ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR DAN KEBIJAKAN TARIF AIR PDAM MENANG MATARAM
DEA AMANDA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Dea Amanda. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air dan Kebijakan Tarif Air PDAM Menang Mataram (dibimbing oleh Sutara Hendrakusumaatmaja).
RINGKASAN Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak diperlukan oleh manusia dan mahluk hidup lainnya serta mempunyai peran penting dalam keberlangsungan ekosistem. Oleh karena itu air sebagai barang publik yang penting dan bernilai tinggi harus dikelola dengan baik. Air dikelola dalam bentuk kepemilikan bersama yakni sumberdaya air dikelola secara kolektif, bukan untuk dijual atau diperdagangkan guna memperoleh keuntungan. Untuk itu pemerintah menunjuk suatu badan usaha yang menangani masalah penyediaan air bersih, yakni dalam bentuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Seiring dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan ekonomi, kebutuhan terhadap air bersih pun turut mengalami peningkatan. Sementara peningkatan pelanggan yang terjadi relatif besar dapat dikatakan tidak sejalan dengan stok air yang tersedia. Akibatnya, kuantitas dan kualitas sumber air yang digunakan pun akan semakin menurun. Akan tetapi, PDAM harus mengolah dan menyalurkan air itu menjadi air bersih yang layak untuk dikonsumsi oleh konsumen, sehingga biaya produksi yang harus dikeluarkan akan semakin besar. PDAM Menang Mataram sebagai badan usaha milik negara yang dikelola oleh pemerintah dihadapkan pada dua fungsi yakni fungsi ekonomi dan fungsi sosial, dimana kedua fungsi fungsi tersebut bersifat kontradiktif. Sebagai perusahaan, PDAM Mataram dituntut untuk dapat menghasilkan keuntungan maksimal yang tidak saja penting bagi pengembangan PDAM sendiri pada masa mendatang, namun juga penting sebagai sumbangan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun sebagai institusi pemerintah, PDAM harus menjalankan fungsi pelayanan publik yang mengharuskan perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan/hak masyarakat akan air bersih terlepas apakah masyarakat yang dilayani mampu membayar air pada tingkat harga efisiensinya atau tidak. Untuk memenuhi tanggung jawab pelayanan publik ini, pemerintah menetapkan tarif harga air yang terjangkau bagi masyarakat, dimana besarnya tarif yang ditetapkan tersebut tidak sejalan dengan tujuan perusahaan. Tarif ditetapkan secara progresif dan dibagi dalam beberapa kelompok langganan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi marginal cost dan fungsi permintaan air bersih PDAM Menang Mataram. Kedua fungsi digunakan untuk mencari harga market clearing sebagai suatu kondisi harga tanpa adanya intervensi pemerintah. Harga market clearing kemudian dibandingkan dengan tarif untuk menemukan besarnya rente ekonomi per kelompok langganan. Jika rente ekonomi yang diperoleh positif, berarti pemerintah memberikan benefit tambahan kepada PDAM sebagai produsen air bersih. Sebaliknya jika rente yang dihasilkan negatif maka pemerintah memberikan benefit kepada pelanggan PDAM sebagai konsumen air bersih. Selain itu terkait dengan fungsi ekonomi PDAM sendiri, dilakukan analisis mengenai profit yang diperoleh PDAM. Profit merupakan selisih antara tarif yang
iii
ditetapkan dengan biaya rata-rata produksi air bersih. Jika profit bernilai positif maka perusahaan menerima keuntungan ekonomi dan sebaliknya jika profit bernilai negatif maka perusahaan mengalami kerugian. Penelitian ini menggunakan model persamaan linear dengan metode ordinary least squares (OLS). Fungsi marginal cost (MC) diperoleh dengan menderivasi fungsi total cost yang sebelumnya diestimasi dengan regresi linear sederhana. Fungsi permintaan diestimasi dengan regresi linear berganda. Hasil estimasi dari model yang diperoleh selanjutnya di uji dengan metode uji statistik yang berupa Uji statistik-F, Uji statistik-t dan Uji statistik Durbin-Watson. Kedua model diolah dengan bantuan software SPSS 16 for Windows. Dari penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jumlah air yang diproduksi berpengaruh nyata dan positif terhadap biata produksi total. Faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan air bersih masyarakat adalah jumlah anggota keluarga, pendapatan, harga atau tarif air yang diberlakukan serta kepemilikan sumber air lain seperti sumur atau embung. PDAM Menang Mataram menghasilkan rente yang negatif dari kelompok sosial dan rumah tangga namun menerima rente positif yang cukup besar dari kelompok rumah tangga dan niaga (komersil). Rente bersih yang dihasilkan sebesar Rp. 6 650 209 532 per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penetapan tarif yang dilakukan memberikan benefit kepada golongan sosial dan rumah tangga sebagai pelanggan terbesar dari PDAM namun secara keseluruhan benefit yang diterima oleh PDAM masih positif. Secara finansial PDAM juga menerima profit sebesar Rp 18 629 996 047 serta mengalami kerugian sebesar Rp 331 323 843 sehingga profit bersih yang PDAM dapatkan berjumlah Rp 18 298 672 203. Selain dari pembayaran air per M3 penggunaan, PDAM juga menerima pemasukan dari abonemen yang dibayarkan oleh pelanggan yakni sebesar Rp. 6000 per bulan atau sebesar Rp 478 398 000 per tahun. Sehingga secara total, PDAM menerima total profit yang terdiri dari profit dan abonemen sebesar Rp 18 777 070 203. Keuntungan yang diperoleh disetorkan kepada pemerintah daerah sebesar 55% sehingga PDAM menerima keuntungan bersih sebesar Rp 8 449 681 591. Keuntungan yang diperoleh oleh PDAM digunakan untuk investasi lebih lanjut dengan tujuan agar PDAM bisa meningkatkan fungsi sosialnya dengan meningkatkan pelayanan. Dari data tahun 2008-2011 diketahui bahwa investasi sebesar Rp 8 701 704 365 dapat meningkatkan cakupan pelayanan sebesar 10% sehingga jika seluruh keuntungan yang diterima perusahaan digunakan untuk investasi maka cakupan pelayanan dapat ditingkatkan sebesar 11,8%. Simulasi terhadap besarnya rente atas dasar kategori pengguna dan jumlah konsumsi (blok penggunaan) memberikan hasil bahwa pelanggan kategori sosial IA dan IB akan selalu menghasilkan rente yang negatif hingga tingkat konsumsi 100 M3, sosial IC dan ID masing-masing menghasilkan rente yang negatif jika mengkonsumsi air sampai dengan 50 M3 dan 40 M3 per bulan, sedangkan pelanggan rumahtangga kategori II B, II C, dan II D menghasilkan rente yang negatif jika besar konsumsi air kurang dari 30 M3. Instansi pemerintah dan kelompok komersial sebaliknya memberikan kontribusi rente ekonomi pada seluruh tingkat konsumsi, kecuali pemerintah kabupaten/kota, menghasilkan rente negatif hanya pada tingkat penggunaan 20 M3.
iv
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan menyatakan bahwa skripsi Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air dan Kebijakan Tarif Air PDAM Menang Mataram adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2013
Dea Amanda H44080001
ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR DAN KEBIJAKAN TARIF AIR PDAM MENANG MATARAM
DEA AMANDA H44080001
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi Nama Mahasiswa NIM
: Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air dan Kebijakan Tarif Air PDAM Menang Mataram : Dea Amanda : H44080001
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
(Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, MA) NIP. 19480601 197301 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus:
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan izin dan ridho-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini tentunya tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril maupun materil. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada: 1.
Kedua orangtua tercinta Bapak Dr. Ir. Anas Zaini, M.Sc dan Ibu Dr. Ir. Halimatus Sa’diyah, M.Sc. Terimakasih atas segala kasih sayang, dukungan yang tiada hentinya, doa, semangat, saran, serta ketersediannya menerima segala keluh kesah penulis selama penulisan skripsi ini. Adik-adik tersayang Bayang Nuansa Salju dan Ahza Maulana Prakarsa atas dukungan dan semangatnya kepada penulis.
2.
Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan dan perhatian kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan sampai penulis berhasil menyusun skripsi.
3.
Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA sebagai dosen pembimbing akademik atas segala bimbingan, arahan, dan pelajaran hidup yang diberikan.
4.
Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen penguji utama yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempuranaan skripsi ini.
5.
Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan atas koreksi dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan skripsi ini.
6.
Bapak Siswandi selaku Ketua Bagian Litbang PDAM Menang Mataram serta staf PDAM lainnya atas bantuannya dalam proses pengambilan data.
7.
Sahabat-sahabat tersayang: Yuli, Mamen, Eva, Oji, Dewi, Gian, Rani, Fina, Ayuning dan Shinta atas segala segala canda tawa, semangat dan dukungannya.
8.
Keluarga besar ESL 45, terima kasih atas segala cerita dan kenangan yang terukir selama ini.
9.
Teman-teman satu bimbingan skripsi: Imam, Heti, Yuli, Alya, Fadli, dan Asih atas segala dukungan, saran, dan motivasi kepada penulis.
10. Teman-teman di Kost GPA Cibanteng: Ayu, Desti, Wina, Mbak Icha, Mbak Febri dan Tutu atas dukungan dan doanya. 11. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Bogor, April 2013
Penulis
viii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air dan Kebijakan Tarif Air PDAM Menang Mataram”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang kebijakan tarif air di PDAM Menang Mataram. Skripsi ini juga diharapkan dapat bermanfaat untuk kalangan akademik sebagai sumber referensi. Berbagai kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini disebabkan karena keterbatasan penulis. Penulis mengucapkan terimakasih atas kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontibusi positif bagi semua pihak.
Bogor, Maret 2013
Penulis
ii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...............................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................
vi
I.
PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1 Latar Belakang............................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 1.3 Tujuan ............................................................................................ 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................
1 1 6 10 10 11
II.
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2.1 Karakteristik Sumberdaya Air ....................................................... 2.2 Konsep Ekonomi Sumberdaya Air ................................................ 2.3 Konsep Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ......................... 2.4 Penawaran dan Permintaan Air Bersih .......................................... 2.4.1 Fungsi Permintaan ................................................................ 2.4.2 Fungsi Penawaran ................................................................ 2.5 Fungsi Biaya Produksi ................................................................... 2.6 Penetapan Tarif PDAM ................................................................. 2.7 Penelitian Terdahulu ......................................................................
12 12 14 16 17 17 18 18 19 21
III. KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................. 3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM .... 3.1.1 Biaya Produksi Air PDAM ................................................... 3.1.2 Biaya Pengelolaan Produksi Air PDAM .............................. 3.2 Penetapan Harga Air pada PDAM .................................................. 3.2.1 Harga Pokok Air PDAM ...................................................... 3.2.2 Penetapan Tarif Air PDAM .................................................. 3.2.2.1 Marginal Cost Pricing .............................................. 3.2.2.2 Full Cost Recovery Pricing ...................................... 3.3 Kerangka Pemikiran Operasional ...................................................
25 25 25 26 26 26 28 28 30 32
IV.
35 35 35 36 37 37 38 39 40 40 41 42 43
METODE PENELITIAN................................................................... 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 4.3 Metode Pengambilan Contoh ........................................................ 4.4 Metode Analisis Data .................................................................... 4.4.1 Analisis Deskriptif ............................................................... 4.4.2 Fungsi Biaya Produksi Air PDAM ...................................... 4.4.3 Fungsi Permintaan Air PDAM ............................................. 4.4.4 Penetapan Tarif dengan Marginal Cost Pricing ................... 4.5 Uji Kesesuaian Model .................................................................... 4.5.1 Goodness of Fit (R- Square) ................................................. 4.5.2 Uji Statistik f......................................................................... 4.5.3 Uji Statistik t .........................................................................
V.
4.5.4 Uji Multikolinearitas............................................................. 4.5.5 Uji Autokorelasi ................................................................... 4.5.6 Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 4.6 Definisi Operasional .......................................................................
44 44 45 46
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.............................. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Cakupan Pelayanan PDAM Menang Mataram........................................................................... 5.2 Gambaran Umum PDAM Menang Mataram ................................ 5.2.1 Sejarah dan Perkembangan PDAM Menang Mataram......... 5.2.2 Cakupan Pelayanan PDAM Menang Mataram .................... 5.3 Karakteristik Responden .................................................................
48
VI.
48 51 51 53 56
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 6.1 Analisis Pola Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Air PDAM Menang Mataram ........................................................ 6.2 Analisis Biaya Produksi PDAM Menang Mataram ...................... 6.3 Fungsi Permintaan Air PDAM ...................................................... 6.4 Evaluasi Kebijakan Tarif Air PDAM Menang Mataram dengan Marginal Cost Pricing ...................................................... 6.5 Simulasi Rente Ekonomi Berdasarkan Kategori Pengguna dan Jumlah Konsumsi Air ............................................................. VII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 7.1 Kesimpulan .................................................................................... 7.2 Saran ..............................................................................................
60
90 98 98 100
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
101
LAMPIRAN ..................................................................................................
104
60 64 72 77
ii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1
Persentase Cakupan Pelayanan PDAM Menang Mataram............
9
2
Matriks Pengumpulan Data dan Metode Analisis .........................
36
3
Deskripsi Kelompok Pelanggan PDAM Menang Mataram ..........
53
4
Jumlah Pelanggan PDAM Menang Menurut Kelompok, April 2012 ......................................................................................
55
5
Tarif Air PDAM Menang Atas Dasar Blok, Berlaku Sejak 2011 .
56
6
Kapasitas Sumber dan Kapasitas Produksi Menurut Tahun dan Sumber Air Baku ....................................................................
60
7
Cakupan Layanan PDAM Menang per Desember 2011 ...............
62
8
Tingkat Produksi, Distribusi, dan Kebocoran Air PDAM Menang Mataram ...........................................................................
63
Biaya Produksi Air PDAM Menang Menurut Jenis Biaya dan Tahun (dalam juta) ..................................................................
64
10 Pengelompokan Biaya Menurut Sifat Biaya dan Tahun (dalam juta rupiah).........................................................................
66
11 Hasil Regresi Biaya Pengelolaan Air PDAM Menang Mataram ..
68
12 Hasil Pendugaan Fungsi Permintaan Air PDAM Menang ............
72
13 Besaran Tarif, Rente dan Profit menurut Kategori Pengguna dan Blok Pemakaian .....................................................................
81
9
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1 Pelanggan PDAM Menang Mataram 2005-2009 ..........................
5
2 Gambar Kerangka Penentuan Harga Air Atas Dasar Biaya Marjinal dan Biaya Rata-rata .........................................................
20
3 Kurva Marginal Cost dan Average Cost pada Average Cost Naik (Rising) dan Menurun (Falling) ...................................
29
4 Kerangka Pemikiran Operasional ..................................................
34
5 Usia Responden .............................................................................
57
6
Jumlah Anggota Keluarga Responden ..........................................
57
7
Tingkat Pendapatan Responden.....................................................
58
8
Kepemilikan Sumber Air Lain Responden ....................................
59
9
Golongan Langganan Responden ..................................................
59
10 Perkembangan Jumlah Pelanggan Menurut Kabupaten/Kota dan Tahun ......................................................................................
62
11 Grafik Biaya Pengelolaan Air Bersih PDAM Menang Mataram .
68
12 Normal P-Plot pada Jumlah Permintaan Air Bersih PDAM Menang Mataram ...........................................................................
75
13 Scatterplot residual pada tingkat permintaan air bersih PDAM Menang Mataram..........................................................................
77
14 Hasil Analisis Marginal Cost Pricing Pada PDAM Menang Mataram .........................................................................................
79
15 Analisis Profit PDAM Menang Mataram ......................................
80
16 Rente Ekonomi yang Diterima PDAM Menang dari Pengguna Kelompok Sosial ...........................................................
83
17 Rente ekonomi yang diterima PDAM Menang dari Kelompok Rumahtangga ...............................................................
84
18 Rente ekonomi yang diterima PDAM Menang dari Instansi Pemerintah ....................................................................................
86
19 Rente Ekonomi yang Diterima PDAM Menang dari Kelompok Industri dan Niaga (Komersial) .....................................................
87
20 Simulasi Besarnya Rente Ekonomi pada Berbagai Blok Konsumsi Kelompok Lembaga Sosial ..........................................
92
21 Simulasi Besarnya Rente Ekonomi pada Berbagai Blok Konsumsi Kelompok Rumahtangga ............................................
94
22 Simulasi Besarnya Rente Ekonomi pada Berbagai Blok Konsumsi Kelompok Instansi Pemerintah ..................................
95
23 Simulasi Besarnya Rente Ekonomi pada Berbagai Blok Konsumsi Kelompok Komersial .................................................
97
v
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1
Kuesioner Penelitian ......................................................................
104
2
Data Komponen Biaya Pengelolaan Air Bersih PDAM Menang Mataram (Rupiah) ...........................................................
108
Data Biaya Pengelolaan Air Total dan Produksi Air PDAM Menang Mataram ...........................................................................
110
4
Data Permintaan Air Bersih Responden ........................................
112
5
Output Regresi Fungsi Biaya Pengelolaan Air Total ....................
115
6
Output Regresi Fungsi Permintaan Air Bersih ..............................
117
7
Rente Tiap Kelompok Langganan Berdasarkan Blok Pemakaian......................................................................................
120
8
Rente Ekonomi Setiap Kelompok Langganan...............................
126
9
Profit Dari Setiap Kelompok Langganan ......................................
127
10 Biaya Investasi dan Peningkatan Pelanggan .................................
128
11 Proyeksi Kenaikan Pelanggan .......................................................
129
12 Peta Lokasi Sumber Air dan Reservoir PDAM Menang Mataram ........................................................................................
131
3
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak diperlukan oleh manusia
dan mahluk hidup lainnya serta mempunyai peran penting dalam keberlangsungan ekosistem. Sifat air sebagai pemenuhan kebutuhan essensial belum dapat tergantikan hingga sekarang. Manusia menggunakan air hampir di setiap segi kehidupannya, yaitu untuk minum, mandi, mencuci, memasak dan lain sebagainya. Air yang dikonsumsi langsung, yaitu air yang akan masuk ke dalam tubuh manusia, adalah air yang bersih agar terhindar dari segala penyakit yang dapat mengganggu kerja metabolisme tubuh. Air memiliki beberapa fungsi strategis yakni fungsi ekologis, fungsi ekonomis, serta fungsi sosial. Fungsi ekologis air yakni sebagai unit ekosistem yang menunjang kehidupan dan keberlangsungan unit ekosistem lainnya untuk tumbuh dan berkembang biak. Fungsi ekonomis air terkait dengan manfat yang diberikan dalam menunjang kehidupan manusia baik pada proses produksi, distribusi maupun konsumsi. Fungsi sosial menempatkan air sebagai barang publik yang mengutamakan pemanfaatan yang berlandaskan kepentingan umum dibandingkan pemanfaatan secara privat. Fauzi (2004) menyatakan bahwa sumber air secara geofisik dapat dikatakan melimpah namun hanya sebagian kecil saja yang dapat dimanfaatkan secara langsung. Air merupakan sumberdaya yang klasifikasinya dapat digolongkan baik ke dalam sumberdaya yang dapat terbarukan maupun tidak terbarukan, tergantung pada sumber dan pemanfaatannya. Air yang bersumber dari bawah tanah atau groundwater diperoleh melalui proses geologi selama
ratusan bahkan ribuan tahun sehingga meskipun memiliki kemampuan untuk pulih kembali lewat hujan (recharge rate), jika jumlah yang dimanfaatkan melebihi kemampuan recharge, groundwater sering kali dikatakan sebagai sumberdaya yang tidak terbarukan. Sebaliknya, air permukaan atau surface water seperti air sungai maupun air dana dikategorikan sebagai sumberdaya terbarukan karena adanya proses hidrologi dari bumi. Mengingat sumberdaya air merupakan kebutuhan yang vital, permintaan terhadap air pun terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pembangunan ekonomi. Fungsi air pun akhirnya terganggu dikarenakan semakin berkurangnya supply hingga menuju pada terjadinya kritisnya stok air. Sebagai barang vital, air merupakan hak bagi setiap manusia. Artinya setiap manusia memiliki hak dasar yang sama untuk mendapatkan air. Namun disinilah masalah pemanfaatan air muncul. Dengan stoknya yang terbatas, air dengan cepat menjadi sumberdaya yang langka dan tidak memiliki barang pengganti. Pertambahan jumlah penduduk serta berkembangnya industri di suatu daerah menyebabkan konsumsi air mengalami peningkatan dengan cepat. Hal tersebut kemudian menggiring kepada terjadinya kerusakan lingkungan dan sumberdaya air itu sendiri secara konstan. Peningkatan jumlah penduduk tidak hanya meningkatkan konsumsi air secara langsung, namun juga meningkatkan kebutuhan air untuk memproduksi bahan pangan dan barang-barang kebutuhan manusia lainnya. Hal-hal tersebut akan berujung pada peningkatan kebutuhan air yang semakin banyak. Sanim (2011) menyatakan bahwa air merupakan kebutuhan dasar manusia yang keberadaannya dijamin konstitusi, yaitu Pasal 33 UUD 1945 ayat 3, yang
2
menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Konstitusi ini jelas menunjukkan dan merupakan konrak sosial antara pemerintah dan warga negaranya. Penjaminan atas konstitusi itu lebih dipertegas lagi pada Pasal 5 UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, yang menyatakn “Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif”. Secara eksplisit isi ayat tersebut menunjukkan bahwa untuk mendapatkan air bersih adalah hak setiap orang, warganegara dari suatu negara, tak terkecuali warga negara Indonesia. Jaminan tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, termasuk didalamnya menjamin akses setiap orang ke sumber air untuk mendapatkan air. Air merupakan sumberdaya yang termasuk ke dalam common pool resources yang dalam pemanfaatannya sulit untuk membatasi pihak lain dalam memanfaatkan air. Meskipun nilai yang diberikan oleh air bisa dikatakan cukup rendah, namun value yang terkandung pada air sangat tinggi. Kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan dewasa ini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Tetapi penyediaan air bersih tersebut terhalang akibat berbagai kendala baik dalam hal penyaluran air maupun kualitas air yang tersedia. Banyaknya pencemaran dari berbagai jenis limbah dan semakin meluasnya daerah yang terkena intrusi air laut (perembesan air laut yang kemudian bercampur dengan air tanah) menjadi kendala bagi masyarakat perkotaan untuk mendapatkan air bersih, sedangkan masyarakat pedesaan mengalami kendala seperti terbatasnya
3
sumber air dan infrastruktur untuk proses distribusi. Masalah tersebut mengakibatkan air sebagai kebutuhan sehari-hari semakin memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Oleh karena itu air sebagai barang publik yang penting dan bernilai tinggi harus dikelola dengan baik. Air dikelola dalam bentuk kepemilikan bersama yakni sumberdaya air dikelola secara kolektif, bukan untuk dijual atau diperdagangkan guna memperoleh keuntungan. Untuk itu pemerintah menunjuk suatu badan usaha yang menangani masalah penyediaan air bersih, yakni dalam bentuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). PDAM Menang Mataram melayani 3 kabupaten di Pulau Lombok, yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Bupati Lombok Barat dan Walikota Mataram No 45 Tahun 1998/3/KPPS/1998 terjadi kesepakatan akan kepemilikan PDAM Menang Mataram oleh dua pemerintahan yakni 65 persen dimiliki oleh Kabupaten Lombok Barat sedangkan 35 persen dimiliki oleh Kota Mataram. Sumber air baku PDAM Menang Mataram diperoleh dari 2 sumber yakni air permukaan berupa mata air serta air tanah berupa sumur. Air baku dari sumber air dialirkan ke reservoir-reservoir yang terdapat di sekitar wilayah Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara untuk diolah menjadi air bersih yang layak konsumsi kemudian dialirkan ke pelanggan. Pada tahun 2005 PDAM Menang Mataram memiliki pelanggan air bersih sebanyak 48 512 pelanggan dan terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2009, jumlah pelanggan air bersih PDAM Menang Mataram telah mencapai 60 811 pelanggan untuk 3 daerah yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat
4
dan Kabupaten Lombok Utara. Peningkatan sekitar 25 persen selama 4 tahun
Jumlah Pelanggan
dapat dikatakan cukup tinggi dan tidak sejalan dengan stok air yang tersedia. Kota Mataram
Kab Lombok Barat
Kab Lombok Utara
Total Pelanggan 56649
60811
48512
50999
53111
34150
35153
37185
39558
32641 15871
16849
17958
19464
17025 4228
2005
2006
2007
2008
2009
Sumber: PDAM Menang Mataram (2011)
Gambar 1. Pelanggan PDAM Menang Mataram 2005-2009 Seiring
dengan
terjadinya
peningkatan
jumlah
penduduk
dan
pembangunan ekonomi, kebutuhan terhadap air bersih pun turut mengalami peningkatan. Permintaan terhadap air bersih semakin meningkat untuk ketiga wilayah ini. Akibatnya, kuantitas dan kualitas sumber air yang digunakan pun akan semakin menurun. Akan tetapi, PDAM harus mengolah dan menyalurkan air itu menjadi air bersih yang layak untuk dikonsumsi oleh konsumen. Akibatnya, biaya produksi yang harus dikeluarkan akan semakin besar. Sementara tarif yang ditetapkan dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat dirasa kurang dapat mengakomodir kegiatan PDAM. Oleh karena itu, harus dicari solusi agar PDAM bisa tetap beroperasi dan dapat memberikan pelayanan terbaiknya bagi seluruh masyarakat.
