ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS (Pembengkakan Biaya ) PADA PROYEK- PROYEK PT.MECO INOXPRIMA Imam Kholiq Universitas Wijaya Putra
[email protected] ABSTRAK Proyek pembuatan Plan atau Pressure Vessel (Tanki –Tanki Bertekanan) merupakan kegiatan yang hanya satu kali terjadi, berjangka waktu pendek, dan melibatkan proses pengolahan sumber daya. Sering sekali dijumpai pada proyek – proyek PT. MECO INOXPRIMA terjadinya cost overruns, dimana akan berpengaruh terhadap keberhasilan dari proyek - proyek PT. MECO INOXPRIMA. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor – faktor yang mempengaruhi cost overruns pada proyek – proyek di PT. MECO INOXPRIMA dan faktor – faktor yang mempengaruhi cost overruns yang dominan. Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui kuisioner yang disebarkan kepada para manajer proyek sebagai responden. Pertanyaan yang diajukan merupakan indikator – indikator cost overruns yang terdiri dari 71 variabel dan jawaban responden berupa tingkat persetujuan yang diukur dengan skala Likert. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif. Kata kunci : cost overruns, manajer proyek, analisis deskriptif ABSTRACT Plants or pressure vessel project is an activity that only happens one time, short-term, and involves the process of processing resources. Often found in the occurrence of cost overruns of PT. MECO INOXPRIMA projects, which will affect the success of PT. MECO INOXPRIMA projects. This study aims to examine the factors PT. MECO INOXPRIMA that affect the cost overruns on PT. MECO INOXPRIMA projects and factors that affect the dominant cost overruns. This research was conducted by collecting data through questionnaires distributed to project managers as respondents. The question posed is an indicator of cost overruns which consists of 71 variables and respondents' answers in the form of approval levels as measured by the Likert scale. The research method used is descriptive analysis. Keywords: cost overruns, project managers, descriptive analysis
1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Meco Inoxprima adalah sebagai Bengkel Fabrikasi terbesar di Indonesia dimana proyeknya banyak dan dipercaya perusahaan besar sebagai pemesannya.dilakukan investor swasta maupun pemerintah. Dengan pesatnya pembangunan tersebut maka menimbulkan sebuah pertanyaan apakah dunia konstruksi yang akan dibangun dapat menimbulkan resiko yang berpengaruh tehadap biaya? Mengingat penentuan biaya suatu proyek melibatkan rangkaian dan gabungan pihak-pihak terkait dan merupakan hal yang terpenting di suatu proyek sesuai dengan yang diharapkan semua pihak agar pada setiap penyelesaian proyek bisa dicapai sesuai dengan spesifikasi, di dalam jadwal yang ditentukan dan di dalam rencana anggaran biaya yang ditetapkan. Penanganan suatu proyek yang buruk dapat menyebabkan terjadinya cost overruns bahkan dari peneliti terdahulu disebutkan bahwa delapan dari sepuluh proyek mengalami cost overruns (Kharbanda, 1980). Berdasarkan uraian diatas maka penelitian mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi cost overruns pada proyek konstruksi dapat membantu meminimalkan terjadinya cost overruns.
1.2 Perumusan masalah Yang akan dijadikan penelitian adalah : 1. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi cost overruns (Pembengkaan Biaya) pada proyek konstruksi di Bengkel Fabrikasi PT. Meco Inoxprima? 2. Faktor–factor dominan apakah yang mempengaruhi cost overruns (pembengkaan biaya) pada Proyek di Bengkel Fabrikasi PT. Meco Inoxprima ?
1.3 Tujuan penelitian Yang dilakukan adalah untuk : 1. Untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi cost overruns pada di Bengkel Fabrikasi PT. Meco Inoxprima. 2. Untuk mengetahui faktor – faktor dominan yang mempengaruhi cost overruns pada di Bengkel Fabrikasi PT. Meco Inoxprima. 1.4 Target Penelitian Target yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini antara lain 1. Memperjelas factor-faktor yang mempengaruhi cost overruns pada proyek–proyek di Bengkel Fabrikasi PT. Meco Inoxprima. 2. Menekan cost overruns pada proyek– proyek di Bengkel Fabrikasi PT. Meco Inoxprima. 3. Menghasilkan sebuah artikel ilmiah yang dipublikasikan di jurnal nasional yang terakrediasi. 1.5 Luaran dan Kontribusi Penelitian 1. Menghasilkan sebuah artikel ilmiah yang diseminarkan dalam seminar nasional Tenik Industri & Tenik Mesin. 2. Menghasilkan sebuah artikel ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah nasional ter akrediasi. 3. Pengayakan buku ajar Mata Kuliah Manjemen Proyek. 2.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembekakan Biaya (cost overrun) Jika biaya yang dikeluarkan sebenarnya melebihi jumlah yang diperkirakan maka dikatakan terjadi pembengkakan (cost overruns). Semakin besar ukuran proyek semakin besar potensi terjadi pembengkakan biaya. Ada beberapa sebab mengapa biaya proyek bisa membengkak : 1. Informasi yang kurang akurat dan tidak pasti.
