Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALYSIS OF FACTORS - FACTORS AFFECTING THE COST OVERRUNS ON CONSTRUCTION PROJECTS IN SURABAYA Ari Swezni, Retno Indryani Program Studi MMT – ITS Jalan Tjokroaminoto 12 A, Surabaya, 60264, Indonesia Email:
[email protected] ABSTRAK Proyek konstruksi merupakan kegiatan yang hanya satu kali terjadi, berjangka waktu pendek, dan melibatkan proses pengolahan sumber daya. Sering sekali dijumpai pada proyek konstruksi terjadinya cost overruns, dimana akan berpengaruh terhadap keberhasilan dari pembangunan proyek konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor – faktor yang mempengaruhi cost overruns pada proyek konstruksi di Surabaya dan faktor – faktor yang mempengaruhi cost overruns yang dominan. Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui kuisioner yang disebarkan kepada para manajer proyek sebagai responden. Pertanyaan yang diajukan merupakan indikator – indikator cost overruns yang terdiri dari 71 variabel dan jawaban responden berupa tingkat persetujuan yang diukur dengan skala Likert. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif. Kata kunci : cost overruns, manajer proyek, analisis deskriptif ABSTRACT Construction project is an activity that only happens one time, short-term, and involves the process of processing resources. Often found in the occurrence of cost overruns of construction projects, which will affect the success of building construction projects. This study aims to examine the factors - factors that affect the cost overruns on construction projects in Surabaya and factors - factors that affect the dominant cost overruns. This research was conducted by collecting data through questionnaires distributed to project managers as respondents. The question posed is an indicator - indicator of cost overruns which consists of 71 variables and respondents' answers in the form of approval levels as measured by the Likert scale. The research method used is descriptive analysis. Keywords: cost overruns, project managers, descriptive analysis
PENDAHULUAN Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia dimana proyek konstruksinya tumbuh dengan pesat. Proyek konstruksi yang dilakukan dengan anggaran pemerintah daerah periode 2010 tercatat sebanyak 1.274 (Sekretariat Layanan e-Procurement Pemerintah Kota Surabaya, 2010), dimana jumlah proyek tersebut belum termasuk proyek konstruksi yang ISBN : 978-602-97491-4-4 B-1-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
dilakukan investor swasta maupun masyarakat secara swadaya. Dengan pesatnya pembangunan tersebut maka menimbulkan sebuah pertanyaan apakah dunia konstruksi yang akan dibangun dapat menimbulkan resiko yang berpengaruh tehadap biaya? Mengingat penentuan biaya suatu proyek melibatkan rangkaian dan gabungan pihak – pihak terkait dan merupakan hal yang terpenting di suatu proyek sesuai dengan yang diharapkan semua pihak agar pada setiap penyelesaian proyek bisa dicapai sesuai dengan spesifikasi, di dalam jadwal yang ditentukan dan di dalam rencana anggaran biaya yang ditetapkan. Penanganan suatu proyek yang buruk dapat menyebabkan terjadinya cost overruns bahkan dari peneliti terdahulu disebutkan bahwa delapan dari sepuluh proyek mengalami cost overruns (Kharbanda, 1980). Berdasarkan uraian diatas maka penelitian mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi cost overruns pada proyek konstruksi diharapkan dapat membantu meminimalkan terjadinya cost overruns. Perumusan masalah yang akan dijadikan penelitian adalah : 1. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi cost overruns pada proyek konstruksi di surabaya ? 2. Faktor – faktor dominan apakah yang mempengaruhi cost overruns pada proyek konstruksi di surabaya ? Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk : 1. Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi cost overruns pada proyek konstruksi di surabaya. 2. Untuk mengetahui faktor – faktor dominan yang mempengaruhi cost overruns pada proyek konstruksi di surabaya. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa deskriptif yang diujikan terhadap 71 variabel (Lampiran 1). Data yang diperoleh berupa kuisioner dari 30 responden yang terdiri dari para manajer proyek dengan skala pengukuran menggunakan skala Likert untuk mengukur tingkat persetujuan responden. Populasi dalam penelitian ini adalah manajer proyek konstruksi di wilayah surabaya. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik sampel non probability atau non random sampling yaitu pengambilan sampel dimana probabilitas masing-masing anggota populasi tidak diketahui (Kuncoro, 2009). Selanjutnya non random sampling yang dipilih adalah jenis purposive sampling, yaitu sampel yang diambil karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki tujuan tertentu yang diperlukan bagi penelitiannya. Berdasarkan hasil perhitungan data infinitif, sampel yang diperlukan sebanyak 96 responden. Namun karena keterbatasan waktu maka sampel yang diperoleh sebanyak 30 responden. Jumlah ini masih memenuhi persyaratan sampel minimal karena untuk sampel besar, jumlah minimum sampel direncanakan sebanyak 30 responden. ANALISA DATA PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden, maka diperoleh data mengenai tingkat persetujuan responden terhadap variabel cost overruns yang disebutkan ISBN : 978-602-97491-4-4 B-1-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
dalam kuisioner. Selanjutnya data tingkat persetujuan responden tersebut diurutkan berdasarkan nilai rata-rata (mean) mulai dari terbesar sampai terkecil serta nilai standar deviasi mulai dari terkecil sampai terbesar. Nilai rata-rata (mean) menunjukkan jumlah ratarata nilai yang diperoleh dari keseluruhan nilai responden dibandingkan jumlah keseluruhan responden. Semakin besar nilai rata-rata (mean) berarti semakin besar pula nilai persetujuan, demikian sebaliknya semakin kecil nilai rata-rata (mean) berarti semakin kecil nilai persetujuan responden. Sedangkan standar deviasi menunjukkan tingkat kesepakatan seluruh responden terhadap nilai rata-rata variabel. Semakin rendah nilai standar deviasi berarti semakin tinggi kesepakatan responden terhadap nilai rata-rata variabel, sebaliknya semakin besar nilai standar deviasi menunjukkan semakin kecil kesepakatan responden terhadap nilai rata-rata variabel tersebut. Pada tabel dibawah diketahui bahwa urutan masing-masing variabel berdasarkan nilai ratarata (mean) dan urutan masing-masing variabel berdasarkan standar deviasi hampir seluruhnya berbeda. Tabel 1. Urutan Nilai Rata – Rata (Mean) Variabel yang Mempengaruhi Cost Overruns Proyek indikator cost overruns
No.
Mean 3.77
1
Terjadi penahanan pembayaran oleh owner karena tidak puas terhadap produk yang dihasilkan kontraktor
2
Pengulangan pekerjaan karena mutu yang jelek
3.77
3
Sistem pembayaran termin yang tidak jelas
3.73
4
Perencanaan dan spesifikasi material yang tidak jelas
3.67
5
Adanya pelanggaran terhadap perjanjian kontrak yang telah dibuat oleh pihak – pihak terkait dengan proyek
3.67
Metode konstruksi/ teknik pelaksanaan yang salah
3.63
Kualitas tenaga kerja yang rendah dalam mengerjakan aktivitas proyek
3.63
Perbedaan kondisi lapangan yang berbeda dari yang tertulis dari dokumen kontrak yang dapat menyebabkan cost overruns
3.63
Keadaan keuangan kontraktor yang kurang sehat
3.60
Kerusakan yang terjadi pada lingkungan proyek (jalan karena sering dilalui alat berat, bangunan sekitar akibat pemancangan)
3.60
Keterlambatan pembayaran dari pihak owner ke kontraktor sampai akhir proyek
3.60
Antara kontraktor dan supplier tidak ada kordinasi dan komunikasi sehingga menyebabkan keterlambatan material
3.60
13
Jumlah personil yang terlatih dan berpengalaman sangat minim
3.57
14
Pengembang yang tidak berpengalaman (lambat dalam mengambil keputusan terhadap masalah yang ada)
3.57
15
Tidak adanya target kapan proyek akan selesai oleh kontraktor
3.53
Syarat – syarat dalam dokumen kontrak yang tidak jelas (syarat bahan, mutu, dan produk yang dihasilkan)
3.50
Manajer proyek yang kurang cakap
3.50
Adanya keluhan dari pemakai karena adanya cacat produk pada masa pemeliharaan
3.50
Kesalahan pekerjaan yang tidak dibetulkan oleh kontraktor yang mengakibatkan gagalnya penyerahan produk
3.50
20
Adanya klaim dari pengembang karena produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan
3.47
21
Ketidak tepatan estimasi harga material
3.47
22
Gambar rencana proyek yang kurang lengkap dan tidak jelas
3.47
Penanganan keberadaan dan kuantitas dari material yang tidak direncanakan dengan baik
3.43
Ketidaktepatan estimasi harga sewa/ pembelian peralatan
3.43
6 7 8 9 10 11 12
16 17 18 19
23 24
ISBN : 978-602-97491-4-4 B-1-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
indikator cost overruns
No.
