WAKAF TUNAl DALAM PERSPEKTIF ULAMA l~IQIH (Stut/i Aualisis Pellt/apat U/amallauajiyall t/an Saji'~vall)
Olch:
FITRA HAYANI NI~:202046101271
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRA~STUDI~UA~ALAH
FAKULTAS SYARIAH DANHUKUM UNIVERSITAS ISLA~ NEGERI SYARIF IllDAYATULLAH .JAKRTA
1428 HJ 2007 ~
WAI
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Oelal' Smjana Ekonomi Islam
Oleh:
FITRA HA YANI 202046101271
NI~:
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI' AH JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARP AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul WAKAF TUNAl DALAM PERSPEKTIF ULAMA FIQIH (Studi Analisis Pendapat Ulama Han£{{iyah dan Syaji'yah) telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukurn DIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 Maret 2007, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Salu (SI) pada Program Studi Muamalah.
PANITIA U.nAN MUNAQASYAH 1. Ketua
: Drs. Djawahir Hejazziey, SI-L MA
2. Sekretaris
: Drs. H. Ahmad Yani, MA
3. Penguji I
: Dr. H. Ahmad Mukri Adji, MA
4. Penguji II
: Drs. H. Ahmad Yani, MA
5. Pembimbing : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA
(r
)
(~.)
KATA PENGANTAR
,
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat serta hidayah yang telah diberikan-Nya kepada penuJis, terutama dalam penyusunall karya ilmiah illi. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada sosok yang tidak akall aman sebelum umatnya merasa nyaman, dan mendedikasikan hidupllya untuk membawa umat manllsia keluar dari jurang kebiadaban
men~ju
umat yang dihiasi oleh peradaban, yaitu Nabi Muhammad
SAW, keluarganya, sahabatnya serta para pengikutnya yang setia terhadap ajaran yang dibawa beJiau sampai akhir zaman. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dalam mencapai gelar smjana strata satu (SI) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam menyelesaikan pellulisan skripsi ini, penuJis rnendapatkan banyak hambatan, tantangan dan godaan serta lainnya. Namull berkat hidayah dan pertolongml Allah SWT, ketulusan hati dan keikhlasan niat setia motivasi dari berbagai pihak, akhirnya segala hambatan itu bisa diatasi dengan baik, sehingga skripsi ini bisa diselesaikan. Sebagai seorang hamba yang jauh dari nilai-nilai kesempurnaan, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tak terl,epas dari bantuan
berbagai pihak baik bantuan morii maupun materi!. Sebagai ucapan terima kasih dan penghargaan, dari hati sanubari yang paling dalam penulis berikan salam fa 'zim kepada semua pihak, antara iain kepada:
I. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hiadayat, selaku rektor UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta 2. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Suma, MA, SH, MM selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA, dan Drs. H Ahmad yani, MA, selaku ketua dan sekretaris program Non Reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4.
Euis Amalia M.Ag dan Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag selaku ketua dan sekretaris Jurusan Perbankan Syariah Non-Reguier Fakultas Syariah dan I-Iukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa siap dan sabar meiayani penulis dalam setiap urusan administrasi dan akademik.
5. Kepada semua Dosen Program Non-Reguler serta civitas akademika Fakultas Syariah dan I-Iukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberikan motivasi dan transformasi ilmu pengetahuan selama penulis menjalankan studi di kampus tercinta ini. 6. Prof. Dr. Hj. I-Iuzaemah Tahido Yanggo, MA, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing penulis hingga penulisan skripsi ini selesai.
9. Pihak Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
yang
telah
memberikan
pelayanan
dan
menyediakan buku-buku referensi, sehingga penulis dapat menyelesaikall skripsi ini dengall baik. 10. Kepada semua pihak yang tidak mungkill penlllis seblltkall satu persatn. Penulis hanya dapat berdo'a semoga amal kebaikann1ereka mendapatkan balasall yang layak di sisi Allah SWT. Akhirnya penulis mendo'akan semoga Tuhan membalas dengan balasan yang setimpal. Sebagai karya ilmiah penulis tidak menutup mata terhadap kesempurnaan baik dari segi isi maupun sistematikapenulisan, serta penulis sangat mellgharapkan kritikan konstruktif. MiItimalnyakarya inibiasanya menjadi kontribusi positif terhadap pengemballgan ilmu pengetahuan , khususnya bagi penulis sendiri.
Jakarta: 28 Mei 2007 M 11 Jumadil AwWal 1428 H.
Penulis
DAFTARISI KATA PENGANTAR
···
··.. ·
·
··..·
..
DAFTAR lSI....... BAB I:
v
PENDAHULUAN A. LataI' Belakang Masalah B. Pembatasan dan Penunusan Masalah
.. ·
· 10
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian D. Metode Penelitian
E. Sistematika Penulisan
BAB II:
10 ·....................
II
· 12
KONSEP WAKAF DALAM ISLAM A. Pengertian Wakaf
13
B. Dasar Hukum Wakaf......................................................................
15
I. Al Qur'an
16
2. Sunnah Rasulullah....................................................................
19
3. WakafMenurut Interpretasi Ulama
22
4. Perundang-undangan Wakaf.................................................... 22 C. Syarat dan Ruklln Wakaf
26
I. Wakif(Orang Yang Memberi Wakaf)
26
2. Mauqllf'Alaih (Orang yang Menerima Wakaf)
28
3. MallqufBih (Harta Wakaf)
28
4. Sighat......................................................................................... 29
D. Nadzir (Pengelola Harta Wakaf)
31
BAB III: WAKAF TUNAl A. Pengertian WakafTunai................................................................
B. Sejarah WakafTunai
34
· 36
C. Tujuan dan Manfaat WakafTunai
39
I. Tujuan WakafTunai
39
2. Manfaat WakafTunai
41
BAB IV: HUKUM WAKAF TUNAl DALAM PERSPEKHF ULAMA FIQIH (Hanafiyah dan Safi' iyah)
A. Pandangan Ulama Safi'iyah Tentang Hukum WakafTunai..........
45
B. Pandangan Ulama Hanafiyah Tentang Hukum WakafTunai........ 47 C. Ana1isa Penulis Terhadap Pandangan Ulama Hanafiyah dan Safi'iyah Tentang Hukum WakafTunai
BAB V.
"......................
49
PENUTUP Kesimpulan
57
Saran-Saran
64
DAFTAR PUSTAKA
65
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah Islam, wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW, wakaf disunatkan setelah Nabi SAW berhijrah ke Madinah, pada tahun kedua Hijriah. Ada dua pendapat yang berkembang di kalangan ahli yurisprudensi Islam (fiJqaha') tentang siapa yang pertama kali melaksanakan syan'at wakaf. Pendapat
ini berdasarkan hadis riwayat Vmar bin Syaibah dan Amr bin Sa'ad bin Muaz, ia berkata: "/}O~
a
...
Q-J ...
J ~.:.~ ~JJJ "
Arlinya: "Dan diriwaya/kan dari Umar bin Syaibah, dari Umar bin Sa 'ad bin Mu'az ia berkata : Kami bertanya tentang mula-mula wakaf dalam Islam? Orang Muhajirin mengatakan adalah wakaf umar, sedangkan orang-orang Anshar menyatakan adalah waka.f Rasulullah SAW (HR. Bukhori/ I Ahmad bin Ali bin Hijir abll Fadhol al Askhalani as Syafi'I, Pathul bari Sharhi Shahih al Bukhori. (Beirut: Darl Ma'rifah, 195&), hal. 402
2
Mereka mengatakan bahwa yang pertama kalj melaksanakan Syari'at wakaf adalah Umar bin Khatab, pendapat ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan lbnu Umar ra. la berkata: 2
2 Departemen Agama RI, Fikih Wakaf, (Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, Direktorat Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003), hal. 4
3
Artinya:"Dari ibnu Umar r.a, katanya Umar (Bapaknya) mendapat bagian tanah/kebun di Khaibar, ia datang kepada Rasulullah un/uk minta pendapat beliau, Umar berkata: Wahai Rasulullah, saya mendapat sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta yang saya anggap lebih berharga dari padanya, maIm apakah yang akan engkau perintahkan kepada saya tentang tanah itu?Rasulullah menjawab: "Jika anda rela tanah/kebun itu wakqfkan selja dan hasilnya disedekahkan. Maka oleh Umar, perintah Rasulluh diturutinya. Bahwa tanah ilu tidak diperjual belikan. tidak diwariskan, dan tidak pula dihibahkan. kata Ibnu Umar, maka hasil kebun ilu disedekahkan umar kepada fakir miskin, sanak famili, memerdekakan budak, jisabillillah, tbnu saM!, dan tamu. Bagi pengurus kebun itu dibolehkan mengambil nafkah sederhana dari pada hasilnya dan memeberi makan temanteman tanpa memboroskannya. (HR. Muslim;J
Sebenarnya siapapun yang lebih dahulu melaksanakan wakaf tidak penting, baik itu Rasulullah SAW maupun Umar bin Khattab, yang paling penting adalall pesan wakaf telah sampai kepada seluruh umat Islanl yang ada di dunia ini. Wakaf menjadi luas pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiyyah, dan terns berkembang hingga sekarang ini sesuai dengan tuntutan zaman. Bahkan sekarang wakaf menjadi salah satu lembaga sosial Islam atau disingkat dengan LSI. Pada satu sisi wakaf bemmgsi sebagai hablum minallah. Di sisi lain berfungsi sebagai salah satu sumber daya ekonomi. Artinya penggunaan wakaf tidak terbatas hanya untuk keperluan kegiatan-kegiatan tertentu sqja berdasarkan orientasi konvensional seperti pendidikan, mesjid, rumah sakit dan lain-lain, telapi wakaf dalam pengertian luas dapat pula
3
1984), h. 86
Bisarhi Nawawi,
Shahth Muslim, (Beirut, Libanon: Darul Ihyn' at-Tums al-'Arabi . , ,
4
dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi sepelii industri, real estate, restauran dan lain-lain yang sesuai dengan syari'at Islam. Wakaf terus berkembang pesat sebagai salah satu solusi altematif dari krisis ekonomi terutama yang dikenal dengan wakaf tunai (cash waqf). Wakaf pada mulanya hanya keinginan seseorang yang ingin berbuat baik dengan kekayaan yang dimilikinya dan dikelola seCal'a individu tanpa ada aturan yang pasti. Namun setelah umat Islall1 merasakan betapa manfaatnya lembaga wakaf, maka timbullah keinginan untuk mengatur perwakafan dengan baik., Kadang kala pengertian wakaf dirancukan dengan pengertian sedekah dan hibah. Padahal antara wakaf, sedekah, dan hibah tersebut terdapat perbedaan perbedaan penting yaitu:
Wahr Menyerahkan
kepemilikan
Sedekah / Hibah suatu
barang kepada orang lain Hak milik atas barang dikembalikan
Menyerahkan
kepemilikan
suatu
barang kepada pihak lain. Hak milik atas barang diberikan
kepada Allah
kepada penerima sedekah / hibah
Objek wakaf tidak boleh diberikan
Objek
atau dijual kepada pihak lain.
diberikan atau dijuaI kepada pihak
sedekah
/
hibah
boleh
~
lain. Manfaat barang biasanya dinikmati
Manfaat
barang
dinikmati
untuk kepentingan sosial.
penerima sedt:kah I hi bah
oleh
5
Objek wakafbiasanya kekal zahlya
Objek sedekah I hibah tidak hams kekal zatnya
Pengelolaan objek wakaf diserahkan
Pengelolaan objek sedekah I hibah
kepada administratur yang disebut
diserahkan kepada si penerima
nazir Imutawalli.
