Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BIAYA PROYEK PADA PT X Iman Prasetyo Aji Program Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60246, Indonesia
ABSTRAK Biaya adalah suatu elemen vital dalam pembentukan harga dan merupakan kriteria kesuksesan suatu proyek. Dalam kondisi persaingan, penetapan harga penawaran harus ditekan seminimal mungkin, tetapi margin riil yang dihasilkan proyek baru dapat diketahui setelah realisasi proyek. Hal ini terjadi karena biaya yang diperhitungkan pada masa tender bersifat estimasi, ternyata dalam perjalanan pelaksanaan proyek akan banyak hal yang mempengaruhi total project cost yang secara riil dikeluarkan. Dengan demikian perlu dilakukan evaluasi kembali faktor apakah yang mempengaruhi sehingga margin yang diharapkan pada penawaran tidak dapat terpenuhi pada realisasi proyek. Beberapa penelitian telah berupaya mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja biaya proyek (baik over/underbudget). Pengumpulan data dilakukan dengan mengidentifikasi variabel-variabel cost overrun dari penelitian terdahulu, kemudian dilakukan survey pendahuluan untuk mengetahui apakah faktor tersebut masih relevan pada objek (PT X). Setelah variabel relevan terkumpul dilakukan penyebaran kuisioner untuk memperoleh data persepsi objek terhadap variabel dan dilakukan pengambilan data sekunder berupa kinerja biaya proyek terkait. Terakhir seluruh data diolah dan dianalisis dengan persamaan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukan terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi kinerja biaya proyek mengalami cost overrun diatas 105% yaitu manajemen probabilitas cost overrun 90,92%, finansial dengan probabilitas cost overrun 93,45%, dan item-item pekerjaan konstruksi probabilitas cost overrun 95,97%. Kata kunci: Analisa Faktor, Cost Overrun, Regresi Logistik.
PENDAHULUAN Kontraktor adalah pihak yang berperan sebagai pelaksana dalam suatu proyek konstruksi sehingga bangunan terwujud. Dalam tender sering dihadapi kondisi dilematis dimana harga yang terlalu tinggi dapat berakibat hilangnya kesempatan memenangkan tender, sedangkan harga yang terlalu rendah dapat berakibat pada kurang optimalnya profit yang dihasilkan dari pekerjaan tersebut atau bahkan terjadinya kerugian karena tidak mampu menutupi real cost(Edmister & Walkling, 1985). Biaya adalah suatu elemen vital dalam pembentukan harga dan merupakan kriteria kesuksesan suatu proyek (Memon, Rahman, Abdullah, & Azis, 2010). Perhitungan biaya harus dapat diestimasikan dengan efektif. Dalam kondisi persaingan, penetapan harga penawaran harus ditekan seminimal mungkin, tetapi margin riil yang dihasilkan proyek baru dapat diketahui setelah realisasi proyek. (Skitmore & Smyth, 2006). Hal ini terjadi karena biaya yang diperhitungkan pada masa tender bersifat estimasi, ternyata dalam perjalanan pelaksanaan proyek akan banyak hal yang ISBN: 978-602-70604-1-8 B-10-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
mempengaruhi total project cost yang secara riil dikeluarkan. Dengan demikian perlu dilakukan evaluasi kembali apakah margin yang diharapkan pada penawaran dapat terpenuhi pada realisasi proyek (Mochtar & Arditi, 2000). Kelebihan biaya (cost-overrun / over-budget) adalah fenomena yang sering bahkan hampir selalu- terjadi dalam pelaksanaan proyek industri konstruksi (Memon, Rahman, Abdullah, & Azis, 2010). Beberapa penelitian telah berupaya mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja biaya proyek (baik over / underbudget) (Arcila, 2012). Meski faktor-faktor dan kriteria keberhasilan proyek telah diketahui, kegagalan anggaran proyek masih saja terjadi. Salah satu argumen adalah karena manajemen proyek secara dinamis terus-menerus mengadopsi faktor-faktor baru, metode baru, alat ukur