Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA KUALITAS DESAIN KONSTRUKSI DI PERGURUAN TINGGI NEGERI DI SURABAYA 1)
Imam Shobari 1)dan Tri Joko Wahyu Adi2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia e-mail:
[email protected] 2) Jurusan Teknik Sipil- ITS ABSTRAK
Tidak dapat dipungkiri salah satu kunci keberhasilan di era globalisasi saat ini untuk berkompetisi adalah pendidikan, sehingga kebutuhan masyarakat akan pengembangan pendidikan yang layak semakin tinggi dan secara tidak langsung kebutuhan akan tempat pendidikan seperti pada jenjang perkuliahan bangunan yang bagus sangat diinginkan. Kegagalan suatu bangunan proyek bisa saja diakibatkan karena suatu hasil perencana yang kurang baik dalam komunikasi dan koordinasi. Kelalaian hasil perencanaan dapat menjadi penyebab error dalam proyek konstruksi. Kualitas desain yang kurang baik merupakan faktor utama yang menyebabkan proses konstruksi jadi tidak efesien. Tesis ini membahas faktorfaktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas desain konstruksi gedung konsultan perencana, dengan tujuan untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas desain dan mendapatkan cara meminimalisasi faktor tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan mendistribusikan kuesioner kepada Project Manager (PM)/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Staff PPK dari Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Surabaya. Hasil pengumpulan data di analisa dengan menggunakan Relative Importance Index (RII) untuk menentukan faktor dominan yang mempengaruhi kualitas desain konsultan perencana. Kombinasi literatur dan wawancara mendalam kepada expert dan user dilakukan untuk mendapatkan cara meminimalisasi faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas desain. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terindetifikasinya faktor-faktor yang paling mempengaruhi rendahnya kualitas desain konstruksi konsultan perencana yaitu Rendahnya pengetahuan konstruksi dilapangan dari desainer (X8), Rendahnya pengalaman dan pengetahuan desain konstruksi (X7), Rendahnya tingkat skill interpersonal dari desainer (X1), Kurang terkoordinasinya gambar dan dokumen untuk semua disiplin desain (arsitek, struktur, pondasi, M/E) (X12) dan Rendahnya cara merepresentasikan dokumen gambar sehingga sulit dipahami serta dimengerti kontraktor pelaksana (X25). Untuk meminimalisasi penyebab tersebut, perlu adanya peningkatan kompetensi dari konsultan perencana. Dari pihak pengguna jasa, proses seleksi yang tepat dalam pemilihan konsultan perencana menjadi salah satu solusi untuk mengurangi rendahnya kualitas desain. Kata kunci: Faktor yang Mempengaruhi, Rendahnya Kualitas Desain, Konsultan Perencana. PENDAHULUAN Di era zaman globalisasi saat ini tidak dapat dipungkiri salah satu kunci keberhasilan untuk berkompetisi adalah pendidikan, sehingga kebutuhan masyarakat akan pengembangan pendidikan yang layak semakin tinggi dan secara tidak langsung kebutuhan akan tempat pendidikan seperti pada jenjang perkuliahan yang bagus sangat diinginkan. Pendidikan yang baik dapat terpenuhi jika mempunyai sistem pengajaran yang tepat dan terarah. Selain itu, sarana dan prasarana yang memadai juga mempunyai peranan penting. Pendidikan saat ini ISBN: 978-602-70604-2-5 B-9-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
sudah menjadi komoditas yang makin menarik. Beberapa pemain dari kalangan bisnis mengalihkan perhatian dan investasi mereka pada industri gedung perkuliahan. Bahkan beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta mahal didirikan dan dikaitkan dengan pengembangan suatu kompleks perumahan elit. Oleh karena itu seperti Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya terus membangun beberapa fasilitas perkuliahan yang juga didukung dengan sarana dan prasana yang baik guna menunjang dan menyelaraskan kebutuhan akan hal tersebut. Permasalahan rendahnya kualitas desain di sejumlah Perguruan Tinggi Negeri Surabaya juga