5
1.2
Perumusan Masalah Salah satu sumber penyedia air bersih bagi masyarakat adalah Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM). PDAM Menang Mataram merupakan badan usaha milik negara yang dikelola oleh pemerintah yang bergerak dalam bidang pengelolaan sumberdaya air bersih yang memberikan jasa pelayanaan dan manfaat dalam bidang air minum. Aktivitas PDAM antara lain mengumpulkan, mengolah dan menyalurkan air bersih kepada pelanggannya. Dalam menjalankan aktivitasnya, PDAM dihadapkan pada dua fungsi yakni fungsi ekonomi dan fungsi sosial, dimana kedua fungsi fungsi tersebut bersifat kontradiktif. Sebagai perusahaan, PDAM Mataram dituntut untuk dapat menghasilkan keuntungan maksimal yang tidak saja penting bagi pengembangan PDAM sendiri pada masa mendatang, namun juga penting sebagai sumbangan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Fungsi ekonomi ini mengharuskan PDAM untuk dapat berproduksi pada tingkat efisiensinya, sebagai perusahaan monopoli akan menetapkan harga dan kuantitas pada tingkat dimana fungsi biaya marginal (marginal cost) berpotongan dengan fungsi pendapatan marginal (marginal revenue). Namun sebagai institusi pemerintah, PDAM harus menjalankan fungsi pelayanan publik yang mengharuskan perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan/hak masyarakat akan air bersih terlepas apakah masyarakat yang dilayani mampu membayar air pada tingkat harga efisiensinya atau tidak. Untuk memenuhi tanggung jawab pelayanan publik ini, pemerintah menetapkan tarif harga air yang terjangkau bagi masyarakat, dimana besarnya tarif yang ditetapkan tersebut tidak sejalan dengan tujuan perusahaan.
6
Program air bersih merupakan program yang masuk dalam susunan skala prioritas pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya daerah Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara. Kebutuhan air bersih untuk industri, pariwisata, dan rumah tangga di ketiga wilayah tersebut dipasok oleh pemerintah melalui PDAM Menang Mataram. Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, serta Kabupaten Lombok Utara dihadapkan pada berbagai kendala, baik dari sisi supply maupun sisi demand. Dari sisi supply, masalah yang dihadapi berupa makin langkanya sumber air baku berupa mata air sebagai akibat makin menurunnya areal
hutan
sebagai
daerah
tangkapan
air
(catchment
area).
Sebagai
konsekuensinya perusahaan harus mencari alternatif yang sumber mata air dengan jarak yang lebih jauh, menggunakan air tanah atau mengolah air dengan kualitas lebih rendah seperti air sungai atau air waduk. Ketiga alternatif sumber air baku tersebut membawa konsekuensi peningkatan biaya. Semakin jauh sumber air baku diperlukan infrastruktur jaringan pipa lebih besar, ektraksi air tanah memerlukan pembangunan infrastruktur sumur dalam, dan mengolah air dengan kualitas rendah memerlukan infrastruktur water treatment plan. Kehilangan air karena kebocoran pipa sebagai akibat dari kondisi jaringan pipa yang sudah tua dan prilaku masyarakat yang sering melakukan penyambungan instalasi pipa sendiri, telah berkontribusi pada rendahnya efisiensi produksi dan tingginya harga pokok air bersih yang pada akhirnya mempengaruhi penurunan tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan.
Rata-rata tingkat
kebocoran distribusi air PDAM Menang mencapai 30 persen.
7
Tingkat tarif yang rendah, biaya yang meningkat akibat kelangkaan sumber air baku, dan efisiensi produksi yang rendah berakibat pada rendahnya tingkat keuntungan perusahaan. Rendahnya tingkat keuntungan perusahaan dan terbatasnya
dana pembangunan
yang dimiliki
oleh
pemerintah
daerah
menyebabkan dana investasi yang tersedia bagi pengembangan perusahaan semakin sedikit. Semakin meluasnya pembangunan ke daerah-daerah yang belum terjangkau oleh infrastruktur juga menyebabkan PDAM belum bisa menyalurkan air ke daerah tersebut. Sampai saat ini, PDAM Menang Mataram baru mampu melayani sekitar 38 persen dari wilayah yang seharusnya dicakup (PDAM Menang Mataram, 2011). Mengingat kualitas air sumur yang bisa dikatakan kurang baik, PDAM sangat penting bagi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Pada sisi permintaan permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya jumlah rumah tangga yang dapat terlayani, dan debit air yang rendah pada level rumah tangga terutama pada siang hari, saat dimana kebutuhan air tinggi. Cakupan layanan air PDAM Menang berbeda pada setiap daerah, namun mengalami peningkatan dari waktu ke waktu (Tabel 1). Meskipun mandat yang diberikan kepada perusahaan adalah untuk melayani kebutuhan air bersih seluruh masyarakat, namun jumlah rumah tangga yang dapat terlayani hanya berkisar 13,79 – 57,82 persen pada tahun 2005, dan jumlahnya terus meningkat hingga pada tahun 2009 cakupan layanannya mencapai 16,7 – 72,13 persen. Secara umum cakupan layanan masyarakat Kota Mataram lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya.
8
Tabel 1. Persentase Cakupan Pelayanan PDAM Menang Mataram Daerah 2005 2006 Kota Mataram 57,82 60,17 Kab Lombok Barat 13,79 16,43 Kab Lombok Utara Jumlah 28,23 32,01 Sumber: Profil PDAM Menang Mataram (2011)
2007 63,74 18,12 34,37
2008 68 18,31 34,98
2009 72,13 22,39 16,7 38,18
Sumberdaya air harus dikelola dengan efisien dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak yakni masyarakat dan PDAM. Untuk mencapai kedua hal tersebut bukanlah sesuatu yang mudah, diperlukan perhitungan yang seksama dan teliti sehingga kedua fungsi PDAM diharapkan dapat berjalan seiring sehingga nantinya tidak ada pihak yang dikorbankan. Jika tarif yang ditetapkan begitu rendah, keuntungan bagi PDAM akan rendah pula dan akan berlanjut pada rendahnya investasi sehingga perusahaan akan kesulitan untuk berkembang. Selain itu tarif yang terlalu rendah akan memicu terjadinya pemborosan penggunaan air oleh konsumen. Namun jika tarif yang diberlakukan terlalu tinggi, daya beli masyarakat terhadap air bersih PDAM akan menurun, sementara PDAM harus memberikan pelayanan terbaiknya bagi seluruh masyarakat. Tarif air bersih yang diberlakukan harus dapat mencapai titik impas untuk menutupi biaya produksi dan memberikan keuntungan bagi perusahaan, namun di sisi lain tarif yang diberlakukan harus affordable dan menjangkau daya beli masyarakat. Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah yang dapat dikaji adalah: 1.
Bagaimana pola pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya air oleh PDAM Menang Mataram?
2.
Bagaimanakah fungsi biaya produksi air PDAM Menang Mataram?
9
3.
Bagaimanakah fungsi permintaan masyarakat terhadap air bersih dari PDAM Menang Mataram?
4.
Bagaimanakah penetapan tarif air PDAM yang sesuai untuk PDAM Menang Mataram dan masyarakat?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka didapat tujuan penelitian
sebagai berikut: 1.
Mengidentfikasi pola pengelolaan sumberdaya air di PDAM Menang Mataram.
2.
Mengestimasi fungsi biaya produksi air bersih di PDAM Menang Mataram.
3.
Mengestimasi fungsi permintaan masyarakat terhadap air bersih dari PDAM Menang Mataram.
4.
Mengevaluasi penetapan tarif air PDAM dengan mekanisme Marginal Cost Pricing.
1.4
Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini akan
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Akademisi dan Peneliti. Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang
telah didapat dan dipelajari sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan.
10
2.
Bagi PDAM dan Pemerintah Daerah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan dalam
rangka penyediaan air bersih dan pengelolaan air. PDAM dapat meninjau kembali tarif yang diberlakukan agar PDAM dapat memenuhi kedua fungsinya yakni fungsi pelayanan dan menghasilkan keuntungan. 3.
Bagi Masyarakat Luas Dengan agar dapat mengetahui mekanisme PDAM Menang Mataram
dalam melakukan sistem pengelolaan air bersih sehingga dapat melakukan upaya kooperatif dalam penjagaan lingkungan serta penghematan air. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian di PDAM Menang Mataram dengan lebih
memfokuskan dan menilai aspek pengelolaan sumberdaya air, produksi air, biaya produksi serta permintaan masyarakat terhadap air bersih. Setelah mendapatkan hasil dari tujuan-tujuan diatas, tujuan akhir yang ingin dicapai adalah mengevaluasi kebijakan tarif air PDAM Menang Mataram.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Karakteristik Sumberdaya Air Sumberdaya air merupakan salah satu barang vital yang diperlukan bagi
kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Air dianggap sebagai barang publik dimana setiap orang berhak memperoleh manfaat atas air. Akibatnya, air sering dianggap sebagai free goods sehingga untuk memperoleh air tidak perlu membayar. Karena sifat barang publik tersebut, maka penggunaan air cenderung bersifat eksploitatif. Kuantitas dan kualitas sumberdaya air mengalami perubahan sebagai akibat atas ketidakjelasan atas hak pengelolaan dan pemanfaatannya. Sumberdaya air menyediakan berbagai produk seperti air minum, air irigasi, pembangkit listrik tenaga air maupun wisata yang digunakan oleh pertanian, industri dan rumah tangga. Menurut Undang-Undang Sumberdaya Air No. 7 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 2, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air permukaan adalah semua air yang berada di atas permukaan tanah. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Menurut Sanim dalam Kusuma (2006), air sebagai sumberdaya alam dapat berupa persediaan sekaligus sebagai aliran. Air tanah misalnya, merupakan persediaan yang biasanya memerlukan aliran dan pengisian kembali oleh air hujan. Sifat air adalah stokastik, artinya air diatur oleh proses fisik yang berdistribusi kemungkinan (random). Pemasokan air bergantung pada topografi dan kondisi meteorologi, karena keduanya mempengaruhi peresapan dan
penguapan air. Dikarenakan sifat air yang stokastik inilah, maka pengambilan keputusan dalam mengembangkan suberdaya air didasarkan atas distribusi kemungkinan. Menurut Anwar (1992) dalam Fadillah (2011), sumberdaya air memiliki karakteristik-karakteristik khusus sebagai berikut: 1. Mobilitas air. Sifat air yang merupakan zat cair istimewa memiliki ciri-ciri mudah mengalir, menguap, meresap dan keluar melalui suatu media tertentu. Adanya sifat-sifat tersebut menyebabkan sulitnya upaya untuk mewujudkan dan melaksanakan penegasan hak-hak (property rights) atas sumberdaya air tersebut secara eksklusif, agar dapat menjadi komoditas ekonomi yang dapat dipertukarkan dalam sistem ekonomi pasar. 2. Skala ekonomi yang melekat. Dalam penyimpanan, pengolahan, dan distribusi air terjadi skala ekonomi yang melekat pada komoditas air.Ada kalanya sifat yang demikian menyebabkan penawaran air bersifat monopoli alami (natural monopoly), sehingga semakin besar jumlah air yang ditawarkan maka semakin rendah biaya per satuan yang ditanggung oleh produsen. 3. Penawaran air berubah-ubah. Sifat penawaran air berubah-ubah menurut waktu, ruang, dan kualitasnya. Dalam keadaan kekeringan dan banjir, sumberdaya air ini dapat ditangani oleh pemerintah untuk kepentingan umum. 4. Kapasitas dan daya asimilasi dari badan air. Zat cair memiliki daya larut untuk mengasimilasikan berbagai zat-zat padat atau zat-zat tercemar tertentu selama daya asimilasinya tidak terlampaui. Akibatnya, komoditas air
13
mengarah pada komoditas yang bersifat umum dimana setiap orang dapat mengangganya sebagai tempat pembuangan sampah. 5. Penggunaannya
dapat
digunakan
secara
beruntun
(sequential
use).
Penggunaan secara beruntun ini terjadi ketika air mengalir dari hulu ke hilir sampai ke laut dan dengan beruntunnya penggunaan air selama perjalanan alirannya akan mengubah kualitas dan kuantitas air sehingga sering menimbulkan eksternalitas. 6. Penggunaannya yang serba guna (multiple use). Dengan kegunannya yang banyak tersebut maka pihak individu atau swasta dapat memanfaatkannya dan sisanya menjadi barang umum yang dapat menimbulkan eksternalitas. 7. Berbobot besar dan memakan tempat (bulky). Apabila ditambah dengan biaya yang tinggi untuk mewujudkan hak-hak kepemilikannya, akan menyebabkan air bersifat open access. 8. Nilai kultural yang melekat pada sumberdaya air. Sebagian besar masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menganggap air sebagai barang bebas anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak patut untuk dikomersialkan, sehingga menjadi kendala dalam alokasinya pada sistem pasar. 2.2
Konsep Ekonomi Sumberdaya Air Sumberdaya air sebagai komoditas ekonomi pertama kali dideklarasikan
pada International Conference on Water and Environment di Dublin pada tahun 1992. Menurut Perry et al. (1997), air dikategorikan sebagai barang ekonomi karena air memenuhi kriteria sebagaimana definisi ilmu ekonomi, yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia terkait dengan pemenuhan kebutuhannya dengan sumberdaya yang terbatas yang bisa digunakan dalam berbagai alternatif
14
pemanfaatan. Air memenuhi kebutuhan manusia dari untuk minum, mandi dan mencuci, hingga untuk keperluan irigasi, rekreasi, hingga kebutuhan lingkungan. Selain sebagai barang ekonomi, air juga dikategorikan sebagai barang publik (public goods). Meskipun pada banyak kasus air dapat diperlakukan sebagai barang ekonomi murni, namun peran air sebagai kebutuhan dasar semua mahluk hidup, barang yang mempunyai manfaat ekonomi, sosial, finansial, dan lingkungan, menyebabkan sumberdaya yang penting ini dikategorikan pula sebagai barang publik. Artinya, pengelolaan sumberdaya air harus dilakukan secara ekstra hati-hati agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara efektif dan efisien. Tietenberg (1984) menyatakan bahwa sumberdaya dapat dikelola secara efisien asalkan sistem kepemilikan terhadap sumberdaya tersebut dibangun atas sistem property right yang efisien pula, antara lain: 1. Universality, yang berarti bahwa semua sumberdaya dimiliki secara pribadi (private owned) dan seluruh hak-haknya diperinci dengan lengkap dan jelas. 2. Exclusivity, berarti bahwa semua keuntungan dan biaya yang dibutuhkan sebagai akibat dari kepemilikan dan pemanfaatan sumberdaya tersebut harus dimiliki hanya oleh pemilik tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dalam transaksi atau penjualan ke pihak lain. 3. Tranferability, berarti seluruh hak kepemilikan dapat dipindahtangankan dari satu pemilik ke pihak lainnya dengan transaksi yang bebas dan jelas. 4. Enforceability, berarti bahwa hak kepemilikan tersebut harus aman dari perampasan atau pengambilalihan secara tidak baik dari pihak lain.
15
Kusuma (2006) menyatakan bahwa sumberdaya air secara ekonomi tergolong ke dalam sumberdaya milik bersama. Sumberdaya semacam ini biasanya akan menghadapi masalah eksploitasi yang melebihi daya generasinya. Adanya permasalahan yang timbul menimbulkan sulitnya menegaskan hak-hak kepemilikan sumberdaya yang bersangkutan. Nilai dari air dibedakan dari dua elemen yaitu permintaan yang merupakan kebutuhan manusia dan keinginan membayar untuk kebutuhan tersebut serta penawaran yang merupakan biaya untuk menyediakan sumberdaya pada kuantitas, kualitas dan lokasi tertentu (Cech, 2005). 2.3
Konsep Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Menurut Saberan (1997) dalam Kusuma (2006), Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) memiliki konsep yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan pada umumnya. PDAM memiliki dua orientasi yakni orientasi keuntungan (profit oriented) dan orientasi pelayanan (social service). Salah satu tujuan PDAM adalah turut serta dalam melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional pada umumnya, dengan cara menyediakan air minum yang bersih, sehat dan memenuhi persyaratan kesehatan bagi masyarakat di suatu daerah. Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 690-069 Tahun 1992 tentang Pola Petunjuk Teknis, Perusahaan Daerah Air Minum mempunyai tugas pokok pelayanan umum kepada masyarakat, dimana dalam menjalankan fungsinya PDAM harus mampu membiayai dirinya sendiri dan harus mengembangkan tingkat pelayanannya. Disamping itu, PDAM juga diharapkan mampu memberikan sumbangan pembangunan kepada pemerintah daerah.
16
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 690-327 tahun 1994 tentang Pedoman dan Pemantauan Kinerja Keuangan PDAM, tujuan pendirian PDAM adalah untuk memenuhi pelayanan dan kebutuhan akan air bersih masyarakat, serta sebagai salah satu sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah) untuk mencapainya maka pengelolaan terhadap PDAM harus berdasarkan prinsip-prinsip dan asas ekonomi perusahaan sehat. 2.4
Penawaran dan Permintaan Air Bersih
2.4.1
Fungsi Permintaan Air merupakan barang penting yang sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup,
terutama manusia. Karena sifatnya sebagai barang ekonomi, air memiliki harga tertentu yang harus dibayarkan untuk dapat mengonsumsinya. Fungsi permintaan dibentuk dari jumlah permintaan air dengan harga yang bersedia dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan air dalam jumlah tertentu. Kebutuhan air ini akan meningkat mengikuti pertambahan jumlah penduduk, taraf hidup, dan perkembangan sektor industri. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi permintaan dalam teori ekonomi antara lain harga komoditi itu sendiri, rata-rata penghasilan rumah tangga, harga barang-barang lainnya, selera konsumen, distribusi pendapatan dan besarnya populasi atau jumlah penduduk. Sanim dalam Fadillah (2011) menyatakan bahwa pengendalian sumberdaya air dalam menghindari adanya pencemaran dan eksploitasi air yakni dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas. Kualitas air merupakan salah satu aspek yang makin banyak mendapat perhatian dalam pengelolaan sumberdaya air. Hal ini disebabkan karena para konsumen air tidak hanya menginginkan jumlah yang cukup, tetapi juga kualitas yang sesuai keperluan mereka.
17
2.4.2
Fungsi Penawaran Fungsi penawaran menggambarkan jumlah barang yang ditawarkan
penjual kepada konsumen dimana konsumen memiliki daya beli terhadap barang tersebut. Semakin tinggi permintaan, produsen biasanya akan menyesuaikan produksinya sehingga penawaran akan suatu barang akan turut meningkat. Model penawaran dan permintaan digunakan untuk menentukan harga dan kuantitas yang terjual di pasar. Model ini memperkirakan bahwa dalam suatu pasar yang kompetitif harga akan berfungsi sebagai penyeimbang antara kuantitas yang diminta oleh konsumen dan kuantitas yang ditawarkan oleh produsen, sehingga terciptalah keseimbangan ekonomi antara harga dan kuantitas. Model ini mengakomodasi kemungkinan adanya faktor-faktor yang dapat mengubah keseimbangan yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk terjadinya pergeseran dari permintaan atau penawaran (Nicholson, 1995). 2.5
Fungsi Biaya Produksi Biaya adalah pengorbanan sumberdaya ekonomi yang dinyatakan dalam
bentuk uang yang telah atau akan terjadi untuk tujuan tertentu, biaya produksi adalah biaya yang dipakai untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi, pembiayaan pengolahan sumberdaya air ditetapkan berdasarkan kebutuhan nyata pengelolaan sumberdaya air agar pelaksanaannya dilakukan secara wajar untuk menjamin keberlanjutan fungsinya.
Menurut Nugroho (2002) dalam Fadillah
(2011), jenis pembiayaan pengelolaan sumberdaya air meliputi biaya sistem informasi, perencanaan, pelaksanaan kontruksi termasuk didalamnya biaya konservasi sumberdaya air, operasi, pemeliharaan, pemantauan, evaluasi dan biaya pemberdayaan masyarakat.
18
Doll dan Orazam (1984), mendefinisikan biaya produksi sebagai pengeluaran yang terjadi dalam melaksanakan proses produksi. Produk yang dihasilkan dalam produksi air PDAM hanya satu jenis dalam suatu proses produksi, maka untuk menetapkan harga pokok air PDAM dapat dilakukan dengan metode pembagian yaitu membagi seluruh biaya produksi dengan jumlah satuan air yang diproduksi pada periode tertentu sedangkan rumus matematikanya adalah : 𝐻𝑃𝑃 =
𝑇𝐶 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶 = 𝑄 𝑄
Keterangan : TC = Total Cost TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap total) TVC = Total Variable Cost ( biaya variabel total) HPP = Harga Pokok Penjualan Q = Jumlah air yang dijual 2.6
Penetapan Tarif PDAM Suparmoko (1995) menyatakan bahwa ada dua cara untuk menentukan
harga air, yaitu atas dasar biaya marjinal (MC) dan atas dasar biaya rata-rata (AC). Selain itu, ada dua hal yang harus dipertimbangkan yakni faktor laba atau faktor distribusi agar lebih banyak barang atau air yang tersedia bagi masyarakat. Pada Gambar 4 dapat dilihat apabila harga ditetapkan dengan dasar marginal cost pricing, maka harga yang berlaku adalah sebesar OP1 = AS dan produksi yang dihasilkan adalah sebesar OA. Pada keadaan ini, harga yang dicapai yakni P1 akan bernilai sama dengan biaya marjinal (MC), yakni biaya tambahan yang harus
19
dikeluarkan untuk menambah produksi air sebanyak satu satuan. Pada titik ini, biaya rata-rata (AC) lebih rendah dari P1. Karena harga yang bersedia dibayar oleh konsumen lebih tinggi daripada biaya per unit air, maka penerimaan (TR) akan lebih tinggi dari biaya total (TC) sehingga perusahaan mendapat keuntungan. Namun jika perusahaan menetapkan harga atas dasar average cost pricing (AC), maka harga yang berlaku adalah sebesar OP2 = BR. Karena biaya yang bersedia dibayar oleh konsumen besarnya sama dengan biaya per unit produksi maka perusahaan tidak mendapatkan keuntungan (break even point), laba bernilai nol. Harga MC AC S P1 P2
R
D= AR
MR O
A
B
Jumlah/ Volume Air
Sumber: Suparmoko (1995)
Gambar 2.
Penentuan Harga Air Atas Dasar Biaya Marjinal dan Biaya Rata-rata.
Berdasarkan
uraian diatas, jika perusahaan mempunyai orientasi
perolehan keuntungan, maka harga terbaik yang diberlakukan adalah harga yang ditetapkan atas dasar biaya marjinal (MC pricing). Hal ini dikarenakan pada titik tersebut perusahaan mengalami biaya yang semakin menurun (decreasing cost) yakni pada daerah sebelah kiri OA yang artinya perusahaan mengalami keuntungan. Namun jika perusahaan mempunyai orientasi pelayanan, dengan
20
pertimbangan distribusi yang lebih banyak, maka penentuan harga terbaik adalah pada harga yang diambil atas dasar biaya rata-rata (AC pricing) yang menyebabkan perusahaan tidak akan mendapat keuntungan, namun seluruh biaya produksi tetap terpenuhi. 2.7
Penelitian Terdahulu Sudrajat (1997) melakukan penelitian mengenai pengelolaan air PDAM di
Kotamadya Pontianak. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui kondisi biaya-biaya produksi yang mempengaruhi PDAM sebagai suatu unit usaha. Alat analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah analisis biaya variabel total (TVC), biaya variabel rata-rata (AVC) dan biaya marjinal (MC). Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis kebijakan tarif air PDAM yang akan dianalisis menggunakan analisis permintaan atau konsumsi air PDAM dengan menggunakan fungsi double log dan analisis keinginan membayar konsumen dengan cara menghitung keinginan dan kemampuan untuk membeli (willingness to pay). Hasil penelitian Sudrajat menunjukkan
bahwa
berdasarkan
karakteristik
biaya,
dengan
semakin
meningkatnya produksi perusahaan, biaya variabel rata-rata dan biaya marginal semakin menurun sehingga terjadi eksternalitas teknis pada pengelolaan air PDAM Kotamadya Pontianak. Pada umumnya, pelanggan PDAM adalah golongan masyarakat dengan pendapatan lebih tinggi, sehingga semakin tinggi volume bak mandi yang dimiliki maka akan semakin tinggi konsumsi PDAM per kapita. Hal tersebut dikarenakan pemilik bak cenderung menggunakan baknya untuk menampung air PDAM dibanding menampung air hujan. Hasil penelitian
21
yang overestimated ini menunjukan bahwa sumberdaya air PDAM sudah memiliki nilai tinggi di tangan konsumen. Perhitungan harga pokok air menggunakan metode pembagian yaitu membagi keseluruhan biaya produksi dengan banyaknya air PDAM yang terjual. Penetapan tarif air minum didasarkan pada kemampuan membayar dan konsep increasing block tariff. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa rumah tangga memiliki respon bahwa air PDAM memiliki nilai yang tinggi. Adapun hasil pendugaan terhadap permintaan air PDAM oleh pelanggan rumah tangga dengan menggunakan analisis regresi menunjukan bahwa konsumsi air PDAM oleh golongan rumah tangga dipengaruhi oleh harga riil air PDAM, jumlah anggota keluarga, pendapatan rumah tangga, lama berlangganan air, penilaian kualitas air PDAM, golongan pelanggan dan kepemilikan sumber lain sebagai alternatif. Penelitian lainnya oleh Kusuma (2006) melakukan penelitian mengenai pengelolaan air dan kebijakan tarif air di Kota Madiun. Tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian
tersebut
adalah
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kebijakan tarif dan mengestimasi variabel-variabel
yang
mempengaruhi fungsi biaya pengelolaan air bersih dengan menggunakan regresi linier berganda dan analisis penetapan tarif dengan marginal cost pricing dan variasi tarif serta melihat penyesuaian tarif air dengan melihat perhitungan laba rugi dari PDAM. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa hasil analisis model biaya pengelolaan air PDAM Madiun dari tahun 1995-2005 menunjukkan bahwa baik biaya variabel, biaya investasi maupun jumlah produksi air berpengaruh nyata dengan arah yang positif terhadap total biaya pengelolaan air PDAM dan penetapan tarif air baik secara ekonomi maupun finansial telah dapat memberikan
22
susunan tarif yang sesuai dengan kondisi masyarakat telah mencapai kondisi full cost recovery. Esanawati (2009) melakukan penelitian mengenai fungsi produksi, penetapan tarif dan alokasi air minum yang efisien di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengidentifikasi pengelolaan air dan memproyeksikan pengembangan kapasitas produksi PDAM Tirta Patriot sepuluh tahun yang akan datang dengan menggunakan metode pemulusan dengan teknik eksponensial ganda yang dilakukan dengan analisis kapasitas produksi, analisis deskriptif juga melihat analisis pola pengelolaan sumberdaya air. Hasil penelitian Esanawati menunjukkan bahwa tingkat kekeruhan air baku berpengaruh nyata dan negatif, penggunaan tarif yang berlaku belum memenuhi besaran tarif dasar dengan mekanisme biaya pemulihan penuh sebesar Rp. 2.239/m3 kemudian proyeksi produksi air dengan model ARIMA 2,1,0, tren produksi air yang meningkat dari tahun ke tahun dengan menggunakan teknik pemulusan data eksponensial ganda menunjukkan hasil yang berfluktuatif yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Fadillah (2011) melakukan penelitian mengenai analisis ekonomi pengelolaan sumberdaya air pada instalasi pengolahan air di PDAM Bekasi. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengidentifikasi pengelolaan sumberdaya air, biaya produksi air, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi air, serta harga pokok air bersih berdasarkan instalasi pengolahan air di PDAM Bekasi. Hasil yang didapat menyatakan bahwa air baku, air produksi, penggunaan bahan kimia, dan penggunaan daya listrik berpengaruh nyata terhadap fungsi produksi air. Sedangkan biaya instalasi dan produksi air diketahui berpengaruh
23
nyata terhadap fungsi biaya produksi air. Laju pertumbuhan marginal cost dan average cost diketahui bernilai positif setiap tahunnya dan berbeda-beda untuk setiap cabang instalasi pengolahan air. Penetapan harga air PDAM berdasarkan marginal cost pricing sudah dapat mencapai kondisi tertutupinya seluruh biaya pengelolaan.
