19
Pengembangan Agribisnis sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Simalungun
P
ertama sekali, marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan perkenan-Nya kita dapat berkumpul di tempat ini, dengan penuh semangat mendukung Universitas Simalungun (USI) menyongsong masa depan yang lebih cerah. Kesempatan ini, saya awali dengan menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh Sivitas Akademika USI, yang merayakan Dies Natalis yang ke-31. Kemudian, kepada Rektor USI, Prof. Dr, Ir. Sengli J. Damanik, MSc, yang baru saja memperoleh anugerah Profesor dari Bapak Presiden Republik Indonesia, saya ucapkan selamat. Selanjutnya, saya mengucapkan terima kasih atas kehormatan yang diberikan kepada saya untuk menyampaikan orasi ilmiah pada hari ini. Orasi Ilmiah yang akan saya sampaikan hari ini, saya beri judul: “Pengem bangan Agribisnis sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Simalungun Menyongsong Abad ke-21”. Sehubungan dengan judul orasi ilmiah ini, saya ingin menyampaikan empat pokok pikiran dalam hubungannya dengan pembangunan agribisnis. Pertama, pembangunan agribisnis merupakan suatu strategi pembangunan perekonomian nasional dan regional yang berbasis pertanian untuk menuju masa depan yang lebih cerah. Kedua, pengembangan koperasi agribisnis merupakan organisasi bisnis petani untuk menangkap nilai tambah yang ada pada suatu sistem agribisnis. Ketiga, pengembangan agribisnis di wilayah Simalungun merupakan wahana pengintegrasian perekonomian Simalungun ke perekonomian Sumatra Utara, ke perekonomian nasional dan perekonomian internasional. Dan keempat, peran serta Universitas Simalungun dalam pengembangan agribisnis di wilayah Kabupaten Simalungun. Pelaksanaan Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama (PJP-I), telah membawa berbagai perubahan dalam perekonomian nasional. Dengan ratarata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 7,2 persen per tahun selama PJP-I, telah meningkatkan pendapatan per kapita penduduk Indonesia dari US $ 70 tahun 1969, menjadi US $ 919 pada tahun 1995. Peningkatan
R3_bab_19_Edited.indd 225
02/04/2010 18:13:02
Pengembangan Agribisnis sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Simalungun
pendapatan tersebut telah mengurangi jumlah penduduk miskin dari 54 persen awal PJP-I menjadi 15 persen pada akhir PJP-I. Pelaksanaan PJP-I yang Ialu juga telah berhasil mengubah struktur perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer (on-farm) dalam PDB masih sekitar 40 persen, maka pada tahun 1995 pangsanya tinggal 16 persen. Penurunan pangsa sektor pertanian primer ini diikuti peningkatan pangsa sektor industri dalam PDB, dari sekitar 10 persen pada tahun 1969 meningkat menjadi sekitar 23 persen pada tahun 1995. Meningkatnya pangsa sektor industri dalam PDB sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan industri yang mengolah hasil-hasil pertanian (agroindustri). Hasil analisis PSP-IPB (Saragih, 1996) menunjukkan bahwa pangsa agroindustri dalam nilai tambah (added value) industri non-migas pada tahun 1995 mencapai 68,7 persen. Bahkan dalam ekspor industri nonmigas yang menjadi perhatian nasional akhir-akhir ini, pangsa ekspor agroindustri dalam total ekspor industri nonmigas tahun 1995 mencapai 80,7 persen dan pangsa impor agroindustri pada total impor industri nonmigas hanya sekitar 31 persen. Besarnya kontribusi agroindustri dalam PDB, dan ekspor industri nonmigas dan ditambah dengan kontribusi pertanian primer, menunjukkan bahwa perekonomian nasional masih berbasis sektor pertanian dan industri yang berhubungan dengan pertanian (agro-based industries). Pernyataan bahwa perekonomian nasional saat ini masih berbasis sektor pertanian, semakin beralasan bila kita telusuri struktur kesempatan kerja nasional dan struktur perekonomian wilayah. Meskipun telah terjadi penurunan pangsa pertanian primer yang drastis dalam PDB, ternyata tidak diikuti oleh perubahan struktur Iapangan kerja yang seimbang. Pangsa pertanian primer dalam penyerapan tenaga kerja hanya turun dari sekitar 65 persen pada tahun 1969 menjadi 50,6 persen pada tahun 1993. Kemudian, meskipun pangsa penyerapan tenaga kerja sektor industri naik menjadi 15,6 persen pada tahun 1993, sekitar 74 persen dan tenaga kerja yang bekerja pada industri nonmigas tersebut diserap oleh agroindustri. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar angkatan kerja nasional yang berjumlah ±100 juta orang, masih nienggantungkan hidupnya pada kegiatan ekonomi yang berbasis sektor pertanian. Kemudian, bila kita telusuri struktur ekonomi wilayah Sumatra Utara yang di dalamnya termasuk wilayah Simalungun, menurut data tahun 1992 (Sumatra Utara Dalam Angka, 1993) pangsa sektor pertanian primer dalam PDRB Sumatra Utara masih cukup besar yakni sekitar 34 persen, sedangkan
226 226
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_19_Edited.indd 226
02/04/2010 18:13:02
Pengembangan Agribisnis sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Simalungun
pangsa sektor industri yang di dalamnya sebagian besar agroindustri hanya sekitar 20 persen. Sementara itu, pangsa sektor pertanian primer dalam penyerapan tenaga kerja di Sumatra Utara masih cukup besar yaitu sekitar 60 persen. Dengan demikian, perekonomian wilayah Sumatra Utara juga masih berbasis sektor pertanian. Dengan struktur ekonomi nasional dan regional yang masih berbasis sektor pertanian primer dan kegiatan industri yang berbasis pertanian(agroindustri), maka cara yang paling tepat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat adalah meningkatkan pembangunan pertanian primer dan mengembangkan kegiatan industri yang berbasis pada pertanian primer tersebut. Persoalannya adalah bagaimana membangun dan mengembangkannya secara sekaligus dan konsisten. Di masa lalu, paradigma pembangunan pertanian yang kita laksanakan masih terbatas pada pembangunan pertanian primer dengan orientasi peningkatan produksi. Paradigma yang demikian kita adopsi dari pemikiran A, T. Mosher yang kita kenal sebagai pembangunan usahatani (farming system) yang didukung oleh lima syarat pokok dan lima syarat pelancar. Konsep pertanian yang demikian hanya sesuai pada awal pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian yang berorientasi pada peningkatan pendapatan petani dan peningkatan nilai tambah, maka paradigma pembangunan pertanian yang demikian perlu dimodifikasi. Untuk meningkatkan pendapatan riil petani, nilai tambah dan orientasi pasar, maka paradigma lama tersebut perlu diubah dengan paradigma baru pembangunan pertanian (as a new way of seeing agriculture) yang kita kenal sebagai pendekatan agribisnis. Perlu saya tegaskan bahwa pendekatan agribisnis bukan sekadar bisnis komoditas pertanian yang sudah lama kita kenal, akan tetapi lebih dari itu, agribisnis merupakan cara baru melihat dan membangun pertanian, Suatu sistem agribisnis terdiri dari empat subsistem, yaitu: (1) subsistem agribisnis hulu (downstream agribusiness), (2) subsistem agribisnis usahatani (on-farm agribusiness), (3) subsistem agribisnis hilir (downstream agribusiness), dan (4) subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (supporting institution). Dengan paradigma baru (agribisnis) tersebut, maka cara membangun pertanian adalah membangun keempat subsistem agribisnis tersebut mulai dari hulu hingga ke hilir secara simultan dan konsisten. Membangun dan mengembangkan agroindustri (agribisnis hilir) harus seiring dengan