menjadi sebuah pemikiran yang serius apalagi dengan pesatnya peminat pelajar yang akan masuk dan bertambahnya perkembangan ilmu pengetahuan, mengharuskan fasilitas sarana dan prasarana gedung penunjangnya juga ditambah, maka dibutuhkan konsultan perencana yang profesional dalam bidangnya untuk dapat membantu merencanakan bangunan tersebut agar mendapatkan kualitas bangunan sesuai standar yang diinginkan oleh semua civitas akademika kedepannya. Fase desain yang merupakan fase penting dalam proyek konstruksi, dimana keputusan-keputusan yang dibuat pada fase ini sangat mempengaruhi kelangsungan fase-fase konstruksi selanjutnya, (Minato, 2003). Pada kenyataannya seringkali mendapatkan kualitas desain kurang baik yang menjadi dampak utama terjadinya proses konstruksi jadi tidak efisien (tukcer dan scarlett, 1996). Kualitas desain adalah terpenuhinya kebutuhan (requirements) dengan koordinasi tim desain yang efektif, struktur operasi yang efektif, produktivitas kerja desain yang lebih baik, efektif dalam waktu dan biaya (Hegazy et al. 1998), Rendahnya dalam sebuah desain konstruksi merupakan sebuah hal yang sangat penting untuk diantisipasi. Secara umum, suatu desain konstruksi dirancang untuk mampu bertahan selama sekian waktu dengan berbagai macam batasan prosedur penggunaan dan perawatannya. Walaupun umur dari desain konstruksi tersebut terbatas, namun upaya-upaya untuk menjaga seluruh komponen untuk dapat berfungsi dengan baik merupakan sebuah kewajiban bagi para penggunanya, terlebih lagi ketika desain konstruksi tersebut dipakai secara masal. Oleh sebab itu sangat penting untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas desain pada konsultan perencana (Wala, 2013). Penyebab rendahnya kualitas desain perencana yaitu terjadinya penyimpangan dari prosedur baku atau peraturan yang berlaku, terjadinya kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknis, desain tidak sesuai dengan kondisi lapangan, penggunaan material yang tidak tersedia dipasaran/import, over design/dimensi, tidak jelas antara drawing for tender dan for Construction, kesalahan gambar rencana, dan kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan data perencanaan dan dalam menghitung kekuatan rencana suatu komponen konstruksi (Ratih, 2013). Kesalahan dalam perencanaan akan berakibat pada buruknya fungsi pelayanan bangunan secara makro, kesalahan pada tata ruang dalam bangunan yang akan berakibat pada sisi penyaluran beban dan desain struktur bangunan, kesalahan desain eksterior dan interior yang menyebabkan bangunan tersebut tidak laku dipasaran umum serta terjadi masalah sosial yang dominan. Bukan hanya saat pelaksanaan konstruksi, kesalahan desain memberikan kontribusi besar terhadap proses pelaksanaannya tersebut. Bangunan yang mengalami gagal fungsi sebelum akhir umur pemakaiannya yang direncanakan termasuk dalam kegagalan bangunan. Bangunan yang berefek jelek terhadap lingkungan sekitarnya terjadi karena kesalahan dalam konsep desain, walau pelaksanaannya benar, termasuk dalam kegagalan bangunan juga. Konsultan perencana mempunyai peran dalam pengambilan keputusan, sebagai translator dari kebutuhan pemilik dan arahan bagi pelaksana. Ide dan gagasan dari pemilik dituangkan dalam suatu dokumen perencanaan yang terdiri dari spesifikasi dan gambar untuk dilaksanakan oleh kontraktor. Hasil konsultan perencana dapat diukur dari beberapa faktor yang ditinjau dari segi pembuatan dokumen, waktu, biaya dan kerangka acuan kerja. Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengindetifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas desain konsultan perencana dan mendapatkan ISBN: 978-602-70604-2-5 B-9-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
