UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM EKSTENSI MEDAN
ANALISIS HUBUNGAN MANAJEMEN PIUTANG TERHADAP KEMAMPULABAAN PADA PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA 1 MEDAN
OUTLINE SKRIPSI OLEH : DERMAWAN YUNITA SITINJAK 050521108 DEPARTEMEN MANAJEMEN
GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Dermawan Yunita Sitinjak : Analisis Hubungan Manajemen Piutang Terhadap Kemampulabaan Pada…, 2008 USU Repository © 2009
ABSTRAK
Dermawan Yunita Sitinjak (2008), Analisis Hubungan Manajemen Piutang Terhadap Kemampulabaan Pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan. Ketua Departemen Manajemen Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. Dosen Pembimbing : Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.Si. Dosen Penguji I : Dr. Muslich Lufti, M.Ec. Dosen Penguji II : Dra. Mulykata Sebayang, M.Si. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah Receivable Turnover, Days Sales Outstanding Ratio memiliki hubungan dengan Rasio Kemampulabaan (Return on Investment). Penelitian ini memakai data sekunder berupa laporan keuangan tahunan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan yaitu Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi tahun 2002 s/d 2006. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis Korelasi Product Moment Pearson pada tingkat signifikansi α =10%. Pengujian model Korelasi Product Moment Pearson ini menggunakan program SPSS versi 12,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio Receivable Turnover dan Days Sales Outstanding sebagai metode yang dapat mengevaluasi manajemen piutang memiliki hubungan yang signifikan terhadap Kemampulabaan/kemampuan perusahaan didalam memperoleh laba.
Kata Kunci : Receivable Turnover, Days Sales Outstanding dan Return on Investment.
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat dan kemuliaan penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang memberikan kekuatan, hikmat serta pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Hubungan Manajemen Piutang Terhadap Kemampulabaan Pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan”. Penulis memperoleh banyak masukan dari berbagai pihak dalam penyusunan Skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE. M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Dr. Muslich Lufti, M.Ec, dan Ibu Dra. Mulykata Sebayang, M.si selaku dosen penguji. 5. Bapak Prayitno, Direktur PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan, dan seluruh pejabat dan staf terutama Bapak Rudolf, Bapak Sarukh, Bapak Harianja, Bapak Tuni Bancin, Ibu fatimah yang telah membimbing penulis selama melakukan penelitian. 6. Seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik moril maupun materi.
7. Dan seluruh teman-teman yang turut membantu penulis menyelesaikan Skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Penulis
Januari 2008
Dermawan Yunita Sitinjak
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ..........................................................................................................i KATA PENGANTAR.......................................................................................ii DAFTAR ISI.....................................................................................................iv DAFTAR TABEL ............................................................................................vi DAFTAR GAMBAR.......................................................................................vii BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1 B. Perumusan Masalah.................................................................... 4 C. Kerangka Konseptual ................................................................. 4 D. Hipotesis..................................................................................... 5 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................... 5 F. Metode Penelitian ....................................................................... 6 1. Batasan Operasional ............................................................... 6 2. Definisi Operasional ............................................................... 7 3. Jenis Data................................................................................ 8 4. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 8 5. Tehnik Pengumpulan Data ..................................................... 9 6. Metode Analisis Data ............................................................. 9 BAB II : URAIAN TEORITIS .................................................................... 12 A. Penelitian Terdahulu................................................................... 12 B. Laporan Keuangan...................................................................... 13
C. Manajemen Piutang.................................................................... 16 1. Kebijaksanaan Kredit ............................................................. 17 2. Standar Kredit......................................................................... 19 3. Kebijaksanan Penagihan Kredit.............................................. 21 D. Kemampulabaan......................................................................... 22 BAB III : PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I MEDAN......... 27 A. Sejarah Berdirinya Perusahaan................................................... 27 B. Bidang Kegiatan perusahaan ...................................................... 31 BAB IV: ANALISIS DAN EVALUASI ...................................................... 35 A. Deskriptif Variabel Penelitian .................................................... 35 1. Rasio Aktivitas ....................................................................... 35 2. Rasio Kemampulabaan........................................................... 37 B. Analisis Data Statistik ................................................................ 38 C. Kondisi Piutang Perusahaan Terhadap Pertamina...................... 40 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 43 A. Kesimpulan................................................................................. 43 B. Saran ........................................................................................... 44 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Halaman 1. Tabel 1.1. Piutang dan Laba Bersih PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Tahun 2002 – 2006......................3 2. Tabel 4.1. Deskriptif Rasio Receivable Turnover Tahun 2002-2006 .........35 3. Tabel 4.2. Deskriptif Rasio Days Sales Outstanding Tahun 2002-2006.....36 4. Tabel 4.3. Deskriptif Rasio Kemampulabaan (Return on Investment) Tahun 2002-2006 .......................................................................37 5. Tabel 4.4. Korelasi ......................................................................................38
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Gambar 1.1. Kerangka Konseptual Penelitian ..............................................4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang disusun dari berbagai elemen yang mempunyai tujuan untuk memperoleh laba maksimal. Ketersediaan modal maupun fasilitas yang memadai belum tentu dapat menjamin perusahaan untuk memperoleh laba yang maksimal akan tetapi harus didukung oleh faktor manajemen (pengelolaan) yang baik yaitu mengelola sumber daya yang dimiliki untuk menghasilkan output dan feedback yang memuaskan. Martono & Harjito (2001:2), mengatakan bahwa perusahaan memiliki tiga macam tujuan utama yang saling berkaitan, yaitu : 1. Mencapai atau memperoleh laba maksimal untuk kemakmuran pemilik perusahaan. 2. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern). 3. Mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang usaha industri, dagang, maupun jasa senantiasa berusaha untuk meningkatkan penjualannya, baik yang dilakukan melalui penjualan secara tunai dan juga menawarkan penjualan secara kredit. Secara umum alasan perusahaan untuk melakukan penjualan secara kredit adalah untuk mendorong atau meningkatkan penjualan guna meningkatkan laba perusahaan. Penjualan kredit kini terbukti mampu menarik pelanggan lebih banyak daripada penjualan tunai akan tetapi transaksi ini dapat menimbulkan piutang usaha yang sewaktu-waktu macet dalam pembayarannya oleh debitur.
Piutang usaha merupakan pos penting dalam neraca perusahaan yang turut memberikan gambaran bagi keadaan likuiditas perusahaan. Semakin besar penjualan kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan maka perusahaan tersebut akan memiliki laba dan sekaligus resiko usaha yang tinggi. Resiko usaha tersebut contohnya kerugian karena adanya piutang usaha yang tidak dapat tertagih atau debitur menunda-nunda pelunasan hutangnya yang telah jatuh tempo sehingga saldo piutang perusahaan meningkat dari waktu kewaktu. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang serius dan penting mengenai keberadaan piutang usaha. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan merupakan salah satu BUMN yang berbentuk perseroan dan bergerak dalam bidang jasa perkapalan dan kepelabuhan. Perusahaan ini memiliki tugas pokok menyediakan fasilitas dan peralatan
pelabuhan,
menyelenggarakan
pelayanan
jasa
labuh,
tambat,
bongkar/muat, pergudangan dan lapangan penumpukan serta menyediakan areal tanah untuk bangunan, air bersih, instalasi listrik dan usaha-usaha lain yang menunjang tujuan perusahaan. Berikut merupakan informasi dan gambaran fluktuasi Total Piutang, Piutang Lain-Lain Tidak Lancar dan Laba Bersih (setelah pajak) pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan selama Tahun 2002 sampai dengan 2006.