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_19_Edited.indd 227
227 227
02/04/2010 18:13:02
Pengembangan Agribisnis sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Simalungun
pengembangan agribisnis usahatani dan agribisnis hulu. Hal ini berbeda dengan paradigma lama pembangunan pertanian yang kita anut di masa lalu, yang membangun pertanian hanya pada usahatani saja. Wilayah Simalungun telah lama dikenal sebagai salah satu sentra produksi pertanian di Sumatra Utara. Wilayah Kecamatan Raya dan sekitarnya merupakan sentra produksi jahe, jeruk dan kopi. Sementara itu, wilayah Kecamatan Purba, Silima Kuta dan Dolok Silau terkenal sebagai sentra produksi kentang, kol, cabai, tomat dan jagung. Sedangkan wilayah pesisir Danau Toba terkenal dengan produksi bawang merah, bawang putih dan mangga yang paling manis dan paling harum di dunia. Bahkan wilayah sekitar Kodya Pematang Siantar telah lama terkenal dengan ikan mas Siantarnya. Disamping itu, wilayah Tanah Jawa dan sekitarnya telah lama disebut sebagai salah satu lumbung beras di Sumatra Utara. Belum lagi hasil perkebunan di Simalungun yang sudah terkenal di Indonesia dan di pasar internasional. Menurut data tahun 1991 (Simalungun Dalam Angka, 1992) produksi kentang dari wilayah Simalungun mencapai 40 ribu ton, tomat 43 ribu ton, jagung 96 ribu ton, jahe 40 ribu ton, nenas 39 ribu ton, kubis/kol 30 ribu ton, cabai 24 ribu ton, bawang merah dan putih 11 ribu ton, jeruk manis 8 ribu ton, kopi 4 ribu ton, dan pisang 73 ribu ton, Di Sumatra Utara/ wilayah Simalungun adalah satu-satunya sentra produksi jahe. Kemudian dalam produksi pisang, wilayah Simalungun merupakan produsen terbesar di Sumatra Utara. Sebagian dari produksi pisang tersebut (khususnya dari Kecamatan Silau Kahean dan sekitarnya) merupakan jenis pisang barangan yang saat ini cukup terkenal di hotel-hotel dan restoran di Jakarta. Dengan ragam dan tingkat produksi komoditas pertanian yang demikian, sebenarnya masyarakat dan wilayah Simalungun sudah harus lebih makmur dari yang dicapai saat ini. Berbagai fakta menunjukkan bahwa tampaknya para petani di wilayah Simalungun hanya menikmati sedikit dari manfaat ekonomi yang ditimbulkan oleh wilayah Simalungun sebagai sentra produksi komoditas pertanian. Bahkan beberapa desa di Simalungun masih tergolong sebagai desa tertinggal (miskin). Sebaliknya, berbagai fakta menunjukkan bahwa justru pedagang dan pengusaha yang mengolah dan memperdagangkan hasil pertanian dari wilayah Simalungun yang justru menikmati manfaat ekonomi pertanian Simalungun. Karena kegiatan pengolahan dan perdagangan hasil pertanian wilayah Simalungun sebagian besar berada di luar wilayah Simalungun, maka sebagian besar manfaat tersebut mengalami kebocoran (leakages) dan wilayah Simalungun ke wilayah lain. Arus kebocoran manfaat
228 228
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_19_Edited.indd 228
02/04/2010 18:13:03
Pengembangan Agribisnis sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Simalungun