Tidak diperhitungkannya biaya tak terduga untuk material
Mean 3.43
25 Tidak adanya kerjasama yang cukup baik antara pengembang, kontraktor, dan sub kontraktor karena satu pihak
3.40
Penyediaan utility dilapangan yang kurang (tenaga listrik, air, bahan bakar) yang dapat menyebabkan keterlambatan proyek
3.40
28
Tidak lengkapnya ijin pelaksanaan mendirikan bangunan sesuai dengan undang – undang
3.40
29
Perencanaan penyediaan sumber daya manusia untuk tiap kegiatan proyek yang tidak sesuai
3.40
30
Sasaran dan pengarahan proyek yang tidak jelas dari pimpinan proyek
3.40 3.40
31
Pembayaran dari pihak user kepada pengembang / owner yang terlambat sehingga mempengaruhi pembayaran termin dari owner/ pengembang ke kontraktor Tidak adanya pembagian tugas yang jelas dalam team proyek Prasarana transportasi yang kurang memadai
3.37
Penyerahan hasil fisik proyek dari kontraktor ke owner/ pengembang yang terlambat karena proses pengerjaan yang sulit
3.37
35
Penyerahan hasil fisik proyek dari kontraktor ke pengembang yang terlambat
3.37
36
Kurangnya motivasi dan komitmen untuk melaksanakan tujuan akhir proyek
3.37
37
Pengaturan mobilisasi tenaga kerja di lapangan yang tidak baik
3.37
38
Penanganan keberadaan dan kualitas dari peralatan yang tidak direncanakan dengan baik
3.33 3.33
39
Koordinasi komunikasi yang kurang antara kontraktor dan sub kontraktor terkait dengan pemakaian bahan yang tidak sesuai dengan spesifikasi Tidak memperhitungkan faktor resiko pada lokasi proyek dan konstruksi
41
Tidak diperhitungkannya biaya tak terduga untuk peralatan
3.30
42
Ketidaktepatan perencanaan upah tenaga kerja
3.27
Organisasi kerja yang tidak efisien, dimana jalur perintah yang bersifat tidak langsung dan sangat panjang
3.27
Adanya persaingan yang tidak sehat yang terjadi antar kontraktor (pemajakan tenaga kerja, niat buruk terhadap produk yang dihasilkan kontraktor, dll) Lamanya ijin yang dikeluarkan pemerintah mengenai pembukaan lahan
3.27
Sistem arbritase (penyelesaian pertikaian) yang tidak diatur menurut hukum sehingga membutuhkan waktu yang lama
3.27
47
Klaim karena adanya perubahan peraturan yang langsung mempengaruhi atau menaikkan biaya proyek
3.27
48
Informasi proyek yang tidak lengkap (lokasi, akses,dll)
3.27
49
Perencanaan pengaturan keuangan yang tidak direncanakan dari awal
3.23
50
Material yang akan digunakan sulit untuk didapat/ diperoleh
3.20
Keterbatasan waktu untuk mengestimasi biaya dan waktu proyek
3.20
52
Tidak adanya project statistic report
3.20
53
Adanya unsure kesengajaan dari owner untuk melambatkan pembayaran kepada kontraktor
3.20
Lingkungan makro ekonomis (pertumbuhan ekonomi,inflasi, suku bunga bank, nilai tukar mata uang) yang tidak stabil
3.17
55
Perencanaan akses system informasi proyek yang kurang sempurna
3.17
56
Tidak adanya perbaikan terhadap perencanaan jadwal yang telah dibuat
3.17
Kesengajaan supplier dalam pengiriman material yang tidak sesuai dengan kuantitas dan kualitas
3.17
58
Terjadi kendala pada waktu uji coba instalasi pada waktu penyerahan
3.17
59
Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik proyek
3.13
60
Respon dari masyarakat sekitar yang kurang mendukung dengan adanya proyek
3.10
61
Terhambatnya pinjaman kredit dari bank ke kontraktor
3.10
62
Kontraktor lambat dalam persiapan administrasi penagihan
3.10
Kekeliruan pemakaian bahan yang digunakan untuk finishing
3.10
Biaya transportasi peralatan yang tinggi
