ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMASI KOMUNITAS SURABAYA 2013
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
VIVIN DIAH AYU PURWORINI (050911007)
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA DEPARTEMEN FARMASI KOMUNITAS SURABAYA 2013 Skripsi
i
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Demi
perkembangan
ilmu
pengetahuan,
saya
menyetujui
skripsi/karya ilmiah saya dengan judul: IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya) untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Airlangga untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 21 Agustus 2013
Vivin Diah Ayu Purworini NIM: 050911007
Skripsi
ii
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Vivin Diah Ayu Puworini
NIM
: 050911007
Fakultas : Farmasi menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil tugas akhir yang saya tulis dengan judul: IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya) adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan hasil plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan atau pencabutan gelar yang saya peroleh. Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, 21 Agustus 2013
Vivin Diah Ayu Purworini NIM: 050911007
Skripsi
iii
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lembar Pengesahan IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
SKRIPSI Dibuat untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga 2013
Oleh: VIVIN DIAH AYU PURWORINI NIM : 050911007
Skripsi ini telah disetujui Tanggal 21 Agustus 2013 oleh: Pembimbing Utama
Pembimbing Serta
Yunita Nita, S.Si., M Pharm., Apt Yuni Priyandani, S.Si., Apt., Sp.FRS. NIP. 197406181998022001 NIP.197306212007012001
Skripsi
iv
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniayang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)” ini dengan baik. Skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Umi Athiyah, Apt., M.S. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga atas
fasilitas, sarana dan prasarana yang
diberikan selama penyelesaian pendidikan sarjana. 2. Ibu Yunita Nita, S.Si., MPharm., Apt. selaku dosen pembimbing utama yang telah membimbing, mengarahkan serta memberi masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Yuni Priyandani, S.Si., Apt., Sp.FRS dan Ibu Ana Yuda, S.Si., Apt. selaku dosen pembimbing serta I dan II selaku pembimbing serta kedua yang telah memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran baik dalam penyelesaian skripsi ini 4. Ibu Ekarina Ratna Himawati, M.Kes., Apt dan Ibu Dra. Wahyu Utami Apt., M.Si, MM. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritikan dan saran sehingga membangun sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Ibu Dra.Tutiek Purwanti, M.,Si, Apt., selaku dosen wali yang telah memberi masukan dan nasehat kepada penulis selama masa studi penulis di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Skripsi
v
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
6. Para dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang telah mendidik dan membimbing serta membantu penulis dalam penyelesaian studi di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga 7. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Departemen Farmasi Komunitas yang telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Keluarga tercinta terutama Ayah dan Ibu yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, pengorbanan luar biasa, dorongan semangat dan doa selama penyelesaian skripsi ini dan masa studi saya. 9. Teman-teman skripsi satu Project Grant: Carissa, Risadyla, Christina Ayu, Yuchyil dan Dewi atas kekompakan dan kerja samanya selama penulisan skripsi. Semoga sukses untuk semua. 10. Teman-teman kelas A angkatan 2009 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga atas kerja sama, dukungan dan semangat, semoga sukses untuk semua. 11. Teman-teman
angkatan
2009
Fakultas
Farmasi
Universitas
Airlangga atas kekompakannya. 12. Apoteker Pendamping (Mbak Devi, Mbak Vuri dan Mbak Ishma) dan karyawan-karyawan yang ada di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya atas segala bantuan dan kerjasama dalam penelitian ini sehingga dapat terselesaikan skripsi ini. 13. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terimakasih atas bantuannya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tulisan ini, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih. Surabaya, Agustus 2013 Penulis
Skripsi
vi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
RINGKASAN IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya) VIVIN DIAH AYU PURWORINI Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lanjut usia adalah mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Pada lanjut usia terjadi perubahan fisiologis, perubahan farmakokinetika, dan perubahan farmakodinamika. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian lebih khususnya dalam hal perawatan kesehatan. Banyaknya gangguan kesehatan pada lanjut usia mengakibatkan penggunaan dan kebutuhan terkait obat meningkat. Apabila kebutuhan terkait obat atau drug related need (DRN) tersebut tidak terpenuhi maka dapat menimbulkan masalah terkait terapi obat atau drug therapy problems (DTPs). Selain itu peningkatan penggunaan obat atau polifarmasi mendorong kejadian DTPs semakin meningkat pula pada lanjut usia. Oleh karena itu dibutuhkan peran Apoteker dalam mengidentifikasi DTPs potensial dan/ atau aktual, menyelesaikan DTPs aktual, dan mencegah DTPs potensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kejadian DTPs pada pasien lanjut usia yang mendapat pelayanan resep di Apotek Farmasi Airlangga, Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling yaitu sampling jenuh atau sensus. Sampel yang digunakan adalah seluruh pasien lanjut usia yang menebus obat dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada bulan Februari 2013 yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu berusia ≥ 60 tahun, pasien lanjut usia dan/atau keluarga pasien yang menebus obat dengan resep, dapat berkomunikasi baik dan bersedia menjadi responden. Dari 65 pasien lanjut usia yang menebus obat dengan resep yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 59 lanjut usia, dimana ada 2 responden diantaranya datang dua kali sehingga total resep responden sebanyak 61 resep. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview dengan menggunakan instrumen berupa lembar persetujuan (informed consent), daftar pedoman interview, Patient Medication Record (PMR), DRP registration form V5.01 (PCNE Classification) yang dimodifikasi (van Mil, 2005), dan peneliti sebagai interviewer. Variabel penelitian ini meliputi Skripsi
vii
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
tujuh kategori DTP menurut Cipolle,Strand and Morley (2004) yaitu terapi obat yang tidak diperlukan, kebutuhan akan terapi obat tambahan, obat tidak efektif, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, Adverse Drug Reaction (ADR), dan ketidakpatuhan. Berdasarkan hasil penelitian, dari 7 kategori DTPs menurut Cipolle, Strand and Morley (2004) kejadian DTPs yang teridentifikasi adalah ketidakpatuhan (59,68%), ADRs (32,26%), dan kebutuhan akan terapi obat tambahan (8,06%). Kategori DTPs ketidakpatuhan disebabkan pasien memilih untuk tidak minum obat (24), pasien tidak memahami petunjuk pemakaian obat dengan benar (13), lupa minum obat (7) dan produk obat tidak tersedia untuk pasien karena kosong pabrik atau sedang habis di apotek (4). Pada kategori ADRs disebabkan oleh adanya interaksi obat (36) dan obat dikontraindikasikan pada pasien karena faktor risiko (3). Dari 36 potensi interaksi obat lima diantaranya karena interaksi obat dengan makanan (pisang). Sedangkan obat yang dikontraindikasikan dengan pasien adalah fenilpropanolamin dan kofein pada pasien hipertensi dan kodein pada pasien asma. Adanya kondisi baru yang membutuhkan terapi obat tambahan (5) merupakan penyebab dari kategori kebutuhan akan terapi obat tambahan. Kondisi baru tersebut terjadi pada pasien yang mengaku kolesterol tinggi, batuk dan sesak. Dari hasil penelitian mengenai identifikasi DTPs pada pasien lanjut usia yang mendapat pelayanan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada bulan Februari 2013 menunjukan tingginya kejadian DTPs kategori ketidakpatuhan pada lanjut usia yang dapat mempengaruhi tidak tercapainya outcome terapi yang diharapkan. Oleh karena itu peran apoteker dalam pelayanan dan monitoring penggunaan obat pada lanjut usia perlu ditingkatkan untuk mencegah dan mengatasi DTPs sehingga tingkat pengetahuan dan kepatuhan lanjut usia meningkat serta outcome terapi tercapai.
Skripsi
viii
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ABSTRACT IDENTIFICATION OF DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) ON GERIATRIC PATIENTS WITH PRESCRIPTION (Study At Farmasi Airlangga Pharmacy Surabaya) VIVIN DIAH AYU PURWORINI Physiological changes that occur in the aging process make the geriatric more susceptible to disease therefore the use of medication in geriatric increased. Drug related needs that do not be resolved can lead to Drug Therapy Problem (DTPs). The aim of this study was to investigate DTPs in geriatric patients at Farmasi Airlangga Pharmacy in Surabaya, Indonesia. The study was a cross sectional study with non-probability sampling technique. Data was obtained by interviewing patients (≥ 60 years old) and/or their families. DTPs of geriatric patients who filled a prescription at Farmasi Airlangga Pharmacy in February 2013 were identified by the researcher. A DTP registration form and patient medication record (PMR) were used to document the data. Results showed that a total of 59 geriatric patients presented and 61 prescription at the Pharmacy during February 2013. There were 44 (72,13%) geriatric patients found to have DTPs both actually and potentially. A number of 18 (29,51%) geriatric patients experienced more than 1 DTPs categories. The DTPs categories found in geriatic patients were 5 (8,06%) needs additional drug therapy, 20 (32,26%) adverse drug reaction (ADR), and 37 (59,68%) non-compliance. The cause of adverse drug reaction was drug-drug/drug-food interaction (39) and drug contraindicated due to risk factors (3). Furthermore, the cause of non-compliance was mostly patient prefers not to take the medication. In conclusion, DTPs in elderly patient that happened in February 2013 at Farmasi Airlangga pharmacy were quite high. Pharmacists need to increase drug therapy monitoring. Pharmacists have a responsibility to resolve actual DTPs and to prevent potential DTPs. Keywords : drug therapy problems, geriatric, pharmacy
Skripsi
ix
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. ... ii LEMBAR PERNYATAAN .................................................................. ... iii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ... iv KATA PENGANTAR .......................................................................... ... v RINGKASAN ……. ............................................................................. ... vii ABSTRAK……….. .............................................................................. ... ix DAFTAR ISI ......................................................................................... x DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian .............................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 4 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 6 2.1 Tinjauan tentang Pharmaceutical care .............................. 6 2.2 Tinjauan tentang Drug Therapy Problems (DTPs) ............ 8 2.2.1 Definisi DTPs .......................................................... 8 2.2.2 Kategori DTPs ......................................................... 8 2.3 Tinjauan tentang Lanjut Usia .............................................. 14 2.3.1 Definisi Lanjut Usia ................................................ 14 2.3.2 Perubahan Kondisi pada Lanjut Usia ...................... 14 2.3.3 Perubahan Farmakokinetika .................................... 15
Skripsi
x
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2.3.4 Perubahan Farmakodinamika .................................. 18 2.3.5 Masalah Terkait Obat pada Lanjut Usia .................. 18 2.3.6 Tinjauan Obat yang Biasa Digunakan untuk Pasien Lanjut Usia ................................................... 20 2.4 Tinjauan tentang Resep ....................................................... 21 2.4.1 Definisi Resep ......................................................... 21 2.4.2 Isi Resep .................................................................. 22 2.5 Tinjauan tentang Patient Medication Record (PMR) ......... 22 2.5.1 Tinjauan Mengenai Dokumentasi............................ 22 2.5.2 Tinjauan Mengenai PMR ........................................ 23 2.6 Tinjauan tentang Penelitian Survei ..................................... 25 2.7 Tinjauan tentang Apotek ..................................................... 28 2.7.1 Definisi Apotek ....................................................... 28 2.7.2 Fungsi Apotek ......................................................... 28 2.7.3 Pelayanan Farmasi di Apotek .................................. 28 2.7.4 Tinjauan tentang Apotek Farmasi Airlangga ........... 29 2.8 Penelitian Terdahulu .......................................................... 30 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ................................................. 32 BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................... 34 4.1 Jenis Penelitian ................................................................... 34 4.1.1 Tujuan Penelitian..................................................... 34 4.1.2 Waktu Pengumpulan Data ....................................... 34 4.2 Sumber Data Penelitian ...................................................... 34 4.3 Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian ............................. 35 4.4 Populasi ........................................................................... 35 4.5 Sampel
........................................................................... 35
4.5.1 Teknik Pengambilan Sampel ................................... 35 4.5.2 Kriteria Inklusi ........................................................ 36 Skripsi
xi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.5.3 Jumlah Sampel ........................................................ 36 4.6 Metode Pengumpulan Data ................................................. 36 4.7 Variabel Penelitian ........................................................... 37 4.8 Instrumen Penelitian ........................................................... 43 4.9 Definisi Operasional ........................................................... 43 4.10 Uji Validitas Instrumen ..................................................... 45 4.11 Analisis Data ................................................................... 47 BAB V HASIL PENELITIAN…………………………………….……. 48 5.1 Gambaran Umum Penelitian ............................................... 48 5.2 Uji Validitas………………. ............................................... 48 5.3 Gambaran Umum Responden………………. .................... 50 5.3.1 Jenis Kelamin………….. ........................................ 50 5.3.2 Usia……………...................................................... 50 5.3.3 Riwayat Gangguan Kesehatan ................................. 50 5.3.4 Sumber Dana Pembelian Obat ................................ 52 5.4 Obat dalam Resep…………….. ......................................... 52 5.5 Identifikasi Drug Therapy Problems .................................. 53 5.5.1 Penyebab Kebutuhan akan Terapi Obat Tambahan……………… ................................................. 55 5.5.2 Penyebab ADRs ……………………………….…
55
5.5.3 Penyebab Ketidakpatuhan ....................................... 58 BAB VI PEMBAHASAN………………………………….…….......... 60 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN……………………………… 71 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 73 LAMPIRAN .......................................................................................... 79
Skripsi
xii
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR TABEL Halaman Tabel IV.1 Variabel penelitian …………………………………………. 37 Tabel V.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden…………………….......... 50 Tabel V.2 Distribusi Usia Responden …………………………............... . 50 Tabel V.3 Distribusi Riwayat Gangguan Kesehatan…….…………. ......... 51 Tabel V.4 Distribusi Jumlah Riwayat Gangguan Kesehatan………….... .. 51 Tabel V.5 Sumber Dana Pembelian Obat ………………………………. 52 Tabel V.6 Distribusi Jumlah Obat Dalam
Resep…………………… 52
Tabel V.7 Obat yang Sering Diresepkan ................................................ 53 Tabel V.8 Jumlah Drug Therapy Problems ............................................. 54 Tabel V.9 Distribusi Kategori Drug Therapy Problems .......................... 54 Tabel V.10 Distribusi Penyebab Kebutuhan akan Terapi
Obat
Tambahan….…………………………………………............. 55 Tabel V.11 Distribusi Penyebab ADRs…………………..……………..... 56 Tabel V.12 Obat-obat yang menimbulkan interaksi.…………………....... 56 Tabel V.13 Distribusi Penyebab Ketidakpatuhan……………….……..... 59
Skripsi
xiii
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
3.1 Kerangka konseptual ..................................................................... 32
Skripsi
xiv
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Lembar Informasi Penelitian ................................................ 79 Lampiran 2 Persetujuan Menjadi Responden Penelitian ......................... 81 Lampiran 3 Daftar Pedoman Interview.................................................... 82 Lampiran 4 Catatan Penggunaan Obat Pasien ......................................... 85 Lampiran 5 DTP Registration Form V5.01 (PCNE Classification) yang dimodifikasi ................................................................................... 88 Lampiran 6 Hasil Identifikasi DTPs Pada Pasien Lanjut Usia................. 89
Skripsi
xv
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pharmaceutical
care
adalah
pelayanan
kefarmasian
yang
berorientasi pada pasien dimana apoteker bertanggung jawab atas kebutuhan pasien terkait obat, mengoptimalkan semua terapi obat pasien, meningkatkan outcome pasien yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup tiap pasien (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Outcome yang dimaksud adalah mengobati pasien, mengurangi atau meniadakan gejala sakit, menghentikan atau memperlambat proses penyakit, mencegah suatu penyakit atau gejala (Hepler & Strand, 1990). Keberhasilan outcome yang diuraikan
tersebut
tergantung
dari
setiap
tenaga
kesehatan
mengkontribusikan keahliannya untuk menyelesaikan masalah pasien yang relevan dengan praktek keahliannya (Strand et al.,1990). Guna mencapai outcome pasien yang diharapkan
apoteker berperan penting menjamin
terapi obat teruatama melakukan identifikasi drug therapy problems (DTPs) yang bersifat potensial dan aktual, penyelesaian DTPs yang bersifat aktual serta pencegahan DTPs yang bersifat potensial (Cipolle, Strand & Morley, 2004; Hepler & Strand, 1990). Definisi DTPs adalah kejadian yang tidak menyenangkan yang dialami oleh pasien karena terapi obat dan mengganggu dalam mencapai tujuan terapi yang diinginkan. Masalah ini diidentifikasi selama proses assessment, sehingga dapat diselesaikan melalui perubahan tindakan yang diberikan pada tiap individu yang berbeda dalam regimen terapi obat. DTPs terbagi dalam tujuh kategori yaitu terapi obat yang tidak diperlukan, kebutuhan akan terapi obat tambahan, obat yang tidak efektif, dosis terlalu 1 Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2
rendah, reaksi obat yang tidak diinginkan, dosis terlalu tinggi dan ketidakpatuhan (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Pengertian yang hampir sama dengan DTPs juga dijelaskan oleh Hepler, yang disebut dengan Drug Related Problems (DRPs), yaitu suatu peristiwa atau keadaan yang terkait dengan terapi obat secara aktual atau potensial yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya outcome yang optimal dari suatu pengobatan. Kategori DRPs menurut Hepler and Strand (1990) ada delapan yang meliputi terapi obat yang indikasinya tidak ada, obat tidak sesuai indikasi, terapi obat yang salah, dosis obat kurang, ADR, interaksi obat, dosis obat berlebihan dan kegagalan menerima obat (Hepler and Strand, 1990). Pada bulan Januari 1996 sampai Desember 2002 ditemukan lebih dari 26.238 kasus DTPs yang diidentifikasi dan diselesaikan pada 5136 pasien dengan rincian tidak perlu terapi obat 6%, perlunya penambahan terapi obat 28%, obat tidak efektif 8%, dosis terlalu rendah 20%, Adverse Drug Reactions (ADRs) 14%, dosis terlalu tinggi 5% dan ketidakpatuhan (noncompliance) 19% (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Para ahli setuju beberapa obat yang sama sering memberikan efek yang berbeda pada pasien lanjut usia dan dewasa muda karena perubahan terkait usia pada tubuh manusia menyebabkan perbedaan jalan respon tubuh dengan obat (Beers, 2001). Hasil penelitian di Brasil menyebutkan dari 97 sampel pasien lanjut usia yang menderita diabetes dan atau hipertensi ditemukan 284 kasus DRPs, sedikitnya 92,3% pasien tersebut mengalami satu kategori DRPs. Kategori DRPs yang paling banyak terjadi adalah ketidakpatuhan (55,63%) dan ADR (23,59%) (Neto et al., 2011) Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Pemerintah RI, 1998). Pada usia tersebut terjadi perubahan fisiologis akibat proses penuaan yang bersifat universal berupa kemunduran dari Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
3
fungsi biosel, jaringan, organ, bersifat progesif, perubahan secara bertahap, akumulatif dan intrinsik (Departemen kesehatan, 2006). Perubahan tersebut menyebabkan pada pasien lanjut usia sering menderita penyakit yang beragam dan diterapi dengan obat dalam macam yang banyak. Hasil penelitian menyebutkan 78% lanjut usia menderita tidak kurang dari 4 macam penyakit, 38% menderita lebih dari 6 macam penyakit, dan 13% menderita lebih dari 8 macam penyakit (Rahmawati et al., 2009). Hasil penelitian di Australia dalam sehari 87% pasien lanjut usia wanita dan 83% pasien lanjut usia pria menggunakan paling sedikit satu obat dengan resep, dan 44% pasien lanjut usia wanita dan 35% pasien lanjut usia pria menerima satu obat tanpa resep (Elliot, 2006). Selain itu hasil penelitian di Belanda menyebutkan prevalensi sering lupa pada usia 40-50 tahun sebanyak 40,7% dan usia 70-85 tahun sebanyak 51,6% (Commissaris, Ponds, and Jolles, 1998) Prevalensi penggunaan banyak obat
yang
tinggi dikombinasi
dengan perubahan terkait proses penuaan pada farmakokinetik dan farmakodinamik membuat pasien lanjut usia mudah mengalami masalah terkait terapi obat (Vinks et al., 2006). Kombinasi tersebut menyebabkan pasien lanjut usia berisiko tinggi mengalami ADR. Suatu
penelitian
menyebutkan bahwa pada pasien lanjut usia mengalami ADR hampir enam kali lebih besar daripada pasien pada umumnya (Perry & Webster, 2001). Masalah lain yang berkaitan dengan penggunaan obat pada pasien lanjut usia karena minimnya informasi dan pelatihan yang diberikan oleh kalangan praktisi kesehatan mengenai kebutuhan pasien lanjut usia terkait obat tertentu (Perry & Webster, 2001). Hasil penelitian Rahmawati (2008) menyebutkan terdapat 48 kasus pemilihan obat yang tidak tepat pada pasien lanjut usia diantaranya 31% obat dikontraindikasikan pemakaiannya untuk pasien dan 25% obat yang diterima pasien bukan merupakan obat Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4
yang paling tepat (Rahmawati et al., 2008). Hasil penelitian di Taiwan pada 193 pasien lanjut usia didapatkan tiga kategori DRPs yang sering terjadi pada pasien lanjut usia yakni 35% obat tidak dapat diminum atau ditelan oleh responden terutama pada pasien DM rawat jalan, 12 % obat yang diterima berpotensi timbul interaksi antar obat dan 11% pemberian duplikasi obat yang tidak tepat (Chan et al., 2012). Dari data-data tersebut DTPs yang paling sering terjadi pada lanjut usia adalah kategori ADR dan ketidakpatuhan. Oleh karena itu peran apoteker diperlukan dalam mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi DTPs pada pasien lanjut usia agar tujuan terapi yang diinginkan tercapai. Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui dan mengidentifikasi jenis dan jumlah persentase kejadian DTPs yang terjadi pada pasien lanjut usia di Apotek Farmasi Airlangga. Apotek Farmasi Airlangga dipilih karena masih sedikit penelitian mengenai DTPs pada pasien lanjut usia di apotek. Selain itu salah satu visi Apotek Farmasi Airlangga adalah mengembangkan pharmaceutical care dimana fungsi apoteker adalah mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan DTPs. 1.2
Rumusan Masalah DTPs apa yang terjadi pada pasien lanjut usia yang mendapat obat atas resep dokter di Apotek Farmasi Airlangga?