baru, pengetahuan dan keahlian baru pada masing-masing kondisi proyek berbeda (Atkinson, 1999). Hal ini juga sesuai dengan definisi manajemen proyek itu sendiri yang akan memiliki keunikan spesifik pada masingmasing pekerjaan berbeda (PMI, 2008). Sering kali faktor pengaruh kinerja biaya tidak hanya mencakup variabel kuantitatif melainkan juga mempertimbangkan variabel linguistik yang dapat saling berhubungan atau dapat dikelompokan dalam satu kategori yang sama. Maka dari itu perlu diteliti faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja biaya proyek pada suatu kondisi proyek spesifik (level sub-kontraktor) yang tidak hanya memperhitungkan variabel kuantitatif tetapi juga faktor-faktor manajerial lainya. PT X sebagai salah satu perusahaan sub-kontraktor pelaksana proyek juga mengalami hal yang sama. Ketika anggaran tender sudah ditetapkan bahwa sebuah proyek akan meraup margin keuntungan sekitar 20%, ternyata hampir semua proyek yang dilaksanakan mengalami cost-overrun sehingga margin yang diharapkan di awal tidak tercapai. Meskipun tidak sampai mengalami defisit anggaran, tetapi tetap perlu dilakukan evaluasi faktor-faktor apa saja yang menyebabkan hal ini terjadi. Penelitian ini bertujuan melihat adanya hubungan antara faktor-faktor tersebut sehingga berpengaruh pada terjadinya cost overrun. Selain itu akan diteliti nilai probabilitas terjadinya cost overrun pada masing-masing faktor dalam penelitian. METODE 1) Jenis penelitian. a) Penelitian konfirmatori. 2) Variabel penelitian. a) Diidentifikasi dari penelitian terdahulu didapatkan 41 indikator yang mempengaruhi cost overrun. b) Survey pendahuluan dilakukan kepada 5 orang manajer area untuk melihat relevansi faktor-faktor dari penelitian terdahulu dengan kondisi objek. c) Penyusunan definisi operasional dilakukan pada masing-masing faktor guna memudahkan dalam memahami faktor pada masing-masing variabel. 3) Klasifikasi variabel. a) Finansial. b) Pihak-pihak terkait proyek (manajerial). c) Item pekerjaan konstruksi. d) Lingkungan. e) Politik. 4) Cara pengukuran.
ISBN: 978-602-70604-1-8 B-10-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
a) Pada survey pendahuluan digunakan skala guttman untuk melihat relevansi indikator terhadap kondisi proyek pada objek penelitian. (1 = relevan ; 0 = tidak relevan). b) Pada kuisioner inti digunakan skala likert : 1 (sangat tidak setuju), 2 (tidak setuju), 3(sedang), 4 (setuju), 5(sangat setuju), untuk mengukur apakah indikator tersebut dialami responden pada saat melaksanakan sebuah proyek. c) Kinerja biaya proyek objek penelitian didapatkan dengan membandingkan antara anggaran biaya dengan realisasi biaya proyek untuk kemudian dilakukan skala guttman untuk menggambarkan (1 = cost overrun >105%; 0 = cost overrun <105%):
Persamaan 3.1 – Kinerja biaya proyek 5) Metode pengumpulan data. a) Data primer : survey pendahuluan & kuisioner terstruktur. b) Data sekunder : studi pustaka faktor-faktor kinerja proyek & laporan biaya proyek pada objek. 6) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh site manager pada PT X; dan metode sampling penelitian digunakan metode sensus karena seluruh populasi akan menjadi sumber data penelitian. Jumlah responden pada penelitian ini terdiri dari 60 proyek yang mengalami cost overrun pada PT X. 7) Metode pengolahan data a) Penetapan variabel bebas (faktor-faktor) dan terikat (cost overrun >105%). b) Analisa faktor dengan melakukan klasifikasi atas faktor-faktor dari penelitian terdahulu dengan kategori yang digunakan dalam (kasimu, 2012) yaitu: manajemen, pihak-pihak terkait proyek, finansial, lingkungan, item pekerjaan konstruksi, dan politik. c) Faktor-faktor yang telah dikategorikan dan disebarkan melalui kuisioner dimasukan ke dalam model regresi logistik untuk mendapatkan nilai probabilitas faktor dalam mempengaruhi kinerja biaya proyek: • Persamaan regresi logistik (Hosmer, 2000): ……….…
