Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
I. PENDAHULUAN Permintaan anggrek cenderung terus meningkat. Anggrek sangat populer dan biasanya dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan selamat serta untuk ungkapan duka cita. Hongkong, Singapura dan Amerika Serikat merupakan contoh beberapa negara yang cukup gencar meminta anggrek yang berasal dari Indonesia karena memiliki keragaman serta ciri khas tersendiri sebagai bunga tropis. Hal ini menyebabkan minat masyarakat untuk memelihara tanaman anggrek dengan tujuan komersial menjadi tinggi, mengingat kondisi pasar di dalam dan luar negeri yang sangat cerah. Anggrek merupakan sumber devisa potensial bagi negara di samping dapat menjadi sumber penghasilan bagi petani dan pendapatan asli daerah. Perkembangan teknologi memungkinkan untuk menghasilkan anggrek berwarna-warni, bentuk yang menarik, tahan lama dengan harga yang relatif terjangkau. Adanya segmen pasar untuk masyarakat golongan tertentu yang mempunyai selera eksklusif dan fanatik terhadap jenis bunga tertentu yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri menyebabkan semakin meningkatnya impor anggrek. Di lain pihak, lembaga penelitian dan nursery dalam negeri telah mampu mengembangkan varietas-varietas baru yang mempunyai daya saing kuat dengan produk impor, selain teknologi budidaya yang semakin dikuasai, menjadikan harga jual anggrek mampu bersaing dengan produk impor. Dengan kondisi tanah, agroklimat dan sumberdaya manusia serta dukungan teknologi inovatif dan investasi yang memadai di Indonesia, akan sangat mendukung pengembangan usaha anggrek. Berkembangnya usaha anggrek dalam negeri akan mampu meningkatkan pendapatan petani, memenuhi tuntutan keindahan lingkungan, menunjang pembangunan industri pariwisata, membuat kompleks perumahan, perhotelan dan perkantoran bertambah asri. Pembangunan industri anggrek diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja, menambah devisa, dan membuka peluang tumbuhnya industri sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi.
1
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
II. KONDISI AGRIBISNIS ANGGREK
Menurunnya luas areal panen, berpengaruh pada turunnya produksi anggrek secara nasional. Namun demikian, produktivitas tanaman anggrek untuk menghasilkan bunga mengalami peningkatan, pada tahun 1989 2,39 tangkai/per tanaman dan tahun 2000 meningkat menjadi 3,43 tangkai per tanaman (Tabel 2).
SAAT INI A. Usaha Pertanian Primer 1. Luas panen, produksi dan produktivitas Perkembangan komoditas anggrek dapat dilihat dari luas areal panen di beberapa propinsi di Indonesia. Dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2001, luas areal panen tanaman anggrek mengalami penurunan, namun mulai tahun 2002 sampai dengan 2003 kembali meningkat, diperkirakan tahun 2005 luas areal panen menjadi 1.903.080 m2. Daerah sentra anggrek di Indonesia adalah Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali (Tabel 1). Peta sentra anggrek disajikan dalam Lampiran 1 dan lampiran 2. Tabel 1. Luas panen (m2 )tanaman anggrek menurut propinsi No
Propinsi
1 Sumatra Utara
Tahun 1999
2000
406.832
2001
60.610
2002
2003
105,796
73.023
83.976
2004* 96.170
110.134
2005* 1.174
2 Riau
1.760
733
598
1.099
1.121
1.147
3 Jambi
7.132
5.139
7.988
5.032
4.881
4.726
4.576
4 DKI Jakarta
172.128
126.097
77.765
150.795
295.558
323.961
355.094
5 Jawa Barat
628.945
475.967
346.597
261.284
195.963
146.247
109.144
6 Jawa Tengah
145.035
89.931
82.148
104.603
98.327
91.995
86.070
69.085
73.075
68.847
42.265
37.193
32.406
28.236
128.178
41.935
31.176
25.035
15.522
9.693
6.053
0
53.022
339.190
464.690
634.621
866.694
7 DI Yogyakarta 8 Jawa Timur 9 Banten 10 Bali
0 124.507
40.988
38.681
106.322
142.471
190.983
256.013
11 Kalimantan Barat
7.041
8.499
15.010
20.056
28.881
41.484
59.588
12 Kalimantan Timur
5.155
12.943
4.279
5.511
7.605
10.468
14.408
13 Sulawesi Utara
4.369
3.505
4.638
2.981
2.743
2.531
2.335
20.530
11.317
4.964
4.000
2.400
1.437
860
0
0
1.065
1.065
1.448
1.978
2.701
14 Sulawesi Selatan 15 Gorontalo Indonesia
1.720.697
950.739
842.574 1.142.261 1.382.780 1.589.848 1.903.080
Sumber : Profil tanaman hias, Direktorat Tanaman Hias, 2004 Keterangan : * proyeksi
2
Dibandingkan dengan produktivitas anggrek dari negara tetangga Thailand, rata-rata 10 - 12 tangkai/per tanaman, produktivitas anggrek secara nasional rata-rata hanya dapat mencapai 3 - 4 tangkai per tanaman. 2. Biaya dan penerimaan usahatani Anggrek dapat dipasarkan dalam bentuk compot, tanaman individu/tanaman remaja, tanaman dewasa dan bunga potong. Untuk menghasilkan produk-produk ini diperlukan biaya yang berbeda. Dari analisa usahatani yang dilakukan untuk luasan 1000 m2, besar biaya yang dibutuhkan untuk usaha compot setelah ditambahkan dengan bunga modal adalah sebesar Rp. 137.909.830,-, untuk usaha tanaman individu/tanaman remaja sebesar Rp 84.537.070,-, untuk usaha tanaman dewasa sebesar Rp 163.101.242,- dan untuk industri bunga potong sebesar Rp 162.773.778,-. Pada jenis usaha primer, bila dilihat dari sisi penerimaan, didapatkan produk anggrek dalam bentuk tanaman dewasa ádalah yang terbesar yaitu sekitar Rp 216.090.000,-, kemudian diikuti oleh compot (Rp 194.407.500,-), bunga potong (Rp 180.075.000) dan tanaman individu/tanaman remaja (Rp 129.654.000,-). Namun bila dilihat dari R/C ratio yang didapatkan, pengusahaan tanaman anggrek dalam bentuk tanaman individu dan remaja lebih menguntungkan dibandingkan produk lainnya, yang ditunjukkan oleh R/C ratio sebesar 1,53 (Tabel 3). R/C ratio sebesar 1,53 artinya setiap Rp 1,- yang dikeluarkan untuk pengusahaan anggrek dalam bentuk tanaman individu/remaja diperoleh keuntungan sebesar Rp 1,53,-. Analisis usaha tani lengkap anggrek Dendrobium disajikan di Lampiran 3 dan 4.