1.3
Tujuan Penelitian Untuk mengidentifikasi adanya DTPs pada pasien lanjut usia yang mendapat obat atas resep dokter di Apotek Farmasi Airlangga.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
1.4
5
Manfaat (1) Bagi peneliti untuk menambah wawasan peneliti tentang DTPs pada pasien lanjut usia. (2) Bagi Apoteker dapat digunakan sebagai sumber infomasi untuk meningkatkan peran Apoteker dalam pelayanan kefarmasian. (3) Bagi masyarakat penelitian ini bermanfaat untuk tercapainya terapi yang aman, efektif dan efisien.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pharmaceutical care Pharmaceutical care adalah tanggung jawab pemberian terapi obat untuk mencapai outcome tertentu yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien (Hepler & Strand, 1990). Menurut KepMenkes pelayanan kefarmasian merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Departemen Kesehatan RI, 2004). Menurut
Cipolle
pharmaceutical
care
adalah
pelayanan
kefarmasian yang berorientasi pada pasien dimana apoteker bertanggung jawab atas kebutuhan pasien terkait obat dan bertanggung jawab mengoptimalkan semua terapi obat pasien, tanpa melihat dari mana obat berasal (resep, nonresep, alternatif, atau obat tradisional), meningkatkan outcome pasien yang lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup tiap pasien (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Outcome yang dimaksud adalah mengobati pasien, mengurangi atau meniadakan gejala sakit, menghentikan atau memperlambat proses penyakit, dan mencegah suatu penyakit atau gejala (Hepler & Strand, 1990). Keberhasilan tercapainya outcome tersebut tergantung banyak faktor, termasuk pengetahuan (obat dan penyakit), adanya informasi dari pasien, kemampuan komunikasi apoteker, dan yang paling penting apoteker diterima oleh anggota lain dari health-care team (Hughes, 2001). Apoteker menggunakan proses pharmacotherapy workup untuk mengambil suatu keputusan, untuk membuat taksiran drug related needs pasien, identifikasi DTPs, mengembangkan sebuah rencana care, dan mengadakan follow up evaluasi untuk menjamin semua terapi obat efektif 6 Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
dan aman. Guna
7
mengidentifikasi, mengatasi, dan mencegah masalah
terapi obat, apoteker harus memahami bagaimana pasien mengalami DTPs (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Fungsi utama apoteker dalam model pharmaceutical care sebagai berikut (Hughes,2001): 1.Mengumpulkan data pasien. Mengumpulkan data-data spesifik pasien yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah terkait obat sehingga apoteker tepat dalam mengambil keputusan terapi dan managemen pasien. 2.Identifikasi masalah. Data yang dikumpulkan dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan obat, seperti pemilihan obat untuk terapi, rute pemakaian, toksisitas hingga kegagalan outcome terapi. 3.Mengembangkan rencana terapi dan outcome yang ingin dicapai. Terapi obat tercapai bila memberikan respon klinis positif meliputi sembuh dari penyakit, mengeliminasi atau gejala penyakit berkurang, menghentikan atau memperlambat proses penyakit dan mencegah muncul penyakit atau gejala. 4.Evaluasi pilihan terapi. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain: khasiat, keamanan, ketersediaan, biaya dan kesesuaian dan kemudahan. 5.Regimen terapi individu. 6.Monitoring outcomes.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
8
2.2 Tinjauan Tentang Drug Therapy Problems (DTPs) 2.2.1 Definisi tentang DTPs Definisi DTPs adalah kejadian yang tidak menyenangkan yang dialami oleh pasien karena terapi obat dan mengganggu dalam mencapai tujuan terapi yang diinginkan. Masalah ini diidentifikasi selama proses assessment, sehingga dapat diselesaikan melalui perubahan tindakan yang diberikan pada tiap individu yang berbeda dalam regimen terapi obat (Cipolle, Strand & Morley, 2004). Pengertian yang hampir sama dengan DTPs juga dijelaskan oleh Hepler & Strand, yang disebut dengan Drug Related Problems (DRPs), yaitu suatu peristiwa atau keadaan yang terkait dengan terapi obat secara aktual atau potensial yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya outcome yang optimal dari suatu pengobatan (Hepler and Strand, 1990). Kejadian DRPs merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan dari pengalaman pasien dan diduga akibat terapi obat sehingga potensial mengganggu keberhasilan penyembuhan yang dikehendaki (Strand et al, 1990). 2.2.2 Kategori DTPs Menurut (Cipolle, Strand & Morley, 2004) DTPs dikategorikan menjadi 7 yaitu: 1. Terapi obat yang tidak diperlukan (Unnecessary drug therapy). Penyebab : 1) Pasien menggunakan obat yang tidak sesuai dengan indikasi yang dialami saat itu. 2) Penggunaan produk obat lebih dari satu pada kondisi yang seharusnya dapat diterapi dengan satu obat. 3) Pengobatan lebih baik dilakukan dengan terapi tanpa obat.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
9
4) Pasien menerima terapi obat untuk mengatasi efek samping obat lain yang seharusnya efek samping tersebut bisa dihindari. 5) Pasien menerima obat untuk terapi masalah yang timbul karena drug abuse, merokok, dan alkohol. Contoh : pasien menerima tiga produk laxative yang berbeda pada usaha untuk mengatasi konstipasi 2. Kebutuhan akan terapi obat tambahan (Needs additional drug therapy). Penyebab : 1) Kondisi pasien yang memerlukan adanya terapi obat yang baru. 2) Terapi obat pencegahan untuk mengurangi resiko timbulnya kondisi baru yang tidak diinginkan pasien. 3) Kondisi media yang memerlukan adanya terapi obat tambahan untuk mendapatkan efek yang sinergis. Contoh : Pasien yang mengidap pneumonia resiko tinggi dan karena itu membutuhkan vaksin pneumococcal. 3. Obat tidak efektif (ineffective drug). Penyebab : 1) Obat yang diberikan bukan yang paling efektif untuk kondisi pasien. 2) Kondisi medis sulit disembuhkan dengan obat yang diberikan. 3) Dosage form tidak tepat. 4) Produk obat bukan merupakan produk yang efektif.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
10
Contoh : JT’s hipertrigliseridemia tidak efektif mengobati dengan Colestid (kolestipol) 8 gram dua kali sehari karena obat ini tidak efektif mengurangi tingginya trigliserida. 4. Dosis terlalu rendah (Dosage too low). Penyebab : 1) Dosis terlalu rendah untuk memberikan respon yang diinginkan 2) Interval pemberian dosis
terlalu jarang
untuk
memberikan respon yang diinginkan. 3) Adanya interaksi obat yang menurunkan jumlah obat aktif. 4) Durasi pemberian obat terlalu pendek untuk mencapai respon yang diinginkan. Contoh : dosis sehari 10 mg glipizide terlalu rendah untuk mengontrol glukosa darah pasien. 5. Dosis terlalu tinggi (Dosage too high). Penyebab : 1) Dosis terlalu tinggi 2) Interval pemberian obat terlalu pendek 3) Durasi terapi obat yang terlalu panjang 4) Interaksi obat yang menyebabkan reaksi toksik pada produk obat. 5) Dosis obat yang diberikan terlalu cepat. Contoh : pasien mengalami bradikardi dan derajat kedua bilik jantung hasil dari 0.5 mg dosis sehari digoksin yang digunakan untuk gangguan jantung kongestif. Dosis ini terlalu tinggi untuk pasien lanjut usia dengan penurunan fungsi renal.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
11
6. ADR (Adverse Drug Reaction). Penyebab : 1)
Obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak ada hubungan dengan dosis.
2)
Dibutuhkan obat lain yang lebih aman dikarenakan pasien memiliki faktor risiko.
3)
Interaksi obat yang menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan dan tidak tergantung dengan dosis.
4)
Regimen dosis diberikan atau diganti terlalu cepat.
5)
Produk obat menyebabkan reaksi alergi
6)
Produk obat yang dikontraindikasikan karena pasien memiliki faktor risiko.
Contoh : pada pasien timbul ruam pada bagian torso dan lengan disebabkan
Cotrimoxazole
yang
diminum
untuk
mengobati infeksinya. 7. Ketidakpatuhan (Noncompliance). Penyebab : 1)
Pasien tidak memahami petunjuk
2)
Pasien memilih tidak meminum obat
3)
Pasien lupa minum obat
4)
Obat terlalu mahal bagi pasien
5)
Pasien tidak dapat menelan/menggunakan obat dengan sendiri dengan tepat.
6)
Obat tidak tersedia.
Contoh : pasien tidak dapat mengingat pemakaian tetes mata timolol sehari dua kali untuk glaukomanya. Menurut pustaka lain DTPs juga sering disebut Drug Related Problems (DRPs). Kejadian DRPs dibagi menjadi dua macam yaitu aktual Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
12
dan potensial. DRPs aktual adalah DRPs yang sedang terjadi pada pasien yang harus diatasi secepatnya sedangkan DRPs potensial adalah DRPs yang belum
terjadi tetapi ada kemungkinan terjadi. Fungsi kategori DRPs
(Strand et al, 1990). 1.
Menggambarkan bagaimana terjadinya ADR
2.
Menunjukkan peran yang nyata dari farmasis di masa depan
3.
Untuk mengembangkan suatu proses yang sistematik sehingga dapat memberi efek yang positif terhadap pasien.
4.
Pembagian peran antara farmasis dengan profesi kesehatan lain dalam prakteknya menjadi jelas.
5.
Pharmacy educator seharusnya memiliki keuntungan dengan adanya kategorisasi ini karena pembagian DRPs telah jelas.
Kategori DRPs menurut Hepler and Strand (1990) : 1.Indikasi yang kurang tepat (Untreated indications). Pasien memiliki masalah pengobatan dimana membutuhkan terapi obat (sebuah indikasi untuk penggunaan obat) tetapi tidak menerima obat yang sesuai dengan indikasi Contoh : Pasien dengan penyakit vaskular tidak menerima pengobatan untuk anemia yang juga ternyata dideritanya. Pengobatan terfokus pada kondisi primer, sedangkan masalah baru tidak teridentifikasi/tidak terobati. 2.Terapi obat tetapi mendapat obat produk yang salah (Improper drug selection). Pasien mempunyai indikasi obat tetapi menerima obat yang salah.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
13
Contoh : Jika seorang pasien menerima terapi kombinasi padahal dengan terapi tunggal menghasilkan efektifitas yang sama. 3.Dosis obat kurang (Subtherapeutic dosage). Pasien mempunyai masalah pengobatan yang diterapi dengan dosis obat terlalu sedikit. Contoh : Terapi antibiotik untuk infeksi dengan kadar yang kurang optimal 4.Dosis obat berlebihan (overdose). Pasien mempunyai masalah pengobatan yang diterapi dengan dosis obat yang terlalu tinggi. Contoh : Peningkatan dosis asam nikotinat berhubungan dengan reaksi kulit yang parah. Obat dapat terakumulasi dalam waktu lama dan menghasilkan komplikasi toksik. 5.Adverse Drug Reactions (ADR). Pasien mempunyai masalah terapi obat yang menghasilkan reaksi samping obat yang tidak diinginkan atau ADR. Contoh : Eritromisin estolat sebagai antibakteri memiliki efek samping gangguan hati (hepatitis) 6.Interaksi obat (Drug Interaction) Terapi obat tetapi kemungkinana ada interaksi obat-obat, obathasil laboratorium, obat-makanan, obat-obat tradisional. Contoh : -
Pasien yang mengalami efek samping sebagai hasil dari interaksi fisika/ kimia
antara beberapa obat dengan
konsumsi makanan. -
Pasien yang melakukan tes laboratorium untuk diagnosis penyakit tertentu juga dapat menyebabkan interaksi dengan obat yang digunakan.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
14
7.Terapi obat obat yang indikasinya tidak ada (Drug use without indication). Pasien menggunakan obat tanpa adanya indikasi yang valid. Contoh : Penggunaan bersama obat antiparkinson dan antipsikosa padahal pasien tidak ada riwayat gejala extrapiramidal. 8.Kegagalan mendapatkan obat (Failure to receive medications). Pasien
yang
mempunyai
masalah
pengobatan
yang
mengakibatkan tidak menerima obat (misalnya karena alasan pharmaceutical, fisiologi, sosiologi, atau ekonomi). Contoh : Terjadi dispensing obat yang salah oleh praktisi kesehatan. 2.3 Tinjauan tentang Lanjut Usia 2.3.1 Definisi Lanjut Usia Warga lanjut usia
yang tercantum dalam Undang-Undang no.
13/1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Pemerintah RI, 1998). Penggolongkan manula menjadi 4 berdasarkan WHO (Nugroho, 2006) yaitu : a. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, b. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, c. Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun, d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. 2.3.2 Perubahan Kondisi pada Lanjut Usia Respon klinis pengobatan tergantung pada kondisi farmakokinetik dan
farmakodinamik.
Pada
lanjut
usia
perubahan
farmakologis
menyebabkan lebih mudah mengalami masalah terkait obat (Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T. 2009). Faktor terpenting penentu terjadinya masalah terkait obat pada lanjut usia adalah kondisi fisiologis yang semakin Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15
menurun yang berakibat terjadi peningkatan reaksi obat yang tidak diinginkan dan mengalami kesulitan untuk sembuh dari reaksi yang ditimbulkan obat tersebut. (Koda-Kimble, M.A et al., 2009). Farmakokinetika dan farmakodinamika pada pasien lanjut usia berbeda dari pasien muda. Pada lanjut usia terjadi proses penuaan yang bersifat universal berupa kemunduran dari fungsi biosel, jaringan, organ, bersifat progesif, perubahan secara bertahap, akumulatif dan intrinsik. Proses penuaan mengakibatkan terjadinya perubahan pada berbagai organ di dalam tubuh seperti sistem GIT, sistem genitorinaria, sistem endokrin, sistem immunologis, sistem serebrovaskular, sistem saraf pusat dan sebagainya (Departemen Kesehatan RI, 2006). Proses kemunduran fungsi fisiologis ini terjadi sedikit demi sedikit tanpa berhenti dan mengakibatkan peningkatan kerentanan terhadap banyak penyakit (Koda-Kimble, M.A et al., 2009). 2.3.3 Perubahan Farmakokinetika Bioavabilitas obat yang diberikan secara oral tergantung pada banyak faktor, termasuk absorpsi yang melalui mukosa GIT dan liver. Sebagian besar informasi farmakokinetik obat lebih banyak ditujukan pada pasien yang berusia kurang dari 65 tahun, padahal faktanya sebagian besar obat digunakan lanjut usia. Informasi obat penting diketahui karena terdapat perbedaan farmakokinetika pada dewasa muda dan lanjut usia. Guna mencegah
akumulasi
obat,
maka
dokter
mengurangi
dosis
atau
meningkatkan interval pendosisan (Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T. 2009). a. Absorpsi Sebagian besar obat diberikan secara oral. Absorpsi obat yang diberikan secara oral tergantung fungsi ventrikel, usus, dan aliran darah ke usus (Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T. 2009). Salah satu perubahan Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
16
terkait usia terjadi pada absorpsi obat pada fisiologi GIT. Perubahan terkait usia pada saluran GIT memberikan efek pada absorpsi obat termasuk penurunan sekresi asam lambung, pengosongan lambung yang lama, perpindahan obat ke usus yang pelan, dan berkurangnya aliran darah di GIT (Hutchison and O’Brien., 2007). Untungnya, sebagian besar obat diabsorpsi secara difusi pasif, dan perubahan fisiologis penuaan tampak memiliki sedikit pengaruh pada bioavalibilitas obat (Dipiro et al., 2011). Beberapa obat yang diabsorpsi secara transpor aktif, kemungkinan terjadi
penurunan
bioavailabilitas
obat
(misalnya,
kalsium
dalam
pengaturan hypochlorhydria). Namun, kenyataannya first-pass effect yang menurun pada hati dan atau metabolisme dinding usus
menghasilkan
peningkatan bioavailabilitas dan kadar obat pada plasma yang lebih tinggi seperti propranolol dan morfin (Dipiro et al., 2011). Obat yang diberikan selain melalui oral dapat dianjurkan pada pasien lanjut usia. Rata-rata absorpsi obat yang diberikan secara injeksi intramuskular atau subkutan kemungkinan lebih efektif pada lanjut usia karena mengurangi perfusi jaringan darah (Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T. 2009). b. Distribusi obat Sesuai pertambahan usia maka akan terjadi perubahan komposisi tubuh. Komposisi tubuh manusia sebagian besar dapat digolongkan kepada komposisi cairan tubuh dan lemak tubuh. Pada lanjut usia terjadi peningkatan komposisi lemak tubuh. Persentase lemak pada usia dewasa muda sekitar 8-20% pada laki-laki dan 33% pada perempuan; Pada lanjut usia meningkat menjadi 33% pada laki-laki dan 40-50% pada perempuan. Keadaan tersebut akan sangat mempengaruhi distribusi obat dalam plasma. Distribusi obat larut lemak (lipofilik) akan meningkat dan distribusi obat larut air (hidrofilik) akan menurun. Konsentrasi obat hidrofilik di plasma akan meningkat karena jumlah cairan tubuh menurun. Dosis obat hidrofilik Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
17
mungkin harus diturunkan sedangkan interval waktu pemberian obat lipofilik mungkin harus dijarangkan (Departemen Kesehatan RI, 2006). c. Metabolisme Hepar adalah organ yang paling penting dalam metabolisme sebagian besar obat. Metabolisme obat tergantung pada aliran darah hepatik dan dengan semakin bertambah usia seseorang maka massa hepar semakin berkurang dan aliran darah hepar menurun. Metabolisme obat juga tergantung pada fungsi dan kapasitas enzim yang memetabolisme obat di hati. Enzim yang paling berperan dalam metabolisme adalah sitokrom p450 (Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T., 2009). Enzim sitokrom p450 adalah salah satu enzim yang berperan pada reaksi fase 1. Reaksi kimia yang terjadi pada proses metabolisme dibagi dua yaitu reaksi fase 1 dan reaksi fase 2. Reaksi fase 1 biasanya terganggu dengan bertambahnya usia sedangkan reaksi fase 2 tidak terganggu dengan bertambahnya usia (Hughes, 2001). d. Ekskresi Perubahan yang paling sering terjadi terkait penuaan dapat dilihat pada ekskresi atau eliminasi. Obat diekskresi melalui ginjal atau dimetabolisme pada hati (Beers, 2000-2001). Fungsi ginjal akan mengalami penurunan seiring dengan pertambahan usia. Perubahan fungsi ginjal dievaluasi dengan menggunakan Clearence creatinine (ClCr), perkiraan laju filtrasi glomerulus (GFR) (Koda-Kimble, M.A et al., 2009). Penurunan GFR pada lanjut usia maka diperlukan penyesuaian dosis obat. Pemberian obat pada pasien lanjut usia tanpa memperhitungkan faal ginjal sebagai organ yang mengekskresikan sisa obat akan berdampak pada kemungkinan terjadinya akumulasi obat sehingga menimbulkan efek toksik/ADR (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
18
Banyak obat yang dieliminasi melalui ginjal. Oleh karena itu satu hal yang perlu diperhatikan adalah banyak penyakit yang dapat dialami oleh lanjut usia yang dapat menurunkan fungsi ginjal. Diabetes dan hipertensi adalah dua penyakit umum yang dapat menurunkan fungsi ginjal (Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T. 2009). 2.3.4 Perubahan Farmakodinamik Efek farmakodinamik obat tergantung pada konsentrasi obat di reseptor, respon pada reseptor dan mekanisme homeostatis. Perubahan terkait usia pada farmakodinamik mungkin dapat terjadi pada reseptor atau signal-transduction level. Perubahan farmakodinamik dengan penuaan sulit dipelajari daripada perubahan farmakokinetika dan sedikit fakta yang menjadi dasar mekanisme perubahan farmakodinamik (Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T. 2009). Pada umumnya peningkatan sensitivitas farmakodinamik banyak obat
terjadi pada
pada
pasien lanjut usia. Beberapa obat yang
mengalami perubahan secara farmakodinamik yang perlu diwaspadai seiring dengan bertambahnya usia adalah CNS depressants dan warfarin yang
dapat
meningkatkan
sensitivitas;
antihipertensi,
tricyclic
antidepressants, phenotiazine antipsychotics dan diuretik yang dapat meningkatkan risiko hipotensi postural; golongan obat antipsikotik yang dapat
meningkatkan
risiko
dyskinesia
tardive
dan
golongan
β-
adrenoreceptor blocking agents yang dapat menurunkan sensitivitas (Hughes, 2001) 2.3.5 Masalah Terkait Obat pada Lanjut Usia
Penggunaan obat yang berlebihan (Overuse of Medications) Polifarmasi didefinisikan sebagai penggunaan multiple drug secara bersamaan atau pemberian obat lebih dari yang diindikasikan dengan klinik. Polifarmasi berhubungan dan meningkat pada lanjut
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
19
usia. Hasil survei menyatakan bahwa lanjut usia rata-rata menerima dua sampai sepuluh obat resep dan nonresep tiap hari (DiPiro. 2011). Polifarmasi pada lanjut usia kemungkinan dapat meningkatkan risiko ADR, geriatric syndrome termasuk perusakan kognitif dan delirium, jatuh dan fraktur pinggul, dan pembesaran pada saluran urin; mengurangi aktivitas fisik dan menganalisis pekerjaan sehari-hari yang dikontrol dihubungkan dengan jumlah obat yang diresepkan; dan polifarmasi dapat meningkatkan biaya untuk berobat (Hanlon, Schmader, Ruby, & Weinberger, 2001).
