usaha produk olahan susu kambing PE,
dimanadimana terdapat 1 usaha mikro dan 2 usaha menengah. Terdapat 2 kelompok usaha produk olahan susu kambing PE yaitu Kelompok Etawa Agro Prima dan Kelompok Pangestu. Kelompok Etawa Agro Prima mengolah permen karamel susu kambing PE. Kelompok Pangestu mengolah kerupuk susu dan permen karamel susu kambing PE. Kegiatan produksi produk olahan susu kambing PE pada usaha tersebut dilakukan secara kontinyu sehingga peneliti memilih 3 usaha tersebut sebagai sampel penelitian. Metode analisis data yang digunakan untuk mengetahui besarnya total biaya produksi pada usaha produk olahan susu kambing PE digunakan rumus: TC = TFC + TVC..........................(1) Dimana TC adalah totalbiaya produksi; TFC adalah biaya tetap; dan TVC adalah biaya variabel. Untuk mengetahui besarnya penerimaan pada usaha produk olahan susu kambing PE digunakan rumus: TR = Q x P.....................................(2) Dimana TR adalah penerimaan usaha; Q adalah jumlah produk; dan P adalah harga produk. Untuk mengetahui besarnya keuntungan pada usaha produk olahan susu kambing PE digunakan rumus: π = TR – TC……………………..(3) Dimana π adalah keuntungan usaha; TR adalah penerimaan usaha; dan TC adalah total biaya produksi. Untuk mengetahui besarnya tingkat keuntungan (profit rate) pada usaha produk olahan susu kambing PE digunakan rumus:
Profit rate=
HASIL DAN PEMBAHASAN
x 100 % ............(4)
TC Dimana π adalah keuntungan usaha; danTC adalah total biaya produksi. Untuk mengetahui besarnya efisiensi pada usaha produk olahan susu kambing PE digunakan rumus di bawah ini:
R/C ratio = ..................................(5) Dimana R/C rasio adalah hasil perbandingan antara penerimaan (R) dan total biaya produksi (C). (Soekartawi, 1991). Untuk mengetahui besarnya nilai tambah pada usaha produk olahan susu kambing PE digunakanmetode Hayami (Tabel 1).
Biaya Biaya dalam penelitian ini merupakan keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi produk olahan susu kambing PE. Biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi produk olahan susu kambing PE yang besarnya tidak dipengaruhi oleh output/hasil produk olahan susu kambing PE yang dihasilkan. Proporsi terbesar dalam biaya tetap yang digunakan untuk memproduksi kerupuk susu dan
Tabel 1. Perhitungan Nilai Tambah No 1. 2. 3. 4.
Variabel Output (kg/bulan) Input bahan baku (kg/bulan) Input tenaga kerja (jam/bulan) Faktor konversi
Simbol (1) (2) (3) (4)
Rumus
5. 6. 7.
(5) (6) (7)
(5) =
8. 9. 10. 11.
Koefisien tenaga kerja (jam/kg) Harga produk (Rp/kg) Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/JKO) Harga bahan baku (Rp/kg) Sumbangan input lain (Rp/kg) Nilai output (Rp/kg) Nilai tambah (Rp/kg)
(8) (9) (10) (11)
(8) (9) (10) = (4) x (6) (11) = (10) – (8) – (9)
12.
Rasio nilai tambah (%)
(12)
(12) =
13.
Imbalan tenaga kerja (Rp/kg)
(13)
14.
Bagian tenaga kerja (%)
(14)
(1) (2) (3) (4) =
(6) (7)
x 100%
(13) = (5) x (7) (14) = x100%
Sumber : Sudiyono, 2002
Tabel 2. Rata-rata Biaya Tetap Usaha Produk Olahan Susu Kambing PE di Kabupaten Sleman per Bulan No 1. 2. 3.
Uraian Penyusutan peralatan Sewa bangunan Bunga modal sendiri Jumlah
Sumber: Analisis Data Primer (2013)
Kerupuk Susu Rata-rata (Rp) (%) 44.476 56,38 183 0,23 34.226 43,39 78.885 100
Permen Karamel Susu Rata-rata (Rp) (%) 13.269 66,99 367 1,85 6.172 31,16 19.808 100
permen karamel kambing PE adalah karamel susu kambing PE sebesar Rp biaya penyusutan peralatan. Biaya 3.503.692,00 (Tabel 3). Biaya penyusutan peralatan tersebut cukup variabel dipengaruhi oleh jumlah tinggi karena peralatan yang produk olahan susu kambing PE digunakan untuk memproduksi yang dihasilkan. kerupuk susu dan permen karamel Biaya total merupakan kambing PE cukup banyak. penjumlahan antara biaya tetap dan Biaya variabel merupakan biaya variabel. Rata-rata biaya total biaya yang dikeluarkan biaya dalam yang dikeluarkan dalam proses produksi produk olahan susu memproduksi kerupuk susu dan kambing PE yang besarnya permen karamel susu kambing PE dipengaruhi oleh output/hasil produk masing-masing sebesar Rp olahan susu kambing PE yang 1.189.535,00 dan Rp 3.523.500,00 dihasilkan. (Tabel 4). Biaya variabel yang Tabel 3. Rata-rata Biaya Variabel per Bulan Usaha Produk Olahan Susu Kambing PE di Kabupaten Sleman No
Uraian
1.