3.07
26 27
3.37
32 33 34
3.30
40
43 44 45
3.27
46
51
54
57
63 64
ISBN : 978-602-97491-4-4 B-1-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
indikator cost overruns
No. 65
Mean 3.07
Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada pekerja, pengunjung, atau anggota masyarakat Undang – undang tenaga kerja yang tidak diperhatikan (upah, keselamatan tenaga kerja) yang dapat menyebabkan pemogokan
3.07
67
Permintaan pasar yang sangat besar yang membuat owner memperketat masa kerja kontraktor
3.03
68
Adanya perselisihan di dalam proyek yang dapat membuat proyek terhenti
3.03
69
Pengenalan dan pemahaman akan tujuan proyek yang diberikan pada personil proyek sangat rendah
3.00
Dana dari pengembang yang tidak cukup
3.00
Lingkungan sosial politik yang tidak stabil
2.93
66
70 71
Tabel 2. Urutan Standar Deviasi Variabel yang Mempengaruhi Cost Overruns Proyek No. 1
indikator cost overruns Pengenalan dan pemahaman akan tujuan proyek yang diberikan pada personil proyek sangat rendah
Std. Deviation .788
2
Prasarana transportasi yang kurang memadai
.809
3
Penyerahan hasil fisik proyek dari kontraktor ke pengembang yang terlambat
.890
4
Biaya transportasi peralatan yang tinggi
.907
5
Tidak adanya perbaikan terhadap perencanaan jadwal yang telah dibuat
.913
6
.932
7
Penyediaan utility dilapangan yang kurang (tenaga listrik, air, bahan bakar) yang dapat menyebabkan keterlambatan proyek Terjadi penahanan pembayaran oleh owner karena tidak puas terhadap produk yang dihasilkan kontraktor
8
Ketidak tepatan estimasi harga material
.937
.935
9
Adanya keluhan dari pemakai karena adanya cacat produk pada masa pemeliharaan
.938
10
Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada pekerja, pengunjung, atau anggota masyarakat
.944
11
.959
12
Koordinasi komunikasi yang kurang antara kontraktor dan sub kontraktor terkait dengan pemakaian bahan yang tidak sesuai dengan spesifikasi Kurangnya motivasi dan komitmen untuk melaksanakan tujuan akhir proyek
13
Perencanaan pengaturan keuangan yang tidak direncanakan dari awal
.971
14
Tidak adanya target kapan proyek akan selesai oleh kontraktor
.973
15
Terjadi kendala pada waktu uji coba instalasi pada waktu penyerahan
.986
16
Lingkungan makro ekonomis (pertumbuhan ekonomi,inflasi, suku bunga bank, nilai tukar mata uang) yang tidak stabil
.986
17
Tidak adanya project statistic report
.997
18
.999
20
Perbedaan kondisi lapangan yang berbeda dari yang tertulis dari dokumen kontrak yang dapat menyebabkan cost overruns Penyerahan hasil fisik proyek dari kontraktor ke owner/ pengembang yang terlambat karena proses pengerjaan yang sulit Kualitas tenaga kerja yang rendah dalam mengerjakan aktivitas proyek
21
Sasaran dan pengarahan proyek yang tidak jelas dari pimpinan proyek
1.003
22
Tidak lengkapnya ijin pelaksanaan mendirikan bangunan sesuai dengan undang – undang
1.003
23
Pengembang yang tidak berpengalaman (lambat dalam mengambil keputusan terhadap masalah yang ada)
1.006
24
Lingkungan sosial politik yang tidak stabil
1.015
25
Sistem arbritase (penyelesaian pertikaian) yang tidak diatur menurut hukum sehingga membutuhkan waktu yang lama
1.015
26
1.015
27
Undang – undang tenaga kerja yang tidak diperhatikan (upah, keselamatan tenaga kerja) yang dapat menyebabkan pemogokan Klaim karena adanya perubahan peraturan yang langsung mempengaruhi atau menaikkan biaya proyek
28
