Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
ISBN: 978-602-7998-43-8 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2014
i
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I
Penanggung Jawab: Ketua Program Studi Agribisnis Universitas Trunojoyo Madura
Editor: Andrie Kisroh Sunyigono Ellys Fauziyah Mardiyah Hayati
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2014
ii
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
Katalog dalam Terbitan
Proceeding: Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, UTM Press 2014 viii + 396 hlm.; 17x24 cm
ISBN 978-602-7998-43-8
Editor:
: Andrie Kisroh Sunyigono Ellys Fauziyah Mardiyah Hayati Layouter : Taufik R D A Nugroho Cover design : Didik Purwanto Penerbit : UTM Press
* Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang PO Box. 2 Kamal Bangkalan Telp : 031-3013234 Fax : 031-3011506
iii
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 KATA PENGANTAR KETUA PANITIA Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh Bismillahirrohmanirrohim Segala puji kami panjatkan ke hadapan Illahi atas terselenggaranya Seminar Nasional “Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I” Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura pada tanggal 21 Mei 2014. Seminar ini merupakan seminar yang diselenggarakan secara mandiri oleh Program Studi Agribisnis untuk pertama kalinya dan direncanakan dilakukan secara rutin tiap tahun. Tujuan diselenggarakannya seminar ini adalah untuk: 1) Memberikan rekomendasi kebijakan, langkah dan strategi dalam upaya pengembangan sektor agribisnis yang terkait erat dengan wilayah perdesaan, 2) Memberikan wadah untuk berbagi pengalaman dan tukar menukar ide bagi semua stakeholder terkait baik akademisi, pelaku bisnis dan pemerintah, 3) Menumbuhkan komitmen bersama dalam pengembangan sektor agribisnis yang bertitik tumpu pada wilayah perdesaan dalam upaya mencapai visi pembangunan pertanian. Selanjutnya, pada akhir seminar diharapkan tergalang sinergi untuk meningkatkan mutu dan dayaguna penelitian dan dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang berwenang dalam pengambilan kebijakan. Makalah kunci disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, MS selaku Guru Besar Universitas Brawijaya Malang, dan makalah utama oleh Dr.Ir. Agus Wahyudi, SE; MM (Badan Pengembangan Wilayah Suramadu/BPWS), Andrie Kisroh Sunyigono, PhD selaku Pakar Ekonomi Pertanian Universitas Trunojoyo Madura dan. Dr. Sitti Aida Adha Taridala, SP, M.Si sebagai pemakalah terbaik dari Universitas Halu Uleo. Disamping itu terdapat makalah penunjang bersumber dari berbagai instansi/lembaga penelitian seperti BPTP antara lain dari Bogor dan Jawa Timur, Loka Penelitian Sapi Potong Pasuruan, serta Perguruan Tinggi dari berbagai wilayah seperti Jakarta, Gorontalo, Bandung, Tegal, Surabaya, Malang dan Madura. Topik-topik yang disajikan sangat bervariasi, secara garis besar terhimpun ke dalam 4 bidang yakni agribisnis, sosiologi, nilai tambah dan sosial ekonomi. Terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusi utamanya PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO). Akhirnya selamat mengkaji makalah-makalah di prosiding ini. Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatu Bangkalan, Juni 2014. Ketua Panitia,
Ihsannudin, MP.