2. Perubahan Desain ( Perencanaan ) 3. Faktor Sosial Ekonomi. 4. Jenis Kontrak Proyek dll. 3.METODE PENELITIAN Tahapan – tahapan dalam penelitian digambarkan pada diagram alir di bawah ini . RUMUSAN MASALAH 1. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi cost overruns pada proyek PT. MECO INOXPRIMA ? 2. Faktor – faktor dominan apakah yang mempengaruhi cost overruns pada proyek di Bengkel Fabrikasi PT.MECO INOXPRIMA ? Kajian Artikel Ilmiah
Identifikasi Variabel 1.Variabel tergantung. 2.Variabel tidak tergantung. Penentuan Sampel & Pengumpulan Data Kusioner Uji Validitas & Uji Realibilitas
Tidak Valid & Realibel
Data
Valid & Realibel analisa deskriptif yang diujikan
Uji Hipotesa Analisa & Pembahasan Kesimpulan dan Saran Gambar Diagram Alir Tahapan penelitian
3.1 METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang bersifat mengidentifikasi faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya overrun biaya pada proyek konstruksi PT.MECO INOXORIMA berdasarkan persepsi atau opini dari kontraktor sebagai pelaksana proyek konstruksi.Pengumpulan data diperoleh melalui data primer berupa wawancara dan distribusi kuesioner dan data sekunder. Metode pengambilan sampel adalah penarikan sampel acak sederhana (simple random sampling) dengan populasi terbatas yaitu Fabrikator PT.MECO INOXPRIMA. Untuk memudahkan dalam melakukan pengolahan data secara matematis maka dilakukan pemberian kode pada jawaban responden. Hal ini diperlukan untuk mengubah opini secara kualitatif ke dalam bentuk kuantitatif. Pemberian kode menggunakan skala Likert (skala sikap) yang diungkapkan dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju dengan skor 1 sampai 5. Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisa statistik deskriptif dengan bantuan program SPSS. Identifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya overrunbiaya pada proyek konstruksi gedung berdasarkan studi literatur dapat dilihat pada tabel 1. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Uji Validitas Uji validitas dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS bertujuan untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan kuesioner mampu mengukur apa yang hendak diukur dengan analisa teknik korelasi Product Moment (r), hasil pengujian dianggap valid apabila: (Nurgiyantoro, 2002) - valid jika r ≥ r kritis (α : 1%/5%) - tidak valid jika r ≤ r kritis (α : 1%/5%)
Dari uji validitas didapatkan nilai r tabel (0,497) untuk tingkat signifkansi (α) 5% dengan 16 sampel. Berdasarkan hal tersebut terdapat 4 variabel pertanyaan penyebab overrun biaya proyek konstruksi yang dianggap tidak valid yaitu tingginya frekuensi perubahan pelaksanaan, terjadi perbedaan/perselisihan pada proyek, terlambat/kekurangan bahan/material waktu pelaksanaan dan produksi material di luar lokasi proyek. Keempat variabel tersebut tidak diikutkan dalam analisa selanjutnya. Tabel 1. Faktor-faktor Penyebab terjadinya Overrun Biaya pada Proyek Fabrikasi
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Indikator cost overruns Terjadi penahanan pembayaran oleh owner karena tidak puas terhadap produk yang dihasilkan kontraktor Pengulangan pekerjaan karena mutu yang jelek Sistem pembayaran termin yang tidak jelas Perencanaan dan spesifikasi material yang tidak jelas Adanya pelanggaran terhadap perjanjian kontrak yang telah dibuat oleh pihak – pihak terkait dengan proyek Metode konstruksi/ teknik pelaksanaan yang salah Kualitas tenaga kerja yang rendah dalam mengerjakan aktivitas proyek Perbedaan kondisi lapangan yang berbeda dari yang tertulis dari dokumen kontrak yang dapat menyebabkan cost overruns Keadaan keuangan kontraktor yang kurang sehat Kerusakan yang terjadi pada lingkungan proyek (jalan karena sering dilalui alat berat, bangunan sekitar akibat pemancangan) Keterlambatan pembayaran dari pihak owner ke kontraktor sampai akhir proyek Antara kontraktor dan supplier tidak ada kordinasi dan komunikasi sehingga menyebabkan keterlambatan material Jumlah personil yang terlatih dan berpengalaman sangat minim Pengembang yang tidak berpengalaman (lambat dalam mengambil keputusan terhadap masalah yang ada)
Tidak adanya target kapan proyek akan selesai 15 oleh kontraktor Syarat – syarat dalam dokumen kontrak yang tidak jelas (syarat bahan, mutu, dan produk yang 16 dihasilkan) 17 Manajer proyek yang kurang cakap Adanya keluhan dari pemakai karena adanya cacat 18 produk pada masa pemeliharaan Kesalahan pekerjaan yang tidak dibetulkan oleh kontraktor yang mengakibatkan gagalnya 19 penyerahan produk Adanya klaim dari pengembang karena produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan mutu yang 20 diharapkan 21 Ketidak tepatan estimasi harga material Gambar rencana proyek yang kurang lengkap dan 22 tidak jelas Penanganan keberadaan dan kuantitas dari 23 material yang tidak direncanakan dengan baik Ketidaktepatan estimasi harga sewa/ pembelian 24 peralatan
25 26 27 28 29 30
31 32 33 34 35 36
