Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
ISBN: 978-602-7998-43-8 PROSIDING SEMINAR NASIONAL
AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2014
i
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I
Penanggung Jawab: Ketua Program Studi Agribisnis Universitas Trunojoyo Madura
Editor: Andrie Kisroh Sunyigono Ellys Fauziyah Mardiyah Hayati
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2014
ii
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
Katalog dalam Terbitan
Proceeding: Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, UTM Press 2014 viii + 396 hlm.; 17x24 cm
ISBN 978-602-7998-43-8
Editor:
: Andrie Kisroh Sunyigono Ellys Fauziyah Mardiyah Hayati Layouter : Taufik R D A Nugroho Cover design : Didik Purwanto Penerbit : UTM Press
* Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang PO Box. 2 Kamal Bangkalan Telp : 031-3013234 Fax : 031-3011506
iii
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 KATA PENGANTAR KETUA PANITIA Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh Bismillahirrohmanirrohim Segala puji kami panjatkan ke hadapan Illahi atas terselenggaranya Seminar Nasional “Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I” Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura pada tanggal 21 Mei 2014. Seminar ini merupakan seminar yang diselenggarakan secara mandiri oleh Program Studi Agribisnis untuk pertama kalinya dan direncanakan dilakukan secara rutin tiap tahun. Tujuan diselenggarakannya seminar ini adalah untuk: 1) Memberikan rekomendasi kebijakan, langkah dan strategi dalam upaya pengembangan sektor agribisnis yang terkait erat dengan wilayah perdesaan, 2) Memberikan wadah untuk berbagi pengalaman dan tukar menukar ide bagi semua stakeholder terkait baik akademisi, pelaku bisnis dan pemerintah, 3) Menumbuhkan komitmen bersama dalam pengembangan sektor agribisnis yang bertitik tumpu pada wilayah perdesaan dalam upaya mencapai visi pembangunan pertanian. Selanjutnya, pada akhir seminar diharapkan tergalang sinergi untuk meningkatkan mutu dan dayaguna penelitian dan dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang berwenang dalam pengambilan kebijakan. Makalah kunci disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, MS selaku Guru Besar Universitas Brawijaya Malang, dan makalah utama oleh Dr.Ir. Agus Wahyudi, SE; MM (Badan Pengembangan Wilayah Suramadu/BPWS), Andrie Kisroh Sunyigono, PhD selaku Pakar Ekonomi Pertanian Universitas Trunojoyo Madura dan. Dr. Sitti Aida Adha Taridala, SP, M.Si sebagai pemakalah terbaik dari Universitas Halu Uleo. Disamping itu terdapat makalah penunjang bersumber dari berbagai instansi/lembaga penelitian seperti BPTP antara lain dari Bogor dan Jawa Timur, Loka Penelitian Sapi Potong Pasuruan, serta Perguruan Tinggi dari berbagai wilayah seperti Jakarta, Gorontalo, Bandung, Tegal, Surabaya, Malang dan Madura. Topik-topik yang disajikan sangat bervariasi, secara garis besar terhimpun ke dalam 4 bidang yakni agribisnis, sosiologi, nilai tambah dan sosial ekonomi. Terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusi utamanya PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO). Akhirnya selamat mengkaji makalah-makalah di prosiding ini. Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatu Bangkalan, Juni 2014. Ketua Panitia,
Ihsannudin, MP.