Bahan baku (susu murni kambing PE) Bahan penolong a. Gula pasir b. Perasa c. Tepung tapioka d. Bawang putih e. Bawang merah f. Garam g. Susu sapi h. Margarin Bahan bakar Kemasan Transportasi Pemasaran /internet Tenaga kerja Jumlah
2.
3. 4. 5. 6. 7.
Kerupuk Susu Rata-rata (Rp) (%) 345.000 31,06
66.000 25.500 84.000 1.650 41.500 127.000 100.000 5.000 315.000 1.110.650
5,94 2,30 7,56 0,15 3,74 11,43 9,00 0,45 28,36 100
Permen Karamel Susu Rata-rata (Rp) (%) 960.000 27,40
375.712 460.000 21.000 85.000 253.980 150.000 10.000 1.188.000 3.503.692
10,72 13,13 0,60 2,43 7,25 4,28 0,29 33,91 100
Sumber: Analisis Data Primer (2013)
Tabel 4. Rata-rata Biaya Total per Bulan Usaha Produk Olahan Susu Kambing PE di Kabupaten Sleman No 1. 2.
Uraian Biaya tetap Biaya variabel Jumlah
Kerupuk Susu Rata-rata (Rp) (%) 78.885 6,63 1.110.650 93,37 1.189.535 100
Permen Karamel Susu Rata-rata (Rp) (%) 19.808 0,56 3.503.692 99,44 3.523.500 100
Sumber : Analisis Data Primer (2013)
Rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan untuk memproduksi kerupuk susu kambing PE sebesar Rp 1.110.650,00 dan untuk permen
dikeluarkan lebih besar dari biaya tetap karena besarnya biaya variabel dipengaruhi oleh besarnya produk
olahan susu dihasilkan.
kambing PE
yang
Penerimaan Penerimaan (revenue) merupakanhasil perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dengan harga produk olahan susu kambing PE.Rata-rata penerimaan pada usaha kerupuk susu kambing PE sebesar Rp 1.452.000,00 dan ratarata penerimaan pada usaha permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 3.880.000,00 (Tabel 5). Harga yang ditentukan oleh pengusaha permen karamel susu kambing PE tergantung pada jenis kemasan yang digunakan. Tabel 5. Rata-Rata Penerimaan per Bulan PE di Kabupaten Sleman No 1. 2.
Uraian Kerupuk susu (250 gr) Total (Rp/Bulan) Kemasan permen karamel susu a) Plastik b) Kardus Total (Rp/bulan)
yang diperoleh dalam memproduksi kerupuk susu dan permen karamel susu kambing PE masing-masing sebesar Rp 262.465,00 dan Rp 356.500,00 (Tabel 6). Besarnya keuntungan dipengaruhi oleh jumlah penerimaan dan biaya yangdikeluarkan dalam memproduksi produk olahan susu kambing PE. Tingkat Keuntungan (Profit Rate) Tingkat keuntungan merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan biaya total yang dinyatakan dalam persen. Nilai tingkat keuntungan untuk kerupuk Usaha Produk Olahan Susu Kambing
Jumlah 132
364 20
Rata-rata Harga (Rp) 11.000
10000 12000
Penerimaan (Rp) 1.452.000 1.452.000 3.640.000 240.000 3.880.000
Sumber: Analisis Data Primer (2013)
Tabel 6. Rata-rata Keuntungan per Bulan Usaha Produk Olahan Susu Kambing PE di Kabupaten Sleman No. 1. 2.
Uraian Penerimaan total (Rp) Biaya total (Rp) Keuntungan (Rp)
Kerupuk Susu 1.452.000 1.189.535 262.465
Permen Karamel Susu 3.880.000 3.523.500 356.500
Sumber : Analisis Data Primer (2013)
susu kambing PE sebesar 22,06% dan untuk permen karamel susu Keuntungan Keuntungan merupakan kambing PE sebesar 10,12% (Tabel selisih antara penerimaan yang 7). Persentase tingkat keuntungan diperoleh dengan biaya dalam merupakan besarnya kemampuan memproduksi produk olahan susu suatu usaha dalam menghasilkan kambing PE. Rata-rata keuntungan keuntungan.Suatu usaha dikatakan Tabel 7. Rata-rata Tingkat Keuntungan Usaha Produk Olahan Susu Kambing PE di Kabupaten Sleman No. Uraian 1. Keuntungan (Rp) 2. Biaya total (Rp) Tingkat keuntungan (%) Sumber : Analisis Data Primer (2013)
Kerupuk Susu 262.465 1.189.535 22,06
Permen Karamel Susu 356.500 3.523.500 10,12
menguntungkan apabila nilai tingkat keuntungannya lebih besar dari nol.