24
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Komponen Biaya Produksi dan Biaya Pengelolaan Air PDAM 3.1.1
Biaya Produksi Air PDAM Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh
faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk berupa air bersih. Suparmoko (1995) menyatakan bahwa biaya produksi air bervariasi pada tiga dimensi yaitu jumlah pelanggan, kapasitas untuk menyediakan dalam arti kapasitas yang berbeda-beda untuk melayani daerah yang berbeda-beda dan jarak pengiriman atau penyerahan air ke tempat pemakai. Atas dasar klasifikasi tersebut, biaya produksi air dibagi ke dalam biaya kapasitas, biaya langganan dan biaya penyerahan. Biaya kapasitas berkaitan dengan ukuran perusahaan seperti instalasi pengolahan air minum. Biaya langganan berkaitan dengan jumlah dan penyebaran para pelanggan yang meliputi biaya penagihan, biaya meteran, dan biaya pelayanan atau perbaikan-perbaikan nama pada rekening serta biaya untuk membaca meteran dan rekening. Biaya penyerahan berkaitan dengan volume pengiriman air sepeti biaya transport dan biaya penyaluran. Komponen biaya produksi pengelolaan air PDAM adalah biaya pengadaan bahan baku, biaya pengolahan, biaya transmisi, biaya distribusi, biaya umum, biaya administrasi, biaya penyusutan dan biaya amortisasi instalasi non pabrik 1. Salah satu maksimisasi keuntungan produsen/perusahaan adalah dengan minimisasi biaya produksi. Biaya eksplisit adalah pengeluaran aktual (secara akuntansi) perusahaan untuk penggunaan sumber daya dalam proses produksi. 1
Surat Keputusan menteri Dalam Negeri No 690-069 tanggal 28 Januari 1999
Sedangkan biaya implisit merupakan biaya ekonomi perusahaan atas penggunaan sumber daya yang ditimbulkan karena proses produksi. 3.1.2 Biaya Pengelolaan Produksi Air PDAM Menurut McNeill dan Tate (1991) dalam Ariestis (2004), biaya pengelolaan air PDAM terdiri atas biaya ekspansi (expansion cost), biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (average cost). Yang dimaksud dengan biaya ekspansi adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka pengembangan kapasitas pelayanan PDAM kepada masyarakat pelanggan. Contoh dari biaya ekspansi adalah pengeluaran untuk sambungan baru. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan air PDAM yang tidak berubah-ubah dalam waktu yang pendek terlepas dari volume air yang disalurkan. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap antara lain adalah biaya gaji pegawai yang tidak berhubungan dengan proses produksi air, biaya penyusutan peralatan, biaya beban kantor, biaya perjalanan dinas dan lain-lain. Komponen biaya terakhir yaitu biaya variabel adalah biaya yang besarannya berubah-ubah atau bervariasi sesuai dengan jumlah (volume) air yang disalurkan kepada pelanggan dan yang terbuang dalam waktu yang pendek. Contoh biaya variabel adalah biaya produksi air serta biaya penelitian dan pengembangan. 3.2 Penetapan Harga Air pada PDAM 3.2.1 Harga Pokok Air PDAM Manulang (1988) dalam Ristiani (2005) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan harga pokok adalah jumlah biaya untuk memproduksikan suatu produksi ditambah biaya lainnya sehingga barang itu berada di pasar. Unsur harga pokok dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu :
26
1.
Biaya langsung, adalah biaya yang langsung diterapkan kepada sejumlah hasil produksi tertentu, biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentah dan upah yang dibayar kepada tenaga kerja dalam suatu proses produksi dan merupakan biaya langsung kepada hasil produksi yang bersangkutan.
2.
Biaya tidak langsung, adalah biaya yang tak langsung ditetapkan kepada sejumlah hasil produksi tertentu akan tetapi kepada suatu prestasi, dengan perkataan lain biaya tak langsung merupakan biaya kepada prestasi tertentu dan termasuk biaya umum dan biaya penjualan. Kusuma (2006) menyatakan yang termasuk biaya langsung dalam proses
produksi air PDAM adalah biaya sumber, biaya pengolahan, biaya transmisi, serta distribusi. Sedangkan yang termasuk dalam biaya tidak langsung adalah biaya administrasi dan umum yang terdiri dari biaya pegawai, biaya kantor, biaya hubungan langganan, biaya litbang, biaya keuangan, biaya pemeliharaan, ruparupa biaya umum, penyusutan, instalasi biaya umum dan biaya bank. Penetapan harga pokok dilakukan dengan Metode Pembagian (Dealings Model) yakni dengan membagi total biaya keseluruhan yang dikeluarkan untuk proses produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan. Metode ini hanya dapat digunakan jika barang yang diproduksi hanya satu jenis barang yang homogen. Karena air merupakan barang tersebut, maka metode ini dirasa paling cocok untuk diterapkan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Harga Pokok Air =
Total biaya produksi air Jumlah air yang diproduksi
27
3.2.2 Penetapan Tarif Air PDAM Air merupakan barang ekonomi yang harus dikelola secara efisien. Penetapan tarif penggunaan air bersih sangat mempengaruhi tingkat efisiensi pengelolaan sumberdaya air tersebut. Metode penetapan tarif air bisanya dibuat sedemikian rupa agar dapat memberikan manfaat atau penerimaan bagi pegelola sumberdaya air yakni PDAM itu sendiri, serta dapat menjamin keberlangsungan pengelolaan dan sumberdaya itu sendiri. 3.2.2.1 Marginal Cost Pricing Efisiensi alokasi penggunaan umumnya dapat dicapai pada suatu titik dimana keuntungan marjinal (marginal benefit) bernilai sama dengan biaya marjinalnya (marginal cost), sehingga efisiensi ekonomi terjadi pada saat harga air ditetapkan sama dengan biaya marjinal yang bertujuan memaksimumkan nilai manfaat sosial bersih (Net Social Benefit). Hall (1996) dalam Syaukat (2000) menyatakan bahwa marginal cost pricing memiliki dua tujuan. Pertama, sebagai sinyal kepada konsumen mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan tambahan air. Dengan menggunakan informasi ini konsumen dapat memilih untuk mengonsumsi sejumlah tambahan air yang hanya jika dapat memberi tambahan manfaat yang setidaknya sama besar dengan biaya marjinal untuk memproduksi air. Kedua, bagi pengelola air tujuannya adalah untuk memberi sinyal berapa jumlah yang bersedia dibayar oleh konsumen pada tingkat harga tersebut. Berdasarkan harga yang direspon oleh konsumen, pengelola air dapat melihat mampu tidaknya konsumen membayar biaya marjnal dalam penyediaan air. Syaukat (2000) menyatakan bahwa sebagian besar ahli ekonomi berpendapat penetapan biaya marjinal dapat menunjukkan bahwa kegunaan 28
(utility) mengalami defisit. Hal ini bergantung pada hubungan antara biaya marjinal dengan biaya rata-rata produksi air. Masalah defisit tidak akan muncul pada kondisi ketika biaya marjinal lebih tinggi daripada biaya rata-rata pada jumlah output dengan harga tertentu. Namun jika utilitas memiliki bentuk kurva biaya rata-rata yang menurun, maka penetapan harga atas dasar biaya marjinal akan menyebabkan kerugian.
(a) Rising Arverage Cost (Naik) price
(b) Falling Average Cost (Turun) price
MC
d
d
AC
S U T
R
R
T
AC
V
MC d’ B
O
A
U
S
d’
y O
A
y
B
Sumber: Hall dalam Syaukat (2000)
Gambar 3.
Kurva Marginal Cost dan Average Cost pada Average Cost Naik (Rising) dan Menurun (Falling)
Gambar 3 bagian (a) menunjukkan kondisi saat average cost mengalami kenaikan. Kurva dd’ adalah kurva permintaan agregat. Biaya marjinal dan biaya rata-rata penawaran air ditunjukkan oleh kuva MC dan AC pada gambar. Biaya marginal (MC) seharusnya lebih kecil dari biaya rata-rata (AC) pada saat bentuk kurvanya menurun dan lebih besar ketika bentuk kurvanya naik. Jika sebuah harga tunggal untuk air dibebankan untuk menutupi biaya, maka harga akan 29
bernilai sama dengan OT dan air yang diproduksi sebesar OA. Dalam hal ini harga sama dengan biaya satuan dan kegunaan (utility) tidak mendapat keuntungan (keuntungan sama dengan nol atau normal profit). Bagaimanapun juga, ini bukan merupakan solusi untuk penggunaan sumberdaya yang terbaik. Pengggunaan sumberdaya yang terbaik adalah memproduksi air pada tingkat dimana marginal cost untuk tambahan penawaran air sama dengan harga air yang ingin dibayar konsumen. Pada solusi tersebut, jumlah keluaran yang tepat adalah sejumlah OB dengan harga marginal sebesar BS. Harga BS lebih besar daripada average cost, sehingga ada keuntungan bagi perusahaan. Keuntungan ini terletak antara penerimaan dan biaya, sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan ekspansi di masa depan. Masalah mengenai marginal cost pricing timbul ketika kurva marginal benefit (dd’) memotong kurva average cost dalam selang AC yang masih menurun, seperti yang digambarkan pada Gambar 3 bagian (b). Jumlah output dan harga output yang berdasarkan biaya rata-rata adalah sebesar OA dan AR, sementara jumlah output dan harga output yang berdasarkan biaya marjinal adalah sebesar OB dan BS. Pada kondisi ini, perusahaan akan mengalami kerugian. Kerugian yag terjadi sebesar selisih antara biaya rata-rata (AC) dan harga sebesar U dikalikan dengan jumlah output pada kondisi efisien. Kerugian yang dialami sebesar SV dikalikan dengan OB. 3.2.2.2 Full Cost Recovery Pricing Marginal Cost Pricing hanya fokus pada kondisi biaya marjinal yang ditunjukkan saat keuntungan marjinal dari mengkonsumsi air sama dengan biaya marjinalnya dan mengabaikan kondisi secara total. Kondisi keduanya baik biaya
30
total dan marjinal perlu diaplikasikan saat menentukan tingkat harga dan kuantitas. Penetapan harga atau tarif yang memperhatikan kondisi total adalah dengan FCRP. Hanemann (1998) dalam Fadillah (2011) membagi metode FCRP kedalam tiga bentuk : a) Ramsey Pricing : digunakan untuk menunjukkan sebuah kumpulan harga yang sama yang memaksimumkan keuntungan sosial bersih. b) Coase’s Two-part Tarif : metode ini menggunakan sebuah strategi tarif dua bagian untuk menemukan kondisi total dimana keuntungan total seharusnya melebihi total biaya. Ketika harga air dibentuk berdasarkan tarif dua bagian, konsumen atau pelanggan harus membayar ongkos tetap atau biaya masuk dalam bentuk sewa meteran dan bea administrasi dengan tujuan untuk menutupi biaya penggunaan air yang tidak berubah menurut jumlah penjualan. c) Decreasing and Increasing Block Rates: Metode ini merupakan perluasan dari penetapan tarif dua bagian increasing atau decreasing block rates dibedakan hanya pada tingkat urutan harga. Increasing block rate terjadi ketika p1
31
3.3
Kerangka Pemikiran Operasional Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) memiliki tanggung jawab dalam
melakukan
pengelolaan
sumberdaya
air
di
suatu
daerah.
Dalam
penyelenggaraannya, PDAM berusaha mengolah air yang didapat dari sumber air tertentu menjadi air bersih yang layak untuk dikonsumsi dan kemudian menyalurkannya kepada masyarakat. Namun kegiatan yang dilakukan oleh PDAM seringkali mengalami kendala dan permasalahan dalam pelaksanaannya. Kendala yang dihadapi seringkali cukup rumit dan kompleks mulai dari kelembagaan, anggaran, respon masyarakat, teknologi, maupun kendala-kendala lingkungan. Salah satu masalah yang tengah dialami oleh beberapa PDAM di Indonesia adalah masalah dana serta biaya-biaya produksi dan operasional pengelolaan air. Peningkatan ini dipicu oleh krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia dan berdampak besar bagi PDAM sebagai penyedia air bersih. Suatu solusi atau alternatif kebijakan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini harus ditemukan agar keberlangsungan pengelolaan air bisa tetap terjaga. Tahap pertama penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya air oleh PDAM Menang Mataram dengan menggunakan analisis deksriptif. Tahapan ini meliputi berbagai hal antara lain mengenai deskripsi produksi air, bagaimana pengelolaan air baku hingga menjadi air bersih yang siap disalurkan, serta kendala-kendala yang dihadapi. Tahap kedua adalah dengan menganalisis fungsi biaya produksi dengan cara regresi linear berganda. Hal ini dilakukan untuk melihat pengelolaan dan penawaran air bersih dari sisi PDAM sebagai supplier.
32
Tahap berikutnya adalah mengetahui respon terhadap air bersih dari sisi konsumen. Pada tahapan ini peneliti bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan air bersih serta bagaimanakah bentuk kurva permintaan tersebut. Tahap terakhir adalah melakukan evaluasi terhadap penetapan tarif air bersih PDAM dengan mekanisme marginal cost pricing. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 4.
33
Pengelolaan Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih
Perusahaan Daerah Air
Kelangkaan Ketersediaan Air Bersih, Biaya Produksi Tinggi, Cakupan Pelayanan Rendah, Tarif Air PDAM
Sistem
Analisis Ekonomi
Pengelolaa n SD Air Sisi Konsumen
Estimasi Fungsi Permintaan Air
Analisis Deskriptif
Sisi Produsen
Estimasi Fungsi Biaya Produksi
Analisis Regresi Linear
Penetapan Tarif Air Secara Ekonomi
Marginal Cost
Evaluasi Tarif Air Bersih PDAM
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
34
IV. METODE PENELITIAN
4.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di tiga kabupaten yakni Kota Mataram,
Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara dengan mengambil kasus pengelolaan sumberdaya air oleh PDAM Menang Mataram. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PDAM Menang Mataram memiliki fungsi dan peran yang strategis terhadap penyediaan air bersih di tiga kabupaten di Pulau Lombok namun wilayah cakupannya masih sangat kecil serta pengelolaan yang kurang efisien. Pemilihan lokasi ini bertujuan untuk menganalisis sistem pengelolaan sumberdaya air PDAM Menang Mataram dalam mengolah dan memanfaatkan sumberdaya air, mengestimasi fungsi biaya produksi, mengestimasi fungsi permintaan terhadap air serta mengevaluasi kebijakan tarif air yang sedang berlaku dengan metode marginal cost pricing. Pengambilan data primer penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2012. 4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden melalui kuesioner. Data primer berupa data cross section yang meliputi data mengenai respon dan permintaan konsumen terhadap air PDAM, data-data mengenai pengelolaan sumberdaya air di PDAM Menang Mataram dan datalainnya yang terkait dengan penelitian. Data sekunder berupa data deret waktu (time series) yang meliputi data-data terkait yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
antara lain data-data produksi air, biaya produksi, kebijakan tarif, serta data-data lainnya yang dibutuhkan di dalam penelitian ini. Data-data ini diperoleh dari berbagai pustaka serta data yang tersedia di PDAM Menang Mataram. 4.3
Metode Pengambilan Contoh Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja
(purposive sampling). Sampel yang dimaksud merupakan rumah tangga konsumen air PDAM yang mencakup seluruh daerah pelayanan PDAM Menang Mataram yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara. Sampel yang digunakan dihitung dengan rumus Slovin sebanyak 99 konsumen PDAM Menang Mataram yang mencakup konsumen rumah tangga dan kelompok sosial melalui perhitungan berikut. 𝑛= 𝑛=
𝑁 1 + 𝑁𝑒 2
81940 1 + 81940. (0,1)2
𝑛 = 99,8
Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara dengan
menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang sudah dipersiapkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Matriks Pengumpulan Data dan Metode Analisis No
Tujuan Penelitian
1.
Mengidentifikasi pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air oleh PDAM Menang Mataram Mengestimasi Fungsi Biaya Produksi Air Bersih
2.
Data yang Diperlukan Data sumber air baku PDAM Menang Mataram, mekanisme pengelolaan air baku,
Sumber Data PDAM Menang Mataram
Metode Analisis Analisis Deskriptif
Data Produksi air, Data Biaya Total Produksi, Data
Bagian Produksi dan Bagian
Estimasi fungsi TC melalui regresi linier .
36
No
Tujuan Penelitian
Data yang Diperlukan Komponen-komponen Biaya Total
3
Mengestimasi Permintaan Air Bersih PDAM Menang Mataram
Konsumsi air bersih, Pendapatan, Harga air, Data sumur/embung, Tingkat Pendidikan, Aggota Keluarga,
4
Evaluasi tarif air PDAM Menang Mataramt melalui mekanisme MC Pricing
Seluruh komponen biaya , tarif air yang berlaku, volume air terproduksi, terdistribusi, terjual, pendapatan air, pendapatan non air
4.4
Sumber Data Keuangan PDAM Menang Mataram Data Primer
Bagian keuangan dan Profil Perusahaan PDAM Menang Mataram, wawancara.
Metode Analisis
Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan air besih melalui regresi linear berganda Metode Marginal Cost Pricing
Metode Analisis Data Pengolahan dan analisis data-data yang telah dikumpulkan dalam
penelitian ini dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Excell 2007 dan SPSS 16. 4.4.1
Analisis Deskriptif Juanda (2007) menyatakan bahwa analisis data pada dasarnya digunakan
dalam rangka mengungkap informasi yang relevan di dalam data dan menyajikan hasil dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana. Analisis deskriptif diperlukan dalam melakukan analisis data dengan menggunakan berbagai cara misalnya dengan menampilkan grafik, diagram serta rekapitulasi data dalam bentuk tabel. Analisis deskriptif bersifat eksploratif berupaya menelusuri dan mengungkapkan struktur dan pola data tanpa mengaitkan secara kaku asumsiasumsi tertentu.
37
Analisis deskriptif digunakan agar penelitian tidak hanya terbatas pada data statistik yang bersifat kaku, selain itu agar penelitian dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih menarik. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan antara lain untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai karakteristik pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air oleh PDAM Menang Mataram untuk masyarakat Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara. 4.4.2
Fungsi Biaya Produksi Air PDAM Analisis fungsi biaya air PDAM merupakan analisis yang menjelaskan
hubungan antara jumlah biaya total produksi air dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan biaya produksi tersebut. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pembentukan biaya total produksi tersebut adalah jumlah air yang di produksi serta biaya-biaya langsung dan tidak langsung yang harus ditanggung oleh perusahaan. Biaya langsung dan tak langsung tersebut terdiri dari biaya investasi seperti biaya instalasi sumber air dan biaya instalasi reservoir, serta biaya operasional seperti biaya pegawai dan biaya administrasi perusahaan. Model dibangun dengan mentransformasi fungsi Cobb Douglass menjadi fungsi linear sebagai berikut: 𝛽
𝑇𝐶 = 𝛽0 𝑄𝑡 1 menjadi :
ln 𝑇𝐶 = 𝛽0 + 𝛽1 ln 𝑄𝑎𝑡 + 𝜀𝑖 dengan: TC
: Biaya total produksi air (Rp)
Q
: Jumlah produksi air bersih (M3)
38
t
: Bulan ke t
tanda parameter yang diharapkan adalah : 𝛽0 , 𝛽1 , > 0
Metode statistik yang digunakan untuk menerangkan hubungan sebab
akibat antara biaya produksi total dengan faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi itu sendiri adalah regresi linear dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square, OLS). 4.4.3
Fungsi Permintaan Air PDAM Analisis fungsi permintaan merupakan analisis yang dilakukan untuk
melihat hubungan antara tingkat permintaan air PDAM dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya pembentukan tingkat permintaan air tersebut. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap permintaan air PDAM adalah tingkat konsumsi air bersih per rumah tangga, harga atau tarif air yang ditetapkan, pendapatan rumah tangga, jumlah anggota keluarga serta kepemilikan sumur atau embung (tampungan air). Model fungsi permintaan dibangun dengan pendekatan metode regresi linear dan dirumuskan sebagai berikut: 𝑌𝑖 = 𝑐0 + 𝑐1 𝐴𝐾𝑖 + 𝑐2 𝑃𝑎𝑖 + 𝑐3 𝐷𝑖 + 𝑐4 𝐸𝑎𝑖 + 𝑐5 𝐻𝑎𝑖 + 𝜀𝑖
dengan : 𝑌𝑖
: Permintaan air per rumah tangga (M3)
𝐴𝐾𝑖
: Jumlah anggota keluarga rumah tangga ke- i
𝐷𝑖
: Kepemilikan sumur/embung
𝐻𝑎𝑖
: Harga/tarif air PDAM yang rata-rata dibayarkan oleh rumah
𝑃𝑎𝑖
𝐸𝑎𝑖
: Pendapatan rumah tangga ke- i (Rp)
: Lama pendidikan (tahun)
tangga ke- i per bulan (Rp/M3)
39
𝑐0 , 𝑐1 , 𝑐2 , 𝑐4, 𝑐5 : koefisien regresi 𝑐3
: dummy sumur/embung, bernilai 1 jika rumah tangga mempunyai sumur/embung dan bernilai 0 jika sebaliknya.
Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah 𝑐1 , 𝑐2 , 𝑐4 > 0 dan 𝑐3 , 𝑐5 < 0.
Metode statistik yang digunakan untuk menerangkan hubungan antara
tingkat permintaan air dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah regresi linear dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square, OLS). 4.4.4 Penetapan Tarif dengan Marginal Cost Pricing Harga air yang efisien dan sesuai dengan marginal cost pricing adalah pada saat harga p = MC = d. Persamaan MC dapat diperoleh melalui penurunan fungsi biaya total pengelolaan sumberdaya air. Penurunan fungsi MC dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut: 𝑀𝐶 =
𝜕𝑇𝐶 𝛽 −1 = 𝛽0 𝑄𝑡 1 𝜕𝑄𝑎
Setelah mendapatkan fungsi MC, plotkan kurva MC dengan
kurva
demand sehingga akan terdapat titik perpotongan antara dua kurva. Titik ini merupakan titik dimana PDAM dapat berproduksi dengan alokasi sumberdaya air yang efisien. Harga dengan MC pricing ini kemudian akan dibandingkan dengan biaya rata-rata produksi dan tarif air yang diberlakukan. 4.5
Uji Kesesuaian Model Evaluasi parameter terutama dilakukan berdasarkan kriteria ekonomi yaitu
apakah tanda dan besaran estimator sesuai dengan yang diprediksi teori (theoretically meaningful). Seperti yang dikatakan Koutsoyiannis (1977) jika parameter yang dihasilkan memiliki tanda dan besaran yang tidak sesuai dengan yang diprediksi teori ekonomi maka hasil yang diperoleh harus ditolak kecuali 40
terdapat alasan yang kuat untuk membuktikannya dan penjelasan itu harus dinyatakan secara eksplisit. Kriteria berikutnya adalah kriteria statistik yaitu parameter yang dihasilkan memuaskan secara statistik, memiliki koefisien determinasi (R2) tinggi dan standard error yang kecil (statistically satisfactory). R2 yang tinggi menunjukkan explanatory variable yang digunakan dapat menjelaskan sebagian besar variasi dari nilai variabel endogenous dan standard error parameter yang kecil menunjukkan tingginya reliabilitas model. Menurut Utama (2006), pengujian statisatik dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel dependennya. Kriteria terakhir yang digunakan adalah kriteria ekonometrika yaitu apakah asumsi yang diperlukan (terutama asumsi yang paling kritis) telah terpenuhi atau tidak. Jika asumsi tersebut tidak terpenuhi maka parameter estimasi tersebut boleh jadi bersifat bias atau bahkan tidak valid untuk digunakan dalam prediksi. Pengujian ekonometrik tersebut meliputi uji normalitas, autokorelasi, uji multikolinearitas serta uji heteroskedatisitas. 4.5.1. Goodness of Fit (R- Square) R-Square adalah proporsi variasi dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independennya. R-Square memiliki range 0≤R-Square≤1. Jika R-Square bernilai 1 maka 100 variasi dalam variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen dalam model. Sedangkan jika R-Square bernilai 0 maka variasi dalam variabel dependen tidak dapat
dijelaskan
oleh
variabel-variabel
independennya.
