ANALISIS EKONOMI FUNGSI PRODUKSI, PENETAPAN TARIF DAN ALOKASI AIR MINUM YANG EFISIEN : Studi Kasus di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi
Ratih Esanawati
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN RATIH ESANAWATI. Analisis Ekonomi Fungsi Produksi, Penetapan Tarif dan Alokasi Air Minum yang Efisien Studi Kasus : PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi. Dibimbing Oleh YUSMAN SYAUKAT Air memiliki fungsi strategis dalam kehidupan. Fungsi ekologi sebagai ekosistem yang terdiri dari organisme yang tumbuh dan berkembangbiak. Fungsi sosial sebagai barang publik yang pemanfaatannya dilandaskan kepada kepentingan umum dibandingkan pemanfaatan privat. Air memiliki fungsi ekonomi yang didayagunakan untuk menunjang kehidupan manusia baik produksi, distribusi dan konsumsi. Laju deplesi sumberdaya air tidak memasukan variabel biaya karena adanya asumsi bahwa ekstraksi air tidak berpengaruh pada ketersediaan air. Fakta yang terjadi adalah terbatasnya kuantitas, kualitas dan kontinuitas air yang mengakibatkan adanya krisis air. Kota Bekasi mengalami permasalahan dalam penyediaan air khususnya air permukaan yang saat ini telah tercemar, sehingga dibutuhkan pengolahan oleh PDAM. Adanya UU otonomi daerah mengakibatkan adanya dua sistem pengelolaan air di Kota Bekasi yaitu PDAM Bekasi dan PDAM Tirta Patriot. Sumber air berasal dari Bendung Bekasi pertemuan dari Saluran Tarum Barat dan Kali Bekasi. Kerusakan lingkungan di Kali Bekasi mengakibatkan adanya peningkatan biaya operasional. Pembangunan sektor properti di Kota Bekasi kedepannya meningkatkan permintaan kebutuhan air maka dibutuhkan perencanaan dalam pengelolaan air oleh PDAM Tirta Patriot. Penelitian ini memiliki empat tujuan yaitu : (1) Mengidentifikasi pola pemanfaatan dan pengelolaan air oleh PDAM Tirta Patriot, (2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air, (3) Mengevaluasi penetapan tarif PDAM Tirta Patriot dengan menggunakan mekanisme full cost recovery, (4) memproyeksikan pengembangan kapasitas produksi PDAM Tirta Patriot untuk pemenuhan kebutuhan air masyarakat Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih sepuluh tahun yang akan datang. Penelitian ini dilaksanakan di PDAM Tirta Patriot. Data yang digunakan data sekunder deret dan data primer. Analisis deskriptif untuk analisis pola pengelolaan dan pemanfaatan, analisis regresi linier berganda untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi produksi air, perhitungan tarif dengan mekanisme full cost recovery berdasarkan Permendagri No.23 tahun 2006 dan proyeksi pemanfaatan air sepuluh tahun yang akan datang dengan analisis data runtut waktu yaitu ARIMA dan metode pemulusan dengan teknik eksponensial ganda yang selanjutnya dilakukan analisis kapasitas produksi. Sumber air baku utama berasal dari Saluran Tarum Barat dengan mekanisme harga kontrak Rp 50/m3, akan tetapi bercampur juga dengan air dari Kali Bekasi. Kapasitas produksi yang terpasang saat ini adalah 450 liter/detik sedangkan yang termanfaatkan sebesar 275 liter/detik. Tarif dasar saat ini Rp 1.610/m3 dengan biaya pemasangan baru Rp 1.245.000 dengan biaya minimal yang tetap dibayar konsumen per bulan Rp 32.100. Hasil analisis regresi linier berganda dari fungsi produksi air yaitu PA = - 4.986.263 + 412.220 ln AB + 10.817 ln PDL - 8,27 TKA + 0,121 BKT+ ei. didapatkan bahwa ln air baku, ln penggunaan daya listrik dan tingkat penggunaan daya listrik signifikan secara
statistik pada taraf nyata 5% sedangkan penggunaan bahan kimia total belum cukup bukti secara signifikan secara statistik. Tarif air yang diperoleh berdasarkan mekanisme full cost recovery untuk penggunaan 0-10 m3 yaitu tarif dasar Rp 2.239/m3, tarif rendah untuk pelanggan sosial dan tempat ibadah Rp 1.008/m3,tarif rendah untuk RSS dan instansi pemerintah Rp 1.858/m3, tarif penuh sebesar Rp 7.144/m3 dan tarif khusus berdasarkan kesepakatan sukarela dan menguntungkan antar pelanggan dan PDAM Tirta Patiot. Proyeksi jumlah air bersih menggunakan data bulanan, berdasarkan analisis deret waktu produksi air PDAM Tirta Patriot merupakan model ARIMA 2,1,0 dengan orde 1 dan transformasi Box-Cox. Proyeksi penduduk Kota Bekasi, Kecamatan Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih menggunakan proyeksi pola data runtut waktu teknik pemulusan metode eksponensial ganda. Hasil analisis ini untuk analisis alokasi pengelolaan air dan pengembangan IPA. Asumsi yang digunakan adalah kebutuhan air perkotaan digunakan 185 liter/detik, dua kondisi yaitu tanpa kehilangan air dan dengan kehilangan air 37%, dua pemenuhan kebutuhan yaitu kebutuhan total daerah cakupan pelayanan dan 25% dari total cakupan pelayanan serta dua periode yaitu 2009-2013 untuk wilayah Bekasi Utara dan 2014-2019 wilayah Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih. Pengembangan kapasitas diarahkan agar terjadi penurunan kehilangan air menjadi 20%. Hasilnya pengembangan kapasitas meningkat setiap tahunnya karena kebutuhan air yang meningkat dan cakupan wilayah yang diperluas. Pada masa yang akan datang dibutuhkan perencanaan baik dari segi produksi, tarif dan pengembangan investasi untuk penambahan kapasitas produksi terkait adanya peningkatan kebutuhan air dan cakupan pelayanan PDAM Tirta Patriot.
ANALISIS EKONOMI FUNGSI PRODUKSI, PENETAPAN TARIF DAN ALOKASI AIR MINUM YANG EFISIEN : Studi Kasus di PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi
Ratih Esanawati H44052285
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS EKONOMI FUNGSI PRODUKSI, PENETAPAN TARIF DAN ALOKASI AIR MINUM YANG EFISIEN : STUDI KASUS DI PDAM TIRTA PATRIOT,
KOTA
BEKASI”
BELUM
PERNAH
DIAJUKAN
PADA
PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, September 2009
Ratih Esanawati H44052285
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 02 Desember 1987. Penulis merupakan anak sulung dari dua bersaudara yang lahir dari pasangan bapak Abdul Madjid dan ibu Rostiati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Pekayon Jaya II Bekasi Selatan pada tahun 1999. Selanjutnya penulis meneruskan pendidikan lanjutan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 12 Bekasi selama tiga tahun sampai tahun 2002. Penulis menamatkan pendidikan menengah di Sekolah Menengah Atas 6 Bekasi pada tahun 2005. Penulis kemudian melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI IPB, setelah melalui Tahap Persiapan Bersama (TPB) IPB penulis kemudian masuk ke mayor Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB pada tahun 2006. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai kegiatan dan kepanitiaan, penulis merupakan Sekretaris II Himpunan Profesi REESA (Resources and Environmental Economics Student Association) pada masa kepengurusan 2007-2008.
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah serta nikmat-Nya penulis diberi kesempatan untuk berkarya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Analisis Ekonomi Fungsi Produksi, Penetapan Tarif dan Alokasi Air Minum yang Efisien : Studi Kasus di PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Tugas Akhir ini ditujukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat kelulusan dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini melihat pengelolaan air oleh PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi. Pengelolaan air yang dimaksud terkait dengan pola dan mekanisme kerja yang ada di PDAM Tirta Patriot, produksi air, sistem penetapan tarif dan pola pemanfaatan di masa yang akan datang. Tidak ada satupun hal yang sempurna, begitu pula dengan skripsi ini yang masih jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai bahan evaluasi dan perbaikan skripsi ini kedepannya. Harapan penulis adalah agar karya penulis ini dapat menyumbangkan kontribusi kepada berbagai pihak sebagai sesuatu yang bermanfaat dan menjadi landasan yang baik untuk tahap selanjutnya.
Bogor, September 2009
Penulis
vii
UCAPAN TERIMAKASIH Penulis dalam kesempatan ini menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas pengarahan, bimbingan, dorongan serta bantuan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini, terutama kepada : 1. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas masukan dan saran serta bimbingan. Terimakasih atas kesabaran dan ilmu yang bermanfaat bagi penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini. 2. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr atas kesediaannya menjadi Dosen Penguji Utama dan saran bagi perbaikan skripsi ini. 3. Novindra, SP selaku Dosen Penguji Perwakilan Departemen. 4. Ir. Sahat MH Simanjuntak selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberi saran dan masukan selama 7 semester di Departemen ESL dan memberi masukan ide dasar dalam penelitian penulis. 5. Eva Anggraini SPi, MSi atas bimbingan awal sebelum penulis melakukan pengambilan data, atas doa dan dukungan selama penulis menyusun tugas akhir ini. 6. Pimpinan PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian melalui pengambilan data dan wawancara. Khususnya kepada Bagian Perencanaan Ibu Lia, Bagian Keuangan Bapak Firdaus, Bagian Produksi Bapak Agus Sasi dan Pak Iwan serta Pak Ajat di Bagian Umum. 7. Bapak Abdul Madjid dan Ibu Rostiati selaku orangtua tersayang yang menyertakan doa dan harapan dalam setiap perjalanan dan langkah hidup penulis. Semoga anakmu bisa menjadi anak yang dapat membahagiakan dan membalas semua kasih sayang, perhatian dan pengorbanan yang telah diberikan pada anakmu ini. Emak (nenekku) terima kasih atas doanya, Adikku : Egi Dwi Maulana yang lebih terlihat sulung dan dewasa dibanding aku, maaf belum dapat menjadi kakak yang baik, Semua Pakde, Bude, Om, Tante dan sepupusepupuku terima kasih atas doanya. 8. Pengertian, keikhlasan menunggu, motivasi berjuang, impian dan siap antar jaga dari Sugar Anom yang selalu menemani. Semoga semua impian dan cita-cita dapat tercapai dan Sang langit dan bintang harus tetap berjuang untuk semua itu. Terimakasih untuk setiap detik yang terlewati. 9. Teman-teman satu langkah di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Angkatan 42 atas semua pengalaman, senyum, tawa, tangis dan amarah yang menyatu dalam satu kata kenangan. Teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi Achi, Buja, Hans dan Irvan terimakasih atas semangat dan perjuangan bersama kita. Sahabat-sahabatku viii
Tri, Nani, Dibo, Rethna, Rindra, Sahata, Indra atas semangat, cerita, motivasinya dan semoga kita dapat meraih sukses bersama. 10. Rumah keduaku di Bogor Wisma Regina, terima kasih kepada seluruh penghuni terdahulu dan saat ini karena telah merubah seluruh sifat sehingga ratih menjadi sosok yang lebih berani dan memaknai arti kepercayaan sesungguhnya. Khususnya kepada penghuni regina sekarang : Gia, Vivin, Mba Rahma, Kak Ina, Rahma, Micha, Sekar, Lia, Irma dan Kak Rida terima kasih telah menjadi teman, sahabat, kakak, adik, objek keisengan, penonton semua leluconku, penasihat spiritualku, pendengar semua ceritaku dan keluargaku di Bogor. Maaf apabila ada kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Penghuni yang lain Deka, Citra, Dinda dan Fani maaf apabila ada kesalahan dan belum mengenal lebih dekat. Teh Mila, A boink, Resti dan Linda terima kasih atas bantuan selama tinggal di Wisma Regina. 11. Teman-teman SMA Negeri 6 Bekasi, angkatan 42 : Nana (Kimia), Indah (Statistika), Irma (MSP), Goto (Biologi) dan Agung (Manajemen). Adik-adikku di IPB yang berasal dari SMAN 6 Bekasi tetap terus semangat. 12. Seluruh dosen dan staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas bantuan dan ilmu selama penulis melaksanakan masa kuliah dan penyelesaian tugas akhir ini. 13. Terima Kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat ditulis satu persatu.
ix
DAFTAR ISI
RINGKASAN ......................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ HALAMAN PENGESAHAN................................................................. PERNYATAAN KEORISINILAN ........................................................ RIWAYAT HIDUP................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................ UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................... DAFTAR ISI........................................................................................... DAFTAR TABEL................................................................................... DAFTAR GAMBAR .............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1. Latar Belakang........................................................................ 1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 1.3. Tujuan Penelitian.................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................
Halaman i iii iv v vi vii viii x xii xiv xv 1 1 5 7 8
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 2.1. Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Air ................................ 2.2. Konsep Perusahaan Daerah Air Minum ................................. 2.3. Fungsi Produksi ...................................................................... 2.4. Fungsi Permintaan .................................................................. 2.5. Fungsi Biaya ........................................................................... 2.6. Fungsi Penerimaan ................................................................. 2.7. Penetapan Tarif PDAM .......................................................... 2.7.1. Marginal Cost Pricing .................................................... 2.7.2. Full Cost Recovery Pricing............................................. 2.7.2.1. Ramsey Pricing .................................................. 2.7.2.2. Coase’s Two Part Tariff..................................... 2.7.2.3. Decreasing and Increasing Block Tariff ............ 2.8. Alokasi Sumberdaya Air ........................................................ 2.9. Pengelolaan Sumberdaya Air ................................................. 2.10. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan.............................
9 9 11 12 16 17 20 21 22 25 25 26 26 27 33 35
III. KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................
38
IV. METODE PENELITIAN.................................................................. 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 4.2. Jenis Data, Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ..... 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................... 4.3.1. Analisis Deskriptif ..................................................... 4.3.2. Analisis Fungsi Produksi PDAM ............................... 4.3.3. Metode Uji Statistik Fungsi Produksi dan Konsumsi Air PDAM Kota Bekasi..................................................... a. Uji Normalitas ........................................................
43 43 43 44 45 45 47 47 x
b. Goodness of Fit ....................................................... c. Uji Statistik t............................................................ d. Uji Statistik F ......................................................... e. Uji terhadap Multikolinieritas ................................. f. Uji terhadap Autokorelasi ....................................... g. Uji Heteroskedastisitas............................................ 4.3.4. Evaluasi Penetapan Tarif Air PDAM Tirta Patriot dengan Mekanisme Biaya Pemulihan ....................... 4.3.5. Proyeksi Alokasi Pemanfaatan Air dalam Jangka Waktu Sepuluh Tahun yang Akan Datang ................ 4.4. Batasan Operasional ...............................................................
47 47 48 49 50 51 52 54 55
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN............................... 5.1. Kondisi Objektif Kota Bekasi................................................. 5.1.1. Kondisi Geografis Kota Bekasi ..................................... 5.1.2. Kondisi Kependudukan................................................. 5.2. Kondisi Air ............................................................................. 5.3. Ketersediaan Air Bersih.......................................................... 5.4. Gambaran Umum PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi..............
58 58 58 59 60 61 62
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 6.1. Analisis Pola Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Air oleh PDAM Tirta Patriot ......................................................... 6.2. Analisis Fungsi Produksi Air PDAM Tirta Patriot................. 6.3. Analisis Penetapan Tarif PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi ... 6.4. Proyeksi Alokasi Pemanfaatan Air dalam Jangka Waktu 10 Tahun yang Akan Datang ....................................................... 6.4.1. Proyeksi Produksi Air PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi ............................................................................. 6.4.2. Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Bekasi, Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih ............................................. 6.4.3. Analisis Alokasi Pengelolaan Air oleh PDAM Tirta Patriot ...............................................................................
65
100
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 7.1. Kesimpulan ............................................................................. 7.2. Saran .......................................................................................
123 123 125
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
127
LAMPIRAN............................................................................................
130
65 68 73 86 87 91
xi
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1
Kriteria dan Tujuan Pengelolaan Sumberdaya Air ..........................
28
2
Metode Pengumpulan Data dan Analisis.........................................
44
3
Penetapan Tarif Dasar PDAM .........................................................
54
4
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Bekasi Tahun 2007 .........................................................................
59
Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan per Bulan di Kota Bekasi Tahun 2007 ......................................................................................
60
6
Biaya Usaha PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi Tahun 2008 ...........
75
7
Perhitungan Tarif Dasar PDAM Tirta Patriot..................................
77
8
Perhitungan Tarif Rendah PDAM Tirta Patriot ...............................
79
9
Perhitungan Tarif Penuh PDAM Tirta Patriot .................................
81
10
Perbandingan Tarif Saat Ini dan Tarif Mekanisme FCR .................
84
11
Pengamatan Model Tentatif Produksi Air PDAM Tirta Patriot ......
88
12
Data Produksi Tahunan PDAM Tirta Patriot dan Hasil Proyeksinya......................................................................................
90
13
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bekasi Tahun 1994-2007.........
93
14
Laju Pertumbuhan Penduduk Bekasi Utara Tahun 1994-2007........
94
15
Laju Pertumbuhan Penduduk Pondok Gede Tahun 1994-2007.......
94
16
Laju Pertumbuhan Penduduk Jati Asih Tahun 1994-2007 ..............
95
17
Jumlah Penduduk Kota Bekasi dan Proyeksinya.............................
97
18
Jumlah Penduduk Bekasi Utara dan Proyeksinya............................
98
19
Jumlah Penduduk Pondok Gede dan Proyeksinya...........................
99
20
Jumlah Penduduk Jati Asih dan Proyeksinya ..................................
100
21
Produksi Air PDAM Tirta Patriot dan Kebutuhan Air Total Wilayah Bekasi Utara ......................................................................
101
Perbandingan Jumlah Air Terproduksi dengan Jumlah Air Terjual serta Persentase Kehilangan Air....................................................
104
Perbandingan Jumlah Produksi Air, Jumlah Air Terjual, Kebutuhan Air Total dan Target Pelayanan 25% dari Kebutuhan Air Total ..
106
5
22 23 24
Jumlah Kapasitas Produksi, Kehilangan Air 37% dan Sisa Kapasitas yang Tersedia ............................................................................... 108
xii
25
26
Perbandingan Jumlah Produksi Air, Jumlah Air Terjual Kebutuhan Air Total dan Target Pelayanan 25% dari Kebutuhan Total...........
109
Kapasitas yang Dibutuhkan PDAM Tirta Patriot 2009-2019 ..........
114
xiii
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1
Batas Kemungkinan Produksi............................................................
14
2
Penurunan Produktivitas Rata-Rata dan Produktivitas Marjinal dari Kurva Produk Total............................................................................
15
Marginal Cost dan Average Cost Pricing pada Average Cost Naik . (Rising) dan Menurun (Falling).........................................................
24
4
Diagram Alur Kerangka Berpikir ......................................................
42
5
Perkembangan Pelanggan PDAM Tirta Patriot 2003-2008...............
67
6
Perbandingan Tarif Dasar yang Berlaku Saat Ini dan Berdasarkan .. Mekanisme Full Cost Recovery ........................................................
78
7
Perbandingan Tarif yang Berlaku Saat Ini dan Mekanisme FCR......
85
8
Diagram Batang Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Bekasi, Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih Tahun 1994-2007............
92
3
9
Grafik Perkembangan Produksi Air, Kebutuhan Air Total dan Target Pelayanan 25% dari Kebutuhan Total Bekasi Utara ........................ 107
10
Grafik Perkembangan Produksi Air, Kebutuhan Air Total dan Target Pelayanan 25% dari Kebutuhan Total untuk Wilayah Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih ................................................................ 111
11
Diagram Batang dan Grafik Jumlah Air yang Dapat Diproduksi Kapasitas IPA Terpasang...................................................................
116
12
Perkembangan Kapasitas Terpasang di PDAM Tirta Patriot ............
117
13
Perbandingan Kondisi Jumlah Air yang Dapat Diproduksi Tanpa Kehilangan Air, Kehilangan Air 37% dan Penurunan Kehilangan Air Sebesar 20% ................................................................................
118
14
Perbandingan Pemenuhan 25% dari Total Kebutuhan Air Masyarakat Tanpa Kehilangan Air, Kehilangan Air 37% dan Penurunan Kehilangan Air Sebesar 20% ............................................................. 119
15
Perbandingan Pemenuhan Total Kebutuhan Air Masyarakat Tanpa Kehilangan Air, Kehilangan Air 37% dan Penurunan Kehilangan Air Sebesar 20% ................................................................................
120
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1
Data Produksi PDAM Tirta Patriot ...............................................
130
2a
Uji Plot Sisaan untuk Produksi Air Persamaan (1)........................
132
2b
Uji Kenormalan Persamaan (1) .....................................................
132
2c
Uji Kebebasan Persamaan (1)........................................................
133
3a
Uji Plot Sisaan untuk Produksi Air Persamaan (2)........................
134
3b
Uji Kenormalan Persamaan (2) .....................................................
134
3c
Uji Kebebasan Persamaan (2)........................................................
135
4
Korelasi Antar Variabel Bebas Persamaan (2) ..............................
136
5
Olahan Data Analisis Regresi Fungsi Produksi.............................
137
6
Tarif Air Minum yang Berlaku di Kabupaten dan Kota Bekasi....
138
7a
Plot Data Produksi PDAM Tirta Patriot Bulan Januari 2004 - April 2009 ............................................................................................... 139
7b
Plot Data Produksi PDAM Tirta Patriot Bulan Januari 2004 – April 2009 Pembedaan Orde 1................................................................ 139
7c
Plot Data Produksi PDAM Tirta Patriot Bulan Januari 2004- April 2009 Pembedaan Orde 2................................................................ 140
7d
Plot Data Produksi PDAM Tirta Patriot Bulan Januari 2004- April 2009 Pembedaan Orde 3................................................................ 140
8
Transformasi Data Produksi Air PDAM Tirta Patriot dengan Box – Cox Transformation ............................................................
141
Plot Data Produksi PDAM Tirta Patriot dengan Transformasi Pangkat 0.5 ...................................................................................
142
Plot Data Produksi PDAM Tirta Patriot dengan Transformasi Pangkat 0.5 dengan Pembedaan Orde 1 .......................................
142
Plot Fungsi Autokorelasi dari Data Produksi Transformasi Pangkat 0.5 dengan Pembedaan Orde 1 ........................................
143
Plot Fungsi Parsial Autokorelasi dari Data Produksi Transformasi Pangkat 0.5 dengan Pembedaan Orde 1 ........................................
144
Peramalan Data Produksi PDAM Tirta Patiot dengan ARIMA (2,1,0) ..............................................................................
145
9a 9b 10 11 12 13a
Uji Gambar Plot Sisaan Model ARIMA (2,1,0) untuk Produksi Air PDAM Tirta Patriot ....................................................................... 146
13b
Uji Kenormalan Sisaan Model ARIMA (2,1,0) ............................
146
13c
Uji Kebebasan Sisaan Model ARIMA (2,1,0)...............................
147 xv
14a
Hasil Proyeksi Produksi Air PDAM Tirta Patriot (bulanan).........
148
14b
Grafik Hasil Model ARIMA (2,1,0) .............................................
153
15
Data Jumlah Penduduk Kota Bekasi, Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih (1994-2007) .............................................................
154
16
Plot Data Jumlah Penduduk Kota Bekasi ......................................
155
17a
Plot Hasil Peramalan Jumlah Penduduk Kota Bekasi dengan Metode Pemulusan Eksponensial Ganda.......................................
156
Uji Gambar dan Uji Kenormalan dari Residual Model Peramalan Jumlah Penduduk...........................................................................
156
Transformasi Data Jumlah Penduduk Kota Bekasi dengan Box-Cox Transformation ...............................................................
157
17b 17c 18a
Hasil Peramalan Data Jumlah Penduduk Kota Bekasi Berdasarkan Transformasi Box-Cox................................................................... 158
18b
Uji Gambar dan Uji Kenormalan dari Residual Model Peramalan Jumlah Penduduk Hasil Transformasi...........................................
158
Hasil Peramalan Jumlah Penduduk Kota Bekasi dalam 10 tahun yang akan Datang (2008-2019) .....................................................
159
19
Plot Data Jumlah Penduduk Kecamatan Bekasi Utara..................
160
20a
Plot Hasil Peramalan Jumlah Penduduk Kecamatan Bekasi Utara dengan Metode Pemulusan Eksponensial Ganda ..........................
161
Uji Gambar dan Uji Kenormalan dari Residual Model Peramalan Jumlah Penduduk Bekasi Utara.....................................................
161
Transformasi Data Jumlah Penduduk Bekasi Utara dengan Box-Cox Transformation ...............................................................
162
18c
20b 20c 21a
Hasil Peramalan Data Jumlah Penduduk Bekasi Utara Berdasarkan Transformasi Box-Cox................................................................... 163
21b
Uji Gambar dan Uji Kenormalan dari Residual Model Peramalan Jumlah Penduduk Bekasi Utara Hasil Transformasi .....................
163
Hasil Peramalan Jumlah Penduduk Bekasi Utara dalam 10 tahun yang akan Datang (2008-2019) .....................................................
164
22
Rencana Pelayanan PDAM Tirta Patriot di Wilayah Selatan........
165
23a
Plot Data Jumlah Penduduk Kecamatan Pondok Gede .................
166
23b
Hasil Peramalan Data Jumlah Penduduk Pondok Gede ................
166
23c
Hasil Peramalan Jumlah Penduduk Pondok Gede dalam 10 tahun yang akan Datang (2008-2019) .....................................................
167
24a
Plot Data Jumlah Penduduk Kecamatan Jati Asih.........................
168
24b
Hasil Peramalan Data Jumlah Penduduk Jati Asih........................
168
21c
xvi
24c
Hasil Peramalan Jumlah Penduduk Jati Asih dalam 10 tahun yang akan Datang (2008-2019) ..............................................................
169
xvii
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Air memiliki fungsi strategis bagi kehidupan manusia yaitu fungsi sosial,
fungsi ekologi dan fungsi ekonomi. Fungsi sosial menempatkan air sebagai barang publik yang mengutamakan pemanfaatan berlandaskan kepentingan umum dibandingkan pemanfaatan secara privat. Fungsi ekologi memandang air sebagai ekosistem yang terdiri dari satuan organisme dan habitat dimana organisme tumbuh dan berkembang biak. Air memiliki fungsi ekonomi yang dapat didayagunakan untuk menunjang kehidupan manusia baik produksi, distribusi maupun konsumsi. Ketersediaan air di permukaan bumi dipengaruhi oleh siklus hidrologi. Air di bumi berjumlah tetap yang tidak dapat diciptakan atau dirusak dari siklus hidrologinya. Permasalahanya adalah siklus air yang ada di bumi tidak merata karena adanya perbedaan curah hujan tiap tahun dan tiap musim, adanya perbedaan suhu, tekanan atmosfer, angin dan kondisi topografi dari suatu wilayah. Hal ini menyebabkan adanya berbagai masalah jika jumlah air berlebih maka akan terjadi banjir dan jika jumlah air kurang maka terjadi kekeringan (Sosrodarsono, 2003). Menurut Fauzi (2004) air merupakan sumberdaya yang klasifikasinya dapat digolongkan baik ke dalam sumberdaya dapat diperbarukan maupun tidak terbarukan tergantung pada sumber dan pemanfaatannya. Selanjutnya dijelaskan bahwa air yang bersumber dari bawah tanah atau groundwater, misalnya, diperoleh melalui proses geologi selama ratusan bahkan ribuan tahun, sehingga meskipun memiliki kemampuan untuk memulihkan kembali (recharge rate) lewat
hujan, jika jumlah yang dimanfaatkan melebihi kemampuan recharge, groundwater sering dikatakan sebagai sumberdaya tidak terbarukan. Sebaliknya air permukaan atau surface water seperti air yang diperoleh dari sungai maupun danau dapat dikategorikan sebagai sumberdaya terbarukan karena adanya proses siklus hidrologi dari bumi. Air merupakan sumberdaya yang termasuk ke dalam common pool resources yang dalam pemanfaatannya sulit untuk membatasi pihak lain dalam memanfaatkan air. Laju deplesi sumberdaya air tidak memasukan variabel biaya karena adanya asumsi dari pengguna air bahwa ekstraksi yang dilakukan pada sumberdaya air tidak akan berpengaruh pada ketersediaan air baik air permukaan maupun air tanah. Fakta yang terjadi di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia adalah terbatasnya kuantitas, kualitas dan kontinuitas yang mengakibatkan terjadinya krisis air. Kuantitas dan kontinuitas air yang bersifat fluktuatif, antara lain terjadi karena adanya penggundulan hutan dan rusaknya daerah kawasan baik di hulu maupun di hilir, beralihnya fungsi penggunaan lahan dari kawasan pertanian dan budidaya menjadi kawasan bangunan permanen, pendangkalan dan penyumbatan aliran sungai karena banyaknya sampah, serta adanya eksploitasi pengambilan air. Pencemaran air sungai, danau dan air bawah tanah berpengaruh terhadap kualitas air. Sumber pencemaran yang terbesar berasal dari rumah tangga, selain itu berasal dari industri dan pestisida dari pertanian. Pencemaran air dapat mengakibatkan menurunnya keindahan lingkungan, penyusutan sumberdaya serta adanya wabah penyakit dan keracunan. Posisi air tidak dapat digantikan oleh sumberdaya lain, hal ini membutuhkan langkah terpadu yang dimulai dari
2
restorasi fisik sampai pada pola pemanfaatan oleh konsumen air untuk mengurangi dampak krisis air. Wilayah propinsi Jawa Barat memiliki banyak sumber air dengan curah hujan yang tinggi sehingga aliran air permukaan yang dihasilkan juga besar. Permasalahannya permintaan air di wilayah Jawa Barat juga tinggi sedangkan ada keragaman pengisian air karena faktor alam dan rendahnya fasilitas dalam penyimpanan jumlah air permukaan pada saat kondisinya berlebih. Kota Bekasi terletak di bagian utara Propinsi Jawa Barat memiliki permasalahan dalam penyediaan sumberdaya air. Ketersediaan air di Kota Bekasi berasal dari dua sumber, yaitu air tanah dan air permukaan yang berasal dari sungai. Pemberlakuan Undang-Undang No. 32 tahun 1999 tentang otonomi daerah maka pelayanan kebutuhan air bersih di Kota Bekasi dilaksanakan oleh dua PDAM, yaitu PDAM Bekasi dan PDAM Tirta Patriot. PDAM Bekasi dikelola oleh dua pemerintahan, yaitu 45 persen saham dimiliki oleh Pemerintahan Kota Bekasi dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi memiliki saham sebesar 55 persen dengan cakupan wilayah penyaluran air yaitu sebagian besar wilayah Kota dan Kabupaten. PDAM Tirta Patriot dikelola oleh Pemerintah Kota Bekasi yang cakupan wilayah adalah Kota Bekasi yang terkonsentrasi pada Kecamatan Bekasi Utara. PDAM Bekasi dan PDAM Tirta Patriot memperoleh sumber air yang berasal dari Saluran Tarum Barat dan Kali Bekasi. Saluran Tarum Barat mengalirkan air yang berasal dari Waduk Jati Luhur yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta II melalui sistem kontrak pembelian air baku. Kali Bekasi merupakan sungai yang mengalir dari wilayah Bogor. Kali Bekasi berada dalam kondisi kritis
3
dimana mengakibatkan Kota Bekasi mengalami banjir pada musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau. Kerusakan lingkungan di sekitar Kali Bekasi disebabkan karena adanya alih fungsi lahan khususnya untuk pemukiman serta adanya pencemaran dari industri dan pabrik yang berdiri di pinggiran sungai. Aliran air yang berasal dari Saluran Tarum Barat dan Kali Bekasi menyatu di Bendung Bekasi kemudian dialirkan ke PDAM Tirta Patriot. Tahun 2007 PDAM Tirta Patriot hanya memiliki jumlah pelanggan air bersih sebesar 9.357 pelanggan. Pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun ke tahun meningkatkan kebutuhan terhadap air yang mengakibatkan permintaan air bersih yang juga bertambah. Kondisi ini tidak sejalan dengan jumlah ketersediaan pasokan air bersih yang ada. Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2003) standar kota metropolitan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih adalah 185 liter/detik/orang,
apabila
jumlah
penduduk
sebanyak
1.845.005
maka
membutuhkan 341.325.925 liter/hari. PDAM Tirta Patriot menghadapi banyak kendala dalam melayani kebutuhan masyarakat Kota Bekasi terutama terkait dengan penyaluran distribusi air secara merata bagi masyarakat di Kota Bekasi yang belum terjaring pipa distribusi air PDAM. Terdapat beberapa wilayah yang memang secara otonomi wilayah seharusnya dialiri oleh PDAM Tirta Patriot namun letaknya berjauhan dengan PDAM Tirta Patriot. Saat ini produksi air PDAM Tirta Patriot hanya melayani kebutuhan masyarakat wilayah Bekasi Utara dan penjualan air curah untuk PDAM Bekasi. Rencana kedepannya PDAM Tirta Patriot akan mengembangkan jalur distribusi
4
air mencapai wilayah selatan, yaitu Pondok Gede dan Jati Asih yang sampai saat ini belum memiliki jalur distribusi air PDAM. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diduga bahwa alokasi air PDAM di Kota Bekasi belum merata dan dapat ditingkatkan melalui kebijaksanaan ekonomi mengenai pengelolaan air bersih PDAM. Penelitian terhadap tingkat ekstraksi sumberdaya air dengan melihat jumlah produksi air PDAM Tirta Patriot yang dapat memenuhi jumlah permintaan air bersih masyarakat Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih pada masa yang akan datang menarik untuk dikaji. Persoalan penyediaan air bersih juga terkait dengan tingkat kebocoran air baik teknis maupun non teknis, evaluasi penerapan tarif dan alokasi sumberdaya air yang efisien. Dengan demikian sumberdaya air memiliki nilai ekonomi yang harus diestimasi
sehingga
alokasinya
dapat
memenuhi
kriteria
keadilan
dan
keberlanjutan dalam konteks pencapaian pemenuhan kebutuhan air masyarakat Kota Bekasi. 1.2.