Resep yang tidak tepat (Inappropriate Prescribing) Peresepan yang tidak tepat didefinisikan sebagai pengobatan diluar batas peresepan yang berlaku pada standar pengobatan. Pada umumnya fenomena ini terjadi pada lanjut usia (DiPiro et al., 2011). Obat pada resep yang tidak tepat juga didefinisikan obat yang seharusnya dihindari oleh pasien lanjut usia karena tidak efektif dan tak ada gunanya berisiko tinggi (Elliot, 2006). Ada tiga pendekatan utama untuk mengukur resep yang tidak tepat yaitu (Hanlon, Schmader, Ruby, & Weinberger, 2001): 1. Obat yang harus dihindari 2. Peninjauan ulang penggunaan obat 3. Peninjauan klinik yang dipakai kriteria eksplisit
Penggunaan obat yang rendah (Underuse) Masalah yang penting dan meningkat pada lanjut usia adalah underuse, yang didefinisikan sebagai kesalahan terapi obat yang diindikasikan untuk pengobatan atau pencegahan suatu penyakit atau keadaan. Penggunaan obat yang rendah mungkin memiliki hubungan penting pada efek negatif pada hasil kesehatan lanjut
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
20
usia, termasuk penurunan fungsi, kematian, dan penggunaan pelayanan kesehatan (DiPiro et al., 2011)
Ketidakpatuhan pengobatan. Ketidakpatuhan terkait faktor pasien, kondisi, terapi, dan sistem kesehatan dan sosial. Sekitar 40,7% pasien usia 40-50 tahun dan 51,6% pasien usia 55-65 tahun mudah lupa. Kelupaan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain penurunan fungsi pada proses penuaan, terlalu sibuk, kurang perhatian, konsentrasi yang kurang dan faktor-faktor lain. Hal ini salah satu penyebab pada pasien lanjut usia cenderung tidak patuh. Di samping itu, ketidakpatuhan dapat didefinisikan lebih dari satu hal termasuk tidak menebus resep, menghentikan penggunaan obat sebelum obatnya habis dikonsumsi, atau mendapat informasi obat berlebih atau kurang dari pada yang dicantumkan pada etiket. Lanjut usia mungkin tidak patuh pada regimen obat
karena kemungkinan
terjadi efek yang tidak diinginkan, ketidakmampuan membaca etiket produk, atau informasi mengenai penggunaan obat yang tidak dipahami. Kadang-kadang, harga juga menjadi alasan yang umum mengapa pasien lanjut usia tidak menebus resep (DiPiro et al,. 2011; Commissaris, Ponds and Jolles, 1998). 2.3.6 Tinjauan Obat yang Biasa Digunakan Pasien Lanjut Usia Pada umumnya pasien lanjut usia menggunakan obat baik dengan resep atau over the counter (OTC), diantaranya cardiovascular agent termasuk
antihiperlipidemia
dan
antikoagulan
seperti
aspirin,
Hydroclorothiazid, atorvastatin, lisinopril, metoprolol, simvastatin, atenolol, amlodipin, furosemide, ezetimibe, valsartan, warfarin, dan clopidogrel (Qato, et al., 2008)
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
21
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa dari 62 pasien lanjut usia yang menjadi Anggota Posyandu Lansia Amanah Kecamatan Gubeng Surabaya sebanyak 93 obat yang digunakan berasal dari resep. Obat yang banyak diresepkan untuk pasien lanjut usia antara lain metformin, amlodipin, allupurinol, bisoprolol, captopril, glibenklamid dan nifedipin. Selain itu suplemen makanan yang paling banyak diresepkan adalah vitamin B kompleks (vitamin B1, B6, B12) dan glukosamin (Ningrum, K.P., 2012). Hasil penelitian di Brasil menunjukkan bahwa obat yang paling banyak digunakan pada pasien lanjut usia adalah antihipertensi, antiaritmia, hipnotik, sedative dan ansiolitik, antiulcer dan antidepresif, nitrat dan antidiabetes oral. Sebagian besar obatnya adalah ACE inhibitor (captopril54,6%), diuretik tiazid (HCT dan indapamide-39,6%), asam asetisalisilat (29,3%), diazepam (24%), nifedipin (15%), antipsikotik fenotiazin (chlorpromazine dan thioridazine-15%), ranitidin (13%), beta blocker (atenolol dan propranolol-12,4%) dan amitriptyline (12,4%) (de Oliveira et al, 2011; Vinks et al, 2006). 2.4 Tinjauan tentang Resep 2.4.1 Definisi Resep Resep adalah sebuah permintaan obat yang dikeluarkan oleh dokter, dokter gigi, atau praktisi kesehatan lain yang berlisensi. Resep menandakan suatu obat tertentu dan dosis yang akan diberikan untuk pasien tertentu pada waktu tertentu. Pada umumnya, resep obat juga disebut sebagai resep dokter oleh pasien (Scott, S, 2005). Pengadaan
resep
dokter
merupakan
bagian
dari
hubungan
profesional antara penulis resep, apoteker dan pasien. Ini adalah tanggung jawab apoteker dalam suatu hubungan untuk memenuhi penyediaan kualitas pelayanan kefarmasian mengenai kebutuhan obat pasien (Scott, S, 2005). Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
22
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku (Departemen Kesehatan RI, 2004). 2.4.2 Isi Resep Bagian komponen dari resep sebagai berikut (Scott, S, 2005) : 1.
Informasi mengenai nama dan alamat penulis resep
2.
Informasi mengenai pasien seperti nama lengkap dan alamat pasien.
3.
Tanggal penulisan resep.
4.
Simbol R/ yang berasal dari bahasa Latin recipe yang artinya ambilah atau superscription.
5.
Obat yang diresepkan atau inscription.
6.
Petunjuk pemberian obat ke apoteker atau subscription.
7.
Petunjuk bagi pasien atau signa ( untuk dituliskan dalam etiket).
8.
Refill, label khusus dan atau petunjuk lain.
9.
Tanda tangan penulis resep
2.5 Tinjauan tentang Patient Medication Record (PMR) 2.5.1 Tinjauan Mengenai Dokumentasi Pendokumentasian adalah hal yang harus dilakukan dalam setiap kegiatan pelayanan kefarmasian. Pendokumentasian berguna untuk evaluasi kegiatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dan tersedianya data/profil pasien (Departemen Kesehatan RI,
2008). Dokumentasi
menyajikan catatan perawatan dan riwayat keputusan pengobatan yang dibuat untuk pasien tertentu.
Sebagai
perubahan peran apoteker
dokumentasi akan menjadi barang berharga untuk mengidentifikasi dan mecatat kegiatan apoteker (Hughes, 2001). Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
23
Masalah yang perlu didokumentasikan adalah aktivitas yang berhubungan dengan pharmaceutical care yakni DRP. Apabila ditemukan DRPs (Drug-Related Problems), maka langkah farmasis : melihat identitas obat, penyakit alergi yang menyebabkan DRP, analisa jenis DRP, tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi DRP, rekomendasi yang akan diberikan oleh farmasis, outcomes yang diharapkan. Selain itu aktivitas lain yang perlu pendokumentasian adalah konsultasi dengan tenaga kesehatan lain, konseling pada pasien (sediaan farmasi, perbekalan kesehatan, pasien penyakit kronis), penilaian terhadap pemahaman pasien, konsultasi/saran terhadap self-care yang diberikan pada pasien, rujukan dan lain-lain (Hughes, 2001). 2.5.2 Tinjauan Mengenai PMR Salah
satu
bentuk
dokumentasi
untuk
aktivitas
pelayanan
kefarmasian adalah catatan penggunaan obat pada pasien (Patient Medication Record). Patient Medication Record (PMR) adalah catatan penggunaan obat setiap pasien yang bersifat rahasia dan hanya boleh ditulis serta disimpan oleh apoteker (Departemen Kesehatan RI, 2008). Latar belakang perlunya PMR karena ada peningkatan jumlah obat yang diresepkan maupun over the counter (OTC) yang dikonsumsi per individu setiap tahunnya, meningkatnya jumlah pasien yang mendapatkan obat meningkatkan peluang terjadinya kesalahan dalam pengobatan dan obat yang diresepkan rawan terjadi interaksi antar obat atau bahan lain seperti makanan sehingga menyebabkan ADR (Rees, JA, 1996). Prioritas penggunaan PMR dilakukan pada semua pasien terutama (Winfield, 1998) 1.Pasien yang memiliki kriteria umur tertentu yaitu: penderita tua berumur lebih dari 60 tahun anak yang berumur kurang dari 12 tahun; Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
24
2.Pasien yang memiliki penyakit tertentu seperti: asma, epilepsi dan diabetes; 3.Pasien yang menggunakan obat tertentu seperti: antikoagulan, oral kontrasepsi dan steroid; 4.Pasien yang memiliki kebutuhan tertentu seperti: sensitif terhadap penisilin, terapi obat yang banyak dan confusion PMR dibangun untuk membantu apoteker mendeteksi dan mencegah masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan DRPs. Di dalam PMR secara normal akan memuat semua obat yang diminum oleh pasien termasuk obat OTC yang dibeli di apotek atau tempat lain. Berikut data-data yang perlu dicatat dalam PMR (Winfield, 1998): 1. Data pasien
: Nama Alamat dan kode pos Nomer telepon Jenis Kelamin Usia dan tanggal lahir Pekerjaan Alergi obat Riwayat penyakit
2. Identitas dokter : Nama Alamat praktek
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
25
Nomer telepon 3. Data obat
: Nama obat Kekuatan Bentuk sediaan Jumlah obat Dosis Tanggal resep Tanggal pelayanan
4. Keterangan tambahan tentang adanya alergi obat pada pasien, resistensi terhadap obat, penyakit kronik yang pernah dialami pasien. Nomor produksi atau nomor lisensi pada obat. Manfaat lain adanya PMR adalah dapat membantu apoteker untuk melakukan konseling secara tepat pada pasien (Departemen Kesehatan RI, 2008; Rees, JA,1996). 2.6 Tinjauan Tentang Penelitian Survei Metode pengumpulan data pada penelitian survei
menurut
Notoatmodjo (2010) ada dua macam yaitu : 1. Penelitian survei dengan wawancara (interview) Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut diperoleh langsung
dari
responden
melalui
suatu
pertemuan
atau
percakapan.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
26
2. Penelitian survei dengan angket (kuesioner) Yang dimaksud dengan angket, adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut
kepentingan umum (orang
banyak). Angket ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya. Dilihat dari bentuknya wawancara dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain (Notoatmodjo, 2010) : a. Wawancara Tidak Terpimpin (Non Directive
or Unguided
Interview) Sebenarnya
semua wawancara itu terpimpin, yakni dipimpin
oleh keinginan untuk mengumpulkan informasi atau data, tetapi wawancara tidak terpimpin disini diartikan tidak ada pokok persoalan yang menjadi fokus dalam wawancara tersebut. Sehingga dalam wawancara ini pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan itu tidak sistematis, melompat-lompat dari satu peristiwa atau topik ke peristiwa atau topik lain yang tanpa berkaitan. b. Wawancara Terpimpin (Structured Interview) Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan masak-masak sebelumnya. Sehingga
interviewer
tinggal
membacakan
pertanyaan-
pertanyaan tersebut kepada interviewee. Pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman (kuesioner) tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencakup variabel-variabel yang berkaian dengan hipotesisnya. Keuntungannya antara lain (1) pengumpulan data Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
27
dan pengolahannya dapat dengan cermat dan teliti, (2) hasilnya dapat disajikan secara kualitatif dan kuantitatif, (3) interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya pertanyaanpertanyaan yang seragam. c. Wawancara Bebas Terpimpin Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan wawancara terpimpin. Terdapat unsur kebebasan tetapi ada pengarah pembicaraan secara tegas dan mengarah. Wawancara ini mempunyai ciri fleksibilitas (keluwesan) tetapi arahnya jelas. Oleh karena itu, sering dipergunakan untuk menggali gejala-gejala kehidupan psikis antropologis. Unsur keluwesan tersebut tergantung dari keterampilan pewawancara dalam memanipulasikan kondisi psikologis yang tepat dan menyusun ke dalam pokok-pokok hal (pedoman interview) yang sifatnya masih mentah. Interviewer diberi kebebasan untuk mengolah sendiri pertanyaan sehingga memperoleh jawabanjawaban yang diharapkan. Dengan berpedoman pada pola ini pewawancara melakukan wawancara dalam suasana atau dengan cara
sesantai
mungkin,
interviewee
secara
bebas
dapat
memberikan informasi selengkap mungkinMeskipun terdapat unsur kebebasan, tetapi ada pengaruh pembicaraan secara tegas dan mengarah. d. Free Talk dan Diskusi Apabila di dalam suatu wawancara terjadi suatu hubungan yang sangat terbuka antara interviewer dan interviewee, maka di sini sebenarnya kedua belah pihak masing-masing menduduki dwifungsi, yakni masing-masing sebagai “information hunter” dan “information supplier”, dan dalam keadaan demikian ini Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
28
kedua belah pihak denagn hati terbuka bertukar pikiran dan perasaan, dan seobjektif mungkin mereka saling memberikan keterangan-keterangan. Maka dalam situasi demikian ini, berlangsunglah suatu “free talk” atau bericara bebas. Di sini interviewer sebenarnya bukan hanya bertindak sebagai pencari data, tetapi juga sebagai suggester, motivator, dan educator sekaligus. 2.7 Tinjauan Tentang Apotek 2.7.1 Definisi Apotek Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2004).
Apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (Pemerintah RI, 2009). 2.7.2 Fungsi Apotek Fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan, dan sebagai sarana farmasi untuk
melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat dan sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. (Departemen Kesehatan RI, 2008). 2.7.3 Pelayanan Farmasi di Apotek Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud sesuai dengan Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
29
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atau resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional (Pemerintah RI, 2009). 2.7.4 Tinjauan Tentang Apotek Farmasi Airlangga (FFUA, 2010) Apotek Farmasi Airlangga berlokasi di Jl. Dhramawangsa No. 33 Surabaya. Latar belakang pendirian apotek adalah untuk meningkatkan kemampuan para Apoteker lulusan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga utamanya
kemampuan
profesionalisme
Apoteker.
Apotek
Farmasi
Airlangga merupakan Apotek Pendidikan yang pertama berdiri di Indonesia. Sebagai Apotek Pendidikan, Apotek Farmasi Airlangga mempunyai moto “No Pharmacist No Service” sehingga pada saat apotek buka akan selalu ada apoteker yang bertanggung jawab pada pelayanan kefarmasian yang diberikan. Visi Apotek Farmasi Airlangga adalah mandiri,
inovatif,
terkemuka
dan
sebagai
menjadi Apotek yang pelopor
pengembangan
pharmaceutical care. Sedangkan Misi Apotek Farmasi Airlangga sebagai berikut : 1. Mendukung penyelenggaraan pendidikan akademik dan profesi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang menggunakan metoda dan teknologi pembelajaran modern. 2. Mengembangkan
ilmu
pengetahuan
kefarmasian
melalui
penelitian di bidang pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan kebutuhan dan untuk kepentingan masyarakat. 3. Melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk komunikasi, kerjasama, pemberian informasi dan pendidikan serta bentuk pelayanan lainnya dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat. Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4. Berinteraksi
dan
bekerjasama
ditingkat
30 nasional
dan
internasional secara efektif dengan lembaga pendidikan, lembaga penelitian, industri, rumah sakit dan pusat pelayanan kesehatan lainnya, kelompok
lembaga
pemerintahan,
masyarakat
lain
organisasi
untuk
profesi
kepentingan
serta
kualitas
pendidikan, penelitian dan pelayanan. 5. Menghasilkan revenue bagi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga dan bagi kemajuan perkembangan apotek. 2.8 Penelitian Terdahulu Cara peneliti terdahulu untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan kejadian masalah terkait terapi obat pada pasien lanjut usia antara lain: 1. Catatan resep (Prescription record). Pada bulan Juni 2002 sampai Februari 2003 di 16 apotek di negara Belanda bagian selatan. Responden dipilih secara random dari resep pasien lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas, menerima enam atau lebih obat yang diresepkan. Pasien yang dirawat dirumah dengan perawat dan yang dirawat di rumah sakit termasuk kriteria eksklusi. DRP diidentifikasi dan diputuskan sesuai dengan National Prescribing Guidelines seperti the Standards for Dutch general practitioners and therapeutic handbooks. Kategori DRP potensial yang diidentifikasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu terkait pasien yaitu ketidakpatuhan; terkait prescriber seperti obat tidak sesuai indikasi, duplikasi obat, dosis tidak tepat, tidak menggunakan sesuai petunjuk; dan terkait obat seperti kontraindikasi, interaksi antar obat. ADR. Data dianalisis dengan menggunakan Microsoft Access dan SPSS. Hasilnya dari 763 masalah terkait obat yang diamati pada 196 pasien lanjut usia. Dua atau lebih masalah terkait obat yang potensial terjadi pada 90% pasien dan hampir Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
31
sepertiga dari populasi yang diteliti lima atau lebih masalah terkait obat yang terjadi teridentifikasi (Vinks et al., 2006). 2. Wawancara dan dari catatan kartu rekam medis, kartu catatan pemberian obat yang ditulis oleh perawat, serta dokumen lain yang diperlukan. Penelitian bersifat deskriptif, pengambilan data dilakukan secara prospektif pada 100 pasien dengan kriteria pasien berumur lebih dari 60 tahun dan menjalani rawat inap di bangsal Bougenville IRNA I bagian Penyakit Dalam RSUP dr.Sardjito. Data diambil pada 2 periode waktu yaitu bulan Januari – Februari 2006 dan bulan Agustus-Oktober 2006. Pengambilan data pengobatan pasien dilakukan melalui kartu rekam medis, kartu catatan pemberian obat yang ditulis oleh perawat, serta dokumen lain yang diperlukan. Identifikasi DRP terkait dengan pemilihan obat yang tidak tepat dilakukan melalui diskusi dengan klinisi. Analisis data selanjutnya dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa problem pemilihan obat yang tidak tepat terjadi ada 48 kasus (Rahmawati et al., 2008). 3. Kuesioner Pada bulan januari dan Desember 2007 dilakukan pada 154 pasein lanjut usia di lima institusi long term di Brasil. Sampel yang dipilih lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari metode the Dader, Pharmacotherapeutic Follow-up. 381 DRP teridentifikasi yaitu kesulitan mendapatkan obat, ketidakpatuhan, kurang pengetahuan mengenai obat yang diresepkan, adanya interaksi obat dan swamedikasi adalah DRP yang paling sering terjadi. Kemudian data dianalisis menggunakan SPSS (de Oliveira and Novaes, 2011)
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB III KERANGKA KONSEP Pasien Lanjut usia - Terjadi perubahan fisiologis -Terjadi perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik - Rentan terhadap penyakit
Drug Related Need (DRN)
Penggunaan obat
Drug Therapy Problems (DTPs): 1. Terapi obat tidak diperlukan. 2. Kebutuhan terapi obat tambahan.