Persamaan 3.1 – Regresi Logistik Dimana : X = variable independen β = koefisien regresi p = kemungkinan bahwa Y = 1 Y = variabel dependen HASIL DAN PEMBAHASAN Survey Pendahuluan Hasil survey pendahuluan menunjukan dari 41 indikator awal hanya 37 dilanjutkan menjadi indikator pada kuisioner inti:
ISBN: 978-602-70604-1-8 B-10-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Tabel 4.1 Faktor yang relevan dengan objek No
Variabel
1
Manajemen
2
Pihak-pihak terkait proyek
3
Finansial
4
Lingkungan
5
Item pekerjaan konstruksi
6
Politik
Indikator
id
- Manajemen tidak memperhatikan hasil kerja di lapangan. - Sering terjadi kekosongan material karena terlambat. - Jadwal pelaksanaan terlambat dari yang diharapkan. - Banyak masalah yang tertunda karena belum ada solusi. - Kontraktor pemenang adalah penawar terendah pada tender. - Banyak aplikasi di lapangan tanpa gambar kerja - Sering terjadi kekosongan material dan peralatan karena terlambat. - Gambar turun di lapangan terlalu lama - Banyak hal dalam perencanaan yang tidak aplikatif - Banyak terjadi kesalahan tanpa pencagahan sebelumnya - Over budget tidak terdeteksi sejak dini - Periode waktu kontrak terlalu pendek - Banyak masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh manajer proyek. - Terjadi pekerjaan di lapangan yang tidak sesuai dengan kontrak - Terjadi selisih antara tenaga yang dibutuhkan dengan yang tersedia. - Sering terjadi miss-communication antar pihak terkait. - Banyak masalah tidak teratasi dengan cepat. - Owner membuat keputusan yang melebihi kapasitasnya - Durasi dan ketentuan kontrak tidak realistis untuk dicapai - Terjadi perselisihan antara manajemen dan personel lapangan - Produktivitas personel dibawah harapan - Terjadi perselisihan antara klien dan kontraktor - Klien tidak kooperatif selama proyek berjalan - Harga material berfluktuasi selama pelaksanaan proyek. - Arus kas tidak lancar selama pelaksanaan proyek. - Proyek menggunakan mesin yang mahal. - Terjadi kesalahan dalam estimasi anggaran proyek - Terjadi perubahan inflasi secara signifikan selama masa proyek - Produktifitas kurang optimal karena lahan yang sulit. - Harga dan ketersediaan sumberdaya tidak stabil - Terjadi praktek kecurangan yang merugikan proyek - Terjadi masalah di lingkungan proyek sehingga menambah pengeluaran. - Banyak perubahan gambar sepanjang proyek. - Variation order terjadi terus-menerus. - Terjadi perubahan realisasi dari gambar desain - Proyek memiliki kompleksitas yang tinggi / rumit - Terjadi gejolak politik yang berdampak pada proyek
MAN 1 MAN 2 MAN 3 MAN 4 MAN 5 MAN 6 MAN 7 MAN 8 MAN 9 MAN 10 MAN 11 MAN 12 MAN 13 MAN 14 PIHAK 1 PIHAK 2 PIHAK 3 PIHAK 4 PIHAK 5 PIHAK 6 PIHAK 7 PIHAK 8 PIHAK 9 FINANSIAL 1 FINANSIAL 2 FINANSIAL 3 FINANSIAL 4 FINANSIAL 5 LINGK 1 LINGK 2 LINGK 3 LINGK 4 ITEM 1 ITEM 2 ITEM 3 ITEM 4 POL 1
Sumber: Hasil survey, 2014
Uji Kaiser-Meyer-Olkin Dari hasil pengujian KMO disimpulkan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur masing-masing faktor manajemen, pihak-pihak terkait proyek, finansial, lingkungan, item pekerjaan konstruksi telah memiliki jumlah sampel yang valid (yaitu ditunjukan dengan angka sampling adequancy >0.5). ISBN: 978-602-70604-1-8 B-10-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Selain itu pada juga dapat disimpulkan bahwa seluruh indikator yang digunakan untuk mengukur masing-masing faktor telah valid karena menunjukan prosentase kumulatif >50%. Data tersebut artinya tidak ada indikator pada masing-masing variabel yang berpindah ke menjadi variabel lainya, dan dapat dikatakan konsisten untuk mengukur variabel terkait. Sedangkan untuk variabel politik dinyatakan tidak valid