Tidak diperhitungkannya biaya tak terduga untuk material Tidak adanya kerjasama yang cukup baik antara pengembang, kontraktor, dan sub kontraktor karena satu pihak Penyediaan utility dilapangan yang kurang (tenaga listrik, air, bahan bakar) yang dapat menyebabkan keterlambatan proyek Tidak lengkapnya ijin pelaksanaan mendirikan bangunan sesuai dengan undang – undang Perencanaan penyediaan sumber daya manusia untuk tiap kegiatan proyek yang tidak sesuai Sasaran dan pengarahan proyek yang tidak jelas dari pimpinan proyek Pembayaran dari pihak user kepada pengembang / owner yang terlambat sehingga mempengaruhi pembayaran termin dari owner/ pengembang ke kontraktor Tidak adanya pembagian tugas yang jelas dalam team proyek Prasarana transportasi yang kurang memadai Penyerahan hasil fisik proyek dari kontraktor ke owner/pengembang yang terlambat karena proses pengerjaan yang sulit Penyerahan hasil fisik proyek dari kontraktor ke pengembang yang terlambat Kurangnya motivasi dan komitmen untuk
37 38
39 40 41 42 43
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
melaksanakan tujuan akhir proyek Pengaturan mobilisasi tenaga kerja di lapangan yang tidak baik Penanganan keberadaan dan kualitas dari peralatan yang tidak direncanakan dengan baik Koordinasi komunikasi yang kurang antara kontraktor dan sub kontraktor terkait dengan pemakaian bahan yang tidak sesuai dengan spesifikasi Tidak memperhitungkan faktor resiko pada lokasi proyek dan konstruksi Tidak diperhitungkannya biaya tak terduga untuk peralatan Ketidaktepatan perencanaan upah tenaga kerja Organisasi kerja yang tidak efisien, dimana jalur perintah yang bersifat tidak langsung dan sangat panjang Adanya persaingan yang tidak sehat yang terjadi antar kontraktor (pemajakan tenaga kerja, niat buruk terhadap produk yang dihasilkan kontraktor, dll) Lamanya ijin yang dikeluarkan pemerintah mengenai pembukaan lahan Sistem arbritase (penyelesaian pertikaian) yang tidak diatur menurut hukum sehingga membutuhkan waktu yang lama Klaim karena adanya perubahan peraturan yang langsung mempengaruhi atau menaikkan biaya proyek Informasi proyek yang tidak lengkap (lokasi, akses,dll) Perencanaan pengaturan keuangan yang tidak direncanakan dari awal Material yang akan digunakan sulit untuk didapat/ diperoleh Keterbatasan waktu untuk mengestimasi biaya dan waktu proyek Tidak adanya project statistic report Adanya unsure kesengajaan dari owner untuk melambatkan pembayaran kepada kontraktor Lingkungan makro ekonomis (pertumbuhan ekonomi,inflasi, suku bunga bank, nilai tukar mata uang) yang tidak stabil Perencanaan akses system informasi proyek yang kurang sempurna Tidak adanya perbaikan terhadap perencanaan jadwal yang telah dibuat
No 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
Indikator cost overruns Kesengajaan supplier dalam pengiriman material yang tidak sesuai dengan kuantitas dan kualitas Terjadi kendala pada waktu uji coba instalasi pada waktu penyerahan Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik proyek Respon dari masyarakat sekitar yang kurang mendukung dengan adanya proyek Terhambatnya pinjaman kredit dari bank ke kontraktor Kontraktor lambat dalam persiapan administrasi penagihan Kekeliruan pemakaian bahan yang digunakan untuk finishing Biaya transportasi peralatan yang tinggi Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada pekerja, pengunjung, atau anggota masyarakat Undang – undang tenaga kerja yang tidak diperhatikan (upah, keselamatan tenaga kerja) yang dapat menyebabkan pemogokan Permintaan pasar yang sangat besar yang membuat owner memperketat masa kerja kontraktor Adanya perselisihan di dalam proyek yang dapat membuat proyek terhenti Pengenalan dan pemahaman akan tujuan proyek yang diberikan pada personil proyek sangat rendah Dana dari pengembang yang tidak cukup Lingkungan sosial politik yang tidak stabil
Tabel 2. Urutan Nilai Rata – Rata (Mean) Variabel yang Mempengaruhi Cost Overruns Proyek
No
1 2 3 4 5
Indikator cost overruns Terjadi penahanan pembayaran oleh owner karena tidak puas terhadap produk yang dihasilkan kontraktor Pengulangan pekerjaan karena mutu yang jelek Sistem pembayaran termin yang tidak jelas Perencanaan dan spesifikasi material yang tidak jelas Adanya pelanggaran terhadap perjanjian kontrak yang telah dibuat oleh pihak – pihak terkait dengan proyek
Mean
3.77 3.77 3.73 3.67 3.67
6 Metode konstruksi/ teknik pelaksanaan yang salah Kualitas tenaga kerja yang rendah dalam 7 mengerjakan aktivitas proyek Perbedaan kondisi lapangan yang berbeda dari yang tertulis dari dokumen kontrak yang dapat 8 menyebabkan cost overruns 9 Keadaan keuangan kontraktor yang kurang sehat Kerusakan yang terjadi pada lingkungan proyek (jalan karena sering dilalui alat berat, bangunan 10 sekitar akibat pemancangan) Keterlambatan pembayaran dari pihak owner ke 11 kontraktor sampai akhir proyek Antara kontraktor dan supplier tidak ada kordinasi dan komunikasi sehingga menyebabkan 12 keterlambatan material Jumlah personil yang terlatih dan berpengalaman 13 sangat minim Pengembang yang tidak berpengalaman (lambat dalam mengambil keputusan terhadap masalah 14 yang ada) Tidak adanya target kapan proyek akan selesai 15 oleh kontraktor Syarat – syarat dalam dokumen kontrak yang tidak jelas (syarat bahan, mutu, dan produk yang 16 dihasilkan) 17 Manajer proyek yang kurang cakap Adanya keluhan dari pemakai karena adanya cacat 18 produk pada masa pemeliharaan Kesalahan pekerjaan yang tidak dibetulkan oleh kontraktor yang mengakibatkan gagalnya 19 penyerahan produk Adanya klaim dari pengembang karena produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan mutu yang 20 diharapkan 21 Ketidak tepatan estimasi harga material Gambar rencana proyek yang kurang lengkap dan 22 tidak jelas Penanganan keberadaan dan kuantitas dari 23 material yang tidak direncanakan dengan baik Ketidaktepatan estimasi harga sewa/ pembelian 24 peralatan