3
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Tabel 2.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Produktifitas tanaman anggrek di Indonesia, 1989-2005
Tahun
Jumlah Tanaman
Produksi (tangkai)
1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 2000 2001 2002 2003* 2004* 2005*
6.394.265 7.455.456 4.420.229 4.126.427 3.806.362 4.147.122 3.039.477 950.739 1.205.764 1.257.607 1.364.978 1.481.517 1.608.006
15.250.622 15.474.695 13.846.546 11.714.457 11.129.935 11.576.063 11.614.355 3.260.858 4.450.787 4.995.735 5.835.265 6.815.877 7.961.280
Produktivitas (tangkai/tanaman)
2,39 2,08 3,13 2,84 2,92 2,79 3,82 3,43 3,69 3,97 4,27 4,60 4,95
Sumber : Direktorat Tanaman Hias, 2004 (diolah) Keterangan : * : proyeksi
Tabel 3.
Analisis usahatani anggrek dendrobium berdasarkan jenis usaha, 2005 (Rp000).
Jenis usaha
Hulu
Individu/
Benih Biaya tetap Biaya tidak tetap Total biaya Total biaya + bunga Penerimaan Keuntungan R/C ratio
1.260.000 200.000 1.460.000 1.722.800 2.250.000 527.200 1,31
Compot
tan remaja
Tan dewasa
22.622,78 16.806,94 14.634,17 103.900,00 60.750,00 135.000,00 126.522,78 77.556,94 149.634,17 137.909,83 84.537,07 163.101,24 194.407,50 129.654,00 216.090,00 56.497,67 45.116,93 52.988,76 1,41 1,53 1,32
Bunga potong 9.083,75 140.250,00 149.333,75 162.773,78 180.075,00 17.301,22 1,11
3. Kalender pertanaman Pertanaman anggrek dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Protocorm like bodies sampai menjadi plantlet siap keluar dari botol. Untuk mendapatkan ini waktu yang dibutuhkan ± 1 tahun. 4
c. Tanaman individu. Untuk mendapatkan compot menjadi seedling dalam bentuk individu dibutuhkan waktu ± 6 bulan d. Tanaman remaja. Untuk mendapatkan seedling dalam bentuk individu menjadi tanaman remaja dibutuhkan waktu ± 6 bulan e. Tanaman dewasa. Untuk mendapatkan tanaman remaja menjadi dewasa dan Sian berbunga ± 6 bulan.
Tahun I stadia tanaman
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan ke1 ke2 ke1 ke2 ke1 ke2 ke1 ke2
eksplan-plb proliferasi plb plb-plantlet
Primer
Uraian
b. Compot (Community pot). Untuk mendapatkan plantlet menjadi seedling dalam bentuk compot diperlukan waktu ± 6 bulan
compot (aklimatisasi) tanam individu Remaja dewasa/berbunga
dst
Gambar 1. Kalender pertanaman anggrek
B. Usaha Agribisnis Hulu Pengusaha yang menggunakan benih berkualitas sebagai bahan baku produksi masih terbatas. Kebanyakan petani/pengusaha kecil membeli benih hanya sekali, dan kemudian menggunakan benih tersebut secara terus-menerus tanpa ada upaya memperbaharui. Penggunaan benih tanpa upaya memperbaharui akan menyebabkan penurunan kualitas genetik yang drastis (untuk jenis tertentu), bahkan menurunkan ketahanannya terhadap hama dan penyakit. Pengusaha bibit anggrek botolan di Indonesia masih terbatas dan masih banyak dilakukan impor benih botolan, compot atau seedling. 5
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Pengusaha benih botolan mampu menghasilkan benih botolan 4000 6000 botol dalam satu tahun yang dihasilkan dari 2 (dua) tanaman induk. Media yang populer digunakan pengusaha benih adalah media Vacin and Went dan 1 enkast mampu menghasilkan 100 - 150 botol dalam sehari dengan faktor kontaminasi 5 - 10 persen. Diperkirakan harga media per botol Rp. 5000,- dan harga jual benih anggrek Dendrobium Rp. 25.000,- per botol dan harga benih anggrek Phalaenopsis berkisar antara Rp. 50.000,- sampai dengan Rp. 100.000,- . Pengusaha benih anggrek botolan di Jawa Timur antara lain adalah Handoyo Harjo, Royal Orchids, Simanis Orchids, Edward Frans, Sien Orchids, Suryanto Orchids, Lawang Orchids, dan Indah Orchids. Pengusaha benih botolan di Jawa Barat adalah PT Melrimba, PT Dafa Teknolog Mandiri, Rizal, Ayub dan lain-lain. Persyaratan yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan usaha perbenihan adalah (1) lokasi : jarak tempat produksi dengan pasar, (2) jenis produk : untuk mass production atau niche products, (3) efisiensi produksi : daya saing ditentukan oleh efisiensi produksi, (4) nilai produk : nilai ekonomis dari produk. Permasalahan utama perbenihan tanaman anggrek adalah hama dan penyakit. Petani/ pengusaha anggrek belum menyadari sepenuhnya bahwa tanaman anggrek yang ditanam di daerah Jawa Barat dan DKI Jakarta telah banyak terserang penyakit virus (Muharam dan Dyah Widiastoety, 1999), oleh karena itu, permasalahan tersebut perlu mendapatkan perhatian serius dalam permasalahan ini terutama untuk mendukung pengembangan perbenihan nasional. Usaha perbenihan anggrek memerlukan biaya yang sangat besar. Dari analisa usahatani yang dilakukan untuk luasan 200 m2, besar biaya per 2 tahun yang dibutuhkan untuk usaha perbenihan setelah ditambahkan dengan bunga modal adalah sebesar Rp. 1.722.800.000,dengan penerimaan sebesar Rp. 2.250.000.000 dan R/C rasio 1,31 (Tabel 3) C. Pasar dan Harga Selera konsumen terhadap mutu bunga potong anggrek sangat spesifik dan berkembang sangat dinamis ke arah yang lebih serasi dan sempurna dari segi keindahan, warna, ukuran, susunan, daya tahan 6
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
dan bentuk bunga tersebut. Menurut Widjaya (1994) selera masyarakat terhadap bunga dipengaruhi dan ditentukan oleh produsen dan trend luar negeri. Pada tahun 1983 selera konsumen terhadap anggrek Vanda lebih tinggi (48,92 %) daripada terhadap Aranthera, James Storie dan Dendrobium. Sedangkan pada tahun 1986 selera konsumen mulai beralih, kesukaan terhadap Vanda sama dengan kesukaan terhadap Dendrobium (Soerojo, 1991). Pada saat ini anggrek yang dominan disukai masyarakat adalah jenis Dendrobium (34 %), diikuti oleh Oncidium Golden Shower (26 %), Cattleya (20 %) dan Vanda (17 %) serta anggrek lainnya (3%). Anggrek Dendrobium banyak digunakan dalam rangkaian karena relatif lebih tahan lama, warna bunga lebih bervariasi, tersedia cukup banyak, batangnya lentur sehingga mudah dirangkai dan harganya relatif murah. Cattleya bunganya berukuran besar dan indah namun kurang tahan dan harganya relatif lebih mahal. Bunga ini hanya digunakan sebagai pemanis dalam rangkaian bunga anggrek. Sedangkan Vanda jarang digunakan dalam rangkaian karena tangkainya agak kaku. Bunga Vanda banyak digunakan sebagai pemanis gelas minum (restoran) dan untuk ungkapan dukacita dan lain-lain. Dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar maka para penangkar banyak mengusahakan jenis anggrek Dendrobium, Cattleya, Phalaenopsis, Cimbidium, Vanda, Oncidium, Paphiopedilum dan lain-lain. Pemilihan warna bunga anggrek yang dikonsumsi banyak dipengaruhi oleh maksud penggunaannya. Pada hari Natal warna bunga yang disukai didominasi oleh warna putih; pada hari Imlek disukai warna merah, pink dan ungu; untuk keperluan ulang tahun banyak digunakan warna lembut, seperti putih, pink, ungu, sedangkan untuk menyatakan belasungkawa umumnya digunakan warna kuning dan ungu (Nurmalinda dkk. 1996). Pasar anggrek saat ini terdiri atas pasar dalam negeri dan pasar luar negeri. Konsumen pasar dalam negeri terdiri atas: penggemar dan pecinta anggrek, pedagang keliling tanaman anggrek, pedagang tanaman anggrek pada kios di tempat-tempat tertentu dalam kota, perhotelan, perkantoran, gedung-gedung pertemuan, pengusaha pertamanan, toko bunga, florist, pesta-pesta dan perkawinan. Jenisjenis anggrek yang banyak diminta pasar adalah Vanda Douglas, 7
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Dendrobium dan Golden Shower (Tabel 4). Untuk memenuhi permintaan konsumen anggrek dalam negeri, selain dipenuhi oleh produksi dalam negeri juga dari produk impor untuk jenis-jenis tertentu, seperti Phalaenopsis, dan Dendrobium. Tabel 4.