Nilai
R-Square
dirumuskan sebagai berikut:
41
𝑅𝑆𝑆
R-Square = 𝑇𝑆𝑆 dimana:
RSS = Jumlah kuadrat regresi; TSS = Jumlah kuadrat total. 4.5.2. Uji Statistik F Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel eksogen secara bersama-sama memberikan pengaruh kepada variabel endogen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan distribusi F yang memiliki derajat kebebasan pembilang k-1 dan penyebut n-k. Nilai uji statistik untuk pengujian regresi k variabel dirumuskan sebagai berikut:
F-hitung =
𝑅2 𝑘−1 1−𝑅2 (𝑛−𝑘)−𝑛
=
𝐽𝐾𝑅 𝑘−1 𝐽𝐾𝐺 (𝑛−𝑘)
dimana: F− tabel = Fα (k-1, n-k) n : Jumlah pengamatan k : Jumlah variabel α : Selang kepercayaan Hipotesis : H0
: β1 = β2 β1 = 0
H1
: β1 ≠ β2 β1 ≠ 0
F hitung > F tabel : Tolak H 0 F hitung ≤ F tabel : Tidak cukup alasan untuk menolak H 0.
42
Jika F-hitung lebih besar dari f tabel pada selang kepercayan tertentu dengan derajat bebas k-1, n-k maka tolak H 0, artinya variabel-variabel eksogen secara bersama-sama mampu memberikan pengaruh kepada variabel endogen. Sebaliknya jika nilai F-hitung lebih kecil, artinya parameter estimasi tidak berbeda dengan nol sehingga tidak akan memberikan pengaruh kepada variabel endogen. 4.5.3. Uji Statistik T Pengaruh masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen dapat diketahui melalui uju statistik t yang dirumuskan sebagai berikut: 𝑡 − ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = dimana:
𝛼𝑖 − 𝛽𝑖 𝑠𝑒 (𝛼𝑖)
i
= 0,1,2,3...........n
t tabel = t α/2, (n-k) dengan: ai
: nilai koefisien regresi atau parameter
se (a i )
: Standar error dugan parameter
n
: Jumlah pengamatan
k
: Jumlah variabel
α
: Selang kepercayaan
Hipotesis: H0
: β1 = 0
H1
: β1 ≠ 0
t-hitung > t-tabel : Tolak H 0 t-hitung ≤ t-tabel : Tidak cukup alasan untuk menolak H 0
43
Apabila t-hitung lebih besar daripada nilai t-tabel pada selang kepercayaan tertentu dengan derajat kebebasan n-k maka tolak H 0, berarti variabel eksogen tersebut berpengaruh nyata secara statistik terhadap variabel endogen. Semakin besar nilai t-hitung, semakin menyatakan bahwa variabel tersebut signifikan secara statistik. Sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel maka artinya variabel tersebut tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel endogen. 4.5.4. Uji Multikolinearitas Model yang melibatkan banyak variabel bebas seringkali mengalami masalah
multikolinearitas. Menurut Gujarati (1995), multikolinearitas adalah
adanya hubungan linear antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi sehingga nilai koefisien sulit untuk ditentukan. Jika dalam suatu persamaan regresi terdapat perfect multicolinearity maka nilai koefisien tidak dapat ditentukan dan nilai standar error menjadi tidak terhingga (infinite). Metode OLS (Ordinary Least Square) yang digunakan untuk menduga persamaan yang mengandung near multicolinearity akan tetap menghasilkan parameter yang tidak bias dan tetap mempunyai varians yang minimum. Salah satu cara mendeteksi adanya multikolinearitas dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10 maka tidak terdapat multikolinearitas. Sebaliknya, jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) > 10 maka terdapat multikolinearitas. 4.5.5. Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan salah satu pelanggaran asumsi klasik yang menyatakan bahwa dalam pengamatan yang berbeda tidak terdapat korelasi antar
44
error term. Autokorelasi menyebabkan error term memiliki korelasi satu sama lain, sehingga nilai covarians antar keduanya tidak lagi bernilai nol (𝐶𝑜𝑣 �𝜀𝑖 , 𝜀𝑗 � ≠ 0, 𝑖 ≠ 𝑗). Error yang berkorelasi ini dapat disebabkan oleh
beberapa hal, dan seringkali terjadi pada time series. Data yang dikumpulkan berdasar urutan waktu tertentu seringkali memiliki sisaan yang saling berkorelasi. Sisaan dari pengamatan pada waktu tertentu cenderung untuk berkorelasi dengan sisaan yang berdekatan. Akibat adanya autokorelasi, metode OLS (Ordinary Least Square) tidak menghasilkan nilai estimasi BLUE (Best Linear Unbiased Estimations). Hasil estimasi parameter masih tetap linear dan unbiased tetapi tidak efisien (varians under estimate). Nilai standar eror hasil estimasi OLS akan lebih kecil dibandingkan dengan standar eror yang sebenarnya, sehingga nilai tstatistik akan lebih besar (overestimate). Uji yang paling sering dilakukan dalam mendeteksi adanya autokorelasi dalam suatu model adalah uji DW (Durbin-Watson test). Nilai statistik DW berada pada kisaran 0 sampai 4, dan jika hasilnya mendekati 2 makan menunjukkan tidak ada autokorelasi ordo kesatu (Juanda, 2009). Hipotesis mengenai daerah keputusan H0 dan H1 adalah sebagai berikut: H 0 : tidak ada autokorelasi H 1 : terdapat autokorelasi Tolak H 0 jika 4 − 𝑑𝐿 < 𝐷𝑊 < 4 atau 0 < 𝐷𝑊 < 𝑑𝐿 dan sebaliknya,
tidak tolak H 0 jika 𝑑𝑢 < 𝐷𝑊 < 4 − 𝑑𝑢.
4.5.6. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi jika varian eror tidak konstan untuk setiap observasi, dimana var(εi) = E(εi² ) = σi² (Gujarati, 1995). Akibat adanya
45
heteroskedastisitas, estimasi dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square) akan tetap menghasilkan estimator yang unbiased dan konsisten tetapi tidak efisien. Hal ini disebabkan karena tidak memiliki varian yang minimum sehingga nilai t-statistik dan f-stastistik yang didapatkan terlalu kecil (tidak signifikan) dan interval dari nilai β terlalu lebar. Langkah-langkah pengujian heteroskedastisitas dengan uji White heteroskedasticity dapat dilakukan sebagai berikut: H 0 : tidak ada heteroskedastisitas H 1 : ada masalah heteroskedastisitas Tolak H 0 jika obs* R2 > atau probability obs* R2 < α Gejala heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan melihat dari plot grafik hubungan antara residual dengan fits-nya. Jika pada gambar ternyata residual menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. 4.6
Definisi Operasional Dalam rangka memperjelas dan mempersempit ruang lingkup penelitian
ini digunakan definisi operasional sebagai berikut: 1. Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah mengkaji tentang pengelolaan air, produksi serta biaya produksi air, permintaan air PDAM dan evaluasi kebijakan tarif yang diberlakukan oleh PDAM Menang Mataram. 2. Air bersih adalah air dengan karakteristik bersih, jernih, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa tertentu (tawar). (Berdasarkan UU RI No. 11 tahun 1974).
3. Air bersih PDAM adalah air yang telah diproses menjadi air jernih sebelum dialirkan ke konsumen melalui pipa-pipa distribusi.
46
4. Air baku adalah air yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan air
PDAM yang diperoleh baik dari mata air maupun air permukaan. 5. Air produksi PDAM adalah adalah air yang diproses menjadi air bersih yang siap dikonsumsi oleh konsumen. 6. Perusahaan Daerah Air Minum adalah perusahaan milik pemerintah daerah yang melakukan kegiatan pemanfaatan air, pengadaan, pengolahan, distribusi air bersih untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat. 7. Kapasitas produksi air minum adalah keluaran atau jumlah produksi air minum yang mampu di produksi dalam jangka waktu tertentu
8. Tarif air minum adalah harga air minum setiap satu meter kubik yang dibayar oleh seorang pelanggan sesuai pemakainya yang ditetapkan oleh pihak PDAM bersama Pemerintah Daerah sesuai kelompok pelanggan. 9.
Konsumen PDAM adalah setiap orang atau badan yang menggunakan air produksi dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
10. Profit merupakan selisih antara tarif dengan biaya produksi rata-rata dikalikan dengan jumlah air yang diproduksi. Rente ekonomi merupakan selisih antara tarif yang diberlakukan dengan harga dari makret clearing dikalikan dengan jumlah air yang diproduksi.
47
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1
Gambaran Umum Wilayah Cakupan Pelayanan PDAM Menang Mataram. PDAM Menang Mataram melayani tiga kabupaten di Pulau Lombok,
Propinsi Nusa Tenggara Barat dalam penyediaan kebutuhan air bersih yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara. Kota Mataram merupakan Ibu Kota Propinsi Nusa Tenggara Barat, diapit oleh Kabupaten Lombok Barat pada sebelah timur dan selatan, Selat Lombok pada sebelah barat, serta berbatasan dengan Kabupaten Lombok Utara pada bagian utara. Wilayah Kota Mataram terletak antara 08o 33’ sampai 08o 38’ lintang selatan dan antara 116o 04’ sampai 116o10’ bujur timur, dan memiliki wilayah seluas 61,30 km2 yang terbagi dalam 6 kecamatan. Kecamatan terluas adalah Selaparang yaitu sebesar 10,76 km2, disusul Kecamatan Mataram dengan luas wilayah 10,76 km2. Sedangkan wilayah terkecil adalah Kecamatan Ampenan dengan luas 9,46 km2. Berdasarkan data yang ada di BPS tahun 2010, jumlah penduduk Kota Mataram tercatat sebanyak 402 843 jiwa yang terdiri dari 199 332 jiwa penduduk laki-laki dan 203 511 jiwa penduduk perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata sebesar 6 572 jiwa per km2 (BPS Kota Mataram, 2011). Adapun topografi wilayah Kota Mataram dikategorikan sebagai dataran rendah dengan ketinggian 0-75 m diatas permukaan laut. Wilayah Kota Mataram dilintasi oleh Sungai Jangkuk yang mengalir dari barat ke timur sehingga dapat menjadi sumber air alternatif bagi masyarakat meskipun kebersihannya kurang layak untuk dikonsumsi.
Menurut Stasiun Klimatologi I Mataram, suhu udara rata-rata di Mataram tahun 2010 berkisar 23,91o C sampai dengan 31,94o C. Kelembaban udara ratarata bervariasi dari 79 persen sampai dengan 85 persen, sementara curah hujan tertinggi tercatat pada bulan September sebesar 489 mm dan hari hujan terbanyak tercatat pada bulan Mei sebesar 24 hari. Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Barat yang keadaan geografisnya menguntungkan. Pemandangan alamnya yang indah, tanah yang subur, serta cadangan air yang melimpah menjadi potensi yang dimanfaatkan dengan baik oleh Kabupaten ini. Secara geografis, Kabupaten ini berada di 115,46° ‐ 116,20° bujur timur, dan 8,25° ‐ 8,55° lintang selatan. Kabupaten Lombok Barat berbatasan dengan Kabupaten Lombok Utara di
sebelah utara, sedangkan sebelah selatannya berbatasan dengan Samudra Indonesia. Di sebelah timur Kabupaten Lombok Barat berbatasan dengan Kabupaten Lombok tengah dan di sebelah barat berbatasan dengan Selat Lombok dan Kota Mataram. Pusat pemerintahan Kabupaten Lombok Barat terletak ada Kecamatan Gerung. Dengan luas wilayah sebesar 1 053,92 km², Kabupaten Lombok Barat terbagi menjadi 10 kecamatan, dimana wilayah terluas terdapat pada Kecamatan Sekotong dengan luas wilayah sebesar 529,38 km2 dan wilayah terkecil adalah Kecamatan Kuripan dengan luas wilayah sebesar 21,56 km2. Pada tahun 2010, Kabupaten Lombok Barat memiliki penduduk sebanyak 599 986 jiwa yang terdiri dari 293 528 jiwa penduduk laki-laki dan 306 458 jiwa penduduk perempuan dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 569 jiwa per km2 (BPS Kabupaten Lombok Barat, 2011). Adapun topografi wilayah Kabupaten Lombok Barat cukup
49
bervariasi karena terdiri dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian daerah terendah di Kecamatan Sekotong sebesar 5 m dari permukaan laut dan ketinggian tertinggi pada Kecamatan Narmada yakni 256 m dari permukaan laut. Kabupaten Lombok Barat sangat subur terdapat 12 sungai yang mengaliri dan setiap kecamatan paling tidak dialiri oleh satu sungai. Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Mataram, suhu udara rata-rata di Kabupaten Lombok Barat tahun 2010 berkisar 22,8o C sampai dengan 33o C. Kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 79 persen sampai dengan 85 persen, sementara curah hujan tertinggi tercatat pada bulan September sebesar 489 mm dan hari hujan terbanyak tercatat pada bulan Desember sebesar 25 hari. Kabupaten Lombok Utara merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Lombok Barat yang berdiri pada tahun 2009. Secara geografis, Kabupaten Lombok Utara berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, sedangkan sebelah selatannya berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat. Selain itu Kabupaten Lombok Utara diapit oleh Selat Lombok pada sebelah barat dan pada sebelah timur diapit oleh Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Tengah. Memiliki luas wilayah sebesar 809,53 km², Kabupaten Lombok Utara terbagi menjadi 5 kecamatan, dimana wilayah terluas terdapat pada Kecamatan Bayan dengan luas wilayah sebesar 329,1 km2 dan wilayah terkecil adalah Kecamatan Pemenang dengan luas wilayah sebesar 81,09 km2. Pusat pemerintahan Kabupaten Lombok Utara terletak pada Kecamatan Tanjung. Struktur penduduk Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2010 didominasi oleh
50
penduduk dengan jenis kelamin perempuan Dengan jumlah penduduk sebesar 200 072 jiwa, jumlah penduduk perempuan adalah sebesar 101 405 jiwa sedangkan
jumlah penduduk laki-laki adalah sebesar 98 667 jiwa dan dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 569 jiwa per km2 (BPS Kabupaten Lombok Utara, 2011). Adapun topografi wilayah Kabupaten Lombok Utara dapat dikategorikan sebagai dataran rendah dengan ketinggian rata-rata sebesar 5-7 m dari permukaan laut. Daerah dengan ketinggian tertinggi terletak pada Kecamatan Tanjung yakni 10 m dari permukaan laut. Kabupaten Lombok Utara memiliki kondisi geografis yang menguntungkan dengan banyaknya sungai yang melintas. Secara total terdapat 28 sungai yang mengaliri daerah ini, membuat sebagian besar lahan yang ada di Kabupaten Lombok Utara cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. 5.2
Gambaran Umum PDAM Menang Mataram
5.2.1
Sejarah dan Perkembangan PDAM Menang Mataram Keberadaan PDAM Menang Mataram yang sebelumnya dikenal dengan
PDAM Kabupaten Lombok Barat diawali dengan pembangunan Sistem Penyediaan Air Bersih di Kota Mataram pada tahun 1973 oleh Direktorat Teknik Penyehatan Departemen Pekerjaan Umum yang dibiayai dari APBN dan Buyers Credit dari Australia. Berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen PU Nomor : 3/9/KPTS/CK/76 tanggal 20 Desember 1976 dibentuk Badan Pengelola Air Minum (BPAM) dengan jangkauan pelayanan untuk Kecamatan Cakranegara, diperluas tahun 1978/1979 untuk Kecamatan Mataram dan Kecamatan Ampenan tahun 1979/1980. Kemudian berdasarkan
51
Surat KPTS Dirjen Cipta Karya Dept. PU No.37/9/KPTS/CK/1981 tanggal 1 April 1981 BPAM Mataram berubah menjadi BPAM Lombok Barat. Untuk mengantisipasi rencana penyerahan aset yang dikelola oleh PDAM kepada Pemerintah Daerah tahun 1980 Bupati Lombok Barat bersama DPRD Tk. II Lombok Barat menetapkan PERDA Nomor 6 tentang pendirian PDAM Kabupaten Lombok Barat. Baru pada tahun 1986 sarana, prasarana fasilitas air bersih dikelola oleh BPAM resmi seluruhnya diserahkan oleh Menteri PU kepada Bupati Lombok Barat melalui SK Gubernur NTB Nomor 166/KPTS/1986 tanggal 26 April 1986. Pada tahun 1988 Perda Nomor 6 Tahun 1980 dirubah dan disempurnakan dengan PERDA Nomor 1 Tahun 1988 tentang pendirian PDAM Kabupaten Lombok Barat. Berdasarkan UU Nomor 4 tahun 1993 tanggal 26 Juli 1993 tentang pembentukan Kota Mataram, tonggak sejarah awal berpisahnya Kabupaten Lombok Barat dengan Kota Mataram, menimbulkan konsekuensi pembagian aset. Menyadari dan berpedoman pada Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1993, disepakati kepemilikan PDAM secara bersama oleh kedua pemerintahan dengan ditandatanganinya Surat Keputusan Bersama Bupati Lombok Barat dan Walikota Mataram Nomor 45 Tahun 1998/3/KPPS/1998 dengan proposi pembagian 65persen untuk Kabupaten Lombok Barat dan 35persen untuk Kota Mataram. PDAM Menang Mataram merupakan PDAM pertama di Indonesia yang dimiliki oleh dua pemerintahan. Perubahan nama manjadi PDAM Menang Mataram menunjukkan nama Ibukota kedua pemerintahan, Menang adalah nama Ibukota Kabupaten Lombok Barat dan Mataram adalah nama Ibukota Kota Mataram.
52
5.2.2
Cakupan Pelayanan PDAM Menang Mataram PDAM Menang Mataram memberikan pelayanan air bersih untuk wilayah
Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara. Sampai bulan April 2012 jumlah pelanggan yang terlayani adalah 81 904 unit yang terdiri dari pelanggan sosial, rumah tangga, instansi pemerintah, dan komersil. Berdasarkan jenis tarif, pelanggan PDAM Menang Mataram dibagi menjadi 4 kelompok yakni Kelompok 1 untuk pelanggan sosial, Kelompok II untuk rumah tangga, instansi pemerintah kabupaten dan kota, serta niaga kecil dan sedang, Kelompok II untuk instansi pemerintah propinsi, rumah mewah dan hotel, serta industri dan niaga besar, dan terakhir Kelompok IV untuk kepentingan khusus. Deskripsi masing-masing kelompok disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Deskripsi Kelompok Pelanggan PDAM Menang Kelompok Sosial A (IA) -Keran Umum, Terminal Air -Kamar mandi / WC Umum -Rumah / Tempat Ibadah Kelompok Sosial C (IC) -Panti Asuhan -Yayasan Sosial -Pesantren dan Madrasah -Palang Merah Indonesia (PMI) Kelompok 2A : Rumah Tangga A Rumah tangga yang kondisi rumahnya sederhana dan semi permanen dan berada dilokasi pemukiman padat penduduk termasuk yang di kompleks perumahan dengan ukuran 21- 36 M2 yang belum direnovasi. Kelompok 2C : Rumah Tangga C Rumah tangga yang kondisi rumahnya permanen yang didepannya terdapat jalan termasuk saluran got dan berm yang mempunyai lebar 6 meter sampai dengan kurang dari 9 meter dan ukuran bangunan maksimal 100 M2 Kelompok 2E : Instansi Pemerintah Kabupaten Instansi / Lembaga Pemerintah, TNI, POLRI dan Lembaga non komersial seperti lembaga pendidikan / diklat dan kursus dari Instansi
Kelompok Sosial B (IB) -Rumah Sangat Sederhana (RSS)
Kelompok Sosial D (ID) -Puskesmas -Sekolah Dasar, SLTP dan SLTA -Perguruan Tinggi -Rumah Sakit / Klinik Pemerintah Kelompok 2B : Rumah Tangga B Rumah tangga yang kondisi rumahnya semi permanen yang didepannya terdapat jalan termasuk saluran got dan berm yang mempunyai lebar 3 meter sampai dengan kurang dari 6 meter, dan ukuran bangunan maksimal 50 M2 Kelompok 2D : Rumah Tangga D - Rumah tinggal yang ada warung, kios dan tempat usaha lainnya. - Rumah tinggal yang terdapat kamar kos-kosan maksimum 3 kamar. - Rumah tinggal tempat memproduksi sesuatu yang memiliki nilai ekonomi seperti industri tahu/tempe, kerajinan tangan dll. Kelompok 2F : Niaga Kecil Niaga kecil adalah golongan pelanggan yang setiap harinya berhubungan dengan suatu usaha yang dapat mendatangkan keuntungan dengan skala kecil, yg berada di jalan dengan lebar
53
Pemerintah dan sejenisnya untuk tingkat Kabupaten/ Kota termasuk rumah jabatan tingkat Kabupaten yang fasilitas airnya dibayarkan oleh Lembaga/Instansi tersebut. Kelompok 2G : Niaga Sedang Niaga sedang adalah golongan pelanggan yang setiap harinya berhubungan dengan suatu usaha yang dapat mendatangkan keuntungan dengan skala Menengah dan berada di jalan utama, jln Protokol dengan lebar termasuk berm di atas 8 meter, antara lain: Rumah makan, ruko, toko, biro jasa, losmen, rumah sakit tipr C dan D/ klinik swasta. Kelompok 3A : Instansi Pemerintah Propinsi adalah instansi / Lembaga Pemerintah, TNI, POLRI dan Lembaga non komersial seperti lembaga pendidikan / diklat dan kursus dari Instansi Pemerintah dan sejenisnya untuk tingkat Propinsi termasuk rumah jabatan tingkat Propinsi yang fasilitas airnya dibayarkan oleh Lembaga/Instansi tersebut.
termasuk berm antara 3 – 8 meter, seperti toko, biro jasa, dan losmen.
Kelompok 3C : Hotel Melati adalah Hotel yang memiliki fasilitas kamar standard seperti tempat tidur, kamar mandi, AC dan tidak memiliki fasilitas hotel berbintang seperti : kolam renang, restaurant, lobby, dan suite room.
Kelompok 3D : Industri dan Niaga Besar adalah pelanggan yang setiap harinya berhubungan dengan suatu usaha yang dapat mendatangkan keuntungan dengan kegiatan usaha /Niaga / Industri bersekala Besar antara lain : importir / eksportir, jasa ekspedisi, pasar swalayan / mall, rumah sakit swasta type A/B, kolam renang, spbu, distributor / grosir / pedagang besar, dealear kendaraan bermotor, bengkel besar, kantor-kantor perbankan, hotel berbintang, pabrik, dan tempat hiburan.
Kelompok 3B : Rumah Mewah Rumah mewah adalah rumah tangga yang bangunannya permanen termasuk kelas mewah antara lain : Rumah tinggal yang didepannya terdapat jalan utama, jalan kembar, jalan protokol yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, serta kompleks perumahan dan real estate.
Kelompok 4 : Kelompok Khusus adalah kelompok pelanggan yang tarifnya diatur secara khusus dan besarnya ditetapkan atas kesepakatan bersama, antara lain : pelabuhan, koperasi atau Lembaga Kelompok Masyarakat yang Melayani jasa angkutan air bersih ke Kawasan 3 Gili ( Karya Bahari, Takesra Baweang dan Pasir Biru ), keran umum SD, pondok pesantren.
Sumber: PDAM Menang Mataram (2011)
Pelanggan PDAM Menang Mataram yang terbesar tiap tahunnya adalah pelanggan rumah tangga yakni sebesar 72 412 unit sampai dengan bulan April 2012 atau sekitar 88 persen dari total pelanggan. Hal ini disebabkan karena jumlah rumah tangga yang banyak sehingga kelompok pelanggan ini memerlukan air bersih yang paling banyak dibandingkan dengan kelompok pelanggan lainnya.
54
Tabel 4 berikut menyatakan jumlah pelanggan PDAM Menang Mataram berdasarkan kelompok tarifnya. Tabel 4. Jumlah Pelanggan PDAM Menang Menurut Kelompok Tahun 2012 Kelompok Kelompok I
Golongan
Sosial A Sosial B Sosial C Sosial D Kelompok II Rumahtangga A Rumahtangga B Rumahtangga C Rumahtangga D Instansi Pem Kab./Kota (E) Niaga Kecil (F) Niaga Sedang (G) Kelompok III Instansi Pem Prov (A) Rumah Mewah (B) Hotel Melati (C) Indistri dan Niaga Besar (D) Kelompok IV Kelompok Khusus Total Sumber: PDAM Menang Mataram (2012)
Jumlah Pelanggan 614 680 46 701 16 7 150 62 764 2 482 375 939 4 921 222 535 45 399 15 81 904
Tarif air bersih yang yang diberlakukan oleh PDAM Menang Mataram ditetapkan berdasarkan Keputusan Bersama Bupati Lombok Barat dan Walikota Mataram Nomor 11 Tahun 2011 dan Nomor 03 Tahun 2011 Tanggal 20 Agustus 2011 tentang Penetapan Tarif Air Minum PDAM Menang Mataram. Besarnya tarif untuk setiap kelompok berbeda, bersifat progresif baik menurut kelompok maupun blok penggunaan. Kelompok I (sosial) dikenakan tarif lebih rendah dibandingkan kelompok rumahtangga dan niaga kecil dan sedang, sedang kelompok II (rumahtangga) dikenakan tarif lebih kecil dibandingkan kelompok komersial. Interval jumlah penggunaan air pada setiap blok ditetapkan sebesar 10 m3, dimana semakin besar blok penggunaan, tarif yang dikenakan semakin mahal. Secara rinci besarnya tarif menurut kelompok pengguna dan blok tarif disajikan pada Tabel 5 berikut.