karena berdasarkan hasil survey pendahuluan terdapat 1 indikator yang dieliminasi sehingga hanya menyisakan 1 indikator. Sedangkan untuk melakukan uji KMO diperlukan sekurangnya 2 indikator agar dapat diukur korelasinya. Analisa Deskriptif Berdasarkan tanggapan responden didapatkan statistik deskriptif dengan nilai mean masing-masing variabel berada pada angka >3 yang mengindikasikan sebagian besar responden setuju bahwa variabel-variabel tersebut dirasakan responden dapat mempengaruhi variabel independen (cost overrun). Model fit analysis Sebagai langkah awal pengujian model regresi logistik, dilakukan pengujian kelayakan model regresi logistik dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit test. Model dikatakan layak jika nilai signifikan yang dihasilkan menunjukan > 0.05. Berdasarkan pengujian diketahui bahwa nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0.485 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 sehingga model regresi logistik dapat dikatakan layak untuk dianalisis lebih lanjut. Selain pengujian Hosmer and Lemeshow’s dilakukan pemeriksaan nilai koefisien determinasi model regresi logistik dari nilai Nagelkerke’s R Square. Berdasarkan pengujian diketahui bahwa nilai Nagelkerke’s R Square sebesar 0.708 atau 70.8%. Hal ini menunjukan pengaruh variabel Y (cost overrun) proyek dapat dijelaskan oleh faktorfaktor dalam penelitian yang mempengaruhi cost overrun sebesar 70%. Pengujian Hipotesis Dalam pengujian hipotesis untuk menjawab tujuan dari penelitian yaitu dari 6 faktor (manajemen, pihak-pihak terkait proyek, finansial, lingkungan, item pekerjaan konstruksi yang mempunyai pengaruh terhadap cost overrun proyek), manakah yang berpengaruh secara signifikan terhadap cost overrun. Pengujian hipotesis dilakukan dengan dua tahap, yaitu faktor-faktor yang ada diuji secara bersamaan dan secara parsial. Untuk mengetahui hasil signifikansi faktor secara bersamaan maka dilakukan uji Omnibus Tests of Model Coefficients. Pengujian omnibust menunjukan angka signifikansi variabel regresi logistik secara bersamaan lebih kecil dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara bersamaan akan berpengaruh pada variabel dependen. Tahap berikutnya adalah mengukur estimasi parameter dari model regresi logistik dengan metode uji Wald. Dimana variabel yang memiliki nilai signifikansi <0,05 dinyatakan sebagai berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya untuk variabel yang memiliki nilai signifikan > 0,05 akan dikeluarkan dari model. Variabel Manajemen (X1) Pihak2 terkait proyek (X2)
Koef. (B) S.E. 2.304 1.148 -2.274 1.337
ISBN: 978-602-70604-1-8 B-10-5
Wald 4.025 2.891
df 1 1
Sig. Exp(B) .045 10.014 .089 .103
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Finansial (X3) Lingkungan (X4) Item pekerjaan konstruksi X(5) Politik (X6) Constant
2.657 -.967 3.171 .325 -19.083
1.166 .992 1.584 1.007 6.975
5.197 .950 4.010 .104 7.486
1 1 1 1 1
.023 .330 .045 .747 .006
14.259 .380 23.839 1.384 .000
Sumber : Hasil olah data
Pada pengujian hipotesis untuk mencari pengaruh variable, nilai signifikan dijadikan sebagai acuan. Dimana variable independen yang berpengaruh secara signifikan terhadap cost overrun proyek adalah manajemen, finansial, dan item-item pekerjaan konstruksi. Setelah diketahui variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan, dan variabel yang tidak signifikan dikeluarkan dari model. Maka didapatkan model regresi logistik penelitian ini adalah:
Perhitungan probabilitas cost overrun 1. Faktor manajemen Nilai exponensial(B) faktor X1 adalah 10,014. Maksudnya adalah jika faktor manajemen sering terjadi di dalam proyek maka peluang proyek akan mengalami cost overrun>105% adalah sebesar 10,014 kali dibandingkan jika faktor tersebut tidak terjadi. Dimana peluang terjadinya cost overrun pada faktor ini adalah: p + (1-p) p Dimana: p / 1-p (60 - (1-p)) / (1-p) 60 - (1-p) 60 60 60 1-p 1-p Maka p p