Walaupun terdapat beberapa kendala yang menjadikan wakaf tunai sulit berkembang, karena masyarakat masih memahami bahwa wakaf berhubungan dengan harta-harta yang memiliki nilai tinggi seperti tanah. Lembaga wakaf tunai masih di pahami sebagai lembaga wakaf, dan lembaga zakat bisa dijadikan pengganti keberadaan wakaf tunai. Hal ini menjadikan keberadaan lembaga wakaf tunai terasa tidak begitu urgen. 4 Tapi walaupun ada kendala, tak dapat kita pungkiri bahwa wakaf tunai mampu menjadi solusi krisis ekonomi sebagai aspek yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, keadilan ekonomi dan sosial sangat erat hubungannya. Ekonomi yang kuat akan menunjang kesejahteraan sosial dan masyarakatpun dapat merasakan manfaat dari kekm\tan ekonomi yang merata, dengan meratanya
<\ Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Penerbit Ekonosia Kampus Fakultas Ekonomi un, 2003), hal. 270
6
kesejahteraan ekonomi, maka jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskindapatdiperkecil.
5
Seperti tiga perempat tanah arab pada masa kenyaan ottonom adalah milik lembaga wakaftlmai ..Sekarang ini wakaftunai juga b,myak dipraktekkan di negara-negara Islam seperti Mesir, Yordania, dan Turki. Wakaf selain merupakan (berupa?) sarana prasarana ibada11, perkebunan, flat, uang, saham, real astate dan lainya semua dikelola secara produktif. Dengan demikian hasilnya benar-benar dapat dipergunakan untuk mewujudkan kesejahteraan umat. Di Turki, pengelolaan wakaf tidak hanya dike\ola oleh mutawalli, tapi juga oleh lembaga direktorat jenderal wakaf. Direktorat jenderal wakaf tidak hanya mengelola wakaf tapi juga memberikan supervisi dan kontrol (auditing) terhadap wakaf yang dikelola oleh mutawalli. Sedangkan sebuah lembaga yang memobilisasi sumber-sumber wakaf unhlk membiayai bermacam jenis proyek joint venture adalah wakafbank dan finance corporation.
6
Mesir juga sudah mengelola potensi wakafnya secara produktif. Awalnya harta wakaf di Mesir juga tidak teratur. Akhimya hatia wakaf diseral1kan pengelolaanya kepada badatl wakaf, badan wakafpun menerapkatl beberapa kebijakan. Per/ama, menitipkan hasil hatia wakaf di bank Islam agar , Mustofa Edwin Nasution, WakafTunai. Inovasijinancialls/am, Pe/uang dan Tanlangan da/am Mi?>V/ljudkan Kesejahleraan Umal, (Jakarta: Program Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia, 2006) h.51 fi Depag RI, Pedaman Penge/o/aan WakafTunai. (Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan WakafD.rektorat Jendral B.mbmgan Masyarakat Islam dan Pcnyelenggara H'\ii, 2005) h.88
7
dapat berkembang. Kedua, badan wakaf berpmiisipasi dalam mendirikan bank bank Islan1 dan mengadakan
ke~ja
sarna dengan beberapa perusahaan. Ketiga,
memanfaatkan tanah tanah kosong untuk dikelola secara produktif dangan cara mendirikan lembaga lcmbaga perekonomian dan berkeJja sarna dengm\ berbagai perusahaan. Keempat, membeli obligasi dari perusahaan perusahaan penting.? Oi Bangladesh lain lagi kondisinya, negeri miskin ini sesungguhnya memiliki kesaITIaan kondisi dengm1 Indonesia. Tapi kemudian dibentuklah lembaga non pemerintah yang menjadi solusi dalaITI menangani kemiskinan, yaitu Sosial Investment Bank Limited (SIBL). SIBL juga menetapkan sasaran pemanfaatan dana hasil pengelolaan wakaf tunai dengan rigid. Antara lain, peningkatan standar hidup orang miskin, rehabilitasi orang cacat, peningkatan hunian orang kumuh, mel11bantu pendidikan anak yatil11 piatu, beasiswa hingga •
•
UnIVersItas.
g
Sumber hukul11 perwakafan selain AI-Quran dan AI-Hadis adalah ijtihad (Interpretasi mujtahid) merupakan sumber ketiga, ulaITIa mujtahid akan sangat berperan untuk memperjelas suatu ayat sekiranya dalaITI AI-·Quran dan AI- Hadis kurang jelas atau membutuhkan pemikiran lebih lanjut.Menurut para imam l11azhab tentang persoalan wakaf mereka sepakat mengalakan ilu termasuk amal jariah, tetapi yang l11enjadi polemik bagi mereka dan pengikutnya adalah
7
Ibid. h. 109-110
g
Ibid, h. 89-90
8
penafsiran kembali ajaran wakaf itu sendiri, karena teori wakaf perlu dilatarbelakangi oleh teori perubahan sosial, teori moneter dan perbankan agaknya menimbulkan interpretasi baru tentang wakaf, sehingga menghasilkan konsep semaeam cash wakq{(wakafuang I tunai). Cash wakaf dapat diaJtikan wakaf dalam bentuk uang tunal, namun kalau melihat obyek wakafnya yaitu uang, lebih tepat kiranya cash wakaf diterjemahkan dengan wakaf uang. SeeaJ'a garis besar wakaf uang (cash waqf) dapat diartikan sebagai penyerahan hak milik bempa UaJ1g tunal kepada seseoraJ1g atau lembaga nazir dengan ketentuaJ1 bahwa hasil dan manfaatnya digunakan untuk amal kebajikan sesuai dengan syariah Islam dengan tidak mengurangi atau menghilangkan jumlal1 pokolmya. Tennasuk di dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga. 9 Tapi hukum mewakafkan uang merupakaJ1 penna:;alahan yang masih diperdebatkaJ1 oleh kalangan uJama fikih, beberapa sumber menyebutkan bahwa wakaf uang telah dipraktekkan oJeh masyarakat yang menganut mazhab Hanafi. Mazhab Hanafi membolehkan wakaf tunai sebagai pengeeualian, atas dasar islihsan bi al-'urf. kaJ'ena sudah banyal( dilakukan masyarakat. Mazhab Hanafi memang berpendapat bahwa hukum yang ditetapkan berdasarkan
9
Ibid, h. I
'wi
(adat
9
kebiasaan) mempunyai kekuatan yang sarna dengan hukum yang ditetapkan berdasarkan nash (teks).lo Terdapat perbedaan pendapat mengenai hukum wakaf tunai. Imam AIBukhori mengungkapkan bahwa Imam Az- Zuhri berpendapat dinar dan dirham (keduanya mata uang yang berlaku di Timur Tengah) boleh diwakaikan. Caranya ialah dengan menjadikan dinar dan dirham itu sebagai modal usaha (dagang), kemudian menyalurkan keuntungannya untuk wakaf. 11 Ibn Abidin mengemukakan bahwa wakaf tunai yang dikatakan merupakan kebiasaan yang berlaku diwilayah Romawi, sedangkan di negeri lain wakaf tunai bukan merupakan kebiasaan. Karena Ibn Abidin berpendapat bal1wa wakaf tunai tidak boleh atau tidak sah. Yang juga berpendapat bahwa wakaf tunai tidak boleh adalah mazhab Syafi'i. Menurut AI- Bakri, mazhab Syafi'I tidak membolehkan wakaf tunai karena dinar dan dirham (uang) akan lenyap ketika akan dibayarkan serunga tidak ada lagi wujudnya. 12 Wacana ini sudah lama menjadi pembiearaan di kalanganfuqaha, akan tetapi permasalahan ini belum mencapai titik final dan masih menimbulkan tanda tanya di kalangan umat Islam. Fenomena ini sangat menarik untuk dikaji karena wakaf tunai
adalah salah satu bagian wakaf yang pertu diketahui oleh umat
10 Dr. Wahbah Az-Zuhaili, a/-Fiqih a/-Is/ami wa Adillaluhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 1998), Juz 8, hal. 162
II
Op. Cit., hal. 2
12
AI-Bakri, I'analu Al-Taalibiin, (Kairo: Isa l-raJabi, Lth.), Juz 3, hal. 157
10
Islam, berdasarkan paradigma ini maka penulis ingin mengadakan sebuah penelitian ilmiah untuk mengungkapkan pandangan-pandangan juqaha tentang wakaftunai dan merumuskannya dalam sebuah skripsi yang berjudul: "WAKAF TUNAl DALAM PERSPEKTIF ULAMA FIQIH"
(Studi analisis pendapat ulama Hanafiyah dan Syafi'iyah)
B. Pembatasan dan Pel"Umusan Masalah
Berhubung karena skripsi ini agak luas cakupannya dan agar terarah pembahasannya, maka pembahasannya dibatasi hanya pada masalah pengertian wakaf tunai, tujuan yang hendak dicapai, dan pandangan ulama Hanafiyyah dan Syafi'iyah tentang hukumnya yang dapat dirumuskan pokok masalahnya sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan dana wakaftunai (cash waqj)? 2. Apa tujuan yang dapat dicapai dengan penggalangan wakaf tunai.? 3. Bagaimana pendapat ulama fiqh khususnya Hanafiyah dan Syafi'iyah tentang hukum wakaf tunaL ?
c.
Tujuan dan Kcgunaan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hukum dan pandangan ulama tentang wakaf tunai. Sesuai dengan tujuan umum penelitian ini maka secara kllUSUS penelitian ini bertujuan untuk :
11
I. Untuk mengetahui pengertian wakaf tunai dan tujuan yang hendak dicapai dengannya. 2. Mencermati pandangan ulama fikih khususnya ulama Hanafiyah dan Syafi'iyah tentang hukum mewakafkan uang (cash wakaf) 3. Untuk memberikan wawasan tentang hukum wakaf tunai dalam pandangan ahli fikih. 4. Sebagai literature bagi khazanah ilmufikih di fakultas syariah dan hukum UIN Jakarta khususnya, dan fakultas lain dilingkungannya pada umumnya. 5. Menambah bahan koleksi di Perpustakaan Fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Meningkatkan wawasan penulis dalam menimba ilmll pengetahuan.
D. Metodc Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka (library research) yakni dengan mengumpulkan, membaca, dan menelaah bahan-
bahan yang ada kaitannya dengan permasalahan ini khllsusnya yang berkaitan dengan wakaf tunai dan pandangan ulama Fikih khususnya ulama Hanafiyah dan syafi'iyah tentang boleh dan tidaknya wakaf tunai unuk kemudian mengemukakan salah satu dari dua pendapat yang lebih relevan. Sedangkan
teknik
penlllisan
skripsi
IllI,
penulis
berpedoman
sebagaimana yang diwajibkan pada mahasiswa yakni pedoman penulisan skripsi, tesis, dan disertasi tcrbitan UIN .Jakarta Press, tahun 2006.
12
E. Sistematil{a Penulisan Hasil pene!itian dituangkan dan diabadikall dalam bentuk sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi, untuk memenuhi salan satu syarat dalam mencapai gelar sarjana di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab pertama, mengurai tentang pendahuluaan
yang memuat latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusaan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode dan sistematika penulisan.
Bab kedua, membahas tentang konsep wakaf dalam Islam yang berisi pengertian, dasar hukum, syarat, dan rukun wakaf.
Bab ketiga, menjelaskan gambaran umum tentang wakaf tunai, yang berisi pengertian walcaf tunai, sejarah wakaf tunai, tujuan dan manfaat wakaf tunai.
Bab keempat, memaparkan huklffiJ wakaftunai dalam perspektifulama Fikih (Hanafiyah dan Syafi'iyah); yang berisi pandangan ulama Hanafiyah tentang Hukum WakafTunai, Pandangan ulama Syafi'iyah tentang hukum wakaf tunai, ana!isa penulis terhadap pandangan ulanJa Hanafiyah dan Safi'iyah tentang hukum wakaf tuuai, dilihat dari segi asas maslahah, kritik hadiH, dan 'urf
Bab kelima, merupakan bagian penutup dari akhir skripsi ini yang menyajikan kesimpulan tentang pembahasan yang dijeJaskan dari bab-bab sebelumnya, untuk selanjutnya memberilcan saran-saran kepada semua kalangan tentang hal-hal positif dan bikmah-hikmah yang terdapat dalanJ tu!isan ini.
BABll KONSEP WAKAF DALAM ISLAM
A. Pcngcrtian Walmf Wakaf berasal dari kata Waqaja, yang berarti menahan alau berhenti alau diam di tempat atau tempat berdiri.