Jenis dan jumlah (tangkai) anggrek yang banyak dijual di Jakarta
Anggrek 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Vanda Douglas Dendrobium Golden Shower James Storie Magie Oie Cattleya
Tahun (tangkai) 1996
1997
9.335.150 2.017.700 763.500 376.500 629.700 8.545
7.501.500 1.812.000 687.200 306.550 456.600 5.498
1998
1999
2000
6.094.875 1.539.500 1.530.000 275.600 268.500 7.370
5.110.625 1.443.750 525.400 287.650 182.900 6.322
6.510.025 1.848.334 627.500 352.644 219.231 9.287
Total 13.131.095 10.769.348 9.715.845 Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta tahun 2001
7.556.647
9.567.021
Harga rata-rata bunga potong anggrek Dendrobium, Golden Shower, anggrek bulan dan Magie Oei dari tahun 2002 ke tahun 2003 cenderung turun. Namun untuk jenis anggrek lainnya menunjukkan kecenderungan naik (Tabel 5). Tabel 5.
Perkembangan harga rata-rata bunga potong anggrek
Jenis Anggrek
2002
2003
D. Ekspor dan Impor 1. Ekspor Perkembangan industri anggrek di Indonesia pada periode 1997 1999 ketika era krisis ekonomi berlangsung di Indonesia industri anggrek menurun drastis. Dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional sekitar tahun 2000, industri anggrek mulai menunjukkan peningkatan aktivitas. Bila dilihat dari perkembangan ekspor, anggrek yang diekspor Indonesia terdiri atas tiga macam bentuk yaitu benih, tanaman dan bunga potong. Pada tahun 2000 ekspor anggrek Indonesia mencapai 1,473,722 kg atau senilai 2,340,506 dollar, tahun 2002 meningkat menjadi 2,720,691 kg atau senilai 3,941,929 dollar (Tabel 6). Ekspor benih dan tanaman anggrek dilakukan melalui beberapa bandar udara dan pelabuhan laut. Nilai ekspor tertinggi dari Bandar Udara Sukarno Hatta, mencapai US $ 167.565, sedangkan nilai ekspor tanaman mencapai US $ 1.640.688 Ekspor benih dan tanaman anggrek melalui beberapa bandar udara dan pelabuhan laut dapat dilihat pada Tabel 7.
HRR
HTT
HRR
HTT
A. Ukuran S
149.718
150.000
139.616
152.143
B. Ukuran M
17.444
175.000
165.946
177.143
200.687
211.845
188.577
202.857
Vanda Douglas**
35.109
55.536
44. 854
62.857
Golden Shower***
77.142
87.750
72.819
87.143
James Storie*
80.354
143.750
114.320
152.500
Volume (kg)
Nilai (US $)
Volume (kg)
Magie Oie*
16.413
19.205
11.496
18.929
2000
1.473.722
2.340.506
91.685
604.555
6.833
9.018
7.474
9.283
2001
1.211 .510
2.439.598
523.981
1.716.958
2..855
3.500
2.583
3.167
2002
2.720.691
3.941.929
169.179
375.050
2003
638.339
1.756.158
72.757
217.613
2004*
702.173
1.808.843
157.155
263.312
2005*
772.390
2.351.496
339.455
318.607
10
3
116
21
Dendrobium Sp*
C. Ukuran L
Cattleya**** Anggrek Bulan****
Keterangan : HRR : Harga Rata-rata *: per 50 tangkai HTT : Harga Tertinggi **: per 75 tangkai ***: per 100 tangkai ****: per kuntum
Tabel 6.
Perkembangan volume dan nilai ekpor/impor anggrek 2000-2003 Ekspor
Tahun
Growth (%)
Impor Nilai (US $)
Sumber: BPS, 2004 (diolah) Keterangan: * proyeksi
8
9
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
10
18.900 5.600 11.498 3.972 170 74 80 216.610 362.931 84.722 54.709
2.874
-
90
1.200 22.326 2.874
24.777 16.128
-
2000 106.970 50.198 140.246 5.000 1999 9.475 58.315 7.366 81.049 15.977 50 80 1998 1997 -
Ekspor Benih
2001
2000 472.129 52.211 51.242 24.412 16.317 14.200 10.363 4.752 4.600 2.975 780 708 494 250 655.433 1999 1.565.008 84.344 4.805 17.235 4.900 49.348 10.485 1.710 464 44.215 13.530 1.270 63.000 18.940 490.962 80 1.679 542 7.858 2.380.375 1998 5.140 5.140 Sumber : WTO, 2002
Pengembangan usaha anggrek di Indonesia belum semaju negara lain. Negara-negara lain telah mampu mengejar ketertinggalannya dalam menekuni usaha anggrek. Beberapa negara seperti RRC, India, Costarica, Brunei, Malaysia, Vietnam, Thailand, Taiwan, Singapura, Hongkong, Korea Selatan telah menunjukkan potensi yang memadai untuk mengembangkan anggrek.
1997 5.723 5.235 24.482 35.440
Perkembangan negara tujuan ekspor tanaman anggrek Indonesia cukup luas, mulai dari 5 negara pada tahun 1997, yaitu Jepang, Taiwan, Singapura, Hongkong dan Belanda sampai berkembang menjadi 30 negara. Pada tahun 1998 ekspor tanaman anggrek ke negara Jepang tidak ada, sedangkan pada tahun 1999 ekspor tanaman anggrek negara Belanda, Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Taiwan, Singapura, Korea Selatan, Italia, RRC, Jerman, Hongkong, Australia, UK, Swiss, Brunei, Belgia, Perancis, Mali, Nicaragua, Denmark dan Armenia. Pada tahun 2000 negara tujuan ekspor hanya ke 17 negara, akan tetapi terdapat lima negara tujuan ekspor baru, yaitu Pakistan, Malaysia, Nigeria, Mexico dan, Saudi Arabia. Pada tahun 2001 berkembang ke 22 negara tujuan ekspor tanaman anggrek. Negara tujuan tambahan adalah negara Austria, Costarica, dan Spanyol. Secara keseluruhan sampai tahun 2001 terdapat 30 negara tujuan ekspor tanaman anggrek Indonesia. Negara tujuan ekspor tanaman dan benih anggrek tahun 1997-2001 disajikan pada Tabel 8.