- Indikasi - Efektivitas
3. Obat tidak efektif.
- Aman
4. Dosis terlalu rendah
- Kepatuhan
5. Dosis terlalu tinggi 6. Adverse Drug Reaction (ADR) 7. Ketidakpatuhan.
Peran Apoteker dalam Pharmaceutical care Identifikasi DTPs Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep
32 Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
33
Pasien lanjut usia memiliki karakteristik terjadi perubahan fisiologis, perubahan farmakokinetika, perubahan farmakodinamika, dan rentan terhadap penyakit sehingga perlu diperhatikan pada saat penggunaan obat. Akibat dari perubahan-perubahan tersebut pada saat menggunakan obat mengalami hambatan untuk mencapai outcome terapi yang diinginkan. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus pada pasien lanjut usia mengenai ketepatan dalam memenuhi kebutuhan terkait terapi obat yang biasa disebut Drug Related Need (DRN) yang meliputi indikasi, efektivitas, aman dan kepatuhan. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi secara tepat maka akan muncul masalah terkait obat yang disebut Drug Therapy Problems (DTPs) yaitu ketidaktepatan indikasi menimbulkan masalah terapi obat tidak diperlukan dan kebutuhan terapi obat tambahan, ketidakefektivitasan menimbulkan obat tidak efektif dan dosis terlalu rendah, ketidakamanan timbul bila dosis terlalu tinggi dan ADR, serta ketidakpatuhan pasien. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan identifikasi DTPs baik yang potensial dan dan/atau aktual yang terjadi pada pasien lanjut usia. Di sini salah satu peran apoteker dalam Pharmaceutical care adalah identifikasi DTPs yang dimulai dengan menjalin komunikasi terapetik dengan pasien.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian 4.1.1 Berdasarkan tujuan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini gambaran yang ingin dilihat adalah kejadian DTPs yang terjadi pada lanjut usia dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga. 4.1.2 Berdasarkan waktu pengumpulan data Berdasarkan waktu pengumpulan data penelitian ini dengan pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional merupakan suatu penelitian dimana tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian kepada subjek dilakukan observasi hanya sekali saja. 4.2 Sumber Data Penelitian Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung diperoleh dari obyek, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data dimana data telah tersedia (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini sumber data primer diperoleh dari data hasil wawancara pada pasien lanjut usia yang memenuhi kriteria inklusi dan resep pasien lanjut usia di Apotek Farmasi Airlangga. Sedangkan sumber data sekunder adalah PMR pasien bila ada di apotek. 34 Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
35
4.3 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari 2013. 4.4 Populasi Populasi adalah sebuah himpunan (set) dari individu-individu, unitunit, atau unsur-unsur yang mempunyai ciri-ciri yang sama (Zainuddin, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien lanjut usia dengan resep di Apotek Airlangga pada bulan Februari 2013. 4.5 Sampel Sampel adalah himpunan bagian (subset) dari populasi (Zainuddin, 2011). Kegunaan sampling didalam penelitian ini antara lain : menghemat biaya,
mempercepat
pelaksanaan
penelitian,
menghemat
tenaga,
memperluas ruang lingkup penelitian, dan memperoleh hasil yang lebih akurat (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh pasien lanjut usia dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga yang memenuhi kriteria inklusi pada bulan Februari 2013. 4.5.1 Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling pada dasarnya dapaat dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability Sampling dan Non Probability Sampling. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Non Probability yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik Non Random Sampling yang digunakan adalah sampling jenuh atau sensus (Sugiyono, 2010). Pengambilan sampel secara sampling jenuh karena sampel yang digunakan adalah semua anggota populasi. Hal ini sering dilakukan bila Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
36
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2010). Besar sampel pada penelitian ini sebanyak pasien lanjut usia dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada bulan Februari 2013 yang memenuhi kriteria inklusi. 4.5.2 Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota
populasi
yang
dapat
digunakan
sebagai
sampel
(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi pada penelitian ini sebagai berikut: 1.Berusia 60 tahun ke atas 2.Pasien dan/atau keluarga pasien yang menebus obat dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga 3.Berkomunikasi dengan baik. 4.Bersedia menjadi responden. 4.5.3 Jumlah sampel Jumlah sampel pada penelitian ini seluruh pasien lanjut usia dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga yang memenuhi kriteria inklusi pada bulan Februari 2013. 4.6 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Penelitian survei adalah suatu penelitian yang dilakukan
tanpa
melakukan
intervensi
terhadap
subjek
penelitian
(masyarakat) sehingga sering disebut penelitian noneksperimen. Penelitian survei ada dua macam yaitu penelitian survei dengan wawancara (interview) dan penelitian survei dengan angket (kuesioner). Pada penelitian ini dipilih metode pengumpulan data dengan wawancara, membaca resep dan PMR. Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
37
Jenis wawancara yang akan dilakukan termasuk dalam wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara terpimpin dan tidak terpimpin dimana peneliti diberi kebebasan untuk mengolah sendiri pertanyaan (pedoman interview) sehingga memperoleh jawaban yang diharapkan (Notoatmodjo, 2010). 4.7 Variabel Penelitian Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Variabel juga dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam penelitian ini meliputi : Variabel 1.Terapi obat yang tidak diperlukan
Tabel IV.1 Variabel Penelitian Parameter Indikator 1.Pasien menggunakan -Diagnosa obat yang tidak sesuai dokter dengan kondisi medis -Nama obat -Keluhan 2.Penggunaan produk -Diagnosa obat lebih dari satu pada dokter kondisi yang seharusnya -Nama obat dapat diterapi dengan satu obat -Keluhan 3.Pengobatan lebih baik -Diagnosa dilakukan dengan terapi dokter non-obat -Nama obat
4.Pasien menerima terapi obat untuk
-Keluhan -Diagnosa dokter
Keterangan Pertanyaan 1 Resep dan/pertanyaan 7a Pertanyaan 2 Pertanyaan 1 Resep dan/ pertanyaan 7a Pertanyaan 2 Pertanyaan 1 Resep dan/ pertanyaan 7a Pertanyaan 2 Pertanyaan 1
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Variabel
Parameter mengatasi efek samping obat lain yang seharusnya efek tersebut bisa dihindari
Indikator -Nama obat
38
-Keluhan
Keterangan Resep dan/ pertanyaan 7a Pertanyaan 2
-Obat lain
Pertanyaan 5
-Efek samping Pertanyaan 7d & Pustaka 5.Pasien menerima obat -Diagnosa Pertanyaan 1 untuk terapi masalah dokter yang ditimbulkan karena -Nama obat Resep dan/ drug abuse,penggunaan pertanyaan 7a alkohol dan merokok -Gaya hidup Pertanyaan 10 2.Kebutuhan 1.Ada kondisi baru yang -Diagnosa Pertanyaan 1 akan terapi membutuhkan terapi dokter obat obat tambahan (baru) -Nama obat Resep dan/ tambahan pertanyaan 7a -Keluhan Pertanyaan 2 2.Terapi obat -Diagnosa Pertanyaan 1 pencegahan untuk dokter mengurangi risiko -Nama obat Resep dan/ karena ada kondisi baru pertanyaan 7a yang tidak diinginkan -Keluhan Pertanyaan 2 pasien -Efek samping Pustaka 3.Kondisi medis yang -Diagnosa Pertanyaan 1 memerlukan terapi obat dokter tambahan untuk -Nama obat Resep dan/ mendapatkan efek yang pertanyaan 7a sinergis -Keluhan Pertanyaan 2 3. Obat tidak 1.Obat yang diperlukan efektif bukan yang paling efektif untuk kondisi medis pasien 2.Kondisi medis yang sulit disembuhkan dengan obat yang diberikan
-Diagnosa dokter -Nama obat -Keluhan -Diagnosa dokter -Nama obat
Pertanyaan 1 Resep dan/ pertanyaan 7a Pertanyaan 2 Pertanyaan 1 Resep dan/ pertanyaan 7a
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Variabel
Parameter 3.Dossage form tidak tepat
4.Produk obat tidak efektif untuk indikasi
4. Dosis 1.Dosis terlalu rendah terlalu rendah untuk memberikan respon yang diinginkan
Indikator -Keluhan -Diagnosa dokter -Nama obat
Keterangan Pertanyaan 2 Pertanyaan 1
-Diagnosa dokter -Nama obat
Pertanyaan 1
Resep dan/ pertanyaan 7a -Dossage form Resep
-Keluhan -Diagnosa dokter -Nama obat - Dosis terapi
2.Interval pemberian terlalu jarang
39
-Nama obat -Diagnosa dokter -Aturan pakai -dosis terapi
3.Interaksi obat yang -Nama obat menurunkan jumlah obat aktif -Interaksi obat -alergi -Obat lain 4.Durasi pemberian -Diagnosa terapi obat terlalu dokter pendek -Nama obat
Resep dan/ pertanyaan 7a Pertanyaan 2 Pertanyaan 11 Resep dan/ pertanyaan 7a Pustaka Resep dan/ pertanyaan 7a Pertanyaan 1 Resep dan/ pertanyaan 7c Pustaka Resep dan/ pertanyaan 7a Pustaka Pertanyaan 7d Pertanyaan 5 Pertanyaan 1
-Dosis terapi
Resep dan/ pertanyaan 7a Pustaka
-Aturan pakai
Resep dan/
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Variabel
Parameter
Indikator -Jumlah obat
5. Dosis terlalu tinggi •
1.Dosis terlalu tinggi
2.Frekuensi pemberian terlalu pendek
- Dosis terapi -Diagnosa dokter -Nama obat
3.Durasi terapi obat terlalu panjang
- Dosis terapi -Diagnosa dokter -Nama obat
•
4.Interaksi obat yang menghasilkan reaksi toksik pada produk obat • 5.Dosis obat yang diberikan terlalu cepat
6. ADR
-Diagnosa dokter -Nama obat
1.Obat yang menyebabkan reaksi
40 Keterangan pertanyaan 7c Resep dan/ pertanyaan 6 Pertanyaan 1 Resep dan/ pertanyaan 7a Pustaka Pertanyaan 1 Resep dan/ pertanyaan 7a Pustaka Pertanyaan 1
Resep dan/ pertanyaan 7a -Dosis terapi Pustaka -Aturan pakai Resep dan/ pertanyaan 7c -Jumlah obat Resep dan/ pertanyaan 6 -Obat lain Pertanyaan 5 -Interaksi obat Pustaka -alergi PMR -Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a -Diagnosa Pertanyaan 1 dokter -Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a -Aturan pakai Resep dan/ pertanyaan 7c -dosis terapi Pustaka -Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Variabel
Parameter yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan dosis 2.Obat lain yang lebih aman dibutuhkan karena pasien memiliki faktor risiko 3.Interaksi obat yang menyebabkan efek yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan dosis
Indikator Keterangan -Efek samping Pustaka dan/ pertanyaan 7d
4.Regimentasi dosis diberikan atau diubah terlalu cepat
-Nama obat
5.Produk obat menyebabkan alergi
6.Produk obat kontraindikasi karena faktor risiko
7. Ketidakpatuhan
1.Pasien tidak memahami petunjuk
41
-Nama obat
Resep dan/ pertanyaan 7a -Efek samping Pustaka dan/ pertanyaan 7d -Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a -Efek samping Pustaka dan/ pertanyaan 7d -Obat lain Pertanyaan 5 -alergi PMR Resep dan/ pertanyaan 7a -Efek samping Pustaka dan/ pertanyaan 7d -Obat lain Pertanyaan 5 -riwayat alergi PMR -Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a -Efek samping Pustaka dan/ pertanyaan 7d -Obat lain Pertanyaan 5 -alergi PMR -Nama obat
Resep dan/ pertanyaan 7a -Efek samping Pustaka dan/ pertanyaan 7d -Obat lain Pertanyaan 5 -riwayat alergi PMR -Aturan pakai Resep dan/ pertanyaan 7c -Pemahaman Pertanyaan 7c aturan pakai
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Variabel
Parameter 2.Pasien lebih memilih untuk tidak meminum obat 3.Pasien lupa untuk meminum obat
4.Produk obat terlalu mahal untuk pasien
5.Produk obat tidak tersedia untuk pasien
6. Pasien tidak dapat menelan atau menggunakan obat secara tepat
Indikator -Nama obat
42 Keterangan Resep dan/ pertanyaan 7a
-Aturan pakai Resep dan/pertanyaan 7c -Aturan pakai Resep -Nama obat dan/pertanyaan 7c Resep dan/ pertanyaan 7a -Aturan pakai Resep dan/ pertanyaan 7c - Obat lain Pertanyaan 5 -Nama obat Resep dan/ pertanyaan 7a -Harga obat Pengamatan -Jumlah obat Resep dan/ dari resep pertanyaan 6 -jumlah obat Pengamatan dan/ yang diambil pertanyaan 6 -Bentuk Resep sediaan -Ketersediaan Pengamatan dan obat di apotek pertanyaan 6 -nama obat
Resep dan/ pertanyaan 7a
-jumlah obat
Resep dan/ pertanyaan 6
-Bentuk sediaan
Resep
(Cipolle, Strand, & Morley, 2004)
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
43
4.8 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini menggunakan instrumen: 1.Patient Medication Record (PMR) 2.DTP registration form V5.01 (PCNE Classification) yang dimodifikasi ( van Mil, 2005). 3.Daftar pedoman interview 4.Lembar persetujuan (informed consent), 5.Peneliti sebagai interviewer. 4.9 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan batasan-batasan dari ruang lingkup atau variabel yang diamati (Notoatmodjo, 2010). Berikut ini adalah jabaran dan batasan variabel yang digunakan oleh peneliti: 1. Responden Responden adalah pasien lanjut usia (pasien yang berusia ≥ 60 tahun) dan atau keluarga pasien lanjut usia yang menebus obat dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada bulan Februari 2013. Apabila informasi yang didapat dari keluarga pasien tidak dapat menjawab seluruh poin yang ada pada pedoman interview maka harus menemui pasien langsung ke rumah atau menghubungi pasien melalui telepon. 2. Identifikasi DTPs Identifikasi DTPs adalah identifikasi DTPs baik aktual dan atau potensial yang ditemukan setiap tatap muka dengan pasien yang berasal dari obat resep dan/ obat lain yang digunakan pasien dan dihitung satu tiap kategori meskipun kategori tersebut satu atau lebih Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
44
penyebab. Identifikasi DTPs yang ditemukan oleh peneliti akan dipresentasikan dan didiskusikan kembali pada expert panel. 3. Nama Obat nama obat generik dan/atau dagang, yang digunakan oleh responden. 4. Resep Resep adalah permintaan dokter kepada apoteker untuk meracik, menyiapkan dan menyerahkan obat untuk pasien tertentu dan pada waktu tertentu dimana resep yang memiliki data pasien, data dokter, dan tanggal yang sama dihitung satu menjadi satu resep. 5. Jumlah obat Jumlah obat adalah banyaknya item obat yang tertulis pada resep. 6. Terapi obat yang tidak diperlukan Terapi obat yang tidak diperlukan adalah terapi obat yang diterima pasien yang tidak sesuai dengan indikasi atau berdasarkan keluhan pasien. 7. Kebutuhan akan terapi obat tambahan Kebutuhan akan terapi obat tambahan adalah kebutuhan akan terapi obat lain yang diperlukan pasien dalam mengobati keluhan dan/ gejala dan/atau tanda dan/atau data klinik yang dialami pasien. 8. Obat tidak efektif Obat tidak efektif adalah terapi obat yang diterima pasien dari penebusan resep dimana pasien telah pernah menggunakan obat tersebut dan tidak memberikan efek yang diinginkan. 9. Dosis terlalu rendah Dosis dikatakan terlalu rendah apabila dosis pemakaian obat yang digunakan pasien lebih kecil dari dosis yang tertulis dalam pustaka. 10. Dosis terlalu tinggi
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
45
Dosis dikatakan terlalu tinggi apabila dosis pemakaian obat yang digunakan pasien dan lebih kecil dari dosis yang tertulis dalam pustaka. 11. ADR ADR adalah reaksi obat yang tidak diinginkan yang terjadi pada pasien setelah minum
obat dapat berupa efek samping, obat
dikontraindikasikan atau interaksi obat-obat dan/atau interaksi obatmakanan meskipun dalam jumlah sedikit yang tidak sesuai dengan efek terapi sebenarnya. 12. Ketidakpatuhan Ketidakpatuhan adalah macam-macam ketidakpatuhan yang dapat disebabkan oleh tindakan pasien maupun ketersediaan produk obat. 13. Gangguan Kesehatan Gangguan kesehatan adalah keluhan dan/atau riwayat penyakit yang dialami pasien tiap kali menebus obat. 14. Diagnosis dokter Diagnosis dokter adalah penentuan jenis penyakit berdasarkan keluhan pasien atau informasi dari pasien mengenai kondisi atau sakit pasien yang berasal dari dokter. 4.10 Uji Validitas Instrumen Penelitian Validitas adalah indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Pengukuran validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mengukur apa yang akan diukur (Portney and Watkins, 2000). Uji validitas yang digunakan dalam pengujian instrumen dalam penelitian ini adalah validitas rupa (face validity) dan validitas isi (content validity).
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
46
Validitas rupa (face validity) menunjukkan sejauh mana item dalam instrumen mengukur “penampilan” untuk mengukur apa yang seharusnya akan diukur. Saat mengembangkan atau mengadopsi kuesioner, yang perlu diperhatikan dan dipastikan bahwa item-item pertanyaan harus cukup spesifik untuk menilai variabel yang diinginkan (Okolo, 2000). Pengujian validitas rupa dilakukan dengan uji coba instrumen yaitu poin daftar pertanyaan, peneliti sebagai interviewer dan PMR yang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. Pengujian validitas rupa pada poin daftar pertanyaan sebagai alat bantu dalam melakukan wawancara dapat terlihat dari pemilihan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden. Sedangkan pada instrumen PMR berupa tersedianya tempat pengisian data yang mencukupi serta pengaturan tampilan dari instrumen tersebut. Pada peneliti uji validitas rupa dan isi dilakukan dengan cara training dimana terdapat para ahli sebagai penilai tentang pemilihan bahasa yang digunakan peneliti untuk melakukan wawancara dapat diterima dengan baik serta sesuai dengan tujuan dari masing-masing pertanyaan tanpa menimbulkan bias. Interviewer diperbolehkan melakukan pengambilan data setelah dinyatakan lulus oleh para ahli. Validitas isi (content validity) menunjukkan sejauh mana isi instrumen secara proporsional sesuai dengan kriteria obyektif dari konsep yang telah ditetapkan sebelumnya (Okolo, 2000). Pengujian validitas isi dilakukan dengan membandingkan apakah seluruh indikator pada variabel dapat mewakili tujuan penelitian yang ingin dicapai. Pengujian validitas instrumen ini dibantu oleh orang yang ahli dan yang telah berpengalaman (dosen).
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
47
4.11 Analisis Data Dalam penelitian ini dilakukan analisis secara deskriptif untuk mengetahui kejadian DTPs pada pelayanan resep untuk pasien lanjut usia. Data penelitian yang diperoleh dari resep dan hasil wawancara diisikan ke dalam lembar PMR. Lembar PMR yang telah diisi secara lengkap digunakan untuk identifikasi DTPs yang dialami responden oleh peneliti. Hasil identifikasi dituliskan ke dalam lembar DTPs registration form. Identifikasi yang telah dilakukan akan dipresentasikan dan didiskusikan kepada expert panel untuk memastikan kebenaran dalam penggolongan DTPs yang terjadi pada responden. Hasil diperoleh dalam bentuk frekuensi, mean, modus, dan dipersentasekan (%) kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS. Data disajikan dalam bentuk grafik, diagram, atau tabel.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1
Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini dilakukan di Apotek Farmasi Airlangga yang
beralamat di Jl. Dharmawangsa 33 Surabaya. Responden adalah pasien lanjut usia (pasien yang berusia ≥ 60 tahun) dan atau keluarga pasien lanjut usia yang menebus obat dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga pada bulan Februari 2013. Apabila informasi yang didapat dari keluarga pasien tidak dapat menjawab semua pertanyaan pedoman interview maka pasien akan ditemui langsung di rumah atau dihubungi melalui telepon. Dari 65 pasien dan atau keluarga pasien yang datang ke Apotek Farmasi untuk menebus obat, enam diantaranya tidak bersedia menjadi responden. Lima pasien tidak punya waktu untuk diwawancarai dan satu pasien terlewat dan tidak diketahui identitas pasien sehingga tidak dapat ditemui untuk wawancara. Dari 59 pasien lanjut usia yang memenuhi kriteria inklusi, terdapat dua pasien yang datang ke Apotek Farmasi Airlangga dua kali pada bulan yang sama untuk menebus obat. Sehingga total resep obat yang dibawa oleh 59 responden adalah 61 resep. 5.2 Uji Validitas Pada penelitian ini digunakan lima instrumen yaitu Patient Medication Record (PMR), DTP registration form V5.01 (PCNE Classification) yang dimodifikasi (van Mil, 2005), daftar pedoman interview, lembar persetujuan (informed consent), dan peneliti sebagai interviewer. Sebelum penelitian dilakukan uji terlebih dahulu untuk memastikan validitas instrumen. Uji validitas yang dilakukan pada 48 Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
49
penelitian ini adalah validitas rupa (face validity) dan validitas isi (content validity). Pengujian validitas rupa dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh pertanyaan pedoman interview dapat digunakan oleh peneliti. Sedangkan uji validitas isi dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh indikator pada variabel dapat mewakili tujuan penelitian yang ingin dicapai. Uji validitas dilakukan dengan uji coba instrumen yaitu pedoman interview, peneliti sebagai interviewer dan PMR yang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. Validitas rupa pada pedoman interview sebagai alat bantu dalam melakukan wawancara dapat terlihat dari pemilihan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden. Sedangkan pada instrumen PMR berupa tersedianya tempat pengisian data yang mencukupi serta pengaturan tampilan dari instrumen tersebut. Sedangkan pada peneliti, uji validitas rupa dan isi dilakukan dengan cara training. Training yang pertama dilakukan dengan cara mewawancara sesama peneliti sebanyak empat kali dengan skenario yang berbeda. Selain itu peneliti juga mengamati peneliti lain sewaktu wawancara pada responden. Kemudian peneliti mewawancara dosen yang berperan sebagai responden dengan skenario yang sudah disiapkan. Peneliti melakukan role playing dengan dosen sebanyak empat kali dengan skenario yang berbeda. Pengulangan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang valid tanpa menimbulkan bias dan konsisten. Pada proses pengulangan terjadi perubahan instrumen dari daftar pertanyaan menjadi pedoman interview. Training dilakukan dalam satu hari pada bulan Januari 2013 dengan bantuan dosen sebagai penilai. Interviewer diperbolehkan melakukan pengambilan data setelah dinyatakan lulus training oleh dosen.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
50
5.3 Gambaran Umum Responden 5.3.1 Jenis Kelamin Dari 59 responden dapat diketahui distribusi jenis kelamin responden pada tabel berikut ini: Tabel V.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden. Jenis kelamin n %* Laki-laki 21 36 Perempuan 38 64 Jumlah 59 100
*Prosentase dihitung dari total responden.