I
Perkataan wakaf yang menjadi Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Arab dari bentuk masdar atau kata jadian dari kata kerja atau ft'il: waqaja.2 Waqafa dapat berfungsi sebagai kata kerja interansitif (ft 'illdzim) atau transitif. (ft'il mula 'addi). Akan tetapi pengertian yang dipakai dalam tulisan ini adalah kata wakaf dari bentuk kata kerja transitir.J Sedangkan wakaf menurut syara' ( iSlilah), para ulama fikih berbeda pendapat dalam mendefinisikan wakaf menw'ut iSlilah. Menurut Abu Hanifah yang dikutip oleh Departemen Agama Republik Indonesia, wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum tetap milik si wakif dalam rangka mempergw1akan manfaatnya untnk kebajikan. Berdasarkcm definisi itu, maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari si wak!! (pemberi wakaf), bahkan ia
1
A.W. Munawwir, Kamus al-Muncnvwir Arab-indonesia, ( Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997) h.1576 2
Abdul Halim, HlIkllm Pelwakafan di Indonesia, (Jakarta: Ciputat Press, 2005) h. 6
3 Juhaya S Praja, Perwakafan di Indonesia, sejarah, pemikiran, hukum dan perkembangannya, ( Bandung: Yayasan Piara, 1995) h. 6
14
dibenarkan menarik kembali dan ia boleh menjualnya. Jika si wakif wafat, maka harta tersebut menjadi harta warisan untuk allii warisnya:1 Wakaf dalam Kompilasi Hukum Islam pada pasal 215 ayat I, wakaf adala1J perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisa1Jkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakan nntuk selamalamanya guna kepentingan ibada1J atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam. 5 Menurut mazhab Maliki bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, tapi wakif berkewajiban menyedeka1Jkan manfaatnya serta tidak boleh untuk menarik kembali wakafhya. Menurut mazhab Syati'i dan Ahmad Bin Hanbal wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempuma prosedur perwakafan, wakiftidak boleh melakukan apa saja terhadap harta yang diwakafkan. 6 Sedangkan menurut Dr. Anwar Hariyono SH (1968: 198) wakaf adala1J pelepasan hak milik seorang muslim yang hanya berupa manfaat atau hasilnya dipergunakan nntuk kepentingan umum, dan pelepasan hak milik ini dinilai sebagai sadaqahjdriyah. 7
" Depag RI, Fikih WakaJ: (Jakarta: Proyek peningkatan zakat dan wakaf, 2003) h.2 5 Depag RI, Pedoman Penge/olaan dan Pengembangan Wakaf, ( Jakarta: Direktorat Jendral Bimas Islam,2003) h.31
6
Ibid, h.2
7
Suparman Usman. 0P cit, h. 26
15
Dari beberapa pengertian di atas, walaupun btlrbeda tetapi semua sepakat bahwa wakaf adalah harta keagamaan yang abadi. Dad defenisi yang diungkapakan para ulama, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian wakaf dalam Islam kalau dilihat dad perbuatan orang yang mewakafkan, wakaf ada1ah suatu perbuatan hukum dari seseorang yang dengan sengaja memisahkan atau mengeluarkan harta bendanya untuk digunakan manfaatnya bagi keperluan di jalan Allah demi kebaikan.
B. Dasar Hukum Wakaf
Dasar hukum wakaf diambil dari al-Quran, al-Hadis dan ijm.ak para u1ama meskipun dalam AI-Quran tidak ada pernyataan Allah yang sangat jelas, tegas dan tersurat, tetapi kita hanya menemukan ayat-ayat secara umul11 yang memberi petunjuk dan dapat dijadikan mjukan sebagai dasarhukum perwakafan. Meskipun dcmikian, ayat al-Quran dan sunah yang sedikit itumampu menjadi pedoman para ahli fikih Islam. Sejak masa khalifah Rasyidin sam.pai sekarang, dalanl membahas dan mengembangkan hukum-hukum wakaf dengan menggunakan metode penggalian hukum (ijtihad) mereka. Sebab itu sebagian besar hukum-hukunl wakaf dalam Islanl ditetapkan sebagai hasil ijtihad, dengan mengglmakan metode-metode ijtihad seperti qiyas, maslahah mursalah, dan lain lain. Olch karena itu, ketika suatu hukum (ajaran) Islam yang masuk dalam wilayah ijtihadi, maka hal tersebut menjadi sangat fleksibel, terbllka terhadap
16
penafsiran-penafsiran baru, dinamis, futuristis (berorientasi kepada masa depan) . Sehingga dengan demikian, ditinjau dari aspek ajaran saja, wakaf merupakan sebuah potensi yang cukup besar untuk bisa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan zaman. Apalagi ajaran wakaftennasuk dalam muamalat yang memiliki jangkauan yang sangat luas, khususnya pengembangan ekonomi lemah. Salah satu perbuatan yang dianjurkan dalam Islam adalah wakaf, karena wakaf dapat dipergunakan seseorang sebagai penyalur rezki yang dimilikinya terhadap orang lain. Sebagai dasar hukum pClwakafan adalah AI-Quran ,al-Hadis (sunnall), Ijtihad ( interpretasi ulama) dan peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia ( khusus untuk negara Indonesia)
1. AI-Quran Di dalam al-Quran tidak disebutkan secara explisit, jeIas, serta tegas tentang wakaf. Al-Quran hanya menyebutkan dalam artian unmm, bukan khusus menggunakan kata-kata wakaf. Tetapi para ulama fikih menjadikan ayat-ayat umum itu sebagai dasar wakaf dalam Islam. Seperti ayat-ayat yang membicarakan tentang kebaikan sadaqah, infak, dan amal jariyah. Para ulama menafsirkan bahwa wakaf sudah tercakup di dalam cakupan ayat tersebut, di antaranya adalah:
17
AI-Quran Sural ai-Hajj: 77
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, rukuldah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan Perbuallah kebaikan, supaya kamu mendapal kemenangan".(Q.S Al hajj :77)
Sural Ali Imran : 92
Artinya: "Kamu sekali-kali tidak sampai kepadakebaklian (yangsempurna)
sebelum kamu menafkahkan harIa yang kamu cintai, danapa selja yang kamu najkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahui". (Q.S.Ali imran :92)
18
Surat al-Baqarah ayat 261
Arlinya:"Perumpamaan (najkah yang dikeluarkan oleh ) orang-orang yang menafkahkan harlanya dijalan Allah, adalall serupa dengan sebulir benih yang menumbuhkan lujuh butir, pClda. tiap-fiajJ mbulir menumbuhkan seralus biji, Allahmelipal gandakan(ganjaran)bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Kuasa (Karunia Nya)lagi Malla Mengelahui".(Q.S. Albaqoroh :261) Allah mengumpamakan orang yang mali menafkahkan hartallya,pada mulanya hanya sebutir, lalu bercabang menjadi tujuh, danakhirnya menghasilkan seratus biji. lni contoh perumpamaailkemurahan Allah dalam melipatgandakan pahala bagi hamba-Nya. Lanjutan dari ayat diatasadalah menjelaskan tindakan yang hams dilakukan setelal1ll1enafkahkanhmia yang dimiliki itu dengan tidak menyebut-nyebut kell1balikarenaitualcan menimbulkan riya.
19
Dari ayat-ayat
Al~Quran
tersebut tersirat makna tentang wakaf yaitu
Allah memerintahkan manusia untuk membelanjakan hartanya yang baik di jalan Allah, serta mensyari'atkan, menganjurkan, dan menjadikannya sebagai salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah.
2. Sunnah Rasulullah
AI-Quran menyebutkan secara umum, tetapi dalam hadis ada yang menyebutkan seem"a khusus dm) umUI11. Dasar hukum wakaf sama dengan hadis yang berkenaan dengml sadaqah jariyah. Adapun ketentuan da1am hadis yang dapat dijadikan hukul11 wakaf, yaitu:
Arlinya: "Dari Abi Hurairah ra, sesungguhnya Rasulul'lah SA W bersabda: Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia maka pUluslah amalannya keeuali liga perkara: sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang mendo 'akan orang tuanya" . 8 (HR. Muslim).
8 Bisarhi Nawawi, Shahih Muslim, (Beirut, Libanon: Darul Ihya' at-Turost al-'Arabi, 1984), h. 85
20
Adapun penafsiran sadaqah jariyah dalam hadis tersebut adalah: a. Hadis tersebut dikemukakan dalam bab
wakat~
karena para ulama
nenafsirkan sadaqah jariyah dengan wakaf. b. Yang dimaksud pengarang (l11engel11ukakan) hadis ini sebagai dalil wakaf, karena para ulama menafsirkan sadaqah jariyah deng1l11 wakaf c. Yang dimaksud dengan sadaqah jariyah adalah wakaL d. Para ulama l11engelompokkan sadaqah jariyah kepada wakaf. Adapun hadis yang lebih tegas l11enggambarkart anjuran ibadah wakaf, yaitu perintah Nabi SAW kepada Umar untuk mewakaflGill tanahnya yang ada di Khaibar:
21
~....
j-St 0\ 4 j : ; ~ cb:. ~ J:~d\j "...
J.;.jl Jlj
, / . /
-"
,/
Artinya: "Dari ibnu Umar ra, katanya Umar (Bapaknya) mendapat bagian lanah/kebun di Khaibar, ia dalang kepada Rasulullah un/uk minta pendapat beliau, Umar berkata: Wahai Rasulullah, saya mendapat sebidang lanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta yang saya anggap lebih berharga dari padanya, ma1u1 apakah yang akan engkau perintahkan kepada saya tentang tanah itu? Rasulullah menjawab: "jika anda rela tanah/kebun itu wakqfkan saja dan hasilnya disedekahkankan! Maka oleh Umar, perinlah Rasulluh diturutnya. Bahwa lanah ilu tidak dijual belikan, tidak dh1'Clriskan, dan tidak pula dihibahkan. kala lbnu Umar, maka hasil kebun itu disedekahkan umar kepada fakir miskin, sanak famili. memerdekakan budak, fisabillillah, ibnu sabil, dan lamu. Bagi pengurus kebun jlu dibolehkan mengambil na.fleah sederhana dari pada hasilnya dan memeberi makan lemanreman tanpa memboroskannya. (HR. Muslim/
Sedikit sekali ayat al -Quran dan as-Sunah yang menyinggung tentang wakaf, karena itu sedikit sekali hukum wakaf yang ditetapkan berdasarkan kedua sumber tersebut. Meskipun demikian, ayat al-Quran dan as-Slmah yang sedikit itu mampu menjadi pedoman para ahli fikih Islam.
9
Ibid, h. 86
22
3. WakafMenurut Intel'pretasi Ulama Sumber hukum perwakafan selain al-Quran dan al-Hadis ada.lah ijtihad (interpretasi ulama). Para mujtahid akan menjelaskan suatu hukum, jika dua sumber utama membutuhkan pemikiran dan memberikan penjelasan yang bisa dipahami oleh kaum awam. Wakaf menurut para imam mazhab merupakan suatu perbuatan sunat untuk tujuan kebaikan. Sebagaimana halnya zakat, wakaf merupakan income dana umat Islam yang potensial bila dikembangkan. Para imam mazhab sepakat mengatakan bahWa wakaf telmasuk Sadaqahjaariyah. Nanmn yang menjadi polefuik mereka dan pellgikut rnereka adalah pemahaman terhadap wakaf itu sendiri. Apakahhaliawakaf yang sudah diberikan si wakif masih menjadi miliknya atau lepasseketikaketika diserahkan kepada mauquf'alaih.
4. Perundang-undangan Wakaf Oi Indonesia, selain bersumber kepada agama, juga bersumber pada hukum positif, yang merupakan hasil pemikiran para pakar hukum di Indonesia. Bila diinventarisasi sampai sekarang terdapat berbagai perangkat peraturan yang mengatur masalah perwakafan. Namun aturan yang telah dihasilkan masih terbatas pada perwakafan tanah milik.