ekonomi diperbesar pula oleh ketergantungan yang kuat wilayah Simalungun terhadap wilayah lain dalam penyediaan sarana produksi pertanian. Bila keadaan yang demikian berlangsung terus, maka dikhawatirkan wilayah Simalungun akan mengalami kesulitan dalam pemupukan modal, bahkan cenderung akan mengalami pelarian kapital (capital flight), sehingga akan mengurangi kemampuan produksi wilayah Simalungun. Kondisi seperti ini sangat tidak kita inginkan terutama bila kita hubungkan bahwa wilayah Kabupaten Simalungun merupakan daerah percontohan otonomi daerah tingkat II di Sumatra Utara. Keadaan yang terjadi pada pertanian wilayah Simalungun yang demikian, tidak dapat dilepaskan dari paradigma pembangunan pertanian yang kita anut di masa lalu. Pembangunan pertanian yang hanya terfokus pada agribisnis usahatani saja, memang dapat meningkatkan produksi, tetapi sangat sulit berhasil meningkatkan pendapatan petani secara riil dan meningkatkan serta menahan nilai tambah (added value) yang lebih besar di wilayah sentra produksi pertanian, Penyebabnya adalah karena pada agribisnis usahatani nilai tambah yang tercipta adalah sangat kecil dan jauh lebih kecil dari pada nilai tambah yang tercipta pada agribisnis hulu dan pada agribisnis hilir (industri pengolahan dan perdagangan), Oleh sebab itu, di masa yang akan datang, pembangunan pertanian di wilayah Simalungun perlu diubah dari konsep pertanian primer ke konsep agribisnis. Dalam rangka pengembangan agribisnis di wilayah Simalungun, perlu kita upayakan agar di wilayah Simalungun berkembang usaha-usaha pembibitan komoditas unggul, yang dapat memenuhi kebutuhan bibit (tanaman, ternak, ikan) para petani. Disamping itu, yang paling penting, adalah mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian yang bahan bakunya ada di wilayah Simalungun. Kita perlu mengembangkan industri saus tomat, industri pengolahan cabai, industri snack kentang, industri minyak dan sari jahe, industri tepung jagung dan minyak jagung, industri jus jeruk, industri minyak bawang, industri pengolahan kopi (kopi bubuk dan permen kopi), dan industri pengolahan hasil pertanian lainnya. Dengan pengembangan agroindustri yang demikian di wilayah Simalungun maka nilai tambah agribisnis yang tertahan di wilayah Simalungun akan lebih besar. Kemudian, untuk meningkatkan pendapatan para petani sekaligus memperluas jaringan bisnis petani, kita perlu mendorong berkembangnya organisasi bisnis terutama koperasi agribisnis di kalangan petani di wilayah Simalungun. Koperasi agribisnis yang dimaksudkan di sini bukanlah konsep Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_19_Edited.indd 229
229 229
02/04/2010 18:13:03
Pengembangan Agribisnis sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Simalungun
KUD masa lalu yang menangani segala macam komoditas dan hanya bergerak pada pertanian primer saja, Koperasi agribisnis yang dimaksudkan adalah koperasi yang menangani satu jenis komoditas mulai dari hulu hingga ke hilir. Melalui koperasi agribisnis ini, petani dapat mengembangkan jaringan bisnisnya, baik pada agribisnis hulu maupun pada agribisis hilir (industri pengolahan, perdagangan). Dengan demikian, nilai tambah yang tercipta dalam agribisnis suatu komoditas dapat dinikmati oleh para petani sedemikian rupa sehingga pendapatan mereka dapat meningkat lebih cepat. Hal ini akan meningkatkan gairah dan kebanggaan para petani serta akan merangsang tumbuhnya generasi baru pengusaha agribisnis dan keluarga petani. Pengembangan agroindustri dan organisasi bisnis petani tersebut perlu disertai dengan subsistem jasa agribisnis terutama pengembangan prasarana jalan. Pengembangan prasarana jalan perlu mendapat prioritas dari Pemda Tingkat II Simalungun karena masih banyak desa di wilayah Simalungun yang belum terjangkau kenderaan roda empat, padahal potensi pengem bangan agribisnis cukup besar. Pengembangan jaringan jalan ini akan mendorong tumbuhnya sentra-sentra agribisnis baru dan meningkatkan efisiensi pengangkutan