Tabel 1.1 Piutang dan Laba Bersih PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan Tahun 2002 - 2006 (Dalam Rupiah) Tahun
Total Piutang
Fluktuasi (%)
Fluktuasi (%)
Laba Bersih
Fluktuasi (%)
-
Total Piutang LainLain Tidak Lancar 10.180.305.785
2002
49.588.753.628
-
175.109.569.915
-
2003
33.678.271.814
67,92
9.859.352.315
96,85
121.901.926.542
69,61
2004
33.465.826.917
99,37
6.631.165.911
67,26
106.141.629.705
87,07
2005
37.263.026.672
111,35
5.274.830.502
79,55
118.938.865.368
112,06
2006
59.552.020.859
159,82
253.418.549
4,80
124.037.829.366
104,29
Sumber : Laporan Keuangan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan. Berdasarkan riset pendahuluan yang dilakukan oleh penulis terhadap laporan keuangan tahun 2002 sampai dengan 2006 terjadi fluktuasi total piutang yaitu peningkatan rata-rata total piutang sebesar 38% sedangkan piutang lain-lain tidak lancar mengalami penurunan rata-rata sebesar 38% dan laba bersih mengalami penurunan rata-rata sebesar 27%. Total piutang yang semakin meningkat, didalamnya terdapat juga piutang lain lain tidak lancar (piutang yang berumur lebih dari 1 tahun) yang berpengaruh terhadap terjadinya piutang macet (piutang yang berumur >2 tahun). Bila dihubungkan dengan total piutang, besarnya laba yang berfluktuasi menyebabkan sebagian dari jumlah laba pada tahun 2002 sampai 2006 bukanlah laba yang nyata dan dapat langsung dipergunakan untuk kegiatan operasional perusahaan melainkan laba yang berasal dari piutang yang belum tercairkan baik yang berumur <1 tahun atau >1 tahun. Untuk mengetahui apakah manajemen piutang memiliki hubungan terhadap besarnya laba yang dihasilkan selama periode tertentu, maka penulis
tertarik untuk mengambil judul: “Analisis Hubungan Manajemen Piutang terhadap Kemampulabaan Pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan “.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan antara manajemen piutang dengan peningkatan/pencapaian kemampulabaan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan? “
C. Kerangka Konseptual Berikut adalah gambaran model kerangka pemikiran yang akan mengkaji hubungan antara Receivable Turnover dan Days Sales Outstanding terhadap kemampulabaan yang diukur dengan Return On Investment. Receivable Turnover Kemampulabaan Days Sales Outstanding
Sumber : Sartono, Riyanto (Diolah) Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual Mengkaji
hubungan
diantara
manajemen
piutang
dalam
hal
kemampulabaan maka dapat dilihat dari Receivable Turnover (Perputaran Piutang) dan Days Sales Outstanding (Periode Penagihan Rata-Rata/Hari RataRata Pengumpulan Piutang). Riyanto (2001:84) berpendapat bahwa piutang sebagai elemen modal kerja selalu dalam keadaan berputar-putar. Makin lunak atau makin lama pembayaran piutang, ini berarti bahwa tingkat perputarannya adalah makin rendah
dan begitu juga sebaliknya jika semakin tinggi tingkat perputarannya maka semakin besar pula piutang perusahaan yang terkumpul dan secara langsung akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Sartono (2001:119) berpendapat terlalu tinggi periode pengumpulan piutang berakibat timbulnya bad-debt dan investasi dalam
piutang
menjadi
terlalu
besar
sehingga
akan
mempengaruhi
kemampulabaan perusahaan. Pada penelitian ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba digunakan salah satu rasio profitabilitas yaitu Return On Investment (ROI). ROI merupakan salah satu alat yang biasa dipergunakan untuk menilai kesuksesan atau prestasi perusahaan secara keseluruhan, yang secara umum didefinisikan sebagai net income dibagi dengan total investasi (Sawir, 2005:19).
D. Hipotesis Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan maka hipotesis yang diambil penulis ialah: Manajemen Piutang dilihat dari Receivable Turnover dan Days Sales Outstanding memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap Kemampulabaan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk menganalisis hubungan manajemen piutang yang diterapkan oleh
PT
(Persero)
Pelabuhan
Indonesia
I
Medan
dengan
kemampulabaan perusahaan serta membandingkan penerapan teori yang dipelajari diperguruan tinggi dengan aplikasi dilapangan.
b. Untuk menganalisis kondisi piutang yang terjadi dan aksi yang dilakukan perusahaan
sebagai
upaya
didalam
menanggulangi
piutang. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan Memberikan tambahan informasi bagaimana manajemen piutang yang baik bagi perusahaan sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan keuangan dimasa depan dan nantinya dapat meningkatkan kemampulabaan perusahaan. b. Bagi Penulis Memberikan kontribusi yang besar bagi pemikiran penulis untuk memperluas cakrawala berpikir ilmiah dalam bidang keuangan khususnya manajemen piutang. c. Bagi Pihak Lain Sebagai bahan referensi bagi penelitian lain khususnya dalam bidang manajemen piutang.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Batasan operasional penelitian ini adalah : a. Pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini difokuskan untuk mengetahui konsekuensi
dari
pengelolaan
piutang
terhadap
kemampulabaan perusahaan. b. Data keuangan yang digunakan pada penelitian ini adalah laporan keuangan
tahunan selama periode tahun 2002 sampai 2006.
c. Rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah Rasio Kemampulabaan yaitu Return On Investment dan Rasio Aktivitas yaitu Receivable Turnover dan Days Sales Outstanding. 2. Definisi Operasional Definisi Operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Kemampulabaan (Y) Menunjukkan sebagai variabel terikat yang merupakan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia (Syamsudin, 2002 :63). Semakin tinggi rasio ini, maka semakin baik keadaaan suatu perusahaan.
Laba Bersih Setelah Pajak Return on Investment =
x 100 % Total Aktiva
b. Receivable Turnover (X1) Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jangka waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai. (Kuswadi, 2004:205).
Penjualan Kredit (Setahun) Receivable Turnover =
x 1 Kali Rata-Rata Piutang
c. Days Sales Outstanding/DSO (X2) Periode penagihan rata-rata digunakan untuk menaksir piutang usaha, dan dihitung dengan membagi piutang usaha dengan rata-rata penjualan harian. Dengan demikian rata-rata umur piutang menunjukkan lamanya waktu rata-rata yang diperlukan untuk menagih penjualan kredit (Brigham & Houston, 2001:182) atau jangka waktu rata-rata yang harus ditunggu perusahaan setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas.
Piutang Days Sales Outstanding =
x 1Hari Penjualan / 360
3. Jenis Data 1) Data Primer Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer tersebut diperoleh dari
hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat di
perusahaan dan yang
dapat memberikan informasi tambahan
berkaitan dengan penelitian misalnya
mengenai
daripada data laporan keuangan yang dibutuhkan
kelengkapan penulis.
2) Data Sekunder Data yang dibutuhkan oleh penulis yang berkaitan dengan penelitian ini adalah berupa : a. Sejarah berdirinya perusahaan. b. Struktur organisasi perusahaan.
c. Laporan keuangan tahunan perusahaan (laporan laba rugi dan neraca tahun 2002 sampai dengan 2006) 4.Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan riset pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan yang berlokasi di Jl. Krakatau Ujung No.100 Medan. Lama waktu yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian sejak bulan Juni sampai Desember 2007. 5.Teknik Pengumpulan Data Teknik yang dilakukan penulis untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: a. Studi dokumentasi Informasi dikumpulkan dari laporan keuangan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 serta data yang relevan dengan penelitian baik dari pihak perusahaan maupun yang berasal dari buku-buku literatur. b. Teknik wawancara Data dikumpulkan melalui hasil wawancara dengan pegawai yang berwenang dalam memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. 6. Metode Analisis Data Dalam analisis data yang terkumpul melalui penelitian ini, terlebih dahulu ditetapkan
metode
pelaksanaannya
analisis
lebih
yang
mudah
akan dan
dipergunakan terarah
serta
sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan :
1) Metode Analisis Statistik Deskriptif Metode analisis yang digunakan adalah suatu metode dimana data-data yang dikumpulkan dan digolongkan / dikelompokkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga diperolehlah gambaran yang sebenarnya mengenai kondisi piutang yang ada serta tingkat kemampulabaan yang dihasilkan perusahaan. 2) Metode Analisis Korelasi Product Moment Pearson Suharyadi dan Purwanto (2004 : 285), Korelasi Pearson digunakan untuk mengukur keeratan hubungan diantara hasil-hasil pengamatan dari
populasi
yang
mempunyai
dua
varian.