iv
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KETUA PANITIA ................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
AGRIBISNIS MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN PERMASALAHANNYA .................................. 3 P. Julius F. Nagel TANGGAPAN KONSUMEN TERHADAP ECO-LABEL PADA PRODUK PERTANIAN ............................................................................................................... 14 Joko Mariyono PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP STRATEGI BERSAING DAN KINERJA PERUSAHAAN ................ 21 Hary Sastrya Wanto, Ruswiati Suryasaputra PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL UNTUK PENINGKATAN SEKTOR PERTANIAN .............................................................................................. 32 Renny Oktafia PENINGKATAN MUTU BUAH APEL SEPANJANG RANTAI PASOK DARI PASCAPANEN SAMPAI DISPLAY SUPER MARKET ............................... 41 I Nyoman Sutapa, Jani Rahardjo, I Gede Agus Widyadana, Elbert Widjaja ANALISIS PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG ................... 57 Selamet Joko Utomo RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR UTAMA KECAMATAN GALIS KABUPATEN PAMEKASAN ............................................ 68 Lilis Suryani, Aminah H.M Ariyani KELAYAKAN EKONOMI USAHA GARAM RAKYAT DENGAN TEKNOLOGI MADURESSE BERISOLATOR ......................................................... 83 Makhfud Efendy, Ahmad Heryanto STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PLINTIR PISANG DI KECAMATAN ARJASA KEPULAUAN KANGEAN ............................................. 107 Mu’awana, Taufik Rizal Dwi Adi Nugroho
SOSIOLOGI RELASI AKTOR DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PRODUK TERRA (TERONG RAKYAT) ................................................................. 121 Titis Puspita Dewi, Mohammad Asrofin, Erwin Merawati, Ali Imron v
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 PERLUNYA KECUKUPAN BAHAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SECARA NASIONAL ........................................ 133 Isbandi dan S.Rusdiana RELASI SEGI TIGA SISTEM KREDIT DALAM MASYARAKAT PERDESAAN STUDI KASUS DI DESA MAJENANG, KECAMATAN KEDUNGPRING, KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR .......................... 146 Indah Rusianti, Faridatus Sholihah, Arini Nila Sari DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI PEMBANGUNAN AGROPOLITAN DI DESA NGRINGINREJO, KECAMATAN KALITIDU, KABUPATEN BOJONEGORO .......................................................................................................... 159 Alifatul Khoiriyah, Santi Yuli Hartika, Yunny Noevita Sari, dan Ali Imron PEMANFAATAN PERAN MODAL SOSIAL PADA PEKERJA SEKTOR INFORMAL PEREMPUAN (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Perempuan Di Kota Malang) .............................................................................................................. 168 Ike Kusdyah Rachmawati PROGRAM AKSI MEDIA KOMUNITAS PEDESAAN BAGI WARGA KEPULAUAN TIMUR MADURA SEBAGAI SARANA PENINGKATAN AKSES, KETERBUKAAN INFORMASI, DAN PEMBERDAYAAN PUBLIK ..... 181 Surokim, Teguh Hidayatul Rachmad MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI PROVINSI GORONTALO ........................................................................................ 194 Mohamad Ikbal Bahua
NILAI TAMBAH PENERAPAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN WORTEL ...... 213 Yurida Ekawati, Surya Wirawan Widiyanto PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS JAGUNG DI KABUPATEN BANGKALAN .................................................................................. 224 Weda Setyo Wibowo, Banun Diyah Probowati, Umi Purwandari STRATEGI PENGUATAN POSISI TAWAR PETANI KENTANG MELALUI PENGUATAN KELEMBAGAAN ............................................................................ 234 Ana Arifatus Sa’diyah dan Dyanasari INOVASI TEKNOLOGI SAPI POTONG BERBASIS MANAJEMEN BUDIDAYA DAN REPRODUKSI MENUJU USAHATANI KOMERSIAL .......... 250 Jauhari Efendy
vi
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
POTENSI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI PELUANG BISNIS PUPUK ORGANIK DAN PAKAN TERNAK ......................................................................... 258 Jajuk Herawati, Yhogga Pratama Dhinata, Indarwati UJI KELAYAKAN PENGOLAHAN SERBUK INSTAN BEBERAPA VARIETAS JAHE DALAM UPAYA MENINGKATKAN NILAI EKONOMI ...... 270 Indarwati, Jajuk Herawati, Tatuk Tojibatus, Koesriwulandari POTENSI CACING TANAH SEBAGAI PELUANG BISNIS ................................. 280 Yhogga Pratama Dhinata, Jajuk Herawati, Indarwati PEMBUATAN DAGING TIRUAN MURNI (MEAT ANALOG) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK .......................................... 290 Sri Hastuti STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN USAHATANI TEBU DI MADURA301 Miellyza Kusuma Putri, Mokh Rum STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK DI KABUPATEN BANGKALAN .................................................................................. 312 Iffan Maflahah