5.3.2 Usia Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa responden paling banyak berada pada rentang usia 60-64 tahun sebesar 29%. Distribusi usia dari 59 responden dapat diketahui pada tabel berikut ini: Usia (tahun) 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 ≥85 Jumlah
Tabel V.2 Distribusi Usia Responden n 17 14 16 5 4 3 59
*Prosentase dihitung dari total responden
%* 29 24 27 8 7 5 100
5.3.3 Riwayat Gangguan Kesehatan Dari 59 responden, dua diantaranya berkunjung ke Apotek Farmasi Airlangga dua kali selama bulan Februari 20113 sehingga total kunjungan responden yang menebus obat dengan resep dan dilakukan identifikasi DTPs sebanyak 61 kunjungan. Dari total 61 kunjungan pasien mengalami gangguan kesehatan dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
51
Tabel V.3 Distribusi Riwayat Gangguan Kesehatan Riwayat Gangguan kesehatan** n* Hipertensi 50 Asam urat 14 Diabetes melitus 13 Jantung 11 Kolesterol 8 Asma, sesak napas 6 Capek-capek, linu-linu 6 Stroke 3 Maag 3 Vertigo 3 Paru 2 Osteoarthritis 1 Mual muntah 1 Kencing batu 1 Sakit mata 1 Flu 1 Batuk 1 Jumlah 125
* Satu responden dapat memiliki lebih dari satu gangguan kesehatan. ** Diperoleh dari hasil wawancara terhadap pasien.
Tabel V.4 Distribusi Jumlah Riwayat Gangguan Kesehatan Jumlah Gangguan Kesehatan n %* 1 24 39,34 2 19 31,15 3 14 22,95 4 1 1,64 5 3 4,92 Jumlah 61 100 Rata-rata 2,03 SD 1,064
*Prosentase dihitung dari total resep yang dibawa oleh responden.
Hasil penelitian menunjukkan total gangguan kesehatan yang dialami responden adalah 125 dan yang paling banyak dialami oleh responden adalah hipertensi. Pada penelitian ini didapatkan hasil sebanyak 60,66% responden mengalami lebih dari satu gangguan kesehatan.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
52
5.3.4 Sumber Dana Pembelian Obat Dari 61 resep yang dibawa oleh responden didapat informasi sumber dana yang digunakan oleh responden untuk membeli obat paling banyak berasal dari asuransi kesehatan yaitu sebesar 90,16%. Distribusi sumber dana yang digunakan responden untuk membeli obat dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel V.5 Sumber Dana Pembelian Obat Sumber dana n %* Dana pribadi 6 9,84 Asuransi Kesehatan 55 90,16 Jumlah 61 100
*Prosentase dihitung dari total responden.
5.4
Jumlah Item Obat dalam Resep Distribusi jumlah obat yang tertulis dalam resep setiap kunjungan
dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel V.6 Distribusi Jumlah Item Obat dalam Resep Jumlah item obat n %* 1 14 22,95 2 16 26,23 3 14 22,95 4 8 13,11 5 5 8,20 6 2 3,28 7 2 3,28 Jumlah 61 100 Rata-rata 2,8 SD 1,558
*Prosentase dihitung dari total resep
Hasil penelitan menunjukkan bahwa sebanyak 26,23% (16) responden mendapatkan dua item obat dalam resepnya dan sebanyak 3,28% (2) responden mendapatkan enam atau tujuh item obat. Sedangkan obat
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
53
yang paling banyak digunakan oleh responden adalah amlodipin (24), vitamin B1, B6, B12 (13) dan nifedipin (10). Distribusi 10 besar obat yang sering diresepkan pada responden dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel V.7 Obat yang Sering Diresepkan Nama Obat* n Amlodipin 24 Vit B1,B6,B12 13 Nifedipin 10 Bisoprolol 9 Valsartan 8 Telmisartan 6 Metampiron 6 Asetosal 5 Metformin 5 HCT 4 Glibenklamid 4
*Nama dagang dengan kandungan bahan aktif yang sama ditulis sebagai nama bahan aktif / nama generik.
5.5
Identifikasi Drug Therapy Problem Hasil penelitian menunjukkan bahwa 27,87% responden yang
melakukan kunjungan di Apotek Farmasi Airlangga tidak mengalami DTPs dan sebanyak 72,13% responden yang melakukan kunjungan di Apotek Farmasi Airlangga mengalami DTPs. Dari 72,13% responden sebesar 42,62% responden mengalami satu macam DTPs. Distribusi Drug Therapy Problem yang terjadi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
54
Tabel V.8 Jumlah Drug Therapy Problem Jumlah DTPs* n %** 0 17 27,87 1 26 42,62 2 18 29,51 Total 61 100 Rata-rata 1,02 SD 0,764
* Satu responden dapat mengalami lebih dari satu DTPs ** Prosentase dihitung dari total frekuensi jumlah resep.
Distribusi kategori DTPs yang dialami responden dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel V.9 Distribusi Kategori Drug Therapy Problem Kategori DTP* n (%) Terapi obat yang tidak diperlukan 0 Kebutuhan akan terapi obat tambahan 5 (8,06%) Obat tidak efektif 0 Dosis terlalu rendah 0 Dosis terlalu tinggi 0 ADR 20 (32,26%) Ketidakpatuhan 37 (59,68%) Total 62 (100%)
* Responden yang menebus resep dapat mengalami >1 DTPs.
Hasil penelitian menunjukkan dari 62 kejadian DTPs yang teridentifikasi pada 59 responden dengan total 61 resep maka diperoleh tiga kategori DTPs yaitu ketidakpatuhan (59,68%), ADR (32,26%), dan kebutuhan akan terapi obat tambahan (8,06%).
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
55
5.5.1 Penyebab Kebutuhan akan Terapi Obat Tambahan Distribusi penyebab kejadian DTPs kategori ADRs dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel V.10 Distribusi Penyebab Kebutuhan akan Terapi Obat Tambahan Penyebab n %* Ada kondisi baru yang membutuhkan 5 100 terapi obat tambahan Terapi obat pencegahan untuk 0 0 mengurangi risiko pada kondisi baru yang tidak diinginkan pasien Kondisi medis yang memerlukan 0 0 terapi obat tambahan untuk mendapatkan efek yang sinergis Jumlah 5 100
*Prosentase dihitung dari total frekuensi penyebab kategori kebutuhan akan terapi obat tambahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab terjadinya kategori DTPs kebutuhan akan terapi obat tambahan adalah pasien mempunyai kondisi baru tetapi tidak mendapatkan obat. Kondisi baru tersebut adalah kolesterol tinggi, batuk, dan sesak tetapi tidak mendapatkan obat untuk mengatasi keluhan tersebut. 5.5.2
Penyebab ADRs Distribusi penyebab kejadian DTPs kategori ADRs pada responden
dapat dilihat pada Tabel V.11. Total DTPs kategori ADR yang dialami oleh responden (Tabel V.9) sebesar 20 (32,26%) namun pada Tabel V.11 sebesar 39 kejadian. Hal ini karena pada satu responden dapat mengalami lebih dari satu penyebab kategori DTPs. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab terjadinya DTPs kategori ADRs pada responden paling banyak adalah adanya interaksi obat yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan dosis (36). Obat-obat yang berinteraksi dapat dilihat pada Tabel V.12. Penyebab ADR lainnya adalah obat dikontraindikasikan dengan
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
56
pasien karena pasien memiliki faktor risiko. Obat tersebut adalah fenilpropanolamin untuk pasien hipertensi, kodein untuk pasien asma, dan kofein untuk pasien hipertensi. Tabel V.11 Distribusi Penyebab ADRs n (%) Penyebab* Aktual Potensial Obat yang menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan dosis Obat lain yang lebih aman dibutuhkan karena pasien memiliki faktor risiko Interaksi obat yang menyebabkan efek yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan dosis Regimentasi dosis diberikan atau diubah terlalu cepat Produk obat menyebabkan alergi Produk obat kontraindikasi karena faktor risiko Total Total***
0
0
0
0
0
36 (92,31%)**
0
0
0 3 (7,69%)
0 0
3 (7,69%) 36 (92,31%) 39 (100%)
* Responden dapat mengalami lebih dari 1 penyebab ADR. ** Responden dapat mengalami lebih dari 1 penyebab interaksi obat ***Total DTPs aktual dan potensial dari seluruh kategori DTPs.
Tabel V.12 Obat-obat yang menimbulkan interaksi
Nama Obat Valsartan vs Asetosal Meloxicam vs Valsartan Meloxicam vs Bisoprolol Amlodipin vs pisang
Meloxicam vs
Interaksi
n
Meningkatkan serum potasium, saling meningkatkan toksisitas bila digunakan bersamaan, asetosal juga dapat meurunkan efek valsartan 1 Meningkatkan serum potassium dan saling meningkatkan toksisitas 3 Meloxicam dapat menurunkan efek bisoprolol 1
3
Amlodipin berpotensi berinteraksi dengan pisang yang digunakan untuk menelan obat karena pisang banyak mengandung K sehingga berpotensi menyebabkan hiperkalemi Meningkatkan serum potassium 1
2
1 1
1
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Nama Obat Asetosal Asetosal vs Bisoprolol Simvastatin Amlodipin Simvastatin vs Valsartan Amlodipin vs Bisoprolol
vs
Furosemid vs Asetosal Furosemid vs Digoxin Nifedipin vs pisang
Bisoprolol vs Nifedipin Bisoprolol vs pisang Aminophylin vs Dexametason Diklofenak K vs Deksametason Captopril vs pisang
Glimepirid vs Imidapril Ciprofloksasin vs Aminophylin
Nifedipin vs Simvastatin Eritromisin vs aminophylin
57
Interaksi
n
Asetosal dapat menurunkan efek dari bisoprolol apabila diminum bersamaan 1 Amlodipin dapat meningkatkan kadar simvastatin. Potensial meningkatkan risiko miopati/rabdomiolisis 1 Simvastatin dapat meningkatkan kadar atau efek valsartan 1 Meningkatkan blocking channel antihipertensi sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure 2. Asetosal dapat meningkatkan efek furosemid 1
2
Furosemid dapat meningkatkan serum digoxsin sehingga meningkatkan toksisitas digoxin 1 Pisang yang digunakan untuk menelan obat mengandung kalium yang bepotensi berinteraksi dengan nifedipin sehingga menyebabkan hiperkalemi. Meningkatkan anti-hypertensive channel blocking sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure 2. Pisang mengandung kalium yang bepotensi berinteraksi dengan bisoprolol sehingga menyebabkan hiperkalemi. Dexametason dapat menurunkan efek aminophylin 1
2
Meningkatkan toksisitas bila digunakan bersama 1
1
Absorpsi captopril terganggu karena adanya makanan. Selain itu captopril berpotensi berinteraksi dengan pisang karena pisang mengandung banyak kalium sehingga berpotensi menyebabkan hiperkalemi. Kedua obat dapat mengalami significant interaction sehingga menyebabkan hipoglikemi 3
1
Ciprofloxacin dapat meningkatkan kadar atau efek dari aminofilin. Penggunaan secara bersamaan dapat menurunkan kadar aminofilin dan meningkatkan kadar pada plasma dan gejala toksisitas 1 Nifedipin dapat meningkatkan efek simvastatin dengan mempengaruhi metabolisme enzim CYP3A4 di hepar 1 Eritromisin dapat meningkatkan kadar atau efek aminofilin dengan mempengaruhi hepatic/intestinal enzyme CYP3A4 1
1
1 1 2
1
1
2
1
1
1
1
1
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Nama Obat Nifedipin vs eritromisin Spironolakton vs digoxin Valsartan vs spironolakton Ranitidin vs digoxin Ramipril vs diklofenak Ramipril vs ibuprofen Amlodipin vs deksametason Amlodipin vs nifedipin
Interaksi Nifedipin dapat meningkatkan kadar atau efek eritomisin dengan mempengaruhi hepatic/intestinal enzyme CYP3A4 1 Spironolakton dapat meningkatkan kadar digoxin dalam darah sehingga meningkatkan toksisitas digoxin 1. Interaksi kedua obat dapat meningkatkan serum potassium 1. Ranitidin dapat meningkatkan kadar digoksin dengan meningkatkan pH lambung sehingga meningkatkan toksisitas 1 Kedua obat saling meningkatkan toksisitas satu sama lain 1 Kedua obat saling meningkatkan toksisitas satu sama lain 1 Deksametason akan menurunkan efek amlodipin yang mempengaruhi metabolism enzim CYP3A4 di hati atau usus 1 Meningkatkan antihypertensive channel blocking sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure 2 Total
58 n 1
1
1 1
1 1 1
1
36
Keterangan Pustaka Interaksi : 1. Drug Interaction Checker, 2013 2. Sweetman, 2009 3. Baxter, 2008
5.5.3 Penyebab Ketidakpatuhan Dalam penelitian terdapat 37 DTPs kategori ketidakpatuhan (Tabel V.9) yang teridentifikasi dengan berbagai penyebab. Pada Tabel V.13 total penyebab ketidakpatuhan sebanyak 48 kejadian karena satu responden dapat mempunyai lebih dari satu penyebab ketidakpatuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab ketidakpatuhan yang paling banyak karena pasien memilih tidak minum obat (24). Distribusi penyebab kejadian ketidakpatuhan pada tabel berikut ini:
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
59
Tabel V.13 Distribusi Penyebab Ketidakpatuhan n (%) Penyebab* Aktual Potensial Pasien tidak memahami petunjuk pemakaian obat dengan benar Pasien lebih memilih untuk tidak meminum obat** Pasien lupa untuk meminum obat Produk obat terlalu mahal untuk pasien Produk obat tidak tersedia untuk pasien Total Total***
2 (4,17%)
11 (22,92%)
23 (47,92%)
1 (2,08%)
5 (10,42%) 0
2 (4,17%) 0
4 (8,32%)
0
34 (70,83%) 14 (29,17%) 48 (100%)
* Responden dapat mengalami lebih dari 1 penyebab ketidakpatuhan **Responden dapat mengalami lebih dari 1 penyebab tidak memilih minum obat ***Total DTPs aktual dan potensial dari seluruh kategori DTPs.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan melakukan identifikasi drug therapy problems (DTPs) yang terjadi pada pasien lanjut usia yang menebus obat dengan resep di Apotek Farmasi Airlangga. Variabel yang digunakan adalah tujuh kategori menurut Cipolle, Strand, Morley (2004) dan parameternya adalah penyebab dari masing-masing tujuh kategori tersebut. Tujuh kategori tersebut adalah terapi obat yang tidak diperlukan, kebutuhan akan terapi obat tambahan, obat tidak efektif, dosis terlalu rendah, ADR, dosis terlalu tinggi dan ketidakpatuhan. Pada penelitian dilakukan wawancara sebanyak dua tahap kepada masing-masing responden. Pertama pada saat responden menunggu obat disiapkan, wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data awal yang dicatat pada PMR. Kemudian peneliti melakukan wawancara kedua setelah apoteker menyerahkan obat dan memberi konseling pada responden. Wawancara kedua bertujuan untuk memastikan bahwa responden sudah atau belum memahami penjelasan tentang informasi yang telah diberikan oleh apoteker. Pada proses pengambilan data dilakukan diskusi seminggu dua kali antara peneliti dan dosen pembimbing untuk memastikan proses pengambilan data berjalan dengan baik. Identifikasi DTPs dilakukan oleh peneliti kemudian dipresentasikan dan didiskusikan dengan expert panel (dosen) setiap satu minggu sekali. Pada penelitian ini membutuhkan waktu empat kali untuk mempresentasikan dan mendiskusikan hasil identifikasi DTPs yang telah dilakukan oleh peneliti dengan expert panel. Menurut
Undang-undang
Nomor
13
tahun
1998
tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Pemerintah RI, 1998). 60 Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
61
Hal itu menjadi dasar pada penelitian ini usia yang dikatakan lanjut usia adalah ≥ 60 tahun. Dari 59 responden menunjukkan bahwa responden terbanyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 64% (Tabel V.1). Hasil ini sesuai dengan gambaran penduduk Indonesia di wilayah Jawa Timur usia 60 tahun ke atas penduduk berjenis kelamin perempuan memiliki proporsi lebih besar dibanding penduduk berjenis kelamin laki-laki (BPS, 2012). Pada Tabel V.2 dapat dilihat distribusi usia pada responden dimana jumlah responden paling banyak berada pada rentang usia 60-64 tahun sebesar 29% dan paling sedikit ≥85 tahun sebesar 5%. Distribusi ini sesuai dengan susunan penduduk Indonesia di wilayah Jawa Timur hasil sensus penduduk tahun 2010 yang menyatakan bahwa jumlah penduduk terus menurun seiring dengan pertambahan usia (BPS, 2012). Pada Tabel V.4 dapat dilihat sumber dana pembelian obat responden hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 55 responden menggunakan sumber dana yang berasal dari asuransi kesehatan. Sisanya 6 responden sumber dana pembelian obat berasal dari dana pribadi. Sementara pada tahun 2010 proporsi pasien lanjut usia yang menerima asuransi kesehatan hanya 15,5% (Howel, F., & Priebe, J., 2013). Berarti 84,5% lanjut usia tidak menerima asuransi padahal pada penelitian ini hanya 6 responden yang menggunakan dana pribadi. Menurut Komisi Nasional Lanjut Usia (2010), jenis gangguan kesehatan yang paling banyak dialami lanjut usia adalah asam urat, darah tinggi, rematik, darah rendah, dan diabetes, yang merupakan penyakit kronis. Kemudian jenis gangguan kesehatan lain yang juga banyak dialami lanjut usia adalah batuk, pilek, dan panas. Hasil penelitian pada Tabel V.3 menunjukkan kesamaan dengan jenis gangguan kesehatan menurut komisi nasional lanjut usia yaitu dari 125 gangguan kesehatan yang dialami Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
62
responden lima frekuensi terbesar yaitu hipertensi, asam urat, diabetes, jantung, dan kolesterol. Lima frekuensi terbesar tersebut termasuk penyakit kronis yang mengakibatkan kecacatan dan kematian pada lanjut usia. Penyakit kronis seperti diabetes melitus membutuhkan terapi obat jangka panjang sehingga potensi interaksi obat mudah terjadi (Jones-Grizzle, A., & Draugalis, J., 1993; Departemen Kesehatan RI, 2008) Pada Tabel V.4 menunjukkan bahwa dari 61 kunjungan responden sebanyak 39,34% dari total kunjungan responden mengalami gangguan kesehatan kurang dari dua macam. Sisanya 60,66% mengalami gangguan kesehatan lebih dari atau sama dengan dua macam. Bahkan 4,92% mengalami lima gangguan kesehatan. Hal ini karena pada lanjut usia terjadi proses penuaan yang mengakibatkan terjadinya proses penurunan fungsi organ. Penurunan fungsi fisiologis ini mengakibatkan peningkatan kerentanan terhadap banyak penyakit (Koda-Kimble, M.A et al., 2006). Pertambahan usia menyebabkan terjadi peningkatan penyakit yang beragam dan kecacatan tak bisa dipisahkan dengan penggunaan banyak obat (Nobilli, A., Garattini, S., & Mannucci, P. M., 2011). Oleh karena itu penting bagi profesional kesehatan untuk memberikan perhatian lebih pada perawatan kesehatan pasien lanjut usia untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Pada Tabel V.5 menunjukkan bahwa sebanyak 77,05% resep yang ditebus responden berjumlah lebih dari satu macam obat. Sedangkan 14,76% resep yang ditebus responden berjumlah lima atau lebih macam obat. Penggunaan obat yang berjumlah lima atau lebih berarti pada lanjut usia terjadi polifarmasi. Polifarmasi adalah penggunaan lima atau lebih obat dalam satu hari dan umumnya terjadi pada pasien lanjut usia (Koh, Kutty, & Li., 2005). Peningkatan penggunaan obat pada lanjut usia berisiko tinggi menyebabkan
permasalahan
terkait
obat
misalnya
ketidaktepatan
penggunaan obat, penggunaan obat yang efektif, medication errors, Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
63
ketidakpatuhan, interaksi obat-obat dan obat-penyakit dan yang paling penting adverse drug reactions (Nobilli, A., Garattini, S., & Mannucci, P. M., 2011; Midlov et al. 2009). Adverse drug reactions yang terjadi pada lanjut usia berkaitan dengan terjadinya perubahan farmakokinetika dan farmakodinamika. Hal ini terlihat pada perubahan absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi. Salah satu contoh terjadi perubahan volume distribusi pada lanjut usia dimana komposisi lemak tubuh lebih besar dibanding cairan tubuh. Hal itu menyebabkan obat-obat yang bersifat hidrofilik akan sulit didistribusikan sehingga mengakibatkan konsentrasi obat dalam plasma meningkat (Bressler, R., & Bahl, J. 2003). Sepuluh obat yang sering diresepkan pada responden dapat dilihat pada Tabel V.6 yaitu amlodipin, vitamin B1, B6, B12, nifedipin, bisoprolol, valsartan, telmisartan, metampiron, asetosal, metformin, HCT, dan glibenklamid. Dari tabel dapat dilihat bahwa obat yang sering ditebus adalah obat antihipertensi golongan Ca Channel blocker yaitu amlodipin. Amlodipin merupakan obat antihipertensi yang bekerja menghambat pergerakan ion kalsium melewati membran sel pada sistemik dan coronary vascular smooth muscle (Tatro, D.S, 2003). Pemberian amlodipin pada responden ini sesuai dengan guideline National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE), dimana pada pasien hipertensi dengan usia di atas 55 tahun diberi terapi Ca Channel Blocker (Research Unit, 2011). Selain itu banyaknya amlodipin yang diresepkan sesuai dengan jumlah gangguan kesehatan yang paling banyak dialami responden adalah hipertensi. Obat yang banyak diresepkan kedua adalah vitamin neurotropik terdiri dari vit B1, B6, B12. Vitamin neuroptropik berfungsi menjaga dan menormalkan fungsi saraf dengan memperbaiki gangguan metabolisme sel saraf dan member asupan yang dibutuhkan supaya saraf dapat bekerja dengan baik. Fungsi tersebut sesuai bila diberikan pada pasien lanjut usia Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
64
karena lanjut usia berisiko tinggi kedua mengalami neuropati setelah penderita Diabetes Melitus (PERDOSSI, 2013) Pada penelitian dari tujuh kategori DTPs yang digunakan berdasarkan Cipolle, Strand & Morley (2004) hanya tiga kategori yang dapat teridentifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 61 resep yang diidentifikasi terdapat 62 kejadian DTPs yang dialami oleh 72,13% responden (Tabel V.8). Perhitungan jumlah DTPs yang terjadi pada responden penelitian ini dihitung satu tiap kategori meskipun kategori tersebut karena satu atau lebih penyebab. Pada Tabel V.9 dapat dilihat kejadian DTPs yang teridentifikasi sebanyak 62 kejadian. Berdasarkan kategori DTPs menurut Cipolle (2004) yang teridentifikasi baik aktual dan potensial
sebesar
59,68%
responden
mengalami
kategori
DTPs
ketidakpatuhan, 32,26% mengalami ADR dan 8,06% butuh akan terapi obat tambahan. Tingginya angka ketidakpatuhan pada pasien lanjut usia dapat berakibat peningkatan jumlah pasien yang harus di rawat di rumah sakit sehingga biaya yang dikeluarkan juga meningkat. Banyak faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan antara lain karena pasien hidup sendiri, status sosioekonomi yang rendah, banyak obat yang harus diminum, harga obat yang mahal, depresi, penurunan daya ingat, adanya efek samping dari obat, pengobatan penyakit asymptomatis, rendahnya hubungan antara dokterpasien, regimen pengobatan yang kompleks dan persoalan finansial (Touchette, D and Shapiro, N., 2008). Pada penelitian ini penyebab kategori ketidakpatuhan (Tabel V.13) dikarenakan pasien tidak minum obat sesuai petunjuk pemakaian dengan benar, pasien lebih memilih tidak minum obat atau obat tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan, pasien lupa minum obat, dan karena produk obat tidak tersedia untuk pasien karena kosong pabrik atau obat habis. Pada Tabel V.13 dapat dilihat penyebab-penyebab ketidakpatuhan yang terjadi Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
65
pada pasien lanjut usia. Pasien tidak minum obat sesuai dengan petunjuk pada 13 responden misalnya terjadi pada responden dengan penyakit hipertensi. Pasien medapatkan amlodipin 10 mg dengan aturan pakai diminum pagi hari namun pasien meminumnya pada malam hari. Menurut hasil penelitian amlodipin yang diminum pagi hari memberikan efek menurunkan tekanan darah lebih baik dibanding diminum malam hari pada pasien hipertensi esensial ringan sampai sedang (Qiu, Y.-G., C, J.-Z., Zhu, J.-H., & Yao, X.-Y. 2003) Pasien lebih memilih tidak minum obat terjadi pada 24 responden misalnya pada pasien hipertensi yang harus minum obat antihipertensi seumur hidup supaya tekanan darah stabil. Namun pasien lebih memilih menggunakan pengobatan alternatif daripada minum obat dengan alasan semakin sering minum obat maka ginjal akan cepat rusak. Selain itu responden yang terlalu sibuk mengakibatkan tidak mempunyai waktu untuk menebus obat padahal obat sudah habis dan selama obat habis responden tidak minum obat karena merasa kondisinya baik-baik saja. Sebanyak tujuh responden mengaku sering lupa minum obat. Banyaknya responden yang tidak minum obat ini dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain karena responden lupa letak obat sehingga tidak minum obat. Pada penelitian ini banyak ditemukan pasien memilih tidak minum obat dikarenakan obat tersebut tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 6 pasien tidak mendapat obat karena produk tidak ditanggung oleh asuransi kesehatan misalnya glukosamin. Glukosamin tidak terdaftar sebagai obat yang ditanggung asuransi kesehatan pada buku DPHO edisi XXXII karena bukti ilmiah menunjukkan bahwa glukosamin
tidak terbukti mengurangi nyeri dan
kualitas hidup pada pasien osteoarthritis (PT ASKES, 2013).
