MATA AIR DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR YANG BERKELANJUTAN Dr. Runi Asmaranto, ST., MT email :
[email protected]
MAKALAH DISAMPAIKAN PADA WORKSHOP BLH Selasa 26 Agustus 2014, Hotel Orchid Batu 1
MATA AIR (SPRING) • Mataair (spring) adalah pemusatan keluarnya airtanah yang muncul di permukaan tanah sebagai arus dari aliran airtanah (Tolman,1937). • Menurut Bryan (1919) dalam Todd (1980), berdasarkan sebab terjadinya mataair diklasifikasikan menjadi 2,yaitu: a.Mataair yang dihasilkan oleh tenaga non gravitasi (non gravitational spring). Mataair yang dihasilkan oleh tenaga non gravitasi meliputi: mataair vulkanik, mataair celah, mataair hangat, dan mataair panas. 2
b.
Mataair yang dihasilkan oleh tenaga gravitasi (gravitational spring). Mataair gravitasi diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu: Mataair depresi (depresion spring) yang terbentuk bila permukaan airtanah terpotong oleh topografi. Mataair kontak (contact spring) : terjadi bila lapisan yang lulus air terletak diatas lapisan kedapair. Mataair artesis (artesian spring) yang keluar dari akuifer tertekan. Mataair turbulen (turbulence spring) yang terdapat pada saluran-saluran alami pada formasi kulit bumi, seperti goa lava atau joint. 3
Airtanah Definisi Airtanah adalah air yang berada dalam tanah pada zona jenuh dibawah zona aerasi (vadose water) dengan tekanan lebih besar dari tekanan atmosfir (Dingman, 2002). Bagian atasnya disebut muka air tanah (water table) (Lee, 1986). Menurut Bisri (1991) Airtanah (groundwater) adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi yang jenuh air, dengan jumlah yang cukup (identik dengan akuifer). Air tanah (soil water) adalah air yang menempati ronggarongga dalam lapisan geologi yang tidak jenuh air (unsaturated zone). Identik dengan lengas tanah atau porositas air. 4
SOIL WATER Zone of aeration (unsaturated)
PELLICULAR & (GRAVITATIONAL WATER) CAPILLARY WATER MUKA AIR TANAH
(saturation zone)
GROUNDWATER (AIRTANAH)
Penyebaran Vertikal AirTanah
SUSPENDED WATER (VADOSE WATER)
• Pada dasarnya; groundwater adalah presipitasi yang telah berinfiltrasi ke dalam tanah dan berperkolasi melalui zona aerasi. Air yang terinfiltrasi ke dalam tanah dapat mengalir secara cepat sebagai aliran antara (interflow), berperkolasi ke lapisan batuan di bawahnya dan tersimpan dalam tampungan airtanah yang selanjutnya disebut airtanah. • Airtanah tersebut dapat disimpan baik dalam ruangruang antar butir (intergranular) pada batuan yang padat, pada ruang-ruang yang lebih besar diantara pasir dan kerikil yang tidak terkonsolidasi, maupun pada ruang-ruang yang besar pada pecahan batuan (rock fissure) dan saluran-saluran resapan. 6
fissures water Sumber : Kruseman, GP, et al (1994)
Intergranular water
• Berdasarkan posisi airtanah dari permukaan tanah, airtanah dibagi atas airtanah dangkal dan airtanah dalam. • Menurut Irianto (2007) bahwa airtanah dangkal adalah airtanah yang berada kurang dari 30 m dari pemukaan tanah. Sedangkan airtanah dalam adalah airtanah yang berada sekitar 100 m atau lebih dari permukaan tanah (Kartasapoetra et al. 1994). • Formasi geologi dimana airtanah berada disebut akuifer yaitu formasi geologi yang dapat menyimpan dan meneruskan jumlah air yang cukup besar, dan sebaliknya disebut akuiklude (Lee, 1986). 8
Beberapa definisi menurut PP No 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah: • Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. • Akuifer adalah lapisan batuan jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis. • Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung. • Daerah imbuhan air tanah adalah daerah resapan air yang mampu menambah air tanah secara alamiah pada cekungan air tanah. • Daerah lepasan air tanah adalah daerah keluaran air tanah yang berlangsung secara alamiah pada cekungan air tanah. 9
• Pengelolaan air tanah adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, mengevaluasi penyelenggaraan konservasi air tanah, pendayagunaan air tanah, dan pengendalian daya rusak air tanah. • Inventarisasi air tanah adalah kegiatan untuk memperoleh data dan informasi air tanah. • Konservasi air tanah adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi air tanah agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. • Pendayagunaan air tanah adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan air tanah secara optimal agar berhasil guna dan berdayaguna. • Pengendalian daya rusak air tanah adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas 10 lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air tanah.
Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No. 1451.K/10/MEM/2000 jenis ABT (air bawah tanah) dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu : 1. Airtanah dangkal didefinisikan sebagai air yang terdapat di akuifer bebas. 2. Airtanah dalam didefinisikan sebagai air yang terdapat jauh dibawah permukaan tanah mempunyai tingkat kesulitan jauh lebih tinggi cara pengambilannya dibandingkan dengan air permukaan, mempunyai potensi besar dan tidak mudah terkena pencemaran. 3. Mata air. Dikarenakan potensi sumber daya air bawah tanah yang tidak merata di seluruh daerah dan keberadaannya tidak dibatasi oleh wilayah administrasi maupun lahan kepemilikan. UU SDA NO 7 TAHUN 2004 Penjelasan Pasal 35 b: Mata air termasuk air permukaan 11
TIDAK SINKRON MENIMBULKAN KONFLIK KEPENTINGAN 12
Potensi Air Tanah
13
Batuan Pembawa/Aquifer Akuifer (Aquifer) Aqua = Air Fer=Ferre = membawa Aquifer dapat diartikan sebagai lapisan pembawa air atau lapisan yang dapat menyimpan dan melepaskan air dalam jumlah yang cukup. Akuitar (Aquitards) : Lapisan yang mempunyai susunan batuan sedemikian rupa, yang dapat menyimpan air tetapi hanya dapat mengalirkannya dalam jumlah yang terbatas. Contoh : pada rembesan yang terletak antara akuifer dan akuiklud. 14
Akuiklud (Aquiclude) : Lapisan yang mempunyai susunan batuan sedemikian rupa, yang dapat menampung air tetapi tidak dapat melepaskan air dalam jumlah yang cukup berarti (di bawah akuitar). Nilai konduktivitasnya kecil sekali. Contoh: lapisan lempung dan lapisan lumpur (silt). Akuifug (Aquifuge) : Lapisan yang mempunyai susunan batuan sedemikian rupa, sehingga tidak dapat menampung maupun melepaskan air (sama sekali kedap terhadap air). contoh: granit yang keras, kuarsit, lapisan batuan yang kompak (rock) atau batuan sedimen yang tersemen penuh. 15
Macam-Macam Akuifer Berdasarkan susunan lapisan geologi (litologinya) dan besarnya koefisien kelulusan air (K), akuifer dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.
Akuifer Bebas (Unconfined (Unconfined Aquifer) Aquifer) Akuifer Tertekan (Confined (Confined Aquifer) Aquifer) Akuifer Setengah Tertekan (Semiconfined (Semiconfined Aquifer) Aquifer) Akuifer menggantung (Perched Aquifer) Aquifer) Akuifer Berganda (Multiple Aquifer)
16
Akuifer bebas Akuifer bebas (unconfined aquifer atau water-table aquifer) merupakan akuifer dengan hanya memiliki satu lapisan pembatas kedap air yang terletak dibagian bawahnya. Dengan kata lain muka airtanah merupakan bidang batas sebelah atas dari daerah jenuh air. Akuifer ini disebut juga sebagai phreatic aquifer. Sedangkan nilai (K) lapisan tidak kedap air = (K) akuifer bebas.
Akuifer tertekan (terkekang) Akuifer tertekan (Confined Aquifer) merupakan suatu aquifer jenuh air yang pada lapisan atas dan bawahnya merupakan lapisan kedap air sebagai pembatasnya. Pada lapisan pembatasnya dipastikan tidak terdapat air yang mengalir (no flux). Pada akuifer ini tekanan airnya lebih besar dari tekanan atmosfer. Oleh karena itu akuifer ini disebut juga dengan pressure aquifer atau non-leaky aquifer. Sedangkan nilai (K) lapisan kedap air = 0, (K) akuifer tertekan > (K) lapisan kedap air.
17
Akuifer setengah terkekang (tertekan) atau akuifer bocor Akuifer setengah terkekang (semiconfined aquifer) ialah suatu akuifer jenuh air, dengan bagian atas dibatasi oleh lapisan setengah kedap air (nilai kelulusannya terletak antara akuifer dan akuitar) dan pada bagian bawah dibatasi oleh lapisan kedap air. Pada lapisan pembatas dibagian atasnya dimungkinkan masih ada air yang mengalir ke akuifer tersebut. Akuifer ini disebut juga dengan leaky-artesian aquifer.