Perumusan Masalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Patriot Kota Bekasi
bergerak dalam penyediaan air bagi masyarakat Kota Bekasi yang dalam operasionalnya menyangkut dua fungsi yaitu sebagai unsur pelayanan masyarakat dan sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah. Sebagai unsur pelayanan masyarakat PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi dituntut berorientasi sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan air masyarakat. PDAM sebagai sumber pendapatan asli daerah terkait dengan aspek ekonomi, yaitu mencari keuntungan. Keuntungan yang diperoleh diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemasukan daerah guna membiayai penyelenggaraan
5
pemerintahan dan pembangunan Kota Bekasi. Bagaimanakah pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air oleh PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi yang akan mencerminkan keragaan sistem ekstraksi air? Pembangunan sektor properti yang dilaksanakan di Kota Bekasi terutama pemukiman pada waktu yang akan datang mempengaruhi peningkatan kebutuhan air bersih, sedangkan kualitas air tanah telah tercemar dan kuantitasnya sedikit terutama pada musim kemarau. Air permukaan yang mengalir tidak dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat karena mengandung limbah. Perbedaan curah hujan antar waktu dan kurangnya daerah resapan air di bantaran Kali Bekasi menyebabkan aliran air di Kali Bekasi memiliki tingkat fluktuatif yang tinggi antar musim. Air permukaan seperti halnya sumberdaya air lainnya memiliki nilai intrinsik dan nilai tambah ketika dimanfaatkan sehingga tingkat ekstraksi yang optimal terhadap sumberdaya air oleh PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi dapat dinilai dalam rangka pemenuhan kebutuhan air masyarakat Kota Bekasi. Masalah yang terkait adalah melihat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air bersih PDAM Tirta Patriot. Pengelolaan air bersih dihadapkan pada berbagai faktor internal maupun eksternal yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan ekonomi baik ditinjau dari tujuan maksimisasi keuntungan, optimalisasi utilitas penggunaan air oleh konsumen maupun alokasi yang menjadi tidak seimbang. Permasalahan yang dihadapi PDAM antara lain terkait dengan keadaan geografi dan topografi, produktivitas karena permasalahan distribusi karyawan, tarif dasar air yang terlalu rendah, pencemaran sumber air baku, tingkat kebocoran air yang tinggi dan
6
pencurian air. Bagaimana evaluasi terhadap penetapan tarif air di PDAM Tirta Patriot dengan menggunakan mekanisme Full Cost Recovery ? Adanya otonomi daerah yang membuat pelayanan air bersih di Kota Bekasi diselenggarakan oleh dua PDAM membutuhkan perencanaan mengenai rencana wilayah pelayanan, penyusunan ulang kontrak kerjasama dengan Perum Jasa Tirta II yang menangani penjualan air baku dan estimasi pada kondisi suplai air bersih kedepannya dengan melihat kondisi adanya peningkatan jumlah penduduk yang juga akan menaikan kebutuhan akan air. Bagaimana pengembangan kapasitas produksi air dalam kurun waktu sepuluh tahun yang akan datang untuk memenuhi permintaan penduduk Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih? 1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai yaitu: 1. Mengidentifikasi pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air oleh PDAM Tirta Patriot. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air bersih di PDAM Tirta Patriot. 3. Mengevaluasi penetapan tarif air bersih PDAM Tirta Patriot melalui mekanisme Full Cost Recovery. 4.
Memproyeksikan pengembangan kapasitas produksi PDAM Tirta Patriot dalam kurun waktu sepuluh tahun yang akan datang untuk memenuhi permintaan air penduduk Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih.
7
1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian tentang tingkat ekstraksi dan alokasi yang efisien pada
sumberdaya air oleh PDAM Tirta Patriot diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Akademisi dan peneliti, khususnya di dalam menganalisis tingkat ekstraksi sumberdaya air yang berkelanjutan dan penilaian terhadap manfaat keberadaan sumberdaya air. 2. Pemerintah dalam hal ini PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi dalam menerapkan kebijakan dalam rangka otonomi daerah mengenai pola pemanfaatan air, kebijakan tarif, rencana investasi dan penanganan tingkat kehilangan air. Hal ini dilakukan agar produksi air dapat memenuhi permintaan masyarakat mengenai kualitas air yang baik dan kuantitas yang cukup secara berkelanjutan berdasarkan konsep perusahaan dan keadilan penggunaan air bagi semua pihak. 3. Masyarakat luas agar dapat mengetahui mekanisme PDAM Tirta Patriot dalam melakukan sistem pengelolaan air bersih sehingga dapat melakukan upaya kooperatif dalam penjagaan lingkungan khususnya wilayah bantaran sungai karena adanya keterbatasan kuantitas jumlah pasokan air bersih di Kota Bekasi.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Air Sumberdaya air menyediakan berbagai produk seperti air minum, air
irigasi, pembangkit listrik tenaga air maupun wisata yang digunakan oleh pertanian, industri dan rumah tangga. Berdasarkan Undang-Undang Sumberdaya Air No. 7 tahun 2004 Pasal 1 ayat 2, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air permukaan adalah semua air yang berada di atas permukaan tanah. Menurut Soenarno dalam Kodoatie et al. (2000) sumberdaya air merupakan bagian dari sumberdaya alam yang memiliki sifat yang berbeda dengan sumberdaya alam lainnya. Air adalah sumberdaya yang terbaharui, bersifat dinamis mengikuti siklus hidrologi yang secara alamiah berpindah-pindah serta mengalami perubahan bentuk dan sifat tergantung dari waktu dan lokasinya, dapat berupa zat padat sebagai es dan salju, dapat berupa zat cair yang mengalir sebagai air permukaan, berada dalam tanah sebagai air tanah, berada di udara sebagai air hujan, berada di laut sebagai air laut dan bahkan berupa uap air. Rees (1990) dalam Fauzi (2004), menyatakan bahwa sesuatu disebut sebagai sumberdaya harus memiliki dua kriteria yaitu harus ada pengetahuan, teknologi atau keterampilan (skill) untuk memanfaatkannya dan harus terdapat permintaan
(demand)
terhadap
sumberdaya
tersebut.
Air
membutuhkan
pengetahuan, keterampilan dan teknologi dalam pemanfaatan dan pengolahannya sebelum memenuhi permintaan dari penggunaannya yaitu air yang secara kuantitas cukup dan secara kualitas dapat dipergunakan untuk tujuan tertentu.
9
Air menyediakan barang dan jasa yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, ketersediaan air ini dibedakan oleh kuantitas dan kualitas air. Kuantitas air menyangkut jumlah air yang disediakan oleh alam dan jumlah air yang dibutuhkan untuk menunjang berbagai tujuan. Kualitas air merupakan salah satu aspek yang juga penting dalam pemakaian sumberdaya air. Jumlah air yang berlimpah namun mutunya rendah tidak akan dapat dipergunakan untuk memenuhi utilitas pemakainya. Kusuma (2006) menyatakan bahwa sumberdaya air secara ekonomi tergolong ke dalam sumberdaya milik bersama. Sumberdaya semacam ini biasanya akan menghadapi masalah eksploitasi yang melebihi daya generasinya. Adanya permasalahan yang timbul menimbulkan sulitnya menegaskan hak-hak kepemilikan sumberdaya yang bersangkutan. Nilai dari air dibedakan dari dua elemen yaitu permintaan yang merupakan kebutuhan manusia dan keinginan membayar untuk kebutuhan tersebut serta penawaran yang merupakan biaya untuk menyediakan sumberdaya pada kuantitas, kualitas dan lokasi tertentu (Cech, 2005). Tietentberg (1984) menggambarkan bahwa dengan adanya struktur hak kepemilikan yang terdefinisikan dengan jelas maka akan terdapat alokasi produksi yang efisien, struktur kepemilikan yang efisien antara lain mencakup : 1. Universality, semua sumberdaya dimiliki secara pribadi dan seluruh hakhaknya diperinci dengan lengkap dan jelas. 2. Eksclucivity, semua keuntungan dan biaya yang dibutuhkan sebagai akibat dari kepemilikan dan pemanfaatan sumberdaya tersebut harus dimiliki hanya oleh
10
pemilik tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dalam transaksi atau penjualan ke pihak lain. 3. Transferability, berarti seluruh hak kepemilkan dapat dipindahtangankan dari satu pemilik ke pihak lainnya dengan transaksi yang bebas dan jelas. 4. Enforceability, yang berarti bahwa hak kepemilikan tersebut harus aman dari perampasan atau pengambilalihan secara tidak baik dari pihak lain. Menurut Turner et al. (2004), air merupakan sumberdaya yang sangat besar, dimana nilai ekonomi per unit berat atau volume cenderung relatif rendah sedangkan membutuhkan biaya pengangkutan, penyimpanan dan pemindahan yang tinggi untuk per unit volumenya. 2.2.
Konsep Perusahaan Daerah Air Minum Secara umum, PDAM berbeda dengan perusahaan swasta murni yang
selalu berorientasi pada keuntungan (profit oriented). Salah satu tujuan PDAM adalah turut serta dalam melaksanakan pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional pada umumnya, dengan cara menyediakan air minum yang bersih, sehat dan memenuhi persyaratan kesehatan bagi masyarakat di suatu daerah (Saberan, 1997 dalam Kusuma, 2006) Perusahaan Daerah Air Minum mempunyai tugas pokok pelayanan umum kepada masyarakat, dimana dalam menjalankan fungsinya PDAM harus mampu membiayai dirinya sendiri dan harus mengembangkan tingkat pelayanannya. Disamping itu, PDAM juga diharapkan mampu memberikan sumbangan pembangunan kepada Pemerintah Daerah. 1
1
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 690-069 Tahun 1992, tentang Pola Petunjuk Teknis
11
Selanjutnya dinyatakan bahwa tujuan pendirian PDAM adalah untuk memenuhi pelayanan dan kebutuhan akan air bersih masyarakat, serta sebagai salah satu sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah). Untuk mencapai tujuan diatas, maka pengelolaan terhadap PDAM harus berdasarkan pada prinsip-prinsip dan ekonomi perusahaan sehat 2 . 2.3.
Fungsi Produksi Menurut Lipsey et al. (1995), ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang
pemanfaatan sumberdaya yang langka untuk memenuhi kebutuhan manusia. Ekonomi produksi termasuk ke dalam salah satu cabang ilmu ekonomi yang digunakan untuk mengambil keputusan manajemen. Sudarsono (1995), fungsi produksi adalah hubungan teknis yang menghubungkan antara faktor produksi atau disebut pula masukan atau input dan hasil produksinya atau produk (output). Doll dan Orazem (1984), menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan masukan-keluaran yang digambarkan pada tingkat pada saat sumberdaya ditransformasi menjadi produk. Fungsi produksi dapat ditampilkan dalam beberapa bentuk, secara simbolik fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut: Y=f(X1,X2,X3,…,XN) dimana Y merupakan hasil produksi (output) dan X1…XN merupakan faktor produksi (input) yang berbeda yang digunakan dalam produksi. Simbol “f” menunjukan hubungan transformasi antara faktor produksi dan hasil produksi. Faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu komoditi jumlahnya terbatas sehingga dibutuhkan pengambilan keputusan untuk melakukan pilihan dengan kombinasi tertentu. Setiawan (2005) menyatakan 2
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: 690-327 tahun 1994, tentang Pedoman dan Pemantauan Kinerja Keuangan PDAM
12
optimalisasi produksi merupakan suatu keadaan dimana perusahaan menghasilkan sejumlah output dengan kombinasi tertentu yang dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal dengan jumlah input yang terbatas inilah yang menjadi permasalahan dari setiap perusahaan. Pilihan
yang
dibuat
atas
sumberdaya
yang
terbatas
kemudian
menimbulkan biaya peluang. Lipsey et al. (1995) menyatakan biaya peluang adalah biaya yang dikorbankan untuk menggunakan sumberdaya bagi tujuan tertentu, yang diukur dengan manfaat yang hilang karena tidak menggunakan untuk tujuan lain, dengan kata lain diukur dengan komoditi lain yang seharusnya dapat diperoleh. Daerah batas kemungkinan produksi memperlihatkan berbagai kombinasi output yang dapat diproduksi dengan menggunakan input-input secara efisien. Produksi di sepanjang batas kemungkinan produksi adalah efisien. Setiap titik di bagian dalam batas kemungkinan produksi dikatakan tidak efisien sebab hasil produksi masih dapat ditingkatkan dan titik di luar batas kemungkinan produksi juga tidak efisien karena melebihi kemampuan faktor produksi yang dimiliki (Nicholson, 1995). Kurva berlereng negatif pada Gambar 1 adalah gambar batas kemungkinan produksi jika diasumsikan memproduksi barang x dan barang y.
13
Kuantitas barang y
Kuantitas barang x
Gambar 1. Batas Kemungkinan Produksi Sumber : Nicholson (1995)
Pendefinisian ekonomi terhadap turunan pertama dari fungsi produksi terkait dengan konsep produk marginal. Produk fisik marginal sebuah masukan adalah keluaran tambahan yang dapat diproduksi dengan menggunakan satu unit tambahan dari masukan tersebut (Nicholson, 1995). Produk fisik marginal dari sebuah masukan bergantung pada berapa jumlah masukan tersebut yang dipergunakan. Lipsey et al. (1995) menyatakan jika semakin banyak jumlah suatu faktor variabel ditetapkan untuk sejumlah tertentu faktor yang tetap, akhirnya akan mencapai suatu situasi dimana setiap tambahan unit faktor variabel tersebut menghasilkan tambahan produk total yang jumlahnya lebih sedikit dibanding yang dihasilkan unit sebelumnya yang disebut hukum hasil lebih yang makin berkurang (diminishing return).
14
Jumlah per
TP
X*
X**
X***
Masukan X per periode
MP, AP
MP AP X*
X**
X***
Masukan X per periode
Gambar 2.
Penurunan Produktivitas Rata-Rata dan Produktivitas Marginal dari Kurva Produk Total Sumber : Nicholson (1995)
Pada gambar 2, kemiringan kurva TP (total produksi) memperlihatkan bagaimana keluaran meningkat sementara faktor produksi ditambah. Produk Marginal (MP) menurun sementara faktor produksi ditambah melewati titik ini, produk marginal akan bernilai nol ketika total produksi meningkat. Produksi tidak akan melewati X*** karena penggunaan faktor produksi tambahan akan mengurangi produk yang dihasilkan. Pada titik X** produk marginal akan sama dengan produk rata-rata, dimana produk rata-rata berada pada tingkat maksimum. Untuk tingkat masukan faktor produksi yang kurang dari X** produk marginal melebihi produk rata-rata akibatnya penambahan satu unit faktor produksi akan meningkatkan produktivitas dari faktor produksi tersebut.
15
2.4.
Fungsi Permintaan Nicholson (1995) menyatakan individu memiliki peran sebagai konsumen
dalam sistem ekonomi. Individu meminta berbagai barang konsumsi dan jasa yang menghasilkan kesejahteraan diantara pilihan-pilihan yang ada. Menurut Lipsey et al. (1995) kuantitas yang diminta oleh konsumen atas suatu komoditi tergantung pada faktor-faktor berikut yang saling mempengaruhi, yaitu : 1. Harga komoditi itu sendiri. Hipotesis ekonomi dasar adalah bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang diminta berhubungan secara negatif dengan faktor lain tetap sama. Semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang diminta untuk komoditi tersebut akan meningkat. 2. Rata-rata penghasilan rumah tangga. Apabila rumah tangga memperoleh ratarata pendapatan yang lebih besar, maka dapat diperkirakan komoditi yang dibeli akan lebih banyak. 3. Harga barang-barang lainnya. Terdapat dua harga komoditi lain yaitu barang subtitusi dan barang komplementer. Barang subtitusi adalah barang yang dapat memberikan kepuasaan penggunaan yang sama dengan barang itu sendiri, apabila harga barang subtitusi naik maka permintaan barang itu sendiri akan meningkat. Barang komplementer adalah komoditi-komoditi yang cenderung digunakan bersama dengan yang lainnya. Ketika terjadi peningkatan harga barang komplementer maka permintaan barang tersebut akan menurun. 4. Selera konsumen, berpengaruh besar terhadap keinginan orang untuk membeli. Perubahan selera mengenai suatu komoditi mempengaruhi jumlah barang yang diminta pada tingkat harga tertentu.
16
5. Distribusi Pendapatan. Jika suatu pendapatan total yang konstan didistribusikan kembali kepada sejumlah penduduk, maka akan terjadi perubahan permintaan. Perubahan dalam distribusi pendapatan akan meningkatkan jumlah komoditi yang dibeli terutama oleh pihak yang memperoleh tambahan pendapatan. 6. Besarnya populasi atau jumlah penduduk. Pertumbuhan jumlah penduduk pada dasarnya belum menciptakan permintaan baru. Penduduk yang bertambah harus memiliki daya beli sebelum permintaan berubah. Jika ini terjadi maka akan terdapat peningkatan permintaan. Permintaan mencakup jumlah barang yang dibutuhkan oleh individu dan kemudian terdapat daya beli terhadap barang yang dimaksudkan. Sudarsono (1995) menyatakan daya beli masyarakat tergantung atas dua unsur pokok yaitu pendapatan yang dapat dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Apabila jumlah pendapatan yang dibelanjakan berubah maka jumlah barang yang diminta juga berubah. Secara matematis pengaruh perubahan harga dan pendapatan bersamaan dengan jumlah barang yang diminta dapat diketahui secara serentak. 2.5.
Fungsi Biaya Sudarsono (1995) menyatakan fungsi biaya adalah perilaku biaya yang
mencerminkan hubungan antara besarnya biaya dengan kuantitas produksi. Disamping itu diketahui bahwa fungsi produksi dipengaruhi oleh faktor produksi. Jadi fungsi produksi dapat dianggap sebagai pembatas fungsi biaya. Menurut Nicholson (1995) fungsi biaya total memperlihatkan bahwa untuk sekelompok biaya masukan dan untuk setiap tingkat keluaran. Doll dan Orazem (1984) mendefinisikan biaya produksi sebagai pengeluaran yang terjadi dalam mengorganisasikan dan melaksanakan proses produksi.
17
Suparmoko (1995) dalam Kusuma (2006) biaya produksi air bervariasi pada tiga dimensi yaitu jumlah pelanggan, kapasitas untuk menyediakan dalam arti kapasitas yang berbeda untuk melayani daerah yang juga berbeda dan jarak pengiriman atau penyerahan air ke tempat produksi. Atas dasar klasifikasi tersebut, biaya produksi air dibagi ke dalam biaya kapasitas, biaya langganan dan biaya penyerahan. Menurut Kusuma (2006) biaya kapasitas berkaitan dengan ukuran perusahaan seperti instalasi air minum. Biaya langganan berkaitan dengan jumlah dan penyebaran para langganan yang meliputi penagihan, biaya meteran, dan biaya pelayanan atau perbaikan, pemberian nama pada rekening serta biaya untuk membaca meteran dan rekening. Biaya penyerahan berkaitan dengan volume pengiriman air seperti biaya transport dan biaya penyaluran. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.690-069 tanggal 28 Januari 1992, adapun yang diperhitungkan dalam komponen biaya produksi pengelolaan air PDAM adalah biaya pengadaan bahan baku, biaya pengolahan, biaya transmisi, biaya distribusi, biaya umum, biaya administrasi, biaya penyusutan dan biaya amortisasi non pabrik. (Kusuma, 2006). Manulang (1988) dalam Ristiani (2005) yang dimaksud dengan harga pokok adalah jumlah biaya untuk memproduksikan suatu produksi ditambah biaya lainnya sehingga barang itu berada di pasar. Unsur harga pokok dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu : 1. Biaya langsung, adalah biaya yang langsung diterapkan kepada sejumlah hasil produksi tertentu, biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan mentah dan
18
upah yang dibayar kepada tenaga kerja dalam suatu proses produksi dan merupakan biaya langsung kepada hasil produksi yang bersangkutan. 2. Biaya tidak langsung, adalah biaya yang tak langsung ditetapkan kepada sejumlah hasil produksi tertentu akan tetapi kepada suatu prestasi, dengan perkataan lain biaya tak langsung merupakan biaya kepada prestasi tertentu dan termasuk biaya umum dan biaya penjualan. Kusuma (2006) menyatakan yang termasuk biaya langsung dalam proses produksi air PDAM adalah biaya sumber, biaya pengolahan, biaya transmisi, serta distribusi. Sedangkan yang termasuk dalam biaya tidak langsung adalah biaya administrasi dan umum yang terdiri dari biaya pegawai, biaya kantor, biaya hubungan langganan, biaya litbang, biaya keuangan, biaya pemeliharaan, ruparupa biaya umum, penyusutan, instalasi biaya umum dan biaya bank. Menurut Manullang (1988) dalam Ristiani (2005) penetapan harga pokok dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Cara Pembagian (Dealings Model) Cara ini digunakan untuk menentukan harga pokok suatu barang dalam perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis barang yang homogen dalam suatu proses produksi. Harga pokok untuk setiap satu barang yang diproduksi didapatkan dengan cara membagi biaya keseluruhan dengan banyaknya barang yang diproduksikan. Secara matematika ditulis sebagai berikut : Harga Pokok = 2. Cara Perbandingan Nilai (Equivalentie Ciffermethod) Bagi perusahaan yang menghasilkan barang lebih dari satu pada suatu proses produksi yang sama maka mengkhususkan harga pokok dengan
19
menggunakan cara angka perbandingan nilai. Untuk mempermudah mendapatkan angka perbandingan nilai maka perbandingannya dapat diperoleh dengan mendasarkan pada besarnya harga bahan mentah yang dimasukan ke dalam proses produksi tiap barang atau berdasarkan kepada tenaga kerja yang dimasukan ke dalam proses produksi. Pada proses produksi air PDAM produk yang dihasilkan hanya satu jenis dalam suatu proses produksi, maka untuk menetapkan harga pokok air PDAM dapat dilakukan dengan metode pembagian yaitu membagi seluruh biaya produksi dengan jumlah satuan air yang diproduksi pada periode tertentu. Sedangkan rumus matematikanya adalah : BT
= BL + BTL
HPP
= BT / jumlah air yang dijual
Keterangan :
2.6.
BT
= Biaya Total
HPP
= Harga Pokok Penjualan
BL
= Biaya Langsung
BTL
= Biaya Tidak Langsung
Fungsi Penerimaan Menurut Lipsey et al. (1995) perusahaan adalah unit ekonomi yang
memproduksi
dan
menjual
komoditi.
Pada
dasarnya
perusahaan
akan
mengusahakan pencapaian laba yang maksimum. Nicholson (1995) menyatakan perusahaan yang memaksimumkan laba akan memilih masukan dan keluaran dengan tujuan tunggal yaitu memperoleh laba maksimum. Setiap perusahaan
20
berusaha untuk menjadikan selisih antara pendapatan total dan biaya ekonomi sebesar mungkin. Perusahaan yang akan memaksimumkan laba maka akan membuat keputusan secara marginal. Masih menurut Nicholson (1995) Hubungan antara maksimisasi laba dan marginalisme dapat dilihat jika meneliti tingkat keluaran yang dipilih untuk memperoleh laba maksimum. Dalam kegiatannya perusahaan menjual tingkat keluaran tertentu (q) dengan harga pasar (P) per unit sehingga penghasilan total (TR) diketahui : TR(q) = P(q) . q Selisih antara pendapatan dan biaya disebut laba ekonomi (π). Karena baik pendapatan maupun biaya bergantung pada jumlah yang diproduksi, laba ekonomi akan juga bergantung pada jumlah tersebut, yaitu : π (q) = P(q).q – TC (q) = TR(q) – TC(q) Kondisi yang diperlukan untuk memilih nilai q yang memaksimumkan laba ditemukan dengan menetapkan derivatif
Sehingga kondisi order pertama untuk maksimum adalah bahwa
2.7.
Penetapan Tarif PDAM Sistem penetapan tarif air yang dipergunakan mempengaruhi tingkat
efisiensi alokasi sumberdaya air. Karakteristik sumberdaya air yang memiliki mobilitas antar waktu dan tempat, ketersediaan yang selalu berubah, nilai ekonomi yang melekat serta memiliki bobot yang besar dapat menimbulkan gejala eksternalitas. Menurut Sudrajat (1997) Eksternalitas pada sumberdaya air
21
menimbulkan perbedaan manfaat dan biaya yang dinilai oleh swasta (private) dengan manfaat dan biaya yang dinilai oleh masyarakat (social). Randall (1987) dalam Sudrajat (1997) adanya eksternalitas mengarah kepada penentuan harga dari unit sumberdaya secara tidak efisien, artinya hargaharga yang menjadi standar pertukaran tidak mencerminkan kelangkaan sumberdaya tersebut. Hanemann (1998) dalam Syaukat (2000) menyatakan bahwa perhatian utama dalam perencanaan struktur harga adalah untuk menjelaskan kepada konsumen tentang biaya-biaya yang digunakan dalam pengelolaan biaya tersebut. Asumsi yang digunakan adalah bahwa konsumen bereaksi secara rasional, diharapkan penetapan harga dengan metode-metode tersebut akan membantu mengontrol pertumbuhan permintaan air, menjamin penggunaan air secara rasional, serta menjamin penerimaan yang cukup untuk menutupi modal dan biaya operasional. 2.7.1. Marginal Cost Pricing Alokasi penggunaan yang efisien menganjurkan bahwa suatu komoditi seharusnya diproduksi dan dialokasikan pada suatu titik tempat keuntungan marjinal sama dengan biaya marjinal. Efisiensi ekonomi tercapai pada saat harga air
ditetapkan
sama
dengan
biaya
marginalnya
dengan
tujuan
untuk
memaksimumkan keuntungan bersih sosial. Perry et.al (1997) menyatakan bahwa air adalah barang ekonomi yang dapat dinilai oleh penggunanya. Sama halnya dengan barang lainnya, pengguna akan menggunakan air sepanjang manfaat dari penggunaan setiap tambahan meter kubik air melebihi biaya pengadaannya.
22
Hall (1996) dalam Syaukat (2000), marginal cost pricing memiliki dua tujuan. Pertama, untuk memberikan tanda kepada konsumen mengenai biaya yang digunakan dalam menghasilkan tambahan air, dengan menggunakan informasi ini konsumen dapat memilih mengkonsumsi sejumlah tambahan air yang dapat memberi tambahan manfaat yang setidaknya sama besar dengan biaya marjinal untuk memproduksi air. Kedua, bagi pengelola air tujuannya adalah untuk menandakan jumlah yang ingin dibayar konsumen pada tingkat harga tersebut. Berdasarkan harga yang direspon oleh konsumen, pengelola air dapat melihat mampu tidaknya konsumen membayar biaya marjnal dalam penyediaan air. Kusuma (2006) menyatakan beberapa ahli ekonomi menyatakan marginal cost pricing dapat mengakibatkan kegunaan mengalami defisit. Hal ini tergantung pada hubungan antara marginal cost dan average cost dalam produksi air. Masalah defisit tersebut timbul jika marginal cost lebih tinggi dari average cost pada jumlah keluaran dengan harga tersebut. Ketika kegunaan mengalami penurunan average cost, maka harga marginal cost akan mengakibatkan kerugian. Kondisi tersebut dijelaskan pada Gambar 3. Gambar 3(a) menggambarkan sebuah solusi pada selang average cost yang mengalami kenaikan dengan dd’ adalah kurva permintaan agregat. Biaya rata-rata dan biaya marginal penawaran air ditunjukan oleh kurva AC dan MC. Biaya marginal (MC) seharusnya lebih kecil dari biaya rata-rata (AC) ketika AC naik. Jika sebuah harga tunggal untuk air dibebankan untuk menutupi biaya, maka harga hanya sama dengan OT dan air yang diproduksi sebesar OA. Dalam hal ini harga sama dengan biaya satuan dan kegunaan (utility) tidak mendapat keuntungan (keuntungan sama dengan nol atau normal profit). Bagaimanapun
23
juga, ini bukan merupakan solusi yang tepat dalam penggunaan sumberdaya yang terbaik. Pengggunaan sumberdaya yang terbaik adalah memproduksi air pada tingkat dimana marginal cost untuk tambahan penawaran air sama dengan harga air yang ingin dibayar konsumen. Pada solusi tersebut, jumlah keluaran yang tepat adalah sejumlah OB dengan harga marginal sebesar BS. Harga BS lebih besar daripada average cost, sehingga ada keuntungan bagi perusahaan. (a) Rising Average Cost
(b) Falling Average Cost
Price
Price MC
d
d
AC S R
U
T
T
R
V
U
AC
MC
S
V d’ 0
B
A
d’ 0
A
B
Gambar 3. Marginal Cost dan Average Cost Pricing pada Average Cost Naik (Rising) dan Menurun (Falling) Sumber : Syaukat (2000)
Permasalahan pada penetapan harga berdasarkan biaya marjinal adalah ketika marginal benefit (dd’) berpotongan dengan kurva average cost dalam selang AC yang menurun seperti tersajikan pada gambar 5 bagian (b). Keluaran pada average cost dan harga masing-masing sebesar OA dan AR, sementara itu keluaran marginal sebesar OB dan harganya sebesar BS. Pada kondisi ini,
24
perusahaan tersebut akan sama dengan perbedaan antara average cost dan harga yaitu sebesar SVTU. 2.7.2. Full Cost Recovery Pricing 2.7.2.1. Ramsey Pricing Ramsey (1927) dalam Syaukat (2000) menyatakan harga Ramsey menunjukan sekumpulan harga yang sama yang memaksimumkan keuntungan sosial bersih yaitu surplus produsen dan surplus konsumen dalam permasalahan penggunaan air yang sama. Ramsey melakukan modifikasi pada analisis efisiensi ekonomi konvensional dengan menambahkan batasan eksplisit yang tidak hanya memaksimumkan keuntungan sosial bersih tetapi juga mencapai kondisi break even. Kondisi batasan pada break even berusaha mencegah kesalahan posisi dari penetapan marginal cost yang optimal, first best price 3 . Hal yang mendasari metode ini adalah untuk mempertahankan tingkat efisiensi sebanyak mungkin, setiap orang ingin menghindari sesedikit mungkin dari pola konsumsi yang muncul bersamaan dengan marginal cost pricing sementara masih menetapkan harga yang dapat menjamin kecukupan penggunaan namun bukan merupakan penerimaan yang berlebih. Harga Ramsey melakukan hal ini dengan membebankan harga yang berbeda kepada berbagai pasar perusahaan yang diatur untuk berbagai pasar regulasi perusahaan dengan tujuan menjaga kelangsungan sejumlah kontribusi pasar yang memanipulasi harga melebihi MC, sehingga mengganggu tingkat konsumsi lebih sedikit dari apa yang akan diberikan oleh harga MC penuh (full marginal cost pricing).
3
Harga termasuk pengganda langgrange dijadikan sebagai pembatas dalam full cost recovery sebagai tambahan dari marginal cost
25
Hall dan Hanemann (1996) dalam Syaukat (2000) menyatakan harga Ramsey adalah sebuah contoh dari strategi harga terbaik kedua dengan sebuah instrumen kebijakan tunggal untuk menyatukan dua tujuan yaitu efisiensi dan keuntungan pasar monopoli sama dengan nol (keuntungan normal). Solusinya adalah membentuk harga sama dengan MC untuk konsumen (pelanggan) dengan permintaan elastis dan menyatakan hambatan penerimaan melalui penyesuaian beban harga kepada konsumen yang memiliki permintaan inelastis. 2.7.2.2. Coase’s Two Part Tariff Pendekatan alternatif dalam permasalahan marginal cost pricing diperkenalkan oleh Coase (1946) dalam Syaukat (2000) yang mengajukan dua tarif untuk mempertemukan kondisi total dengan total manfaat harus lebih besar dari total biaya. Prinsip penetapan dua tarif tersebut adalah biaya setiap unit konsumsi diatur pada biaya marjinal dari tingkat keluaran yang diperkirakan dari penjumlahan kekurangan disusun dari pengenaan bea lump sum kepada tiap pelanggan. Sistem dua tarif adalah jenis sederhana dari non-uniform price schedule 4 2.7.2.3. Decreasing and Increasing Block Rate Kusuma (2006) menyatakan inti dari sistem decreasing block tariff adalah keberhasilan penjualan air dalam jumlah rendah dengan harga yang rendah. biasanya tarif meliputi juga biaya tetap dan biaya minimum berhubungan dengan kriteria ukuran seperti ukuran pipa suplai. Adanya decreasing block tariff akan
4
Banyak negara menetapkan harga air berdasar bentuk non-uniform price schedule. Brown dan Sibley (1986) dalam Syaukat (2000) mengartikannya sebagai sebuah tarif bagi satu atau lebih barang dimana total surplus konsumen tidak naik secara proposional dengan banyaknya pembeli.
26
kurang memberikan dorongan bagi konsumen untuk melakukan penghematan. Sistem ini banyak digunakan oleh negara maju seperti di Amerika dan Kanada. Masih menurut Kusuma (2006) pemberlakuan sistem increasing block tariff dapat menyebabkan terjadinya pemerataan pendapatan. Sistem ini banyak dipergunakan di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Konsumen lebih kaya menggunakan air yang lebih banyak, sehingga biaya yang dikeluarkan juga lebih banyak. Dalam sistem ini diberlakukan tarif progresif yang pada intinya semua keluarga pengguna baik golongan kaya maupun miskin mempunyai hak dalam penggunaan air dalam jumlah yang sama. Dengan demikian penggunaan air dalam jumlah yang besar akan mengakibatkan pembayaran yang lebih besar. 2.8.