cara untuk meminimalisasi faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas desain konsultan perencana tersebut. METODE Penelitian ini dilakukan secara garis besar terdiri atas empat tahap, yaitu studi literatur, pengumpulan data melalui survey, analisis data dan kesimpulan. Studi literatur ini dimulai pada Oktober 2014, pengumpulan data melalui kuesioner dimulai pada Juli 2015. Kuesioner survey di desain berdasarkan faktor-faktor yang berkonstribusi terhadap rendahnya kualitas desain konstruksi yang terindetifikasi dari studi literatur. Tahap Pengolahan Data Tahap pengolahan data menggunakan survey pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data yang diperlukan bagi bahan penelitian, dimana data didapatkan dari tim leader konsultan perencana pada perguruan tinggi negeri di Surabaya dan data sekunder didapatkan dari Project Manager (PM)/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) / Staff PPK juga pada masing-masing Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya dan di Lingkungan Universitas Airlangga sebagai penunjang penelitian. Data proyek sampel diambil dari tim leader desain, dengan pemilihan secara acak dan diambil dari sampel pekerjaan proyek konstruksi dari tahun 2012 sampai tahun 2014 untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya kualitas desain dari konsultan perencana, oleh karena itulah perlu untuk lebih dalam mempelajari faktor-faktor tersebut dengan meneliti sampel proyek yang pernah mengalami desain yang kurang baik dan untuk mengetahui bagaimana cara meminimalisasi segala bentuk kerugian dan resiko bagi semua pihak terkait. Selanjutnya Kuesioner diberikan pada Project Manager (PM)/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) / Staff PPK pada Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya yang terkait dengan pelaksanaan proyek sampel, dimana jawaban dari Project Manager (PM)/Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) / Staff PPK pada Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya berdasarkan yang benar-benar terjadi pada proses pelaksanaan desain konstruksi yang dijadikan sampel. Survey pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data yang diperlukan bagi bahan penelitian, dimana data didapatkan dari para tim leader konsultan perencana yang pernah mengerjakan suatu desain perencanaan konstruksi pada Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya. Dalam mempermudah mencari dalam pengolahan data secara matematis maka dilakukan pemberian kode pada jawaban responden. Pengolahan data RII untuk mencari faktor tertinggi keterlambatan dan mencari indikator yang paling mempengaruhi faktor, sehingga didapatkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi kualitas desain tersebut. Hal ini diperlukan untuk mengubah opini secara kualitatif ke bentuk data yang berupa kuantitatif. Pemberian kode menggunakan skala likert (skala sikap) yang diungkapkan dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju dengan skor 1 sampai 5. Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan program excel untuk mengindetifikasi penyebab utama terjadinya kegagalan desain bangunan konstruksi dengan menentukan Relatif Importance Index (RII) sebagai berikut : PiUi RII .......... ....( 1) N (n ) RII = Relative Importance Index N = Angka tertinggi N = Jumlah Responden Pi = Skala likert dimana Ii skala paling rendah dan In skala paling tinggi Ui = Frekuensi nilai skala yang dipilih responden dari i = I sampai dengan n Menurut literatur beberapa cara meminimalisasi rendahnya kualitas desain yaitu dengan peningkatan kinerja konsultan perencana karena didefinisikan sebagai kesesuaian antara dokumen perencanaan dengan permintaan atau harapan pemilik (Tucker & Scarlet, ISBN: 978-602-70604-2-5 B-9-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