1. Belanda 2. Singapura 3. Hongkong 4. Amerika 5. Italia 6. Korsel 7. Jerman 8. Inggris 9. Kanada 10. Taiwan 11. Mexico 12. Jepang 13. Armenia 14. China 15. Australia 16. Brunei 17. Denmark 18. Perancis 19. Mali 20. Nikaragua 21. Pakistan 22. Kanada 23. Nigeria 24. Malaysia 25. Belgia 26. Swiss Total
Sumber : WTO, 2002
Ekspor Tanaman
Flower Net Value Weight US $ 11.463 90.145 21.453 270.216 32.916 36.0361
Negara Tujuan Ekspor
1. Batu Ampar (Riau) 2. Se kupang (Batam) 3. Kabil/Panau ( 4. Tanjung Priok (Jkt) 5. Sukarno Hatta Jkt) 6. Tanjung Emas (Smrg) 7. Juanda (Surabaya) 8. Tanjung Perak (Sbya) 9. Ngurah Rai (Bali) 10. Ujung Pandang 11. Polonia (Medan) 12. Sepinggan (Kaltim) Total
Seedling Plant Net Weight Value Net Weight Value US $ US $ 15.511 16.111 3.690 2.173 14.565 11.211 53.235 33.093 547 295 6.666 1.000 419.099 113.772 86.751 167.565 107.108 1.640.688 76.176 9.435 345 3.193 1.143 17.838 27.000 65.000 37 434 140 8.800 19.278 7.366 2.431 16.768 140 490.982 219.876 216.610 613.986 2.389.114
Negara tujuan ekspor tanaman dan benih anggrek tahun 1997-2001 (US $-cif)
Port of Origin for Export
2001
Ekspor anggrek melalui bandara dan pelabuhan laut (1999)
Tabel 8.
Tabel 7.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
11
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Negara tujuan ekspor bunga potong anggrek pada tahun 2001 adalah 19 negara dengan 6 negara yang memiliki nilai ekspor terbesar, yaitu negara Jepang (US $ 377 ribu), Singapura (US $ 292 ribu), Amerika Serikat (US $213 ribu), Korea Selatan (US $ 19 ribu) dan Belanda US $ 46 ribu). Negara tujuan ekspor bunga potong Indonesia telah mencapai 30 negara, dimulai ke lima negara pada tahun 1997, yaitu Jepang, Singapura, Hongkong, Belanda dan Taiwan. Tahun 1998 ekspor bunga anggrek hanya dilakukan ke negara Singapura, Belanda dan Brunei. Pada tahun 1999 mulai berkembangnya penjualan ekspor bunga potong anggrek hingga mencapai 19 negara tujuan, tambahan negara tujuan ekspor tahun 1999 adalah Amerika Serikat, Korea Selatan, Taiwan, Uni Emirat Arab, Australia, RRC, Saudi Arabia, Srilangka, Kuwait, Bahrain, Fiji dan Italia. Tahun 2000 bertambah lagi negara tujuan ekspor Indonesia, yaitu Kamboja, Senegal, Kanada, Swiss dan Norwegia. Berbagai negara tujuan ekspor bunga potong anggrek disajikan pada Tabel 9. Negara-negara pengekspor bunga potong anggrek yang menjadi pesaing Indonesia adalah Thailand, Taiwan, Belanda, Colombia, Afrika Selatan, Cina, Singapura, Malaysia, Vietnam, India, Mali, Australia, New Zealand, Albania dan Rusia. Salah satu tujuan ekspor anggrek dari Thailand adalah ke Negara-negara Eropa, seperti ke Italy (51% kebutuhan dalam negeri), ke Belanda (47% kebutuhan dalam negeri), ke Inggris (18% kebutuhan dalam negeri) dan ke Jerman (12% kebutuhan dalam negeri). Sedangkan Belanda yang merupakan Negara eksportir utama di Eropa mengisi sebagian besar pasar anggrek di negara Jerman (87% kebutuhan dalam negeri), Inggris (72% kebutuhan dalam negeri), Italy (45% kebutuhan dalam negeri) dan Belgia (3% kebutuhan dalam negeri). Di Belanda rata-rata harga anggrek Phalaenopsis dalam pot yang berdiameter 13 cm dengan memiliki 2 (dua) cabang bunga per tanaman dapat mencapai EUR 4.54. Harga produksi rata-rata untuk tanaman tersebut mencapai EUR 2.70. Harga benih secara resmi tidak tercatat, sehingga sulit memperoleh informasi yang dapat dipercaya. Sedangkan harga anggrek di negara tetangga (Malaysia) dalam bentuk botolan berkisar antara 60 - 150 RM, anggrek meriklon 300 RM, tanaman anggrek berbunga berkisar antara 45 - 60 RM. Anggrek yang 12
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
memiliki keunggulan khusus dapat mencapai harga sampai 10.000 RM seperti Phalaenopsis ungu hitam. Harga bunga potong anggrek dapat mencapai 2 RM per tangkai, bila dijual dalam kotak khusus sebagai gift yang berisi 8 tangkai harganya dapat mencapai 27 RM per kotak. 2. Impor Impor komoditas pertanian sejak 5 tahun terakhir meningkat terus, impor komoditas pertanian bernilai sekitar 3.638 juta dolar AS, yang terdiri atas 68,1 persennya komoditas pangan dan hortikultura, 23,7 persen hasil perkebunan, 4 persen hasil peternakan dan 0,1 persen komoditas perikanan. Dari total impor komoditas tanaman pangan dan hortikultura tersebut, sekitar 40 persen (senilai 1.042,2 juta dolar AS) dibayarkan kepada negara-negara di kelompok NAFTA (North America Free Trade Area), 11 persen (senilai 2.478,6 juta dolar AS) kepada negara-negara di kelompok Asean, 1 persen (10,9 juta dolar) kepada negara-negara MEE dan selebihnya dibayarkan ke berbagai negara lain. Di negara Asean impor dari Thailand menduduki tempat terbesar senilai 251,8 juta dolar, hampir mencapai 15 persen dari total nilai impor komoditas pertanian nasional. Impor bunga potong juga meningkat pada periode tahun tersebut. Pada tahun 2001 terjadi lonjakan impor bunga potong anggrek dengan volume 523,981 kg senilai 1,716,958 US dollar (Tabel 6). Hal ini disebabkan karena adanya event Internasional yaitu East Java Orchid Show, di Purwodadi, Pasuruan, sehingga banyak didatangkan anggrek-anggrek dari luar negeri ke Indonesia. Persaingan ketat menyebabkan harga bunga potong anggrek yang dihasilkan petani menjadi sangat rendah yang menyebabkan usahatani anggrek menjadi semakin terpuruk. Negara-negara pengekspor bunga potong anggrek yang menjadi pesaing Indonesia adalah Taiwan, Cina, Singapura, Malaysia, Vietnam, India, Mali, Australia, New Zealand, Belanda, Albania dan Rusia.