23
Drs H. Adijani al-Alabij, dalam bukunya Perwakafan Tanah di Indonesia dalam Teori dan Praktek, mengelompokkan 14 peraturan seperti yang dimuat dalam buku himpunan Perundang-undangan Perwakafan Tafiah diterbitkan Departemen Agama RI, sebagai berikut:
1o
a. UU No. 5 Tahun 1960 tanggal 24 September 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Pasal 49 ayat (l) memberikan isyarat bahwa "Perwakafan Tanah Milik dilindungi dan diatur dengan peraturan pemerintah". b. Peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1961 tanggal 23 Maret1961 tentang pendaftaran Tanah, karena peraturan ini berlaku umUln,makaterkenajuga didalamnya mengenai pendaftaran tanah wakaf. c. Peraturan pemeIintah No. 38 Tahun 1963 tentang penunjukan Blldanbadan Hukum yang dapat mempunyai Hak Milik Atas Tanah. Dikeluarkan
PP No. 38 Tahun 1963 ini adalah sebagai satu realisasidari apa yang dimaksud oleh pasal 21 ayat (2) UUPA yang berbunyi: "oleh pemeIintah ditetapkan badan-badan hukUln yang dapat mempunyai •hak 1l1ilik dlll1 syarat-syaratnya." d. Peraturan Pemerintahan No. 28 Tahun 1977 tanggal 17 Mei 1977 tentang perwakafan Milik Tanah.
10
83-85
Abdul Halim. Hukum Penvakafan di Indonesia. (Jakarta: Ciputat Press, 2005), h.
24
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.6 Tahun 1977 tanggal 26 November 1977 tentang tata Pendaftaran Till1ah mengenai Perwakafan Tanah Milik. f.
Peraturan Menteri Agama No.
1 Tahun 1978 tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintahan No. 28 Talmn 1977 tanggal 10 Januari 1978 tentang perwakafan Tanah Milik g. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 Talmn 1978 tanggal 3 Agustus 1978 tentang penambahan ketentuan mengenai Biaya Pendaftaran Tanah untuk Badill1-badan Hukum tertentu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No.2 Talmn 1978. h. Instruktur Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1978 tanggal 23 Januari 1978 tentang Pelaksanaan Peraturan pemerintah No. 28 Talmn 1977 tentang Pelwakaf,l11 Tanah Milik. I.
Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam No. Kepi DI 751 78 tanggal 18 April
1978 tentang Formulir dan Fenomena Pelaksanaan
Peraturan-peraturan Tentang Perwakafan Tanah Milik.
J.
Keputusan Menteri Agama No. 73 TaJmn 1978 Tilliggal 9 Agustus 1978 Tentang Pendelegasian Wewenang Kepala-kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi/Setingkat di seluruh wilayah Negara Indonesia
uotuk mengangkatimemberhentikan
s,~tiap
Kepala Kantor
Urusan Agama Kecamatan sebagai Pejabat Pembantu Akta Ikrar Wakaf ( PPAIW).
25
k. Instmksi Menteri Agama No.3 Tahun 1979 tanggal 19 Juni 1979 tentang petunjuk Pelaksanaan Keputusan Menteri Agama No. 73
Tahun
1978. L Surat Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. D I1/ 51 Edl 141 1980 tanggal 25 Juni 1980 tentang Pemakyan Bea Materai dengan lampiran Surat Dirjen Pajak No. S-6291 Pl. 3311 1980 tanggal 29 Mei 1980 yang menentukan jenis Formulir Wakaf mana yang bebas Materai, dan jenis Formulir mana yang dikenal Bea Materai, dan berapa besar Bea Materainya. m. Surat
Di~jen
Bimas Islam dan Urusan Haji No. D I1/ 51 Ed! 071 1981
Kepala Gubernur, Kepala Daerah Tingkat I di seluruh Indonesia, Tentang Pendaftaran Perwakafan Tanah Milik dan permohonan keringanan atau pembebasan dari semua pembebanan biaya. n. Surat Dhjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. D I1/ 51 Edl 111 1981 Tanggal 16 April 1981 Tentang Petunjuk Pemberian Nomor pada Formulir Pelwakafan Tanah. Dari beberapa peraturan penting yang berhubungan dengan perwakafan, jelas bahwa perwakafan di Indonesia mendapat perhatian yang besar dari pemerintah.
26
C. Syarat dan Rulmn Wakaf Walaupun para imam mujtahid berbeda pendapat dalam memberikan pandangan terhadap intuisi wakaf, namun semuanya sependapat bahwa untuk membentuk lembaga wakaf diperlukan mkun dan syarat-syarat wakaf. Rukun artinya sudut, tiang penyangga yang merupakan sendi utanla dan unsur pokok dalam pembentukan sesuatu. Begitu pula syarat-syarat yang menentukan Sall atau tidaknya suatu wakaf. Menurut jumhur ulama dari mazhab Syafi'i, Maliki dan Hambali, rukun wakaf ada empat: 1. Wakif ( Pemberi wakat)
Orang yang mewakafkan hartanya disebut waki! atau orang yang berwakaf: Sebagai subyek wakaf, wakif memiliki otoritas penuh terhadap hmta yang ingin diwakafkan. Dan kebebasan kehendak pewakaf (wdkif) terhadap pemanfaatan hmta yang diwakafkan itu atas dasar kemauan yang kuat tanpa paksaan apapun untuk melaksanakan amal baik sebagai sadaqah
jariyah. Sedangkan, ibadah sadaqah jariyah oleh Allah dijanjikan pahala yang berkesinambungan, walaupun wakiftelah meninggal sekalipun. Untuk menjadi seorang waki! ada beberapa syarat, yaitu:
II
Wakifharus merdeka, bukan budak, wakaf yang dilakukan oleh seorang budak ( hamba sahaya) tidak sah, karena wakaf adalah pengguguran hak milik " Departemen Agama RI, Paradigma baru wakqf di Indanesia, ( Jakarta: Proyek Pengembangan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jendral Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2005) h. 32
27
dengan cara memberikan hak milik itu kepada orang lain. Sedangkan budak tidak mempunyai hak milik.
Dewasa, wakaf yang dilakukan oleh anak yang belum dewasa (baJigh) hukumnya tidak sah karena ia dipandang tidak cakap melakukan akad dan tidak pula untuk menggugurkan hak miliknya. Tidak mahjur 'alaihi (berada di bawah perwalian), tidak muftis ( bangkrut). Si wak!! berkuasa atas haknya serta menguasai benda yang akan diwakafkan serta tidak ada paksaan dari orang lain.
Berakal sehal, waka.f yang dilakukan oleh orang gila tidak sah hukumnya, sebab ia tidak berakal, tidak muma)yid dan tidak cakap ll1elakukan akad dan tindakan lainnya. Dell1ikian juga wakaf orang yang lell1ah mental
(idiot ), berubah akal karena faktor usia, sakit atau kecelakaan, hukumnya tidak
sah
karena
akalnya
ll1enggugurkan hak miliknya.
tidak
sempurna dan
tidak
cakap
untuk
12
Jadi dapat disimpulkan bahwa seOl'ang wakifharus seorang yang cerdas dan tidak terganggu mentalnya. Dad syarat-syarat wak!! dapat kita ketahui bahwa wak!! tidak harus beragan1a Islam, jadi orang non muslim pun bisa ll1enjadi walqfasal tujuannya tidak bertentangan dengan ajaran Islam
12
Ibid, h. 33
28
2. Mauqfif 'Alaib (Orang Yang Mcncrima Walta!)
Bagi maukflf 'alaih, wakaf harus dimanfaatkan dalam batas-batas yang sesuai dengan syari'at Islam. Syarat-syarat maukuf 'alaih adalah qurbat atau pendekatan diri kepada Allah SWT. Wakaf ada dua maeam: yaitu wakaf ahli ( wakaf dzurri) dan wakaf khairi. Wakaf ahli ( wakaf dzurri) kadang disebut dengan wakaf 'ala atau aulad adalah wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan dan jaminana social di lingkungan
keluarga.
Sedangkan
wakaf khairi
adalah
wakaf yang
diperuntukkan bagi segala amal kebaikan atau untuk kepentingan umum. 13 Bagi maukuf 'alaihi disyaratkan harus hadir sewaktu penyerahan wakaf, harus ahli untuk memiliki harta yang diwakafkan, tidak orang durhaka terhadap Allah dan orang yang menerima wakaf itu harus jelas, tidak dikeragui kebenarannya. Kehadiran Maukuf Alaih sewaktu teIjadinya ikrar wakaf karena dalam pandangan ulama-ulama fuqaha, tidak sah wakaf kepada orang yang belum jelas orangnya atau terhadap orang yang belum lahir.
3. MallqUf Bib ( Harta waltaf)
Benda yang diwakafkan disebllt l11auquf bih, sebagai obyek wakaf , l11auqllf bih l11erupakan hal yang sangat penting dalam pelwakafan. Hmia
13
Abdul Halim, HukuOI Perwakafan di Indonesia, (Jakarta: Ciputat Press, 2005) h. 18
29
yang diwakafkan tersebut bisa dipandang sah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Abadi untuk selama-lan1anya, maka tidak sah wakaf yang dibatasi oleh waktu tertentu, seperti mewakafkan harta kepada seseorang selama satu tahun. b. Benda yang diwakafkan hams tetap zatnya dan dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu lama c. Jelas wujudnya dan bila tanah hams jelas batas··batasnya, hams milik si wakif, bukan benda yang dikeragui dan bebas dari
s,~gala
ikatan dan bebas
dari segala beban. d. Bisa benda bergerak atau benda
bergerak sepclii buku-buku, saham
dan surat-surat berharga. 14
4. Sighat Sighat adalah pernyataan wdkif sebagai tanda penyerahanbal'ang atau benda yang diwakafkan itu, dapat dilakukan deng,m lisan maupun l11elalui tulisan. Sighat itu mempunyai syarat tertentu pula, yaitu : sighatitu tidak digantungkan; tidak diiringi
'4
Ibid, h. J 8-20
syarat telientu; jelas dan tel'ang; tidak
30
menunjukkan batas waktu tertentu atau terbatas; tidak mengandung pengertian untuk mencabut kembali terhadap wakaf yang diberikan.
15
Untuk sahnya sualu wakaf harns dipenuhi beberapa syarat yaitu: a. Orang yang mewakafkan harns orang yang sepenuhnya berhak untuk menguasai benda yang diwakafkan . siwakif tersebut harns mukallaf (akal baligh) dan atas kehendak sendiri, tidak dipaksa orang lain. b. Benda yang akan diwakafkan harus kekal zatnya, berarti ketika timbul manfaatnya, zat barang tidak rnsak, hendaklah wakaf itu disebutkan dengan terang dan jelas kepada siapa diwakafkan. c. Hendaklah penerima wakaf tersebut orang yang berhak memiliki sesuatu, maka tidak sah wakaf kepada hamba sahaya. d. lkrar wakaf dinyatakan dengan jelas, baik dengan tulisan maupun dengan lisan. e. Tunai dan tidak ada khiyar, karena wakaf berarti memindahkan milik waktu itU. 16 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa melakukan kegiatan wakaf tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang yang euma memiliki sebuah keinginan saja, tetapi harus memenuhi syarat-syarat yang menjadikan wakaf itu boleh dan sah untuk dilakukan.