1986), menurut para expert di lapangan yaitu para pejabat pembuat komitmen pada perguruan tinggi negeri di Surabaya salah satunya yaitu pejabat pembuat komitmen ITS Bapak Tri Joko mengatakan bahwa dengan peningkatan kompetensi, menerapkan Quality Management System (QMS) dan seleksi konsultan perencana lebih diperketat dapat meminimalisasinya. Selain menggunakan uji RII untuk mendapatkan urutan faktor yang mempengaruhi kualitas desain konstruksi, uji Confidence Interval juga dilakukan untuk mendukung data penelitian dan memperkuat hasil peringkat yang diperoleh dari uji RII. Confidence Interval adalah sebuah interval yang berdasarkan observasi sampel dan terdaftar probabilitas yang ditentukan. Berikut ini salah satu perhitungan Batas Atas ( BA) dan Batas Bawah (BB) : BA = [ X + 1,96 x (St / √ N) ] BB = [ X - 1,96 x (St / √ N) ] Dimana, BA = Batas Atas (Nilai terhadap adanya keterkaitan pada batas atas) BB = Batas Bawah (Nilai terhadap adanya keterkaitan batas bawah) X = Rata-rata dari total tiap variabel St = Standard Deviasi N = Jumlah responden Tabel. 4.4 Confidence Interval
Tabel 4.4 confidence interval dapat menjadi acuan untuk mencari nilai confidence Interval pada batas atas yang didapatkan hasilnya dengan adanya penjumlahan terhadap hasil kali 1,96 dengan pembagian antara standart deviasi dengan akar dari jumlah responden, Batas bawah dengan melakukan pengurangan nilai rata-rata terhadap 1,96 dikalikan standart deviasi nilai kemudian dibagi dengan akar dan dikalikan dengan jumlah responden. HASIL DAN PEMBAHASAN Data-data hasil kuesioner yang ditelah dibagikan kemudian dilanjutkan dengan dimasukkan dalam program Relative Importance Index (RII) dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang diteliti dimana nilai RII ini akan berkisar 0 (minimum) dan 1 (maksimum), semakin mendekati 1 maka semakin berpengaruh faktor pada kualitas desain konstruksi, dimana bertujuan untuk mendapatkan jawaban tingkat penilaian atau pengurutan nilai tiap vaiabel terhadap faktor-faktor utama sehingga didapatkan nilai tertinggi sampai dengan yang terendah yang dikelompokkan dalam lingkup kelompok tiap variabel. Penggunaan RII dikarenakan lebih mudah diterapkan dan dimengerti, sehingga mempercepat pengambilan keputusan dan tindakan dini terhadap faktor yang mempengaruhi kualitas desain konstruksi tersebut. Berdasarkan kajian literatur dari penelitian terdahulu (Fugar, 2010) keputusan pengambilan lima faktor utama sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas desain konstruksi pada perguruan tinggi negeri di Surabaya yang merupakan peringkat pertama yang mempengaruhi tidak sempurnanya hasil desain sehingga menjadi dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya. Pada akhirnya lima faktor utama dengan skor tertinggi dari faktor yang mempengaruhi kualitas desain konstruksi. Skor untuk masing-masing faktor dihitung dengan menjumlahkan skor yang diberikan kepadanya oleh responden kemudian menentukan urutan nilai/skor dengan Relative Importance Index. ISBN: 978-602-70604-2-5 B-9-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Pada pembahasan berikut akan disajikan hasil perhitungan dengan program Relative Importance Index (RII) terhadap variabel sebanyak dua puluh sembilan variabel. Tabel 1. Hasil Uji Relative Importance Index RESPONDEN
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
R1
4
4
4
5
5
5
5
R2
5
3
4
5
3
4
5
R3
5
5
5
3
3
5
5
R4
5
3
4
5
3
4
5
R5
5
3
3
5
4
5
4
R6
5
3
4
5
3
4
5
R7
4
3
3
4
5
4
5
R8
5
3
4
5
3
4
5
R9
5
3
4
5
3
4
5
R10
5
3
4
5
3
4
5
Jumlah
48
33
39
47
35
43
49
X
4,8
3,3
3,9
4,7
3,5
4,3
4,9
RII
0,96
0,66
0,78
0,94
0,7
0,86
0,98
St
0,422
0,675
0,568
0,675
0,85
0,483
0,316
BB
4,539
2,882
3,548
4,282
2,973
4,001
4,704
BA
5,061
3,718
4,252
5,118
4,027
4,599
5,096
RESPONDEN
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
R1
5
4
4
4
4
4
4
R2
5
4
3
3
5
4
4
R3
5
5
5
3
5
4
4
R4
5
5
3
3
5
4
4
R5
5
3
5
4
4
3
4
R6
5
4
3
3
5
4
4
R7
5
5
3
5
5
4
3
R8
5
4
3
3
5
4
4
R9
5
4
3
3
5
4
3
R10
5
4
3
3
5
4
4
Jumlah
50
42
35
34
48
39
38
X
5,0
4,2
3,5
3,4
4,8
3,9
3,8
RII
1
0,84
0,7
0,68
0,96
0,78
0,76
St
0,318
0,632
0,85
0,699
0,422
0,316
0,422
BB
4,706
3,808
2,973
2,967
4,54
3,7
3,54
BA
5,098
4,592
4,027
3,833
5,06
4,1
4,06
ISBN: 978-602-70604-2-5 B-9-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
RESPONDEN
X15
X16
X17
X18
X19
X20
X21
R1
4
4
5
4
4
4
4
R2
4
4
4
4
4
4
4
R3
5
4
5
4
5
5
5
R4
4
4
4
4
4
4
4
R5