Perhitungan
ini
mensyaratkan bahwa populasi asal sampel mempunyai dua varian dan berdistribusi normal. Metode korelasi Pearson banyak digunakan untuk mengukur korelasi data rasio dan penulis menganalisis korelasi Pearson menggunakan bantuan aplikasi komputer program SPSS versi 12,0. Arti Angka Korelasi a. Berkenaan dengan besaran angka. Angka korelasi berkisar pada 0 (tidak ada korelasi sama sekali) dan 1 (korelasi sempurna). b. Selain besar korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh pada penafsiran hasil. Tanda – (negatif) pada output menunjukkan adanya arah yang berlawanan, sedangkan tanda + (positif) menunjukkan arah yang sama. Signifikansi Hasil Korelasi Setelah angka korelasi didapat, maka diuji apakah angka korelasi yang didapat benar-benar signifikan atau dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua variabel.
Hipotesis : H0 : r = 0, artinya tidak terdapat hubungan signifikan antara variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y). H1 : r ≠ 0, artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y). Pengambilan Keputusan : a. Berdasarkan Probabilitas. Jika probabilitas < 0,05 = H0 diterima. Jika probabilitas > 0,05 = H0 ditolak. b. Berdasarkan tanda ** yang diberikan SPSS. Signifikan tidaknya korelasi dua variabel dapat dilihat dari adanya tanda ** pada pasangan data yang dikorelasikan. Maka variabel yang bertanda
**
menunjukkan kedua variabel berkorelasi secara signifikan dan yang tidak bertanda ** menunjukkan kedua variabel tidak berkorelasi secara signifikan.
BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Fitria (2001) “Manajemen Piutang dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kemampulabaan Usaha Pada Kantor Cabang Perum Pegadaian Medan Utama” bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen piutang dilakukan di Perum Pegadaian dan sejauhmana pengaruh manajemen piutang terhadap tingkat kemampulabaan perusahaan. Penelitian ini membuktikan bahwa manajemen piutang yang dilakukan perusahaan dijalankan dengan kebijaksanaan yang cukup ketat karena harus berdasarkan peraturan-peraturan yang bersifat nasional yang harus diputuskan oleh dewan direksi pusat. Adanya peningkatan piutang, pendapatan, laba usaha, tingkat perputaran piutang dan hari rata-rata pengumpulan piutang menunjukkan manajemen piutang yang dijalankan perusahaan masih cukup efektif untuk dijalankan. Tingkat rentabilitas perusahaan pada tahun 1997 sebesar 99,49%dan pada tahun 1998 sebesar 98,33%. Berarti rentabilitas perusahaan pada dua tahun tersebut berada pada kondisi sehat sekali karena berada diatas 12%. Dengan memperlonggar kebijaksanaan piutang ternyata menyebabkan penurunan tingkat rentabilitas, berarti dapat disimpulkan bahwa manajemen piutang mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat rentabilitas sehingga untuk meningkatkan pendapatan dan laba perusahaan pihak manajemen harus menaruh perhatian yang besar terhadap kebijaksanaan piutang yang diambil.
B. Laporan Keuangan Untuk mengetahui perkembangan perusahaan, perlu diketahui keadaan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Keadaan keuangan perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan disusun untuk menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil yang dicapai dalam operasi perusahaan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi dan laporan posisi dalam keuangan atau biasa juga dinamakan laporan sumber dan penggunaan dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Riyanto (2001:327) memberikan definisi mengenai laporan keuangan sebagai berikut : Laporan keuangan memberikan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan, dimana Neraca (Balance Sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan Laporan Laba Rugi (Income Statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama waktu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun. Syahyunan (2004:23) laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses pencatatan, penggabungan dan pengikhtisaran semua transaksi yang dilakukan perusahaan dengan seluruh pihak terkait dengan kegiatan usahanya dan peristiwa penting yang terjadi diperusahaan.
Menurut Bernstein dalam Harahap (2004 : 197), tujuan laporan keuangan adalah : 1. Screening, analisa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi perusahaan dari laporan keuangan tanpa pergi langsung ke lapangan. 2. Understanding, memahami perusahaan, kondisi keuangan dan hasil usahanya. 3. Forecasting, analisa digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. 4. Diagnosis, analisa dimaksud untuk melihat kemungkinan adanya masalahmasalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan. Konsep dan Prinsip Laporan Keuangan Terdapat beberapa asumsi, baik yang merupakan peraturan dasar maupun kesepakatan dalam praktek keuangan yang perlu dipahami, menurut Djarwanto (2001:9-12) asumsi-asumsi tersebut adalah : 1. Business Entity Konsep yang menyatakan bahwa pencatatan kinerja perusahaan itu harus dipisahkan dari kegiatan pemiliknya atau rumah tangga pemilik. 2. Going Concern Perusahaan didirikan tidak untuk sementara waktu tetapi diharapkan berjalan terus sepanjang waktu. Karena asas bahwa perusahaan itu hidup sepanjang waktu, ini akan mempengaruhi metode penilaian.
3. Unit of Measurement Kegiatan mencatat, menggolongkan, meringkaskan, menyajikan transaksitransaksi perusahaan dan hasil-hasilnya, dalam akuntansi digunakan satuan pengukuran uang. 4. Cost Data akuntansi dicatat menurut harga perolehannya pada waktu peristiwa itu terjadi dan tinggal tetap demikian dalam catatan atau laporan akuntansi karena ini merupakan pendekatan yang paling objektif. 5. Realization Penghasilan direalisir apabila penjualan telah dilakukan atau apabila jasa telah diberikan. Ketika terjadi penjualan atau pertukaran yang telah disepakati antara perusahaan dengan pihak-pihak diluar perusahaan maka terealisir penghasilan. 6. Stable Fluktuasi nilai uang dianggap tidak ada pengaruhnya terhadap jumlah-jumlah yang ditunjukkan dalam laporan kondisi keuangan perusahaan. 7. Time Period Karena aktivitas perusahaan berjalan sepanjang waktu, maka proses penyajian perlu dipecah dalam periode-periode tertentu. 8. Objective Evidence Untuk keperluan pencatatan akuntansi perlu dukungan bukti-bukti transaksi yang bersifat objektif atau dapat diuji kebenarannya.
9. Disclosure Semua fakta perlu diungkapkan secara terbuka agar laporan keuangan dapat bersifat informatif dan memberi arti bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 10. Consistency Akuntansi harus memilih satu metode yang paling sesuai dengan kebutuhan. Sekali satu metode telah dipilih secara konsisten harus dipertahankan dari setiap periode. 11. Conservatism Mengakui kemungkinan rugi yang akan terjadi tetapi tidak mengantisipasikan laba yang belum direalisasi. 12. Matching of Revenue and Cost Besarnya net income merupakan gambaran yang menarik, net income diperoleh dengan membandingkan antara revenue dengan cost dalam periode waktu tertentu.