Perencanaan akses system informasi proyek yang kurang sempurna
1.020
29
Tidak diperhitungkannya biaya tak terduga untuk peralatan
1.022
19
ISBN : 978-602-97491-4-4 B-1-5
.964
.999 .999
1.015
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
indikator cost overruns
No. 30
Terhambatnya pinjaman kredit dari bank ke kontraktor
31
Material yang akan digunakan sulit untuk didapat/ diperoleh
1.031
32
1.037
33
Kerusakan yang terjadi pada lingkungan proyek (jalan karena sering dilalui alat berat, bangunan sekitar akibat pemancangan) Ketidaktepatan estimasi harga sewa/ pembelian peralatan
34
Adanya klaim dari pengembang karena produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan
1.042
35
Penanganan keberadaan dan kualitas dari peralatan yang tidak direncanakan dengan baik
1.061
36
Kontraktor lambat dalam persiapan administrasi penagihan
1.062
37
Metode konstruksi/ teknik pelaksanaan yang salah
1.066
38
Tidak diperhitungkannya biaya tak terduga untuk material
1.073
39
Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik proyek
1.074
40
Syarat – syarat dalam dokumen kontrak yang tidak jelas (syarat bahan, mutu, dan produk yang dihasilkan)
1.075
41
Sistem pembayaran termin yang tidak jelas
1.081
42
Tidak memperhitungkan faktor resiko pada lokasi proyek dan konstruksi
1.088
43
Adanya pelanggaran terhadap perjanjian kontrak yang telah dibuat oleh pihak – pihak terkait dengan proyek
1.093
44
Respon dari masyarakat sekitar yang kurang mendukung dengan adanya proyek
1.094
45
Jumlah personil yang terlatih dan berpengalaman sangat minim
1.104
46
1.112
47
Adanya persaingan yang tidak sehat yang terjadi antar kontraktor (pemajakan tenaga kerja, niat buruk terhadap produk yang dihasilkan kontraktor, dll) Perencanaan dan spesifikasi material yang tidak jelas
48
Keterbatasan waktu untuk mengestimasi biaya dan waktu proyek
1.126
49
Adanya unsure kesengajaan dari owner untuk melambatkan pembayaran kepada kontraktor
1.126
50
Penanganan keberadaan dan kuantitas dari material yang tidak direncanakan dengan baik
1.135
51
Organisasi kerja yang tidak efisien, dimana jalur perintah yang bersifat tidak langsung dan sangat panjang
1.143
52
Pengaturan mobilisasi tenaga kerja di lapangan yang tidak baik
1.159
53
Permintaan pasar yang sangat besar yang membuat owner memperketat masa kerja kontraktor
1.159
54
Tidak adanya pembagian tugas yang jelas dalam team proyek
1.159
55
Perencanaan penyediaan sumber daya manusia untuk tiap kegiatan proyek yang tidak sesuai
1.163
56
Keadaan keuangan kontraktor yang kurang sehat
1.163
57
Antara kontraktor dan supplier tidak ada kordinasi dan komunikasi sehingga menyebabkan keterlambatan material
1.163
58
Keterlambatan pembayaran dari pihak owner ke kontraktor sampai akhir proyek
1.163
59
Gambar rencana proyek yang kurang lengkap dan tidak jelas
1.167
60
Manajer proyek yang kurang cakap
1.167
61
Lamanya ijin yang dikeluarkan pemerintah mengenai pembukaan lahan
1.172
62
Dana dari pengembang yang tidak cukup
1.174
63
1.192
64
Pembayaran dari pihak user kepada pengembang / owner yang terlambat sehingga mempengaruhi pembayaran dari owner ke kontraktor Pengulangan pekerjaan karena mutu yang jelek
65
Informasi proyek yang tidak lengkap (lokasi, akses,dll)
1.202
66
Kekeliruan pemakaian bahan yang digunakan untuk finishing
1.213
67
Adanya perselisihan di dalam proyek yang dapat membuat proyek terhenti
1.217
68