3
5
5
3
3
3
4
R6
4
5
5
4
4
4
4
R7
3
5
5
4
5
5
5
R8
4
4
4
4
4
4
4
R9
4
4
3
4
4
3
4
R10
4
4
4
4
4
4
4
Jumlah
39
43
44
39
41
40
42
X
3,9
4,3
4,4
3,9
4,1
4
4,2
RII
0,78
0,86
0,88
0,78
0,82
0,8
0,84
St
0,568
0,483
0,699
0,316
0,568
0,667
0,422
BB
3,55
4
3,97
3,7
3,75
3,59
3,94
BA
4,25
4,6
4,83
4,1
4,45
4,41
4,46
RESPONDEN
X22
X23
X24
X25
X26
X27
X28
X29
R1
4
4
4
4
5
5
2
2
R2
4
4
4
5
3
5
3
3
R3
4
3
4
5
5
5
5
4
R4
4
4
4
5
3
5
3
3
R5
4
4
4
4
5
3
5
4
R6
4
4
5
5
3
5
3
3
R7
4
4
4
5
3
4
4
3
R8
3
4
4
5
3
5
3
3
R9
4
4
4
5
4
5
3
3
R10
4
4
4
5
3
5
3
3
Jumlah
39
39
41
48
37
47
34
31
X
3,9
3,9
4,1
4,8
3,7
4,7
3,4
3,1
RII
0,78
0,78
0,82
0,96
0,74
0,94
0,68
0,62
St
0,316
0,316
0,316
0,422
0,949
0,675
0,966
0,568
BB
3,7
3,7
3,9
4,54
3,11
4,28
2,8
2,75
BA
4,1
4,1
4,3
5,06
4,29
5,12
4
3,45
Pada hasil pengujian dengan program RII ini didapatkan hasil pengurutan faktor yang mempengaruhi kualitas desain konstruksi dan didapatkan lima faktor utama yang mempengaruhi yakni variabel X8, X7, X1, X12 dan X25 dimana X8 dengan batas bawah 4,706 dan batas atas 5,098 terhadap X7 dengan batas bawah 4,704 dan batas atas 5,096 terhadap X1 dengan batas bawah 4,539 dan batas atas 5,061 terhadap X12 dengan batas ISBN: 978-602-70604-2-5 B-9-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
bawah 4,539 dan batas atas 5,061 terhadap X25 dengan batas bawah 4,539 dan batas atas 5,061 yang artinya terdapat pengaruh diantara kedua variabel. Sehingga disimpulkan bahwa sebenarnya terdapat keterkaitan yang saling berhubungan antara kelima faktor utama tersebut. Pada tabel 2. disajikan hasil nilai RII dan urutan secara keseluruhan Tabel 2. Urutan Peringkat RII NO
Faktor
1
Variabel
RII
Urutan
Tingkat skill interpersonal dari desainer
0,96
3
X02
Kondisi tingkat tekanan (stres) dalam bekerja
0,66
28
3
X03
Mengikuti pelatihan - pelatihan
0,78
17
4
X04
Meeting Kemampuan tim desain menyampaikan informasi proses desain dalam dokumen perencanaan Mendengarkan / memahami keinginan dari permintaan owner
0,94
6
0,7
24
0,86
9
0,98
2
1
1
0,84
11
0,7
25
0,68
26
0,96
4
0,78
18
2
5
X01
Keterangan Variabel
Tenaga Ahli
Komunikasi
6
X05 X06
7
X07 Pengetahuan
8
X08
9
X09
10
Akurasi
11
X10 X11
12
X12 Koordinasi
13 14 15
X13 Pemahaman
16 17
Partisipasi
X14
Pengalaman dan pengetahuan desain konstruksi Pengetahuan konstruksi dilapangan dari desainer Penyusunan dokumen gambar dalam ukuran, skala, satuan, dan perhitungan Keakuratan dan kelengkapan informasi yang diterima konsultan perencana dari owner langsung. Keakuratan dan kelengkapan informasi desain yang diterima owner dari tim desain Terkoordinasinya gambar dan dokumen untuk semua disiplin desain (arsitek,struktur,pondasi, M/E) Jadwal aktifitas desain dipersiapkan dengan baik terkoordinasi Memahami kebutuhan spesifik dari tiap-tiap owner
0,76
22
X15
Pemahaman kualitas desain
0,78
19
X16
Tingkat keikutsertaan dari semua tim desain
0,86
10
X17
Kepemimpinan dari Ketua Tim
0,88
8
Konsistensi anggota inti dari tim desain Review terhadap perhitungan teknik disetiap dispilin desain
0,78
20
18
X18
19
X19
20
X20
0,82
13
Review terhadap kompatibilitas semua dispilin desain Review terhadap kelengkapan, keakurasian, dan kejelasan dokumen desain
0,8
15
0,84
12
X22
Review secara eksternal oleh owner
0,8
16
23
X23
0,78
21
24
X24
0,82
14
25
X25
Kontrol yang mudah dilakukan pada proses desain Identifikasi keseluruhan beban kerja desain gambar sebelum dikerjakan Cara merepresentasikan dokumen gambar sehingga mudah dipahami serta dimengerti kontraktor Penjelasan yang kurang dari owner sebelum mulai mendesain Kurang jelasnya dalam mendeskripsikan target sasaran atau kebutuhannya Kesesuaian desain dengan anggaran biaya yang diajukan oleh owner
0,96
5
0,74
23
0,94
7
0,68
27
Biaya kualitas yang besar dalam proses desain
0,62
29
21 22
26
Review / Pemeriksaan
Kejelasan
27 28
X21
X26 X27
Ekonomi
29
X28 X29