= =
X1 60 60 - (1-p)
= = = = = = = =
10,014 10,014 10,014 x (1-p) 10,014 - 10,014p + (1-p) 11,014 - 11,014p 11,014 (1-p) 60 / 11,014 5,45
= =
60 - 5,45
proyek
54,55
proyek
Dari pemodelan tersebut dapat disimpulkan bahwa peluang terjadinya cost overrun >105% karena faktor manajemen adalah (54,55/60 = 90,92%), dan peluang tidak terjadi cost overrun >105% adalah (100% - 90.92% = 9.08%) 2. Faktor finansial Nilai signifikan faktor X3 adalah 0,023 sehingga menunjukan bahwa faktor finansial mempunyai pengaruh secara signifikan karena nilainya lebih kecil dari 0,05. Nilai koefisien regresi logistik faktor X3adalah 2,657. Nilai exponensial(B) faktor X3 adalah 14,259. Maksudnya adalah jika faktor finansial sering terjadi di dalam proyek maka peluang proyek akan mengalami cost overrun>105% adalah sebesar 14,259 kali dibandingkan jika faktor tersebut tidak terjadi. Dimana peluang terjadinya cost overrun pada faktor ini adalah: ISBN: 978-602-70604-1-8 B-10-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
p + (1-p) p
= =
X3 60 60 - (1-p)
p / 1-p (60 - (1-p)) / (1-p) 60 - (1-p) 60 60 60 1-p 1-p
= = = = = = = =
14,259 14,259 14,259 x (1-p) 14,259 - 14,259p + (1-p) 15,259 - 15,259p 15,259 (1-p) 60 / 15,259 3,93
p p
= =
60 - 3,93 56,07
proyek
proyek
Dimana : p = jumlah proyek yang mengalami cost overrun >105%; dan (1-p) adalah jumlah proyek yang tidak mengalami cost overrun >105%. Dari pemodelan tersebut dapat disimpulkan bahwa peluang terjadinya cost overrun >105% karena faktor finansial adalah (56,07/60 = 93,45%), dan peluang tidak terjadi cost overrun >105% adalah (100% - 93,45% = 6,55%). 3. Faktor item pekerjaan konstruksi Nilai signifikan faktor X5 adalah 0,045 sehingga menunjukan bahwa faktor item pekerjaan konstruksi mempunyai pengaruh secara signifikan karena nilainya lebih kecil dari 0,05. Nilai koefisien regresi logistik faktor X5 adalah 3,171. Nilai exponensial(B) faktor X5 adalah 23,839. Maksudnya adalah jika faktor item pekerjaan konstruksi sering terjadi di dalam proyek maka peluang proyek akan mengalami cost overrun>105% adalah sebesar 23,839 kali dibandingkan jika faktor tersebut tidak terjadi. Dimana peluang terjadinya cost overrun pada faktor ini adalah: X5 p + (1-p) p
= 60 = 60 - (1-p)
p / 1-p (60 - (1-p)) / (1-p) 60 - (1-p) 60 60 60 1-p 1-p
= = = = = = = =
p p
= 60 - 2,42 =
23,839 23,839 23,839 x (1-p) 23,839 - 23,839p + (1-p) 24,839 - 24,839p 24,839 (1-p) 60 / 24,839 2,42
proyek
57,58 proyek
Dimana : p = jumlah proyek yang mengalami cost overrun >105%; dan (1-p) adalah jumlah proyek yang tidak mengalami cost overrun >105%. Dari pemodelan tersebut dapat disimpulkan bahwa peluang terjadinya cost overrun >105% karena faktor item pekerjaan konstruksi adalah (57,58/60 = 95,97%), dan peluang tidak terjadi cost overrun >105% adalah (100% - 95,97% = 4,03%). ISBN: 978-602-70604-1-8 B-10-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja biaya berupa cost overrun >105% pada PT X. Dari hasil perhitungan regresi logistik didapatkan tiga faktor utama yang memiliki pengaruh secara signifikan terhadap cost overrun proyek, yaitu: 1. Faktor manajemen. Nilai prosentase probabilitas terjadi cost overrun >105% bila faktor ini terjadi pada proyek adalah 90,92%. 2. Faktor finansial. Nilai prosentase probabilitas terjadi cost overrun >105% bila faktor ini terjadi pada proyek adalah 93,45%. 