3.63 3.63
28 3.63 3.6
29 30
3.6 3.6 3.6
31 32 33
3.57 34 3.57 3.53 3.5 3.5
35 36 37 38
3.5 3.5
39 40
3.47 3.47
41 42
3.47 3.43 3.43
Tabel 2. Urutan Nilai Rata – Rata (Mean) Variabel yang Mempengaruhi Cost Overruns Proyek
Tidak diperhitungkannya biaya tak terduga untuk 25 material Tidak adanya kerjasama yang cukup baik antara pengembang, kontraktor, dan sub kontraktor 26 karena satu pihak
27
43 44 45 46
3.43 3.4
47 48
Penyediaan utility dilapangan yang kurang (tenaga listrik, air, bahan bakar) yang dapat menyebabkan keterlambatan proyek Tidak lengkapnya ijin pelaksanaan mendirikan bangunan sesuai dengan undang – undang Perencanaan penyediaan sumber daya manusia untuk tiap kegiatan proyek yang tidak sesuai Sasaran dan pengarahan proyek yang tidak jelas dari pimpinan proyek Pembayaran dari pihak user kepada pengembang / owner yang terlambat sehingga mempengaruhi pembayaran termin dari owner/ pengembang ke kontraktor Tidak adanya pembagian tugas yang jelas dalam team proyek Prasarana transportasi yang kurang memadai Penyerahan hasil fisik proyek dari kontraktor ke owner/pengembang yang terlambat karena proses pengerjaan yang sulit Penyerahan hasil fisik proyek dari kontraktor ke pengembang yang terlambat Kurangnya motivasi dan komitmen untuk melaksanakan tujuan akhir proyek Pengaturan mobilisasi tenaga kerja di lapangan yang tidak baik Penanganan keberadaan dan kualitas dari peralatan yang tidak direncanakan dengan baik Koordinasi komunikasi yang kurang antara kontraktor dan sub kontraktor terkait dengan pemakaian bahan yang tidak sesuai dengan spesifikasi Tidak memperhitungkan faktor resiko pada lokasi proyek dan konstruksi Tidak diperhitungkannya biaya tak terduga untuk peralatan Ketidaktepatan perencanaan upah tenaga kerja Organisasi kerja yang tidak efisien, dimana jalur perintah yang bersifat tidak langsung dan sangat panjang Adanya persaingan yang tidak sehat yang terjadi antar kontraktor (pemajakan tenaga kerja, niat buruk terhadap produk yang dihkontraktor, dll) Lamanya ijin yang dikeluarkan pemerintah mengenai pembukaan lahan Sistem arbritase (penyelesaian pertikaian) yang tidak diatur menurut hukum sehingga membutuhkan waktu yang lama Klaim karena adanya perubahan peraturan yang langsung mempengaruhi atau menaikkan biaya proyek Informasi proyek yang tidak lengkap (lokasi,
3.4 3.4 3.4 3.4
3.4 3.37 3.37 3.37 3.37 3.37 3.37 3.33
3.33 3.3 3.3 3.27 3.27 3.27 3.27 3.27 3.27 3.27
49 50 51 52 53 54 55 56
akses,dll) Perencanaan pengaturan keuangan yang tidak direncanakan dari awal Material yang akan digunakan sulit untuk didapat/ diperoleh Keterbatasan waktu untuk mengestimasi biaya dan waktu proyek Tidak adanya project statistic report Adanya unsure kesengajaan dari owner untuk melambatkan pembayaran kepada kontraktor Lingkungan makro ekonomis (pertumbuhan ekonomi,inflasi, suku bunga bank, nilai tukar mata uang) yang tidak stabil Perencanaan akses system informasi proyek yang kurang sempurna Tidak adanya perbaikan terhadap perencanaan jadwal yang telah dibuat
3.23 3.2 3.2 3.2 3.2 3.17 3.2 3.17
Tabel 2. Urutan Nilai Rata – Rata (Mean) Variabel yang Mempengaruhi Cost Overruns Proyek No Indikator cost overruns Mean Kesengajaan supplier dalam pengiriman material 57 yang tidak sesuai dengan kuantitas dan kualitas 3.17 Terjadi kendala pada waktu uji coba instalasi 58 pada waktu penyerahan 3.17 Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai 59 dengan karakteristik proyek 3.13 Respon dari masyarakat sekitar yang kurang 60 mendukung dengan adanya proyek 3.1 Terhambatnya pinjaman kredit dari bank ke 61 kontraktor 3.1 Kontraktor lambat dalam persiapan administrasi 62 penagihan 3.1 Kekeliruan pemakaian bahan yang digunakan 63 untuk finishing 3.1 64 Biaya transportasi peralatan yang tinggi 3.07 Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada 65 pekerja, pengunjung, atau anggota masyarakat 3.07 Undang – undang tenaga kerja yang tidak diperhatikan (upah, keselamatan tenaga kerja) 66 yang dapat menyebabkan pemogokan 3.07 Permintaan pasar yang sangat besar yang membuat owner memperketat masa kerja 67 kontraktor 3.03 Adanya perselisihan di dalam proyek yang dapat 68 membuat proyek terhenti 3.03 Pengenalan dan pemahaman akan tujuan proyek yang diberikan pada personil proyek sangat 69 rendah 3
70 Dana dari pengembang yang tidak cukup 71 Lingkungan sosial politik yang tidak stabil
3 2.93