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
66
Kategori DTPs ADR yang terjadi pada 20 kejadian disebabkan interaksi obat yang menyebabkan efek yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan dosis dan obat dikontraindikasikkan dengan pasien. Interaksi obat yang terjadi pada responden dalam penelitian ini bersifat potensial karena hanya diidentifikasi satu kali dan tidak dilakukan monitoring lebih lanjut. Banyaknya kejadian interaksi obat ini sesuai dengan hasil penelitian pada pasien lanjut usia berisiko tinggi mengalami interaksi obat karena lanjut usia sering diterapi dengan banyak obat, memiliki penyakit penyerta, dan mungkin tidak menjaga gizi yang cukup (Mallet et al., 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 36 kejadian interaksi obat yang teridentifikasi bersifat potensial. Obat-obat dan/atau makanan yang mengalami interaksi dapat dilihat pada Tabel V.12. Kejadian interaksi obat yang ditemukan pada resep yang diidentifikasi didominasi oleh obat hipertensi. Informasi mengenai interaksi obat-obat dalam penelitian ini diperoleh dari pustaka. Apabila satu pustaka menyebutkan ada interaksi obat maka peneliti mencari pustaka lain untuk memperkuat adanya interaksi obat tersebut. Salah satu contoh interaksi obat pada penelitian ini adalah penggunaan bersama antara amlodipin dan bisoprolol yang dapat meningkatkan
antihypertensive
channel
blocking
sehingga
dapat
menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure. Peningkatan konsentrasi obat tersebut dalam plasma dapat menimbulkan efek toksisitas. Kedua obat juga dimetabolisme di hepar sehingga kemungkinan dapat terjadi interaksi akibat persaingan dalam proses metabolisme (Drug Interaction Checker, 2013; Sweetman, 2009). Sehingga pasien perlu diberi informasi tentang tanda atau gejala terjadinya interaksi obat tersebut. Misalnya gejala pusing, denyut nadi melemah, detak jantung melemah.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
67
Apabila terjadi tanda atau gejala tersebut maka perlu diwaspadai dan segera menghubungi dokter. Pada penelitian ini interaksi juga timbul antara obat dengan makanan yaitu pisang yang digunakan untuk menelan obat. Interaksi obat dengan pisang bersifat potensial dan terjadi pada 5 pasien. Salah satu contoh interaksi obat dengan makanan dalam penelitian ini adalah nifedipin dengan pisang. Nifedipin merupakan golongan obat hipertensi Calcium-channel blocker dihydropiridines yang bekerja menghambat influx transmembran sehingga kalsium tidak masuk dalam cairan ekstraseluler (Drug Interaction Checker, 2013) Kerja kalsium berlawanan dengan potasium dalam sel sehingga apabila kadar kalsium menurun maka potasium meningkat. Menurut USDA (2012) dalam 100 g pisang mengandung 358 mg potassium (USDA, 2012) sehingga dimungkinkan pada responden yang minum obat dengan pisang dapat mengalami peningkatan serum potassium. Namun pada penelitian ini tidak diketahui seberapa banyak pisang yang digunakan oleh responden untuk menelan obat sehingga tidak dapat memperkirakan seberapa besar pengaruh interaksi tersebut. Kondisi peningkatan serum potasium dapat memberikan efek positif menurunkan tekanan darah dan mengurangi kejadian stroke pada pasien hipertensi primer (Androgue, H.J & Madias, N.E, 2007). Pada pasien hipertensi sekunder peningkatan serum potasium dapat menimbulkan syok hipotensi sehingga menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure (Sweetman, 2009). Selain itu kondisi peningkatan serum potasium juga dapat meningkatkan risiko gagal ginjal karena peningkatan potasium menyebabkan penurunan jumlah aldosteron dan Glomerular Filtration Rate (GFR) (Bakris et al., 2000). Penyebab lain kejadian ADR adalah obat dikontraindikasikan dengan pasien karena pasien memiliki faktor risiko. Kejadian ini terjadi Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
68
pada tiga pasien yaitu pada pasien hipertensi yang menggunakan obat flu yang diperoleh secara swamedikasi yang mengandung fenilpropanolamin dan kofein; serta pasien asma yang mendapat resep kodein. Pada pasien hipertensi yang minum kofein terjadi peningkatan tekanan darah systole dan diastole (Hartley, T.R et al., 2000). Sedangkan senyawa fenilpropanolamin harus dihindarkan pada pasien hipertensi yang disertai diabetes karena dapat meningkatkan tekanan darah dan kadar gula dalam darah (Mutmainah, N., Ernawati, S., & Sutrisna, E. 2008). Selain itu menurut laporan FDA penggunaan fenilpropanolamin dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke hemoragik (Tatro, D.S, 2003). Sementara kodein dapat menurunkan fungsi pernapasan sehingga dapat memperburuk kondisi pasien asma (Tatro, D.S, 2003). Jenis DTPs lain yang teridentifikasi adalah kebutuhan obat tambahan yang disebabkan pasien mempunyai kondisi baru yang membutuhkan terapi obat tambahan. Hasil penelitian menunjukkan ada lima responden yang membutuhkan terapi obat tambahan namun tidak mendapatkan obat. Pasien pertama dan kedua adalah pasien asuransi kesehatan yang memiliki riwayat penyakit hipertensi dan DM mengaku bila hasil tes laboratorium kolesterolnya naik (>100 mg/dl). Namun pasien tersebut saat ke dokter tidak menunjukkan hasil tes laboratorium, sehingga dokter tidak memberikan obat antihiperlipidemia. Pasien ketiga adalah pasien asuransi kesehatan yang memiliki riwayat penyakit hipertensi. Hasil laboratorium tanggal 25 Januari 2013 kadar LDL 152 mg/dl tetapi pada saat kontrol ke dokter tidak membawa hasil laboratorium sehingga dokter tidak dapat memberikan
obat
antihiperlipidemia.
Informasi
mengenai
hasil
laboratorium tersebut didapatkan saat wawancara di rumah pasien. Pada pasien asuransi kesehatan dapat diberikan obat antihiperlipidemia dengan syarat tertentu misalnya obat simvastatin diberikan bila kadar LDL> 130 Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
69
mg/dl untuk pasien tanpa komplikasi DM/PJK atau kadar LDL >70 mg/dl untuk pasien PJK atau kadar LDL > 100 mg/dl untuk pasien DM yang dibuktikan dengan data laboratorium terbaru (PT ASKES, 2013). Pasien keempat yang membutuhkan terapi obat tambahan adalah pasien yang mengeluh batuk dan saat diwawancara kondisi pasien batuk namun pasien tidak mendapatkan obat batuk. Pasien kelima yang membutuhkan terapi obat tambahan memiliki riwayat penyakit hipertensi, jantung dan paru serta mengeluh sesak. Pasien sebelumnya pernah mengalami sakit paru hingga cairan parunya di ambil sebanyak 200cc dan menggunakan obat valsartan sudah lama. Pasien ini sudah memberitahu ke dokter mengenai kondisi sesak tersebut namun dokter tidak memberi obat kemungkinan dokter memiliki pertimbangan lain mengenai kondisi tersebut. Pada penelitian ini ditemukan hal-hal yang dapat dijadikan perhatian khusus bagi profesional kesehatan khususnya apoteker. Salah satu peran apoteker dalam pharmaceutical care adalah identifikasi DTPs. Penelitian identifikasi DTPs pada pasien lanjut usia banyak ditemukan kejadiankejadian terkait kepatuhan dan potensi interaksi obat yang dapat mengganggu tercapainya outcome terapi pasien yang diharapkan. Terkait hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi professional kesehatan khususnya yang berada pada wilayah tempat responden penelitian ini diambil sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan problem solving yang lebih tepat bagi responden. Salah satu cara untuk mengatasi ketidakpatuhan pasien lanjut usia adalah melakukan monitoring pada pasien dengan kondisi berkelanjutan. Monitoring dapat dilakukan dengan cara home care sehingga diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan dan kepatuhan pasien. Hal itu dapat terlaksana bila apoteker menjalin hubungan terapetik dengan pasien serta komunikasi yang baik Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
70
dengan tenaga kesehatan lainnya. Oleh karena itu peran apoteker penting dalam mengidentifikasi DTPs guna mencegah DTPs potensial dan mengatasi DTPs aktual. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama tidak ada sumber data lain mengenai kondisi pasien seperti rekam medis sehingga tidak dapat mengetahui secara pasti kondisi tertentu pasien sehingga kategori DTPs seperti terapi obat tambahan dan kebutuhan akan terapi obat tambahan sulit diidentifikasi. Kedua, penentuan kategori ketidakpatuhan hanya berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan satu kali sehingga tidak ada monitoring lebih lanjut mengenai kondisi pasien tersebut. Pada kategori ADRs penentuan hanya berdasarkan pustaka sehingga interaksi obat hasil identifikasi hanya potensial. Sedangkan kategori kebutuhan akan terapi obat tambahan hanya berdasarkan keluhan dari hasil wawancara dengan pasien. Pada penelitian ini menggunakan metode non probability sampling sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasi, hanya mewakili responden itu sendiri.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien lanjut usia di Apotek Farmasi Airlangga selama bulan Februari 2013, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1.
Dari tujuh kategori DTPs hanya tiga kategori DTPs yang teridentifikasi pada pasien lanjut usia yang menebus obat di apotek Farmasi Airlangga pada bulan Februari 2013 yaitu ketidakpatuhan (59,68%), ADRs (32,26%) dan kebutuhan akan terapi obat tambahan (8,06%)
2.
Penyebab kategori DTPs ketidakpatuhan paling banyak adalah pasien lebih memilih tidak minum obat.
3.
Penyebab kategori DTPs ADRs paling banyak adalah interaksi obatobat. Obat yang paling sering terlibat dalam timbulnya interaksi obat adalah amlodipin, furosemid, valsartan, nifedipin dan bisoprolol.
4.
Penyebab kebutuhan terapi obat tambahan adalah adanya kondisi baru yang membutuhkan terapi obat tambahan
7.2 Saran Beberapa hal yang disarankan oleh peneliti antara lain: 1.
Tenaga kesehatan termasuk apoteker sebaiknya memberikan perhatian khusus terhadap pasien lanjut usia yang menggunakan obat terutama terkait kepatuhan pasien misalnya dalam bentuk monitoring penggunaan obat.
2.
Hendaknya ada penelitian lebih lanjut mengenai DTPs pada pasien lanjut usia terutama pada kondisi penyakit tertentu 71
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
3.
72
Apoteker perlu bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain untuk mencegah dan mengatasi DTPs yang terjadi pada pasien lanjut usia.
4.
Perlu adanya data rekam medis untuk memastikan kondisi pasien sehingga lebih tepat pada saat mengidentifikasi DTPs.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
73
DAFTAR PUSTAKA Androgue, H. J., & Madias, N. E. 2007. Mechanisms of Disease Sodium and Potassium in the Pathogenesis of Hypertension. The New England Journal of Medicine , 356:1966-1978. Bakris, G. L., Siomons, M., Richardson, D., Janssen, I., Bolton, W. K., Hebert, L., Agarwal, R., & Catanzaro, D. 2000. ACE inhibition or angiotensin receptor blockade. Kidney international Vol.58 , 20842092. Baxter, K (ed.), 2008. Stockley’s Drug Interactions. London: Pharmaceutical Press. Beers, M. H. 2001. Age-Related Changes as a Risk Factor for MedicationRelated Problems. Generation; Winter 24,4: ProQuest Sociology , 22. BPS,
2012. Sensus Penduduk 2010, Badan Pusat http://sp2010.bps.go.id/, diakses tanggal 13 Juli 2013.
Statistik,
Bressler, R., & Bahl, J. 2003. Principles of Drug Therapy for the Elderly Patient. Mayo Clin Pro , 78:1564-1577 Chan, D.-C., Chen, J., Kuo, H., We, C.., Lu, I., Chiu, L., Wu, S. 2012. Drug-related problems (DRPs) identified from geriatric medication safety. Archives of Gerontology and Geriatrics 54 , 168-174. Cipolle, R., Strand L., Morley, P. 2004. Pharmaceutical Care Practice The Clinician’s Guide. Second edition. New York: McGraw-Hill. Commissaris, C., Ponds, R., & Jolles, J. 1998. Subjective forgetfulness in a normal Dutch population: possibilities for health education and other interventions. Patient Education and Counseling , 34:25-32. Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/ MENKES/ SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
74
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata Laksana Terapi Obat untuk Pasien Geriatri). Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 2008. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004). Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departeman Kesehatan RI de Oliveira, M. P. F and Novaes M.R.C. G. 2011. Drug-related problems in institutionalized elderly in Brasilia, Brasil . Biomedicine & Aging Pathology 1 , 179-184. Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. A., Wells, B. G., & Posey, L. M. 2011. Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach 8th edition. Pharmacy from McGraw-Hill. Drug Interaction Checker. 2013, April. Retrieved July 15, 2013, from Medscape Reference Drug, Diseases and Procedures : http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker Elliott, R. A. 2006. Problems with Medication Use in the Elderly: An Australian Perspective. Pharm Pract Res , 36:58-66. FFUA. 2010. Company Profile Apotek Pendidikan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Surabaya : FFUA Hanlon, J. T., Schmader, K. E., Ruby, C. M., & Weinberger, M. 2001. Suboptimal Prescribing in Older Inpatients and Outpatients. Journal American Geriatrics Society , 49:200-209. Hartley, T. R., Sung, B. H., Pincomb, G. A., Whitsett, T. L., Wilson, M. F., & Lovallo, W. R. 2000. Hypertension Risk Status and Effect of Caffeine on Blood Pressure. Journal of the American Heart Association , 36:137-141.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
75
Hepler, C. D. and Strand, L. M. 1990. Opportunities and Responsibilities in Pharmaceutical Care. American Journal of Hospital Pharmacy, Vol. 47:533--543. Howel, F., & Priebe, J. 2013. Asistensi Sosial Untuk Lanjut Usia di Indonesia Kajian Empiris Program ASLUT. Jakarta: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Hughes, J. 2001. Clinical Pharmacy and Pharmaceutical Care. In J. Hughes, R. Donelly, & G. James-Chatgilao, Clinical Pharmacy: a Practical Approach, 2nd edition. The Society of Hospital Pharmacists of Australia, 1-7 Hutchison, L. C., & O'Brien, C. E. 2007. Changes in Pharmacokinetics and Pharmacodynamics in the Elderly Patient. Journal of Pharmacy Practice , 20-24. Jones-Grizzle, A., & Draugalis, J. 1993. Demographics. In R. Bressler, & M. D. Katz, Geriatric Pharmacology. 1-8. New York: Mc.Graw Hill. Koda-Kimble, M.A, Young, L.Y, Alldredge, B.K, Corelli, R.L, Guglielmo, B.J, Kradjan, W.A, Williams, B.R. 2009. Applied Theraupeutics the Clinical Use of Drugs 9th ed. Lippincott Williams & Wilkins Koh, Y., Kutty, F., & Li, S. C. 2005. Drug-related problems in hospitalized patients on polypharmacy:the influence of age and gender. Therapeutics and Clinical Risk Management , 39-48. Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta : Komisi Nasional Lanjut Usia, hal. 39;61;78. Mallet, L., Spinewine, A., and Huang, A., 2007. ” The Challenge of Managing Drug Interactions in Elderly People”. Lancet, vol.370, 185-191. Midlov, P., Kragh, A., & Eriksson, T. 2009. Drug-Related Problem in the Elderly. Spinger Dordecht Heidelberg London New York .