iv
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KETUA PANITIA ................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
AGRIBISNIS MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN PERMASALAHANNYA .................................. 3 P. Julius F. Nagel TANGGAPAN KONSUMEN TERHADAP ECO-LABEL PADA PRODUK PERTANIAN ............................................................................................................... 14 Joko Mariyono PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP STRATEGI BERSAING DAN KINERJA PERUSAHAAN ................ 21 Hary Sastrya Wanto, Ruswiati Suryasaputra PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL UNTUK PENINGKATAN SEKTOR PERTANIAN .............................................................................................. 32 Renny Oktafia PENINGKATAN MUTU BUAH APEL SEPANJANG RANTAI PASOK DARI PASCAPANEN SAMPAI DISPLAY SUPER MARKET ............................... 41 I Nyoman Sutapa, Jani Rahardjo, I Gede Agus Widyadana, Elbert Widjaja ANALISIS PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI LOKAL KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG ................... 57 Selamet Joko Utomo RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR UTAMA KECAMATAN GALIS KABUPATEN PAMEKASAN ............................................ 68 Lilis Suryani, Aminah H.M Ariyani KELAYAKAN EKONOMI USAHA GARAM RAKYAT DENGAN TEKNOLOGI MADURESSE BERISOLATOR ......................................................... 83 Makhfud Efendy, Ahmad Heryanto STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PLINTIR PISANG DI KECAMATAN ARJASA KEPULAUAN KANGEAN ............................................. 107 Mu’awana, Taufik Rizal Dwi Adi Nugroho
SOSIOLOGI RELASI AKTOR DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PRODUK TERRA (TERONG RAKYAT) ................................................................. 121 Titis Puspita Dewi, Mohammad Asrofin, Erwin Merawati, Ali Imron v
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 PERLUNYA KECUKUPAN BAHAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SECARA NASIONAL ........................................ 133 Isbandi dan S.Rusdiana RELASI SEGI TIGA SISTEM KREDIT DALAM MASYARAKAT PERDESAAN STUDI KASUS DI DESA MAJENANG, KECAMATAN KEDUNGPRING, KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR .......................... 146 Indah Rusianti, Faridatus Sholihah, Arini Nila Sari DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI PEMBANGUNAN AGROPOLITAN DI DESA NGRINGINREJO, KECAMATAN KALITIDU, KABUPATEN BOJONEGORO .......................................................................................................... 159 Alifatul Khoiriyah, Santi Yuli Hartika, Yunny Noevita Sari, dan Ali Imron PEMANFAATAN PERAN MODAL SOSIAL PADA PEKERJA SEKTOR INFORMAL PEREMPUAN (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Perempuan Di Kota Malang) .............................................................................................................. 168 Ike Kusdyah Rachmawati PROGRAM AKSI MEDIA KOMUNITAS PEDESAAN BAGI WARGA KEPULAUAN TIMUR MADURA SEBAGAI SARANA PENINGKATAN AKSES, KETERBUKAAN INFORMASI, DAN PEMBERDAYAAN PUBLIK ..... 181 Surokim, Teguh Hidayatul Rachmad MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI PROVINSI GORONTALO ........................................................................................ 194 Mohamad Ikbal Bahua
NILAI TAMBAH PENERAPAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN WORTEL ...... 213 Yurida Ekawati, Surya Wirawan Widiyanto PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS JAGUNG DI KABUPATEN BANGKALAN .................................................................................. 224 Weda Setyo Wibowo, Banun Diyah Probowati, Umi Purwandari STRATEGI PENGUATAN POSISI TAWAR PETANI KENTANG MELALUI PENGUATAN KELEMBAGAAN ............................................................................ 234 Ana Arifatus Sa’diyah dan Dyanasari INOVASI TEKNOLOGI SAPI POTONG BERBASIS MANAJEMEN BUDIDAYA DAN REPRODUKSI MENUJU USAHATANI KOMERSIAL .......... 250 Jauhari Efendy
vi
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