Alokasi Sumberdaya Air Menurut Fauzi (2004), alokasi air merupakan masalah ekonomi untuk
menentukan bagaimana suplai air yang tersedia harus dialokasikan kepada pengguna atau calon pengguna. Penggunaan air sendiri pada dasarnya terbagi dalam dua
kelompok
yaitu
kelompok
konsumtif
yakni
mereka
yang
memanfaatkan air untuk konsumsi (rumah tangga, industri, pertanian, kehutanan) dan kelompok non-konsumtif yang memanfaatkan air melalui proses yang disebut diversi baik melalui transformasi, penguapan, penyerapan ke tanah maupun pendegradasian kualitas air secara langsung (pencemaran). Masih menurut Fauzi (2004), adanya penggunaan air secara konsumtif, alokasi sumberdaya air diarahkan dengan tujuan suplai air yang terbatas tersebut dapat dialokasikan kepada pengguna, baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang dengan biaya yang rendah. Alokasi sumberdaya air harus
27
memenuhi kriteria efisiensi, equity, dan sustainability. Tabel 1. berikut menyajikan ketiga kriteria tersebut beserta tujuan pengelolaannya. Tabel 1. Kriteria dan Tujuan Pengelolaan Sumberdaya Air Kriteria Efisiensi
Tujuan Biaya penyediaan air yang rendah Penerimaan per unit sumberdaya yang tinggi Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
Equity
Akses terhadap air bersih untuk semua masyarakat
Sustainability
Menghindari terjadinya deplesi pada air bawah tanah Menyediakan cadangan air yang cukup untuk memelihara ekosistem Meminimalkan pencemaran air
Sumber : Fauzi (2007)
Mekanisme alokasi sumberdaya air yang umum dipergunakan diantaranya sebagai berikut : 1. Queuing System Air merupakan komoditas ekonomi yang memiliki dua karakteristik penting yaitu lokasi dan kualitas sehingga sumberdaya air terkait dengan dua sifat tersebut. Queuing system adalah sistem alokasi air yang didasarkan pada sistem antrian. Di dalam sistem antrian terdapat dua sistem alokasi yang cukup dominan yakni Riparian Water Rights yang dikembangkan di Inggris dan Prior Appropriation Water Rights yang dikembangkan di negara-negara barat lainnya, khususnya negara-negara Anglo-Saxon. Dalam sistem riparian, seorang pemilik lahan yang berada di daerah yang berdekatan dengan sungai atau danau memiliki hak yang sama dengan pemilik lahan riparian lainnya untuk memanfaatkan air. Hak kepemilikan riparian ini tidak hilang meskipun pemilik lahan di daerah riparian tersebut tidak memanfaatkan. 28
Sistem riparian ini memberlakukan sistem antrian karena mereka yang berada di hulu sungai memiliki hak terlebih dahulu atas air dibanding masyarakat hilir. Sistem riparian memiliki banyak kelemahan karena alokasi air tidak didasarkan pada kriteria ekonomi sehingga menimbulkan eksternalitas yang terjadi pada sumberdaya yang bersifat common property yang kemudian menimbulkan inefisiensi pemanfaatan air. Prior Appropriation Water Rights didasarkan pada prinsip bahwa hak atas kepemilikan air diperoleh melalui penemuan atau kepemilikan secara terus menerus. Sistem ini kepemilikan bersifat mutlak artinya pemilik hak atas air diperbolehkan untuk tidak membagi pemanfaatan air kepada pihak lain. Perbedaan dengan riparian adalah jika pemilik air tidak memanfaatkan sumberdaya air untuk sesuatu yang bermanfaat maka hak tersebut dapat hilang. Permasalahannya pemanfaatan air didasarkan pada penemuan yang tidak ada catatan kepemilikannya sehingga bermasalah pada aspek hukum, selain itu sama halnya dengan riparian tidak diperkenankan adanya perdagangan atas air sehingga air bisa saja dimanfaatkan oleh pengguna yang sangat membutukan air. 2. Water Pricing Air tidak dapat dimanfaatkan sebagai barang publik murni karena air merupakan barang nilai tambah dimana terdapat usaha untuk memberikan nilai kepada sumberdaya air melalui berbagai mekanisme sehingga sampai di tangan konsumen dan aman di minum yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Penentuan harga yang tepat melalui water pricing mencerminkan biaya yang sebenarnya akan memberikan sinyal kepada pengguna mengenai nilai dari air dan dapat menjadi insentif untuk pemanfaatan air yang lebih bijaksana.
29
3. Alokasi Publik Sumberdaya air termasuk salah satu sumberdaya yang pengelolaannya unik karena dalam situasi tertentu sulit memperlakukan air sebagai barang yang diperdagangkan. Air kebanyakan merupakan barang publik, sehingga diperlukan intervensi pemerintah dalam pengalokasiannya. Penyediaan sumberdaya air seperti pembangunan waduk, dam dan sejenisnya memerlukan investasi yang besar yang biasanya terlalu mahal untuk dilakukan perusahaan swasta. Alokasi sumberdaya air yang dilakukan oleh pemerintah memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Dinar et al. (1997) dalam Fauzi (2004) menyatakan bahwa alokasi yang dilakukan oleh publik atau pemerintah dapat menjawab aspek equity dalam pengelolaan sumberdaya air karena pemerintah dapat mengalokasikan air ke daerah yang tidak cukup air sehingga masyarakat miskin dapat mengakses air. Alokasi pemerintah harus bersamaan dengan subsidi untuk membantu alokasi air ke daerah dengan tingkat kebutuhan yang tinggi namun memiliki kemampuan membayar yang rendah. Subsidi kemudian mengakibatkan adanya inefisiensi terhadap pemanfaatan sumberdaya air karena adanya faktor hidden cost (subsidi tidak menggambarkan biaya opportunity cost yang sebenarnya dari pengelolaan sumberdaya air). Kelemahan dari model alokasi lewat pemerintah ini adalah kecenderungan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air sehingga sulit untuk pencapaian pemanfaatan air yang efisien. 4. Alokasi Berdasarkan Pengguna (User Based) Alokasi sumberdaya air yang berbasis komunal seperti subak di Bali merupakan contoh nyata alokasi air dengan sistem used-based. Sistem alokasi ini
30
menggunakan berbagai variasi pengaturan seperti berdasarkan rotasi waktu (bergilir), kedalaman air, kedekatan lokasi dan sistem pembagian lainnya. Di tingkat lokal, sistem ini dapat dilihat pada pembagian air pada sumur umum maupun pompa air di tingkat desa atau komunal. Masyarakat lokal yang terlibat langsung dalam pengelolaan sumberdaya air akan memiliki informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi setempat daripada lembaga-lembaga lain, sehingga mereka dapat mengatur alokasi air sesuai perubahan kebutuhan tanpa harus terpaku pada formula yang baku. Sistem ini memiliki kelemahan antara lain kurangnya kapasitas kelembagaan lokal dalam menangani kebutuhan intersektoral, seperti antara kebutuhan rumah tangga dan industri. Di tingkat lokal, mungkin mereka memahami benar kebutuhan air untuk kebutuhan rumah tangga, namun kebutuhan industri. Di tingkat lokal, mungkin mereka memahami benar kebutuhan rumah tangga, namun jangkauan untuk industri tidak tercapai bahkan untuk skala yang kecil. 5. Alokasi Berbasis Pasar (Water Market) Alokasi yang menggunakan mekanisme pasar menimbulkan kontroversi karena air dianggap bahwa air merupakan kebutuhan mendasar yang tidak dapat diperjualbelikan dan harus tersedia secara bebas. Selain itu pasar air sangat tipis, dimana sistem ini juga menimbulkan ketidakadilan bagi mereka yang berpenghasilan rendah karena konsumsi air kemudian akan didominasi oleh mereka yang mampu dan berkeinginan membayar. Di sisi lain, argumen yang pro water market melihat bahwa karena sifat mendasar dari air dan meningkatnya
31
kelangkaan air, water market merupakan instrumen yang dianggap efisien untuk mengurangi inefisiensi pemanfaatan sumberdaya air. Water market pada prinsipnya adalah pertukaran hak atas pemanfaatan air. Konsep ini harus dibedakan dengan pertukaran sementara antara pengguna air yang disebut spot market. Water market harus mengikuti kaidah-kaidah prinsip ekonomi dalam pengoperasian pasar yang antara lain mencakup penjual dan pembeli yang memiliki informasi yang sama, pasar yang bersifat kompetitif yang berimplikasi pada keputusan yang diambil oleh salah satu pihak tidak mempengaruhi keputusan terhadap pihak lain, dan pelaku ekonomi yang memiliki motif untuk memaksimumkan manfaat ekonomi. Kondisi-kondisi tersebut memungkinkan dicapainya keseimbangan penawaran dan permintaan dalam transaksi air. Selain aspek efisiensi dalam pemanfaatan sumberdaya air, water market juga memiliki kelebihan dari sisi timbulnya potensi manfaat bagi penjual dan pembeli akibat adanya pertukaran, misalnya adanya kemungkinan bagi penjual untuk meningkatkan ketersediaan air. Dari sisi lain water market juga memungkinkan dilakukannya internalisasi biaya eksternal (misalnya akibat pencemaran) oleh pihak penyuplai (penjual). Bouhia (2001) menyatakan bahwa ketika data tersedia, model optimisasi sumberdaya air dapat menggambarkan indikasi jumlah dari air yang dapat dialokasikan sektor sebagai sumber suplai yang digunakan untuk tujuan tertentu. Untuk pertanian, model menjelaskan jenis dari pertanian yang diproduksi. Pada penggunaan perkotaan antara kebutuhan domestik dan industri, suplai air
32
merupakan sesuatu yang khusus seperti jumlah air yang dapat disediakan antar keduanya. 2.9.
Pengelolaan Sumberdaya Air Peningkatan jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat meningkatkan
kebutuhan sumberdaya air, sedangkan jumlah sumberdaya air mengalami keterbatasan. Adanya pengelolaan sumberdaya air dibutuhkan untuk menjamin adanya ketersediaan sumberdaya air di masa yang akan datang. Sugiarto (1995) menyatakan pengelolaan sumberdaya air (water resource management) agak berbeda dengan pengelolaan DAS (watershed management), dalam pengelolaan sumberdaya air lebih menekankan pada pengaturan hubungan antara ketersediaan dan kebutuhan sumberdaya air tersebut untuk suatu wilayah (tidak selalu berupa DAS, dapat berupa suatu wilayah administratif). Pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) terkait dengan pengelolaan sumberdaya air karena dalam pengelolaan DAS adanya stabilisasi produksi air yaitu debit air pada musim kemarau dan musim penghujan yang seimbang. Menurut Soenarno dalam Kodoatie (2003), Pengelolaan sumberdaya air mencakup empat hal sebagai berikut : 1. Air sebagai bagian dari sumberdaya alam merupakan bagian dari ekosistem. Pengelolaan sumberdaya air memerlukan pendekatan yang integratif, komprehensif dan holistik yakni hubungan timbal balik antara teknik, sosial dan ekonomi serta harus berwawasan lingkungan agar terjaga kelestariannya. 2. Air menyangkut semua aspek kehidupan maka air merupakan faktor yang mempengaruhi jalannya pembangunan dari berbagai sektor maka dari itu pengelolaan sumberdaya air didasarkan pada pendekatan peran serta dari
33
semua stakeholders. Seluruh keputusan publik harus memperhatikan kepentingan masyarakat dengan cara konsultasi publik, sehingga kebijakan apapun yang diterapkan akan dapat diterima oleh masyarakat. 3. Secara alamiah air akan bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa mengenal batas politik, sosial, ekonomi, bangsa, maupun batas wilayah administrasi bahkan batas negara. Air membutuhkan pengelolaan dalam suatu kesatuan sistem berdasarkan pendekatan “one river, one plan and one management system”. 4. Sistem aliran air menyangkut pengaruh antara hulu ke hilir yaitu apapun yang terjadi di bagian hulu akan berpengaruh terhadap bagian hilir dan tidak sebaliknya. Pengaruh tersebut antara lain terjadinya banjir, tanah longsor dan pencemaran. Pengelolaan sumberdaya air menyangkut sistem yang mengikat dan saling menguntungkan. Permasalahan sumberdaya air membutuhkan integrasi dari berbagai disiplin ilmu yaitu teknik, ekonomi, lingkungan, sosial, dan aspek hukum ke dalam kesatuan kerangka analisis (Serageldin,1995 dalam Cai,2003). 5 Menurut McKinney et al. (1999), tujuan pencapaian kualitas dan kuantitas air berada dalam kerangka analisis berdasarkan hubungan antara kebijakan sosial ekonomi dan kebijakan lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air Pasal 2, sumberdaya air dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan kemanfaatan umum,
5
Cai, Ximing et al. 2003. Integrated Hydrologic-Agronomic-Economic Model for River Basin Management. Dalam http://www.ce.utexas.edu/prof/mckinney/papers/aral/28-Cai-STM-01.pdf. Diakses tanggal 06 Februari 2009.
34
keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas. Integrasi berbagai disiplin ilmu dan implementasi kebijakan pengelolaan sumberdaya air dibutuhkan dalam rangka pencapaian ketersediaan air yang berkelanjutan dalam waktu kedepan, kualitas air yang memenuhi standar yang ditetapkan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan dalam jangka panjang maupun jangka pendek. 2.10. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan Studi yang terkait mengenai pengelolaan sumberdaya air PDAM telah banyak dilakukan antara lain dilakukan oleh Sudrajat (1997) dengan melakukan analisis ekonomi pengelolaan air PDAM di Kotamadya Pontianak dengan mengambil 170 responden pada empat kecamatan yang berbeda. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui kondisi biaya-biaya produksi yang mempengaruhi PDAM sebagai suatu unit usaha. Adapun alat analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui analisis biaya variabel total (TVC), biaya variabel rata-rata (AVC) dan biaya marginal (MC). Selain itu penelitian juga bertujuan untuk menganalisis kebijakan tarif air PDAM yang akan dianalisis menggunakan analisis permintaan atau konsumsi air PDAM dengan menggunakan model linear double log dan analisis keinginan konsumen membayar dengan cara menghitung keinginan membayar dan kemampuan untuk membeli. Analisis untuk pilihan sumber air dilakukan pengujian dengan models of qualitative choice. Hasil penelitian Sudrajat menunjukan bahwa berdasarkan karakteristik biaya, dengan semakin meningkatnya produksi perusahaan, biaya variabel rata-
35
rata dan biaya marginal semakin menurun sehingga terjadi eksternalitas teknis pada pengelolaan air PDAM Kotamadya Pontianak. Pada umumnya, pelanggan PDAM adalah golongan masyarakat dengan pendapatan lebih tinggi, sehingga semakin tinggi volume bak mandi yang dimiliki maka akan semakin tinggi konsumsi PDAM per kapita. Hal tersebut dikarenakan pemilik bak cenderung menggunakan baknya untuk menampung air PDAM dibanding menampung air hujan. Hasil penelitian yang overestimated ini menunjukan bahwa sumberdaya air PDAM sudah memiliki nilai tinggi di tangan konsumen. Penelitian lainnya dilakukan oleh Ristiani (2005) dengan melakukan analisis harga pokok air bersih PDAM dan respon konsumen terhadap kebijakan tarif air minum yang dilakukan di PDAM Kabupaten Bogor. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis cara perhitungan harga pokok dan mengetahui harga pokok air bersih PDAM, mengetahui kebijakan tarif yang diberlakukan PDAM, mengetahui respon pelanggan terhadap kebijakan tarif yang diberlakukan PDAM serta menduga fungsi permintaan (konsumsi air) PDAM oleh golongan rumah tangga dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan air tersebut. Pengambilan contoh dilakukan secara stratified proportional random sampling menurut golongan tarif pelanggan rumah tangga PDAM. Perhitungan harga pokok air menggunakan metode pembagian yaitu membagi keseluruhan biaya produksi dengan banyaknya air PDAM yang terjual. Penetapan tarif air minum didasarkan pada kemampuan membayar dan konsep increasing block tariff. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa rumah tangga memiliki respon bahwa air PDAM memiliki nilai yang tinggi. Adapun hasil
36
pendugaan terhadap permintaan air PDAM oleh pelanggan rumah tangga dengan menggunakan analisis regresi menunjukan bahwa konsumsi air PDAM oleh golongan rumah tangga dipengaruhi oleh harga riil air PDAM, jumlah anggota keluarga, pendapatan rumah tangga, lama berlangganan air, penilaian kualitas air PDAM, golongan pelanggan dan kepemilikan sumber lain sebagai alternatif. Penelitian yang terkait dengan analisis ekonomi pengelolaan sumberdaya air diteliti oleh Kusuma (2006) di dalam penelitiannya membahas mengenai pengelolaan air dan kebijakan kenaikan tarif yang dilakukan di Kota Madiun dengan mengambil kasus pada PDAM Kota Madiun. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive (secara sengaja) dengan mempertimbangkan kebijakan kenaikan tarif PDAM Kota Madiun. Tujuan penelitiannya adalah mengetahui faktor yang mempengaruhi tarif air Kota PDAM melalui pendekatan regresi linier berganda yang selanjutnya melakukan estimasi biaya pengelolaan air PDAM. Selanjutnya menganalisis penetapan harga air PDAM secara ekonomi dan finansial melalui pendekatan Marginal Cost Pricing melalui penurunan fungsi biaya pengelolaan air. Tujuan yang terakhir adalah melakukan analisis pada dampak penyesuaian tarif air terhadap penerimaan PDAM.
37
38
III. KERANGKA PEMIKIRAN Sumberdaya air merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan makhluk hidup, sedangkan jumlah komposisi air tawar hanya sebagian kecil dari total volume air yang ada. Air permukaan termasuk di dalam kategori sumberdaya terbarukan karena adanya siklus hidrologi yang melakukan pengisian kembali pada jumlah air permukaan namun apabila kualitasnya tidak memenuhi syarat pemanfaatan maka akan berdampak pada sedikitnya kuantitas air yang dapat dimanfaatkan. Penyediaan air bersih di masa yang akan datang bergantung pada air permukaan (surface water) karena kuantitas dan kualitas air tanah yang ada semakin menurun. Pengambilan air tanah dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia yang berubah dari pola subsisten menjadi industrialisasi mengakibatkan laju pemanfaatan air tanah menjadi semakin tinggi. Motif ekonomi memicu pemanfaatan yang berlebih dimana manusia menganggap dirinya pemilik dari sumberdaya tanpa menjaga dan melestarikan sumberdaya tersebut. Air permukaan merupakan air baku yang dikelola oleh Perusahaan Air Minum milik Pemerintah Daerah untuk dikumpulkan, diolah dan dijernihkan sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sumber air permukaan berasal dari sungai, mata air, sumur artesis dan sumber air lainnya. Masyarakat perkotaan pada khususnya membutuhkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai unit pengelola air untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang layak untuk dikonsumsi. PDAM
sebagai
pihak
yang
mengelola
dan
memanfaatkan
air
membutuhkan upaya khusus untuk menyediakan suplai air bagi masyarakat. Hal
ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat pada saat ini dan pada masa yang akan datang dengan berbagai keterbatasan yang menjadi kendala optimisasi komoditi air. Keterkaitan ekonomi antara sumberdaya alam, lingkungan dan manusia dikaji dalam rangka mengoptimalkan produksi sumberdaya dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Sumberdaya dan lingkungan
merupakan
sistem
pendukung
kehidupan
manusia,
manusia
melakukan ekstraksi sumberdaya air yang kemudian diproduksi untuk dapat dikonsumsi dalam rangka meningkatkan utilitas. Proses ekstraksi sumberdaya menimbulkan dampak balik bagi keberlangsungan sumberdaya dan lingkungan baik pada kuantitas maupun kualitas. Tahap awal dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air permukaan oleh PDAM Tirta Patriot dengan menggunakan analisis deskriptif untuk melihat keragaan ekstraksi air. Tahap kedua adalah dengan menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi fungsi produksi air PDAM Kota Bekasi dengan menggunakan analisis fungsi produksi regresi linier berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi air. Hal ini dilakukan agar diketahui variabelvariabel yang berpengaruh terhadap produksi air PDAM Tirta Patriot. Tahap ketiga adalah melakukan evaluasi terhadap penetapan tarif PDAM dengan mekanisme full cost recovery untuk melihat apakah tarif yang berlaku saat ini sudah mencapai kondisi break even. Perhitungan didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum.
39
Tahap selanjutnya melakukan proyeksi terhadap jumlah produksi air PDAM Tirta Patriot dengan menggunakan metode peramalan data runtut waktu ARIMA untuk memperoleh jumlah produksi dalam kurun waktu sepuluh tahun yang akan datang. Jumlah penduduk Kota Bekasi, Kecamatan Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih juga diproyeksikan dengan menggunakan metode pemulusan eksponensial ganda. Setelah didapatkan angka proyeksi kemudian dilakukan analisis mengenai tren antara jumlah produksi air PDAM Tirta Patriot dalam kurun waktu 20042019 yang dibandingkan dengan kebutuhan total daerah pelayanan dan target pelayanan yaitu 25% dari kebutuhan total. Tren penawaran air dan permintaan kebutuhan air ini dibagi dua periode yaitu tahun 2004-2013 dengan menggunakan kebutuhan air Bekasi Utara dan periode 2014-2019 yang menggunakan kebutuhan air Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih sesuai dengan rencana pengembangan wilayah PDAM Tirta Patriot. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis mengenai kapasitas produksi yang seharusnya terpasang dalam kurun waktu proyeksi tersebut. Pengukuran kapasitas terpasang dilakukan dengan dua asumsi yaitu tanpa kehilangan air dan dengan kehilangan air 37% dari jumlah kapasitas produksi. Peningkatan efisiensi produksi kemudian diasumsikan dengan penurunan tingkat kehilangan air menjadi 20% per tahun. Pemanfaatan dan pengelolaan air permukaan dipengaruhi oleh debit air dan kualitas air sehingga stok yang dimaksudkan dalam hal ini adalah jumlah debit air yang mengalir pada wilayah sungai. Hasil analisis di atas diharapkan dapat membantu PDAM dalam menghasilkan orientasi kebijakan pemanfaatan
40
dan pengelolaan sumberdaya air yang optimum dan efisien sehingga dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat Kota Bekasi dalam hal ini wilayah Kecamatan Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih kedepannya secara berkelanjutan. Kerangka pemikiran terkait dengan penelitian ini dilihat pada Gambar 4 yang menjelaskan kerangka berpikir dari latar belakang, tujuan penelitian dan metode yang digunakan.
41
Pemerintah
PDAM Tirta Patriot
Permasalahan internal dan eksternal : Produksi yang kurang efisien, tarif yang belum optimum dan tingginya kebocoran air
Analisis Ekonomi Sistem pengelolaan dan pemanfaatan air
Kualitas air
Produksi Air PDAM
Faktor-Faktor yang mempengaruhi produksi air
Proyeksi Jumlah Produksi Air dan Kebutuhan Air
Penetapan tarif air PDAM
Mekanisme Full Cost Recovery
Metode Proyeksi Data Runtut Waktu
Regresi Linier Berganda Tarif Rendah
Tarif Dasar
Analisis Deskriptif
ARIMA : Produksi Air Smoothing: Proyeksi Jumlah Penduduk
Tarif Penuh dan khusus
Pengembangan Kapasitas Produksi Air Bersih
Kebijakan penetapan tarif dan alokasi air minum yang efisien dan adil untuk jangka waktu 10 tahun yang akan datang
Gambar 4. Diagram Alur Kerangka Berpikir Sumber : Penulis (2009)
42
IV. METODE PENELITIAN 4.1.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bekasi dengan mengambil kasus
pengelolaan sumberdaya air oleh PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi. Penentuan lokasi
penelitian
ini
dilakukan
secara
sengaja
(purposive)
dengan
mempertimbangkan tingkat pengambilan air permukaan kemudian melakukan analisis pada tingkat produksi, aspek biaya produksi dalam penentuan tarif air, dan proyeksi pemanfaatan dalam jangka waktu sepuluh tahun yang akan datang. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dari bulan April-Juni. 4.2.
Jenis Data, Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan sebagai bahan analisa dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang merupakan data deret waktu (time series). Data primer digunakan sebagai pendukung untuk melengkapi data sekunder yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak yang mengetahui informasi penting yang terkait dalam penelitian ini. Adapun pengambilan data sekunder diperoleh dari PDAM Kota Bekasi melalui studi literatur dari data yang tersedia. Data lainnya sebagai pendukung diperoleh dari instansi terkait, antara lain Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, Perpustakan Kementrian Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, PDAM Bekasi dan Perum Jasa Tirta II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Metode Pengumpulan Data dan Analisis No
Tujuan Penelitian
Data yang Diperlukan
Sumber Data PDAM Tirta Patriot, BPS Kota Bekasi Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi
Metode Analisis
1.
Mengidentifikasi pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air oleh PDAM Tirta Patriot
Luas dan panjang sungai sumber air baku PDAM Tirta Patriot, mekanisme pengelolaan air baku, keragaan sistem ekstraksi air oleh PDAM Tirta Patriot.
2.
Menganalisis Fungsi Produksi Air PDAM
Air Baku, jumlah produksi air, jumlah pemakaian bahan kimia, jumlah penggunaan listrik dan tingkat kekeruhan air (variabel lingkungan)
Bagian Produksi PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi melalui regresi linier berganda .
3
Evaluasi tarif air PDAM Tirta Patriot melalui mekanisme pemulihan biaya (full cost recovery)
Seluruh komponen biaya , tarif air yang berlaku, volume air terproduksi, terdistribusi, terjual, pendapatan air, pendapatan non air
Bagian keuangan PDAM Tirta Patriot, Profil Perusahaan PDAM, Internet dan wawancara
Perhitungan tarif dasar, tarif rendah, tarif penuh dan tarif khusus berdasar konsep pemulihan biaya.
4.
Menganalisis alokasi pemanfaatan air PDAM Tirta Patriot sepuluh tahun yang akan datang
Jumlah produksi bulanan, Jumlah penduduk Kota Bekasi, Kecamatan Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih.
PDAM Tirta Patriot, BPS Kota Bekasi, Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup
Analisis regresi data deret waktu dengan model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) dan Teknik pemulusan data dengan metode eksponensial
Analisis Deskriptif
Sumber : Penulis (2009)
4.3.
Metode Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini menganalisis data yang telah diperoleh secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excell 2007 dan Minitab 15 for Windows.
44
4.3.1. Analisis Deskriptif Analisis data pada dasarnya digunakan dalam rangka mengungkap informasi yang relevan di dalam data dan menyajikan hasil dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana. Analisis deskriptif diperlukan dalam melakukan analisis data dengan menggunakan berbagai cara misalnya dengan menampilkan grafik, diagram serta rekapitulasi data dalam bentuk tabel. Analisis deskriptif bersifat eksploratif berupaya menelusuri dan mengungkapkan struktur dan pola data tanpa mengaitkan secara kaku asumsi-asumsi tertentu. (Juanda, 2007). Analisis deskriptif digunakan agar penelitian tidak hanya terbatas pada data statistik yang bersifat kaku, selain itu agar penelitian dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih menarik. Pada penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai karakteristik pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air dalam rangka pemenuhan air bersih bagi masyarakat Kota Bekasi oleh PDAM Tirta Patriot. Analisis deskriptif dalam penelitian ini juga mengkaji mengenai tingkat kebocoran air, evaluasi tarif melalui mekanisme biaya pemulihan dan penetapan alokasi pemanfaatan air PDAM bagi masyarakat Kota Bekasi dalam jangka waktu sepuluh tahun yang akan datang. 4.3.2. Analisis Fungsi Produksi Air PDAM Analisis fungsi produksi air adalah analisis yang menjelaskan hubungan antara tingkat produksi air PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air PDAM tersebut. Faktor-faktor yang digunakan sebagai variabel penjelas untuk menganalisis fungsi produksi air bersih PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi
adalah besarnya
jumlah air baku yang
digunakan, penggunaan bahan kimia, pemakaian daya listrik, dan tingkat
45
kekeruhan air baku. Setelah itu, disusun suatu model fungsi produksi untuk menduga hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan jumlah produksi air yang dihasilkan PDAM Tirta Patriot. Fungsi produksi air PDAM Tirta Patriot berdasarkan pendekatan fungsi Regresi Linier Berganda sebagai berikut :
dengan keterangan sebagai berikut :
β0
: intershep : Koefisien regresi
PA
: Tingkat produksi air PDAM (m3)
AB
: Air baku dalam memproduksi air yang diperoleh dari saluran Tarum Barat dan Kali Bekasi (m3)
BK
: Penggunaan bahan kimia (Kg)
PDL
: Penggunaan Daya Listrik dalam produksi air (Kwh)
TKA
: Tingkat Kekeruhan Air (NTU) : Galat (error) yang timbul pada pengamatan ke-i diasumsikan berdistribusi normal dan tereliminasi.
Tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah :
dan
Metode statistik yang digunakan untuk menerangkan hubungan sebab akibat faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air PDAM adalah regresi linier dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square, OLS).
46
4.3.3. Metode Uji Statistik Fungsi Produksi a. Uji Normalitas Uji normalitas diperlukan untuk menguji apakah error term dari data maupun observasi yang jumlahnya kurang dari 30, mendekati sebaran normal sehingga statistik t sah. Uji yang dapat dilakukan adalah uji Jarque Bera, dengan prosedur : H0 : error term terdistribusi normal H1 : error term tidak terdistribusi normal Terima H0 jika statistik J-B <
atau nilai probabilitasnya lebih besar dari
b. Goodness of Fit Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat sampai seberapa jauh keragaman yang diterangkan oleh parameter bebas terhadap parameter tidak bebasnya. Jika nilai R2 semakin tinggi, maka akan semakin baik model karena akan semakin besar keragaman peubah endogen yang dapat dijelaskan oleh peubah penjelas. Sarwoko (2005) menyatakan terdapat dua sifat koefisien determinasi yaitu 1. Nilainya tidak pernah negatif (nonnegative quantity) 2. Memiliki nilai limit 0 ≤ r2 ≤ 1. Apabila r2=1 berarti kecocokan yang sempurna, sehingga Yi’=Yi , selain itu apabila r2=0 berarti tidak ada hubungan antara reggressand dengan regressor, sehingga bi=0. c. Uji Statistik t Uji statistik t biasanya digunakan untuk menguji hipotesis tentang koefisien-koefisien slope regresi secara individual. Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing variabelnya (Xi) mempengaruhi sosial
47
ekonomi masyarakat setempat (Yi) sebagai variabel tidak bebas prosedur pengujiannya (Ramanathan,1997) adalah sebagai berikut: H0 : βi = 0 atau variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi) H1 : βi
0 atau variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi)
t hit (n −k ) = Jika thit
βi − 0 sβ i
(n-k)
> tabel, maka H0 diterima, artinya variabel (Xi) tidak berpengaruh
nyata terhadap (Yi) Jika thit
(n-k)
< tabel, maka H0 ditolak, artinya variabel (Xi) berpengaruh nyata
terhadap (Yi) d. Uji Statistik F Nilai F-hitung digunakan untuk melihat berpengaruh nyata atau tidaknya parameter bebas yang digunakan secara bersama-sama terhadap parameter tidak bebas. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel (Xi secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya Yi). Prosedur pengujiannya (Ramanathan, 1998) antara lain: H0 = β1 = β2 =…= βk = 0 atau Variabel bebas (Xi) secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (Yi)
48
H0
β1 β2
…
βk
0 atau Variabel bebas (Xi) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (Yi)
Fhit =
JKK /(k − 1) , dimana: JKG / k (n − 1) JKK = Jumlah Kuadrat untuk Nilai Tengah Kolom JKG = Jumlah Kuadrat Galat n
= Jumlah sampel
k
= Jumlah peubah
Jika Fhit < F tabel, maka H0 diterima, artinya variabel (Xi) secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap (Yi) Jika Fhit > F tabel, maka H0 ditolak, artinya variabel (Xi) secara serentak berpengaruh nyata terhadap (Yi) Untuk perhitungan komputer, maka dapat dilihat nilai P dari statistik F < apabila nilai Pvalue <
maka berarti secara bersama-sama variabel X (bebas)
berpengaruh nyata terhadap variabel Y (tidak bebas). e. Uji terhadap Multikolinear (Multicollinearity) Model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi masalah multikolinieritas, yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar variabel-variabel bebas. Menurut Sarwoko (2005), untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah dengan memeriksa koefisien-koefisien korelasi sederhana antar variabel-variabel penjelas, apabila r adalah tinggi nilai absolutnya maka dapat diketahui bahwa ada dua variabel penjelas tertentu berkorelasi dan masalah multikolinieritas ada
49
didalam persamaan tersebut. Koefisien korelasi yang tinggi menunjukan indikasi multikolinieritas yang berat. Masih menurut Sarwoko (2005) pendeteksian multikolinieritas dapat dilakukan dengan menghitung nilai variance inflation factor (VIF) yaitu suatu cara mendeteksi dengan melihat sejauh mana variabel penjelas dapat diterangkan oleh semua variabel penjelas lainnya di dalam persamaan regresi. VIF adalah estimasi berapa besar multikolinieritas meningkatkan varian pada suatu koefisien estimasi sebuah variabel penjelas. VIF yang tinggi menunjukan bahwa multikolinieritas telah menaikan sedikit varian pada koefisien estimasi, akibatnya menurunkan nilai t. Multikolinieritas dapat dianggap bukan merupakan suatu masalah apabila koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas tidak melebihi nilai koefisian determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara simultan. Multikolinieritas dianggap sebagai masalah serius jika koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas melebihi atau sama dengan nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara simultan. Masalah multikolinieritas dapat dilihat langsung melalui keluaran komputer, dimana apabila nilai VIF < 10 maka tidak ada masalah multikolinieritas. f. Uji terhadap Autokorelasi Autokorelasi merupakan pelanggaran asumsi klasik yang menyatakan bahwa dalam pengamatan-pengamatan yang berbeda tidak terdapat korelasi antar error term. Terdapat autokorelasi murni dan autokorelasi tidak murni. Aurokorelasi murni terjadi apabila asumsi klasik yang menyatakan bahwa tidak
50
ada korelasi antar error term pada periode pengamatan-pengamatan yang berbeda yang diperlonggar dalam sebuah persamaan yang telah terspesifikasi dengan benar. Asumsi itu adalah sebagai berikut E (rui uj) = 0 atau Cov (uiuj) = 0
(i
j)
Apabila nilai yang diharapkan dari koefisien korelasi sederhana antara setiap dua pengamatan error term adalah tidak sama dengan nol, maka error term tersebut dikatakan memiliki autokorelasi. Autokorelasi tidak murni adalah autokorelasi yang disebabkan oleh kesalahan spesifikasi seperti menghilangkan variabel yang penting atau bentuk fungsi yang salah. Sementara autokorelasi murni disebabkan oleh alasan pokok distribusi error term pada persamaan yang spesifikasinya sudah benar, autokorelasi tidak murni disebabkan oleh kesalahan spesifikasi yang masih dapat diperbaiki oleh peneliti. Galat yang berkorelasi mungkin disebabkan karena beberapa hal. Data yang dikumpulkan berdasar urutan waktu tertentu seringkali memiliki sisaan yang saling berkorelasi. Pada data seperti itu, sisaan dari pengamatan pada waktu tertentu cenderung untuk berkorelasi dengan sisaan yang berdekatan. Ada tidaknya masalah autokorelasi dapat diuji dengan pengujian Breusch Godfrey Serial Corelation LM Test, dengan pengujian sebagai berikut : H0 : Tidak ada masalah autokorelasi H1 : Ada masalah autokorelasi Tolak H0 jika obs*R-square >
atau probabilitasnya obs*R-Square <
g. Uji Heteroskedastisitas Salah satu
asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah
homoskedatisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran
51
atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas maka dilakukan uji heteroskedastisitas seperti yang di sarankan oleh Goldfeld dan Quandt dalam Ramanathan (1998). Langkahlangkah pengujian heteroskedastisitas dengan uji White heteroskedasticity sebagai berikut: H0 : tidak ada heteroskedastisitas H1 : ada masalah heteroskedastisitas Tolak H0 jika obs* R2 >
atau probability obs* R2 < α
Gejala heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan melihat dari plot grafik hubungan antara residual dengan fits-nya. Jika pada gambar ternyata residual menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau ragam error sama. 4.3.4. Evaluasi Penetapan Tarif Air PDAM Tirta Patriot dengan Mekanisme Biaya Pemulihan Evaluasi penetapan tarif diberlakukan untuk mencapai keberpihakan pada semua pemegang kepentingan dalam pemanfaatan dan pengelolaan air PDAM Tirta Patriot yaitu masyarakat pelanggan, pelanggan lainnya, Pemerintah Daerah Kota Bekasi, PDAM Tirta Patriot dan PDAM Bekasi. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 23 tahun 2006 menyebutkan bahwa pertimbangan kepentingan masyarakat pelanggan berarti bahwa PDAM dan Pemerintah Daerah harus menjamin kepentingan konsumen yang hak-haknya dilindungi peraturan perundang-undangan dengan menyediakan pelayanan yang baik kepada masyarakat pelanggan. Kepentingan pemerintah daerah terkait dengan fungsinya sebagai regulator, 52
pemilik dan pembina PDAM. PDAM adalah suatu bentuk kelembagaan yang bertugas membantu pemerintah daerah mewujudkan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan air minum kepada masyarakat. Pihak pemerintah daerah perlu memastikan bahwa tarif yang ditetapkan adalah wajar ditinjau dari kepentingan para pemangku kepentingan dan telah memenuhi prinsip-prinsip keterjangkauan dan keadilan, mutu pelayanan, pemulihan biaya, efisiensi pemakaian air, transparansi dan akuntabilitas, dan prinsip perlindungan air baku. Pertimbangan kepentingan PDAM sebagai badan usaha juga perlu diperhatikan untuk keberlangsungan kegiatan usahanya. Tarif harus menjamin kepentingan PDAM sebagai badan usaha dan penyelenggara dalam mencapai target pemulihan biaya penuh (full cost recovery), mewujudkan visi, mengemban misi dan mencapai tujuan dan sasaran pengembangan yang direncanakan di dalam rencana jangka panjang perusahaan (corporate plan). Tarif yang mengandung konsep full cost recovery adalah tarif yang sama dengan biaya dasar PDAM Tirta Patriot yang mencakup seluruh total biaya baik biaya tetap maupun biaya variabel. Perhitungan dilakukan dengan melakukan pendataan pada semua biaya yang dikeluarkan oleh PDAM Tirta Patriot dalam kurun waktu satu tahun yaitu dipilih pada tahun 2008. Hal ini karena ketersediaan data terlengkap dan PDAM Tirta Patriot telah berada dalam kondisi yang telah berkembang. Pendataan dilakukan pada biaya langsung yang berkaitan secara langsung dengan pengolahan air baku menjadi air bersih baik biaya tetap yang dikeluarkan tiap tahun serta biaya variabel yang memang dikeluarkan setiap tahunnya. Selanjutnya pendataan pada biaya tidak langsung yang berkaitan dengan
53
pembiayaan umum, administrasi dan keuangan. Perhitungan aktiva baik aktiva tetap, aktiva lancar, investasi jangka panjang dan aktiva produktif juga dilakukan. Perhitungan dengan mekanisme ini akan menghasilkan empat sistem penetapan tarif dasar yaitu tarif dasar, tarif rendah, tarif penuh dan tarif khusus. Tarif yang dianggap full cost recovery adalah tarif rata-rata yang minimal sama dengan tarif dasar yang akan sama dengan biaya dasar per m3 air. Berikut ini Tabel tarif dasar penetapan tarif PDAM . Tabel 3. Penetapan Tarif Dasar PDAM BLOK KONSUMSI PELANGGAN BLOK I BLOK II (sampai dengan 10 m³) (di atas 10 m³) Kelompok I Tarif Rendah Tarif Dasar Kelompok II Tarif Dasar Tarif Penuh Kelompok III Tarif Penuh Tarif Penuh Kelompok Khusus Berdasarkan Kesepakatan Sumber : Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 (2006)
4.3.5. Proyeksi Alokasi Pemanfaatan Air dalam Jangka Waktu 10 Tahun yang Akan Datang
Proyeksi pemanfaatan sumberdaya air oleh PDAM Tirta Patriot dalam jangka waktu sepuluh tahun yang akan datang menggunakan analisis data runtut waktu. Winarno (2007) menyatakan bahwa pada kenyataannya data time series bersifat tidak stasioner atau dengan kata lain teriterasi. Seringkali data time series yang teriterasi pada tingkat (order) pertama, I(1) maka akan menjadi stasioner pada diferen pertamanya, atau I(0) demikian juga data runtut waktu tersebut I(2), maka turunanannya akan bersifat stasioner I(0). Bila dirumuskan apabila time series tersebut adalah I(d) maka setelah didiferen sebanyak d kali maka akan mendapatkan I(0) yang stasioner.
