Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
ISBN: 978-602-7998-43-8 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2014
i
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I
Penanggung Jawab: Ketua Program Studi Agribisnis Universitas Trunojoyo Madura
Editor: Andrie Kisroh Sunyigono Ellys Fauziyah Mardiyah Hayati
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2014
ii
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
Katalog dalam Terbitan
Proceeding: Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, UTM Press 2014 viii + 396 hlm.; 17x24 cm
ISBN 978-602-7998-43-8
Editor:
: Andrie Kisroh Sunyigono Ellys Fauziyah Mardiyah Hayati Layouter : Taufik R D A Nugroho Cover design : Didik Purwanto Penerbit : UTM Press
* Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang PO Box. 2 Kamal Bangkalan Telp : 031-3013234 Fax : 031-3011506
iii
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 KATA PENGANTAR KETUA PANITIA Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh Bismillahirrohmanirrohim Segala puji kami panjatkan ke hadapan Illahi atas terselenggaranya Seminar Nasional “Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I” Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura pada tanggal 21 Mei 2014. Seminar ini merupakan seminar yang diselenggarakan secara mandiri oleh Program Studi Agribisnis untuk pertama kalinya dan direncanakan dilakukan secara rutin tiap tahun. Tujuan diselenggarakannya seminar ini adalah untuk: 1) Memberikan rekomendasi kebijakan, langkah dan strategi dalam upaya pengembangan sektor agribisnis yang terkait erat dengan wilayah perdesaan, 2) Memberikan wadah untuk berbagi pengalaman dan tukar menukar ide bagi semua stakeholder terkait baik akademisi, pelaku bisnis dan pemerintah, 3) Menumbuhkan komitmen bersama dalam pengembangan sektor agribisnis yang bertitik tumpu pada wilayah perdesaan dalam upaya mencapai visi pembangunan pertanian. Selanjutnya, pada akhir seminar diharapkan tergalang sinergi untuk meningkatkan mutu dan dayaguna penelitian dan dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang berwenang dalam pengambilan kebijakan. Makalah kunci disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, MS selaku Guru Besar Universitas Brawijaya Malang, dan makalah utama oleh Dr.Ir. Agus Wahyudi, SE; MM (Badan Pengembangan Wilayah Suramadu/BPWS), Andrie Kisroh Sunyigono, PhD selaku Pakar Ekonomi Pertanian Universitas Trunojoyo Madura dan. Dr. Sitti Aida Adha Taridala, SP, M.Si sebagai pemakalah terbaik dari Universitas Halu Uleo. Disamping itu terdapat makalah penunjang bersumber dari berbagai instansi/lembaga penelitian seperti BPTP antara lain dari Bogor dan Jawa Timur, Loka Penelitian Sapi Potong Pasuruan, serta Perguruan Tinggi dari berbagai wilayah seperti Jakarta, Gorontalo, Bandung, Tegal, Surabaya, Malang dan Madura. Topik-topik yang disajikan sangat bervariasi, secara garis besar terhimpun ke dalam 4 bidang yakni agribisnis, sosiologi, nilai tambah dan sosial ekonomi. Terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusi utamanya PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO). Akhirnya selamat mengkaji makalah-makalah di prosiding ini. Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatu Bangkalan, Juni 2014. Ketua Panitia,
Ihsannudin, MP.