POTENSI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI PELUANG BISNIS PUPUK ORGANIK DAN PAKAN TERNAK ......................................................................... 258 Jajuk Herawati, Yhogga Pratama Dhinata, Indarwati UJI KELAYAKAN PENGOLAHAN SERBUK INSTAN BEBERAPA VARIETAS JAHE DALAM UPAYA MENINGKATKAN NILAI EKONOMI ...... 270 Indarwati, Jajuk Herawati, Tatuk Tojibatus, Koesriwulandari POTENSI CACING TANAH SEBAGAI PELUANG BISNIS ................................. 280 Yhogga Pratama Dhinata, Jajuk Herawati, Indarwati PEMBUATAN DAGING TIRUAN MURNI (MEAT ANALOG) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK .......................................... 290 Sri Hastuti STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN USAHATANI TEBU DI MADURA301 Miellyza Kusuma Putri, Mokh Rum STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK DI KABUPATEN BANGKALAN .................................................................................. 312 Iffan Maflahah
SOSIAL EKONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PEKARANGAN MELALUI PROGRAM KRPL DI PUHJARAK, KEDIRI ................................................................................ 331 Kuntoro Boga Andri dan Putu Bagus Daroini PERSEPSI PETANI TERHADAP NILAI LAHAN SEBAGAI DASAR PENETAPAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN .......... 343 Mustika Tripatmasari, Firman Farid Muhsoni, Eko Murniyanto PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI SERBA USAHA (KSU) TUNAS MAJU DI KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULONPROGO .......... 351 Eni Istiyanti, Lestari Rahayu, Supriyadi VEGETABLE CONSUMPTION PATTERN IN EAST JAVA AND BALI ............. 367 Evy Latifah, Hanik A. Dewi, Putu B. Daroini, Kuntoro B. Andri,Joko Mariyono ANALISIS DINAMIKA PERDAGANGAN BERAS DAN GANDUM DI INDONESIA ............................................................................................................... 381 Tutik Setyawati KERAGAAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI DI LOKASI PENDAMPINGAN SL-PTT KABUPATEN SAMPANG ......................................... 389 Moh. Saeri, Sri Harwanti dan Suyamto vii
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI PEMBANGUNAN AGROPOLITAN DI DESA NGRINGINREJO, KECAMATAN KALITIDU, KABUPATEN BOJONEGORO Alifatul Khoiriyah, Santi Yuli Hartika, Yunny Noevita Sari, dan Ali Imron Universitas Negeri Surabaya, Fakultas Ilmu Sosial, Program Studi Sosiologi
[email protected],
[email protected],
[email protected] dan
[email protected] ABSTRAK Kawasan agropolitan merupakan kawasan perdesaan yang secara fungsional merupakan kawasan dengan kegiatan utama adalah sektor pertanian.Suatu kawasan dapat dikembangkan menjadi kawasan agropolitan apabila memiliki komoditas dan produk olahan pertanian unggulan, memiliki daya dukung dan potensi fisik yang baik, luas kawasan dan jumlah penduduk yang memadai, serta tersedianya dukungan sarana dan prasarana. Dalam hal ini, pembangunan wisata agropolitan kebun belimbing di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitudu, Kabupaten Bojonegoro membawa dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat terutama bagi petani belimbing. Dalam penelitian ini menggunakan metode penilitian kualitatif dengan anallisis deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena yang diperoleh dari penelitian dilapangan. Pembangunan wisata agropolitan kebun belimbing yang di bangun sejak tahun 2005 hingga sekarang mengalami perkembangan sejak dibangunnya wisata Bendungan Gerak pada tahun 2012 di Desa Ngringinrejo, KecamaanKalitidu, Kabupaten Bojonegoro. Dampak sosial ekonomi dari pembangunan agropolitan tersebut adalah peningkatan perekonomian dan kesejahteraan bagi petani belimbing yang berada di area wisata agropolitan. Tetapi, pembangunan juga menimbulkan dampak negatif yaitu timbulnya kesenjangan sosial dan ekonomi bagi petani belimbing yang kebunnya berada diluar wisata agropolitan tersebut. Kata kunci: Agropolitan, Dampak Sosial Ekonomi, Pembangunan. SOCIO AND ECONOMICS IMPACT OF AGROPOLITAN DEVELOPMENT AT NGRINGINREJO VILLAGE OF KECAMATAN KALITIDU, KABUPATEN BOJONEGORO ABSTRACT Agropolitan a rural area is an area that is functionally the main activity is agriculture. An area can be developed into agropolitan if it has processed agricultural commodities and products featured, has a carrying capacity and good physical potential, a broad area and population are adequate, and the availability of support facilities and infrastructure. In this case, the construction of the garden tour Agropolitan leatherback Ngringinrejo Village, District Kalitudu, Bojonegoro social and economic impact for the community, especially for starfruit farmers.In this study using qualitative research methods with a descriptive analysis that aims to depict or describe phenomena gained from research in the field. Agropolitan tourism development in the wake of star fruit orchard since 2005 until now had been developed since the construction of Bendung Gerak in 2012 in the village of Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro. Socioeconomic impacts of the development Agropolitan is economic development and 159