13
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Tabel 9.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Negara tujuan ekspor bunga potong anggrek 1997 - 2001 (US $ - cif)
Negara Tujuan Ekspor 1. Belanda 2. Singapura 3. Hongkong 4. Amerika 5. Italia 6. Korsel 7. Un. Em. Arab 8. Inggris 9. Kanada 10. Taiwan 11. Kamboja 12. Jepang 13. Saudi Arabia 14. China 15. Australia 16. Brunei 17. Swiss 18. Kuwait 19. Seneg al 20. Malaysia 21. Bahrain 22. Norwegia 23. Fiji 24. Srilangka 25. Soviet lama 26. India Total
1997 7.037 151.546 95.112 -
260 -
15.183 -
269.138
Ekspor Bunga Potong Tahun 1998 1999 2000 220 63.85.2 39.279 1449 1.923.870 666.900 10.595 167.489 16.229 55488 330 16.857 21649 9.682 534 13.032 4.052 9.360 11.135 1.807 885 294.169 560.735 8.688 712 1.757 18.156 5.713 101.523 37 8.999 34.147 -
35.990 -
37.696
-
6.174
11
2.541
4.219 -
72 -
6.852 23.507 -
2.447.710
1.683.324
2001 46.490 292.672 2.687 213.247 19.385 10.833 9.578 13.406 377.203 925 3.312 5.875 3.098 4.599 1.201.882
Sumber : WTO, 2002
Impor benih dan tanaman anggrek yang dilakukan Indonesia pada tahun 2001 (US $ 423.351) lebih kecil dibandingkan impor pada tahun 1997 (US $ 525.709), akan tetapi lebih tinggi dari tahun berikutnya. Negara asal impor benih dan tanaman anggrek yang terbesar adalah Taiwan. Trend impor dari Taiwan menunjukkan persentase lebih dari empat belas persen (14,42%), dalam kurun waktu lima tahun (1997-2001), berjumlah US $ 415.143, yang tertinggi terjadi pada tahun 2001 sebesar US $ 204.463. Negara asal impor kedua adalah Thailand dengan nilai US $ 332.875 dalam kurun waktu lima tahun. Trend impor dari Thailand menunjukkan persentase hampir 30 persen (29,16%). Sedangkan impor dari negeri Belanda menunjukkan penurunan sejak tahun 1997, trend impor dari Belanda menunjukkan angka minus hampir 33% sejak tahun 1997 sampai tahun 2001 (-32,6%). Impor yang terkecil dilakukan dari negara Swedia (US $ 120) pada tahun 1997 (Tabel 10).
14
Tabel 10.
Negara asal impor benih dan tanaman anggrek tahun 1997-2001 (US $ - cif)
Negara Asal Impor 1. Taiwan 2. Thailand 3. Belanda 4. Argentina 5. Australia 6. China 7. Jepang 8. Perancis 9. Amerika Serikat 10. Selandia Baru 11. Malaysia 12. Afrika Selatan 13. Asia Barat 14. Jerman 15. Inggris 16. Hongkong 17. Spanyol 18. Swedia 19. Belgia 20. Singapura 21. India 22. Polandia 23. Ekuador 24. Vietnam Total
Total
Tahun
1997 91.017 70.107 188.323
1998 75.534 21.608 14.902
1999 54.473 29.675 2.998
2000 57.547 82.489 19.318
-
-
-
-
7.505 58.816 12.877
46.334 83.952
4.270
4.922 24.853 6.745
-
34.553 -
4.846 -
1.133 -
11.182 120 920 39.758 -
3.922 -
525.079
-
74.732 -
1.447 -
318.509
-
2.507
-
17.904
-
-
781
5.392
-
651
-
2.556
-
-
1.254
493
119.163 5.144
-
97.663
-
667 -
-
360 340.409
2001 204.463 128.996 23.005 17.009 15.140 10.500 8.824 8.284 3.363 1.155 831 741 577 289 174 -
423.351
Trend % 415.143 14,42 332.875 29,16 248.546 -32,60 17.009 78.171 - 8,04 178.121 28.446 8.284 57.327 1.155 11.850 741 1.228 3.980 1.428 74.732 11.849 120 920 159.406 5.144 3.922 1.447 360 1.705.011
Sumber : WTO, 2002
E. Infrastruktur Tanaman anggrek akan tumbuh baik bila kebutuhan airnya tercukupi. Frekuensi dan jumlah air yang diberikan pada tanaman anggrek tergantung pada jenis, ukuran tanaman dan keadaan lingkungan pertanaman. Sistem penyiraman pada anggrek yang masih kecil (compot dan tanaman individu yang masih kecil) dilakukan dengan pengkabutan (mist) menggunakan sprayer, sedangkan untuk tanaman remaja dilakukan dengan penyiraman menggunakan selang. Selain itu, 15
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
untuk mengatasi kelembaban yang sangat rendah pada siang hari diatasi dengan system pengkabutan (mist) disekitar tempat pertanaman dengan bantuan sprayer. Sistem irigasi terutama untuk pengkabutan dibuat sendiri oleh petani di lokasi pertanaman anggrek. Di bidang transportasi, untuk menunjang kelancaran pangangkutan komoditas anggrek dari produsen ke pasar konsumen tidak menjadi masalah, untuk jarak dekat, pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sepeda motor, sedangkan untuk pengangkutan jarak jauh menggunakan kereta api, kapal laut atau pesawat terbang. Prasarana jalan juga tidak menjadi hambatan dalam pengangkutan bunga anggrek ke tempat-tempat pemasaran. Namun demikian dalam rangka pengembangan kawasan agribisnis anggrek, diperlukan pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana transportasi yang lebih baik. Untuk ekspor impor komoditas tanaman hias khususnya bunga potong anggrek memerlukan fasilitas ruang pendingin, namun demikian fasilitas tersebut masih terbatas.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Selain itu rendahnya daya saing produk florikultura Indonesia di pasaran dunia termasuk anggrek dipengaruhi juga oleh belum adanya kebijakan pemerintah dalam bidang transportasi udara. Tidak tersedianya fasilitas cargo pada maskapai penerbangan Garuda menyebabkan biaya angkut produk florikultura dikenakan tarif komersial, yang berimplikasi pada tingginya harga produk florikultura di pasaran dunia. Di bidang investasi belum adanya dukungan kebijakan pemerintah dalam impor peralatan laboratorium untuk memproduksi benih secara in-vitro berimplikasi terhadap tingginya biaya investasi benih.