55
Tabel 5. Struktur Tarif Air PDAM Menang Atas Dasar Blok, Berlaku Sejak 2011 No
Blok Konsumsi (Rp)
Klasifikasi Pelanggan 0-10 1
2
4
>20-30
>30
Kelompok I Sosial A
500
500
500
500
Sosial B
500
700
1 000
1 500
Sosial C
550
800
1 400
1 800
Sosial D
600
900
1 700
2 200
Kelompok II Rumah Tangga A
650
1 000
2 000
2 500
Rumah Tangga B
750
1 200
2 400
2 900
Rumah Tangga C
800
1 200
2 700
3 300
Rumah Tangga D
3
>10-20
900
1 400
3 000
3 600
Instansi Pem Kab/Kota
1 100
1 600
3 400
4 300
Niaga Kecil
1 300
2 700
4 000
5 000
Niaga Sedang
1 500
3 400
4 700
5 800
Kelompok III Instansi Pem Prov
1 900
3.400
5 400
6 500
Rumah Mewah
1 500
2.700
5 400
6 500
Hotel Melati
2 200
4.000
6 000
7 200
Industri dan Niaga Besar
3 000
4.700 6 500 Berdasarkan Kesepakatan
7 500
Kelompok IV (Khusus)
Sumber: Profil PDAM Menang Mataram (2011)
5.3 Karakteristik Responden Responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah pelanggan PDAM Menang Mataram sebanyak 99 orang dari berbagai golongan pelanggan. Responden rata-rata berusia sekitar 40 tahun dan paling banyak berada pada sebaran usia 25-40 tahun sebanyak 49 persen dan 40-65 tahun sebanyak 41 persen. Usia responden paling banyak berada pada masa rasional dan produktif dimana responden dapat menghasilkan pendapatan sebagai anggaran rumah tangga untuk membiayai konsumsi air rumah tangga dan rasional dalam penggunaan air.
56
>65 tahun <25 tahun 9% 1%
40-65 tahun 41%
25-40 tahun 49%
Gambar 5. Usia Responden Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berlangganan air bersih dari PDAM Menang Mataram memiliki anggota keluarga sebanyak 2-4 orang dengan proporsi sebesar 45 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden merupakan pelanggan dengan keluarga kecil beranggotakan seorang ayah, seorang ibu, serta dua orang anak. Sebanyak 28 persen responden merupakan pelanggan dengan anggota keluarga lebih dari 4 orang atau dapat dikategorikan sebagai keluarga yang lebih besar. Sisanya sebanyak 17 persen merupakan pelanggan dengan keluarga sangat kecil yang hanya terdiri dari suami-istri atau pelanggan tanpa keluarga.
<2 orang 17% >4 orang 38% 2-4 orang 45%
Gambar 6. Jumlah Anggota Keluarga Responden
57
Pendapatan responden per bulan berkisar antara Rp 500 000 sampai dengan Rp 9 000 000. Sebagian besar pendapatan responden yakni sebanyak 71 persen berkisar antara Rp 1 000 000 – Rp. 3 000 000 per bulan. Rata-rata pendapatan responden sebesar Rp 2 089 899 per bulan untuk satu rumah tangga atau sebesar Rp. 500 000 per kapita setiap bulannya. Jumlah ini cukup rendah jika dibandingkan dengan standar kemiskinan Bank Dunia sebesar US$ 2 atau sekitar Rp. 18 000 per hari atau Rp. 540 000 per bulannya
7%
6%
16%
71%
>Rp 5 000 000
Gambar 7. Tingkat Pendapatan Responden
Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa sebanyak 65 persen dari responden tidak memiliki sumber air alternatif selain air bersih dari PDAM menjadikan PDAM sebagai pemasok utama untuk memenuhi konsumsi air rumah tangga. Sisanya sebanyak 35 persen memiliki sumber air lain seperti sumur, air galon maupun air kemasan lainnya. Umumnya air PDAM digunakan untuk kegiatan mandi dan memasak, air sumur digunakan untuk mencuci dan menyiram, sementara air galon dan kemasan digunakan untuk minum.
58
Ada 35% Tidak 65%
Gambar 8. Kepemilikan Sumber Air Lain Responden
Sebagian besar responden merupakan pelanggan dari Golongan II yang terdiri dari golongan 2A, 2B, 2C, 2D, dan 2F yang memiliki persentase sebesar 90 persen dari total responden. Sisanya sebanyak 10 persen merupakan pelanggan dari Golongan I. Hal ini dikarenakan pelanggan PDAM paling tinggi berada pada golongan rumah tangga. Tidak terdapat sample dari Golongan III dan Golongan IV karena karakteristik kedua golongan ini dirasa kurang cocok dengan variabelvariabel independen yang akan dianalisis.
0% 0% 10% Golongan I Golongan II Golongan III 90%
Golongan IV
Gambar 9. Golongan Langganan Responden
59
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Pola Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Air PDAM Menang Mataram. PDAM Menang Mataram merupakan salah satu PDAM yang terletak di Pulau Lombok dan melayani penyediaan air bersih untuk 3 kabupaten di Pulau Lombok yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara. Sumber air yang digunakan berasal baik dari dari mata air, air permukaan (sungai), maupun sumur bor. Dalam rangka memberikan pelayanan penyediaan air bersih bagi konsumen yang terus meningkat tiap tahunnya, PDAM Menang Mataram terus berusaha melakukan penambahan kapasitas produksi berupa penambahan sumber baru. Kapasitas terpasang total hingga bulan Mei 2012 sebesar 108257 liter/detik. Kapasitas terpasang masing-masing sumber air dapat dilihat dalam Tabel 6 berikut. Tabel 6. Kapasitas Sumber dan Kapasitas Produksi Menurut Tahun dan Sumber Air Baku
No
Sumber Air Baku
Kapasitas Sumber (lt/detik)
Kapasitas Produksi tahun 2009 (lt.detik)
Kapasitas Produksi tahun 2010 (lt.detik)
Kapasitas Produksi tahun 2011 (lt.detik)
Daerah Pelayanan
1
MA Sarasute
300
81.55
85.33
73.32
2
MA Saraswake
200
107.35
80.55
109.35
Lobar, Senggigi
3
MA Ranget
1 640
614.04
582.19
579.75
Lobar, Senggigi
4
MA Montong
50
26.53
26.03
24.70
5
MA Orong Petung
20
5.70
5.38
493
Mataram
Narmada
MA Jong Plangka
30
48.88
49.93
47.44
Golong Tanjung, Pemenang
7
MA Bangket Bayan
20
21.25
27.39
26.92
Bayan
8
MA Mandala
20
9.17
8.06
7.45
Bayan
9
SPL Penimbung
16
16.79
16.01
16.07
10
BBI MA Serepak MA Lembah Sempage
n.a.
23.98
121.70
121.36
70
n.a.
44.73
51.28
n.a.
n.a.
n.a.
20
955.24
1047.3
1082.57
6
11 12
Total
2366
Sumber: PDAM Menang Mataram (2011)
Gunung sari Mataram Mataram, Gn Sari Selatan
PDAM sebagai penyedia air bersih milik daerah juga memberikan pelayanan dalam pengolahan air air bersih sebelum didistribusikan kepada konsumen. Langkah-langkah penyaluran air bersih berbeda-beda untuk tiap mata air, tergantung pada tingkat debit air yang mengalir serta perbedaan elevasi sumber air dengan reservoir. Pada sumber air dengan debit tinggi dengan perbedaan elevasi yang cukup besar dengan reservoirnya seperti pada MA Ranget, air baku dialirkan dengan memanfaatkan perbedaan elevasi ke bak pelepas tekanan terlebih dahulu sebelum dialirkan ke beberapa reservoir. Tujuannya, agar tekanan air tidak terlalu besar saat memasuki bak-bak reservoir. Dibak-bak reservoir, air diolah dengan menambahkan bahan kimia berupa gas chlorin. Air bersih kemudian dialirkan melalui pipa primer yang akan diteruskan ke pipa-pipa sekunder kemudian ke pipa-pipa tersier langsung ke pelanggan. Untuk sumber air dengan debit yang tidak terlalu tinggi dan perbedaan elevasi yang tidak terlalu mencolok seperti pada MA Sarasute dengan Reservoir Buk-Buk, air baku tidak langsung dialirkan ke reservoir melainkan diberi gas chlorin terlebih dahulu. Air baku yang telah diolah kemudian dialirkan ke bakbak reservoir. Air kemudian dialirkan kembali melalui pipa-pipa primer dengan tekanan yang lebih rendah, kemudian dilanjutkan ke pipa-pipa sekunder dan tersier langsung ke pelanggan. PDAM Menang Mataram melakukan pelayanan air bersih untuk 3 wilayah di Pulau Lombok Yakni Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, dan Kabupaten Lombok Utara. Hingga tahun 2011, cakupan pelayanan untuk ketiga wilayah pelayanan baru mencapai 33,26 persen pelayanan dari total penduduk di tiga wilayah tersebut. Cakupan pelayanan ketiga daerah masih cukup rendah jika
61
dibandingkan dengan target pemenuhan kebutuhan air bersih oleh pemerintah (Tabel 7). Tabel 7.Cakupan Layanan PDAM Menang per Desember 2011 Wilayah Pelayanan Kota Mataram Lombok Barat Lombok Utara PDAM MM
Jumlah penduduk (Jiwa)
Jumlah SR per Desember 2011
Jumlah penduduk terlayani
Persentase cakupan pelayanan
402 296
46 231
241 235
59,96
80
599 609
24 208
131 480
21,93
60
199 904
5 141
27 055
13,53
60
1 201 809
75 580
399 770
33,26
Target Pemerintah (persen)
Sumber: PDAM Menang Mataram (2011)
Perkembangan jumlah pelanggan air bersih PDAM Menang Mataram terus mengalami peningkatan sepanjang tahun sejak tahun 2006. Gambar diagram batang dibawah ini memperlihatkan perkembangan pelanggan PDAM Menang Mataram dari tahun 2006-2011.
Pelanggan
50000 40000 30000
Kota Mataram Kab. Lombok Barat
20000
Kab. Lombok Utara 10000 0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
Sumber: PDAM Menang Mataram (2012)
Gambar 10. Perkembangan Jumlah Pelanggan Menurut Kabupaten/Kota dan Tahun Kota Mataram memiliki jumlah pelanggan terbanyak dikarenakan oleh tingginya jumlah penduduk serta keterbatasan sumber air bersih. PDAM menjadi
62
sumber pemenuhan air utama bagi penduduk karena kondisi air tanah di daerah ini kurang bagus untuk dimanfaatkan dengan membuat sumur. Sebaliknya dengan daerah Kabupaten Lombok Barat dimana kondisi daerahnya yang sebagian besar berupa daratan tinggi memungkinkan masyarakatnya untuk mengkonsumsi air tanah dengan membuat sumur. Sementara Kabupaten Lombok Utara baru bergabung dalam wilayah pelayanan PDAM Menang Mataram sehingga cakupan pelayanan untuk wilayah ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan kedua wilayah lainnya. Tabel 8 menyatakan tingkat produksi, distribusi, serta kebocoran air bersih yang disalurkan PDAM selama tahun 2008 hingga kuartal awal 2012. Tingkat kehilangan air pada tahun 2008 cukup tinggi yakni sebesar 33,4persen disebabkan oleh adanya kebocoran pada pipa-pipa distribusi yang usianya sudah tua. Namun tingkat kehilangan air terus mengalami penurunan hingga tahun 2012 meskipun jumlahnya masih relatif kecil. Hal ini karena PDAM mulai melakukan perbaikan dan perawatan pipa-pipa distribusi serta penyambungan pipa-pipa baru yang kualitasnya masih bagus sehingga tingkat kehilangan air pun turun sedikit demi sedikit. Tabel 8. Tingkat Produksi, Distribusi, dan Kebocoran Air PDAM Menang Mataram Tahun 2008 2009 2010 2011 2012*
Distribusi (m3) 18 348 772 19 564 965 23 329 933 23 720 573 8 121 479
Produksi (m3) 27 563 126 27 684 041 32 959 281 33 612 767 10 996 509
Kehilangan Air (m3) persen 9 214 354 8 119 076 9 629 348 9 892 194 2 875 030
33.4 29.3 29.2 29.4 26.1
Ket: *hanya sampai bulan April Sumber: PDAM Menang Mataram (2012)
63
6.2
Analisis Biaya Produksi PDAM Menang Mataram Biaya dasar dalam proses pengolahan airpada pengelolaan PDAM Menang
Mataramdihitung dengan satu konsep biaya yakni dengan total biaya usaha. Biaya usaha adalah total biaya untuk menghasilkan air minum atau seluruh biaya pengelolaan PDAM yang mencakup biaya sumber air, biaya pengolahan air, biaya transmisi dan distribusi, biaya umum dan administrasi dan biaya diluar usaha. Pencatatan komponen-komponen biaya tersebut dilakukan secara akuntansi yakni berdasarkan waktu pengeluaran biaya. Tabel 9. Biaya Produksi Air PDAM Menang Menurut Jenis Biaya dan Tahun (dalam juta rupiah) Tahun
Jlh Biaya Sumber Air
Jlh. Biaya Pengolahan
Jlh. Biaya Transdit
Jlh. Biaya Umum & Adm
Jlh.Biaya Diluar Usaha
Total
2008
1 961
167
10 428
12806
82
25 444
2009
2 077
144
12 228
13 995
54
28 498
2010
2 326
290
16 015
15 615
79
34 326
2011
3 942
440
18 705
17 130
83
40 299
2012*
1052 24,1%
124 38%
7 594 22%
6 909 10%
47 4%
15 727
2.623
269
15.004
15.347
80
33324
Persentase 7,9% 0,8% Sumber: PDAM Menang Mataram (2011)
45,0%
46,1%
0,2%
Pertumbuhan Rata-rata
Biaya sumber air merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan sumber air baku. Biaya sumber air meliputi biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya air baku, serta penyusutan kapital. Biaya pengolahan merupakan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan proses pengolahan air baku menjadi air yang siap didistribusikan ke pelanggan. Biaya ini mencakup biaya operasi seperti pembelian bahan kimia, beban listrik, dan pemeliharaan laboratorium, serta penyusutan. Biaya Transditmerupakan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan kepentingan transportasi dan distribusi air. Biaya transdit terdiri dari biaya operasi, biaya
64
pemeliharaan, biaya perjalanan dinas serta penyusutan. Biaya operasi meliputi biaya pegawai, kesejahteraan pegawai, pembinaan pegawai, serta sumbangan dan bantuan. Biaya pemeliharaan berkaitan dengan pemeliharaan kapital yang berkaitan dengan transportasi dan distribusi seperti biaya perbaikan rumah jaga dan reservoir, biaya perbaikan kebocoran, pemeliharaan pipa, box meter dan water meter, serta biaya pemeliharaan kendaraan. Biaya umum dan administrasi merupakan biaya yang dikeluarkan berkaitan kepentingan administrasi PDAM sebagai perusahaan serta bagian-bagian lainnya secara umum seperti biaya kantor, biaya pegawai, biaya administrasi, biaya keuangan, biaya hubungan langganan, biaya litbang, biaya pemeliharaan kantor, serta penyusutan. Sementara yang termasuk biaya diluar usaha antara lain adalah biaya bank. Secara ekonomi, biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi biaya variabel, biaya investasi, serta biaya tetap. Pengelompokkan kembali komponen biaya dilakukan untuk dapat melihat struktur biaya dari sisi ekonomi. Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan dimana jumlahnya berkaitan dengan jumlah produksi. Komponen yang termasuk ke dalam biaya variabel adalah beban yang dikeluarkan untuk pembelian input produksi seperti biaya air baku serta biaya pembelian bahan kimia. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dimana jumlahnya tidak berkaitan dengan jumlah produksi. Komponen yang termasuk biaya tetap antara lain biaya pegawai, biaya pembinaan dan kesejahteraan pegawai, biaya pemeliharaan bangunan, saluran perpipaan, dan transportasi, biaya kantor, penyisihan piutang, serta biaya rupa-rupa. Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk investasi jangka panjang seperti pembelian tanah, bangunan, serta kapital-kapital lainnya yang memiliki
65
umur ekonomis panjang. Dalam laporan beban, biaya investasi dinyatakan dalam bentuk penyusutan. Pengelompokan biaya secara ekonomi dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini. Tabel 10. Pengelompokan Biaya Menurut Sifat Biaya dan Tahun (dalam juta rupiah) Tahun
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Biaya Investasi
Biaya Total
Jumlah Pelanggan
2008
19.092
572
5 780
25.444
56.649
2009
21.543
607
6 348
28.498
60.811
2010
24.116
828
9 382
34.326
67.601
2011
26.056
947
13 297
40.299
79.732
2012*
11.524
276
3 927
15.727
81.904
Pertumbuhan
11%
19%
32%
17%
Rata-rata
23.633
746
8.945
33.324
Persentase
71%
2%
27%
Sumber: PDAM Menang Mataram (2012)
Dari Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa struktur biaya terbesr yang menyusun komposisi biaya total secara akuntansi adalah biaya transdit dan biaya umum dan administrasi. Biaya transdit rata-rata per tahun yang dikeluarkan dalam 5 tahun terakhir sebesar Rp 15 004 000 000 mempunyai proporsi sebesar 45 persen dari biaya total, sedangkan untuk biaya umum dan administrasi mempunyai proporsi sebesar 46,1 persen dari biaya total dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp 15 347 000 000 per tahunnya. Kedua biaya ini mempunyai jumlah yang sangat besar karena berkaitan langsung dengan aspek pelayanan dan distribusi air kepada konsumen yang jumlahnya sangat banyak dengan cakupan lokasi yang sangat luas. Hal yang sebaliknya terjadi dengan biaya sumber air yang dikeluakan berkaitan dengan produksi air bersih. Biaya sumber air bersih jumlahnya relatif lebih kecil yakni hanya Rp 2 623 000 000 per tahun atau sebesar 7,9 persen dari total biaya yang dikeluarkan, sedangkan biaya pengolahan air rata-rata hanya sebesar Rp 269 000 000 per tahunnya dengan
66
proporsi sebesar 0,8 persen dari biaya total. Biaya diluar usaha mempunyai nilai yang paling kecil yakni sebesar Rp 80 000 000 per tahunnya dengan proporsi sebesar 0,2 persen dari total biaya. Komponen biaya terbesar yang menyusun biaya total secara ekonomi adalah biaya tetap dengan jumlah Rp 23 633 000 000 per tahunnya atau sebesar 71 persen dari biaya total. Biaya investasi menyusun biaya total sebesar 27 persen atau sebesar Rp 8 945 000 000 per tahunnya. Sementara biaya variabel memiliki share yang paling kecil terhadap biaya total yakni hanya sebesar 2 persen atau sejumlah Rp 746 000 000 per tahunnya. Semenjak bulan Januari tahun 2008 seluruh biaya yakni biaya tetap, biaya variabel, dan biaya investasi secara umum terus mengalami peningkatan meskipun tetap bersifat fluktuatif. Peningkatan biaya ini disebabkan oleh terjadinya inflasi serta bertambahnya jumlah pelanggan dan daerah pelayanan. Biaya tetap merupakan biaya paling tinggi dan paling fluktuatif karena dapat dikatakan biaya ini yang paling berperan dalam menopang keberlangsungan PDAM sebagai perusahaan. Sementara biaya investasi setiap tahunnya selalu meningkat dengan laju peningkatan rata-rata terbesar yakni sebesar 32 persen per tahunnya. Hal ini dikarenakan PDAM terus melakukan investasi demi tercapainya peningkatan pelayanan di masa mendatang seperti dengan melakukan penambahan sumber air, reservoir, serta penyambungan pipapipa distribusi baru.Biaya variabel juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Rata-rata laju peningkatan biaya variabel semenjak bulan Januari tahun 2008 hingga bulan April tahun 2012 adalah sebesar 19 persen. Fluktuasi yang terjadi pada komponen biaya-biaya pengelolaan air memiliki pengaruh terhadap biaya total. Biaya total dibentuk oleh besarnya biaya
67
tetap, biaya variabel, serta biaya investasi. Dapat dilihat pada Tabel 9 bahwa biaya total selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya. Rata-rata biaya total per tahun selama periode 2008-2012 sebesar Rp 33 324 juta dengan laju pertumbuhan 17 persen per tahun. Dari Gambar 11 dapat diperhatikan bahwa biaya total
Biaya( Juta Rupiah)
cenderung memiliki pola fluktuasi yang hampir sama dengan biaya tetap. 4500.00 4000.00 3500.00 3000.00
Biaya Tetap
2500.00 2000.00
Biaya Variabel
1500.00
Biaya investasi
1000.00
Biaya Total
500.00 0.00 200 8
200 9
201 0
201 1
201 2
Sumber: Data primer, diolah (2012)
Gambar 11.Grafik Biaya Pengelolaan Air Bersih PDAM Menang Mataram Model persamaan biaya total (total cost) pengelolaan air PDAM Menang Mataram dibangun oleh variabel jumlah air yang di produksi (Q). Model yang digunakan adalah model double-log yang merupakan hasil modifikasi dari fungsi Cobb-Douglass. Hasil pendugaan fungsi biaya pengelolaan air total disajikan dalam Tabel 11 berikut. Tabel 11. Hasil Regresi Biaya Pengelolaan Air PDAM Menang Mataram Definisi Intercept LnProdAir R-Square
Produksi Air 0,627089511
Coefficients -5,255 1,829
P-value 0,080088439 2,73462E-12 Adj R-Square
Keterangan Signifikan 0,6196313
Sumber: Penulis, diolah (2012)
68
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh bahwa model yang dihasilkan dalam penelitian inisecara ekonomi dapat diterima (economically meaningful) karena menghasilkan tanda sesuai dengan prediksi ilmu ekonomi yaitu bertanda positif bagi parameter X yang berarti biaya produksi secara positif dipengaruhi oleh jumlah air yang diproduksi. Namun hal yang diluar perkiraan adalah nilai parameter tersebut relatif besar (yaitu 1,8) yang berarti bahwa peningkatan produksi air sebesar 1 persen akan diikuti oleh peningkatan biaya total produksi sebesar 1,8 persen. Fenomena ini kemungkinan disebabkan oleh besarnya biaya tetap yang terkandung dalam biaya total yang sulit dipisahkan dari biaya variable karena pembukuan perusahaan umumnya berdasarkan standar akuntasi. Seperti karakteristik perusahaan monopoli alamiah pada umumnya, PDAM Menang Mataram juga dicirikan oleh tingginya komponen biaya tetap sehingga menyebabkan nilai parameter tersebut relatif tinggi. Sementara itu berdasarkan kriteria statistik, model yang digunakan cukup memuaskan karena parameter yang diperoleh signifikan pada tarafnyata 1 persen dan nilai R2 yang dihasilkan relatif tinggi yakni sebesar
62,7 persen. Nilai
tersebut memiliki arti bahwa keragaman biaya total pengelolaan bersih PDAM Menang Mataram dapat dijelaskan oleh variabel bebas dalam model sebesar 62,7 persen dan sisanya sebesar 37,3 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Pemeriksaan asumsi normalitas sisaan menyebar normal dilakukan dengan melihat grafik sebaran data. Dari grafik pada Lampiran 5 diperoleh hasil bahwa data menyebar normal dan mendekati garis normal atau membentuk garis normal sehingga dapat dikatakan bahwa data menyebar normal. Dalam model, tidak ditemukan adanya indikasi multikolinearitas karena dengan nilai R2 yang cukup
69
tinggi, variabel berpengaruh nyata terhadap model. Pengujian terhadap multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF variabel penjelas bernilai kurang dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model.Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antar error dalam model yang diperoleh. Uji DW (Durbin Watson test) dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam model. Nilai statistik DW diperoleh sebesar 1,270 berada dibawah nilai dL yakni 1,503 mengindikasikan terdapat autokorelasi positif dalam model. Fenomena ini sangat umum ditemukan pada penggunaan data time series (Gujarati, 1995) karena data ekonomi tidak terlepas dari pengaruh growth dan cyclical. Namun seperti dikatakan Koutsoyiannis (1977) parameter yang diperoleh tetap unbiased hanya saja ia tidak lagi efisien karena variance error yang diperoleh tidak minimal. Adanya autokorelasi tersebut merupakan salah satu kelemahan dari penelitian ini.Upaya untuk mengatasi persoalan autokorelasi ini telah dilakukan seperti menyertakan lag dari variabel independen namun hasil yang diperoleh justru merubah makna ekonominya yang lebih utama.Oleh karena itu, hasil ini tetap digunakan karena merupakan model terbaik yang telah dicoba. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model error mempunyai varians yang sama atau tidak dari pengamatan satu ke pengamatan lain. Untuk menguji heteroskedastisitas dapat diketahui dari nilai signifikasi korelasi Rank Spearman antara masing-masing variabel independen dengan residualnya. Pada lampiran dapat dilihat bahwa nilai signifikan masingmasing variabel berada diatas nilai α sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model.
70
Fungsi marginal cost merupakan suatu fungsi yang menghubungkan antara biaya marginal yakni biaya yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan tambahan output dengan jumlah output yang dihasilkan. Fungsi Marginal Costdiperoleh melalui diferensiasi fungsi biaya pengelolaan air total PDAM Menang Mataram melalui perhitungan berikut. TC = 0,005221 . Q1,828 MC= dTC/dQ = 1,828 x 0,005221 x Q0,828 MC = 0,009544 . Q0,828 Ln MC = -4,652 + 0,828 LnQ Fungsi average cost merupakan suatu fungsi yang menghubungkan antara biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan output dengan jumlah output yang dihasilkan. Fungsi Average Cost diperoleh dengan membagi fungsi biaya pengelolaan air total PDAM Menang Mataram dengan jumlah produk (Q) yang dihasilkan seperti pada perhitungan dibawah ini. TC = 0,005221 . Q1,828 𝐴𝐶 =
0,005221 . Q1,828 𝑄
AC = 0,005221 . Q0,828
Seiring dengan adanya peningkatan jumlah pelanggan, skala usaha PDAM Menang Mataram pun turut meningkat. Namun, hal ini tidak diikuti dengan terjadinya penurunan biaya produksi. Hal ini disebabkan oleh besarnya komponen biaya tetap yang terus meningkat tiap tahunnya dikarenakan peningkatan jumlah pelanggan dan tingginya inflasi. Oleh karena itu, struktur biaya PDAM Menang Mataram masih berada pada kondisi rising marginal and average cost.