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 prosperity for farmers leatherback are in the tourist area Agropolitan. However, development also have negative impacts, namely the emergence of social and economic inequality for star fruit growers whose farms are located outside the tourist Agropolitan. Keywords: Agropolitan, Socio-Economic Impacts, Development PENDAHULUAN Globalisasi ekonomi telah mendorong kondisi perekonomian menjadi semakin komplek dan kompetitif sehingga menuntut tingkat efisiensi usaha yang tinggi, yang mengharuskan orientasi pembangunan pertanian dirubah dari orientasi produksi kearah orientasi peningkatan pendapatan petani. Guna mendukung perubahan orientasi pembangunan pertanian ini pendekatan pembangunan pertanian tidak lagi melalui pendekatan usahatani melainkan melalui Pendekatan agribisnis.Pengertian agribisnis dalam arti sempit adalah perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. (http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/1014_pp0911180.pdf, diakses pada 2/4/2014,). Dalam perkembangannya pedekatan agrobinis kini mulai merambah ke pendekatan agro politan. Agropolitan adalah merupakan bentuk pembangunan yang memadukan pembangunan pertanian (sektor basis di perdesaan) dengan sektor industri yang selama ini secara terpusat dikembangkan di kota-kota tertentu saja.Konsep agropolitan dikemukakan oleh Friedman dan Douglass (1975) adalah suatu konsep pengembangan perdesaan yang didasarkan pada potensi wilayah desa itu sendiri. Konsep agropolitan merupakan suatu konsep pengembangan wilayah yang muncul dari permasalahan adanya ketimpangan pembangunan wilayah antara kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dengan wilayah perdesaan sebagai pusat kegiatan pertanian yang tertinggal. (Rustiadi dan Pranoto,2007). (http://digilib.its.ac.id/public/ITSUndergraduate-7712-3605100014-bab%201.pdf, diakses pada 2/4/2014). Konsep argopolitan diharapakan untuk meningkatkan daya saing komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah,serta mampu ikut meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Disamping itu usaha pengembangan jenis buah-buahan yang banyak pesaingnya diarahkan untuk meningkatkan mutu dengan mencari varietas baru yang lebih unggul. Mengacu pada buah tropis yang sedikit pesaingnya, komoditas belimbing mempunyai propek pengembangan dan pasar yang sangat potensial, mengingat penyebarannya yang luas diberbagai wilayah, harga yang terjangkau oleh masyarakat serta mempunyai nilai gizi yang baik disamping digemari oleh berbagai lapisan masyarakat.Selain dari itu ditinjau dari segi ekonomis, pengusahaan belimbing cukup menguntungkan serta mempunyai propek pasar yang baik mengingat segmen pasar yang luas dari berbagai stratifikasi lapisan masyarakat.Dalam sistem ketahanan pangan, kedudukan tanaman bahan untuk makanan atau pangan (padi, palawija, sayur – sayuran dan buah buahan) paling krusial jika dibandingkan dengan subsektor pertanian lainnya seperti holtikultura, peternakan, perikanan, kelautan maupun kehutanan (Tambunan, Tulus,2010: 323). Oleh karena itu tidak mengherankan apabila minat masyarakat untuk mengembangkan belimbing sangat besar. 160
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
Kabupaten Bojonegoro merupakan kabupaten yang mengandalkan sektor pertaniannya dan pertambangannya dalam pengembangan ekonomi wilayahnya. Namun perkembangan zaman yang semakin maju kini tidak hanya komoditas pertanian seperti padi dan tembakau saja yang dikembangkan, tetapi sektor pertaniannya lain yang berupa perkebunan juga dikembangkan untuk menunjang perekonomian Bojonegoro. Seperti halnya perkebunan belimling yang ada di daerah Kecamatan Kalitidu, tepatnya berada di desa Ngringinrejo, perkebunan jambu merah yang ada di kawasan desa Mayang Geneng Kecamatan Kalitidu, dan Perkebunan salak Yang ada di desa Wedi, Kecamatan Kapas. Kacamatan Kalitidu yang berkembang menjadi kecamatan yang memiliki Sumber daya alam yang begitu melimpah dalam sektor pertambangan, pertanian