Di bidang komunikasi, untuk pe-ngembangan jejaring dan jaringan kerja pada saat ini sudah cukup memadai. Penggunaan jasa tele-komunikasi (fax, telepon, e-mail, dsb.) sudah sampai ke tingkat kecamatan. Akan tetapi pada lokasi-lokasi tertentu sering kali mengalami kendala yang disebabkan kurang berfungsinya fasilitas komunikasi tersebut dengan alasan teknis. F. Kebijakan Harga, Perdagangan dan Investasi Kebijakan pemerintah untuk perdagangan dan investasi di bidang tanaman hias belum banyak membantu pelaku usaha dalam pengembangan agribisnis tanaman hias. Kebijakan penurunan tarif impor produk hortikultura menjadi 5% dan benih sebesar 0% menyebabkan produk anggrek kalah bersaing dengan produsen dari Negara-negara lain. Demikian juga dengan naiknya jasa karantina lebih dari 100% pertanaman dan sulitnya pengurusan ijin budidaya dan perdagangan/ekspor anggrek (CITES). Sulitnya pengurusan ijin budidaya dan perdagangan/ekspor anggrek (CITES), semakin menambah surutnya semangat produsen melakukan ekspor komoditas florikultura umumnya dan anggrek khususnya.
16
17
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
III. PROSPEK, POTENSI DAN ARAH PENGEMBANGAN A. Prospek Pasar Pada lima tahun terakhir telah terjadi fluktuasi ekonomi di Indonesia, yang menyebabkan terjadinya gejolak volume kebutuhan anggrek yang berbentuk tanaman maupun bunga potong (Tabel 11). Namun omzet penjualan meningkat karena harga anggrek naik sejalan dengan naiknya nilai tukar dolar. Tabel 11.
Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 Sumber
Volume kebutuhan dan nilai jumlah penjualan tanaman dan bunga potong anggrek
Volume Kebutuhan Tanaman Bunga Potong 10.769.348 71.652 9.715.845 72.041 7.566.547 83.017 9.567.647 188.454 7.362.369 : Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI
Jumlah Penjualan Tanaman Bunga Potong 4.389.160.266 1.368.523.000 3.470.897.290 1.447.657.500 4.055.830.681 1.774.307.000 5.639.757.026 4.934.800.000 8.160.569.242
Sejalan dengan globalisasi ekonomi, maka usaha peningkatan dan penganekaragaman produk anggrek menjadi sangat penting, karena akan mempermudah perluasan pasar dengan meningkatnya kemampuan bersaing di pasar dalam dan luar negeri. Apabila tidak mampu melakukan hal tersebut, maka di dalam negeripun komoditas anggrek tidak akan mampu bersaing dengan produk yang masuk. Permintaan anggrek luar negeri sampai tahun 2002 mencapai 2.720.691 kg dengan nilai US$ 1.756.158. Anggrek tersebut diekspor dalam bentuk bibit (botolan, compot dan individu), tanaman berbunga dan bunga potong. Tahun 2003 tujuan ekspor bibit ke negara Jepang, Hongkong, Taiwan, Singapore, Malaysia, Vietnam, Kenya, Amerika, Canada, United Kongdom, Belanda, Perancis, Denmark, Italy, dan Republik Cheko dengan volume 108.556 kg dan nilai US $ 67.000. Ekspor bunga potong Aranda, Cattleya, dan tanaman pot berbunga Phalaenopsis adalah Denmark, Jepang, Taiwan, dan Thailand, Singapore, Banglades, Amerika, Canada, dan Belanda dengan volume masing-masing 175 kg dan nilai US $ 1.081; 253.426 kg senilai US $ 18
66.320; dan 57.747 kg senilai US $ 588.687. Selain itu anggrek juga diekspor ke negaara Jepang, Hongkong, Republik Korea, Taiwan, China, Singapore, Malaysia, Brunei Darussalam, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Amerika, Canada, United Kingdom, Belanda, Perancis, Jerman, dan Swiss dengan volume 291.440 kg dan nilai US $ 987.894. Upaya peningkatan ekspor bunga potong maupun pot berbunga dilakukan mulai dari perbaikan varietas, penanganan pascapanen, dan kebijakan pemerintah menyangkut kemudahan cargo dan transportasi udara, kemudahan ekspor (tarif dan pengurusan dokumen), pembebasan bea masuk untuk bahan plastic dan kimia, dan penyediaan ruangan dingin di bandara. Impor bibit, bunga potong Dendrobium dan Vanda, tanaman pot berbunga Cattleya, serta anggrek lainnya terutama dari Jepang, Taiwan, Thailand, Singapore, Philipine, Malaysia, India, Amerika, Belanda, Australia, Perancis, dan Spanyol. Volume impor bibit sebesar 53.678 kg dengan nilai US $ 187.801; bunga Dendrobium dengan volume 2.586 kg dan nilai US $ 2.412; Vanda 1.078 kg dan nilai US $ 1.005; Cattleya dengan volume 258 kg dan nilai US $ 241; dan Phalaenopsis dengan volume 372 kg bernilai US $ 1.758, sedangkan anggrek lainnya sebesar 45.969 kg dengan nilai US $ 33.665. B. Pohon Industri dan Bidang Usaha Usaha anggrek harus berorientasi pasar. Khusus usaha produk bunga potong dan bunga pot, permintaan yang terbentuk dari selera konsumen sangat menentukan laku tidaknya produk yang ditawarkan. Pengusaha, petani produsen bunga potong dan pot maupun bibit anggrek harus mengikuti perkembangan pasar terbuka dengan mencari terobosan-terobosan dalam penawaran ke luar negeri diikuti dengan peningkatan produksi, pembinaan peningkatan kualitas dan profesionalisme pengusaha, petani produsen anggrek. Kelengkapan fasilitas pengembangan peranggrekan seperti laboratorium perbenihan, green house dan sarana-sarana penunjang lainnya mulai dari pengadaan benih sampai pasca panen merupakan prasyarat dalam bisnis peranggrekan. Yang tidak kalah pentingnya adalah pemilihan varietas unggul baik pada bidang usaha perbenihan sampai dengan produk akhir bunga potong dan pot. Bagan alur industri anggrek disajikan pada Gambar 2. 19
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
20
Rata-rata produktivitas komoditas tanaman hias sampai saat ini masih tergolong rendah bila dibandingkan potensinya. Bila potensi genetik dari komoditas tanaman hias dapat dicapai, maka peningkatan produksi secara perhitungan dapat mencapai 2-3 kali lipat produksi yang dicapai saat ini. Dari proyeksi produksi tahun 2010, produktivitas anggrek diharapkan mencapai 8-10 tangkai per tanaman (Tabel 12 ).
Teknologi Perlakuan Segar o Teknologi pemanenan o Sortasi/grading o Pra pendinginan o Larutan pengawet (holding&pulsing solution) o Pengemasan* o Transportasi* o Penyimpanan* Sarana dan prasarana: o ruang pendingin
Tabel 12.