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
76
Mutmainah, N., Ernawati, S., & Sutrisna, E. 2008. Identifikasi Drug Related Problems (Drps) Potensial Kategori Ketidaktepatan Pemilihan Obat Pada Pasien Hipertensi Dengan Diabetes Mellitus Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X Jepara Tahun 2007. PHARMACON , vol 9, No.1: 14-20. Neto, P. R., Marusic, S., Junior, D. P., Pilger, D., Cruciol-Souza, J. M., Gaeti, W. P., et al. 2011. Effect of a 36 Month Pharmaceutical Care Program on Coronary Heart Disease Risk in Elderly Diabetic and Hypertensive Patients. J Pharm Pharmaceut Sci , 14. 2:249-263. Ningrum, K.P. 2012. Profil Obat yang Digunakan dan Potensi Interaksi Obat pada Lanjut Usia. Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Departemen Farmasi Komunitas. Nobilli, A., Garattini, S., & Mannucci, P. M. 2011. Multiple diseases and polypharmacy in the elderly: challenges for the internist of the third millennium. Journal of Comorbidity , 1:28–44. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho, H.W. 2006. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. Okolo, E.N. 2000. Health Research Design and Methodology. Boston: CRC Press, p. 44 Pemerintah RI. 1998. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta. Pemerintah RI. 2009. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. PERDOSSI. 2013. Konsumsi Vitamin Neurotropik Sejak Dini Cegah Neuropati Perluas Edukasi dengan Neuropathy Service Point (NSP) Portable. Merck. Jakarta: Merck Serono. Perry, D. P., & Webster, R. T. 2001. Medication-Related Problems in Aging: Implications for Profesionals and Policy Makers. Generations , 24,4; ProQuest Sociology.28-36 Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
77
Portney, L.G.. and Watkins, M.P. 2000. Foundations of Clinical Research Applications to Practice, 2nd Ed. New Jersey : Practice Hall Health, p. 79. PT ASKES. 2013. Daftar dan Plafon Harga Obat. Jakarta : PT.ASKES Qato, D. M., Alexander, G. C., Conti, R. M., Johnson, M., Schumm, P., & Lindan, S. T. 2008. Use of Prescription and over-the-counter Medications and Dietary Supplements Among Older Adults in the United States. American Medical Association , 2867-2878. Qiu, Y.-G., C, J.-Z., Zhu, J.-H., & Yao, X.-Y. 2003. Differential Effects of Morning or Evening Dosing of Amlodipine on Circadian Blood Pressure and Heart Rate. Cardiovascular Drugs and Therapy 17 , 335-341. Rahmawati, F., Putu, I. D., Rohmah,W., Sulaiman, S.A.S. 2009. Polypharmacy and Unnecessary drug Therapy on geriatric Hospitalized Patients In Yogyakarta Hospitals, Indonesia. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol. 1, Suppl 1, 6-11 Rahmawati, F., Ellykusuma, N. Y., Pramantara, I. D. P., dan Sulaiman, S. A. S. 2008. Problem Pemilihan Obat Pada Pasien Rawat Inap Geriatri di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Farmasi Indonesia, 23-29. Rees JA. 1996. Patient medication records, In: Collett DM. Aulton ME (editors), Pharmaceutical Practice. New York: Churchill Livingstone. p.351-6 Research Unit, N. G. 2011. NICE clinical guideline 127 Hypertension: Clinical Management of Primary Hypertension in adults. London, British: National Clinical Guideline Centre and British Hypertension Society. Scott, S. 2005. The Presciption. In Remington The Science and Practice of Phamacy 21 ed (pp. 1846-1847). Lippincott Williams and Wilkins. Strand, L. M., Morley, P. C., Cipolle, R. J., Ruthanne R., Lamsam, G. D. 1990. Drug Related Problems:Their Structure and Function. DICP The Annal of Pharmacotherapy, (24): 1093-97. Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
78
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Sweetman, S. C. 2009. Matindale The Complete Drug Reference (Thirtysixth edition ed.). London: Pharmaceutical Press. Tatro, D.S, 2003, A to Z Drug Facts. Chm. Facts and Comparison Touchette, D. R., & Shapiro, N. L.2008. Medication Compliance, Adherence, and Persistence: Current Status behavioral and Education Interventions to Improve Outcomes. Journal of Manageed Care Pharmacy , Vol.14, No.6, 2-9. USDA. 2012. National Nutrient Database for Standard Reference Release 25.http://ndb.nal.usda.gov/ndb/foods/show/2178?fg=Fruit+and+Fruit +Juices7format=&offset diakses pada tanggal 23 April 2013 van Mil, F. 2005. Drug-related problems: a cornerstone for pharmaceutical care. Journal of the Malta College of Pharmacy Practice Vinks, T. H., de Koning, F.H., de Lange, T. M., Egberth, T.C. 2006. Identification of Potensial Drug-related Problems in the Elderly: the Role of the Community Pharmacist. Pharm World Sci, (28): 33-38. Winfield AJ. 1998. Patient medication records. In: Winfield AJ, Richards RME (editors), Pharmaceutical Practice, 2nd edition. Toronto: Churchill Livingstone. p.433-437 Zainuddin, M. 2011. Metodologi Penelitian Kefarmasian dan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
80
Lampiran 1 Lembar Informasi Penelitian LEMBAR INFORMASI UNTUK SUBYEK/PESERTA PENELITIAN IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YAN MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya) Peneliti : Vivin Diah A.P Anda diundang untuk turut serta dalam suatu penelitian dengan judul: Identifikasi Drug Therapy Problems (DTPs) Pada Pasien Lanjut Usia Yang Mendapat Pelayanan Resep di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya. Setelah membaca dengan teliti, anda dapat mengajukan pertanyaan dan dapat membicarakannya dengan peneliti atau petugas peneliti yang telah ditunjuk. Tujuan dari Penelitian : Melakukan identifikasi masalah terkait penggunaan obat pada pasien lanjut usia yang mendapat obat atas resep dokter di Apotek Farmasi Airlangga. Prosedur Penelitian : 1. Anda akan diminta untuk menandatangani suatu persetujuan kesediaan mengikuti penelitian. 2. Bersedia diwawancara mengenai identitas pribadi, penggunaan obat, dan masalah yang mungkin terjadi saat menggunakan obat. 3. Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat SUKARELA. Anda dapat sewaktu-waktu mengundurkan diri dalam penelitian ini bila merasa dirugikan.
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
81
Manfaat Partisipasi Anda akan memberikan informasi berharga mengenai masalah terkait penggunaan obat yang terjadi pada pasien lanjut usia di Apotek Farmasi Airlangga sehingga tercapai terapi yang aman, efektif dan efisien. Jaminan Kerahasiaan Kerahasiaan identitas dan resep anda akan sangat dijaga oleh peneliti. Seluruh informasi yang anda berikan akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan dipublikasikan. Demikian penjelasan tentang penelitian ini dan mohon kesediaan anda untuk turut berpartisipasi dalam penelitian ini. Bila anda menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian ini silahkan anda memberikan tanda tangan pada lembar persetujuan. Bila ada pertanyaan mengenai penelitian ini silahkan menghubungi Vivin Diah Ayu P.(085235064981)
Hormat saya,
Vivin Diah Ayu P
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
82
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian LEMBAR PERSETUJUAN Identifikasi Drug Therapy Problems pada Pasien Lanjut Usia yang Mendapat Pelayanan Resep (Studi di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya) Peneliti : Vivin Diah Ayu Purworini Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Setelah membaca dan memahami penjelasan mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian ini, maka dengan ini saya : Nama
: ................................................
Alamat
: ................................................
No. Tlp.
: ................................................
Menyatakan bahwa saya : 1. 2.
Bersedia untuk mengikuti penelitian ini. Bersedia untuk diwawancara mengenai identitas pribadi, riwayat kesehatan, riwayat penggunaan obat, dan gaya hidup.
Dengan membubuhkan tanda tangan saya di bawah ini, saya setuju dan bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela dan memberikan informasi sesuai dengan kenyataannya. Surabaya, Peneliti
Peserta Penelitian,
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
83
Lampiran 3 DAFTAR PEDOMAN INTERVIEW Identifikasi Drug Therapy Problems (DTPs) pada Pasien Lanjut Usia yang Mendapat Pelayanan Resep di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya 1.
Kepastian lanjut usia/ keluarga pasien yang mengetahui segala macam pengobatan pasien.
2.
Diagnosa dokter/ keluhan dokter
3.
Kontrol rutin atau ada keluhan sakit
4.
Jika hanya keluhan sakit a.
Terapi selama sakit
b.
Obat (obat lain yang dibeli sendiri/obat yang harus diminum rutin) masih diminum/tidak
5.
Jika tanggal resep berbeda dengan tanggal pelayanan a.
Kontrol terakhir ke dokter
b.
Obat yang diminum selama obat belum diambil
c.
Jika obat sudah habis minum apa
6.
Obat lain atau vitamin (beli sendiri atau resep)
7.
Jika obat tidak diambil semua (alasan)
8.
Jika pasien sudah pernah minum obat a.
Nama obat
b.
Kesulitan minum obat
c.
Cara penggunaan dan waktu penggunaan (sebelum/sesudah makan)
d.
Efek samping obat (menyebut tanda efek samping obat yang diminum)
9.
Jika lama terapi untuk tiap obat dalam satu resep berbeda a.
Informasi cara penggunaan obat
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
b.
84
Sisa obat sebelumnya
10. Jika belum pernah minum obat 1.
Informasi apoteker terkait obat
11. Perokok atau tidak
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
85
Lampiran 4 Catatan Penggunaan Obat Pasien
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
86
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
87
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
88
Lampiran 5 DTP Registration Form
Skripsi VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
HASIL IDENTIFIKASI DTPs PADA PASIEN LANJUT USIA OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
Tn. A (70th)
26/01/13 01/02/13
27/02/13 27/02/13
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
Amlodipin 10mg
30
1-0-0
-
Obat di rumah habis namun pasien tidak menebus obat karena pasien mendapat informasi bahwa obat baru dapat diambil 5 hari lagi. Oleh karena itu pasien memilih tidak minum obat.
Ketidakpatuhan
√
Amlodipin 10mg
30
1-0-0
Ultraflu (Parasetamol 600mg, fenilpropanol amin HCl 15mg, klorfeniramin maleat 2 mg)
Pasien mengaku sebelum kontrol minum amlodipin sehari 2 kali supaya ketika kontrol tekanan darahnya normal
Ketidakpatuhan
√
Minum obat dengan pisang. Berpotensi meningkatkan
ADR
Lampiran 6
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
POTENSIAL
1.
ID PASIEN
AKTUAL
No
√
89
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
serum potasium dengan amlodipinc
2.
Ny. B (68th)
01/02/13 01/02/13
Meloxicam 15mg
10
2 dd ½
Fitbon (glukosamin)
10
1 dd 1
-
Pasien pada saat ini mengalami flu dan minum ultraflu. Salah satu kandungan ultraflu adalah fenilpropanolami n yang dikontraindikasi kan dengan pasien karena pasien memiliki riwayat hipertensi.
ADR
Meloxicam dapat berinteraksi dengan valsartan. Kedua obat berpotensi saling meningkatkan toksisitas masingmasing a
ADR
√
√
90
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBH
1
3 dd C1
Aspilet (asetosal)
30
1 dd 1
Bisoprolol 5mg
15
1/2-0-0
Farsobid 5 mg (ISDN)
60
2 dd 1
Valsartan 160mg
30
1 dd 1
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
Meloxicam dapat potensi berinteraksi dengan bisoprolol. Meloxicam dapat menurunkan efek bisoprolol sehingga perlu di monitor a
ADR
√
Valsartan dan asetosal potensial dapat meningkatkan serum potassium, meningkatkan toksisitas salah satu obat bila digunakan bersamaan, asetosal juga dapat menurunkan efek valsartan a
ADR
√
91
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
ADR
√
Asetosal dan bisoprolol apabila diminum bersamaan potensial menurunkan kadar atau efek dari bisoprolol a
ADR
√
Pasien menderita DM sejak tahun 2007. Namun
Ketidakpatuhan
Asetosal dan meloxicam potensial berinteraksi. Asetosal dapat meningkatkan kadar atau efek meloxicam dengan kompetisis obat asam pada klirens tubular renal a
3.
Ny.C (65th)
01/02/13 01/02/13
Adalat oros 30mg (nifedipin)
30
1-0-0
-
√
92
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
pasien sejak Juni 2012 memilih tidak minum obat DM. Pasien juga memiliki penyakit hipertensi. 04/02/13 05/02/13
Glibenklamid 5mg
30
1-0-0
Amoxicilin 500mg
15
CTM
15
Adalat oros 30mg (nifedipin)
Menurut hasil tes laboratorium kolesterol naik (pasienl upa angkanya) tapi tidak mendapat obat penurun kolesterol
Kebutuhan terapi obat tambahan
√
3 dd 1
Pasien terlambat menebu obat 1 hari dan pasien memilih untuk tidak minum obat selama obat belum ditebus.
Ketidakpatuhan
√
3 dd 1
Di rumah ada sisa
Ketidakpatuhan
√
93
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Ny.D (80th)
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
02/02/13 02/02/13
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
Dextromethor phan
15
3 dd 1
Simvastatin 10mg
30
s.u.c
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
4.
ID PASIEN
AKTUAL
No
2 amoxicillin. Padahal terakhir kontrol tanggal 10-1-2013 dan pasien mengaku hanya minum obat saat badan tidak enak. Seharusnya amoxicillin harus habis karena termasuk antibiotik. Sangobion Enervon-C Habbatus Valsartan Amlodipin Lampriazid
Simvastatin potensi berinteraksi dengan amlodipin. Amlodipin dapat meningkatkan kadar simvastatina
ADR
Pasien lupa letak menyimpan simvastatin
Ketidakpatuhan
√
√
94
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
sehingga menebus lagi.
5.
Ny.E (65th)
04/02/13 04/02/13
Amoxicilin 500mg
15
3 dd 1
Parasetamol 500mg
15
3 dd 1
Vitamin E
Simvastatin potensial berinteraksi dengan valsartan. Simvastatin dapat meningkatkan kadar atau efek valsartan a
ADR
√
Tidak mengetahui aturan pakai obat dengan benar ketika ditanya cara menggunakan obat yang diterima padahal sudah mendapat informasi dari apoteker.
Ketidakpatuhan
√
Pasien mengaku
Ketidakpatuhan
√
95
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tn.F (85th)
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
04/02/13 05/02/13
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
CTM
15
3 dd 1
Valsartan 80 mg
30
1 dd 1
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
6.
ID PASIEN
AKTUAL
No
minum obat bila merasa sakit saja padahal salah satu obat yang diterima pasien adalah antibiotik. -
- Pasien memiliki riwayat sakit paru, jantung dan hipertensi. Pasien merasa sesak sejak keluar rumah sakit dan sudah memberitahu ke dokter tapi dokter tidak memberi obat.Sebelumnya pasien pernah mengalami sakit paru sampai diambil cairan parunya sebanyak 20cc. pasien dari dulu
Kebutuhan obat tambahan
√
96
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
menggunakan valsartan
7.
8.
Ny.G (61th)
Ny.H (70 th)
05/02/13 05/02/13
04/02/13 05/02/13
Amlodipin 10mg
30
1 dd 1
Antalgin (Metampiron)
15
3 dd 1
CTM
15
3 dd 1
Amlodipin 10mg
30
1 dd 1
- Pasien lupa tidak menebus obat. Pada resep tertulis tanggal 4 namun obat baru diambil tanggal 5
Ketidakpatuhan
√
-
-
-
Vitamin B complex
- Pasien mengaku telat kontrol dan selama itu memilih tidak minum obat. Seharusnya tanggal 26 Januari kontrol tapi baru kontrol
Ketidakpatuhan
√
-
97
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
tanggal 4 Februari Bisoprolol 5 mg
30
1 dd 1
HCT 25 mg
15
1 dd ½
Valsartan 80 mg
30
1-0-0
- Pasien tidak tahu aturan pakai obat ketika ditanya mengenai aturan pakai obat (utamanya HCT)
Ketidakpatuhan
√
- Amlodipin dan bisoprolol potensial berinteraksi. Kedua obat dapat meningkatkan blocking channel antihipertensi sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure a
ADR
√
98
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
10.
11.
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
Ny.I (82 th)
06/02/13 06/02/13
Tn.J (69 th)
Tn.K (73 th)
06/02/13 06/02/13
20/01/13 06/02/13
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
Amlodipin 10mg
30
1-0-0
-
Ketidakpatuhan
√
HCT 25 mg
15
½-0-0
- Pasien memilih tidak minum obat karena pasien pergi ke luar kota. Padahal obat habis sejak tanggal 30 Januari
Micardis 80 mg (Telmisartan)
30
1 dd 1
-
Ketidakpatuhan
√
Sohobion (vit B1, B6, B12)
30
1 dd 1
Glukosamin
30
1 dd 1
- Pasien tidak mendapat glukosamin karena tidak ditanggung oleh askes sehingga tidak mendapat obat dan memilih tidak minum obat.
Adalat oros 30mg (Nifedipin SR)
30
1 dd 1
-
- Pada resep tertulis tanggal 20/01/13 tapi obat baru diambil 06/02/13 karena obat baru habis
Ketidakpatuhan
√
POTENSIAL
9.
ID PASIEN
AKTUAL
No
99
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
Tn.L (66 th)
07/02/13 07/02/13
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
Vaclo (Clopidogrel)
30
1-0-0
Sarang semut
- Furosemid dan asetosal potensi berinteraksi. Asetosal dapat
Digoxin
30
1-0-0
Gralixa (Furosemid)
30
1-0-0
DTP
POTENSIAL
12.
ID PASIEN
AKTUAL
No
ADR
√
- Furosemid potensi berinteraksi dengan digoxin. Furosemid dapat meningkatkan serum digoxin sehingga meningkatkan toksisitas a
ADR
√
- Valsartan dan asetosal potensi berinteraksi. Kedua obat dapat
ADR
√
meningkatkan efek furosemid a
100
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
meningkatkan serum potassium, meningkatkan toksisitas salah satu obat bila digunakan bersamaan, asetosal juga dapat menurunkan efek valsartan a
Aspilet (asetosal)
30
1-0-0
Farsorbid (ISDN)
90
1-1-1
Valsartan 80mg
30
1-0-0
- Pasien tidak mendapatkan Vaclo (clopidogrel) karena tidak ditanggung askes sehingga tidak mendapat obat dan memilih tidak
Ketidakpatuhan
√
101
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
minum obat
13.
Ny.M (60 th)
07/02/13 07/02/13
Nifedipin 10 mg
90
3 dd 1
-
- Pasien memilih tidak minum obat karena pasien takut ginjalnya rusak dan atas saran senam cina
Ketidakpatuhan
- Bisoprolol dan nifedipin potensi berinteraksi. Kedua obat meningkatkan anti-hypertensive channel blocking sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure b
ADR
√
√
102
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15.
Tn.N (68 th)
Ny.O (62 th)
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
06/02/13 07/02/13
06/02/13 07/02/13
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
Bisoprolol 5 mg
30
1-0-0
Antalgin (Metampiron)
15
3 dd 1
Valsartan 80mg
30
1 dd 1
Maintate (bisoprolol)
30
1 dd 1
Micardis 80 mg (telmisartan)
30
1 dd 1
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
14.
ID PASIEN
AKTUAL
No
- Minum obat dengan pisang. Pisang mengandung kalium yang bepotensi berinteraksi dengan nifedipin dan bisoprolol sehingga meningkatkan serum potassium c
ADR
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
103
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
AKTUAL
POTENSIAL
No
Norvask 5 mg (amlodipin)
30
1 dd 1
-
-
-
-
-
07/02/13 08/02/13
Valsartan 80 mg
30
0-1-0
-
-
-
-
-
08/02/13 09/02/13
Amlodipin 10mg
30
1-0-0
-
Ketidakpatuhan
Glibenklamid 5mg
30
1-0-0
Metformin 500mg
60
0-1-1
- Pasien mengaku sering lupa minum obat terutama metformin. Namun pada hari itu sudah minum metformin.
ID PASIEN
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
16.
Ny.P (61 th)
04/02/13 08/02/13
17.
Tn.Q (61 th)
18.
Ny.R (69 th)
DTP
√
104
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
Ny.S (63 th)
09/02/13 09/02/13
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
Aminophylin
tab ½
Dibuat kapsul 60 1-0-1
-
ADR
√
Bricasma (terbutalin sulfat)
1/3 tab
Dibuat kapsul 60 1-0-1
Cortidex (Dexametason)
½ tab
Dibuat kapsul 60 1-0-1
- Aminophyllin potensi berinteraksi dengan dexametason. Interaksi tersebut dapat menurunkan efek aminophyllin a
- Diklofenak K dan deksametason potensi berinteraksi. Kedua obat dapat saling meningkatkan
ADR
√
Cataflam (Diklofenak K)
½ tab
Dibuat kapsul 60 1-0-1
DTP
POTENSIAL
19.
ID PASIEN
AKTUAL
No
105
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK) Codein HCl
∑
SIGNA
½ tab
Dibuat kapsul 60 1-0-1
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
toksisitas bila digunakan bersamaan
- Codein dapat menurunkan fungsi pernapasan sehingga pasien akan merasa semakin sesak padahal pasien memiliki riwayat asma
ADR
- Pasien mengaku hanya minum obat pada saat asma kambuh dan memilih tidak minum obat lain
Ketidakpatuhan
√
√
106
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
seperti simvastatin dan antibiotik yang pernah diberikan sebelumnya 20.
Ny.T (86 th)
11/02/13 11/02/13
Glurenorm 30mg (glikuidon)
30
1-0-0
Glucobay (acarbose)
40
3 dd 1
Bisoprolol
30
1 dd 1
Valsartan
30
0-0-1
-
- Pasien tidak minum obat hipertensi dan DM karena mengaku terlambat kontrol
Ketidakpatuhan
- Amlodipin dan bisoprolol potensi berinteraksi. Kedua obat dapat
ADR
√
√
107
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Ny.U (85 th)
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
11/02/13 11/02/13
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
Amlodipin
15
½-0-0
Captopril 25mg
90
3 dd 1
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
21.