71
6.3
Fungsi Permintaan Air PDAM Fungsi permintaan air PDAM dibentuk dari beberapa variabel yang diduga
memiliki
pengaruh
terhadap
permintaan
air pelanggan.
Variabel
yang
digunakanmeliputi jumlah anggota keluarga, pendapatan, sumber air lain yang dimiliki, pendidikan, serta harga air. Sampel yang diteliti berjumlah 99 orang yang merupakan pelanggan PDAM Menang Mataram dari berbagai kelompok langganan. Hasil pendugaan fungsi permintaan dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. Tabel 12. Hasil Pendugaan Fungsi Permintaan Air PDAM Menang
Model
Unstandardized Coefficients
Collinearity Statistics t
Sig.
B
Std. Error
4.052
1.464
2.768
.007
LnAK
.503
.102
4.931
LnPa
.331
.092
D
-.176
LnEa
(Constant)
LnP R-square=0,603
Tolerance
VIF
.000
.852
1.174
3.588
.001
.479
2.088
.112
-1.569
.120
.664
1.505
-.044
.184
-.241
.810
.669
1.495
-.858
.123
-6.972
.000
.874
1.144
Adj R-Square=0,582
DW=1,933
Sumber: Penulis, diolah (2012) Model persamaan regresi permintaan air PDAM menghasilkan parameter estimasi sesuai dengan yang harapan yaitu jumlah anggota keluarga dalam suatu rumah tangga pengaruh positif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen terhadap permintaan air bersih. Dari hasil regresi didapatkan nilai koefisien sebesar 0,503 dimana interpretasinya adalah apabila rata-rata anggota keluarga naik sebesar 1 persen maka akan meningkatkan rata-rata permintaan air suatu rumah tangga sebesar 0,503 persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa dengan semakin bertambahnya jumlah anggota rumah tangga maka jumlah permintaan rumah
72
tangga terhadap air bersih akan meningkat pula. Peningkatan tersebut disebabkankan oleh bertambahnya konsumsi air bersih rumah tangga. Dari survey yang dilakukan setiap rumah tangga memiliki jumlah anggota keluarga rata-rata sebanyak 4 orang. Pendapatan rumah tangga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen terhadap permintaan air bersih. Nilai koefisien yang berhasil diperoleh untuk variabel ini sebesar 0,331 dimana interpretasinya adalah apabila jumlah pendapatan rumah tangga naik sebesar 1 persen maka akan meningkatkan permintaan air bersih sebesar 0,331 persen per bulannya untuk suatu rumah tangga. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa peningkatan pendapatan rumah tangga akan membawa pengaruh yang positif yakni dengan meningkatkan jumlah permintan air rumah tangga. Dummy kepemilikan sumber air lain dalam rumah tangga memiliki pengaruh yang negatif terhadap permintaan air bersih dan berpengaruh nyata pada taraf nyata 15 persen. Dummy bernilai 0 jika rumah tangga hanya menggunakan air bersih dari PDAM Menang Mataram untuk konsumsi dan sebaliknya dummy bernilai 1 jika rumah tangga memiliki sumber air bersih lain selain air bersih dari PDAM Menang Mataram. Nilai koefisien yang berhasil diperoleh untuk variabel ini sebesar - 0,176 dimana interpretasinya adalah apabila rumah tangga memiliki sumber air lain (dummy bernilai 1) maka akan menurunkan permintaan air bersih PDAM Menang Mataram sebesar 0,176 persen per bulannya untuk suatu rumah tangga. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa kepemilikan barang substitusi akan air bersih PDAM akan membawa pengaruh negatif terhadap permintaan air bersih PDAM oleh rumah tangga.
73
Harga Air memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada taraf nyata 5 persen terhadap permintaan air bersih. Nilai koefisien yang berhasil diperoleh untuk variabel ini sebesar 0,857 dimana interpretasinya adalah apabila harga air yang dibayarkan oleh rumah tangga naik sebesar 1 persen maka akan meningkatkan permintaan air bersih sebesar 0,857 persen per bulannya untuk suatu rumah tangga. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa harga dengan permintaan memiliki hubungan yang bertanda negatif, dimana jika harga suatu barang naik maka permintaan terhadap barang tersebut akan turun. Tingkat pendidikan yang diukur dengan lama pendidikan kepala keluarga atau kepala rumah tangga memiliki hubungan yang negatif yang berarti semakin lama masa pendidikan kepala keluarga maka rumah tangga akan cenderung melakukan penghematan air dengan menurunkan tingkat konsumsinya. Namun variabel ini memiliki nilai p-value yang sangat besar yakni sebesar 0,81 sehingga variabel ini tidak signifikan. Berdasarkan kriteria statistik maka model yang dihasilkan dalam penelitian tergolong relatif baik karena nilai R2 yang dihasilkan bernilai 60,3 persen. Nilai tersebut memiliki arti bahwa keragaman permintaan air bersih PDAM Menang Mataram dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam model sebesar 60,3 persen dan sisanya sebesar 39,7 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.Nilai F hitungsebesar 28,284 dengan nilai P-value uji F sebesar 0,000 menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan air bersih PDAM Menang Mataram pada taraf α yang digunakan (5persen).
74
Agar mendapatkan model yang handal secara ekonometrik maka model regresi linier berganda tersebut harus memenuhi sejumlah asumsi penting antara lain: tidak ada masalah multikolinieritas, autokorelasi, homoskedastisitas, dan normalitas. Hasil uji tersebut disajikan pada bagian berikut: 1. Uji Normalitas Pemeriksaan asumsi normalitas sisaan menyebar normal dilakukan dengan melihat grafik sebaran data. Dari grafik diperoleh hasil bahwa data menyebar normal dan mendekati garis normal atau membentuk garis normal sehingga dapat dikatakan bahwa data menyebar normal. Berikut adalah gambar yang menunjukkan hasil uji asumsi normalitas.
Sumber: Data primer, diolah (2012) Gambar 12. Normal P-Plot pada Jumlah Permintaan Air Bersih PDAM Menang Mataram. 2. Uji Multikolinearitas Dalam model, tidak ditemukan adanya indikasi multikolinearitas karena dengan nilai R2 yang cukup tinggi hampir seluruh variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap model. Pengujian terhadap multikolinieritas
75
dilakukan dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF variabel-variabel penjelas tidak ada yang bernilai lebih dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antar error dalam model yang diperoleh. Autokorelasi cenderung akan mengestimasi standar errorlebih kecil daripada nilai sebenarnya, sehingga nilai statistic-t akan lebih besar. Uji yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji DW (Durbin Watson test). Nilai statistik DW diperoleh sebesar 1,933 berada diantara 1,803 dan 2,197 maka menunjukkan tidak terjadi autokorelasi dalam model. 4. Uji Homokedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model error mepunyai varians yang sama atau tidak dari pengamatan satu ke pengamatan lain. Untuk menguji heteroskedastisitas dapat diketahui dari nilai signifikasi korelasi Rank Spearman antara masing-masing variabel independen dengan residualnya. Pada lampiran dapat dilihat bahwa nilai signifikan masingmasing variabel berada diatas nilai α sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas
dalam
model.
Selain
itu
pemeriksaaan
terhadap
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat sebaran errorpada scatterplot. Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak membentuk pola.
76
Sumber: Data primer, diolah (2012) Gambar 13. Scatterplot residual pada tingkat permintaan air bersih PDAM Menang Mataram. Fungsi permintaan air bersih sebagai hubungan antara tingkat permintaan dengan harga diperoleh dengan memasukkan nilai rata-rata variabel independen selain variabel dummy dan variabel harga, yakni variabel jumlah anggota keluarga, pendapatan, serta pendidikan. Nilai dummy yang digunakan adalah dummy bernilai 1 agar sesuai dengan konsep pasar persaingan. Fungsi permintaan air diperoleh sebagai berikut: Ln Qa = Ln 803351660 – 0,857 Ln P Ln P = 23,92 – 1,166 Ln Qa.
6.4 Evaluasi Kebijakan Tarif Air PDAM Menang Mataram dengan Marginal Cost Pricing Dalam menjalankan kedua fungsi yang dimilikinya, PDAM harus mempertimbangkan kepentingan kedua pihak yang terlibat. Dalam fungsinya sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMN) PDAM Menang Mataram harus mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan. Selain itu PDAM juga harus memenuhi fungsi sosialnya dalam pemenuhan air bersih bagi masyarakat. Selama
77
ini penentuan tarif air bersih yang berlaku ditentukan oleh PDAM atas dasar pertimbangan biaya produksi rata-rata dengan sistem subsidi silang antar kelompok langganan dan penerapan tarif progresif. Marginal Cost Pricing merupakan suatu metode penentuan harga pokok air bersih pada suatu titik dimanamanfaat marginal (marginal benefit) bernilai sama dengan biaya marginalnya (marginal cost) sehingga efisiensi ekonomi akan terjadi saat harga air bersih ditetapkan pada titik ini. Perusahaan tidak bisa menerapkan tarif monopoli karena penetapan tarif ini tidak sesuai dengan fungsi sosial perusahaan sebagai penyedia air bersih dengan tarif yang terjangkau bagi masyarakat, sedangkan average cost pricing tidak dapat diterapakan karena pada titik ini keuntungan yang diperoleh akan bernilai nol sehingga PDAM tidak dapat melaksanakan fungsi ekonominya. Manfaat marginal sendiri digambarkan oleh fungsi permintaan air sementara fungsi biaya marginal didapat dari diferensial fungsi biaya pengelolaan air bersih total.Dari perpotongan kedua fungsi tersebut diperoleh harga dan kuantitas keseimbangan yang mencerminkan terjadinya market clearing. Sementara itu besarnya keuntungan atau profit diketahui dengan mencari biaya rata-rata yang diperlukan untuk memproduksi air pada kuantitas yang menjamin terpenuhinya market clearing tersebut. Hasil analisis dengan pendekatan marginal cost pricing ditampilkan pada gambar berikut.
78
P 3 (Rp/m )
Tarif
0,828
MC = 0,0095 . Q
Rente Ekonomi
1.356 PROFIT
0,828
AC= 0,0052 . Q
742
D
0
1.671.09
3
Q (M )
Gambar 14.Hasil Analisis Marginal Cost Pricing Pada PDAM Menang Mataram Dengan menggunakan pendekatan marginal cost pricing terlihat bahwa market clearing price terjadi pada harga air Rp. 1356 per m3 dengan jumlah air yang diproduksi sebesar 1,67 juta m3. Pada tingkat produksi tersebut biaya ratarata untuk memproduksi air adalah Rp. 742 per m3, sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp. 1 026 067 373 per tahun [(1356-742) x 1671090]. Dalam pelaksanaannya PDAM Menang Mataram tidak menggunakan harga tetapi tarif yang pada dasarnya merupakan kebijakan pemerintah daerah sebagai pemegang saham perusahaan yang sekaligus sebagai regulator bagi bekerjanya pasar air. Oleh karena itu selain konsep keuntungan, maka dalam konteks kebijakan penetapan tarif tersebut digunakan juga konsep rente ekonomi yang mengacu pada selisih antara besarnya tarif dengan harga market clearing.Penggunaan konsep rente ekonomi sangat penting untuk menegaskan bahwa manfaat dan beban yang diterima berbagai pelaku ekonomi (PDAM,
79
pelanggan sosial, rumah tangga, pemerintah, dan industri) tidak seluruhnya merupakan hasil mekanisme pasar tetapi sebagian merupakan intervensi pemerintahmelaluipenetapan tarif. Dengan demikian nilai rente ekonomi dapat menunjukkan keberpihakan pemerintah terhadap kelompok kepentingan tertentu. Jika PDAM menerima rente ekonomi positif pada golongan tarif tertentu maka kebijakan tersebut berpihak kepada PDAM, namun jika rente ekonomi tersebut negatif berarti kebijakan pemerintah berpihak ke pengguna dari golongan tarif tersebut. Dalam pelaksanaannya, perhitungan rente ekonomi relatif rumit karena PDAM Menang tidak menggunakan tarif tunggal tapi dengan menerapkan tarif yang berbeda-beda berdasarkan golongan pengguna (rumah tangga, sosial, industri, lembaga pemerintah) dan blokjumlah pemakaian air (konsumsi) seperti disajikan pada Tabel 5 dalam Bab V. Dengan menggunakan harga market clearing sebagai acuan maka dapat dihitung besarnya rente ekonomi yang diterima PDAM Menang Mataram. P
(Rp/m3)
Tarif
0,828
MC = 0,0095 . Q PROFIT
0,828
AC= 0,0052 . Q 895
0
-0,857
Qa = 803351660.P
Qa
3
Q (M )
Gambar 15. Analisis Profit PDAM Menang Mataram
80
Selain itu, untuk keperluan analisis pertumbuhan pelanggan yang menjadi target perusahaan digunakan konsep keuntungan ekonomi (economic profit). Keuntungan ekonomi didefinisikan sebagai selisih antara tarif dengan biaya ratarata (average cost). Biaya produksi rata-rata yang diperoleh untuk tahun 2011 adalah sebesar Rp 895 untuk setiap kelompok langganan karena pada dasarnya biaya produksi air sama untuk setiap kelompok. Konsep ini digunakan sebagai landasan perhitungan bagi perusahaan untuk melakukan reinvestasi keuntungan guna mencapai jumlah pelanggan yang diinginkan pemegang saham (Pemda Lombok Barat dan Kota Mataram). Tabel 13 berikut menyajikan besaran tarif dan rente ekonomi yang diterima PDAM Menang dari berbagai kelompok pengguna menurut golongan dan blokjumlah pemakaian masing-masing. Tabel 13.Besaran Tarif, Rente, dan Profit menurut Kategori Pengguna dan Blok Pemakaian No
Kategori Pengguna
Tarif,rente ekonomi dan profitmenurut blok pemakaian (Rp/m3) 0-10
1
Kelompok I Sosial A
Sosial B
Sosial C
Sosial D
2
Kelompok II Rumah Tangga A
Rumah Tangga B
>10-20
>20-30
>30
500 -856 -395 500 -856 -395 550 -806 -345 600 -756 -295
500 -856 -395 700 -656 -195 800 -556 -95 900 -456 5
500 -856 -395 1.000 -356 105 1.400 44 505 1.700 344 805
500 -856 -395 1.500 144 605 1.800 444 905 2.200 844 1.305
650 -706 -245 750 -606 -145
1.000 -356 105 1.200 -156 305
2.000 644 1.105 2.400 1.044 1.505
2.500 1.144 1.605 2.900 1.544 2.005
81
No
Kategori Pengguna
Tarif,rente ekonomi dan profitmenurut blok pemakaian (Rp/m3) 0-10
Rumah Tangga C
Rumah Tangga D
Instansi Pem Kab/Kota
Niaga Kecil
Niaga Sedang
3
Kelompok III Instansi Pem Prov
Rumah Mewah
Hotel Melati
Industri dan Niaga Besar
Kelompok IV (Khusus) Koperasi Karya Bahari
PT Pelindo2
PT ASDP
GUMESE
Air Segar Trawangan
>20-30 2.700 1.344 1.805 3.000 1.644 2.105 3.400 2.044 2.505 4.000 2.644 3.105 4.700 3.344 3.805
>30 3.300 1.944 2.405 3.600 2.244 2.705 4.300 2.944 3.405 5.000 3.644 4.105 5.800 4.444 4.905
1.900 3.400 5.400 544 2.044 4.044 1.005 2.505 4.505 1.500 2.700 5.400 144 1.344 4.044 605 1.805 4.505 2.200 4.000 6.000 844 2.644 4.644 1.305 3.105 5.105 3.000 4.700 6.500 1.644 3.344 5.144 2.105 3.805 5.605 Berdasarkan Kesepakatan 4500 3144 3.605 10000 8644 9.105 7500 6144 6.605 200 -1156 -695 7500 6144 6.605
6.500 5.144 5.605 6.500 5.144 5.605 7.200 5.844 6.305 7.500 6.144 6.605
800 -556 -95 900 -456 5 1.100 -256 205 1.300 -56 405 1.500 144 605
>10-20 1.200 -156 305 1.400 44 505 1.600 244 705 2.700 1.344 1.805 3.400 2.044 2.505
82
Keterangan: a)
baris pertama menyatakan tarif pada masing-masing kategori pengguna baris kedua menyatakan rente ekonomi berdasarkan kategori pengguna\ c) baris ketiga menyatakan normal profit berdasarkan kategori pengguna ⃰ Rente dihitung sebagai selisih antaratarif dengan harga market clearing Negatif berarti perusahaan mensubsidi pengguna b)
Dengan menggunakan besaran tarif tersebut maka rente ekonomi yang diterima PDAM dari berbagai kelompok pengguna pada masing-masing blok pemakaian dapat dihitung. Berdasarkan data rata-rata konsumsi air untuk setiap kelompok pengguna maka besarnya rente ekonomi yang diterima PDAM disajikan pada Gambar 16 berikut.
73 82
Sosial D
683
35 74 Sosial C
45 23 3
Sosial B
111
43
669
-17 -24
61
Sosial A
609
-52 -200 -100
0
100 200 300 400 500 600 700 800
Profit /plgn /bulan (Ribu Rp)
Sosial A -24
Sosial B 3
Sosial C 74
Sosial D 73
Penggunaan/plgn/bln (M3)
61
43
111
82
Jumlah Pelanggan
609
669
45
683
Rente/plgn/bulan (Ribu Rp)
-52
-17
23
35
Gambar 16. Rente Ekonomi yang Diterima PDAM Menang dari Pengguna Kelompok Sosial Gambar 16 diatas menunjukkan bahwa pada tingkat konsumsi air sepanjang tahun 2011 pelanggan lembaga sosial kategori C dan D membayar air
83
sedikit di atas harga market clearing.Hal ini memberikan kontribusi positif terhadap rente ekonomi yang diterima PDAM masing-masing sebesar Rp 22 698dan Rp 35 131 per pelanggan per bulan. Lembaga sosial kategori A dan B menghasilkan rente negatif masing-masing sebesar Rp 52 289 dan Rp 16 758 per pelanggan per bulan. Meskipun penggunaan air per pelanggan kategori C dan D lebih tinggi, namun karena jumlah pelanggan lebih kecil, maka secara keseluruhan kelompok lembaga sosial ini menghasilkan rente yang negatif, jumlahnya mencapai Rp 216 471 898 per tahun. Profit diterima perusahaan dari ketiga kelompok langganan yakni Sosial B, Sosial C dan Sosial D sementara kelompok Sosial A menghasilkan tingkat profit yang negatif atau kerugian sebesar Rp 24 129 per pelanggan per bulan. Namun PDAM masih mendapatkan profit yang positif dari kelompok sosial yakni sebesar Rp 486 805 860 per tahun. 85302
33 504
Rumah Mewah
70144
Rumah Tangga D
36 2,452
Rumah Tangga C
24 9683
Rumah Tangga B
-1474
60,905
1295 19 7,145
-7512
40 15 7525
Rumah Tangga A -20000
43016 26311
0
20000
40000 Rumah Tangga C 9683
60000
80000
Rumah Tangga D 43016
100000
Profit /plgn /bulan (Ribu Rp)
Rumah Tangga A 26071
Penggunaan/plgn/bln (M3)
40
19
24
36
33
Jumlah Pelanggan
15
7,145
60,905
2,452
504
7525
-7512
-1474
26311
70144
Rente/plgn/bulan (Rp)
Rumah Tangga B 1295
26071
Rumah Mewah 85302
Gambar 17. Rente Ekonomi yang Diterima PDAM Menang dari Kelompok Rumah tangga
84
Pelanggan terbanyak dari PDAM Menang Mataram adalah pelanggan rumah tangga yang mencapai 71 ribu dimana 85 persen lebih adalah rumah tangga golongan 2C namun mengkonsumsi air relatif sedikit (rata-rata 24 m3/bulan). Gambar 17 menunjukkan bahwa meskipun struktur tarif kategori 2B dan 2C lebih tinggi dibandingkan
rumah tangga kategori
2A, namun karena jumlah
konsumsinya relatif rendah,maka tidak memberikan kontribusi terhadap rente ekonomi, sebaliknya justru menghasilkan rente yang negatif sebesar Rp 7 512 per rumahtangga per bulan untuk kategori 2B dan Rp 1 474 per rumah tangga per bulan untuk kategori 2C.Besarnya jumlah pelanggan rumah tangga kategori 2B dan 2C, yakni sebesar 68 050 rumah tangga menyebabkan rente negatif yang sangat besar mencapai Rp 143 444 460 per bulan.Hal tersebut menyebabkan secara keseluruhan perusahaan menerima rente yang negatif dari kelompok rumah tangga ini (kategori 2A, 2B, 2C, 2D dan 3B) sebesar Rp 43 463 337 per bulan atau Rp 521 560 039 per tahun. Meskipun rente yang dihasilkan bernilai negatif, namun profit yang diperoleh PDAM dari kelompok rumah tangga merupakan yang terbesar yakni sejumlah Rp 8 974 048 353 per tahun.
85
765 121
Instansi Pem Kab/Kota
361 288
343 152
Instansi Pem Prov
225 694 0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Profit /plgn /bulan (Ribu Rp)
Instansi Pem Prov 343
Instansi Pem Kab/Kota 765
Penggunaan/plgn/bln (M3)
152
121
Jumlah Pelanggan
225
361
Rente/plgn/bulan (Ribu Rp)
694
288
Gambar 18. Rente Ekonomi yang Diterima PDAM Menang dari Instansi Pemerintah Berbeda dengan kategori 1 dan 2, struktur tarif setiap blok pemakaian pada kelompok pengguna instansi pemerintah lebih tinggi dari harga market clearing, sehingga berapapun tingkat penggunaan air selalu memberikan kontribusi yang positif terhadap besarnya rente yang diterima perusahaan. Instansi pemerintah propinsi memberikan rente sekitar 30 persen lebih besar dibandingkan instansi pemerintah tingkat kabupaten/kota, tidak saja disebabkan oleh tingkat tarif yang lebih tinggi, namun juga oleh tingkat penggunaan yang lebih tinggi. Besarnya rente ekonomi yang disumbangkan oleh instansi pemerintah baik tingkat propinsi maupun kabupaten/kota sebesarRp 3 120 823 833 per tahun, sementara besarnya normal profit yang siberikan sebesar Rp 562 342 071. Total profit yang diterima PDAM
dari
kelompok
langganan
instansi
pemerintah
adalah
sebesar
Rp 3 551 364 790.
86
Hotel Melati
77 26 44 65
Industri dan Niaga Besar
84
Niaga Sedang
30 20 21
Niaga Kecil
55 30 41 -500
472 399 433
500
4,776 884 1500
2500
3500
4500
5500
Niaga Kecil
Niaga Sedang
Profit /plgn /bulan (Ribu Rp)
55
30
Industri dan Niaga Besar 472
Penggunaan/plgn/bln (M3)
30
20
84
26
Jumlah Pelanggan
884
4,776
399
44
Rente/plgn/bulan (Ribu Rp)
41
21
433
65
Hotel Melati 77
Gambar 19. Rente Ekonomi yang Diterima PDAM Menang dari Kelompok Industri dan Niaga (Komersial) Struktur tarif penggunaan air pada kelompok komersial juga selalu berada di atas harga market clearing untuk seluruh blok penggunaan, sehingga berapapun tingkat penggunaan air, kelompok ini selalu memberikan kontribusi rente ekonomi yang positif kepada PDAM. Tingkat penggunaan air pada kelompok komersial lebih rendah dibandingkan kelompok instansi pemerintah.Meskipun demikian kelompok komersial memberikan kontribusi rente ekonomi 20 persen lebih tinggi dikarenakan jumlah pelanggan lebih besar, dan struktur tarif lebih tinggi. Besarnya rente ekonomi yang disumbangkan kelompok komersial cukup besar, yakni mencapai Rp3 757 707 173 per tahun. Industri dan Niaga Besar memberikan kontribusi rente ekonomi terbesar diantara kelompok komersial, yakni sebesarRp 2 073 375 102 per tahun,yang disebabkan oleh penggunaan air
87
dan tarif yang lebih besar dibandingkan lainnya. Sedang Niaga Sedang meskipun tingkat penggunaan airnya paling kecil, namun karena jumlah pelanggannya terbesar, maka kontribusi sumbangan rente ekonominya menduduki peringkat ke dua pada kelompok komersial ini, yakni sebesarRp1 216 473 832.Begitu pula dengan profit yang dihasilkan, Industri dan Niaga Besar menghasilkan profit tertinggi pada kelompok ini sebesar Rp 2 258 763 964 disusul oleh kelompok Niaga Sedang sebesar Rp 1 736 429 920. Secara total PDAM memperoleh profit dari kelompok Niaga sebesar Rp 4 618 287 472. Secara keseluruhan, strukturblock tarifyang sekarang diberlakukan, di satu sisi telah membuat perusahaan ini dapat menjalankan fungsi sosial (public service) sebagai penyedia layanan pemenuhan kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat dengan jalan memberikan subsidi terutama kepada kelompok lembaga sosial dan perumahan, di sisi lain juga dapat menjalankan fungsinya sebagai perusahaan komersial yang dapat memberikan keuntungan bagi pemegang sahamnya. Besarnya rente negatif yang dihasilkan mencapaiRp 2 495 795 769 per tahun menunjukkan keberpihakan pengambil keputusan terhadap masyarakat dengan penetapan tarif yang lebih rendah untuk beberapa golongan khususnya kelompok Sosial dan Rumah tangga.Sementara itu besarnya rente ekonomi yang dapat diciptakan sebesar Rp 9 146 005 301 per tahun, sehingga rente bersih yang diciptakan mencapai Rp 6 650 209 532 per tahun.Secara finansial PDAM juga menerima profit sebesar Rp 18 629 996 047 serta mengalami kerugian sebesar Rp 331 323 843 sehingga profit bersih yang PDAM dapatkan berjumlah Rp 18 298 672 203. Selain dari pembayaran air per m3 penggunaan, PDAM juga menerima pemasukan dari abonemen yang dibayarkan oleh pelanggan yakni
88
sebesar Rp 6 000 per bulan atau sebesar Rp 478 398 000 per tahun. Secara keseluruhan, PDAM menerima total profit yang terdiri dari profit dan abonemen sebesar Rp 18 777 070 203. Keuntungan yang diperoleh disetorkan kepada pemerintah daerah sebesar 55 persen atau Rp 10 327 388 612 sehingga PDAM menerima keuntungan bersih sebesar Rp 8 449 681 591. Sebagai pembanding, laba bersih yang diterima PDAM pada tahun 2011 adalah sebesar Rp 11,11 miliar dan disumbangkan sebagai PAD kepada Pemda sebanyak Rp 6 miliar. Perbedaan laba bersih riil dengan perhitungan profit kemungkinan disebabkan oleh tingginya biaya produksi rata-rata pada tahun 2011 yakni sebesar Rp 1199 per m3 sehingga laba bersih riil bernilai lebih kecil sementara perhitungan profit menggunakan fungsi biaya produksi rata-rata yang diperoleh selama 4 tahun terakhir yakni sebesar Rp 895 per m3. Keuntungan yang diperoleh oleh PDAM digunakan untuk investasi lebih lanjut dengan tujuan agar PDAM bisa meningkatkan fungsi sosialnya dengan meningkakan pelayanan. Dari data tahun 2008-2011 diketahui bahwa investasi sebesar Rp 8 701 704 365 dapat meningkatkan cakupan pelayanan sebesar 10 persen sehingga jika seluruh keuntungan yang diterima perusahaan digunakan untuk investasi maka cakupan pelayanan dapat ditingkatkan sebesar 9,8 persen per tahun.Peningkatan pelayanan ini diproyeksikan untuk beberapa tahun kedepan dan dibandingkan dengan perkembangan jumlah rumah tangga di ketiga wilayah pelayanan. Proyeksi dilakukan untuk membandingkan peningkatan rumah tangga dengan peningkatan jumlah pelanggan. Jumlah rumah tangga mewakili tingkat permintaan air dengan asumsi tidak terjadi perubahan gaya hidup yang signifikan
89
sehingga penggunaan air tiap rumah tangga cenderung stabil. Dari perhitungan diperoleh bahwa Kota Mataram akan terlayani secara penuh pada tahun 2028, Kabupaten Lombok Barat akan terlayani secara penuh pada tahun 2038 dan Kabupaten Lombok Utara akan terlayani secara penuh pada tahun 2044. Jika Pemda turut menyumbangkan seluruh keuntungan yang diperolehnya, maka peningkatan pelayanan yang dapat dilakukan akan semakin besar yakni sejumlah 21,8 persen per tahun, sehingga pelayanan penuh untuk ketiga wilayah akan lebih cepat tercapai. Kota Mataram akan dilayani secara penuh pada tahun 2016, Kabupaten Lombok Barat akan terlayani penuh pada tahun 2023, dan Kabupaten Lombok Utara akan terlayani secara penuh pada tahun 2025. 6.5.