15
M, Daud Ali, S,:,tern Ekollorni Islam. Zakat dOll Waka! (Jakarta: VI PI'ess, 1998) h,
16
Suparman Usman, op. cil, h. 32
80
31
D. Nazi!' ( Pengelola hal'ta wakal) Kehadiran nazir sebagai pihak yang diberikan kepereayaan dalam pengelolaan harta wakaf
sangat penting. Walaupun para mujtahid tidak
menjadikan nazir sebagai salah satu rukun wakaf, namun para ulama sepakat bahwa wt'ikif harus menunjuk nazir wakaf. Baik yang bersifat perseorangan maupun kelembagaan (badan hukum). Pengangkatan nazir wakaf ini bertujuan agar harta wakaf tetap terjaga dan terurus sehingga harta wakaf itu tidak sia-sia. Nazir sebagai pihak yang bertugas untuk memelihara dan mengurus
wakaf mempunyai kedudukan yang penting dalam perwakafan, sehingga penting dan tidaknya benda wakaf tergantung dari nazir itu sendiri. Untuk itu, sebagai instrumen penting dalam perwakafan, nazir harus memenuhi syarat-syarat yang memungkinkan, agar wakaf segera diberdayakan sebagaimana mestinya. 17 Mengingat salah satu tujuan wakaf ialah menjadikannya sumber dana yang produktif, tentu memerlukan nazir yang mampu melaksanakan tugastugasnya seeal'a profesional dan belilU1ggung jawab. Apabila nazir tidak mampu melaksanakan tugas atau kewajibanya maka pemerintah wajib menggantinya. Untuk lebih jelasnya, persyaratan nazir wakaf itu dapat diungkapkan sebagai berikut: 18
17
18
Depag RI, Op Cit, h.50 Ibid, 51-52
32
I. Syarat moral
a. Paham tentang hukum wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan syari'ah maupun perundang-undangan b. Jujur, amanah, dan adil sehingga dapat dipercaya dalam proses pengelolaan dan pentasharrufan kepada sasaran wakaf c. Tahan godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha. d. Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tantangan. e. Punya kecerdasan baik emosional maupun sprituaL 2. Syarat manajemen a. Mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam leadership. b. Visioner c. Mempunyai
kecerdasan
yang
baik secara intelektual,
sosial
dan
pemberdayaan. d. Profesional dalanl bidang pengelolaan haria. e. Ada masa bakti nazir. f.
Memiliki program kerja yangjelas
3. Syarat bisnis a. Mempunyai keinginan. b. Mempunyai pengalaman dan siap untuk dimagangkan. c.
Punya ketajaman untuk melihat peluang usaha sebagaimana selayaknya
enlrepeneur.
33
Nazir wakaf berwenang melakukan segala tindakan yang menclatangkan kebaikan bagi harta wakaf bersangkutan dengan memperhatikan syarat-syarat yang mungkin telah ditentukan wiikij. Namun demikian, nazir tidak boleh menggadaikan harta wakaf untuk tanggungan hutang harta wakaf atau tanggungan hutang tujuan wakaf. Sebab, apabila nazir clibenarkan menggadaikan harta wakaf ada kemungkinan amalan wakaf itu akan terhenti karena harta wakaf itu harns dijual atau disita untuk melunasi hutang tersebut. 19 Dalam pengelolaan wakaf tersebut nazir berhak mendapat upah pengurusan harta wakaf, selama ia melaksanakan tugasnya dengan baik, besar upah sesuai clengan ketentuan wakif. Walaupun wakaf tidak disebutkan secma tegas dalam al-Qur'an, namun para ulama telah sepakat menyamakannya dengan sadaqah jariyah. Asalkan dengan ketentuan-ketentuan yang disepakati, yaitu: pemberi wakaf, bagaimana mungkin proses wakaf akan terlaksana kalau tidak ada ylmg menyurnbangkan hartanya untuk diwakafkan. Selain itu, juga hmus ada orang yang menerima harta wakaf serta ada harta yang akan diwakafkan tersebut. Setelah semua syarat-syarat terpenuhi dibutuhkan juga cliperlukan pengelolaan yang tepat, supaya harta wakaf dapat digunakan sebagaimana mestinya.
" Suparman usman, Op Cit, h.33
RARm WAKAFTUNAI
A. Pengertiall Wakaf Tllnai
Sejak awal, perbincangan tentang wakaf kerap diarahkan kepada wakaf benda tidak bergerak, seperti tanah, bangunan, pohon untuk diambil buahnya dan air untul( diambil airnya. Sedangkan perbincangan tentang wakaf
benda yang
bergerak barn mengemukan belakangan. Di antara walmf benda bergerak yang ramai dibicarakan adalah wakaf yang di kenai dengan istilah eash wakaf. Hal ini terjadi seiring perkembangan sistem perekonomian dan pembangunan yang memuneulkan inovasi inovasi banI. Muneulnya
gagasan
wakaf tunai
memang
rneng"jutkan
karena
berlawanan dengan persepsi umat Islam yang terbentuk bertahun tahun lamanya, karena wakaf tunai bukan aset yang tetap yang berbentuk benda yang tak bergarak seperti tanall, melainkan aset lancar. Wakaf tunai adalah wakaf yang di lakukan seseorang, kelompok orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai, juga termasuk didalamnya surat-smat berharga, seperti saham, dan cek I
.
Menurut Dr. Mulya E. Siregar, cash wagf adalall penyerahan aset wakaf berupa uang tunai yang tidak dapat dipindah tangankan dan dibekukan untuk
I Depag RI,Pedaman Pengelalaan Waka Tunal, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimas Islam,2003)h.1
35
selain kepentingan umum yang tidak mengurangi ataupun menghilangkan jumlah pokoknya. Majelis
Ulama
Indonesia (MUI)
pada tanggal
II
mei
2002
mengeluarkan fatwa tentang wakaf tunai yang isinya sebagai berikut: 1. Wakaf uang (cash waqf atau wakaf al-nuqucl) adalah wakaf yang diIakukan
seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum clalam bentuk uang tunai. 2. Termasuk kedalam pengertian uang aclalah surat-sural berharga. 3. Wakafuang hukumnyajawaz (boleh). 4. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang clibolehkan secara syar'i. 5. Nilai pokok wakaf uang hams clijamin kelestariannya, ticlak boleh dijual, dihibahkan atau diwariskan. 2 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. M.A. Manan, pencliri SIBL (Sosial Investment Bank Ltd). Yang berjuduJ "Structural Adjustments and Islamic
Voluntari
Sector
With
Special
Reference
to
Waqaf
in
Bangladesh"(dipublikasikan oleh Islamic development Bank/IDB).3 Dari pengeliian wakaf di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian cash wakaf adalah penyerahan asset wakaf yang dilakukan oleh
2
Dian Masyita Telaga, Wakq(Tunai Mendorong Kemandirian Bangsa, (v/ww Pikiran
Rakyat .Com) h.3 3
Ibid, hA
36
seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum bempa uang tunai yang tidak dapat dipindah tangankan dan dibekukan untuk selain kepentingan yang tidak mengurangi ataupun menghilangkan jumlah pokoknya. Termasuk dalam pengertian uang adalah surat berharga, seperti saham dan cek.
B. Scjarah WalmfTunai Bagi masyarakat muslim, wakaf mempunyai nilai ajaran yang sangat tinggi dan mulia dalam pengembangan keagamaan dan kemasyarakatan, selain zakat, infak, dan sedekah. Setidaknya ada dua landasan paradigma yang terkandung dalam ajaran wakaf itu sendiri yaitu: paradigma ideologis dan para digma sosial ekonomis. Paradigma ideologis, bahwa wakaf yang diajarkan oleh Islam mempunyai sandaran ideology yang amat kental sebagai kelanjutan ajaran tauhid. Yaitu, segala sesuatu yang berptmcak pada keyakinan terhadap keesaan Tuhan hams dibarengi dengan kesadaran akan perwujudan keadilan sosial. 4 Landasan paradigma sosial ekonomis. Setelah memiliki landasan ideologis yang bersumber pada kaHmat tauhid, wakaf rnempunyai kontribusi solutifterhadap persoalan-persoalan ekonorni kemasyarakatan,5
" Depag RI, Pedomon Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, (Jakarta: DireklOrat Jendral Simas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003) h. 45 5
Ibid, h,46
37
Kegiatan wakafbagi sebagian besar kalangan muslim di tanah air masih terfokus pacta tanah dan bangunan. Padahal secara filosofis harta wakaf tak semestinya didiamkan dan tidak memberikan hasil bermanfaat.
CL.1WI J GJ...> ~\J
(.5J~1
01),) )
~\ ~1 ~:,~ ~. ~ ::; ~
~
Artinya:"Dari usman r.a bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang menggali sumur raumah, maka baginya surga. ( HR al-Bukhari, Turmudji, dan Nasa'i)" 6 Menurut hadis riwayat an-Nasa'i dan aHirrnizi dari Usman, bahwa Rasulullah SAW pernah datang ke Madinah, sedangkan di Madinah ketika itu tidak ada air tawar kecuali sumur raumah, lalu Rasulullah barsabda, "Siapakah yang mau membeli swnm rawnah lalu ia memasukkan timbanya ke dalam sumur itu bersama timba-timba kaum muslimin lainnya yang dia akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari sumur itu kelak di Surga". Lalu Usman membeli sumur itu dari tulang punggung hartanya. Selanjutnya, swnm tcrsebut diserahkan kepada penduduk Madinah untuk kepentingan hidup mereka. Namun demikian, Usman tetap memanfaatkan airnya untuk kepentingan sehari hari. Pemberian tmtuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam hadis
6 Muhammad bin Ismail abu Abdullah al Bukhori al Ja'fi, Jmna' Shahih Muklasar (Beirut: Dar! ibnu Katsir, 1987), haL 1351 .. '
38
Wakaf
tunai
mulai
dikenal
pada
masa
dinasti
Ayyubiyah
dimesir.perkembangan wakaf pada saat itu sangat menggembirakan, wakaf tidak hanya sebatas pada benda tidak bergerak, tetapi juga benda bergerak semisal wakaf tunai. Menurut pakar ekonomi Islam, Muhammad Syafi'i Antonio, sejarah meneatat bahwa wakaf tunai (eash wagf) telah dijalankan sejak abad ke dua hijriyah, imam Bukhari meriwayatkan bahwa imam Az-Zuhri (w. 124 H) salah seorang ulama terkemuka dan peletak dasar tadwin al-hadis telah menetapkan fatwa. Tahun 1178 M/527H, dalam rangka mensejahterakan ulama dan kepentingan misi mazhab Sunni, Salahuddin AI-Ayyuby menetapkan kebijakan bahwa orang Kristen yang datang dari Iskandar untuk berdagang wajib membayar bea cukai, uang hasil pembayaran bea eukai tersebut dikumpulkan dan diwakafkan kepada para fllgaha' (Yurisprudensi Islam) dan para keturunannya. dinasti Ayyubiyah juga menjadikan harta milik Negara yang berada di baitul maal sebagai modal untuk diwakafkan demi perkembangan mazhab. 7 Jadi dapat disimpulkan, bahwa kegiatan wakaf sudah ada sejak abad kedua hijriah. Wakaf bukan lah suatu hal yang baru untuk dibiearakan dan
7 Depag RI, Pedoman Penge/o/aan Wakqf Tunai, (Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Bimas Islam dan Penyelenggaraan haji, 2005) h.1 0
39
dijadikan sebagai salah satu alternative krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia. Mewakafkan harta milik Negara seperti yang dilakukan oleh Salahuddin Al-Ayyubi bolch, karena penguasa sebelum Salahuddin yaitu Nurucldin AsySyahid juga mewakafkan harta milik Negara, karena pada masa itu ada fatwa yang dikelual"kan oleh ulama pada masa itu, lbnu 'lsh1"Ull dan clidukung oleh ulama lainnya, bahwa mewakafkan harta milik Negara hukumnya boleh (jawaz). Argumentasi kebolehannya ialah untuk memelihara dan menjaga kekayaan Negara. 8 Pada masa dinasti Mamluk wakaf juga berkembang derngan pesatnya, apa saja boleh cliwakafkan dengan syarat dapat diambil manfaatnya. Dinasti mamluk memanfaatkan wakaf sebagaimana tujuan wakaf, yaitu wakaf keluarga untuk
kepentingan
keluarga,
wakaf Ul11um
untuk
kepentingan
sosial,
l11el11banngun tel11pat untuk l11el11andikan mayat dan untuk membantu orang-orang fakir miskin.