Akuifer menggantung Akuifer menggantung (Perched Aquifer) merupakan akuifer yang massa airtanahnya terpisah dari airtanah induk. Dipisahkan oleh suatu lapisan yang relatif kedap air yang begitu luas dan terletak di atas daerah jenuh air. Biasanya akuifer ini tertelak di atas suatu lapisan formasi geologi yang kedap air. Kadang-kadang lapisan bawahnya tidak murni kedap air, namun berupa akuitar yang juga bisa memberikan distribusi air pada akuifer di bawahnya.
18
Akuifer berganda Akuifer berganda (multiple aquifer) adalah suatu akuifer jenuh air yang struktur lapisannya gabungan dari jenis akuifer-akuifer yang telah dijelaskan sebelumnya. Di bumi, jenis akuifer ini paling banyak dijumpai.
19
20
Akuifer Menggantung (Perched Aquifer)
Volume yang tersimpan Volume yang disimpan dalam lapisan tanah jenuh (saturated) ditentukan oleh :
Vv = V T Volume yang hilang akibat pengaruh gravitasi ditentukan oleh:
VD= VT Sy dimana: Vv = volume air tersimpan (juga volume di celah) VT = total volume kondisi jenuh VD = volume air yang hilang akibat pengaruh gravitasi = porositas Sy = specific yield (perbandingan volume air yang dapat di drain dari rongga pori karena gravitasi)
Material – specific yield
23
(Daur Hidrologi)
SIKLUS AIR DI BUMI SECARA ALAMIAH
Pergerakan Airtanah
SIKLUS AIRTANAH SECARA ALAMIAH
Jumlah air hujan yang masuk ke tanah tergantung kepada faktor-faktor sebagai berikut:
Curah Hujan (R) Topografi (LS) Material Permukaan (K) Vegetasi (CP) Iklim (W)
Permukaan tanah Larutan/kelengasan tanah Zone kelembaban tanah
Sumur Taraf Permukaan airtanah
Zone aerasi
Zone tengah (air vandoze )
Air yang menempel pada butir tanah & air grafitasi Sungai
Air kapiler Zone air tanah Zone jenuh
Zone lembab kapiler Kedap air
Sifat Batuan Sebagai Media Aliran Airtanah Batuan yang bertindak sebagai media aliran airtanah mempunyai sifat (Suharyadi, 1984) 1. Kelulusan Air (nilai permeabilitas K) 2. Kapasitas Jenis (q = S/Q) 3. Keterusan Air (nilai transmisivitas T) 4. Daya Simpan Air (koefisien storage S)
28
Koefisien Kelulusan Air : Kemampuan untuk meluluskan air di dalam rongga-rongga batuan tanpa mengubah sifat – sifat airnya. Koefisien kelulusan air terdiri dari : •koefisien kelulusan air di lapangan (Kf) •Koefisien kelulusan air di laboratorium atau standart (Ks).
Menurut Hukum Darcy: Q K A x dh/dl
L3
2 T L x L
L
L m T hari 29
Tabel 1.1 Koefisien kelulusan air dari berbagai batuan (K). Macam Batuan
K (mm/hari)
Macam Batuan
K (mm/hari)
Kerikil
450
Batuan Pasir Menengah
3.1000
Kerikil Menengah
270
Batu Pasir Halus
0.2000
Kerikil Kasar
150
Silt
0.0800
Pasir Kasar
45
Lempung
0.0002
Pasir Menengah
12
Batu Gamping
0.9400
Pasir Halus
3
Dolomit
0.0010
(Sumber: Bisri, 1988) 30
Kapasitas Jenis : Debit yang dapat diperoleh setiap penurunan permukaan airtanah bebas atau airtanah tertekan, sepanjang satu satuan panjang dalam satu sumur pompa pada akhir periode pemompaan. Kapasitas jenis secara umum dinyatakan dalam:
Q L3 L2 m 2 SQ S T T det L 31
Koefisien Keterusan Air : Merupakan banyaknya air yang dapat mengalir melalui suatu bidang vertikal setebal akuifer, selebar satu satuan panjang. Koefisien keterusan air dinyatakan dalam:
L L2 m 2 .L Transmisivitas (T) = K.D = T T det Dengan : K = Koefisien Kelulusan Air (L/T) D = Tebal Akuifer (L) 32
Tabel 1.2 Nilai porositas dan permeabilitas lapisan LAPISAN TANAH
POROSITAS (%)
Lempung (Alluvium)
45-50
POROSITAS EFEKTIF (%) 5,00-10,00
KOEFISIEN PERMEABILITAS (m2/det) 10-4-10-5
Silt (Alluvium)
35-45
5,00-8,00
10-4-10-5
Pasir (Alluvium)
30-45
20,00-25,00
10-1-10-6
Pasir dan Kerikil (Alluvium)
25-30
15,00-20,00
10-1-10-6
Lempung (Dillivium)