iv
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KETUA PANITIA ................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
AGRIBISNIS MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN PERMASALAHANNYA .................................. 3 P. Julius F. Nagel TANGGAPAN KONSUMEN TERHADAP ECO-LABEL PADA PRODUK PERTANIAN ............................................................................................................... 14 Joko Mariyono PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP STRATEGI BERSAING DAN KINERJA PERUSAHAAN ................ 21 Hary Sastrya Wanto, Ruswiati Suryasaputra PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL UNTUK PENINGKATAN SEKTOR PERTANIAN .............................................................................................. 32 Renny Oktafia PENINGKATAN MUTU BUAH APEL SEPANJANG RANTAI PASOK DARI PASCAPANEN SAMPAI DISPLAY SUPER MARKET ............................... 41 I Nyoman Sutapa, Jani Rahardjo, I Gede Agus Widyadana, Elbert Widjaja ANALISIS PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG ................... 57 Selamet Joko Utomo RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR UTAMA KECAMATAN GALIS KABUPATEN PAMEKASAN ............................................ 68 Lilis Suryani, Aminah H.M Ariyani KELAYAKAN EKONOMI USAHA GARAM RAKYAT DENGAN TEKNOLOGI MADURESSE BERISOLATOR ......................................................... 83 Makhfud Efendy, Ahmad Heryanto STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PLINTIR PISANG DI KECAMATAN ARJASA KEPULAUAN KANGEAN ............................................. 107 Mu’awana, Taufik Rizal Dwi Adi Nugroho
SOSIOLOGI RELASI AKTOR DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PRODUK TERRA (TERONG RAKYAT) ................................................................. 121 Titis Puspita Dewi, Mohammad Asrofin, Erwin Merawati, Ali Imron v
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 PERLUNYA KECUKUPAN BAHAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SECARA NASIONAL ........................................ 133 Isbandi dan S.Rusdiana RELASI SEGI TIGA SISTEM KREDIT DALAM MASYARAKAT PERDESAAN STUDI KASUS DI DESA MAJENANG, KECAMATAN KEDUNGPRING, KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR .......................... 146 Indah Rusianti, Faridatus Sholihah, Arini Nila Sari DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI PEMBANGUNAN AGROPOLITAN DI DESA NGRINGINREJO, KECAMATAN KALITIDU, KABUPATEN BOJONEGORO .......................................................................................................... 159 Alifatul Khoiriyah, Santi Yuli Hartika, Yunny Noevita Sari, dan Ali Imron PEMANFAATAN PERAN MODAL SOSIAL PADA PEKERJA SEKTOR INFORMAL PEREMPUAN (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Perempuan Di Kota Malang) .............................................................................................................. 168 Ike Kusdyah Rachmawati PROGRAM AKSI MEDIA KOMUNITAS PEDESAAN BAGI WARGA KEPULAUAN TIMUR MADURA SEBAGAI SARANA PENINGKATAN AKSES, KETERBUKAAN INFORMASI, DAN PEMBERDAYAAN PUBLIK ..... 181 Surokim, Teguh Hidayatul Rachmad MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI PROVINSI GORONTALO ........................................................................................ 194 Mohamad Ikbal Bahua
NILAI TAMBAH PENERAPAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN WORTEL ...... 213 Yurida Ekawati, Surya Wirawan Widiyanto PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS JAGUNG DI KABUPATEN BANGKALAN .................................................................................. 224 Weda Setyo Wibowo, Banun Diyah Probowati, Umi Purwandari STRATEGI PENGUATAN POSISI TAWAR PETANI KENTANG MELALUI PENGUATAN KELEMBAGAAN ............................................................................ 234 Ana Arifatus Sa’diyah dan Dyanasari INOVASI TEKNOLOGI SAPI POTONG BERBASIS MANAJEMEN BUDIDAYA DAN REPRODUKSI MENUJU USAHATANI KOMERSIAL .......... 250 Jauhari Efendy
vi
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
POTENSI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI PELUANG BISNIS PUPUK ORGANIK DAN PAKAN TERNAK ......................................................................... 258 Jajuk Herawati, Yhogga Pratama Dhinata, Indarwati UJI KELAYAKAN PENGOLAHAN SERBUK INSTAN BEBERAPA VARIETAS JAHE DALAM UPAYA MENINGKATKAN NILAI EKONOMI ...... 270 Indarwati, Jajuk Herawati, Tatuk Tojibatus, Koesriwulandari POTENSI CACING TANAH SEBAGAI PELUANG BISNIS ................................. 280 Yhogga Pratama Dhinata, Jajuk Herawati, Indarwati PEMBUATAN DAGING TIRUAN MURNI (MEAT ANALOG) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK .......................................... 290 Sri Hastuti STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN USAHATANI TEBU DI MADURA301 Miellyza Kusuma Putri, Mokh Rum STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK DI KABUPATEN BANGKALAN .................................................................................. 312 Iffan Maflahah