C. Tujuan dan Manfaat Cash Wakaf 1. Tujuan Cash Wakaf
Tujuan cash wakaf yang pasti aclalah untuk l11enclapatkan ridha Allah SWT, Sebagaimana infak, cash wakaf merupakan ibadah ma'aliyah untuk
'Depag. RI, Loc Cit
40
mendekatkan diri kepada Allah,9 berbentuk sedekah jariyah, yaitu sedekah yang terus mengalir pahalanya untuk orang yang menyedekahkannya selama harta yang di wakafkan itu masih ada dan dimanfaatkan. Cash wakaf juag bertujuan untuk: a. Melengkapi perbankan Islam dengan produk wakaf tunai yang berupa suatu sertifikat berdenominasi tertentu yang diberikan kepada para wakif sebagai bukti keikutsertaan. b. Membantu penggalangan tabungan sosial melalui sertifikat wakaf tunai yang dapat diatas namakan orang-orang tercinta baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal sehingga dapat memperkuat integrasi kekeluaTgaan antill' umat. c. Meningkatkan investasi sosial dan mentransfonnasikan tabungan sosial menjadi modal sosial dan membantu pengembangan paSill' modal sosial. d. Menciptakan kesadaran orang kaya terhadap tanggw1g jawab soial mereka terhadap masyarakat sekitill"nya sehingga kean1an.an dan kedamaian sosial dapat tercapai. 10 e. Mendistribusikan kekayaan secara adil dan kemudian berujung pada kesejahteraan bersama. 11 9
Majlis Ulama Islam Selangor, (www.mais.gov.my)
10
Ibid
" Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan WakofTunai. Op.Cit. h. 6
41
f. Mengga1ang tabungan sosial dan mentransforrnasikan tabungan sosial menjadi modal sosial serta membantu mengemhangkan pasar modal sosial. g. Meningkatkan investasi sosial. h. Menyisihkan
sebagian
keuntungan
dan
sumber
daya
orang
kayalberkecukupan kepada fakir miskin dan anak anak generasi berikutnya. L
Menciptakan
kesadaran
diantara
orang
orang
kayalberkecukupan
menggali tanggung jawab sosial mereka terhadap masyarakat sekitarnya. J.
Menciptakan integrasi antara keamanan sosial dan keamanan sosial serta meningkatkan kesejahteraan. 12
2. Manfaat Cash Wakaf Ada empat manfaat utama cash wakaf dewasa ini yaitu: a. wakaf uang jumlahnya bervariasi sehingga seseorang yang memeliki dana terbatas sudah bisa mulai memberikan dana wakafuya tanpa harns menunggu lama. b. Melalui wakaf uang, asset-aset wakaf yang herupa tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan pertanian.
12 Heri Sudarsono, bank dan lembaga keuGngan Syari'ah l (Jo!uakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi VII, 2003) hal. 264
42
c. Dana wakaf tunai juga bisa membantu sebagian lembaga-Iembaga pendidikan Islam yang cash folwnya yang terkadang kembang kempis dan menggaji civitas akademika alakadarnya. d. Pada gilirannya. Insya Allah, umat Islam dapat lebih mandiri daJam mengembangkan dunia pendidikan tanpa harus terlalu bergantung pada anggaran pendidikan Negara yang memang semakin lama semakin terbatas. 13 Untuk mengatasi kemiskinan, wakaf merupakan sumber dana yang potensial. Selama ini, program pengentasan masyarakat dari kemiskinan tergantung dari bantuan kredit luar negeri terutama dari bark dunia. Tapi dana itu terbatas dari segi jwnlah maupun waktu. Dalam hal ini, pengembangan wakaf, dapat menjadi alternative, sumber pendanaan. 14 Wakaf tunai
diharapkar marlpu menjembatani kesenjangan sosial
antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin, karcna diharapkar teIjadi transfer kekayaan (daJam bentuk keuntungar investasi). Dana wakaf tunai juga dapat digunakar untuk berbagai aktifitas, baik dibidang sosial good dan private good. Penggunaan dana hasH pengelolaan wakaf tersebut dapat membuka peluang
13
Hasan Ali, Makalah Bunga Rampai lnformasi WakafTunai, (Jakarta:), 2004, h.9
{!
14 Depag RI, Pedoman Pengelalaan dan Pengembangan Wakaf, ( Jakarta: Direktorat Jendral Simas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003) hAl
43
bagi analisa ekonomi yang menarik berkenaaan dengan alokasi sumber dalam kerangka keuangan publik.
15
Dalam ranglea meningkatkan peran wakaf dalam bidang ekonomi, yang harus dikembangkan adalah wakaf tunai (cash waqf). Karena wakaf tunai memiliki
kekuatan
yang
bersifat
umum
dimana
setiap
orang
bisa
menyumbangkan harta tanpa batas tertentu. Demikian juga fleksibelitas wujud dan pemanfaatannya dapat menjangkau seluruh potensi untuk dikembangkan secara maksimal. Melihat kecendrungan yang begitll potensial, dan terutama dengan melihat perkembangan pengolahan wakaf tunai yang ada di negara-negara lain, maka kesempatan yang sarna juga sebenarnya bisa diberlakukan di Indonesia. Karena dibeberapa Negara lain yang notabene berpenduduk mayoritas muslim, wakaf dikembangkan sebagai salah satu alternative dan instrumen yang cukup memadai untuk mens"jahterakan kehidupan uma!. Jadi tidak dapat kita pungkiri bahwa wakaf tunai adalah salah satu sol usi alternatife dari krisis ekonomi. Karena wakaf tunai meiliki kekuatan yang bersifat umum, dimana setiap orang bisa menyumbangkan halta tanpa batas-batas tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa wakaf yang disyari'atkan dalalTI Islam mempunyai dua dimensi sekaligus, ialah dimensi religi dan dimensi sosial
15 Depag RI, Perkembangan pengelolaan waka! di Indonesia,(Jakarta: Direktorat jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan haji, 2005), h. 144
44
ekonomi. Dimensi religi karena wakaf mempakan anjuran agama Allah yang perlu diperaktekkan dalam kehidupan masyarakat muslim, sehingga mereka yang memberi wakaf (waqit) mendapat pahala dari Allah SWT karena mentaati perintahnya. Dimensi sosial ekonomi karena syari'at wakaf mengandung unsur ekonomi dan sosial, dimana kegiatan wakafmelalui uluran tangan sang dermawan telah membantu sesamanya untuk saling tenggang rasa. Dalam perjalanan sejarah wakaf tidak hanya terbatas kepada kesejahteraan sosial untuk masyarakat dan keluarga, tetapi lebih dari itu peran wakaf yang monumental adalah melahirkan banyak yayasan ilmiah yang independen yang tidak tergantung kepada lembaga politik (pemerintah). diantaranya menyelenggarakan fonlm ilmiah intemasional, beasiswa, menyantuni kaum intelektual untuk selalu berkarya dan mendirikan lembaga lembaga Islam yang independen dan tidak tergantung kepada arus politik tertentu.
BABIV HUKUM WAKAF TUNAl DALAM PERSPEKTIF ULAMA FIKIH (Hanafiyah dan Syafi'iyah)
A. Pandangan Ulama Syafi'iyah tcnlang Hukllm Wakaf Tllnai Penggunaan wakaf tunai telah lama dikenal dalam pemerintahan Islam, tetapi hukum mewakafkan uang tunai merupakan masalah yang masih diperdebatkan di kalangan ulama fikih. Hal ini disebabkan karena cara yang lazim dipakai oleh masyarakat dalam mengembangkan harta wakaf berkisar pada penycwaan hatia wakaf. Oleh karena itu sebagian ulama merasa sulit menerima ketika ada di antara ulama yang berpendapat sah hukumnya mewakafkan uang dirham dan dinar. Mereka merasa aneh dengan hal tersebut. Dengan uang sebagai aset wakaf, maka penggunaannya akan berhubungan dengan praktek riba. Menurut al-Bakri, mazhab Syafi'i tidak membolehkan wakaf uang, mazhab Syafi'i tidak membolehkan wakaf tunai, karena dinar atau dirham atau uang akan lenyap ketika akan dibayarkan sehingga tidak aela lagi wujudnya.' Adapun alasan lain yang tidak membolehkan wakaf tunai oleh ulama Syafi'iyah antara lain: 1. Bahwa uang zatnya akan bisa habis dengan sekali pakai. Uang hanya bisa dimanfaatkan dan dibelanjakan sehingga bendanya lenyap. Padahal inti dari I Depag RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, (Jakarta: Dirckloral Pengembangan 2almt dan Wakaf, Bimas Islam dan Penyelcnggaraan Haji, 2005), h. 3.
46
wakaf itu adalah kesinambungan hasil dari modal atau harta yang tetap. Oleh karena itulah persyaratan agar benda yang diwakatkan hams tahan lama dan tidak habis ketika dipakai. Menurut mereka kenapa benda yang bergerak tidak dibolehkan karena salah satu syarat wakaf adalah pennanen, sedangkan yang bergerak itu tidaklah permanen. Pandangan tersebut merupakan konsekuensi legis dati. konsep bahwa wakaf adalah shadaqah jariyyah. Sebagai sadaqah jaariyah yang pahalanya terus menerus mengalir, sudah jelas bahwa barang yang diwakatkan bersifat kekal atau bertahan lama. 2. Bahwa uang itu diciptakan sebagai alat tukar, bukan untuk ditarik manfaatnya dengan mempersewakan zatnya. 2 Adapun yang membuatmereka merasa aneh adalah karena tidaklah mungkin mempersewakan
benda~benda
seperti itu,
oleh karena itu mereka segera mempersoalkan dengan mempertanyakan apa yang dapat dilakukan dengan dana dinar dan dirham. Tapi sebagian ulama mazhab Syafi'i berpendapat bahwa baleh mewakafkan uang sesuai dengan hadist yang diriwayatkanoleh AbuTsur:
Artinya:" Abu T..r;;ur meriwayatkan dari imam al-Syafi'i tentang kebolehan wakaf dinar dan dirham (uang) ,,3 2
j 994),
www.mail-archive.com
3 Dr. Mahmud Mathraji, al Mmvardi ai-Hmvi al-Kabir lahqiq, (Beirut: Dar alFikr, juz lX, hal. 379
47
B . Pandangan Ulama Hanafiyah tentang Hukum Wakaf Tumai
Dalam kehidupan ini selalu bertentangan, ada siang ada malam, ada lakilaki ada perempuan, begitu juga didalam berpendapat, ada yang setuju dan ada pula yang tidak (menentangnya). Mazhab Hanafi· berbeda pendapat dengan Mazhab Syafi'i di atas. Mazhab Hanafi membolehkan wakaftunai sebagai pengecualian atas dasar istil1sdn bil 'uri karena sudah banyak dilakukan oleh masyarakat. Mazhab Hanafi memang berpendapat bahwa hukum yang ditetapkan berdasarkan 'Urf (adat kebiasaan), karena mempunyai kekuatan yang sarna dengan hukum yang ditetapkan berdasarkan Nash (teks).4 Dasar argumentasi mazhab Hanafi adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud, f.a:
Artinya: "Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, maka dalam pandangan Allah adalah baik, dan apa yang dipandang buruk oleh kaum Muslimin maka dalam pandangan Allah pun itu buruk".
4
Depag RI, Pedoman Pengelolaan WakafTuai. Op Cit, h. 2.
5
Muhammad bin Abdullah abu Abdullah al Hakim an Nisyaburi, Mustadrik ala al
Shohihaini, (Beirut: Dar! Kitab al 'Alamiah, 1990\ hal 37
48
Adapun cara melakukan wakaf tunai (mewakafkan uang) menurut mazhab Hanafi adalah dengan menjadikannya modal usaha dengan cara mudhdrabah, sedangkan keuntungannya disedekahkan kepada pihak wakaf. 6
Imam al-Zuhri (w. 124 H) juga berpendapat dengan mazhab Hanafi, yaitu mewakafkan uang itu boleh dengan cara menjadikan uang itu modal usaha kemudian keuntungannya disalurkan kepada mauqilf 'alaih. 7 M~jelis
Ulama Indonesia (MUI) juga mengeluarkan fatwanya tentang
wakaf tunai ini. Fatwa yang ditetapkan MUI menyatakan bahwa hukum mewakafkan uang adalah jawdz (boleh), nilai pokok uang harns dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan diwariskan serta wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar'i. 8 Jadi dapat disimpulkan, bahwa Hanafiyah berbeda pendapat dengan dcngan
Syafi'iyah
dalam
menetapkan
hukum
wakaf tunai.
Hanafiyah
membolehkan wakaf tunai atas dasar isti!1san bi! 'urf( adat kebiasaan) yang sudah dilakukan di masyarakat.