50-60
3,00-5,00
10-5-10-6
Silt (Dillivium)
40-50
5,00-10,00
10-5-10-6
Pasir (Dillivium)
35-40
15,00-20,00
10-2-10-3
Pasir dan Kerikil (Dillivium)
30-35
10,00-20,00
10-2-10-3
Batu Lumpur (Neo-Tersier)
55-65
3,00-5,00
10-5-10-6
Batu Pasir (Neo-Tersier)
40-50
5,00-10,00
10-3-10-4
Tufa (Neo-Tersier)
30-65
3,00-10,00
10-3-10-6
(Sumber: Sosrodarsono dan Takeda, 1976) 33
Air Permukaan Definisi-definisi menurut UU SDA No. 7 Tahun 2004 • Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. (Pasal 1 ayat 2). • Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah (ayat 3). • Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah, batuan bawah permukaan (ayat 4). • Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah permukaan tanah (ayat 5). 34
• Pembahasan mengenai air permukaan juga tidak bisa dipisahkan dari konsep hidrologi dan pengelolaan DAS (daerah aliran sungai). Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari air dalam berbagai bentuk (cair, gas, padat) baik yang berada pada permukaan tanah maupun yang berada di dalam dan di atas permukaan tanah • Daerah Aliran Sungai (catchment, basin, watershed) merupakan semua daerah dimana semua airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi, yang berarti ditetapkan berdasar aliran air permukaan. Batas DAS tidak ditetapkan berdasarkan air bawah tanah karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian (Viessman et al., 1977; Shaw, 1983; Harto, 1993; Soemarto, 1995, Subramanya, 1995). 35
• Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) menurut UU SDA No. 7 Tahun 2004 adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. • Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.
36
=
WILAYAH SUNGAI
= CEKUNGAN AIR TANAH
=
SUNGAI
= DAS
DAS B DAS A DAS E
DAS D DAS C DAS F
LAUT
DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DAN WILAYAH SUNGAI (WS)
BATAS DAS BERBEDA DENGAN BATAS WILAYAH ADMINISTRASI Kabupaten C Kabupaten D
Kota A
DANAU
SUNGAI
Kabupaten B
Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah (pasal 14) diantaranya: - Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai (WS) lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional (Keppres No 12 Tahun 2012 tentang penetapan Wilayah Sungai) - Mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknis atas penyediaan, peruntukan, penggunaan, dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah (CAT) lintas provinsi dan cekungan air tanah lintas negara; 39
PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH MENGACU KEPMEN ESDM NO. 1451 K/10/MEM/2000 Pasal 3 1. Pengelolaan cekungan air bawah tanah yang berada di dalam satu wilayah Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota. 2. Pengelolaan cekungan air bawah tanah yang melintasi wilayah Propinsi atau Kabupaten/Kota ditetapkan oleh masing-masing Gubernur atau Bupati/Walikota berdasarkan kesepakatan Bupati/Walikota yang bersangkutan dengan dukungan koordinasi dan fasilitasi dari Gubernur. 3. Teknis pengelolaan air bawah tanah dilakukan melalui tahapan kegiatan : a. inventarisasi; b. perencanaan pendayagunaan; c. konservasi; d. peruntukan pemanfaatan; e. perizinan; f. pembinaan dan pengendalian; 40 g. pengawasan.
a. Inventarisasi pemetaan, penyelidikan, penelitian, eksplorasi, evaluasi, pengumpulan dan pengelolaan data air bawah tanah - semua data adalah milik NEGARA
b. Perencanaan pendayagunaan sebagai dasar
pengelolaan ABT pada
SWCABT (satuan wilayah cekungan air bawah tanah)
c. Konservasi Untuk mencegah terjadinya kerusakan ABT, lingkungan keberadaannya dan lingkungan sekitarnya, serta untuk perlindungan dan pelestarian ABT.