C. Manajemen Piutang Setiap perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan, sebelum melakukan penjualan biasanya akan disepakati terlebih dahulu bagaimana cara pembayaran transaksi tersebut apakah secara tunai atau kredit. Apabila pembayaran dilakukan secara tunai maka perusahaan akan langsung menerima kas namun apabila pembayaran dilakukan secara kredit maka perusahaan akan menerima piutang.
Horne (2005:258) Piutang adalah jumlah uang dipinjam dari perusahaan oleh pelanggan yang telah membeli barang atau memakai jasa kredit. Menurut Soemarsono (2002:338), piutang pada umumnya dikelompokkan menjadi : 1. Piutang Dagang Piutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang ini juga disebut sebagai piutang dagang. 2. Piutang Lain-Lain Piutang yang meliputi piutang pegawai, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang pemegang saham, dan lain-lain. Penjualan kredit tentu akan menimbulkan resiko bagi perusahaan untuk menagih sebahagian atau bahkan mungkin seluruh piutang , maka biaya atas resiko tidak tertagihnya piutang tersebut dalam bentuk bad debt expense. Kebijakan penjualan kredit dapat menimbulkan keuntungan-keuntungan dalam bentuk kenaikan hasil penjualan, kenaikan laba dan memenangkan persaingan. Manajemen piutang berkaitan dengan usaha untuk mengelola pendapatan yang akan diterima dari hasil penjualan yang dilakukan secara kredit. (Syahyunan, 2004:61) Manajer keuangan dalam melakukan manajemen piutang harus dapat menentukan jumlah piutang yang seimbang antara perolehan laba dan resiko. Pengelolaan piutang yang efisien diawali dengan penyeleksian pelanggan hingga usaha-usaha penagihan piutang yang lebih efektif. a) Kebijaksanaan Kredit Untuk mengendalikan piutang, perusahaan perlu menetapkan kebijaksanaan kreditnya. Kebijaksanaan ini berfungsi sebagai standar, apabila dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka
perusahaan perlu melakukan perbaikan. Jika suatu perusahaan memutuskan untuk menjual produknya secara kredit, timbul masalah tentang siapa yang akan diizinkan untuk membeli secara kredit. Perlu ditentukan standar dan kemudian dilakukan evaluasi terhadap para pembeli. Ada lima kriteria (The Five C’s of Credit) utama yang sering digunakan untuk menilai kemampuan pemohon kredit, yaitu : 1. Karakter (Character) Meneliti dan memperhatikan sifat-sifat pribadi, cara hidup, status sosial dari pemohon kredit. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemauan untuk membayar (willingness to pay). 2. Kapasitas (Capacity) Meneliti kemampuan pemohon kredit dalam memperoleh penjualan atau pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam bidang usahanya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk membayar (ability to pay). 3. Kapital (Capital) Mengukur posisi keuangan perusahaan (pemohon kredit) secara umum dengan memperhatikan modal yang dimiliki perusahaan dan juga perbandingan hutang dan modalnya. 4. Kolateral (Collateral) Mengukur besarnya aktiva perusahaan (pemohon kredit) yang dijadikan sebagai agunan atau jaminan atas kredit yang diberikan.
5. Kondisi (Conditions) Memperhatikan pengaruh langsung dari keadaan ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan terhadap kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya. Perusahaan juga perlu mempertimbangkan tingkat kepercayaan pihak luar terhadap pelanggan yang disebut sebagai soliditas yaitu : 1. Soliditas Komersil Tingkat kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan yang bersangkutan sebagai akibat dari kejujuran pimpinan perusahaan untuk selalu memenuhi janji dan kewajiban tepat pada waktunya. 2. Soliditas Finansial Tingkat kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan yang bersangkutan sebagai akibat dari terdapatnya modal kerja perusahaan yang cukup, sehingga perusahaan diharapkan dapat memenuhi kewajiban finansialnya tepat waktu. 3. Soliditas Moral Tingkat kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan yang bersangkutan sebagai akibat dari sifat-sifat dan moral baik dari pimpinan perusahaan. b) Standar Kredit Standar kredit adalah persyaratan minimum yang dipakai perusahaan untuk memberikan kredit kepada pelanggan. Hal-hal seperti nama baik pelanggan sehubungan dengan kredit atau pembayaran hutang-hutang dagangnya baik kepada perusahaan maupun kepada perusahaan-perusahaan lainnya, referensireferensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran hutang dagang dan beberapa rasio finansial tertentu dari perusahaan langganan akan dapat
memberikan suatu dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau melakukan penjualan kredit. Dengan mengetahui faktor-faktor utama yang harus dipertimbangkan bilamana perusahaan bermaksud untuk mengubah standar kredit yang diterapkan, akan dapat memberikan suatu gambaran tentang keputusan-keputusan apa yang harus diambil perusahaan sehubungan dengan kepada siapa dan dalam jumlah berapa kredit yang akan diberikan. Ada beberapa faktor-faktor utama yang harus dipertimbangkan perusahaan apabila perusahaan bermaksud melakukan perubahan dalam standar kredit, yaitu : 1) Volume penjualan Perubahan standar kredit dapat diharapkan akan merubah volume penjualan. Apabila standar kredit diperlonggar maka diharapkan akan dapat meningkatkan volume penjualan. Sebaliknya, apabila standar kredit diperketat maka diperkirakan volume penjualan akan menurun. 2) Investasi dalam piutang Memiliki piutang menimbulkan biaya bagi perusahaan. Makin tinggi investasi dalam piutang makin besar biaya pengadaannya. Jika standar kredit diperlonggar, volume piutang perusahaan meningkat demikian pula biaya pengadaannya. Perubahan ini dihasilkan dari peningkatan penjualan dan perpanjangan periode penagihan dari penjualan kredit. 3) Biaya piutang ragu-ragu Probabilitas (risiko) kerugian piutang atau bad debt expenses akan semakin meningkat dengan diperlonggarnya standar kredit, dan akan menurun bilamana standar kredit diperketat.
c) Kebijaksanaan Penagihan Kredit Didalam mengelola piutang yang ada diperlukan kebijaksanaan penagihan yang mana merupakan bagian dari usaha perusahaan untuk dapat mengumpulkan piutang atas penjualan kredit yang diberikan dalam waktu singkat. Perusahaan haruslah berhati-hati untuk tidak terlalu agresif dalam usaha-usaha menagih piutang dari para langganan.Bilamana langganan tidak dapat membayar tepat pada waktunya maka sebaiknya perusahaan menunggu sampai jangka waktu tertentu yang dianggap wajar sebelum menerapkan prosedur-prosedur penagihan piutang yang sudah ditetapkan. (Syahyunan, 2004:66) Sejumlah teknik penagihan piutang yang biasanya dilakukan oleh perusahaan bilamana langganan atau pembeli belum membayar sampai dengan waktu yang telah ditentukan adalah sebagai berikut : a. Melalui surat Bilamana waktu pembayaran hutang dari langganan sudah lewat beberapa hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat mengirim surat dengan nada “mengingatkan“ (menegur) langganan yang belum membayar tersebut bahwa hutangnya sudah jatuh tempo. Apabila hutang tersebut belum juga dibayar setelah beberapa hari surat dikirimkan maka dapat dikirimkan surat kedua yang nadanya lebih keras. b. Melalui telepon Apabila setelah dikirimkan surat teguran ternyata hutang-hutang tersebut belum juga dibayar, maka bagian kredit dapat menelpon langganan dan secara pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari hasil pembicaraan tersebut ternyata misalnya langganan mempunyai alasan yang
dapat diterima maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai suatu jangka waktu tertentu. c. Kunjungan personal Teknik penagihan piutang dengan jalan melakukan kunjungan secara personal atau pribadi ketempat langganan sering kali digunakan karena dirasakan sangat efektif dalam usaha-usaha penagihan piutang. d. Tindakan yuridis Bilamana ternyata langganan tidak mau membayar hutang-hutangnya maka perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hukum dengan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.