SOSIAL EKONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PEKARANGAN MELALUI PROGRAM KRPL DI PUHJARAK, KEDIRI ................................................................................ 331 Kuntoro Boga Andri dan Putu Bagus Daroini PERSEPSI PETANI TERHADAP NILAI LAHAN SEBAGAI DASAR PENETAPAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN .......... 343 Mustika Tripatmasari, Firman Farid Muhsoni, Eko Murniyanto PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI SERBA USAHA (KSU) TUNAS MAJU DI KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULONPROGO .......... 351 Eni Istiyanti, Lestari Rahayu, Supriyadi VEGETABLE CONSUMPTION PATTERN IN EAST JAVA AND BALI ............. 367 Evy Latifah, Hanik A. Dewi, Putu B. Daroini, Kuntoro B. Andri,Joko Mariyono ANALISIS DINAMIKA PERDAGANGAN BERAS DAN GANDUM DI INDONESIA ............................................................................................................... 381 Tutik Setyawati KERAGAAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI DI LOKASI PENDAMPINGAN SL-PTT KABUPATEN SAMPANG ......................................... 389 Moh. Saeri, Sri Harwanti dan Suyamto vii
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
ANALISIS PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG Selamet Joko Utomo Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura
[email protected] ABSTRAK Penelitian menganalisis pengembangan desa wisata di Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Pengembangan desa wisata merupakan implikasi logis dari pergeseran preferensi wisatawan terhadap destinasi wisata, dari desatinasi konvensional menuju destinasi wisata yang menekankan produk wisata. Karena itulah, pergeseran tersebut menjadi tantangan bagi daerah dengan potensi wisata yang cukup untuk melakukan pengembangan desa wisata. Penelitian dengan fokus analisa potensi Kecamatan Karangploso ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; Pertama, Kecamatan Karangploso memiliki potensi pariwisata yang dapat dikembangkan menjadi desa wisata, baik potensi internal maupun potensi eksternal. Kedua, berbagai aspek pendukung desa wisata telah dimiliki oleh Kecamatan Karangploso dan hanya perlu pembenahan pada beberapa aspek saja. Dengan demikian, rekomendasi penelitian ini adalah; Pertama, inisiasi pengembangan wisata di Kecamatan Karangploso hendaknya dimulai dari tersedianya landasan hukum formal. Kedua, Pemerintah Kabupaten Malang hendaknya mampu menarik banyak investor untuk pengembangan desa wisata, Ketiga, optimalisasi penggalian dan pembinaan potensi wisata unggulan desa serta peningkatan pendidikan dan pembinaan SDM. Kata Kunci: Destinasi wisata, pembangunan desa, potensi desa, desa wisata. ANALYSIS OF LOCAL POTENTIAL BASED RURAL TOURISM DEVELOPMENT IN KARANGPLOSO MALANG ABSTRACT The study analyzed the development of rural tourism in the district of Karangploso Malang. Development of rural tourism is a logical implication of the shift in the preferences of tourists to tourist destinations, from conventional desatinasi leading tourist destinations that emphasize tourism product. Therefore, the shift is a challenge for areas with tourism potential sufficient for development of rural tourism. Research focusing Karangploso the District 's analysis of the potential uses descriptive qualitative method to the type of exploratory research. The results showed that; First, the District Karangploso has tourism potential that can be developed into a tourist village, both potential internal and external potential. Second, various aspects of supporting the tourist village has been owned by the District Karangploso and only need improvement in some aspects. Thus, the recommendations of this study are; First, the initiation of development of tourism in the District Karangploso should start from the availability of a formal legal basis. Second, Malang Regency Government should be able to attract more investors for development of rural tourism, Third, optimization and development potential excavation leading tourist village and the improvement of education and human resource development. Keyword: tourist destination, rural development, rural potention, village torurism 57