d. Peruntukan pemanfaatan Peruntukan air bawah tanah untuk keperluan AIR MINUM merupakan prioritas utama di atas segala keperluan lain.urutan :
e. Perizinan Kegiatan eksplorasi, pengeboran termasuk penggalian, penurapan dan pengambilan air bawah tanah hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin. f. Pembinaan dan pengendalian Menteri, Gubernur dan Bupati/ Walikota sesuai lingkup kewenangan masing-masing melakukan upaya pembinaan pendayagunaan pengambilan ABT dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku .
g. Pengawasan Pengendalian dan pengawasan dalam rangka kegiatan eksplorasi ABT ( pengeboran/penurapan mata air, pengambilan air bawah tanah dan pencemaran serta kerusakan lingkungan ABT dilakukan oleh Bupati/Walikota dan 41 masyarakat
SEBARAN CAT Distribusi CAT di pulau Jawa dan Madura adalah: 1. Propinsi Banten ada 5 (lima) cekungan yaitu 3 (tiga) berada di cekungan lintas kabupaten/kota, dan 2 (dua) berada pada lintas propinsi. 2. Propinsi DKI Jakarta terdapat 1 (satu) cekungan air tanah yang keberadaannya ada pada lintas propinsi. 3. Propinsi Jawa Barat terdapat 27 (dua puluh tujuh) cekungan air tanah, dimana 15 (lima belas) cekungan berada pada lintas kabupaten/kota, 8 (delapan) berada dalam wilayah kabupaten/kota, dan 4 (empat) berada pada lintas propinsi 4. Propinsi Jawa Tengah terdapat 31 (tiga puluh satu) cekungan air tanah, dimana 6 (enam) berada dalam satu wilayah kabupaten/kota, 19 (Sembilan belas) berada pada lintas kabupaten/kota, dan 6 (enam) berada pada lintas propinsi. 5. Propinsi Jawa Timur terdapat 23 (dua puluh tiga) cekungan air tanah, dimana 6 (enam) berada dalam satu wilayah kabupaten/kota, 13 (tiga belas) berada pada lintas kabupaten/kota, dan 4 (empat) berada dalam lintas propinsi. Berdasarkan hasil survei Direktorat Geologi dan Tata Lingkungan (2006), bahwa terdapat 4 (empat) CAT yang kondisinya cukup kritis, yaitu: (a) CAT Jakarta – Tangerang, (b) CAT Bandung, (c) CAT Semarang Demak, dan (d) CAT Pasuruan,karena keempat cekungan tersebut rata-rata sudah tergolong rawan dan 42 kritis untuk pengambilan air tanah pada kedalaman 40-150 meter.
43
44
PETA CEKUNGAN AIRTANAH DI JAWA TIMUR (BERDASARKAN KEPMEN ESDM No. 716.K/40/Mem/2003) 58 63
80
77
64 76
62
79 78
60
75
68 61
71 69
65
72 73 70
54 66
67
74
75
Di Jatim tdpt 23 Cekungan Cekungan Air irTTanah (CAT): (CAT):
4 CAT Lintas Propinsi Propinsi;; 14 CAT Lintas Kab Kab/Kota; /Kota; dan 5 CAT Tunggal.
Pilar Pengelolaan SDA Inti sari pengelolaan SDA menurut UU No 7 tahun 2004 yaitu memperhatikan 5 pilar antara lain: 1. Konservasi; yaitu upaya pemeliharaan keberadaan SDA agar senantiasa tersedia dalam kualitas dan kwantitas yang memadai untuk kebutuhan makhluk hidup, baik waktu sekarang maupun yang akan datang. 2. Pendayagunaan SDA; yaitu upaya mengembangkan, penggunaan, pengusahaan SDA secara optimal agar berguna dan berdayaguna. Dilakukan melalui kegiatan penatagunaan, penyediaan dan pengembangan SDA, dimaksudkan untuk pemanfaatan SDA secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan Masyarakat secara adil. 46
3. Pengendalian Daya Rusak Air; yaitu upaya mencegah, memulihkan dan menaggulangi kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan air. Pengendalian daya rusak air merupakan upaya kembali ke pilar 1 (konservasi). 4. Sistem Informasi Manajemen (SIM); yaitu segala kegiatan pemerintah dalam pengelolaan SDA diketahui masyarakat dan Publik agar jelas dan transparan. 5. Peran Serta MAsyarakat; yaitu masyarakat harus berperan aktif dalam program-program pemerintah akan pengelolaan SDA dan menjaga kualitas dan kwantitas sarana dan Prasarana SDA.