SOSIAL EKONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PEKARANGAN MELALUI PROGRAM KRPL DI PUHJARAK, KEDIRI ................................................................................ 331 Kuntoro Boga Andri dan Putu Bagus Daroini PERSEPSI PETANI TERHADAP NILAI LAHAN SEBAGAI DASAR PENETAPAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN .......... 343 Mustika Tripatmasari, Firman Farid Muhsoni, Eko Murniyanto PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI SERBA USAHA (KSU) TUNAS MAJU DI KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULONPROGO .......... 351 Eni Istiyanti, Lestari Rahayu, Supriyadi VEGETABLE CONSUMPTION PATTERN IN EAST JAVA AND BALI ............. 367 Evy Latifah, Hanik A. Dewi, Putu B. Daroini, Kuntoro B. Andri,Joko Mariyono ANALISIS DINAMIKA PERDAGANGAN BERAS DAN GANDUM DI INDONESIA ............................................................................................................... 381 Tutik Setyawati KERAGAAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI DI LOKASI PENDAMPINGAN SL-PTT KABUPATEN SAMPANG ......................................... 389 Moh. Saeri, Sri Harwanti dan Suyamto vii
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
PERSEPSI PETANI TERHADAP NILAI LAHAN SEBAGAI DASAR PENETAPAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN Mustika Tripatmasari1), Firman Farid Muhsoni2) dan Eko Murniyanto1) 1) Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo 2) Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo ABSTRAK Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan semestinya ditindaklanjuti implementasinya, dalam kenyataannya belum semua daerah melakukan. Jika tidak diwujudkan maka ketahanan pangan, khususnya beras di daerah hingga nasional akan terancam mengingat laju pengurangan lahan, pencetakan tanah sawah dan laju pertumbuhan penduduk tidak sebanding. Laju pengurangan lahan akibat alih fungsi disebabkan banyak faktor diantaranya persepsi petani terhadap lahan itu sendiri, karena itu dipandang perlu melakukan studi terkait dengan permasalahan ini. Studi yang telah dilakukan terhadap petani pada lahan yang sesuai untuk tanaman padi sawah di Kabupaten Bangkalan menunjukkan bahwa nilai lahan bagi petani sangat tinggi, namun ketidak-berdayaan petani terhadap tekanan menjadi pemicu alih fungsi dan alih kepemilikan. Tanah sawah merupakan “warisan” yang harus dipertahankan namun tingkat bersekolah formal, luas lahan 0,1-0.3 ha, sistem pengairan tadah hujan, tidak memiliki pekerjaan sampingan, pendapatan < 2 juta/bulan menjadi penyebabnya. Selain lahan sawah teknis dan setengah teknis pada tempat yang strategis, maka jika lahan tersebut harus dipertahankan untuk lahan pertanian padi sawah berkelanjutan, setelah diperhitungkan dengan kecukupan pangan dalam kurun waktu tertentu, maka diperlukan inovasi dan penguatan petani sebagai lembaga. Regulasi terhadap perlindungan lahan tersebut sangat diperlukan. Kata Kunci: Persepsi, Petani Padi Sawah, Lahan Berkelanjutan, Bangkalan FARMER’S PERCEPTION OF LAND VALUE AS THE BASIC OF DETERMINING WET RICE FIELD SUSTAINABILITY ABSTRACT According to the wet rice field sustainability (The law number 41 2009) and food agriculture area sustainability (Government Regulations number 1 2011), they should be followed up their implementation. In fact, all districts have not done those two programs. If they do not be implemented, food sustainability, especially rice sustainability from district level through national level will be threatened due to land reduction rate, a number of wet rice field, and the population growth rate are not proportional. The land reduction rate caused by land shifting is influenced by farmer’s perception. It is neccessary to do research concerned in those problems. Many studies on the land that appropriate for rice have been done especially in Bangkalan district showed that the productivity of rice was high. Unfortunately, economic presure to the farmer become a trigger of function and ownership shifting. The study produces some results as follows. The wet rice field is part of heritage that must be kept. The area of land ownership is around 0,1 – 0,3 hectares. Most of farmers have low formal education. The irigation uses rain reservoir system. The farmers have no side job. Their income less than IDR 2 million each month. If the land has to be maintained for the wet 343