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 PENDAHULUAN Pergeseran minat wisatawan terhadap destinasi wisata telah ditangkap dengan baik oleh pelaku-pelaku destinasi, salah satunya dengan melakukan pengembangan pariwisata perdesaan. Seperti ditunjukkan Go (dalam Yoeti, 2006) dimana telah terjadi pergeseran orientasi dan preferensi pasar pada pemilihan produk wisata, dari orientasi produk wisata yang konvensional (berorientasi pada destinasi dan bentuk wisata rekreasional-pleasure/escaping) ke orientasi produk khusus dan spesifik yang menekankan unsur pengalaman (experience), keunikan dan kualitas (quality travel) atau yang lebih dikenal dengan wisata minat khusus (special interest tourism). Selain itu, salah satu prinsip pokok dalam pengembangan pariwisata pedesaan adalah keaslian atau orisinalitas dari produk-produk yang ditawarkan kepada wisatawan. Suatu kawasan atau daerah pedesaan akan mudah menjadi destinasi wisata apabila desa tersebut memiliki objek atau atraksi yang asli, unik atau berbeda dengan yang lainnya (Nasikun, 1997:85). Orisinalitas ini hanya dapat lahir dari masing-masing komunitas sehingga ada pembedaan dengan daerah yang lain. Orisinalitas memberikan kemampuan bersaing pada produk wisata secara khusus, termasuk pariwisata pedesaan. Ramuan itu diwujudkan dalam bentuk gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya yang secara khusus berkaitan dengan perilaku, integritas, keramahan dan kesungguhan penduduk yang tinggal dan berkembang di daerah (Ahimsha-Putra, 1998:10). Kondisi empirik Kabupaten Malang sebagai daerah yang khas dan kaya dengan beragam potensi alam (fisik) maupun budaya, bentang dan kontur alam, potensi budaya berupa keramahan (amenity) penduduk, adat istiadat dan berbagai kesenian/kerajinan daerah misalnya yang terkenal adalah Topeng Malang, hasil pertanian, perkebunan, tanaman obat keluarga. Berbagai potensi tersebut telah menjadi Icon utama Kabupaten Malang yang sekaligus merupakan keunggulan komparatif (comparative adventage) yang perlu dikembangkan dengan konsep yang tepat, dengan mempertahankan kearifan budaya lokal (local wisdom), partisipatif dan berkelanjutan (sustainable development). Salah satunya dengan konsep desa wisata (village torurism). Konsep desa wisata sebagai suatu wilayah perdesaan yang memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata yang khas, baik berupa karakter fisik lingkungan alam pedesaan maupun kehidupan sosial budaya kemasyarakatan, dikelola dan dikemas secara menarik dan alami dengan pengembangan fasilitas pendukung wisata dalam suatu tata lingkungan yang harmonis serta terencana sehingga siap untuk menerima kunjungan wisata. Berdasarkan konsep tersebut, desa Tawangargo dan Donowarih merupakan desa di kecamatan Karangploso Kabupaten Malang yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi desa wisata. Selain keunikan dan potensi alam, agrowisata serta nilai amenitys, Karangploso merupakan wilayah strategis yang menjadi jalan pintas dari Surabaya menuju Kota Batu. Sehingga, rumusan masalah penelitian ini adalah, bagaimana potensi Kecamatan Karangploso dalam pengembangan desa wisata?
58
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Desa Wisata (Village Tourism) Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu, kemudian memenuhi tiga kriteria (Smith and French, 1994); bersifat sementara, bersifat sukarela (voluntary), Tidak menghasilkan upah. Dalam demikian, pariwisata merupakan keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan upah. Secara ketegoris, pariwisata dapat didekati dengan tiga kategoril; pariwisata didekati dari sisi spasial (tempat dan jarak), pariwisata dipandang dari dimensi industri/bisnis, serta pariwisata dipandang dari dimensi akademis dan sosial budaya. Elemen-elemen penting yang menjadi fokus perhatian pada istilah pariwisata untuk masing-masing dimensi adalah sebagaimana tabel di bawah ini: Desa Wisata (village tourism) dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah pedesaan yang memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata yang khas, baik berupa karakter fisik lingkungan alam pedesaan maupun kehidupan sosial budaya kemasyarakatan. Selain itu juga dikelola dan dikemas secara menarik dan alami dengan pengembangan fasilitas pendukung wisata dalam suatu tata lingkungan yang harmonis serta terencana sehingga siap untuk menerima kunjungan wisata (Disbudpar Kabupaten Malang, 2006). Pada definisi lain disebutkan bahwa desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti, 1993). Sedangkan menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR), desa wisata merupakan kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya; atraksi, akomodasi, makanan-minuman, dan kebutuhan wisata lainnya. Komponen Utama dan Kriteria Desa Wisata Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata menurut Edward Inskeep, yaitu; Akomodasi, yang berupa sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk; Atraksi, yaitu seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti: kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik.
59