Gambar 2 : Pohon industri anggrek
Teknologi pasca panen o Kriteria tanaman pot bermutu & tahan lama di wismasari (indoors) o Transportasi o Teknik memperpanjang o umur peragaan di dalam ruangan (ambient & AC) o Teknik pemeliharaan keragaan di pengecer & di konsumen Sarana dan prasarana o naungan (paranet) utk rumah sere o rak o springkle o pengatur kelembaban Pengadaan/penggunaan bibit unggul Teknologi budidaya: o pemilihan media tumbuh (jenis media) o pemupukan (jenis pupuk) o pengendalian hama & penyakit (pestisida) Sarana dan prasarana o naungan (paranet) utk rumah sere o rak o springkle o pengatur kelembaban - Pengadaan laboratorium perbenihan - Pemilihan pohon induk anggrek hasil hibridisasi (varietas unggul) - Jenis anggrek (bunga potong, pot plant)
Pot plant Compot/seedling/ remaja Plantlet
ANGGREK
Bunga Potong
C. Potensi Pengembangan
Target produktivitas anggrek sampai tahun 2010 (tangkai per tanaman)
Tahun
Produktivitas
2005 2006 2007 2008 2009 2010
4 5 6 7 8 10
Tingkat pertumbuhan (%) 25 20 17 14 25
Keterangan Rata -rata tangkai pertanaman = 4 tangkai (2005)
Peningkatan produktivitas memerlukan sumber genetik teruji sebagai bahan untuk perakitan varietas unggul baru secara terus menerus. Untuk komoditas tanaman hias, sasaran pertumbuhan produksi selain untuk keperluan dalam negeri juga untuk ekspor. Untuk itu kualitas hasil sangat menentukan keberhasilan persaingan dalam era globalisasi. Usaha mempercepat dalam menghasilkan varietas baru dan mempercepat perbanyakannya juga dilakukan dengan metode non konvensional melalui bioteknologi. Melalui bioteknologi/transfer gen, dapat mempercepat perolehan varietas baru tahan hama tanpa mengubah kualitas dan meningkatkan variasi morfologi tanaman hias. Peningkatan morfologi pada tanaman hias sangat perlu karena preferensi konsumen terhadap komoditas tanaman hias sangat dinamis seperti halnya mode pakaian. Penelitian sumberdaya genetik tanaman hias terhadap sifat-sifat ketahanan atau toleransi terhadap hama dan penyakit serta kualitas hasil akan sangat mendukung perakitan varietas-varietas unggul baru di masa mendatang. Penggunaan benih baik (genetik, fisik, dan fisiologi) dan sehat merupakan langkah awal keberhasilan pertanaman. 21
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Untuk menghasilkan benih baik dan sehat perlu adanya spesialisasi pekerjaan yaitu oleh penangkar benih. Pemanfaatan sumberdaya alam (lahan) dan teknologi efisien, dapat dicapai dengan mengatur pola tanam yang tepat. Dengan cara demikian, penggunaan lahan lebih efisien, pendapatan petani meningkat dan serangan hama/penyakit juga berkurang. Berdasarkan arahan dari Pusat penelitian Tanah dan Agroklimat yang sesuai dengan syarat tumbuh komoditas maka ditentukan areal pertumbuhan komoditas anggrek di Sumatera Utara 20 ha, DKI Jakarta 51,8 ha, Jawa Barat 60 ha, Jawa Timur 100 ha, Kalimantan Timur 51,7 ha, Sulawesi Selatan 3,6 ha, dan Papua 99,4 ha. Walaupun areal pengembangan hanya di delapan propinsi, bukan berarti penanaman anggrek di luar propinsi tersebut tidak bisa dilakukan, karena syarat tumbuh komoditas anggrek berbeda dengan syarat pertumbuhan tanaman lainnya. Dengan pengaturan agroklimat yang sesuai, anggrek dapat ditanam dalam kondisi lahan apapun, karena anggrek tidak memerlukan media tumbuh tanah. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan usaha anggrek terutama adalah kualitas dan pH air. Dalam upaya mencapai industri pengembangan anggrek yang diinginkan, berbagai tahapan strategis perlu di susun. Kegiatan yang dilakukan mulai dari penyusunan paket teknologi dan SOP, GAP, standarisasi; sosialisasi dan bimbingan SPO dan GAP; bimbingan manajemen mutu dan pasca panen; pengembangan kawasan sentra; kelembagaan usaha dan kemitraan; peningkatan SDM sampai regulasi investasi dan promosi. Kegiatankegiatan tersebut mulai dari tahun 2005 sampai tahun 2010 (Tabel 13).
22
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Tabel 13.
Tahapan pengembangan anggrek periode 2005 - 2010 URAIAN KEGIATAN
Penyusunan Sosialisasi Bimbingan TAHUN paket teknologi dan manajemen dan SOP, GAP, bimbingan mutu dan standarisasi SPO dan GAP pasca panen 2005 2006 2007 2008 2009 2010
X X X
X X
X X X X X X
Pengembangan kawasan sentra
X X X X
Kelembagaan Peningkatan Regulasi, usaha dan SDM investasi, kemitraan promosi
X X X X
X X X
X X X X X
D. Arah Pengembangan 1. Paket teknologi dan standarisasi Dalam upaya pengembangan industri anggrek yang berdaya saing dibutuhkan dukungan teknologi dan infrastruktur yang memadai. Komponen teknologi yang dibutuhkan adalah varietas unggul yang dirakit di dalam negeri menggunakan sumberdaya genetik nasional. Teknologi lainnya yang diperlukan adalah media tanam, teknologi pemupukan, perbenihan, pengendalian OPT dan pengelolaan rumah kaca. Komponen teknologi tersebut dirakit menjadi teknologi pengelolaan tanaman terpadu yang akan digunakan dalam pelaksanaan program pengembangan tanaman anggrek. Di dalam kegiatan ini akan dilakukan penerapan SPO dan GAP dalam skala pilot di tujuh sentra produksi. Kegiatan dilakukan di lahan petani dengan melibatkan kelompok tani. Selama penerapan SPO para petani mendapat pendampingan tenaga ahli dengan mengacu pada panduan yang telah disediakan. Berbicara tentang perdagangan internasional dewasa ini, tentunya tidak bisa terlepas dari adanya suatu standarisasi terhadap komoditas yang diperdagangkan. Anggrek sebagai salah satu komoditas non migas diperdagangkan dalam bentuk hasil tanaman (bunga potong) maupun berupa tanaman hidup (live plant / bibit). Pada perdagangan internasional anggrek, baik dalam bentuk tanaman maupun bunga potong, sebenarnya tidak ada aturan baku 23
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
mengenai standar mutu yang harus dipenuhi. Standar mutu yang harus dipenuhi lebih tergantung pada importir dari negara tujuan ekspor. Negara-negara tujuan ekspor memberikan syarat bahwa komoditas anggrek harus bebas dari OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) baik berupa hama, penyakit, maupun gulma. Sedangkan pihak importir menghendaki suatu standar mutu/grade tertentu lebih dikaitkan dengan masalah harga.