Dimana dalam penentuan atau pengelompokkan batas garis peringkat dalam confidence interval dilakukan dengan melihat dari nilai interval. Adapun cara untuk memberi peringkat pada confidence interval yaitu sebagai berikut, diketahui: ISBN: 978-602-70604-2-5 B-9-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
BA tertinggi = 5,098 BB terendah = 2,750 Maka, interval kelas: Interval kelas = BA tertinggi – BB terendah / 4 perimgkat = (5,096 – 2,750 ) / 4 = 0,587 Sehingga interval kelas untuk 4 peringkat dapat dilihat pada tabel 3. dibawah ini: Tabel 3. Peringkat Confidence Interval Peringkat 4 3 2 1
Interval 2,750 - 3,337 3,338 - 3,925 3,926 - 4,513 4,514 - 5,099
Adapun gambar grafik hasil confidence interval seperti yang terlihat pada gambar 1 yaitu:
Gambar 1. Grafik Hasil Confidence Interval ISBN: 978-602-70604-2-5 B-9-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Berdasarkan gambar 1. maka dapat diketahui bahwa terdapat 4 (empat) peringkat yaitu: Tabel 4. Peringkat Variabel dalam Confidence Interval Nomor Variabel X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 X24 X25 X26 X27 X28 X29
Variabel
BB
BA
Peringkat
Kurangnya tingkat skill interpersonal dari desainer Kondisi tingkat tekanan (stres) dalam bekerja Kurangnya mengikuti pelatihan - pelatihan Kurangnya melakukan meeting Kurangnya kemampuan tim desain menyampaikan informasi proses desain dalam dokumen perencanaan Kurangnya mendengarkan / memahami keinginan dari permintaan owner Kurangnya pengalaman dan pengetahuan desain konstruksi Kurangnya pengetahuan konstruksi dilapangan dari desainer Kurang akuratnya penyusunan dokumen gambar dalam ukuran, skala, satuan, dan perhitungan Kurangnya keakuratan dan kelengkapan informasi yang diterima konsultan perencana dari owner langsung Kurangnya keakuratan dan kelengkapan informasi desain yang diterima owner dari tim desain Kurangnya koordinasi gambar dan dokumen untuk semua disiplin desain (arsitek,struktur,pondasi, M/E) Jadwal aktifitas desain tidak dipersiapkan dengan baik terkoordinasi Kurangnya pemahan kebutuhan spesifik dari tiap-tiap owner Kurangnya pemahaman kualitas desain Kurangnya tingkat keikutsertaan dari semua tim desain Kurangnya kepemimpinan dari Ketua Tim Tidak ada konsistensi anggota inti dari tim desain Kurangnya review terhadap perhitungan teknik disetiap dispilin desain Kurangnya review terhadap kompatibilitas semua dispilin desain Kurangnya review terhadap kelengkapan, keakurasian, dan kejelasan dokumen desain Kurangnya review secara eksternal oleh owner Tidak adanya kontrol yang mudah dilakukan pada proses desain Kurangnya identifikasi keseluruhan beban kerja desain gambar sebelum dikerjakan Kurangnya kejelasan cara merepresentasikan dokumen gambar sehingga sulit dipahami serta dimengerti kontraktor Penjelasan secara mendalam yang kurang dari owner sebelum mulai mendesain Kurang jelasnya dalam mendeskripsikan target sasaran atau kebutuhannya Ketidak sesuaian desain dengan anggaran biaya yang diajukan oleh owner Tidak adanya biaya kualitas yang besar dalam proses desain
4,539 2,882 3,548 4,282
5,061 3,718 4,252 5,118
1 4 3 2
2,973
4,027
4
4,001
4,599
2
4,704 4,706
5,096 5,098
1 1
3,808
4,592
3
2,973
4,027
4
2,967
3,833
4
4,540
5,060
1
3,700 3,540 3,550 4,000 3,970 3,700
4,100 4,060 4,250 4,600 4,830 4,100
3 3 3 2 2 3
3,750
4,450
3
3,590
4,410
3
3,940
4,460
2
3,700 3,700
4,100 4,100
3 3
3,900
4,300
3
4,540
5,060
1
3,110
4,290
4
4,280
5,120
2
2,800
4,000
4
2,750
3,450
4
Untuk mengetahui cara meminimalisasi faktor yang mempengaruhi maka harus diketahui kerugian yang dialami dalam hal ini yang menjadi sorotan adalah pihak (user/Pejabat Pembuat Komitmen) dan kontraktor. Berikut ini adalah informasi yang telah didapatkan dari responden yang telah berpengalaman kurang lebih dari lima tahun dalam usaha di bidang konstruksi melalui wawancara menyatakan bahwa cara meminimalisasi proyek konstruksi adalah sebagai berikut: 1. Bagi Konsultan Perencana Peningkatan Kompetensi Tentu saja konsultan perencana dengan pengalaman kerja yang lama akan memiliki kompetensi yang lebih sehingga konsultan mampu bekerja secara efektif dan terorganisasi. Dalam penelitian (Peter F. ISBN: 978-602-70604-2-5 B-9-9