dalam satu minggu dan permen karamel susu dua kali dalam satu minggu sehingga hasil produksi permen karamel susu kambing PE lebih banyak daripada kerupuk susu kambing PE. Hal ini akan mempengaruhi besarnya bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang digunakan untuk permen karamel susu kambing PE lebih banyakdaripada kerupuk susu kambing PE.
Efisiensi Usaha Efisiensi usaha didapatkan dengan cara membandingkan jumlah penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan.Nilai efisiensi usaha kerupuk susu dan permen karamel susu kambing PE masing-masing sebesar 1,22 dan 1,10 (Tabel 8). Semakin besar nilai R/C ratio maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh pengusaha. Tabel 8. Rata-rata Efisiensi Usaha Produk Olahan Susu Kambing PE di Kabupaten Sleman No. 1. 2.
Uraian Penerimaan total (Rp) Biaya total (Rp) Efisiensi
Kerupuk Susu 1.452.000 1.189.535 1,22
Permen Karamel Susu 3.880.000 3.523.500 1,10
Sumber : Analisis Data Primer (2013)
Tabel 9. Analisis Nilai Tambah Usaha Produk Olahan Susu Kambing PE di Kabupaten Sleman No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Uraian Hasil produksi (kg/bulan) Bahan baku (kg/bulan) Input tenaga kerja (jam/bulan) Faktor konversi Koefisien tenaga kerja Harga produk (Rp/kg) Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) Harga bahan baku (Rp/kg) Sumbangan input lain Nilai output (Rp/kg) Nilai tambah (Rp/kg) Rasio nilai tambah (%) Imbalan tenaga kerja (Rp/kg) Bagian tenaga kerja (%)
Kerupuk Susu 33,00 20,47 150,00
Permen Karamel Susu 96,00 64,00 254,00
1,61 7,33 35.000,00 2.500,00
1,50 3,97 35.000,00 9.825,00
15.420,00 25.868,83 56.424,04 15.135,21 26,82 18.319,49
15.420,00 21.512,82 52.500,00 15.567,18 29,65 38.992,97
121,04
250,48
Sumber: Analisis Data Primer (2013)
Nilai Tambah Nilai tambah adalah selisih antara nilai output dikurangi dengan harga bahan baku dan sumbangan input lain.Produksi kerupuk susu kambing PE dilakukan satu kali
Kebutuhan terhadap bahan baku dalam memproduksi permen karamel susu kambing PE cukup besar karena sedikitnya bahan campuran lain yang digunakan dalam pengolahannya, yaitu susu sapi, gula, dan margarin. Sementara untuk
memproduksi kerupuk susu kambing PE dibutuhkan bahan campuran lain yang cukup banyak, misalnya tepung tapioka, bawang putih, bawang merah, dan garam. Oleh sebab itu, sumbangan input lain yang digunakan dalam memproduksi kerupuk susu kambing PE menjadi tinggi. Harga produk kerupuk susu dan permen karamel susu kambing PE rata-rata sama yaitu sebesar Rp 35.000,00 per kg.Harga tersebut merupakan harga yang ditentukan oleh pengusaha bagi konsumen yang membeli produk dalam jumlah banyak atau biasa disebut agen. Harga bahan baku untuk mengolah produk olahan susu kambing PE cenderung sama yaitu Rp 15.420,00 per kg. Besarnya nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan susu murni kambing PE menjadi kerupuk susu dan permen karamel susu kambing PE masing-masing sebesar Rp 15.135,21/kg dan Rp 15.567,18/kg. Maka, dapat dibandingkan besarnya nilai tambah antara pengolahan susu murni kambing PE menjadi kerupuk susu dan permen karamel susu kambing PE, yaitu bahwa besarnya nilai tambah produk permen karamel susu kambing PE lebih tinggi daripada kerupuk susu kambing PE. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya sumbangan input lain pada kerupuk susu kambing PE mengingat bahan campuran untuk membuat kerupuk susu kambing PE cukup banyak. Menurut Aliudin dkk (2011), nilai imbalan tenaga kerja ditentukan oleh jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam suatu usaha. Terdapat kecenderungan apabila tenaga kerja
yang terlibat dalam suatu produksi jumlahnya banyak, maka bagian tenaga kerja yang diterima setiap tenaga kerja akan kecil. Sebaliknya, apabila jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam produksi sedikit, maka bagian tenaga kerja yang diterima akan semakin banyak. Tetapi berbeda pada usaha permen karamel susu kambing PE. Nilai imbalan tenaga kerja pada permen karamel susu kambing PE lebih tinggi dibandingkan dengan kerupuk susu kambing PE. Padahal input tenaga kerja yang dibutuhkan pada usaha permen karamel susu kambing PE lebih banyak daripada input tenaga kerja yang dibutuhkan pada usaha kerupuk susu kambing PE. Hal ini disebabkan upah rata-rata tenaga kerja dalam memproduksi permen karamel susu kambing PE cukup tinggi yaitu sebesar Rp 9.825,00 per jam. Berbeda dengan upah rata-rata tenaga kerja pada usaha kerupuk susu kambing PE sebesar Rp 2.500,00 per jam. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Besarnya rata-rata biaya total yang dikeluarkan untuk memproduksi kerupuk susu dan permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 1.189.535,00 dan Rp 3.523.500,00. Besarnya rata-rata penerimaan yang diperoleh dalam memproduksi kerupuk susu kambing PE sebesar Rp 1.452.000,00 dan pada permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 3.880.000,00. Besarnya rata-rata keuntungan yang diperoleh dalam memproduksi kerupuk susu dan permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 262.465,00 dan Rp 356.500,00.