(, Depag RI, Gp. Cit, h. 3. 7 WWlV.
g
mail- archive,com.
www.Mail-Archive.Com
49
C. Analisa Pcnulis tcrhadap Pandangan Ulama Hanafiyah dan Syafi'iyyah tcntang Hulmm WakafTullai Seperti yang sudah dijelaskan di atas hukum mewakalkan uang menwakan masalah yang masih diperdebatkan di kalangan ulama fikih. Hal ini disebabkan karena yang lazim dipakai oleh masyarakat dalam mengembangkan harta wakaf berkisar pada penyewaan harta wakaf. Sepertitanah,gedung, rul1lah dan lain sebagainya. Oleh karenanya, sebagian ulama kurang menerima ketika ada di antara ulama yang berpendapat hukum mewakafkan uang boleh. Dengan uang sebagai aset wakaf, maka penggunaannya akan berhubungan dengan praktek riba. Alasan boleh atau tidak bolehnya wakaf tunai berkisar pada wujudnya. Apakah wujud uang itu setelah digunakan atau dibayarkan masihada seperti semula, terpelihara, dan menghasilkan keuntunganlagi pada jangka waktu yang lama. Penafsiran kembali ajaran wakaf tel:jadi karena perkembangan persoalan yang ma1cin kompleks agar relevan, maka teori wakaf perlu dilatarbelakangi oleh teori perubahan sosial dan teori pembangunan. Setelah meneelmati kedua pendapat lllama di atas, penulis setuju dengan pendapat ulama Hanafiyyah yang membolehkan wa1caf tunai. Selcalipul1 ayat alQur'an dan Sllnnah tidak seem'a jelas dan tegas menjelaskan tentang wakaf, atau balch dikatakan sedikit sekali hukum wakaf yang ditetapkan berdasarkan kedua sumber tersebut. Sehingga ajaran wakaf ini diletakkan pada wilayah yangbersifat
50
ijtihadi, khususnya yang berkaitan dengan aspek pengelolaan, jenis wakaf, syarat dan lain-lain. Meskipun demikian, ayat al-Qur'an dan Sunnahyang sedikit itu InatllpU menjadi pedoman para ahli fikih Islam. Sejak zaman KhuIafimr Rasyidun smnpai sekarang, dalam membahas dan mengembangkan hukum-hukum wakaf dengan menggunakan metode penggalian hukum (ijtihad) mereka. Sebab itu sebagian besar hukum-hukum wakaf dalam Islmn ditetapkan sebagai hasil ijtihadi seperti qiyds, maslal1ah mursalah dan lain-lain.
Oleh karenanya, ketika suatu hukum (ajaran) Islam yang masuk wilayah ijtihadi, maka hal tersebut menjadi sangat fleksibelterbuka terhadap penafsiranpenafsiran baru, dinamis, futuristik (berorientasi pada masa depan).Sehingga dengan demikian, ditinjau dari aspek ajaran saja, wakaf merupakan sebuah potensi yang culmp besar untuk bisa dikembangkan sesuai kebutuhan zaman. Apalagi ajaran wakaf ini termasuk bagian dari muamalah yang memiliki jangkaun yang sangat luas, khususnya dalam pengembangan ekonomi lemah. Memang, kalau ditinjau dari kekuatan hukum yangdimiliki, ajaran wakaf merupakan ajaran yang bersifat anjuran (sunnah), namunkekuatan yang dimiliki sesunggllhnya begitu besar sebagai tonggak menjalankan kesejahteraan masyarakat banyalc Perkembangan teori Moneter dan Perbankan agaknya menimbulkfln interpretasi baru tentang wakaf, sehingga menghasilkan perillasan· konsep semacam cash wakaf (wakaf tunai) yang ditawarkan oleh Prof. M.A. Mannan,
51
ahli teon ekonomi dan Bangladesh. Dalam konsep wakaf tunai tersebut, wakaf dapat menjadi sumber dana tunai.
9
Namun bila kita lihat perkembangan sistem perekonomian sekarang, sangat mungkin untuk melaksanakan wakaf tunaL Misalnya uang yang diwakafkan itu dijadikan modal usaha seperti yang dikatakan oleh mazhab I-1anafi. Atau diinvestasikan dalam wujud saham dalam peru:>ahaan yang bonafide atau didepositokan diperbankan Syariah.
10
Perkembangan ekonomi dan pembangunan yang memacu timbulnya gagasan adanya wakaf di antaranya karena berkembangnya sistem perekonomian Islam. Sistem perekonomian Islam seperti Lembaga Kemmgan Syanah dapat difungsikan sebagai pengelola wakaftunai. Perkembangan sistem perekonomian Islam tidak Iepas dad kegagalan sistem perekonomian konvensional, sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi sosialis. Sistem ekonomi kapitalis gaga! menjadikan masyarakat adil dan sejahtera. Sistem ekonomi kapitalis lebih mementingkan keuntungan sebanyak banyaknya dan membiarkan penumpukan modal di segelintiT kelompok tertentu (pemilik modal) dan tidak didistribusikan secara adil kepada masyarakat, terutama fakir miskin. Sistem ekonomi kapitalis mempercayakan transaksi ekonomi ke pasar, menihilkan peran negara dalam regulasi ekonomi, sehingga
9
Dcpag RI., Op Cil., h. 39.
'0 Depag RI,
Pedoman Pengelolaan Waka(Tunai, Op. Cil., h. 4.
52
yang
terjadi bukannya persaingan sehat, melainkan menyebabkan persaingan
yang timpang. Pemilik modal besar dapat memainkan pasar, sedangkan pemilik modal pasar atau konsumen harus tunduk terhadap pasar yang ditentukan oleh pemilik modal besar. Sistem ekonomi kapitalis juga rentan terhadap guncangan (untuk tidak mengatakan rentan terhadap krisis). Sebagi contoh adalah krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997. Keguncangan yang kerap menghantam sistem ekonomi kapitalis karena segal a tTasaksi ekonomi di.patok dengan standar
'1 . mal
uang·AS . II Sistem ekonomi sosialis awalnya sangat menjanjikan kesetaraan dan
pemerataan bagi seluruh masyarakat. Tapi yang dijanjikan itu utopia belaka. Secara alamiall, manusia memmlg berbeda-beda sesuai dangan status sosial yang me1ekat pada dirinya. Untuk mewujudkan kesetaraan d
rr tbid, h. 35. 12
tbid, h. 36.
53
tidak mempunyai aset tentlmya akan menghadapi kendala untuk melakukanfixet asset. Masyarakat tesebut dapat memberikan wakaf dalam bentuk uang tunai, di
mana uang tersebut dapat dikumpulkan. Terlebih dahulu oleh seorang pengelola untuk kemudian diinvestasikan, dan benefit atas invc:stasi tersebut dapat didistribusikan kepada benificiary. Wakaf tunai juga dapat digunakan untuk memproduktifkan aset-aset wakaf yang sekarang tersebar di banyak negeri kaum muslim. Sebagai contoh di Bangladesh terdapat 150.593 aset wakaf. Dengan demikian wakaf tunai dapat digunakan sebagai sarana untuk memotivasi dana masyarakat dengan jangkauan lapisan masyarakat yang lebih luas dalam bentuk modal investasi produktif dan dapat digunakan untuk memproduktifkan aset wakaf yang telah ada untuk bcrbagai bentuk, seperti pendidikan.
13
Ada tiga filosofi dasar yang harus ditekankan ketika kita hendak menerapkan prinsip cash wakaf dalam dunia pendidikan. Pertama, alokasi cash wakaf harus dilihat dalam bingkai "proyek tetintergrasi", bukan bagian-bagian
dari biaya yang terpisah. Contohnya adalah anggapan dana wakaf akan habis bila dipakai untuk membayar gaji guru atau upah bangunan, sementara wakaf hams abadi. Dengan bingkai proyek, sesungguhnya dana wakaf akan dialokasikan tmtuk program-program pendidikan dengan segala macarn biaya yang terangkum di dalarnnya. Kedua, asas kesejahteraan nazir. Sudah terlalu lama nazir sering diposisiskan kerja asal-asalan alias lillahi Ta'ala. Sudah saatnya kita menjadikan 13
Ibid, h. 96.
54
nazir sebagai profesi yang memberi harapan kepada lulusan terbaik umat dan profesi yang memberikan kesejahteraan bukan saja di akhirat tapi juga di dunia. Ketiga, asas transparansi dan accountability di mana badan wakaf dan lembaga yang dibantunya harus melaporkan setiap tahun akan proses pengelolaan dana kepada umat dalam bentuk audited financial report tennasuk kewajaran dan masing-masing pos biayanya. Perkembangan ekonomi dan pembangunan yang memacu timbulnya gagasan tentang wakaf tunai di antaranya berkembangnya sistem ekonomi Islam. Selain itu sistem ekonomi lslanl juga mengacu kepada peningkatan output dan setiap jam kerja yang dilakukan. Telah diketahui bahwa output perkapita, di satu pihak tergantung pada sumber daya alam dan di lain pihak tergantung pada sumber daya manusia. Tetapi sumber daya alam saja bukart merupakan kondisi yang cukup untuk pembangunan ekonomi, dan bukarl sestJatll yang mutlak diperlukan. Perilaku manusia memainkan peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi, sehingga tercipta masyarakat yang sejilhtera. Secara kias mengenai wakaf uang diahaloglkan seperti baju perang dan binatang. Sungguh telah memenuhi syarat 'illat (sebab persamaan), yang jam!' (titik persamaan) terdapat dalam qiyas dan yang diqiyaskan (maqis dan maqis
alaih). Sarna-sarna benda bergerak dan tidak kekal yang mungkin rusak dalarn
55
waktu tertentu, bahkan wakaf uang jika di-manage oleh lembaga secara . prefesional memungklnkan uang kekal seIamanya. 14
Keberadaan model wakaf tunai melalui sertifikat wakaf tunai dirasakan perlu dan mendesak sebagai instrumen keuangan alternatif yang dapat mengisi kekurangan kekurangan badan sosial yang ada. Wakaf tunai merupakan produk baru dalam sektor perbankan. Beberapa pedoman operasional wakaf tunai yang dipraktikkan Social Investmen Bank Ltd (SIBL) antara lain: I. Wakaf tunai harus dipandang sebagai sumbangan (endoument) yang sesuai dangan syariah, bank akan mengelola wakaf atas nama wakif. 2. Wakaf dapat diberikan berulang kali dan rekening yang dibuka sesuai dengan nama yang diberikan waqif. 3. Waqif diberi kebebasan untuk memilih sasaran wakafhaik sasaran yang sudah diindentifikasi oleh SIBL secara umum antara lain: Rehabilitasi keluarga (family rehabilitation), pendidikan dan kebudayaan (education and culture),
kesehatan dan sanitasi (health and sanitation), dan pelayanan sosial (social utility service).
4. Dana walcaf akan mendapat keuntwlgart pada tingkat yang paling tinggi yang ditawarkan oleh bank dari Waktll ke waktll. 5. Dana wakaf akan tetap dan hanya dana yang herasal dari kellntungan yang akan dihagikan kepada sasaran yang telah dipilih waqif keuntungan yang belum sempat dihagikan otomatis akan digabllngkan dengan dana wakaf yang 1,1
Ibid, h. 38.
56
sudah ada yang akan mendapatkan keuntungan yang lebih berkembang sepanjang waktu. Oleh karena itu, wakaf tunai, saham, dan surat berharga lainnya sudah saatnya mendapat porsi yang seimbang dalam rangka. memberi wawasan a.ka.n pentingnya sebuah instrumen keuangan da.lam rangka ikut serta. secara. aktif mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan kesejahteraan sosial. Wakaf tunai merupaka.n upaya inovasi finansial di bidang perwa.kafa.n. Bila langkah ini berhasil dijalankan dengan baik, akan mampu memberikan manfaat untuk kesejahteraan uma!. Walcaftunai membuka peluang yang unik bagi penciptaan invstasi dibidang keagamaan, pendidika.n, darl pelayanan sosial.