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Kaming, 2013) dari 33 responden hampir 42,42% merupakan seorang konsultan yang bekerja antara 6-10 tahun. Diterapkannya Quality Management System (QMS) Sebuah perusahaan konsultan perencana harus telah menerapkan QMS pada perusahaannya yaitu meliputi kegiatan penilaian kinerja dan kualitas secara berkala, analisis dan pelaporan, fasilitas kerja tim desain, analisis lokasi eksternal. QMS terdiri dari dokumentasi kebijakan, sistem, prosedur dalam penyusunan atau proses desain dan instruksi sejauh yang diperlukan untuk menjamin kualitas hasil untuk memenuhi yurisdiksi yang relevan (Andrio G. Riano, 2013) 2. Bagi Pengguna Jasa atau User Diperketatnya seleksi konsultan perenaca Pengguna jasa tampaknya harus lebih selektif lagi terhadap seleksi calon pemenang dari konsultan perenacana yaitu: a) Menurut PPK Unair Habiburrochman mengatakan seleksi harus dilakukan dengan transparan dan dibuka seluas-luasnya kepada penyedia jasa agar mendapatkan konsultan perencana yang lebih berkompeten dan mampu bersaing. b) Menurut Staf PPK Unair Angga mengatakan dokumen pengadaan jasa konsultan perencana lebih dioptimalkan kepada persyaratan administrasi dan teknis untuk perusahaan jasa konsultan perencana . c) Menurut PPK IAIN Sunan Ampel Nurhamim mengatakan kelengkapan dokumen perusahaan yaitu sertifikat badan usaha dan surat keterangan keahlian untuk tenaga ahlinya lebih ditingkatkan kualifikasinya dan benar-benar masih ada masa berlakunya. Menurut Tucker dan Scarlet dengan peningkatan kinerja konsultan perencana yaitu dengan meningkatkan kualitas dokumen perencanaan dengan memperhitungkan konsistensi dokumen perencanaan dan keakuratan dokumen perencanaan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil analisa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas desain konstruksi pada perguruan tinggi negeri di Surabaya didapatkan 5 (lima) faktor yang dominan yaitu : 1. Rendahnya pengetahuan konstruksi dilapangan dari desainer 2. Rendahnya pengalaman dan pengetahuan desain konstruksi dari desainer 3. Rendahnya tingkat skill interpersonal dari desainer 4. Kurangnya koordinasi gambar dan dokumen untuk semua disiplin desain (arsitek, struktur, pondasi, mekanikal, elektrikal) 5. Cara merepresentasikan dokumen gambar tidak mengikuti standar sehingga sulit dipahami serta dimengerti kontraktor. Untuk meminimalisasi penyebab tersebut, perlu adanya peningkatan kompetensi dari konsultan perencana dan menerapkan Quality Management System (QMS). Dari pihak pengguna jasa, proses seleksi yang tepat dalam pemilihan konsultan perencana menjadi salah satu solusi untuk mengurangi rendahnya kualitas desain. Saran Hasil studi ini dapat memberi saran kepada pihak konsultan perencana bahwa konsultan perencana harus lebih memaksimalkan peranannya untuk mencapai kesuksesan proyek dan menerapkan faktor-faktor penentu agar konsultan perencana mampu bekerja secara efektif dalam perencanaan proyek konstruksi. Saran kepada user adalah bahwa seorang user harus mengerti, memahami kriteriakriteria dalam menilai kinerja seorang konsultan perencana dan menyeleksi lebih ketat lagi sehingga seorang user akan tahu apakah konsultan perencana tersebut telah bekerja secara maksimal untuk mencapai tujuan proyek dan mendapatkan konsultan perencana yang berkompetensi sehingga menghasil desain yang sempurna.
ISBN: 978-602-70604-2-5 B-9-10
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Saran yang dapat disampaikan untuk penelitian lebih lanjut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Identifikasi dampak rendahnya kualitas desain dengan melihat jenis dan kondisi dilapangan b. Kriteria proses seleksi konsultan perencana c. Penelitian mengenai penerapan quality management system dalam proses desain oleh konsultan perencana DAFTAR PUSTAKA American Society for Quality http://www.asq.org/info/glossary.
(ASQ),
1998.
Quality
Glossary.