4.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas (reliability, keterpercayaan) menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Teknik uji reliabilitas yang digunakan adalah teknik konsistensi internal dengan metode stabilitas alpha Cronbach menggunakan koefisien reliabilitas r. Hasil pengujian dianggap reliabel apabila: (Nurgiyantoro, 2002) - Reliabel jika r > 0,6 - Tidak Reliabel jika r <0,6 Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai r antara 0,6004 sampai 0,8969, terlihat bahwa nilai tersebut lebih besar dari 0,6 (r > 0,6) yang berarti bahwa pertanyaan-pertanyaan tentang penyebab overrun biaya proyek konstruksi adalah reliabel (andal). 4.3 Analisa deskriptif Analisa statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai rata-rata hasil skala variabel kuesioner. Nilai rata-rata antara 1 sampai 5, dengan derajat kepentingan sangat tidak setuju (1) sampai sangat setuju (5). Hasil perhitungan berdasarkan tingkat rataratanya dapat dilihat pada tabel 2. Dari hasil nilai rata-rata, maka dapat dinterpretasikan bahwa faktor faktor yang menyebabkan terjadinya overrun (pembengkakan) biaya pada proyek konstruksi gedung berdasarkan persepsi atau opini dari perusahaan kontraktor golongan M(menengah) yang paling mendominasi disebabkan oleh faktor: 1.Manajer proyek yang kurang cakap
2. Kualitas tenaga kerja yang rendah dalam mengerjakan aktivitas proyek 3.Faktor Sosial Ekonomi. 4.Jenis Kontrak Proyek dll. 5. Pengendalian biaya yang buruk di lapangan. 6. Ketidak tepatan estimasi biaya. 7. Adanya kebijaksanaan keuangan yang baru dari pemerintah. Tabel 3.Nilai rata-rata penyebab overruns A1
Manajer proyek yang kurang cakap
3.5
A2
Metode konstruksi/ teknik pelaksanaan yang salah
3.63
A3
Perencanaan dan spesifikasi material yang tidak jelas
3.67
A4
penahanan pembayaran oleh owner karena tidak puas terhadap produk yang dihasilkan kontraktor
3.77
A5
Sistem pembayaran termin yang tidak jelas
3.73
A6
Perbedaan kondisi lapangan yang berbeda dari yang tertulis dari dokumen kontrak yang dapat menyebabkan cost overruns
3.63
A7
Kesalahan pekerjaan yang tidak dibetulkan oleh kontraktor yang mengakibatkan gagalnya penyerahan produk
3.5
3.8 3.7 3.6 3.5 3.4
3.3 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7
Gambar 1. Grafik Nilai Rata-rata
4.3.1 Analisa deskriptif yang diujikan terhadap 71 variabel (Lampiran 1). Data yang diperoleh berupa kuisioner dari 30 respon terdiri dari para manajer proyek dengan skala pengukuran menggunakan skala Likert untuk mengukur tingkat persetujuan responden. Populasi dalam penelitian ini adalah para manajer di Bengkel Fabrikasi PT. MECO INOXPRIMA. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik sampel non probability atau non random sampling yaitu pengambilan sampel dimana probabilitas masingmasing anggota populasi tidak diketahui (Kuncoro, 2009). Selanjutnya non random sampling yang dipilih adalah jenis purposive sampling, yaitu sampel yang diambil karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki tujuan tertentu yang diperlukan bagi penelitiannya. Berdasarkan hasil perhitungan data infinitif, sampel yang diperlukan sebanyak 96 responden. Namun karena keterbatasan waktu maka sampel yang diperoleh sebanyak 30 responden. Jumlah ini masih memenuhi persyaratan sampel minimal, karena untuk sampel besar, jumlah minimum sampel direncanakan sebanyak 30 responden. 4.3.2 Analisa data penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden, maka diperoleh data mengenai tingkat persetujuan responden terhadap variabel cost overruns yang disebutkan dalam kuisioner. Selanjutnya data tingkat persetujuan responden tersebut diurutkan berdasarkan nilai rata-rata (mean) mulai dari terbesar sampai terkecil serta nilai standar deviasi mulai dari terkecil sampai terbesar. Nilai rata-rata (mean) menunjukkan jumlah rata-rata nilai yang diperoleh dari keseluruhan nilai responden dibandingkan jumlah keseluruhan
responden. Semakin besar nilai rata-rata (mean) berarti semakin besar pula nilai persetujuan, demikian sebaliknya semakin kecil nilai rata-rata (mean) berarti semakin kecil nilai persetujuan responden. Sedangkan standar deviasi menunjukkan tingkat kesepakatan seluruh responden terhadap nilai rata-rata variabel. Semakin rendah nilai standar deviasi berarti semakin tinggi kesepakatan responden terhadap nilai rata-rata variabel, sebaliknya semakin besar nilai standar deviasi menunjukkan semakin kecil kesepakatan responden terhadap nilai rata-rata variabel tersebut. Pada tabel dibawah diketahui bahwa urutan masing-masing variabel berdasarkan nilai rata-rata (mean) dan urutan masing-masing variabel berdasarkan standar deviasi hampir seluruhnya berbeda
Menghitung nilai t dengan rumus: =
+
XH= Rata-rata skor pada kelompok tinggi XL= Rata-rata skor pada kelompok rendah SH2= Varian distribusi jawaban pada kelompok tinggi SL2= Varian distribusi jawaban pada kelompok rendah nH= Jumlah subyek pada kelompok tinggi nL= Jumlah subyek pada kelompok rendah
Tabel 3. Urutan Standar Deviasi Variabel yang Mempengaruhi Cost Overruns Proyek No 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11