Kesalahan pekerjaan yang tidak dibetulkan oleh kontraktor yang mengakibatkan gagalnya penyerahan produk
1.225
69
Kesengajaan supplier dalam pengiriman material yang tidak sesuai dengan kuantitas dan kualitas
1.234
70
Tidak adanya kerjasama yang cukup baik antara pengembang, kontraktor, dan sub kontraktor karena satu pihak atau lebih hanya memikirkan keuntungan pribadi
1.248
ISBN : 978-602-97491-4-4 B-1-6
Std. Deviation 1.029
1.040
1.124
1.194
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
No. 71
indikator cost overruns
Std. Deviation 1.258
Ketidaktepatan perencanaan upah tenaga kerja
Hasil analisis deskriptif terhadap keseluruhan responden menunjukkan bahwa variabel “terjadi penahanan pembayaran oleh owner karena tidak puas terhadap produk yang dihasilkan kontraktor” mempunyai nilai rata – rata (mean) pada urutan pertama sebesar 3,77 artinya nilai persetujuan total yang dipilih responden dibandingkan jumlah responden menghasilkan nilai paling besar dibandingkan variabel yang lain. Sedangkan tingkat kesepakatan responden terhadap tingkat persetujuan rata – rata ditunjukkan oleh variabel “pengenalan dan pemahaman akan tujuan proyek yang diberikan pada personil proyek sangat rendah” yang berada pada urutan pertama dengan nilai standar deviasi paling kecil sebesar 0,788. Setelah dilakukan analisis nilai rata – rata (mean) dan nilai standar deviasi, selanjutnya dilakukan pemetaan (plotting) dalam diagram kartesius dengan sumbu x menunjukkan nilai rata – rata (mean) dan sumbu y menunjukkan nilai standar deviasi. Diagram kartesius tersebut dibagi menjadi 4 kuadran, dengan batas sumbu x pada nilai 3,35 dan sumbu y pada nilai 1,06. Adapun penentuan batas tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Sumbu x Nilai rata – rata 237,60 71 3,35
Variabel Total nilai variabel Total variabel Gran Mean
Sumbu y Standar deviasi 75,55 71 1,06
Berdasarkan hasil pemetaan maka secara keseluruhan urutan variabel yang mempengaruhi cost overruns proyek adalah sebagai berikut : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Variabel
Mean
Ketidaktepatan estimasi harga material Tidak adanya target kapan proyek akan selesai oleh kontraktor Kurangnya motivasi dan komitmen untuk melaksanakan tujuan akhir proyek Ketidaktepatan estimasi harga sewa/ pembelian peralatan Kualitas tenaga kerja yang rendah dalam mengerjakan aktivitas proyek Pengembang yang tidak berpengalaman (lambat dalam mengambil keputusan terhadap masalah yang ada) Sasaran dan pengarahan proyek yang tidak jelas dari pimpinan proyek Perbedaan kondisi lapangan yang berbeda dari yang tertulis dari dokumen kontrak yang dapat menyebabkan cost overruns Kerusakan yang terjadi pada lingkungan proyek (jalan karena sering dilalui alat berat, bangunan sekitar akibat pemancangan) Penyediaan utility dilapangan yang kurang (tenaga listrik, air, bahan bakar) yang dapat menyebabkan keterlambatan proyek) Prasarana transportasi yang kurang memadai Tidak lengkapnya ijin pelaksanaan mendirikan bangunan sesuai dengan undang – undang Adanya klaim dari pengembang karena produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan Adanya keluhan dari pemakai karena adanya cacat produk pada masa pemeliharaan
ISBN : 978-602-97491-4-4 B-1-7
SD
Kuadran
3,47 3,53 3,37 3,43 3,63 3,57
0,94 0,97 0,96 1,04 1,00 1,01
I
3,40 3,63
1,00 1,00
3,60
1,04
3,40
0,93
3,37 3,40
0,87 1,00
3,47
1,04
3,50
0,94
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
15. 16. 17.