Simulasi Rente Ekonomi Berdasarkan Kategori Pengguna dan JumlahKonsumsi Air Karena kedudukannya sebagai perusahaan milik daerah, PDAM Menang
selain harus beroperasi efisien berdasarkan prinsip ekonomi, juga dituntut untuk melaksanakan peran sosialnya dengan memberikan subsidi kepada berbagai kelompok pengguna.Dengan kata lain perusahaan ditugaskan untuk mewujudkan target kembar pengelolaan air (twin targets) yaitu menjamin ketersediaan air baku air minum setiap saat bagi sebanyak-banyaknya pengguna dengan harga yang terjangkau, perusahaan juga dituntut tidak boleh merugi. Oleh karena itu, guna melaksanakan peran strategis tersebut perlu dilakukan simulasi mengenai besarnya rente ekonomi yang akan diperoleh perusahaan pada berbagai kategori pelanggan dan blok pemakaian. Rente ekonomi tersebut kemudian dapat digunakan untuk melaksanakan peran sosial perusahaan.
90
1. Rente Ekonomi dari Kelompok Lembaga Sosial Gambar 20 berikut menyajikan besarnya rente ekonomi yang diterima PDAM Menang melalui simulasi konsumsi air antara 0-100 m3 per bulan untuk kategori pelanggan sosial.Gambar 20 menunjukkan bahwa semua pelanggan kategori lembaga sosial menerima subsidi jika mengkonsumsi air sampai dengan 40 m3 per bulan dengan subsidi terbesar diterima lembaga sosial kategori A sedangkan yang terkecil diterima oleh lembaga sosial kategori D.
Kecuali
kelompok sosial kategori A, besarnya subsidi untuk pelanggan lembaga sosial kategori B, C, dan D semakin mengecil setelah konsumsi air melebihi 40 m3 per bulan, bahkan lembaga kategori C dan D memberikan kontribusi terhadap peningkatan rente ekonomi ketika konsumsi air mencapai 60 m3 atau lebih. Sementara itu struktur tarif yang berlaku saat ini tidak memungkinkan perusahaan mendapatkan rente dari pelanggan lembaga sosial kategori A dan B dalam rentang konsumsi hingga 100 m3. Dengan demikian dua kategori pelanggan kelompok ini merupakan kelompok masyarakat yang selalu harus disubsidi oleh PDAM.
91
Rente per pelanggan (Rp/bulan)
60,000 40,000 20,000 0 -20,000 -40,000 -60,000 -80,000 -100,000
Blok konsumsi (m3) 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Sosial A
0
-8,560
-17,120
-25,680
-34,240
-42,800
-51,360
-59,920
-68,480
-77,040
-85,600
Sosial B
0
-8,560
-15,120
-18,680
-17,240
-15,800
-14,360
-12,920
-11,480
-10,040
-8,600
Sosial C
0
-8,060
-13,620
-13,180
-8,740
-4,300
140
4,580
9,020
13,460
17,900
Sosial D
0
-7,560
-12,120
-8,680
-240
8,200
16,640
25,080
33,520
41,960
50,400
Gambar 20. Simulasi Besarnya Rente Ekonomi pada Berbagai Blok Konsumsi Kelompok Lembaga Sosial
92
92
2. Rente Ekonomi dari Kelompok Rumah tangga Kelompok pelanggan terbesar dari PDAM Menang adalah pelanggan rumah tangga yang mencapai sekitar 90 persen (71021) dari total 79733 rekening. Kelompok pelanggan ini terdiri dari 5 kategori yaitu rumah tangga kategori 2A, 2B, 2C, 2D, dan 3B (rumah mewah).Hasil simulasi besarnya rente ekonomi dari pelanggan kategori ini disajikan pada Gambar 21. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa, kecuali untuk rumah mewah, perusahaan akan menerima rente ekonomi pada konsumsi air di atas 40 m3, bahkan untuk rumah tangga kategori II B, II C, dan II D rente ekonomi diperoleh lebih cepat lagi ketika konsumsi air pada 30 m3. Rumah mewah tidak menerimasubsidi sedikitpun karena pelanggan kategori ini ditargetkan merupakan kontributor utama dalam memberikan rente ekonomi perusahaan. 3. Rente Ekonomi dariKelompok Pemerintah Pada Gambar 22 terlihat bahwa pelanggan dari lembaga Pemerintahan Daerah (Pemda) merupakan penyumbang penting bagi rente ekonomi yang diterima PDAM Menang, terutama dari lembaga di bawah Pemda Tingkat I. Untuk kategori ini PDAM menerima rente ekonomi pada seluruh tingkat blok penggunaan (konsumsi) air.
93
450,000
Rente per pelanggan (Rp/bulan)
400,000 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 -50,000
Blok konsumsi (m3) 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Rumah Tangga A
0
-7,060
-10,620
-4,180
7,260
18,700
30,140
41,580
53,020
64,460
75,900
Rumah Tangga B
0
-6,060
-7,620
2,820
18,260
33,700
49,140
64,580
80,020
95,460
110,900
Rumah Tangga C
0
-5,560
-7,120
6,320
25,760
45,200
64,640
84,080
103,520
122,960
142,400
Rumah Tangga D
0
-4,560
-4,120
12,320
34,760
57,200
79,640
102,080
124,520
146,960
169,400
Rumah Mewah
0
1,440
14,880
55,320
106,760
158,200
209,640
261,080
312,520
363,960
415,400
Gambar 21. Simulasi Besarnya Rente Ekonomi pada Berbagai Blok Konsumsi Kelompok Rumah tangga
94
94
450,000 Rente per pelanggan (Rp/bulan)
400,000 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 -50,000
Blok konsumsi (m3) 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Instansi Pem Kab/Kota
0
-2,560
-120
20,320
49,760
79,200
108,640
138,080
167,520
196,960
226,400
Instansi Pem Prov
0
5,440
25,880
66,320
117,760
169,200
220,640
272,080
323,520
374,960
426,400
Gambar 22. Simulasi Besarnya Rente Ekonomi pada Berbagai Blok Konsumsi Kelompok Instansi Pemerintah
95
95
Sementara itu untuk pelanggan perkantoran di bawah Pemda Tingkat II, PDAM memberikan subsidi jika pemakaian tidak melebihi 20 m3 per bulan karena penggunaan lebih dari itu tarif yang dikenakan berada di atas harga market clearing sehingga perusahaan menerima rente cukup besar. Informasi penting dari gambar tersebut adalah kebijakan penetapan tarif yang tinggi untuk pelanggan kategori lembaga pemerintah daerah (Pemda Tk.I dan II) laksana memindahkan uang dari saku kiri ke saku kanan pemerintah. Sebagai pemilik perusahaan, Pemda menetapkan struktur tarif dan membayar tinggi untuk pemakaian air sehingga perusahaan mendapatkan rente ekonomi besar yang akan kembali kepada pemiliknya (Pemda) melalui saku yang lain, baik secara formal (deviden) maupun informal yang sulit diidentifikasi.
4. Rente Ekonomi Kelompok Industri dan Niaga serta Hotel (Komersial) Kategori pelanggan jenis ini terdiri dari industri dan niaga kecil, sedang, besar serta hotel melati karena hotel berbintang bukan pelanggan PDAM Menang.Untuk pelanggan kategori ini, PDAM menerapkan tarif komersial sehingga mendapatkan rente ekonomi. Gambar 23 menampilkan simulasi penerimaan rente ekonomi dari penggunaan air oleh pelanggan dari kelompok ini.Dari gambar tersebut terlihat bahwa seluruh pelanggan memberikan kontribusi positif bagi penerimaan rente ekonomi PDAM, kecuali pelanggan niaga kecil yang menggunakan air hanya 10 m3 per bulan.Secara berurutan, marginal propensity to contribute (MPC) bagi penciptaan rente ekonomi terbesar diberikan oleh industri dan niaga besar, hotel melati, niaga sedang serta niaga kecil.
96
600,000
Rente per pelanggan (Rp/bulan)
500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 0 -100,000
Blok konsumsi (m3) 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Niaga Kecil
0
-560
12,880
39,320
75,760
112,200
148,640
185,080
221,520
257,960
294,400
Niaga Sedang
0
1,440
21,880
55,320
99,760
144,200
188,640
233,080
277,520
321,960
366,400
Industri dan Niaga Besar
0
16,440
49,880
101,320
162,760
224,200
285,640
347,080
408,520
469,960
531,400
Hotel Melati
0
8,440
34,880
81,320
139,760
198,200
256,640
315,080
373,520
431,960
490,400
Gambar 23. Simulasi Besarnya Rente Ekonomi pada Berbagai Blok Konsumsi Kelompok Komersial
97
97
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan PDAM Menang Mataram merupakan perusahan yang didirikan dan
dikelola bersama oleh Pemda Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram untuk melayani kebutuhan air bersih di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Utara dan Kota Mataram. Cakupan layanan PDAM Menang Mataram hingga April 2012 baru mencapai 33,26 persen. Produksi air bersih selama tahun 2011 mencapai 1082,57 liter/detik atau 33 612 767 m3 per tahun, dan air terdistribusi kepada rumah tangga sebesar 23 720 573 m3 per tahun. Air baku dialirkan dengan memanfaatkan perbedaan elevasi ke bak pelepas tekanan terlebih dahulu sebelum dialirkan ke beberapa reservoir. Tujuannya, agar tekanan air tidak terlalu besar saat memasuki bak-bak reservoir. Di bak-bak reservoir, air diolah dengan menambahkan bahan kimia berupa gas chlorin. Air bersih kemudian dialirkan melalui pipa primeryang akan diteruskan ke pipa-pipa sekunder kemudian ke pipa-pipa tersier langsung ke pelanggan. Biaya produksi secara teknis dipisahkan atas dasar biaya sumber air, biaya pengolahan, biaya transdit, biaya umum dan administrasi, dan biara diluar usaha. Komponen biaya terbesar adalah biaya transdit dan biaya administrasi dan umum, kontribusinya mencapai 91 persen dari total biaya. Menurut sifatnya biaya dikelompokkan menjadi biaya variabel, biaya tetap, dan biaya investasi. Biaya tetap merupakan komponen terbesar, kontribusinya mencapai 71 persen dari biaya total. Estimasi terhadap fungsi biaya menghasilkan fungsi biaya total sebagai berikut: TC = 0,0052 Q
1.82
, dan dari fungsi tersebut diturunkan fungsi biaya
marginal sebagai berikut: MC = 0,0095 Q 0.82.
Hasil estimasi fungsi permintaan air PDAM memberikan hasil sebagai berikut: Jumlah anggota keluarga dan income memiliki pengaruh yang nyata dan signifikan secara positif, sementara kepemilikan sumber air lain serta harga air memiliki pengaruh yang nyata dan signifikan secara negatif. Dari fungsi permintaan dan penawaran air, diperoleh harga market clearing sebesar Rp 1 356 per m3 dan kuantitas keseimbangan sebesar 1 671 090 m3 per bulan. Pada kuantitas keseimbangan besarnya biaya rata-rata sebesar Rp 742 per m3, sehingga perusahaan memperoleh keuntungan rata-rata sebesar Rp 614 per m3. Dalam prakteknya, air tidak dipasarkan pada tingkat harga market clearing, namun harga ditetapkan pemerintah atas dasat progressive block tariff, sehingga sebagian konsumen menikmati subsidi dan sebagian memberikan rente ekonomi kepada PDAM. Tarif yang diterapkan menghasilkan rente negatif sebesar Rp 2,5 miliar per tahun dari kelompok Sosial A dan B, Rumah Tangga B dan C serta dari satu kelompok khusus, serta menghasilkan rente positif sebesar Rp 9,1 miliar dari kelompok lain sehingga rente bersih yang diperoleh sebesar Rp 6,6 miliar selama tahun 2011. PDAM Menang Mataram menerima total profit sebesar Rp 18,3 miliar dimana kelompok rumahtangga menjadi penyumbang terbesar disusul oleh kelompok niaga dan instansi pemerintah. Simulasi terhadap besarnya rente atas dasar kategori pengguna dan jumlah konsumsi (blok penggunaan) memberikan hasil bahwa pelanggan kategori lembaga sosial menerima subsidi jika mengkonsumsi air sampai dengan 40 m3 per bulan, sedang pelanggan rumahtangga kategori II B, II C, dan II D menerima subsidi jika besar konsumsi air kurang dari 30 m3. Sedang instansi pemerintah,
99
dan kelompok komersial sebaliknya memberikan kontribusi rente ekonomi pada seluruh tingkat konsumsi, kecuali pemerintah kabupaten/kota, menerima subsidi hanya pada tingkat penggunaan 20 m3. 7.2
Saran
1.
Jika ingin meningkatkan cakupan pelayanannya hingga memenuhi target, PDAM sebaiknya menginvestasikan seluruh profitnya untuk investasi jangka panjang.
2.
Guna meningkatkan cukupan pelayanan dengan lebih cepat, Pemda Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat perlu melakukan reinvestasi keuntungan yang diperoleh sehingga target pelayanan PDAM dapat lebih cepat tercapai.
100
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Affendi. 1992. Masalah Pengembangan Sumber Daya Air dan Pembiayaan Investasi Irigasi. Makalah dalam Seminar Pengkajian Kebijaksanaan Pengelolaan SDA. Jangka Panjang di Indonesia di Bappenas tanggal 28-29 Juli 1992, Jakarta. Ariestis. 2004. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air dalam Kerangka Kebijakan Pra dan Pasca Privatisasi. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Utara. 2011. Lombok Utara Dalam Angka Tahun 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Utara, Tanjung. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat. 2011. Lombok Barat Dalam Angka Tahun 2011. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat, Gerung. Badan Pusat Statistik Kota Mataram. 2011. Mataram Dalam 2011. Badan Pusat Statistik Kota Mataram, Mataram.
Angka Tahun
Cech, Thomas V. 2005. Principles of Water Resources History, Development, Management and Policy. John Wiley and Sons, Inc. United States. Doll, John P. dan F. Orazem. 1984. Production Economics Theory with Applications. John Wiley and Sons, Inc. United States. Esanawati, Ratih. 2009. Analisis Ekonomi Fungsi Produksi, Penetapan Tarif dan Alokasi Air Minum yang Efisien Studi Kasus: PDAM Tirta Patriot. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Fadillah, Nurul. 2011. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air pada Instalasi Pengolahan Air di PDAM Bekasi. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya Dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Gujarati, D. 1995. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [Penerjemah]. Erlangga. Jakarta.
Juanda , Bambang. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press. Bogor. _______________. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. IPB Press. Bogor
Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: an Introductory Exposition of Econometrics Method. MacMillan. London.
Kusuma, Nimas E. 2006. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air dan Kebijakan Tarif Air PDAM Kota Madiun. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lipsey, Richard G et al., 1995. Pengantar Mikroekonomi. Wasana, Jaka, penerjemah. Binarupa Aksara. Jakarta. Terjemahan dari Economics 10th ed. Nicholson, Walter. 1995. Teori Mikroekonomi Prinsip Dasar dan Perluasan. Wirajaya Daniel, penerjemah. Binarupa Aksara. Jakarta. Terjemahan dari: Microeconomics Theory Basic Prinsiples and Extensions. PDAM Menang Mataram. 2011. Profil PDAM Menang Mataram 2009-2011. PDAM Menang Mataram, Mataram. _____________________. 2012. Profil PDAM Menang Mataram 2009-2012. PDAM Menang Mataram, Mataram. Perry, C.J et al. 1997. Water as an Economic Good : A Solution, or a Problem?. Jurnal SWIM Paper. International Water Management Institute. Colombo. Ristiani, Mira. 2005. Analisis Harga Pokok Air Bersih PDAM dan Respon Konsumen terhadap Kebijakan Tarif Air Minum (Studi Kasus di PDAM Kabupaten Bogor). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sanim, Bunasor. 2011. Sumberdaya Air dan Kesejahteraan Publik. IPB Press. Bogor. Setiawan, Muhamad A. 2005. Optimalisasi Produksi Teh Hitam (Studi Kasus Pabrik Perkebunan Kertasarie. Desa Tarumajaya, Kecamatan Tarumasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sudrajat, Jajat. 1997. Analisis Ekonomi Pengelolaan Air PDAM di Kotamadya Pontianak (Suatu Kajian Pengembangan Kebijaksanaan Ekonomi dalam Pengelolaan Sumber Daya Air). Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suparmoko.1995. Ekonomi Sumberdaya Alam Pendekatan Teoritis). BPFE. Yogyakarta.
dan
Lingkungan
(Suatu
102
Syaukat, Yusman. 2000. Economics of Integrated Surface and Groundwater Use Management In The Jakarta region, Indonesia. Tesis. The University of Guelph : The Faculty of Graduate Studies. Tietenberg, Thomas H. 1984. Environmental and Natural Resource Economics. Scott, Foresman and Company. United States. Utama, D. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non-sawah di Kabupaten Cirebon. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
.
103
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Hari/Tanggal:
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper Level 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp. (0251) 8621834, Fax (0251) 8421 762
KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden
: ..................................................................................
Nama Responden
: ..................................................................................
Alamat Responden
: ..................................................................................
No. Telepon/HP
: ...................................................................................
Kuesioner
ini
digunakan
untuk
penelitian
“Analisis
Ekonomi
Pengelolaan Sumberdaya Air dan Kebijakan Tarif Air PDAM Menang Mataram” oleh Dea Amanda, Mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisis kuesioner ini dengan teliti dan seksama. Saya menjamin kerahasiaan pendapat Bapak/Ibu/Saudara/i dalam kuesioner ini. Terimakasih.
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Umur : ............................. th 2. Jenis Kelamin a) Laki-laki
b) Perempuan
3. Pendidikan Terakhir a) Tidak Sekolah
d) SMA/Sederajat
b) SD/Sederajat
e) Perguruan Tinggi/Sederajat
c) SMP/Sederajat
f) Pasca sarjana
104
4. Status a) Menikah
b) Belum menikah
B. KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA 5. Pekerjaan Utama
: .................................................................
6. Pekerjaan Sampingan : .................................................................. 7. Anggota Rumah Tangga : No. Nama
L/P Umur
Hubungan
Pendidikan2 Penghasilan
Keluarga1
(th) 1 2 3 4 5
Keterangan : 1) Isi dengan : 1 = Kepala keluarga 2 = Istri 3 = Anak 4 = Lainnya 2) Isi dengan : 1 = SD 2 = SMP 3 = SMA 4 = Perguruan Tinggi 8. Berapakah Penghasilan total rumah tangga per bulannya? Rp..........................
C. KONSUMSI AIR 9. Sumber air apa saja yang digunakan dalam keluarga Bapak/Ibu? No
Sumber Air
1
PDAM
2
Air Sumur
3
Air Isi Ulang/ Kemasan
Ya/ Tidak
Tujuan Penggunaan1
105
4
Lainnya
Keterangan: 1) Isi dengan :
1 = untuk air minum 2 = untuk memasak 3 = untuk mandi/mencuci 4 = menyiram tanaman 5 = lainnya
D. Karakteristik Air PDAM 10. Apakah air PDAM merupakan sumber air utama di rumah anda? a) Ya
b) Tidak
11. Menurut anda, bagaimanakah kualitas kebersihan air bersih dari PDAM yang anda terima? a) Sangat Baik
c) Baik
e)
Buruk b) Cukup Baik
d) Kurang Baik
12. Apakah anda merasakan kekurangan pada pelayanan air bersih yang diberikan oleh PDAM? a) Ya b) Tidak 13. Jika ya, uraikan kekurangannya .................................................... ............................................................................................................ ............................................................................................................
E. PENGELUARAN UNTUK AIR BERSIH PDAM 14. Kelompok langganan : .......... 15. Berapakah konsumsi rata-rata air PDAM anda dalam sebulan? .................... m3 16. Berapakah biaya pengeluaran anda untuk air PDAM per bulan? Rp......................................