dan pariwata.Seperti pembangunan Bendungan Gerak di desa Ngeringi Rejo mendorong pariwisata Kebun Belimbing mengalami pembangun yang cukup besar.Sebelum menanam belimbing, para petani menananm padi, kedelai, dan jagung. Tetapi akibat kondisi lahan pertanian yang berada di sebelah sungai Bengawan Solo mengakibatkan lahan pertanian ini selalu terkena banjir setiap tahunnya dan para petani selalu mengalami gagal panen dari keadaan ini mendorong petani untuk mencari jalan keluar yaitu dengan cara menanam belimbing. Kejenuhan petani akibat kegagalan panen dan masih bergantung pada tanaman padi, jagung, ataupun kedelai telah mendorong untuk mencoba mencari jalan keluar. Dalam hal ini ada tiga alternatif yang mereka tempuh, yaitu (a) beralih ke tanaman pasar (Cash-crop), (b) mencoba memasuki non pertanian (0ff farm), dan (c) melakukan migrasi (Sadewo, FX Sri, 2009:21). Dalam hal ini petani yang ada di Desa Ngringinrejo, beralih ketananan pasar yaitu belimbing.Pemasaran belimbing pada awalnya di jual di pasar-pasar dan sekarang setelah dibangunnya agropolitan belimbing tersebut hanya dijual diwisata saja.Keputusan penanaman belimbing juga didasarkan karena belimbing merupakan tanaman yang tahan bencana.Jadi meskipun terkena banjir tanaman tersebut tidak mati dan tetap berproduksi. Namun dalam pembangunan wisata perkebunan Belimbing ini masalah yaitu kesenjangan sosial antar petani Belimbing. Dapat di lihat ketimpangan yang terjadi yaitu pembangunan yang tidak merata di kawasan wisata perkebunan belimbing. Dari pembangunan yang berada di depan dan di pojok perkebunan sangat terlihat mencolok. Didepan perkebunan di bangaun berbagai falitas yang memadai guna menunjang wisatawan untuk menikamti wisata perkebunan belimbing, namun apabila menengok lebih jauh pembangunan ini belum mengarah sampai kedalam perkebunan, sehingga hal ini mengalami kesenjangan sosial para petani belimbing ini menjadi masalah yang perlu penilitian yang dalam untuk memahami permasalah ini. Melalui alternatif konsep pengembangan wilayah yang potensial untuk diterapkan di wilayah Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu adalah melalui konsep agropolitan. Pengembangan kawasan agropolitan di Wilayah desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu ini diharapkan dapat lebih mengoptimalkan sektor pertanian dalam upaya
161
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 menggerakkan pertumbuhan wilayahnya melalui kegiatan pertanian yang berjalan dalam sistem dan usaha agribisnis yang terintegrasi dalam suatu sistem ruang. Perbedaan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Fokus permasalahan yang diteliti adalah pada pembanguan wisata argopolitan kebun belimbing. Mengkaji bentuk-bentuk pemngunan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk memajukan wisata argopolitan kebun belimbing.Dan mendiskripsikan kesenjangan sosial para petani belimbing, srta dampak yang di timbulkan dari pembanguan wisata argopolitan kebun belimbing. 2. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan tehnik pengambilan data secara snowball. Dari fenomena yang telah diuraikan melihat kondisi pembangunan yang di kembangakan oleh pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk wisata argo Politan kebun Belimbing, hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian secara mendalam dengan judul penelitian “Dampak Sosial dan Ekonomi Pembangunan Agropolitan Di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro.” METODE PENELITIAN Sifat Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara umum dan sistematis, sesuai dengan fakta, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena-fenomena yang akan diselidiki dalam penelitian ini. Sedangkan penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan (Sugiono,2011:205). Lokasi Dan Waktu Lokasi penelitian ini terletak di desa Ngringinrejo kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro. Kecamatan ini dahulunya merupakan sebuah kawasan pertanian. Khususnya di desa Ngeringinrejo kini mengalami perubahan dalam sektor pertaniannya yang dahulunya penduduknya sebagai petani padi, namun akibat banjir yang terjadi di Kabupaten Bojonegoro setiap tahunnya maka kini banyak dari petani padi beralih ke petani belimbing. Waktu penelitian pada tanggal 3 Maret sampai 9 April 2014. Subjek Penelitian Subjek penelitian di dalam penelitian ini terdiri dari 3 orang informan. Mereka adalah: 1. Bapak Tholkha, 44 tahun (petani belimbing di wisata agropolitan) 2. Bapak Nur, 61 tahun (petani belimbing) 3. Ibu Indah, 35 tahun (pengunjung wisata agropolitan)