Terjadi penahanan pembayaran oleh owner karena tidak puas terhadap produk yang dihasilkan kontraktor Penyerahan hasil fisik proyek dari kontraktor ke pengembang yang terlambat krn proses pengerjaan yg sulit. Penyerahan hasil fisik proyek dari kontraktor ke pengembang yang terlambat
3,77
0,94
3,37
1,00
3,37
0,89
Perencanaan dan spesifikasi material yang tidak jelas. Penanganan keberadaan dan kualitas dari peralatan yang tidak direncanakan dengan baik. Tidak diperhitungkannya biaya tak terduga untuk material Gambar rencana proyek yang kurang lengkap dan tidak jelas Syarat – syarat dalam dokumen kontrak yang tidak jelas (syarat bahan, mutu, dan produk yang dihasilkan) Perencanaan penyediaan sumber daya manusia untuk tiap kegiatan proyek yang tidak sesuai Keadaan keuangan kontraktor yang kurang sehat Manajer proyek yang kurang cakap Jumlah personil yang terlatih dan berpengalaman sangat minim Pengulangan pekerjaan karena mutu yang jelek Metode konstruksi/ teknik pelaksanaan yang salah Pengaturan mobilisasi tenaga kerja di lapangan yang tidak baik Tidak adanya pembagian tugas yang jelas dalam team proyek Antara kontraktor dan supplier tidak ada kordinasi dan komunikasi sehingga menyebabkan keterlambatan material Tidak adanya kerjasama yang cukup baik antara pengembang, kontraktor, dan sub kontraktor karena satu pihak atau lebih hanya memikirkan keuntungan pribadi Adanya pelanggaran terhadap perjanjian kontrak yang telah dibuat oleh pihak – pihak terkait dengan proyek Sistem pembayaran termin yang tidak jelas Keterlambatan pembayaran dari pihak owner ke kontraktor sampai akhir proyek Pembayaran dari pihak user kepada pengembang / owner yang terlambat sehingga mempengaruhi pembayaran dari owner ke kontraktor Kesalahan pekerjaan yang tidak dibetulkan oleh kontraktor yang mengakibatkan gagalnya penyerahan produk
3,67 3,43
1,12 1,14
3,43 3,47 3,50
1,07 1,17 1,07
3,40
1,16
3,60 3,50 3,57 3,77 3,63 3,37 3,37 3,60
1,16 1,17 1,10 1,19 1,07 1,16 1,16 1,16
3,40
1,25
3,67
1,09
3,73 3,60 3,40
1,08 1,16 1,19
3,50
1,22
Informasi proyek yang tidak lengkap (lokasi, akses,dll) Organisasi kerja yang tidak efisien, dimana jalur perintah yang bersifat tidak langsung dan sangat panjang Permintaan pasar yang sangat besar yang membuat owner memperketat masa kerja kontraktor Keterbatasan waktu untuk mengestimasi biaya dan waktu proyek Ketidaktepatan perencanaan upah tenaga kerja Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik proyek Dana dari pengembang yang tidak cukup
3,27 3,27
1,20 1,14
3,03
1,16
3,20 3,27 3,13 3,00
1,13 1,26 1,07 1,17
Adanya persaingan yang tidak sehat yang terjadi antar kontraktor (pemajakan tenaga kerja, niat buruk terhadap produk yang dihasilkan kontraktor, dll) Kesengajaan supplier dalam pengiriman material yang tidak sesuai dengan kuantitas dan kualitas Adanya perselisihan di dalam proyek yang dapat membuat proyek terhenti Respon dari masyarakat sekitar yang kurang mendukung dengan adanya proyek Lamanya ijin yang dikeluarkan pemerintah mengenai pembukaan lahan Adanya unsure kesengajaan dari owner untuk melambatkan pembayaran kepada
3,27
1,11
3,17 3,03 3,10 3,27
1,23 1,22 1,09 1,17
3,20
1,13
II 18. 19. 20. 21.
