Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Tanaman Padi Sistem Tanam Benih Langsung (TABELA) dan Sistem Ratoon di Lahan Pasang Surut Desa Sumber Mulyo Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin II Andesta1)*, Eti Susanti1) dan Nurlaili Fitri Gultom1) Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian / Agribisnis
PENDAHULUAN Luas lahan rawa di Indonesia diperkirakan mencapai 33.393.570 hektar yang terdiri dari 20.096.800 hektar (60,2 %) lahan pasang-surut dan 13.296.770 hektar (39,8 %) lahan rawa lebak. Dari luasan tersebut total lahan rawa yang dikembangkan pemerintah adalah 1.8 juta hektar yang terdiri dari 1.452.569 hektar lahan pasang-surut dan 347.431 hektar lahan rawa lebak (Direktorat Rawa dan Pantai, Departemen PU, 2009). Pengembangan pertanian ke lahan pasang-surut merupakan langkah strategis dalam meningkatkan produksi pertanian khususnya tanaman pangan (Suriadikarta dan Sutriadi 2007). Selain itu dalam usahatani padi pada lahan sawah pasang surut memerlukan teknik budi daya tersendiri karena selain keadaan tanah dan lingkungannya tidak sama dengan lahan sawah irigasi. Kesalahan dalam teknik budi daya dapat menyebabkan terjadinya gagal panen dan dapat pula merusak tanah dan lingkungan selain itu padi merupakan komoditas tanaman pangan yang strategis dan menjadi prioritas dalam menunjang program pertanian, sampai saat ini usahatani padi di Indonesia masih menjadi tulang punggung perekonomian pedesaan ( Budianto, 2003). Lahan pasang surut di Sumatera Selatan yang berpotensi sebagai lahan pertanian sekitar 961.000 hektar. Dari luasan tersebut telah direklamasi untuk wilayah kabupaten Banyuasin seluas 359.250 hektar dan dimanfaatkan untuk daerah transmigrasi seluas 276.514 hektar dengan ditempati oleh 73.500 KK (Armanto et al., 2000). Potensi tersebut sangat prospektif mendukung pembangunan pertanian untuk ketahanan pangan. Terlebih lagi pada saat ini telah banyak teknologi-teknologi yang telah dihasilkan untuk meningkatkan sumber daya lahan pasang surut tersebut salah satunya dengan menggunakan sistem tanam tabela. Sistem tanam benih langsung ( tabela ) merupakan suatu cara sistem penanaman dengan cara menabur benih padi secara langsung pada lahan pasang surut tanpa dilakukan penyemaian terlebih dahulu selain itu tanam benih langsung ( tabela ) sudah mulai diadopsi oleh petani, terutama di daerah sentra produksi padi. Pada lahan pasang-surut usaha meningkatkan indeks pertanaman dua kali (IP 200) terkendala waktu, modal, dan ketersedian tenaga kerja, langkah yang ditempuh dengan memanfaatkan tanaman sisa atau ratoon. Ratoon atau singgang (jawa), turiang (sunda) kemangis (melayu) merupakan sisa tanaman padi yang tumbuh dan menghasilkan anakan dan dapat dipanen seperti tanaman utama (Flinn dan Marcado, 1988 ). Keungulan padi ratoon dapat memberi tambahan hasil disetiap musim tanam dan menghemat biaya budidaya, tenaga kerja, dan waktu persiapan lahan (Ambili dan Rosamma, 2002). Berdasarkan hasil penelitian (Bond dan Bollic, 2006). perawatan ratoon lebih mudah dari pada tanaman utama karena biaya hanya terkait pada aplikasi herbisida, fungisida dan pupuk nitrogen, air, panen dan pengeringan gabah. Terdapat perbedaan pada kedua sistem ini yaitu sistem tabela memerlukan biaya produksi 688
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
untuk tanam padi musim tanam ke dua dengan membutuhkan biaya yang lebih besar seperti : biaya pengolahan tanah, pembelian bibit sedangkan sistem ratoon tidak memerlukan lagi biaya pengolahan tanah dan pembelian bibit. Di Sumatera Selatan lahan pasang surut salah satunya terdapat di wilayah Banyuasin tepatnya berada di Desa Sumber Mulya Kecamatan Muara Telang merupakan salah satu wilayah yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani padi di lahan pasang surut, dengan Sistem tanam yang digunakan di desa sumber mulya yaitu dengan sistem tabela dan sistem ratoon. Untuk itu penulis berminat meneliti perbandingan pendapatan usahatani sistem tanam benih langsung (tabela) dengan sistem Ratoon di lahan pasang surut di Desa Sumber Mulya Kecamatan Muara Telang. B. Rumusan Masalah Usahatani pada padi di lahan pasang surut di Desa Sumber Mulya Kecamatan Muara Telang terdapat dua sistem tanam yaitu sistem tabela dan sistem ratoon. Pada kedua sistem ini terdapat perbedaan pada biaya produksi. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Berapa besar biaya usahatani padi sistem tanam benih langsung (Tabela) dengan sistem Ratoon di Desa Sumber Mulyo Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin 2. Apakah ada perbedaan pendapatan dari penggunaan sistem tanam benih langsung (Tabela) dengan sistem Ratoon di Desa Sumber Mulyo Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin 3. Apakah usahatani padi sistem tanam benih langsung ( Tabela ) dan Ratoon layak di usahakan di Desa Sumber Mulyo Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Untuk menganalisis perbedaan biaya yang menggunakan sistem tanam benih langsung (Tabela) dengan sistem Ratoon di Desa Sumber Mulyo Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin. 2. Untuk menganalisis perbedaan pendapatan yang menggunakan sistem tanam benih langsung (Tabela) dengan sistem Ratoon di Desa Sumber Mulyo Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin. 3. Untuk menganalisis usahatani sistem mana yang layak di usahakan di Desa Sumber Mulyo Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin. Kegunaan penelitian ini untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada petani tentang analisa usahatani tanaman padi untuk pedoman agar bisa meningkatkan produksi serta mana yang paling menguntungkan. Selanjutnya penelitian ini dapat memberikan informasi kepada mahasiswa tentang analisis perbandingan pendapatan pada padi IP 200 dengan padi sistem Ratoon pada lahan pasang surut.
689
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
II. KERANGKA PEMIKIRAN A. Model Pendekatan Model pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan model pendekatan diagramatik sebagai berikut: Usahatani Padi Tabela
Pengelolaan Usahatani Padi: 1. Pengolahan lahan 2. Penyiapan bibit 3. Penanaman Biaya Tetap 4. Perawatan 5. Panen a. Cangkul b. Ember 6. Pasca panen c. Hand Sprayer d. Sabit Produksi e. Karung Penerimaan Pendapatan
Keterangan
Ratoon Pengelolaan Usahatani Padi: 1. Pemotongan padi setelah panen 2. Perawatan 3. Panen 4. Pasca panen Biaya Produksi Biaya Variabel a. Benih Padi b. Pupuk c. Pestisida d. Tenaga Kerja Produksi Harga Jual
Analisis Kelayakan - BEP - B/C ratio - R/C ratio - Uji t Mempengaruhi
Penerimaan Pendapatan
B. Hipotesis 1 Diduga dalam penggunaan biaya yang memakai sistem tanam benih langsung (Tabela) lebih besar di bandingan dengan menggunakan sistem Ratoon 2. Pendapatan yang diterima oleh petani yang menggunakan sistem tanam benih langsung (Tabela) lebih besar dibandingkan dengan menggunakan sistem Ratoon. C. Batasan - batasan 1. Petani contoh adalah petani yang mengusahakan tanaman padi sistem tanam benih langsung (tabela) dan usahatani tanaman padi sistem ratoon 2. Data diambil pada tahun 2013 3. Sistem tanam benih langsung merupakan rekayasa tehnik penanaman tanaman padi tanpa melalui persemaian dan pemindahan bibit 4. Ratoon adalah merupakan sisa tanaman padi yang tumbuh dan menghasilkan anakan dan dapat dipanen seperti tanaman utama 5. Petani contoh adalah petani sawah lahan pasang surut yang melakukan produksi beras di desa sumber mulyo yang menggunakan sistem tabela dengan sistem ratoon 690
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
6. Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk padi yang dihasilkan termasuk tenaga kerja yang diperhitungkan kecuali tenaga kerja keluarga (Rp/Ha/MT) 7. Harga padi adalah harga yang berlaku di desa sumber mulyo selama musim panen yang diamati. 8. Biaya tetap adalah biaya yang tidak habis terpakai dalam satu kali proses dan besarnya tidak tergantung pada besarnya skala produksi (Rp/Ha/MT) 9. Biaya variabel adalah biaya yang habis dipakai dalam satu kali proses produksi dan besarnya tergantung pada besarnya skala produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, dan biaya tenaga kerja (Rp/Ha/MT) 10. Penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan dengan harga (Rp) 11. Pendapatan adalah jumlah penerimaan dikurangi dengan biaya- biaya yang dikeluarkan (Rp) III. PELAKSANAAN PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Sumber Mulyo Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan Pemilihan tempat di lakukan secara sengaja (purposive sampling ). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2014 B. Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kasus yaitu melihat dan meninjau suatu objek penelitian di lapangan untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu hal secara teliti. C. Metode Penarikan Contoh Metode penarikan contoh yang digunakan adalah metode penarikan contoh secara acak sederhana (simple random sampling) yaitu suatu metode pengambilan contoh dimana setiap unsur yang ada dalam suatu unit populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih sebagai contoh. Kerangka penarikan contoh pada penelitian ini ditampilkan pada tabel 1. Tabel 1. Kerangka Penarikan Contoh Sistem populasi sampel % Tabela 120 20 17 Ratoon 80 20 2 Jadi untuk sistem tabela contoh yang diambil sebanyak 20 sampel rata –rata antara 17% dari jumlah populasi yaitu 120 dan untuk sistem ratoon diambil 20 sampel dengan rata – rata antara 25% dari jumlah populasi yaitu 80 D. Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung ke petani contoh dengan menggunkan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder di peroleh dari instansi pemerintah yang berhubungan dengan penelitian ini.
691
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
E. Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh dari lapangan diolah secara tabulasi lalu diperjelas secara deskriptip. Selanjutnya untuk memperoleh jawaban dari tujuan pertama menggunakan perhitungan matematis dengan rumus sebagai berikut: BP = BT + BV Keterangan : BP = Biaya Produksi (Rp) BT = Biaya Tetap (Rp) BV = Biaya Variabel (Rp) Untuk menjawab tujuan kedua yaitu melihat perbedaaan pendapatan digunakan rumus sebagai berikut : a. Penerimaan Pn = P X H Keterangan : Pn = Total Penerimaan P = Produksi yang diperoleh dalam usahatani H = Harga jual b. Pendapatan Pd = Pn – BP Keterangan : Pd = Pendapatan Usahatani Pn = Total Penerimaan BP = Biaya Produksi Untuk menjawab tujuan ketiga yaitu untuk melihat sistem mana yang lebih layak dilaksanakan digunakan analisis R/C Ratio (Return Cost Ratio ) dan B/C Ratio (Benefit Cost Ratio ) Rumus R/C Ratio yaitu : R/C = Pn BP Keterangan : Pn : Penerimaan BP = Biaya Produksi Dengan Kriteria : R/C 1 artinya usahatani tersebut menghasilkan keuntungan R/C = 1 artinya usahatani tersebut tidak mengalami keuntungan dan tidak mengalami kerugian (impas) R/C 1 artinya usahatani tersebut mengalami kerugian B/C =
Pd BP
Keterangan ; Pd = Pendapatan BP = Biaya Produksi Dengan Kriteria : B/C 0 artinya usaha yang dilakukan menguntungkan dan layak untuk diusahakan B/C = 0 artinya usaha yang dilakukan tidak menguntungkan dan tidak juga merugikan (impas) B/C 0 artinya usahatani yang dilakukan mengalami kerugian dan tidak layak untuk di usahakan. 692
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua dengan menggunakan uji t Hipotesis sebagai berikut :
dengan
Hipotesis : H0 : = 0 H1 : ≠ 0 t hitung =
x1 x 2 S (1 / n1 1 / n2)
(n1 1) S12 (n2 1) S 2 2 n1 n2 2 Sumber : Statistik Parametik uji dua sampel bebas dengan variansi dua sampel homogen S=
Kaidah keputusan Jika t hitung t tabel t hitung t tabel
Tolak Ho Terima Ho
dimana : x1 = Nilai rerata sampel 1 S12 = Varian sampel 1 X2 = Nilai rerata sampel 2 S22 = Varian sampel 2 S= Simpangan baku gabungan kedua sampel. Untuk menyelesaikan rumus t hitung dengan bantuan SPSS. V.16.0