162
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
Cara menentukan informan pada penelitian ini dengan menggunakan teknik purposif. Teknik purposif yang dimaksud adalah dengan menentukan sasaran informan terlebih dahulu. Teknik ini diharapkan mampu memperoleh informan yang langsung tepat sasaran karena informan yang ditentukan diprediksi telah mengetahui secara mendalam mengenai kondisi pembangunan wisata Argopolitan Kebun Belimbing di Desa Ngeringinrejo, Kecamatan kalitidu, Kabupaten Bojonegoro. Teknik Pengambilan Data Pengumpulan data secara garis besar dilakukan melalui dua cara yaitu, pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari data data yang didapat dari sumber bacaan seperti buku, internet dan berbagai macam sumber lainnya yang dapat mendukung data penelitian. Teknik Analisis Data Teknis analisis data dimulai dari memproses data dari beberapa sumber/informan yang telah terkumpul. Teknik analisis data dari penelitian ini berupa teknis analisis deskriptif, yaitu adanya gambaran-gambaran tentang kejadian-kejadian yang ada dalam penelitian ini, yang nantinya akan dilakukan analisis data dari subjek yang telah diambil dari penelitian ini kemudian data-data tersebut dihubungkan dan dijelaskan dengan teori perubahan sosial dari Stztompa. Sehingga peneliti dapat mengetahui bagaimana dampak sosial ekonomi pembangunan agropolitan di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro. HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa temuan yang dapat dikumpulkan oleh peneliti untuk kemudian dijadikan dasar dalam penelitian, akan dipaparkan pada bab ini. Bab ini akan mengulas temuan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan data sekunder yang dilakukan oleh peneliti yang berkenaan dengan dampak sosial ekonomi pada pengembangan wisata agropolitan kebun blimbing di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro. Potensi Alam Bojonegoro Melihat potensi Bojonegoro seakan tidak ada habisnya dari berbagai sektor kekayaan yang dimilikinya mulai dari sumber daya alam hingga minyak bumi yang hingga saat ini para investor asing gencar-gencarnya melakukan penanaman modal, sedangkan dari sumber kekayaan alam Bojonegoro memiliki potensi yang sangat banyak khususnya di bidang pertanian, dan hal ini tentunya membawa keuntungan dan menjadi nilai lebih dari sebagian masyarakat petani yang pada akhir-akhir ini pemerintah sedang gencar-gencarnya memprovokatori Bojonegoro sebagai lumbung pangan nasional dengan keberhasilan Bojonegoro yang berhasil dalam swasembada beras. Sehingga pada kesempatan ini masyarakat petani mengalami perkembangan pada hasil pertanian. Tidak hanya pada penanaman padi namun saat ini para petani juga mengembangkan potensi perkebunan yang pada awalnya ditanami ketela, jagung,
163
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 hingga penanaman belimbing yang berada di ngringinrejo Kabupaten Bojonegoro yang dikonsep dengan pembangunan agropolitan. Kondisi Awal Perkebunan Belimbing Pada awalnya kebun belimbing ini dipelopori oleh Mbah Nur. Mbah Nur adalah orang yang pertama kali mulai menanam pohon belimbing. Kondisi lahan persawahan yang berada tepat di sebelah sungai Bengawan Solo menyebabkan wilayah ini sering terkena banjir ketika musim hujan. Sehingga Mbah Nur menanami lahannya dengan pohon belimbing karena belimbing lebih tahan terhadap banjir sedangkan jika di tanami padi, kedelai ataupun jagung sering mengalami gagal panen. Seperti yang dijelaskan oleh beliau mengenai awal mula agropolitan ini didirikan. “dahulu di balai desa ada perkumpulan dan di dalam perkumpulan tersebut membahas tentang pertanian salah satunya membahas tentang tanaman belimbing. Dalam perkumpulan tersebut ada desa yang bernama Siwalan Kanor yang ditanami tanaman belimbing dan tanah di desa tersebut juga sama dengan kondisi tanah di Desa Nginginrejo dan juga sama-sama berada di sebelah sungai Bengawan Solo. Salah satu petani belimbing (H. Suwondo) di Desa Siwalan tersebut menanam 60 pohon belimbing dan sudah 3 tahun uang hasil dari panen belimbing dapat digunakan untuk pergi haji. Kemudian setelah perkumpulan, saya mencoba membuktikan ke desa tersebut dan ternyata informasi tersebut benar”. Dari kesuksesan Mbah Nur tersebut akhirnya para warga yang lain juga ikut menanami lahan mereka, Menanam kebun belimbing menurut informan sangat