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 rice field, it needs inovation and reinforcement to the farmers as an institution and also a regulation for land conservation. Keyword: Farmer’s Perception, Wet Rice Field Sustainability, Bangkalan PENDAHULUAN Undang-Undang (UU) Nomor 41 tahun 2009 tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Kawasan Pertanian Lahan Pangan Berkelanjutan mengatur perlunya penetapan dan perlindungan lahan untuk menjamin penyediaan pangan. Dalam PP tersebut dijelaskan bahwa daerah perlu melakukan langkah-langkah mempertahankan lahan pertanian untuk mendukung kemandirian pangan di wilayah tersebut. Selanjutnya, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2011 tentang Kriteria Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Tujuan penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan yaitu: (1) Memiliki hamparan lahan dengan luasan tertentu; (2) Menghasilkan pangan pokok dengan produksi dapat memenuhi kebutuhan pangan sebagian besar masyarakat. Kriteria lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah: (a) Merupakan hamparan lahan yang mendukung produktivitas dan efisiensi produksi dari aspek ekonomi dan social budaya masyarakat; (b) Memiliki potensi teknis dan kesesuaian lahan sangat sesuai, sesuai, atau agak sesuai untuk tanaman pangan, dengan pertimbangan lereng, iklim, sifat fisik, kimia, dan biologi tanah; (c) Didukung infrastruktur dasar; (d) Sudah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan, dengan pertimbangan produktivitas, intensitas pertanaman, ketersedian air, konservasi, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Dibentuknya perundang-undangan ini dilatar-belakangi adanya laju alih fungsi lahan yang makin tinggi dari waktu ke waktu. Alih fungsi lahan sering dipicu adanya persepsi bahwa usaha dalam bidang pertanian sudah tidak dapat menjanjikan untuk menopang kehidupan petani. Sumberdaya manusia (petani) yang bekerja di sector pertanian mencapai 46.7 juta jiwa, jumlah ini setara dengan 44% dari total angkatan kerja. Namun demikian kapasitas yang dimiliki petani terhadap lahan sangat sempit (0.1 – 0.3 ha) (BPS, 2010). Kaitannya dengan ketahanan pangan, keadaan tersebut dapat dikatakan potensial sebagai basis sehingga perlu memperoleh perhatian yang sungguh-sungguh. Untuk mendukung kebijakan tersebut maka membantu memetakan lahan-lahan yang sesuai untuk tanaman pangan mendesak dilakukan (Muhsoni dan Murniyanto, 2013). Lahan merupakan faktor produksi sehingga menentukan produktivitas lahan yang dihasilkan. Sementara itu lahan juga merupakan “pusaka” bagi sementara orang. Dengan lahan, status sosial manusia menjadi berbeda. Pembedaan status menimbulkan atribut tuan tanah, petani, buruh tani, kaya dan miskin. Betapa pentingnya fungsi lahan maka lahan dijadikan dalam peribahasa “sadumuk bathuk sanyari bumi”. Lahan sawah pada umumnya diusahakan untuk tanaman padi. Frekuensi penanaman padi pada lahan sawah antara lain tergantung kepada ketersediaan air pengairan. Berkaitan dengan ini maka dikenal sawah teknis, setengah teknis, sederhana dan tadah hujan. Pembedaan ini mengakibatkan nilai lahan menjadi berbeda, lahan sawah teknis mempunyai nilai paling tinggi dibanding lainnya dan sawah tadah hujan 344
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
mempunyai nilai paling rendah. Insfrastruktur lainnya, seperti jalan, juga berpengaruh terhadap nilai lahan. Keberadaan lahan sawah di pinggir jalan mempunyai nilai lebih tinggi dibanding tanpa jalan. Namun demikian dalam kapitalisme nilai lahan tidak mempengaruhi keputusan untuk mengalih-fungsikan lahan sawah. Memahami nilai lahan sawah di era sekarang masih menjadi penting jika dikaitkan dengan perlunya perlindungan lahan dari ancaman alih fungsi. Penetapan dan perlindungan lahan sawah tidak sebatas melindungi dari pasokan lahan terhadap penyediaan dan ketahanan pangan, namun sebagai upaya pendidikan secara tidak langsung terhadap petani dan investor. Lapar lahan dapat berimplikasi terhadap stabilitas sosial, ekonomi bahkan politik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari persepsi petani terhadap nilai lahan sawah pada saat ini. METODE PENELITIAN Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan berdasarkan hasil pemodelan penetapan kesesuaian lahan pertanian untuk padi sawah dengan pendekatan Sistem Informasi Geografi (GIS). Penggunaan lahan untuk sawah, sistem irigasi dan pola aliran air permukaan serta infrastruktur jalan yang ada di Kabupaten Bangkalan dijadikan input dalam pemodelan. Dari pemodelan tersebut didapatkan 17.582,20 Ha lahan yang sangat sesuai untuk padi sawah (Gambar 1).