Indikator cost overruns Pengenalan dan pemahaman akan tujuan proyek yang diberikan pada personil proyek sangat rendah . Prasarana transportasi yang kurang memadai . Penyerahan hasil fisik proyek dari kontraktor ke pengembang yang terlambat . Biaya transportasi peralatan yang tinggi . Tidak adanya perbaikan terhadap perencanaan jadwal yang telah dibuat . Penyediaan utility dilapangan yang kurang (tenaga listrik, air, bahan bakar) yang dapat menyebabkan keterlambatan proyek Terjadi penahanan pembayaran oleh owner karena tidak puas terhadap produk yang dihasilkan kontraktor Ketidak tepatan estimasi harga material Adanya keluhan dari pemakai karena adanya cacat produk pada masa pemeliharaan Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada pekerja, pengunjung, atau anggota masyarakat Koordinasi komunikasi yang kurang antara kontraktor dan sub kontraktor terkait dengan pemakaian bahan yang tidak
Std. Deviation
0.788 0.809 0.89 0.907 0.913
sesuai dengan spesifikasi Kurangnya motivasi dan komitmen untuk 12 melaksanakan tujuan akhir proyek Perencanaan pengaturan keuangan yang tidak 13 direncanakan dari awal Tidak adanya target kapan proyek akan selesai 14 oleh kontraktor
0.935 0.937 0.938
0.964 0.971 0.973
Tabel 3. Urutan Standar Deviasi Variabel yang Mempengaruhi Cost Overruns Proyek No
0.932
0.959
15 16 17 18
0.944 19
Indikator cost overruns Terjadi kendala pada waktu uji coba instalasi pada waktu penyerahan Lingkungan makro ekonomis (pertumbuhan ekonomi,inflasi, suku bunga bank, nilai tukar mata uang) yang tidak stabil Tidak adanya project statistic report Perbedaan kondisi lapangan yang berbeda dari yang tertulis dari dokumen kontrak yang dapat menyebabkan cost overruns Penyerahan hasil fisik proyek dari kontraktor ke owner/pengembang yang terlambat karena proses pengerjaan yang sulit
Std. Deviation
0.986 0.986 0.997
0.999 0.999
Kualitas tenaga kerja yang rendah dalam 20 mengerjakan aktivitas proyek Sasaran dan pengarahan proyek yang tidak jelas 21 dari pimpinan proyek Tidak lengkapnya ijin pelaksanaan mendirikan 22 bangunan sesuai dengan undang – undang Pengembang yang tidak berpengalaman (lambat dalam mengambil keputusan terhadap masalah 23 yang ada) 24 Lingkungan sosial politik yang tidak stabil Sistem arbritase (penyelesaian pertikaian) yang tidak diatur menurut hukum sehingga 25 membutuhkan waktu yang lama Undang – undang tenaga kerja yang tidak diperhatikan (upah, keselamatan tenaga kerja) 26 yang dapat menyebabkan pemogokan Klaim karena adanya perubahan peraturan yang langsung mempengaruhi atau menaikkan biaya 27 proyek Perencanaan akses system informasi proyek yang 28 kurang sempurna Tidak diperhitungkannya biaya tak terduga untuk 29 peralatan Terhambatnya pinjaman kredit dari bank ke 30 kontraktor Material yang akan digunakan sulit untuk 31 didapat/ diperoleh Kerusakan yang terjadi pada lingkungan proyek (jalan karena sering dilalui alat berat, bangunan 32 sekitar akibat pemancangan) Ketidaktepatan estimasi harga sewa/ pembelian 33 peralatan Adanya klaim dari pengembang karena produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan mutu yang 34 diharapkan Penanganan keberadaan dan kualitas dari 35 peralatan yang tidak direncanakan dengan baik Kontraktor lambat dalam persiapan administrasi 36 penagihan 37 Metode konstruksi/ teknik pelaksanaan yang salah Tidak diperhitungkannya biaya tak terduga untuk 38 material Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai 39 dengan karakteristik proyek Syarat – syarat dalam dokumen kontrak yang tidak jelas (syarat bahan, mutu, dan produk yang 40 dihasilkan) 41 Sistem pembayaran termin yang tidak jelas
0.999 1.003 1.003 1.006 1.015 1.015 1.015
1.015
Tidak memperhitungkan faktor resiko pada lokasi 42 proyek dan konstruksi Adanya pelanggaran terhadap perjanjian kontrak yang telah dibuat oleh pihak – pihak terkait 43 dengan proyek Respon dari masyarakat sekitar yang kurang 44 mendukung dengan adanya proyek Jumlah personil yang terlatih dan berpengalaman 45 sangat minim Adanya persaingan yang tidak sehat yang terjadi antar kontraktor (pemajakan tenaga kerja, niat 46 buruk terhadap produk yang dihasilkan kontraktor, dll) Perencanaan dan spesifikasi material yang tidak 47 jelas Keterbatasan waktu untuk mengestimasi biaya dan 48 waktu proyek
No
1.022
49
1.029
50
1.031 51 52 1.037 53 54 1.042
1.093 1.094 1.104
1.112 1.124 1.126
Tabel 3. Urutan Standar Deviasi Variabel yang Mempengaruhi Cost Overruns Proyek
1.02
1.04
1.088
1.061
55 56
1.062 1.066
57
1.073
58
1.074
59 60
1.075 1.081
61 62
Indikator cost overruns Adanya unsure kesengajaan dari owner untuk melambatkan pembayaran kepada kontraktor Penanganan keberadaan dan kuantitas dari material yang tidak direncanakan dengan baik Organisasi kerja yang tidak efisien, dimana jalur perintah yang bersifat tidak langsung dan sangat panjang Pengaturan mobilisasi tenaga kerja di lapangan yang tidak baik Permintaan pasar yang sangat besar yang membuat owner memperketat masa kerja kontraktor Tidak adanya pembagian tugas yang jelas dalam team proyek Perencanaan penyediaan sumber daya manusia untuk tiap kegiatan proyek yang tidak sesuai Keadaan keuangan kontraktor yang kurang sehat Antara kontraktor dan supplier tidak ada kordinasi dan komunikasi sehingga menyebabkan keterlambatan material Keterlambatan pembayaran dari pihak owner ke kontraktor sampai akhir proyek Gambar rencana proyek yang kurang lengkap dan tidak jelas Manajer proyek yang kurang cakap Lamanya ijin yang dikeluarkan pemerintah mengenai pembukaan lahan Dana dari pengembang yang tidak cukup
Std. Deviation
1.126 1.135 1.143 1.159 1.159 1.159 1.163 1.163 1.163 1.163 1.167 1.167 1.172 1.174
63 64 65 66 67 68 69
70 71
Pembayaran dari pihak user kepada pengembang / owner yang terlambat sehingga mempengaruhi pembayaran dari owner ke kontraktor Pengulangan pekerjaan karena mutu yang jelek Informasi proyek yang tidak lengkap (lokasi, akses,dll) Kekeliruan pemakaian bahan yang digunakan untuk finishing Adanya perselisihan di dalam proyek yang dapat membuat proyek terhenti Kesalahan pekerjaan yang tidak dibetulkan oleh kontraktor yang mengakibatkan gagalnya penyerahan produk Kesengajaan supplier dalam pengiriman material yang tidak sesuai dengan kuantitas dan kualitas Tidak adanya kerjasama yang cukup baik antara pengembang, kontraktor, dan sub kontraktor karena satu pihak atau lebih hanya memikirkan keuntungan pribadi Ketidaktepatan perencanaan upah tenaga kerja
1.192 1.194 1.202 1.213
pada nilai 3,35 dan sumbu y pada nilai 1,06. Adapun penentuan batas tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Sumbu x Sumbu y Variabel Nilai rata – rata Standar deviasi Total nilai variabel 237,60 75,55 Total variabel 71 71 Gran Mean 3,35 1,06
1.217 1.225 1.234
Berdasarkan hasil pemetaan maka secara keseluruhan urutan variabel yang mempengaruhi cost overruns proyek adalah sebagai berikut : No 1
1.248 1.258
Hasil analisis deskriptif terhadap keseluruhan responden menunjukkan bahwa variabel “terjadi penahanan pembayaran oleh owner karena tidak puas terhadap produk yang dihasilkan kontraktor” mempunyai nilai rata – rata (mean) pada urutan pertama sebesar 3,77 artinya nilai persetujuan total yang dipilih responden dibandingkan jumlah responden menghasilkan nilaipaling besar dibandingkan variabel yang lain. Sedangkan tingkat kesepakatan respondenterhadap tingkat persetujuan rata – rata ditunjukkan oleh variabel “pengenalan dan pemahaman akan tujuan proyek yang diberikan pada personil proyek sangat rendah” yang berada pada urutan pertama dengan nilai standar deviasi paling kecil sebesar 0,788. Setelah dilakukan analisis nilai rata – rata (mean) dan nilai standar deviasi, selanjutnya dilakukan pemetaan (plotting) dalam diagram kartesius dengan sumbu x menunjukkan nilai rata – rata (mean) dan sumbu y menunjukkan nilai standar deviasi. Diagram kartesius tersebut dibagi menjadi 4 kuadran, dengan batas sumbu x
2 3 4 5 6
7 8
9 10
Variabel Ketidaktepatan estimasi harga material Tidak adanya target kapan proyek akan selesai oleh kontraktor Kurangnya motivasi dan komitmen untuk melaksanakan tujuan akhir proyek Ketidaktepatan estimasi harga sewa/ pembelian peralatan Kualitas tenaga kerja yang rendah dalam mengerjakan aktivitas proyek Pengembang yang tidak berpengalaman (lambat dalam mengambil keputusan terhadap masalah yang ada) Sasaran dan pengarahan proyek yang tidak jelas dari pimpinan proyek Perbedaan kondisi lapangan yang berbeda dari yang tertulis dari dokumen kontrak yang dapat menyebabkan cost overruns Kerusakan yang terjadi pada lingkungan proyek (jalan karena sering dilalui alat Berat Penyediaan utility dilapangan yang kurang (tenaga listrik, air, bahan bakar) yang dapat menyebabkan keterlambatan proyek)
SD Mean Kuadran 3,47 0,94 3,53
0,97
3,37
0,96
3,43
1,04
3,63
1,00
3,57
1,01
3,40
1,00
3,63
1,00
3,60
1,04
3,40
0,93
Berdasarkan hasil pemetaan maka secara keseluruhan urutan variabel yang mempengaruhi cost overruns proyek
PT.MECO INOXPRIMA adalah sebagai berikut : No
Variabel
1 Ketidaktepatan estimasi harga material Tidak adanya target kapan proyek akan 2 selesai oleh kontraktor Kurangnya motivasi dan komitmen 3 untuk melaksanakan tujuan akhir proyek Ketidaktepatan estimasi harga sewa/ 4 pembelian peralatan Kualitas tenaga kerja yang rendah dalam 5 mengerjakan aktivitas proyek Pengembang yang tidak berpengalaman 6 (lambat dalam mengambil keputusan terhadap masalah yang ada) Sasaran dan pengarahan proyek yang 7 tidak jelas dari pimpinan proyek Perbedaan kondisi lapangan yang berbeda dari yang tertulis dari dokumen 8 kontrak yang dapat menyebabkan cost overruns Kerusakan yang terjadi pada lingkungan 9 proyek (jalan karena sering dilalui alat berat, bangunan sekitar akibat pemancangan) Penyediaan utility dilapangan yang kurang (tenaga listrik, air, bahan bakar) 10 yang dapat menyebabkan keterlambatan proyek) Prasarana transportasi yang kurang 11 memadai Tidak lengkapnya ijin pelaksanaan mendirikan bangunan sesuai dengan 12 undang – undang Adanya klaim dari pengembang karena 13 produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan Adanya keluhan dari pemakai karena 14 adanya cacat produk pada masa pemeliharaan Terjadi penahanan pembayaran oleh 15 owner karena tidak puas terhadap produk yang dihasilkan kontraktor Penyerahan hasil fisik proyek dari kontraktor ke pengembang yang 16 terlambat krn proses pengerjaan yg sulit.