menguntungkan karena belimbing panennya terus sepanjang tahun. Ketika musim hujan tidak berpengaruh terhadap produktivitas buah belimbing tetapi, ketika musim hujan tiba, tidak baik untuk kondisi tanahnya karena tanahnya terlalu becek. Agropolitan: Upaya Pembangunan Perkebunan Belimbing setelah mengalami keberhasilan dalam penanaman pohon belimbing masyarakat kalitidu antusias akan hal tersebut dan dalam kesehariannya mereka terus mengembangkan usaha penanaman belimbing hingga ada pelatihan-pelatihan dari pihak PPL selaku lembaga yang bertugas meninjau perkembangan di lapangan dengna mengenalkan sistem tanam yang baik berupa okulasi. Buah dari belimbing yang ditanam pada awalnya masih kecil-kecil akan tetapi setelah ada Pengetahuan tentang sistem okulasi tersebut yang diperoleh mbah Nur dari pertemuan yang dilakukan oleh PPL akhirnya mbah Nur mulai mencoba-coba. Dari hasil percobaan yang sering gagal akhirnya di coba terus akhirnya berhasil. Sehingga buah belimbing yang di hasilkan besar-besar. Hasil penan buah belimbing 1 pohonnya bisa menghasilkan rata-rata antara 50 kg, 60 kg, 1 kw dan hasil paling banyak 1 pohon dapat menghasilkan lebih dari 1 kw. Satu pohon belimbing yang dapat menghasilkan lebih dari 1 kw biasanya berisi 600 buah belimbing dengan ukuran yang besar-besar. Dan pada akhirnya ketika melihat perubahan yang semakin baik maka pihak PPL dan pemerintah mengusulkan dibangunkannya wisata agropolitan dengan alasan potensi buah belimbing yang 164
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
dihasilkan oleh perkebunan pertumbuhannya sangat layak sehingga menjadi peluang untuk dilakukan suatu bisnis. kebun belimbing tersebut sudah ada sejak dahulu teapi mulai dikenal oleh masyarakat sejak tahun 1984. Sebelumnya banyak orang yang tidak mengetahui adanya wisata agroplitan kebun belimbing di Desa Ngringinrejo karena lokasinya yang jauh dari jalan besar. Setelah adanya bendungan gerak banyak orang yang ramai mengunjungi bendungan gerak sehingga lokasi wisata agropolitan tersebut banyak diketahui banyak orang dan dapat berkembang seperti saat ini. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pasca Pembangunan Agropolitan Setelah dibangunnya agropolitan belimbing tentunya kondisi perkebunan belimbing dulu dan sekarang mengalami perubahan-perubahan yang dalam hal ini adalah perubahan ekonomi dan sosial yang dialami oleh masyarakat petani belimbing. Menurut Sztompka, masyarakat senantiasa mengalami perubahan disemua tingkat kompleksitas internalnya. Perubahan dilihat sebagai sesuatu yang dinamis dan tidak linear. Dengan kata lain, perubahan tidak terjadi secara linear. Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Dan konsep pembangunan perkebunan belimbing ini jika dianalisis dalam pandangan sztompa maka perubahan yang terjadi diawali dengan suatu pola pikir ke arah perubahan yang dalam hal ini mbah nur sebagai aktor yang melopori penanaman belimbing kepada masyarakat petani di Desa Kalitidu yang pada awalnya mengalami gagal panen secara terus menerus ketika ditanami padi, jagung, dan ketela yang disebabkan oleh banjir yang melanda setiap tahunnya dan ketika melihat permasalahan tersebut akhirnya mbah nur memutar otak dan menemukan ide ketika ada perkumpulan di balai bahwa pohon yang tahan banjir adalah pohon belimbing sehingga ketika itu mbah nur mencoba dan akhirnya berhasil dan masyarakat petanipun meniru ide dari mbah nur tersebut hingga akhirnya perkembangan perkebunan tersebut mengalami kemajuan. 1. Dampak sosial Melihat adanya perubahan yang terjadi dalam pembangunan pertanian dalam konteks agropolitan belimbing tentunya tidak terlepas dengan dampak yang dirasakan setelah adanya perubahan tatanan dalam sektor pembangunan pertanian tersebut. seperti hubungan sosial yang terjalin antara petani belimbing yang semakin erat sejak dibangunnya agro tersebut karena dalam hal ini mereka mempunyai wadah/suatu komunitas yang terbentuk dalam lingkup wisata agripolitan sehingga hubungan yang terjalin memiliki kepentingan dan tujuan bersama serta tanggung jawab bersama dalam merealisasikan pembangunan tersebut. selain itu untuk memperkuat adanya kerja sama maka dibentuk sebuah koprasi. Tujuan didirikannya koperasi tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan petani belimbing seperti, pupuk, obat dan lain – lain. Anggota koperasi tiap Minggu berkumpul untuk membahas keluhan-keluhan petani dan juga melakukan kerja bakti seperti membenarkan saluran irigasi dll.