Gambar 1. Lahan Sangat Sesuai Untuk Padi Sawah Sebagai Lahan Pertanian Berkelanjutan di Kabupaten Bangkalan Teknik Penentuan Sampel Penentuan sampel lahan sawah, yang sekaligus digunakan sebagai responden dalam penelitian ini, dilakukan secara proporsional berdasarkan luas lahan di masingmasing kecamatan yang memiliki lahan paling sesuai, sesuai dan kurang sesuai untuk padi sawah (Gambar 2). Jumlah sampel ditetapkan sebanyak 30. 345
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Gambar 2. Peta Lokasi Titik Sampel di Kabupaten Bangkalan Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara terhadap petani pemilik lahan sawah sampel yang ditetapkan secara acak. Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang disusun secara terstruktur. Struktur pertanyaan terdiri dari identitas responden, asal usul kepemilikan lahan, peluang lahan dibagi, peluang lahan untuk fasilitas umum (fasum), peluang lahan dijual, alih fungsi lahan, harga lahan dan produktivitas lahan. Produktivitas lahan diukur dengan menimbang padi sawah yang telah dipanen dengan ubinan. Untuk menambah kelengkapan penelitian ini dihitung struktur biaya usahatani padi sawah yang dilakukan responden. Teknik Analisa Data Data yang diperoleh dari wawancara dianalisa secara diskriptif, sedangkan nilai lahan yang didekati dengan produktivitas dihitung dengan persamaan: 1 ha
Produksi (kg/ha)
= ------------ x hu Pu
Keterangan
=
Pu = petak ubinan (2.5 x 2.5 m) hu = hasil ubinan (kg gabah kering giling) nilai lahan yang didekati dengan pendapatan responden dihitung dengan persamaan: Jumlah penerimaan (Rp) Nisbah Output/Input (O/I ratio) = -------------------------------Jumlah pengeluaran (Rp)
346
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
HASIL DAN PEMBAHASAN Indentitas Petani Responden dan Asal Usul Lahan Yang Dikuasai Umur petani responden sebagian besar diatas 40 tahun, tidak sekolah formal namun berpendidikan pesantren (Tabel 1 dan 2). Pada umur ini umumnya produktivitasnya mulai menurun, namun keputusan yang diambil pada umumnya lebih mantap dibanding umur dibawahnya sekalipun pendidikannya rendah. Keputusan yang diambil didasarkan pada pengalaman yang dimiliki selama melakukan usahatani. No 1 2 3
Tabel 1. Umur Petani Responden Umur (tahun) Frekuuensi < 25 1 25 - 40 7 >40 22
Persentase 3.33 23.33 63.34
Tabel 2. Pendidikan Formal Petani Responden No Uraian Frekuensi Persentase 1 Tidak sekolah 22 73.33 2 Tamat SR/SD/MI 4 13.33 3 Tamat SLTP 2 6.63 4 Tamat SLTA 2 6.63 5 Tamat PT 0 0 Luas lahan yang dikuasai paling banyak seluas 0.1 – 0.3 ha, kemudian 0.3 – 1.0 ha dan < 0.1 ha, sedangkan > 1.0 ha hanya 6.67%. Lahan-lahan yang dikuasai berasal dari warisan orang tua atau masih menjadi bagian dari lahan orang tua yang menunggu proses pembagian warisan (Tabel 3 dan 4). Luas lahan tersebut cenderung menurun ditinjau dari penguasaan lahan per rumah tangga. No 1 2 3 4
Tabel 3. Luas Lahan Sawah Yang Dikuasai Petani Responden Luas lahan sawah (ha) Frekuensi Persentase < 0.1 4 13.33 0.1 – 0.3 14 46.67 0.3 – 1.0 10 33.33 >1.0 2 6.67