komoditas pertanian di wilayah Simalungun. Bila pengembangan agribisnis berhasil kita wujudkan di wilayah Simalungun, maka wilayah Simalungun akan siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang di masa yang akan datang. Berkembangnya agribisnis di wilayah Simalungun akan menarik kegiatan petani lainnya, baik yang menyediakan bahan-bahan penolong dan jasa yang dibutuhkan oleh agribisnis, maupun sektor informal. Hal ini akan menarik aliran kapital dan sumber daya manusia ke wilayah Simalungun. Dengan demikian, pengembangan agribisnis akan mampu meningkatkan kapasitas produksi dan integrasi antar sektor di wilayah Simalungun. Selanjutnya, hal ini akan meningkatkan kemampuan wilayah Simalungun untuk membiayai sendiri (self-financing) pemba-ngunan, sehingga siap melaksanakan otonomi daerah secara penuh. Kemudian, karena produk-produk yang dihasilkan agribisnis di wilayah Simalungun adalah produk yang bersifat memiliki elastisitas permintaan terhadap perubahan pendapatan yang tinggi (income elastic demand), maka meningkatnya pendapatan masyarakat di wilayah perkotaan akan menarik lebih lanjut berkembangnya agribisnis di wilayah Simalungun. Dengan demikian, pengembangan agribisnis dapat mengintegrasikan perekonomian pedesaan dengan perkotaan, perekonomian wilayah Simalungun dengan
230 230
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_19_Edited.indd 230
02/04/2010 18:13:03
Pengembangan Agribisnis sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Simalungun
perekonomian Sumatra Utara, dan ke perekonomian nasional. Selanjutnya, karena komoditas yang dihasilkan agribisnis Simalungun juga dibutuhkan di kawasan internasional, maka manfaat ekonomi yang timbul dari liberalisasi ekonomi dunia dan integrasi ekonomi (khususnya AFTA dan APEC) pada abad ke-21, dapat dinikmati oleh masyarakat yang ada di wilayah Simalungun. Nama besar suatu universitas tidak ditentukan oleh jumlah mahasiswa maupun jumlah dan kualifikasi staf pengajarnya semata, akan tetapi ditentukan oleh sumbangannya dalam pembangunan yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, Universitas Simalungun perlu meningkatkan peranannya dalam pembangunan, khususnya pengembangan agribisnis di wilayah Simalungun. Pemikiran mengenai “Pengembangan Agribisnis yang Berdaya Saing di Wilayah Simalungun” perlu dijadikan sebagai kajian ilmiah pokok Universitas Simalungun. Kegiatan penelitian dosen dan mahasiswa USI perlu diarahkan pada pengembangan teknologi, penggalian komoditas unggulan, organisasi agribisnis, dan lain-lain yang mengarah pada tercapainya agribisnis yang berdaya saing dan bermanfaat bagi masyarakat Demikian juga kegiatan pengabdian pada masyarakat oleh USI, perlu diarahkan untuk memotivasi dan mendampingi para petani kita untuk mengembangkan koperasi agribisnis. Selain itu, bersama-sama dengan Pemda Tingkat II Kabupaten Simalungun, USI perlu mengkaji dan mempromosikan secara aktif kepada investor berbagai peluang investasi bidang agribisnis di wilayah Simalungun. Dengan demikian, keburuhan investasi yang diperlukan untuk pengembangan agribisnis dapat terpenuhi secepat mungkin. Demikianlah pidato ilmiah yang dapat saya sampaikan dalam rangka Dies Natalis ke-31 USI. Usia USI hanya dua tahun lebih muda dari Institut Pertanian Bogor. Oleh karena itu, saya sebagai putra daerah sangat mengharapkan Universitas Simalungun dapat lebih memfokuskan diri untuk mengejar kecemerlangan di masa yang akan datang.
Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian
R3_bab_19_Edited.indd 231
231 231
02/04/2010 18:13:03
R3_bab_19_Edited.indd 232
02/04/2010 18:13:03