22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.
III 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44.
45. 46. 47. 48. 49. 50.
ISBN : 978-602-97491-4-4 B-1-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
51. 52.
kontraktor Kekeliruan pemakaian bahan yang digunakan untuk finishing Tidak memperhitungkan faktor resiko pada lokasi proyek dan konstruksi
3,10
1,21
3,30
1,09
Material yang akan digunakan sulit untuk didapat/ diperoleh Perencanaan akses system informasi proyek yang kurang sempurna Pengenalan dan pemahaman akan tujuan proyek yang diberikan pada personil proyek sangat rendah Penanganan keberadaan dan kualitas dari peralatan yang tidak direncanakan dengan baik Tidak diperhitungkannya biaya tak terduga untuk peralatan Perencanaan pengaturan keuangan yang tidak direncanakan dari awal Terhambatnya pinjaman kredit dari bank ke kontraktor Tidak adanya perbaikan terhadap perencanaan jadwal yang telah dibuat Tidak adanya project statistic report Biaya transportasi peralatan yang tinggi Kontraktor lambat dalam persiapan administrasi penagihan Koordinasi komunikasi yang kurang antara kontraktor dan sub kontraktor terkait dengan pemakaian bahan yang tidak sesuai dengan spesifikasi Lingkungan makro ekonomis (pertumbuhan ekonomi,inflasi, suku bunga bank, nilai tukar mata uang) yang tidak stabil Lingkungan sosial politik yang tidak stabil Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada pekerja, pengunjung, atau anggota masyarakat Sistem arbritase (penyelesaian pertikaian) yang tidak diatur menurut hukum sehingga membutuhkan waktu yang lama) Undang – undang tenaga kerja yang tidak diperhatikan (upah, keselamatan tenaga kerja) yang dapat menyebabkan pemogokan) Klaim karena adanya perubahan peraturan yang langsung mempengaruhi atau menaikkan biaya proyek Terjadi kendala pada waktu uji coba instalasi pada waktu penyerahan
3,20 3,17 3,00
1,03 1,02 0,79
3,33
1,06
3,30 3,23 3,10 3,17 3,20 3,07 3,10 3,33
1,02 0,97 1,03 0,91 1,00 0,91 1,06 0,96
3,17
0,99
2,93 3,07
1,01 0,94
3,27
1,01
3,07
1,01
3,27
1,01
3,17
0,99
IV 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden, maka diperoleh hasil penyebab terjadinya cost overruns dengan tingkat kesetujuan maksimum yang merupakan penyebab yang sangat menentukan adalah variabel – variabel yang termasuk dalam kuadran I (berdasarkan pada hasil pemetaan pada diagram kartesius), dimana ada 17 variabel. Dan faktor penyebab yang paling dominan yang mempengaruhi cost overruns pada proyek adalah variabel “terjadi penahanan pembayaran oleh owner karena tidak puas terhadap produk yang dihasilkan kontraktor” mempunyai nilai rata – rata (mean) pada urutan pertama sebesar 3,77 DAFTAR PUSTAKA Indriani (1998), “Analisa Overruns Biaya Pada Beberapa Tipe Proyek Konstruksi” Program Pasca Sarjana U.K Petra Ika Oktavia, Alex Gunawan (2002), “Studi Tentang Analisa Pembengkakan Biaya dan Waktu Pada Proyek Konstruksi Real Estate”. Skripsi U.K. Petra Surabaya
ISBN : 978-602-97491-4-4 B-1-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
Kuncoro, M., (2009), Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis?, Edisi 3, Penerbit Erlangga, Jakarta Soeharto, I.,(1995), Manajemen Proyek, Dari Konseptual Sampai Operasional, Penerbit Erlangga, Jakarta
ISBN : 978-602-97491-4-4 B-1-10