D. Kemampulabaan Dalam kegiatan operasional perusahaan, profit/keuntungan merupakan elemen terpenting agar kelanjutan dari perusahaan dapat terjamin. Setiap usaha selalu mengutamakan keuntungan dalam tujuan pendirian perusahaan, baru setelah itu tujuan perusahaan yang lain seperti kemampuan perusahaan untuk tumbuh (growth) ditengah persaingan dan kemampuan perusahaan mengadakan ekspansi usaha (develop). Tanpa adanya kemampuan dalam memperoleh laba dengan menggunakan semua sumber daya yang ada dalam perusahaan, semua tujuan perusahaan tersebut tidak akan tercapai. Untuk mewujudkan itu diperlukan pelaksanaan proses manajemen yang efektif dan efisien dalam pengelolaan sebuah perusahaan. Namun tingkat keefisienan sebuah perusahaan tidak dapat hanya dilihat dari laba yang diperoleh saja, tetapi juga harus memperbandingkan bagaimana usaha untuk
memperbesar profit karena profitabilitas yang tinggi merupakan pencerminan efisiensi yang tinggi pula. Horne (2005:222) mengatakan bahwa yang disebut profitabilitas (Kemampulabaan) adalah kemampuan menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva atau modal, baik modal secara keseluruhan maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas terdiri dari dua jenis, yaitu rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan laba dalam hubungannya dengan investasi. Kedua rasio ini secara bersama-sama menunjukkan efektifitas keseluruhan operasi perusahaan. Sawir (2005:17) menyatakan bahwa kemampulabaan merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektifitas manajemen perusahaan dan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Profitabilitas terdiri dari : 1. Gross Profit Margin =
Gross Profit Sales
Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur efisiensi pengendalian harga pokok (biaya produksi), mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. 2. Operating Profit Margin =
EBIT Sales
Operating Profit Margin digunakan untuk mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume penjualan.
3. Net Profit Margin =
Net Profit Sales
Net Profit Margin digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. 4. Return on Investment =
Net Profit Total Asset
Return on Investment digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. 5. Return on Equity =
Net Profit Net Worth
Return on Equity digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio yang digunakan untuk mengukur Kemampulabaan pada penelitian ini adalah Return On Investment (ROI) atau yang sering juga disebut sebagai
Return On Asset yakni pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsudin, 2002:63), semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan suatu perusahaan. (Kuswadi, 2004:191-192) Melalui ROI dapat memberikan indikasi kepada kita tentang baik buruknya manajemen dalam melaksanakan kegiatan baik dalam kontrol biaya maupun pengelolaan aktiva. Besarnya laba bersih operasi perusahaan dipengaruhi oleh perputaran dana yang ditanam. Makin cepat dana itu berputar makin efektif penggunaan dana tersebut sehingga makin besar pula laba perusahaan atas dana yang ditanam.
Kelebihan yang dimiliki ROI sehingga dipergunakan sebagai alat pengukur prestasi kinerja manajer dalam perusahaan adalah sebagai berikut : a. Mendorong manajer untuk memfokuskan pada keterkaitan dengan hubungan (relationship) antara penjualan (sales), biaya (expenses) dan investasi (investment) khususnya untuk manajer pusat investasi. b. Mendorong para manajer untuk memfokuskan pada efisiensi biaya. c. Mendorong para manajer untuk mengoperasikan aktivanya secara efisien. ROI dalam suatu perusahaan dapat ditingkatkan dengan beberapa cara yaitu sebagai berikut : a) Meningkatkan penjualan Peningkatan penjualan dapat dilakukan dengan cara menaikkan harga jual produk tanpa harus meningkatkan biaya variabel per unit ataupun biaya tetap. Hal ini terjadi setiap kali kenaikan persentase jumlah biaya lebih kecil daripada persentase kenaikan jumlah rupiah penjualan. Kenaikan penjualan juga meningkatkan perputaran aktiva sepanjang tidak terjadi kenaikan proporsional dalam aktiva. b) Pemangkasan beban Pemangkasan beban/biaya merupakan pendekatan pertama yang dilakukan manajer manakala menghadapi kemerosotan penjualan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 1. Menelaah biaya tetap diskresioner, baik unsur biaya maupun programprogram yang membentuk suatu paket biaya tetap diskresioner, dan kemudian mencari biaya yang dapat dipotong dengan segera.
2. Mencari cara-cara untuk membuat karyawan bekerja secara lebih efisien dengan membuang duplikasi, waktu bukan nilai tambah, atau waktu perbaikan mesin dan dengan meningkatkan muatan kerja karyawan. c) Mengurangi asset Pengguntingan terhadap kelebihan investasi dalam perusahaan dapat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap putaran aktiva dan karenanya juga terhadap ROI. Pengurangan invesatasi-investasi yang tidak perlu kerap memerlukan pelepasan maupun pengahapusan aktiva-aktiva yang tidak produktif ataupun tidak lagi dipergunakan.
BAB III PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I MEDAN
A. Sejarah Berdirinya Perusahaan Menelusuri sejarah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I pada hakekatnya melihat perkembangan usaha yang pesat suatu BUMN di lingkungan Departemen Perhubungan. Pengelolaan pelabuhan sudah mulai dilakukan sejak kemerdekaan Republik Indonesia (RI). Instansi-instansi yang mengelola pelabuhan silih berganti dalam periode waktu yang singkat sehingga konsep pengelolaan banyak belum terlaksana karena instansi-instansi yang mengelola sudah dibubarkan. Hal ini terjadi pada semua pelabuhan di Indonesia. Pengelolaan pelabuhan yang secara konsepsional dimulai pada tahun 1960 dimana kegiatan pelabuhan cenderung mengikuti pola kerja Belanda yang pada umumnya dilakukan oleh pegawai pelabuhan bangsa Indonesia yang bekerja pada masa pendudukan Belanda. Pengelolaan pelabuhan dapat dibagi menjadi enam masa yaitu: 1. Masa 1945 – 1960 Pada masa ini pengelolaan pelabuhan masih diikuti atau meneruskan langkahlangkah yang diambil dari Departemen Van Scheepvart dimana pelaksanaan pengelolaan pelabuhan dilakukan jawatan pelabuhan yang dipimpin oleh kepala jawatan.
2. Masa 1960 – 1969 Pengelolaan pelabuhan di Indonesia pada masa ini dibagi menjadi delapan pelabuhan dengan status Perusahaan Negara (PN) yang meliputi: a.
Perusahaan Negara Pelabuhan I Belawan
b.
Perusahaan Negara Pelabuhan II Dumai
c.
Perusahaan Negara Pelabuhan III Tanjung Priok
d.
Perusahaan Negara Pelabuhan IV Tanjung Perak
e.
Perusahaan Negara Pelabuhan V Banjarmasin
f.
Perusahaan Negara Pelabuhan VI Makasar
g.
Perusahaan Negara Pelabuhan VII Manado
h.
Perusahaan Negara Pelabuhan VIII Ambon Pengelolaan pelabuhan berdasarkan keputusan Presiden RI No. 130 tahun
1957 dimana kementerian pelayaran dibagi menjadi jawatan-jawatan, perusahaan pelabuhan negara, PT Pelni, dan mahkamah pelayaran pada masa kabinet karya. Perusahaan Negara Pelabuhan I Belawan dan Perusahaan Negara Pelabuhan II Dumai merupakan induk pelabuhan kecil di lingkungannya mulai dari pelabuhan Sabang di Aceh sampai dengan pelabuhan Teluk Bayur di propinsi Sumatera Barat dan kedua PN Pelabuhan tersebut membawahi 4 propinsi yaitu: a.
Propinsi Aceh
b.