Tabel 4. Asal-usul Lahan Sawah Yang Dikuasai Petani Responden No Asal-usul lahan Frekuensi Persentase 1 Warisan 19 63.33 2 Bagi hasil 5 16.67 3 Membeli 6 20.00 Jumlah tanggungan keluarga paling besar antara 4 – 7 orang (Tabel 5). Jumlah tersebut terdiri istri, anak dan orang tua. Curahan tenaga terhadap usahatani yang dilakukan cenderung efektif.
347
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
No 1 2 3
Tabel 5. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden Jumlah Frekuensi Persentase <3 1 3.33 4-7 20 66.67 >8 9 30.00
Produktivitas dan Analisa Finansial Padi Sawah Produktivitas ubi-ubian sebanyak 7.103 ton/ha gabah kering panen, sedangkan produktivitas nyata sebanyak 4.039 ton/ha gabah kering giling. Keadaan ini terjadi oleh akibat perbedaan kadar air biji, konversi galengan, kehilangan penanganan lepas panen dan tingkat kebersihan biji. Keuntungan yang diperoleh petani responden sebanyak Rp. 5703432.92,- sekali dalam proses produksi. Apabila umur padi sawah sejak pesemaian hingga panen selama 4 (empat) bulan maka rata-rata pendapatan setiap bulan sebanyak Rp. 1675858.23,-/ha (Tabel 6). Usahatani menguntungkan karena rasio output input sebesar 1.53. Tabel 6. Produktivitas dan Analisa Finansial Usahatani Padi Sawah di Bangkalan Tahun 2013/2014 No Komponen Jumlah 1 Produksi (kg/ha) 7103 2 Penerimaan (Rp) 16527208.08 3 Pengeluaran (Rp) 9823775.16 4 Keuntungan (Rp) 6703432.92 5 Output/Input Rasio 1.53 Pendapatan tersebut lebih rendah jika dibanding pada usahatani yang sama di Jember. Beberapa lahan sawah di Jember menghasilkan pendapatan sebanyak Rp. 9750000 – 12960000,-/ha (Ernawanto dkk. 2012). Tingkat harga, kesuburan tanah, iklim dan inovasi yang diterapkan pada masing-masing usahatani tersebut diduga menjadi penyebab perbedaan pendapatan yang diperoleh. Inovasi yang sesuai untuk kondisi lingkungan dan benih dimungkinkan untuk meningkatkan produksi. Persepsi Petani Terhadap Lahan Persepsi petani terhadap lahan yang didekati dari 5 aspek yang lain menunjukkan bahwa lahan akan dibagikan kepada anaknya karena itu tidak akan dijual. Manakala lahan akan digunakan untuk fasilitas umum tentu harus didasarkan kepada rencana tata ruang wilayah yang ada. Petani mempunyai keyakinan tidak akan terjadi alih fungsi lahan karenanya petani tidak memperhatikan harga tanah (Tabel 7). No 1
Tabel 7. Persepsi Petani Responden terhadap Lahan Persepsi petani Frekuensi Persentase Pembagian lahan yang dikuasai Lahan dikuasai sendiri 0 0.00 Lahan dibagi kepada saudaranya 3 10.00 Lahan dibagi kepada anaknya 27 90.00 Jumlah 30 100.00 348
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 2
Penggunaan lahan untuk fasilitas umum Tidak akan terjadi pada lahan yang dikuasai Peluang untuk fasum tergantung rencana tata ruang wilayah Peluang untuk fasum sangat besar Jumlah
3
Mei, 2014
7
23.33
21
70.00
2
6.67
30
100.00