165
Seminar Nasional
Mei, 2014 Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 2. Dampak ekonomi Dalam hal ini dampak ekonomi ditunjukkan pada tingkat produktifitas/hasil dari panen belimbing yang dihasilkan oleh para petani setelah dibangunnya wisata agropolitan. Hasil penan buah belimbing 1 pohonnya bisa menghasilkan rata-rata antara 50 kg, 60 kg, 1 kw dan hasil paling banyak 1 pohon dapat menghasilkan lebih dari 1 kw. Satu pohon belimbing yang dapat menghasilkan lebih dari 1 kw biasanya berisi 600 buah belimbing dengan ukuran yang besar-besar. Belimbing yang dijual di wisata agro dapat digolongkan dalam berbagai kategori seperti, belimbing kelas A (super), kelas B, kelas C dan harga untuk belimbing kelas A maksimal adalah Rp 10.000,00. Harga belimbing kelas B adalah Rp 8.000,00 dan kelas C adalah Rp 6.000,00. Penentuan harga belimbing tergantung kualitas dan ukuran buah belimbing tersebut. untuk perawatan belimbing, informan maupun petani belimbing yang lainnya juga mengikutui teknik yang digunakan oleh Mbah Nur. Pada akhirnya pembangunan wisata agropolitan tersebut dapat menunjang hasil produktivitas yang semakin banyak dari sebelum adanya pembangunan, dengan kata lain mereka/petani tidak kesulitan untuk mendistribusikan hasi panennya, dengan adanya agro tersebut para wisatawan akan mengunjungi dan memetik buah belimbing tersebut dengan sendirinya dan bahkan pada saat hari libur para petani mengalami kehabisan stok belimbing yang ada diperkebunan. KESIMPULAN Pembangunan agropolitan kebun belimbing merupakan upaya untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat perdesaan, khususnya bagi para petani belimbing. Dan pembngunan tersebut tentu menimbulkan dampak yang dirasakan terutama dampak ekonomi maupun sosial, dampak ekonomi ditunjukkan dengan adanya peningkatan dalam produktivitas pertanian selain itu kemudahan pendistribusian hasil belimbing. Dampak sosial yang dirasakan yaitu terjalinnya hunbungan yang erat antar petani dengan dasar kentingan dan tujuan bersama dalam lingkup wisata agropolitan tersebut. Keberadaan kebun belimbing yang awalnya tidak diketahui oleh masyarakat luas kini menjadi ramai dan berkembang semenjak dibangunnya wisata bedungan gerak pada tahun 2012. Sehingga dengan perkembangan kebun belimbing tersebut, maka pemerintah juga semakin mengembangkan dan membangun kawasan kebun belimbing tersebut menjadi wisata agropolitan dengan berbagai fasilitas yang mendukung seperti pembangunan jalan dikawasan kebun belimbing, gazebo, parkir,dan toilet umum. DAFTAR PUSTAKA Sadewo, FX Sri. 2009. Dilema Wanita Dalam Pembangunan Di Pedesaan. Surabaya: Unesa University Press Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tambunan, Tulus. 2010. Pembangunan Pertanian Dan Ketahanan Pangan. Jakarta: UIPress
166
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1
Mei, 2014
http://nanang-martono.unsoed.ac.id/files/2012/04/Sosiologi-Perubahan-Sosial.pdf. Diakses pada 17 april 2014 http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7712-3605100014-bab%201.pdf. Diakses tanggal 2/4/2014.
167