Propinsi Sumatera Utara
c.
Propinsi Riau
d.
Propinsi Sumatera Barat Kedua PN Pelabuhan ini merupakan cikal bakal PT (Persero) Pelabuhan
Indonesia I. Pengelolaan PN Pelabuhan dipimpin oleh seorang Direktur Utama
dimana. Pada masa ini misi yang diemban lebih banyak melayani masyarakat
(Public Service) tanpa menghitung untung rugi. Penentuan tarif pelabuhan tidak berdasarkan pada prinsip pengembalian biaya (Cost Recovery) melainkan semuanya ditujukan kepada kelancaran lalu lintas barang guna memenuhi kebutuhan masyarakat. 3. Masa 1969 – 1983 Pada masa ini Kabinet Pembangunan mulai menunjukkan kestabilannya sehingga perkembangan permintaan jasa pelabuhan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan perekonomian. Perusahaan Negara Pelabuhan I Belawan sampai dengan Perusahaan Negara Pelabuhan VIII Ambon dilikuidasi untuk dirubah bentuknya menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) dengan peraturannya diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1969 tentang Susunan dan Tata Kerja Kepelabuhan dan Daerah Pelayaran. Pengelolaan pelabuhan, dalam peraturan ini dilakukan oleh Administratur Pelabuhan yang mempunyai fungsi ganda yaitu: a.
Fungsi Pengusahaan
b.
Fungsi Pemerintahan Organisasi pelabuhan di Indonesia dibagi menjadi sembilan daerah
pelayaran dimana masing-masing daerah pelayaran dipimpin oleh Kepala Daerah Pelayaran (KADAPEL) yang merupakan Wakil Direktur Jenderal Perhubungan Laut di daerah.
4. Masa 1983- 1988 Pada tanggal 1 Mei 1983 terjadi lagi perubahan organisasi pelabuhan dari Badan Pengusahaan Pelabuhan menjadi Perusahaan Umum Pelabuhan (Perumpel) dan dibagi menjadi empat Perusahaan Umum Pelabuhan, yaitu: a.
Perusahaan Umum Pelabuhan I Medan
b.
Perusahaan Umum Pelabuhan II Tanjung Priok
c.
Perusahaan Umum Pelabuhan III Surabaya
d.
Perusahaan Umum Pelabuhan IV Ujung Pandang Perusahaan Umum Pelabuhan I Medan didasarkan pada Peraturan
Pemerintah RI No. 11 tahun 1983 tanggal 30 April 1983 dengan ditentukannya wilayah Pelabuhan sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan kegiatan pemerintah. 5. Masa 1988 – 1993 Pada masa ini Perusahan Umum Pelabuhan I Medan berdasarkan pada evaluasi perkembangan operasional pelabuhan dan evaluasi terhadap organisasi yang ada baik dari tingkat pusat sampai cabang. Organisasi Perusahaan Umum Pelabuhan I berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 78 tahun 1988 tanggal 1 November 1988 dirampungkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna pelaksanaan tugas serta merubah susunan direksi dari lima menjadi empat direksi, khususnya Direktorat Teknik dan Direktorat Operasi disatukan menjadi Direktorat Usaha.
6. Masa 1993 sampai saat ini Setelah masa kurang lebih sepuluh tahun Perusahaan Umum Pelabuhan I dengan pertimbangan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha, status Perusahaan Umum Pelabuhan I dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) sesuai dengan Undang-Undang No. 9 tahun 1969. Dasar hukum pengalihan menjadi Persero adalah Peraturan Pemerintah RI No. 56 tahun 1991. Perusahaan Umum Pelabuhan I resmi dibubarkan dengan ketentuan bahwa segala hak dan kewajiban, kekayaan serta pegawai Perusahaan Umum Pelabuhan I yang ada beralih kepada Perusahaan Persero termasuk pelabuhan-pelabuhan yang telah ditetapkan, namun proses pengakuan hak, kewajiban dan kekayaan Perusahan Umum Pelabuhan I kepada Perusahan Persero memerlukan waktu yang cukup panjang dan barulah pada tanggal 1 Desember 1992 berdasarkan Akte Notaris Imas Fatimah, SH, maka Perusahaan Umum Pelabuhan I resmi dibubarkan menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I atau yang lebih dikenal dengan Pelabuhan. Saat ini PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I berkantor pusat di Jl. Krakatau Ujung No. 100 Medan, dengan membawahi beberapa cabang dan perwakilan di Propinsi Sumatera Utara, daerah Istimewa Aceh dan Riau yang terdiri dari 16 cabang, 10 perwakilan, 2 rumah sakit dan 1 usaha galangan kapal.
B. Bidang Kegiatan Perusahaan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I didirikan dengan tugas pokok menyediakan fasilitas dan peralatan pelabuhan, menyelenggarakan pelayanan jasa labuh, tambat, bongkat/muat, pergudangan dan lapangan penumpukan serta menyediakan areal tanah untuk bangunan, air bersih, instalasi listrik, dan usahausaha lain yang menunjang tujuan perusahaan. Berdasarkan tugas pokok tersebut, maka fungsi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I adalah menunjang kelancaran arus barang, kapal dan penumpang untuk mewujudkan sistem transportasi nasional, sedangkan tujuan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I dalam kegiatan pelayanan jasa kepelabuhan ini adalah sebagai berikut: 1. Menyediakan pelayanan jasa kepelabuhan bagi kepentingan umum sekaligus
menumpuk
keuntungan
berdasarkan
prisnsip-prinsip
pengelolaan perusahaan. 2. Menunjang
kelancaran
angkutan
laut
dalam
rangka
menunjang
pembangunan nasional dan regional. 3. Melaksanakan pergantian/pertukaran sistem transportasi laut ke darat atau sebaliknya, dan mewujudkan sistem perhubungan terpadu dan seimbang. Bidang
usaha
PT
(Persero)
Pelabuhan
Indonesia
I
adalah
menyelenggarakan perusahaan jasa kepelabuhanan dan usaha lainnya yang menunjang kelancaran arus keluar-masuk barang melalui pelabuhan. Pengertian jasa kepelabuhanan adalah segala bentuk pelayanan berupa fasilitas dan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh perusahaan untuk menunjang kegiatan dan usaha para pengguna jasa kepelabuhanan. Produk yang
ditawarkan dalam perusahaan adalah jasa, yang berarti tidak mempunyai wujud tetapi manfaatnya dapat dirasakan oleh para pemakai/pengguna jasa tersebut. Lapangan usaha PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I adalah sebagai berikut: 1. Kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas dan tempat berlabuh kapal. 2. Jasa yang berhubungan dengan pemanduan dan penundaan kapal. 3. Dermaga dan fasilitas lain untuk tambat bongkar muat barang termasuk hewan dan fasilitas naik turunnya penumpang. 4. Gudang, tempat penimbunan barang-barang eksport/import dan peralatan pelabuhan baik alat bongkat muat maupun lainnya. 5. Tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan, industri dan gedung/bangunan yang berhubungan dengan kelancaran angkutan laut. 6. Penyediaan listrik, air minum dan instalasi limbah pembuangan. 7. Jasa terminal, kegiatan konsolidasi dan industri barang termasuk hewan. 8. Jasa
konsultasi,
pendidikan
dan
pelatihan
yang
berkaitan
dengan
kepelabuhanan. 9. Usaha-usaha lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan.
C.
Struktur Organisasi Perusahaan Pembagian tugas dalam organisasi haruslah diatur sedemikan rupa
sehingga dapat menopang tercapainya tujuan perusahaan.