54
Masih menurut Winarno (2007) dalam praktiknya tidak mudah untuk menentukan apakah suatu data runtut waktu mengikuti pola ARIMA. Untuk memecahkan masalah ini, Box-Jenkin memberikan pedoman yang terdiri atas empat langkah, yaitu : 1. Identifikasi model, dengan memilih p, d, q sementara 2. Estimasi parameter dengan program Komputer 3. Diagnosa residual apakah sudah bersifat white noise. Bila belum, ulangi langkah 1. 4. Lakukan perkiraan data masa yang akan datang. 4.4.
Batasan Operasional Dalam rangka memperjelas dan mempersempit ruang lingkup penelitian
ini, digunakan batasan operasional sebagai berikut : 1. Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah mengkaji tentang tingkat ekstraksi sumberdaya air oleh PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi yang terdefinisikan dari tingkat produksi air bersih PDAM Tirta Patriot, evaluasi penetapan
tarif
berdasarkan mekanisme biaya pemulihan dan alokasi pemanfaatan air PDAM Tirta Patriot Bekasi pada sepuluh tahun yang akan datang dari sisi produksi dan adanya proyeksi terhadap salah satu aspek makro yaitu peningkatan jumlah penduduk. 2. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2. (berdasarkan Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air)
55
3. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. (berdasarkan Undang-undang No.7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air) 4. Debit air adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai yang dipengaruhi oleh curah hujan yang memiliki komponen musiman. 5. Air bersih adalah air dengan karakteristik bersih, jernih, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa tertentu (tawar). (berdasarkan UU RI No. 11 tahun 1974). 6. Air bersih PDAM adalah air yang diproses oleh PDAM untuk dapat digunakan oleh konsumen PDAM 7. Air baku adalah bahan baku air yang digunakan untuk melakukan produksi air yang diperoleh dari sumber air tertentu dapat berupa mata air, air sungai maupun air permukaan lainnya. 8. Air produksi PDAM adalah adalah air yang diproses menjadi air bersih yang siap dikonsumsi oleh konsumen. 9. Perusahaan Daerah Air Minum adalah perusahaan milik pemerintah daerah yang melakukan kegiatan pemanfaatan air, pengadaan, pengolahan, distribusi air bersih untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat. 10. Kapasitas produksi air minum adalah jumlah produksi air minum yang mampu di produksi dalam jangka waktu tertentu.
56
11. Harga pokok air minum adalah harga air yang digunakan sebagai dasar dalam penentuan tarif air minum. 12. Konsumen PDAM adalah semua pihak yang mempergunakan produksi air dari PDAM. 13. Tarif air minum adalah harga air minimum setiap satu meter kubik yang harus dibayar oleh pelanggan atas pemakaiannya yang ditetapkan oleh pihak PDAM bersama pemerintah daerah yang bersangkutan dengan jumlah dan tingkatan yang berbeda untuk setiap golongan pelanggan.
57
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1.
Kondisi Objektif Kota Bekasi
5.1.1. Keadaan Geografis Kota Bekasi Secara geografi Kota Bekasi berada pada posisi 106o55’ bujur timur dan 6o7’-6o15’ lintang selatan dengan ketinggian 19 meter diatas permukaan laut. Kota Bekasi merupakan daerah beriklim panas dengan suhu berkisar antara 28 – 32o C. Kelembaban antara 80-90%. Mengingat kedudukan yang berada di daerah sekitar khatulistiwa. Kota Bekasi dipengaruhi angin Muson yaitu Muson Barat pada bulan Nopember sampai bulan April dan Angin Muson Timur pada bulan Mei sampai bulan Oktober. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun adalah 2.000 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi disekitar bulan Januari dan yang terendah pada bulan September. Batas-batas wilayah adminstrasi yang mengelilingi wilayah Kota Bekasi adalah : Sebelah Utara
: Kabupaten Bekasi
Sebelah Selatan
: Kabupaten Bogor
Sebelah Barat
: DKI Jakarta
Sebelah Timur
: Kabupaten Bekasi
Sejak tahun 2001 secara administratif Kota Bekasi terbagi menjadi 10 kecamatan dengan luas wilayah keseluruhan 21.049 Ha terdiri dari 52 kelurahan. Pada tahun 2004 melalui Perda No. 04/2004 jumlah kecamatan bertambah menjadi 12 kecamatan dengan luas total tetap.
5.1.2 Kondisi Kependudukan Menurut BPS Kota Bekasi (2008) jumlah penduduk Kota Bekasi dalam tahun data 2007 dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini. Tabel 4. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Bekasi Tahun 2007 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kecamatan Pondok Gede Jati Sampurna Jati Asih Bantar Gebang Bekasi Timur Rawa Lumbu Bekasi Selatan Bekasi Barat Medan Satria Bekasi Utara Pondok Melati Mustika Jaya
Luas (Ha) 1.629 1.449 2.200 1.704 1.349 1.567 1.495 1.889 1.471 1.965 1.857 2.474
Jumlah Penduduk (Jiwa) 224.176 73.744 165.520 78.224 276.496 184.380 207.744 287.989 160.152 273.512 118.935 92.932
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) 137,62 32,80 75.24 45.91 204.96 117.66 138.96 152.46 108.87 139.19 64.05 37.68
21.049 21.049 21.049 21.049 21.049 21.049
2.143.804 2.071.444 1.914.316 1.845.005 1.809.306 1.708.337
101.85 98.41 90.95 87.65 85.96 81.17
Kota Bekasi 2006 2005 2004 2003 2002
Sumber : BPS Kota Bekasi (2008)
Dari data diatas dapat dilihat bahwa penduduk Kota Bekasi pada tahun 2007 sebanyak 2.143.804 jiwa yang tersebar dalam 12 kecamatan. Penyebaran tertinggi pada Kecamatan Bekasi Barat sebanyak 287.989 jiwa, Bekasi Utara sebanyak 273.512 jiwa sedangkan jumlah penduduk terendah di Kecamatan Jati Sampurna 73.744 jiwa. Jumlah penduduk di Kota Bekasi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2006 jumlah penduduk Kota Bekasi sebanyak 2.071.444 jiwa kemudian meningkat sebanyak 72.360 jiwa atau 3,49 persen pada tahun 2007.
59
5.2.
Kondisi Air Kondisi air secara objektif dilihat secara kuantitas, kualitas dan
kontinuitas. Kondisi kuantitas berhubungan dengan jumlah ketersediaan air terhadap daya dukung dan daya tampung untuk memenuhi kebutuhan manusia dan kegiatannya sangat beragam. Kualitas air berhubungan dengan kelayakan pemanfaatan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kontinuitas air melihat air sebagai sumber daya tidak berkurang untuk pemanfaatan pada masa yang akan datang. Kuantitas air di Kota Bekasi terlihat dari jumlah curah hujan yang cukup. Berdasarkan data BPS Kota Bekasi (2008), total curah hujan rata-rata mencapai 2.009 mm. Sepanjang tahun 2007 keadaan iklim di Kota Bekasi cenderung panas dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dan April sedangkan jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei. Berikut ini kondisi jumlah hari hujan dan curah hujan di Kota Bekasi tahun 2007 yang dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan per Bulan di Kota Bekasi Tahun 2007 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Hari Hujan 12 18 15 16 7 1 1 1 5 6 13
Curah Hujan 290 728 127 361 52 2 12 6 88 121 206
Sumber: Divisi I Perum Jasa Tirta II (2008) dalam BPS Kota Bekasi (2008)
Air tanah di Kota Bekasi masih banyak digunakan baik untuk masyarakat umum maupun industri. Dalam Status Lingkungan Hidup Kota Bekasi (2008), Air 60
tanah atau air yang ada dipermukaan tanah berdasarkan letak dan sifat serta kondisi fisiknya dibedakan menjadi dua jenis yaitu air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal terdapat pada akuifer yang pada bagian atasnya tidak tertutup oleh suatu lapisan kedap air dan dijumpai pada sumur-sumur bor. Air permukaan di Kota Bekasi meliputi beberapa sungai atau kali yang berhulu di Kabupaten Bogor dan bermuara di laut bagian utara Bekasi serta beberapa situ yang berlokasi dibeberapa kecamatan yaitu Kecamatan Rawa Lumbu, Jatisampurna dan Bekasi Barat. Sungai di Kota Bekasi yang memiliki potensi dominan secara panjang fisik yaitu Sungai Kali Irigasi Sekunder, Sungai Sasak Jarang, Kali sunter, Kali Bekasi dan Kalimalang (Saluran Tarum Barat). Sedangkan kondisi sungai yang memiliki potensi debit air terbesar baik pada musim kemarau maupun penghujan adalah Kali Bekasi dengan debit air sebesar 57 m3/detik pada musim kemarau dan 650 m3/detik pada musim hujan. Kali Bekasi memiliki potensi terhadap pencemaran yang berasal dari industri, pemukiman padat penduduk di sepanjang bantaran kali, pusat-pusat perdagangan dan kegiatan rumah sakit. Aliran air dari Kali Bekasi dan saluran Tarum Barat pada dasarnya adalah sumber air yang digunakan sebagai air baku untuk penyediaan air bersih oleh PDAM baik Kota maupun Kabupaten Bekasi. 5.3.
Ketersediaan Air Bersih Air bersih merupakan salah satu sarana sanitasi. Air bersih digunakan
untuk mandi, mencuci dan air baku untuk minum. Ketersediaan air bersih merupakan kebutuhan pokok. Pemenuhan ketersediaan air bersih di Kota Bekasi dilayani oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Terdapat dua PDAM yang
61
melakukan pelayanan air bersih di Kota Bekasi yaitu PDAM Bekasi dan PDAM Tirta Patriot. Pelaksanaan otonomi daerah maka PDAM Bekasi dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi dan Pemerintahan Kota Bekasi. Saluran penyediaan air juga mencakup dua wilayah yaitu Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi. Pemerintah Kabupaten memiliki 55 % saham sedangkan Pemerintahan Kota memiliki 45 % saham kepemilikan. Kendalanya adalah sulitnya pengelolaan dan adanya tumpang tindih kepentingan. Pembeliaan aset untuk penyaluran air wilayah Kota Bekasi sampai saat ini masih dalam proses negosiasi harga yang sesuai. Sedangkan PDAM Tirta patriot merupakan aset yang dimiliki secara utuh oleh Pemerintah Kota Bekasi. PDAM Bekasi dan PDAM Tirta Patriot memperoleh air baku yang berasal dari bendung bekasi yang merupakan aliran air dari Kali Bekasi dan Sungai Tarum Barat (Kalimalang). Berdasarkan data dari PDAM Bekasi (2007) dalam Status Lingkungan Hidup Kota Bekasi (2008), jumlah penduduk terlayani air bersih di wilayah Kota sebanyak 527.896 jiwa. Berdasarkan data dari PDAM Tirta Patriot, jumlah pelanggan pada tahun 2007 sebanyak 7.675 sambungan pelanggan. Dari total jumlah penduduk Kota Bekasi pada tahun 2007 sebanyak 2.143.804 jiwa maka total jumlah penduduk yang terlayani air bersih PDAM adalah hanya 535.571 jiwa masih dibutuhkan pasokan air untuk 1.608.233 jiwa. 5.4.
Gambaran Umum PDAM Tirta Patriot, Kota Bekasi Pendirian PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi berawal dari proyek “West
Java Urban Development Sector Project (WJ-UDSP) ADB Loan 1384-INO” pada tahun 2001 sampai dengan 2003 dengan sumber dana berasal dari pinjaman Asian
62
Development Bank, bantuan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota Bekasi. Tujuannya untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat di daerah rawan air bersih. Setelah pembangunan proyek selesai dilaksanakan maka pengelolaan hasil pembangunan diserahkan pada Satuan Pengelola Instalasi Pengelolaan Air Bersih (SP IPAS) sesuai dengan SK Walikota Bekasi No.693/Kep.-DTKP/X/2003. Pengelolaan air yang baik menjadikan SP IPAS dipercaya sebagai penyedia layanan air bersih. Dengan jumlah pelanggan yang terus meningkat maka organisasi SP IPAS disempurnakan menjadi Pengelola Instalasi Pengolahan Air Teluk Buyung (PIPA TB) berdasarkan Surat Keputusan Walikota No.71 tahun 2004. Manajemen perusahaan yang semakin baik menjadikan PIPA TB semakin penting peranannya di Kota Bekasi sehingga resmi didirikan menjadi PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi
yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Pemerintah Kota Bekasi tanggal 29 Mei 2006 melalui Peraturan Daerah Kota Bekasi No.02 tahun 2006. Jumlah seluruh pegawai PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi adalah 69 orang dengan jenjang pendidikan mulai dari lulusan sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi. PDAM Tirta Patriot melakukan pelayanan air bersih untuk wilayah utara Kota Bekasi. Sampai Desember 2008 jumlah pelanggan yang terlayani adalah 9.351 unit yang terdiri dari pelanggan sosial, rumah tangga, komersil dan penjualan curah. Saat ini PDAM Tirta Patriot memiliki dua unit instalasi pengolah air dengan kapasitas 450 liter/detik. Kapasitas produktif yang telah dimanfaatkan sebanyak 275 liter/detik. Sistem pengolahan air yang digunakan menggunakan sistem pengolahan konvensional lengkap. Bangunan pengolahan terdiri dari
63
bangunan penangkap air lengkap dengan pemompaan, bangunan instalasi pengolahan air, bangunan reservoir, bangunan mekanik dan elektronik, ruang pompa dan bahan kimia, workshop, gudang dan bangunan pelengkap lainnya. Air bersih yang diproduksi sebelum didistrubusikan kepada pelanggan diuji terlebih dahulu di laboratorium dalam rangka menjaga kualitas sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.416/MENKES/PER/IX/90. Saat ini PDAM Tirta Patriot telah mampu mendistribusikan air bersih hampir diseluruh wilayah Kota Bekasi melalui sistem perpipaan dengan pemompaan melalui pipa berdiameter 50 sampai dengan 450 mm. Tarif air bersih disesuaikan berdasarkan Peraturan Bersama Bupati Bekasi dan Walikota Bekasi No.01 tahun 2006 serta No.03 tahun 2006 tentang Penyesuaian Tarif Dasar Air Bersih dan Biaya Langganan Perusahaan Daerah Air Minum Bekasi melalui tarif progresif yaitu semakin banyak penggunaan air maka ada kenaikan tarif air. Tarif yang dikenakan bervariasi, misalnya untuk pelanggan rumah tangga pada umumnya dikenakan tarif dasar sebesar Rp 1.610,- per m3.
64
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1.
Analisis Pola Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Air oleh PDAM Tirta Patriot PDAM Tirta Patriot merupakan salah satu PDAM yang berada di wilayah
Kota Bekasi. Sumber air utama yang digunakan oleh PDAM Tirta Patriot berasal dari dua sumber utama yaitu Saluran Tarum Barat dan Kali Bekasi. Sumber air baku yang berasal dari Saluran Tarum Barat diperoleh dengan sistem kontrak dengan Perusahaan Umum Jasa Tirta II dengan harga kontrak Rp 50/m3 namun pada awal tahun 2009 terdapat peningkatan harga kontrak air baku menjadi Rp 100/m3. Air yang mengalir dari Saluran Tarum Barat bercampur dengan air Kali Bekasi yang mengandung tingkat pencemaran yang tinggi. Indikasi pencemaran air permukaan yang tinggi di Kali Bekasi adalah karena banyak terdapat industri dan pemukiman di sepanjang Kali Bekasi. Faktor alam antara lain curah hujan dan banyaknya hari hujan juga berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas air baku yang akan diolah di PDAM Tirta Patriot. Pada saat musim hujan tingkat kekeruhan air permukaan tinggi karena air bercampur dengan endapan tanah yang mengalami erosi. Pada saat musim kemarau air memiliki kuantitas yang lebih sedikit dan mengandung tingkat pencemaran yang tinggi. Tingkat pencemaran ini karena pada saat musim kemarau masyarakat kebanyakan melakukan aktivitas mencuci di sungai sehingga sabun cuci, deterjen dan bahan kimia lainnya lebih banyak. Pada dasarnya perbedaan musim tidak berpengaruh secara signifikan pada pasokan air baku karena pembelian air yang bersifat kontrak, namun berpengaruh pada penggunaan jenis dan jumlah bahan kimia.
Jumlah kapasitas produksi yang terpasang di PDAM Tirta Patriot adalah 450 liter/detik dengan jumlah fasilitas produksi sebanyak 2 unit Instalasi Pengolahan Air (IPA). IPA 1 memiliki kapasitas terpasang sebesar 250 liter/detik dan IPA 2 memiliki kapasitas terpasang sebesar 200 liter/detik. Kapasitas IPA yang sudah termanfaatkan saat ini hanya 275 liter/detik sehingga masih terdapat sisa kapasitas sebesar 175 liter/detik. Air baku yang berasal dari sungai kemudian diolah melalui penangkap air melalui pemompaan, kemudian melalui proses kimia dan pengendapan dilakukan pengolahan air baku dalam instalasi pengolahan air. Air yang ada kemudian di simpan di bangunan reservoir untuk sebelumnya dialirkan ke pelanggan. PDAM Tirta Patriot melakukan pelayanan air bersih untuk wilayah utara Kota Bekasi. Cakupan pelayanan untuk Kecamatan Bekasi Utara baru mencapai 20% pelayanan dari target pelayanan 25% kebutuhan air total, akan tetapi potensi untuk meningkatkan pelayanan masih tinggi karena sumber air baku masih tersedia. Sumber air penduduk (selain air PDAM) masih terbatas karena kondisi air tanah dan air permukaan kurang baik serta adanya dukungan dari pemerintah Kota Bekasi dalam operasionalnya. Perkembangan jumlah pelanggan air bersih PDAM Tirta Patriot meningkat sepanjang tahun sejak tahun 2003. Gambar diagram batang dibawah ini memperlihatkan perkembangan pelanggan PDAM Tirta Patriot dari tahun 2003-2008.
66
Gambar 5. Perkembangan Pelanggan PDAM Tirta Patriot Tahun 2003-2008 Sumber : PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi (2008)
Diagram batang diatas memperlihatkan terjadi peningkatan jumlah saluran pelanggan pengguna PDAM di Bekasi Utara. Pada saat masa uji coba mulai dari Satuan Pengelola Instalasi Pengelola Air Bersih (SP IPAS) kemudian menjadi Pengelola Instalasi Pengolahan Air Teluk Buyung (PIPA TB) tahun 2003 jumlah pelanggan saluran hanya berjumlah 19 pelanggan kemudian pada tahun 2004 meningkat menjadi 2.369 saluran. Tahun 2005 kembali berkembang menjadi 4.827 pelanggan dan terus meningkat sejak diresmikan menjadi PDAM Tirta Patriot tahun 2006 menjadi 6.357 saluran. Pada tahun 2007 dan 2008 jumlah pelanggan PDAM Tirta Patriot kembali meningkat menjadi 7.558 saluran dan 9.639 saluran. Adanya peningkatan jumlah pelanggan dan prospek peningkatan permintaan air kedepannya maka jumlah produksi juga meningkat setiap bulannya walupun peningkatannya bersifat fluktuatif. Tarif dasar air untuk rumah tangga adalah Rp 1.610 dengan biaya penyambungan baru saluran air adalah sebesar Rp 1.200.000 ditambah biaya pendaftaran dan survei lapangan dalam rangka pemasangan baru masing-masing Rp 15.000 dan Rp 30.000. Biaya tetap saluran 67
domestik adalah Rp 24.100 per bulannya termasuk didalamnya biaya administrasi dan biaya dana meter yang masing-masing Rp 4.000. 6.2.
Analisis Fungsi Produksi Air PDAM Tirta Patriot Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan tingginya jumlah kebutuhan
air bersih. PDAM Tirta Patriot sebagai salah satu penyedia air bersih di Kota Bekasi dituntut untuk dapat melayani pelanggan air bersih yang meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pengembangan infrastruktur di Kota Bekasi. Proses yang higienis dan efisien dibutuhkan dalam penyediaan air bersih untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat dan faktor pendorong kehidupan ekonomi. Disamping adanya keterbatasan dana, PDAM juga dihadapkan pada masalah efisiensi sehingga belum dapat melayani masyarakat secara optimal. Peluang penyediaan air di masa yang akan datang semakin besar namun tantangannya juga semakin berat. Keadaan dan sifat kualitas air membatasi pemanfaatan sumber daya air walaupun ketersediaan air permukaan dari waktu ke waktu relatif tetap. Konsumen air PDAM saat ini tidak hanya menuntut kuantitas air yang dihasilkan tetapi juga dari segi kualitas. Model produksi air PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi dibangun oleh beberapa variabel yaitu air baku (m3), penggunaan bahan kimia total (Kg), penggunaan daya listrik (Kwh) dan tingkat kekeruhan air baku (nephelometric turbidity unit/ NTU) dengan menggunakan taraf nyata 95 %. Produksi air PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi terdapat pada Lampiran 1 dengan model produksi air yang merupakan model regresi berganda yaitu PA=β0 +β1 AB+ β 2 BKT+β3 PDL+ β4 TKA + εi……….(1)
68
Uji normalitas, uji homoskedastisitas dan uji kebebasan dari model persamaan (1) dapat dilihat pada gambar plot residual untuk produksi air melalui olahan minitab 15 pada Lampiran 2. Pada Lampiran 2a dapat dilihat untuk uji normalitas (gambar kiri atas dan kiri bawah) plot tidak mengikuti garis lurus dan histogram tidak membentuk lonceng sehingga sisaan tidak menyebar normal. Uji homoskesdastisitas dapat dilihat pada gambar kanan atas dimana plot sisaan menyebar acak atau tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa ragam sisaan homogen. Ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada gambar kanan bawah dimana sisaan menyebar secara tidak acak atau membentuk pola maka disimpulkan terdapat autokorelasi. Uji asumsi dapat juga dilakukan dengan melakukan uji kenormalan dan uji kebebasan, dimana terima H0 jika P-value > α dan tolak H0 P-value < α. Berdasarkan lampiran 2b diatas dapat dilihat bahwa P-value memiliki nilai lebih kecil dari 0,010 maka P-value < dari α (0,010 < 0,05) maka tolak H0 yang artinya sisaan tidak menyebar normal. Uji kebebasan dapat dilihat dari Lampiran 2c dapat dilihat bahwa nilai P-value < dari α (0,000 < 0,05) sehingga tolak H0 dengan kesimpulan antarsisaan tidak saling bebas (terdapat autokorelasi). Persamaan (1) yaitu Y= β0 + β1AB + β2BKT + β3PDL + β4TKA + εi tidak dapat dilanjutkan sebagai model produksi air PDAM Tirta Patriot karena terdapat pelanggaran asumsi kenormalan dan kebebasan. Untuk mengatasi pelanggaran asumsi maka dilakukan transformasi model persamaan (1) menjadi persamaan (2): PA=β0 +β1 ln AB + β2 BKT + β3 ln PDL + β4TKA + εi……..(2)
69
Keterangan : PA
= Produksi Air (m3)
ln AB = Pemakaian Air baku dalam Logaritma Natural (m3) BKT
= Pemakaian bahan kimia total (Kg)
ln PDL = ln pemakaian daya listrik (Kwh) TKA = Tingkat kekeruhan air baku (NTU) Setelah dilakukan transformasi pada model persamaan (1) menjadi model persamaan (2) maka dilakukan pengujian asumsi kembali baik menggunakan uji gambar plot sisaan maupun uji formal untuk kenormalan dan kebebasan pada Lampiran 3. Dari Lampiran 3a dapat dilihat untuk uji normalitas (gambar kiri atas dan kiri bawah) plot mengikuti garis lurus dan histogram membentuk lonceng sehingga sisaan dapat dikatakan menyebar normal. Uji Homoskesdastisitas dapat dilihat pada gambar kanan atas dimana plot sisaan menyebar acak atau tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa ragam sisaan homogen. Untuk melihat ada atau tidaknya autokorelasi dilihat pada gambar kanan bawah dimana sisaan menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu maka disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi. Uji formal pada kenormalan sisaan persamaan (2) dapat dilihat pada lampiran 3b nilai P-value > 0,150 sehingga dapat dilihat bahwa hasilnya adalah Pvalue > α (0,150>0,05) maka terima H0 dimana dapat disimpulkan sisaan menyebar normal. Uji formal untuk kebebasan model dari autokorelasi pada model persamaan (2) yang telah ditransformasi pada Lampiran 3c dapat dilihat bahwa hasil P-value=0,131 > α=0,05 sehingga keputusannya adalah terima H0
70
yaitu antar sisaan saling bebas atau non autokorelasi. Hasil uji non multikolinieritas terhadap persamaan (2) maka dilakukan analisis korelasi antar variabel dalam produksi air pada persamaan (2) yang telah ditransformasi maka dapat dilihat korelasi antar variabel pada Lampiran 4 yang menggambarkan adanya korelasi yang cukup kuat dan nyata antar variabel yaitu antara ln air baku dengan ln listrik sebesar 0,635 serta ln air baku dengan penggunaan bahan kimia total. Terdapat
indikasi
adanya
multikolinieritas
pada
persamaan
ini.
Multikolinieritas pada variabel di persamaan ini bukan merupakan korelasi dengan hubungan yang tinggi karena beberapa peneliti menentukan 0,80 merupakan nilai koefisien korelasi antar dua variabel yang dianggap memiliki hubungan tinggi. Cara pemastian ada atau tidaknya masalah multikolinieritas dapat dilihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari hasil analisis regresi berganda tersebut. Semakin tinggi nilai VIF maka semakin tinggi varian koefisien estimasi pada variabel tersebut dengan asumsi varian error term adalah konstan. VIF dari suatu variabel yang memiliki nilai lebih dari sepuluh mengandung multikolinieritas. Berdasarkan Lampiran 5 maka dapat dilihat bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 97,3 % artinya keragaman produksi air PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi dapat dijelaskan secara linier sebesar 97,3 % oleh variabel-variabel penjelasnya, sisanya sebesar 2,7 % digambarkan oleh variabel lain di luar model. Hasil uji keseluruhan (Uji F) terhadap persamaan (2) pada Lampiran 5 menunjukan bahwa nilai P-value=0,000< α=0,05 sehingga tolak H0 yang artinya
71
model layak secara keseluruhan pada taraf nyata alpha 5 % atau variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas secara bersama-sama. Hasil analisis uji parsial (uji t) pada Lampiran 5 menunjukan bahwa variabel yang sudah memiliki cukup bukti berpengaruh nyata terhadap produksi air pada taraf nyata alpha 5 % adalah ln AB, ln PDL dan TKA. ln AB memiliki Pvalue=0,000<α=5%, ln PDL memiliki P-value=0,005< α=5% dan tingkat kekeruhan air memiliki P-value=0,023<α=5%. Penggunaan bahan kimia total belum memiliki cukup bukti secara statistik bahwa dengan penggunaan bahan kimia berpengaruh nyata terhadap produksi air pada taraf nyata 5 %. Berdasarkan hasil olahan regresi berganda yang telah ditransformasi maka didapatkan persamaan regresi sebagai berikut : PA = - 4.986.263 + 412.220 ln AB + 10.817 ln PDL - 8,27 TKA + 0,121 BKT+ εi Interpretasi yang didapatkan untuk air baku dan penggunaan daya listrik menggunakan logaritma natural sehingga apabila ln air baku dan ln penggunaan daya listrik meningkat maka produksi air akan berubah sebesar parameter parameternya. Hal ini juga dapat berarti apabila rata-rata ln air baku dan ln penggunaan daya listrik meningkat sebesar 1% maka akan merubah besarnya produksi air sebesar parameter dikalikan dengan 1/100. Air baku memiliki pengaruh positif dan signifikan pada produksi air dimana interpretasinya adalah apabila rata-rata air baku naik sebesar 1% maka akan meningkatkan rata-rata produksi air sebesar 412.220/100 yaitu 4.122,2 m3. Penggunaan daya listrik memiliki interpretasi secara statistik yaitu apabila ratarata penggunaan daya listrik naik sebesar 1 % maka rata-rata produksi air akan naik sebesar 108,17 m3. Tingkat kekeruhan air baku memiliki tanda negatif
72
artinya apabila rata-rata tingkat kekeruhan air baku naik sebesar 1 NTU maka rata-rata produksi air akan turun sebesar 8,27 m3. Penggunaan bahan kimia total tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi air PDAM karena dari uji statistik parsial nilainya tidak nyata. Adanya eror menunjukan bahwa nilai dari model merupakan nilai dugaan yang memiliki perbedaan dengan nilai pada data asli, perbedaan ini masih dapat ditoleransi dalam selang kepercayaan 95% dan merupakan nilai galat terkecil yang dapat terjadi serta masih diperbolehkan. Penggunaan bahan kimia tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi air dari pengamatan lapang diketahui bahwa sampai saat ini PDAM Tirta Patriot belum dapat mengetahui jenis dan kadar bahan kimia yang dapat digunakan secara efektif dan efisien pada produksi air. Hal ini dapat dilihat dari adanya penggunaan bahan kimia yang berbeda antar bulan. Kekeruhan air baku setiap bulannya lebih berpengaruh pada tingkat produksi air yang kemudian menentukan besarnya bahan kimia yang digunakan untuk mengatasi masalah kekeruhan maupun pencemaran. 6.3.