17
Mean
SD
3,47
0,94
3,53
0,97
3,37
0,96
3,43
1,04
3,63
1,00
3,57
1,01
3,40
1,00
23
3,63
1,00
24 25
3,60
1,04
26
Kuadran
I
18 19
20 21 22
27 3,40
28
0,93
29 3,37
0,87
3,40
1,00
I
30
31 3,47
1,04
3,50
0,94
3,77
0,94
32
33
I 34
3,37
1,00
35
Penyerahan hasil fisik proyek dari kontraktor ke pengembang yang terlambat Perencanaan dan spesifikasi material yang tidak jelas. Penanganan keberadaan dan kualitas dari peralatan yang tidak direncanakan dengan baik. Tidak diperhitungkannya biaya tak terduga untuk material Gambar rencana proyek yang kurang lengkap dan tidak jelas Syarat – syarat dalam dokumen kontrak yang tidak jelas (syarat bahan, mutu, dan produk yang dihasilkan) Perencanaan penyediaan sumber daya manusia untuk tiap kegiatan proyek yang tidak sesuai Keadaan keuangan kontraktor yang kurang sehat Manajer proyek yang kurang cakap Jumlah personil yang terlatih dan berpengalaman sangat minim Pengulangan pekerjaan karena mutu yang jelek Metode konstruksi/ teknik pelaksanaan yang salah Pengaturan mobilisasi tenaga kerja di lapangan yang tidak baik Tidak adanya pembagian tugas yang jelas dalam team proyek Antara kontraktor dan supplier tidak ada kordinasi dan komunikasi sehingga menyebabkan keterlambatan material Tidak adanya kerjasama yang cukup baik antara pengembang, kontraktor, dan sub kontraktor karena satu pihak atau lebih hanya memikirkan keuntungan pribadi Adanya pelanggaran terhadap perjanjian kontrak yang telah dibuat oleh pihak – pihak terkait dengan proyek Sistem pembayaran termin yang tidak jelas Keterlambatan pembayaran dari pihak owner ke kontraktor sampai akhir proyek Pembayaran dari pihak user kepada pengembang / owner yang terlambat sehingga
3,37
0,89
3,67
1,12
3,43
1,14
3,43
1,07
3,50
1,17
3,40
1,07
3,60
1,16
3,50 3,63
1,16 1,17
3,37
1,10
3,37
1,19
3,60
1,07
3,40
1,16
3,60
1,16
3,40
1,16
3,67
1,16
3,75
1,08
3,60
1,16
3,40
1,19
II
36
37 38
39
40 41 42 43 44
45
46 47
48
49 50 51 52 53 54
mempengaruhi pembayaran dari owner ke kontraktor Kesalahan pekerjaan yang tidak dibetulkan oleh kontraktor yang mengakibatkan gagalnya penyerahan produk Informasi proyek yang tidak lengkap (lokasi, akses,dll) Organisasi kerja yang tidak efisien, dimana jalur perintah yang bersifat tidak langsung dan sangat panjang Permintaan pasar yang sangat besar yang membuat owner memperketat masa kerja kontraktor Keterbatasan waktu untuk mengestimasi biaya dan waktu proyek Ketidaktepatan perencanaan upah tenaga kerja Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik proyek Dana dari pengembang yang tidak cukup Adanya persaingan yang tidak sehat yang terjadi antar kontraktor (pemajakan tenaga kerja, niat buruk terhadap produk yang dihasilkan kontraktor, dll) Kesengajaan supplier dalam pengiriman material yang tidak sesuai dengan kuantitas dan kualitas Adanya perselisihan di dalam proyek yang dapat membuat proyek terhenti Respon dari masyarakat sekitar yang kurang mendukung dengan adanya proyek Lamanya ijin yang dikeluarkan pemerintah mengenai pembukaan lahan Adanya unsur kesengajaan dari owner untuk melambatkan pembayaran kepada kontraktor Kekeliruan pemakaian bahan yang digunakan untuk finishing Tidak memperhitungkan faktor resiko pada lokasi proyek dan konstruksi Material yang akan digunakan sulit untuk didapat/ diperoleh Perencanaan akses system informasi proyek yang kurang sempurna Pengenalan dan pemahaman akan tujuan proyek yang diberikan pada personil proyek sangat rendah Penanganan keberadaan dan kualitas
dari peralatan yang tidak direncanakan
3,50
55
1,16
56 3,27
1,20
3,27
1,14
3,03
1,14
57
III
58 59 60 61
3,20
1,13
3,27
1,26
3,13 3,00
1,07 1,17
3,27
1,07
62 63 64 65 66
3,27
1,17
3,17
1,23
67
68 3,03
1,22
3,27
1,09
3,27
1,17
3,27
1,13
3,20
1,21
3,17
1,09
3,00
1,03
3,33
1,02
69
70
III
IV
71
dengan baik Tidak diperhitungkannya biaya tak terduga untuk peralatan Perencanaan pengaturan keuangan yang tidak direncanakan dari awal Terhambatnya pinjaman kredit dari bank ke kontraktor Tidak adanya perbaikan terhadap perencanaan jadwal yang telah dibuat Tidak adanya project statistic report Biaya transportasi peralatan yang tinggi Kontraktor lambat dalam persiapan administrasi penagihan Koordinasi komunikasi yang kurang antara kontraktor dan sub kontraktor terkait dengan pemakaian bahan yang tidak sesuai dengan spesifikasi Lingkungan makro ekonomis (pertumbuhan ekonomi,inflasi, suku bunga bank, nilai tukar mata uang) yang tidak stabil Lingkungan sosial politik yang tidak stabil Kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada pekerja, pengunjung, atau anggota masyarakat Sistem arbritase (penyelesaian pertikaian) yang tidak diatur menurut hukum sehingga membutuhkan waktu yang lama) Undang – undang tenaga kerja yang tidak diperhatikan (upah, keselamatan tenaga kerja) yang dapat menyebabkan pemogokan) Klaim karena adanya perubahan peraturan yang langsung mempengaruhi atau menaikkan biaya proyek Terjadi kendala pada waktu uji coba instalasi pada waktu penyerahan
3,30
0,79
3,23
1,06
3,10
1,02
3,17 3,20 3,07
0,97 1,03 0,91
3,10
1,00
3,33
0,91
3,17
1,06
2,93 3,07
0,96 0,99
3,27
1,01
3,07
0,94
3,27
1,01
3,17
1,01
3,27
1,01
3,17
0,99
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden, maka diperoleh hasil penyebab terjadinya cost
overruns dengan tingkat kesetujuan maksimum yang merupakan penyebab yang sangat menentukan adalah variabel – variabel yang termasuk dalam kuadran I (berdasarkan pada hasil pemetaan pada diagram kartesius), dimana ada 17 variabel. Dan faktor penyebab yang paling
dominan yang mempengaruhi cost overruns pada proyek adalah : variabel “terjadi penahanan pembayaran oleh owner karena tidak puas terhadap produk yang dihasilkan kontraktor” mempunyai nilai rata – rata (mean) pada urutan pertama sebesar 3,77
DAFTAR PUSTAKA
Ika Oktavia, Alex Gunawan (2002), “Studi Tentang Analisa Pembengkakan Biaya dan Waktu Pada Proyek Konstruksi Real Estate”. Skripsi U.K. Petra Surabaya Budi Santosa ,Manajemen Proyek penerbit Guna Widya.
Kuncoro, M., (2009), Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis?, Edisi 3, Penerbit Erlangga, Jakarta Soeharto, I.,(1995), Manajemen Proyek, Dari Konseptual Sampai Operasional, Penerbit Erlangga, Jakarta