Bentuk pembagian
tugas dapat digambarkan ke dalam suatu struktur organisasi atau bagan organisasi. Bagan/struktur organisasi adalah suatu susunan skematis yang menunjukkan hubungan kerjasama dari orang-orang/bagian-bagian yang terdapat dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Struktur organisasi yang
jelas dapat memberikan gambaran sejauh mana tugas, wewenang dan tanggung jawab serta kedudukannya terhadap departemen lainnya. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I memiliki struktur organisasi yang mengacu kepada keputusan Direksi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I No. PR.02/2/II/P/07 tertanggal 30 Maret 2007 tentang organisasi dan tata kerja kantor pusat PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Deskriptif Variabel Penelitian 1. Rasio Aktivitas Sebelum penulis menulis hubungan antara manajemen piutang dengan kemampulabaan terlebih dahulu penulis menghitung rasio aktivitas sebagai alat pengevaluasian manajemen piutang. Adapun rasio yang dibahas yaitu rasio perputaran piutang (Receivable Turnover) dan rasio periode penagihan rata-rata (Days Sales Outstanding) yang dihitung berdasarkan laporan neraca dan laba rugi perusahaan tahun 2002 sampai dengan 2006. Hasil dari perhitungan dapat dilihat sebagai berikut : 1.1. Receivable Turnover Tabel 4.1 Deskriptif Rasio Receivable Turnover Tahun 2002 - 2006 Tahun
Receivable Turnover
2002
37,70 Kali
2003
52,73 Kali
2004
59,84 Kali
2005
61.79 Kali
2006
42,55 Kali
Sumber : Laporan Keuangan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.
Receivable Turnover berfluktuasi dari tahun ke tahun. Fluktuasi dari Receivable Turnover dapat dilihat berdasarkan Tabel 4.1 yang menunjukkan Receivable Turnover terendah berada pada tahun 2002 yaitu 37,70 Kali, hal ini berarti bahwa dalam satu tahun rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar 37,70 Kali sedangkan Receivable Turnover tertinggi berada pada tahun
2005 yaitu sebesar 61,79 Kali. Hal ini terjadi dikarenakan adanya peningkatan pendapatan dari tahun 2002 sebesar Rp 467.464.705.483 menjadi Rp 575.665.814.823 pada tahun 2005 yang berasal dari peningkatan arus bongkar muat barang ekspor impor dan kenaikan tarif yang diberlakukan perusahaan juga penurunan rata-rata piutang dari tahun 2002 sebesar Rp 49.588.753.608 menjadi Rp 37.263.026.672 pada tahun 2005 karena dipengaruhi adanya pengenaan uper (uang persekot dibayar dimuka) kepada setiap debitur. 1.2. Days Sales Outstanding Tabel 4.2 Deskriptif Rasio Days Sales Outstanding Tahun 2002 - 2006 Tahun
Days Sales Outstanding
2002
38,19 Hari
2003
27,31 Hari
2004
24,06 Hari
2005
23,30 Hari
2006
33,84 Hari
Sumber : Laporan Keuangan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.
Days Sales Outstanding juga berfluktuasi dari tahun ke tahun, dan dapat dilihat berdasarkan Tabel 4.2 yang menunjukkan Days Sales Outstanding pada tahun 2002 memiliki waktu yang paling lama dalam mengubah penjualan menjadi kas yaitu 38,19 Hari sedangkan pada tahun 2005 memiliki waktu yang paling cepat yaitu 23,30 Hari. Hal ini terjadi dikarenakan adanya penurunan piutang dari tahun 2002 sebesar Rp 49.588.753.628 menjadi Rp 37.263.026.672 pada tahun 2005 karena adanya pengenaan uper (uang persekot dibayar dimuka) kepada setiap debitur sehingga kewajiban yang harus dibayarkan debitur kepada
perusahaan semakin berkurang dan pengumpulan pendapatan dalam bentuk kas semakin cepat. 2. Rasio Kemampulabaan (ROI) Variabel kemampulabaan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Untuk mengukur profitabilitas perusahaan penulis menggunakan Return on Investment (ROI). Tabel 4.3 Deskriptif Rasio Kemampulabaan Tahun 2002 - 2006 Tahun
ROI
2002
17,15 %
2003
11,81 %
2004
10,16 %
2005
10,71 %
2006
10,07 %
Sumber : Laporan Keuangan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.
Return on Investment menunjukkan berapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Dari Tabel 4.3 dapat dilihat pergerakan Return on Investment tahun 2002 sampai tahun 2006 mengalami penurunan dengan kata lain kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham berkurang dari 17,15 % menjadi 10,07 % atas penggunaan keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan. Hal ini terjadi dikarenakan penurunan laba bersih setelah pajak dari tahun 2002 sebesar Rp 175.109.569.915 menjadi Rp 124.037.829.366 pada tahun 2006 yang disebabkan peningkatan biaya SKPJ ( perjalanan dinas) dan juga peningkatan biaya untuk kegiatan maintenance/pemeliharaan atas aktiva tetap, juga total aktiva yang semakin meningkat dari tahun 2002 sampai tahun 2006 yaitu dari Rp
1.021.302.456.741 menjadi Rp 1.231.379.269.471 karena dilakukannya penilaian kembali atas aktiva tetap untuk gedung dan mesin-mesin.
B. Analisis Data Statistik Tabel 4.4 Korelasi RTO RTO
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 . 5 DSO -,993(**) ,001 5 ROI -,659 ,226 5 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
DSO -,993(**) ,001 5 1 . 5 ,713 ,176 5
ROI -,659 ,226 5 ,713 ,176 5 1 . 5
Analisis : 1. Arti angka dan tanda korelasi a) Receivable Turnover dengan Days Sales Outstanding -,993(**) Angka pada output menunjukkan kuatnya korelasi antara Receivable
Turnover dengan Days Sales Outstanding karena nilainya diatas 0,05. Tanda – (negatif) antara Receivable Turnover
dengan
Days Sales
Outstanding menunjukkan adanya arah yang berlawanan. Dengan kata lain semakin besar nilai rasio Receivable Turnover maka semakin kecil nilai rasio Days Sales Outstanding atau dapat juga dikatakan semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai maka semakin singkat waktu yang diperlukan untuk menagih piutang. Berdasarkan kerangka konseptual semakin cepat waktu yang dibutuhkan
untuk mengubah piutang menjadi uang tunai maka semakin singkat juga waktu yang diperlukan untuk menagih piutang. b) Receivable Turnover dengan Return on Investment -,659 Angka pada output menunjukkan kuatnya korelasi antara Receivable
Turnover dengan Return on Investment karena nilainya diatas 0,05. Tanda – (negatif) antara Receivable Turnover dengan Return on Investment menunjukkan adanya arah yang berlawanan. Dengan kata lain semakin besar nilai rasio Receivable Turnover maka semakin kecil nilai rasio
Return on Investment atau dapat juga dikatakan semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai maka semakin sedikit keuntungan yang dapat dihasilkan perusahaan. Sedangkan berdasarkan kerangka konseptual semakin besar nilai rasio Receivable
Turnover maka semakin besar nilai rasio Return on Investment. Dengan kata lain semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai/kas maka
semakin besar keuntungan yang dapat
dihasilkan perusahaan. c) Days Sales Outstanding dengan Return on Investment 0,713 Angka pada output menunjukkan kuatnya korelasi antara Days Sales
Outstanding dengan Return on Investment karena nilainya diatas 0,05. Tanda + (positif) antara Days Sales Outstanding dengan Return on
Investment menunjukkan adanya arah yang sama. Dengan kata lain semakin besar nilai rasio Days Sales Outstanding maka semakin besar nilai rasio Return on Investment atau dapat juga dikatakan semakin lama waktu yang diperlukan untuk menagih piutang maka
semakin besar
keuntungan yang dapat dihasilkan perusahaan. Sedangkan berdasarkan kerangka konseptual semakin besar nilai rasio Days Sales Outstanding maka semakin kecil nilai rasio Return on Investment. Dengan kata lain semakin lama waktu yang diperlukan untuk menagih piutang maka semakin sedikit keuntungan yang dapat dihasilkan perusahaan. 2. Signifikansi hasil korelasi Berdasarkan Probabilitas pada bagian kolom Sig. (2-tailed) didapat serangkaian angka probabilitas.Terlihat hanya ada satu pasangan data yang paling berkorelasi secara signifikan, yaitu antara Receivable Turnover dengan
Days Sales Outstanding karena probabilitasnya 0,001 yaitu lebih kecil dari 0,05 atau HO ditolak. Dari output juga terlihat bahwa hanya variabel
Receivable Turnover dengan Days Sales Outstanding yang bertanda **, oleh karena itu disimpulkan bahwa diantara ketiga variabel, yang paling berkorelasi secara signifikan hanya variabel Receivable Turnover dengan Days Sales
Outstanding.