Analisis Penetapan Tarif PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi Pendapatan PDAM terutama dari penetapan tarif merupakan sumber
pembiayaan untuk biaya operasional PDAM, namun posisi PDAM yang juga berorientasi publik menjadi sulit untuk menaikan tarif. Penetapan tarif di PDAM Tirta Patriot melalui mekanisme yang melibatkan dua wilayah daerah otonom. Aliran pendapatan menjadi terbatas karena adanya biaya operasional yang tinggi dan banyaknya volume air yang hilang. Di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum terdapat biaya dasar yang
73
merupakan biaya usaha yang dibagi volume air terproduksi setelah dikurangi dengan volume kehilangan air standar atau dengan kata lain sebagai jumlah air terdistribusi. Biaya pengelolaan PDAM yang meliputi biaya sumber air, biaya pengolahan air, biaya transmisi dan distribusi, biaya kemitraan, biaya umum dan administrasi dan biaya keuangan dalam periode satu tahun. Produksi air bersih oleh PDAM setiap waktu membutuhkan biaya rutin yang dikeluarkan setiap periodenya oleh PDAM. Biaya rutin yang dikeluarkan PDAM Tirta Patriot mencakup dua komponen yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya yang terkait langsung dengan produksi air, yaitu biaya air baku, biaya penggunaan listrik, biaya bahan bakar dan pelumas, biaya bahan kimia, biaya pemeriksaan air, biaya pengurasan bak reservoir, biaya pemeliharaan, biaya tetap yang terkait dengan kontrak instalasi pengolahan air dan biaya tambahan lainnya. Terdapat biaya tidak langsung yang terdiri dari biaya gaji pegawai, tunjangan, iuran pensiun dan asuransi, biaya penyusutan, biaya pelatihan karyawan dan biaya tambahan lainnya. Dari tabel 6 dibawah ini dapat dilihat biaya langsung dalam produksi air bersih PDAM Tirta Patriot bernilai Rp 4.194.226.810 sedangkan biaya tidak langsung yang terkait dengan biaya umum, administrasi dan keuangan bernilai Rp 7.938.072.970. Total biaya usaha dalam memproduksi air bersih oleh PDAM Tirta Patriot pada tahun 2008 adalah Rp 12.132.299.786. Evaluasi tarif ini merupakan evaluasi untuk tahun 2008, dimana pembelian air baku untuk produksi air merupakan kontrak kerjasama antara PDAM Tirta Patriot dengan Perum Jasa Tirta II. Biaya retribusi air baku pada tahun 2008
74
dibayarkan setiap bulannya dengan total biaya retribusi air baku sebesar Rp 389.227.815 atau dengan rata-rata biaya retribusi/m3 adalah Rp 50/m3. Tabel 6. Biaya Usaha PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi Tahun 2008 Komponen Biaya Usaha PDAM Tirta Patriot 2008 1. Biaya Langsung Usaha 1.1 Biaya Air Baku 1.1.1 Biaya Retribusi Air Baku 1.1.2 Pajak Pengambilan/Pemanfaatan Air Permukaan Sub Total 1.2 Biaya Penggunaan Listrik 1.3 Biaya Bahan Bakar dan Pelumas 1.4 Biaya Pemakaian Bahan Kimia dan Bahan Pembantu 1.5 Biaya Pengurasan Bak Reservoir 1.6 Biaya Pemeriksaan Air 1.7 Biaya Pemeliharaan Mata Air dan Saluran 1.8 Biaya Pemeliharaan Instalasi Pompa 1.9 Biaya Pemeliharaan Instalasi Listrik 1.10 Biaya Pemeliharaan Genset 1.11 Rupa-rupa Biaya Produksi Air Tanah 1.12 Pemeliharaan Bangunan dan Penyempurnaan Tanah 1.13 Biaya Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Total biaya langsung 2. Biaya Tidak Langsung Usaha 1.1 Biaya Pegawai 1.2 Biaya Tunjangan 1.3 Iuran Pensiun dan Asuransi 1.4 Biaya Pembinaan Karyawan 1.5 1.6 1.7
Biaya Pendidikan dan Pelatihan Biaya Pembelian Pakaian Dinas Biaya Tambahan
1.8
Bunga dan hutang lancar
1.9
Biaya Depresiasi Total biaya tidak langsung Total Biaya Usaha
Jumlah Biaya (Rupiah/tahun)
389.227.815 82.224.290 471.452.105 1.507.824.800 38.380.000 1.241.213.090 5.370.000 4.500.000 19.360.000 99.110.460 202.890.950 3.883.000 1.800.000 1.950.000 125.040.300 4.194.226.810 1.859.287.119 246.141.502 171.767.657 6.295.000 62.410.000 15.415.500 14.540.000 3.836.980.624 1.725.235.568 7.938.072.970 12.132.299.786
Sumber : PDAM Tirta Patriot (2009), diolah.
Produksi air juga membutuhkan daya listrik baik untuk pengolahan air baku menjadi air bersih maupun untuk operasional dan kegiatan administrasi perkantoran PDAM. Total biaya penggunaan listrik pada tahun 2008 adalah Rp
75
1.507.824.800. Solar digunakan oleh PDAM Tirta Patriot baik untuk pelumas maupun sebagai bahan bakar untuk menghidupkan generator. Generator digunakan pada saat terjadi pemadaman listrik bergilir oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), hal ini dilakukan agar pelanggan tetap mendapatkan pasokan air dari PDAM Tirta Patriot. Pada tahun 2008, komponen bahan kimia yang utama digunakan adalah Sodium dan PAC cair. PDAM Tirta Patriot juga melakukan uji coba bahan kimia lainnya yaitu PAC Powder dan Sudflok A pada akhir tahun 2009 yaitu bulan September, Oktober, November dan Desember. Uji coba bahan kimia ini dilakukan untuk mencapai efisiensi dalam produksi dan melakukan penekanan biaya produksi. Jumlah pemakaian bahan kimia total dan pemakaian bahan kimia pembantu adalah sebesar Rp 1.241.213.090. Tarif air PDAM pada dasarnya terbagi menjadi empat yaitu tarif rendah, tarif dasar, tarif penuh dan tarif yang ditetapkan berdasarkan ketetapan. PDAM Tirta Patriot memberlakukan penetapan tarif berdasarkan Peraturan Bersama Bupati Bekasi dan Walikota Bekasi No.01 Tahun 2006 serta No.03 Tahun 2006 yang terlampir pada Lampiran 6. Setiap PDAM pada dasarnya diberikan kebebasan dalam menentukan kebijakan jenis-jenis pelanggan untuk tiap kelompok berdasarkan kondisi objektif dan karakteristik pelanggan di daerah masing-masing asalkan sesuai dengan Permendagri No.23 tahun 2006. PDAM Tirta Patriot membagi lima kelompok penetapan tarif. Tarif dasar memiliki nilai yang sama dengan biaya dasar dalam produksi air. Pelanggan yang memperoleh tarif air dalam kelompok tarif dasar tidak memperoleh subsidi dan tidak memberikan subsidi kepada pelanggan lainnya.
76
Tabel 7. Perhitungan Tarif Dasar PDAM Tirta Patriot No
Uraian
Satuan
Jumlah
Keterangan Jumlah total biaya usaha
1
Biaya Dasar
a.
Total Biaya Usaha (TBU)
Rp/tahun
12.132.299.786
b.
Faktor inflasi (i)
%/tahun
12.14
(1+i) untuk mencari periode tertentu
c.
Volume air terproduksi (VAP)
m3/tahun
7.741.814
Data historis bagian produksi
d.
Tingkat kehilangan air (TKA)
%/tahun
30%
e.
Volume kehilangan air (VKA)
m3/tahun
2.322.544
f.
Biaya Dasar (BD)
2
Tarif Dasar
a.
Biaya Dasar (BD)
b.
Tarif Dasar (TD)
3
Rp/m
2.239
Rp/m3
2.239
3
2.239
Rp/m
Rataan kehilangan air VKA=TKA x VAP BD=TBU/(VAP-VKA)
TD=BD
Sumber : PDAM Tirta Patriot (2009), diolah.
Tabel 7 diatas memperlihatkan volume air yang diproduksi PDAM Tirta Patriot tahun 2008 adalah sebesar 7.741.814 m3/tahun yang diperoleh dari bagian produksi PDAM Tirta Patriot. Tingkat kehilangan air yang digunakan rata-rata 30%. Volume kehilangan air sebesar 2.322.544 m3/tahun sedangkan faktor inflasi digunakan untuk mengetahui total biaya usaha pada periode lain diluar tahun 2008. Biaya dasar didapatkan dari biaya usaha dibagi selisih antara volume air terproduksi dan volume kehilangan air. Biaya dasar produksi air per m3 adalah Rp 2.239. Tarif dasar adalah tarif yang sama dengan biaya dasar yang dikeluarkan, sehingga tarif dasar adalah Rp 2.239/m3. Gambar 6 berikut adalah grafik yang menggambarkan kondisi tarif dasar saat ini dan sesuai konsep biaya pemulihan penuh berdasarkan tarif progresif.
77
Gambar 6. Perbandingan Tarif Dasar yang Berlaku Saat Ini dan Berdasarkan Mekanisme Full Cost Recovery. Sumber : Penulis (2009)
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa tarif dasar yang berlaku saat ini belum memenuhi mekanisme biaya pemulihan penuh. Perhitungan pada tabel 7 diatas hanya memperlihatkan perhitungan tarif dasar untuk penggunaan kelompok tarif 0-10 m3 selanjutnya diambil dari persentase tarif dasar yang berlaku saat ini untuk 11-20 m3 digunakan 43% dari tarif dasar, untuk penggunaan 21-30 m3 digunakan 86% dari tarif dasar dan tarif untuk penggunaan lebih besar dari 30 m3 digunakan persentase 126%, hal ini berdasar pada data persentase tarif yang berlaku saat ini. Tabel 8 berikut ini memperlihatkan hasil perhitungan tarif rendah untuk PDAM Tirta Patriot berdasarkan biaya pada tahun 2008 untuk penetapan mekanisme full cost recovery.
78
Tabel 8. Perhitungan Tarif Rendah PDAM Tirta Patriot No
Uraian
Satuan
Jumlah
Keterangan
Penetapan Tarif Rendah a.
Tarif Dasar (TD)
Rp/m3 3
b.
Volume air terjual (VAT)
m /tahun
c.
Subsidi untuk pelanggan sosial (SPS)
%
d.
Subsidi untuk rumah sangat sederhana (SRS)
%
e.
Subsidi untuk tempat ibadah (STI)
%
f.
Subsidi untuk instansi pemerintah (SIP)
%
g.
Besarnya subsidi
2.239 5.855.035
Data historis
55 17 55 17 3
Rp/m
1.231
pelanggan sosial (BPS) h.
Besarnya subsidi rumah sangat sederhana (BRS)
Rp/m3
381
i.
Besarnya subsidi tempat ibadah (BTI)
Rp/m3
1.231
3
381
BPS=SPSxTD BRS=SRSxTD BTI= STI x TD BIP=SIP x TD
j.
Besarnya subsidi instansi pemerintah (BIP)
Rp/m
k.
Total subsidi pelanggan sosial (TPS)
Rp/tahun
7.210.182.851
TPS=BPSxVAT
l.
Total subsidi rumah sangat sederhana (TRS)
Rp/tahun
2.228.601.972
TRS=BRSxVA T
m.
Total subsidi tempat ibadah (TSI)
Rp/tahun
7.210.182.851
TSI=BTIxVAT
n.
Total subsidi instansi pemerintah (TIP)
Rp/tahun
o.
Rata-rata subsidi pelanggan sosial (RPS)
2.228.601.972
TIP=BIP x VAT
3
1.231
RPS=TPS/VAT
3
381
Rp/m
p.
Rata-rata subsidi rumah sangat sederhana (RSS)
Rp/m
q.
Rata-rata subsidi tempat ibadah (RTI)
Rp/m3
r. s. t. u. v.
1.231
RSS=TRS/VAT RTI=TSI/VAT
3
Rata-rata subsidi instansi pemerintah (RIP)
Rp/m
Tarif rendah untuk pelanggan sosial (TRP)
Rp/m3
1.008
TRP=TD-RPS
3
1.858
TRS=TD-RSS
3
1.008
TRTI=TD-RTI
3
1.858
TIP=TD-RIP
Tarif rendah untuk RSS (TRS) Tarif rendah untuk Tempat Ibadah (TRTI) Tarif rendah untuk instansi pemerintah (TIP)
381 Rp/m
Rp/m Rp/m
RIP=TIPxVAT
Sumber : PDAM Tirta Patriot (2009), diolah.
Tarif rendah berada dibawah tingkat tarif lainnya, hal ini karena merupakan tarif bersubsidi. Penetapan tarif diharapkan tidak lebih rendah dengan biaya produksi air. Subsidi ditetapkan agar dapat menutupi biaya produksi sekaligus mencapai ketersediaan air yang adil bagi seluruh masyarakat Kota
79
Bekasi. Volume air yang terjual berdasarkan data bagian keuangan PDAM Tirta Patriot adalah 5.855.035 m3/tahun. Persentase subsidi dalam penelitian ini dibagi empat yaitu untuk pelanggan sosial (hidran umum, kamar mandi umum, WC umum, terminal air, panti asuhan, yayasan sosial), pelanggan bagi pelanggan rumah sangat sederhana, kelompok pelanggan tempat ibadah dan pelanggan dari kalangan instansi pemerintah (sekolah negeri, rumah sakit pemerintah, instansi pemerintah kecamatan/kelurahan, ABRI tingkat Kabupaten/Kota, instansi pemerintah provinsi dan ABRI tingkat pusat dan provinsi). Nilai persentase untuk subsidi diperoleh dari perhitungan persentase dari tarif dasar air yang berlaku di PDAM Tirta Patriot. Pelanggan sosial dan tempat ibadah mendapat subsidi sebesar 55% sedangkan pelanggan rumah sangat sederhana dan instansi pemerintah mendapat subsidi 17%. Besarnya subsidi diperoleh dari perkalian antara persentase subsidi dengan tarif dasar sehingga diperoleh Rp 1.231 untuk pelanggan sosial dan tempat ibadah. Pelanggan rumah sangat sederhana dan instansi pemerintah mendapatkan subsiding Rp 381. Total subsidi untuk masing-masing kategori diperoleh dari mengalikan jumlah air yang terjual dengan besarnya masing-masing subsidi. Pada dasarnya berdasarkan Permendagri No.23 tahun 2006 hanya ada satu tarif rendah yang diperhitungkan. PDAM Tirta Patriot berdasarkan peraturan tarifnya membagi beberapa kelompok pelanggan, hal ini diperbolehkan karena masing-masing PDAM memiliki keunikan masing-masing tergantung wilayah dan sistem manajemen pengelolaannya.
80
Total subsidi untuk pelanggan sosial dan tempat ibadah adalah sebesar Rp 7.210.182.851 dan total subsidi untuk pelanggan rumah sangat sederhana dan instansi pemerintah senilai Rp 2.228.601.972. Perhitungan rata-rata subsidi diperoleh dari total subsidi dibagi dengan volume penjualan. Tarif rendah untuk pelanggan sosial dan tempat ibadah bernilai Rp 1.008/m3 dan tarif rendah untuk pelanggan rumah sangat sederhana dan instansi pemerintah adalah Rp 1.858/m3 (tarif dasar dikurangi rata-rata subsidi). Tabel 9. Perhitungan Tarif Penuh PDAM Tirta Patriot No
Uraian
Satuan
Jumlah
Keterangan
Tarif Penuh A
Tarif Dasar (TD)
Rp/m3
B
Aktiva Lancar (AL)
Rp/tahun
5.261.684.601
C
Investasi Jangka Panjang (IJP)
Rp/tahun
12.888.070.756
D
Aktiva Tetap Nilai Buku (AT)
Rp/tahun
13.055.345.334
E
Aktiva Produktif (AP)
Rp/tahun
31.205.100.691
F
Tingkat Keuntungan (TK)
Rp/tahun
3.120.510.069
G
Volume Air Terjual kepada Kelompok Pelanggan Tarif Penuh & Khusus (VVPTK)
m3/tahun
4.484.538
2.239
AP=AL+IJP+AT TK=10% x AP Data historis bagian keuangan RRTK=TK/VVPTK
H
Rata-rata Tingkat Keuntungan (RRTK)
Rp/m3
I
Total Subsidi (TS)
Rp/tahun
J
Rata-rata Subsidi Silang (RSG)
Rp/m3
4.209
K
Tarif Penuh (TP)
Rp/m3
7.144
696 18.877.569.646
TS=TPS+TRS+TSI+TP* RSG=TS/VVPTK TP=TD+RSG+RRTK
Sumber : PDAM Tirta Patriot (2009), diolah. Keterangan : * dari tabel7
Penetapan tarif penuh mengandung subsidi silang kepada pelanggan yang membayar tarif yang rendah. Tarif penuh memiliki nilai yang lebih besar dari biaya dasar dan besarnya bervariasi. Perhitungan tarif penuh mencakup aktiva lancar, investasi jangka panjang dan aktiva tetap yang merupakan keseluruhan aktiva produktif di PDAM Tirta Patriot yang jumlahnya Rp 31.205.100.691. Berdasarkan Permendagri persentase tingkat keuntungan adalah 10% sehingga
81
tingkat keuntungan berjumlah Rp 3.120.510.069. Volume air yang terjual untuk tarif penuh dan tarif khusus sebesar 4.484.538 m3/tahun diluar pelanggan sosial, pelanggan rumah sangat sederhana dan saluran domestik. Perhitungan rata-rata tingkat keuntungan didapat dari tingkat keuntungan dibagi volume air yang terjual, sehingga diperoleh rata-rata tingkat keuntungan sebesar Rp 696. Total subsidi adalah rata-rata tingkat keuntungan dikali dengan jumlah volume air terjual sehingga didapatkan Rp 9.438.784.823. Rata-rata subsidi silang merupakan jumlah subsidi yang diberikan pelanggan tarif penuh kepada tarif rendah. Perhitungannya diperoleh dengan membagi total subsidi yang didapatkan dengan volume air terjual. Setiap pelanggan memberikan subsidi sebesar Rp 4.209 setiap m3 konsumsi air PDAM. Tarif penuh untuk PDAM Tirta Patriot sebesar Rp 7.144/m3. Terdapat tarif khusus yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan yang ditentukan dengan pelanggan. Besaran tarif khusus diarahkan agar tidak lebih rendah dari tarif dasar. Kesukarelaan dan asas keuntungan kedua belah pihak menjadi inti dari penetapan tarif khusus ini. Tarif khusus di PDAM Tirta Patriot berlaku berupa penjualan air curah ke PDAM Bekasi sebesar tarif dasar tanpa diberlakukan tarif progresif. Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka dapat dilihat bahwa untuk memproduksi air bersih PDAM Tirta Patriot membutuhkan total biaya usaha sebesar Rp 12.132.299.786 atau setara dengan Rp 1.567/m3. PDAM Tirta Patriot memberlakukan tarif progresif dimana semakin banyak penggunaan m3 air hasil produksi air PDAM maka tarif yang ditetapkan semakin tinggi. Tarif dasar untuk
82
pelanggan domestik adalah Rp 1.610/m3, sehingga terdapat selisih keuntungan sebesar Rp 43/m3 jika dibandingkan dengan total biaya usaha per m3. Penetapan tarif PDAM Tirta Patriot saat ini memiliki selisih dengan perhitungan berdasar Permendagri No. 23 Tahun 2006. Berdasarkan perhitungan tersebut penetapan tarif dasar adalah sebesar Rp 2.239, dengan selisih sebesar Rp 629/m3. Hal ini berpengaruh pada penutupan biaya operasional PDAM Tirta Patriot. Penetapan tarif rendah untuk kategori pelanggan sosial dan tempat ibadah saat ini adalah Rp 1.035 sedangkan hasil perhitungan didapatkan tarif rendah sebesar Rp 1.008. Hal ini menunjukan tarif pelanggan sosial sudah layak yaitu hanya selisih Rp 27/m3 dari yang seharusnya disubsidi oleh pelanggan tarif penuh. Penetapan tarif rendah untuk pelanggan rumah sederhana dan instansi pemerintah saat ini adalah Rp 1.380 sedangkan berdasarkan perhitungan didapatkan tarif rendah sebesar Rp 1.885 membutuhkan peningkatan sebesar Rp 505 untuk mencapai tarif yang memenuhi seluruh biaya. Penetapan tarif penuh berdasarkan hasil perhitungan adalah sebesar Rp 7.144 terdapat selisih sebesar Rp 2.289 dari tarif untuk industri dan niaga yang diberlakukan di PDAM Tirta Patriot yaitu Rp 4.255. Mekanisme penetapan tarif diarahkan agar tarif rata-rata nilainya sama atau lebih besar dibandingkan tarif dasar yang dibentuk. Pencapaian kondisi pemulihan biaya penuh (full cost recovery), maka volume air yang terjual untuk kategori tarif penuh lebih besar dibanding dengan tarif air yang dijual pada tarif rendah. Tarif air dari kondisi full cost recovery memang jauh lebih tinggi karena memasukan biaya tetap baik langsung maupun tidak langsung yang jarang dihitung sebagai biaya usaha air.
83
Jumlah air terjual pada tahun 2008 adalah 5.885.035 m3. Penetapan tarif saat ini tidak memperhitungkan biaya usaha sebesar Rp 642/m3 sehingga terdapat biaya produksi sebesar Rp 3.758.932.470 pada tahun 2008 yang tidak terbayarkan. Dalam data benchmarking PDAM Tirta Patriot tahun 2008 jumlah pendapatan penjualan air per tahun adalah Rp 10.518.300.925 apabila hilang sebesar Rp 642/m3 maka menjadi Rp 6.759.368.455. Biaya produksi untuk air sebanyak 7.741.814 m3 dengan memperhitungkan biaya dasar sebesar Rp 2.239/m3 adalah Rp 17.331.856.837. Perhitungan ini memperlihatkan bahwa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk produksi lebih besar dibandingkan pendapatan penjualan air. Tabel 10. Perbandingan Tarif Saat Ini dan Tarif Mekanisme FCR Kelompok Berlaku Saat ini (m3) Mekanisme FCR (m3) Pengguna 0-10 11-20 21-30 > 30 0-10 11-20 21-30 >30 Tarif Dasar
1.610
2.300
2.990
3.680
2.239
3.200
4.158
5.120
Tarif Rendah Pelanggan Sosial RSS Tempat Ibadah Instansi Pemerintah
1.035 1.380 1.035
1.035 1.955 1.150
1.035 2.530 1.380
1.035 3.105 1.610
1.008 1.858 1.008
1.008 2.632 1.120
1.008 3.406 1.344
1.008 4.180 1.568
1.380 4.255
2.300 4.830
3.450 5.405
4.830 5.980
1.858 7.144
3.097 8.109
4.645 9.074
6.503 10.040
Tarif Penuh
Sumber : PDAM Tirta Patriot (2009), diolah.
Tabel 10 menggambarkan perbandingan antar tarif, untuk tarif dasar dapat dilihat bahwa penggunaan saat ini yang masuk ke dalam tarif FCR adalah penggunaan 11-20 m3 yaitu Rp 2.300/m3, sedangkan untuk tarif penggunaan 0-10 m3 belum memenuhi biaya dasar produksi air PDAM Tirta Patriot. Tarif dasar untuk penggunaan 0-10 m3 saat ini adalah Rp 1.610/m3 dari tabel diatas dapat terlihat semua pelangaan tarif bersubsidi mendapatkan harga yang lebih rendah dari tarif dasar kecuali untuk instansi pemerintah dengan penggunaan lebih besar dari 20 m3. Tarif dasar berdasarkan FCR untuk 0-10 m3 adalah Rp 2.239/m3 juga
84
lebih tinggi dari semua pelanggan tarif rendah kecuali instansi pemerintah dengan penggunaan lebih besar dari 20 m3. Pelanggan sosial di PDAM Tirta Patriot tidak termasuk tarif progresif sehingga untuk penggunaan serendah atau sebanyak apapun tidak berpengaruh pada besarnya tarif. Pelanggan tarif rendah lainnya mengalami tarif progresif, namun berbeda kenaikan persentasenya. Tempat ibadah penambahan biaya penggunaannya paling rendah sedangkan untuk instansi pemerintah kenaikan tarifnya paling tinggi. Berikut ini adalah gambar grafik yang membandingkan antara tarif yang berlaku saat ini dan tarif yang didapatkan berdasar mekanisme biaya pemulihan penuh untuk mempermudah penjelasan.
Gambar 7. Perbandingan Tarif yang Berlaku Saat ini dan Mekanisme FCR Sumber : Penulis (2009)
85
Penekanan harus dilakukan pada konsep PDAM sebagai suatu unit usaha yang juga memiliki fungsi sosial yaitu tercapainya keadilan pemenuhan kebutuhan air. Penjualan volume air untuk tarif penuh ditingkatkan tetapi dengan tetap melakukan pelayanan untuk sarana-sarana sosial. Perbaikan mutu pelayanan merupakan pertimbangan yang harus dijadikan dasar peningkatan tarif. Pencapaian target pemulihan biaya penuh dilakukan untuk transparansi biaya dan hasil positif berupa keuntungan sehingga dapat digunakan untuk penambahan area pelayanan dan fasilitas penyediaan air bagi masyarakat Kota Bekasi kedepannya secara menyeluruh. 6.4.
Proyeksi Alokasi Pemanfaatan Air dalam Jangka Waktu 10 Tahun yang Akan Datang
Tantangan dalam penyediaan air bersih mencakup adanya kebutuhan yang semakin meningkat dan beragam. Kebutuhan kuantitas air bersih di masa yang akan datang sejalan dengan tuntutan akan distribusi air dalam konteks waktu, tempat, kuantitas dan kualitas. Pembangunan sektor properti yang dilaksanakan di Kota Bekasi terutama pemukiman pada waktu yang akan datang mempengaruhi peningkatan kebutuhan air bersih, sedangkan kualitas air tanah telah tercemar dan kuantitasnya sedikit terutama pada musim kemarau. Sektor domestik menjadi sektor utama yang memiliki tingkat kebutuhan air bersih tertinggi. Permasalahannya permintaan akan air yang terus meningkat setiap waktunya tidak sejalan dengan jumlah ketersediaan air yang ada. Konsep adil dalam pemanfaatan air mengacu pada bagaimana PDAM Tirta Patriot dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat daerah pelayanan tanpa terkecuali.
86
6.4.1. Proyeksi Produksi Air PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi Peningkatan jumlah permintaan air bersih meningkatkan produksi air PDAM Tirta Patriot setiap tahunnya. Peningkatan produksi air PDAM Tirta Patriot dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa pada bulan Desember 2004 jumlah produksi air PDAM Tirta Patriot sebesar 401.100 m3, Pada Desember 2005 sebesar 478.900 m3, Desember 2006 sebesar 460.024 m3, Desember 2007 sebesar 574.691 m3 dan Desember 2008 sebesar 661.469 m3. Proyeksi kebutuhan air bersih pada sepuluh tahun yang akan datang, mencakup jumlah produksi air bersih PDAM Tirta Patriot berdasarkan data produksi air Januari 2004 sampai dengan April 2009 yang terdapat pada Lampiran 1. Data produksi diolah dengan peramalan data deret waktu menggunakan ARIMA yang menduga nilai masa depan dengan menggunakan nilai masa lalu. Pendugaan dengan ARIMA dimulai dengan melakukan plot data produksi bulanan PDAM Tirta Patriot dari Januari 2004 sampai dengan April 2009 yang berjumlah 64 data. Plot data dapat dilihat pada Lampiran 7 (a) dimana data tidak stasioner sehingga membutuhkan pembedaan orde 1, orde 2 sampai orde 3 yang terdapat pada Lampiran 7 (b), (c) dan (d). Hasil plot data hasil pembedaan orde 1, 2 dan 3 juga tidak menghasilkan pola data time series sehingga dilakukan transformasi model dengan Box-Cox Transformation yang hasilnya dapat dilihat pada lampiran 8. Hasil dari Box-Cox Transformation dengan menggunakan selang kepercayaan 95 % adalah rounded value sebesar 0,5 yang artinya adalah data produksi air PDAM Tirta Patriot akan diproyeksikan dengan cara dipangkatkan 0,5 dari data asli.
87
Plot data hasil transformasi pangkat 0,5 kemudian dilakukan pembedaan orde 1 untuk mendapatkan model terbaik setelah dilakukan tahap estimasi dan uji coba data. Hasil plot data dapat dilihat pada Lampiran 9 dimana merupakan pola data horizontal. Tahap selanjutnya adalah melakukan plot fungsi autokorelasi yang merupakan korelasi antara data deret waktu dengan deret waktu itu sendiri dengan selisih waktu (lag) 0, 1, 2 periode atau lebih. Lampiran 10 memperlihatkan Autocorrelation Function (ACF) dari data hasil transformasi. Selanjutnya melihat keeratan antara variabel X dengan Xt-1 apabila pengaruh antara lag ke 1, 2, 3,… dan seterusnya dianggap terpisah melalui plot fungsi autokorelasi parsial (PACF) yang dapat dilihat pada Lampiran 11. Selanjutnya melakukan prediksi orde p, q, P dan Q dalam model, dengan melihat dua kernungkinan bentuk dasar dari plot data yaitu cuts off (terpotong) atau dies down (menurun dengan cepat) dengan pola sinus atau eksponensial. Dari hasil pengamatan pada Lampiran 10 dan 11 dapat diambil beberapa model tentatif yang ditampilkan pada Tabel 11. Tabel 11. Pengamatan Model Tentatif Produksi Air PDAM Tirta Patriot Model ARIMA (0,1,1) ARIMA (1,1,1) ARIMA (2,1,1)
ARIMA (0,1,2) ARIMA (2,1,0) ARIMA (3,1,0)
Hasil Uji Coef
P
MA 1 Constant AR 1 MA 1 Constant AR 1 AR 2 MA 1 Constant MA 1 MA 2 Constant
0,5450 4,836 -0,0046 0,5420 4,857 -0,3733 -0,2989 0,1667 8,089 0,5482 -0,0051 4,834
0,000 0,016 0,985 0,010 0,017 0,286 0,124 0,646 0,026 0,000 0,969 0.017
AR 1 AR 2 Constant AR 1 AR 2 AR 3 Constant
-0,5193 -0,3558 9,055 -0,5403 -0,3858 -0,0620 9,611
0,000 0,006 0,036 0,000 0,008 0,644 0,028
Type
MS 1140,3 1159,3 1141,0
1159,3
1126,2
1141.2
Sumber : Penulis (2009)
88
Pada plot ACF sebenarnya dapat dilihat bahwa plot data yaitu dies down dengan pola seperti sinus., sedangkan PACF memiliki plot data cuts off. Pada plot data ACF dapat dilihat bahwa data membentuk pola eksponensial atau sinus sedangkan PACF nyata pada lag 2 dan cuts off setelah lag ke-2. Tabel 11 memperlihatkan beberapa model tentatif yang memperlihatkan nilai koefisien, Pvalue dan Mean Squared dari setiap model. Model tentatif diatas mengalami proses overfitting yaitu menambah orde model untuk mendapat model terbaik dengan penyimpangan terkecil namun tetap memenuhi syarat stasioner, signifikansi dan kebebasan serta kenormalan sisaan. Model tentatif yang dipilih dari beberapa model diatas adalah model ARIMA (2,1,0) selain berasal dari pengamatan pada plot ACF dan PACF dapat dilihat dari nilai P-value dari model ARIMA (2,1,0) yang signifikan yaitu untuk AR 1 P-value= 0,000 < α=0,05 dan untuk AR 2 P-value=0,006 < α=0,05 sehingga model dapat dinyatakan signifikan. Selain itu dapat dilihat nilai Mean Squared (MS) dari AR(2,1,0) memiliki nilai terkecil yaitu 1126,2. Di dalam Lampiran 12 yang menggambarkan hasil keluaran dari model peramalan ARIMA (2,1,0) juga dapat dilihat bahwa nilai chi-square dari model ini memiliki nilai lebih besar dari 0.05 yang artinya model layak secara statistik karena nilai P-value dari statistik chi-square lebih besar dari 0.05. Uji gambar kenormalan dan kebebasan sisaan pada model ARIMA (2,1,0) terdapat pada Lampiran 13 (a). Uji normalitas (gambar kiri atas dan kiri bawah) plot mengikuti garis lurus dan histogram membentuk lonceng sehingga sisaan dapat dikatakan menyebar normal. Uji Homoskesdastisitas dapat dilihat pada gambar kanan atas dimana plot sisaan menyebar acak atau tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa ragam sisaan homogen. Ada atau
89
tidaknya autokorelasi dilihat pada gambar kanan bawah dimana sisaan menyebar secara acak dan tidak membentuk. Uji formal pada kenormalan sisaan model ARIMA (2,1,0) dapat dilihat pada Lampiran 13 (b) dapat dilihat bahwa P-value = 0,915 yang berarti lebih besar dari 0,05 sehingga terima H0 bahwa sisaan menyebar normal. Uji formal untuk kebebasan bisa dilihat dari Lampiran 13 (c) bahwa nilai P-value=0,252 yang berarti lebih besar dari 0,05 sehingga terima H0 bahwa antarsisaan saling bebas. Nilai peramalan dari model ARIMA (2,1,0) merupakan hasil transformasi pangkat 0,5 sehingga untuk mendapatkan nilai peramalan data runtut waktu maka dikuadratkan kembali. Lampiran 14 memperlihatkan hasil proyeksi data produksi PDAM Tirta Patriot dari bulan Mei 2009 sampai dengan Desember 2018. Sedangkan Tabel 12 berikut memperlihatkan data tahunan produksi air PDAM dan proyeksinya dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2019. Tabel 12. Data Produksi Air Tahunan PDAM Tirta Patriot dan Proyeksinya Tahun Jumlah Produksi (m3) 2004 3.484.454 2005 5.425.235 2006 6.073.284 2007 6.551.607 2008 7.739.501 7.921.932 2009* 9.066.600 2010* 10.315.591 2011* 11.645.149 2012* 13.055.300 2013* 14.546.044 2014* 16.117.382 2015* 17.769.312 2016* 19.501.836 2017* 21.314.953 2018* 23.208.663 2019* Sumber : PDAM Tirta Patriot (2009), diolah. Keterangan : * Hasil Proyeksi dengan ARIMA 2,1,0
90
Data produksi PDAM Tirta Patriot mengalami peningkatan jumlah produksi terus menerus. Peningkatan jumlah produksi air PDAM Tirta Patriot kedepannya harus diimbangi dengan peningkatan jumlah air baku untuk diolah menjadi air bersih. Isu lingkungan terutama pencemaran menjadi perhatian tersendiri dalam proses penyediaan air bersih untuk masyarakat Kota Bekasi. Semakin banyak air baku yang dibutuhkan dalam proses produksi maka akan semakin tinggi penggunaan listrik, bahan bakar solar maupun bahan kimia untuk pengolahannya. Faktor alam memiliki pengaruh yang juga tinggi dalam proses produksi air bersih terutama terkait dengan hari hujan dan curah hujan yang mempengaruhi tingkat kekeruhan air baku. 6.4.2. Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Bekasi, Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih Berdasarkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1996 dalam Status Lingkungan hidup Kota Bekasi, Kota Bekasi memperoleh status menjadi kota administratif melalui pemekaran wilayah Kabupaten Bekasi. Pertumbuhan penduduk dan percepatan perputaran roda perekonomian berkembang setiap tahunnya karena Kota Bekasi merupakan wilayah yang strategis. Kota Bekasi berbatasan langsung dengan DKI Jakarta dan merupakan wilayah penyangga Kota Jakarta. Perkembangan sektor properti terutama pembangunan perumahan di Kota Bekasi selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena kebanyakan jumlah pekerja di Kota Jakarta bermukim di wilayah satelit, salah satunya adalah Kota Bekasi. Peningkatan kebutuhan air bersih salah satunya dipengaruhi oleh peningkatan
jumlah
penduduk.