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Biaya Produksi Biaya produksi usahatani tanaman padi sistem tanam benih langsung (Tabela) dengan sistem ratoon adalah Biaya tetap (biaya penyusutan) dan Biaya variabel ( biaya benih, biaya pupuk, biaya pestisida dan upah tenaga kerja) Untuk melihat biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani yang memakai sistem tanam benih langsung (Tabela) dan sistem ratoon dapat di lihat pada tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Biaya Produksi Per Ha pada Usahatani Tanaman Padi Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) dengan Sistem Ratoon. No
Uraian
1
Biaya Tetap Biaya Penyusutan Biaya Variabel Biaya Benih Biaya Pupuk Biaya Pestisida Biaya Tenaga Kerja Jumlah
2 -
Usahatani SistemTabela (Rp)
Usahatani SistemRatoon (Rp)
488.137
338.054
384.375 1.400.000 356.425 2.874.750 5.503.687
1.291.000 443.775 1.165.063 3.237.891 693
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata biaya produksi per Ha usahatani tanaman padi sistem tanam benih langsung (Tabela) adalah Rp.5.503.678 sedangkan rata – rata biaya produksi per Ha usahatani tanaman padi sistem ratoon adalah Rp. 3.237.891. Dari data tersebut terdapat perbedaan biaya produksi pada usahatani tanaman padi sistem tanam benih langsung (Tabela) dengan sistem ratoon yaitu sebesar Rp.2.265.796 atau biaya produksi pada usahatani tanaman padi sistem ratoon lebih kecil. B. Produksi Dari hasil penelitian rata-rata produksi Gabah Kering Panen (GKP) pada usahatani tanaman padi sistem tabela adalah 3250 Kg/Ha, sedangkan pada usahatani tanaman padi sistem ratoon adalah 1800 Kg/Ha selanjutnya produksi padi tersebut di jual dengan harga Rp. 4.500/Kg. C. Penerimaan dan Pendapatan Penerimaan diperoleh dari hasil kali produksi dengan harga jual, penerimaan ratarata pada usahatani tanaman padi sistem tanam benih langsung (tabela) adalah Rp. 14.625.000 /Ha sedangkan penerimaan rata-rata pada usahatani tanaman padi sistem ratoon adalah Rp. 8.100.000 jadi ada selisih Rp. 6.525.000 Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi yang di keluarkan. Pendapatan usahatani tanaman padi sistem tanam benih langsung (Tabela) adalah Rp. 9.121.313 /Ha sedangkan pendapatan pada usahatani sistem ratoon adalah Rp. 4.862.109 /Ha jadi ada selisih sebesar Rp. 4.259.204 ini disebabkan karena pada usahatani tanaman padi sistem tanam benih langsung (Tabela) lebih besar dari pada usahatani tanaman padi sistem ratoon Dilihat dari uji Statistik, pendapatan diperoleh hasil pengujian dengan rumus uji t dengan bantuan program SPSS V.16 di dapat t hitung = 3.382 dan t tabel 26.388 karena t hitung lebih kecil dari t tabel maka dapat disimpulkan tolak Ho, artinya terdapat perbedaan pendapatan antara petani padi yang memakai sistem tanam benih langsung (Tabela) dengan petani padi yang memakai sistem ratoon. D. Analisis BEP, R/C dan B/C 1. Break Event Point (BEP) Break Event Pont (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total penerimaan sama dengan total biaya atau suatu keadaan dimana tingkat produksi tertentu yang menyebabkan besarnya hasil penjualan pada kondisi tidak untung tidak rugi. Tabel 3. Rata-rata BEP Usahatani Tanaman Padi Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela ) dan Sistem Ratoon. No 1 2
Keterangan Sistem Tabela Sistem Ratoon
Rata-rata BEP (unit/Kg) 165 117
Rata-rata BEP (unit/Kg) 742.500 526.500
Dari tabel diatas dapat diketahui BEP(unit) usahatani tanaman padi sistem tanam benih langsung (tabela) adalah 165 Kg dengan BEP (rupiah) Rp. 742.500 sedangkan BEP(unit) pada usahatani tanaman padi sistem ratoon adalah 117 Kg dengan BEP (rupiah) Rp. 526.5000. 694
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
2. R/C Ratio (Revenue Cost Ratio ) R/C Ratio digunakan untuk mengetahui suatu usaha menguntungkan atau tidak menguntungkan.Tingkat kelayakan usahatani tanaman padi sistem tanam benih langsung (Tabela) dan usahatani tanaman padi sistem ratoon dapat dilihat pada tabel 4. No Uraian 1 Penerimaan 2 Biaya Produksi 3 R/C Ratio