Andi dan Minato T., 2003. Design Document Quality In The Japanese Construction Industry: Factors Influencing AndImpacts On Construction Process. International Journal of Project Management; 21:237- 246 Azwar, S. 1997. Reliabilitas Dan Validitas, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Ballard, G.2000. “Positive Vs Negative Iteration In Design.” Proc., 8th Annual Conf. Of the Int. Group for Lean Construction, IGLC-6, Int. Group for Lean Construction”, Bringhton, U.K. Brenda Whlttaker, 1997. “ What went wrong? Unsuccessful information technology projects” KPMG Consulting, Toronto, Canada. Budiarsa, I. K. 2006. Berpraktek Sebagai Arsitek, Khususnya di Lingkungan Proyek Pemerintah. Makalah Seminar Penataran Kode Etik Arsitek, Ikatan Arsitek Indonesia Daerah Bali. Denpasar, 29 Desember 2006. Commission for Architecture in the Built Environment (CABE). 2007. Design and Quality Strategy. Paper Housing Corporation United Kingdom, London. Dirjen Cipta Karya, No No 30/KPTS/CK/1985, tentang pelaksanaan proyek.
pedoman
operasional
Eddy Hermanto. 2006. Kegagalan Bangunan Dari Sisi Industri Konstruksi; Pebruari 2006; Vol.14, No.1. Ervianto, Wulfram I., 2004. Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Salemba Empat, Yogyakarta. Fugar, F D K and Agyakwah-Baah, A B. 2010. ‘Delays in building construction projects in Ghana’, Australasian Journal of Construction Economic and Building, 103-116 Hegazy, T., Khalifa, J., Zaneldin, E, 1998. ‘Towards effective design coordination: A questionare survey, Canadian Journal of Civil Engeering; Jun1998; 25,3. Mycle Wala. 2013. Penilaian Kinerja Konsultan Perencana Bangunan Dengan Metode Analytic Hierarchy Process (Studi pada Perencanaan Bangunan di Manado); Juli 2013; Vol. 3, No.2. Oyfer, 2002. Multiple Sources Construction Failures and Defects, United State Parasuraman, A., Zeithaml, V.A., and Berry, L.L. 1985. A Conceptual Model Of Service Quality And Its Implications For Future Research. Journal of Marketing, 49, 41-50. Paulson, B.C. 1976. Designing to reduce construction Counstruction Division; 102(CO4):587-92 ISBN: 978-602-70604-2-5 B-9-11
cost.
Journal
of
the
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015
Peraturan LPJK Nomor 15 Tahun 2010. Perpanjangan dan Registrasi Ulang Sertifikasi Badan Usaha (SBU) Jasa Konstruki untuk Pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan Jasa Bangunan. Pasal 5 ayat 3 Peter F. Kaming., and Andrio G. Riano. Faktor Penentu Kinerja Efektif Bagi Konsultan Manajemen Proyek; Surakarta, 24-26 Oktober 2013 Ratih
Putri. 2013. ‘Kegagalan Bangunan’, http://ratihputrig.blogspot.com/2013/03/kegagalan-bangunan-tugas-kuliah.html
Riano, A.G. (2013) Analisis Faktor Penentu Kinerja Efektif Konsultan Manajemen Proyek, Tugas Akhir, TeknikSipil, FT AJY. Robby Gunawan Yahya. 2014. Penyebab Kegagalan Bangunan Jalan dan Jembatan, Bandung. Rounce, G.1998. Quality, Waste And Cost Considerations In Architectural Building Design Management, International Journal of Project Management Vol. 16, No. 2, pp. 123-127, 1998 Sevilla, C.G., Ochave, J.A., Punsalam, T.G., Regala, B.P., Uriarte G.G., 1993. Pengantar Metode Penelitian. Diterjemahkan oleh Alimuddin Tuwu. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Soeharto, Iman, 2001. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional), Cetakan Pertama, Erlangga, Jakarta. Soibelman, L., Liu, Liang Y., Kirby, Jeffrey G., East, E. W., Caldas, Carlos, H., and Lin, K.Y. 2003. Design Review Checking System With Corporate Lessons Learned. Journal of Construction Engineering and Management, Vol.129, No.5, October 1, 2003. The Bull Survey, 1998. A French computer manufacturer and systems integrator requested an independent research company, Spikes Cavell to conduct a survey in the UK to identify the major causes of IT project failure in the finance sector, UK. Thio V. Suswanto Soliostio, 2014. Penyebab dan Cara Mengatasi Kegagalan Proyek Konstruksi Pada Tahap Perencanaan Hingga Pelaksanaan Di Daerah Istimewa,Yogyakarta. Tjiptono, Fandy dan Chandra, Gregorius. 2011. Service, Quality & Satisfaction. Edisi Ketiga. Yogyakarta: ANDI. Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Offset Tucker, R.L., dan Scarlett, B.R 1996. Evaluation of design Effectiveness, Source No.16, Construction Industry Institute, Austin, TX. UU RI No 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi Zhang, X.Q. 2005. Criteria for Selecting the Private-Sector Partner in Public-Private Partnerships, Journal Of Construction Engineering an Management, Vol. 131, No. 6, June 1,2005.
ISBN: 978-602-70604-2-5 B-9-12