C. Kondisi Piutang Perusahaan Terhadap Pertamina Besarnya piutang yang dimiliki oleh PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan yang berasal dari sejumlah jasa yang telah dilakukan kepada Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara didalam membantu kelancaran kegiatan operasionalnya, mengalami kendala pembayaran sejak tahun 2004, 2005, 2006, dimana pada tgl 18 Desember melalui Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 72 Tahun 2005 dan berlaku pada 1 Januari 2006 mengeluarkan keputusan pemberlakuan
tarif yang berbeda kepada kapal-kapal berbendera asing yang
melakukan kegiatan didalam negeri dengan mengenakan tarif yang dihitung
berdasarkan kurs US$ dimana sebagian dari kapal-kapal yang digunakan Pertamina dalam kegiatan operasionalnya menggunakan kapal-kapal berbendera asing dan pihak Pertamina keberatan atas pembebanan tarif baru yang diberlakukan sehingga menyebabkan sebagian besar saldo piutang yang berasal dari Pertamina baik saldo piutang tahun 2005, 2006 dan juga tahun 2007 mengalami kemacetan didalam pembayarannya dan hal ini juga menyebabkan timbulnya laba yang tidak nyata dikarenakan sebagian laba merupakan piutang yang belum dapat diubah menjadi kas dan belum dapat dipergunakan secara langsung untuk mendukung kegiatan perusahaan. Upaya yang telah dilakukan pihak Pelabuhan I melalui pedoman pengelolaan piutang usahanya antara lain: mengeluarkan nota tagihan yang berisikan surat permintaan pembayaran dari perusahaan kepada pemakai jasa pelabuhan/debitur sebesar nilai jasa pelabuhan yang dipakai dan atau selisih nilai jasa pelabuhan yang dipakai dengan uper (uang persekot pelayanan jasa pelabuhan yang dibayar dimuka oleh pemakai jasa pelabuhan/debitur ke kas perusahaan) dan pengenaan sejumlah sanksi denda keterlambatan apabila kewajiban belum dilaksanakan debitur setelah batas waktu nota tagihan dikeluarkan selain itu dilakukannya konfirmasi piutang usaha kepada masingmasing debitur yang bersangkutan 2 (dua) kali dalam setahun yaitu pada bulan Juli dan Desember dilengkapi dengan data tunggakan piutang usaha. Pemerintah didalam mengantisipasi kemacetan pembayaran dan untuk menghindari semakin bertambahnya kewajiban yang harus diselesaikan oleh Pertamina juga agar kegiatan Pelabuhan Indonesia tidak mengalami kendala maka dikeluarkan SK Menteri Negara BUMN No. S 592/MBU/2007 pada tgl 24
Agustus 2007 perihal penyelesaian Outstanding Port Charge (OPC) antara Pelabuhan Indonesia I dengan Pertamina yang diberikannya diskon pembayaran 50% dari total piutang pada tahun 2005 dan 2006 sedangkan pada tahun 2007 diberikan diskon pembayaran sebesar 60% dari total piutang dan mulai tahun 2010 pembayaran secara penuh (100%) akan kembali diberlakukan kepada Pertamina untuk setiap kewajibannya kepada Pelabuhan Indonesia I Medan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel manajemen piutang yaitu
Receivable Turnover dan Days Sales Outstanding memiliki hubungan yang signifikan terhadap Return on Investment (kemampulabaan) dimana Receivable
Turnover terhadap Return on Investment memiliki hubungan yang negatif dan signifikan, sedangkan Days Sales Outstanding terhadap Return on Investment memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Hal ini membuktikan bahwa kemampulabaan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan meningkat tetapi tidak diikuti dengan peningkatan kemampuan perusahaan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai dan juga tidak diikuti dengan kemampuan perusahaan untuk mempercepat waktu rata-rata yang harus ditunggu setelah melakukan penjualan sebelum menerima kas. Sehubungan dengan kondisi piutang PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan kepada PT (Persero) Pertamina yang mengalami kemacetan didalam pembayarannya,
hal
ini
menunjukkan
ketidaktegasan
dan
kelonggaran
pelaksanaan dari diberlakukannya suatu ketetapan baru oleh pihak Pelabuhan Indonesia I, karena pemberlakuan tarif tidak hanya pada Pertamina saja tapi juga berlaku secara umum pada semua pihak yang menggunakan jasa Pelabuhan Indonesia baik Instansi Pemerintah, BUMN dan Swasta yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.
B. Saran Adapun saran yang diberikan penulis yang diharapkan dapat berguna bagi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan yaitu agar pihak perusahaan lebih dapat mengambil sikap yang tegas didalam menjalankan dan mengikuti apa yang telah ditetapkan sebagai kebijakan yang harus ditekankan kepada debitur sebelum jasa diberikan yang hal ini untuk memanajemen piutang agar dapat berjalan dengan baik dan debitur melaksanakan setiap kewajibannya sesuai dengan ketetapan yang diberlakukan perusahaan sehingga timbulnya kendala didalam pembayaran sejumlah kewajiban oleh debitur dapat dicegah dan kemampulabaan perusahaan dapat semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene F & Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan, Edisi Kedelapan, PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta. Djarwanto, 2001. Pokok-Pokok Yogyakarta, Yogyakarta.
Analisa
Laporan
Keuangan.
BPFE-
Fitria, Aida. 2001. Manajemen Piutang dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kemampulabaan Usaha Pada Kantor Cabang Perum Pegadaian Medan Utama. Skripsi USU, Medan. (Tidak Dipublikasikan) Hermawan, Asep. 2003. Pedoman Praktis Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan Pertama, LPFE, Jakarta. Harahap, Sofyan Safri. 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Keempat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Horne, James C Van & John M Wachowicz, Jr. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Alih Bahasa: Heru Sutojo, Buku Satu, Edisi Keduabelas, Salemba Empat, Jakarta. Kuswadi. 2004. Cara Mudah Memahami Angka-Angka dan Manajemen Keuangan Bagi Orang Awam, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Martono & D. Agus Harjito. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Ekonisia, Yogyakarta. Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE, Yogyakarta. Sartono, R. Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta. Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Kelima, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Soleh, Achmad Zanbar. 2005. Ilmu Statistika, Rekayasa Sains, Bandung. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, CV. Alfabeta, Bandung. Soemarsono, S.R. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar, Buku 1, Edisi V, Salemba Empat, Jakarta.
Suharyadi & Purwanto. 2004. Statistika Untuk Ekonomi & Keuangan Modern, Edisi Pertama, Buku Kedua, Salemba Empat, Jakarta. Syahyunan. 2004. Manajemen Keuangan I (Perencanaan, Analisis dan Pengendalian Keuangan), USU Press, Medan. Syamsudin, Lukman. 2002. Manajemen Keuangan Perusahaan (Konsep Aplikasi Dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan), Edisi Baru, Cetakan Ketujuh, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.