Besarnya efisiensi usaha kerupuk susu kambing PE sebesar 1,22 dan pada usaha permen karamel susu kambing PE sebesar 1,10 sehingga dapat dikatakan bahwa usaha yang dijalankan sudah efisien. Rata-rata tingkat keuntungan yang diperoleh usaha kerupuk susu kambing PE sebesar 22,06% dan pada usaha permen karamel susu kambing PE sebesar 10,12%. Besarnya nilai tambah yang diperoleh usaha kerupuk susu kambing PE sebesar Rp 15.135,21 per kg dan besarnya nilai tambah yang diperoleh dari usaha permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 15.567,18 per kg. Besarnya nilai tambah produk permen karamel susu kambing PE lebih tinggi daripada kerupuk susu kambing PE karena besarnya sumbangan input lain pada kerupuk susu kambing PE mengingat bahan campuran untuk membuat kerupuk susu kambing PE cukup banyak. Imbalan tenaga kerja pada usaha kerupuk susu kambing PE sebesar Rp 18.319,49 per kg dan pada usaha permen karamel susu kambing PE sebesar Rp 38.992,97 per kg. Imbalan tenaga kerja pada usaha permen karamel susu kambing PE lebih tinggi daripada imbalan tenaga kerja pada usaha kerupuk susu kambing PE karena tingginya upah rata-rata tenaga kerja dalam mengolah permen karamel susu kambing PE. Saran Pengembangan sebaiknya dilakukan permen karamel susu karena besarnya nilai permen karamel susu lebih tinggi.
usaha pada usaha kambing PE tambah pada kambing PE
Pengusaha permen karamel susu kambing PE sebaiknya dapat meningkatkan daya saing produk dengan tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk susu bubuk kambing PE. Sebaiknya pemerintah dapat membantu dalam mengatasi kendala yang ada, seperti mendapatkan perijinan usaha dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) Kabupaten Sleman agar dapat meningkatkan kualitas produk olahan susu kambing PE. Pemerintah hendaknya memberikan penyuluhan tentang pengelolaan limbah industri karena limbah tersebut sangat mencemari lingkungan sekitar usaha produk olahan susu kambing PE. DAFTAR PUSTAKA Aliudin, Sariyoga S, Anggraeni D 2011. Efisiensi dan Pendapatan Gula Aren Cetak (Kasus pada Perajin Gula Aren Cetak di Desa Cimenga, Kecamatan Cijaku, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten). Jurnal Agro Ekonomi Vol 29 No 1 : 73-85. Deptan 2012. Pedoman Teknis Pengembangan Agroindustri Peternakan.http://www.deptan.g o.id/.Diakses 14 Februari 2013. Kusnandar, Mardikanto T, Wibowo A 2010. Manajemen Agroindustri, Kajian Teori dan Model Kelembagaan Agroindustri Skala Kecil Pedesaan. Surakarta: UNS Press.
Maryanto, D 2011. Khasiat, Manfaat dan Kandungan Susu Kambing Etawa dan Organik. www.stppbogor.ac.id/. Diakses 2 April 2013. Soekartawi 1991. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali. Sudiyono, A 2002. Pemasaran Pertanian. Malang: UMM Press. Usman S, U 2005. Nilai Tambah dan Balas Jasa Faktor Produksi Pengolahan Hasil-hasil Pertanian. Bulletin Penelitian No 08.