BABV
PENUTUP A. Kcsimpulan 1. Munculnya gagasan wakaftunai sangat mengejutkan karena ada diantara para
ulama yang setuju dan tidak seu\ju dengan munculnya wakaf tunai, wakaf tUllai dapat didefinisikan dengan wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uanag umai, juga termasuk didalamnya surat-surat berharga seperti cek dan saham.! Sedangkan menurut Dr. Mulya E. Siregar, wakaftunai adalah penyerahan asset wakafberupa uang tunal yang tidak dapat dipindah tangankan dan dibekukan untuk selain kepentingan UIl1Um yang tidak mcngurangi atauptm menghilangkan jumlah pokoknya. Majlis Ulan1a Indonesia pada tangal II mei 2002 mengeluarkan fatwa tentang wakaf tunai yang isinya sebagai berikut: a. wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. b. Termasuk kedalamnya pengertian uang adalah surat-surat berharga. c. Wakafuang hukumnyajawaz (boleh). d. Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakim untuk hal-hal yang dibolehkan syar'i.
I Depag RI, Pedoman Penge{o{aan WakqfTunai. (Jakarta: Direklorat Jendral Bimas Islam 2003, h. I '
58
c. Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kclcstariannya, tidak bolch dijual, dihibahkan atau diwariskan.
2
2. Tujuan dari wakaf tunai yang pasti adalah untuk mcndapatkan ridha Allah SWT, scbagaimana infak, wakaftunai mcrupakan ibadah ma'liyah untuk mcndckatkan diri kcpada Allah, bcrbcntuk scdckah jariyah yang terus mengalir pahalanya untuk orang yang mcnyedckahkannya selama harta yang diwakafkan terscbut masih ada dan dimanfaatkan, dan wakaf tunai juga bcrtujuan untuk: a. Mclcngkapi pcrbankan syariah dcngan produk wakaf tunai yang berupa suatu sertifikat berdenominasi tcrtentu yang diberikan yang dibcrikan kepada para wakif sebagai bukti keikutseltaan. b. Membantu pcnggalangan tabullgan sosial mclalui sertifikat wakaf tunai yang dapat diatasnamakan orang-orang tercinta baik yang masih hidup maupuI1 yang tclah mcninggal schihgga dapat mcmperkuat intcraksi keluarga antara umat c. Mcningkatkan invcstasi sosial dan mcntransformasikan tabungan sosial mcnjadi modcl sosial dan mcmballtu pcngcmbangan pasar modal sosial.
2
Dian Masyta Telaga, Waka/TunaiMendorong Kemandirian Bangsa, (www Pikiran
Rakyat. Com), h. 3
59
d.
Menciptakan kesadaran orang kaya terhadap tanggung jawab sosial mereka
terhadap
masyarakat
sekitarnya sehingga keamanan
dan
kedamaian sosia! dapat tercapai. J e. Mendistribusikan kekayaan secara adi! dan kemudianberujung pada kesejahteraan bersama. 4 f. Menggalang tabllngan sosia! dan mentransformasikan tabungan sosial menjadi modal sosia! serta membantu mengembrmgkan pasarmoda! sosia!. g. Meningkatkan investasi sosia!. h. Menyisihkan
sebagian
kellntungan
dari
sllrnber
daya
orang
kayalberkecllkupan kepada fakir miskin dan anak anak generasi berikutnya. I.
Menciptakan
kesadaran
diantara
orang
orang
kayalberkecukupan
menggali tanggung jawab sosia! mereka terhadap masyarakatsekitarnya. .I.
Menciptakan integrasi antara keamanan sosia! dan keamal1an s()sia! serta meningkatkan kesejahteraan. 5
J
M;tilis Ulama Sclangor, (www.Mais.Gov.my)
4
Departemcn Agama RI, Pedoman Pengelolaan WakafTunai. Op.Cit. h. 6
5 Heri Sudarsono, bank dan lembaga keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2003) hal. 264
60
Sedangkan manfaat Wakaftunai adalah a. wakaf uang j umlahnya bervariasi sehingga seseorang yang memeliki dana terbatas sudah bisa mulai membeIikan dana wakafnya tanpa harus menunggu lama. b. Melalui wakaf uang, asset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan dengan pembangunan gedung atau diolah untuk lahan pertanian. c. Dana wakaf tunai juga bisa membantu sebagian lembaga-·lembaga pendidikan Islam yang cash folwnya yang terkadang kembang kempis dan menggaji civitas akademika alakadarnya. d. Pada gilirannya. Insya Allah, umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan dunia pendidikan tanpa hams terlalu bergantung pada anggaran pendidikan Negara yang memang semakih lafua semakin terbatas. 6 • 3. Pandangan ulama khususnya Hanafiyah dan Syafi'iyah tentahg hukum wakaf tunai adalah, Menurut al-Bakri, mazhab Syafi'i tidak membolehkan wakaf uang, mazhab Syafi'i tidak membolehkan wakaf tunai, karena dinar atau
6
Hasan Ali, Makalah Bunga Rampai hiformasi WakafTunai, (Jakarta:), 2004, 11.9
61
dirham atau uang akan lenyap ketika akan dibayarkan sehingga tidak ada lagi . dnya. 7
WUJU
Adapun alasan lain yang tidak membolehkan wakaf tunai oleh ulama Syafi'iyah antara lain: a. Bahwa uang zatnya akan bisa habis dengan sekali pakai. Dang hanya bisa dimanfaatkan dan dibelanjakan sehingga bendanya lenyap. Padahal inti dari wakaf itu adalah kesinambungan hasil dari modal atau harta yang tetap. Oleh karena itulah persyaratan agar benda yang diwakafkan harns tahan lama dan tidak habis ketika dipakai. Menurnt mereka kenapa benda yang bergerak tidak dibolehkan karena salah satu syarat wakaf adalah pennanen, sedangkan yang bergerak itu tidaklah permanen. Pandangan tersebut mernpakan konsekuensi logis dari konsep bahwa wakaf adalah shadaqah jdriyyah. Sebagai sadaqah jaariyah yal1g pahalanya terns menerus mengalir, sudah jelas bahwa barang yang diwakafkan bersifat kekal atau bertahan lama. b. Bahwa uang itu diciptakan sebagai alat tukar, bukan ul1tuk ditarik manfaatnya dengan mempersewakan zatnya. & Adapun yang membuat mereka merasa aneh adalah karena tidak1ah mungkin mempersewakan benda-benda seperti itu, oleh karena itu mereka segera mempersoalkan
7
Depag RI, Pedoman Pengelolaan WakafTunai) Op Cit, h. 3
8
www.mail-archive.com
62
dengan mempertanyakan apa yang dapat dilakukan dengan dana dinar dan dirham. Tapi
sebagian ulama mazhab
Syafi'i
berpendapat bahwa boleh
mewakafkan uang sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Abu Tsur:
Artinya: " Abu Tsur meriwayatkan dari imam al-Syaji'i tentang kebolehan wakaf dinar dan dirham (uang) ,,9 Sedangkan mazhab Hanafi berbeda pendapat dengan Mazhab Syafi'i di atas. Mazhab Hanafi membolehkan wakaf tunai sebagai pengecualian atas dasar istil1san bil 'wfkarena sudah banyak dilakukan oleh masyarakat. Mazhab Hanafi memang berpendapat bahwa hukum yang ditetapkan berdasarkan 'Urf (adat kebiasaan), karena mempunyai kekuatan yang sarna dengan hukum yang ditetapkan berdasarkan Nash (teks).IO Dasar argumentasi mazhab Hanafi adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud, r.a:
9
Dr. Mahmud Mathraji, 01 M(f}f.lardi al-Hawi al-Kabir tahqiq, (Beirut: Dar al Fikr.
1994), juz IX, hal. 379 10
Depag RJ, Pedoman Pengelolaan WakafTuoi, Op Cit, h. 2.
.
63
Artinya: "Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, maka dalam pandangan Allah adalah baik, dan apa yang dipandang buruk oleh kaum Muslimin maka dalam pandangan Allah pun itu buruk". Adapun cara melakukan wakaf tunai (mewakafkan uang) menurut mazhab Hanafi adalah dengan menjadikannya modal usaha dengan cara mudharabah, sedangkan keuntungannya disedekahkan kepada pihak wakaf. 12
Imam al-Zuhri (w. 124 H) juga berpendapat dengan mazhab Hanafi, yaitu mewakafkan uang itu boleh dengan cara menjadikan uang itu modal usaha kemudian keuntungannya disalurkan kepada mauquf 'alaih13 Jadi dapat disimpulkan, bahwa Hanafiyah berbeda pendapat dengan dengan
Syafi'iyah
dalam
menetapkan
hukum
wakaf ttmai.
Hanafiyah
membolehkan wakaftunai atas dasar isti!1san bi! twf( adat kebiasaan) yang sudah dilakukan di masyarakat.
II
Muhammad bin Abdullah abu Abdullah aJ Hakim an Nisyaburi, Mustadrik ala al
S!1o!1i!1aini, (Beirut: Darl Kitab al 'Alamiah, 1990), hal 37
12
IJ
Depag RI, Loc. Cil, h. 3.
www.mail"archive.com.
64
B. Saran- Saran
Sesuai dengan kesimpulan yang bisa ditarik dari pembahasan tentang wakqf tunai dalam perspektif ulama jikih ( studi analisis pendapat ulama Hanajiyah dan Syaji'iyah) ini, maka penulis menganjurkan beberapa saran kepada masyarakat awam khususnya dan umat Islam umumnya yaitu: 1. Mensosialisasikan kepada masyarakat tentang keberadaan wakaf tunai, bahwa masyarakat tidak perlu menunggu jumlah harta tertentu untuk membeli sejumlah tanah untuk diwakafkan, karena wakaf bisa dilakukan dengan cash walaupun tidak memiliki tanah untuk diwakaflmn. 2.
Melihat potensi yang dapat dihasilkan dari wakaf tunai, sudah saatnya mendirikan lembaga wakaf tunai mulai dari lingkungan terkecil seperti takmir masjid, dan pesantren sebagai usaha sosialisasi pertama terhadap masyarakat awam.
3. Perlu koordinasi
dengan lembaga zakat dan instansi pemerintah untuk
menjalin keJjasama dan meningkatkan kineIja keduanya dalam upaya mensejahterakan uma!.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah AI-Kabasi, Abid, Muhammad,Hukum Wak"f, (Jakmia: Dompet Dhllafa Repllblika dan I1MaN, 2004) Abu Abdullah, al Bukhori, al Ja'fi, Muhammad bin Ismail, Jama' Shahih Muktasar, (Beirut: Darl ibnu Katsir, 1987) Abu Abdullah, al Hakim, an Nisyaburi, Muhammad bin Abdullah, Mustadrik ala al Shohihaini, (Beirut: Darl Kitab al 'AIamiah, 1990) Abu Fadhol, al Askhalmli, as Syafi'I, Ahmad bin Ali bin Hijir, Fathul bari Sharhi Shahih al Bukhori, (Beirut: Darl Ma'rifah, 1379) . Ali, AM, Hasan, Bunga Rampai Informasi Wakaf Tunai, (Jakarta: Makalah Pribadi), 2004 Ali, M, Daud, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wak,,! (Jakarta: 01 Press, 1998) Bakri (al), I'anatu Ath-Thalibin, (Kairo: Isa Halabi, tt) Depatiemen Agama RI, Fiqih Wakaf, (Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dat1 Wakaf, Direktorat Bimas Islam dan penyelenggraan Haji, 2003)
-------------, Al qur 'an dan Tel]emahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006) ------------- Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, ( Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jendral Bimas Islam dat1 Penyelenggaraan Haji, 2005) -------------, Paradigma baru waJu!! eli Indonesia, ( Jakarta: Proyek Pengembat1gat1 Zakat danb Wakaf, Direktorat Jendral Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji,2005) -------------, Perkembangan Pengelolaan Wakaf Di Indonesia,(Jakarta: Direktorat jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan haji, 2005) ".
67
Usman, Suparman, Hukum Perwakafan di Indonesia, ( Jaka1ia: Darul ulum Press, 1999) www.MaiI-archive.Com. Zuhaili (al), Wahbah, Fiqih aI-Islam wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr,1998) Zuhdi, Masjfuk, Studi Islamjilid III Muamalah,(Jakarta: PT Raja Grafindo, 1993)