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 Dalam perspektif pasar, kriteria pengembangan desa wisata dapat diidentifikasi sebegai berikut: a. Atraksi wisata; yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di desa. b. Jarak Tempuh; adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tempat tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh dari ibukota provinsi dan jarak dari ibukota kabupaten. c. Besaran Desa; menyangkut masalah-masalah jumlah rumah, jumlah penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung kepariwisataan pada suatu desa. d. Sistem Kepercayaan dan kemasyarakatan; merupakan aspek penting mengingat adanya aturan-aturan yang khusus pada komunitas sebuah desa. Perlu dipertimbangkan adalah agama yang menjadi mayoritas dan sistem kemasyarakatan yang ada. e. Ketersediaan infrastruktur; meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan sebagainya. Masing-masing kriteria digunakan untuk melihat karakteristik utama suatu desa untuk kemudian menetukan apakah suatu desa akan menjadi desa dengan tipe berhenti sejenak, tipe one day trip atau tipe tinggal inap. Selanjutnya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang (2006) mengembangkan kriteria pengembangan desa wisata menjadi faktor-faktor pendukung berikut; 1) memiliki potensi produk dan daya tarik, 2) memiliki dukungan sumber daya manusia (SDM), 3) motivasi kuat dari masyarakat, 4) memiliki dukungan sarana dan prasarana yang memadai, 5) mempunyai fasilitas pendukung kegiatan wisata, 6) mempunyai kelembagaan yang mengatur kegiatan wisata, dan 7) ketersediaan lahan/area yang dimungkinkan untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata. Prinsip Dasar Pengembangan Desa Wisata Dalam persepktif pembangunan, pengembangan desa wisata merupakan bagian dari upaya peningkatan aktivitas pembangunan serta pemerataan hasil pembangunan. Oleh karena itu, pengembangan desa wisata memiliki beberapa kriteria khusus yang harus dipedomani, agar pengelolaan dan pembentukan desa wisata tidak kontraproduktif dengan konsep Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang, maka beberapa prinsip pembentukan desa wisata ditetapkan seperti; pertama mengembangkan berbagai potensi desa (alam dan social budaya) serta sarana dan prasarana masyarakat setempat secara arif dan berkelanjutan, sehingga dapat melindungi warisan alam dan budaya local. Kedua, menguntungkan masyarakat setempat dalam berbagai aspek, baik ekonomi, social dan budaya, sehingga eksistensi desa wisata dapat terus dipertahankan secara mandiri. Ketiga, skala pembentukan wisata yang sesuai dengan kemampuan dan potensi desa, sehingga memungkinkan untuk terjalinnya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat. Keempat, pengelolaan desa wisata dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat setempat. Kelima menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan. 60
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan di dalam atau dekat dengan desa. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk desa, salah satu bisa bekerja sama atau individu yang memiliki. Pengembangan desa wisata didasarkan pada salah satu “sifat” budaya tradisional yang lekat pada suatu desa atau “sifat” atraksi yang dekat dengan alam dengan pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang mengunjungi kedua atraksi tersebut. Persyaratan Desa Wisata. Merujuk kepada definisi desa wisata, desa-desa yang bisa dikembangkan dalam program desa wisata akan memberikan contoh yang baik bagi desa lainnya, penetapan suatu desa dijadikan sebagai desa wisata harus memenuhi persyaratan-persyaratan, antara lain sebagai berikut: a. Aksesbilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi. b. Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda, makanan local, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek wisata. c. Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya. d. Keamanan di desa tersebut terjamin. e. Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai. f. Beriklim sejuk atau dingin. g. Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi (Moleong, 2002) yang melakukan ekplorasi terhadap pembentukan desa wisata di Kecamatan Karangploso dengan pendekatan kualitatif dekriptif (Strauss dan Corbin, 2003). Dengan sumber data utama adalah kata-kata dan tindakan dan didukung dengan sumber data tertulis, foto dan statistik, yang didapatkan melalui Observasi (pengamatan), Wawancara mendalam (Indepth Interview), Dokumentasi serta Focus Group Discussion (FGD). HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Kecamatan Karangploso
Potensi Produk dan Daya Tarik Obyek Wisata Potensi produk dan daya tarik sebagaimana dimaksud adalah meliputi pertama, adalah potensi fisik lingkungan alam, tata lingkungan perkampungan yang unik dan khas, arsitek bangunan yang unik dan khas serta bentang dan kontur alam yang elok. Sedangkan potensi yang kedua adalah meliputi potensi kehidupan sosial budaya masyarakat, yaitu pola keseharian masyarakat yang natural dan khas, adat istiadat, tradisi budaya, seni kerajinan dan kesenian tradisional yang telah turun temurun. Mengingat bahwa modal dasar yang harus dimiliki oleh desa wisata adalah adanya obyek wisata sebagai daya tarik wisatawan, berdasarkan pada data potensi bab sebelumnya maka potensi Kecamatan Karangploso yang memiliki daya tarik terhadap 61
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 wisatawan dan memungkinkan untuk dikembangkan menjadi desa wisata, baik wisata religi, wisata agro, komunitas tradisional, komunitas seni, serta wisata alam.
Dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) Dukungan sumberdaya manusia ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas dan produktivitasnya secara ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan melalui bidang-bidang yang dimilikinya. Sehingga dampak positif pengembangan pariwisata desa tersebut dapat dirasakan langsung oleh masyarakat desa setempat, dan bukan justru pihak lain. Berdasarkan data monografi desa diketahui bahwa 93,4% penduduk desa Tawangargo bekerja pada sektor pertanian sebanyak 4.100 orang, yaitu meliputi petani (22,49%) dan buruh tani (70,94%). Pekerjaan masyarakat yang paling besar adalah buruh tani, hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki lahan sendiri. Sehingga pada saat tidak ada permintaan untuk bekerja, para buruh tani ini melakukan kerja serabutan. Demikian pula dengan desa Donowarih, pekerjaan mayoritas penduduk juga di sektor pertanian, akan tetapi dengan proporsi yang lebih kecil yaitu sebesar 54,33%. Sebanyak 26,21% penduduk Donowarih bekerja sebagai petani dan sebesar 28,12% bekerja sebagai buruh tani. Apabila dilihat dari aspek pendidikan, maka rata-rata pendidikan masyarakat hanya sampai Sekolah Mengenah Atas (SMA). Di desa Tawangargo penduduk yang tidak bersekolah/putus sekolah sebesar 30,94%, sedangkan keseluruhan masyarakat yang menenpuh pendidikan SD hingga SMA sebesar 66,71%, dimana pendidikan dasar sebesar 32,11%, SMP sebesar 22,59% dan SMA sebesar 12,01%. Desa Donowarih juga menunjukkan data pendidikan yang relatif sama, yaitu dimana pendidikan terbesar masyatakat hanya tingkat SD-SMA yaitu sebesar 87,05%. Tidak tamat sekolah sebesar 9,56%, sedangkan selebihnya sebesar 3,39% adalah penduduk yang dapat menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di dua desa kecamatan Karangploso relatif baik. Penilaian tersebut secara sederhana dibandingkan dengan target menteri pendidikan nasional yang mewajibkan rakyat Indonesia menempuh pendidikan minimal 9 tahun atau setara SMP. Melalui pembinaan yang intensif, sumber daya manusia di kedua desa tersebut dapat didorong untuk terlibat aktif dalam pembentukan desa wisata dan pada akhirnya juga berdampak pada peningkatan peluang usaha di desanya masing-masing.
Motivasi Kuat Dari Masyarakat Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan menunjukkan bahwa ratarata masyarakat di desa Donowarih dan desa Tawangargo tidak mengetahui tentang konsep desa wisata. Selain itu juga masyarakat di kedua desa belum mengetahui kalau sudah ada rencana pembentukan desa wisata di desanya masing-masing. Akan tetapi pada sisi lain, berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan dengan sejumlah perangkat desa menunjukkan bahwa mereka memiliki pengetahuan dan motivasi yang besar untuk segera mewujudkan desa wisata di desanya masing-masing.
62
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
Setelah dilakukan diskusi lebih lanjut dengan para tokoh masyarakat, akhirnya diketahui bahwa sosialisasi tentang rencana pembentukan desa wisata masih kurang optimal. Hal ini disebabkan karena sejak tahun 2007 belum ada lagi kejelasan tentang tindaklanjut pembentukan desa wisata di desa Donowarih dan desa Tawangargo. Komponen Utama Desa Wisata
Akses (Access) Dalam pengertian yang universal, akses tidak hanya upaya untuk mengatasi hambatan yang sifatnya fisik, tetapi juga hambatan yang bersifat non fisik seperti hambatan budaya, hambatan psikologis hambatan kesehatan dan hambatan sosial yang lain (Chris, 2004). Dengan demikian, akses meliputi berbagai upaya penyediaan serta ketersediaan fasilitas pendukung yang dapat mengatasi berbagai hambatan para wisatawan untuk berkunjung dan berwisata di Kecamatan Karangploso. Dilihat dari aspek fisik akses, baik infrastruktur jalan, jembatan, maupun aspek fisik lainnya, dapat diketahui bahwa sisi akses fisik Kecamatan Karangploso masih relatif rendah. Apabila dilihat dari aspek sosial budaya, masyarakat Kecamatan Karangploso memiliki karakteristik yang ramah, terbuka dan tidak menampilkan kesan yang resisten terhadap para wisatawan baik lokal maupun nasional. Hal ini juga dapat dijelaskan dengan karakteristik masyarakat Malang yang demokratis, terbuka, lugas dan ramah terhadap siapapun, meskipun terhadap masyarakat pendatang yang berlatar belakang suku dan etnik yang berbeda. Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa karakteristik masyarakat cenderung terbuka terhadap para pendatang (wisatawan). Karakter tersebut tidak dapat dilepaskan dari adanya pengaruh dari luar yang bawa para wisatawan, dimana Karangploso merupakan daerah transit wisatawan yang menghubungkan wisatawan dengan destinasi lainnya seperti, Surabaya, Batu dan dan sekitarnya. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dari aspek sosial budaya, tidak terdapat hambatan akses bagi para wisatawan untuk berkunjung ke kecamatan Karangploso. Akan tetapi apabila akses dilihat dari dari aspek fisik/infrastruktur, maka masih terdapat beberapa hambatan, seperti; a. Kondisi jalan yang menghubungkan antara obyek wisata dengan jalan utama (jalan provinsi/jalan kabupaten) pada beberapa lokasi masih belum memadai. b. Lampu penerangan jalan dan obyek wisata belum ada/kurang c. Sarana transportasi; tidak ada angkutan umum (publik transportation) yang menjangkau obyek wisata tersebut d. Belum ada pusat informasi pariwisata tingkat kecamatan yang memberi segala kemudahan dan promosi kepada wisatawan yang hendak berkunjung ke kecamatan Karangploso Dengan demikian, pada komponen utama yang berupa akses (access) untuk desa wisata di Kecamatan Karangploso yang perlu dibenahi dan ditingkatkan adalah yang terkait dengan infrastruktur, antara lain jalan, lampu penerangan serta pusat informasi desa wisata.