Semakin
banyak
jumlah
orang
yang
mengkonsumsi air maka dibutuhkan peningkatan jumlah suplai air. PDAM Tirta
91
Patriot Kota Bekasi sampai tahun 2009 memproduksi air untuk kebutuhan masyarakat Bekasi Utara. Berdasarkan rencana pengembangan wilayah pelayanan PDAM Tirta Patriot sampai dengan tahun 2015 maka PDAM Tirta Patriot akan melayani kebutuhan air bersih untuk wilayah Kecamatan Pondok Gede dan Jati Asih. Gambar 8 memperlihatkan grafik pekembangan jumlah penduduk untuk Kota Bekasi, Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007 dengan data perkembangan jumlah penduduk terlampir pada Lampiran 15.
Gambar 8. Diagram Batang Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Bekasi, Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih Tahun 1994 – 2007 Sumber : BPS Kota Bekasi (2008)
Berdasarkan data jumlah perkembangan penduduk pada Lampiran 15 dan visualisasi pada Gambar 8 diatas maka dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya di Kota Bekasi secara keseluruhan dengan jumlah peningkatan yang bervariasi setiap tahunnya.
92
Tabel 13 berikut ini memperlihatkan perkembangan laju pertumbuhan penduduk Kota Bekasi dalam periode 1994-2007 yang memperlihatkan berapa peningkatan pertumbuhan penduduk per tahunnya. Tabel 13. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bekasi Tahun 1994-2007 Tahun 1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998 1998/1999 1999/2000 2000/2001 2001/2002
Laju pertumbuhan penduduk (%) 3,65 4,33 3,15 7,89 0,76 6,92 2,68 5,91
2002/2003
1,97
2004/2005 2005/2006 2006/2007 Sumber : BPS Kota Bekasi (2008)
4,58 3,47 3,49
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya di Kota Bekasi dengan laju peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 1997-1998 dan laju peningkatan terendah adalah pada tahun 1998-1999. Fluktuasi laju pertumbuhan terjadi setiap tahun dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah sebesar 4% per tahun. Laju pertumbuhan penduduk Bekasi Utara pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 juga mengalami fluktuasi pertumbuhan, yang dapat terlihat pada Tabel 14 berikut. Data penduduk Bekasi Utara mengalami laju pertumbuhan yang tinggi pada tahun 1999-2000 dengan laju pertumbuhan sebesar 20,70% , akan tetapi terjadi penurunan jumlah penduduk pada tahun 2005-2006 sebesar 2,29% karena adanya pemekaran Kecamatan baru yaitu Kecamatan Mustika Jaya. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2006-2007 kembali mengalami peningkatan laju
93
pertumbuhan penduduk sebesar 1,80 %. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk di Bekasi Utara adalah sebesar 5,83% per tahun. Tabel 14. Laju Pertumbuhan Penduduk Bekasi Utara Tahun 1994-2007 Tahun 1994/1995 1995/1996 1996/1997 1997/1998 1998/1999 1999/2000 2000/2001 2001/2002 2002/2003 2003/2004 2004/2005 2005/2006 2006/2007
Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 3,96 11,02 6,03 8,60 0,87 20,70 1,25 5,94 2,00 4,02 11,86 -2,29 1,80
Sumber : BPS Kota Bekasi (2008)
Tabel 15 dibawah ini menggambarkan laju pertumbuhan penduduk di Kecamatan Pondok Gede yang merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan wilayah Jakarta Timur. Tabel 15. Laju Pertumbuhan Penduduk Pondok Gede Tahun 1994-2007 Tahun Laju pertumbuhan penduduk (%) 1994/1995 3,10 1995/1996 -18,98 1996/1997 3,76 1997/1998 6,27 1998/1999 0,65 1999/2000 0,99 2000/2001 2001/2002 2002/2003 2003/2004 2004/2005 2005/2006 2006/2007 Sumber : BPS Kota Bekasi (2008)
- 11,24 5,92 1,98 - 36,66 33,52 7,48 6,25
94
Dari data diatas pada tabel 15 tampak fluktuasi yang tinggi terutama penurunan jumlah penduduk pada tahun 1995-1996, 2000-2001 dan yang terbesar pada tahun 2003-2004. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk untuk wilayah kecamatan Pondok Gede adalah 0,23 %. Laju pertumbuhan yang menurun dari data diatas dikarenakan adanya pemekaran wilayah, penggusuran karena pembangunan jalan bebas hambatan, sebagaian masyarakat Pondok Gede yang berbatasan dengan wilayah DKI Jakarta memilih membuat KTP DKI Jakarta dan adanya sensus yang tidak lengkap. Tabel 16 di bawah ini menjelaskan laju pertumbuhan penduduk untuk wilayah Kecamatan Jati Asih pada tahun 19942007. Tabel 16. Laju Pertumbuhan Penduduk Jati Asih Tahun 1994-2007 Tahun Laju pertumbuhan penduduk (%) 1994/1995 3,10 1995/1996 10,84 1996/1997 3,08 1997/1998 12,59 1998/1999 1,23 1999/2000 6,47 2000/2001 22,06 2001/2002 6,11 2002/2003 2,14 2003/2004 1,91 2004/2005 -7,81 2005/2006 0,41 2006/2007 -2,00 Sumber : BPS Kota Bekasi (2008)
Kecamatan Jati Asih memiliki laju pertumbuhan penduduk yang cenderung meningkat setiap tahunnya, namun pada beberapa tahun tertentu terjadi penurunan jumlah penduduk yaitu pada tahun 2005-2006 menurun sebesar 7.81% dan pada tahun 2006-2007 menurun sebesar 2%. Rata-rata pertumbuhan Kecamatan Jati Asih adalah 4,63% per tahun. 95
Proyeksi pertumbuhan penduduk Kota Bekasi, Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih tidak dapat menggunakan model peramalan dengan ARIMA. Alasan mengenai tidak dapat digunakannya model ARIMA adalah data jumlah penduduk yang cenderung sedikit yaitu hanya berjumlah sembilan buah, hal ini mengakibatkan data yang dihasilkan bersifat tidak homogen, tidak diperolehnya hasil peramalan yang signifikan (hasil model ARIMA adalah ARIMA (0,0,0), dan terdapat nilai P-value yang bernilai tak hingga. Proyeksi data jumlah penduduk untuk Kota Bekasi, Kecamatan Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih menggunakan teknik pemulusan (smoothing). Peramalan pada jumlah penduduk Kota Bekasi dilakukan dengan melihat pola data yang terlihat pada Lampiran 16. Pada plot data deret runtut waktu dapat terlihat data mengalami fluktuasi namun dalam tren yang meningkat sehingga digunakan teknik pemulusan eksponensial ganda sebagai model yang terbaik. Hasil dari teknik pemulusan eksponensial ganda terdapat pada Lampiran 17. Berdasarkan Lampiran 17a terlihat bahwa garis hijau merupakan nilai peramalan dari jumlah penduduk Kota Bekasi, namun setelah diadakan uji kehomogenan dan kenormalan dapat dilihat bahwa nilai P-value adalah 0,5 sehingga tidak lebih besar dari taraf nyata 5%. Transformasi Box-Cox pada Lampiran 17c kembali digunakan dalam mengetahui bentuk transformasi model jumlah penduduk sehingga diperoleh pangkat 0,5 sebagai pengganda transformasi model. Lampiran 18 menggambarkan grafik hasil transformasi model Jumlah penduduk Kota Bekasi dengan nilai MAPE, MAD dan MSD yang lebih kecil dibandingkan model sebelumnya. Nilai P-value dari residualnya adalah 0.190
96
sehinggai model normal. Tabel 17 berikut ini memperlihatkan Jumlah Penduduk Kota Bekasi tahun 2004-2007 dan proyeksinya. Tabel 17. Jumlah Penduduk Kota Bekasi dan Proyeksinya Tahun 2004 2005 2006 2007 2008* 2009* 2010* 2011* 2012* 2013* 2014* 2015* 2016*
Jumlah Penduduk Kota Bekasi (Jiwa) 1.914.316 2.001.899 2.071.444 2.143.804 2.224.332 2.302.428 2.381.871 2.462.662 2.544.800 2.628.285 2.713.118 2.799.298 2.886.826
2017* 2018*
2.975.701 3.065.924
2019*
3.157.494
Sumber : BPS Kota Bekasi (2008), diolah. Keterangan : * Hasil Peramalan dengan Teknik Pemulusan Ganda dengan Transformasi Box-Cox Pangkat 0.5
Peramalan terhadap jumlah penduduk Kecamatan Bekasi Utara dilakukan karena merupakan wilayah pelayanan air bersih saat ini di PDAM Tirta Patriot. Wilayah Bekasi Utara yang dilayani oleh PDAM Tirta Patriot saat ini baru 20% dari jumlah penduduk Bekasi Utara sedangkan target pelayanan PDAM Tirta Patriot adalah 25% wilayah pelayanan. Bekasi Utara merupakan wilayah yang kondisi air tanahnya kritis, hal ini karena dekat dengan wilayah pantai Muara Gembong sehingga terdapat intrusi air laut disebagian tempat. Tabel 18 berikut ini memperlihatkan Jumlah Penduduk Kecamatan Bekasi Utara tahun 2004-2007 dan proyeksinya. Hasil lengkap dapat dilihat pada lampiran 21.
97
Tabel 18. Jumlah Penduduk Kecamatan Bekasi Utara dan Proyeksinya Tahun Jumlah Penduduk Bekasi Utara (Jiwa) 2004 245.804 2005 274.968 2006 268.673 2007 273.512 2008 294.429 2009 305.932 2010 317.656 2011 329.600 2012 341.765 2013 354.150 2014 366.755 2015 379.581 2016 392.628 2017 405.894 2018 419.381 2019 433.089 Sumber : BPS Kota Bekasi (2008) diolah. Keterangan : * Hasil Peramalan dengan Teknik Pemulusan Ganda Transformasi
Peramalan jumlah penduduk Kecamatan Pondok Gede dan Jati Asih juga dilakukan karena berdasarkan perencanaan pengembangan pada tahun 2015 kedua wilayah ini dijadikan sebagai target pelayanan air bersih. Lampiran 23 menggambarkan pemetaan perencanaan pengembangan pelayanan air PDAM Tirta Patriot. Kecamatan Pondok Gede mengalami fluktuasi jumlah penduduk yang signifikan hal ini karena merupakan wilayah perbatasan dengan wilayah Jakarta Timur. Pada Lampiran 24 terlihat bahwa plot data jumlah penduduk Kecamatan Pondok Gede menunjukan tren menurun bahkan rata-rata laju pertumbuhannya juga cenderung kecil. Hasil peramalan jumlah penduduk Pondok Gede pada mengalami tren menurun dengan nilai kesalahan yang masih dapat ditolerir. Tabel 19 memperlihatkan jumlah penduduk Pondok Gede dan proyeksinya.
98
Tabel 19. Jumlah Penduduk Pondok Gede dan Proyeksinya Tahun 2004 2005 2006 2007 2008* 2009* 2010* 2011* 2012* 2013* 2014* 2015* 2016* 2017* 2018* 2019*
Jumlah Penduduk Pondok Gede (Jiwa) 147.028 196.318 210.999 224.176 197.101 194.568 192.036 189.503 186.970 184.438 181.905 179.372 176.840 174.307 171.774 169.241
Sumber : BPS Kota Bekasi (2008) diolah. Keterangan : * Hasil Peramalan dengan Teknik Pemulusan Ganda
Wilayah Jati Asih merupakan wilayah yang sangat berkembang dalam hal pembangunan pemukiman. Pembangunan akses tol baru di wilayah
ini juga
meningkatkan bisnis properti, selain itu wilayah ini dekat dengan pusat kota Bekasi yang terletak di wilayah Bekasi Barat. Adanya pemekaran wilayah mengakibatkan menurunnya jumlah penduduk pada tahun 2005, namun selanjutnya meningkat secara perlahan pada tahun berikutnya. Peramalan menggunakan data runtut waktu dengan teknik pemulusan ganda sebagai model terbaik dan tingkat kesalahan yang dapat ditolerir. Tren pertumbuhan sampai pada tahun 2019 juga menunjukan pola meningkat. Tabel 20 memperlihatkan jumlah penduduk dan hasil peramalan dari tahun 2004 sampai dengan 2019.
99
Tabel 20. Jumlah Penduduk Pondok Gede dan Proyeksinya Tahun 2004 2005 2006 2007 2008* 2009* 2010* 2011* 2012* 2013* 2014* 2015* 2016* 2017* 2018* 2019*
Jumlah Penduduk Jati Asih (Jiwa) 182.461 168.210 168.896 165.520 166.971 169.325 171.679 174.032 176.386 178.740 181.093 183.447 185.800 188.154 190.508 192.861
Sumber : BPS Kota Bekasi (2008) diolah. Keterangan : * Hasil Peramalan dengan Teknik Pemulusan Ganda
Data proyeksi jumlah penduduk ini kemudian dijadikan acuan untuk mengukur kebutuhan air dari masyarakat Kota Bekasi kedepannya. Selanjutnya diadakan analisis mengenai jumlah kebutuhan air yang dapat di suplai oleh PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi sampai tahun 2019. 6.4.3. Analisis Alokasi Pengelolaan Air oleh PDAM Tirta Patriot Pengelolaan air pada masa yang akan datang menjadi hal yang penting dikarenakan air memiliki nilai historis yang mengaitkan antara kepentingan masa sekarang dengan kepentingan pada masa yang akan datang. Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan merupakan bagian penting dalam kehidupan individu baik di perkotaan maupun di pedesaan. Terdapat berbagai standar kebutuhan air bersih untuk masyarakat daerah perkotaan, dalam penelitian ini
100
digunakan standar kota metropolitan, yaitu kebutuhan air bersih 185 liter/detik/org. 1 Proyeksi terhadap produksi dan jumlah penduduk di bagian sebelumnya dilakukan untuk mengetahui produksi air PDAM Tirta Patriot dan jumlah penduduk yang terlayani pada masa yang akan datang, sehingga diperoleh informasi mengenai sisi jumlah suplai air dan kebutuhan air kedepannya. Tabel 21 berikut ini memperlihatkan produksi air dan kebutuhan air masyarakat di wilayah pelayanan PDAM Tirta Patriot yaitu wilayah Bekasi Utara. Tabel 21.
Produksi Air PDAM Tirta Patriot dan Kebutuhan Air Total Wilayah Bekasi Utara
Tahun Produksi Air (m3) Kebutuhan Total Bekasi Utara (m3) 2004 3.484.454 16.597.915 2005 5.425.235 18.567.214 2006 6.073.284 18.142.144 2007 6.551.607 18.468.898 2008 7.739.501 19.881.308* Sumber : BPS Kota Bekasi (2008) dan PDAM Tirta Patriot (2009) diolah. Keterangan : * Hasil Peramalan dengan model deret waktu
Berdasarkan data diatas dapat diperoleh data mengenai jumlah penduduk yang dapat dilayani kebutuhan air oleh PDAM Tirta Patriot berdasarkan kapasitas produksinya dan kebutuhan air 185 liter/ orang/ hari. Pada tahun 2004 produksi air PDAM Tirta Patriot berdasarkan data dari bagian produksi adalah 3.484.454 m3 atau setara dengan 3.484.454.000 liter, apabila kebutuhan air dalam satu tahun (365 hari) adalah 67.525 liter maka jumlah produksi tersebut dapat menjangkau 5.1602 orang. Total kebutuhan air pada tahun ini adalah 16.597.915 m3 sehingga terdapat selisih pemenuhan sebesar 13.113.461 m3. Apabila kebutuhan tersebut dikonversi dalam satuan jumlah penduduk maka terdapat 19.4202 orang yang
1
Profil Kota Bekasi . http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jabar/bekasi.pdf. Diaskes Tanggal 29 Januari 2009.
101
belum terlayani layanan kebutuhan air bersih di Bekasi Utara yang merupakan wilayah pelayanan air PDAM Tirta Patriot. Persentase yang dapat dilayani adalah sebesar 21% dari total kebutuhan air masyarakat di Bekasi Utara. Pada tahun 2005 dengan penggunaan asumsi yang sama maka dengan produksi air sebesar 5.425.235 m3 maka dapat melayani kebutuhan air bersih sebanyak 80.344 pelanggan. Jumlah tersebut melayani sekitar 29 % jumlah kebutuhan air dari masyarakat wilayah Bekasi Utara. Kebutuhan air yang belum tercukupi adalah 13.141.979 m3. Tahun 2006 produksi air sebesar 6.073.284 m3 dengan kebutuhan total air untuk masyarakat Bekasi Utara adalah 18.142.144 m3. Persentase yang dapat dipenuhi produksinya adalah sebesar 33 % dari total kebutuhan yang ada. Jumlah penduduk yang terlayani dan belum terlayani masing-masing adalah 89.941 orang dan 178.732 orang. Pada tahun 2007 produksi air mengalami peningkatan menjadi 6.551.607 m3/tahun, seiring dengan hal tersebut terjadi peningkatan kebutuhan masyarakat Bekasi Utara menjadi 18.468.898 m3. Jumlah produksi pada tahun 2007 dapat melayani kebutuhan 97.025 orang dari total penduduk sebanyak 273.512 orang atau melayani sebesar 35 %. Jumlah produksi pada tahun 2008 adalah 7.739.501 m3/tahun yang dapat memenuhi kebutuhan air untuk 114.617 orang. Kebutuhan total air merupakan kebutuhan air yang didapatkan dari hasil proyeksi jumlah penduduk dikalikan dengan asumsi kebutuhan 185 liter / hari kemudian diakumulasikan dalam kurun waktu satu tahun. Angka proyeksi adalah 19.881.308 m3 untuk pemenuhan
102
kebutuhan 294.429 orang. Jumlah produksi yang dilakukan hanya memenuhi 39% dari yang seharusnya. Proyeksi yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya dengan menggunakan model ARIMA 2,1,0 untuk tingkat produksi dan metode pemulusan eksponensial ganda untuk jumlah penduduk akan dipergunakan untuk analisis pola pengelolaan air bersih oleh PDAM Tirta Patriot. Analisis pengelolaan dibagi menjadi dua periode hal ini dikarenakan rencana pengelolaan PDAM Tirta Patriot dalam hal pengembangan wilayah pelayanan sampai tahun 2013 PDAM Tirta Patriot akan mengembangkan layanan jaringan sampai 25 persen dari jumlah penduduk di Bekasi Utara. Dimulai dari tahun 2015 akan dikembangkan wilayah pelayanan di wilayah selatan yaitu Pondok Gede dan Jati Asih. Wilayah Bekasi Utara yang akan menjadi target utama pelayanan selanjutnya adalah Perumahan Harapan Indah dan Perumahan Sumarecon dengan target pelayanan adalah saluran untuk domestik. Pelayanan di wilayah selatan dengan target wilayah Pondok Gede dan Jati Asih merupakan prospek yang baik untuk PDAM Tirta Patriot karena kebutuhan air tinggi di wilayah ini. Wilayah Pondok Gede dan Jati Asih sebagian besar merupakan wilayah pemukiman, masyarakat menggunakan air yang berasal dari air tanah. Hal ini dikarenakan belum adanya jaringan pipa PDAM di wilayah ini. Kondisi air tanah memiliki kualitas yang tergolong baik di wilayah ini. Permasalahannya secara kuantitas bersifat fluktuatif dan kedepannya membutuhkan sumber air alternatif. Rata-rata persentase tingkat kehilangan air menurut Departemen Pekerjaan Umum Badan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum kurang lebih 37% yang terdiri dari kehilangan air teknis dan non teknis. Kehilangan air
103
merepresentasikan bahwa sistem produksi, distribusi dan penjualan air oleh pengelola air tidak efisien. International Water Association (IWA) menyatakan bahwa topik pembicaraan air dalam abad 21 adalah kehilangan air. Setiap pengelola melakukan berbagai cara dan teknik untuk mengurangi tingkat kehilangan air. Pada dasarnya tidak kehilangan air tidak dapat dihindari hanya dapat dikurangi jumlahnya. Berdasarkan laporan produksi PDAM Tirta Patriot berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan selisih antara jumlah air yang diproduksi dengan jumlah air terjual beserta persentase kehilangan air. Tabel 22. Perbandingan Jumlah Air Terproduksi dengan Jumlah Air Terjual serta Persentase Kehilangan Air Jumlah Air Jumlah Air Jumlah Persentase Tahun Terproduksi Terjual Kehilangan Air Kehilangan Air (m3) (m3) (m3) (%) 3.484.454 2004 3.383.405 101.049 2.90 5.425.235 2005 5.254.340 170.895 3.15 6.073.284 2006 5.862.815 210.469 3.47 6.551.607 5.910.351 2007 641.256 9.79 7.739.501 5.885.035 2008 1.854.466 23.96 7.921.932 4.990.817 2009* 2.931.115 37.00 9.066.600 5.711.958 2010* 3.354.642 37.00 10.315.591 2011* 6.498.822 3.816.769 37.00 11.645.149 2012* 7.336.444 4.308.705 37.00 13.055.300 2013* 8.224.839 4.830.461 37.00 16.117.382 2015* 10.153.951 5.963.431 37.00 17.769.312 2016* 11.194.667 6.574.645 37.00 19.501.836 2017* 12.286.157 7.215.679 37.00 21.314.953 2018* 13.428.420 7.886.533 37.00 2019* 23.208.663 14.621.458 8.587.205 37.00 Sumber : PDAM Tirta Patriot (2009) Keterangan : * Hasil Proyeksi Jumlah Produksi dengan Model ARIMA 2,1,0 dan Asumsi Persentase Kehilangan Air Rata-Rata 37%
Berdasarkan Tabel 22 dapat terlihat bahwa pada tahun 2004 tingkat persentase kehilangan air hanya sekitar 2,9 % dari total produksi. Hal ini dikarenakan pada tahun 2004, PDAM Tirta Patriot baru saja didirikan sehingga instalasi pengolahan dan jaringan perpipaan masih dalam kondisi yang tergolong
104
baik. Jumlah sambungan layanan pada tahun ini tergolong sangat rendah karena merupakan tahap uji coba yaitu 19 layanan sambungan. Tingkat kebocoran yang relatif rendah juga terjadi pada tahun 2005 dan 2006 dimana hanya 3,15 dan 3,47%. Pada tahun 2007, PDAM memproduksi air 6.551.607 m3 dengan tingkat kehilangan air sebesar 9,79 % dengan jumlah air terjual sebesar 5.910.351 m3. Tahun 2008 tingkat kehilangan air mencapai 23,96% dengan jumlah produksi sebesar 7.739.501 m3 dan jumlah air yang terjual adalah sebesar 5.885.035 m3. Dari data produksi dan kehilangan air diatas dapat terlihat bahwa semakin banyak jumlah sambungan maka akan semakin tinggi tingkat kehilangan air. Semakin banyak air yang diproduksi maka akan semakin banyak pula pembuangan lumpur, pencucian saringan, jaringan pipa yang bocor dan berbagai kesalahan lainnya baik teknis maupun non teknis. Kebocoran teknis antara lain terjadi karena rusaknya meter air, jaringan pipa baik pipa dinas, pipa distribusi maupun pipa tersier PDAM. Kehilangan air non teknis terjadi karena kemampuan manajerial dari PDAM Tirta Patriot yang kurang handal antara lain kesalahan pembacaan meter air, pemasukan data air yang kurang cakap dan personel yang tidak terampil. Tahun 2009-2019 yang merupakan jumlah produksi hasil proyeksi dengan ARIMA 2,1,0 menggunakan asumsi kebocoran rata-rata PDAM sekitar 37%. Tingkat kebocoran sebanyak 37% merupakan nilai yang masih berada dalam asumsi yang efisien dalam produksi air. PDAM Tirta Patriot memiliki target pelayanan sebesar 25% dari total penduduk wilayah yang dilayani kedepannya.
105
Berikut ini adalah tabel perbandingan antara jumlah produksi air, kebutuhan air total daerah pelayanan yaitu Bekasi Utara dan target pelayanan 25% dari kebutuhan total. Tabel 23. Perbandingan Jumlah Produksi Air, Jumlah Air Terjual, Kebutuhan Air Total dan Target Pelayanan 25% dari Kebutuhan Total Jumlah Air Kebutuhan air Pelayanan 25 % dari Jumlah Terjual total Total Kebutuhan Tahun Produksi Air 3 3 3 (m /tahun) (m /tahun) (m /tahun) (m3/tahun) 2004 3.484.454 3.383.404 16.597.915 4.149.479 2005 5.425.235 5.254.340 18.567.214 4.641.804 2006 6.073.284 5.862.815 18.142.144 4.535.537 2007 6.551.607 5.910.351 18.468.898 4.617.224 2008 7.739.501 5.885.035 19.881.308 4.970.327 2009* 7.921.932 4.990.817 20.658.069 5.164.517 2010* 9.066.600 5.711.958 21.449.716 5.362.429 2011* 10.315.591 6.498.822 22.256.247 5.564.062 2012* 11.645.149 7.336.444 23.077.663 5.769.416 2013* 13.055.300 8.224.839 23.913.963 5.978.491 Sumber : PDAM Tirta Patriot (2009) diolah. Keterangan : * Hasil Peramalan dengan model deret waktu dan asumsi tingkat kebocoran 37%
Berdasarkan Tabel 23 diatas terlihat bahwa sampai tahun 2013 jumlah produksi selalu meningkat. Produksi air PDAM Tirta Patriot sebenarnya belum dapat memenuhi kebutuhan air total masyarakat di Kecamatan Bekasi Utara. Terdapat selisih yang besar antara jumlah produksi air dengan tingkat kebutuhan total. Pemenuhan kebutuhan seluruh masyarakat Bekasi Utara menjadi suatu kondisi yang sulit, hal ini dikarenakan wilayah yang tidak merata dan dibutuhkan pendanaan yang besar dalam investasi terutama dalam pemasangan jaringan pipa dan instalasi pengolahan air. Jumlah air terproduksi sampai dengan tahun 2008 selalu meningkat dan mencukupi target pelayanan, kecuali pada tahun 2004 dimana jumlah produksi air yaitu sebesar 3.848.454 m3 lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan target
106
pelayanan yaitu 4.149.479 m3. Pada saat terjadi peningkatan tingkat kebocoran dengan asumsi 37% maka jumlahnya menurun pada tahun 2009. Tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 jumlah air terjual terus meningkat. Dengan adanya tingkat kebocoran yang tinggi PDAM Tirta Patriot tidak dapat memenuhi kebutuhan air untuk target pelayanan 25% pada tahun 2009 dan 2010, sedangkan pada tahun 2011-2013 dapat terpenuhi. Berikut ini adalah grafik yang menggambarkan perkembangan jumlah produksi dan kebutuhan air sejak tahun 2004-2013 di Bekasi Utara untuk memperjelas perbandingan yang pada Tabel 23.
Gambar 9. Grafik Perkembangan Produksi Air, Kebutuhan Air Total dan Target Pelayanan 25% dari Kebutuhan Total Wilayah Bekasi Utara Sumber : BPS Kota Bekasi (2008) dan PDAM Tirta Patriot (2009) diolah.
Tabel 24 berikut ini memperlihatkan jumlah kapasitas produksi PDAM Tirta Patriot untuk memenuhi jumlah produksi air.
107
Tabel 24. Jumlah Kapasitas Produksi, Kehilangan Air 37% dan Sisa Kapasitas. Sisa Kapasitas Kapasitas Produksi Kehilangan Air 37% Setelah 3 3 3 (m ) Kehilangan Air liter/detik m /hari m /tahun (m3) 5.250.744 8.940.456 450* 38.880 14.191.200 18.921.600 7.000.992 11.920.608 600 51.840 25.228.800 9.334.656 15.894.144 800 69.120 11.668.320 19.867.680 1.000 86.400 31.536.000 103.680 37.843.200 14.001.984 23.841.216 1.200 120.960 44.150.400 16.335.648 27.814.752 1.400 138.240 50.457.600 18.669.312 31.788.288 1.600 172.800 63.072.000 23.336.640 39.735.360 2.000 190.080 69.379.200 25.670.304 43.708.896 2.200 207.360 75.686.400 28.003.968 47.682.432 2.400 224.640 81.993.600 30.337.632 51.655.968 2.600 241.920 88.300.800 32.671.296 55.629.504 2.800 3.000 259.200 94.608.000 35.004.960 59.603.040 Sumber : PDAM Tirta Patriot (2009) diolah. Keterangan : * Kapasitas Produksi Terpasang Saat ini
Kapasitas produksi memperlihatkan jumlah air yang dapat diproduksi oleh PDAM Tirta Patriot. Saat ini PDAM Tirta Patriot memproduksi dalam dua instalasi pengolahan air yang total kapasitas produksinya adalah 14.191.200 m3/tahun. Apabila terdapat kehilangan air sebesar 37% maka terdapat sisa kapasitas yang mungkin dapat terjual adalah 8.940.456 m3/tahun. Analisis terhadap jumlah kapasitas produksi air PDAM Tirta Patriot dilakukan pada tahun 2009-2013 yang merupakan hasil proyeksi karena untuk tahun 2004-2008 merupakan periode yang telah lewat. Pada tabel 21 dapat terlihat bahwa pada tahun 2009-2013 jumlah air yang diproduksi adalah masing-masing sebagai berikut tahun 2009 memproduksi 7.921.932 m3/tahun, tahun 2010 memproduksi 9.066.600 m3/tahun, tahun 2011 memproduksi 10.315.591 m3/tahun, tahun 2012 sebesar 11.645.149 m3/tahun sedangkan tahun 2013 sebesar 13.055.300 m3/tahun. Adanya kapasitas produksi 450 liter/detik maka masih dapat
108
memenuhi jumlah produksi. Jika dilakukan perhitungan pada tingkat kebocoran 37%, pada tahun 2009 masih dapat menggunakan kapasitas 450 liter/detik sedangkan pada tahun 2010 sampai dengan 2012 harus ditambah kapasitas menjadi 600 liter/detik atau setara dengan 11.920.608 m3/tahun. Tingkat kebocoran 37% pada tahun 2013 kembali dilakukan penambahan IPA menjadi 800 liter/detik. Penggunaan kapasitas 450 liter/ detik jumlah kebutuhan air dengan target pelayananpun masih dapat terlayani dengan baik (dengan atau tanpa adanya kebocoran) karena nilai tertinggi jumlah kebutuhan air yaitu pada tahun 2013 hanya sebesar 5.978.491 m3. Pemenuhan kebutuhan air seluruh jumlah kebutuhan air masyarakat Bekasi Utara dibutuhkan penambahan kapasitas mencapai 800 liter/detik tanpa tingkat kebocoran dan apabila memperhitungkan tingkat kebocoran hingga 1.400 liter/detik. Pada analisis kedua ini dilakukan penambahan penduduk yang terlayani yaitu wilayah Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih. Berikut ini adalah tabel perbandingan antara jumlah produksi air, kebutuhan air total daerah pelayanan dan target pelayanan 25% dari kebutuhan total. Tabel 25. Perbandingan Jumlah Produksi Air, Jumlah Air Terjual Kebutuhan Air Total dan Target Pelayanan 25% dari Kebutuhan Total Tahun
Jumlah Produksi Air (m3/tahun)
Kebutuhan air total (m3)
2014* 2015* 2016* 2017* 2018* 2019*
14.546.044 16.117.382 17.769.312 19.501.836 21.314.953 23.208.663
49.276.589 50.130.569 50.999.433 51.883.181 52.781.815 53.695.333
Pelayanan 25 % dari Total Kebutuhan (m3) 12.319.147 12.532.642 12.749.858 12.970.795 13.195.454 13.423.833
Sumber : PDAM Tirta Patriot (2009), diolah. Keterangan : * Hasil Proyeksi Jumlah Produksi dengan Model ARIMA 2,1,0 dan Asumsi Persentase Kehilangan Air Rata-Rata 37%
109
Berdasarkan Tabel 25 diatas terlihat bahwa sampai tahun 2019 jumlah produksi selalu meningkat. Produksi air PDAM Tirta Patriot sebenarnya belum dapat memenuhi kebutuhan air total masyarakat di ketiga kecamatan tersebut. Terdapat selisih yang besar antara jumlah produksi air dengan tingkat kebutuhan total. Pengembangan pelayanan di wilayah baru ini membutuhkan proses yang panjang hal ini dikarenakan dibutuhkan negosiasi dengan PDAM Bekasi. Wilayah Pondok Gede dan Jati Asih berada berdekatan dengan PDAM Bekasi selain itu jalur distribusi harus dipikirkan misalkan pemilihan alternatif dengan membangun cabang di kedua wilayah tersebut atau membangun jaringan perpipaan yang panjang. Berikut ini adalah grafik yang menggambarkan perkembangan jumlah produksi dan kebutuhan air sejak tahun 2014-2019 untuk memperjelas perbandingan dan fluktuasi jumlah air terproduksi, terjual dan kebutuhan air total serta pelayanan 25% dari total kebutuhan yang ada dengan asumsi-asumsi pada Tabel 23. Jumlah produksi air untuk tahun 2014 sampai dengan 2019 adalah masing-masing sebagai berikut tahun 2014 adalah 14.546.044 m3, tahun 2015 memproduksi 16.117.382 m3, tahun 2016 memproduksi 17.769.312 m3, tahun 2017 memproduksi 19.501.836 m3, tahun 2018 sebanyak 21.314.953 m3 dan tahun 2019 sebanyak 23.208.663 m3.