47
AZAZ PEMANFAATAN Pemanfaatan potensi-potensi air permukaan/sungai umumnya dan khusus sumber daya lainnya, harus berdasarkan atas tiga buah azas utama dengan seimbang yaitu : Azas manfaat/sosial: • Bahwa sesungguhnya potensi sungai khususnya air itu merupakan suatu kebutuhan utama seluruh makhluk hidup untuk dapat mempertahankan dan melestarikan kehidupannya, dan dengan demikian harus dapat diperoleh dengan bebas secukupnya. Azas ekonomi: • Dalam menyediakan, mengelola dan memelihara sarana pemanfaatan dan pemenuhan kebutuhan air dibutuhkan biaya, sehingga potensi sumber daya sungai khususnya air harus diperlakukan dan dikelola sebagai barang ekonomi. Azas lingkungan: • Pemanfaatan sumber daya air tidak boleh merusak, atau mengganggu kesetimbangan dan kelestarian lingkungan. 48
TANTANGAN PENGELOLAAN AIR TANAH KEDEPAN Teridentifikasi permasalahan yang umum terjadi dalam persoalan airtanah antara lain : 1. Peningkatan kebutuhan air dari waktu ke waktu 2. Kesulitan masyarakat memperoleh air bersih 3. Ketergantungan yang tinggi terhadap airtanah 4. Keterbatasan kemampuan penyediaan airtanah 5. Pertentangan kepentingan dalam penggunaan airtanah 6. Menjadikan airtanah sebagai sasaran memperoleh keuntungan ekonomi 7. Penguasaan mata air secara sepihak 8. Pengambilan airtanah tanpa ijin (ilegal) 9. Kemerosotan kondisi dan lingkungan airtanah akibat kurangnya perhatian terhadap konservasi airtanah 10. Banyaknya pelaku yang menangani airtanah
Peraturan Perundangan yang terkait dengan pengelolaan DAS dan AirTanah 1. Pasal 5 ayat (2) UUD 1945 2. UU No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana bagi proses pidana yang terkait dengan pemanfataan air tanah. 3. UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725) 4. UU No 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 5. UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059). 50
5. UU No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan PP Pengganti UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi UU (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412) 6. UU No 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377) 7. UU No 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan 8. UU No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UU Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844).
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
PP No 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota PP No 22 Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan Air PP No 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumberdaya Air PP No 77 tahun 2001 Tentang Pengairan PP No 38 Tahun 2011 Tentang Sungai PP No 37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai PP No 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi PP No 82 Tahun2001 Tentang Peng kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air PP No 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Hukum Acara Pidana PP No 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan PP No 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan PP No 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah Otonom Pemen Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki AMDAL Kepmen ESDM No 1451.K/10/MEN/2000 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pemerintah di Bidang Pengelolaan Air Tanah Kepmen ESDM No. 716.K/40/MEN/2000 Tentang Batas Horizontal CAT di PJawa Madura Berbagai perda provinsi dan Kabupaten/kota terkait dengan DAS dan Pengelolaan Air Tanah
UPAYA MEMPERTAHANKAN MATA AIR A. Pengelolaan Kawasan Lindung dan Penyangga, melalui penegakan hukum setiap pelanggaran perubahan fungsi lahan, upaya insentif disinsentif hulu-hilir, konservasi DAS, Penanganan Teknis dan non teknis, dll B. Melibatkan masyarakat hulu DAS dalam kegiatan konservasi, pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan. C. Pengambilan airtanah dalam harus ijin dinas terkait karena menyangkut penurunan air tanah D. Penerapan energi baru terbarukan, mendukung perlindungan mata air, contoh : Biogas Desa ternak (pengurangan konsumsi bahan bakar), PLTMH (perlindungan debit sungai agar listrik terjamin), dll 53
54
BIOGAS TEGALWERU
PLTMH BENDOSARI
SUMUR INJEKSI (MENABUNG AIR) KEL. PENANGGUNGAN
PLTMH ANDUNGBIRU
PLTMH KALIJARI
HIPAM-TEGALWERU
…SEBAGIAN ORANG BISA HIDUP TANPA CINTA, NAMUN SEMUA ORANG TIDAK BISA HIDUP TANPA AIR JANGAN WARISKAN AIR MATA BAGI ANAK CUCU KITA WARISKAN MATA AIR PADA MEREKA…