Usahatani Sistem Tabela 14.625.000 5.503.687 2,6
Usahatani Sistem Ratoon 8.100.000 3.237.891 2,5
Dari tabel diatas di dapat R/C Ratio pada usahatani tanaman padi sistem tanam benih langsung (tabela) 2,6 artinya setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan petani akan mendapatkan penerimaan sebesar 2,6 sedangkan R/C Ratio pada usahatani tanaman padi sistem ratoon adalah 2,5 artinya setiap Rp. 1 biaya yang dikeluarkan petani akan mendapatkan penerimaan sebesar 2,5. Nilai R/C Ratio lebih besar dari 1 maka usahatani tanaman padi sistem tanam benih langsung (tabela) dan usaha tani tanaman padi sistem ratoon layak untuk di usahakan. 3. B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) B/C Ratio adalah besarnya nilai yang menunjukan perbandingan antara laba bersih dengan total biaya dengan batasan besar nilai B/C Ratio dapat diketahui apakah suatu usaha menguntungkan atau tidak Tabel 5. Rata-rata B/C Ratio Usahatani Tanaman Padi Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) dan Usahatani Tanaman Padi Sistem Ratoon. No 1 2 3
Uraian Pendapatan Biaya Produksi B/C Ratio
Usahatani Sistem Tabela 9.121.313 5.503.678 1,6
Usahatani Sistem Ratoon 4.862.109 3.237.891 1,5
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa B/C Ratio pada usahatani tanaman padi sistem tanam benih langsung(tabela) 1,6 artinya setiap Rp.1 yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar 1,6 sedangkan B/C Ratio pada usahatani tanaman padi sistem ratoon adalah 1,5 artinya setiap Rp. 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar 1,5. nilai B/C Ratio yang dihasilkan dalam perhitungan lebih besar dari 1 sehingga usahatani tanaman padi sistem tanam benih langsung (tabela) dengan usahatani sistem ratoon layak untuk di usahakan. V. KESIMPULAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah: 1. Besar biaya rata-rata yang di keluarkan oleh petani tanaman padi yang memakai sistem tabela yaitu Rp. 5.503.678 sedangkan biaya rata-rata yang di keluarkan oleh petani tanaman padi yang memakai sistem ratoon adalah Rp. 3.237.891 ha/musim tanam.
695
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2016, Palembang 20-21 Oktober 2016 ISBN .........................
2. Pendapatan rata-rata yang diterima oleh petani tanaman padi yang memakai sistem tabela sebesar Rp. 9.121.313 sedangkan petani tanaman padi yang memakai sistem ratoon sebesar Rp. 4.862.109 /ha/musim tanam 3. Usahatani tanaman padi sistem Tabela pada lahan pasang surut mempunyai nilai Break Event Point (BEP) dalam rupiah yaitu Rp. 742.500 dan dalam produksi sebesar 165 kg/ha/MT1 dan R/C ratio sebesar 2,6 dan B/C ratio sebesar 1,6 layak untuk di usahakan di Desa Sumber Mulya Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin II di bandingkan dengan usahatani tanaman padi sistem ratoon B. Saran Sebaiknya petani dalam usahatani tanaman padi menjadikan sistem ratoon sebagai hasil tambahan saja. DAFTAR PUSTAKA Ambili, S.N., and C.A. Rosamma. 2002. Character association in ratoon crop of rice (Oryza sativa L.). J. Tropical Agric. 40:1-3 Armanto, M.E., M.S. Imanudin, dan E. Widayana. 2011. Lahan-lahan Potensial untuk Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Rawa Pasang Surut Pulau Rimau Sumatera Selatan. Proseding Seminar Peran Iptek untuk Mengatisipasi Perubahan Iklim Dalam Prospektif Pertanian Berkelanjutan. Fak. Pertanian, Unsri, Palembang. Hal; 48-56. Bond, J.A., and P.K. Bollich. 2006. Effects of pre-harvest desiccants on rice yield and quality. Crop Prot. 26:490–494. Budianto D. 2003. Kebijaksanaan penelitian dan pengembangan teknologi peningkatan produktivitas padi terpadu di Indonesia. Prosiding Lokakarya pelaksanaan program peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) Tahun 2003. Puslitbangtan. Bogor Flinn, J.C., and M.D. Mercado. 1988. Economic perspectives of rice ratooning.(Online) (http://www.Rice Ratooning. IRRI, Los Banos. Philippinesco.id, diakses 4 maret 2013).
696