106
17. Menurut anda, apakah tarif air PDAM yang diberlakukan sudah sesuai dengan kemampuan Bapak/Ibu? a) Ya
b) Tidak
18. Jika Tidak, berapakah tarif yang tepat menurut Bapak/Ibu? Rp......................................
107
Lampiran 2. Data Komponen Biaya Pengelolaan Air Bersih PDAM Menang Mataram (Rupiah) Bulan Tahun Biaya Tetap Biaya Variabel Biaya investasi Januari 1 125 670 939.92 49 430 681.57 480 990 968.39 Februari 1 268 265 649.82 44 026 434.19 480 990 968.39 Maret 1 781 923 272.47 46 049 778.96 480 990 968.39 April 1 640 385 395.33 37 044 655.60 480 990 968.39 Mei 1 606 011 637.65 45 926 474.68 480 990 968.39 Juni 1 597 628 879.59 57 545 886.66 480 990 968.39 2008 Juli 1 560 786 130.53 59 282 805.57 480 990 968.39 Agustus 1 622 431 916.08 60 837 539.21 480 990 968.39 September 1 911 644 931.68 57 574 793.56 480 990 968.39 Oktober 1 543 405 155.55 40 148 600.00 480 990 968.39 November 1 297 128 641.69 36 868 025.00 480 990 968.39 Desember 2 136 453 887.06 37 507 375.00 489 367 180.01 Januari 1 690 913 651.15 41 177 775.00 455 094 835.00 Februari 1 706 054 739.48 48 071 449.48 455 094 835.00 Maret 1 625 244 641.56 45 722 124.48 455 094 835.00 April 1 825 577 910.50 50 165 324.48 653 132 295.00 Mei 1 645 401 923.45 51 634 863.89 504 604 200.00 Juni 1 641 169 228.66 51 671 791.25 504 604 200.00 2009 Juli 1 908 524 131.17 52 784 845.79 504 604 200.00 Agustus 2 072 466 145.14 51 644 507.36 504 604 200.00 September 1 790 429 741.21 51 012 390.21 504 604 200.00 Oktober 1 719 218 398.55 55 387 394.17 504 604 200.00 November 1 939 437 755.49 53 722 182.32 504 604 200.00 Desember 1 978 259 474.75 54 113 754.82 797 459 451.22 Januari 1 654 129 288.54 60 734 129.62 737 606 622.13 Februari 1 593 507 082.77 57 119 100.37 745 365 605.23 Maret 1 974 003 204.82 55 605 087.31 745 365 605.23 April 1 887 425 761.31 61 283 439.74 745 365 605.23 Mei 1 748 361 959.10 59 373 188.13 745 365 605.23 Juni 2 390 578 734.40 93 840 429.27 745 365 605.23 2010 Juli 1 936 196 869.86 91 538 847.25 745 365 605.23 Agustus 2 409 295 447.98 92 320 523.49 745 365 605.23 September 1 716 419 438.23 52 861 412.00 745 365 605.23 Oktober 2 037 790 048.24 48 874 372.06 745 365 605.23 November 2 101 807 463.11 50 525 315.93 745 365 605.23 Desember 2 666 359 339.33 103 952 498.36 1 190 646 833.18 Januari 1 811 255 349.35 103 731 849.17 1 108 044 539.17 Februari 1 716 155 824.71 97 158 527.47 1 108 044 539.17 2011 Maret 1 984 879 784.14 70 490 725.92 1 108 044 539.17 April 2 079 310 116.13 81 620 389.29 1 108 044 539.17
108
2012
Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April
2 258 147 839.44 2 311 929 895.61 1 964 037 411.25 2 833 016 844.25 1 978 677 627.25 2 249 365 505.25 2 323 020 167.78 2 545 827 817.17 2 371 232 240.41 3 165 923 403.44 2 847 323 109.74 3 139 393 659.58
73 108 044.63 75 593 129.65 72 681 727.37 73 255 483.13 81 032 817.87 65 949 935.37 72 582 702.13 79 792 941.63 71 656 170.00 61 780 790.00 86 167 260.00 56 395 565.00
1 108 044 539.17 1 108 044 539.17 1 108 044 539.17 1 108 044 539.17 1 108 044 539.17 1 108 044 539.17 1 108 044 539.17 1 108 044 539.17 981 670 400.00 981 670 400.00 981 670 400.00 981 670 400.00
109
Lampiran 3. Data Biaya Pengelolaan Air Total dan Produksi Air PDAM Menang Mataram (Rupiah) U R A I A N Biaya Total Produksi Air Januari 1 656 092 590 2 328 467.040 Februari 1 793 283 052 2 173 532.832 Maret 2 308 964 020 2 338 663.709 April 2 158 421 019 2 276 449.920 Mei 2 132 929 081 2 337 461.107 Juni 2 136 165 735 2 274 073.056 2008 Juli 2 101 059 904 2 344 998.125 Agustus 2 164 260 424 2 294 231.731 September 2 450 210 694 2 237 906.880 Oktober 2 064 544 724 2 335 779.072 November 1 814 987 635 2 267 222.400 Desember 2 663 328 442 2 354 340.384 Januari 2 187 186 261 2 432 817.504 Februari 2 209 221 024 2 198 755.238 Maret 2 126 061 601 2 315 786.371 April 2 528 875 530 2 297 333.664 Mei 2 201 640 987 2 389 912.214 Juni 2 197 445 220 2 292 922.080 2009 Juli 2 465 913 177 2 330 414.237 Agustus 2 628 714 853 2 281 088.822 September 2 346 046 331 2 252 168.064 Oktober 2 279 209 993 2 316 990.096 November 2 497 764 138 2 236 771.584 Desember 2 829 832 681 2 339 081.539 Januari 2 452 470 040 2 597 619.456 Februari 2 395 991 788 2 618 638.848 Maret 2 774 973 897 2 418 898.000 April 2 694 074 806 2 710 177.000 Mei 2 553 100 752 2 773 151.000 Juni 3 229 784 769 2 776 662.000 2010 Juli 2 773 101 322 2 828 165.000 Agustus 3 246 981 577 2 852 132.000 September 2 514 646 455 2 715 535.000 Oktober 2 832 030 026 2 956 595.000 November 2 897 698 384 2 819 414.000 Desember 3 960 958 671 2 892 294.000 Januari 3 023 031 738 2 839 907.520 Februari 2 921 358 891 2 572 504.704 2011 Maret 3 163 415 049 2 838 702.240 April 3 268 975 045 2 852 470.080
110
2012
Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April
3 439 300 423 3 495 567 564 3 144 763 678 4 014 316 867 3 167 754 984 3 423 359 980 3 503 647 409 3 733 665 298 3 424 558 810 4 209 374 593 3 915 160 770 4 177 459 625
2 942 731.296 2 781 138.240 2 781 138.000 2 825 042.000 2 695 783.000 2 691 122.000 2 896 448.540 2 895 778.940 2 838 541.536 2 794 642.560 2 671 989.120 2 691 335.808
111
Lampiran 4. Data Permintaan Air Bersih Responden No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Anggota Kel 4 4 3 7 6 7 5 5 4 5 6 4 1 6 5 4 2 5 4 2 4 4 4 3 6 9 5 4 3 7 4 5 4 4 6 2 1 6 2 1
Income Sumber Thn (Rp) lain Pendidikan 500 000 1 6 1 250 000 0 9 1 750 000 0 15 2 250 000 0 16 1 250000 0 12 500 000 0 16 1 250 000 0 12 2 250 000 1 16 1 250 000 1 9 1 750 000 1 12 3 000 000 1 16 3 000 000 1 16 1 750 000 1 16 2 250 000 1 16 1 750 000 1 12 500 000 0 9 1 250 000 0 16 2 250 000 0 15 1 250 000 0 16 1 750 000 0 16 1 250 000 0 12 1 750 000 0 12 3 000 000 1 12 3 000 000 1 13 3 000 000 1 16 1 250 000 0 12 1 750 000 0 12 1 250 000 0 12 1 250 000 0 12 1 250 000 0 12 1 250 000 0 12 2 250 000 0 16 2 250 000 0 16 1 750 000 0 9 2 250 000 0 16 1 250 000 0 12 500 000 0 12 1 750 000 0 12 500 000 0 12 1 750 000 0 12
Harga Air (Rp) 1 550.00 1 330.00 1 600.00 1 346.15 1 419.35 1 387.93 1 291.18 1 293.48 1 272.73 1 291.18 1 272.73 1 291.18 1 475.00 1 346.15 1 470.59 2 333.33 1 538.46 1 250.00 1 538.46 1 272.73 1 426.92 1 400.00 1 330.00 1 387.93 1 454.55 1 581.40 1 419.35 1 225.00 1 225.00 1 419.35 1 293.48 1 244.74 1 266.67 1 291.18 1 513.51 4 166.67 11 500.00 1 346.15 1 531.82 1 531.82
Konsumsi air (M3) 10 25 10 26 31 29 17 23 22 17 22 17 12 26 34 6 39 21 39 22 13 30 25 29 33 43 31 20 20 31 23 19 18 17 37 3 1 26 11 11 112
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
7 2 4 3 2 3 4 4 3 2 2 4 2 3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 6 8 4 5 6 9 5 6 6 7 5 4 2 6 4 5 4 5 4
500 000 500 000 2 250 000 1 250 000 500 000 1 250 000 500 000 500 000 1 750 000 1 250 000 1 250 000 500 000 500 000 1 250 000 1 750 000 1 750 000 500 000 1 750 000 1 750 000 3 000 000 1 750 000 1 750 000 500 000 1 250 000 3 000 000 1 250 000 1 250 000 5 000 000 2 250 000 1 250 000 1 750 000 1 250 000 1 250 000 1 250 000 2 250 000 500 000 3 000 000 1 750 000 2 250 000 1 750 000 1 750 000 2 250 000 2 250 000
0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
6 6 12 6 6 12 16 13 12 9 9 6 15 12 13 9 6 12 12 12 16 16 6 9 16 16 12 18 16 12 12 12 9 16 16 12 16 12 9 16 12 12 9
1 312.50 1 875.00 1 437.50 1 225.00 2 333.33 1 318.75 1 426.92 1 385.71 1 272.73 1 426.92 1 475.00 1 318.75 2 333.33 1 225.00 1 330.00 1 437.50 1 600.00 1 318.75 1 454.55 1 600.00 1 400.00 1 400.00 1 244.74 1 330.00 1 500.00 1 571.43 1 330.00 1 738.37 1 771.43 1 990.00 2 602.56 1 050.00 1 037.04 8 37.84 402.60 553.57 738.10 392.41 1 037.04 1 073.68 1 041.67 2 072.58 1 309.52
24 8 32 20 6 16 13 14 22 13 12 16 6 20 25 32 10 16 33 45 30 30 19 25 36 42 25 43 35 50 39 20 27 37 77 56 42 79 27 19 24 124 21
113
84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 Ratarata
5 3 4 6 6 4 4 6 2 2 1 6 4 5 4 6
1 750 000 5 500 000 5 500 000 3 400 000 4 000 000 6 000 000 5 000 000 2 500 000 9 000 000 1 500 000 1 000 000 7 000 000 4 000 000 4 000 000 5 000 000 8 000 000
4.26
2 089 899
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1
12 16 12 16 12 16 16 16 18 6 16 16 12 12 16 16
1 583.33 2 371.43 1 780.00 1 738.46 1 550.00 2 094.12 1 741.67 1 900.00 1 977.42 1 700.00 2 633.33 2 057.58 1 780.00 1 780.00 2 371.43 1 550.00
33 7 25 13 20 34 24 10 31 23 6 33 25 25 7 20
12.70
1 608.75
25.61
114
Lampiran 5. Output Regresi Fungsi Biaya Pengelolaan Air Total b
Model Summary
Mod el
R
Std. Error of
Square
the Estimate
R Square a
1
Adjusted R
.792
.627
.620
Durbin-Watson
.14231
1.270
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1.703
1
1.703
Residual
1.013
50
.020
Total
2.715
51
F
Sig.
84.077
a
.000
a
Coefficients
Model
1
(Constant)
LnQ
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
-5.255
2.942
1.829
.199
Beta
Collinearity Statistics
t
.792
Sig.
-1.786
.080
9.169
.000
Tolerance
1.000
VIF
1.000
115
116
Lampiran 6. Output Regresi Fungsi Permintaan Air Bersih b
Model Summary
Model
R
R Square a
1
.777
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.603
.582
Durbin-Watson
.43590
1.933
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
26.870
5
5.374
Residual
17.671
93
.190
Total
44.541
98
F
Sig. a
28.284
.000
a
Coefficients
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
T B
1
(Constant)
Collinearity Statistics
Std. Error
4.052
1.464
Ln Ak
.503
.102
Ln Pa
.331
D
Sig.
Beta
Tolerance
VIF
2.768
.007
.349
4.931
.000
.852
1.174
.092
.339
3.588
.001
.479
2.088
-.176
.112
-.126
-1.569
.120
.664
1.505
Ln Ea
-.044
.184
-.019
-.241
.810
.669
1.495
Ln P
-.858
.123
-.487
-6.972
.000
.874
1.144
Correlations
117
Residu LnX1
Spearman's rho
LnX1
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
LnX2
LnX4
al
1.000
.221
*
.084
.214
*
-.126
-.011
.
.028
.406
.033
.213
.910
99
99
99
99
99
99
**
.129
.019
*
1.000
Sig. (2-tailed)
.028
.
.000
.000
.204
.855
99
99
99
99
99
99
**
1.000
.182
.202
*
.069
.514
.084
Sig. (2-tailed)
.406
.000
.
.072
.045
.499
99
99
99
99
99
99
**
.182
1.000
.110
.046
*
.532
**
.532
Correlation Coefficient
Correlation Coefficient
.214
Sig. (2-tailed)
.033
.000
.072
.
.279
.651
99
99
99
99
99
99
-.126
.129
.202
*
.110
1.000
.166
.213
.204
.045
.279
.
.101
99
99
99
99
99
99
-.011
.019
.069
.046
.166
1.000
.910
.855
.499
.651
.101
.
99
99
99
99
99
99
N
LnX4
LnX3
.221
N
LnX3
D
Correlation Coefficient
N
D
LnX2
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Residu Correlation Coefficient
.514
al Sig. (2-tailed)
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
118
Residual Square Plot
119
Lampiran 7 . Rente Tiap Kelompok Langganan Berdasarkan Blok Pemakaian 1. Golongan Sosial A : Pemakaian rata-rata 61 m3 per pelanggan per bulan P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828 1.356
AC = 0,0052.Q0,828 Rente Negatif
500 Qa = 803351660.P-0,857 Q(M3) 1.671.090
3.907.405
2. Golongan Sosial B: Rata-rata pemakaian 43m3 per pelanggan per bulannya. P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q
1.356
0,828
MC = 0,0095.Q0,828 1.356
AC = 0,0052.Q0,828
AC = 0,0052.Q0,828
Rente Negatif
Rente Negatif 700 500 Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
Q(M3) 2.928.577
3.907.405
P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q
0,828
MC = 0,0095.Q0,828
1.356
1.500 Rente Negatif
1.356
AC = 0,0052.Q0,828
1000
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
Q(M3)
2.157.276
1.524.037
3. Golongan Sosial C : Pemakaian rata-rata 111 m3 per pelanggan per bulan. P (Rp/M3)
P (Rp/M3)
MC = 0,0095.Q0,828
MC = 0,0095.Q0,828 1.356
1.356
AC = 0,0052.Q0,828
AC = 0,0052.Q0,828
Rente Negatif
Rente Negatif 800 550
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
3
Q(M ) 3.600.932
2.611.906
120
P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
MC = 0,0095.Q0,828 1.800
1.400 1.356
1.356
AC = 0,0052.Q0,828
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
Q(M3)
1.616.866
1.303.578
4. Golongan Sosial D: Rata-rata pemakaian 82m3 per pelanggan per bulannya. P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
1.356
MC = 0,0095.Q0,828 1.356
AC = 0,0052.Q0,828
Rente Negatif
Rente Negatif
900
AC = 0,0052.Q0,828
600 Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
Q(M3)
3.342.182
2.361.130
P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
MC = 0,0095.Q0,828
1.800
2.200
1.356
AC = 0,0052.Q0,828
1.356
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
Q(M3)
1.369.024
1.097.614
5. Golongan Rumah Tangga A: Rata-rata pemakaian 40 m3 per pelanggan per bulan. P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
1.356
MC = 0,0095.Q0,828 1.356
AC = 0,0052.Q0,828
Rente Negatif
Rente Negatif
AC = 0,0052.Q0,828
1000
650 Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
Q(M3)
3.120.606
2.157.276
P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
MC = 0,0095.Q0,828
2.000
2.500
1.356
1.356
AC = 0,0052.Q0,828
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3) 1.191.031
Q(M3) 983.719
121
6. Golongan Rumah Tangga B: Rata-rata penggunaan 19 m3 per pelanggan per bulannya. P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q
MC = 0,0095.Q0,828
0,828
1.356
1.356 Rente Negatif 750
AC = 0,0052.Q
1.200
0,828
Rente Negatif AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
Q(M3) 1.845.217
2.760.439
7. Golongan Rumah Tangga C: Rata-rata penggunaan 24 m3 per pelanggan per bulannya. P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
MC = 0,0095.Q0,828
1.356
1.356 Rente Negatif
800
1.200
AC = 0,0052.Q0,828
Rente Negatif AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
Q(M3)
2.611.906
1.845.217
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828 2.700 1.356
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857 Q(M3) 920.931
8. Golongan Rumah Tangga D: Rata-rata pemakaian 36m3 per pelanggan per bulannya. P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q
0,828
MC = 0,0095.Q0,828 1.400
1.356 Rente Negatif
1.356
AC = 0,0052.Q0,828
900
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
3
Q(M ) 1.616.866
2.361.130 P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
3.000 1.356
MC = 0,0095.Q0,828
3.600 1.356
AC = 0,0052.Q0,828
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857 3
Q(M3)
Q(M ) 841.420
719.705
122
9. Golongan Rumah Mewah : Rata-rata pemakaian 33 m3 per pelanggan per bulannya. P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
1.356
MC = 0,0095.Q0,828
3.000
1.500
1.356
AC = 0,0052.Q0,828
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
Q(M3)
1.524.037
920.931
P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
5.400 1.356
MC = 0,0095.Q0,828
6.500 1.356
AC = 0,0052.Q0,828
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857 3
Q(M3)
Q(M ) 508.445
433.749
10. Golongan Instansi Pemerintah Kab/Kota: Rata-rata pemakaian 121 m3 per pelanggan per bulannya. P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q
0,828
MC = 0,0095.Q0,828 1.600
1.356 1.100
Rente Negatif
1.356
AC = 0,0052.Q0,828
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
Q(M3)
1.988.072
1.442.032
P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
3.400 1.356
MC = 0,0095.Q0,828
4.300 1.356
AC = 0,0052.Q0,828
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
Q(M3)
755.837
618.049
11. Golongan Instansi Pemerintah Provinsi: Rata-rata pemakaian 152 M3 per pelanggan per bulannya. P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
1.356
MC = 0,0095.Q0,828
3.400
1.900
1.356
AC = 0,0052.Q0,828
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3) 1.244.554
Q(M3) 755.837
123
P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
5.400 1.356
MC = 0,0095.Q0,828
6.500 1.356
AC = 0,0052.Q0,828
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
Q(M3)
508.445
433.749
12. Golongan Niaga Kecil: Rata-rata pemakaian 30 M3 per pelanggan per bulannya. P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q
0,828
MC = 0,0095.Q0,828 2.700
1.356 Rente Negatif
1.300
1.356
AC = 0,0052.Q0,828
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
Q(M3)
1.722.885
920.931
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
4.000 1.356
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857 Q(M3) 657.567
13. Golongan Niaga Sedang: Rata-rata pemakaian 20 M3 per pelanggan per bulannya. P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
1.356
MC = 0,0095.Q0,828
3.400
1.500
1.356
AC = 0,0052.Q0,828
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857 3
Q(M3)
Q(M ) 1.524.037
755.837
14. Golongan Industri dan Niaga Besar: Rata-rata pemakaian 84 M3 per pelanggan per bulannya. P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q
3.000
0,828
MC = 0,0095.Q0,828
4.700
1.356
AC = 0,0052.Q0,828
1.356
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3) 841.420
Q(M3) 572.688
124
P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
6.500 1.356
MC = 0,0095.Q0,828
7.500 1.356
AC = 0,0052.Q0,828
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3)
Q(M3)
433.749
383.688
15. Golongan Hotel Melati: Rata-rata pemakaian 26 M3 per pelanggan per bulannya. P (Rp/M3)
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
1.356
MC = 0,0095.Q0,828
4.000
2.200
1.356
AC = 0,0052.Q0,828
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857
Qa = 803351660.P-0,857
Q(M3) 1.097.614
Q(M3) 657.567
P (Rp/M3) MC = 0,0095.Q0,828
6.500 1.356
AC = 0,0052.Q0,828
Qa = 803351660.P-0,857 Q(M3) 433.749
125
Lampiran 8. Rente Ekonomi Setiap Kelompok Langganan No 1
Kategori Pengguna
Sosial B Sosial C Sosial D
Rumah Tangga B Rumah Tangga C Rumah Tangga D Rumah Mewah
Instansi Pem Prov
-52 289
-627 469
-31 844 029
-382 128 343
-16 758
-201 099
-11 211 292
-134 535 504
22 698
272 370
1 021 389
12 256 667
35 131
421 574
23 994 607
287 935 282
7 525
90 295
112 868
1 354 419
-7 512
-90 148
-53 675 570
-644 106 846
-1 474
-17 687
-89 768 889
-1 077 226 672
26 311
315 738
64 515 736
774 188 837
70 144
841 727
35 352 519
424 230 223
287 590
3 451 085
103 820 154
1 245 841 844
694 438
8 333 253
156 248 499
1 874 981 989
64 924
779 086
2 856 650
34279 803
433 036
5 196 429
172 781 259
2 073 375 102
40 873
490 473
36 131 536
433 578 436
21 225
254 706
101 372 819
1 216 473 832
917 611
11 011 336
2 752 834
33034 008
1 836 910
22 042 920
16 532 190
198 386 283
15 328 256
183 939 072
30 656 512
367 878 144
-10 741 600
-128 899 202
-21 483 200
-257 798 404
14 017 536
168 210 432
14 017 536
168 210 432
Niaga Hotel Melati Industri dan Niaga Besar Niaga Kecil Niaga Sedang
5
Rente /tahun
Instansi Pemerintah Instansi Pem Kab/Kota
4
Rente per /bulan
Rumah Tangga Rumah Tangga A
3
Rente/pelanggan /tahun
Kelompok Sosial Sosial A
2
Rente /pelanggan /bulan
Kelompok Khusus Koperasi Karya Bhari PT Pelindo2 PT ASDP GUMESE Air Segar Trawangan
Rente Rente Negatif Total rent
9146005301 -2495795769 6650209532
126
Lampiran 9. Profit Dari Setiap Kelompok Langganan No 1
2
3
4
Kategori Pengguna Kelompok Sosial Sosial A
Profit/pelanggan /tahun
Profit per /bulan
Profit /tahun
-24 129
-289 544
-14 694 382
-176 332 588
Sosial B
3 224
38 687
2 156 773
25 881 279
Sosial C
73 779
885 345
3 320 044
39 840 526
Sosial D
72 891
874 695
49 784 720
597 416 644
Rumah Tangga Rumah Tangga A
26 071
312 854
391 067
4 692 808
Rumah Tangga B
1 295
15 540
9 252 775
111 033 300
Rumah Tangga C
9 683
116 193
589 726 283
7 076 715 400
Rumah Tangga D
43 016
516 190
105 474 834
1 265 698 006
Rumah Mewah
85 302
1 023 629
42 992 403
515 908 839
Instansi Pemerintah Instansi Pem Kab/Kota
343 272
4 119 267
123 921 281
1 487 055 371
Instansi Pem Prov
764 559
9 174 709
172 025 785
2 064 309 418
77 126
925 515
3 393 555
40 722 665
Niaga Hotel Melati Industri dan Niaga Besar
5
Profit /pelanggan /bulan
471 755
5 661 063
188 230 330
2 258 763 964
Niaga Kecil
54 899
658 791
48 530 910
582 370 922
Niaga Sedang
30 298
363 574
144 702 493
1 736 429 920
Kelompok Khusus Koperasi Karya Bhari
1 052 159
12 625 912
3 156 478
37 877 735
PT Pelindo2
1 934 876
23 218 509
17 413 882
208 966 579
PT ASDP
16 478 374
197 740 490
32 956 748
395 480 980
GUMESE
-6 457 969
-77 495 628
-12 915 938
-154 991 255
Air Segar Trawangan
15 069 308
180 831 690
15 069 308
180 831 690
Profit Rugi Total profit Abonemen Total Profit (abonemen+profit)
18 629 996 047 -331 323 843 18 298 672 203 478 398 000 18 777 070 203
127
Lampiran 10. Biaya Investasi dan Peningkatan Pelanggan Total Biaya Investasi Per Tahun Kenaikan Biaya Investasi Biaya Total Persentase Biaya Investasi
2008
2009
2010
2011
5780267832
6348105651
9381909508
13296534470
8701704365
10%
48%
42%
33%
25444247320
28497911796
34325812489
40299156926
32141782133
23%
22%
27%
33%
26%
56649
60811
68168
75580
65302
7%
12%
11%
10%
Pelanggan Kenaikan Pelanggan Profit Tahun 2011
18777070203
Profit PDAM (45%)
8449681591
Kenaikan Pelayanan yang Bisa Dilakukan
Rata-rata
9,8%
128
Lampiran 11. Proyeksi Kenaikan Pelanggan Proyeksi Rumah Tangga*
Tahun Mataram
Lombok Barat
Pelanggan (9,8%)
Lombok Utara
Mataram
Lombok Barat
Pelanggan (21,8%) Lombok Utara
2007
98928
158.069
52.824
35153
17958
2008
100623
170.360
56.932
37185
19464
2009
104443
182.330
60.932
39558
17025
4228
2010
111436
168.813
55.547
42690
20667
2011
115893
172189
56658
46231
2012
120529
175633
57791
2013
125350
179146
58947
2014
130364
182729
2015
135579
2016 2017
Mataram
Lombok Barat
Lombok Utara
35153
17958
37185
19464
39558
17025
4228
4811
42690
20667
4811
24208
5141
46231
24208
5141
50762
26580
5645
56309
29485
6262
55736
29185
6198
68585
35913
7627
60126
61198
32045
6805
83536
43742
9289
186383
61328
67196
35186
7472
101747
53278
11315
141002
190111
62555
73781
38634
8205
123928
64893
13781
146642
193913
63806
81012
42420
9009
150944
79039
16785
2018
152508
197791
65082
88951
46577
9892
96270
20445
2019
158608
201747
66384
97668
51142
10861
117257
24902
2020
164953
205782
67711
107239
56154
11925
142819
30330
2021
171551
209898
69066
117749
61657
13094
173953
36942
2022
178413
214096
70447
129288
67699
14377
211875
44995
2023
185549
218378
71856
141958
74334
15786
258063
54804
2024
192971
222745
73293
155870
81619
17333
66752
2025
200690
227200
74759
171146
89617
19032
81304
2026
208718
231744
76254
187918
98400
20897
2027
217066
236379
77779
206334
108043
22945
2028
225749
241107
79335
226555
118631
25193
129 119
2029
234779
245929
80921
130257
27662
2030
244170
250847
82540
143022
30373
2031
255864
84191
157038
33350
2032
260981
85875
172428
36618
2033
266201
87592
189326
40207
2034
271525
89344
207880
44147
2035
276956
91131
228252
48473
2036
282495
92953
250621
53224
2037
288145
94812
275182
58440
2038
293908
96709
302150
64167
2039
98643
70455
2040
100616
77360
2041
102628
84941
2042
104681
93265
2043
106774
102405
2044
108910
112441
Keterangan: *Data tahun 2007-2010 digunakan untuk memproyeksi pertumbuhan rumah tangga sampai dengan tahun 2044
130 120
Lampiran 12. Peta Lokasi Sumber Air dan Reservoir PDAM Menang Mataram
131
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Dea Amanda, lahir pada tanggal 24 Juli 1991 di Jepara, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara, pasangan Bapak Dr. Ir. Anas Zaini, M.Sc dan Ibu Dr. Halimatus Sa’diyah, M.Sc. Penulis menamatkan sekolah dasar di SD Negeri 16 Mataram pada tahun 2002. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 2 Mataram, lulus pada tahun 2005. Penulis selanjutnya diterima di SMA Negeri 1 Mataram dan lulus di tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan minor Riset Operasi dari Departemen Matematika dan supporting course. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan dan kepanitiaan. Penulis merupakan anggota muda BEM Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada periode kepengurusan 2009/2010 dan Staf Departemen Kewirausahaan BEM Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada periode kepengurusan 2010/2011.