b. Tanaman pot anggrek bulan (Phalaenopsis) Ekspor tanaman pot mulai dari ukuran pot 1,5 inch; 2,5 inch; 3,5 inch. Negara tujuan ekspor tanaman pot adalah Belanda, Korea, Jepang dan Singapura. Adapun kriteria mutu tanaman pot yang diminta Negara tujuan ekspor adalah sebagai berikut:
Standar mutu komoditas anggrek yang diperdagangkan sesuai dengan permintaan negara tujuan ekspor berdasarkan pengalaman PT. Bintang Delapan Hortikultura selama ini adalah sebagai berikut :
a. Diameter daun : diukur dari ujung-ujung daun paling atas, tidak termasuk tunas 10 - 12 cm untuk ukuran pot 1,5 “ 16 - 18 cm untuk ukuran pot 2,5” 25 - 30 cm untuk ukuran pot 3,5”
a. Bunga potong (Cut Flower) oncidium Negara tujuan bunga potong anggrek Oncidium adalah Jepang dan Singapura. Kriteria bunga potong anggrek Oncidium seperti yang tertera pada Tabel 14 berikut:
b. Jumlah daun 3 untuk ukuran pot 1,5” 3,5 untuk ukuran pot 2,5” (1,5 adalah tunas daun aktif) 4 untuk ukuran pot 3,5” batang + 2 cm
Tabel 14.Kriteria bunga potong Oncidium terdapat 3 macam kriteria/grade
c. Perakaran sehat
Grade 4L 3L 2L
Panjang Stem a/b
Jumlah Percabangan
50/45 cm 45/40 cm 40/35 cm
8+ 5-7 3-4
Keterangan : a.Panjang dari percabangan terbawah sampai ujung atas stem; b.Panjang dari ujung bawah stem utama sampai percabangan terbawah.
Adapun persyaratan yang diminta negara tujuan ekspor adalah sebagai berikut : a. Diameter stem + 5 mm, harus lurus; b. Percabangan membentuk sudut + 40o terhadap stem utama, panjang cabang terbawah minimal 20 cm; c. Tiap percabangan minimal terdapat sisa 4 kuntum/ buds yang siap mekar; d. Tiap percabangan minimal terdapat 2 bunga yang sudah mekar; e. Bunga tidak layu/ rontok; f. Bebas OPT. 24
d. Bentuk tanaman proporsional, daun tegak/ tidak lemas e. Bebas OPT 2. Pengembangan sentra produksi Pengembangan sentra produksi membutuhkan dukungan kegiatan yang mencakup penetapan komoditas unggulan, latihan teknis dan manajerial, sistem informasi manajemen, penguatan kelembagaan usaha, penyediaan modal investasi dan regulasi yang kondusif. Pengembangan sentra produksi diawali dengan inisiasi model pengembangan inovasi agribisnis skala pilot dalam bentuk kegiatan MODEL FARM di tujuh kabupaten sentra produksi anggrek. Skala pilot model inovasi anggrek selanjutnya dikembangkan menjadi skala aktual agribisnis. Pada tahap ketiga dari kerangka roadmap pengembangan anggrek adalah tersedianya produk dengan kualitas dan kuantitas sesuai preferensi pasar. Produk bermutu dengan kuantitas sesuai preferensi pasar sangat terkait dengan ketersediaan luasan area tanam dan standar mutu berbasis SNI (Lampiran 8). Di samping itu diperlukan pula teknologi pasca panen untuk mendapatkan nilai 25
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek
tambah yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan petani. Di sisi lain jenis dan kualitas anggrek yang dihasilkan selayaknya ditentukan oleh informasi market intelligent dan preferensi konsumen.
IV. TUJUAN DAN SASARAN
Dalam rangka mendorong investasi di bidang anggrek, sangat diperlukan pemberian insentif kepada para investor yang bersedia terlibat langsung di dalam pembangunan industri anggrek nasional. Insentif dapat berupa kemudahan perizinan, pemberian kuota perdagangan, kemudahan akses informasi, penurunan tarif impor, pemberian bantuan, bimbingan teknis dan lainnya.
Pengembangan tanaman anggrek diarahkan untuk mendukung berkembangnya sistem dan usaha agribisnis tanaman anggrek yang berdaya saing, berkelanjutan, mendatangkan devisa dan pertumbuhan ekonomi Nasional serta meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha.
Kebijakan impor dan ekspor perlu dibangun dalam upaya meningkatkan devisa negara yang sangat diperlukan bagi pembangunan perekonomian nasional. Kebijakan impor dan ekspor biasanya dilakukan melalui penurunan tarif yang diarahkan pada peningkatan dan pemberdayaan kegiatan dan potensi di dalam negeri. Dengan demikian pada masa mendatang diharapkan terjadi kemandirian yang berkelanjutan di bidang pengembangan anggrek nasional. Pengembangan industri anggrek yang berdaya saing perlu didukung oleh sistem informasi yang handal. Sistem informasi sangat berguna dalam penentuan (1) perencanaan kebutuhan perbenihan secara nasional, (2) penetapan strategi pemasaran, (3) pemetaan sentra produksi, (4) sarana komunikasi antar pelaku bisnis, (5) perwilayahan spesifik komoditas, (6) pemetaan negara kompetitor, (8) evaluasi kinerja peranggrekan masa lampau. Dalam rangka mendukung pengembangan industri anggrek berdaya saing dibutuhkan sumberdaya manusia yang terampil. Hal ini dapat dimaklumi mengingat SDM menentukan mutu kinerja manajemen peranggrekan nasional ke depan. Dengan SDM terampil, perencanaan organisasi, pelaksanaan dan pengendalian sistem manajemen dapat dilakukan oleh SDM terlatih. Ketersediaan SDM yang berkualitas juga diperlukan dalam pengambilan keputusan organisasi. Pembinaan SDM dapat dilaksanakan melalui pelatihan staf di dalam dan luar negeri sesuai bidang keahlian, kerja magang di instansi terpilih, pembinaan karier, kursus manajemen dan teknis, prakter kerja lapang, workshop dan lokakarya.
26
Dengan mengacu pada tujuan pengembangan tanaman anggrek, ditetapkan sasaran pada periode tahun 2005-2010 sebagai berikut : 1. Tersedianya produk anggrek sebanyak 75.192.000 tangkai dan 16.166.628 pot pada tahun 2005 menjadi 89.692.000 tangkai dan 19.284.219 pot tahun 2010, sesuai standar mutu yang dipersyaratkan pasar domestik dan internasional. 2. Tersedianya sentra anggrek dengan luasan 187.98 ha pada tahun 2005 menjadi 224.23 ha pada tahun 2010 sebagai lokasi produksi yang ramah lingkungan dan sumber pertumbuhan ekonomi. Lokasi pembinaan dapat dilihat dalam. 3. Meningkatnya kemampuan teknis dan manajerial 100 anggota kelompok petani, pengusaha dan petugas anggrek tahun 2005 menjadi 500 orang pada tahun 2010. 4. Terbentuknya 25 kelembagaan usaha anggrek tahun 2005 menjadi 40 kelembagaan usaha pada tahun 2010 sebagai basis pembinaan dan pengembangan usaha. 5. Meningkatnya jejaring kerja dan intensitas/kualitas kerjasama antar pelaku usaha tanaman anggrek. 6. Tersedianya sistem informasi dengan dukungan database yang mudah diakses untuk investasi dan pengembangan usaha tanaman anggrek. 7. Meningkatnya citra komoditas tanaman anggrek nasional dan berkembangnya jaringan pemasaran tanaman anggrek.
27