Penjualan lahan yang dikuasai Tidak akan dijual 24 80.00 Tergantung pemilik lahan di 5 16.67 lingkungan dan kebutuhannya Dijual jika harga dipandang sudah 1 3.33 tinggi Jumlah 30 100.00 4 Alif fungsi lahan sehamparan Tidak terjadi alih fungsi lahan 19 63.33 Terjadi namun sangat lambat 7 23.33 Terjadi sangat cepat 4 13.33 Jumlah 30 100.00 5 Harga lahan sehamparan Harga ditetapkan berdasarkan 9 30.00 permintaan tanpa memperhatikan luasan Harga ditetapkan berdasarkan 8 26.67 prospek lahan Harga ditetapkan satuan lahan 13 43.33 (m2) Jumlah 30 100.00 Lahan sawah yang cenderung akan dibagi kepada anaknya berhubungan dengan asal usul lahan. Perolehan lahan dari warisan mendorong dilakukannya tindakan yang sama kepada keturunannya karena itu upaya mempertahankan lahan tetap berada dalam kekuasaannya senantiasa dilakukan, sadumuk bathuk sanyari bumi. Kondisi ini pula yang mendorong petani untuk mengembalikan kepada rencana tata ruang wilayah apabila lahan akan diperuntukkan bagi kepentingan umum. Persepsi petani terhadap tidak terjadinya alih fungsi lahan disebabkan letak lahan sawah yang jauh dari “keramaian”, sekalipun demikian pemahaman petani terhadap sistem penjualan lahan dari tanpa memperhatikan luasan, luasan hingga satuan meter merupakan kemajuan. Pemahaman terhadap nilai lahan sangat diperlukan agar petani lebih kuat dalam mempertahankan penguasaan lahan sawah yang dilakukan. Penguatan kelembagaan petani ini dapat dilakukan melalui kelembagaan petani yang telah ada di masyarakat. 349
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 Regulasi juga diperlukan dalam melindungi perkembangan pembangunan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan lahan. SIMPULAN Berdasarkan identitas petani responden, asal usul lahan, produktivitas dan analisa financial padi sawah serta persepsi petani terhadap lahan maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Petani-petani yang mempunyai lahan pertanian sesuai untuk padi sawah pada umumnya telah berusia > 40 tahun, berpendidikan sangat rendah dengan tanggungan keluarga 4-7 orang. 2) Penguasaan lahan sawah oleh petani seluas 0.1-0.3 ha, berasal dari warisan, dengan produktivitas nyata sebanyak 4039 ton/ha dan pendapatan usahatani sebanyak Rp. 1675858.23,-/ha. 3) Persepsi petani terhadap lahan pada umumnya menjadikan lahan sebagai “pusaka” yang harus dipertahankan secara turun temurun. Pemahaman petani terhadap nilai tanah makin meningkat, meskipun demikian tidak ada keinginan menjual. Apabila digunakan untuk fasilitas umum maka akan dikembalikan kepada pengaturan tata ruang yang menjadi tanggung jawab pemerintah. DAFTAR PUSTAKA Ernawanto, Q.D, Noeriwan B.S. dan S. Humaida. 2012.Produktivitas Padi Varietas Inpari 13 dan Ciherang Pada Berbagai Agroekologi Lahan Sawah Irigasi. Makalah disampaikan dalam Seminar Kedaulatan Pangan dan Energi di UTM, Juni 2012. Muhsoni, F.F., Murniyanto, E. 2013. Pemetaan Kesesuaian Lahan Tanaman Pangan Padi di Kabupaten Bangkalan dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur. Surabaya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Peraturan Manteri Pertanian Nomor 41/Permentan/OT.140/9/2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
350