110
Gambar 10. Grafik Perkembangan Produksi Air, Kebutuhan Air Total dan Target Pelayanan 25% dari Kebutuhan Total untuk Wilayah Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih. Sumber : BPS Kota Bekasi (2008) dan PDAM Tirta Patriot (2009), diolah.
Penetapan penggunaan kapasitas menggunakan data pada Tabel 22. Pada tahun 2014 untuk mencukupi jumlah produksi dipergunakan kapasitas produksi 600 liter/detik atau setara dengan 18.921.600 m3/tahun. Permintaan akan kebutuhan air total akan terpenuhi dengan kapasitas 1.600 liter/detik, sedangkan apabila yang digunakan daerah 25% dari total kebutuhan masih dapat terpenuhi dengan kapasitas 450 liter/detik. Asumsi kehilangan air sebanyak 37% didapatkan bahwa untuk memenuhi jumlah produksi dibutuhkan 800 liter/detik, kebutuhan air total membutuhkan kapasitas produksi 2.600 liter/detik sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan 25% dari total kebutuhan tahun 2014 membutuhkan kapasitas terpasang 800 liter/detik. Pada tahun 2015 perhitungan tanpa adanya tingkat kehilangan air didapatkan bahwa untuk memenuhi jumlah produksi sebesar 16.117.382 m3/tahun maka diperlukan kapasitas sebesar 18.921.600 m3/tahun yang setara dengan 600 111
liter/detik. Kebutuhan air total dapat terlayani dengan kapasitas 1.600 liter/detik sedangkan kebutuhan dengan asumsi 25% kebutuhan air total membutuhkan kapasitas produksi sebesar 450 liter/detik. Asumsi kehilangan air sebesar 37% meningkatkan kapasitas produksi terpasang yang harus ditambah sampai tahun 2015 yaitu untuk jumlah air produksi dibutuhkan kapasitas 1.000 liter/detik, total kebutuhan air membutuhkan kapasitas 2.600 liter/detik dan 25% dari kebutuhan air total membutuhkan kapasitas 800 liter/detik. Pada tahun 2016 kapasitas produksi untuk jumlah air yang diproduksi sebesar 17.769.312 m3/tahun adalah 600 liter/detik. Kebutuhan air total sebesar 50.999.433 m3/tahun membutuhkan kapasitas hingga mencapai 1.800 liter/detik dan untuk pelayanan 25% dari kebutuhan air total membutuhkan kapasitas produksi sebesar 450 liter/detik. Kehilangan air menyebabkan untuk mencapai jumlah air yang diproduksi dibutuhkan 1.000 liter/detik kapasitas terpasang. Kebutuhan air total masyarakat Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih dapat dipenuhi dengan kapasitas produksi sebesar 2.600 liter/detik dan 25% dari kebutuhan air total dapat dipenuhi dengan 800 liter/detik. Pada tahun 2017 jumlah air yang akan diproduksi PDAM berdasarkan hasil proyeksi sebesar 19.501.836 m3/tahun dapat dipenuhi dengan pemasangan kapasitas produksi 800 liter/detik. Permintaan air berdasarkan kebutuhan total membutuhkan kapasitas terpasang sebesar 1.800 liter/detik, sedangkan 25% dari total kebutuhan dapat dilayani dengan hanya menggunakan kapasitas terpasang 450 liter/detik. Kehilangan air sebesar 37% mengakibatkan penambahan kapasitas terpasang. Jumlah air yang diproduksi dapat dipenuhi dengan menambah
112
kapasitas menjadi 1.000 liter/detik, sedangkan kebutuhan air total dan 25% dari kebutuhan total masing-masing membutuhkan 2.800 liter/detik dan 800 liter/detik. Pada tahun 2018 pemasangan kapasitas produksi untuk air yang diproduksi adalah sebesar 800 liter/detik. Pemenuhan kebutuhan air total membutuhkan pemasangan kapasitas produksi sebesar 1.800 liter/detik dan untuk target 25% dari kebutuhan total dibutuhkan kapasitas terpasang 450 liter/detik. Pada saat asumsi adanya kehilangan air. Pemenuhan jumlah produksi membutuhkan kapasitas sebesar 1.200 liter/detik, pemenuhan untuk pelayanan kebutuhan air total membutuhkan 2.800 liter/detik sedangkan pemenuhan untuk 25% kebutuhan total membutuhkan kapasitas terpasang 800 liter/detik. Pada tahun proyeksi terakhir yaitu tahun 2019 dibutuhkan kapasitas produksi sebesar 800 liter/detik untuk pemenuhan jumlah produksi, untuk mencapai pelayanan kebutuhan air total daerah pelayanan dibutuhkan kapasitas produksi sebesar 1.800 liter/detik dan pelayanan kebutuhan air untuk 25% dari kebutuhan total dibutuhkan 450 liter/detik. Adanya tingkat kehilangan air sebagai asumsi untuk air yang diproduksi dibutuhkan kapasitas terpasang 1.200 liter/detik. Pemenuhan kebutuhan air total membutuhkan kapasitas produksi sebesar 2.800 liter/detik dan untuk 25% dari total kebutuhan sebesar 800 liter/detik. Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan kapasitas produksi yang dibutuhkan PDAM Tirta Patriot tahun 2009 sampai dengan 2019 dengan dan tanpa adanya kehilangan air untuk memperlihatkan penjelasan diatas.
113
Tabel 26. Kapasitas yang Dibutuhkan PDAM Tirta Patriot 2009-2019 Tanpa adanya Kehilangan Air Adanya Kehilangan Air (37%) (Liter / detik) Tahun 25% 25% Jumlah Kebutuhan Jumlah Kebutuhan kebutuhan kebutuhan Produksi Total Produksi Total Total Total 2009 450 800 450 450 1.200 450 2010
450
800
450
600
1.200
450
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
450 450 450 600 600 600 800 800 800
800 800 800 1.600 1.600 1.800 1.800 1.800 1.800
450 450 450 450 450 450 450 450 450
600 600 800 800 1.000 1.000 1.000 1.200 1.200
1.200 1.200 1.400 2.600 2.600 2.600 2.800 2.800 2.800
450 450 450 800 800 800 800 800 800
Sumber : Penulis (2009)
Pengelolaan air pada masa yang akan datang membutuhkan keterkaitan antara wilayah hulu dan hilir. PDAM Tirta Patriot merupakan perusahaan yang memiliki dua fungsi dalam perannya sebagai perusahaan yang terus tumbuh dan penyedia barang publik yang harus mencapai keadilan dan keberlanjutan. Variabel lingkungan salah satunya pencemaran dan kekeruhan air menjadi variabel penting dalam pengelolaan sumberdaya air terutama air permukaan. Kota Bekasi yang merupakan wilayah hilir harus melakukan sistem pengelolaan integratif dengan wilayah hulu seperti wilayah Bogor dan Purwakarta sebagai penyedia pasokan air. Pengelolaan sumberdaya air dalam konteks pengelolaan oleh PDAM kedepannya dapat melalui dua cara yaitu pengembangan kapasitas dan penurunan tingkat kebocoran. Pengembangan kapasitas memang lebih mudah dilaksanakan namun membutuhkan dana investasi yang besar dan menghadapi permasalahan ketersediaan sumber daya air kedepannya baik secara kuantitas dan kualitas. Investasi ada namun air tidak tersedia maka tidak akan ada pelayanan, maka untuk
114
menghadapi kelangkaan air minimisasi tingkat kehilangan air merupakan alternatif lainnya. Tingkat kehilangan air di PDAM Tirta Patriot terjadi karena adanya kehilangan air teknis maupun non teknis. Kehilangan air merupakan kondisi yang tidak dapat dihilangkan hanya dapat diminimalisir. Air tak terhitung diakibatkan karena kurang efektifnya distribusi air baik secara teknis maupun administrasi. Kehilangan air karena kebocoran menunjukan kurang efektifnya program pemeliharaan sementara adanya sambungan liar dan tunggakan tagihan menunjukan kurang efektifnya administrasi pelayanan pelanggan. Pemilihan asumsi kehilangan sebesar 37% sebaiknya ditargetkan lebih rendah. Kehilangan air non teknis antara lain adanya kesalahan pembacaan meter air pelanggan, kesalahan penanganan data dan pencurian air (konsumsi tak resmi). Kehilangan fisik atau teknis terjadi karena adanya kebocoran pipa transmisi atau pipa induk, kebocoran dan limpahan dari tangki reservoir dan kebocoran pipa dinas serta rusaknya meter pelanggan. Tingkat kehilangan air sebaiknya diturunkan dari target awal yaitu 37% menjadi 20%, justifikasinya adalah instalasi yang dimiliki PDAM Tirta Patriot tergolong baru karena PDAM Tirta Patriot baru berdiri selama 5 tahun sehingga pengembangan tekhnologi dan investasi masih dapat dilakukan. Saat ini PDAM Tirta Patriot mengalami tingkat kebocoran terbesar pada tahun 2008 yaitu 23,6% sehingga angka 20% dirasa layak dipertahankan sesuai dengan kondisi IPA, jaringan, meter air dan fasilitas lainnya di PDAM Tirta Patriot. Berikut ini adalah grafik yang menggambarkan jumlah produksi yang dapat dihasilkan oleh kapasitas terpasang. Angka 450 liter/detik didapatkan dari
115
penggunaan kapasitas saat ini sedangkan selanjutnya berdasarkan asumsi penambahan kapasitas yang akan ditambah oleh PDAM Tirta Patriot sesuai kapasitas IPA yang ada di pasaran.
Gambar 11.
Diagram Batang dan Grafik Jumlah Air yang Dapat Diproduksi Kapasitas IPA Terpasang.
Sumber : Penulis (2009)
Adanya
penurunan
tingkat
kehilangan
air
sebesar
20%
dapat
meningkatkan jumlah air yang dapat dihasilkan oleh PDAM Tirta Patriot. Data lengkap perbandingan kondisi kapasitas IPA tanpa dan dengan kehilangan air 37% maupun 20% dapat dilihat pada lampiran 27. Pemanfaatan kapasitas IPA pada akhir tahun 2008 yaitu 450 liter/detik sebenarnya belum optimal karena masih terdapat sisa penggunaan yaitu sebesar 175 liter/detik. Pada tahun 2019 juga masih dapat menggunakan kapasitas 450 liter/detik dengan penggunaan 275 liter/detik, hal ini karena jumlah produksi air hanya mencapai 7.921.932 m3 dengan kapasitas 275 liter/detik yang dipasang saat ini. Sampai dengan tahun 2013 masih dapat mengoptimalkan penggunaan sebesar 450 liter per detik dimana pada tahun 2013 kapasitas yang digunakan 415
116
liter/detik. Pada tahun 2014 harus dilakukan penambahan investasi dengan kapasitas 600 liter/detik yang dapat bertahan sampai tahun 2017. Tahun 2018 dan 2018 dibutuhkan kapasitas 800 liter/detik. Dapat terlihat pada gambar berikut ini
Gambar 12. Perkembangan Kapasitas Terpasang di PDAM Tirta Patriot Sumber : Penulis (2009)
Gambar 12 memperlihatkan kapasitas produksi saat ini yang terpasang di PDAM Tirta Patriot yaitu 450 liter/detik masih dapat dioptimalkan untuk pemenuhan jumlah produksi air sampai tahun 2013. Garis merah vertikal menggambarkan tahun dimana kapasitas produksi harus terpasang, sedangkan garis vertikal horizontal menggambarkan kapasitas yang dapat dipasang atau ditambahkan. Analisis gambar ini belum memasukan tingkat kehilangan air dan pemenuhan kebutuhan total serta 25% kebutuhan total. Analisis lainnya dapat dilihat pada gambar 13, 14 dan 15 dibawah ini. Analisis grafik terhadap jumlah produksi dan berapa kapasitas produksi yang seharusnya terpasang dari tahun 2009-2019 adalah sebagai berikut.
117
Gambar 13. Perbandingan Kondisi Jumlah Air yang Dapat Diproduksi Tanpa Kehilangan Air, Kehilangan Air 37% dan Penurunan Kehilangan Air Sebesar 20%. Sumber : BPS Kota Bekasi (2008) dan PDAM Tirta Patriot (2009), diolah
Berdasarkan gambar 13 dapat terlihat bahwa pada tahun 2004-2008 digunakan kapasitas terpasang 450 liter/detik walaupun masih terdapat kapasitas yang masih sisa yaitu 175 liter/detik. Tahun 2009 dan seterusnya merupakan tahun proyeksi. Adanya kehilangan air 37% maka pada tahun 2010 harus dilakukan penambahan kapasitas IPA menjadi 600 liter/detik, sedangkan jika ditekan sampai 20% per tahun tingkat kehilangan airnya maka penambahan kapasitas 600 liter/detik yang artinya investasi baru dilakukan pada tahun 2012. Tingkat kehilangan air 37% mengakibatkan tahun 2013-2014 ada penambahan menjadi 800 liter/detik, tahun 2015-2017 ada penambahan menjadi 1.000 liter/detik dan tahun 2018-2019 menjadi 1.200 liter/detik. Apabila ditekan menjadi 20% maka sampai akhir tahun proyeksi yaitu 2019 hanya ada penambahan menjadi 1.000 liter/detik.
118
Gambar 14 berikut ini memperlihatkan perbandingan ada dan tidaknya kehilangan
air
pada
target
pelayanan
25%
dari
kebutuhan
total.
Gambar 14. Perbandingan Pemenuhan 25% dari Total Kebutuhan Air Masyarakat Tanpa Kehilangan Air, Kehilangan Air 37% dan Penurunan Kehilangan Air Sebesar 20%. Sumber : BPS Kota Bekasi (2008) dan PDAM Tirta Patriot (2009), diolah
Pemenuhan kebutuhan air sesuai target pelayanan dapat dipenuhi sampai tahun 2019 oleh PDAM Tirta Patriot dengan kapasitas IPA 450 liter/detik. Kondisi ini tidak sepenuhnya benar karena kebocoran air pasti terjadi. Adanya kehilangan air 37% untuk wilayah pelayanan Bekasi Utara pada tahun 2009-2013 masih dapat tercukupi dengan kapasitas IPA 450 liter/detik, namun ketika ada rencana pengembangan ke wilayah selatan kapasitas yang dibutuhkan meningkat menjadi 800 liter/detik. Asumsi kehilangan air yang ditekan menjadi 20% implikasinya adalah pada tahun 2014-2019 seiring dengan perluasan jaringan pelayanan penambahan hanya dibutuhkan 600 liter/detik.
119
Pemenuhan kebutuhan total wilayah pelayanan dibutuhkan sebagai acuan tercapainya seluruh kebutuhan air masyarakat wilayah cakupan pelayanan PDAM Tirta Patriot. Kondisi ini sulit tercapai karena pemenuhan air oleh PDAM menghadapi berbagai kendala antara lain kendala teknis, kendala tarif dan kendala persepsi masyarakat yang cenderung lebih memilih menggunakan air tanah. Grafik berikut ini menggambarkan pemenuhan kebutuhan total dengan kapasitas yang seharusnya terpasang.
Gambar 15. Perbandingan Pemenuhan Total Kebutuhan Air Masyarakat Tanpa Kehilangan Air, Kehilangan Air 37% dan Penurunan Kehilangan Air Sebesar 20%. Sumber : BPS Kota Bekasi (2008) dan PDAM Tirta Patriot (2009), diolah
Tanpa adanya kehilangan air pada tahun 2009-2013 diperlukan pengembangan kapasitas dibandingkan jumlah yang dapat diproduksi yang hanya 450 liter/detik, pada kondisi ini kapasitas IPA ditambah menjadi 800 liter/detik. Pemenuhan untuk tiga wilayah kecamatan membutuhkan penambahan menjadi 1.600 liter/detik. 120
Kehilangan air 37% mengakibatkan pada tahun 2009-2012 dibutuhkan kapasitas sebesar 1.200 liter/detik, tahun 2013 menjadi 1.400 liter/detik, tahun 2014-2016 menjadi 2.600 liter/detik dan tahun 2017-2019 menjadi 2.800 liter/detik. Penekanan menjadi hanya 20% tingkat kehilangan untuk wilayah Bekasi Utara pada tahun 2009-2013 terdapat pengghematan sebesar 200 liter/detik sehingga dibutuhkan 1.000 liter/detik. Pada tahun 2014-2015 dibutuhkan 2.000 liter/detik dan pada tahun 2016 sampai akhir tahun yang dianalisis dibutuhkan kapasitas 2.200 liter/detik. Kondisi yang harus ditekankan adalah dalam produksi air tidak akan ada kondisi tanpa hilang air, yang ada hanyalah mengurangi tingkat kebocoran. Adanya penurunan tingkat kebocoran serendah mungkin mengakibatkan adanya peningkatan pendapatan dan penurunan biaya karena adanya efisiensi dalam produksi air. Penurunan tingkat kebocoran merupakan langkah alternatif dalam pengelolaan air PDAM karena dengan menurunkan tingkat kebocoran maka akan ada penghematan penggunaan air baku yang selanjutnya akan mengoptimalkan kapasitas IPA yang terpasang. Penambahan kapasitas IPA juga merupakan langkah dalam penyediaan air, namun membutuhkan investasi yang besar. Pertama yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tingkat kehilangan air yang mengurangi tingkat pendapatan PDAM Tirta Patriot adalah dengan melakukan mekanisme perbaikan untuk tingkat kehilangan air non teknis. Hal ini dilakukan terlebih dulu karena membutuhkan investasi yang lebih rendah seperti dengan
melakukan
pelatihan
dan
pengembangan
bagi
petugas
untuk
meningkatkan kinerjanya. Selanjutnya dilakukan penurunan kehilangan air fisik dengan fokus pada sistem manajemen teknis air PDAM Tirta Patriot. Pengecekan
121
pipa-pipa PDAM secara berkala, efisiensi dalam buang lumpur, pengecekan kondisi reservoir air, melihat kondisi meter air dan beberapa hal teknis lainnya. Kondisi penurunan tingkat kehilangan air harus dilakukan dengan melibatkan komitmen seluruh stakeholder dan karyawan, seluruh pihak baik pemerintah daerah, PDAM dan masyarakat harus memahami apa dan bagaimana sebenarnya kehilangan air, sumber daya manusia dan peralatan harus dapat didayagunakan untuk meningkatkan keefisienan produksi air. Efisiensi produksi baik dalam minimalisir jumlah kehilangan air, peningkatan produktivitas maupun sistem distribusi air harus tercapai. Efisiensi harga juga harus tercapai dengan adanya tarif air yang minimal berada dalam kondisi impas harus tercapai sehingga PDAM dapat memperbaiki kinerjanya dalam rangka alokasi kebutuhan air untuk seluruh masyarakat Kota Bekasi yang efisien, adil dan berkelanjutan.
122
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Ekonomi Tingkat Ekstraksi dan Alokasi yang Efisien Sumberdaya Air Permukaan dengan studi kasus PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain: 1. Berdasarkan model produksi air PDAM Tirta Patriot yaitu PA = - 4.986.263 + 412.220 ln AB + 10.817 ln PDL - 8,27 TKA + 0,121 BKT maka diketahui bahwa variabel air baku berpengaruh nyata dan positif terhadap produksi air artinya apabila rata-rata air baku naik sebesar 1 % maka rata-rata produksi air akan naik sebesar 4.122,2 m3. Penggunaan daya listrik berpengaruh nyata dan juga positif dengan interpretasi apabila penggunaan listrik naik sebesar 1 % maka rata-rata produksi air akan naik sebesar 108,17 m3. Tingkat kekeruhan air baku berpengaruh nyata dan negatif dengan interpretasi apabila rata-rata tingkat kekeruhan air baku naik sebesar 1 NTU maka rata-rata produksi air akan turun sebesar 8,27 m3. Penggunaan bahan kimia dalam model ini tidak berpengaruh secara statistik namun secara ekonomi bahan kimia dalam produksi air merupakan komponen penting, akan tetapi ketika terdapat variabel pencemaran didalamnya dapat dilihat bahwa pada dasarnya yang lebih berpengaruh adalah kualitas air yang akan diolah yang kemudian akan menentukan jumlah penggunaan bahan kimia. 2. Saat ini tarif yang berlaku di PDAM Tirta Patriot belum memenuhi besaran tarif dengan mekanisme biaya pemulihan penuh. Total biaya usaha dalam memproduksi air di PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi pada tahun 2008 adalah
Rp 12.132.299.786 dengan jumlah produksi air 7.741.814 m3/tahun. Berdasarkan mekanisme penetapan tarif full cost recovery maka diperoleh tarif dasar sebesar Rp 2.239 / m3, tarif rendah untuk pelanggan sosial sebesar Rp 1.008/m3, tarif rendah untuk pelanggan rumah sangat sederhana adalah Rp 1.858/m3, tarif penuh untuk PDAM Tirta Patriot sebesar Rp 5.040/m3 dan tarif khusus berdasarkan kesepakatan dengan pelanggan yang nilainya tidak lebih rendah dari tarif dasar. 3. Proyeksi produksi air PDAM Tirta Patriot tahun 2009-2014 mempergunakan model ARIMA 2,1,0 dengan tren produksi air yang meningkat dari tahun ke tahun. Proyeksi pertumbuhan penduduk Kota Bekasi, Kecamatan Bekasi Utara, Pondok Gede dan Jati Asih menggunakan teknik pemulusan data eksponensial ganda menunjukan hasil yang berfluktuatif yang cenderung meningkat setiap tahunnya. 4. Jumlah produksi air PDAM Tirta Patriot kedepannya sebenarnya masih lebih tinggi dari target pelayanan PDAM Tirta Patriot dalam rencana kerja yaitu 25% dari jumlah total kebutuhan air di wilayah pelayanan. Pemenuhan kebutuhan air untuk keseluruhan jumlah penduduk di wilayah pelayanan jauh lebih tinggi dari kapasitas produksinya. 5. Pada masa yang akan datang dibutuhkan penambahan kapasitas produksi air yang mempertimbangkan jumlah air yang diproduksi PDAM, kebutuhan air total dan target pelayanan 25% dari kebutuhan total. Peningkatan kapasitas produksi dilakukan dengan melakukan investasi tambahan karena kedepannya akan ada peningkatan kebutuhan air, perluasan wilayah pelayanan dan kehilangan air.
124
7.2. Saran 1. Proses pengolahan air baku menjadi air bersih dan air minum membutuhkan proses produksi yang efisien. Penggunaan bahan kimia baik jumlah maupun jenis, penggunaan daya listrik, kuantitas air baku dan variabel fisik teknik lainnya harus diperhitungkan secara efisien dan efektif. Pertimbangan mengenai variabel lingkungan salah satunya pencemaran air yang tertuang dengan tingkat kualitas air juga harus diperhitungkan, agar produksi yang dihasilkan oleh PDAM Tirta Patriot lebih optimum. Dibutuhkan kerjasama dengan Pemerintah Kota Bekasi dan masyarakat dalam melakukan mekanisme pengelolaan daerah aliran sungai terutama Saluran Tarum Barat dan Kali Bekasi. 2. Pemberlakuan mekanisme tarif biaya pemulihan penuh sebaiknya diberlakukan agar biaya operasional dalam produksi air dapat tertutupi dan PDAM dapat tumbuh sebagai perusahaan dengan tetap menjaga keberlangsungan penyediaan air bagi masyarakat Kota Bekasi. 3. Pengadaan investasi terkait dengan penambahan kapasitas IPA PDAM Tirta Patriot dalam rangka peningkatan kebutuhan air dan perluasan cakupan layanan, minimisasi tingkat kebocoran air, pengadaan kajian sumberdaya air, pelatihan dan pengembangan karyawan sehingga kinerja PDAM Tirta Patriot meningkat pada masa yang akan datang. 4. Penelitian mengenai faktor eksternal lingkungan lainnya yang mempengaruhi produksi air seperti curah hujan menarik untuk dikaji. Kajian mengenai rasio produktivitas antar tahun, mekanisme biaya pemulihan penuh pada tahun selanjutnya, perspektif pelanggan air PDAM Tirta Patriot serta proyeksi
125
kebutuhan air dikaitkan dengan variabel sosial ekonomi lainnya yaitu tingkat pendapatan masyarakat juga menjadi kajian yang dapat diteliti.
126
DAFTAR PUSTAKA Bouhia, Hynd. 2001. Water in the Macro Economy. Ashgate Publishing Limited. Burlington. BPS Kota Bekasi. ‘Data Curah Hujan’. BPS Kota Bekasi. Bekasi. BPS Kota Bekasi. ‘Data Jumlah Curah Hujan’. BPS Kota Bekasi. Bekasi. BPS Kota Bekasi. ‘Penduduk Kota Bekasi 1994-2007’. BPS Kota Bekasi. Bekasi. Cech, Thomas V. 2005. Principles of Water Resources History, Development, Management and Policy. John Wiley and Sons, Inc. United States. Departemen Dalam Negeri 2006. ’Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum’. Departemen Dalam Negeri. Jakarta. Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi 2008.’ Kumpulan Data Status Lingkungan Hidup Daerah Kota Bekasi Tahun 2008’. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta. Doll, John P. dan F. Orazem. 1984. Production Economics Theory with Applications. John Wiley and Sons, Inc. United States. Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Juanda , Bambang. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press. Bogor. Kodoatie, Robert. 2005. Kajian Undang-Undang Sumber Daya Air. Penerbit Andi. Yogyakarta. Kodoatie, Robert J et al., editor. 2002. Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Otonomi Daerah. Bagian 1 Bab 2 hlm.27-37. Penerbit Andi. Yogyakarta. . 2002. Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Otonomi Daerah. Bagian 2 Bab 10 hlm. 121-129. Penerbit Andi. Yogyakarta. Kusuma, Nimas E. 2006. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumber Daya Air dan Kebijakan Tarif Air PDAM Kota Madiun. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Linsley, Ray K dan JB Franzini. 1989. Teknik sumberdaya Air Jilid 1. Sasongko, Djoko, penerjemah. Penerbit Erlangga. Jakarta. Terjemahan dari Water Resources Technique 1.
127
Linsley, Ray K dan JB Franzini. 1996. Teknik sumberdaya Air Jilid 2. Sasongko, Djoko, penerjemah. Penerbit Erlangga. Jakarta. Terjemahan dari Water Resources Technique 2. Lipsey, Richard G et al., 1995. Pengantar Mikroekonomi. Wasana, Jaka, penerjemah. Binarupa Aksara. Jakarta. Terjemahan dari Economics 10th ed. Mckinney, Daene C et al., 1999. Modelling Water Resources Management at the Basin Level : Review and Future Directions. Jurnal SWIM Paper. International Water Management Institute. Colombo. Mori, Kiyotoka et al., 2006. Hidrologi untuk Pengairan. Sosrodarsono, Suyono, penerjemah. PT Pradny Paramita. Jakarta. Terjemahan dari Manual on Hydrology. Nicholson, Walter. 1995. Teori Mikroekonomi Prinsip Dasar dan Perluasan. Wirajaya Daniel, penerjemah. Binarupa Aksara. Jakarta. Terjemahan dari: Microeconomics Theory Basic Prinsiples and Extensions. Pangestu, Siti N. 2005. Optimalisasi Produksi Es Krim Pada Lini Produksi Polo Cup di PT XYZ. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi 2009. ’Laporan Keuangan Tahun 2008’. PDAM Tirta Patriot. Bekasi. PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi 2009. ’Laporan Produksi Tahunan Tahun 20042008’. PDAM Tirta Patriot. Bekasi. PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi 2009. ’Profil Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bekasi’. PDAM Tirta Patriot. Bekasi. Perry,C.J et al., 1997. Water as an Economic Good : A Solution, or a Problem?. Jurnal SWIM Paper. International Water Management Institute. Colombo. Ramanathan, Ramu. 1998. Introductory Econometrics with Applications. The Dryden Press. San Diego. Ristiani, Mira. 2005. Analisis Harga Pokok Air Bersih PDAM dan Respon Konsumen terhadap Kebijakan Tarif Air Minum (Studi Kasus di PDAM Kabupaten Bogor). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Grafton, RQ et al. 2004. The Economics of The Environment and Natural Resources. Blackwell publishing. Cornwall United Kingdom. Sarwoko. 2005. Dasar-Dasar Ekonometrika. Penerbit Andi. Yogyakarta.
128
Setiawan, Muhamad A. 2005. Optimalisasi Produksi Teh Hitam (Studi Kasus Pabrik Perkebunan Kertasarie. Desa Tarumajaya, Kecamatan Tarumasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat). Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sudrajat, Jajat. 1997. Analisis Ekonomi Pengelolaan Air PDAM di Kotamadya Pontianak (Suatu Kajian Pengembangan Kebijaksanaan Ekonomi dalam Pengelolaan Sumber Daya Air). Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sugiarto, Eddy. 1995. Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan Air untuk Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Syaukat, Yusman. 2000. Economics of Integrated Surface and Groundwater Use Management In The Jakarta region, Indonesia. Tesis. The University of Guelph : The Faculty of Graduate Studies. Tietenberg, Thomas H. 1984. Environmental and Natural Resource Economics. Scott, Foresman and Company. United States. Turner et al., 2004. Economic Valuation Of Water Resources In Agriculture From The Sectoral To A Functional Perspective Of Natural Resource Management. Food And Agriculture Organization of The United Nations. Rome. Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta.
129
LAMPIRAN
Lampiran 1.
DATA PRODUKSI PDAM TIRTA PATRIOT
Bulan
Tahun
Januari Februari
2004 2004
242.100 258.500
254.900 275.616
Pemakaian Daya Listrik (Kwh) 874,10 1293,80
Maret
2004
249.454
281.232
1113,10
April
2004
256.200
285.120
1532,50
Mei
2004
284.300
291.946
1194,40
Juni
2004
263.500
298.080
709,88
Juli
2004
283.000
289.267
677,54
Agustus
2004
261.800
267.840
504,06
September
2004
319.700
326.592
472,75
Oktober
2004
282.600
289.267
601,38
November
2004
382.200
388.800
737,93
Desember
2004
401.100
407.117
880,36
Januari
2005
395.300
407.117
1024,31
Februari
2005
380.300
387.072
1465,80
Maret
2005
430.600
439.258
1316,07
April
2005
479.400
487.296
1457,88
Mei
2005
509.900
516.931
1917,12
Juni
2005
456.848
466.560
1753,69
Juli
2005
433.759
441.936
1890,40
Agustus
2005
428.848
436.579
2317,94
September
2005
501.211
508.032
198,74
Oktober
2005
500.969
506.218
266,20
November
2005
429.200
435.456
267,54
Desember
2005
478.900
484.790
1174,51
Januari
2006
516.300
522.288
716,23
Februari
2006
469.900
476.582
966,01
Maret
2006
525.200
530.323
1181,40
April
2006
515.900
523.584
1093,31
Mei
2006
518.200
524.966
1247,99
Juni
2006
486.400
492.480
1391,43
Juli
2006
562.700
570.499
1766,51
Agustus
2006
631.900
640.138
1736,00
September
2006
448.313
456.192
2061,26
Oktober
2006
479.237
487.469
389,95
November
2006
459.210
466.560
2420,50
Desember
2006
460.024
468.720
3596,88
Januari
2007
480.974
487.169
716,21
Februari
2007
407.764
459.648
966,01
Maret
2007
489.837
495.504
1181,40
April
2007
613.400
622.080
1093,31
Mei
2007
488.505
515.808
1247,99
Juni
2007
569.006
578.016
1391,43
Juli
2007
603.661
632.102
1766,51
Produksi air (m3)
Air baku (m3)
Tingkat kekeruhan air baku (NTU)
Jumlah total pemakaian bahan kimia (Kg)
582
10.550
345
11.300
457
12.000
520
18.000
268
14.000
180
12.000
114
14.500
176
15.000
132
15.000
141
14.000
392
20.000
695
26.000
665
21.000
986
21.000
2.252
26.000
2.573
26.000
1.169
30.000
522
29.000
317
23.500
317
21.500
211
21.000
894
25.500
1.404
26.000
446
23.000
1.229
25.000
1.260
28.000
1.943
25.500
2.110
28.500
1.240
29.000
846
25.500
694
28.000
710
30.500
620
29.000
959
25.500
1.323
30.500
958
38.000
1.123
42.500
5.160
48.000
261
30.500
504
26.500
311
32.000
760
36.000
102
33.500
130
Agustus
2007
588.089
650.416
1736,00
September
2007
576.606
643.812
2061,26
Oktober
2007
582.060
661.565
3891,95
November
2007
577.014
661.481
2420,59
Desember
2007
574.691
653.763
3596,88
Januari
2008
640.773
643.989
5091,83
Februari
2008
589.301
592.521
5176,95
Maret
2008
628.091
631.307
6210,15
April
2008
674.585
622.946
5799,73
Mei
2008
673.781
677.801
6107,77
Juni
2008
660.397
664.397
6101,74
Juli
2008
664.744
668.764
6408,75
Agustus
2008
673.449
677.469
7919,97
September
2008
628.396
636.436
9590,45
Oktober
2008
588.666
592.686
9614,14
November
2008
655.849
663.989
9855,63
Desember
2008
661.469
669.509
14062,47
Januari
2009
615.023
654.353
4761,04
Februari
2009
683.046
754.701
8648,82
Maret
2009
583.470
634.094
10412,73
April
2009
642.590
667.290
8979,33
73
36.500
93
35.000
170
39.000
540
39.000
1.474
47.000
799
45.000
342
43.500
1.202
48.000
1.097
52.000
247
40.000
64
36.500
77
39.000
86
41.500
549
22.125
386
13.875
635
18.150
751
17.650
577
15.675
169
15.040
1.119
21.050
1.020
23.425
Sumber : PDAM Tirta Patriot (2009), diolah.