3. Faktor item pekerjaan konstruksi. Nilai prosentase probabilitas terjadi cost overrun >105% bila faktor ini terjadi pada proyek adalah 95,97%. Tiga faktor lainya dinyatakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap cost overrun proyek, yaitu: faktor pihak-pihak terkait proyek; faktor lingkungan; faktor politik. Dengan kesimpulan ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi perusahaan agar dapat meminimalisir terjadinya cost overrun >105% dengan cara menanggulangi faktorfaktor yang terdapat dalam penelitian ini. Penelitian ini masih dapat dikembangkan dan menerima saran-saran guna membawanya pada hasil yang lebih baik lagi. Dapat dilakukan pula pada objek lain dengan perbedaan scope kerja, perbedaan variabel, perbedaan waktu, perbedaan sampel, perbedaan lokasi mungkin dapat terjadi hasil akan memberikan pengaruh berbeda. DAFTAR PUSTAKA Amusan, L. M. (2011). Study of Factors Affecting Construction Cost Performance in Nigerian Construction Sites. Building Technology of Science and Technology. Arcila, S. G. (2012). Avoiding Cost Overrun in Construction Project in the United Kingdom. Science in Programme and Project Management. Atkinson, R. (1999). Project Management: Cost, Time, and Quality, Two Best Guesses and Phenomenon, its Time to Accept Other Success Criteria. International Journal of Project Management, vol. 17, no. 6, 337-342. Azhar, N., Farooqui, R. U., & Ahmed, S. M. (2008). Cost Overrun Factors in Construction Industry of Pakistan. Advancing and Integrating Construction Education, Research and Practice, 499. Dipohusodo, I. (1996). Manajemen Proyek dan Konstruksi. Yogyakarta: Kanisius. Edmister, R. O., & Walkling, R. A. (1985). Determinants of Tender Offer Premiums. Financial Analysts Journal, 27-37. Frutcher, B. (1994). Introduction to Factor Analysis. New York: D. Van Nostrand Company, Ltd. Kaming, P. F., Olomolaiye, P. O., Holt, G. D., & Harris, F. C. (1997). Factors Influencing Construction Time and Cost Overrun on High-rise Project in Indonesia. Construction Management and Economics.
ISBN: 978-602-70604-1-8 B-10-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 24 Januari 2015
Kasimu, M. A. (2012). Significant Factors That Causes Cost Overruns in Building Construction in Nigeria. Interdiciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 775. Krajewski, L. J., & Ritzman, L. P. (1996). Operational Management: Strategy and Analysis, fourth edition. USA: Prentice Hall International. Memon, A. H., Rahman, I. A., & Azis, A. A. (2011). Preliminary Studi on Causative Factors Leading to Construction Cost Overrun. International Journal of Sustainable Construction Engineering & Technology, 57. Memon, A. H., Rahman, I. A., Abdullah, M. R., & Azis, A. A. (2010). Factors Affecting Construction Cost Performance in Project Management Project: Case of MARA Large Project. Engineering, Technology and Social Science. Malaysia: UTHM. Mendenhall, W., & Sincich, T. (2012). A Second Couse in Statistics "Regression Analysis" (seventh edition ed.). (D. Lynch, Penyunt.) Boston, United States of America: Pearson Education. Meredith, J. R., & Mantel, S. J. (1995). Project Management: A Managerial Approach, third edition. John Wiley & Sons, Inc. Project Management Institute. (2008). PMBOK (4th Edition ed.). Pennsylvania: PMI Publication. Robbins, S., & Coulter, M. (2003). Management, seventh edition. Prentice Hall. Santoso, S. (2007). Structural Equtation Modeling : Konsep dan Aplikasi dengan AMOS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Schemerhorn, J. R. (2003). Management, seventh edition. New York: John Wiley & Sons, Inc. Skitmore, M., & Smyth, H. (2006). Pricing Construction Work: A Marketing. Construction Management Journal. Soeharto, I. (1998). Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta: Erlangga. Syah, S. M. (2004). Manajemen Proyek: Kiat Sukses Mengelola Proyek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Van Horne, J. C., & Machowicz, J. M. (2008). Fundamental of Financial Management, 13th edition. Harlow, England: Pearson Education Ltd.
ISBN: 978-602-70604-1-8 B-10-9