ID PASIEN
AKTUAL
No
meningkatkan blocking channel antihipertensi sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure b Glimepirid Allopurinol Neurobion Maintate (Bisoprolol)
- Captopril berpotensi berinteraksi dengan pisang karena pisang mengandung banyak kalium selain itu makanan dapat mengganggu absorpsi captopril.
ADR
√
108
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
23.
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
Ny.V (73 th)
12/02/13 12/02/13
Tn.W (67 th)
12/02/13 12/02/13
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
Glimepirid 4mg
30
1 dd 1
30
1 dd 1
Comdipin (Amlodipin)
30
1 dd 1
- Glimepirid dan imidapril HCl dimungkinkan dapat terjadi significant interaction yaitu hipoglikemi a
ADR
Grahabion (vit B1, B6, B12)
Obat herbal untuk kanker payudara
Micardis (Telmisartan)
30
1 dd 1
Tanapres (Imidapril HCl)
30
1 dd 1
Chlorampenicol 500 mg
20
3 dd 1
Glucobay (acarbose) Glurenorm (glikuidon) Adalat oros
- Pasien tidak mendapat obat kloramfenikol karena tidak
Ketidakpatuhan
POTENSIAL
22.
ID PASIEN
AKTUAL
No
√
109
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK) Diazepam 2 mg
24.
Ny.X (60 th)
13/02/13 13/02/13
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
5
0-0-1
(nifedipin) Allopurinol Sohobion (vit B1, B6, B12) Simvastatin
Adalat oros 30mg (Nifedipin SR)
30
1-0-0
Micardis 80 mg
30
0-0-1
Simvastatin
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
tersedia di apotek (dibuatkan copy resep)
- Pasien mengaku kolesterol tinggi (>100mg) tapi tidak diberi obat karena pasien askes memperoleh obat kolesterol apabila kadarnya >130mg
Kebutuhan obat tambahan
√
- Pasien tidak memahami aturan pakai obat karena mengaku tidak minum sohobion. Sohobian dianggap hanya
Ketidakpatuhan
√
110
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
26.
Ny.Y (82 th)
Ny.Z (67 th)
13/02/13 13/02/13
13/02/13 14/02/13
-
-
vitamin
(telmisartan)
25.
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
Sohobion (vit B1,B6,B12)
30
1 dd 1
Amlodipin 10mg
30
1-0-0
HCT 25 mg
30
½ -0-0
Amlodipin 10mg
30
1 dd 1
Ciprofloxacin 500mg
10
2 dd 1
Aminophiyllin 200mg
15
3 dd 1
-
-
-
-
- Ciprofloxacin potensi berinteraksi dengan aminofilin. Ciprofloksasin akan meningkatkan kadar atau efek dari aminofilin dengan mempengaruhi
ADR
√
111
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Ny.AA (73 th)
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
14/02/13 14/02/13
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
Nichodryl fl (-difenhidramin HCl 12,5mg, -ammonium klorida 125mg, -natrium sitrat50mg, mentol 1mg, alkohol 0,25 mg/5 ml sirup)
1
2 dd 1
Aspilet (asetosal)
30
0-1-0
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
27.
ID PASIEN
AKTUAL
No
hepatic enzyme CYPIA2 metabolism.Peng gunaan aminofilin dan ciprofloxacin secara bersamaan dapat menurunkan kadar aminofilin dan meningkatkan kadar pada plasma dan gejala toksisitas a -
- Pasien meminum aspilet dengan maintate secara bersamaan
Ketidakpatuhan
√
112
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Ny.AB (61 th)
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
14/02/13 14/02/13
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
Maintate (bisoprolol)
30
1-0-0
Neurodex (vit B1,B6,B12)
30
1 dd 1
Aminofilin
10
2 dd 1prn
Antalgin (metampiron)
15
3 dd 1
OBAT LAIN (Kandungan)
Renadinac (Na diklofenak) Fitbon (Glukosamin)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
28.
ID PASIEN
AKTUAL
No
- Aspilet dan maintate potensi berinteraksi. Kedua obat bila diminum bersamaan dapat menyebabkan menurunkan efek dari maintate. Aspilet menurunkan kadar atau efek maintate a
ADR
√
- Pasien memilih tidak minum obat. Pasien terakhir kontrol 3 bulam lalu dan kontrol kembali tanggal 14 Feb.
Ketidakpatuhan
√
113
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
Pasien kontrol karena merasa pusing dan bagian tubuh sebelah kanan wajah agak tebal (seperti stroke) dan mengaku minum obat bila merasa sakit saja. Amlodipin 10mg
30
1 dd 1
- Amlodipin berpotensi berinteraksi dengan pisang. Pisang banyak mengandung K sehingga pasien dapat mengalami hiperkalemi c
ADR
√
114
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Ny.AC (60 th)
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
14/02/13 15/02/13
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
Amlodipin 10mg
30
1 dd 1
Antalgin (Metampiron)
15
3 dd 1
Sohobion (vit
15
1 dd 1
OBAT LAIN (Kandungan)
Oskadon (Parasetamol 350mg, kofein anhidrat 35mg) CTM
PENJELASAN
DTP
- Amlodipin diminum setiap malam hari seharusnya pagi hari.
Ketidakpatuhan
- Pasien terakhir kontrol 3 bulam lalu. dan kontrol kembali tanggal 14 Feb kontrol karena merasa pusing dan bagian tubuh sebelah kanan wajah agak tebal (seperti stroke) dan mengaku minum obat bila merasa sakit saja.
Ketidakpatuhan
- Kandungan kofein pada oskadon dikontraindikasi kan pada pasien.
ADR
POTENSIAL
29.
ID PASIEN
AKTUAL
No
√
√
√
115
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
B1, B6, B12)
30.
Ny.AD (70 th)
14/02/13 15/02/13
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi
Aspilet (asetosal)
30
0-1-0
Adalat oros (nifedipin)
30
1-0-0
Micardis 80mg (Telmisartan)
30
0-0-1
Glucodex 80mg (Glicazide)
90
0-1-0
Piracetam
30
1 dd 1
-
- Pasien memilih tidak minum obat. Simvastatin dan piracetam tidak dapat diterima pasien karena tidak ditanggung askes.
Ketidakpatuhan
√
- Pasien memilih tidak minum obat karena hanya mendapatkan 60 glucodex. Seharusnya pasien mendapatkan 90 tablet karena yang
Ketidakpatuhan
√
116
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK) Sohobion (vit B1,B6,B12)
Simvastatin 20mg
∑
SIGNA
30
1 dd 1
30
0-0-1
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
ditanggung askes hanya 60 tablet. √
- Pasien memilih tidak minum obat karena kehabisan obat dan sibuk sehingga obat baru ditebus keesokan harinya
Ketidakpatuhan
- Pasien tidak memahami aturan pakai. Pasien minum simvastatin pagi hari seharusnya malam hari
Ketidakpatuhan
√
- Adalat oros dan simvastatin potensi interaksi.
ADR
√
117
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
Adalat oros akan meningkatkan efek simvastatin dengan mempengaruhi metabolisme hepar a 31.
Tn.AE (76 th)
14/02/13 14/02/13
Aminofilin
½ tab
Dibuat kapsul 10 3 dd 1
Salbutamol 2mg
1
Dibuat kapsul 10 3 dd 1
Nifedipin
- Pasien memilih tidak minum obat padahal pernah mendapatkan obat antihipertensi. Namun tidak diminum karena pasien merasa tidak memberikan efek obatnya
Ketidakpatuhan
√
118
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
Metil prednisolon 8mg
∑
SIGNA
1
Dibuat kapsul 10 3 dd 1
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
- Eritromisin dan aminofilin potensi berinteraksi. Eritromisin akan meningkatkan kadar atau efek aminofilin dengan mempengaruhi hepatic/intestinal enzyme CYP3A4 a
ADR
√
- Nifedipin dan eritromisin
ADR
√
119
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK) Eritromisin 500mg
∑
SIGNA
12
3 dd 1
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
potensi berinteraksi. Nifedipin akan meningkatkan kadar atau efek eritomisin dengan mempengruhi hepatic/intestinal enzyme CYP3A4a - Eritromisin dan prednisolon potensi berinteraksi. Eritromisin akan meningkatkan kadar atau efek dari prednisolon dengan mempengaruhi metabolisme hepatic/intestinal enzyme CYP3A4. Kemungkinan
ADR
√
120
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
Sangobion
-
-
-
-
Promaag Theragran Merislon
- Pasien lupa tidak menebus obat padahal Obat
Ketidakpatuhan
√
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
interaksi serius dan perlu monitoring. Penggunaan alternatif bila tersedia a 32.
33.
Tn.AF (75 th)
Ny. AG (75 th)
12/02/13 15/02/13
18/02/13 18/02/13
Metformin
90
3 dd 1
Glimepirid 4mg
30
1-0-0
Amlodipin 10mg
30
0-0-1
Noperten 10 mg (lisinopril)
30
0-0-1
121
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
35.
Tn.AH (74 th)
Ny. AI (65 th)
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
14/02/13 18/02/13
14/02/13 18/02/13
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
Bisoprolol
30
1-0-0
(betahistin)
Amlodipin 10mg
30
1-0-0
-
Amlodipin 10 mg
30
1-0-0
-
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
34.
ID PASIEN
AKTUAL
No
habis sejak tanggal 15 Feb sehingga pasien tidak minum obat selama tiga hari - Pasien mengaku sering lupa minum obat
Ketidakpatuhan
√
- Pasien memilih tidak minum obat. pasien sibuk sehingga tidak minum obat karena obat baru diambil tanggal 18/2 seharusnya tanggal 14/2
Ketidakpatuhan
√
- Pasien memilih tidak minum obat. pasien sibuk sehingga tidak minum obat karena obat baru diambil tanggal 18/2 seharusnya
Ketidakpatuhan
√
122
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
36.
Ny. AJ (64 th)
18/02/13 18/02/13
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
Amlodipin 10mg
30
1-0-0
-
Ketidakpatuhan
√
Glibenklamid 5mg
30
1-0-0
- Pasien lupa minum obat selama 2 hari.
Kebutuhan akan terapi obat tambahan
√
3 dd 1
- pasien mengalami batuk namun tidak mendapat obat. - Pasien tidak mendapat obat amlodipin karena di Apotek habis.
Ketidakpatuhan
√
- Nifedipin dan bisoprolol potensi
ADR
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
tanggal 14/2
37.
Tn.AK (77 th)
18/02/13
Asam mefenamat 500mg
15
Dimenhidrinat
15
3 dd 1
Metformin 500mg
60
0-1-1
Nifedipin 10 mg
90
3 dd 1
Neurobion Regilon
√
123
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
39.
Ny.AL (72 th)
Ny.AM (68 th)
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
19/02/13
19/02/13 19/02/13
19/02/13 19/02/13
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
Bisoprolol 5 mg
30
1 dd 1
Waisan
Stugeron (Cinnarizine)
15
3 dd 1
-
Ketidakpatuhan
√
Eprinoc (Eperisone HCl)
15
3 dd 1
- Pasien tidak mendapat obat eprinoc karena tidak tersedia di apotek
Noperten 10 mg (Lisinopril)
30
1-0-0
Vitamin minyak ikan
-
-
-
POTENSIAL
38.
ID PASIEN
AKTUAL
No
berinteraksi. Kedua obat dapat meningkatkan antihypertensive channel blocking antihipertensi sehingga dapat menimbulkan bradikardi, conduction defects, dan heart failure b
-
124
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
Tn.AN (61 th)
20/02/13 20/02/13
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
Adalat oros 30mg (nifedipin)
30
1-0-0
-
Ketidakpatuhan
Micardis 80 mg (Telmisartan)
30
0-0-1
- Pasien potensi lupa karena mengaku pernah terlambat menebus obat
Sohobion (vit B1, B6, B12)
30
1 dd 1
POTENSIAL
40.
ID PASIEN
AKTUAL
No
√
41.
Tn. AO (67 th)
20/02/13 20/02/13
Codein 10 mg
30
3 dd 1
-
- Pasien tidak memahami aturan pakai. Obat hanya diminum ketika merasa sakit saja sehingga batuk tidak sembuhsembuh
Ketidakpatuhan
√
42.
Ny.AP (71 th)
20/02/13 20/02/13
Glurenorm 30mg (glikuidon)
30
1-0-0 15 menit sebelum makan
-
- Pasien tidak memahami aturan pakai. Pasien meminum
Ketidakpatuhan
√
125
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK) Eclid 50 mg (Acarbose)
43.
44.
Ny. AQ (70 th)
Ny.AR (65 th)
20/02/13 21/02/13
20/02/13 21/02/13
∑
SIGNA
90
3 dd 1 sesudah suapan pertama
Sohobion (vit B1, B6, B12)
30
1 dd 1
Meloxicam 15mg
10
2 dd 1
Antasida
10
2 dd 1
Vitamin B complex
20
2 dd 1
Antasida
15
3 dd 1ac
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
glurenorm satujam sebelum makan. - Pasien tidak memahami aturan pakai. Pasien meminum eclid sesudah makan
Ketidakpatuhan
√
-
-
-
-
-
Fitbon (Glukosamin) Obat untuk pengapuran
-
-
-
-
126
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tn.AS (64 th)
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
13/02/13 21/02/13
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
Dimenhidrinate
15
3 dd 1pc
Adalat oros 30mg (Nifedipin SR)
30
1 dd 1
Allopurinol 100mg
30
1 dd 1
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
Obat herbal (mengkudu) Vitamin B kompleks
- Pasien tidak mendapat obat kolesterol. Padahal menurut hasil lab tanggal 25 Januari kadar kolesterolnya 152mg/dl. Pasien merupakan pasien askes
Kebutuhan akan terapi obat tambahan
√
- Pasien telat menebus obat karena sibuk. Seharusnya pasien menebus tanggal 13 Feb tetapi baru ditebus tanggal 21 Feb dan selama itu pasien memilih tidak minum obat.
Ketidakpatuhan
√
POTENSIAL
45.
ID PASIEN
AKTUAL
No
127
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
47.
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
Ny.AT (71 th)
21/02/13 21/02/13
Ny. AU (81 th)
21/02/13 22/02/13
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
Antalgin (Metampiron)
15
3 dd 1
-
-
-
CTM
15
3 dd 1
Codein 20 mg
15
3 dd 1
Interpril 10 mg
30
1 dd 1
Amlodipin 10mg
30
1-0-0
-
Ketidakpatuhan
HCT 25 mg
15
½-0-0
- Pasien mengaku baru menebus obat bila telah habis dan hari ini baru minum obat siang hari seharusnya obat diminum pagi hari.
POTENSIAL
46.
ID PASIEN
AKTUAL
No
-
-
√
128
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
49.
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
POTENSIAL
48.
∑
AKTUAL
No
Vastigo (Betahistin)
1 tab
Dibuat 10 kapsul 3 dd 1
-
-
-
-
-
Dimenhidrinate
½ tab
Dibuat 10 kapsul 3 dd 1
Pyridoxine HCl
50 mg
Dibuat 10 kapsul 3 dd 1
Maintate 2,5 mg (bisoprolol)
30
1 dd 1 pagi
Deculin (pioglitazon HCl)
30
1 dd 1
-
- Pasien memilih tidak minum obat selama 3 minggu
Ketidakpatuhan
√
Eclit 100 mg (Acarbose)
60
2 dd 1
ID PASIEN
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
Ny.AV (73 th)
22/02/13 23/02/13
Tn. AW (60 th)
23/02/13 23/02/13
DTP
129
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Ny.AX (73 th)
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
25/02/13 25/02/13
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
Metformin
60
2 dd 1
Sohobion (vit B1, B6, B12)
30
1 dd 1
Valsartan 80 mg
30
1 dd 1
Furosemid 40mg
30
1 dd 1
Spironolskton 25 mg
30
1 dd 1
Aspilet chewable (asetosal)
30
1 dd 1
Digoksin 0,25mg
30
1 dd 1
Ranitidin
30
1 dd 1
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
-
- Pasien memilih tidak minum obat sejak tanggal 21 feb karena tidak ada yang mengantar ke dokter
Ketidakpatuhan
- Furosemid dan digoksin potensi berinteraksi. Furosemid dapat meningkatkan serum digoksin sehingga meningkatkan
ADR
-
DTP
POTENSIAL
50.
ID PASIEN
AKTUAL
No
√
√
130
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK) 150mg
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
toksisitas a - Spironolakton dan digoksin potensi berinteraksi. Spironolakton dapat meningkatkan kadar digoksin dalam darah dan meningkatkan toksisitas digoksin a
ADR
√
131
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
- Valsartan dan asetosal potensi berinteraksi. Kedua obat dapat meningktkan serum potassium, meningkatkan toksisitas salah satu obat bila digunakan bersamaan, asetosal juga menurunkan efek valsartan a
ADR
√
- Ranitidin dan digoksin potensi berinteraksi. Ranitidin dapat meningkatkan kadar digoksin sehingga toksisitas
ADR
√
132
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
-
-
meningkat a 51.
52.
Ny.AY (77 th)
Tn.AZ (70 th)
25/02/13 25/02/13
25/02/13 26/02/13
Kary Uni tetes mata (Pirenoxime sodium)
1 btl
3 dd gtt 1 ods
Lyteers tetes mata
1 btl
6 dd gtt 1 ods
Cardace 5mg (ramipril)
30
1 dd 1
Amdixal 5mg (amlodipin maleat)
30
1 dd 1
-
-
-
Obat dari cina Neurheuma cyl (-ibuprofen 200 mg, - vit B1 50mg, -vit B6 100mg, -vit B12 100 mcg) Renadinac (Na diklofenak) Carbide
- Ramipril dan diklofenak berpotensi berinteraksi. Kedua obat saling meningkatkan toksisitas satu sama lain a
ADR
√
- Ramipril dan ibuprofen berpotensi berinteraksi. Kedua obat saling
ADR
√
133
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
(deksameta son) Curmino
53.
Tn. AAA (70 th)
25/02/13 26/02/13
Sohobion (vit B1,B6,B12)
30
1 dd 1
Allopurinol 300mg
30
1 dd 1
Grahabion (vit
30
1 dd 1
Farsorbid (ISDN) Ranitidin
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
meningkatkan toksisitas satu sama lain a - Amlodipin dan deksametason berpotensi berinteraksi. Deksametason akan menurunkan efek amlodipin yang mempengaruhi metabolism enzim CYP3A4 di hati atau usus a
ADR
-
-
√
-
-
134
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
Amdixal 5 mg (Amlodipin maleat)
30
0-0-1
Amlodipin 10mg
30
1-0-0
Sohobion (vit B1,B6,B12)
30
1 dd 1
Adalat oros 30mg (nifedipin)
30
1 dd 1
Amlodipin 5 mg
30
1-0-0
Sohobion (vit B1,B6,B12)
30
1 dd 1
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
-
-
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
-
-
-
Cardioaspirin Omega 3 Lipitor (atorvastatin)
- Amlodipin potensi berinteraksi dengan nifedipin. Kedua obat meningkatkan antihypertensive channel blockin a
ADR
√
- Pasien mengaku minum obat bila
Ketidakpatuhan
√
B1,B6, B12)
54.
55.
Tn.AAB (63 th)
Tn.AAC (61 th)
07/02/13 08/02/13
11/02/13 12/02/13
135
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
∑
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
DTP
POTENSIAL
ID PASIEN
AKTUAL
No
tidak lupa 56.
57.
Ny.AAD (72 th)
Ny.AAE (60 th)
11/02/13 12/02/13
25/02/13 26/02/13
Amlodipin 5 mg
30
1-0-0
Sohobion (vit B1,B6,B12)
30
1 dd 1
Glibenklamid
30
1 dd 1ac
Metformin 500mg
60
0-1-1pc
Antasida
10
3 dd 1ac
Glukosamin 250mg
30
3 dd 1
Lipitor (atorvastatin)
- Pasien memilih tidak minum obat. pasien tidak minum sohobion karena menganggap hanya vitamin.
Ketidakpatuhan
√
-
- Pasien memilih tidak minum obat. Pasien tidak mendapat glukosamin karena tidak ditanggung askes.
Ketidakpatuhan
√
136
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
59.
SIGNA
OBAT LAIN (Kandungan)
PENJELASAN
POTENSIAL
58.
∑
AKTUAL
No
Amlodipin 10mg
30
1-0-0
-
-
-
-
-
Antalgin (Metampiron)
15
3 dd 1
Adalat oros 30mg (nifedipin)
30
0-0-1
Obat herbal
-
-
-
-
Labesartan 30mg (irbesartan)
30
1-0-0
ID PASIEN
TGL RESEP & TGL PELAYANAN
OBAT DIRESEPKAN (NAMA GENERIK)
Tn.AAF (63 th)
26/02/13 27/02/13
Tn.AAG (65 th)
27/02/13 27/02/13
DTP
Keterangan : a. Drug Interaction Checker, 2013 b. Sweetman, 2009 c. Baxter, 2008
137
Skripsi
VIVIN DIAH AYU PURWORINI IDENTIFIKASI DRUG THERAPY PROBLEMS (DTPs) PADA PASIEN LANJUT USIA YANG MENDAPAT PELAYANAN RESEP (Studi Di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya)