DAMPAK PENINGKATAN HARGA BERAS TERHADAP POLA PENGELUARAN PANGAN PADA BEBERAPA STRATA PENDAPATAN (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Serdang)
SKRIPSI
Oleh : ARIEF FADILLAH 030304028/AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS F A K U L T A S P E R T A N IA N UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
DAMPAK PENINGKATAN HARGA BERAS TERHADAP POLA PENGELUARAN PANGAN PADA BEBERAPA STRATA PENDAPATAN Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
(Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Serdang)
SKRIPSI
Oleh : ARIEF FADILLAH 030304028/AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Tavi Supriana, MS Ketua
Ir. Lily Fauzia, MSi Anggota
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS F A K U L T A S P E R T A N IA N UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
RINGKASAN ARIEF FADILLAH (030304028) dengan judul skripsi “DAMPAK PENINGKATAN HARGA BERAS TERHADAP POLA PENGELUARAN PANGAN PADA BEBERAPA STRATA PENDAPATAN” (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kotamadya Medan dan Desa Pantai Labu Pekan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang). Penelitian skripsi dibimbing oleh Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian dilakukan bulan Mei 2007 di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kotamadya Medan dan Desa Pantai Labu Pekan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang yang dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki populasi dimana terdapat semua strata pendapatan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak peningkatan harga beras terhadap pola pengeluaran pangan menurut strata pendapatan dan daerah, menghitung elastisitas permintaan beras terhadap harga, dan pengetahuan masyarakat mengenai program diversifikasi pangan. Pengambilan sampel dilakukan secara acak bertingkat (Stratified Random Sampling). Strata pendapatan dalam penelitian ini yaitu tingkat pendapatan rumah tangga yang terdiri strata I (≤ Rp 1.000.000 per bulan), strata II (Rp. 1.001. 000 – Rp 1.999.000 per bulan ) dan strata III (≥ Rp 2.000.000 per bulan). Sampel sebanyak 100 rumah tangga terdiri dari 56 rumah tangga strata I, 29 rumah tangga strata II dan 15 rumah tangga strata III. Dari hasil penelitian disimpulkan : 1. Peningkatan harga beras menyebabkan semakin besarnya proporsi pengeluaran pangan untuk beras dengan semakin rendahnya strata pendapatan. 2. Peningkatan harga beras menyebabkan proporsi pengeluaran pangan untuk beras lebih besar pada daerah pedesaan daripada daerah perkotaan. 3. Peningkatan harga beras tidak memberi perubahan yang besar terhadap jumlah beras yang dikonsumsi, namun memberi perubahan yang besar terhadap kualitas beras yang dikonsumsi. 4. Elastisitas permintaan beras rumah tangga berpendapatan rendah lebih elastis daripada rumah tangga berpendapatan tinggi. 5. Elastisitas permintaan beras rumah tangga di daerah pedesaan lebih elastis daripada daerah perkotaan. 6. Pengetahuan masyarakat tentang program diversifikasi pangan masih rendah.
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
RIWAYAT HIDUP ARIEF FADILLAH, lahir pada tanggal 11 April 1985 di Banda Aceh. Anak pertama dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Nazlan S. Lubis dan Ibu Farida. Pendidikan yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar di SD Geuceu 1 Aceh Besar Nanggro Aceh Darusalam (NAD) hingga kelas V, kemudian melanjutkan kelas VI di SD Negeri 064988 Medan dan tamat tahun 1997. 2. Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 2 Medan dan tamat tahun 2000. 3. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 2 Medan dan tamat tahun 2003. 4. Tahun 2003 di terima Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleski Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). 5. Bulan Mei 2006 melaksanakan penelitian skripsi di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kotamadya Medan dan Desa Pantai Labu Pekan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. 6. Bulan Juni – Juli 2007 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sitinjo Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi.
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nyan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Skripsi merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatea Utara dengan judul “Dampak Peningkatan Harga Beras terhadap Pola Pengeluaran Pangan pada Beberapa Strata Pendapatan” ( Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kotamadya Medan dan Desa Pantai Labu Pekan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ). Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S sebagai Ketua Komisi Pembimbing. 2. Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing. 3. Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si sebagai Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Ir. Luhut Sihombing, M.P sebagai Sekretaris Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 6. Bapak Japar K. sebagai Lurah Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kotamadya Medan yang telah banyak memberi data dan informasi untuk pembuatan skripsi penulis. 7. Bapak Muslim S. sebagai Kepala Desa Pantai Labu Pekan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang yang telah banyak memberi data dan informasi untuk pembuatan skripsi penulis. Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
8. Seluruh masyarakat Kelurahan Sei Mati dan Desa Pantai Labu Pekan yang telah menerima dan membantu penulis dengan memberi data dan informasi untuk penulisan skripsi penulis. 9. Rekan-rekan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih buat orang tua tercinta Nazlan S. Lubis dan Farida buat bimbingan dan perhatian serta pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membanguan dari pembaca demi penyempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang.
Medan,
September 2007
Penulis
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI RINGKASAN ................................................................................................. i RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. v DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 1.4 Kegunaan Penelitian .......................................................................
1 6 6 7
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................ 8 2.2 Landasan Teori ............................................................................... 13 2.3 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 17 2.4 Hipotesis Penelitian ........................................................................ 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian .............................................. 3.2 Metode Pengambilan Sampel.......................................................... 3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 3.4 Metode Analisis Data ..................................................................... 3.5 Definisi dan Batasan Operasional ...................................................
20 21 22 23 24
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ............................................................ 27 4.2 Karakteristik Sampel ...................................................................... 37 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pola Pengeluaran Pangan menurut Strata Pendapatan ..................... 5.2 Pola Pengeluaran Pangan menurut Daerah ...................................... 5.3 Elastisitas Permintaan terhadap Harga pada Komoditi Beras ........... 5.4 Pengetahuan Masyarakat mengenai Diversifikasi Pangan ............... VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan .................................................................................... 6.2 Saran ..............................................................................................
40 46 51 55 57 57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL NO
JUDUL
Hal.
1. Produksi Beras Sumatera Utara menurut Kabupaten Tahun 2005 ............... 2. Gambaran Tingkat Konsumsi Bahan Pangan Di Propinsi Sumatera Utara dan Indonesia Tahun 2005.......................................................................... 3. Perkembangan Harga Eceran Beras di Indonesia Tahun 2000-2006 (Rupiah/kg) ................................................................................................ 4. Persentase Rumah Tangga Miskin pada Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Tahun 2005 ................................................................................................ 5. Persentase Rumah Tangga Miskin pada Kecamatan Medan Maimun Berdasarkan Distribusi Beras Miskin Tahun 2006 ...................................... 6. Distribusi Populasi dan Sampel di Kelurahan Sei Mati dan Desa Pantai Labu Pekan Tahun 2007 ............................................................................. 7. Distribusi Penggunaan Lahan Kelurahan Sei Mati Tahun 2007 .................. 8. Distribusi Penggunaan Lahan Desa Pantai Labu Pekan Tahun 2007 ........... 9. Distribusi Penduduk Kelurahan Sei Mati menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007 ................................................................................................ 10. Distribusi Penduduk Desa Pantai Labu Pekan menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007 .................................................................................. 11. Distribusi Penduduk Kelurahan Sei Mati menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2007 ................................................................................................ 12. Distribusi Penduduk Desa Pantai Labu Pekan menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2007 ................................................................................................ 13. Distribusi Penduduk Kelurahan Sei Mati menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007 ................................................................................................ 14. Distribusi Penduduk Desa Pantai Labu Pekan menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007 ................................................................................................ 15. Sarana dan Prasarana di Keluranan Sei Mati Tahun 2007 ........................... 16. Sarana dan Prasarana di Desa Pantai Labu Pekan Tahun 2007 .................... 17. Distribusi Sampel menurut Kelompok Umur Tahun 2007 .......................... 18. Distribusi Sampel menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007 ...................... 19. Distribusi Ukuran Keluarga Sampel Tahun 2007 ........................................ 20. Distribusi Sampel menurut Pekerjaan Kepala Keluarga Tahun 2007........... 21. Distribusi Sampel menurut Pengeluaran untuk Pangan Tahun 2007 ............ 22. Persentase Rata-Rata Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga menurut Strata Pendapatan ................................................ 23. Rumah Tangga menurut Proporsi Pengeluaran Pangan Berdasarkan Strata Pendapatan ................................................................................................. 24. Persentase Rata-Rata Proporsi Pengeluaran Pangan untuk Beras menurut Strata Pendapatan ....................................................................................... 25. Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Perubahan Kuantitas Beras yang Dikonsumsi Akibat Peningkatan Harga Beras menurut Strata Pendapatan .................................................................................................
2 2 4
20 21 22 29 29 30 31 32 33 34 35 36 36 37 37 38 38 39 40 41 42
43
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
26. Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Perubahan Kualitas Beras yang Dikonsumsi Akibat Peningkatan Harga Beras menurut Strata Pendapatan ................................................................................................. 27. Persentase Rata-Rata Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga menurut Daerah ................................................................. 28. Persentase Rumah Tangga menurut Proporsi Pengeluaran Pangan Berdasarkan Daerah ................................................................................... 29. Persentase Rata-Rata Proporsi Pengeluaran Pangan untuk Beras menurut Daerah ....................................................................................................... 30. Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Perubahan Kuantitas Beras yang Dikonsumsi Akibat Peningkatan Harga Beras menurut Daerah .......... 31. Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Perubahan Kualitas Beras yang Dikonsumsi Akibat Peningkatan Harga Beras menurut Daerah .......... 32. Elastisitas Permintaan Beras menurut Strata Pendapatan Tahun 2007 ......... 33. Elastisitas Permintaan Beras menurut DaerahTahun 2007 .......................... 34. Persentase Rumah Tangga yang Mengetahui Program Diversifikasi menurut Strata Pendapatan ........................................................................ 35. Persentase Rumah Tangga yang Mengetahui Program Diversifikasi menurut Daerah..........................................................................................
45 46 47 48 49 50 51 52 55 56
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR NO 1. 2. 3. 4.
JUDUL
Hal.
Kurva Engel ............................................................................................... Skema Kerangka Pemikiran ....................................................................... Kurva Permintaan Beras pada Strata I, Strata II dan Strata III..................... Kurva Permintaan Beras pada Daerah Pedesaan dan Daerah Perkotaan ......
16 19 53 54
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN NO
JUDUL
Hal.
1. Karakteristik Sampel pada Strata I, Strata II dan Strata III .......................... 2. Persentase Proporsi Pengeluaran Pangan dan Beras Rumah Tangga Strata I ....................................................................................................... 3. Persentase Proporsi Pengeluaran Pangan dan Beras Rumah Tangga Strata II ...................................................................................................... 4. Persentase Proporsi Pengeluaran Pangan dan Beras Rumah Tangga Strata III..................................................................................................... 5. Kebutuhan dan Jenis/Merk Beras Rumah Tangga Strata I........................... 6. Kebutuhan dan Jenis/Merk Beras Rumah Tangga Strata II ......................... 7. Kebutuhan dan Jenis/Merk Beras Rumah Tangga Strata III ........................ 8. Persentase Proporsi Pengeluaran Pangan dan Beras Rumah Tangga Daerah Perkotaan ....................................................................................... 9. Persentase Proporsi Pengeluaran Pangan dan Beras Rumah Tangga Daerah Pedesaan ........................................................................................ 10. Kebutuhan dan Jenis/Merk Beras Rumah Tangga Daerah Perkotaan .......... 11. Kebutuhan dan Jenis/Merk Beras Rumah Tangga Daerah Pedesaan ........... 12. Permintaan Beras dan Elastisitas Permintaan Beras Rumah Tangga Strata I ....................................................................................................... 13. Permintaan Beras dan Elastisitas Permintaan Beras Rumah Tangga Strata II ...................................................................................................... 14. Permintaan Beras dan Elastisitas Permintaan Beras Rumah Tangga Strata III..................................................................................................... 15. Permintaan Beras dan Elastisitas Permintaan Beras Rumah Tangga Perkotaan ................................................................................................... 16. Permintaan Beras dan Elastisitas Permintaan Beras Rumah Tangga Perkotaan ................................................................................................... 17. Hasil Kuesioner mengenai Program Diversifikasi Pangan pada Rumah Tangga Strata I ........................................................................................... 18. Hasil Kuesioner mengenai Program Diversifikasi Pangan pada Rumah Tangga Strata II ......................................................................................... 19. Hasil Kuesioner mengenai Program Diversifikasi Pangan pada Rumah Tangga Strata III ........................................................................................ 20. Hasil Kuesioner mengenai Program Diversifikasi Pangan pada Rumah Tangga Daerah Perkotaan........................................................................... 21. Hasil Kuesioner mengenai Program Diversifikasi Pangan pada Rumah Tangga Daerah Pedesaan............................................................................ 22. Perhitungan Elastisitas Permintaan terhadap Harga menurut Strata Pendapatan dan Daerah ..............................................................................
59 61 62 62 63 64 64 65 66 67 68 69 70 70 71 72 73 74 74 75 76 77
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Beras merupakan salah satu padi-padian paling penting di dunia untuk konsumsi manusia. Beras merupakan pangan pokok. Sebanyak 75% masukan kalori harian mayarakat di negara-negara Asia tersebut berasal dari beras. Lebih dari 59% penduduk dunia tergantung pada beras sebagai sumber kalori utama (Chils, 2004). Secara umum masalah pangan global tidak dicirikan oleh tidak cukupnya produksi pangan dalam arti absolut. Akan tetapi, masalah utama terletak pada tidak meratanya produksi pangan dunia. Produksi pangan dunia umumnya terpusat di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Eropa. Dengan tidak meratanya produksi pangan dan terpusat di negara-negara maju, maka dapat dipahami mengapa negara-negara yang sedang berkembang, yang umumnya padat penduduk dan berpenghasilan rendah sangat menggantungkan kebutuhan pangannya dari negara-negara maju (Amang, 1995). Kenyataan di atas mendorong setiap negara berusaha memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dengan berbagai cara, seperti mendorong produksi dalam negeri atau melalui perdagangan dunia. Namun tidak semua negara mampu mengatasi masalah pangan. Sementara negara maju melaju dengan surplus produksi yang besar, di negara berkembang dan miskin terjadi kekurangan pangan. Hal ini pada akhirnya mendorong adanya masalah pangan (Amang,1995). Beras merupakan bahan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk Indonesia dan menyumbang lebih dari 50% kebutuhan kalori serta hampir 50% kebutuhan protein (Amang, 1995). Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Pulau Jawa menghasilkan sekitar 56% produksi padi di Indonesia, sedangkan selebihnya dihasilkan oleh Pulau Sumatera (22%), Sulawesi (10%), Kalimantan (5%), dan pulau-pulau lainnya (7%). Dengan pola sebaran produksi seperti itu, maka Pulau Jawa masih tetap berperan sebagai penyangga produksi beras nasional (Malian, dkk, 2004). Produksi beras Sumatera Utara sebagian besar berasal dari Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Langkat, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Produksi padi Sumatera Utara tahun 2005 menurut kabupaten dapat lihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi Beras Sumatera Utara menurut Kabupaten Tahun 2005. No. Kabupaten 1. Deli Serdang 2. Serdang Bedagai 3. Labuhan Batu 4. Langkat 5. Tapanuli Selatan Sumber : BPS, 2006
Produksi (Ton) 339.484 346.300 379.506 361.624 363.318
Tingkat konsumsi beras per kapita di Sumatera Utara sebesar 133,23 kg/kapita/tahun, sedangkan tingkat konsumsi beras per kapita di Indonesia sebesar 111,95 kg/kapita/tahun. Gambaran mengenai konsumsi bahan pangan di Indonesia dan Propinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Gambaran Tingkat Konsumsi Bahan Pangan Di Propinsi Sumatera Utara dan Indonesia Tahun 2005. No. 1 2 3 4 5 6
Bahan Pangan Beras Daging Telur Minyak Goreng Sayur-sayuran Buah-buahan
Tingkat Konsumsi (kg/kapita/tahun) Sumatera Utara Nasional 133,23 111,95 11,13 6,94 9,92 7,30 9,87 8,47 44,60 55,70 24,65 31,86
Perbandingan Sumatera Utara dengan Nasional > > > > < <
Sumber : Lubis, 2005 Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi beras Sumatera Utara lebih tinggi 19 % dari tingkat konsumsi beras Indonesia. Hal yang sama juga terjadi untuk bahan pangan daging, telur, dan minyak goreng. Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya kebutuhan bahan pangan pokok adalah tingginya jumlah penduduk. Di sisi suplai, produksi pangan relatif tetap. Hal ini menyebabkan terjadinya ekses permintaan. Permintaan beras yang tinggi sementara suplai tetap, akan menyebabkan terjadinya peningkatan harga beras di pasaran. Kota Medan berpenduduk 2.102.142 jiwa dengan tingkat konsumsi beras 0,28 kg/kapita/hari atau 102,2 kg/kapita/tahun. Jadi, untuk penduduk Medan yang berjumlah 2.102.142 jiwa dibutuhkan 214.838.912,4 kg/tahun atau 214.838,9 ton/tahun. Untuk hitungan per bulan diperlukan 17.903,242 ton dengan konsumsi per hari sebanyak 596,7 ton. Hal ini dijelaskan Kepala Disperindag Medan Basyrul Kamaly melalui Waspada (24 Januari 2007). Angka tersebut menunjukkan tingkat konsumsi beras warga Medan sangat tinggi. Kabupaten Deli Serdang hingga saat ini merupakan salah satu lumbung beras dan memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi Propinsi Sumatera Utara. Produk kelompok tanaman bahan makanan, misalnya produksi beras pada tahun 2003 sebanyak 472.837 ton sementara kebutuhan beras sebanyak 325.885 ton sehingga terjadi surplus sebanyak 146.952 ton. Jumlah Penduduk Deli Serdang tahun 2004 sebanyak 1.526.763 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2,74 % dan kepadatan rata – rata 616 jiwa / Km2. Jika kebutuhan beras masyrakat 325.885 ton/tahun, maka konsumsi beras masyarakat Deli Serdang sebanyak 213 kg/kapita/tahun (http://www.deliserdang.go.id). Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Harga beras terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan harga beras selama tahun 2000-2006 sekitar 11% per tahun. Perkembangan harga eceran beras di Indonesia selama Tahun 2000-2006 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Harga Eceran Beras di Indonesia Tahun 2000-2006 (Rupiah/kg) TAHUN JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES RATA-2
2000 2,417.30 2,510.13 2,427.28 2,442.20 2,474.02 2,489.48 2,477.59 2,421.81 2,381.23 2,350.62 2,349.97 2,348.97 2,424.22
Persentase peningkatan per tahun
2001 2,393.74 2,447.13 2,483.94 2,486.30 2,466.20 2,483.46 2,518.58 2,543.68 2,586.85 2,625.19 2,690.34 2,719.64 2,537.09
2002 2,962.82 3,056.71 2,905.70 2,853.39 2,862.08 2,820.26 2,763.38 2,691.08 2,665.26 2,729.29 2,795.78 2,806.97 2,826.06
2003 2,848.32 2,869.62 2,868.15 2,801.97 2,756.70 2,753.30 2,701.12 2,711.57 2,781.33 2,784.82 2,775.38 2,777.95 2,785.85
2004 2,818.08 2,846.73 2,831.13 2,825.32 2,829.23 2,809.14 2,749.92 2,847.53 2,875.07 2,892.17 2,913.13 2,971.70 2,850.76
2005 3,334.61 3,399.03 3,439.18 3,384.25 3,358.19 3,336.98 3,356.35 3,394.92 3,460.05 3,672.01 3,779.59 3,831.33 3,478.87
2006 4,121.51 4,435.58 4,453.55 4,319.54 4,388.10 4,478.76 4,475.80 4,532.52 4,524.08 4,521.12
4,66%
11,39%
-1,42%
2,33%
22,03%
27,20%
4,425.06
Sumber : www.bulog.co.id Tingkat konsumsi beras yang tinggi menjadi permasalahan serius bagi masyarakat Sumatera Utara yang mayoritas mengonsumsi beras sebagai makanan pokok. Tingkat konsumsi yang tinggi menyebabkan ketergantungan masyarakat terhadap beras menjadi tinggi. Hal ini menyebabkan naik turunnya harga beras akan berpengaruh terhadap pola konsumsi. Harga beras di pasar tradisional Medan untuk jenis IR64 masih berkisar Rp 4.900 s/d Rp 5.200 per kg, jenis KKB mencapai Rp 5.800 per kg, Arias Rp 5.500 per kg, Ramos Rp 5.700 per kg, beras merah Rp 7.000 per kg, Pulut Rp 6.200 per kg (Waspada, 31 Januari 2007).
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Peran beras belum tergantikan oleh sumber karbohidrat lainnya. Meski sudah ada Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1974 yang disempurnakan menjadi Inpres Nomor 20 Tahun 1979 soal Penganekaragaman Menu Makanan Rakyat (Kompas, 22 Desember 2006). Diversifikasi pangan merupakan masalah yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara baik. Ketergantungan masyarakat terhadap bahan pangan beras terus meningkat, sedangkan konsumsi pangan lain (non beras) masih rendah. Hal ini disebabkan berbagi faktor, misalnya faktor sosial, ekonomi maupun budaya. Gagalnya program diversifikasi menyebabkan jumlah kebutuhan beras dalam negeri tidak pernah menurun. Meningkatnya harga beras menyebabkan turunnya daya beli masyarakat. Penurunan daya beli dapat menyebabkan menurunnya tingkat konsumsi dari sisi kuantitas dan atau kualitas khususnya bagi kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah. Oleh karena itu, penelitian tentang dampak peningkatan harga beras terhadap pola konsumsi beras penting untuk dilakukan. Penelitian ini terkait dengan masalah konsumsi dan permintaan beras di Sumatera Utara dikaitkan dengan adanya peningkatan harga dikaji menurut strata pendapatan rumah tangga dan menurut daerah. Hal ini sangat diperlukan bagi para pengambil kebijakan dalam memprediksi kebutuhan beras penduduk serta dampak apabila terjadi peningkatan harga dan atau pendapatan terhadap pola konsumsi beras di daerah penelitian. Dari berbagai studi tentang pangan di Indonesia, kajian yang menelaah pola pengeluaran pangan menurut kelompok pendapatan dan mengkaitkan dengan perubahan harga masih terbatas, khususnya di Sumatera Utara. Oleh karena itu Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
studi ini bermaksud untuk mengisi keterbatasan tersebut dengan memfokuskan kajian pada masalah pola pengeluaran pangan berdasarkan kelompok pendapatan.
1.2. Identifikasi Masalah Setelah dilihat dari uraian pada latar belakang maka dapat disimpulkan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana dampak peningkatan harga beras terhadap pola pengeluaran pangan rumah tangga menurut strata pendapatan di daerah penelitian? 2. Bagaimana dampak peningkatan harga beras terhadap pola pengeluaran pangan rumah tangga pedesaan dan perkotaan di daerah penelitian? 3. Bagaimana elastisitas permintaan beras rumah tangga menurut strata pendapatan di daerah penelitian? 4. Bagaimana elastisitas permintaan beras rumah tangga pedesaan dan perkotaan di daerah penelitian? 5. Bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai program diversifikasi pangan di daerah penelitian?
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk
mengetahui dampak peningkatan harga beras terhadap pola
pengeluaran pangan rumah tangga menurut strata pendapatan di daerah penelitian. 2. Untuk
mengetahui dampak peningkatan harga beras terhadap pola
pengeluaran pangan rumah tangga pedesaan dan perkotaan di daerah penelitian. Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
3. Untuk mengetahui elastisitas permintaan beras rumah tangga menurut strata pendapatan di daerah penelitian. 4. Untuk mengetahui elastisitas permintaan beras rumah tangga pedesaan dan perkotaan di daerah penelitian. 5. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat mengenai program diversifikasi pangan di daerah penelitian?
1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan di kemudian hari dapat dipergunakan sebagai : 1. Sumbangan pemikiran dalam kajian konsumsi terkait dengan pola pengeluaran pangan khususnya beras. 2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi policy maker dalam mengambil kebijaksanaan penetapan harga pangan maupun proyeksi kebutuhan pangan di masa mendatang. 3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Pangan adalah komoditas strategis karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan tidak saja berarti strategis secara ekonomi, tetapi juga sangat berarti dari segi pertahanan dan keamanan, sosial, dan politis (Hasan, 1998). Tanaman padi (Oryza sativa L.) diduga berasal dari Asia. Terdapat sekitar 20.000 varietas padi di dunia. Tanaman padi tradisional di Asia yang beriklim tropis bersifat tinggi dan lemah, dengan daun-daun yang melengkung ke bawah dan masa dormansinya lama (Juliano, 1994). Pangan pokok umumya banyak mengandung karbohidrat sehingga berfungsi sebagai sumber kalori utama. Di Indonesia, di antara bahan pangan bekarbohidrat, yaitu padi-padian, umbi-umbian, dan batang palma, beras merupakan sumber kalori yang terpenting bagi sebagian besar penduduk. Beras diperkirakan menyumbang kalori sebesar 60-80% dan protein 45-55% bagi ratarata penduduk (Juliano, 1994). Kebijakan harga merupakan instrumen pokok kebijaksanaan pengadaan pangan. Tujuan kebijakan harga dilakukan, diantaranya : (a) melindungi produsen dari kemerosotan harga pasar yang biasanya terjadi pada musim panen, (b) melindungi konsumen dari kenaikan harga yang melebihi daya beli khususnya pada musim paceklik serta (c) mengendalikan inflasi melalui stabilitas harga. Kebijakan harga memiliki dua sisi yang menunjang bidang produksi dan sisi lain yang menyangkut bidang distribusi dan konsumsi (Amang, 1995).
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Di negara-negara berpenghasilan rendah, terutama di daerah perkotaan, dua pertiga bagian dari jumlah pengeluaran mereka digunakan untuk konsumsi makanannya. Masalah ekonomi, sosial, dan politik dapat meningkatkan inflasi (harga-harga makanan naik) dan ini merupakan suatu hal yang serius. Inflasi harga pangan dapat mengakibatkan kegagalan dalam segi perluasan pemasaran makanan baik di dalam negeri maupun bahan makanan impor sehingga sukar untuk mengatur laju pertumbuhan permintaan bahan makanan terutama untuk bahan makanan yang mempunyai nilai komersial (Suhardjo, 1996). Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu,
kelompok
atau
organisasi
yang
berhubungan
dengan
proses
pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa-jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan. Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen dapat dicirikan menurut kelas sosial. Kelas sosial tinggi (berpendapatan tinggi) memiliki kecenderungan membeli barang-barang yang mahal, sedangkan kelas sosial rendah cenderung membeli barang dengan mementingkan kuantitas daripada kualitasnya (Mangkunegara, 2002). Lingkungan di luar sistem keluarga juga berperan kuat dalam kecenderungan pemilihan pangan. Orang tidak dapat melepaskan diri dari kontak sosial, budaya, ataupun masyarakat sekitarnya. Berbagai budaya terkait dapat membentuk pola konsumsi pangan penduduk pada masyarakat tertentu. Walaupun secara umum sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, tetapi masing-masing suku memiliki kebiasaan pangan yang berbeda (Marwanti, 2000).
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Konsep diversifikasi pangan bukan suatu hal baru dalam peristilahan kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia. Konsep diversivikasi telah banyak dirumuskan dan diinterprestasikan oleh para pakar. Kasryno et al. (1993) memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian di bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat. Diversifikasi mencakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi. Sementara itu, Soetrisno (1998) mendefinisikan
diversifikasi
pangan
secara
lebih
sempit.
Soetrisno
mendefinisikan diversifikasi hanya dalam konteks konsumsi pangan yaitu sebagai upaya menganekaragamkan jenis pangan yang dikonsumsi, mencakup pangan sumber energi dan zat gizi sehingga memenuhi kebutuhan akan pangan dan gizi sesuai dengan kecukupan baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Secara lebih tegas, Pakpahan dan Suhartini (1989) menetapkan konsep diversifikasi hanya terbatas pangan pokok, diversifikasi konsumsi pangan diartikan sebagai pengurangan konsumsi beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan non beras. Diversifikasi konsumsi pangan terkait dengan upaya mengubah selera dan kebiasaan makan. Karena itu, pokok kegiatan ini berupa peningkatan pengetahuan, sosialisasi, dan promosi mengenai pola pangan beragam, bergizi, berimbang. Dengan mengonsumsi pangan yang lebih beragam, bergizi, dan kandungan nutrisi yang berimbang, maka kualitas kesehatan akan semakin baik. Hasil ikutannya adalah konsumsi beras per kapita diharapkan menurun (Suryana dan Mardianto, 2002).
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Beberapa faktor yang menjadi kendala terhambatnya diversifikasi konsumsi pangan adalah : (1) rasa beras memang lebih enak dan mudah diolah, (2) ada konsep makan yang keliru, belum dikatakan makan kalau belum makan nasi, (3) beras sebagai komoditas superior, (4) ketersediaan beras melimpah dan harganya murah, (5) pendapatan rumah tangga masih rendah, (6) teknologi pengolahan dan promosi pangan non beras (pangan lokal) masih terbatas, (7) kebijakan pangan yang tumpang tindih, dan (8) adanya kebijakan impor gandum, jenis pengembangan produk (product development) cukup banyak dan promosi yang gencar (Ariani dan Ashari, 2003). Tuntutan kebutuhan beras akibat peningkatan pendapatan masyarakat rendah sampai menengah jauh lebih besar dari pada peningkatan pendapatan masyarakat berpendapatan tinggi. Hal ini dapat dimengerti karena angka elastisitas pendapatan bagi yang berpendapatan rendah sampai menengah (sekitar 40%) jauh lebih besar dari yang berpendapatan tinggi (sekitar 10-20%). Dikaitkan dengan komposisi penduduk yang 80 % tergolong berpendapatan rendah sampai menengah, maka
permintaan terhadap beras setiap tahun meningkat. Itulah
sebabnya dalam neraca bahan makanan yang diterbitkan oleh BPS angka konsumsi per kapita rata-rata selalu meningkat (Amang, 1995). Dari sisi konsumsi, berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pola konsumsi dipengaruhi oleh harga dan tingkat pendapatan. Ariani et. al. (2000) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa beras tetap menjadi bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 % penduduk, bahkan rumah tangga yang tadinya dikenal mengonsumsi bahan pangan pokok non beras (jagung,ubi-ubian dan sagu) dengan meningkatnya pendapatan, pola konsumsi pangan mereka mulai bergeser ke beras. Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Penelitian yang dilakukan oleh Malian, dkk (2004) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi beras adalah jumlah penduduk, impor beras tahun sebelumnya, harga jagung pipilan di pasar domestik, harga beras domestik dan nilai tukar riil. Sementara itu, Rachman (2000) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa permintaan (hampir) semua jenis pangan di pedesaan KTI lebih responsif terhadap perubahan harga dibandingkan di kota, kecuali untuk umbi-umbian, sayuran, dan minyak goreng. Secara umum terlihat semakin tinggi tingkat pendapatan semakin kurang responsif permintaan komoditas pangan terhadap harga pangan yang bersangkutan, kecuali untuk susu, sayuran, dan makanan jadi, permintaan akan semakin responsif terhadap perubahan harga untuk kelompok pendapatan rendah ke sedang, sedangkan permintaan makin kurang responsif untuk kelompok pendapatan sedang ke tinggi. Telah banyak kajian yang menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga mempengaruhi diversifikasi konsumsi pangan. Hasil kajian yang dilakukan oleh Simatupang dan Ariani (1997) yang menggunakan data Susenas 1996 dengan indeks Entropy menunjukkan bahwa diversifikasi sumber konsumsi energi dan protein selalu lebih tinggi pada kelompok pengeluaran (proyeksi pendapatan) tinggi. Hal ini berarti peningkatan pendapatan berasosiasi kuat dengan diversifikasi sumber konsumsi zat gizi. Rumah tangga dengan pendapatan tinggi akan berupaya memenuhi tuntutan kualitas sehingga konsumsi beras menurun dan akan beralih pada pangan yang mahal, seperti pangan hewani atau makanan jadi. Pada rumah tangga dengan pendapatan rendah, peningkatan pendapatan justru meningkatkan konsumsi beras dan mengurangi atau beralih dari pangan pokok, Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
seperti jagung dan ubikayu. Dalam kasus beras, peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi beras dan pada tingkat pendapatan tertentu, konsumsi beras akan menurun. Berbagai studi empiris mengenai pola konsumsi dan permintaan pangan di Indonesia menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan keragamannya berbeda menurut daerah (kota,desa), musim, dan karakteristik sosial ekonomi (Teklu dan Johnson, 1986).
2.2. Landasan Teori Teori utilitas (utility theory) dalam ekonomi mikro memberikan landasan analisis untuk melihat bagaimana sikap seseorang konsumen menentukan alternatif-alternatif di antara komoditi yang tersedia berdasarkan harga dan pendapatan yang dimilikinya agar kepuasannya tetap dapat dipertahankan. Gambaran akhir dari sikap tersebut secara total dan kuantitatif dicerminkan dalam angka elatisitas silang yang telah memadukan aspek pendapatan, harga, jumlah, dan jenis komoditi sekaligus (Amang, 1995). Pengaruh perubahan harga terhadap jumlah barang yang diminta, dapat dijelaskan melalui dua efek, yaitu efek substitusi dan efek pendapatan. Efek substitusi adalah perubahan kuantitas suatu barang yang diminta jika ada perubahan harga, sedangkan pendapatan diasumsikan tetap. Efek pendapatan adalah perubahan kuantitas suatu barang yang dikonsumsi jika terjadi perubahan pendapatan riil, dengan asumsi harga tetap (Arsyad, 1999). Menurut Joesron (2003), elastisitas permintaan dapat dibagi menjadi tiga yaitu elastisitas permintaan terhadap harga, elastisitas permintaan terhadap pendapatan, dan elastisitas harga silang. Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
1. Elastisitas Permintaan terhadap Harga Elastisitas permintaan terhadap harga menjelaskan perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat perubahan harga. Ed = Persentase perubahan jumlah barang yang diminta Persentase perubahan harga ∆Q / Q Ed = ∆P / P Suatu permintaan bersifat tidak elastis apabila koefisien elastisitas permintaannya berada di antara nol dan satu. Hal ini berarti persentase perubahan harga lebih besar daripada persentase perubahan jumlah barang yang diminta. Permintaan bersifat elastis terjadi apabila permintaan mengalami perubahan dengan persentase yang melebihi persentase perubahan harga. Nilai koefisien elastisitas permintaan yang bersifat elastis adalah lebih besar dari satu. 2. Elastisitas Permintaan terhadap Pendapatan Elastisitas permintaan terhadap pendapatan menjelaskan perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat perubahan pendapatan. Ei =
Persentase perubahan jumlah barang yang diminta Persentase perubahan pendapatan
Ei =
∆Q / Q ∆I / I
Pada barang-barang normal, kenaikan pendapatan konsumen dapat menyebabkan kenaikan permintaan. Terdapat hubungan yang searah antara perubahan pendapatan dengan perubahan jumlah barang yang diminta sehingga nilai koefisien elastisitas pendapatan untuk barang-barang normal adalah positif. Pada barang-barang inferior, terjadi pengurangan permintaan apabila pendapatan meningkat sehingga nilai koefisiennya adalah negatif. Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
3. Elastisitas Harga Silang Elastisitas
permintaan
silang
merupakan
suatu
koefisien
yang
menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu barang jika terjadi perubahan terhadap harga barang lain. Ec =
Persentase perubahan jumlah barang X yang diminta Persentase perubahan harga barang Y
Ec =
∆Qx / Qx ∆Py / Py
Nilai elastisitas silang berkisar antara tak terhingga yang negatif hingga tak terhingga yang positif. Barang-barang komplementer elastisitas silangnya bernilai negatif, sedangkan nilai elastisitas silang untuk barang-barang substitusi adalah positif. Kedudukan beras dalam pangsa pengeluaran rumah tangga yang menonjol dapat ditunjukkan oleh nilai elastisitas silang antara beras dengan komoditas pangan lainnya. Harga beras mempunyai pengaruh yang besar bagi konsumsi komoditas pangan lainnya. Sebaliknya, perubahan harga-harga komoditas nonberas berpengaruh relatif kecil terhadap konsumsi beras (Harianto, 2001). Apabila daya beli konsumen meningkat, permintaan beras akan meningkat, bersamaan dengan itu, terjadi penurunan permintaan pangan berkabohidrat lain yang dianggap ”inferior”. Kenaikan pendapatan selanjutnya akan diikuti penurunan permintaan beras. Bersamaan dengan itu, terjadi kenaikan keragaman dan jumlah pangan sumber protein dan vitamin yang dikonsumsi (Haryadi, 2006)
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Meningkatnya pendapatan seseorang menyebabkan terjadinya perubahan dalam susunan makanannya. Proporsi pengeluaran pangan yang besar tidak menjamin konsumsi pangan yang lebih beragam. Akan tetapi, pola konsumsi pangan cenderung berubah dengan naiknya pendapatan (Harper,1986). Pola konsumsi komoditas pangan utama beserta kaitannya dengan tingkat pendapatan sudah cukup banyak dikaji. Namun, ada dua hubungan pada tingkat mikro yang secara konsisten dapat dibuktikan. Kedua hubungan tersebut secara ringkas disebut Engel’s Law dan Bennett’s Law. Engel’s Law menyatakan bahwa proporsi anggaran rumah tangga yang dialokasikan untuk membeli pangan akan semakin kecil pada saat tingkat pendapatan meningkat (Harianto, 2001). Hukum Engel menyatakan bahwa semakin rendah pendapatan keluarga, maka semakin besar proporsi dari pendapatan tersebut yang dibelanjakan untuk makanan. Selain Hukum Engel, ada juga Kurva Engel yaitu sebuah garis yang menunjukan hubungan antara berbagai kuantitas suatu barang yang akan dibeli konsumen dengan berbagai tingkat pendapatan, ceteris paribus (Arsyad, 1999).
Qy
Qx ICC
I
I’
Kurva Engel
I’’
Qx
I
I’ I’’
Pendapatan
Gambar 1. Kurva Engel
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Aspek lain yang akan terpengaruh oleh perubahan harga beras adalah tingkat inflasi dan pengeluaran rumah tangga. Sampai saat ini pangsa rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi beras mencapai 27,6 % sehingga kenaikan harga beras akan mempengaruhi konsumsi rumah tangga(Harianto,2001) Pola konsumsi makanan sangat berbeda dari daerah ke daerah, karena dipengaruhi oleh agama, adat istiadat, tingkat urbanisasi, dan faktor-faktor lainnya. Penduduk miskin, biasanya mengkonsumsi makanan yang lebih murah dan menu biasanya tidak (kurang) bervariasi. Sebaliknya pada penduduk yang berpenghasilan tinggi, umumnya mengkonsumsi makan yang harganya lebih tinggi. Akan tetapi, penghasilan yang tinggi tidak menjamin tercapainya gizi yang baik ( Suhardjo, 1996 ).
2.3. Kerangka Pemikiran Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup, karenanya masalah pangan yang terkait dengan penyediaan, distribusi, harga, konsumsi, permintaan, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya merupakan topik yang menarik untuk dikaji. Meningkatnya harga pangan yang berarti pula menurunnya daya beli masyarakat dapat mengakibatkan menurunnya tingkat konsumsi dari sisi kuantitas dan atau kualitas khususnya bagi kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah. Pola pengeluaran pangan rumah tangga dapat berubah karena adanya perubahan tingkat pendapatan dan harga-harga dapat membantu memperkirakan dampak dan pengaruh kebijakan yang terkait dengan target dan sasaran yang akan tercapai. Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Konsumsi dan permintaan terhadap suatu komoditi dipengaruhi oleh tingkat harga komoditi yang bersangkutan, harga komoditi lain yang memiliki hubungan dengan komoditi tersebut, tingkat pendapatan dan selera. Dalam analisis jangka pendek dapat diasumsikan tidak terdapat perubahan selera, oleh karena itu konsumsi dan permintaan suatu komoditi ditentukan oleh tingkat hargaharga dan pendapatan. Apabila harga-harga di suatu wilayah diasumsikan homogen, dengan demikian dapat dihipotesiskan bahwa penduduk yang memiliki tingkat pendapatan berbeda akan memiliki pola pengeluaran yang berbeda pula. Oleh karenanya adalah penting untuk mengetahui bagaimana pola pengeluaran pangan dari berbagai strata pendapatan penduduk yang berbeda. Selain itu mengingat pola pengeluaran pangan dipengaruhi pula oleh kondisi geografis, maka pemilahan menurut perkotaan dan pedesaan juga penting untuk dilakukan. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa tingkat konsumsi beras penduduk (rumah tangga) ditentukan oleh tingkat pendapatan dan harga pangan beras. Dalam penelitian ini, Pengelompokan rumah tangga dibedakan menurut wilayah yaitu daerah perkotaan dan daerah pedesaan. Selanjutnya dilakukan pengelompokan
kembali
menurut
strata
pendapatan
yaitu
strata I
(≤ Rp 1.000.000 per bulan), strata II (Rp. 1.001.000 – Rp 1.999.000 per bulan ), dan strata III ( ≥ Rp 2.000.000 per bulan).
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Dari strata pendapatan tersebut, dapat diketahui apakah program diversifikasi pangan yang dicanangkan pemerintah dapat terlaksana sesuai harapan. Hal ini untuk menjaga ketersediaan pangan secara nasional. Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan pada Gambar 2.
Harga Beras
Permintaan Beras dan Pola Konsumsi
Daerah Perkotaan
Pendapatan Rendah ≤ Rp 1000.000
Daerah Pedesaaan
Pendapatan Sedang Rp 1.001.000-Rp 1.999.000
Pendapatan Tinggi ≥ Rp 2.000.000
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
2.4. Hipotesis Penelitian 1. Elastisitas permintaan beras rumah tangga berpendapatan rendah lebih elastis daripada rumah tangga berpendapatan tinggi. 2. Elastisitas permintaan beras rumah tangga di daerah pedesaan lebih elastis daripada daerah perkotaan. Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Sei Mati Kelurahan Sei Mati terletak di Kecamatan Medan Maimun, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Sampali berkisar antara 23,3oC - 24,4oC dan suhu maksimum berkisar antara 30,9oC - 33,6oC. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2004 rata-rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya 171,2 mm. Kelurahan Sei Mati memiliki luas 23 Hektar (0,23 km2) atau 0,087 % dari keseluruhan wilayah Kota Medan. Secara administratif Kelurahan Sei Mati mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : •
Di Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Suka Raja
•
Di Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kampung Baru
•
Di Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Polonia
•
Di Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Desa Pantai Labu Pekan Desa Pantai Labu Pekan terletak di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Topografi daerah berupa daratan pesisir pantai dengan ketinggian 10 meter di atas permukaan laut. Desa Pantai Labu Pekan mempunyai iklim tropis dengan keadaan suhu rata-rata 27,8oC dan curah hujan rata-rata per tahunnya 33 mm. Desa Pantai Labu Pekan memiliki luas 717 Hektar (7,17 km2). Desa ini berjarak 0,5 km dari ibukota Kecamatan Pantai Labu, 12 km dari ibukota Kabupaten Deli Serdang, dan 47 km dari ibukota Provinsi Sumatera Utara. Secara administratif Desa Pantai Labu Pekan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : •
Di Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Paluh Sibaji
•
Di Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Perkebunan Ramunia
•
Di Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pematang Biara
•
Di Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pantai Labu Baru
4.1.2. Tata Guna Tanah/Lahan Kelurahan Sei Mati Pola penggunaan tanah di kota Medan sangat beragam jenisnya. Penggunaan tanah menurut fungsinya terdiri dari bangunan permukiman, perkantoran, pemerintahan, bangunan pendidikan, tempat ibadah, pusat perbelanjaan, dan fasilitas umum. Gambaran umum tata guna lahan Kelurahan Sei Mati menurut jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 7.
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Tabel 7. Distribusi Penggunaan Lahan Kelurahan Sei Mati Tahun 2007 No 1 2 3 4 5
Penggunaan Lahan Pemukiman Pekuburan Perkarangan Perkantoran Prasarana Umum Jumlah Sumber : Monografi Kelurahan Sei Mati
Luas (km2) 0,18 0,01 0,01 0,02 0,01 0,23
Persentase (%) 78 4 4 9 4 100
Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa 78 % luas lahan digunakan untuk pemukiman penduduk. selebihnya 22 % luas lahan digunakan untuk perkantoran, perkuburan, dan prasarana umum lainnya. Desa Pantai Labu Pekan Penggunaan lahan di Desa Pantai Labu Pekan menurut fungsinya terdiri dari pemukiman warga dan bangunan umum, perkebunan, perladangan, dan jalan. Gambaran umum tata guna lahan Desa Pantai Labu Pekan menurut jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Distribusi Penggunaan Lahan Desa Pantai Labu Pekan Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Penggunaan Lahan Luas (Ha) Permukiman 87,3 Perkantoran 1.5 Sekolah 4 Pertokoan 2 Pasar 0,5 Tempat Ibadah 1 Pekuburan 1,5 Pertanian 59 Perkebunan 500 Perikanan 60 Jalan 0,2 Jumlah 717 Sumber : Monografi Desa Pantai Labu Pekan
Persentase (%) 12,18 0,21 0,56 0,28 0,07 0,14 0,21 8,23 69,74 8,37 0,03 100,00
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan lebih banyak digunakan untuk areal pertanian (ladang, kebun, dan tambak) yaitu sebesar 619 Ha atau sekitar 86,34 % dari total luas lahan. Selebihnya 13,66 % luas lahan digunakan untuk pemukiman, pertokoan, sekolah, dan prasarana umum lainnya.
4.1.3. Keadaan Penduduk 4.1.3.1. Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kelurahan Sei Mati Berdasarkan monografi Kelurahan Sei Mati tahun 2007, penduduk Kelurahan Sei Mati saat ini mencapai 13.138 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga 2.950 KK. Distribusi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Distribusi Penduduk Kelurahan Sei Mati menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan (Jiwa) (Jiwa) 1 0 - 12 bulan 69 78 2 13 bln - 4 Thn 682 769 3 5 - 6 tahun 649 731 4 7 - 12 tahun 715 806 5 13 - 15 tahun 577 651 6 16 - 18 tahun 659 743 7 19 - 25 tahun 494 558 8 26 - 35 tahun 709 800 9 36 - 45 tahun 693 782 10 46 - 50 tahun 413 466 11 51 - 60 tahun 331 373 12 61 - 75 tahun 141 160 13 > 76 tahun 42 48 Jumlah 6.175 (47 %) 6.963 (53 %) Sumber : Monografi Kelurahan Sei Mati No
Golongan Umur
Jumlah (Jiwa)
%
147 1.450 1.380 1521 1228 1.402 1052 1.509 1.475 879 704 301 90 13.138
1,12 11,04 10,50 11,58 9,35 10,67 8,01 11,49 11,23 6,69 5,36 2,29 0,69 100
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Dilihat dari Tabel 9, Kelurahan Sei Mati dihuni 13.138 jiwa yang terdiri dari 6.175 jiwa laki-laki (47%) dan 6.963 jiwa perempuan (53%). Usia produktif (15-59 tahun) sebanyak 7.021 jiwa (53,44%) dan usia tidak produktif sebanyak 6117 jiwa (46,56 %). Desa Pantai Labu Pekan Berdasarkan monografi Desa Pantai Labu Pekan tahun 2007, penduduk Desa Pantai Labu Pekan saat ini mencapai 3.658 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga 767 KK. Distribusi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Distribusi Penduduk Desa Pantai Labu Pekan menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007 Jenis Kelamin No Laki-laki Perempuan (Jiwa) (Jiwa) 1 0 - 12 bulan 93 99 2 13 bln - 4 Thn 79 74 3 5 - 6 tahun 148 122 4 7 - 12 tahun 167 160 5 13 - 15 tahun 190 145 6 16 - 18 tahun 168 168 7 19 - 25 tahun 178 205 8 26 - 35 tahun 209 192 9 36 - 45 tahun 182 147 10 46 - 50 tahun 170 136 11 51 - 60 tahun 165 136 12 61 - 75 tahun 138 107 13 > 76 tahun 43 37 Jumlah 1.930 (52,8%) 1.728 (47,2%) Sumber : Monografi Desa Pantai Labu Pekan Golongan Umur
Jumlah ( Jiwa)
%
192 153 270 327 335 336 383 401 329 306 301 245 80 3.658
5,25 4,18 7,38 8,94 9,16 9,19 10,47 10,96 8,99 8,37 8,23 6,70 2,19 100
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Dilihat dari Tabel 10, Desa Pantai Labu Pekan dihuni 3.658 jiwa yang terdiri dari 1.930 jiwa laki-laki (52,8%) dan 1.728 jiwa Perempuan (47,2%). Usia produktif (15-59 tahun) sebanyak 2.056 jiwa (56,21%) dan usia tidak produktif sebanyak 1.602 jiwa (43,79 %).
4.1.3.2. Penduduk menurut Jenis Pekerjaan Kelurahan Sei Mati Distribusi penduduk Kelurahan Sei Mati menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Distribusi Penduduk Kelurahan Sei Mati menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pekerjaan
Buruh Pegawai Negeri Perajin Pedagang Penjahit Tukang Batu Tukang Kayu Peternak Montir Dokter Sopir Becak TNI Pengusaha Jumlah Sumber : Monografi Kelurahan Sei Mati
Jumlah (Orang) 420 312 5 1.105 10 3 1 1 2 10 15 35 45 120 2.084
Persentase (%) 20,15 14,97 0,24 53,02 0,48 0,14 0,05 0,05 0,10 0,48 0,72 1,68 2,16 5,76 100,00
Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Sei Mati bekerja sebagai pedagang yaitu sebesar 1.105 orang (53,02%). Kemudian diikuti buruh 20,15%, pegawai negeri 14,97%, dan selebihnya bekerja pada berbagai bidang usaha (11,86%). Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Desa Pantai Labu Pekan Distribusi penduduk Desa Pantai Labu Pekan menurut jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Distribusi Penduduk Desa Pantai Labu Pekan menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Pekerjaan Jumlah (Orang) Buruh Tani 31 Pemilik Perkebunan 1 Buruh Kebun 10 Peternak 17 Buruh Ternak 50 Nelayan 112 Pemilik Kolam 2 Pemilik Tambak 2 Buruh Nelayan 50 Usaha kecil 1 Buruh Ind. Rumah Tangga 30 Pegawai Negeri Sipil 11 Guru 11 TNI 2 Mantri / Perawat 6 Bidan 5 Pegawai Swasta 2 Pensiunan PNS 20 Warung 15 Pedagang 9 Angkutan Umum 15 Angkutan Sepeda Motor 35 Tukang Jahit 5 Tukang Cukur 3 Jumlah 445 Sumber : Monografi Desa Pantai Labu Pekan
Persentase (%) 7,0 0,2 2,2 3,8 11,2 25,2 0,4 0,4 11,2 0,2 6,7 2,5 2,5 0,4 1,3 1,1 0,4 4,5 3,4 2,0 3,4 7,9 1,1 0,7 100,00
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Pantai Labu Pekan bekerja di sektor pertanian, seperti nelayan 112 orang (11,2%), buruh nelayan 11,2%, buruh ternak 11,2%, dan buruh tani 7%. Selebihnya bekerja pada berbagai bidang usaha.
4.1.3.3. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Kelurahan Sei Mati Distribusi penduduk Kelurahan Sei Mati menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Distribusi Penduduk Kelurahan Sei Mati menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pendidikan Buta Huruf Tidak Tamat SD SD SMP SMA D1 D2 D3 S1 S2 S3 Jumlah Sumber : Monografi Kelurahan Sei Mati
Jumlah (Orang) 12 273 370 525 715 35 20 40 32 16 4 2.042
Persentase (%) 0,6 13,4 18,1 25,7 35,0 1,7 1,0 2,0 1,6 0,8 0,2 100,00
Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa penduduk Kelurahan Sei Mati mayoritas memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 715 orang (35%). Kemudian diikuti SMP 25,7% dan SD 18,1%.
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Desa Pantai Labu Pekan Distribusi penduduk Desa Pantai Labu Pekan menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Distribusi Penduduk Desa Pantai Labu Pekan menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6
Pendidikan Jumlah (Orang) Buta Huruf 30 Tidak Tamat SD 33 SD 87 SMP 130 SMA 67 D1-D3 6 Jumlah 353 Sumber : Monografi Desa Pantai Labu Pekan
Persentase (%) 8,5 9,3 24,6 36,8 19,0 1,7 100,0
Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa penduduk Desa Pantai Labu Pekan mayoritas memiliki tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 130 orang (36,8 %). Kemudian diikuti SD 24,6% dan SMA 19%.
4.1.4. Sarana dan Prasarana Kelurahan Sei Mati Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di Kota Medan saat ini sangat baik, hal ini dapat dilihat dari jenis sarana dan prasarana yang tersedia baik dan cukup memadai. Sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Sei Mati dapat dilihat dari Tabel 15.
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Tabel 15. Sarana dan Prasarana di Keluranan Sei Mati Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sarana dan Prasarana
Koperasi Supermarket Mesjid Musholla Gereja Katolik Balai Pengobatan Apotik Posyandu Praktek Dokter SD TK TPA Jumlah Sumber : Monografi Kelurahan Sei Mati
Jumlah (Unit) 1 1 3 6 1 1 1 12 3 5 1 1 36
Desa Pantai Labu Pekan Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Pantai Labu Pekan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Sarana dan Prasarana di Desa Pantai Labu Pekan Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sarana dan Prasarana
Koperasi Mesjid Langgar Vihara Puskesmas Posyandu SD SMP SMA Apotek Praktek Bidan Pasar Jumlah Sumber : Monografi Desa Pantai Labu Pekan
Jumlah (Unit) 1 2 4 4 1 2 3 2 1 2 3 1 26
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
4.2. Karakteristik Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang dibagi atas tiga strata. Stara I yaitu rumah tangga yang mempunyai besar pendapatan lebih kecil atau sama dengan Rp 1.000.000 per bulan. Strata II yaitu rumah tangga yang mempunyai besar pendapatan Rp 1.001.000 – Rp 1.999.000 per bulan. Stara III yaitu rumah tangga yang mempunyai besar pendapatan Rp 2.000.000 ke atas per bulan. Untuk mengetahui lebih jelas karakteristik sampel dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini : Tabel 17. Distribusi Sampel menurut Kelompok Umur Tahun 2007 Frekuensi (Orang) Kelompok Umur (Tahun) Strata I Strata II Strata III 1 ≤ 30 7 6 2 2 31 - 40 20 9 8 3 41 - 50 14 7 3 4 51 - 60 10 7 2 5 > 60 5 0 0 Jumlah 56 29 15 Rata-rata (tahun) 43,39 41,55 38,53 Sumber : Analisis Data Lampiran 1 No.
Jumlah (Orang) 15 37 24 19 5 100 41,16
Dari Tabel 17 dapat diketahui bahwa pada strata I, strata II, dan strata III, jumlah sampel paling banyak pada kelompok umur 31-40 tahun dengan rata-rata umur sampel 43,39 tahun pada strata I, 41,55 tahun pada strata II, dan 38,53 tahun pada strata III. Tabel 18. Distribusi Sampel menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2007 No.
Tingkat Pendidikan
≤ SD SMP ≥ SMA Jumlah Sumber : Analisis Data Lampiran 1 1 2 3
Frekuensi (Orang) Strata I Strata II Strata III 8 1 0 25 12 0 23 16 15 56 29 15
Jumlah (Orang) 9 37 54 100
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa pada strata I, sampel paling banyak berpendidikan SMP yaitu 25 orang (44,64%). Pada strata II, SMA (55,17%). Pada strata III, SMA (100%). Tabel 19. Distribusi Ukuran Keluarga Sampel Tahun 2007 Frekuensi (Orang) Ukuran Keluarga (orang) Strata I Strata II Strata III 1 ≤4 30 10 6 2 5-6 17 10 8 3 ≥7 9 9 1 Jumlah 56 29 15 Rata-rata 4,73 6,00 4,93 Sumber : Analisis Data Lampiran 1 No.
Jumlah (Orang) 46 35 19 100 5,22
Dari Tabel 19 dapat diketahui bahwa pada strata I, rata-rata ukuran keluarga sampel adalah 4,73 orang. Pada strata II, 6 orang. Pada strata III, 4,93 orang. Tabel 20. Distribusi Sampel menurut Pekerjaan Kepala Keluarga Tahun 2007
Frekuensi (Orang) Pekerjaan Kepala Keluarga Strata I Strata II Strata III 1 PNS/TNI/Pensiunan 5 0 1 2 Pegawai Swasta 1 1 1 3 Wiraswasta/Pedagang 18 13 5 4 Petani/Nelayan/Peternak 19 8 0 5 Tukang Becak 5 1 0 6 Lain-lain 8 6 8 Jumlah 56 29 15 Sumber : Analisis Data Lampiran 1 No.
Jumlah (Orang) 6 3 36 27 6 22 100
Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa pada strata I, pekerjaan utama sampel adalah petani/nelayan/peternak yaitu 19 orang (33,92%). Pada strata II, Wiraswasta 44,82%. Pada strata III, Wiraswasta 33,33%.
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Tabel 21. Distribusi Sampel menurut Pengeluaran untuk Pangan Tahun 2007 Frekuensi (Orang) Pengeluaran Pangan (Rupiah/Bulan) Strata I Strata II Strata III 1 ≤ 250.000 1 0 0 2 251.000 - 350.000 2 0 0 3 351.000 - 450.000 2 0 0 4 451.000 - 800.000 49 14 3 5 > 800.000 2 15 12 Jumlah 56 29 15 Sumber : Analisis Data Lampiran 1 No.
Jumlah (Orang) 1 2 2 66 29 100
Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa pada strata I, pengeluaran untuk pangan berkisar Rp 451.000 – Rp 800.000 per bulan yaitu 49 orang (87,5%). Pada strata II, pengeluaran untuk pangan > Rp 800.000 per bulan yaitu 15 orang (51,72%). Pada strata III, pengeluaran untuk pangan > Rp 800.000 per bulan yaitu 12 orang (80%).
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Pola Pengeluaran Pangan menurut Strata Pendapatan Persentase proporsi pengeluaran untuk kebutuhan pangan dan non pangan rumah tangga menurut strata pendapatan dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Persentase Rata-Rata Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga menurut Strata Pendapatan
Proporsi Pengeluaran (%) Pangan Non Pangan 1 Strata I 73,23 26,77 2 Strata II 57,09 42,91 3 Strata III 40,15 59,85 Sumber : Analisis Data Lampiran 2, 3, dan 4. No.
Strata Pendapatan
Jumlah (%) 100,00 100,00 100,00
Berdasarkan Tabel 22 dapat dilihat bahwa pada strata I, rata-rata proporsi pengeluaran untuk pangan sebesar 73,23 % dari total pendapatan. Pada strata II, sebesar 57,09 %. Pada strata III, sebesar 40,15 % dari total pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan semakin rendah strata pendapatan suatu rumah tangga, maka semakin besar proporsi pengeluarannya pada kebutuhan pangan dibanding dengan kebutuhan non pangan. Sebaliknya semakin tinggi strata pendapatan suatu rumah tangga,
maka semakin
besar proporsi
pengeluarannya pada kebutuhan non pangan dibanding dengan kebutuhan pangan. Walaupun dalam Rupiah menunjukkan nilai yang semakin besar dengan semakin tingginya strata pendapatan. Kondisi empirik ini sesuai dengan Hukum Engel yang menyatakan bahwa proporsi anggaran rumah tangga yang dialokasikan untuk membeli pangan semakin kecil dengan semakin tingginya tingkat pendapatan (Harianto, 2001).
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Ukuran rumah tangga sampel tidak jauh berbeda pada setiap strata sekitar 5 – 6 orang (Tabel 19). Proporsi pengeluaran pangan berkaitan dengan ukuran rumah tangga, tetapi hasil penelitian menunjukkan perbedaan proporsi pengeluaran pangan tidak dipengaruhi oleh ukuran rumah tangga melainkan dipengaruhi oleh strata pendapatan. Persentase rumah tangga menurut proporsi pengeluaran pangan dari total pendapatan rumah tangga berdasarkan strata pendapatan dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Persentase Rumah Tangga menurut Proporsi Pengeluaran Pangan Berdasarkan Strata Pendapatan Jumlha Rumah Tangga dengan Proporsi Pengeluaran Pangan (%) No. < 50% ≥ 50% 1 Strata I 5,36 94,64 2 Strata II 24,14 75,86 3 Strata III 80,00 20,00 Sumber : Analisis Data Lampiran 2, 3, dan 4. Strata Pendapatan Rumah Tangga
Jumlah (%) 100,00 100,00 100,00
Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa pada strata I, sebesar 5,36 % rumah tangga mengalokasikan lebih kecil dari 50 % pendapatannya untuk pangan, sisanya 94,64 % lebih besar atau sama dengan 50 %. Pada strata II, sebesar 24,14 % rumah tangga mengalokasikan lebih kecil dari 50 % pendapatannya untuk pangan, sisanya 75,86 % lebih besar atau sama dengan 50 %. Pada strata III, sebesar 80 % rumah tangga mengalokasikan lebih kecil dari 50 % pendapatannya untuk pangan, sisanya 20 % lebih besar atau sama dengan 50 %. Hasil penelitian menunjukkan, semakin rendah strata pendapatan maka semakin besar jumlah rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih besar atau sama dengan 50 % dari total pendapatan. Sebaliknya semakin tinggi Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
strata pendapatan maka semakin kecil jumlah rumah tangga dengan proporsi pengeluaran pangan lebih besar atau sama dengan 50 % dari total pendapatan Persentase rata-rata proporsi pengeluaran pangan untuk beras menurut strata pendapatan dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Persentase Rata-Rata Proporsi Pengeluaran Pangan untuk Beras menurut Strata Pendapatan Rata-rata Proporsi Pengeluaran Pangan untuk Beras (%) No. Sebelum Naik Sesudah Naik (Nov-Des 2006) (Jan-Feb 2007) 1 Strata I 35,34 41,77 2 Strata II 26,21 31,05 3 Strata III 21,81 26,67 Rata-rata 30,67 36,39 Sumber : Analisis Data Lampiran 2, 3, dan 4. Strata Pendapatan Rumah tangga
Persentase Peningkatan (%) 18,19 18,47 22,28 18,65
Berdasarkan Tabel 24 dapat dilihat bahwa pada strata I, rata-rata proporsi pengeluaran pangan untuk beras sebelum peningkatan harga sebesar 35,34 %, sedangkan sesudah peningkatan harga sebesar 41,77 % dengan persentase peningkatan sebesar 18,19 %.
Pada strata II, rata-rata proporsi pengeluaran
pangan untuk beras sebelum peningkatan harga sebesar 26,21 %, sedangkan sesudah peningkatan harga sebesar 31,05 % dengan persentase peningkatan sebesar 18,47 %. Pada strata III, rata-rata proporsi pengeluaran pangan untuk beras sebelum peningkatan harga sebesar 21,81 %, sedangkan sesudah peningkatan harga sebesar 26,67 % dengan persentase peningkatan sebesar 22,28 %. Hasil penelitian menunjukkan semakin rendah strata pendapatan maka semakin besar proporsi pengeluaran pangan untuk beras, tetapi persentase peningkatan proporsi beras sebelum dan sesudah peningkatan harga menunjukkan nilai yang semakin kecil dengan semakin rendahnya strata pendapatan. Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Rumah tangga strata I memiliki proporsi beras yang lebih besar karena rumah tangga lebih memprioritaskan beras dalam pola makanannya. Pada strata III, rumah tangga lebih memperhatikan lauk-pauk dalam pola makanannya. Persentase peningkatan proporsi beras semakin tinggi dengan semakin tingginya strata pendapatan. Rumah tangga strata I memilih mengganti kualitas daripada menurunkan kuantitas beras yang dikonsumsi saat terjadi peningkatan harga beras sehingga pengeluaran untuk beras mengalami peningkatan yang kecil. Rumah tangga strata III tetap mempertahankan kuantitas dan kualitas beras yang dikonsumsi saat terjadi peningkatan harga sehingga pengeluaran untuk beras mengalami peningkatan yang besar. Rata-rata proporsi beras dari total pengeluaran pangan sebelum peningkatan harga sebesar 30,67 %, sedangkan sesudah peningkatan harga sebesar 36,39 %. Sisanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan lainnya yang terdiri dari lauk-pauk, sayur-sayuran, buah-buahan, teh, kopi, gula, bumbu dapur, minyak goring, dan lain-lain. Persentase rumah tangga yang mengalami perubahan kuantitas beras yang dikonsumsi akibat peningkatan harga beras menurut strata pendapatan dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Perubahan Kuantitas Beras yang Dikonsumsi Akibat Peningkatan Harga Beras menurut Strata Pendapatan Respon Rumah Tangga terhadap Peningkatan Harga (%) Berubah Tidak 1 Strata I 10,71 89,29 2 Strata II 6,90 93,10 3 Strata III 0,00 100,00 Sumber : Analisis Data Lampiran 5, 6, dan 7. No.
Strata Pendapatan Rumah Tangga
Jumlah (%) 100,00 100,00 100,00
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Berdasarkan Tabel 25 dapat dilihat bahwa pada strata I, sebesar 10,71 % rumah tangga mengalami perubahan jumlah konsumsi beras akibat dari peningkatan harga beras, dengan penurunan jumlah konsumsi beras per hari sebesar 0,5 kg atau per bulan sebesar 15 kg. Sisanya, 89,29 % rumah tangga tidak mengalami perubahan jumlah konsumsi beras. Pada strata II, sebesar 6,9 % rumah tangga mengalami perubahan jumlah konsumsi beras akibat dari peningkatan harga beras, dengan penurunan jumlah konsumsi beras per hari sebesar 0,5 kg atau per bulan sebesar 15 kg. Sisanya, 93,1 % rumah tangga tidak mengalami perubahan jumlah konsumsi beras. Pada strata III, sebesar 100 % rumah tangga tidak mengalami perubahan jumlah konsumsi beras. Hasil penelitian menunjukkan dampak peningkatan harga beras terhadap pola pengeluaran pangan. Semakin rendah strata pendapatan maka semakin besar rumah tangga yang mengubah kuantitas beras yang dikonsumsi. Pada rumah tangga strata III, peningkatan harga beras tidak mengubah kuantitas beras yang dikonsumsi. Peningkatan harga beras tidak hanya mempengaruhi jumlah beras yang dikonsumsi, namun juga jenis atau kualitas beras. Persentase rumah tangga yang mengalami perubahan kualitas beras yang dikonsumsi akibat peningkatan harga beras menurut strata pendapatan dapat dilihat pada Tabel 26.
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Tabel 26. Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Perubahan Kualitas Beras yang Dikonsumsi Akibat Peningkatan Harga Beras menurut Strata Pendapatan Respon Rumah Tangga terhadap Peningkatan Harga (%) No. Berubah Tidak 1 Strata I 64,29 35,71 2 Strata II 34,48 65,52 3 Strata III 0,00 100,00 Sumber : Analisis Data Lampiran 5, 6, dan 7. Strata Pendapatan Rumah Tangga
Jumlah (%) 100,00 100,00 100,00
Berdasarkan Tabel 26 dapat dilihat bahwa pada strata I, sebesar 64,29 % rumah tangga mengalami perubahan kualitas beras akibat dari peningkatan harga beras, dengan sebagian besar berubah dari beras jenis IR 64 menjadi beras Bulog/Raskin. Sisanya, 35,71 % rumah tangga tidak mengalami perubahan kualitas beras. Pada strata II, sebesar 34,48 % rumah tangga mengalami perubahan kualitas beras akibat dari peningkatan harga beras, dengan sebagian besar berubah dari beras jenis IR 64 menjadi beras Bulog. Sisanya, 65,52 % rumah tangga tidak mengalami perubahan kualitas beras. Pada strata III, sebesar 100 % rumah tangga tidak mengalami perubahan kualitas beras akibat dari peningkatan harga beras. Hasil penelitian menunjukkan dampak peningkatan harga beras terhadap pola pengeluaran pangan, yaitu semakin rendah strata pendapatan maka semakin besar rumah tangga yang mengubah kualitas beras yang dikonsumsi. Pada rumah tangga strata III, peningkatan harga beras tidak mengubah kualitas beras yang dikonsumsi. Peningkatan harga beras terhadap pola pengeluaran pangan tidak memberi perubahan terhadap jumlah beras yang dikonsumsi, tetapi memberi perubahan terhadap kualitas beras yang dikonsumsi. Hal ini terjadi karena rumah tangga Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
lebih memilih mengganti kualitas beras daripada mengurangi jumlah beras yang dikonsumsi. Hasil penelitian menunjukkan rumah tangga strata I merespon setiap perubahan harga karena terbatasnya pendapatan yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pangannya, sedangkan rumah tangga strata III, kebutuhan (minimal) pangan sudah terpenuhi sehingga perubahan harga tidak memberi respon terhadap permintaan beras baik kuantitas maupun kualitasnya.. Meningkatnya respon perubahan harga oleh strata II ke strata I didorong untuk memenuhi kebutuhan pangan yang belum tercukupi. Sementara itu, menurunnya respon terhadap perubahan harga dari strata II ke strata III dikarenakan kebutuhan pangan sudah tercukupi sehingga pendapatan dialokasikan pada pengeluaran yang lain (non pangan).
5.2. Pola Pengeluaran Pangan menurut Daerah Persentase proporsi pengeluaran untuk kebutuhan pangan dan non pangan rumah tangga menurut daerah dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Persentase Rata-Rata Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga menurut Daerah
Proporsi Pengeluaran (%) Pangan Non Pangan 1 Perkotaan 59,86 40,14 2 Pedesaan 68,15 31,85 Sumber : Analisis Data Lampiran 8 dan 9. No.
Daerah
Jumlah (%) 100,00 100,00
Berdasarkan Tabel 27 dapat dilihat bahwa, pada daerah perkotaan, proporsi pengeluaran untuk pangan sebesar 59,86 %, sedangkan untuk non pangan sebesar 40,14 %. Untuk daerah pedesaan, proporsi pengeluaran untuk pangan sebesar 68,15 %, sedangkan untuk non pangan sebesar 31,85 %. Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Hasil penelitian menunjukkan proporsi pengeluaran pangan rumah tangga daerah perkotaan lebih kecil dibanding daerah pedesaan. Rumah tangga di daerah perkotaan memberikan proporsi yang lebih besar pada kebutuhan non pangan, seperti biaya listrik, air, pendidikan, dan sebagainya dibandingkan rumah tangga di daerah pedesaan. Persentase rumah tangga menurut proporsi pengeluaran pangan dari total pendapatan rumah tangga berdasarkan daerah dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Persentase Rumah Tangga menurut Proporsi Pengeluaran Pangan Berdasarkan Daerah Jumlah Rumah Tangga dengan Proporsi Pengeluaran Pangan (%) No. Daerah < 50% ≥ 50% 1 Perkotaan 30,91 69,09 2 Pedesaan 11,11 88,89 Sumber : Analisis Data Lampiran 8 dan 9.
Jumlah (%) 100,00 100,00
Berdasarkan Tabel 28 dapat dilihat bahwa pada daerah perkotaan, sebesar 30,91% rumah tangga mengalokasikan lebih kecil dari 50% pendapatannya untuk pangan, sisanya 69,09 % lebih besar atau sama dengan 50%. Pada daerah pedesaan, sebesar 11,11 % rumah tangga mengalokasikan lebih kecil dari 50% pendapatannya untuk pangan, sisanya 88,89 % lebih besar atau sama dengan 50%. Hasil penelitian menunjukkan jumlah rumah tangga yang memiliki proporsi pengeluaran pangan di atas atau sama dengan 50% lebih besar pada daerah pedesaan dibanding daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan pada daerah pedesaaan, mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian, seperti petani, nelayan, dan buruh tani yang membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan daerah perkotaan yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai wiraswasta. Kebutuhan energi yang tinggi sejalan dengan tingginya konsumsi pangan. Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Persentase rata-rata proporsi pengeluaran pangan untuk beras menurut daerah dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Persentase Rata-Rata Proporsi Pengeluaran Pangan untuk Beras menurut Daerah Rata-rata Proporsi Pengeluaran Pangan untuk Beras (%) No. Daerah Sebelum Naik Sesudah Naik (Nov-Des 2006) (Jan-Feb 2007) 1 Perkotaan 27,25 33,21 2 Pedesaan 34,84 40,29 Rata-rata 30,67 36,39 Sumber : Analisis Data Lampiran 8 dan 9.
Persentase Peningkatan (%) 21,87 15,64 18,65
Berdasarkan Tabel 29 dapat dilihat bahwa pada daerah perkotaan, rata-rata proporsi pengeluaran pangan untuk beras sebelum peningkatan harga sebesar 27,25 %, sedangkan sesudah peningkatan harga sebesar 33,21 % dengan persentase peningkatan sebesar 21,87 %. Pada daerah pedesaan, rata-rata proporsi pengeluaran pangan untuk beras sebelum peningkatan harga sebesar 34,84 %, sedangkan sesudah peningkatan harga sebesar 40,29 % dengan persentase peningkatan sebesar 15,64 %. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata proporsi pengeluaran pangan untuk beras lebih besar pada daerah pedesaan daripada daerah perkotaan. Namun, persentase peningkatan proporsi beras lebih kecil pada daerah pedesaan daripada daerah perkotaan. Rumah tangga daerah perkotaan memiliki proporsi beras yang lebih kecil karena pola konsumsi makanan yang lebih bervariasi daripada di daerah pedesaan. Daerah perkotaan banyak terdapat alternatif sumber karbohidrat lainnya sehingga pola konsumsi makanan tidak didominasi oleh beras.
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Rumah tangga di daerah pedesaan memilih mengganti kualitas daripada menurunkan kuantitas beras yang dikonsumsi saat terjadi peningkatan harga beras sehingga pengeluaran untuk beras mengalami peningkatan. Hal yang sama juga terjadi pada rumah tangga di daerah perkotaan. Namun, persentase peningkatan proporsi beras lebih kecil pada daerah pedesaan daripada daerah perkotaan. Persentase rumah tangga yang mengalami perubahan kuantitas beras yang dikonsumsi akibat peningkatan harga beras menurut daerah dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Perubahan Kuantitas Beras yang Dikonsumsi Akibat Peningkatan Harga Beras menurut Daerah Respon Rumah Tangga terhadap Peningkatan Harga (%) Berubah Tidak 1 Perkotaan 7,27 92,73 2 Pedesaan 8,89 91,11 Sumber : Analisis Data Lampiran 10 dan 11. No.
Daerah
Jumlah (%) 100,00 100,00
Berdasarkan Tabel 30 dapat dilihat bahwa pada daerah perkotaan, sebesar 7,27 % rumah tangga mengalami perubahan jumlah konsumsi beras akibat dari peningkatan harga beras, dengan penurunan jumlah konsumsi beras per hari sebesar 0,5 kg atau per bulan sebesar 15 kg. Sisanya, 92,73 % rumah tangga tidak mengalami perubahan jumlah konsumsi beras. Pada daerah pedesaan, sebesar 8,89 % rumah tangga mengalami perubahan jumlah konsumsi beras akibat dari peningkatan harga beras, dengan penurunan jumlah konsumsi beras per hari sebesar 0,5 kg atau per bulan sebesar 15 kg. Sisanya, 91,11 % rumah tangga tidak mengalami perubahan jumlah konsumsi beras.
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Hasil penelitian menunjukkan dampak peningkatan harga beras terhadap pola pengeluaran pangan, yaitu jumlah rumah tangga yang mengubah kuantitas beras yang dikonsumsi lebih besar pada daerah pedesaaan dibanding daerah perkotaan. Peningkatan harga beras tidak hanya mempengaruhi jumlah beras yang dikonsumsi, namun juga jenis atau kualitas beras. Persentase rumah tangga yang mengalami perubahan kualitas beras yang dikonsumsi akibat peningkatan harga beras menurut daerah dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Perubahan Kualitas Beras yang Dikonsumsi Akibat Peningkatan Harga Beras menurut Daerah Respon Rumah Tangga terhadap Peningkatan Harga (%) Berubah Tidak 1 Perkotaan 38,18 61,82 2 Pedesaan 55,56 44,44 Sumber : Analisis Data Lampiran 10 dan 11. No.
Daerah
Jumlah (%) 100,00 100,00
Berdasarkan Tabel 31 dapat dilihat bahwa pada daerah perkotaan, sebesar 38,18 % rumah tangga mengalami perubahan kualitas beras akibat dari peningkatan harga beras, dengan sebagian besar berubah dari beras jenis IR 64 menjadi beras Bulog/Raskin. Sisanya, 61,82 % rumah tangga tidak mengalami perubahan kualitas beras. Pada daerah pedesaan, sebesar 55,56 % rumah tangga mengalami perubahan kualitas beras akibat dari peningkatan harga beras, dengan sebagian besar berubah dari beras jenis IR 64 menjadi beras Bulog/Raskin. Sisanya, 44,44 % rumah tangga tidak mengalami perubahan kualitas beras.
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Hasil penelitian menunjukkan dampak peningkatan harga beras terhadap pola pengeluaran pangan, yaitu jumlah rumah tangga yang mengubah kualitas beras yang dikonsumsi lebih besar pada daerah pedesaaan dibanding daerah perkotaan. Rumah tangga di daerah pedesaan lebih merespon setiap perubahan harga dibanding daerah perkotaan. Penduduk pedesaan yang mayoritas bekerja sebagai petani, nelayan, dan buruh tani membutuhkan kalori yang tinggi sehingga kebutuhan beras juga tinggi. Jika terjadi peningkatan harga, terbatasnya anggaran untuk beras membuat penduduk pedesaan lebih memilih mengganti atau menurunkan kualitas berasnya daripada mengurangi jumlah beras yang dikonsumsi. Hal yang sama terjadi di daerah perkotaan, tetapi dengan respon yang lebih kecil dibandingkan di daerah pedesaan.
5.3 Elastisitas Permintaan terhadap Harga pada Komoditi Beras Kedudukan beras dalam pola pengeluaran pangan rumah tangga dapat ditunjukkan oleh nilai elastisitas permintaan terhadap harga. Nilai elastisitas yang kecil menunjukkan bahwa peningkatan harga tidak besar pengaruhnya terhadap jumlah beras yang dikonsumsi. Elastisitas permintaan beras terhadap harga menurut strata pendapatan dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32. Elastisitas Permintaan Beras menurut Strata Pendapatan Tahun 2007
Jumlah Konsumsi Beras Elastisitas (kg/hari/keluarga) No. Permintaan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah (Ed) Naik Naik Naik Naik 1 Strata I 4.499,39 5.424,73 1,46 1,42 -0,133 2 Strata II 4.594,66 5.495,27 1,61 1,58 -0,095 3 Strata III 5.211,11 5.875,56 1,5 1,5 0,000 Sumber : Analisis Data Lampiran 12, 13, 14, dan 22. Strata Pendapatan
Harga (Rp/kg)
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Berdasarkan Tabel 32 dapat dilihat bahwa elastisitas permintaan komoditi beras pada strata I adalah – 0,133, pada strata II EP = – 0,095, sedangkan pada strata III EP = 0. Keragaman besaran nilai elastisitas permintaan menurut strata pendapatan secara umum menunjukkan bahwa semakin tinggi strata pendapatan maka elastisitas permintaannya semakin inelastis. Elastisitas permintaan beras terhadap harga menurut daerah dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Elastisitas Permintaan Beras menurut DaerahTahun 2007 Jumlah Konsumsi Beras Elastisitas (kg/hari/keluarga) Permintaan No Daerah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah (Ed) Naik Naik Naik Naik 1 Perkotaan 4.633,45 5.580,26 1,35 1,33 -0,072 2 Pedesaan 4.667,11 5.488,51 1,69 1,64 -0,168 Sumber : Analisis Data Lampiran 15, 16, dan 22. Harga (Rp/kg)
Berdasarkan Tabel 33 dapat dilihat bahwa elastisitas permintaan komoditi beras daerah perkotaan adalah - 0,072, sedangkan elastisitas permintaan komoditi beras daerah pedesaan adalah - 0,168. Hal ini menunjukkan elastisitas permintaan beras di daerah perkotaan lebih inelastis dibanding daerah pedesaan. Nilai elastisitas permintaan untuk komoditi beras menghasilkan tanda koefisien yang sesuai dengan hukum permintaan. Dalam hal ini elastisitas permintaan bertanda negatif yang menunjukkan apabila ada perubahan harga dari suatu komoditas respon perubahan jumlah komoditas yang diminta dengan arah yang berlawanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi strata pendapatan secara umum kebutuhan (minimal) beras sudah terpenuhi sehingga peningkatan harga tidak memberikan respon terhadap permintaan beras. Apabila dibedakan Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
menurut daerah, terlihat permintaan beras di daerah pedesaan lebih responsif terhadap perubahan harga di bandingkan daerah perkotaan. Secara agregat elastisitas permintaan komoditas beras bersifat inelastis. Inelastisitas ini dapat diinterpretasikan bahwa komoditas beras merupakan barang kebutuhan. Artinya seberapa besarpun persentase peningkatan harga, jumlah beras yang dikonsumsi mengalami penurunan dengan persentase yang kecil. Sebaliknya rumah tangga tidak akan mengkonsumsi beras dalam jumlah yang lebih banyak jika harga komoditi tersebut mengalami penurunan. Kurva permintaan beras menurut strata pendapatan rumah tangga ditunjukkan oleh Gambar 3. Selanjutnya, kurva permintaan beras menurut daerah ditunjukkan pada Gambar 4.
Harga (Rupiah) 6000 5000
Ket :
Strata I
4000
Strata II
3000
Strata III
2000 1000 0
0,5
1,0
1,5
2,0
Kuantitas (Kg)
Gambar 3. Kurva Permintaan Beras pada Strata I, Strata II, dan Strata III
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Harga (Rupiah) 6000 5000
Ket : 4000
Perkotaan Pedesaan
3000 2000 1000 0
0,5
1,0
1,5
2,0
Kuantitas (Kg)
Gambar 4. Kurva Permintaan Beras pada Daerah Pedesaan dan Daerah Perkotaan Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa kemiringan kurva permintaan beras semakin curam dengan semakin tingginya strata pendapatan. Selanjutnya, Gambar 4 menunjukkan kemiringan kurva permintaan beras lebih curam pada daerah perkotaan dibandingkan daerah pedesaan. Inelastisnya komoditi beras tidak terlepas dari perilaku sosial budaya masyarakat. Beberapa masyarakat mempunyai konsep makan “merasa belum makan kalau belum makan nasi”, walaupun sudah mengkonsumsi macam-macam makanan termasuk roti, mie, baso, sate, dan sebagainya; sebaliknya dikatakan sudah makan, walaupun hanya makan nasi dan lauk-pauk yang sederhana. Beras mempunyai banyak kelebihan dibandingkan jagung dan ubikayu. Dalam komposisi zat gizi, kandungan energi dan protein beras adalah sekitar 360 Kalori dan 7-9 gram per 100 gram bahan, lebih tinggi daripada jagung dan ubi kayu. Selain itu beras mempunyai cita rasa yang lebih enak walaupun dikonsumsi dengan lauk-pauk seadanya, disamping lebih mudah cara mengolah dan lebih praktis, tidak diperlukan waktu yang lama. Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Kuatnya paradigma masyarakat
yang menganggap beras sebagai
komoditas yang superior atau prestisius sehingga masyarakat menjadikan beras sebagai makanan pokok yang memiliki status sosial lebih tinggi. Image beras dan perubahan gaya hidup yang diikuti perubahan gaya makan sehingga orang gengsi mengkonsumsi jagung dan ubikayu karena komoditas tersebut sudah mempunyai trade mark sebagai barang inferior. Jagung dan ubikayu tidak lagi sebagai makanan pokok, tetapi makanan selingan atau snack sehingga jumlah yang dikonsumsi juga terbatas. 5.4. Pengetahuan Masyarakat mengenai Diversifikasi Pangan Pada tahun 1960-an, pemerintah sudah menganjurkan konsumsi bahanbahan pangan pokok selain beras. Kemudian pada tahun 1974, pemerintah juga mencanangkan kebijakan diversifikasi untuk lebih menganekaragamkan jenis pangan dan meningkatkan mutu gizi makanan masyarakat melalui Intruksi Presiden (Inpres) No. 14 dan disempurnakan pada Inpres No. 20 tahun 1979. Namun pelaksanaannya belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini terkait banyaknya kendala yang dihadapi, salah satunya adalah minimnya sosialisasi program diversifikasi. Persentase rumah tangga yang mengetahui program diversifikasi menurut strata pendapatan dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Persentase Rumah Tangga yang Mengetahui Program Diversifikasi menurut Strata Pendapatan Pengetahuan Rumah Tangga Mengenai Diversifikasi (%) No. Tahu Tidak tahu 1 Strata I 0,00 100,00 2 Strata II 10,34 89,66 3 Strata III 40,00 60,00 Sumber : Analisis Data Lampiran 17, 18, dan 19. Strata Pendapatan Rumah tangga
Jumlah (%) 100,00 100,00 100,00
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Berdasarkan Tabel 34 dapat dilihat bahwa pada strata I, 100 % rumah tangga tidak mengetahui tentang program diversifikasi. Pada strata II, 10,34 % rumah tangga mengetahui tentang program diversifikasi, sisanya 89,66 % rumah tangga tidak mengetahui. Pada strata III, 40 % rumah tangga mengetahui tentang program diversifikasi, sisanya 60 % rumah tangga tidak mengetahui. Persentase rumah tangga yang mengetahui program diversifikasi menurut daerah dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Persentase Rumah Tangga yang Mengetahui Program Diversifikasi menurut Daerah Pengetahuan Rumah Tangga Mengenai Diversifikasi (%) No. Daerah Tahu Tidak tahu 1 Perkotaan 12,73 87,27 2 Pedesaan 4,44 95,56 Sumber : Analisis Data Lampiran 20 dan 21.
Jumlah (%) 100,00 100,00
Berdasarkan Tabel 35 dapat dilihat bahwa pada daerah perkotaan, 12,73 % rumah tangga mengetahui tentang program diversifikasi, sisanya 87,27 % rumah tangga tidak mengetahui. Pada daerah pedesaan, 4,44 % rumah tangga mengetahui tentang program diversifikasi, sisanya 95,56 % rumah tangga tidak mengetahui. Hasil penelitian menunjukkan banyak rumah tangga yang tidak mengetahui tentang program diversifikasi konsumsi baik menurut strata pendapatan maupun menurut daerah. Hal ini terkait banyaknya kendala yang dihadapi pemerintah dalam menyosialisasikan program diversifikasi.
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 7. Peningkatan
harga
beras
menyebabkan
semakin
besarnya
proporsi
pengeluaran pangan untuk beras dengan semakin rendahnya strata pendapatan. 8. Peningkatan harga beras menyebabkan proporsi pengeluaran pangan untuk beras lebih besar pada daerah pedesaan daripada daerah perkotaan. 9. Peningkatan harga beras tidak memberi perubahan terhadap jumlah beras yang dikonsumsi, tetapi memberi perubahan terhadap kualitas beras yang dikonsumsi. 10. Elastisitas permintaan beras rumah tangga berpendapatan rendah lebih elastis daripada rumah tangga berpendapatan tinggi. 11. Elastisitas permintaan beras rumah tangga di daerah pedesaan lebih elastis daripada daerah perkotaan. 12. Pengetahuan masyarakat tentang program diversifikasi pangan masih rendah.
6.2. Saran Besarnya peranan beras dalam pola pengeluaran pangan rumah tangga mengindikasikan bahwa intervensi kebijakan pemerintah di bidang perberasan tetap diperlukan. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia berpendapatan rendah dan berada di daerah pedesaan yang memiliki respon yang kuat terhadap perubahan harga, maka diperlukan kebijakan mengenai stabilitas harga beras. Pemberian subsidi pada komoditi beras kepada masyarakat berpendapatan rendah merupakan solusi yang tepat dalam menekan respon kenaikan harga beras.
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Hal ini harus sejalan dengan program pemantapan swasembada beras untuk menjaga ketersediaan dan ketahanan pangan. Pengembangan makanan tradisional Indonesia sebagai salah satu upaya diversifikasi
perlu
dilakukan,
mengingat
negara
Indonesia
memikili
keanekaragaman sumberdaya pangan yang mencakup bahan pangan maupun makanan Upaya diversifikasi pangan tersebut tidak hanya dari segi produknya saja, tetapi juga struktur makanan yang dikonsumsi. Perubahan struktur ini merupakan antipasi terhadap semakin selektifnya masyarakat dalam memilih pangan dengan meningkatnya pendapatan. Penelitian mengenai perberasan dan pangan masih terbatas. Untuk itu, penulis mengharapkan kepada para mahasiswa dan peneliti lainnya agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pola pengeluaran pangan, pola konsumsi pangan, pengolahan pangan, diversifikasi pangan, dan sebagainya yang terkait masalah perberasan dan pangan.
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Amang, B., 1995. Kebijakan Pangan Nasional, PT Dharma Karsa Utama, Jakarta. ______, 1995. Pengendalian Pangan dan Harga, PT Dharma Karsa Utama, Jakarta. ______, 1995. Sistem Pangan Nasional, PT Dharma Karsa Utama, Jakarta. Ariani, M. Handewi PS., Sri Hastuti S, Wahida, M.Husein Sawit, 2000. Dampak Krisis Ekonomi terhadap Konsumsi Pangan Rumah Tangga, Laporan Hasil Penelitian, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Departemen Pertanian. ______, M., dan Ashari, 2003. Arah, Kendala dan Pentingnya Diversifikasi Konsumsi Pangan di Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian FPAE. Volume 21 No. 2. Arsyad, L., 1999. Ekonomi Mikro : Ikhtisar Teori & Soal Jawab, Edisi 2. BPFEYogyakarta. Black, J.A., and D.J. Champion, 1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Penerjemah : E. Koeswara, dkk. PT Eresco, Bandung. Childs,N.W., 2004. Production and Utilization of Rice. In: Rice: Chemistry and Technology (E.T.Champagne,ed.,2004). Third Edition. American Association of Cereal Chemists, St.Paul,Minnesota. Harianto, 2001. Pendapatan, Harga, dan Konsumsi Beras, Dalam : Bunga Rampai Ekonomi Beras (Suryana,A. dan S.Mardianto, 2001) LPEM FEUI, Jakarta. Harper, Laura J..1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Penerjemah Suhardjo, UI-Press, Jakarta. Haryadi, 2006. Teknologi Pengolahan Beras, Gadjah Mada Univerity Press, Yogyakarta. Hasan, I. 1998. Sambutan Penutupan Menteri Negara Urusan Pangan pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. LIPI, Jakarta. Joesron, T.S., dan M. Fathorrozi, 2003. Teori Ekonomi Mikro, Salemba Empat, Jakarta Juliano, B.O., 1994. Criteria and Test for Rice Grain Quality. In: Rice Chemistry and Technology (B.O.Juliano,1994). American Association of Cereal Chemists, St.Paul, Minnesota. Kasryno, F., M. Gunawan, dan C.A. Rasahan. 1993. Strategi Diversifikasi Produksi Pangan. Prisma, No. 5. Tahun XXII. LP3ES, Jakarta. Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009
Kompas (Jakarta), 22 Desember 2006. Impor Beras (Lagi?) Lubis, A.E., 2005. Perencanaan Korporasi Peningkatan Ketahanan Pangan di Propinsi Sumatera Utara. Disampaikan dalam seminar sehari Strategi Penguatan ketahanan Pangan, 4 Juni 2005, Fak. Pertanian USU, Medan. Malian, A.M., Sudi Mardianto dan Mewa Ariani, 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi, Konsumsi dan Harga Beras Serta Inflasi Bahan Makanan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 22 No.2. Mangkunegara, A.P., 2002. Perilaku Konsumen, PT Refika Aditama, Bandung. Marwanti,Dra., 2000. Pengetahuan Masakan Indonesia, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta. Pakpahan, A. dan S.H. Suhartini. 1989. Permintaan Rumah Tangga Kota di Indonesia terhadap Keanekaragaman, Jurnal Agro Ekonomi, 8(2), Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Simatupang, P dan M. Ariani. 1997. Hubungan Antara Pendapatan Rumah Tangga dan Pergeseran Preferensi terhadap Pangan, Majalah Pangan. No.33, Vol. IX, Jakarta. Singarimbun, M. dan Sofian Effendi, 1995. Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta. Soetrisno, N. 1998. Ketahanan Pangan. Dalam F.G. Winarno, S. Tsauri, Soekirman, D.S. Sastrapradja, A. Soegiarto. M. A. Wirakartakusumah, Mien A. Rifai, F. Jalal, A. Suryana, M.A. Husaini, M. Atmowidjojo, dan S. Koswara (Eds.). Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. LIPI, Jakarta. Suhardjo, 1996. Perencanaan Pangan dan Gizi, Bumi Aksara, Jakarta. Suryana, A. dan S. Mardianto, 2002. Ketahanan Pangan, Mati-Hidupnya Suatu Bangsa. http//
[email protected] Teklu, T. and S.R. Johnson. 1986. A Review of Consumer Demand Theory and Food Demand Studies on Indonesia. Report No.2 – CEAT Project in Indonesian. Food and Agriculture Policy Research Institute. Waspada (Medan),24 januari 2007. Disperindag : Beras Bulog Sebenarnya Bisa Rp 3.030 Per kg. _______(Medan). 31 Januari 2007 Medan Tertinggi Dapat OP Beras Medan.
Arief Fadillah : Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kec. Medan Maimun Kodya Medan. Desa Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Pekan Kec. Pantai Labu Kab. Deli Sedang), 2007. USU Repository © 2009