63
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Atraksi/daya tarik (Attractions) Dalam konteks parawisata, atraksi memiliki lingkup yang sangat luas. Dimana atraksi merupakan segala sesuatu yang memiliki daya tarik bagi wisatawan dan mendorong mereka untuk berkunjung dan meluangkan waktu ke suatu tempat. Secara praktis, atraksi atau daya tarik ini dapat berupa obyek buatan maupun obyek alami. Sebagai salah satu komponen utama pariwisata, ketersediaan atraksi di Kecamatan Karangploso harus dianalisis. Berdasarkan uraian potensi pariwisata sebagaimana disampaikan di atas, maka berbagai obyek yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik pariwisata kecamatan Karangploso antara lain sebagai berikut ; 1) Wisata Religi Gunung Mujur di desa Donowarih 2) Kolam Renang Agro Kencana di Desa Donowarih 3) Komunitas Tradisional di Dusun Borogragal desa Donowarih 4) Rencana Pembangunan Rest Area 2 Ha di Desa Donowarih 5) Kesenian Tradisional Pencak Silat dan Kudalumping sejumlah 4 kelompok di desa Donowarih 6) Wisata Alam Mata Air Umbulan di Desa Donowarih 7) Kesenian Jaranan desa Tawangargo 8) Kesenian Religi Hadrah desa Tawangargo 9) Tempat Area Kemping di dusun Borogondang desa Tawangargo 10) Wisata Alam Sumber Air Sumbersari desa Tawangargo 11) Desa Tawangargo adalah sentra penanaman hortikultura terutama sayur mayur terbesar keempat di Malang setelah Kota Batu, Kecamatan Pujon, Kecamatan Poncokusumo dan desa Bocek merupakan sentra penanaman cabe besar selain kecamatan Pujon dan Kecamatan Dau 12) Rumah Pintar untuk anak-anak dan remaja usia sekolah 13) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur (BPTP) 14) Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) Berbagai daya tarik (atraksi) di Kecamatan Karangploso di atas, rata-rata masih belum dikelola dan di “package” menjadi sebuah produk wisata yang menarik bagi wisatawan. Khususnya yang terkait dengan obyek wisata alam masih perlu pembenahan dan pengemasan yang baik sehingga dapat meningkatkan daya tarik bagi para wisatawan.
Sarana Pendukung (Amenities) Secara umum sarana pendukung pariwisata (Amenities) adalah segala bentuk sarana dan prasarana yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan (Chris, 2004). Mengacu pada definisi tersebut, maka komponen utama pariwisata yang berupa sarana pendukung (amenities) memiliki peran dan dampak yang penting pada kualitas pelayanan terhadap para wisatawan. Berdasarkan uraian analisis pada kriteria desa wisata yaitu dukungan sarana dan prasarana wisata di atas, maka yang belum tersedia di kecamatan Karangploso adalah Hotel/penginapan/villa. Hal ini sangat terkait dengan konsep desa wisata yang hendak diimplementasikan, karena secara konseptual dalam konsep desa wisata (village tourism) maka wisatawan tidak menginap di 64
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
hotel/homestay, akan tetapi menginap di rumah-rumah warga dan berbaur menjadi satu dalam berbagai aktivitas setempat. Tetapi apabila konsepnya adalah wisata desa, maka wisatawan hanya berkunjung saja, kemudian mereka menginap di hotel yang berada di tempat lain maupun desa itu sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, maka di kecamatan Karangploso memungkinkan untuk dikembangkan konsep desa wisata, dimana para wisatawan menginap dan berbaur bersama masyarakat. Komunitas Tradisional di Dusun Borogragal desa Donowarih yang berada dilereng Gunung Mujur dengan ketinggian sekitar 750 m dpl memiliki panorama yang elok dan suasana masyarakat yang tradisional, terbuka dan sangat ramah. Dusun ini juga memungkinkan para wisatawan untuk terlibat langsung dengan aktivitas keseharian masyarakat setempat, misalnya mengambil air ke sumber air, membajak sawah, hingga mencari rumput untuk ternak di kebun/sawah. Dengan demikian, analisis terhadap komponen utama sarana pendukung (amenities) desa wisata di kecamatan Karangploso menunjukkan bahwa masih perlu pembenahan lebih lanjut. Antara lain pembenahan berbagai fasilitas komunikasi, rumah makan, gerai-gerai souvenir, dan berbagai fasilitas lain yang friendly bagi para wisatawan. PENUTUP Berdasarkan analisis pengembangan desa wisata di Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang dapat disimpulkan; Pertama, Kecamatan Karangploso memiliki potensi pariwisata yang dapat dikembangkan menjadi desa wisata. Potensi wisata internal terdiri atas berbagai obyek wisata yang unik dan khas, motivasi masyarakat yang tinggi, karakter masyarakat yang ramah dan terbuka serta komitmen yang tinggi dari pemerintah desa untuk mewujudkan pembentukan desa wisata. Sedangkan potensi pariwisata eksternal berupa letak stategis kecamatan Karangploso yang berada pada jalur utama wisatawan yang menghubungkan masih perlu dikenmbangkan dari kota Surabaya dan sekitarnya yang hendak menuju Kota Batu. Kedua, berdasarkan aspek atau kriteria desa wisata menunjukkan bahwa, hanya aspek kesiapan SDM masyarakat dan aspek fasilitas pendukung pariwisata yang masih perlu ditingkatkan, sedangkan aspek yang lain yaitu; daya tarik wisata, motivasi masyarakat, sarana dan prasarana, kelembagan dan ketersediaan lahan secara umum telah memadai untuk dikembangkan menjadi desa wisata. Dengan demikian, maka rekomendasi penelitian ini adalah; Pertama, inisiasi pengembangan wisata di Kecamatan Karangploso hendaknya dimulai dari tersedianya landasan hukum formil, seperti pengakomodasian desa wisata di Kecamatan Karangploso dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Kabupaten Malang, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Malang, serta Masterplan Agropolitan Kabupaten Malang. Kedua, Pemerintah Kabupaten Malang hendaknya mampu menarik banyak investor untuk pengembangan desa wisata, baik terkait langsung dengan destinasi maupun sarana prasarana dan infrastruktur. Ketiga, dilakukan optimalisasi penggalian dan pembinaan berbagai potensi wisata unggulan desa, serta 65
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 peningkatan pendidikan dan pembinaan SDM secara intensif kepada masyarakat lokal, utamanya yang terkait dengan kepariwisataan.
DAFTAR PUSTAKA Ahimsa-Putra, Heddy Shri, Arie Sujito dan Wiwied Trisnadi. 1998. Model Pariwisata Pedesaan Sebagai Alternatif Pembangunan Berkelanjutan. Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwsata Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Tidak dipublikasikan Anonimous. 2010. Profil Desa Donowarih. Malang Anonimous. 2010. Profil Desa Tawangargo. Malang Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Chadwick. 1994. Introduction To Enviromental Impact Assesment. London: UCL Press. Chris, Veitch. 2004. Access And Tourism: A Widening Agenda. United Kingdom Craig-Smith and C. French. 1994, Learning To Live With Tourism. Melbourne
French. CN, Craig-Smith And A. Collier. 1995. Principle Of Tourism. Melbourne, Australia Gartner W. C. 1996. Tourism Development: Principles, Processes and Policies, New York: John Wile Gunn C. 2002. Tourism Planning. New York: Crane Russak Inskeep, Edward. 2001. Tourism Planning for Sustainable Tourism Development. National Seminar on Sustainable Tourism Development. Jakarta. MacCannell. 1992. Empty Meeting Grounds: the Tourist Paper. London: New York Moleong, Lexy Johannes. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif.. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Nasikun. 1997. Model Pariwisata Pedesaan: Pemodelan Pariwisata Pedesaan yang Berkelanjutan. Prosising Pelatihan dan Lokakarya Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Nuryanti, Windu. 1993. Concept, Perspective and Chalenges, Makalah bagian Dari laporan Konferensi Internasional Mengenai Pariwisata Budaya, Jogjakarta. Seaton And Bennet. 1996. The Marketing Tourist Product. England: Cengage Lerning. Smith S. 1994. The Geographical Structure of Canadian Tourism, Tourism Development: Issues for a Vulnerable Industry, International Academy or the Study of Tourism, J. Aremberri and D. Butler, (editors), London, Channel View. Strauss, Anselm da Juliet Corbin. 2003. Dasar- Dasar penelitian Kualitatif: Tatalangkah dan Teknik- Teknik Teorisasi Data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 66
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta UNDP and WTO. 1981. Tourism development For Nusa Tenggara Indonesia. Indonesia Yoeti, Oka A. 2006. Pariwisata Budaya: Masalah dan Solusinya. Jakarta: Pradnya Paramita.
67