131
Lampiran 2 a. Uji gambar plot sisaan untuk Produksi Air Persamaan (1) Residual Plots for produksi air Normal Probability Plot of the Residuals
Residuals Versus the Fitted Values
99
50000
90
25000
Residual
Percent
99.9
50 10
-25000 -50000
1 0.1
-80000
-40000
0 Residual
40000
80000
300000 400000 500000 600000 Fitted Value
Histogram of the Residuals
700000
Residuals Versus the Order of the Data
24
50000
18
Residual
Frequency
0
12 6
25000 0 -25000 -50000
0
-60000
-40000
-20000
0
20000
40000
1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Observation Order
60000
Residual
b. Uji Kenormalan Persamaan (1) uji kenormalan tanpa transformasi Normal 99.9
Mean StDev N KS P-Value
99
Percent
95 90
-3.39696E-10 21655 64 0.199 <0.010
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1
-80000 -60000
-40000 -20000
0
20000
40000
60000
80000
RESI1
132
c. Uji Kebebasan Persamaan (1) Runs Test: RESI1 Runs test for RESI1 Runs above and below K = -3.39107E-10 The observed number of runs = 13 The expected number of runs = 29.875 42 observations above K, 22 below P-value = 0.000
133
Lampiran 3 a. Uji gambar plot sisaan untuk produksi air hasil transformasi persamaan (2) Residual Plots for produksi air Normal Probability Plot of the Residuals
Residuals Versus the Fitted Values
99.9 99
50000 Residual
Percent
90 50 10 1
-50000
0.1
-80000
-40000
0 Residual
40000
80000
200000
Histogram of the Residuals
400000 Fitted Value
600000
Residuals Versus the Order of the Data
10.0
50000
7.5
Residual
Frequency
0
5.0
0
2.5 -50000
0.0
-40000
-20000
0
20000
40000
1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Observation Order
60000
Residual
(b) Uji kenormalan produksi air hasil transformasi persamaan (2) uji kenormalan dengan transformasi Normal 99.9
Mean StDev N KS P-Value
99
Percent
95 90
1.736225E-09 21058 64 0.073 >0.150
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1
-50000
-25000
0 RESI2
25000
50000
75000
134
c. Uji kebebasan produksi air hasil transformasi persamaan (2) Runs Test: RESI2 Runs test for RESI2 Runs above and below K = 1,548088E-09 The observed number of runs = 27 The expected number of runs = 33 32 observations above K; 32 below P-value = 0,131
135
Lampiran 4. Korelasi Antar Variabel Bebas Persamaan (2) Correlations: ln AB, BKT, ln PDL, TKA ln AB 0.635 0.000
ln PDL
TKA
0.039 0.758
-0.103 0.419
BKT
0.592 0.000
0.277 0.027
ln PDL
TKA
0.277 0.027
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
136
Lampiran 5 Olahan Data Analisis Regresi Fungsi Produksi Regression Analysis: PA, ln AB, BKT, ln PDL,TKA The regression equation is PA = - 4986263 + 412220 ln AB + 0.121 BKT +10817 ln PDL - 8.27 TKA Predictor Constant ln AB BKT ln PDL TKA
Coef -4986263 412220 0.1209 10817 -8.270
S = 21759.7
SE Coef 174736 14873 0.3457 3674 3.552
R-Sq = 97.3%
T -28.54 27.72 0.35 2.94 -2.33
P 0.000 0.000 0.728 0.005 0.023
VIF 2.5 1.7 1.7 1.1
R-Sq(adj) = 97.1%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source ln AB BKT ln PDL TKA
DF 1 1 1 1
DF 4 59 63
SS 1.01178E+12 27935685002 1.03972E+12
MS 2.52945E+11 473486186
F 534.22
P 0.000
Seq SS 1.00382E+12 371646625 5019986032 2566324350
Unusual Observations
Obs 38 46 47 52
ln AB 13.0 13.4 13.4 13.3
PA 407764 582060 577014 674585
Fit SE Fit Residual St Resid 425818 15250 -18054 -1.16 X 631181 5095 -49121 -2.32R 622932 4701 -45918 -2.16R 604607 8005 69978 3.46R
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence.
137
Lampiran 6
Tarif Air Minum Di Kota dan Kabupaten Bekasi Klmpk I
II
III
IV
V
Nama Kelompok 1. Hidran Umum 2. Kamar Mandi/ WC Umum 3. Terminal Air 4. Tempat Ibadah 1. Rumah Sangat Sederhana (RSS) 2. Panti Asuhan 3. Yayasan Sosial 4. Sekolah Negeri 5. Rumah Sakit Pemerintah 6. Instansi Pemerintah Kec/Kel 7. ABRI Tingkat Kabupaten/Kota 1. Rumah Bukan RSS & Bukan Rumah Mewah 2. Niaga Kecil 3. Industri Rumah Tangga 4. Instansi Pemerintah Kabupaten/ Kota 5. ABRI Tingkat Kabupaten dan Kota 1. Rumah Mewah 2. Niaga Besar 3. Industri 4. Instansi Pemerintah Provinsi 5. ABRI Tingkat Pusat dan Provinsi 6. Kedutaan Asing dan Konsulat Asing 1. Kelompok Khusus Lainnya
Tarif 1 0-10m3 1.035 1.035 1..035 1.035 1.380 1.035 1.035 1.380 1.380 1.380 1.380 1.610
Tarif 2 11-20m3 1.035 1.035 1.035 1.150 1.955 1.035 1.035 2.300 2.300 2.300 2.300 2.300
Tarif 3 21-30m3 1.035 1.035 1.035 1.380 2.530 1.035 1.035 3.450 3.450 3.450 3.450 2.990
Tarif 4 >30 m3 1.035 1.035 1.035 1.610 3.105 1.035 1.035 4.830 4.830 4.830 4.830 3.680
2.990 4.255 1.380 1.380 2.990 4.255 4.140 1.380 1.380 2.070 1.610
3.585 4.830 2.300 2.300 4.025 4.830 4.715 2.300 2.300 3.450 1.610
4.140 5.405 3.450 3.450 5.060 5.405 5.290 3.450 3.450 3.450 1.610
4.715 5.980 4.830 4.830 6.095 5.980 5.865 4.830 4.830 5.175 1.610
Sumber: PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi, 2008
138
Lampiran 7. a Plot Data Produksi PDAM Tirta Patriot Januari 2004 – April 2009 Produksi Air PDAM Tirta Patriot 700000
Produksi air (m3)
600000
500000
400000
300000
200000 1
6
12
18
24
30 36 Index
42
48
54
60
b.Plot Data Produksi PDAM Tirta Patriot Januari 2004 – April 2009 Pembedaan Orde 1 Produksi Air PDAM Tirta Patriot Pembedaan Orde 1 100000 50000
C2
0 -50000 -100000 -150000 -200000 1
6
12
18
24
30 36 Index
42
48
54
60
c. Plot Data Produksi PDAM Tirta Patriot Januari 2004-April 2009 Diferensiasi 2 139
Produksi Air PDAM Tirta Patriot Pembedaan Orde 2 200000
C3
100000
0
-100000
-200000 1
6
12
18
24
30 36 Index
42
48
54
60
d. Plot Data Produksi PDAM Tirta Patriot Januari 2004-April 2009 Pembedaan Orde 3 Produksi Air PDAM Tirta Patriot Pembedaan Orde 3 150000 100000 50000
C4
0 -50000 -100000 -150000 -200000 1
6
12
18
24
30 36 Index
42
48
54
60
Lampiran 8. Transformasi Data Produksi Air PDAM Tirta Patriot dengan 140
Box-Cox Transformation Box-Cox Plot of Produksi air (m3) Lower CL
130000
Upper CL Lambda (using 95.0% confidence)
120000
Estimate
110000
Lower CL Upper CL
StDev
100000
Rounded Value
90000
0.39 -0.43 1.29 0.50
80000 70000 60000 50000 40000
Limit -5.0
-2.5
0.0 Lambda
2.5
5.0
Lampiran 9. a. Plot Data Produksi Air PDAM Tirta Patriot dengan Transformasi Pangkat 0.5
141
Produksi Air PDAM Tirta Patriot^0.5 850
Produksi air PDAM^0.5
800 750 700 650 600 550 500 1
6
12
18
24
30 36 Index
42
48
54
60
b. Plot Data Produksi Air PDAM Tirta Patriot dengan Transformasi Pangkat 0.5 Pembedaan Orde 1 Produksi Air PDAM Tirta Patriot Pembedaan Orde 1 100
50
C6
0
-50
-100
-150 1
6
12
18
24
30 36 Index
42
48
54
60
Lampiran 10. Plot Fungsi Autokorelasi dari Data Produksi Hasil Transformasi 142
Pembedaan Orde 1
Autocorrelation Function for pembedaan orde hasil transformasi (with 5% significance limits for the autocorrelations) 1.0 0.8
Autocorrelation
0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 1
2
3
4
5
6
7
8 9 Lag
10
11
12
13
14
15
16
Lampiran 11.
143
Plot Fungsi Parsial Autokorelasi pada Data Produksi Hasil Transformasi Pembedaan Orde 1
Partial Autocorrelation Function for pembedaan orde hasil transformasi (with 5% significance limits for the partial autocorrelations) 1.0
Partial Autocorrelation
0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 1
2
3
4
5
6
7
8 9 Lag
10
11
12
13
14
15
16
Lampiran 12.
144
Peramalan Data Produksi Air Pdam Tirta Patriot dengan Arima (2,1,0) ARIMA Model: Produksi air PDAM^0.5 Estimates at each iteration Iteration 0 1 2 3 4 5 6 7
SSE 101025 86797 76485 70092 67622 67589 67589 67589
Parameters 0.100 0.100 4.011 -0.050 -0.010 5.243 -0.200 -0.120 6.471 -0.350 -0.231 7.693 -0.500 -0.341 8.906 -0.518 -0.355 9.049 -0.519 -0.356 9.055 -0.519 -0.356 9.055
Relative change in each estimate less than 0.0010
Final Estimates of Parameters Type AR 1 AR 2 Constant
Coef -0.5193 -0.3558 9.055
SE Coef 0.1211 0.1243 4.229
T -4.29 -2.86 2.14
P 0.000 0.006 0.036
Differencing: 1 regular difference Number of observations: Original series 64, after differencing 63 Residuals: SS = 67574.4 (backforecasts excluded) MS = 1126.2 DF = 60
Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic Lag Chi-Square DF P-Value
12 5.8 9 0.759
24 15.6 21 0.791
36 26.0 33 0.801
48 33.1 45 0.905
Forecasts from period 64
Period 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
Forecast 813.34 802.87 813.19 820.61 822.14 827.76 833.35 837.50 842.41 847.44 852.14 856.97 861.84 866.65 871.47 876.31 881.14 885.97 890.80
95% Limits Lower Upper 747.55 879.13 729.87 875.87 735.72 890.66 732.93 908.29 727.65 916.63 727.71 927.81 726.96 939.74 725.41 949.60 725.11 959.72 724.95 969.94 724.70 979.58 724.81 989.12 725.10 998.58 725.47 1007.82 726.01 1016.94 726.68 1025.95 727.44 1034.83 728.32 1043.61 729.29 1052.30
Actual
145
84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148
895.63 900.45 905.28 910.11 914.94 919.77 924.60 929.43 934.26 939.09 943.92 948.74 953.57 958.40 963.23 968.06 972.89 977.72 982.55 987.38 992.21 997.04 1001.86 1006.69 1011.52 1016.35 1021.18 1026.01 1030.84 1035.67 1040.50 1045.33 1050.15 1054.98 1059.81 1064.64 1069.47 1074.30 1079.13 1083.96 1088.79 1093.62 1098.45 1103.27 1108.10 1112.93 1117.76 1122.59 1127.42 1132.25 1137.08 1141.91 1146.74 1151.56 1156.39 1161.22 1166.05 1170.88 1175.71 1180.54 1185.37 1190.20 1195.03 1199.86 1204.68
730.35 731.50 732.72 734.02 735.39 736.82 738.32 739.87 741.48 743.14 744.86 746.62 748.42 750.27 752.17 754.10 756.07 758.08 760.12 762.20 764.32 766.46 768.63 770.84 773.07 775.33 777.62 779.94 782.28 784.64 787.03 789.45 791.88 794.34 796.82 799.31 801.83 804.37 806.93 809.51 812.10 814.72 817.35 820.00 822.66 825.34 828.04 830.75 833.48 836.22 838.98 841.75 844.54 847.34 850.15 852.97 855.81 858.66 861.53 864.40 867.29 870.19 873.10 876.03 878.96
1060.90 1069.41 1077.84 1086.20 1094.49 1102.72 1110.88 1118.99 1127.03 1135.03 1142.98 1150.87 1158.72 1166.53 1174.30 1182.02 1189.71 1197.36 1204.97 1212.55 1220.10 1227.61 1235.09 1242.55 1249.97 1257.37 1264.74 1272.08 1279.40 1286.69 1293.96 1301.21 1308.43 1315.63 1322.81 1329.97 1337.11 1344.23 1351.33 1358.41 1365.47 1372.51 1379.54 1386.55 1393.55 1400.52 1407.48 1414.43 1421.36 1428.28 1435.18 1442.06 1448.94 1455.79 1462.64 1469.47 1476.29 1483.10 1489.89 1496.67 1503.44 1510.20 1516.95 1523.68 1530.41
146
149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184
1209.51 1214.34 1219.17 1224.00 1228.83 1233.66 1238.49 1243.32 1248.15 1252.98 1257.80 1262.63 1267.46 1272.29 1277.12 1281.95 1286.78 1291.61 1296.44 1301.27 1306.09 1310.92 1315.75 1320.58 1325.41 1330.24 1335.07 1339.90 1344.73 1349.56 1354.39 1359.21 1364.04 1368.87 1373.70 1378.53
881.91 884.86 887.83 890.80 893.79 896.79 899.80 902.81 905.84 908.87 911.92 914.97 918.04 921.11 924.19 927.28 930.38 933.48 936.60 939.72 942.85 945.99 949.14 952.29 955.45 958.62 961.80 964.98 968.17 971.37 974.58 977.79 981.01 984.23 987.46 990.70
1537.12 1543.82 1550.52 1557.20 1563.87 1570.53 1577.18 1583.82 1590.45 1597.08 1603.69 1610.29 1616.89 1623.47 1630.05 1636.62 1643.18 1649.73 1656.28 1662.81 1669.34 1675.86 1682.37 1688.87 1695.37 1701.86 1708.34 1714.81 1721.28 1727.74 1734.19 1740.64 1747.08 1753.51 1759.94 1766.36
Lampiran 13.
147
a. Uji gambar plot sisaan model ARIMA (2,1,0) untuk produksi air PDAM Tirta Patriot Residual Plots for Produksi air PDAM^0.5 Normal Probability Plot
Versus Fits 100
99.9
50
90
Residual
Percent
99
50 10 1 0.1
-100
-50
0 Residual
50
0 -50 -100
100
500
100
12
50
8 4 0
-80
-40
0 Residual
800
Versus Order
16
Residual
Frequency
Histogram
600 700 Fitted Value
40
0 -50 -100
80
1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Observation Order
b. Uji kenormalan model ARIMA (2,1,0) Probability Plot of RESI1 Normal 99.9
Mean StDev N AD P-Value
99 95
Percent
90
0.04743 33.01 63 0.178 0.915
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1
-100
-50
0 RESI1
50
100
c. Uji kebebasan model ARIMA (2,1,0) Runs Test: RESI1 Runs test for RESI1 Runs above and below K = 0.0474314 The observed number of runs = 37 The expected number of runs = 32.4921 32 observations above K, 31 below
148
Lampiran 14. a. Proyeksi data produksi air PDAM Tirta Patriot (dalam bulanan)
149
Bulan Tahun Forecast^0.5 Lower Upper Hasil Forecast Mei 2009 813.341 747.5511 879.1308 661523.5414 Juni 2009 802.8694 729.8737 875.865 644599.1968 Juli 2009 813.1909 735.7178 890.664 661279.4397 Agustus 2009 820.6122 732.9322 908.2922 673404.4488 September 2009 822.1406 727.6469 916.6343 675915.1656 Oktober 2009 827.7613 727.7095 927.8132 685188.8172 November 2009 833.3538 726.9627 939.7449 694478.53 Desember 2009 837.5047 725.4098 949.5996 701414.0873 Januari 2010 842.4143 725.1056 959.7229 709661.798 Februari 2010 847.4428 724.9473 969.9383 718159.3344 Maret 2010 852.1396 724.6958 979.5835 726141.9262 April 2010 856.9664 724.8101 989.1227 734391.3563 Mei 2010 861.8437 725.1027 998.5847 742774.5372 Juni 2010 866.6485 725.4721 1007.825 751079.6193 Juli 2010 871.473 726.0076 1016.938 759465.1386 Agustus 2010 876.313 726.6758 1025.95 767924.5328 September 2010 881.138 727.4412 1034.835 776404.1829 Oktober 2010 885.9653 728.3158 1043.615 784934.4511 November 2010 890.7967 729.2904 1052.303 793518.7735 Desember 2010 895.6252 730.3516 1060.899 802144.4324 Januari 2011 900.4537 731.4973 1069.41 810816.8327 Februari 2011 905.2832 732.7226 1077.844 819537.727 Maret 2011 910.1122 734.0209 1086.204 828304.2559 April 2011 914.9411 735.3887 1094.494 837117.2821 Mei 2011 919.7703 736.8221 1102.718 845977.3836 Juni 2011 924.5993 738.3173 1110.881 854883.9483 Juli 2011 929.4284 739.8712 1118.986 863837.0879 Agustus 2011 934.2574 741.4807 1127.034 872836.9643 September 2011 939.0865 743.1431 1135.03 881883.4527 Oktober 2011 943.9155 744.8558 1142.975 890976.5602 November 2011 948.7446 746.6166 1150.873 900116.3278 Desember 2011 953.5737 748.4233 1158.724 909302.7316 Januari 2012 958.4027 750.2739 1166.532 918535.7693 Februari 2012 963.2318 752.1665 1174.297 927815.4508 Maret 2012 968.0608 754.0994 1182.022 937141.7716 April 2012 972.8899 756.071 1189.709 946514.7306 Mei 2012 977.7189 758.0797 1197.358 955934.33 Juni 2012 982.548 760.1242 1204.972 965400.569 Juli 2012 987.3771 762.2032 1212.551 974913.4473 Agustus 2012 992.2061 764.3153 1220.097 984472.9652 September 2012 997.0352 766.4594 1227.611 994079.1228 Oktober 2012 1001.864 768.6345 1235.094 1003731.92
150
November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei
2012 2012 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2015 2016 2016 2016 2016 2016
1006.693 1011.522 1016.351 1021.18 1026.01 1030.839 1035.668 1040.497 1045.326 1050.155 1054.984 1059.813 1064.642 1069.471 1074.3 1079.129 1083.958 1088.787 1093.616 1098.445 1103.274 1108.103 1112.933 1117.762 1122.591 1127.42 1132.249 1137.078 1141.907 1146.736 1151.565 1156.394 1161.223 1166.052 1170.881 1175.71 1180.539 1185.368 1190.197 1195.026 1199.856 1204.685 1209.514
770.8394 773.0731 775.3349 777.6237 779.9387 782.2791 784.6442 787.0333 789.4456 791.8805 794.3375 796.8158 799.3149 801.8344 804.3735 806.932 809.5092 812.1048 814.7183 817.3492 819.9971 822.6618 825.3427 828.0396 830.752 833.4797 836.2222 838.9794 841.7509 844.5364 847.3357 850.1483 852.9742 855.813 858.6645 861.5284 864.4046 867.2927 870.1927 873.1041 876.027 878.961 881.9059
1242.547 1249.972 1257.368 1264.737 1272.08 1279.398 1286.691 1293.96 1301.206 1308.429 1315.63 1322.81 1329.969 1337.108 1344.227 1351.326 1358.407 1365.47 1372.514 1379.542 1386.552 1393.545 1400.522 1407.484 1414.429 1421.36 1428.275 1435.176 1442.063 1448.935 1455.794 1462.64 1469.472 1476.291 1483.098 1489.892 1496.674 1503.444 1510.202 1516.949 1523.684 1530.408 1537.121
1013431.357 1023177.433 1032970.149 1042809.504 1052695.499 1062628.133 1072607.407 1082633.321 1092705.874 1102825.067 1112990.899 1123203.371 1133462.482 1143768.233 1154120.624 1164519.654 1174965.324 1185457.633 1195996.582 1206582.17 1217214.398 1227893.265 1238618.772 1249390.919 1260209.705 1271075.131 1281987.196 1292945.901 1303951.246 1315003.23 1326101.853 1337247.116 1348439.019 1359677.561 1370962.743 1382294.564 1393673.025 1405098.126 1416569.866 1428088.245 1439653.265 1451264.923 1462923.222
151
Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019 2019
1214.343 1219.172 1224.001 1228.83 1233.659 1238.488 1243.317 1248.146 1252.975 1257.804 1262.633 1267.462 1272.291 1277.12 1281.949 1286.779 1291.608 1296.437 1301.266 1306.095 1310.924 1315.753 1320.582 1325.411 1330.24 1335.069 1339.898 1344.727 1349.556 1354.385 1359.214 1364.043 1368.872 1373.702 1378.531 1383.36 1388.189 1393.018 1397.847 1402.676 1407.505 1412.334 1417.163
884.8616 887.8279 890.8047 893.7916 896.7887 899.7956 902.8123 905.8386 908.8744 911.9194 914.9736 918.0368 921.1089 924.1897 927.2792 930.3771 933.4834 936.598 939.7207 942.8514 945.99 949.1364 952.2905 955.4521 958.6213 961.7978 964.9816 968.1727 971.3708 974.5759 977.7879 981.0067 984.2323 987.4646 990.7034 993.9487 997.2004 1000.458 1003.723 1006.993 1010.27 1013.553 1016.841
1543.824 1550.516 1557.197 1563.868 1570.529 1577.18 1583.822 1590.454 1597.076 1603.689 1610.293 1616.888 1623.474 1630.051 1636.62 1643.18 1649.732 1656.275 1662.811 1669.338 1675.858 1682.369 1688.873 1695.37 1701.859 1708.34 1714.815 1721.282 1727.742 1734.195 1740.641 1747.08 1753.513 1759.939 1766.358 1772.771 1779.177 1785.577 1791.971 1798.358 1804.74 1811.115 1817.485
1474628.16 1486379.737 1498177.954 1510022.811 1521914.307 1533852.443 1545837.218 1557868.633 1569946.687 1582071.381 1594242.715 1606460.688 1618725.3 1631036.552 1643394.444 1655798.976 1668250.146 1680747.957 1693292.407 1705883.497 1718521.226 1731205.594 1743936.603 1756714.251 1769538.538 1782409.465 1795327.032 1808291.238 1821302.083 1834359.569 1847463.693 1860614.458 1873811.862 1887055.905 1900346.588 1913683.911 1927067.873 1940498.475 1953975.716 1967499.597 1981070.117 1994687.277 2008351.077
152
b. Grafik hasil model ARIMA (2,1,0) produksi air PDAM Tirta Patriot Time Series Plot for Produksi air PDAM^0.5 (with forecasts and their 95% confidence limits)
Produksi air PDAM^0.5
1750 1500 1250 1000 750 500 1
20
40
60
80
100 Time
120
140
160
180
Lampiran 15. Data Jumlah Penduduk Kota Bekasi. Kecamatan Bekasi Utara, Pondok Gede dan
153
Jati Asih Tahun 1994-2007
Tahun
Jumlah Penduduk Kota Bekasi (Jiwa)
Jumlah penduduk Bekasi Utara (Jiwa)
Jumlah Penduduk Pondok Gede (Jiwa)
Jumlah Penduduk Jati Asih (Jiwa)
1994
1,283,356
133467
258602
94680
1995
1,330,159
138751
266612
97611
1996
1,387,815
154057
216006
108196
1997
1,431,477
163332
224125
111525
1998
1,543,847
177378
238171
125571
1999
1,556,176
178919
239712
127112
2000
1,663,802
215964
242082
135331
2001
1,708,337
218671
214875
165188
2002
1,809,306
231667
227598
175280
2003
1,845,005
236303
232110
179038
2004
1,914,316
245804
147028
182461
2005
2,001,899
274968
196318
168210
2006
2,071,444
268673
210999
168896
2007
2,143,804
273512
224176
165520
Lampiran 16. Plot Data Jumlah Penduduk Kota Bekasi
154
Time Series Plot of Jumlah Penduduk Kota Bekasi 280000 260000
jmlh pnduduk
240000 220000 200000 180000 160000 140000 120000 1
2
3
4
5
6
7 8 Index
9
10
11
12
13
14
Lampiran 17. a. Plot Hasil Peramalan Jumlah Penduduk Kota Bekasi dengan Pemulusan Eksponensial Ganda
155
Smoothing Plot for Jumlah Penduduk Kota Bekasi Double Exponential Method Variable A ctual Fits Forecasts 95.0% PI
Jumlah Penduduk Kota Bekasi
3500000 3000000
Smoothing C onstants A lpha (level) 0.19119 Gamma (trend) 1.13308
2500000
Accuracy Measures MA PE 1 MA D 14917 MSD 384914709
2000000 1500000 1000000 3
6
9
12
15 18 Index
21
24
27
b. Uji Gambar dan Uji Kenormalan dari Residual Model Peramalan Jumlah Penduduk. Residual Plots for Jumlah Penduduk Kota Bekasi Normal Probability Plot
Versus Fits
99
40000 Residual
Percent
90 50
20000 0
10 1 -50000
-20000 -25000
0 Residual
25000
1400000 1600000 1800000 2000000 2200000
50000
Fitted Value
Histogram
Versus Order 40000
3
Residual
Frequency
4
2
20000 0
1 0
-20000 -20000 -10000
0
10000
20000
Residual
30000
40000
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14
Observation Order
156
Probability Plot of RESI1 Normal 99
Mean StDev N AD P-Value
95 90
3684 19998 14 0.694 0.054
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-50000
-25000
0 RESI1
25000
50000
c. Transformasi Data Jumlah Penduduk dengan Box-Cox Transformation Box-Cox Plot of Jumlah Penduduk Kota Bekasi Lower CL
80000
Upper C L Lambda (using 95.0% confidence) Estimate
75000
Lower CL Upper CL
StDev
Rounded Value
0.32 -2.64 3.70 0.50
70000 Limit 65000
60000 -5.0
-2.5
0.0 Lambda
2.5
5.0
Lampiran 18.
157
a. Hasil Peramalan Data Jumlah Penduduk Kota Bekasi Berdasarkan Transformasi Box-Cox Smoothing Plot for Pnddk Kota^0.5 Double Exponential Method 1900
Variable Actual Fits Forecasts 95.0% PI
1800
Pnddk Kota^0.5
1700
Smoothing C onstants A lpha (level) 0.240881 Gamma (trend) 0.258911
1600 1500
Accuracy Measures MAPE 0.4079 MAD 5.2204 MSD 46.6947
1400 1300 1200 1100 3
6
9
12
15 18 Index
21
24
27
b. Uji Gambar dan Uji Kenormalan dari Residual Model Peramalan Jumlah Penduduk Hasil Transformasi. Residual Plots for Pnddk Kota^0.5 Normal Probability Plot
Versus Fits
99 10 Residual
Percent
90 50
0
10 1
-10 -20
-10
0 Residual
10
20
1100
1200
Histogram
1300 Fitted Value
1400
1500
Versus Order
3
Residual
Frequency
10 2 1 0
0
-10 -10
-5
0 5 Residual
10
15
1
2
3
4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Observation Order
158
Probability Plot of RESI2 Normal 99
Mean StDev N AD P-Value
95 90
0.2841 7.085 14 0.485 0.190
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-20
-10
0 RESI2
10
20
c. Hasil Peramalan Jumlah Penduduk Kota Bekasi dalam 10 Tahun Yang Akan Datang. Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Hasil Peramalan 2224332.164 2302427.961 2381871.168 2462661.787 2544799.818 2628285.259 2713118.112 2799298.375 2886826.05 2975701.137 3065923.634 3157493.543
Upper 2262646 2342784 2424443 2507616 2592297 2678479 2766155 2855321 2945971 3038101 3131706 3226784
Lower 2186346 2262423 2339676 2418114 2497742 2578567 2660595 2743831 2828281 2913949 3000839 3088955
159
Lampiran 19. Plot Data Jumlah Penduduk Bekasi Utara Time Series Plot of Jumlah Penduduk Bekasi Utara Jumlah Penduduk Bekasi Utara (jiwa)
280000 260000 240000 220000 200000 180000 160000 140000 120000 1
2
3
4
5
6
7 8 Index
9
10
11
12
13
14
160
Lampiran 20. a. Plot Hasil Peramalan Jumlah Penduduk Bekasi Utara dengan Pemulusan Eksponensial Ganda.
Smoothing Plot for Jumlah Penduduk Bekasi Utara Double Exponential Method
Jumlah Penduduk Bekasi Utara
500000
Variable Actual Fits Forecasts 95.0% PI
400000
Smoothing C onstants A lpha (level) 0.366433 Gamma (trend) 0.240062
300000
Accuracy Measures MA PE 3 MA D 7070 MSD 81556774
200000
100000 3
6
9
12
15 18 Index
21
24
27
b. Uji Gambar dan Uji Kenormalan dari Residual Model Peramalan Jumlah Penduduk Bekasi Utara Residual Plots for Jumlah Penduduk Bekasi Utara Normal Probability Plot
Versus Fits
99
20000 Residual
Percent
90 50 10 1
10000 0 -10000
-20000
-10000
0 Residual
10000
20000
150000
20000
4.5
10000
3.0 1.5
300000
Versus Order
6.0 Residual
Frequency
Histogram
200000 250000 Fitted Value
0 -10000
0.0
-1
0 00 00 00 00 50 -5 -1
0
0 0 0 00 00 00 00 50 20 15 10
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14
Observation Order
Residual
161
Probability Plot of RESI1 Normal 99
Mean StDev N AD P-Value
95 90
-811.1 9334 14 0.306 0.521
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-20000
-10000
0 RESI1
10000
20000
c. Transformasi Data Jumlah Penduduk Bekasi Utara dengan Box-Cox Transformation. Box-Cox Plot of Jumlah Penduduk Bekasi Utara Lower C L
22000
Upper C L Lambda (using 95.0% confidence) Estimate
20000
Lower CL Upper CL
StDev
18000
Rounded Value
0.74 -1.40 3.06 0.50
16000 14000 12000
Limit
10000 -5.0
-2.5
0.0 Lambda
2.5
5.0
Lampiran 21.
162
a. Hasil Peramalan Data Jumlah Penduduk Bekasi Utara Berdasarkan Transformasi Box-Cox Smoothing Plot for Jumlah Penduduk Bekasi Utara^0.5 Double Exponential Method 800
Variable Actual Fits Forecasts 95.0% PI
700
500
Accuracy Measures MAPE 1.736 MAD 8.146 MSD 107.653
C6
600
Smoothing C onstants A lpha (level) 0.428290 Gamma (trend) 0.260453
400
3
6
9
12
15 18 Index
21
24
27
b. Uji Gambar dan Uji Kenormalan dari Residual Model Peramalan Jumlah Penduduk Bekasi Utara Hasil Transformasi. Residual Plots for Pnddk Bekasi Utara^0.5 Normal Probability Plot
Versus Fits
99
20 Residual
Percent
90 50
10 0 -10
10 1
-20
-10
0 Residual
10
-20 350
20
400
Histogram
550
20
2
Residual
Frequency
500
Versus Order
3
1 0
450 Fitted Value
10 0 -10
-15
-10
-5
0 5 Residual
10
15
20
-20
1
2
3
4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Observation Order
163
Probability Plot of RESI2 Normal 99
Mean StDev N AD P-Value
95 90
-1.852 10.59 14 0.320 0.495
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-30
-20
-10
0 RESI2
10
20
30
c. Hasil Peramalan Jumlah Penduduk Bekasi Utara dalam 10 Tahun Yang Akan Datang. Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Hasil Peramalan 294429 305932 317656 329600 341765 354150 366755 379581 392628 405894 419381 433089
Upper 316484 330650 345368 360594 376293 392440 409016 426007 443403 461196 479379 497947
Lower 273170 282174 291102 299999 308898 317825 326799 335833 344939 354124 363394 372755
164
Lampiran 22. Rencana Pelayanan PDAM Tirta Patriot di Wilayah Selatan
Rencana pengembangan wilayah Pondok Gede-Jati Asih
Wilayah Pelayanan Awal PDAM Tirta Patriot Wilayah Pelayanan PDAM Bekasi Wilayah Pelayanan PDAM Bekasi yang Akan Dialihkan ke PDAM Tirta Patriot Rencana Wilayah Pelayanan Baru Potensial Sumber : PDAM Tirta Patriot Kota Bekasi, 2008
165
Lampiran 23. a. Plot Data Jumlah Penduduk Pondok Gede Time Series Plot of Jumlah Penduduk Pondok Gede
Jumlah Penduduk Pondok Gede
275000
250000
225000
200000
175000
150000 1
2
3
4
5
6
7 8 Index
9
10
11
12
13
14
b. Hasil Peramalan Data Jumlah Penduduk Pondok Gede Smoothing Plot for Jumlah Penduduk Pondok Gede
Jumlah Penduduk Pondok Gede
Double Exponential Method Variable Actual Fits Forecasts 95.0% PI
250000
Smoothing C onstants A lpha (level) 0.295042 Gamma (trend) 0.226767
200000
Accuracy Measures MA PE 10 MA D 20152 MSD 704104238
150000
100000
50000 3
6
9
12
15 18 Index
21
24
27
166
c. Hasil Peramalan Jumlah Penduduk Pondok Gede dalam 10 Tahun Yang Akan Datang. Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Hasil Peramalan 197100.8436 194568.1758 192035.508 189502.8403 186970.1725 184437.5047 181904.8369 179372.1691 176839.5014 174306.8336 171774.1658 169241.498
Upper 246473.3 246208.6 246161.5 246303.5 246609 247056 247625 248299.8 249066.1 249912 250827.3 251803.4
Lower 147728.4 142927.7 137909.5 132702.2 127331.3 121819 116184.6 110444.6 104612.9 98701.63 92720.98 86679.64
167
Lampiran 24. a. Plot Data Jumlah Penduduk Jati Asih Time Series Plot of Jumlah Penduduk Jati Asih
Jumlah Penduduk Jati Asih
180000
160000
140000
120000
100000 1
2
3
4
5
6
7 8 Index
9
10
11
12
13
14
b. Hasil Peramalan Data Jumlah Penduduk Jati Asih Smoothing Plot for Jumlah Penduduk Jati Asih Double Exponential Method Variable A ctual Fits Forecasts 95.0% PI
Jumlah Penduduk Jati Asih
400000
300000
Smoothing C onstants A lpha (level) 1.12805 Gamma (trend) 0.17074
200000
Accuracy Measures MA PE 5 MA D 7482 MSD 98100773
100000
0 3
6
9
12
15 18 Index
21
24
27
168
c. Hasil Peramalan Jumlah Penduduk Jati Asih dalam 10 Tahun Yang Akan Datang. Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Hasil Peramalan 166971 169325 171679 174032 176386 178740 181093 183447 185800 188154 190508 192861
Upper 185302 199846 214841 229981 245186 260425 275685 290957 306238 321525 336817 352112
Lower 148641 138804 128517 118084 107586 97054 86502 75937 65363 54783 44199 33611
169